review video china: world class transport and sustainable development
DESCRIPTION
The review (in Bahasa) is describes to how Guangzhou's government making decision about their urban transportation which has been partnership with ITDP and make Guangzhou's traffic be better. So, what if Indonesia's government apllies like Guangzhou's does?TRANSCRIPT
Izzah Khusna
21040113140123
Pada tahun 2004 Pemerintah Tiongkok telah bekerjasama dengan ITDP (Institute for
Transportation and Development Policy) untuk membangun jaringan rute BRT (Bus Rapid Transit).
Kota Guangzhou dijadikan sebagai target kota “percobaan” karena dinilai sebagai kota terbesar di
Tiongkok dengan kepadatan penduduk mencapai 200 jiwa per kilometer persegi. Berlokasi di
seberang Hongkong menjadikan kota tersebut memiliki tingkat perekonomian yang pesat. Kota
Guangzhou juga berperan sebagai pusat pemerintahan di Distrik Yueh Hsiu dan memiliki beberapa
jenis tempat bersejarah, seperti Museum Kota dan Masjid Huai Sheng. Tingginya tingkat mobilitas
penduduk Guangzhou inilah yang menjadi alasan untuk dikembangkannya moda transportasi umum
yang mudah untuk dijangkau dan menjangkau banyak tempat.
Seperti halnya kota-kota besar di dunia pada umumnya, Guangzhou memiliki tingkat
kemacetan yang tidak bisa dianggap remeh. Jalan raya dipenuhi oleh berbagai macam kendaraan,
seperti bus kota, mobil, dan kendaraan lain dengan laju kendaraan yang tidak terkontrol sehingga
menyebabkan banyak kemacetan di berbagai titik. Barulah pada tahun 2004, pemerintah kota
mendapatkan bantuan teknis dari pihak swasta ITDP untuk memecahkan masalah transportasi tersebut.
Tim ITDP mengerahkan banyak teknisi dan menyediakan dukungan berupa desain/rancangan jaringan
rute BRT yang dilengkapi dengan halte serta jadwal frekuensi keberangkatan bus.
Sumber: youtube.com
Gambar 1Kondisi lalu lintas di Guangzhou sebelum diterapkan BRT
Sumber: youtube.com
Gambar 2Proses desain/rancangan BRT oleh ITDP di Guangzhou
Izzah Khusna
21040113140123
Dalam video ini menunjukkan bahwa panjang koridor BRT mencapai 23 kilometer yang
mencakup 31 rute bus dan melalui rute jalan sepanjang 273 kilometer. Dari pencapaian tersebut,
sistem BRT Guangzhou masuk sebagai sistem BRT dengan kapasitas tertinggi dan hakte BRT
terpanjang se Asia, yaitu mencapai 800.000 jiwa pengguna setiap harinya. Siklus kontruksi halte BRT
Guangzhou berlangsung hanya dalam waktu satu tahun . Meskipun dalam waktu singkat, ternyata
sistem BRT sangat memengaruhi kondisi lalu lintas menjadi tertib dan teratur setiap tahunnya.
(a) (b)
Sumber: youtube.com
(c) (d)
Gambar 3(a)Strerilisasi lokasi pembangunan jalur BRT (b)Proses kontruksi jalan
(c)Proses pembangunan halte BRT (d)Hasil akhir
Keunggulan dalam video ini adalah perilaku masyarakat Guangzhou dan sekitarnya. Entah
mengapa perilaku masyarakat Guangzhou bisa dikatakan jauh lebih beradab dibandingkan dengan
masyarakat kota-kota besar di Indonesia. Coba kita ambil sederhana, masyarakat Guangzhou lebih
nyaman mengantar anaknya menggunakan BRT meskipun orang tua tersebut memiliki mobil pribadi.
Hal ini tentu sangat jarang ditemui oleh masyarakat di kota-kota besar di Indonesia. Bisa jadi faktor
kenyamanan dan keamanan BRT di Indonesia masih kurang serta didukung rasa malu ketika
mengantarkan anak pergi ke sekolah menggunakan transportasi umum menjadi alasan mengapa orang
tua Indonesia enggan menggunakan jasa transportasi umum. Perbedaan ideologi bisa jadi
memengaruhi pandangan pribadi. Masyarakat Tiongkok yang terbiasa untuk mematuhi peraturan
Izzah Khusna
21040113140123
pemerintah komunisnya mungkin justru merasa berterima kasih sudah menyediakan BRT dan tidak
merasakan keberatan untuk menggunakannya.
Menurut Walter Hook, masyarakat Guangzhou merasa bangga terhadap kotanya karena
mereka memiliki kapasitas terbesar dari sistem BRT di seluruh Asia. Menggunakan BRT menjadi
lebih mudah dan lebih cepat dari sebelumnya sehingga waktu perjalanan ke tempat tujuan juga
menjadi singkat. Adanya BRT turut membantu para manula yang hendak menggunakan transportasi
umum. Jika waktu masih menggunakan bus kota manula sering dikesampingkan karena tidak semua
sopir bersedia menunggu mereka ketika hendak memasuki bus. Sedangkan untuk BRT, keberadaan
pelanggan manula lebih dihargai, mereka tidak perlu berebutan ketika masuk atau keluar ke dalam bus
karena mendapatkan prioritas. Bahkan didalam bus tersedia tempat duduk khusus bagi mereka
maupun kaum difabel.
Sistem BRT yang dilengkapi oleh jadwal keberangkatan bus memberikan pelayanan yang
setara untuk masyarakat setiap harinya. Sistem ini dikendalikan di kantor pusat BRT melalui kamera
CCTV yang berguna untuk mengontrol jadwal keberangkatan masing-masing bus. Beroperasinya BRT
di Guangzhou pun tidak hanya mengurangi kemacetan lalu lintas di jalan raya. Berdasarkan perkiraan
perhitungan ITDP, keberadaan BRT di Guangzhou mampu mengurangi seperempat juta karbon
dioksida setiap tahun pada tahun 2030 mendatang. Dengan demikian, pelayanan BRT secara langsung
telah membantu mereduksi penggunaan emisi karbon karena banyaknya masyarakat yang beralih ke
transportasi umum dan hanya menggunakan kendaraan pribadi di akhir pekan atau waktu-waktu
tertentu.
Hal menarik dari pembangunan jalur BRT Guangzhou adalah tersedianya jalur untuk
kendaraan non-motorized. Selain jalur khusus kendaraan bermotor di seberang BRT, tersedia pula bike
lane dan jalur pedestrian yang terletak di sebelah jalur BRT. Layanan terintegrasi ini membuktikan
bahwa penyediaan BRT tidak hanya berfokus pada pengguna BRT saja, akan tetapi bagi mereka yang
lebih senang dan nyaman menggunakan kendaraan pribadi juga mendapatkan manfaat dari sistem
transportasi ini. Hal ini berarti BRT bukanlah satu-satunya pilihan moda transportasi yang dapat
digunakan oleh masyarakat, melainkan hanya satu dari beberapa elemen direct service yang disiapkan
oleh pemerintah Guangzhou dalam menata sistem transportasi kota. Selain BRT, masih banyak moda
transportasi umu seperti Mass Rapid Trans (MRT), taksi, dan lainnya. Hingga saat ini pemerintah
Guangzhou bersama ITDP masih dalam tahap memenuhi pelayanan dan kebutuhan baik dari segi
jumlah maupun koridor BRT yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Izzah Khusna
21040113140123
Pembagian fungsi jalan di Guangzhou terbagi atas empat kelompok. Kelompok pertama
merupakan golongan pengguna sepeda (cyclists), kelompok kedua merupakan pejalan kaki
(pedestrian), kelompok ketiga merupakan jalur khusus BRT, dan kelompok terakhir merupakan
pengguna kendaraan bermotor, baik pribadi maupun umum. Kelompok pertama dan kedua merupakan
kelompok non-motorized yang sebagian merupakan pengguna tetap BRT. Oleh karenanya, oleh
pemerintah Guangzhou dan ITDP merancang tempat parkiran sepeda di beberapa titik yang letaknya
berdekatan dengan halte BRT sehingga memudahkan para pemakai sepeda untuk menuju ke tempat
tujuan yang lebih jauh menggunakan BRT. Untuk jalur khusus sepeda ini dibangun oleh ITDP
sepanjang koridor utama dan menjadi jalur sepeda pertama yang dibangun sepanjang dekade tekahir.
Melalui survei yang dilakukan oleh pemerintah Guangzhou, sebagian besar masyarakat sangat
menyambut positif dan senang dengan adanya jalur khusus sepeda yang dilengkapi fasilitas parkir dan
transit sepeda. Guangzhou sustainable transport achievement are impressive.
Hingga saat ini pemerintah Guangzhou akan terus melanjutkan kerjasama dengan pihak ITDP.
Hal ini dianggap pemerintah sebagai bentuk prestasi bidang transportasi karena secara langsung ide
dan rencana yang berhasil direalisasikan mampu mengubah sistem transportasi Guangzhou menjadi
lebih tertata, terkontrol, dan terintegrasi. Hal yang paling membanggakan dalam pembangunan BRT di
Guangzhou adalah berhasil mengurangi penggunaan emisi karbon, memprioritaskan kesataraan sosial,
dan membawa solusi transportasi berbasis kelas dunia untuk kota-kota di Negeri Tiongkok.
Lalu bagaimana dengan Indonesia yang sejatinya merupakan salah satu negara yang sudah
menerapkan BRT di beberapa kota besar? Indonesia merupakan negara pertama se Asia Tenggara dan
Selatan yang menggunakan BRT melalui peluncuran TransJakarta pada tahun 2004 silam.
TransJakarta yang beroperasi di ibukota menggunakan sistem yang didesain berdasarkan
sistem TransMilenio yang sukses di Bogota, Kolombia. Pada saat itu, TransJakarta memiliki jalur
BRT terpanjang di dunia mencapai 208 kilometer, memiliki 228 halte yang tersebar dalam 12 koridor
(jalur) dan saat ini sudah beroperasi selama 24 jam sehari. (Transjakarta.co.id)
54321
Keterangan:1. Parkir sepeda2. Jalur pedestrian3. Jalur sepeda4. Jalur BRT5. Jalan Raya
Gambar 4Pembagian fungsi jalan
Izzah Khusna
21040113140123
Seperti halnya di Kota Guangzhou, ide proyek pembangunan BRT di DKI Jakarta yang telah
dikaji pada tahun 2001 kemudian ditindaklanjuti oleh Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso melalui
bantuan ITDP. ITDP membantu mengiringi proses perencanaan proyek dimana konsep awal dilakukan
secara kerjasama dengan konsultan transportasi, PT Pamintori Cipta. Beberapa bantuan dari luar
seperti US AID dan UI-CTS juga ikut berperan dalam proyek TransJakarta. Begitu pula dengan
Indonesia, oleh Gubernur pembangunan BRT ini diharapkan mampu menimalkan kemacetan ibukota
yang semakin hari tidak mereda.
Awalnya, pembangunan TransJakarta tidak mendapatkan persetujuan dari banyak pihak.
Mereka terus menghimbau bahwa proyek ini hanya akan semakin menambah tingkat kemacetan
ibukota. Namun keputusan Gubernur terus dilanjutkan hingga pada tanggal 15 Januari 2004 BRT
pertama diluncurkan ditandai dengan peresmian koridor 1, Blok M-Kota. Pada tanggal 15 hingga 30
Januari 2004, masyarakat yang menggunakan BRT tidak dikenakan tarif sebagai bentuk sosialisasi
moda transportasi massal ini. Sejak awal pengoperasian, harga tiket TransJakarta telah ditetapkan
subsidi dari pemerintah kota. Mulai tanggal 1 Februari, tarif TransJakarta dikenakan seharga 2000
rupiah setiap orang, namun sejak tahun 2012 tarif TransJakarta berubah berdasarkan jam kerja. Harga
tiket pukul 05.00 - 07.00 WIB tetap, sedangkan untuk pukul 07.00 hingga 05.00 WIB menjadi 3.500
rupiah.
Tingginya antusiasme masyarakat ibukota terhadap pelayanan BRT memicu pemerintah untuk
meningkatkan fasilitas pelayanan terkait BRT. Pemprov DKI Jakarta juga membangun jalur lain pada
tahun 2007 hingga 2009 dan penambahan jalur hingga Bekasi dilakukan pada tahun 2014. Berbagai
bentuk pengembangan koridor terus dilakukan, mulai dari lowongan supir bus yang terbuka
bagi perempuan, perbaikan sarana-prasarana bus dan halte, pemberlakuan zona khusus perempuan,
penempatan petugas di dalam bus, sterilisasi jalur Transjakarta dengan portal manual maupun
otomatis, uji coba sistem contra-flow (jalur Transjakarta yang berlawanan arah dengan jalur umum
yang bersinggungan), serta pelayanan bagi pengguna penyandang cacat (difabel). Adapun
pengembangan koridor-koridor pasca pembangunan koridor 1 yang sudah/akan dibangun dan
diresmikan secara bertahap antara lain:
Koridor Rute Jumlah Halte
Panjang Peresmian
1 Blok M - Kota 17* 12.9 km 15 Januari 20042 Kota Harapan Indah - Harmoni Sentral 32 24.2 km 15 Januari 20063 Kalideres -Pasar Baru 16 19 km 15 Januari 20064 Pulo Gadung -Dukuh Atas 2 17 11.85 km 27 Januari 20075 Ancol -Kampung Melayu 18 13.5 km 27 Januari 20076 Ragunan -Dukuh Atas 2 20 13.3 km 27 Januari 20077 Kampung Rambutan -Kampung Melayu 14 12.8 km 27 Januari 20078 Lebak Bulus -Harmoni Sentral 22 26 km 21 Februari 20099 Pinang Ranti -Pluit 27 29.9 km 31 Desember 201010 Tanjung Priok -PGC 2 (Cililitan) 22 19.4 km 31 Desember 2010
Izzah Khusna
21040113140123
11 Kampung Melayu - Pulo Gebang 16 15 km 28 Desember 201112 Pluit* - Tanjung Priok 25 23.75 km 14 Februari 201313 Ciledug - Tendean 12 9.3 km Rencana14 Stasiun Manggarai -Universitas Indonesia TBA TBA Rencana15 Blok M - Pondok Kelapa TBA TBA Rencana
Sumber: TransJakarta; Wikipedia, 2015Pembangunan BRT di Jakarta tidak hanya memberikan manfaat bagi pengguna BRT. Seperti
halnya pada Guangzhou yang memberikan banyak pilihan moda transportasi umum bersifat direct
service, pada tahun 2012 UPTB bekerjasama dengan Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta
meluncurkan penyediaan layanan terintegrasi Angkutan Pengumpan TransJakarta Busway (APTB),
TransJabodetabek, dan Bus Kota Terintegrasi Busway (BKTB). APTB, TransJabodetabek, dan BKTB
beroperasi seperti angkutan lainnya, namun diperbolehkan memasuki jalur Transjakarta, karena bus
yang digunakan memenuhi syarat untuk mengangkut penumpang di halte busway. Saat ini, APTB
terdiri atas Kopaja AC dan Kopami AC yang beroperasi di dalam kota dan melayani
wilayah Jabodetabek. Jalur bus pengumpan (feeder busway) dioperasikan pada tahun 2011 di 3
wilayah, yaitu SCBD, Puri Kembangan, dan Tanah Abang, namun ditutup pada bulan Desember 2012
karena operator menganggap rute-rute tersebut sepi pengguna dan menimbulkan kerugian.
Meskipun secara keseluruhan TransJakarta belum menyelesaikan masalah kemacetan, namun
pada kenyataannya BRT telah menjadi pilihan moda transportasi utama dari masyarakat ibukota selain
kereta api. Total pengguna TransJakarta telah mencapai 450.000 jiwa penduduk setiap harinya.
Tingkat antusiasme masyarakar semakin bertambah ketika sistem pembayaran BRT memakai kartu
prabayar yang juga terintegrasi dengan kereta api. Hal ini disebabkan terdapat beberapa stasiun
(shelter) yang secara langsung terintegrasi dengan stasiun-stasiun kereta api, misalnya Shelter Cawang
Cikoko-Stasiun Klender, Shelter Stasiun Klender-Stasiun Klender, dan Shelter Juanda-Stasiun Juanda.
Selain kereta api, beberpa shelter BRT juga terintegrasi dengan pusat perbelanjaan ternama ibukota,
seperti Pusat Grosir Cililitan Kramat Jati dan Blok M Kebayoran Baru.
Kondisi penerapan BRT di DKI Jakarta berbeda dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Sistem pengendalian merupakan faktor pembeda bagi masing-masing kota di Indonesia yang memiliki
jalur BRT. Selain Jakarta, beberapa kota juga memiliki layanan BRT antara lain Bogor (TransPakuan),
Yogyakarta (Trans Jogja), Bandung (Trans Metro Bandung), Palembang (Trans Musi), Semarang
(TransSemarang), Pekanbaru (Trans Metro Pekanbaru), Solo (Batik Solo Trans), Denpasar (Trans
Sarbagita), Padang (Trans Padang), dan Makassar (Busway Trans Mamminasata). Beberapa BRT
seperti TansJogja, TransSemarang, Batik Solo Trans, Trans Musi, dan Trans Metro Pekanbaru bahkan
memiliki jalur yang terhubung secara langsung menuju bandara, stasiun kereta api, dan dermaga
(pelabuhan).
Meskipun pembangunan BRT di Jakarta lebih dulu dibandingkan Guangzhou, kualitas
TransJakarta sebenarnya tidak dapat dikatakan lebih bagus dari Guangzhou BRT baik segi fisik
Izzah Khusna
21040113140123
maupun sistem. Jika ditinjau dari segi fisik bus sebagai moda pengangkut penumpang, TransJakarta
bahkan menggunakan bus buatan Jerman (Mercedes Benz) dan Jepang (Hino). Pada tahun 2006 pihak
TransJakarta mengeluarkan kebijakan agar seluruh bus menggunakan bahan bakar gas. Pada saat itu
produsen Korea (Daewoo dan Hyundai) digunakan untuk mengisi armada di koridor 2 dan 3.
Selanjutnya masalah muncul ketika kebijakan TransJakarta diperbarui dengan meminta klasifikasi bus
adalah berlantai tinggi (high floor), gandeng, dan berbahan bakar gas. Ketiga produsen tersebut belum
mampu memenuhi kriteria tersebut. Hingga akhirnya, pihak TransJakarta kemudian beralih ke
produsen Tiongkok dan membeli tiga label sekaligus (Yutong, ANKAI, dan Zhutong). Kemampuan
Indonesia untuk memproduksi bus secara mandiri telah dikalahkan oleh Negeri Tiongkok melalui
banyaknya pesanan pihak TransJakarta kepada produsen Tiongkok. Terlepas dari hal tersebut, terdapat
banyak persoalan yang perlu dibenahi secara bijak oleh pemerintah DKI Jakarta dalam pemilihan
pengadaan armada, mulai dari siapa produsennya, bagaiman proses pembeliannya, hingga detail
kontrak antara kdeua belah pihak. Hal ini dianggap penting mengingat kondisi fisik bus merupakan
bagian krusial dalam sistem pelayanan BRT.
Begitupula dalam segi sistem pengendalian, TransJakarta masih berbeda jauh dengan
Guangzhou BRT. TransJakart melakukan layanan terintegrasi dengan adanya APTB, BKTB, dan
TransJabodetabek sehingga ketiga jenis armada tersebut bisa masuk ke dalam jalur khusus BRT.
Sayangnya, banyak dari pengendara motor dan mobil sengaja masuk ke dalam jalur BRT agar
terhindar dari kemacetan justru menghambat laju TransJakarta. Beberapa tindakan yang perlu dibenahi
dalam sistem transportasi, khususnya untuk pelayanan BRT adalah kepemimpinan yang kuat dan daya
kreasi yang tinggi. Indonesia memiliki banyak ahli dalam bidang transportasi. Perdayakan mereka
untuk mengubah sistem transportasi dengan tindakan yang jelas dan tegas tanpa perlu banyak
petemuan yang tidak membuahkan hasil. Perbedaan dan pertentangan pasti akan muncul ketika
kebaikan sedang ditindaklanjuti. Kerjasama kembali dengan pihak ITDP atau bentuk Private Public
Partnership lainnya juga diperlukan. Tidak hanya kepada pemerintah dan swasta, masyarakat juga
perlu ikut berperan dalam pengendalian sistem transportasi dengan berlaku bijak ketika sedang
menggunakan jalan, baik ketika mengendarai, menumpang, atau berjalan kaki. Semua memiliki hak
dan kewajiban untuk turut serta menciptakan sistem transportasi (khususnya transportasi umum)
Indonesia yang aman dan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwinarto, Yoga. 2014. Perkara Pengadaan Bus Cina untuk TransJakarta dalam itdp-indonesia.org.
Diunduh pada hari Senin, 2 November 2015
ITDP. 2010. China: World Class Transport and Sustainable Development dalam www.youtube.com.
Diunduh pada hari Rabu, 2 September 2015
Izzah Khusna
21040113140123
Official Website TransJakarta dalam www.transjakarta.co.id Diunduh hari Senin, 2 November 2015
Pambagio, Agus. 2011. Andaikan Wan Qingliang Menangani Kota Jakarta dalam detikNews.com.
Diunduh pada hari Senin, 2 November 2015