presentasi cr ajeng ricky widya

47
EPILEPSI SIMPLE PARTIAL POST TRAUMA CAPITIS E.C FRAKTUR DEPRESI FRONTAL DEXTRA + DISARTRIA + DIPLOPIA DR. ZAM ZANARIAH, SP.S, M.KES NINDYASARI DIAJENG L, S. KED (0818011077) RICKY PEBRIANSYAH, S. KED (0818011091) WIDYA EMILIANA, S. KED (0818011103) CASE REPORT

Upload: meta-sakina

Post on 10-Sep-2015

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

EPILEPSI SIMPLE PARTIAL POST TRAUMA CAPITIS e.c FRAKTUR DEPRESI FRONTAL DEXTRA + DISARTRIA + DIPLOPIA Nindyasari Diajeng L, S. Ked (0818011077) Ricky Pebriansyah, S. Ked (0818011091) Widya Emiliana, S. Ked (0818011103)

EPILEPSI SIMPLE PARTIAL POST TRAUMA CAPITIS e.c FRAKTUR DEPRESI FRONTAL DEXTRA + DISARTRIA + DIPLOPIA

dr. zam zanariah, sp.s, m.kes

Nindyasari Diajeng L, S. Ked (0818011077)Ricky Pebriansyah, S. Ked (0818011091)Widya Emiliana, S. Ked (0818011103)

CASE REPORT

STATUS PASIENI. IDENTITAS PASIENNama :Tn. CUmur : 19 tahunAlamat : Karang AnyarAgama: IslamPekerjaan : PetaniStatus: Belum menikahSuku Bangsa : SundaTgl. Masuk RS: 10 Juli 2012Dirawat yang ke : I

II. RIWAYAT PENYAKIT

Anamnesis (autoanamnesis dan alloanamnesis)

Keluhan utama : Sering kejang pada leher dengan kepala menoleh ke kiri dan mulut mencong ke kiri

Keluhan tambahan : Penglihatan berbayang ganda, bicara agak pelo, nyeri leher, pusing, terkadang kedua kaki terasa lemas dan badan terasa agak kaku

Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien datang ke RSAM dengan keluhan sering kejang pada leher dengan kepala menoleh ke kiri dan mulut mencong ke kiri kurang lebih sejak 1 minggu SMRS, kejang terjadi rata-rata > 5x/hari. Saat kejang pasien dalam keadaan sadar, terkadang lidah tergigit dan mengeluarkan air liur, tidak demam, tidak sesak, dan tidak muntah. Kejang terjadi dengan durasi rata-rata selama 5 menit. Kejang muncul secara tiba-tiba, saat pasien sedang istirahat, tidak ada faktor pencetus apapun yang menyebabkan pasien kejang. Sebelum muncul kejang, awalnya pasien merasakan kesemutan pada mulut dan dahinya.

Kejang pertama kali terjadi sekitar 1 minggu SMRS. Saat pasien tidur tiba-tiba ia mengalami kejang dengan kepala menoleh ke kiri dan mulut mencong ke kiri, lidah tergigit, dan mengeluarkan darah serta air liur dari mulutnya. Semenjak terjadinya kejang pertama kali tersebut, pasien mulai merasakan penglihatan berbayang ganda dan bicara agak pelo, terkadang kedua kaki terasa lemas dan badan terasa agak kaku. 3 hari kemudian tiba-tiba ia mengalami kejang yang sama tapi tidak mengeluarkan darah dari mulutnya, dalam 1 hari tersebut terjadi kejang >5x/ hari. Esoknya pun kembali mengalami kejang yang sama hampir >5x/hari. 2 hari kemudian kejang muncul kembali sehingga pasien langsung dibawa ke RSUAM BDL.

Riwayat Penyakit Dahulu

8 bulan lalu Benturan pd kepala bagian depan sisi kanan (KLL)Kepala depan sisi kanan terbentur aspal. Saat kecelakaan tersebut, pasien tidak pingsan (dalam keadaan sadar penuh bahkan masih ingat kejadian sebelumnya), tidak muntah, dan juga tidak mengeluarkan darah dari hidung, mulut, atau telinganya. Pengobatan pasien hanya dilakukan di puskesmas terdekat, disana hanya dilakukan penjahitan luka di kepalanya. Setelah kecelakaan ini, pasien hanya sering merasakan nyeri berdenyut pada kepala depan sisi kanannya, hal itupun hanya ringan dan hilang timbul sehingga pasien tidak berobat kembali. Pasien mengaku 8 bulan setelah kecelakaan tersebut baru mengalami kejang.Riwayat penyakit otak atau infeksi otak disangkal keluarga dan pasienRiwayat kejang dan kejang demam sebelumnya disangkal keluarga dan pasienRiwayat penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol disangkal keluarga dan pasien.Pasien mengaku adalah seorang perokok aktif.

Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada riwayat anggota keluarga yang pernah mengalami kejang, kejang demam, atau ayan (epilepsi).

Riwayat Sosio EkonomiKurang mampu (menggunakan jamkesmas)

III. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum : Tampak sakit ringanKesadaran : Compos mentis, GCS E4 V5 M6 = 15 E4= dapat membuka mata secara spontan V5 = waktu bicara orientasi baik M6 = mengikuti perintah Vital signTekanan darah :120/70 mmHgNadi: 80 x/menitRR : 19 x/menitSuhu : 36,1 o CGizi : Kesan cukup

Kepala: Asimetris, frontal dextra lebih cekung, terdapat luka bekas jahitan pada frontal dextra, nyeri tekan (-).Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabutMata : Konjungtiva ananemis, sklera anikterik, palpebra edema (-/-)Telinga : Liang lapang, simetris, serumen (-/-)Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)Mulut : Kering, sianosis (-)

Leher Pembesaran KGB : tidak ada pembesaran KGBPembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaranJVP: 5 cm H20Trakhea : di tengah

Toraks (Cor)Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihatPalpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V garis mid clavicula kiriPerkusi : Batas jantung dalam batas normalAuskultasi : Bunyi jantung I-II murni, murmur (-),gallop (-)(Pulmo)Inspeksi : SimetrisPalpasi : Fremitus taktil vokal hemitoraks kanan = hemitoraks kiri Perkusi : Sonor Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Abdomen Inspeksi : Datar dan simetrisPalpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)Auskultasi : BU (+) N

ExtremitasSuperior:oedem (-/-), sianosis (-/-), turgor kulit baikInferior: oedem (-/-), sianosis (-/-), turgor kulit baik

IV. PEMERIKSAAN NEUROLOGISSaraf cranialis(Kanan/kiri)N.Olfactorius (N.I)Daya penciuman hidung :(Hiposmia/Normosmia)

N.Opticus (N.II)Tajam penglihatan : 5/6 BedsiteLapang penglihatan : Normal sama dengan pemeriksaDiplopia +/+Tes warna : (Tidak buta warna/tidak buta warna)Fundus oculi : Tidak dilakukan

N.Occulomotorius, N.Trochlearis, N.Abdusen (N.III N.IV N.VI)

Kelopak mataPtosis: (-/-)Endophtalmus : (-/-)Exopthalmus : (-/-)PupilUkuran : (3 mm / 3 mm)Bentuk : (Bulat / Bulat)Isokor/anisokor: Isokor Posisi : (Sentral / Sentral)Refleks cahaya langsung: (+/+)Refleks cahaya tidak langsung: (+/+)Gerakan bola mataMedial: (+/+)lateral : (+/+)Superior: (+/+)Inferior : (+/+)Obliqus superior: (+/+)Obliqus inferior: (+/+)Refleks pupil akomodasi : (+/+)Refleks pupil konvergensi : (+/ )N.Trigeminus (N.V)SensibilitasRamus oftalmikus: (+/ +)Ramus maksilaris : (+/ +)Ramus mandibularis : (+/ +)Motorik M. masseter: (+ / +)M. temporalis: ( / +)M. pterygoideus: (+ / +)Refleks Refleks kornea (sensoris N.V, motoris N.VII): (+/+)Refleks bersin : Tidak dilakukanN.Fascialis (N.VII)Inspeksi wajah sewaktuDiam :SimetrisTertawa : SimetrisMeringis : SimetrisBersiul : SimetrisMenutup mata : SimetrisPasien disuruh untuk Mengerutkan dahi : SimetrisMenutup mata kuat-kuat :SimetrisMengembungkan pipi :SimetrisSensoris Pengecapan 2/3 depan lidah: (+/+)

N. Vestibulococchlearis (N.VIII)

N.cochlearisKetajaman pendengaran : (+/+)Tinitus : (-/-)

N.vestibularisTest vertigo : (-) Nistagmus : (-/-)

N. Glossopharingeus dan N. Vagus (N.IX dan N.X)Suara bindeng/nasal : (-)Posisi uvula : Di tengahPalatum mole : Istirahat : SimetrisBersuara : Terangkat simetrisArcus palatoglossus : Istirahat : Simetris Bersuara : Terangkat simetrisArcus palatoparingeus : Istirahat : SimetrisBersuara : Terangkat simetrisRefleks batuk : (+)Refleks muntah : (+)Peristaltik usus : Bising usus (+) normal Bradikardi : (-)Takikardi : (-)

N.Accessorius (N.XI)M.Sternocleidomastodeus: ( Normal/Normal )M.Trapezius : ( Normal/Normal )N.Hipoglossus (N.XII)Atropi : (-)Fasikulasi : (-)Deviasi : (-)

Tanda perangsangan selaput otak Kaku kuduk : (-)Kernig test : (-)Laseque test : (-)Brudzinsky I: (-)Brudzinsky II: (-)

Sistem motorik Superior ka/ki Inferior ka/kiGerak (+/+) (+/+)Kekuatan otot (5/5)(5/5)Tonus (N/N)(N/N)Klonus (-/-)(-/-)Atropi (-/-)(-/-)

Refleks fisiologis : Biceps (+/+) Patella (+/+) Triceps (+/+)Achilles (+/+)

Refleks patologis : Hoffman Trommer (-/-)Babinsky (-/-)Chaddock (-/-)Oppenheim (-/-)Schaefer (-/-)Gordon (-/-)Gonda(-/-)SensibilitasEksteroseptif / rasa permukaan Kanan-KiriRasa raba : (+/+)Rasa nyeri : (+/+)Rasa suhu panas : (+/+)Rasa suhu dingin : (+/+)

Proprioseptif / rasa dalamRasa sikap : (+/+)Rasa getar : (+/+)Rasa nyeri dalam : (+/+)

Fungsi kortikal untuk sensibilitasAsteriognosis : (-/-)Grafognosis : (-/-)

Koordinasi Tes telunjuk hidung : (normal/normal) Tes pronasi supinasi : (normal/normal)Susunan saraf otonom Miksi : NormalDefekasi : Normal Salivasi : Normal

Fungsi luhur Fungsi bahasa : DisartriaFungsi orientasi : BaikFungsi memori : BaikFungsi emosi : Baik

V. RESUMEPasien seorang pria (Tn. C), berumur 19 tahun datang ke RSAM dengan keluhan sering kejang pada leher dengan kepala menoleh ke kiri dan mulut mencong ke kiri sejak 1 minggu SMRS, kejang terjadi rata-rata >5x/hari. Saat kejang pasien dalam keadaan sadar, terkadang lidah tergigit dan mengeluarkan air liur, tidak demam, tidak sesak, dan tidak muntah. Kejang terjadi dengan durasi rata-rata selama 5 menit. Kejang muncul secara tiba-tiba, saat pasien sedang istirahat, tidak ada faktor pencetus apapun yang menyebabkan pasien kejang. Sebelum muncul kejang, awalnya pasien merasakan kesemutan pada mulut dan dahi. Keluhan lain yang dirasakan penglihatan berbayang ganda, bicara agak pelo, nyeri leher, pusing, terkadang kedua kaki terasa lemas dan badan terasa agak kaku. Pasien memiliki riwayat trauma kepala bagian depan sisi kanan (kecelakaan lalu lintas) sekitar 8 bulan yang lalu.

Status generalis :Kepala Asimetris, frontal dextra lebih cekung, terdapat luka bekas jahitan pada frontal dextra, nyeri tekan (-).

Status Neurologis :Saraf cranialis(Kanan/kiri)N.Olfactorius (N.I)Daya penciuman hidung : (Hiposmia/Normosmia)

N.Opticus (N.II)Tajam penglihatan : 5/6 BedsiteLapang penglihatan : Normal sama dengan pemeriksa: Diplopia +/+

N.Occulomotorius, N.Trochlearis, N.Abdusen (N.III N.IV N.VI)Gerakan bola mataRefleks pupil akomodasi : (+/+)Refleks pupil konvergensi : (+/ )

N.Trigeminus (N.V)Motorik M. masseter: (+ / +)M. temporalis: ( / +)M. pterygoideus: (+ / +)

Fungsi luhur Fungsi bahasa : Disartria Fungsi orientasi : BaikFungsi memori : Baik

VI. DIAGNOSISKlinis =Epilepsi simple partial post trauma capitis + disartria + diplopia

Topis = Korteks motorik hemisfer cerebri (frontal) dextra (gyrus presentral)

Etiologis= Fraktur depresi frontal dextra

VII. DIAGNOSIS BANDINGTIA

Serangan Psikogenik

VIII. PENATALAKSANAANUmum 1.Tirah baring2. Dietetik : peroral Makanan padat biasa, tinggi kalori, tinggi protein 3. Terapi medikamentosaInfus RL Antikonvulsi : a. Carbamazepine 200 mg tab 2x1 b. Kutoin (Phenytoin) 100 mg caps 3x1Neuroprotektor : B1B6 tab 2x1Pembedahan : Craniotomi

RehabilitasiTerapi wicaraRehabilitasi sosial penerimaan keluarga dan masyarakat Aspek olahraga : diperbolehkan berolahraga dengan pengawasan dan dilakukan di lapangan /gedung olahraga (tidak di jalan umum, ketinggian, atau air).Aspek mengemudi : tidak diperbolehkan mengendarai kendaraan sendirian dalam waktu 6 bulan setelah operasi.

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium

Darah lengkap :Hb : 14,4 g/dl (N)GDS : 67 mg/dl ()LED: 15 mm/jam (N)Na : 138mmol/l(N)Leukosit : 9.100/ul (N)K : 4 mmol/l (N)Trombosit : 257.000/ul (N)Cl: 102mmol/l(N)U/C: 17/1,1 mg/dl (N)

EKG Tidak ada kelainan

Rontgent Thorax PA Tidak ada kelainan

EEG Belum dilakukanCT Scan :Edema kontusio kortex frontal dextraFracture depresi frontal dextra

X. ANJURANEEG

XI. PROGNOSIS

Quo ad vitam = Dubia ad bonam Quo ad functionam = Dubia ad bonamQuo ad sanationam = Dubia ad bonam

EPILEPSI

DEFINISISindrom elektro klinik yang ditandai oleh dua atau lebih epileptic seizure akibat kelainan primer di otak

EPILEPTIC SEIZUREManifestasi klinik dari disfungsi cerebral akibat imbalance sistem eksitasi dan inhibisi pada sel-sel neuron di otak yang menyebabkan terlepasnya muatan listrik paroksimal, hypersinkron, intermiten dengan manifestasi klinik berupa: gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, fungsi motorik, persepsi, sensasi, bisa tunggal atau kombinasi

Prevalensi :0,5 % - 2 % 1 4 juta penderita

KLASIFIKASIILAE 1981Generalized SeizuresAbsence SeizuresMyoclonic Seizures : myoclonic Jerks (simple or multiple)Clonic SeizuresTonic SeizuresTonic-clonic SeizuresAtonic Seizures (astatic)

Partial SeizuresSimple Partial SeizuresComplex Partial SeizuresPartial Seizures evolving to secondarily Generalized Seizures

Unclassified Epileptic Seizures

ETIOLOGIIdiopatik Simptomatik, lesi di otak dan selaput otak yang disebabkan oleh :1. Trauma2. Infeksi3. Kongenital4. Lesi desak ruang5. Gangguan peredaran darah6. Toksik dan Metabolik

PatogenesisKejang disebabkan karena ada ketidakseimbangan antara pengaruh inhibisi dan eksitatori pada otakKetidakseimbangan bisa terjadi karena :Kurangnya transmisi inhibitori Contoh: setelah pemberian antagonis GABA, atau selama penghentian pemberian agonis GABA (alkohol, benzodiazepin)Meningkatnya aksi eksitatori meningkatnya aksi glutamat atau aspartat

DIAGNOSISAuto dan Alloanamnesis : cermat, teliti, terarah, sistematis tentang pola serangan, usia, riwayat penyakit dahulu, epilepsi dalam keluargaPemeriksaan fisik dan NeurologisPemeriksaan EEGPemeriksaan Neuro-imagingPemeriksaan kromosom (genetik)Laboratorium : darah dan LCS

DIAGNOSIS BANDINGMigren, Sinkop, Meniere, Serangan PsikogenikPada anak : Gg Ekstrapiramidal, Breath holding spell, Pallid infantile syncope, Prolong QT syndromePada dewasa : TIA, TGA, NarkolepsiPada neonatus dan bayi : Jitteriness, Apneu, Refluks gastro-esofagus

PENATALAKSANAANKejang parsialKejang Umum (generalized seizures)Tonic-clonicAbscenseMyoclonic, atonicDrug of choiceKarbamazepinFenitoinValproatValproatKarbamazepinFenitoinEtosuksimidValproatValproatAlternativesLamotriginGabapentinTopiramatTiagabinPrimidonFenobarbitalLamotriginTopiramatPrimidonFenobarbitalClonazepamLamotriginKlonazepamLamotriginTopiramatFelbamatPROGNOSISUmumnya baik70%-80% pasien biasanya sembuhTERIMA KASIH