review paper terowongan batuan dan tanah
DESCRIPTION
Tugas Review Paper: A Review of the Effects of Tunneling on Adjacent PilesTRANSCRIPT
REVIEW JURNAL
TEROWONGAN BATUAN DAN TANAH
ADHITYA YOGA P
305343
PROGRAM PASCA SARJANA JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
A Review of the Effects of Tunneling on Adjacent Piles
Mustafa Hasan AbdullahPhD student,
Department of Civil and Structural Engineering, University Kebangsaan Malaysia, Malaysiae-mail: [email protected]
Mohd Raihan TahaProfessor and head, Department of Civil and Structural Engineering, University Kebangsaan
Malaysia, Malaysiae-mail: [email protected]
A. PENDAHULUAN
Jurnal ini membahas tentang pengaruh pembangunan terowongan terhadap bangunan disekitarnya
terutama bangunan yang menggunakan tiang pancang sebagai fondasi utamanya. Banyak kota-kota
besar yang telah menggunakan terowongan sebagai jalur penghubung baik itu transportasi, saluran air
maupun sarana telekomunikasi. Dengan adanya peningkatan akan kebutuhan terowongan, maka perlu
dilakukan penelitian tentang adanya pengaruh pembuatan terowongan terhadap fondasi bangunan
yang sebagian besar menggunakan fondasi tiang. Dalam jurnal ini dibahas mengenai pengaruh
tegangan dan deformasi yang terjadi pada pile akibat adanya pekerjaan terowongan yang biasanya
memiliki kedalaman yang hampir sama dengan perletakan fondasi tiang. Beberapa peneliti lain pernah
meneliti pengaruh pembuatan terowongan terhadap fondasi tiang dengan menggunakan model
numerik dan uji laboratorium. Jurnal ini merangkum beberapa penelitian yang berhubungan dengan
efek tunneling pada tiang didekatnya, termasuk pemodelan numerik dan uji laboratorium. Dilakukan
perbandingan beberapa metode yang telah dilakukan. Selain itu, jurnal ini akan membahas pendekatan
yang berbeda dalam menggambarkan efek ini.
B. METODE
Dalam penelitian ini akan dibandingkan beberapa metode pengujian yaitu:
1. Metode Komputasi
a. Metode analitis, biasanya digunakan untuk mendapatkan karakteristik deformasi pada zona
di antara terowongan dan fondasi tiang yang berdekatan. Salah satu pemodelan yang dilakukan adalah
dengan menggunakan Mindlin’s Model. Randolph-Wroth logarithmic attenuation function digunakan
untuk mengetahui respon vertikal dan Mindlin’s Model untuk respon lateral untuk mensimulasikan
interaksi antar tiang. Respon dari kelompok tiang karena tunneling diperoleh dengan prinsip
superposisi. Metode ini diperiksa dengan melakukan perbandingan hasil yang diperoleh oleh program
Boundary Element Method, data uji centrifuge dan pengukuran lapangan. Perbandingan menunjukkan
keterkaitan yang baik antara studi ini terutama untuk efek analisis non-linear. Seperti ditunjukkan
dalam gambar 1, tiang dekat permukaan tanah memiliki penurunan yang lebih besar dari penurunan
tanah disekitar tiang yang dapat menyebabkan gaya tarik sebagian tiang.
b. Metode numerik, digunakan untuk merumuskan masalah geoteknik yang digunakan untuk
mensimulasikan hubungan tegangan-regangan dari tanah. Selain itu, beberapa model konstitutif tanah
telah dikembangkan, yang mana sebagian besar terbentuk dari persamaan matematika yang rumit.
Banyak peneliti mengembangkan dan menerapkan berbagai model tanah konstitutif untuk tunneling
dan khususnya dalam interaksi terowongan-tanah-tiang. Terlepas dari sejumlah besar model tanah
konstitutif, para peneliti berfokus pada Mohr-Coulomb, elasto-plastic, elastic, Displacement Control
Model (DCM), hardening hoil model dan soft-soil model).
i. Mohr-Coloumb Model, adalah model awal yang menggambarkan hubungan linier pada zona
elastis, sedangkan grafik berbentuk kurva pada zona plastis seperti pada Gambar 2. Model ini
terdiri dari lima parameter yaitu modulus Young, Poisson’s ratio, effective friction angle,
effective cohesion, dan sudut dilatansi.
Gambar 2 Asumsi model Mohr-Coloumb
Penelitian mengenai pengaruh tunneling di tanah berlempung dan berpasir di struktur
jembatan dengan fondasi tiang dilakukan di stasiun metro Beijing. Studi dilakukan secara
empiris, teoritis dan numerik (menggunakan Mohr-Coulomb Model) dan data pengujian
lapangan. Berdasarkan data uji lapangan, ditemukan bahwa pondasi tiang pancang setelah
tunneling menunjukkan penurunan yang besar dibandingan sebelum proses tunneling, untuk
pengaruh tunneling yang sama (Gambar 3). Peneliti menyimpulkan bahwa efek beban
tambahan dari struktur yang sudah ada meningkatkan efek deformasi pada tanah. Peneliti juga
merekomendasikan prosedur kontrol harus mempertimbangkan kapasitas struktur diatasnya,
prediksi tunneling dan dewatering dan penurunan fondasi tiang pancang, dan pelaksanaan
langkah-langkah perkuatan untuk tunneling yang dekat dengan fondasi tiang.
Gambar 3. Penurunan fondasi tiang selama tunneling
ii. Elastic Model
The finite- and boundary-element (FAB) methods digunakan untuk menggambarkan interaksi
terowongan-tanah-tiang. Metode elemen hingga yang digunakan untuk memprediksi
pergerakan tanah di area bebas, sedangkan respon dari tiang tertanam terhadap gerakan tanah
tersebut diprediksi dengan metode boundary element. Hasil penelitian menunjukkan
hubungan yang baik antara prediksi dari respon tiang yang diperoleh dengan metode FAB dan
analisis elemen hingga 3D (Gambar 4).
Gambar 4. Perbandingan FE dan BE terhadap penurunan
iii. Elasto-Plastic Model
Efek tunneling pada shotcrete linning dan rock bolting dipelajari oleh Liu et al. (2008) dengan
menggunakan model konstitutif ini. ABAQUS dan TUNNEL3D digunakan dalam analisis
melalui tiga dimensi (3D) pada perhitungan elemen hingga ditambah dengan prosedur
tunneling, interaksi antara lapisan shotcrete dan massa batuan, interaksi antara rock bolts dan
massa batuan, dan perilaku elasto-plastik massa batuan, lapisan shotcrete dan rock bolts.
Mereka menyimpulkan bahwa tunneling itu mempengaruhi sistem pendukung yang ada
terowongan yang berdekatan terutama ketika muka terowongan melewati sistem dukungan
yang ada.
iv. Displacement Control Model (DCM)
Model ini diterapkan untuk mempelajari efek tunneling pada tiang terdekat menggunakan
analisis elemen hingga 3D. Hasil model dibandingkan dengan uji centrifuge dan satu set studi
parametrik. Perbandingan menunjukkan hubungan yang baik antara hasil. Mereka
menyimpulkan bahwa kekuatan internal tiang yang terdapat tunneling dan deformasi
tergantung pada jarak antara tiang dan terowongan, panjang tiang ke terowongan, rasio
kedalaman dan hilangnya volume. Mereka mengamati bahwa ada dua zona yang berbeda
yang dibagi oleh garis 45° diproyeksikan dari springline terowongan. Tiang menjadi sasaran
kekuatan tarik dan penurunan besar di zona pengaruh, sedangkan di luar zona pengaruh,
beban tarik dan penurunan kecil. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa efek dari tunneling
pada kelompok tiang lebih kecil dari pada tiang tunggal di lokasi yang sama.
v. Hardening Soil Model
Hardening Soil Model dianggap sebagai second order model untuk tanah. Ini termasuk
friction hardening dan cap hardening. Yang pertama digunakan untuk model regangan geser
plastik dalam tekanan deviatorik, kemudian digunakan untuk model regangan volumetrik
plastik dalam kompresi primer. Karakteristik model termasuk kekakuan menurut Power Law
(m), regangan plastik karena tekanan deviatorik primer (E ref50), regangan plastik karena
kompresi primer (Erefoed), parameter input elastic unloading/ reloading (Eref
ur, νur) dan kriteria
kegagalan menurut model Mohr-Coulomb (c, φ dan ψ) (Ti et al., 2009). Lee et al. (2009) dan
Mika et l. (2009) meneliti efek tunneling pada tiang dan struktur di dekatnya dan
menggunakan model konstitutif ini dalam analisis mereka. Lee et al. (2009) menggunakan
program elemen hingga, Plaxis-GID untuk kasus tunneling di Singapura. Analisis ini
melibatkan efek tunneling pada tiang yang berdekatan dalam tiga dimensi. Mereka
menggunakan model Hardening Soil-Small untuk memprediksi perilaku tanah lempung
berpasir. Metode pelepasan tegangan digunakan untuk model penggalian terowongan pada
kondisi penurunan tetap. Hasil analisis yang diukur adalah penurunan permukaan tanah dan
bawah permukaan perpindahan horizontal (lihat Gambar 5).
Gambar 5. Penurunan setelah pemasangan terowongan
2. Metode Eksperimental
Meskipun pengembangan di metode komputasi menghasilkan penelitian analitis dan numerik,
peneliti lebih memilih untuk mendukung studi mereka dengan eksperimen dan model uji. Metode
eksperimental telah memainkan peran penting dalam ilmu tunneling. Beberapa uji yang dilakukan
untuk mengetahui perilaku tiang akibat dekatnya penggalian terowongan.
a. Photo-Elasticity Model
Standing dan Leung (2005) menyelidiki perilaku efek tiang pada terowongan menggunakan
metode Photo-Elasticity. Mereka menggunakan sebuah alat dengan berbagai komponen
Photo-Elasticity untuk mensimulasikan terowongan dan pola tegangan yang dikembangkan
dalam tanah granular di sekitarnya selama proses pemancangan tiang (lihat Gambar 6a dan
6b). Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk tiang yang memiliki jarak dari pusat
terowongan kurang dari diameter terowongan, ada pengalihan tegangan dari kaki tiang ke
pinggiran terowongan. Hal ini ditunjukkan oleh garis-garis cahaya terang bergabung dasar
tiang, yang mewakili beban yang sangat besar (Gambar 6c). Jumlah garis meningkat selama
kedalaman penetrasi tiang meningkat, dan mencapai maksimum pada kedalaman tertentu dari
penetrasi tiang tergantung pada posisi lateral.
(a) (b)
(c)
Gambar 6. Skema pengujian
b. Photogrammetric Technique
Photogrammetric Technique digunakan oleh Lee dan Yoo (2006) dan Lee dan Bassett (2007).
Lee dan Yoo (2006) mempelajari perilaku 2D dari model terowongan yang berdekatan
dengan deretan tiang selama penggalian terowongan. Model tiang-tanah-terowongan dibuat
dari campuran batang aluminium dengan berbagai ukuran (Gambar 9a dan 9b). Sebuah teknik
fotogrametri mengadopsi analisis gerakan pusat terowongan sehubungan dengan hilangnya
volume. Mereka menyimpulkan bahwa lokasi ujung tiang mempengaruhi pergerakan
terowongan, dan model terowongan dapat bergeser ketika beban tiang terletak di dekat area
terowongan (lihat Gambar 9c).
Dalam Lee dan Bassett (2007), interaksi terowongan-tanah-tiang dievaluasi menggunakan uji
model laboratorium dua dimensi dan analisis numerik. Mereka menggunakan batang
aluminium untuk model pengujian karena aluminium dapat dianggap sebagai bahan granular.
Mereka mengukur perpindahan penanda reflektif menggunakan berbagai teknik fotogrametri.
Hasil analisis elemen hingga menunjukkan hubungan yang baik dengan hasil uji model.
Mereka menyimpulkan bahwa gaya aksial tiang sangat dipengaruhi oleh lokasi ujung tiang
dari garis tengah terowongan. Juga mereka menunjukkan bahwa zona pengaruh bergantung
pada lokasi ujung tiang, kehilangan volume, kekuatan tanah, beban yang bekerja pada tiang,
ukuran pile, efek pelebaran bahan granular, dan ukuran terowongan.
(a) (b)
(c)
Gambar 9. Skema pengujian dan hasil
c. Small Scale Testing Model
Meguid dan Mattar (2009) merancang pengujian untuk mengetahui pengaruh dari fondasi
tiang pancang yang ada pada perubahan tekanan dalam sistem lapisan fleksibel terowongan
pada tanah lunak kohesif. Mereka membangun model pengujian skala kecil untuk
mensimulasikan proses penggalian terowongan dan pemasangan linning di dekat tiang, yang
simetris dipasang pada jarak pemisahan 0.7D, 2D, dan 2.7D dari tepi terowongan, dan
tekanan lapisan diukur di setiap tahap uji. Model ini terdiri dari pipa baja galvanis dengan
diameter luar 152 mm, dan diameter bagian dalam 150 mm, sedangkan pipa casing adalah
sekitar 405 mm (Gambar 10). Proses penggalian terowongan dilakukan dengan menggunakan
kepala piston berdiameter 12 mm ulir dengan lubang yang terhubung ke jack hidrolik. Model
tiang terdiri dari 30 tiang diameter 25 mm, dan terdiri dari batang baja yang terletak simetris
dalam tiga baris dari lima tiang di kedua sisi terowongan. Mereka tetap pada arah horisontal
di bagian atas dan bawah kotak dengan grid logam dan dengan piring kayu berlubang. Hasil
penelitian menunjukkan penurunan berkelanjutan ketika tiang terletak dalam jarak satu
diameter terowongan dari lapisan terowongan (lihat Gambar 11).
Gambar 10. Pile group arrangement
Gambar 11. Results
d. Centrifuge Model Test
Ong et al. (2007) mempelajari efek tunneling di tanah lempung yang berdekatan dengan tiang.
Mereka menggunakan kedua model tes centrifuge dan analisis elemen hingga untuk
mengevaluasi gerakan tanah karena tunneling dan efek gerakan tanah pada tiang tunggal
bebas. Terdiri dari stainless baja paduan wadah tanah kotak dengan dimensi internal panjang
525 mm, lebar 200 mm, sedangkan tingginya 490 mm. Model terowongan terbuat dari
stainless steel, sementara tiang terbuat dari tabung aluminium persegi. Momen lentur dan
gaya aksial sepanjang tiang diukur dengan menggunakan alat pengukur tekanan melekat
sepanjang poros tiang. Selain itu mereka mengembangkan teknik untuk mensimulasikan
deformasi bagian dalam terowongan di springline terowongan. Teknik ini dilakukan dengan
melarutkan busa polystyrene kepadatan tinggi ditempatkan di luar lapisan terowongan
menggunakan pelarut organik, aseton. Mereka juga membuat outlet debit untuk
memungkinkan drainase aseton ke dalam rongga terowongan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan tanah meningkat dengan seiring dengan
waktu penggalian terowongan, namun besarnya kenaikan ini lebih kecil daripada yang
diamati dalam uji centrifuge (lihat Gambar 12). Ini mungkin disebabkan oleh rekonsolidasi
dari tanah lempung, dengan disipasi tekanan air pori yang disebabkan oleh tunneling. Seperti
yang ditunjukkan Gambar 13, jelas bahwa tiang telah mengalami penurunan yang besar yang
meningkat dengan waktu.
Gambar 12. Perbandingan penurunan Gambar 13. Penurunan tiang
C. KESIMPULAN
Berbagai metode pemodelan interaksi terowongan-tanah-tiang pancang adalah faktor yang
paling penting dari desain terowongan. Metode yang terdapat dalam jurnal ini didasarkan
pada pendekatan yang berbeda (misalnya analitis, numerik dan eksperimental) memberikan
hasil juga berbeda dari perilaku tiang karena tunneling. Namun demikian, pada pemaparanya
tidak memberikan penjelasan yang baik untuk perkiraan masalah yang lebih kompleks. Di sisi
lain, pendekatan numerik didukung oleh metode elemen hingga memainkan peran penting
dalam analisis tunneling, dan efek tunneling pada tiang. Berbagai konsep yang didasarkan
pada model konstitutif (misalnya Mohr-Coulomb, elasto-plastic, elastic, Displacement
Control Model (DCM), hardening hoil model dan soft-soil model) memahami perilaku
masalah ini dan aplikasinya. Sementara itu, peneliti mengembangkan model-model konstitutif
untuk mendapatkan hasil realistis dibandingkan dengan data lapangan.
Uji eksperimen diadopsi oleh banyak peneliti dan menjadi referensi untuk verifikasi. Inti
dari pendekatan ini adalah bagaimana membangun sebuah kondisi yang menyerupai yang
asli. Metode ini didasarkan pada photo-elasticity, photogrammetric technique, small scaling
model, atau uji centrifuge. Meskipun semua metode analisis interaksi terowongan-tanah-tiang
ini adalah pendekatan, tetapi mereka saling melengkapi satu sama lain dan membuat rantai
yang bersambungan antara asumsi dan teori-teori untuk menjelaskan fenomena ini. Sementara
itu, metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan, harus mempertimbangkan ketika
digunakan. Tabel 1 menunjukkan keuntungan dan kerugian dari beberapa metode yang
dipaparkan.
Tabel 1. Keuntungan dan kerugian beberapa metode yang disajikan
Metode Keuntungan Kerugian
Metode Analistis
Mindlin’s Model
Dapat menjelaskan deformasi secara
vertikal dan horisontal dalam beberapa
langkah perhitungan
Hasilnya tidak seakurat
pendekatan numerik
Metode Numerik
Mohr-Coloumb
Model
Sederhana dan dapat diaplikasikan untuk
three dimensional stres space model
Tidak dapat mengetahui
pengaruh rotasi sumbu tegangan
utama yang memiliki efek dalam
analisis terowongan dimana
likuifaksi mungkin terjadi
Elastic ModelMemberikan hasil yang wajar untuk kasus
pembebanan kecil
Tidak dapat memprediksi hasil
yang realistis untuk efek
unloading
Elasto-Plastic Model
Membantu untuk memahami perilaku tegangan regangan tanah selama pembebanan dan unloading perbedaan antara recoverable and irrecoverable deformations
Memiliki banyak parameter
dapat mencapai 15, dan beberapa
membutuhkan tes laboratorium
khusus
Displacement
Control Model
(DCM)
Memprediksi gerakan bawah permukaan
secara realistis
Menghasilkan penurunan yang
lebih besar dari penurunan di
lapangan
Hardening Soil
Model
Terdapat dua jenis pengerasan (misalnya friction hardening dancap hardening) yang memberikan
deskripsi akurat untuk masalah yang
melibatkan pengurangan tegangan efektif
rata-rata dan perubahan kekuatan geser
Kegagalan dalam model ini
didefinisikan dengan cara kriteria
kegagalan Mohr-Coulomb
Metode Eksperimental
Photo-Elasticity
ModelMemberikan indikasi kasar tentang
transfer tekanan dari terowongan ke tiang
Kurangnya pengamatan terhadap
deformasi dan rayapan (creep)
Photogrammetric Menganalisis gerakan pusat terowongan Tidak dapat mensimulasikan
Technique sehubungan dengan penyusutan volume model dua dimensi
Small Scale Testing
ModelSimulasi baik pada muka terowongan
Hasil yang baik telah diambil
ketika tiang diatur secara simetris
di sekitar terowongan
Centrifuge Model
Test
Melakukan simulasi di lingkungan semi-
ideal dan memberikan hasil yang nyata
untuk jangka pendek dan jangka panjang
Tidak dapat mengetahui efek
rayapan