prospek, masalah dan strategi pemenuhan...

23
Prospek, Masalah dan Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok 35 PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN POKOK Prospects, Issues, and Strategies of Staple Food Demand Fulfillment Prajogo U. Hadi dan Sri Hery Susilowati Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 ABSTRACT Future demand for staple foods to be fulfilled will be continuously increasing. This paper aims to describe future conditions regarding prospect, problems and strategy to meet the increasing demand for the four staple foods specified by the government, i.e. rice, maize, soybean, and sugar. The results of the study are as follows: (i) Production volumes of rice, maize, soybean and sugar increase but with lower rates, except that for maize, in which the major source of growth rate is area expansion, not improved yield, except for maize; (ii) Production capability to meet the domestic needs has improved for rice, but it is still limited and susceptible to production decrease due to uncontrollable external factors such as climate anomaly; (iii) Production capabilities of other three commodities are limited that external source (import), especially for soybean and sugar, is needed; (iii) Indonesia still has large potentials to increase food production in terms of biodiversity, unutilized land and water availability, conducive geography and climate conditions, and rural labor as well as technology availability; and (iv) Attempts to increase production encounter problems related to environment, climate, agricultural infrastructure, inputs, farm tools and machinery availability, land ownership, legal aspect of land ownership, land conversion, agricultural subsidy budget, farmers institution, and inter-sektor coordination. The main strategies required to save staple food production growth involve : (i) Adaptation to climate anomaly, (ii) Construction and rehabilitation of irrigation networks and agricultural roads; (iii) Construction of new lowland (leveling-up); (iv) Effective supply and distribution of modern inputs such as improved seeds and fertilizers; (v) Prudent import policy to avoid losses incurred by domestic food commodity producers; (vi) Enhancing the role of Bulog in absorbing domestic production and stabilization of rice price; (vii) Improving the role of autonomous regions in staple food supply; and (viii) Reducing per capita rice consumption. Key words : staple food needs, production prospect and problem, and strategy ABSTRAK Jumlah permintaan akan makanan pokok akan terus meningkat di masa datang yang harus dicukupi. Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kondisi di masa datang yang menyangkut prospek, permasalahan dan strategi pemenuhan kebutuhan empat komoditas pangan pokok yang ditetapkan pemerintah yaitu beras, jagung, kedelai, dan gula. Hasil penelitian adalah (i) produksi padi, jagung, kedelai dan gula terus meningkat, namun dengan laju yang lambat, kecuali jagung, dimana sumber utama pertumbuhan produksi tersebut adalah perkembangan luas areal panen, bukan perbaikan produktivitas, kecuali jagung; (ii) kemampuan produksi untuk memenuhi kebutuhan domestik makin tinggi untuk padi, namun masih pas-pasan sehingga masih berisiko jika terjadi penurunan

Upload: vannga

Post on 02-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prospek, Masalah dan Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok

35

PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHANKEBUTUHAN PANGAN POKOK

Prospects, Issues, and Strategies of Staple Food DemandFulfillment

Prajogo U. Hadi dan Sri Hery Susilowati

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan PertanianJl. A. Yani No. 70 Bogor 16161

ABSTRACT

Future demand for staple foods to be fulfilled will be continuously increasing. Thispaper aims to describe future conditions regarding prospect, problems and strategy to meetthe increasing demand for the four staple foods specified by the government, i.e. rice,maize, soybean, and sugar. The results of the study are as follows: (i) Production volumesof rice, maize, soybean and sugar increase but with lower rates, except that for maize, inwhich the major source of growth rate is area expansion, not improved yield, except formaize; (ii) Production capability to meet the domestic needs has improved for rice, but it isstill limited and susceptible to production decrease due to uncontrollable external factorssuch as climate anomaly; (iii) Production capabilities of other three commodities are limitedthat external source (import), especially for soybean and sugar, is needed; (iii) Indonesia stillhas large potentials to increase food production in terms of biodiversity, unutilized land andwater availability, conducive geography and climate conditions, and rural labor as well astechnology availability; and (iv) Attempts to increase production encounter problems relatedto environment, climate, agricultural infrastructure, inputs, farm tools and machineryavailability, land ownership, legal aspect of land ownership, land conversion, agriculturalsubsidy budget, farmers institution, and inter-sektor coordination. The main strategiesrequired to save staple food production growth involve : (i) Adaptation to climate anomaly,(ii) Construction and rehabilitation of irrigation networks and agricultural roads; (iii)Construction of new lowland (leveling-up); (iv) Effective supply and distribution of moderninputs such as improved seeds and fertilizers; (v) Prudent import policy to avoid lossesincurred by domestic food commodity producers; (vi) Enhancing the role of Bulog inabsorbing domestic production and stabilization of rice price; (vii) Improving the role ofautonomous regions in staple food supply; and (viii) Reducing per capita rice consumption.

Key words : staple food needs, production prospect and problem, and strategy

ABSTRAK

Jumlah permintaan akan makanan pokok akan terus meningkat di masa datangyang harus dicukupi. Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kondisi dimasa datang yang menyangkut prospek, permasalahan dan strategi pemenuhan kebutuhanempat komoditas pangan pokok yang ditetapkan pemerintah yaitu beras, jagung, kedelai,dan gula. Hasil penelitian adalah (i) produksi padi, jagung, kedelai dan gula terus meningkat,namun dengan laju yang lambat, kecuali jagung, dimana sumber utama pertumbuhanproduksi tersebut adalah perkembangan luas areal panen, bukan perbaikan produktivitas,kecuali jagung; (ii) kemampuan produksi untuk memenuhi kebutuhan domestik makin tinggiuntuk padi, namun masih pas-pasan sehingga masih berisiko jika terjadi penurunan

Page 2: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prajogo U. Hadi dan Sri Hery Susilowati

36

produksi karena faktor eksternal yang tidak terkontrol seperti anomali iklim, dan lain-lain; (iii)sementara kemampuan produksi 3 komoditas lainnya untuk memenuhi kebutuhan domestikmasih kurang, sehingga masih diperlukan sumber dari luar (impor), utamanya kedelai dangula; (iv) Indonesia masih mempunyai potensi sangat besar untuk peningkatan produksipangan dari segi kekayaan plasma nutfah, ketersediaan lahan dan air yang belumdimanfaatkan, kondisi geografis dan iklim yang kondusif, ketersediaan tenaga kerja diperdesaan, dan teknologi; dan (v) upaya peningkatan produksi pangan masih dihadapkanpada berbagai masalah yang menyangkut lingkungan, iklim, infrastruktur pertanian,ketersediaan sarana produksi, ketersediaan alat dan mesin pertanian, penguasaan lahan,legalitas penguasaan lahan, konversi lahan pangan, anggaran subsidi pertanian,kelembagaan petani, dan keterpaduan lintas sektor. Strategi utama yang diperlukan untukmengamankan peningkatan produksi komoditas pangan pokok adalah (i) adaptasi terhadapanomali iklim; (ii) pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi dan jalan usahatani; (iii)pencetakan sawah baru; (iv) penyediaan benih unggul bermutu dan pupuk secara efektif; (v)kebijakan impor yang hati-hati agar tidak merugikan petani produsen di Indonesia; (vi)peningkatan peran Bulog dalam penyerapan produksi dalam negeri dan stabilisasi hargagabah/beras; (vii) peningkatan peran Daerah Otonom dalam penyediaan pangan; dan (viii)pengurangan konsumsi beras per kapita.

Kata kunci : kebutuhan pangan pokok, prospek dan masalah produksi, dan strategi

PENDAHULUAN

Jumlah penduduk yang sangat besar saat ini yaitu sekitar 230 juta jiwadengan laju pertumbuhan yang masih cukup cepat yaitu 1,4 persen per tahun,yang disertai dengan peningkatan daya beli, perbaikan tingkat pendidikan dankesadaran akan kesehatan dan kebugaran jasmani, membutuhkan bahan pangandengan kuantitas yang makin besar dan kualitas yang makin tinggi. Kebutuhanpangan yang makin besar secara kuantiatas dan kualitas tersebut perlu dipenuhi.

Untuk menjamin ketersediaan pangan, maka diperlukan sistem ketahananpangan yang makin kuat. Pembangunan ketahanan pangan nasional diarahkanuntuk mencapai kemandirian pangan. Kemandirian pangan dapat diwujudkanantara lain melalui swasembada komoditas pangan strategis, peningkatan aksespangan, dan penganekaragaman pangan. Namun saat ini masih terdapat sekitar29.9 juta jiwa (13% dari total penduduk) yang berada dalam kondisi rawan pangan.Sasaran MDG pada tahun 2015 mentargetkan jumlah penduduk rawan pangan diIndonesia kurang dari 8 persen.

Upaya untuk mengatasi ancaman kelaparan dan kerawanan pangan masihmenjadi agenda nasional sampai saat ini. Dalam kaitan itu, kebijakan umumKetahanan Pangan 2010-2014 menetapkan empat pilar utama yaitu: (1)meningkatkan ketersediaan pangan; (2) mengembangkan sistem distribusipangan; (3) meningkatkan kualitas konsumsi pangan; dan (4) membangun sistempendukung ketahanan pangan yang kondusif (Dewan Ketahanan Pangan, 2010).

Untuk mendorong kemandirian pangan ditempuh antara lain menekankankemandirian pangan di tingkat rumah tangga sebagai basis untuk membentukkemandirian pangan di tingkat desa, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.Beberapa langkah strategis adalah (1) melanjutkan program swasembada dan

Page 3: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prospek, Masalah dan Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok

37

swasembada berkelanjutan untuk lima komoditas pangan strategis, yaitu padi,jagung, kedelai, gula, dan daging sapi; (2) meningkatkan jangkauan dan efisiensidistribusi pangan melalui perbaikan sarana dan prasarana transportasi, khususnyadi wilayah Indonesia Timur dan daerah tertinggal lainnya; (3) percepatanpenganekaragaman konsumsi pangan dengan memanfaatkan keanekaragamanhayati setempat (berbasis sumber daya lokal); (4) pengembangan kapasitascadangan pangan, baik yang dikelola pemerintah pusat, pemerintah daerah (wajibmenurut PP 38/2007) maupun masyarakat (Dewan Ketahanan Pangan, 2010).

Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kondisi dimasa datang yang menyangkut prospek, permasalahan, dan strategi pemenuhankebutuhan empat komoditas pangan pokok Indonesia yang ditetapkan olehKementarian Pertanian RI, yaitu beras, jagung, kedelai, dan gula.

PROSPEK PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN NASIONAL

Kinerja

Perkembangan Produksi

Selama 10 tahun terakhir (2000-2009), produksi padi dan jagungmengalami perkembangan yang cukup baik, yaitu masing-masing 3,31 persen dan6,81 persen per tahun (Tabel 1). Perkembangan produksi tersebut bersumber dariperkembangan luas panen dan produktivitas yaitu masing-masing 2,33 persen dan0,98 persen untuk padi dan 2,27 persen dan 4,54 persen untuk jagung. Inimenunjukkan bahwa perkembangan produksi padi lebih tergantung padaperkembangan luas panen, sedangkan untuk jagung lebih tergantung padaperkembangan produktivitas.

Page 4: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prajogo U. Hadi dan Sri Hery Susilowati

38

Sebaliknya, produksi kedelai dalam periode yang sama cenderungmenurun 0,63 persen per tahun. Penurunan ini lebih disebabkan oleh penurunanluas panen 1,59 persen, karena produktivitas cenderung meningkat 0,96 persenper tahun. Untuk tebu, produksi cenderung meningkat 1,04 persen per tahun, yanglebih bersumber pada peningkatan luas panen 1,86 persen karena produktivitascenderung menurun 0,82 persen per tahun.

Lambatnya perkembangan produktivitas padi dan kedelai dan bahkanmenurunnya produktivitas tebu mencerminkan lambatnya perkembangan teknologibudidaya untuk ketiga komoditas tersebut. Sementara itu, perkembangan yangcepat pada produktivitas jagung menunjukkan kemajuan yang baik pada teknologibudidaya, yang tidak terlepas dari peranan industry perbenihan swasta yangberkembangan pesat.

Kemampuan Produksi dalam Penyediaan Pangan Domestik

Kebutuhan pangan domestik terdiri dari konsumsi penduduk dankebutuhan lain (industri, dll). Sementara itu, sumber pangan terdiri dari produksidomestik dan impor. Kemampuan produksi domestik untuk memenuhi totalkebutuhan pangan domestik dan konsumsi mencerminkan kekuatan swasembadapangan.

Selama periode 2000-20071 kemampuan produksi untuk memenuhi totalkebutuhan domestik dan konsumsi diperlihatkan pada Tabel 2. Dapat diketahuibahwa untuk padi, selama periode tersebut mempunyai kemampuan yangcenderung meningkat untuk memenuhi total kebutuhan domestik sehingga dapatdicapai swasembada pada tahun 2006 dan 2007, walaupun masih pada tingkatyang pas-pasan (surplus 1.58-3.93%). Untuk kebutuhan konsumsi saja, bahkantelah mencapai swasembada sejak tahun 2000.

Selama periode yang sama, produksi jagung belum mampu memenuhitotal kebutuhan domestik sehingga belum dapat dicapai swasembada hinggatahun 2007. Namun untuk kebutuhan konsumsi saja, telah mencapai tingkatswasembada yang sangat tinggi sejak tahun 2000, karena jagung lebih ditujukanuntuk bahan baku industri pakan ternak.

Yang lebih parah lagi adalah kedelai, dimana kemampuan produksi untukmemenuhi total kebutuhan domestik sangat rendah dan cenderung menurunselama 2000-2007. Namun untuk kebutuhan konsumsi saja, telah mencapaitingkat swasembada yang sangat tinggi sejak tahun 2000, karena kedelai lebihditujukan untuk bahan baku industri tahu dan tempe. Hal yang sama juga terjadipada gula, dimana kemampuan untuk memenuhi total kebutuhan domestik masihrendah dalam periode yang sama. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsisaja masih jauh dari mencukupi.

Dapat disimpulkan bahwa produksi padi sudah mampu memenuhikebutuhan domestik namun masih berisiko tinggi karena masih pas-pasan. Untukjagung, kedelai, dan gula masih diperlukan sumber dari luar untuk memenuhikebutuhan domestik.

1 Data ketersediaan dan konsumsi pangan tahun 2008-2010 belum ada.

Page 5: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prospek, Masalah dan Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok

39

Potensi Nasional untuk Peningkatan Produksi ke Depan

Keanekaragaman Hayati dan Agroekosistem

Untuk meningkatkan produksi pangan dalam negeri, Indonesia mempunyaipotensi sumber daya alam, termasuk keanekaragaman hayati yang sangat besar(mega biodiversity). Keanekaragaman hayati darat Indonesia menempati posisikedua terbesar di dunia setelah Brazil (Kementerian Pertanian, 2010). Hal initercermin pada beragamnya jenis komoditas pertanian tanaman pangan,hortikultura, perkebunan, dan peternakan, yang sudah sejak lama diusahakansebagai sumber pangan dan pendapatan masyarakat.

Keanekaragaman hayati yang didukung oleh kondisi geografis berupadataran rendah dan tinggi yang tersebar, sinar matahari yang melimpah dan curahhujan yang hampir merata sepanjang tahun di sebagian wilayah, dankeanekaragaman jenis tanah, memungkinkan dilakukannya kegiatan budidayaaneka jenis tanaman dan ternak asli daerah tropis, serta komoditas introduksi daridaerah subtropis secara merata sepanjang tahun di Indonesia. Keanekaragamanhayati, baik yang asli Indonesia maupun introduksi yang telah beradaptasi dengankondisi iklim tropis, juga merupakan sumber materi genetik yang dapat direkayasauntuk menghasilkan varietas dan klon tanaman unggul serta bangsa ternak.

Page 6: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prajogo U. Hadi dan Sri Hery Susilowati

40

Sumber daya Lahan dan Air

Di Indonesia terdapat potensi lahan sangat besar yang belumdimanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2006, total luas daratan adalah 192 jutahektar, yang terdiri dari : (1) kawasan budidaya seluas 123 juta hektar (64,6%);dan (2) kawasan lindung seluas 67 juta hektar (35,4%). Sebagian kawasanbudidaya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai areal pertanian seluas101 juta hektar yang terdiri dari: (1) lahan basah 25,6 juta hektar; (2) lahan keringtanaman semusim 25,3 juta hektar; dan (3) lahan kering tanaman tahunan 50,9 ha(Ditjen PLA 2006, dikutip dalam Kementerian Pertanian 2010). Dari areal yangberpotensi untuk pertanian tersebut, saat ini sudah dimanfaatkan untuk budidayapertanian seluas 47 juta hektar. Ini berarti masih ada sisa seluas 54 juta hektaryang berpotensi untuk pelruasan areal pertanian, termasuk tanaman pangan.

Jumlah luasan dan sebaran areal hutan, sungai, rawa dan danau, sertacurah hujan yang umumnya cukup tinggi yang merata sepanjang tahun, apabiladikelola secara baik, merupakan potensi alamiah yang dapat dimanfaatkan untukmemenuhi kebutuhan air pertanian. Waduk, bendungan, embung dan air tanah,serta air permukaan lainnya berpotensi sangat besar untuk mendukungpengembangan budidaya pertanian.

Tenaga Kerja Pertanian

Jumlah penduduk Indonesia sangat besar, yang sebagian besar berada diwilayah perdesaan dan mempunyai kultur budaya bekerja keras, merupakanpotensi tenaga kerja pertanian. Hingga saat ini, lebih dari 43 juta tenaga kerjanasional masih menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, utamanyatanaman pangan. Namun jumlah penduduk tersebut belum terdistribusi secaraproporsional berdasarkan sebaran luas potensi lahan dan belum mempunyai ilmupengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk pengembangan pertanianyang berdaya saing tinggi.

Apabila penduduk yang jumlahnya besar di suatu wilayah dapatditingkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya untuk mampu bekerja danberusaha di sektor produksi, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, makadapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas produksi pangan untukmemenuhi kebutuhan pasar. Peningkatan kapasitas penduduk dalam hal ilmupengetahuan dan keterampilan pertanian dapat juga dilakukan melaluipenempatan tenaga kerja pertanian terlatih di daerah yang masih kurangpenduduknya dan penyediaan fasilitas pertanian dalam bentuk sarana produksi,bimbingan tekniologi dan pemberian jaminan pasar yang baik bagi hasil pertanian.

Teknologi

Berbagai paket teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan oleh petaniuntuk meningkatkan kuantitas, kualitas dan produktifitas komoditas pertanian saatini sudah tersedia cukup banyak. Berbagai varietas, klon dan bangsa ternakberkapasitas produksi tinggi, teknologi produksi pupuk dan produk bio, alat dan

Page 7: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prospek, Masalah dan Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok

41

mesin pertanian, serta aneka teknologi budidaya, pascapanen dan pengolahanhasil pertanian sudah banyak dihasilkan oleh para peneliti di lembaga-lembagapenelitian, masyarakat petani dan perusahaan swasta. Namun, berbagai paketteknologi tersebut belum sepenuhnya dapat diadopsi oleh masyarakat petanikarena berbagai kendala. Jika kendala-kendala itu dapat dieliminasi, makaproduksi pertanian (termasuk pangan) akan tumbuh lebih cepat, baik secarakuantitas maupun kualitas.

Target Produksi Komoditas Pangan Pokok 2010-2014

Dalam rangka pembangunan pertanian Indonesia selama lima tahun kedepan (2010-2014), Kementerian Pertanian mencanangkan empat target utama,yaitu: (1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; (2)peningkatan diversifikasi pangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing, danekspor; dan (4) peningkatan kesejahteraan petani (Kementerian Pertanian, 2010).

Khususnya yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pangan, yaitupencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, telah ditetapkan target,sasaran produksi dan rata-rata pertumbuhan selama 2010-2014 untuk limakomoditas pangan tersebut, sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Target dan Sasaran Produksi Empat Komoditas Pangan Pokok, 2014

Komoditas TargetProduksi

2009(juta ton)

Sasaran Produksi(Juta ton) Pertumbuhan

(%/tahun)2010 2014

Padi

Jagung

Kedelai

Gulai

SSB

SSB

SS 2014

SS 2014

63.84

17.66

1.00

2.85

66.68

19.80

1.30

2.99

75.70

29.00

2.70

5.70

3.22

10.02

20.05

17.63

Sumber: Kementan (2010)Keterangan: SSB = Swa Sembada Berkelanjutan; SS = Swa Sembada

Untuk swasembada berkelanjutan telah ditetapkan untuk mencapaiswasembada tiga komoditas pangan utama, yaitu kedelai dan gula pada tahun2014. Sasaran produksi kedua komoditas pangan pokok tersebut pada tahun2014 adalah kedelai 2,7 juta ton (meningkat 20,05%/tahun), dan gula 5,7 juta ton(meningkat 17,63%/tahun)

Sementara itu, swasembada berkelanjutan ditargetkan untuk duakomoditas pangan pokok, yaitu padi dan jagung. Untuk menjamin keberlanjutanswasembada kedua komoditas tersebut, maka sasaran laju peningkatanproduksinya dipertahankan minimal sama dengan laju peningkatan permintaan

Page 8: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prajogo U. Hadi dan Sri Hery Susilowati

42

dalam negeri. Dengan memperhitungkan proyeksi pertumbuhan jumlah penduduknasional, permintaan bahan baku industri dalam negeri, kebutuhan stok nasionaldan peluang ekspor, maka sasaran produksi padi pada tahun 2014 ditargetkansebesar 75,7 juta ton gabah keirng giling (naik 3,22%/tahun) dan jagung 29 jutaton pipil kering (naik 10,.02%/tahun).

Untuk mampu mencapai sasaran dan target produksi kelima komoditaspangan utama tahun 2014, maka akar permasalahan krusial yang akan dihadapiselama 2011-2014 perlu diidentififkasi dan dipahami secara mendalam untukdicarikan strategi untuk pemecahannya.

PERMASALAHAN KRUSIAL DALAM PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN

Peningkatan Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Global

Iklim global telah mengalami perubahan yang berdampak negatif padasiklus hidrologi dalam bentuk perubahan pola dan intensitas curah hujan, kenaikanpermukaan air laut, peningkatan frekuensi, dan intensitas bencana alam yangdapat menyebabkan terjadinya kebanjiran dan kekeringan. Sejak tahun 1998, telahterjadi kenaikan suhu bumi yang mencapai 1oC, sehingga diprediksi akan terjadilebih banyak hujan dengan perubahan 2-3 persen per tahun. Dalam 5 tahunterakhir, rata-rata luas sawah yang terkena banjir dan kekeringan masing-masingsebesar 29,743 hektar terkena banjir (11,043 ha di antaranya mengalami pusokarena banjir) dan 82,472 hektar terkena kekeringan (8,497 ha di antaranyamengalami puso karena kekeringan). Di masa datang, kondisi inikecenderungannya akan meningkat.

Faktor penyebab terjadinya pemanasan suhu bumi (global warning) adalahkegiatan manusia di bidang pertanian dan nonpertanian. Di bidang pertanian,sistem produksi menghasilkan emisi sangat besar dalam bentuk tiga jenis utamagas rumah kaca, yaitu karbon dioksida (CO2), metan dan nitrogen oksida. Aktivitasproduksi dan panen pertanian pangan yang berdampak besar pada pemanasansuhu bumi adalah fermentasi dalam pencernakan ternak piaraan, kotoran hewan,pupuk anorganik, penebangan hutan, kerusakan tanah dan pemakaian bahanbakar fosil pada kendaraan bermotor dan industri pengolahan (Anonymous,1995). Negara-negara yang mempunyai kontribusi besar dalam emisi gas rumahkaca adalah AS, Cina, Uni Soviet, Brazil, Kanada, dan India (Hadi dan Amien,2010).

Hasil analisis paling akhir oleh Intergovernmental Panel on ClimateChange (IPCC) memproyeksikan bahwa rata-rata suhu permukaan bumi akanmeningkat antara 1,4 sampai 5,8°C selama 1990-2100, sedangkan permukaan airlaut akan naik antara 9 sampai 88 cm. Selama abad ke-20, suhu permukaan bumitelah naik 0,6°C, terutama karena aktivitas manusia. Bagi Indonesia, denganasumsi permukaan air laut naik 60 cm, potensi kehilangan lahan pertaniandiestimasi sebesar 34.000 km2 (2%) yang melibatkan 3,1 juta (1,1%) pendudukpada tahun 2050.

Page 9: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prospek, Masalah dan Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok

43

Variabilitas dan perubahan iklim tersebut berdampak negatif padapertanian di Indonesia. Selama periode 48 tahun (1961-2008), variabilitas iklimtelah menyebabkan luas panen padi mengalami fluktuasi dengan frekuensipenurunan 18 kali dengan tingkat penurunan yang cepat dalam beberapa tahunyaitu 1963, 1967, 1972, 1982, 1991, 1994, 1997 dan 2001 (Hadi dan Amien,2010).

Peningkatan suhu juga akan memperpendek masa generatif tanaman dandengan meningkatnya serangan hama dan penyakit akan menurunkanproduktivitas. Perubahan pola curah hujan akan merubah kalender tanam danmenunda waktu tanam. Meningkatnya frekuensi dan intensitas kejadian iklimekstrim yang dapat memperbesar risiko banjir dan kekeringan akan menurunkanproduksi pertanian. Permukaan air laut yang naik akan menggenangi lahan-lahanpertanian produktif dan meningkatkan salinitas tanah berpotensi menurunkanproduktivitas pertanian. Sementara itu, meningkatnya CO2 dalam atmosfir akanmendorong fotosintesis sehingga mempercepat respirasi yang akan menurunkanproduktivitas. Perubahan iklim dipastikan menyebabkan naiknya suhu, curahhujan, dan penyinaran matahari.

Hasil penelitian Amien et al. (1999) yang dikutip Hadi dan Amien (2010)memperlihatkan bahwa jika konsentrasi CO2 di udara naik menjadi dua kali lipat,maka curah hujan tahunan, suhu maksimum dan minimum, serta penyinaranmatahari akan meningkat secara signifikan, yang selanjutnya akan menurunkanproduktivitas padi antara 14,21 sampai 58,14 persen. Perubahan pola curah hujanakan merubah masa tanam yaitu terlambatnya waktu tanam pada musim hujanyang akan berdampak pada terlambatnya waktu tanam musim kemarau sehinggamembatasi peluang musim tanam ketiga jika fasilitas irigasi tidak ada atau air yangada di jaringan irigasi itu tidak cukup.

Hasil penelitian Naylor et al. (2007) mengenai pola curah hujan diSumatra, Jawa, Bali, dan Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa perubahan iklimakan meningkatkan probabilitas mundurnya waktu tanam 30 hari, yang selanjutnyaakan dapat menurunkan produksi padi. Cline (2007) memprediksikan bahwa padatahun 2080, produktivitas pertanian di Indonesia akan turun sebesar 15-25 persenkarena perubahan iklim, tetapi karena adanya efek positif dari meningkatnya CO2di udara, maka penurunan itu menjadi lebih kecil yaitu 5-15 persen. Hasil studiTschirley (2007) melaporkan bahwa produktivitas pertanian dapat turun sebesar 20persen jika suhu udara naik lebih dari 4oC, yaitu turun 5 persen untuk padi danturun 10% untuk jagung jagung. Penurunan tersebut akan bisa lebih cepat jikadegradasi sumber daya lahan diperhitungkan. Peng et al. (2004) juga melaporkanbahwa meningkatnya suhu minimum seebsar 1°C akan menurunkan produktivitaspada sebesaar 10 persen.

Handoko et al. (2008) menyatakan bahwa naiknya suhu udara dapatmempengaruhi produksi pada dengan tiga cara, yaitu: (1) menurunnya luas panenkarena menurunnya irigasi sebagai akibat dari peningkatan evapo-transpirasi; (2)menurunnya produktivitas tanaman karena umur panen yang lebih pendek; dan (3)meningkatnya respirasi tanaman. Hasil estimasinya menunjukkan bahwa (1) padatahun 2050 luas panen padi akan menurun 3,3 persen di Jawa dan 4,1 persen di

Page 10: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prajogo U. Hadi dan Sri Hery Susilowati

44

luar Jawa dari posisi luas panen tahun 2007; (2) penurunan produktivitas karenaumur panen yang lebih pendek adalah 18,6 – 31,4 persen di Java dan 20,5 persendi luar Jawa; dan (3) peningkatan respirasi karena meningkatnya suhu akanmenurunkan produktivitas sebesar 19,94 persen di Jawa Tengah, 18,2 persen diYogyakarta, 10,5 persen di Jawa Barat dan 11,7 persen di luar Jawa dan Bali.

Hasil penelitian Boer (2008) juga melaporkan bahwa peningkatan suhukarena peningkatan konsentrasi CO2 akan menurunkan produktivitas tanamansebagai berikut: (1) jika tidak terjadi konversi lahan pertanian dan tidak terjadiperubahan intensitas pertanaman padi di tingkat kabupaten di Jawa, makaproduksi padi diprediksi akan turun 12.500 – 72.500 ton pada tahun 2025; (2) jikakonversi lahan sebesar 0,77 persen per tahun dipertimbangkan tanpa peningkatanintensitas pertanaman padi di tingkat kabupaten, maka produksi padi diprediksiakan turun lebih besar yaitu 42.500 – 162.500 ton pada tahun 2025; (3) jika tidakterjadi konversi lahan pertanian tetapi terjadi peningkatan intensitas pertanaman,maka efek negatif dari peningkatan suhu dapat diminimalkan; (4) peningkatanintensitas pertanaman dapat mempertahankan produksi padi di sebagian besarkabupaten di Jawa pada tahun 2025, kecuali Kabupaten Tulungagung dan Kediridi Jawa Timur, Kabupaten Purworedjo, Wonosobo, Magelang, Klaten danSukohardjo di Jawa Tengah, dan Kabupaten Sleman di Yogyakarta; dan (5) jikakonversi lahan padi tetap sebesar 0,77 persen per tahun, makan peningkatanintensitas pertanaman tidak efektif untuk mengimbangi efek negatif daripeningkatan suhu pada tahun 2025, utamanya di Jawa Tengah, tetapi efektifhanya di beberapa kabupaten di Jawa barat dan Jawa Timur.

Bagi sektor pertanian, dampak lanjutan dari perubahan iklim selainbergesernya pola dan kalender tanam serta penurunan produksi tanaman, adalahperubahan keanekaragaman hayati, eksplosi hama dan penyakit tanaman danhewan. Karena itu diperlukan upaya khusus untuk pemetaan daerah rawan banjirdan kekeringan. Namun ada permasalahan di tingkat lapangan, yaitu kemampuanpara petugas lapangan dan petani dalam memahami data dan informasi perkiraaniklim masih sangat terbatas. Akibatnya, mereka kurang mampu menentukan awalmusim tanam serta melakukan antisipasi, mitigasi dan adaptasi terhadapperubahan iklim yang mungkin dapat terjadi.

Kondisi Infrastruktur Pertanian

Salah satu jenis infrastruktur yang kondisinya sangat memprihatinkan saatini adalah jaringan irigasi. Pembangunan waduk dan jaringan irigasi baru yangsangat kurang dan rusaknya jaringan irigasi yang ada menyebabkan daya dukungirigasi bagi pertanian sangat menurun. Penyebab utama kerusakan tersebutadalah banjir dan erosi, kerusakan sumber daya alam di daerah aliran sungai,bencana alam dan kurangnya pemeliharaan jaringan irigasi sampai ke tingkatusahatani. Kondisi jaringan irigasi yang kurang baik tersebut tentu berdampakpada turunnya produktivitas pertanian tanaman pangan. Kedepan, meningkatnyapersaingan dalam penggunaan air oleh pertanian dan nonpertanian (industri danrumah tangga) akan memperberat masalah menurunnya pasokan air untukpertanian jika jaringan irigasi tidak diperbaiki, utamanya di Jawa.

Page 11: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prospek, Masalah dan Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok

45

Jenis infarstruktur lain yang kondisinya belum baik adalah jalan usahatani,jalan produksi, dan pelabuhan yang dilengkapi dengan pergudangan beserta alatpendingin udaranya. Terbatasnya infrastruktur tersebut menyebabkan biayaangkutan sarana produksi dan hasil pertanian menjadi makin mahal, dan tingkatkerusakan/kehilangan hasil selama pengangkutan cukup besar. Akibatnya, hargahasil yang diterima petani menjadi lebih rendah dari yang seharusnya, disampingmengurangi pasokan bahan pangan di pasar.

Ketersediaan Sarana Produksi

Sarana produksi pertanian terdiri dari benih/bibit, pupuk, pakan ternak, danobat-obatan tanaman dan hewan. Benih/bibit unggul bermutu tinggi adalah salahsatu sarana produksi pertanian yang sangat esensial. Hingga saat ini, penyediaanbenih unggul bermutu tinggi masih sangat kurang dan dengan daya beli petaniyang masih rendah maka benih/bibit yang digunakan petani mempunyai tingkatkeunggulan yang tidak maksimal. Mereka seringkali menggunakan benih/bibit F3-4hasil panen petani, yang kapsitas produksinya sudah menurun. Usahapenangkaran benih/bibit belum berkembang luas sampai sentra produksi sehinggaharga benih/bibit masih mahal, bahkan banyak beredar benih/bibit palsu dimasyarakat yang sangat merugikan petani jika benih/bibit demikian digunakan.Program BLBU dengan benih padi hibrida yang berpotensi produksi sangat tinggijuga belum berhasil karena tidak cocoknya benih hibrida di lapangan sehinggapetani memanfaatkannya untuk konsumsi.

Pupuk tersedia bagi pertanian rakyat dengan harga subsidi yang diberikanmelalui produsen pupuk. Jenis pupuk yang disubsidi adalah urea, SP36, NPK, ZAdan pupuk organik. Kebutuhan pupuk petani diajukan kepada pemerintah pusatmelalui penyusunan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) olehkelompok tani yang didampingi oleh PPL (penyuluh pertanian lapangan).Permasalahan pokok saat ini adalah keterbatasan anggaran pemerintah untuksubsidi pupuk yang berdampak pada terbatasnya jumlah pupuk bersubsidi yangdialokasikan untuk pertanian. Hal ini menyebabkan jumlah pupuk yang tersediabagi petani lebih kecil dari jumlah yang dibutuhkan (sesuai dengan dosisrekomendasi) sehingga produktivitas tanaman lebih rendah dari yang seharusnya.Ketersediaan pupuk organik masih sangat terbatas, padahal jenis pupuk ini sangatdiperlukan untuk perbaikan struktur tanah guna peningkatan produktivitas lahanpertanian, utamanya lahan sawah yang padat karena terlalu banyak pemakaianpupuk kimia, utamanya urea.

Ketersediaan Alat dan Mesin Pertanian

Alat dan mesin pertanian yang masih bermasalah dalam ketersediaannyaadalah alat pompa air serta alat perontok dan alat pengering gabah. Pompa airsangat dibutuhkan di daerah-daerah sawah irigasi yang pasokan airpermukaannya terbatas dan wilayah tadah hujan yang hanya menggantungkan airhujan pada musim hujan. Fungsi utama pompa air adalah menyedot air tanahmelalui sumur-sumur “patek” di lahan pertanian dan menyedot air sungai. Saat ini

Page 12: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prajogo U. Hadi dan Sri Hery Susilowati

46

jumlah pompa air masih sangat terbatas, dimana peranan pemerintah masihsangat minim dalam memberikan bantuan kepada petani/kelompok tani. Tingginyaharga bahan bakar minyak merupakan hambatan besar dalam pengoperasianpompa air, utamanya pada musim kemarau yang membutuhkan bahan bakarminyak dalam jumlah besar karena pemakaian pompa yang jauh lebih intensifdibanding pada musim hujan.

Alat perontok gabah masih terbatas jumlahnya sehingga cara perontokangabah masih banyak yang menggunakan cara digepyok (dibanting) dengan alasyang terbatas luasannya. Ketiadaan mesin pengering gabah, utamanya padamusim hujan, menyebabkan mutu gabah petani kurang baik sehingga rendemenberas menjadi lebih rendah dari yang seharusnya (banyak menir). Penangananpascapanen yang kurang baik telah menyebabkan kehilangan hasil dalam jumlahcukup besar yang berdampak mengurangi ketersediaan pangan. Dari data neracabahan pangan (food balance sheet) FAO tahun 2000-2007 dapat dihitung tingkatkehilangan hasil (waste) yaitu 7,92 persen (4.22 juta ton) untuk padi, 6,70 persen(736,2 ribu ton) untuk jagung, dan 13,38 persen (99,4 ribu ton) untuk kedelai dariproduksi masing-masing jenis komoditas tersebut.

Luas, Legalitas Penguasaan dan Konversi Lahan Pertanian

Mayoritas petani di Indonesia mempunyai skala usahatani yang sangatsempit (< 0.5 ha). Selama 20 tahun (1983-2003), jumlah petani berskala sangatsempit in terus meningkat yaitu dari 6.4 juta KK pada tahun 1983 naik menjadi 10.6juta KK pada tahun 1993 (meningkat 65.81%) dan naik lagi menjadi 14,0 juta KKpada tahun (naik 31.95%), sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4. Persentasejumlah petani berlahan sangat sempit tersebut juga meningkat dari 52.34% padatahun 1983 naik cepat menjadi 64.12% pada tahun 1993 dan naik lagi menjadi65.53% pada tahun 2003 yang berarti dominasi jumlah petani berskala guremmakin kuat.

Tabel 4. Perkembangan Jumlah Rumah Tangga Petani Menurut Golongan Luas Lahan,1983, 1993 dan 2003 (KK)

Tahun Golongan Luas Lahan (ha) Total< 0.50 0.50 – 0.99 1.00 – 1.99 2.00+

19836.412.246 3.671.243 2.922.294 2.168.315 12.251.804(52,34%) (29,96%) (23,85%) (17,70%) (100%)

199310.631.887 4.348.303 3.132.145 1.601.409 16.581.599

(64,12%) (26,22%) (18,89%) (9,66%) (100%)

200314.028.589 4.578.053 3.460.406 2.801.627 21.408.269

(65,53%) (21,38%) (16,16%) (13,09%) (100%)Perubahan (%):

1983-1993 65,81 18,44 7,18 -26,15 35,341993-2003 31,95 5,28 10,48 74,95 29,11

Sumber: Sensus Pertanian 1983, 1993 dan 2003 (BPS, Jakarta).

Page 13: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prospek, Masalah dan Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok

47

Di lain pihak, terjadi peningkatan jumlah petani dengan luas garapan 2hektar keatas selama 1993-2003, yaitu dari 1,6 juta pada tahun 1993 menjadi 2,8juta pada tahun 2003 (naik 74,95%). Makin dominannya jumlah petani berlahansempit menyebabkan proses produksi pertanian rakyat menjadi makin tidak efisien.Hal ini mempunyai kontribusi dalam pelambatan perkembangan produktivitastanaman, yang berarti juga menghambat perkembangan produksi pertaniannasional.

Sebagian besar petani belum memiliki legalitas yang kuat dalam pemilikanlahan. Data Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) tahun 2003 yang dikutipdalam Kementan (2010) menunjukkan bahwa jumlah sertifikat tanah yangditerbitkan baru mencapai 24,5 juta persil atau sekitar 30 persen dari jumlahseluruh persil yang ada di Indonesia (sekitar 75 juta persil). Dari jumlah persil yangtelah memperoleh sertifikat tersebut, 50 persen adalah tanah di perkotaan(pemukiman dan industri) yang luas arealnya tidak lebih dari 3 juta hektar.Sementara itu, lahan pertanian di perdesaan yang luasnya lebih dari 25 juta hektarhanya memperoleh sertifikat sebanyak 50 persen dari seluruh sertifikat yang sudahditerbitkan (sekitar12 juta persil).

Konversi lahan pertanian ke nonpertanian (jalan raya, pemukiman,perkantoran, kawasan industri, pariwisata, dll) sudah terjadi sejak lama dalamskala yang cukup masif. Selama periode 1983-1993, konversi lahan pertaniannonperkebunan besar (pertanian rakyat) mencapai 1,30 juta hektar atau 7,78persen selama 10 tahun atau rata-rata 0,78 persen per tahun, sebagaimanadiperlihatkan pada Tabel 5. Sebagian besar konversi lahan terjadi di Jawa (79,6%)dan jika dilihat dari jenis lahan yang dikonversi, 68,3 persen adalah lahan sawah(Anonim, 1996).

Tabel 5. Perubahan Luas Lahan Pertanian Rakyat Menurut Wilayah, 1983-2003 (Ha)

Wilayah Luas Lahan Pertanian Perubahan19831) 19932) 20033) 1983-2003 1993-2003

Jawa 5.442.449 4.407.029 4.019.887 -1.035.420 -387.142Bali,NTB, NTT 1.208.164 1.060.218 1.095.551 -147.946 35.333Sumatera 5.668.811 5.416.601 4.249.706 -252.210 -1.166.895Sulawesi 1.637.811 1.772.444 2.184.508 134.633 412.064Kalimantan 2.222.153 2.191.596 2.096.230 -30.557 -95.366Maluku 378.662 400.339 351.970 21.677 -48.369Irian Jaya 166.322 175.777 142.043 9.455 -33.734INDONESIA 16.724.372 15.424.004 14.139.895 -1.300.368 -1.284.109

Sumber: Badan Pusat Statistik, JakartaKeterangan: 1) Sensus Pertanian 1983; 2) Sensus Pertanian 1993;

3) Sensus Pertanian 2003

Pada periode 1993-2003, konversi lahan mencapai 1,28 juta hektar atau8,33 persen selama 10 tahun atau rata-rata 0,83 persen per tahun, yang berarti

Page 14: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prajogo U. Hadi dan Sri Hery Susilowati

48

terjadi peningkatan intensitas konversi lahan. Jumlah konversi selama 1993-2003menurun 16.259 ha (1,25%) dibanding periode sebelumnya, namun secarakumulatif konversi lahan selama 20 tahun tersebut mencapai 2,58 juta hektar(15,45% dari posisi 1983) atau rata-rata 258.448 hektar per tahun.

Dari Tabel 5 juga dapat diketahui bahwa dominasi wilayah konversi lahanpertanian rakyat selama 1993-2003 telah bergeser ke Sumatera (90,9%). Konversilahan juga meningkat di Kalimantan, dan terjadi di Maluku dan Irian Jaya yangselama periode sebelumnya luas lahan pertanian meningkat. Konversi lahanpertanian rakyat yang terjadi sangat cepat di wilayah Sumatera (363%) danKalimantan (212%) disebabkan oleh pembukaan areal perkebunan kelapa sawitdan karet yang menggunakan lahan pertanian pangan. Kedua jenis komoditastersebut memberikan pendapatan dengan frekuensi lebih tinggi dan jumlahkumulatif per tahun lebih besar dibanding tanaman pangan (Kustiari et al., 2008;Susilowati et al., 2009). Konversi lahan pertanian dalam jumlah besar dan cepat,khususnya lahan sawah produktif, akan menambah beban upaya pencapaianswasembada pangan (beras) nasional di masa datang, apalagi jika peningkatanproduktivitas, intensitas tanam, dan pencetakan sawah berjalan lambat.

Subsidi Input Pertanian

Total anggaran subsidi untuk pupuk, benih, kredit program, dan bantuanpangan terus meningkat selama 2004-2009 dengan peningkatan drastis padatahun 2008 dan 2009 (Tabel 6). Subsidi yang terus meningkat tersebutmenunjukkan meningkatnya dukungan pemerintah kepada petani untukmeringankan biaya produksi serta upaya untuk meningkatkan produksi nasionaldalam rangka mencapai ketahanan pangan. Total subsidi input pertanian tahun2009 sebesar Rp 20,5 trilliun yang terdiri dari subsidi pupuk Rp 17,5 trilliun,subsidi benih Rp 1,3 trilliun dan kredit program Rp 1,7 trilliun.

Tabel 6. Perkembangan Anggaran Subsidi Pertanian, 2004-2009 (Rp’milyar)

Jenis Subsidi 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Pupuk 1.171,4 2.527,3 3.165,7 6.260,50 15.181,5 17.537,0

(91,48%) (93,13%) (95,04%) (92,24%) (93,46%) (85,41%)

Benih 74,2 147,7 131,1 479 985,2 1.315,40

(5,79%) (5,44%) (3,94%) (7,06%) (6,07%) (6,41%)

Kredit Program34,90 38,60 34,20 47,50 77,00 1,679,50

(2,73%) (1,42%) (1,03%) (0,70%) (0,47%) (8,18%)

Total 1.280,5 2.713,6 3.331,0 6.787,0 16.243,7 20.531,9

Sumber: Kantor Menko Perekonomian

Subsidi pupuk meningkat drastis selama dua tahun terakhir, yaitu dari Rp6,3 trilliun pada tahun 2007 menjadi Rp 15,2 trilliun pada tahun 2008 dan naik lagi

Page 15: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prospek, Masalah dan Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok

49

menjadi Rp 17,5 triliun pada tahun 2009. Peningkatan subsidi pupuk yang cukupbesar tersebut menimbulkan pertanyaan besar yaitu apakah subsidi tersebut efektifdan efisien dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas pertanian.

Hasil penelitian World Bank (2009) menyimpulkan antara lain (1)peningkatan penggunaan urea 1 persen hanya dapat meningkatkan produksi padidi Jawa 0,31-0,49 persen di Jawa dan 0,15 persen di luar Jawa; dan (2) Padatahun 2008, biaya subsidi Rp 15,2 triliun hanya mampu meningkatkan nilaiproduksi padi Rp 8,3 triliun. Hasil analisis IPB (2010) juga menyimpulkan bahwapada tahun 2009 biaya subsidi pupuk Rp 17,5 triliun hanya mampu meningkatkannilai tambah Rp 5,2 triliun. Subsidi pupuk telah meningkatkan penggunaan ureaper hektar oleh petani hingga melampaui batas yang akhirnya malahanmenurunkan produktivitas tanaman padi. Karena itu Bank Dunia tersebutmenyarankan agar dilakukan pengurangan subsidi pupuk urea secara gradual.

Jumlah subsidi benih juga meningkat cepat pada pada tahun 2009 untukmeningkatkan penggunaan benih bersertifikat yang diharapkan akanmeningkatkan produktivitas tanaman secara signifikan. Namun banyak kasus yangterjadi di lapangan bahwa benih yang diberikan dalam program BLBU (BantuanLangsung Benih Unggul) tidak dimanfaatkan oleh petani, terutama karena: (1)kualitas benih kurang bagus (daya tumbuh rendah, terutama benih padi hibrida)sehingga sering dimanfaatkan untuk konsumsi; dan (2) BLBU mensyaratkanketersediaan air irigasi yang cukup untuk pertumbuhan tanaman optimal, namunbanyak wilayah yang kondisi pengairannya belum memadai untuk penanamanbenih unggul.

Nilai kredit program juga terus meningkat selama 2004-2009 denganpeningkatan drastis pada tahun 2009. Jenis kredit program yang disediakan antaralain adalah KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi), Kredit PembangunanEnergi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP), KUR (Kredit UsahaRakyat) dan KUPS (Kredit Usaha Pembibitan Sapi). Suku bunga bervariasi 5-10persen per tahun. Penyerapan skim kredit program tersebut oleh petani kecil masihterkendala oleh aksesibilitas petani yang rendah karena kurangnya pemilikankolateral berupa sertifikat tanah sebagai syarat untuk dapat mengambil kredit.Penyaluran KKP-E dan KUPS selama ini melalui kelompok tani dimungkinkanumumnya menggunakan kolateral pengurus (ketua) atau anggota kelompok taniyang memiliki kolateral cukup. Khusus untuk KUR, yang plafonnya mencapai Rp150 juta, selama ini hanya dapat diakses oleh masyarakat yang mempunyai nilaikolateral besar minimal senilai plafon tersebut.

Kelembagaan Petani

Keberadaan organisasi petani seperti kelompok tani atau gabungankelompok tani (gapoktan) lebih bersifat budaya, dan sebagian besar hanyaberorientasi untuk mendapatkan fasilitas/bantuan melalui proyek pemerintah,belum mengarah kepada pemanfaatan peluang ekonomi yang ada melaluipemanfaatan aksesibilitas terhadap berbagai informasi teknologi, permodalan danpasar yang dibutuhkan bagi pengembangan usahatani. Demikian pula, koperasi

Page 16: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prajogo U. Hadi dan Sri Hery Susilowati

50

belum sepenuhnya mampu mengakomodasi kepentingan anggota sebagai wadahpembinaan teknis dan bisnis.

Keterpaduan Sektoral

Pembangunan sektor pertanian tidak mungkin dilakukan oleh KementerianPertanian sendiri, tetapi bersama dengan berbagai kementerian lain yang terkaitdengan pertanian. Selama ini, rapat-rapat koordinasi antarkementerian sudahsering dilakukan, tetapi pengintegrasian kegiatan fisik antarkementerian sangatsulit dilaksanakan, antara lain dalam (1) pembangunan prasarana pertanian danperdesaan yang merupakan wewenang Kementerian PU; (2) kebijakan pertanahanyang menjadi wewenang Kementerian Dalam Negeri; (3) kebijakan harga danperdagangan yang merupakan wewenang Kementerian Perdagangan; (4)kebijakan subsidi pupuk yang merupakan wewenang Kementerian Keuangan danBUMN; dan (5) kebijakan industri yang merupakan wewenang KementerianPerindustrian. Menurut Wakil Menteri Pertanian RI, Kementerian hanyamempunyai andil 30 persen dalam pengambilan putusan dalam pembangunanpertanian.

Dampak dari lemahnya keterpaduan tersebut antara lain adalah kurangnyapasokan air untuk pengairan sawah pada saat dibutuhkan dan terjadinya imporberlebihan yang dapat menurunkan harga produsen di dalam negeri (kasus berasdan gula). Kelebihan impor gula rafinasi yang kemudian masuk ke pasar gulakonsumsi telah menyebabkan turunnya harga gula putih asal tebu petani (Sawit,2010).

Capaian Sasaran Produksi Pangan Pokok Tahun 2010

Sasaran produksi lima komoditas pangan tahun 2010 belum dapat dicapai.Menurut Angka Ramalan III (ARAM III) BPS, produksi padi tahun 2010diperkirakan 65,98 juta ton gabah kering giling (GKG). Produksi ini naik 1,58 jutaton atau 2,46 persen dibandingkan produksi tahun 2009, tetapi masih merupakan1,05 persen di bawah target produksi tahun 2010 sebesar 66,68 juta ton. Kenaikanproduksi diperkirakan karena peningkatan luas panen sebesar 234,54 ribu hektar(1,82%) dan produktivitas sebesar 0,31 kuintal/hektar (0,62%).

Untuk jagung, produksi tahun 2010 diperkirakan sebesar 17.84 juta tonpipil kering. Produksi ini naik 214,93 ribu ton atau 1,22 persen dibandingkanproduksi tahun 2009, tetapi masih 9,98 persen di bawah target produksi tahun2010 sebesar 19,8 juta ton. Kenaikan produksi tersebut diperkirakan bersumberdari peningkatan produktivitas sebesar 0,80 kuintal/hektar (1,89%), sedangkanluas panen diperkirakan turun sebesar 26,87 ribu hektar (0,65%).

Sementara itu, produksi kedelai tahun 2010 diperkirakan mencapai 905,02ribu ton biji kering. Produksi ini turun 69,50 ribu ton atau 7,13 persen dibandingkanproduksi tahun 2009, yang berarti hanya merupakan 30,35 persen dibawahsasaran produksi tahun 2010 sebesar 1,3 juta ton. Penurunan produksi tersebut

Page 17: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prospek, Masalah dan Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok

51

diperkirakan berasal dari penurunan luas panen sebesar 50,55 ribu hektar (6,99%)dan juga produktivitas sebesar 0,02 kuintal/hektar (0,15%).

Untuk gula, produksi tahun 2010 diperkirakan mencapai 2,72 juta ton.Produksi ini naik 3,66 persen dibandingkan produksi tahun 2009, tetapi masih 9,03persen dibawah target produksi tahun 2010 sebesar 2,99 juta ton. Untuk dagingsapi, produksi tahun 2010 diperkirakan hanya sebesar 0,33 juta ton. Produksi initurun 17,5 persen dari posisi tahun 2009, yang berarti masih berada 19,51 persendibawah target produksi tahun 2010 sebesar 0,41 juta ton.

STRATEGI UTAMA PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN POKOK

Peningkatan Produksi Dalam Negeri

Adaptasi terhadap Anomali Iklim

Untuk mencegah terjadinya ketidakstabilan produksi pangan nasionalkarena anomali iklim, diperlukan langkah adaptasi antara lain berupa penyiapanvarietas padi unggul yang tahan cuaca buruk jangka pendek dan perubahan iklimjangka panjang. Untuk itu Kementerian Pertanian telah menyiapkan tiga varietaspadi yang tahan terhadap cuaca buruk jangka pendek dan perubahan iklim jangkapanjang, yaitu Inpago yang tahan kekeringan, Inpara yang tahan genangan air,dan Inpari-13 yang tahan hama wereng coklat. Kondisi cuaca yang tidak menentudan bulan basah yang lebih panjang selama 2010 telah menyebabkanberkembangnya wereng coklat sangat cepat yang merusak sebagian arealtanaman padi di 27 kabupaten/kota.

Bersamaan dengan itu perlu dilakukan: (1) optimalisasi pengelolaansumber daya lahan dan air/irigasi; (2) penyesuaian pola tanam/pengelolaan,utamanya tanaman pangan; (3) perakitan dan penyiapan teknologi adaptif sertaberbagai pedoman; dan (4) penerapan teknologi adaptif dan ramah lingkungan.

Pembangunan Infrastruktur Pertanian

Infrastruktur pertanian yang utama adalah jaringan irigasi dan jalanpertanian. Untuk jaringan irigasi diperlukan pembangunan jaringan baru danrehabilitasi jaringan lama. Lahan sawah yang belum berfungsi maksimal saat iniadalah seluas sekitar 243.321 hektar, yang memerlukan jaringan irigasi sesuaidengan kebutuhan dan potensi pengembangannya. Untuk itu diperlukanpembangunan jaringan irigasi baru dan rehabilitasi jaringan tersier dan irigasidesa/sederhana, dan meningkatkan pemanfaatan aliran permukaan (air tanah,embung, dll). Selain itu, di wilayah-wilayah sawah tadah hujan, pemerintah perlumembantu petani dalam pengadaan pompa air, baik pompa berdaya kecil untuksumur patek maupun pompa berdaya besar untuk menyedot air sungai. Untukjalan pertanian perlu diprioritaskan pada wilayah-wilayah sentra produksi.

Page 18: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prajogo U. Hadi dan Sri Hery Susilowati

52

Pembangunan infrastruktur pertanian tersebut dapat dijustifikasi oleh hasilpenelitian yang menunjukkan bahwa setiap investasi irigasi sebesar Rp 1 trilliundapat meningkatkan output sebesar Rp 2,42 triliun, nilai tambah Rp 2,98 triliundan pendapatan total Rp 2,23 triliun. Setiap kenaikan luas lahan beririgasi teknissebesar 1 persen dapat meningkatkan produksi padi sebesar 1,08 persen.Penggunaan pompa air pada sawah tadah hujan dapat meningkatkan intensitastanam sebesar 100 persen dan produktivitas tanaman hingga 50 persen. Demikianpula, pembangunan jalan pertanian dapat menurunkan biaya angkut saranaproduksi ke hamparan usahatani sekitar 3-8 persen dan menekan biaya angkuthasil pertanian dari hamparan usahatani ke tujuan pemasaran hingga 10 persen.

Pencetakan Sawah Baru

Peningkatan kapasitas produksi dapat dilakukan melalui perluasan lahanpertanian terutama di luar Jawa. Menurut data BPS, pada tahun 2006 luas lahansawah yang ada di Indonesia adalah sekitar 7,89 juta hektar, yang 4,56 juta hektardiantaranya berada di luar pulau Jawa. Untuk ke depan, masih terdapat potensiperluasan lahan sawah sekitar 16 juta hektar yang sebagian besar terletak diPapua, Maluku, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Kebijakan perluasan lahanpertanian ke luar Jawa mempunyai prospek realisasi yang baik dengan adanyarencana investasi swasta yang akan difokuskan ke luar Jawa terutama di Merauke(Papua), Kalimantan dan Sulawesi melalui program pemerintah misalnya FoodEstate dan Transmigrasi. Kebijakan perluasan lahan pertanian ke luar Jawa perludisertai dengan penerapan dan perbaikan teknologi usahatani dan pengolahanhasil pertanian.

Penyediaan Benih Unggul dan Pupuk

Benih unggul dan pupuk merupakan dua sarana produksi tanaman yangmemerlukan penanganan lebih serius dalam penyediaan bagi petani. Pembinaanpenangkar benih perlu ditingkatkan melalui kemitraan dengan BUMN perbenihannasional (antara lain PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani). Distribusi benih unggulhingga ke wilayah perdesaan perlu ditingkatkan yang disertai dengan pangawasanterhadap kemungkinan terjadinya pemalsuan benih. Untuk tebu sudah tersediavarietas unggul baru, dan untuk sapi potong sudah tersedia semen sapi unggulsebagai bahan inseminais buatan (IB).

Penyaluran pupuk bersubsidi secara tertutup dengan menggunakan RDKKmasih perlu dilanjutkan sebelum ada sistem baru yang lebih baik. Anggaransubsidi pupuk perlu ditingkatkan yang mencakup semua jenis komoditas pertanianrakyat dengan memilih komposisi pupuk yang lebih seimbang antara N, P dan K,yaitu menggunakan pupuk majemuk NPK yang lebih banyak dan mengurangipupuk tunggal terutama urea yang saat ini sudah berlebihan penggunaannya.Pupuk NPK yang baik adalah yang proses produksinya menggunakan cara kimiawi(chemical blending). Penggunaan pupuk organik juga perlu diperbanyak untukmemperbaiki struktur tanah yang sudah keras karena pemakaian pupuk N yangbelebihan dalam waktu yang lama.

Page 19: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prospek, Masalah dan Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok

53

Kebijakan Impor

Salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan pangan adalahmelakukan impor dari negara lain. Namun demikian impor jangan sampaimenyebabkan produksi dalam negeri menjadi turun karena menjadi tidak kompetififlagi. Selama ini, tingginya subsidi yang diberikan pemerintah di negara-negaramaju kepada petaninya menyebabkan produksi pertanian di negara-negara itudapat diekspor dengan harga murah. Hal ini berdampak pada melonjaknya imporpangan oleh negara-negara berkembang karena harga domestik menjadi lebihmahal dibanding harga impor. Karena itu, perlu mekanisme perlindungansementara bagi negara berkembang, termasuk Indonesia, dari serbuan impor ataukejatuhan harga karena produk impor yaitu melalui SSM (Special SafeguardMechanism) dengan menetapkan SP (Special Products). Sebelumnya kepadanegara berkembang diberikan SSG (Special Safety Guard) namun tidak efektif danhampir tidak dapat digunakan oleh negara berkembang, sehingga serbuan importetap berlangsung cukup pesat.

Karena itu masih tetap diperlukan kebijakan impor pangan denganmelakukan proteksi terhadap komoditas strategis atau komoditas pangan utamayaitu beras, jagung, kedelai, gula dan daging sapi agar 95 persen dari kebutuhannasional dapat dipenuhi dari produksi di dalam negeri. Selain itu, Indonesia perlutetap gigih memperjuangkan dalam forum WTO untuk memperoleh perlindungansementara melalui SSM/SP sehingga terlindungi dari serbuan impor dan kejatuhanharga.

Volume impor beras dan gula perlu dikendalikan secara baik agar tidakmenyebabkan turunnya harga di dalam negeri yang dapat merugikan petani.Masuknya gula rafinasi ke pasar gula konsumsi sebagai akibat kecerobohan dalamkebijakan impor gula tidak boleh terjadi lagi di masa datang.

Peranan Bulog

Kinerja Bulog dalam penyerapan gabah petani perlu lebih dioptimalkandalam rangka peningkatan stok beras nasional dari produksi dalam negerisekaligus menjaga stabilitas harga pangan. Stok beras di gudang Bulog saat inihanya di bawah 2 juta ton, padahal kapasitas gudang yang ada di berbagaiwilayah di Indonesia adalah 3,8 juta ton. Selama ini Bulog lebih tertarik untukmelakukan impor dibanding membeli gabah dari petani dengan alasan: (1) padasaat panen, harga gabah dibawah HPP tetapi kualitas beras petani tidak sesuaidengan kriteria yang diinginkan; dan (2) pada saat kualitas beras petani bagus,Bulog berdasarkan regulasi tidak mungkin membeli dengan harga diatas HPP,walaupun sebenarnya bisa dijual dengan harga lebih tinggi.

Impor beras oleh Bulog sebenarnya hanya solusi jangka pendek, mudahdilakukan dan mendatangkan keuntungan finansial besar bagi Bulog. Tetapi itubukan untuk penguatan ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan.Kalaupun Bulog tetap melakukan impor beras (dari Thailand dan Vietnam), maka

Page 20: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prajogo U. Hadi dan Sri Hery Susilowati

54

sebaiknya masuk gudang sampai masa panen padi tahun 2010 selesai karenastok di gudang masih rendah.

Peranan Pemerintah Daerah Otonom dalam Peningkatan Produksi Pangan

Dalam era otonomi daerah, daerah otonom mempunyai peranan sangatpenting dalam penyediaan pangan lokal dalam rangka penguatan ketahananpangan, yaitu menyediakan stok pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dimasing-masing wilayah daerah otonom tersebut. Dengan cara ini masalahkekurangan pangan dapat segera diatasi lebih dini karena Pemerintah Daerahyang paling mengetahui kondisi daerah dan masyarakatnya masing-masing.Uluran tangan Pemerintah Pusat tentu saja dapat diberikan dalam rangkapenyelesaian masalah kekuarangan pangan yang lebih tuntas.

Pengurangan Konsumsi Beras

Konsumsi beras per kapita sekarang masih sangat tinggi, yaitu 139kg/kapita/tahun, jauh lebih tinggi daripada rata-rata dunia yang hanya 60 kg, danjuga jauh lebih tinggi dibanding Malaysia dan Thailand yang masing-masing hanya80 kg dan 90 kg. Karena itu, tingkat konsumsi per kapita di Indonesia perludikurangi. Salah satu caranya adalah melakukan kampanye dan mempraktekkan“sehari tanpa nasi” (one day without rice), seperti halnya “sehari tanpa tembakau”(one day without tobacco) untuk kebaikan kesehatan dan “sehari tanpa mobil” (oneday without car) untuk kebaikan lingkungan. Pemberlakuan “sehari tanpa nasi” bisadilakukan seminggu sekali atau sebulan sekali. Kegiatan ini bisa dimulai lebihdahulu di kantor-kantor pemerintah di Pusat dan Daerah di seluruh Indonesia.

Kampanye tersebut sudah dimulai tahun 2009 di beberapa provinsi yaituNTB, NTT, Sulawesi Utara dan Maluku Utara, yang bervariasi dari satu hari perminggu hingga dua hari per bulan. Di kota Manado bahkan sudah dilakukan duahari per minggu. Jika sehari saja tiap bulan tanpa nasi, maka konsumsi berasdapat dikurangi sekitar 828.000 ton per tahun. Dengan cara ini, jumlah impor dapatditekan atau bahkan mungkin tidak perlu dilakukan.

Cara kedua untuk mengurangi konsumsi beras adalah diversifikasipangan. Di Jepang, yang harga berasnya sangat tinggi, upaya pengurangankonsumsi beras cukup berhasil melalui program “Gerakan Banyak Makan Sayur”.Program yang berdampak positif pada perbaikan gizi untuk pencerdasan danperbaikan kesehatan masyarakat ini mungkin bisa ditiru di Indonesia. Terkaitdengan diversifikasi pangan, pemerintah telah menyiapkan anggaran tahun 2011untuk ketahanan pangan sebesar Rp 2 triliun dan untuk beras sebesar Rp 1 triliun.

Cara ketiga adalah mengembalikan pangan pokok masyarakat asli suatuwilayah. Di wilayah-wilayah tertentu yang semula komoditas pangan pokoknyaadalah ubi, jagung, dan sagu dikembalikan lagi ke komoditas-komoditas tersebut.Disamping itu, di wilayah-wilayah yang saat ini komoditas pangan pokoknya non-beras, dibiarkan saja komoditas pangan pokoknya seperti itu, dan tidak perludiperkenalkan dengan beras.

Page 21: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prospek, Masalah dan Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok

55

KESIMPULAN

Kebutuhan pangan pokok yang terus meningkat di masa datang sebagaiakibat dari peningkatan jumah penduduk dan daya beli masyarakat konsumenperlu dicukupi. Produksi komoditas pangan pokok, yaitu padi, jagung, kedelai dangula terus meningkat, namun dengan laju yang lambat, kecuali jagung.Pertumbuhan produksi tersebut juga masih tergantung pada perkembangan luasareal panen, bukan perbaikan produktivitas, kecuali jagung. Jika luas panen turun,seperti yang terjadi pada kedelai, maka produksi akan turun. Produktivitas tebubahkan cenderung menurun, yang berarti peningkatan produksi sangat tergantungpada ketesediaan lahan, sebagai indikasi sistem produksi yang makin tidak efisien.

Kemampuan produksi untuk memenuhi kebutuhan domestik makin tinggiuntuk padi, bahkan mencapai swasembada pada tahun 2006-2007. Namunkemampuan ini masih pas-pasan sehingga masih berisiko jika terjadi penurunanproduksi karena faktor eksternal yang tidak terkontrol seperti anomaly iklim, danlain-lain. Untuk tiga komoditas lainnya, kemampun produksi untuk memenuhikebutuhan domestik masih kurang, sehingga masih diperlukan sumber dari luar(impor), utamanya kedelai dan gula yang mempunyai kemampuan sangat rendahdalam memenuhi kebutuhan domestik. Belum tercapainya sasaran produksi tahun2010 yang ditetapkan dalam Rencana Strategis tahun 2010-2014 merupakanindikasi adanya potensi risiko tersebut.

Indonesia masih mempunyai potensi yang sangat besar untuk peningkatanproduksi, baik dari segi kekayaan plasma nutfah, ketersediaan lahan dan air yangbelum dimanfaatkan, kondisi geografis dan iklim yang kondusif, ketersediaantenaga kerja di perdesaan, dan teknologi. Karena itu Kementerian Pertanian telahmenetapkan target swasembada untuk kedelai dan gula dan swaembadaberkelanjutan untuk beras dan jagung pada tahun 2014.

Untuk peningkatan produksi dalam rangka peningkatan kemampuanpemenuhan kebutuhan domestik yang terus meningkat masih dihadapkan padaberbagai permasalahan. Pokok permasalahan yang dimaksud mencakup: (a)peningkatan kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global yang merupakanancaman potensial bagi peningkatan produksi; (b) kondisi infrastruktur pertanianberupa jaringan irigasi yang tidak berfungsi secara optimal; (c) ketersediaansarana produksi berupa benih unggul bermutu yang masih kurang; (d)ketersediaan alat dan mesin pertanian berupa pompa air dan perontok gabah yangmasih terbatas; (e) penguasaan lahan sangat sempit yang menjadikan prosesproduksi pertanian kurang efisien; (f) legalitas penguasaan lahan yang masihsangat terbatas sehingga petani kurang akses terhadap sumber permodalanformal; (g) konversi lahan pangan yang sangat cepat, utamanya di Jawa, Sumateradan Kalimantan untuk pertanian non-pangan dan nonpertanian; (h) anggaransubsidi pertanian yang terbatas; (i) kelembagaan petani yang masih lemah; dan (j)kurangnya keterpaduan lintas sektor dalam pelaksanaan pembangunan pertanian.

Strategi utama yang diperlukan untuk mengamankan peningkatan produksikomoditas pangan pokok adalah: (a) adaptasi terhadap anomali iklim; (b)

Page 22: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prajogo U. Hadi dan Sri Hery Susilowati

56

pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi dan jalan usahatani; (c) pencetakansawah baru; dan (d) penyediaan benih unggul bermutu dan pupuk secara efektif.

Strategi lain yang diperlukan adalah: (a) kebijakan impor yang hati-hatiagar tidak merugikan petani produsen di Indonesia; (b) peningkatan peran Bulogdalam penyerapan produksi dalam negeri dan stabilisasi harga gabah/beras; (c)peningkatan peran Daerah Otonom dalam penyediaan pangan; dan (d)pengurangan konsumsi beras per kapita.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 1995. Climate Change & Food Security: Reducing Our Food's Impact onClimate Change. Consequences 1(2).

Anonymous. Impacts of Climate Changes on Agriculture and Food Security.http://www.undp.org/climatechange/adapt/maps/food.html. Retrieved 10 June2009.

Boer, Z. 2008. Pengembangan Sistim Prediksi Perubahan Iklim untuk Ketahanan Pangan.Laporan Akhir Konsorsium Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim SektorPertanian. Balai Besar Litbang Sumber daya Pertanian. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian.

Dewan Ketahanan Pangan. 2010. Keynote Speech Kepala Badan Ketahanan Pangan padaSeminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXX, Mataram, 6 Oktober 2010

Hadi, P.U., D.K.S. Swastika, F.B.M. Dabukke, D. Hidayat, N.K. Agustin and M. Maulana.2007. Analisis Penawaran dan Permintaan Pupuk di Indonesia 2007-2012. PusatAnalisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Hadi, P.U., B. Rachman, S.H. Susilowati, H.J. Purba and T.B. Purwantini. 2009. PerumusanModel Subsidi Pertanian untuk Meningkatkan Produksi Pangan dan PendapatanPetani. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Hadi, P.U. and I. Amien, 2010. Long-term Effects of El-Niño on Food Security: Indonesia’sExperience. Paper presented at Workshop on Food Security Assessment UnderClimate Change”. Hanoi, Vietnam, 14-15 July 2010.

Handoko I, Sugiarto Y, Syaukat Y. 2008. Keterkaitan Perubahan Iklim dan Produksi PanganStrategis: Telaah Kebijakan Independen dalam Bidang Perdagangan danPembangunan. SEAMEO BIOTROP for Partnership.

IPCC. 2007. Climate Change 2007. IPCC Fourth Assessment Report (AR4). United NationsIntergovernmental Panel on Climate Change. http://www.ipcc.ch/publications_and_data/ ar4/syr/en/spms4.html. Retrieved 26 April 2010.

Kementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014.Jakarta.

Kustiari, R., Prajogo U. Hadi, Sugiarto, Supadi, Y.F. Sinuraya, Sunarsih, T.B. Purwantini, D.Hidayat, M. Maulana, Waluyo, B. Winarso and Risma. 2008. Panel Petani Nasional(Patanas): Analisis Indikator Pembangunan Pertanian dan Perdesaan. PusatAnalisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Page 23: PROSPEK, MASALAH DAN STRATEGI PEMENUHAN …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Pros_MU_PUH_2011.pdf · Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran ... peningkatan peran Bulog

Prospek, Masalah dan Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pokok

57

Susilowati, S.H., Prajogo U. Hadi, Sugiarto, Supriyati, W.K. Sejati, A.K. Zakaria, Supadi,T.B. Purwantini, D. Hidayat and M. Maulana. 2009. Panel Petani Nasional(Patanas): Analisis Indikator Pembngunan Pertanian dan Perdesaan” . PusatAnalisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Tschirley, J. 2007. Climate Change Adaptation: Planning and Practices. Power PointKeynote Presentation of FAO Environment, Climate change, Bioenergy Division,10-12 September 2007, Rome.

World Bank. 2009. Fertilizer Subsidy in Indonesia. Policy Notes. Indonesia Agriculture PublicExpenditure Review, September 2009.