redesain shell and tube heat exchanger …repository.ppns.ac.id/2517/2/0715040039 - fattah jati...
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR (607408A)
REDESAIN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER MENGGUNAKAN SOFTWARE HTRI XCHANGER SUITE 6.0, PV ELITE 2015 DAN ANALISA TEGANGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA
FATTAH JATI PANGESTU 0715040039
Dosen Pembimbing :
Moh. Miftachul Munir, ST., MT.
Tarikh Azis Ramadani, ST., MT.
PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PENGELASAN
JURUSAN BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2019
( Halaman ini sengaja dikosongkan )
i
TUGAS AKHIR (607408A)
REDESAIN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER
MENGGUNAKAN SOFTWARE HTRI XCHANGER SUITE
6.0, PV ELITE 2015 DAN ANALISA TEGANGAN
MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA
FATTAH JATI PANGESTU 0715040039
Dosen Pembimbing :
Moh. Miftachul Munir, ST.,MT.
Tarikh Azis Ramadani, ST., MT.
PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PENGELASAN
JURUSAN BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2019
ii
( Halaman ini sengaja dikosongkan )
iii
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
REDESAIN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER MENGGUNAKAN
SOFTWARE HTRI XCHANGER SUITE 6.0, PV ELITE 2015 DAN
ANALISA TEGANGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA
Disusun Oleh:
Fattah Jati Pangestu
0715040039
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan
Program Studi D4 Teknik Pengelasan
Jurusan Teknik Bangunan Kapal
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
Disetujui oleh Tim penguji Tugas Akhir Tanggal Ujian : 05 Agustus 2019
Periode Wisuda : September 2019
Menyetujui,
Dosen Penguji NIDN Tanda Tangan
1. M. Miftachul Munir, S.T., M.T. (0030086807) (……………………………)
2. Usman Dinata, S.T., M.M. (0017126006) (…………........……………)
3. Tarikh Azis Ramadani, S.T., M.T. ( - ) (……………………………)
Dosen Pembimbing NIDN Tanda Tangan
1. M. Miftachul Munir, S.T., M.T. (0030086807) (…………………..….……)
2. Tarikh Azis Ramadani, S.T., M.T. ( - ) (…………….………..……)
Mengetahui
Koordinator Program Studi,
M. Ari, S.T., M.T
NIP. 197408282003121001
Menyetujui
Ketua Jurusan,
Ruddianto, S.T., M.T., MRINA
NIP. 196910151995011001
iv
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
No.
Date
Rev.
Page :
: F. WD I. 021
: 3 nopember 2015
: 01
: 1 dari 1
1 PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Fattah Jati Pangestu
NRP : 0715040039
Jurusan/Prodi : Teknik Bangunan Kapal/Teknik Pengelasan
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :
Tugas Akhir yang akan saya kerjakan dengan judul :
“REDESAIN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER MENGGUNAKAN
SOFTWARE HTRI XCHANGER SUITE 6.0, PV ELITE 2015 DAN
ANALISA TEGANGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN
HINGGA”
Adalah benar karya saya sendiri dan bukan plagiat karya orang lain.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.
Surabaya, 2 Agustus 2019
Yang membuat pernyataan,
Fattah Jati Pangestu.
NRP. 0715040039
vi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
vii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini
dengan judul :
“ REDESAIN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER MENGGUNAKAN
SOFTWARE HTRI XCHANGER SUITE 6.0, PV ELITE 2015 DAN
ANALISA TEGANGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN
HINGGA”
Pembuatan dan penyusunan buku tugas akhir ini dibuat sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi Diploma-4 (D4) dan memperoleh gelar Sarjana
Sains Terapan (S.ST) di program studi D4 Teknik Pengelasan Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
Keberhasilan penulis dalam penyusunan tugas akhir ini, banyak disebabkan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT, yang karena rahmat, taufik, serta ridhonya tugas akhir ini
dapat terselesaikan.
2. Kedua Orang tua yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun
materil serta do’a nya.
3. Bapak Ir. Eko Julianto, M. Sc., FRINA., selaku direktur PPNS.
4. Bapak Ruddianto, ST.,MT., MRINA selaku ketua Jurusan Teknik
Bangunan Kapal.
5. Bapak M. Ari, ST.,MT selaku ketua prodi Teknik Pengelasan.
6. Bapak Mohammad Miftachul Munir, ST.,MT dan bapak Tarikh Azis
Ramadani, ST., MT selaku dosen pembimbing serta pematik semangat
dalam segala ketidak mungkinan.
viii
7. Seluruh jajaran dosen pengajar progam studi D4 Teknik Pengelasan
8. PT Robutech dan PT Trans Pacific Indotama Tuban yang telah
memberikan kesempatan On the Job Training dan pengumpulan data.
9. Kepada Iqbal, Satria, Ardin dan Kevin yang membantu dan selalu
mensupport pengerjaan tugas akhir ini.
10. Teman-teman di PPNS, dan keluarga besar TL-8B angkatan 2015
terimakasih atas dukungannya.
Masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas akhir ini, oleh karena itu
penulis berbesar hati menerima kritik dan saran sehingga bisa menyempurnakan
tugas akhir ini. Harapan penulis semoga tugas akhir ini bermanfaat dan bisa
memberikan masukan yang berarti bagi yang membaca tugas akhir ini.
Surabaya, 26 Juli 2019
Penulis
Fattah Jati Pangestu
ix
x
REDESAIN SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER
MENGGUNAKAN SOFTWARE PV ELITE 2015 DAN ANALISA
TEGANGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA
Fattah Jati Pangestu
ABSTRAK
Produksi minyak dan gas semakin kini semakin meningkat sehingga untuk
memenuhi permintaan maka dari itu dibutuhkan shell and tube heat exchanger
dengan kapasitas lebih besar dan memiliki ukuran yang efisien. Untuk mendesain
shell and tube heat exchanger harus memperhatikan beberapa faktor seperti tipe,
jenis zat yang beroperasi, temperatur kerja dan kapaitas produksi. Dalam mendesain
shell and tube heat exchanger digunakan code ASME sec. VIII div. 1 untuk
menentukan ketebalan yang dipakai. Perhitungan manual ini terlalu membutuhkan
waktu yang relatif lama, untuk mempercepat waktu mendesain maka digunakan
HTRI Xchanger Suite 6.0, PV Elite 15 dan dianalisa tegangannya menggunakan
metode elemen hingga. Hasil penghitungan required area heat transfer
menggunakan HTRI menghasilkan required area seluas 4124,65 𝑚2 dengan
overdesign sebesar 5,18 % yang menghasilkan deviasi sebesar 1,8 % dengan hasil
perhitungan manual, kemudian hasil pressure vessel dengan perhitungan manual
didapatkan ketebalan shell sebesar 1,75 in, head sebesar 0,935 in, skirt sebesar 1 in
dan basering setebal 1,8 in yang memiliki rata-rata deviasi sebesar 5,14 % untuk
thickness shell, 6,09 % untuk head dan 0,6 % untuk basering, kemudian hasil stress
yang terjadi berdasarkan perhitungan von mises adalah sebesar 11885,205 psi dan
hasil von mises Ansys adalah 11523 psi dan menghasilkan deviasi sebesar 3,04 %
dan hasil safety factor yang dihasilkan berdasarkan von mises perhitungan manual
adalah sebesar 3,23 dan berdasarkan stress yang terjadi pada Ansys maka didapat
safety factor 3,33.
Kata kunci : design, shell and tube heat exchanger, ASME section VII div.1,
software HTRI Xchanger Suite 6.0, PV Elite15, TEMA, metode elemen hingga, von
misses
xi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xii
SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER REDESIGN WITH
SOFTWARE HTRI XCHANGER SUITE 6.0, PV ELITE 2015
AND ANALYZE USE FINITE ELEMENT METHOD
Fattah Jati Pangestu
ABSTRACT
The production of oil and gas is getting increased so as to fulfill the demand
and needed shell tube heat an exchanger with the capacity of larger used to process
oil and gas. To design a shell and tube heat an exchanger must consider to several
factors, as the type, kind of substance that operate, temperature of work and
production capacity. In designing shell and tube heat an exchanger use ASME code
sec .VIII div. 1 to determine the thickness used. Manual calculation is too requires
a relatively long time, to accelerate time desain then used software Elite PV 15 and
analyze the stress use finite element methode. The result of required area heat
transfer using HTRI produce required area 4124,65 𝑚2with overdesign 5,18 % that
produce margin of error 1,8 %. Then manual calculation from vessel produce shell
thickness 1,75 in, head 0,935 in, skirt 1 in, and basering 1,7 in that have average
margin of error 5,14 % for thickness shell, 6,09 for head and 0,6 % for basering.
Then stress that happened with von mises calculation is 11885,205 psi and result
of von mises from ANSYS is 11523 psi that produce margin of error 3,04 % and
safety factor that produce by von mises stress manual calculation is 3,23 meanwhile
from ANSYS produce safety factor 3,33.
Keyword: design, shell and tube heat exchanger, ASME section VII div.1, software
PV Elite15,TEMA, finite element method, von misses
xiii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................................. v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... ix
ABSTRACT ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 3
BAB II TINJAUANPUSTAKA ......................................................................... 5
2.1 Pressure Vessel ......................................................................................... 5
2.2 Komponen Utama Shell and Tube Heat Exchanger ................................. 6
2.2.1. Head ..................................................................................................... 6
2.2.2. Shell ...................................................................................................... 7
2.2.3. Flange dan bolt ..................................................................................... 7
2.2.4. Support .................................................................................................. 9
2.2.5. Lifting lug ............................................................................................ 10
2.3 Software HTRI Xchanger Suite 6.0 ........................................................ 10
2.4 Software PV Elite 2015 ........................................................................... 11
2.5 Metode Elemen Hingga .......................................................................... 11
2.6 Teori Tegangan ....................................................................................... 12
2.7 Teori Kegagalan Energi Distorsi Maksimum ......................................... 13
2.8 Chemical Process Calculation ................................................................ 15
2.9 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 15
2.10 Perbandingan Heat Exchanger Vertical dengan Horizontal ................... 17
xv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 19
3.1 Diagram Alur Penelitian ......................................................................... 19
3.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ...................................................... 19
3.3 Studi Literatur ........................................................................................ 20
3.4 Pengumpulan Data ................................................................................. 20
3.4.1 Data utama .............................................................................................. 20
3.5 Perancangan Dimensi ............................................................................. 20
3.6 Perancangan Vessel ................................................................................ 23
3.6.1 Perancangan shell and tube heat exchanger dengan menggunakan
software PV Elite 2015 .................................................................................. 23
3.6.2 Perancangan shell and tube heat exchanger secara manual berdasarkan
ASME 2013 section VIII division 1. ............................................................... 31
3.7 Analisa Tegangan ................................................................................... 31
3.8 Gambar Sistem ....................................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 35
4.1 Data Desain Heat Exchanger ................................................................. 35
4.2 Perhitungan Manual Luas Heat Transfer ............................................... 36
4.3 Perhitungan Dengan HTRI ..................................................................... 36
4.3.1 Input summary .................................................................................... 36
4.3.2 Input liquid properties ........................................................................ 36
4.3.3 Output summary .................................................................................. 37
4.4 Perhitungan Manual Pressure Vessel ..................................................... 42
4.4.1 Internal pressure ................................................................................. 43
4.4.2 External pressure shell ........................................................................ 44
4.4.3 Perhitungan windload ......................................................................... 46
4.4.4 Perhitungan seismic load .................................................................... 47
4.4.5 Perhitungan skirt................................................................................. 50
4.4.6 Perhitungan bolt dan base ring ........................................................... 50
4.5 Analisis Tegangan dan Faktor Keselamatan .......................................... 53
4.5.1 Perhitungan tegangan pada tiap sumbu ............................................... 53
4.5.2 Aplikasi teori tegangan maksimum .................................................... 55
4.5.3 Aplikasi teori tresca criterion ............................................................. 55
xvi
4.5.4 Aplikasi teori von mises criterion ....................................................... 55
4.6 Finite Element Analysis .......................................................................... 56
4.6.1 Input geometry dan parameter simulasi ............................................... 56
4.6.2 Geometry mesh .................................................................................... 57
4.6.3 Running simulasi serta hasilnya .......................................................... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 59
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 59
5.2 Saran ....................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 61
xvii
( Halaman ini sengaja dikosongkan )
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian serta jurnal terdahulu ............................................................ 18
Tabel 4.1 Data Spesifikasi Heat Exchanger .......................................................... 35
Tabel 4.2 Data Spesifikasi Liquid ......................................................................... 35
Tabel 4.3 Data Desain PV ..................................................................................... 42
Tabel 4.4 Spesifikasi Perhitungan Windload ......................................................... 45
Tabel 4.5 Spesifikasi Perhitungan Seismic ............................................................ 47
Tabel 4.6 Konstanta Perhitungan Seismic ............................................................. 47
Tabel 4.7 Spesifikasi Skirt ..................................................................................... 50
Tabel 4.8 Spesifikasi Desain Anchor Bolt dan Basering ....................................... 51
Tabel 4.9 Variabel Perhitungan Tegangan ............................................................ 54
xix
( Halaman ini sengaja dikosongkan )
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pressure vessel shell and tube heat exchanger.................................... 5
Gambar 2.2 Komponen utama shell and tube heat exchanger ................................ 6
Gambar 2.3 Macam-macam bentuk head pada bejana tekan .................................. 6
Gambar 2.4 Cylindrical shell .................................................................................. 7
Gambar 2.5 Flange .................................................................................................. 7
Gambar 2.6 Longitudinal hub stress ....................................................................... 8
Gambar 2.7 Daerah radial & tangential stress ....................................................... 9
Gambar 2.8 Opening ............................................................................................... 9
Gambar 2.9 Leg support .......................................................................................... 9
Gambar 2.10 Saddle design ................................................................................... 10
Gambar 2.11 Lifting lug ........................................................................................ 10
Gambar 2.12 Output software HTRI Xchanger Suite 6.0 ..................................... 12
Gambar 2.13 Software PV Elite 2015 ................................................................... 11
Gambar 2.14 Software ANSYS ............................................................................. 12
Gambar 2.15 Lapisan liquid pada vertical tube ..................................................... 19
Gambar 2.16 Lapisan liquid pada horizontal tube ................................................ 19
Gambar 3.1 Diagram alir ....................................................................................... 20
Gambar 3.2 Pemilihan jenis exchanger ................................................................. 22
Gambar 3.3 Input Summary .................................................................................. 23
Gambar 3.4 Input component ................................................................................ 23
Gambar 3.5 Hasil report HTRI.............................................................................. 24
Gambar 3.6 Satuan ................................................................................................ 25
Gambar 3.7 Bolted blind flange ............................................................................. 26
Gambar 3.8 Flange ................................................................................................ 27
Gambar 3.9 Channel, shell, dan shell cover .......................................................... 28
Gambar 3.10 Elliptical head .................................................................................. 29
Gambar 3.11 Saddle .............................................................................................. 31
Gambar 3.12 Lifting lug ........................................................................................ 32
xxi
Gambar 3.13 Analisa tegangan ............................................................................. 34
Gambar 3.14 Sistem pengerjaan ........................................................................... 35
Gambar 4.1 Input Summary .................................................................................. 40
Gambar 4.2 Input Properties Berdasarkan Suhu .................................................. 40
Gambar 4.3 Output Summary ................................................................................ 41
Gambar 4.4 Spherical Head .................................................................................. 43
Gambar 4.5 Cylindrical Shell ................................................................................ 43
Gambar 4.6 Keterangan Notasi Pada Windload .................................................... 46
Gambar 4.7 Keterangan Notasi Basering.............................................................. 51
Gambar 4.8 Ilustrasi Tegangan pada Pressure Vessel .......................................... 53
Gambar 4.9 Parameter Simulasi pada Model Pressure Vessel ............................. 56
Gambar 4.10 Hasil Meshing Pada Geometri Pressure Vessel .............................. 57
Gambar 4.11 Hasil Simulasi Von Mises dengan ANSYS ..................................... 57
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Heat Exchanger ............................................................................. 63
Lampiran B Pressure Vessel .............................................................................. 85
Lampiran C Output PV Elite ............................................................................. 93
Lampiran D Symbol dan Notasi ....................................................................... 137
xxiii
( Halaman ini sengaja dikosongkan )
1
2 BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini kebutuhan produksi hasil olahan minyak dan gas bumi semakin
meningkat, pada akhirnya suatu perusahaan juga akan meningkatkan efisiensi mulai
dari efisiensi produksi hingga efisiensi tempat.
Dalam kasus ini shell and tube heat exchanger dibutuhkan untuk
memanaskan suhu hidrokarbon sebelum diolah dan masuk heater dalam kasus ini
shell and tube heat exchanger dibutuhkan untuk menaikkan temperatur fluida
condensate. Karena produksinya dalam skala besar, maka diperlukan shell and tube
heat exchanger dalam kapasitas yang besar juga. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan efisiensi tempat tanpa mempengaruhi produksi pada PT Trans
Pacific Indotama Tuban, diperlukan adanya penggantian pada heat exchanger
horizontal yang berjumlah enam buah menjadi satu buah vertical heat exchanger
yang bertipe AES, yang memiliki downflow tube-side untuk condensing nya.
Dalam pembuatan shell and tube heat exchanger didasarkan pada beberapa
faktor, diantaranya adalah tipe shell and tube heat exchanger, jenis zat yang akan
beroperasi, suhu dan tekanan kerja saat beroperasi, serta kapasitas produksi. Tipe
ditentukan berdasarkan tingkat maintenance berkalanya, jenis zat yang akan
beroperasi, suhu dan tekanan kerja juga menjadi faktor yang penting dalam
mendesain karena untuk menentukan material dan ketebalan yang akan digunakan
dalam pembuatan vessel. Sedangkan kapasitas digunakan untuk menentukan
seberapa besar ukuran vessel yang akan diproduksi.
ASME VIII digunakan sebagai dasar untuk menentukan ketebalan plat pada
tiap komponen vessel. Perhitungan manual ini memerlukan waktu yang relatif lama
sehingga meningkatkan waktu produksi. Untuk mempermudah dalam pembuatan
shell and tube heat exchanger maka digunakan sebuah software yaitu PV Elite
2015. Dengan menggunakan software, proses desain pressure vessel dapat
berlangsung singkat dan efisien. Hasil kalkulasi menggunakan software akan
diverifikasi dengan perhitungan manual untuk menghindari kesalahan perhitungan.
2
Disamping perhitungan desain, vessel akan dianalisa kekuatannya. Dengan
perhitungan simulasi, perhitungan manual, serta analisa kekuatannya dengan finite
element hingga diharapkan proses desain sebuah pressure vessel akan berlangsung
efisien dengan keamanan yang terjamin (safety factor).
2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, pokok permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana menentukan kebutuhan dimensi shell heat exchanger
dengan HTRI Xchanger Suite 6.0 ?
2. Berapa dimensi shell yang diperoleh dari perhitungan manual serta
deviasi perhitungan dibanding hasil software ?
3. Berapa thickness pressure vessel yang diperoleh dari perhitungan
manual?
4. Berapa thickness yang diperoleh dari software ?
5. Berapa Stress yang diperoleh dari hasil desain perhitungan manual
maupun software serta persentase deviasinya ?
6. Berapa safety factor yang dihasilkan ?
2.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini :
1. Merancang shell and tube heat exchanger menggunakan HTRI.
2. Mengetahui dimensi heat exchanger melalui perhitungan manual dan
deviasi perhitungannya.
3. Merancang shell dari shell and tube heat exchanger menggunakan
perhitungan manual.
4. Mengetahui thickness Shell yang diperoleh dari perhitungan manual dan
software PV Elite.
5. Mengetahui tegangan maksimum yang terjadi pada pressure vessel jika
dianalisa dengan finite element sesuai perhitungan ASME VIII serta
deviasi perhitungannya.
6. Mengetahui safety factor dari design yang telah dibuat.
3
2.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa dapat menerapkan teori selama perkuliahan, khususnya
yang berkaitan dengan pressure vessel dan metode elemen hingga.
2. Mengetahui besar konsentrasi tegangan pada daerah head, channel,
shell, dan flange shell and tube heat exchanger.
b. Bagi Industri
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan referensi
perancangan pressure vessel pada dunia industri khususnya
perancangan shell and tube heat exchanger.
2. Memberi informasi pada industri modern tentang penggunaan
komputer dalam perancangan dengan metode elemen hingga.
3. Mempercepat proses pengerjaan desain dalam pembuatan shell and
tube heat exchanger.
c. Bagi Umum
Sebagai literatur dan informasi tambahan tentang pengaplikasian
serta analisa tegangan pressure vessel jenis shell and tube heat
exchanger.
2.5 Batasan Masalah
Penelitian ini memerlukan beberapa batasan masalah, agar penelitian lebih
fokus dan terarah. Beberapa batasan masalah dalam penelitian, antara lain:
1. Perhitungan thickness Mengacu code ASME section VIII div. 1 part
UHX. dan TEMA
2. Perhitungan dimensi shell Mengacu pada buku Robin Smith “Chemical
Process Design and Integration”
3. Shell and tube heat exchanger yang dirancang adalah tipe AES pada
TEMA.
4
4. Ketebalan material yang digunakan dihitung berdasarkan maximum
allowable working pressure.
5. Analisa stress hanya pada shell, head, support dan basering.
6. Efek plasticity pada tubesheet /channel or shell joint diabaikan.
7. Laju korosi dan kekuatan pengelasan diabaikan.
8. Menggunakan design pressure sesuai UOP
9. Safety factor hanya berdasarkan von mises
5
3 BAB II
TINJAUANPUSTAKA
3.1 Pressure Vessel
Pressure vessel merupakan suatu wadah yang digunakan untuk
penyimpanan (storage) atau laluan fluida baik gas maupun cairan yang bertekanan
tersebut sering lebih besar daripada tekanan udara diluar bejana. Shell and tube
heat exchanger adalah salah satu jenis pressure vessel yang berfungsi untuk
memanaskan atau mendinginkan fluida, Gambar 2.1 adalah salah satu bentuk dari
shell and tube heat exchanger. Pada umumnya, shell and tube heat exchanger
terdiri dari bagian shell yaitu bagian silinder dari tangki, bagian head yang
merupakan penutup tangki, bundle yang merupakan kumpulan tube dan tubesheet
sebagai tempat fluida yang diproses dan nozzle yang merupakan sebuah pipa yang
menjadi jalur masuk dan keluarnya fluida. Letak nozzle biasanya disambungkan
dengan dinding silinder (shell/channel).
Seiring dengan kemajuan teknologi dan tuntutan industri, saat ini bentuk
dan variasi jenis pressure vessel semakin banyak dan berkembang. Secara garis
besar pressure vessel dibagi berdasarkan bentuk geometrinya menjadi dua, yaitu
vertikal dan horizontal.
Gambar 3.1 Pressure vessel shell and tube heat exchanger
6
3.2 Komponen Utama Shell and Tube Heat Exchanger
Pressure vessel (shell and tube heat exchanger) terdiri dari banyak bagian,
secara umum bagian utama dalam shell and tube heat exchanger adalah head, shell,
nozzle, flange, tubesheet, tube bundle, support, dan lifting lug ditunjukkan pada
Gambar 2.2.
Gambar 3.2 Komponen utama shell and tube heat exchanger
(ASME VII Div.1,2013)
2.2.1. Head
Head merupakan salah satu komponen utama dalam vessel yang digunakan
sebagai penutup akhir dari pressure vessel. Biasanya bentuk sebuah head
dikategorikan berdasarkan bentuknya. Ellipsoidal, hemispherecal, torispherecal,
dan conical adalah bentuk yang umum digunakan dalam pembuatan pressure vessel
seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.3.
Gambar 3.3 Macam-macam bentuk head pada bejana tekan
(https://wbsakti.wordpress.com)
7
2.2.2. Shell
Kulit (shell), merupakan bagian yang menyelimuti seluruh bagian dari
bejana tekan yang berfungsi sebagai dinding. Kulit terdiri dari beberapa pelat yang
kemudian disambung dengan las seperti pada Gambar 2.4.
Gambar 3.4 Cylindrical shell
(Megyesy, 1998)
2.2.3. Flange dan bolt
Flange merupakan bagian pada ujung nozzle dan juga pengikat dari
tubesheet yang berbentuk cincin yang digunakan untuk menghubungkan flange
pada pipa maupun shell dengan menggunakan baut. Posisi flange ini harus sama
rata agar pengikatan antar pipa, tubesheet, maupun flange to flange benar benar
kedap. Flange dibuat dengan proses machining yang kemudian di drill sesuai
sengan standar lubang baut yang akan digunakan. Gambar 2.5 adalah salah satu
bentuk flange.
Gambar 3.5 Flange
(Megyesy, 1998) Ada tiga jenis tegangan yang terjadi pada flange sesuai dengan ASME code sec.
VIII div. 1 sebagai berikut:
- Longitudinal hub stress
- Radial stress
- Tangential stress
8
a. Longitudinal hub stress
Longitudinal hub stress (SH) adalah tegangan lengkung yang besarnya
bervariasi tergantung dari besar ketebalan sebuah hub yang letaknya dapat
diilustrasikan pada Gambar 2.6. Singh dan Soler (p125) mendiskripsikan bahwa
tegangan ini sebagai pokok dari tegangan lengkung dengan tegangan maksimum
yang selalu berada pada kaki tangan dari sebuah hub. Paulin (2003)
mengindikasikan bahwa besarnya maximum longitudinal hub stress bisa mencapai
2 kali besar yield stress material pada daerah ini. (Brett C Taylor , 2004)
Gambar 3.6 Longitudinal hub stress
( Brett C Taylor, October 2004.)
b. Radial dan tangential stress
Radial stress (SR) dan tangential stress (ST) adalah tegangan yang berada pada
daerah yang diilustrasikan pada Gambar 2.7.
Singh dan Soler (p125) mendiskripsikan radial stress di dalam flange ring
terdiri dari dua komponen, bending stress dikarenakan adanya radial bending
moment dan membrane stress dikarenakan pembebanan dipermukaan pada inside
diameter. Waters et al. mendemonstrasikan tegangan maksimum selalu terjadi pada
inside diameter dari ring.
Singh dan Soler (p125-126) juga mengindikasikan bahwa tangential stress
yang terjadi di ring dikarenakan dua bagian, yaitu bending stress disebabkan oleh
circumferential bending moment dan circumferential stress karena membrane
stress menerima beban pada permukaan inside diameter. Waters et al.
mendemonstrasikan bahwa tegangan maksimum selalu terjadi pada inside diameter
9
dari ring. Besarnya maximum radial and tangential stresses yang diperbolehkan
adalah 1,0 kali yiled stress material. (Brett C. Taylor, 2004)
Gambar 3.7 Daerah radial dan tangential stress
( Brett C Taylor ,October 2004.)
2.2.4. Support
Support digunakan pada sebuah pressure vessel agar dapat berdiri.
Pengunaan support tergantung pada ukuran dan orientasi vessel itu sendiri. Support
harus kuat untuk menopang beban vessel maupun harus kuat untuk menahan
terpaan angin ataupun gempa. Support dapat berupa skirt, leg ataupun lug support
yang digunakan pada vertical vessel dan berupa saddle pada horizontal vessel
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8 dan Gambar 2.9.
Gambar 3.8 Leg support
(Megyesy, 1998)
10
Gambar 3.9 Saddle design
(Megyesy, 1998)
2.2.5. Lifting lug
Untuk mengangkat sebuah horizontal pressure vessel maka dibutuhkan
lifting lug yang dilas pada dinding pressure vessel. Sudut angkat maksimal adalah
sebasar 450. Dimensi lifting lug berdasarkan beratnya dapat diperoleh dari tabel.
Gambar 2.10 merupakan bentuk dari lifting lug.
Gambar 3.8 Lifting lug
(Megyesy, 1998)
3.3 Software HTRI Xchanger Suite 6.0
HTRI Xchanger merupakan suatu perangkat lunak (software) yang
digunakan untuk mensimulasikan desain dan rating dari sebuah heat exchanger
(Gambar 2.11), seberapa mampu sebuah heat exchanger dapat memindahkan panas
dapat diketahui melalui software HTRI.
11
Gambar 2.11 Output Software HTRI Xchanger Suite 6.0
3.4 Software PV Elite 2015
PV Elite 2015 merupakan suatu perangkat lunak (software) yang digunakan
dalam merancang sebuah pressure vessel agar lebih mudah. Software ini memuat
aturan - aturan yang digunakan oleh ASME dalam pembuatan suatu pressure vessel,
seperti pada Gambar 2.12. Software ini hanya untuk merancang dan perhitungan
ketebalan tetapi tidak untuk menganalisa tegangan yang terjadi.
3.Gambar 3.12 Software PV Elite 2015
3.5 Metode Elemen Hingga
Metode elemen hingga adalah metoda numerik untuk mendapatkan
pendekatan solusi dari masalah praktis dalam analisa ilmiah antara lain masalah
dalam bidang mekanika struktur, perpindahan panas, mekanika fluida dan banyak
12
lagi. Untuk mendapatkan permodelan yang mendekati kondisi sebenarnya, setiap
elemen diberikan kondisi batas. Kondisi batas dapat berupa parameter pembebanan,
sifat material, atau kondisi lingkungan. Sebagian model memiliki kondisi-kondisi
tertentu yang membatasi perhitungan. Untuk analisa metode elemen hingga
menggunakan software ANSYS. Seperti pada Gambar 2.13 dibawah ini.
Gambar 3.13 Software ANSYS
3.6 Teori Tegangan
Setiap material adalah elastis pada keadaan alaminya. Karena itu jika gaya
luar bekerja pada benda, maka benda tersebut akan mengalami deformasi. Ketika
benda tersebut mangalami deformasi, molekulnya akan membentuk tahanan
terhadap deformasi. Tahanan ini per satuan luas yang dikenal dengan istilah
tegangan. Secara matematik, tegangan bisa di definisikan sebagai gaya per satuan
luas sehingga satuannya N/m2 atau Pa. Secara matematis ditulis :
𝜎 =𝑃
𝐴 (2.1)
Dimana P = beban atau gaya yang bekerja pada benda (N)
A = luas penampang melintang benda (m2)
Pada sistem SI, satuan tegangan adalah pascal (Pa) yang sama dengan 1 N/m2 .
Pada konsep tegangan dan regangan ada faktor yang perlu diperhatikan
terutama pada saat melakukan desain sebuah kontruksi. Faktor tersebut adalah
faktor keamanan. Faktor keamanan adalah angka yang menjamin agar benda yang
dipakai atau yang direncanakan dalam kondisi aman.
13
Pada ASME Boiler and Pressure Vessel Code mengharuskan perbandingan
ultimate pressure terhadap maximum design pressure yang diinginkan minimum
3.5 dengan menggunakan persaman ultimate pressure oleh Walter J. Sparko (2000)
sebagai berikut:
𝑃 = 𝑡 𝑥 𝑇𝑆 / 𝑅
Kemudian untuk perhitungan safety factor nya menggunakan persamaan
𝑈𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒 𝑃𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒
𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒 ≥ 3,5
Safety factor yang terjadi harus lebih dari atau sama dengan 3,5 berdasarkan
perhitungan software maupun pada perhitungan manual agar pressure vessel dapat
dikatakan aman
3.7 Teori Kegagalan Energi Distorsi Maksimum
Dengan suatu pengetahuan hanya pada pada tegangan yield dari suatu
material, teori kegagalan ini memprediksikan “ductile yielding” dibawah suatu
kombinasi pembebanan, dengan akurasi lebih baik daripada teori-teori kegagalan
lainnya. Teori kegagalan ini (Maximum Distorsion Energy Theory) diusulkan
pertama kali oleh M.T Hueber (194) kemudian diperbaiki dan diperjelas oleh R.
Von Mises (1913) dan oleh H. Hecky (1925), teori kegagalan ini lebih sering
dikenal dengan teori kegagalan Von Misses saja.
Teori kegagalan ini dianalisa pertama melalui tegangan oktahedral, dengan
menggunakan persamaan:
𝜏𝑜𝑐𝑡 = 1/3 [(𝜎𝑥 − 𝜎𝑦)2
+ (𝜎𝑦 − 𝜎𝑧)2
(𝜎𝑧 − 𝜎𝑥)2 + 6(𝜏𝑥𝑦2 + 𝜏𝑦𝑧
2 + 𝜏𝑧𝑥2 )]
1/2
(2.2)
Sehingga disebut teori kegagalan tegangan geser oktahedral maksimum
yang menyatakan bahwa kerusakan akan terjadi karena tegangan geser oktahedral
maksimum yang terjadi melebihi harga limit yang diketahui dari hasil tes tarik
material standar dengan beban uniaksial.
14
Dengan menggunakan persamaan (2.2), tegangan geser oktahedral untuk tes
tarik uniaksial (dimana hanya ada 𝜎1 atau 𝜎𝑥, dan sumbu x juga merupakan
sumbu prinsipal 1) adalah:
𝜏𝑜𝑐𝑡 =√2
3𝜎1 (2.3)
Karena dari hasil tes tarik, data yang ada adalah tegangan yield σy, maka tegangan
geser oktahedral material didapat:
𝜏𝑜𝑐𝑡(𝑙𝑖𝑚𝑖𝑡) =√2
3𝑆𝑦 (2.4)
Persamaan (2.4) ini disubtitusikan ke persamaan (2.2) dengan menganggap sumbu
x sebagai sumbu prinsipal 1, sumbu y sebagai sumbu prinsipal 2, dan sumbu z
sebagai sumbu prinsipal 3 serta tegangan geser 𝜏𝑥𝑦, 𝜏𝑥𝑧, 𝜏𝑧𝑥 = 0 sehingga:
√2
3𝑆𝑦 = 1/3[(𝜎1 − 𝜎2)2 + (𝜎2 − 𝜎3)2+(𝜎3 − 𝜎1)2]1/2 (2.5)
𝑆𝑦 =√2
2[(𝜎1 − 𝜎2)2 + (𝜎2 − 𝜎3)2+(𝜎3 − 𝜎1)2]1/2 (2.6)
Persamaan (2.6) menunjukkan bahwa kombinasi dari tegangan prinsipal 1
yang sesuai sistem sumbu x, tegangan prinsipal 2 yang sesuai sistem sumbu y, dan
tegangan prinsipal 3 yang sesuai sistem sumbu z, akan menimbulkan kerusakan
pada material bila tegangan disebelah kanan melebihi harga tegangan yield dan
material. Tegangan sebelah kanan ini disebut tegangan ekuivalen 𝜎𝑒 dimana:
𝜎𝑒 =√2
2[(𝜎1 − 𝜎2)2 + (𝜎2 − 𝜎3)2+(𝜎3 − 𝜎1)2]1/2 (2.7)
Selanjutnya, dengan mengambil angka keamanan N, maka:
𝜎𝑒 ≤𝑆𝑦
𝑁 (2.8)
Dimana:
𝜎𝑡𝑎𝑛𝑔𝑒𝑛𝑡𝑖𝑎𝑙 = 𝜎1
𝜎𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 = 𝜎2
𝜎𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑙 = 𝜎3
Perhitungan dinyatakan benar jika 𝜎𝑣𝑜𝑛 𝑚𝑖𝑠𝑠𝑒𝑠 hampir mendekati 𝜎𝑐𝑎𝑙𝑐𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
15
2.8 Chemical Process Calculation
Pada fundamental awal proses design sebuah heat exchanger, dibutuhkan
pengetahuan khusus terhadap Chemical Process. Maka dari itu digunakanlah
beberapa Fundamental Chemical Process sebagai panduan alur dalam
penghitungan kebutuhan heat transfer, data yang di dapat dari PT TPPI berupa
spesifikasi dari fluida yang dapat dilihat pada lampiran.
Pada lampiran tersebut berisikan data-data fluida yang akan diproses pada
heat exchanger, keterangan fluida yang terlampir meliputi berbagai hal seperti
weight flow, specific heat , conductivity, vapor fraction, viscosity, density dll, yang
akan di hitung sesuai fundamental chemical process.
2.9 Penelitian Terdahulu
Sebagai perbandingan dalam penelitian dan sebagai referensi penelitian
yang akan dijalani, disini telah terkumpul beberapa jurnal ataupun penelitian yang
memiliki korelasi terhadap penelitian ini yang dapat dilihat pada Tabel 2.1
Penelitian tentang heat exchanger sebelumnya pernah dilakukan oleh
beberapa peneliti, namun ada beberapa aspek dan faktor yang sekiranya belum
sering dijumpai dalam penelitian yang sejenis, dalam hal ini posisi Heat exchanger
yang vertical, tipe heat exchanger AES memiliki porsi perhitungan yang berbeda
dengan penelitian lainnya.
16
Tabel 2.1 Penelitian Serta Jurnal Terdahulu
Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Mo
kh
amm
ad I
bn
u K
hu
sna
S.S
T
( P
oli
tek
nik
Per
kap
alan
Neg
eri
Su
rab
aya)
Des
ain
sh
ell
an
d t
ub
e h
eat
exch
an
ger
men
ggu
nak
an s
oft
wa
re P
V E
lite
dan
an
alis
a
teg
ang
ann
ya
men
ggu
naa
n m
eto
de
elem
en h
ingg
a Mengetahui Stress
Maksimum dari sebuah
Heat Exchanger dengan
menggunakan PV Elite
2015 dan Ansys
1. Hasil thickness antara PV
Elite dengan perhitungan
manual terdapat sedikit margin
2. Hasil maksimum Stress
menggunakan von misses
didapati sedikit margin
3. Hasil safety factor terkecil
adalah 9
Dik
i H
adi
Pra
tam
a S
.ST
( P
oli
tek
nik
Per
kap
alan
Neg
eri
Su
rab
aya)
Des
ain
dan
an
alis
is b
ejan
a te
kan
un
tuk
dru
m k
on
den
sat 1. Merancang sebuah
bejana tekan berdasarkan
ASME Section VIII divisi
1.
2. Mengetahui performa
dari rancangan bejana
tekan dengan simulasi
metode elemen hingga
serta faktor keamanannya.
3. Mengetahui penerapan
teori kegagalan pada
rancangan yang diusulkan
serta faktor keamanannya.
1. Mendapatkan hasil drawing
yang sesuai standart ASME
VIII divisi 1.
2. Dari analisis Ansys
didapatkan faktor keamanan
sebesar 3.41
3. Penghitungan tegangan
maksimum secara manual dan
Ansys memiliki selisih sebesar
0,19%
17
2.10 Perbandingan heat exchanger vertical dengan horizontal
Sebagai perbandingan berikut adalah kutipan dari beberapa karakteristik
dari vertical dan horizontal heat exchanger
a. Vertical condenser.
Downflow vertical condenser adalah dimana vapor masuk dari atas condenser
dan mengalir kebawah melalui tube. Condensate turun di dalam tube yang
menggunakan gaya gravitasi dan vapor induced shear. Aliran dua phase lebih
disarankan menggunakan vertical tube. Annular film terbentuk di dinding
tube dan mengalir turun diakibatkan adanya gaya gravitasi, mengalir dan
mengisi cross-section hanya pada ujung pipa dan
memastikan proses kondensasi yang lebih baik di sepanjang bagian utama
pipa. Condensate mengalir dengan kecepatan yang lebih baik, mengurangi
fouling dan corrosion effect seiring tingginya HTCs. Pada kualitas yang sama,
kecepatan yang lebih tinggi ( karena gravitasi ) menyebabkan lapisan film
yang lebih tipis sehingga memiliki thermal resistance yang lebih rendah
disertai turbulence yang lebih tinggi yang diilustrasikan pada Gambar 2.14
berikut
.
Gambar 2.14 Lapisan liquid pada vertical tube.
b. Horizontal condenser
Kondensasi bisa terjadi di dalam maupun luar tube. Kondensasi di dalam tube
biasanya didinginkan dengan udara. Kerugian utama dari tipe horizontal
18
adalah cenderung memakai tube-side. Maka dari itu ke-efektifitasan heat
transfer co-efficient akan berkurang sekali. Kondensasi pada horizontal tube
sangat dipengaruhi oleh flow pattern, dimana dapat bervariasi mulai dari
annular ke stratified ( gambar 2.15 ) tanpa menghindari adanya slug-plug.
Dalam mendefinisikan interval mass fluxes dan kualitas, faktanya
kemungkinan adanya arus balik sangat konkret, disebabkan karena ombak
besar yang membasuh bagian atas tube, arus balik bisa menginduksi begitu
juga dengan mechanical dan thermal fatigue akan menjadi problem di
horizontal condenser.
Gambar 2.15 Lapisan liquid pada horizontal tube
19
4 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Diagram Alur Penelitian
Untuk memenuhi tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,
langkah penyelesaian menggunakan metodologi seperti pada Gambar 3.1 berikut:
Studi Literatur
Perancangan Vessel
menggunakan sofware PV Elite
2015
Finite Element Analisys
menggunakan software
Perancangan Vessel
menggunakan perhitungan
manual sesuai ASME VIII
Selesai
Ya
Validasi
Max Stress
Mula
i
Gambar 4.1 Diagram alir
Merancang Dimension dengan perhitungan
manual disertai simulasi HTRI
Validas
i Ya
Tidak
Data sheet
Tidak
20
3.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Identifikasi, perumusan masalah dan tujuan penelitian dilakukan pertama
kali agar penelitian terarah dan selalu terfokus. Permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, adalah
merancang sebuah shell and tube heat exchanger dengan menggunakan software
HTRI Xchanger Suite 6.0, PV Elite 2015 dan analisa tegangan menggunakan
metode elemen hingga.
3.3 Studi Literatur
Pentingnya studi literatur adalah untuk memberikan dasar, acuan ataupun
wacana bagi peneliti dalam peyelesaian masalah sehingga tercapai tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya. Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan
semua informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dikakukan dengan cara
mengumpulkan berbagai sumber pustaka yang berhubungan dengan penelitian.
3.4 Pengumpulan Data
Tahap ini adalah tahap dimana akan dikakukan pengumpulan data-data yang
akan dijadikan acuan dalam pembuatan shell and tube heat exchanger. Data yang
diperlukan diambil dari buku, internet dan data dari tempat OJT mahasiswa yang
mengerjakan tugas akhir ini yaitu PT Trans Pacific Petrochemical Indotama Tuban.
3.4.1 Data utama
Data utama digunakan sebagai acuan dasar dalam pembuatan pressure
vessel shell and tube heat exchanger yang sebagaimana tercantum pada lampiran
A, data awal yang digunakan adalah UOP dari heat exchanger yang akan di desain,
UOP ini berisi tentang spesifikasi fluida yang mengalir, mulai dari properties fluida
hingga komponen penyusun fluida tersedia dalam data utama.
Setelah semua data terkumpul maka akan dilakukan pengecekan dan
pengoreksian data yang dapat dan mudah dipelajari agar lebih mudah dipahami.
3.5 Perancangan Dimensi
3.5.1 Perancangan shell and tube heat exchanger dengan menggunakan software
HTRI Xchanger Suite 6.0
21
Setelah pengumpulan data komposisi fluida , maka selanjutnya adalah
perhitungan rating dari sebuah heat exchanger untuk menentukan dimensi
shell
a. Pengisian input summary
Hal pertama kali yang harus diisi pada software HTRI adalah input summary.
Sebelum itu kita harus membuat file baru dengan format sesuai jenis heat
exchanger yang akan di desain. Caranya dengan klik File, lalu New case,
kemudian pilih jenis shell and tube seperti pada Gambar 3.2
Gambar 3.2 Pemilihan jenis exchanger
di input summary ini terdapat bagian bagian yang harus diisi meliputi shell
geometry, process condition, tube geometry serta jenis exchanger seperti pada
Gambar 3.3
22
Gambar 3.3 Input Summary
b. Pengisian component fluida
Setelah mengisi input summary maka selanjutnya adalah mengisi fluid
component , dari tabel ini kita dapat memasukkan component penyusun
dari fluida yang masuk dalam heat exchanger yang bisa diisi seperti pada
Gambar 3.4
Gambar 3.4 input Component
23
c. Report HTRI
Setelah data proses sudah dipenuhi maka selanjutnya adalah running
desain , dengan running desain ini HTRI akan memproses data yang sudah
di input dan membuat sebuah report dari hasil perhitungan software.
Contoh report bisa dilihat pada Gambar 3.5 yang menunjukkan berbagai
spesifikasi, seperti duty, area, overdesign dan lain-lain.
Gambar 3.5 Hasil Report HTRI
3.6 Perancangan Vessel
Dalam perancangan pressure vessel dapat dipermudah dengan penggunaan
software PV Elite. PV Elite dapat mengkalkulasi minimum thickness dari pressure
vessel yang akan di bangun.
3.6.1 Perancangan shell and tube heat exchanger dengan menggunakan software
PV Elite 2015
Setelah data sheet lengkap maka dilanjutkan dengan perancangan shell and
tube heat exchanger menggunakan software PV Elite 2015 dari awal sampai akhir.
a. Penentuan standar satuan dan code
Untuk memulai menjalankan software tentukan standar satuan dan code
yang akan digunakan. Digunakan satuan internasional (mm) dalam
24
perancangan shell and tube heat exchanger ini. Cara untuk menentukan standar
adalah seperti Gambar 3.6
Gambar 4.6 Satuan
Pada toolbar, pilih unit dan pilih satuan mm.
b. Pemilihan jenis vessel
Tentukan tipe vessel horizontal atau vertical dengan memilih orientasi yang
disediakan software. Karena shell and tube heat exchanger berbentuk
horizontal, maka klik orientation satu kali klik.
c. Pembuatan bolted blind flange
Langkah berikutnya adalah pembuatan bolted blind flange. Berikut langkah-
langkah dalam pembuatan bolted blind flange:
1. Pada toolbar, pada bagian element pilih flange.
2. Pada general input, pilih performance flange calculation.
3. Pada kolom flange type pilih bolted blind flange.
4. Masukkan data yang telah diperoleh dari data sheet seperti jenis
material, internal pressure, external pressure, corrosion allowance,
dimension, dst.
Ilustrasi langkah-langkah pembuatan bolted blind flange dapat dilihat pada
Gambar 3.7.
25
Gambar 4.7 Bolted blind flange
d. Pembuatan flange 1-n
Langkah berikutnya adalah pembuatan flange. Berikut langkah-langkah
dalam pembuatan flange:
1. Pada toolbar, pada bagian element pilih flange.
2. Pada general input, pilih performance flange calculation.
3. Pada kolom flange type pilih integral weld neck.
4. Masukkan data yang telah diperoleh dari data sheet seperti jenis
material, internal pressure, external pressure, corrosion allowance,
dimension, dst.
Ilustrasi langkah-langkah pembuatan integral weld neck flange dapat dilihat
pada Gambar 3.8
26
Gambar 4.8 Flange
e. Pembuatan channel, shell, dan shell cover
Langkah berikutnya adalah pembuatan channel, shell, dan shell cover.
Berikut langkah-langkah dalam pembuatan channel, shell, dan shell cover:
1. Pada toolbar, pada bagian elements klik cylindrical.
2. Masukkan data yang telah diperoleh dari data sheet seperti jenis material,
internal pressure, external pressure, corrosion allowance,
dimension,dst.
Ilustrasi langkah-langkah pembuatan channel, shell, dan shell cover dapat
dilihat pada Gambar 3.9.
27
Gambar 4.9 Channel, shell, dan shell cover
f. Pembuatan sphrerical head
Langkah berikutnya adalah pembuatan head. Berikut langkah-langkah
dalam pembuatan elliptical head:
1. Pada toolbar, pada bagian element pilih sphere.
2. Masukkan data yang telah diperoleh dari data sheet seperti jenis material,
internal pressure, external pressure, corrosion allowance, dimension,
dst.
Ilustrasi langkah-langkah pembuatan elliptical head dapat dilihat pada
Gambar 3.10.
28
Gambar 4.10 Sphericsl head
g. Pembuatan nozzle 1-n
Langkah berikutnya adalah pembuatan nozzle. Berikut langkah-langkah
dalam pembuatan nozzle:
1. Pada toolbar, pada bagian detail pilih nozzle.
2. Masukkan data yang telah diperoleh dari data sheet seperti jenis
material, internal pressure, external pressure, corrosion allowance,
dimension, dst.
Ilustrasi langkah-langkah pembuatan nozzle dapat dilihat pada Gambar 3.11.
29
Gambar 4.11 Nozzle 1-n
h. Pembuatan skirt
Langkah berikutnya adalah pembuatan skirt. Berikut langkah-langkah
dalam pembuatan skirt:
1. Pada toolbar, pada bagian detail pilih skirt.
2. Masukkan data yang telah diperoleh dari data sheet seperti jenis
material, corrosion allowance, dimension, dst.
Ilustrasi langkah-langkah pembuatan skirt dapat dilihat pada
Gambar 3.12.
30
Gambar 4.12 Skirt
i. Pembuatan lifting lug
Langkah berikutnya adalah pembuatan lifting lug. Berikut langkah-langkah
dalam pembuatan lifting lug:
1. Pada toolbar, pada bagian detail pilih lifting lug.
2. Masukkan data yang telah diperoleh dari data sheet seperti jenis
material, corrosion allowance, dimension, dst.
Ilustrasi langkah-langkah pembuatan lifting lug dapat dilihat pada
Gambar 3.13.
Gambar 4.13 Lifting lug
31
j. Proses kalkulasi
Selanjutnya adalah proses kalkulasi, caranya yaitu pada toolbar, pilih
analyze. Proses ini akan mengkalkulasi vessel yang didesain dengan ASME code
section VIII division 1 dan sekaligus akan keluar kalkulasi seperti perhitungan
manual.
3.6.2 Perancangan shell and tube heat exchanger secara manual berdasarkan
ASME 2013 section VIII division 1.
Setelah dirancang menggunakan software, shell and tube heat exchanger
dirancang secara manual dengan berdasar ASME 2013 section VIII division 1 untuk
membandingkan dan memverifikasi antara perhitungan software dengan
perhitungan manual.
3.7 Analisa Tegangan
Setelah proses perancangan selesai maka dilanjutkan ke tahap selanjutnya,
yaitu analisa tegangan menggunakan metode elemen hingga yang dibantu dengan
software ANSYS untuk mengetahui tegangan maksimal yang terjadi. Apabila
tegangan yang terjadi melebihi tegangan yang diizinkan maka desain tersebut tidak
aman dan akan dilakukan desain ulang.
Tahap-tahap analisa dengan software ANSYS dapat dilakukan dengan
langkah berikut:
1. Import gambar
Import gambar adalah tahap pemindahan gambar dari software
AutoCAD agar bisa dibuka dan dianalisa kedalam software ANSYS.
2. Tahap pemilihan skema analisa.
Setelah gambar yang akan dianalisa pada ANSYS selesai di import,
tahap berikutnya adalah pemilihan analysis system. Kotak dialog yang berisi
pilihan sistem muncul pada halaman depan ANSYS. Kemudian sistem ini
yang akan digunakan di drag ke kotak kosong sebelah kanan yang kemudian
akan diberi input sesuai jenis analisa yang akan digunakan.
32
3. Input material properties
Bagian ini merupakan lanjutan dari bagian pemilihan skema analisa,
setelah itu pilih skema yang berjudul static structural, akan muncul tabel
dengan kolom-kolom yang salah satunya berisi engineering data dari link
kolom tersebut dapat memasukkan data properties material yang digunakan
sesuai dengan material yang diinginkan.
4. Meshing
Proses meshing merupakan pembagian part yang akan dilakukan
simulasi menjadi bagian yang terkecil, yang mana bertujuan untuk
mengetahui kondisi pada setiap bagian tersebut seperti pada kondisi
sebenarnya.
5. Penentuan boundary condition
Pada proses ini dilakukan penentuan bagian yang akan menerima
pressure dan gaya.
6. Solution
Bagian terakhir dari analisa menggunakan software adalah
mendapatkan nilai tegangan pada desain vessel. Hasil yang berupa tegangan
seperti pada Gambar 3.14 bisa dilihat melalui ikon equivalent stress untuk
mengetahui nilai minimum dan maksimum equivalent stress.
Gambar.3.14 Analisa tegangan
33
3.8 Gambar Sistem
Gambar sistem dibutuhkan demi memudahkan pengerjaan, sebagai
gambaran awal seperti apa nantinya sistem akan dibangun, pada Gambar 3.15
menggambarkan sistem yang terjadi pada proses pengerjaan sedangkan pada
Gambar 3.16 adalah bentuk fisik dari heat exchanger.
Gambar 3.15 Sistem pengerjaan
Gambar 3.16 Desain dan letak nozzle
34
..
35
5 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Data Desain Heat Exchanger
Data desain yang digunakan pada heat exchanger berisi data yang digunakan
untuk acuan desain awal untuk menentukan luasan area heat transfer. Tabel 4.1 dan
Tabel 4.2 dibawah ini berisi data spesifikasi heat exchanger dan spesifikasi liquid.
Tabel 4.1 Data Spesifikasi Heat Exchanger
No. Spesifikasi Nilai Satuan
1 ID 2100 mm
2 Baffle Spacing 500 mm
3 Baffle Cut 30 mm
4 Tube Length 18000 mm
5 Tube OD 31.75 mm
6 Pitch 38.1 mm
7 Tube Thickness 3.404 mm
8 Layout Angle 30 Derajat
9 Tubepass 1
Tabel 4.2 Data Spesifikasi Liquid
No. Spesifikasi Hot Tube Cold Shell Satuan
1 Flow Rate 54.1667 - Kg/s
2 Inlet Y 1 0.03065 Fraction
3 Outlet Y 0.09876 1 Fraction
4 Inlet T 343.3 69.5 C
5 Outlet T 131.9 282.6 C
6 Inlet Pressure 25 30 Kgf/cm2
7 Fouling Resistance 0.000258 0.000344 m2.K/W
8 Density 31.15 699.6348 Kg/m3
9 Heat Capacity 2.948 2.301 J/kg.K
10 Viscosity 0.0000144 0.000338453 N.s/m2
11 Thermal Conductivity 0.076443 0.1234 W/m.K
12 Fouling Shell coefficient 2500 W/m.K
13 Fouling Tube Coeffient 2500 W/m.K
36
5.2 Perhitungan Dengan HTRI
Untuk validasi manual calculation, maka digunakan software HTRI untuk
mengetahui deviasi error pada manual calculation sekaligus menjamin hasil dari
manual calculation.
5.2.1 Input Summary
Data yang sudah dihitung menggunakan manual calculation dapat
diverifikasi menggunakan software HTRI dimulai dari mengisi input summary
yaitu input data heat exchanger secara umum seperti pada Gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1 Input Summary
5.2.2 Input Liquid Properties
Liquid memiliki berbagai variasi properties karena bergantung pada suhu
(lampiran UOP), maka dari itu demi akuratnya hasil simulasi maka dicantukan
beberapa profil suhu agar software sendiri dapat mengolah data secara lebih akurat
seperti pada Gambar 4.2 berikut.
37
Gambar 4.2 Input Properties Berdasarkan Suhu
5.2.3 Output Summary
Output summary berisikan data heat exchanger secara keseluruhan dimana
bisa diketahui hasil area actual berdasarkan simulasi software serta overdesign
yang terjadi adalah 5,18%. Data tersebut bisa di lihat di output summary HTRI
seperti pada Gambar 4.3 berikut.
Gambar 4.3 Output Summary
5.3 Perhitungan Manual Luas Heat Transfer
Perhitungan ini ditujukan untuk menentukan luasan area heat transfer yang
akan digunakan untuk menentukan jumlah dan panjang dari tube yang berisikan hot
liquid.
38
A. Perhitungan Flow Rate
Perhitungan flow rate ini dibutuhkan untuk menentukan seberapa banyak volume
liquid yang dialirkan dalam satuan waktu.
𝑣𝑇 =𝑚𝑇(
𝑁𝑝
𝑁𝑡)
𝜌(𝜋𝑑𝐼
2
4)
(4.1)
𝑣𝑇 =54.167(
1
2349)
600.04778(𝜋 𝑥 0.0249422
4)
𝑣𝑇 = 0.07862𝑚
𝑠
B. Menghitung Reynold
Setelah mendapat kecepatan aliran fluida maka selanjutnya adalah perhitungan
reynold berdasarkan diameter dalam dan luasan area dalam tube.
𝑅𝑒 =𝜌𝑣𝑇𝑑𝐼
𝜇 (4.2)
𝑅𝑒 =600.04778 𝑥 0.07862 𝑥 0.024942
0.000205345
𝑅𝑒 = 5730.2254
C. Menghitung Heat Transfer Coefficient Tube
Dengan sudah diketahuinya reynold number dan kecepatan aliran fluida maka
sekarang saatnya untuk menghitung heat transfer coefficient yang berada pada
dalam tube
𝐾ℎ𝑇4 = 0.024 𝑘
𝑑𝐼𝑃𝑟0.4(
𝜌𝑑𝐼
𝜇)0.8 (4.3)
ℎ𝑇 = 𝐾ℎ𝑇4𝑣𝑇0.8 (4.4)
𝐾ℎ𝑇4
= 0.0240.1234
0.024942𝑥 (
2590 𝑥 0.0002053
0.1234)0.4(
600.04778 𝑥 0.024942
0.000205345)0.8
𝐾ℎ𝑇4 = 1653.780683
ℎ𝑇 = 1653.780 𝑥 0.078620.8
ℎ𝑇 = 216.22649 W. 𝑚2/ K
39
D. Menghitung Overall Heat Transfer
Setelah mengetahui heat coefficient dari hot tube maka kita baru bisa
menghitung overall heat transfer.
𝑄 = 𝑚𝑇𝐶𝑃𝑇∆𝑇𝑇 (4.5)
𝑄 = 54,167 𝑥 2590 𝑥 (343 − 132)
𝑄 = 29601993.13 𝑊
E. Menghitung Flowrate Cold Liquid
Setelah mengetahui heat transfer coefficient dari hot liquid barulah kita bisa
menghitung Volume dan kecepatan flow dari cooling liquid.
𝑉 = 𝑄
𝐶𝑃𝑇𝑥∆𝑇𝑇 (4.6)
𝑉 = 29601993.13
2301𝑥(282 − 69.5)
𝑉 = 60.5475 𝐾𝑔/𝑠
𝑣𝑠 = 𝑚𝑠
𝜌𝐵((𝐷𝑠−𝐷𝐵)+((𝐷𝐵−𝑑0)(𝜌𝑇−𝑑0)
𝑃𝐶𝐹𝑥𝑃𝑇) (4.7)
𝑣𝑠 = 60.5475
699.63 𝑥 0.5((0,08295) + ((1.9853)𝑥(0.00635)
1 𝑥 0.0381)
𝑣𝑠 = 0.41824 𝑚/𝑠
F. Menghitung Reynold Number pada Shell
Setelah flowrate dari liquid yang mengalir di shell telah di hitung, maka sekarang
saatnya menentukan Reynold liquid yang terjadi di dalam shell
𝑅𝑒 =𝜌𝑣𝑆𝑑0
𝜇 (4.8)
𝑅𝑒 =699.634897 𝑥 0.41824 𝑥 0.03175
0.000338453
𝑅𝑒 = 27450.24269
40
G. Menghitung Shell Side Heat Transfer Coefficient
Heat transfer coefficient pada shell side perlu dihitung agar bisa menghitung
overall heat transfer yang terjadi pada shell sesuai aliran fluida dan Reynold pada
shell side
𝐾ℎ𝑆4 = 0.08947𝐹𝑝𝐹𝐿𝐽𝑆𝑘2/3𝑐𝑝
1/3𝜌0.6633
𝜇0.33𝑑00.3367𝐵𝐶
0.5053 (4.9)
𝐾ℎ𝑆4 = 0.089471 𝑥 0.8 𝑥 1 𝑥 0.123392/32301
1/3699.63480.6633
0.00033850.33𝑑0.031750.33670.350.5053
𝐾ℎ𝑆4 = 1339.310063
ℎ𝑆 = 𝐾ℎ𝑆4𝑣𝑆0.6633 (4.10)
ℎ𝑆 = 1339.31 𝑥 0.418240.6633
ℎ𝑆 = 751.23398 𝑊/𝑚2𝐾
Dengan konstanta 𝐹𝑝 sebesar 1, 𝐹𝐿 0,8 dan J sebesar 1 maka didapatkan hasil
akhir ℎ𝑆 = 751.23398 𝑊/𝑚2𝐾
H. Menghitung Overall Heat Transfer Coefficient
Overall heat transfer coefficient adalah heat transfer pada liquid yang ada di
shell serta delta Tlm
1
𝑈=
1
ℎ𝑆+
1
ℎ𝑆𝐹+
𝑑0
2𝑘ln(
𝑑0
𝑑𝐼) +
𝑑01
𝑑𝐼ℎ𝑇𝐹+
𝑑01
𝑑𝐼ℎ𝑇 (4.11)
1
𝑈=
1
751.234+
1
2500+
0.03175
2𝑥44ln(
0.03175
0.024942) +
0.03175𝑥1
0.024942𝑥2500
+0.03175𝑥1
0.024942𝑥216.226
1
𝑈= 0.008214528
𝑈 = 121.73554 𝑊/𝑚2𝐾
∆𝑇𝐿𝑀 =(343−282)−(132−69.5)
𝐿𝑁(343−282)
(132−69.5)
(4.12)
∆𝑇𝐿𝑀 = 61.7469 𝐶𝑒𝑙𝑐𝑖𝑢𝑠
41
I. Menghitung FT factor
𝑅 =𝑇𝐻1−𝑇𝐻2
𝑇𝐶2−𝑇𝐶1 (4.13)
𝑅 =343 − 132
282 − 69
𝑅 = 0.992941
𝑃 =𝑇𝐶2−𝑇𝐶1
𝑇𝐻1−𝑇𝐻2 (4.14)
𝑃 =282 − 69
343 − 132
𝑃 = 0.7769
𝐹𝑇 =√𝑅2+1 𝑥 ln (
(1−𝑃)
1−𝑅𝑃)
(𝑅−1)ln (2−𝑃(𝑅+1−√𝑅2+1)
2−𝑃 (𝑅+1+√𝑅2+1)
(4.15)
𝐹𝑇 = 0.99946
Dengan P dan R sesuai kalkulasi diatas maka didapati factor correction sebesar
0.99946.
J. Menghitung Required Area dan Actual Area
𝐴 =𝑄
𝑈∆𝑇𝐿𝑀𝐹𝑇 (4.16)
𝐴 =29601993.1
121.7355 𝑥 61.7469 𝑥 0.99946
𝐴 = 3940.2387 𝑚2
K. Menghitung Actual Area
𝐴 = 𝑁𝑇𝜋𝑑0𝐿 (4.17)
𝐴 = 2349 𝑥 𝜋 𝑥 0.03175 𝑥 18
𝐴 = 4215.30399 𝑚2
Dengan actual area lebih besar dari required area maka desain sudah memenuhi
syarat dengan over design sebesar
(𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑎𝑙 𝐴𝑟𝑒𝑎 − 𝑅𝑒𝑞𝑢𝑖𝑟𝑒𝑑 𝐴𝑟𝑒𝑎)
𝑅𝑒𝑞𝑢𝑖𝑟𝑒𝑑 𝐴𝑟𝑒𝑎𝑥 100 = 6,98 % (4.18)
Dari hasil overdesign HTRI sebesar 5,18 % maka jika dibandingkan dengan
overdesign perhitungan manual sebesar 6,98 % akan didapati margin of error
sebesar
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑜𝑓 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 6,98 – 5,18 (4.19)
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑜𝑓 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 1,80 %
42
5.4 Perhitungan Manual Pressure Vessel
Data desain dimensi merupakan spesifikasi utama yang digunakan untuk
merancang pressure vessel. Tabel 4.3 di bawah ini berisi data desain dari pressure
vessel secara umum. Dalam perhitungan manual terhadap beberapa aturan yang
tertuang dalam sebuah code standard yang harus dipatuhi. Untuk merancang
sebuah pressure vessel tersebut adalah ASME BPVC Section VIII Div. 1 tahun 2017.
Karena cakupan sebuah code yang cukup luas, diperlukan referensi tambahan
berupa buku berjudul Pressure Vessel Handbook tulisan Eugene F. Megyesy untuk
memudahkan pengerjaan. Pressure vessel ini dibangun menggunakan material SA-
516 Grade 60 , dikarenakan material ini memiliki allowable pressure sebesar 15000
psi dan memiliki range suhu operasi yang luas mulai dari -20 oF hingga 1000 oF
serta penggunaan material yang fleksibel menjadikan SA-516 Grade 60 mudah
ditemukan di pasaran dan harganya pun relative lebih murah.
Tabel 4.3 Data Desain PV
No. Spesifikasi Notasi Nilai Satuan
1 Design Pressure P 554,934 psig
2 Design Temperature T 650 oF
3 Estimated Capacity V 67000 liter
4 Shell Length (tan – tan) L 708.661 inches
5 Diameter D 82.677 inches
6 Corrosion Allowance CA 0.125 inches
7 Liquid Density ρ 699.6348 kg/m3
Material Stress Value
8 Shell (SA 516-60) S 15000 psi
9 Shperical Head (SA 516-60) S 15000 psi
10 Nozzle (SA 106 Gr. B) S 17114 psi
11 Reinforcing Pad (SA 516-60) S 20015 psi
12 Skirt (SA 516-60) S 15000 psi
13 Wear Plate S 20015 psi
14 Elastic Modulus E 29000000 psi
15 Joint Efficiency (RT-1) E 1
43
5.4.1 Internal Pressure
Pada perhitungan tebal shell dan head pada laporan tugas akhir ini
berdasarkan pressure vessel handbook – Eugene F. Megyesy dan juga ASME sec
VIII div. 1 dan diketahui data perhitungan sebagai berikut:
- Tekanan desain P = 568,934 psi
- Jari-jari dalam R = 41,3385 in
- Diameter dalam D = 82,67717 in
- Joint efficiency E = 1
- S Material 516 gr 60 pada 650 oF = 15000 psi
A. Perhitungan Head
Jenis head yang digunakan pada vessel ini adalah tipe spherical head
dimana bentuknya menyerupai setengah bola yang bisa dilihat pada Gambar 4.4
berikut.
Gambar 4.4 Spherical Head
𝑡𝑐𝑎𝑙 = 0,789 + 𝐶𝐴 = 0,914 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑒𝑠
Jadi ketebalan plat yang akan dipakai adalah
𝑡𝑢𝑠𝑒𝑑 = 𝑡𝑐𝑎𝑙 𝑥 16 = 0,914 𝑥 16 = 14,629 mm
𝑡𝑢𝑠𝑒𝑑 =15
16= 0,935 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑒𝑠
𝑡𝑐𝑎𝑙 = 𝑃𝑅
2𝑆𝐸 −0.2𝑃=
568,934 𝑥 41,3385
2 𝑥 15000 𝑥 1−0,2 𝑥 568,934= 0.789 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑒𝑠 (4.20)
44
B. Perhitungan Shell
Shell yang digunakan adalah tipe Cylindrical Shell seperti pada Gambar 4.5
berikut.
Gambar 4.5 Cylindrical Shell
𝑡𝑐𝑎𝑙 = 1,609 + 𝐶𝐴 = 1,734 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑒𝑠
Jadi ketebalan plat yang akan dipakai adalah
𝑡𝑢𝑠𝑒𝑑 = 𝑡𝑐𝑎𝑙 𝑥 16 = 1,609 𝑥 16 = 27,748 mm
𝑡𝑢𝑠𝑒𝑑 =28
16= 1,75 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑒𝑠
5.4.2 External Pressure Shell
Ketentuan ini di atur dalam ASME BPVC Section VIII Div. 1 UG-28 yang
berfungsi untuk memastikan ketebalan dinding dapat mengatasi tekanan dari luar
bejana tekan. Langkah – langkah perhitungan external pressure adalah sebagai
berikut:
A. Shell
1. Hitung L/Do dan Do/t
𝐿
𝐷𝑜=
708,661
86,177= 8,543 in (4.22)
dan
𝐷𝑜
𝑡=
86,17
1,75= 49,244 in (4.23)
𝑡𝑐𝑎𝑙 = 𝑃𝑅
𝑆𝐸 −0.6𝑃=
568,934 𝑥 41,3385
15000 𝑥 1−0,6 568,934= 1,609 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑒𝑠 (4.21)
45
2. Tentukan nilai faktor A berdasarkan nilai L/Do dan Do/t pada chart Fig-
G yang ada di lampiran B
A = 0.0005
3. Tentukan nilai faktor B berdasarkan nilai faktor A pada chart CS-2
yang ada di lampiran B
B = 6000
4. Karena faktor A jatuh ke kanan ketika di tarik garis di chart faktor B,
maka untuk menghitung kemampuan dinding untuk menahan tekanan
eksternal dapat menggunakan rumus berikut:
Karena bejana tekan ini akan beroperasi pada lingkungan yang memiliki tekanan
atmosferik sebesar 14.7 psi maka kemampuan dinding yang bisa menahan tekanan
eksternal 162,45 psi dianggap memenuhi kriteria
B. Head
Assume t = 0,935 ( berdasarkan t used pada perhitungan internal )
A = 0,125
𝑅𝑜/𝑡= 0,0026476 (4.25)
A = 0,125
47,211= 0,0026476
Kemudian melihat faktor A berada di sisi kanan (R/Right) (dari Pressure
Vessel Handbook, hal 44) dan didapatkan nilai faktor B sebesar 10000, maka:
𝑃𝑎 =𝐵
𝑅𝑜
𝑡
(4.26)
𝑃𝑎 =1000047,211
0,914
𝑃𝑎 =211,8 psi
Dikarenakan external pressure yang diperlukan hanya 15 psi maka head dengan
tebal 0,914 in dianggap memenuhi kriteria karena dapat menahan eksternal pressure
sebesar 211,8 psi.
𝑃𝑎 = 4𝐵
3(𝐷
𝑡)
= 4 𝑥 6000
3(86,17/1,75)= 162,45 𝑝𝑠𝑖 (4.24)
46
4.4.3 Perhitungan Windload
Ada beberapa perhitungan yang diperlukan akibat beban angin, diantaranya
adalah wind load, shear, moment, required thickness dan maximum deflection.
Perancangan bejana tekan terhadap beban angin mengacu pada standar ASME
Section VIII dengan aspek spesifikasi seperti pada Tabel 4.4 , untuk keterangan
notasi dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Tabel 4.4 Spesifikasi perhitungan windload
No. Spesifikasi Notasi Nilai Satuan
1 Velocity Pressure 𝑞𝑧 50 psf
2 Gust Response G 1
3 Shape factor 𝐶𝑓 0,8
4 Projected Area 𝐴𝑓 498,317 𝑓𝑡2
5 Wind Pressure 𝑃𝑊 60 Lb/𝑓𝑡2
6 Lever arm h 34,695 ft
7 Diameter Vessel D 7,181 ft
Gambar 4.6 Keterangan Notasi Pada Wind Load (Megyesy)
A. Menghitung Wind Load
𝐹 = 𝑞𝑍𝐺𝐶𝑓𝐴𝑓 (4.27)
𝐹 = 50 𝑥 1 𝑥 0,8 𝑥 498,317
𝐹 = 19932,71156 𝑙𝑏
B. Menghitung Shear
𝑉 = 𝑃𝑊𝐷𝐻 (4.28)
47
𝑉 = 60 𝑥 7,181 𝑥 69,389
𝑉 = 29899,067 𝑙𝑏
C. Menghitung Moment Pada Base
𝑀 = 𝑃𝑊𝐷𝐻ℎ (4.29)
𝑀 = 60 𝑥 7,181 𝑥 69,389 𝑥 34,694
𝑀 = 1037344,61 𝑓𝑡. 𝑙𝑏
D. Menghitung Aktual Stress pada Base
𝑆 =12𝑀
𝑅2𝜋𝑡 (4.30)
𝑆 =12 𝑥 1037344,61
3,5912𝜋0,5625
𝑆 = 3792,56 𝑝𝑠𝑖
Dengan material SA 516 grade 60 yang memiliki stress allowable 15000 psi,
maka actual stress yang didapat dengan ketebalan plat skirt 0,5625 in hanya
3792,56 psi sehingga ketebalan tersebut dapat digunakan.
E. Menghitung Thickness Minimum
𝑡 =12𝑀
𝑅2𝜋𝑆𝐸 (4.31)
𝑡 =12 𝑥 1037344,61
3,5912 𝑥 𝜋 𝑥 15000 𝑥 1
𝑡 = 0,1422 𝑖𝑛
Dengan momen yang terjadi maka thickness minimum yang didapat adalah
0,1422 in, maka dari itu dengan thickness actual 0,5625 in desain ini bisa
dianggap memenuhi kriteria.
4.4.4 Perhitungan Seismic Load
Perhitungan beban gempa pada laporan ini menggunakan analisis gaya
lateral ekuivalen, berikut ini merupakan data gempa berdasarkan ASME VIII yang
tertera pada Tabel 4.5 serta Tabel 4.6 untuk konstanta.
48
Tabel 4.5 Spesifikasi Perhitungan Seismic
No. Spesifikasi Notasi Nilai Satuan
1 Berat total vessel W 351764 Lb
2 Tinggi vessel H 69,389 ft
3 Percepatan gravitasi g 32.2 𝑓𝑡/𝑠2
4 Total shear V 1273,628 Lb
5 Total force seismic at top 𝐹𝑡 75,02 lb
6 Assume Thickness skirt t 0,6 In
7 Diameter Outside D 7,181 ft
8 Weight per Foot w 5956 Lb/ft
Tabel 4.6 Konstanta (megyesy)
No Konstanta Nilai
1 Z 0,3
2 I 1
3 C 0,035
4 𝑅𝑊 2,9
A. Menghitung Periode Vibration
𝑇 = 0,0000265(𝐻
𝐷)2√
𝑤𝐷
𝑡 (4.32)
𝑇 = 0,0000265(69,389
7,181)2√
5956 𝑥 7,181
0,5625
𝑇 = 0,68 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑇𝑎 = 0,80√𝑊𝐻
𝑉𝑔 (4.33)
𝑇𝑎 = 0,80√351764 𝑥 69,389
1273,629 𝑥 32,2
𝑇𝑎 = 19,517 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Dengan perhitungan diatas maka diketahui bahwa periode vibrasi yang
dihasilkan adalah 0,68 detik dimana dengan allowable sebesar 19,517 detik, maka
dengan itu disimpulkan bahwa perhitungan vibrasi dapat diterima.
49
B. Menghitung Shear
𝑉 =𝑍𝐼𝐶
𝑅𝑊W (4.34)
𝑉 =0,3 𝑥 1 𝑥 0,035
2,9 x 351764,087
𝑉 = 1273,628 𝑙𝑏
C. Menghitung Momen Akibat Seismic
𝑀 = 𝐹𝑡𝐻 + (𝑉 − 𝐹𝑡)𝑥 (2𝐻
3) (4.35)
𝑀 = 75,02 𝑥 69,389 + (1273,62 + 75,02)𝑥 (2 𝑥 69,389
3)
𝑀 = 60653,078 𝑙𝑏
𝑀 = 𝐹𝑡𝐻 + (𝑉 − 𝐹𝑡)𝑥 (𝑋 −𝐻
3)
𝑀𝑥 = 75,02 𝑥 69,389 + (1273,62 + 75,02)𝑥 (59,055 −69,389
3) (4.36)
𝑀𝑥 = 48265,889 𝑙𝑏
D. Menghitung Thickness Minimum Akibat Seismic
Berdasarkan perhitungan momen sebelumnya, M lebih besar dibanding Mx
maka dari itu perhitungan thickness akan berdasarkan perhitungan M
Dengan menggunakan rumus berikut
𝑡 =12𝑀
𝑅2𝜋𝑆𝑡𝐸 (4.37)
𝑡 =12 𝑥 60653,078
3,5912 𝑥 𝜋 𝑥 15000 𝑥 1
𝑡 = 0,0083 𝑖𝑛
Karena thickness minimum untuk menahan seismic pada vessel adalah sebesar
0,0083 in, penggunaan thickness sebesar 0,5625 in dianggap memenuhi kriteria.
E. Menghitung Defleksi
Beban yang diakibatkan angin pasti memiliki dampak dan salah satunya adalah
defleksi pada vessel, defleksi yang diijinkan sesuai ASME VIII adalah 4,185 in
untuk vessel dengan ketinggian 69,75 ft
∆𝑀 =𝑃𝑤𝐷1𝐻(12𝐻)3
8𝐸𝐼 (4.38)
50
∆𝑀 =50 𝑥 7,181 𝑥 (12 69,75)3
8 𝑥 29000000 𝑥 150856
∆𝑀 = 0,438 𝑖𝑛
dengan ∆𝑀 Sebesar 0,438 in dengan allowable 4,185 in maka defleksi yang
dihasilkan dianggap memenuhi kriteria.
5.4.5 Perhitungan skirt
Ketebalan pada skirt support dipengaruhi oleh dua hal, yaitu akibat
pengaruh angin, seismic dan juga akibat pengaruh beban karena skirt adalah yang
nantinya menjadi tumpuan untuk sebuah vertical vessel. Berdasarkan data
spesifikasi pada Table 4.7 maka perhitungan skirt adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7 Spesifikasi Pada Skirt
No. Spesifikasi Notasi Nilai Satuan
1 Outside diameter skirt D 86,177 in
2 Efficiency joint E 1
3 Moment Skirt Joint 𝑀𝑇 1037344,61 ft.lb
4 Outside Radius Skirt R 43,088 In
5 Stress Value Material S 15000 psi
6 Thickness of Skirt t 0,5625 in
7 Weight vessel W 351764,087 lb
𝑡 =12𝑀𝑇
𝑅2𝜋𝑆𝐸+
𝑊
𝐷𝜋𝑆𝐸 (4.39)
𝑡 =12 𝑥 1037344,61
43,0882 𝑥 𝜋 𝑥 15000 𝑥 1+
351764,087
86,177 x 𝜋 𝑥 15000 𝑥 1
𝑡 = 0,508 𝑖𝑛
dengan hasil perhitungan thickness minimum dari skirt sebesar 0,508 in maka
penggunaan skirt sebesar 0,5625 in sudah dapat memenuhi kriteria.
5.4.6 Perhitungan bolt dan basering
Desain pressure vessel ini menggunakan skirt pada bagian support maka dari
itu memerlukan perhitungan basering dan bolt (Gambar 4.7) untuk menahan beban
51
angin, seismic maupun berat vessel itu sendiri berdasarkan spesifikasi pada tabel
4.8 berikut
Tabel 4.8 Spesifikasi Desain Anchor Bolt dan Basering
No. Spesifikasi Notasi Nilai Satuan
1 Momen M 1037344,61 ft.lb
2 Area bolt circle Ab 6531,859 sq.in
3 Circumference bolt Cb 286,556 in
4 Number of Bolt N 16
5 Weight Vessel W 351764,081 lb
6 Stress Bolt SA 193 B7 𝑆𝐵 19000 psi
7 Area of Skirt 𝐴𝑆 5835,11 𝑖𝑛2
8 Circumference OD Skirt 𝐶𝑆 270,842 in
9 Area of base ring 𝐴𝑟 2065,849 𝑖𝑛2
10 Width basering l1 5 in
Gambar 4.7 Keterangan Notasi Basering (Megyesy)
A. Perhitungan maximum tension bolt
𝑇 =12 𝑀
𝐴𝐵−
𝑊
𝐶𝐵 (4.40)
𝑇 =12 𝑥 1037344
6531,859−
351764,087
286,556
𝑇 = 678,202 𝑙𝑏/𝑙𝑖𝑛. 𝑖𝑛
52
B. Perhitungan required area bolt
𝐵𝐴 =𝑇𝐶𝐵
𝑆𝐵𝑁 (4.41)
𝐵𝐴 =678,202 𝑥 286,556
19000 𝑥 16
𝐵𝐴 = 0,639 𝑠𝑞. 𝑖𝑛
Dengan penggunaan bolt size 2 in yang memiliki 𝐵𝐴 = 2,300 𝑠𝑞. 𝑖𝑛 maka
kebutuhan 𝐵𝐴 calculated yang hanya 0,639 sq.in dapat terpenuhi.
C. Perhitungan stress pada anchor
𝑆𝐵 =𝑇𝐶𝐵
𝐵𝐴𝑁 (4.42)
𝑆𝐵 =678,202 𝑥 286,556
0,639 𝑥 16
𝑆𝐵 = 5281,072 𝑝𝑠𝑖
Dengan adanya stress pada anchor sebesar 5281,072 psi maka bolt yang
memiliki stress allowable dari material SA 193 B7 sebesar 19000 psi dapat
digunakan.
D. Perhitungan maksimum kompresi basering
Base ring berguna sebagai penumpu dari skirt sebelum berkontak ke Concrete
yang dapat dihitung dengan rumus berikut
𝑃𝑐 =12 𝑀
𝐴𝑆+
𝑊
𝐶𝑆 (4.43)
𝑃𝑐 =12 𝑥 1037344
5835,11+
351764,087
270,842
𝑃𝑐 = 3432,093 𝑙𝑏/𝑙𝑖𝑏. 𝑖𝑛
E. Perhitungan tebal minimum basering
𝑡𝐵 = 0,321 𝑥 𝑙1 (4.44)
𝑡𝐵 = 0,321 𝑥 5
𝑡𝐵 = 1,605 𝑖𝑛
𝑡𝐵 𝑢𝑠𝑒 = 1,625 𝑖𝑛
Maka dengan penggunaan basering dengan ketebalan 1,625 in sudah dianggap
memenuhi kriteria.
53
F. Perhitungan bearing stress
𝑆1 =𝑃𝑐 𝑥 𝐶𝑆
𝐴𝑅 (4.45)
𝑆1 =3432,093 𝑥 270,84
2065,849
𝑆1 = 449,96 𝑝𝑠𝑖
Stress yang terjadi pada bearing adalah 449,96 dengan allowable stress material
SA 516 gr 60 adalah 15000 psi yang berarti desain diperbolehkan dipakai.
G. Perhitungan bending stress
𝑆1 =3 𝑥 𝑆1 𝑥 𝑙1
2
𝑡𝐵2 (4.46)
𝑆1 =3 𝑥 449,96 𝑥 52
1,6252
𝑆1 = 12780 𝑝𝑠𝑖
Dengan penggunaan basering sebesar 1,625 in besaran stress bending pada base
ring adalah 12780 psi maka material SA 516 grade 60 yang memiliki allowable
stress 15000 dapat digunakan.
5.5 Analisis Tegangan dan Faktor Keselamatan
Terdapat 3 teori yang digunakan untuk menganalisis tegangan yang terjadi
pada pressure vessel serta faktor keselamatan pressure vessel tersebut. Teori
tersebut adalah teori tegangan maksimum, tresca criterion, dan von mises criterion.
4.5.1 Perhitungan tegangan pada tiap sumbu
Untuk menganalisis tegangan yang terjadi di tiap sumbu pada pressure vessel
digunakan metode analisis membran. Pada sebuah membran tegangan terjadi pada
tiga sumbu (triaksial) seperti ilustrasi Gambar 4.8 di bawah ini. Sumbu tersebut
adalah longitudinal (𝜎𝐿), circumferentia𝑙 (𝜎∅), dan radial (𝜎𝜏). Dimana tegangan
radial akan memiliki nilai yang mendekati nol, karena dinding yang tipis.
54
Gambar 4.8 Ilustrasi Tegangan Pada Bejana Tekan
Data pada Tabel 4.9 di bawah ini adalah variabel yang diperlukan untuk
menghitung tegangan pada bejana tekan.
Tabel 4.9 Variabel Perhitungan Tegangan
Diketahui Notasi Nilai Satuan
Internal pressure P 568,9 psi
Mean diameter of shell Dm 84,43 inch
Shell thickness t 1,75 inch
Allowable stress of shell material S 15000 psi
Yield strength of shell material Y 38435 psi
Tensile strength material TS 60000 psi
A. Tegangan pada pressure vessel
• Longitudinal stress (𝜎𝐿)
𝜎𝑥 =𝑃𝐷𝑚
4𝑡=
568,9 𝑥 84,43
4 𝑥 1,75= 6861,93 𝑝𝑠𝑖 (4.47)
• Circumferential stress (𝜎∅)
𝜎∅ =𝑃𝐷𝑚
2𝑡=
568,9 𝑥 84,43
2 𝑥 1,75= 13723,85 𝑝𝑠𝑖 (4.48)
• Radial stress (𝜎𝜏)
𝜎𝜏 = 0 𝑝𝑠𝑖
55
4.5.2 Aplikasi teori tegangan maksimum
Teori tegangan maksimum berbunyi bahwa tegangan maksimum yang terjadi
pada sebuah konstruksi pada sumbu mana saja harus di bawah tegangan ijin
material tersebut.
A. Tegangan maksimum pada pressure vessel
Tegangan maksimum yang dialami pressure vessel adalah tegangan
circumferential sebesar 13723,85 psi. Dimana tegangan tersebut masih di bawah
allowable stress material sebesar 15000 psi. Dengan faktor keamanan sebagai
berikut:
𝑆𝑓 = 𝑆
𝜎∅=
15000
13723,85= 1,09 (4.49)
4.5.3 Aplikasi teori tresca criterion
Tresca criterion berbunyi bahwa kegagalan pada material yang memiliki
kecenderungan ductile akan gagal akibat pembebanan geser yang melebihi setengah
dari yield strength material.
A. Tegangan tresca pada pressure vessel
Tegangan maksimum yang dialami pressure vessel adalah tegangan
circumferential sebesar 13723,85 psi sedangkan tegangan minimumnya adalah
tegangan radial sebesar 0 psi. Dengan yield strength material sebesar 38453 psi.
𝜎𝑡𝑟𝑒𝑠𝑐𝑎 =1
2(𝜎𝑚𝑎𝑥 − 𝜎𝑚𝑖𝑛) =
1
2(13723,85 − 0) = 6861,93 𝑝𝑠𝑖 (4.50)
Safety factor pada teori tresca criterion sebesar:
𝑆𝑓 =𝐴𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠
𝜎𝑡𝑟𝑒𝑠𝑐𝑎=
0.5𝑌
6861,93=
0.5 𝑥 38435
6861,93= 2,8 (4.51)
4.5.4 Aplikasi teori von mises criterion
Teori von mises criterion berbunyi bahwa kegagalan terjadi ketika energi
distorsi (tegangan von mises) yang diterima material melebihi yield strength
material tersebut.
A. Tegangan von mises pada pressure vessel
Untuk menghitung tegangan von mises yang diterima material dapat
menggunakan rumus berikut:
𝜎𝑣𝑜𝑛 =1
√2√(𝜎𝐿 − 𝜎∅)2 + (𝜎∅ − 𝜎𝜏)2 + (𝜎𝐿 − 𝜎𝜏)2 (4.52)
56
=1
√2√(13723,85 − 6861,93)2 + (6861,93 − 0)2 + (13723,85 − 0)2
= 11885,21 𝑝𝑠𝑖
Safety factor pada teori von mises sebesar:
𝑆𝑓 =𝑌
𝜎𝑣𝑜𝑛=
38435
11885,21= 3,23 (4.53)
5.6 Finite Element Analysis
Untuk hasil analisis tegangan dilakukan analisis finite element guna
memberikan gambaran tentang efek tekanan kerja terhadap konstruksi pressure
vessel. Analisis finite element merupakan semacam simulasi kondisi real. Perangkat
lunak yang digunakan untuk melakukan komputasi pengaruh tekanan kerja
terhadap konstruksi Pressure Vessel adalah ANSYS® ditambah dengan perangkat
lunak SOLIDWORKS® untuk modelling. Berikut ini adalah langkah kerja finite
element analysis beserta hasilnya:
5.6.1 Input geometry dan parameter simulasi
Langkah pertama untuk mengerjakan analisis finite element adalah dengan
membuat geometri sesuai dengan data pada hasil rancangan. Perangkat lunak
SOLIDWORKS® merupakan salah satu perangkat lunak yang dapat menunjang
kebutuhan pembuatan model yang selanjutnya di olah oleh ANSYS®. Hasil
modelling dari SOLIDWORKS® di export ke dalam format IGES (*.igs) agar bisa
di import ke dalam perangkat lunak ANSYS®. Setelah itu Pemberian tekanan kerja
sebesar 556 psi pada tiap face inner Shell dengan jumlah 2 face dimasukkan ke
dalam model. Ilustrasi pada Gambar 4.8 di bawah ini adalah antarmuka model
setelah diberi parameter simulasi.
Gambar 4.8 Parameter Simulasi Pada Model pressure vessel (ANSYS, 2019)
57
5.6.2 Geometry mesh
Meshing adalah proses pembagian tiap – tiap elemen menjadi elemen yang
berukuran lebih kecil guna meningkatkan akurasi perhitungan. Tiap – tiap elemen
ini lah yang nanti memberikan respon terhadap parameter simulasi yang telah
ditetapkan pada langkah sebelumnya. Karakteristik respon akan sangat dipengaruhi
oleh ukuran elemen serta posisinya. Oleh karena itu semakin kecil ukuran elemen
maka hasil akan lebih akurat dengan kebutuhan komputasi yang lebih kuat pula.
Gambar 4.9 di bawah ini adalah hasil meshing pada geometri pressure vessel.
Gambar 4.9 Hasil Meshing Pada Geometri pressure vessel (ANSYS, 2019)
5.6.3 Running simulasi serta hasilnya
Setelah seluruh parameter di definisikan hasil dari simulasi dapat diketahui
dengan memilih menu solve. Hasil simulasi disajikan seperti pada Gambar 4.10
dimana geometri yang tadinya monochromatic menjadi memiliki warna yang
berbeda pada bagian – bagian nya. Warna tersebut merupakan representasi dari
tegangan yang diterima material. Begitu juga dengan titik tegangan maksimal dan
minimal nya dengan menggunakan menu probe max dan probe min. Label tegangan
yang terjadi akan ditampilkan pada hasil simulasi.
58
Gambar 4.10 Hasil Simulasi Von Mises dengan ANSYS
Dari hasil von mises ANSYS didapati stress yang terjadi sebesar 11523 𝑝𝑠𝑖 maka
jika dibandingkan dengan von mises perhitungan manual sebesar 11885,21 𝑝𝑠𝑖
akan didapati margin of error dan safety factor sebesar:
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑜𝑓 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = (11885,21 − 11523)
11885,21 𝑥 100 (4.54)
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑜𝑓 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 3,04 %
Safety factor berdasarkan von mises pada ANSYS sebesar:
𝑆𝑓 =𝑌
𝜎𝑣𝑜𝑛=
38435
11523= 3,33 (4.55)
Safety factor berdasarkan perbandingan ultimate pressure dan design pressure
sebesar:
𝑃𝑈𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒 = 𝑡 𝑥 𝑇𝑆 / 𝑅 (4.56)
𝑃𝑈𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒 = 1,75 𝑥 60000 / 41,339
𝑃𝑈𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒 = 2540 𝑝𝑠𝑖
𝑆𝑓 =𝑃𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒
𝑃𝑑𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 (4.57)
𝑆𝑓 =2540
568
𝑆𝑓 = 4,46
59
6 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perancangan serta analisis yang telah dilakukan dapat di tarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penghitungan required area heat transfer menggunakan aplikasi HTRI
membutuhkan required area seluas 4124,65 𝑚2 dengan overdesign sebesar 5,18
%
2. Hasil perhitungan required area heat transfer dengan manual calculation
berdasarkan buku Robin Smith – Chemical Process didapatkan area heat
transfer seluas 4215,30399 𝑚2 dengan overdesign sebesar 6,98 %
3. Hasil pressure vessel dengan perhitungan manual didapatkan ketebalan shell
sebesar 1,75 in, head sebesar 0,935 in, skirt sebesar 0,5625 in dan basering
setebal 1,625 in
4. Hasil pressure vessel dengan perhitungan PV Elite didapatkan ketebalan
minimum Shell sebesar 1,66 in, head setebal 0,878 in, skirt sebesar 0,5625 dan
basering setebal 1,598 in
5. Hasil stress yang terjadi berdasarkan perhitungan von mises adalah sebesar
11885,205 psi dan hasil von mises Ansys adalah 11523 psi dan menghasilkan
deviasi sebesar 3,04 %
6. Hasil safety factor yang dihasilkan berdasarkan von mises perhitungan manual
adalah sebesar 3,23, berdasarkan stress yang terjadi pada Ansys didapat safety
factor 3,33 serta safety factor yang didapat berdasarkan ultimate pressure
sebesar 4,46
5.2 Saran
1. Sebaiknya perhitungan vessel dilengkapi dengan perhitungan nozzle.
2. Sebaiknya untuk heat exchanger di berikan pilihan ukuran dengan overdesign
yang sama sehingga mampu memberikan fleksibilitas penggunaan.
60
61
DAFTAR PUSTAKA
Commite, A. (2013). ASME section II. New York.
Commite, A. (2013). ASME section VIII division 1 . New York.
Dieter, G. (1988). Mechanical Metallurgy . McGraw-Hill.
Megyesy, E. F. (1998). Pressel Vessel Handbook. Oklahoma.
Taylor, B. C. (2004). Assessment of Appropriate Pressure Vessel Flange Bolt
Tension by Finite Element Modelling. Queensland.
Turbular Exchanger Manufacturer Assosiation 9th edition. (2007). New York.
Wibisono.2012., Pressure vessel bejana tekan. https://wbsakti.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 16 Desember 2018.
Robin Smith (2016). Chemical Process Design and Integration. Wiley.
Heat Transfer Reasearch Inc (1962). Design Manual. Texas.
Walter J. Sperko (2000). Reduction of Design Margin (“Safety Factor”) in the
ASME Boiler and Pressure Vessel Code in the 1999 Addenda.
62
63
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN HEAT EXCHANGER
64
65
7
Gambar A.1 Output HTRI
8
Gambar A.2 konstanta untuk FP dan FL
9
Gambar A.3. Rumus Perhitungan Correction Factor Baffle
66
67
Gambar A.4. Kontanta ℎ𝑇𝐹
68
Gambar A.5 Data UOP I
69
Gambar A.6 Data UOP II
70
Gambar A.7 Data UOP III
Gambar A.8 Data UOP IV
71
72
Gambar A.9 Data UOP V
73
74
Gambar A.10 Data UOP VI
75
76
Gambar A.11 Data UOP VII
77
78
Gambar A.12 Data UOP VIII
79
80
LAMPIRAN B
DATA PERHITUNGAN PRESSURE VESSEL
81
82
Gambar B.1 Grafik Figure G
Gambar B.2 Tabel 𝑃𝑤
83
84
Gambar B.3 Pembagian Zona Gempa Indonesia
Gambar B.4 Tabel Bolt dan Basering
85
86
Gambar B.5 Konstanta Zona Gempa
Gambar B.6 Kontanta C pada Perhitungan Windload
Gambar B.7 Grafik Figure CS-2
87
88
LAMPIRAN C
OUTPUT PV ELITE
89
137
LAMPIRAN D
SYMBOL DAN NOTASI
138
139
Tabel C.1 Symbol dan Notasi
No Symbol Definisi
1 𝑑𝐼 Inside diameter
2 𝑚𝑇 Mass Flowrate tube
3 B Central baffle spacing
4 𝑣𝑇 Velocity flow tube
5 𝑁𝑝 Number of pass
6 𝑁𝑡 Number of tubes
7 𝜌 Fluid density
8 𝜋 Konstanta of phi
9 𝑅𝑒 Reynold number
10 𝜇 Viscosity
11 𝐾ℎ𝑇4 Heat transfer coefficient tube
12 𝑘 Thermal conductivity
13 ℎ𝑇 Tube side heat transfer coefficient
14 𝑄 Overall Heat transfer
15 𝐶𝑃𝑇 Tube heat capacity
16 𝑣𝑠 Velocity flow shell
17 𝑚𝑠 Mass Flowrate shell
18 𝐷𝑠 Shell inside diameter
19 𝐷𝐵 Outside diameter tube bundle
20 𝑑0 Tube outer diameter
21 𝑃𝐶𝐹 Pitch correction factor
22 𝑃𝑇 Tube Pitch
23 𝐹𝑝 Pitch factor
24 𝐹𝐿 Leakage factor
25 𝐽𝑆 Correction factor for baffle
26 𝐵𝐶 Baffle Cut
27 𝐾ℎ𝑆4 Heat transfer coefficient shell
28 𝑈 Overall heat transfer coefficient
29 ℎ𝑆 Heat transfer shell side
30 ℎ𝑆𝐹 Fouling coefficient shell
31 ℎ𝑇𝐹 Fouling coefficient tube
32 ℎ𝑇 Heat transfer tube side
33 ∆𝑇𝐿𝑀 logarithmic mean temperature difference
34 FT factor Correcction factor
35 𝐴 Area
36 𝐿 Tube length