proposal penelitian pascasarjana dana its 2020
TRANSCRIPT
PROPOSAL
PENELITIAN PASCASARJANA
DANA ITS 2020
Mikroenkapsulasi Senyawa Bioaktif Biji Alpukat dengan Metode
Spray Drying
Tim Peneliti:
Ketua : Dr. Eng. Widiyastuti, ST., MT. (Teknik Kimia/FTI)
Anggota 1
Mahasiswa S-2
:
:
Dr. Eng. Siti Machmudah, ST., M.Eng. (Teknik Kimia/FTI)
Duhaul Biqal Kautsar (Teknik Kimia/FTI)
DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2020
ii
Daftar Isi
Daftar Isi ................................................................................................................................... ii
Daftar Gambar ......................................................................................................................... iii
Ringkasan .................................................................................................................................. iv
Pendahuluan .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Permasalahan yang akan diteliti ......................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.4 Relevansi ............................................................................................................ 2
1.5 Target Luaran ..................................................................................................... 2
Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 3
2.1 Teori Penunjang ................................................................................................. 3
2.1.1 Biji Alpukat ............................................................................................ 3
2.1.2 Ekstraksi ................................................................................................. 4
2.1.3 Mikroenkapsulasi .................................................................................... 5
2.1.4 Spray Drying ........................................................................................... 7
2.2 Studi Hasil Penelitian Sebelumnya (State of the Art) ........................................ 9
2.3 Keterkaitan dengan Pusat Studi ........................................................................ 11
Metodologi Penelitian ............................................................................................. 13
3.1 Tahapan Eksperimental .................................................................................... 13
3.2 Indikator Capaian dan Tugas Anggota Pengusul ............................................. 15
Jadwal dan Anggaran Biaya .................................................................................... 16
4.1 Jadwal ............................................................................................................... 16
4.2 Anggaran Biaya (sesuai dengan aktivitas pada metode penelitian) ................. 16
Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 18
Lampiran Biodata Peneliti ....................................................................................................... 21
iii
Daftar Gambar
Gambar 2-1 Bagian-bagian dari buah alpukat .......................................................................... 3
Gambar 2-2 Komposisi dari mikrokapsul ................................................................................ 6
Gambar 2-3 Mikroenkapsulasi dengan spray drying ............................................................... 8
Gambar 2-4 Roadmap Pusat Penelitian Agri-Pangan dan Bioteknologi DRPM-ITS ............ 12
iv
Ringkasan
Produksi buah alpukat termasuk tinggi di Indonesia, namun yang dimanfaatkan hanya daging
buahnya saja sedang bijinya dibuang. Padahal biji alpukat mengandung senyawa bioaktif yang
berfungsi sebagai antioksidan alami yang mampu menangkal radikal bebas. Biji alpukat masih
belum termanfaatkan secara optimal di Indonesia dikarenakan senyawa bioaktif dalam biji
alpukat tidak stabil dan dapat teroksidasi ketika terkena sinar, oksigen, dan suhu tinggi. Untuk
itu diperlukan upaya melindungi ekstrak biji alpukat selama penanganan dan penyimpanan.
Mikroenkapsulasi dengan bahan lain sebagai bahan pelapis atau bahan dinding diperlukan
untuk mempertahankan fungsi dan fisiokimia ekstrak biji alpukat sebagai bahan inti. Sebagai
bahan dinding dipilih gum Arabic yang mempunyai sifat pengemulsi yang baik, kelarutan
tinggi dalam air, dan viskositas rendah. Selanjutnya mikroenkapsulasi dilakukan dengan
metode spray drying. Variasi dilakukan pada variasi perbandingan berat gum Arabic terhadap
berat ekstrak biji alpukat. Selain itu ekstraksi yang dipilih adalah pada tahun pertama ekstraksi
soklet dan pada tahun kedua menggunakan ekstraksi hydrothermal. Analisa yang dilakukan
adalah kandungan antioksidan dan kemampuan sebagai antibakteri sebelum dan sesudah proses
enkapsulasi. Target luaran dari penelitian ini adalah tahun pertama diterima pada Chemical
Papers (terindeks Scopus Q2) dan pada tahun kedua terbit pada jurnal Chemical Engineering
Journal (terindeks Scopus Q1). Selain itu pada tahun kedua mahasiswa S2 dapat menyelesaikan
laporan thesisnya dan lulus pada tahun tersebut.
Kata kunci: Mikroenkapsulasi, spray drying, ekstrak biji alpukat, antioksidan,
antibakteri
1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang banyak. Salah satunya
adalah alpukat. Alpukat (Persea americana) merupakan buah yang banyak digemari oleh
indonesia dan memiliki produksi yang tinggi di Indonesia, dibuktikan dengan pada tahun 2018
produksi alpukat sebesar 410.094 ton (Badan Pusat Nasional). Alpukat pada umumnya hanya
dikonsumsi buahnya saja, sedangkan bijinya biasanya dibuang.
Biji alpukat mengandung senyawa bioaktif seperti β –karoten dan vitamin E, dimana
senyawa tersebut merupakan senyawa yang larut dalam minyak yang dapat digunakan sebagai
antioksidan alami yang mampu menangkal radikal bebas (Pratama dkk., 2017). Biji alpukat
juga memiliki kandungan fenol serta tannis yang banyak serta mengandung antibakterial
(Cosmas dkk., 2011). Biji alpukat juga mengandung asam linoleat, asam palmitat, asam oleat,
dan juga asam lemak tak jenuh lainnya (Ge dkk., 2018). Karena biji alpukat memiliki banyak
kandungan yang baik, maka biji alpukat akan dimanfaatkan supaya nilai produknya juga
bertambah.
Biji alpukat mengandung asam lemak tak jenuh dimana secara kimiawi tidak stabil
dan dapat teroksidasi ketika terkenar sinar, oksigen, dan suhu tinggi yang menyebabkan
berkurangnya nilai nutrisi dari biji alpukat tersebut. Sehingga penting untuk melindungi ekstrak
biji alpukat selama penanganan, penyimpanan, dan transportasi (Boger dkk., 2018). Sehingga
biji alpukat diekstrak dan diubah menjadi bubuk melalui proses mikroenkapsulasi.
Mikroenkapsulasi adalah proses membangun barrier fungsional antara inti/core dan
wall material untuk menghindari reaksi kimia dan fisika dan untuk mempertahankan sifat
biologis, fungsional dan fisiokimia inti bahan/core materials (Bakry dkk., 2016). Manfaat dari
teknologi ini adalah dapat digunakan untuk menghasilkan berbagai komponen bioaktif dan
untuk meningkatkan sifat penanganannya. Teknik ini dapat mencegah oksidasi yang dipicu
oleh kelembaban, ion logam, oksigen, dan juga panas. Dari metode-metode mikroenkapsulasi,
spray drying adalah teknik yang paling sering digunakan karena mudah, murah, dan sederhana.
Wall material yang paling sering digunakan adalah gum Arabic dimana gum Arabic
mempunyai sifat pengemulsi yang baik, kelarutan yang tinggi dan viskositas rendah. Maka dari
itu digunakan wall material dari gum Arabic.
2
Spray drying banyak digunakan dalam industri farmasi dan makanan dikarenakan
memiliki waktu tinggal yang singkat. Hal ini menguntungkan terutama untuk bahan yang
sensitif terhadap suhu. Spray drying, proses yang ekonomis dan fleksibel, merupakan metode
yang biasa digunakan untuk mikroenkapsulasi, yang mengubah cairan menjadi bubuk dengan
penanganan, penyimpanan, dan transportasi yang lebih mudah dan menjadikan pencampuran
seragam dalam formulasi makanan lebih mudah.
1.2 Permasalahan yang akan diteliti
Dalam metode enkapsulasi ekstrak biji alpukat dengan gum Arabic sebagai material
dinding diperlukan perbandingan yang tepat antara ekstrak dan material dinding sehingga
diperoleh perlindungan yang optimal material ekstrak oleh material dinding setelah proses
spray drying. Selain itu pilihan metode ekstraksi yang tepat juga diperlukan sehingga diusulkan
pada tahun pertama menggunakan ekstraksi soklet dan tahun kedua menggunakan metode
hydrothermal.
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektifitas bahan ekstrak biji alpukat yang
dienkapsulasi dengan gum Arabic sebagai bahan antioksidan dan bahan antibakteri.
1.4 Relevansi
Sejalan dengan kemandirian energi dengan pengembangan sumber energi terbarukan
dalam hal ini pengembangan metal (Li/Zn/Al/Mg) – air batteries yang dapat di-charge ulang.
Pengembangan metal – air batteries menjanjikan karena mempunyai kapasitas penyimpanan
daya lebih besar daripada lithium-ion batteries. Selain itu penggunaan karbon nanofiber
sebagai elektrokatalis pada battery jenis ini akan membuat kapasitansi dari proses
elektrokatalisis dari MnO2 mapun Fe3O4 menjadi lebih tinggi. Penelitian ini sejalan dengan
pusat studi Material, Sain dan Nanoteknologi, LPPM-ITS, dalam pengembangan material
energi yaitu rechargeable battery.
1.5 Target Luaran
Target luaran dari penelitian ini adalah tahun pertama diterima pada Chemical Papers
(terindeks Scopus Q2) dan pada tahun kedua terbit pada jurnal Chemical Engineering Journal
(terindeks Scopus Q1). Selain itu pada tahun kedua mahasiswa S2 dapat menyelesaikan laporan
thesisnya dan lulus pada tahun tersebut.
3
Tinjauan Pustaka
2.1 Teori Penunjang
2.1.1 Biji Alpukat
Alpukat (Persea americana) berasal dari Meksiko dan milik keluarga Lauraceae.
Alpukat adalah salah satu buah tropis komersial yang paling penting dan banyak varietas yang
ada. Buah ini sangat bervariasi dalam bentuk, ukuran dan warna. Bentuknya bervariasi dari
bulat hingga berbentuk buah pir, dengan leher panjang ramping. Warnanya bervariasi dari hijau
ke ungu gelap. Buahnya memiliki daging berwarna kehijauan atau kekuningan, mengandung
lemak, air dan bahan kering. Secara umum, buah alpukat dapat dibagi menjadi tiga bagian,
terdiri dari kulit, daging dan biji-bijian seperti ditunjukkan pada Gambar 2-1. Bagian utama
adalah daging (65%), diikuti oleh biji (20%) dan kulitnya (15%) (Satriana dkk., 2018). Biji dan
kulit biasanya dibiarkan sebagai residu setelah ampas yang dapat dimakan dibuang. Biji dapat
berbentuk bulat, berbentuk kerucut atau memanjang dan ditemukan di rongga tengah buah.
Gambar 2-1 Bagian-bagian dari buah alpukat
Bagian buah alpukat yang berbeda memiliki kandungan senyawa fungsional yang
berbeda pula. Secara umum, dagingnya kaya akan karotenoid dan senyawa hidrofobik lainnya,
dengan aksi antioksidan dan pewarna. Kulitnya kaya akan serat dan senyawa fenolik, dengan
sifat antioksidan dan pewarna. Sementara itu, bijinya kaya akan senyawa fenolik, dengan sifat
antioksidan dan antimikroba (Satriana dkk., 2018).
Biji alpukat adalah salah satu sumber serat makanan terbaik dan mengandung senyawa
bioaktif berharga seperti fenolik (704 ppm), flavonoid (47,9 ppm), karotenoid (0,966 ppm),
4
vitamin C (2,6 ppm), dan vitamin E (4,82 ppm) (Vinha dkk., 2013). Karotenoid dan vitamin
E termasuk ke dalam antioksidan non-enzimatis yang dapat berupa senyawa nutrisi maupun
non-nutrisi. Kedua kelompok antioksidan non-enzimatis ini disebut juga antioksidan sekunder
karena dapat diperoleh dari asupan bahan makanan. Senyawa-senyawa ini berfungsi
menangkap senyawa oksidan serta mencegah terjadinya reaksi berantai (Winarsi dkk., 2007)
Berbagai nutrisi dan fitokimia bioaktifnya memberikan manfaat kesehatan membuat
buah alpukat sangat potensial untuk aplikasi dalam industri kosmetik, makanan, dan farmasi
(Qin dkk., 2016).
Dalam sistem biologis, spesies oksigen reaktif (ROS) dan spesies nitrogen reaktif
(RNS), seperti radikal superoksida, hidroksil, dan oksida nitrat, dapat merusak DNA dan
menyebabkan oksidasi lipid dan protein dalam sel. Biasanya, sistem antioksidan yang terjadi
dalam tubuh manusia dapat mengumpulkan radikal-radikal ini, yang akan menjaga
keseimbangan antara oksidasi dan anti-oksidasi. Meskipun demikian, paparan radiasi atau
racun lingkungan menginduksi produksi ROS dan RNS yang berlebihan, yang mengganggu
keseimbangan antara oksidasi dan anti-oksidasi dan mengakibatkan beberapa penyakit kronis
dan degeneratif. Peningkatan asupan antioksidan eksogen akan memperbaiki kerusakan yang
disebabkan oleh stres oksidatif dengan menghambat inisiasi atau penyebaran reaksi berantai
oksidatif. Antioksidan alami, terutama polifenol dan karoten, menunjukkan berbagai efek
biologis, seperti anti-inflamasi, antibakteri, antivirus, anti-penuaan, dan antikanker (Xu dkk.,
2017).
Studi tentang aktivitas antimikroba dari ekstrak biji alpukat menunjukkan bahwa ia
memiliki efek antibakteri pada Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Aspergillus glaucus
dan Penicillium notatum, tetapi tidak memiliki efek pada Eschericha coli dan Pseudomonas
flourescens (Olaeta dkk., 2007). Penggunaan air rebusan dari biji P. americana
mengungkapkan bahwa ia memiliki sifat glikemik, yang tergantung pada dosis (N'guessan
dkk., 2009).
2.1.2 Ekstraksi
Proses ekstraksi merupakan penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah
dengan menggunakan pelarut yang dipilih dengan zat yang diinginkan larut (Voight dkk.,
1994). Prinsip dasar ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan
senyawa non-polar dalam pelarut non-polar (Harbone dkk., 1996). Secara umum, ekstraksi
minyak alpukat dapat diklasifikasikan menjadi tiga metode: fisik, kimia dan biologis. Metode
5
ekstraksi fisik meliputi penghancuran, penyeragaman, penekanan dan penyaringan. Metode
kimia adalah proses lain untuk mengekstraksi minyak alpukat menggunakan pelarut organik.
Sementara itu, metode ekstraksi biologis dapat dilakukan dengan menggunakan enzim
(Satriana dkk., 2018).
Dalam metode pelarut organik, buah alpukat diiris, dikeringkan, selanjutnya minyak
diekstraksi dengan pelarut organik. Pelarut tradisional seperti heksana dan aseton banyak
digunakan untuk mengekstrak minyak dari berbagai sumber. Meskipun hasil ekstraksi minyak
yang lebih tinggi dapat diperoleh dengan pelarut yang sesuai, teknik ini memiliki beberapa
kelemahan seperti polusi lingkungan dan tersisanya residu pelarut dalam produk akhir, yang
membatasi penggunaannya dalam aplikasi makanan dan farmasi (Qin dkk., 2016). Terdapat
juga ekstraksi superkritis dengan CO2 dan air yang tidak meninggalkan residu pelarut residu
berbahaya, namun proses ini membutuhkan biaya tinggi untuk memasok cairan dalam kondisi
superkritis dan memerlukan penanganan khusus dan harga yang mahal (CO2) (Yulianto dkk.,
2019).
Sokletasi merupakan proses ekstraksi yang menggunakan penyarian berulang dan
pemanasan. Penggunaan metode sokletasi adalah dengan cara memanaskan pelarut hingga
membentuk uap dan membasahi sampel. Pelarut yang sudah membasahi sampel kemudian
akan turun menuju labu pemanasan dan kembali menjadi uap untuk membasahi sampel,
sehingga penggunaan pelarut dapat dihemat karena terjadi sirkulasi pelarut yang selalu
membasahi sampel. Satu daur sokletasi dapat dikatakan telah terlewati, apabila alat soklet
berisi pelarut telah terendam pelarut sampai bagian atas tabung sifon, kemudian seluruh bagian
pelarut tersebut akan tertarik dan ditampung pada labu tempat pelarut awal. Keuntungan
ekstraksi dengan cara sokletasi adalah pelarut yang digunakan 15 lebih sedikit dan waktu yang
dibutuhkan lebih sedikit daripada dengan maserasi atau perkolasi. Kerugian cara ini adalah
tidak dapat digunakan untuk senyawa-senyawa yang termolabil (Harbone dkk., 1996).
2.1.3 Mikroenkapsulasi
Senyawa bioaktif tidak stabil dalam kondisi lingkungan yang biasa, sehingga
perlu diberikan perlindungan untuk memperpanjang umur penyimpanan. Wall material (bahan
dinding) biasanya dianggap sebagai struktur pelindung, yang bertindak dengan mengurangi
kontak antara core material (bahan inti atau senyawa bioaktif yang diinginkan) dengan agen
oksidatif (Sotelo-Bautista dkk., 2019).
6
Mikroenkapsulasi adalah teknik unik untuk melindungi bahan bioaktif dalam senyawa
homogen atau heterogen, untuk menghasilkan mikrokapsul dengan sifat-sifat yang diinginkan.
Teknik ini digunakan sebagai alternatif untuk mengubah zat cair yang tidak stabil menjadi
bubuk stabil yang mengalir bebas (Premi dkk., 2017). Secara singkat, mikroenkapsulasi dapat
didefinisikan sebagai proses membentuk penghalang fungsional antara core dan wall material
untuk menghindari reaksi kimia dan fisik sehingga dapat mempertahankan sifat biologis,
fungsional, dan fisikokimia core material (Bakry dkk., 2016).
Berikut merupakan alasan utama penggunaan mikroenkapsulasi (Re, 1998):
Perlindungan produk dari lingkungan sekitar (suhu, kelembaban, radiasi UV, interaksi
dengan bahan lain).
Perlindungan lingkungan dari produk berbahaya atau beracun, sehingga bahan jenis ini
dapat lebih aman ditangani.
Penurunan laju penguapan atau transfer core material ke lingkungan luar.
Konversi cairan dan padatan lengket menjadi bubuk yang mengalir bebas
(pencampuran yang lebih baik, mencegah penggumpalan).
Penyamaran sifat tidak diinginkan dari komponen aktif (contohnya menutupi rasa atau
bau, atau menutupi zat kimia seperti pH atau aktivitas katalitik)
Mengontrol laju pelepasan core material dalam kondisi yang diinginkan.
Secara umum, mikrokapsul terdiri dari core material sebagai inti mikrokapsul dan wall
material sebagai lapisan luar. Wall material menentukan stabilitas mikropartikel, efisiensi
proses, dan tingkat perlindungan untuk inti. Bentuk dari mikrokapsul dapat dilihat pada
Gambar 2-2 (Bakry dkk., 2016).
Gambar 2-2 Komposisi dari mikrokapsul
Mikroenkapsulasi yang berhasil harus menghasilkan bubuk dengan surface oil
minimum dan retensi maksimum bahan aktif. Pemilihan kombinasi bahan dinding
7
mempengaruhi sifat emulsi dan karakteristik partikel setelah pengeringan dan selama
penyimpanan. Karakteristik emulsi seperti stabilitas, viskositas, ukuran droplet, serta sifat
bubuk seperti surface oil, ukuran partikel, kepadatan, morfologi dan stabilitas oksidatif,
dipengaruhi oleh jenis agen enkapsulasi yang digunakan (Carneiro dkk., 2012).
Kriteria untuk bahan dinding yang digunakan dalam mikroenkapsulasi terdiri dari sifat
pengemulsi yang tinggi, kelarutan air yang tinggi, viskositas rendah dan sifat pembentukan
film tinggi (Le dkk., 2016).
Salah satu bahan dinding yang paling umum digunakan untuk mikroenkapsulasi
senyawa hidrofobik dengan spray drying adalah gum Arabic karena sifat pengemulsi yang baik,
kelarutan tinggi dan viskositas rendah. Meskipun sifatnya yang diinginkan sebagai agen
enkapsulasi, gum Arabic merupakan bahan yang mahal dan produksinya rentan terhadap
perubahan iklim dan politik, yang mengakibatkan beberapa masalah supply (Boger dkk., 2018).
2.1.4 Spray Drying
Mikroenkapsulasi dapat dilakuan melalui beberapa metode. Secara umum, metode ini
dapat dibagi menjadi tiga kelompok (Re, 1998):
Proses fisiokimia: simple or complex coacervation (aqueous phase separation),
emulsion-solvent evaporation (organic phase separation), emulsion-
salidification, liposome entrapment
Proses kimia: interfacial polymerization, molecular inclusion
Proses fisika: spray drying, spray coating, prilling, extrusion
Spray drying adalah proses yang terkenal dalam pengeringan bahan dengan
menggunakan spray dryer karena waktu kontak dengan panas sangat singkat dan tingkat
penguapan tinggi sehingga menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi, stabil, fungsional,
dan memiliki kadar air rendah. Oleh karena itu metode ini sering digunakan oleh industri
makanan dalam proses mikroenkapsulasi untuk meningkatkan sifat penanganan dan disperse
(Chimsook, 2017). Spray drying mengubah cairan menjadi bentuk padat, sehingga
memungkinkan penanganan, penyimpanan, dan transportasi mudah, serta pencampuran dan
dispersi seragam dalam formulasi makanan ketika jumlah kecil perlu dimasukkan (Bae dkk.,
2018). Dalam sisi ekonomi, peralatan untuk spray drying sudah banyak tersedia dan biaya
produksinya lebih rendah daripada kebanyakan metode lainnya. Dibandingkan dengan freeze
drying, biaya spray drying 30 hingga 50 kali lebih rendah. Spray drying telah dianggap sebagai
solusi untuk masalah pengeringan konvensional karena prosesnya terbukti tidak hanya efisien,
8
tetapi juga ekonomis. Namun, sejumlah energi panas terbuang sia-sia selama proses spray
drying (Bakry dkk., 2016).
Dalam aplikasi farmasi dan obat-obatan, telah digunakan istilah mikrokapsul dan
mikrosfer. Mikrokapsul memiliki ukuran antara 0,2 dan 5.000 μm, berbeda dengan
makrokapsul yang lebih besar dari 5.000 μm. Kapsul yang lebih kecil dari 0,2 μm sering disebut
nanokapsul. Meskipun distribusi ukuran kapsul selama mikroenkapsulasi adalah fungsi dari
banyak parameter proses, spray drying biasanya menghasilkan mikrokapsul dengan ukuran
kurang dari 100 μm (Re, 1998).
Spray dryer bekerja dengan mengubah feed dari keadaan cairan (larutan, dispersi atau
pasta) menjadi bentuk partikel kering dengan menyemprotkan feed ke dalam media pengering
panas. Pemilihan alat atomizer (penyemprot) merupakan salah satu faktor terpenting dalam
desain spray dryer dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap distribusi ukuran akhir
partikel kering. Karakteristik atomizer yang paling penting dari sudut pandang kualitas produk
adalah keseragaman ukuran droplet, kontrol distribusi ukuran droplet, dan homogenitas
semprotan. Bentuk atomizer yang umum adalah atomizer bertekanan, atomizer sentrifugal
(wheel) dan atomiser pneumatik (two-fluid) (Re, 1998).
Gambar 2-3 Mikroenkapsulasi dengan spray drying
Mikroenkapsulasi dengan pengeringan semprot melibatkan 4 tahap, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2-3. Ini terdiri dari (i) persiapan dispersi, (ii) homogenisasi dispersi,
(iii) atomisasi emulsi, dan (iv) dehidrasi dari partikel yang diatomisasi (Bakry dkk., 2016).
Parameter yang mempengaruhi produk adalah (Re, 1998):
9
Sifat dari core material (berat molekul, vapor pressure, konsentrasi dalam emulsi).
Sifat dari wall material (tipe, berat molekul).
Sifat dari emulsi (rasio solid:liquid, viskositas, particle size distribution).
Kondisi proses pengeringan (ukuran droplet, temperature udara masuk dan keluar,
kecepatan udara, temperature feed, humiditas udara masuk).
Morfologi partikel (bentuk, ukuran partikel rata-rata, integritas, porositas, bulk volume).
2.2 Studi Hasil Penelitian Sebelumnya (State of the Art)
Penelitian ini didasari dan dikembangkan berdasarkan hasil-hasil penelitian
sebelumnya, dan berikut merupakan penelitian-penelitian yang mendasari terbuatnya
penelitian ini.
Dari Shamaei dkk (2016) meng-enkapsulasi avocado oil dengan konsentrasi berat core
terhadap wall material skimmed milk protein (SMP), SMP-Tween80 (SMP-T), SMP-
maltodekstrin (SMP-MD) dengan rasio berat masing-masing 1:2 yaitu 50% yang dicampur
dengan air sampai konsentrasi 30% terhadap emulsi menggunakan homogenizer pada 16.000
rpm selama 7 menit kemudian menggunakan metode spray drying dengan suhu udara masuk
140,160,180°C dan tekanan 2,3,4 bar dan feed flow rate 30 gram/menit sehingga didapatkan
mikrokapsul dengan efisiensi terbaik pada SMP-T dengan suhu 180°C dan tekanan 3 bar yaitu
91,01%, moisture content paling sedikit pada SMP dengan suhu 180°C dan tekanan 4 bar yaitu
0,98%, particle size paling sedikit pada SMP dengan suhu 180°C dan tekanan 4 bar yaitu 24,3
μm, sehingga dapat terlihat bahwa suhu 180°C baik untuk digunakan pada proses spray drying
dan tekanan tidak berpengaruh pada hasil mikrokapsul.
Dari Premi dkk (2017) meng-enkapsulasi drumstick oil dengan konsentrasi core
terhadap wall material maltodekstrin-gum arabic (rasio berat 25:75,50:50,75:25) dan
maltodekstrin-whey protein concentrate (rasio berat 25:75,50:50,75:25) yaitu 25% yang
dicampur dengan air sampai konsentrasi 30% terhadap emulsi menggunakan homogenizer pada
10.000 rpm selama 5 menit kemudian menggunakan metode spray drying dengan suhu udara
masuk 180°C dan feed flow 10 gram/menit sehingga didapatkan emulsi MD:GA dengan
kandungan viskositas lebih besar dan ukuran droplet lebih kecil dibandingkan MD:WPC yang
menghasilkan emulsi stabil dan mikrokapsul dengan efisiensi tinggi dan surface oil lebih
rendah, mikrokapsul yang dibentuk dari MD:GA juga menghasilkan permukaan partikel yang
lebih halus tanpa kerusakan yang menunjukkan bahwa mikropartikel ini sulit berpori,
kombinasi MD:GA juga menghasilkan mikrokapsul dengan moisture content yang lebih
10
rendah, sehingga dapat terlihat bahwa kombinasi MD:GA dapat digunakan sebagai wall
material yang baik untuk men-enkapsulasi drumstick oil dengan melindungi core material dari
kondisi lingkungan.
Dari Boger dkk (2018) meng-enkapsulasi grape seed oil dengan konsentrasi berat core
terhadap wall material gum Arabic (GA) dan gum Arabic-maltodekstrin (GA-MD) dengan
rasio berat masing-masing 1:2 yaitu 10% yang dicampur dengan air sampai konsentrasi 30%
terhadap emulsi menggunakan homogenizer pada 16.000 rpm selama 5 menit kemudian
menggunakan metode spray drying dengan suhu udara masuk 180°C dan feed flow rate 350
mL/jam sehingga didapatkan mikrokapsul dengan surface oil paling sedikit pada GA yaitu
2,95%, efisiensi terbaik pada GA yaitu 67,92%, moisture content paling sedikit pada GA yaitu
5,51%, ukuran partikel paling kecil pada GA-MD yaitu 26,96 μm, morfologi mikrokapsul
terbaik pada GA, aktifitas antioksidan dan jumlah senyawa fenolik terbaik secara urut sampel
control, GA-MD, dan GA, sehingga dapat terlihat bahwa penggunaan GA lebih baik dari sisi
pembentukan mikrokapsul namun GA-MD lebih baik dari sisi kandungan antioksidan dan
senyawa fenolik meskipun keduanya sama-sama mengurangi kandungan tersebut yang
kemungkinan disebabkan oleh pemanasan pada spray drier.
Dari Sotelo-Bautista dkk (2019) meng-enkapsulasi avocado oil dengan konsentrsi
berat core terhadap wall material maltodekstrin-isolated protein (MD-IP), maltdodekstrin-
octenylsuccinic anhydride (MDOSA), dan maltodekstrin-octenulsuccinic anhydride-isolated
protein (MDOSA-IP) dengan rasio berat masing-masing 1:9 yaitu 50% yang dicampur dengan
air sampai konsentrasi 20% terhadap emulsi menggunakan homogenizer pada 22.000 rpm
selama 8 menit kemudian menggunakan metode spray drying dengan suhu udara masuk 160°C
dan feed flow rate 5 mL/menit sehingga didapatkan mikrokapsul dengan kandungan free oil
dan total oil paling sedikit pada MD-IP yaitu 0,227 gram dan total oil 0,594 gr, efisiensi terbaik
pada MD-IP yaitu 61,7%, moisture terbaik pada MDOSA yaitu 0,81%, dan uji stabilitas selama
8 minggu pada 60°C menunjukkan nilai peroksida paling sedikit pada MDOSA yaitu 80 meq
peroksida/kg minyak, sehingga dapat terlihat bahwa avocado oil dapat dienkapsulasi
penambahan protein memiliki efisiensi tinggi namun tidak meningkatkan kestabilan atau
ketahanan dari minyak.
Dari Correa-Filho dkk (2019) meng-enkapsulasi β-karoten dengan wall
material gum Arabic yang dicampur dengan air sampai konsentasi 5-35% terhadap emulsi
menggunakan homogenizer pada 13500 rpm selama 1 menit kemudian menggunakan metode
spray drying dengan suhu udara masuk 110-200°C dan tekanan 1,7 bar dan feed flow rate 3,7
11
mL/menit sehingga didapatkan mikrokapsul dengan kondisi terbaik yaitu pada suhu drying
173°C dan konsentrasi gum arabic 11,9% yang menghasilkan efisiensi enkapsulasi 15,62%
dan namun aktifitas antioksidan mikrokapsul berkurang setelah suhu lebih dari 123,2°C
diterapkan, sehingga dapat terlihat bahwa pada suhu 123°C aktifitas antioksidan dari β-karoten
mulai hancur.
2.3 Keterkaitan dengan Pusat Studi
Usulan penelitian ini sesuai dengan roadmap Pusat Penelitian Agri-Pangan dan
Bioteknologi Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat 2020-2023 seperti
ditunjukkan pada Gambar 2-4. Pada penelitian ini masuk dalam topik penelitian teknologi
pascapanen dan rekayasa teknologi pengolahan pangan dimana pemanfaatan biji alpukat
menjadi produk yang lebih bernilai ekonomis (pengolahan biomassa menjadi produk
komersial). Selain itu termasuk dalam topik teknologi pengolahan dimana ekstrak biji alpukat
yang didapat dilakukan proses enkapsulasi dengan teknik emulsifikasi dan pengeringan dengan
spray dryer agar kandungan bioaktif dalam ekstrak biji alpukat dapat dipertahankan lebih lama.
Selain itu, proses enkapsulasi merupakan metode pelepasan perlahan dari suatu bahan aktif
atau lebih dikenal dengan drug release.
12
Gambar 2-4 Roadmap Pusat Penelitian Agri-Pangan dan Bioteknologi DRPM-ITS
13
Metodologi Penelitian
3.1 Tahapan Eksperimental
Persiapan sampel meliputi persiapan bahan. Biji alpukat didapatkan dari pasar, dengan
bentuk biji yang sudah dipotong-potong hingga ketebalan kurang lebih 2 mm. Setelah itu, biji
alpukat dikeringkan pada suhu kamar selama 24 jam. Biji alpukat yang kering, dihancurkan hingga
halus menggunakan blender, kemudian diayak dengan ayakan 40 mesh. Serbuk yang diperoleh
selanjutnya diekstrak.
Ekstraksi biji alpukat menggunakan metode soxhletasi sesuai yang dilakukan oleh Pratama,
dkk (2017). Ekstraksi dipilih menggunakan metode soxhletasi karena memiliki kelebihan yaitu
dapat mengesktrak minyak lebih banyak, pelarut yang digunakan lebih sedikit dan waktu ekstraksi
lebih singkat. Ekstraksi dilakukan dengan rasio biji alpukat: pelarut n-hexane sebesar 1:5,2. Pelarut
yang dipilih adalah n-hexane karena bersifat non-polar, dimana pelarut tersebut akan mengambil
senyawa non-polar yaitu salah satunya adalah β-karoten. Setelah itu, serbuk biji alpukat ditimbang
sebanyak 50 gram, dibalut dengan kertas saring membentuk timbel sesuai ukuran soxhlet, sampel
dimasukkan dalam tabung soxhlet, pompa untuk sirkulasi kondensor dihidupkan, ditambahkan
pelarut n-hexane sebanyak 400 mL ke dalam labu leher dua yang sudah ditimbang, kemudian leher
labu dipasangkan dengan tabung soxhlet dan thermometer dipasangkan pada leher lainnya (ujung
sisi labu diolesi vaselin). Soxhletasi dilakukan pada suhu 68°C sesuai titik didih n-hexane selama 1
jam. Tahap selanjutnya pelarut diuapkan dengan evaporator vakum (rotary evaporator). Ekstrak
yang diperoleh selanjutnya dibagi menjadi dua, yaitu sebagai sampel tanpa enkapsulasi dan sampel
yang akan dienkapsulasi.
Selanjutnya disiapkan emulsi untuk tahap spray drying. Emulsi yang mengandung ekstrak
biji alpukat dan gum Arabic sebagai wall material disiapkan pada rasio 1:1 dan 1:3 (w/w) dalam air
demin yang mengandung 30% solids (core + wall material). Emulsi sebanyak 100 mL disiapkan
untuk setiap eksperimen. Emulsi ini dihomogenisasi dengan bantuan magnetic stirrer pada 20.000
rpm selama 5 menit.
Emulsi dikeringkan dalam Spray Drier yang dilengkapi dengan two-fluid nozzle atomizer.
Atomizer memiliki diameter dalam 2 mm. Setelah melalui electric heater, udara panas masuk secara
co-current bersamaan dengan emulsi yang telah teratomisasi menjadi droplet ke dalam drying
chamber. Bagian siliner dari chamber memiliki diameter dalam 0,8 m dan tinggi 0,62 m. Tinggi
dari bagian konis dari dryer 0,65 m. Drying chamber ini tersambung dengan cyclone separator yang
14
digunakan untuk mengambil partikel bubuk yang terikut dengan udara. Flow rate dari emulsi
ditetapkan pada 5 mL/menit selama percobaan. Udara panas yang masuk berada pada suhu 173°C
dan tekanan 2 bar.
Selanjutnya, dilakukan analisa untuk mengetahui aktifitas antioksidan dengan
menggunakan metode DPPH, mengetahui aktifitas antimikrobial dengan menggunakan metode disc
diffusion, serta mengetahui kestabilan sampel. Analisa-analisa tersebut dilakukan pada sampel
ekstrak biji alpukat dan bubuk ekstrak yang telah melalui spray drying. Selain itu, dilakukan analisa
untuk mengetahui efisiensi enkapsulasi dan morfologi permukaan serta ukuran mikrokapsul dengan
menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM).
Untuk mengetahui aktivitas antioksidan, dilakukan uji dengan DPPH (1,1-diphenyl-2-
picrilhidrazil). Interaksi antioksidan baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH
akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH dan membentuk DPPH tereduksi. Jika semua
elektron sudah berpasangan maka warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning dan
abosrbansi pada panjang gelombang 517 nm akan hilang. Tingkat berkurangnya warna dari larutan
menunjukkan efisiensi penangkap radikal.
Larutan DPPH dibuat dengan melarutkan 2 mg bubuk DPPH dalam labu takar 50 mL
dengan methanol dan disimpan dalam botol yang terlindungi dari sinar. Laurtan kontrol yang
digunakan adalah larutan DPPH tersebut dan larutan blangko yang digunakan adalah larutan
methanol. Panjang gelombang maksimal dari larutan kontrol ditentukan dengan mengukur
absorbansi maksimum pada panjang gelombang 400 – 600 nm.
Sampel bubuk ekstrak dilarutkan dalam methanol sampai konsentrasi 50%. Sebanyak 1
mL sampel ditambahkan ke dalam 3 mL DPPH 0,1 mM dan diinkubasi selama 30 menit dalam
kegelapan. Langkah selanjutnya, absorbansi dihitung menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 517 nm dan dilakukan juga perhitungan absorbansi pada asam askorbat sebagai
pembanding antioksidan. Absorbansi kontrol dan absorbansi sampel digunakan untuk menghitung
% aktivitas antioksidan menggunakan persamaan berikut:
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑛𝑡𝑖𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑛 (%) =𝐴𝑏𝑠 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 − 𝐴𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐴𝑏𝑠 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙× 100%
Untuk mengetahui efek antimikrobial dari biji alpukat pada beberapa mikroorganisme.
Mikroorganisme yang akan diuji adalah Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Aspergillus
glaucus, dan Penicillium notatum. Langkah pertama yaitu suspensi bakteri ditumbuhkan dalam air
pepton dan diinkubasi selama 24 jam. Kemudian 0,2 mL suspense ditambahkan ke dalam 10 mL
nutrient agar dalam cawan petri. Lalu kertas saring dengan diameter 2 mm dicelupkan ke dalam
15
ekstrak selama 30 menit dan ditaruh di atas nutrient agar dengan suspensi bakteri yang sudah padat
dalam cawan petri dan diinkubasi selama 24 jam. Akan terbentuk daerah steril antibakteri kemudian
luas daerah steril tersebut dihitung.
Untuk mengetahui efisiensi dari metode yang dilakukan pada produk mikrokapsul yang
didapatkan. Kandungan minyak total (total oil, TO, %) ditentukan sebagai rasio dari berat minyak
terhadap berat bubuk. Kandungan minyak permukaan (surface oil, SO, %) ditentukan dengan
menambahkan 15 mL heksana pada 2 gram bubuk mikrokapsul dalam 30 mL botol kaca dengan
tutup dan mengocoknya selama 2 menit untuk mengekstraksi kandungan minyak. Kemudian
campuran solvennya disaring menggunakan kertas saring sedangkan bubuk yang terkumpul dibilas
sebanyak tiga kali dengan 20 mL heksana. Bubuk tersebut kemudian dikeringkan pada suhu 60°C
untuk mengeringkan solven yang masih menempel. Kandungan minyak bebas diukur sebagai
persentase dari perbedaan berat dari bubuk sebelum dan sesudah ekstrkasi dan pencucian dengan
heksan. Sehingga efisiensi enkapsulasi (EE, %) dapat diukur sebagai berikut
𝐸𝐸 =𝑇𝑂 − 𝑆𝑂
𝑇𝑂× 100%
3.2 Indikator Capaian dan Tugas Anggota Pengusul
Target luaran dari penelitian ini adalah tahun pertama diterima pada Chemical Papers
(terindeks Scopus Q2) dan pada tahun kedua terbit pada jurnal Chemical Engineering Journal
(terindeks Scopus Q1). Selain itu pada tahun kedua mahasiswa S2 dapat menyelesaikan laporan
thesisnya dan lulus pada tahun tersebut.
Tabel 3-1 Organisasi Tim Pengusul
No. Nama Instansi
Asal
Bidang
Ilmu
Alokasi Waktu
(jam/ming.)
Uraian Tugas
1 Dr. Widiyastuti, ST. MT ITS Teknik
Kimia
15 Koordinasi penelitian
Eksperimen
Karakterisasi
2 Dr. Siti Machmudah, ST.,
MT
ITS Teknik
Kimia
10 Eksperimen
Karakterisasi
3 Prof. Dr. Ir. Heru
Setyawan, M.Eng.
ITS Teknik
Kimia
10 Eksperimen
Karakterisasi
4 Mahasiswa S-2 ITS Teknik
Kimia
8 Thesis
16
Jadwal dan Anggaran Biaya
4.1 Jadwal
Penelitian meliputi desain peralatan dan rencana kerja, melaksanakan eksperimen,
karakterisasi, uji kinerja, analisa data, dan menulis jurnal seperti direncanakan sebagai luaran.
Penelitian efektif diselesaikan dalam 10 bulan dimulai Maret-Desember 2020 dengan rincian
sebagai berikut:
Aktifitas 2020
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Studi literatur
Menyusun peralatan
Eksperimen
Analisa partikel
Analisa data
Penulisan paper
Laporan kemajuan
Laporan akhir
4.2 Anggaran Biaya (sesuai dengan aktivitas pada metode penelitian)
1. Pembelian Bahan Habis Pakai
Material Justifikasi
Pemakaian Kuantitas satuan
Harga
Satuan (Rp) Biaya (Rp)
Pembersihan biji alpukat Bahan baku 25 kg 1.000 25.000
Gum Arabic Bahan baku 2 kg 300.000 600.000
N-hexana Pelarut 1 L 800.000 800.000
Air demin Pelarut 25 L 2.000 50.000
DPPH Reagent analisa 20 mg 30.000 600.000
Methanol Reagent analisa 1 buah 1.200.000 1.200.000
Soxhlet extraction Alat gelas 1 buah 3.000.000 3.000.000
Kondensor Alat gelas 1 buah 400.000 400.000
Blender Penghalus 1 buah 2.000.000 2.000.000
Labu leher dua Alat kaca 1 buah 320.000 320.000
Hot plate Pemanas 1 buah 5.000.000 5.000.000
Magnetic stirrer Pengaduk 1 buah 3.000.000 3.000.000
Chamber spray dryer Spare part 1 buah 2.000.000 2.000.000
SUB TOTAL (Rp) 18.995.000
17
2. Belanja Barang Non Operasional Lainnya
Kegiatan Justifikasi
Pemakaian Kuantitas Satuan
Harga
Satuan
(Rp)
Biaya (Rp)
English Editing Publikasi 1 Unit 5.000.000 5.000.000
Laporan Laporan 6 Exemplar 50.000 300.000
Spektrofotometer Karakterisasi 25 Sampel 25.000 625.000
FTIR Karakterisasi 25 Sampel 100.000 2.500.000
SEM Karakterisasi 10 Sampel 250.000 2.500.000
SUB TOTAL (Rp) 10.925.000
3. Belanja Perjalanan Lainnya
Material Justifikasi perjalanan Volume Satuan Harga
Satuan (Rp) Biaya (Rp)
Keperluan Seminar Symposium 1 paket 10.000.000 10.000.000
SUB TOTAL (Rp) 10.000.000
4. Honor
Honor bulan Hari/bulan
Jam/hari
Harga Satuan
(Rp) Honor (Rp)
Asisten Peneliti 8 21 4 15.000 10.080.000
SUB TOTAL (Rp) 10.080.000
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN (Rp) 50.000.000
18
Daftar Pustaka
Bae, E. K. dan Lee, S. J. 2008. Microencapsulation of avocado oil by spray drying using whey
protein and maltodextrin. Journal of Microencapsulation, Vol. 25, No. 08, Hal. 549-560.
Bakry, A. M., Abbas, S., Ali, B., Majeed, H., Abouelwafa, M. Y., Mousa, A., dan Liang, L. 2016.
Microencapsulation of Oils: A Comprehensive Review of Benefits, Techniques, and
Applications. Comprehensice Reviews in Food Science and Food Safety, Vol. 15, Hal. 143-
182.
Boger, B. R., Georgetti, S. R., dan Kurozawa, L. E. 2018. Microencapsulation of grape seed oil by
spray drying. Food Sci. Technol, Hal. 1-8.
Carneiro, H. C. F., Vonon, R. V., Grosso, C. R. F., dan Hubinger, M. D. 2012. Encapsulation
efficiency and oxidative stability of flaxseed oil microencapsulated by spray drying using
different combinations of wall materials. Journal of Food Engineering, Vol. 115, No. 2013,
Hal. 443-451.
Chimsook, Thitiphan. 2017. Microwave Assisted Extraction of Avocado Oil from Avocado Skin and
Encapsulation Using Spray Drying. Key Engineering Materials, Vol. 737, Hal. 341-346.
Correa-Filho, L. C., Lourenco, M. M., Moldao-Martins, M., dan Alves, V. D. 2019.
Microencapsulation of β-karoten by Spray Drying: Effect of Wall Material Concentration and
Drying Inlet Temperatur. International Journal of Food Science, Vol. 2019, Hal. 1-12.
Cosmas, Ujowundu Onyekachi. 2011. Biochemical composition and anti microbial activities of
seed extracts of avocado (Persea americana). Journal of Microbiology and Antimicrobials,
Vol. 03, No. 07, Hal. 184-190.
Ge, Y., Si, X., Wu, B., Dong, X., Xu, Z., dan Ma, W. 2018. Oil Content and Fatty Acid Composition
of The Seeds of 16 Avocado (Persea Americana) Accessions Collected from Southern China
and Their Application in a Soap Bar. Journal of Agricultural Science, Vol. 10, No. 11, Hal.
69-78.
Le, T. H., Tran, T. M. V., Ton, N. M. N., Tran, T. T. T., Huynh, T. V., Nguyen, T. N., Quang, S.
P., dan Le, V. V. M. 2016. Combination of whey protein and carbohydrate for
microencapsulation of pumpkin (Cucurbita spp.) seed oil by spray drying. International Food
Research Journal, Vol. 24, No. 03, Hal. 1227-1232.
N’guessan, K., Amoikon, K., dan Soro, D. 2009. Effect of aqueous extract of Persea Americana
seeds on Glycemia of Diabetic Rats. Eur J. Scji. Res, Vol. 26, No. 03, Hal. 376.
19
Olaeta, J. A., Schwatz, M., Undurraga, P., dan Cantreras, S. 2007. Proceedings ci world Avocado
Congress (Actas vi congreso Mundial del Agucate). Vina Del Mar, Chile.
Pratama, R. N., Widarta, I. W. R., dan Darmayanti, L. P. T. 2017. Pengaruh Jenis Pelarut dan
Waktu Ekstraksi Dengan Metode Soxhletasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Minyak Biji
Alpukat (Persea Americana Mill.). Media Ilmiah Teknologi Pangan, Vol. 4, No. 02, hal. 85-
93.
Premi, M. dan Sharma, H. K. 2017. Effect of different combinations of maltodextrin, gum Arabic
and whey protein concentrate on the encapsulation behavior and oxidative stability of spray
dried drumstick (Moringa oleifera) oil. International Journal of Biological Macromolecules,
Hal. 1-28.
Qin, X. dan Zhong, J. 2016. A Review of Extraction Techniques for Avocado Oil. Journal of Oleo
Science, Hal. 1-8.
Re, M. I. 1998. Microencapsulation By Spray Drying. Drying Technology: An International
Journal, Vol. 16, No. 06, Hal. 1195-1236.
Satriana, Supardan, M. D., Arpi, N., dan Mustapha, W. A. W. 2018. Development of methods used
in the extraction of avocado oil. European Journal of Lipid Science and Technology, Hal. 2-
29.
Shamaei, S., Seiiedlou, S. S., Aghbashlo, M., Tsotsas, E., dan Kharaghani, A. 2016.
Microencapsulation of walnut oil by spray drying: Effects of wall material and drying
conditions on physiochemical properties of microcapsules. Innovative Food Science and
Emerging Technologies, Vol. 39, No. 2017, Hal. 101-112.
Sotelo-Bautista, M., Bello-Perez, L. A., Gonzales-Soto, R. A., Yanez-Fernandez, J., dan Alvarez-
Ramirez, J. 2019. OSA-maltodextrin as wall material for encapsulation of essential avocado
oil by spray drying. Journal of Dispersion Science and Technology, Hal. 1-8.
Vinha, A. F., J. Moreira, dan A. V. P. Barreira. 2013. Physicochemical Parameters, Phytochemical
Composition and Antioxidant Activity of the Algarvian Avocado (Persea Americana Mill.).
Journal of Agricultural Science, Vol. 5, No. 12, Hal. 1-10.
Winarsi, F. G. 2017. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Kanisius, Yogyakarta.
Xu, D. P., Li, Y., Meng, X., Zhou, T., Zhou, Y., Zheng, J., Zhang, J. J., dan Li., H. B. 2017. Natural
Antioxidants in Foods and Medicinal Plants: Extraction, Assessment and Resources.
International Journal of Molecular Sciences, Vol. 18, No. 96, Hal. 1-32.
20
Yulianto, M. E., Amalia, R., Paramita, V., Hartati, I., Maulinda, N. A., dan Shultoni, M. A. 2019.
The Effect of Operating Conditions on Curcumin Extracted from Turmeric by Hydrothermal
Extraction. E3S Web of Conferences, Vol. 125, No. 19001, Hal. 1-4.
21
Lampiran Biodata Peneliti
1. Ketua
a. 1 Nama Lengkap Dr. Widiyastuti, ST. MT.
b. 3 NIP/NIDN 197503062002122002/6037504
c. 4 Fungsional/Pangkat/Golongan Lektor Kepala/Penata Tingkat I/3-d
d. 5 Bidang Keahlian Partikel Teknologi
e. 6 Departemen/Fakultas Teknik Kimia/Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem
f. 7 Alamat Rumah dan No. Tel. Tuwowo Rejo 2 No. 8 Surabaya/081357290707
g. 8 Riwayat penelitian/pengabdian (2) yang paling relevan dengan penelitian yang
diusulkan/dilaporkan (sebutkan sebagai ketua/anggota):
1. Synthesis of Zinc Oxide Encapsulation in Silica Matrix for Energy-Saving Light
Application by Combination of Liquid and Aerosol Processes, KLN scheme,
Kemenristekdikti (2014-2016) sebagai Ketua
2. Rancang Bangun Unit Spray Dryer Termodifikasi untuk Meningkatkan Produksi
Partikel Silika Berbahan Baku Lokal, Penelitian Terapan, Kemenristekdikti
(2019-2021) sebagai Ketua
h. Publikasi (2) yang paling relevan (dalam bentuk makalah atau buku):
1. Carbonization of Lignin Extracted from Liquid Waste of Coconut Coir
Delignification, Indonesian Journal of Chemistry, 2020 2. Effect of colloidal properties on the particle characteristics in the flame-assisted
spray-drying process, Chemical Papers 74 (1), 285-296, 2020
i. Paten (2) terakhir: Metode pembuatan nanokomposit ZnO dengan metode sonifikasi sebagai bahan light emitting
diodes (LED) putih (P00201407233 (Permohonan Paten 2014)
j. Tugas Akhir (2 terakhir yang paling relevan) yang sudah dibimbing:
1. Karbonisasi Na-Lignin sebagai Bahan Support Elektrokatalis (2019)
2. Sintesis komposit Fe3O4/Graphene sebagai elektrokatalis katoda pada Zn-Air
Battery (2018)
Thesis (2 terakhir yang paling relevan) yang sudah dibimbing:
1. Sintesa carbon-MnO2 nanofiber dengan metode elektrospinning (2019)
2. Sintesis silika karbon mesopori asam sulfonat sebagai katalis untuk reaksi
esterifikasi (2019)
Disertasi (2 terakhir yang paling relevan) yang sudah dibimbing:
1. Sintesa partikel silika dan kompositnya dengan karakteristik terkontrol
menggunakan metode spray (2019)
2. Sintesis superabsorben aerogel selulosa berbasis sabut kelapa yang reusable dan
ramah lingkungan serta aplikasinya (2020)
22
2. Anggota I
a. 1 Nama Lengkap Dr.Eng. Siti Machmudah, S.T., M.Eng.
b. 3 NIP/NIDN 197305121999032001/ 0012057307
c. 4 Fungsional/Pangkat/Golongan Lektor/Penata/3-c
d. 5 Bidang Keahlian Ekstraksi
e. 6 Departemen/Fakultas Teknik Kimia/Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem
f. 7 Alamat Rumah dan No. Tel. Sukolilo Dian Regency II Surabaya/ 082132348064
g. 8 Riwayat penelitian/pengabdian (2) yang paling relevan dengan penelitian yang
diusulkan/dilaporkan (sebutkan sebagai ketua/anggota):
1. Ekstraksi dan Pemurnian Senyawa Fitokimia dari Temulawak Menggunakan CO2
Superkritis dalam Mendukung Ketersediaan Obat Berbasis Bahan Baku Alami
Lokal, Penelitian Pascasarjana, Dana Lokal ITS (2019) sebagai Anggota
2. Aplikasi Fluida Subkritis dan Superkritis pada Proses Pemisahan dan Mikronisasi
Partikel Senyawa Fitokimia sebagai Bahan Obat, World Class Research,
Kemenristekdikti (2019-2021) sebagai Ketua
h. Publikasi (2) yang paling relevan (dalam bentuk makalah atau buku):
1. Supercritical fluids extraction of valuable compounds from algae: Future
perspectives and challenges, Engineering Journal 22 (5), 13-30, 2018
2. Subcritical water extraction enhancement by adding deep eutectic solvent for
extracting xanthone from mangosteen pericarps, The Journal of Supercritical
Fluids 133, 615-624, 2018
i. Paten (2) terakhir: Metode pembuatan nanokomposit ZnO dengan metode sonifikasi sebagai bahan light emitting
diodes (LED) putih (P00201407233 (Permohonan Paten 2014)
j. Tugas Akhir (2 terakhir yang paling relevan) yang sudah dibimbing:
1. Simulasi CFD untuk aliran dalam coaxial nozzle pada pembentukan mikropartikel
dengan proses superkritis anti solvent (SAS) (2019)
2. Ekstraksi fitokimia dari temulawak menggunakan air superkritis (2018)
Thesis (2 terakhir yang paling relevan) yang sudah dibimbing:
1. Biodiesel dari mikroalga dengan menggunakan metode ekstraksi dimetil eter
(2018)
2. Pemodelan proses ekstraksi senyawa fitokimia dari alga eucheuma cottonii dan
gracilaria SP menggunakan CO2 superkritis (2018)
Disertasi (2 terakhir yang paling relevan) yang sudah dibimbing:
1. Phytochemical extraction and particle micronization using supercritical carbon
dioxide technology
2. Eksperimen dan pemodelan ekstraksi CO2 superkritis dan pemurnian senyawa
fitokimia dari temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
23
3. Anggota II
a. 1 Nama Lengkap Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng.
b. 3 NIP/NIDN 196702031991021001/0003026701
c. 4 Fungsional/Pangkat/Golongan Guru Besar/Pembina Utama Muda/4-c
d. 5 Bidang Keahlian Partikel Teknologi
e. 6 Departemen/Fakultas Teknik Kimia/Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem
f. 7 Alamat Rumah dan No. Tel. Bumi Marina Emas Barat IV/55 Surabaya /
08175157930
g. 8 Riwayat penelitian/pengabdian (2) yang paling relevan dengan penelitian yang
diusulkan/dilaporkan (sebutkan sebagai ketua/anggota):
1. Pengembangan Bahan Logam Non-Mulia/Graphene Sebagai Elektroda Baterai
Logam-Udara, Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi, Kemenristekdikti
(2018-2020) sebagai Ketua
2. Nanokomposit fungsional dari aerogel selulosa sabut kelapa yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan, Penelitian Dasar, Kemenristekdikti (2020-2022)
sebagai Ketua
h. Publikasi (2) yang paling relevan (dalam bentuk makalah atau buku):
1. Carbonization of Lignin Extracted from Liquid Waste of Coconut Coir
Delignification, Indonesian Journal of Chemistry, 2020 2. Production of cellulose aerogels from coir fibers via an alkali–urea method for
sorption applications, Cellulose 26 (18), 9583-9598, 2019
i. Paten (2) terakhir:
1. Katalis asam padat dan proses untuk memproduksinya dari abu biomassa,
P00201406511 (Permohonan Paten 2014)
2. Metode penghitaman baja dengan anodisasi untuk perlindungan korosi,
P00201406434 (Permohonan Paten 2014)
j. Tugas Akhir (2 terakhir yang paling relevan) yang sudah dibimbing:
1. Deposisi elektroforesis silika pada stailess steel disertai anodisasi untuk
perlindungan terhadap korosi (2019)
2. Sintesis komposit silika-karbon sebagai katalis asam padat (2018)
Thesis (2 terakhir yang paling relevan) yang sudah dibimbing:
1. Sintesa carbon-MnO2 nanofiber dengan metode elektrospinning (2019)
2. Sintesis silika karbon mesopori asam sulfonat sebagai katalis untuk reaksi
esterifikasi (2019)
Disertasi (2 terakhir yang paling relevan) yang sudah dibimbing:
1. Sintesis superabsorben aerogel selulosa berbasis sabut kelapa yang reusable dan
ramah lingkungan serta aplikasinya (2020)
2. Sintesa grafit dan grafena berbasis biomassa tempurung kelapa serta aplikasinya
sebagai elektroda pada superkapasitor