sardi efendi dosen sekolah tinggi ilmu ekonomi tribuana ... · dari manajemen sumber daya manusia ....
TRANSCRIPT
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
1
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA
KARYAWAN PADA PERUSAHAAN CLUB MALAM
Sardi Efendi
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tribuana
Email:[email protected]
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine whether the Leadership and
Motivation affect the performance of employees at Night Club company. This research
uses quantitative descriptive method. The population in this study is all the Night Club
employees amounted to 55 people. The sample in this study using non probability
sampling of 55 people who made Respondents. Data processing techniques using
Statistical Package for Social Science (SPSS) version 17 for windows
The result of research obtained based on multiple linear regression
technique there is significant influence 0,05. Leadership, on Employee Performance
with Beta Coefficients 0.246 value on probability (Sig) 0.000 indicates significant,
because <0,005, if Leadership up 1 point, it will be followed by improvement of
performance of regression value (0,246), Motivation work to Employee Performance,
with level of significance Variable 0.000. With Beta Coefficients 0,521 values on
probability (Sig) 0,000 indicates significant because <0.005, if Motivation rose by 1
point, it will be followed by an increase in Performance regression value (0,521).
This study concludes that employee performance can be improved through
increased leadership, and work motivation. Influence Motivation of work is more
dominant than the influence of leadership, so improvements in efforts to motivate
employees work a priority to improve employee performance.
Keywords: leadership, motivation, employee performance
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Kepemimpinan dan
Motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada perusahaan Club Malam.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua karyawan Club Malam berjumlah 55 orang. Sampel dalam penelitian
ini menggunakan non probability sampling sejumlah 55 orang yang dijadikan
Responden. Teknik pengolahan data menggunakan program Statistical Package for
Social Science ( SPSS ) versi 17 for windows
Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan teknik regresi linear berganda
terdapat pengaruh signifikan 0,05. Kepemimpinan, terhadap Kinerja Karyawan dengan
Beta Coefficients 0,246 nilai pada probabilitas (Sig) 0.000 menunjukkan signifikan,
karena < 0,005, jika Kepemimpinan naik 1 angka, maka akan diikuti oleh peningkatan
Kinerja nilai regresi (0,246), Motivasi kerja terhadap Kinerja karyawan, dengan
tingkat signifikasi variabel 0.000. dengan Beta Coefficients 0,521 nilai pada
probabilitas (Sig) 0,000 menunjukkan signifikan karena < 0,005, jika Motivasi naik 1
angka, maka akan diikuti oleh peningkatan Kinerja nilai regresi (0,521).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja karyawan dapat ditingkatkan
melalui upaya peningkatan Kepemimpinan, dan Motivasi kerja. Pengaruh Motivasi
kerja lebih dominan dibandingkan pengaruh kepemimpinan, sehingga perbaikan dalam
upaya memotivasi kerja karyawan menjadi prioritas untuk meningkatkan kinerja
karyawan.
Kata kunci : kepemimpinan, motivasi, kinerja karyawan
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada era industri saat ini, di
mana lingkungan organisasi berubah
cepat, dibutuhkan sumber daya
manusia yang tidak hanya cukup untuk
mendukung kelangsungan hidup suatu
organisasi, melainkan lebih dari itu.
SDM dituntut untuk memberikan
keunggulan kompetitif dalam
memenangkan persaingan. Keunggulan
kompetitif dapat dilihat dari aspek
penguasaan pengetahuan, keterampilan
dan sikap, serta perilaku kerja yang
terarah pada pencapaian sasaran
organisasi. Teknologi memberikan
kemudahan bagi manusia dalam
menjalankan kegiatannya, khususnya
dalam meningkatkan produktivitas
untuk mencapai performa kinerja yang
optimal. Untuk itu diperlukan
kepemimpinan dan motivasi yang
diberikan oleh seorang atasan.
Pesatnya perkembangan teknologi,
informasi dan ilmu pengetahuan
dewasa ini menempatkan pengaruh
globalisasi pada posisi strategi dan
membawa pengaruh yang besar
terhadap perubahan sistem dan nilai
dalam masyarakat. Dalam hal ini SDM
mempunyai peranan penting dalam
setiap kegiatan perusahaan yaitu dalam
mengelola, mengatur, mengurus dan
menggunakan seluruh sumber daya
yang ada secara produktif dan efektif
untuk mencapai tujuan perusahaan.
Tujuan suatu perusahaan
didirikan adalah mendapatkan
keuntungan yang maksimal,
produktivitas tinggi dengan mutu baik.
Selain modal, sarana dan prasarana,
teknologi, serta peraturan yang berlaku,
perusahaan atau organisasi
memerlukan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang bermutu. Dalam hal ini
SDM yang baik akan memberikan
kontribusi baik pula dalam hal
pencapaian produktivitas dan
peningkatan mutu, pencapaian visi dan
misi perusahaan. Dalam perkembangan
jaman, diharapkan perusahaan mampu
bersaing dan berkesinambungan
dengan kemajuan teknologi dan
komunikasi yang ada. Kenyataan
menunjukkan bahwa perusahaan yang
tidak mampu
berkesinambung dengan kemajuan
jaman akan tertinggal dari pesatnya
perkembangan jaman. Oleh karena itu,
keberadaan sumber daya manusia
dalam suatu perusahaan sangatlah
penting karena sumber daya manusia
yang ada merupakan ujung tombak
berhasilnya suatu perusahaan, terutama
bagi perusahaan yang bergerak di
bidang jasa.
Selain pencapaian visi dan misi
perusahaan, banyak perusahaan
menyadari perlunya memperhatikan
aspek SDM dan secara jelas
mengungkapkan perlunya perencanaan
dan pengembangan karir, informasi
karir, dan konseling yang berhubungan
dengan karir. Hal ini terkait erat
dengan program kelangsungan hidup
perusahaan (succession planning)
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
3
dalam mempersiapkan tongkat estafet
kepemimpinan demi masa depan
perusahaan.
Kepemimpinan dalam
melaksanakan fungsi perencanaan,
pengorganisasian, koordinasi, dan
kontrol, tidak terkecuali perusahaan
club yang memiliki pemimpin perlu
memiliki dan menguasai kemampuan
manajerial agar dapat menyelesaikan
tugasnya dengan baik. Seorang
pemimpin juga hendaknya memiliki
kemampuan yang
lebih memadai, sehingga dapat
memimpin dan meningkatkan kinerja
karyawan yang dipimpinnya.
Keberhasilan organisasi sangat
tergantung kepada sumber daya
manusia, dalam hal ini seluruh
karyawan di bawahnya. Selain
kemampuan manajerial pimpinan,
faktor motivasi juga dapat
mempengaruhi kinerja bawahannya.
Pada dasarnya instansi bukan saja
mengharapkan pegawai yang mampu,
cakap, dan terampil, tetapi yang
terpenting mereka mau bekerja giat dan
berkeinginan untuk mencapai hasil
kerja yang optimal. Kemampuan,
kecakapan, dan keterampilan pegawai
tidak ada artinya bagi organisasi, jika
mereka tidak mau bekerja keras dengan
mempergunakan kemampuan,
kecakapan, dan keterampilan yang
dimilikinya. Oleh karena itu, motivasi
sangat penting karena dengan motivasi
diharapkan setiap individu atau
karyawan mau bekerja keras dan
antusias untuk mencapai kinerja yang
tinggi. Suatu organisasi memerlukan
personil yang memiliki kemampuan
dan motivasi yang tinggi yang dapat
mewujudkan tujuan organisasi. Oleh
karena itu, baik pimpinan maupun
karyawan sebagai komponen personil
perusahaan diharapkan mampu
menunjukkan kinerja yang baik dalam
melaksanakan pekerjaannya, sehingga
secara optimal dapat mencapai hasil
yang diharapkan dari tugasnya.
Pimpinan merupakan faktor yang
dominan karena berfungsi sebagai
manajer dan supervisor yang dituntut
untuk mampu memberikan motivasi
dan arahan kepada karyawan sehingga
dapat menjalankan tugasnya dengan
baik.
Motivasi adalah keadaan dalam
pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu guna
mencapai suatu tujuan Oleh
sebab itu pimpinan penting mengetahui
apa yang menjadi motivasi para
pegawai atau bawahannya. Adanya
motivasi dalam melaksanakan
pekerjaannya secara otomatis akan
meningkatkan kinerja karyawan.
Di sisi lain, masih banyak perusahaan
beranggapan bahwa tanggungjawab
utama untuk perencanaan dan
pengembangan karir terletak pada masa
pribadi SDM itu sendiri. Di masa lalu
hanya organisasi besar saja yang
terlibat aktif dalam perencanaan karir
para pekerjanya. Apabila dilihat lebih
mendalam, salah satu hal yang penting
dari manajemen sumber daya manusia
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
4
yang perlu diperhatikan dengan baik
oleh perusahaan adalah motivasi.
Tanpa motivasi yang cukup, kinerja
sumber daya manusia yang ada akan
menjadi kurang optimal. Pada
dasarnya, tujuan Motivasi kerja adalah
untuk membantu organisasi mencapai
keberhasilan strategis sambil
memastikan berlangsungnya pekerjaan
sekaligus memberikan semangat
kepada para karyawan supaya bisa
meningkatkan kinerja karywan
tersebut.
Kinerja seorang karyawan pada
dasarnya adalah hasil kerja karyawan
selama
periode, atau waktu tertentu
dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan misalnya standar, target
atau kriteria yang telah ditentukan
sesuai kesepakatan dan peraturan yang
berlaku. Dengan semakin uniknya
kebutuhan konsumen akan hiburan,
maka diperlukan kinerja seorang
karyawan yang maksimal dalam upaya
memberikan kepuasan yang maksimal
kepada setiap konsumen dan pelanggan
Namun dampak buruk dari
kurangnya motivasi dari
pemimpin/atasan pada akhirnya dapat
mengurangi kinerja dari perusahaan itu
sendiri. Di samping itu, hal tersebut
dapat menyebabkan peningkatan
keluhan dari pihak pelanggan,
menyebabkan karyawan malas kerja,
dan kemungkinan lain yang mengarah
pada tindakan-tindakan fisik dan
psikologis, seperti meningkatkan
derajat ketidakhadiran dan perputaran
karyawan. Masalah Motivasi selalu
mendapat perhatian besar dari para
pemimpin/atasan karena motivasi
merupakan sumber pengerak bagi para
karyawan.
Berdasarkan latar belakang
tersebut diperlukan solusi untuk lebih
meningkatkan kinerja karyawan
dengan cara meningkatkan motivasi
karyawan, adanya kepemimpinan yang
sesuai dengan kebutuhan dan
lingkungan kerja kondusif. Untuk itu
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian berjudul “Pengaruh
Kepemimpinan, dan Motivasi
terhadap Lingkungan Kinerja
karyawan.
1.2 Batasan Masalah
Dari latar belakang masalah
tersebut agar penelitian ini tidak
melebar maka, dibatasi hanya meneliti
3 (tiga) variabel, yaitu Kepemimpinan,
Motivasi dan Lingkungan Kinerja
karyawan.
1.3 Rumusan Masalah
Permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut: Apakah
Kepemimpinan berpengaruh terhadap
Kinerja karyawan?. Apakah Motivasi
berpengaruh terhadap Lingkungan
Kinerja karyawan? Kepemimpinan dan
Motivasi berpengaruh terhadap Kinerja
karyawan?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Apakah Kepemimpinan
berpengaruh terhadap Kinerja
karyawan?. Apakah Motivasi
berpengaruh terhadap Lingkungan
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
5
Kinerja karyawan? Kepemimpinan dan
Motivasi berpengaruh terhadap Kinerja
karyawan?
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini,
diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi perusahaan, kalangan akademisi,
peneliti, , dan sebagaimana dijabarkan
sebagai berikut : Manfaat bagi
Manager dan Operasional dengan
mengetahui tentang pengaruh
Kepemimpinan, dan Motivasi terhadap
Lingkungan Kinerja karyawannya dan
sebagai upaya untuk meningkatkan
kinerja di masa mendatang. Manfaat
bagi kalangan akademisi, antara lain :
dapat memberi masukan bagi
penelitian di bidang SDM, khususnya
yang terkait dengan Kepemimpinan,
Motivasi, dan Kinerja karyawan.
Menambah konsep baru yang dapat
dijadikan sebagai bahan rujukan
penelitian lebih lanjut bagi
pengembangan ilmu manajemen. Hasil
penelitian ini mendorong penelitian
selanjutnya, khususnya terkait dengan
kinerja di suatu perusahaan atau
organisasi.
LANDASAN TEORI
2.1. Kinerja
2.1.1. Pengertian Kinerja dan
Penilaian kinerja
Secara morfologis, istilah
kinerja yang dalam bahasa Inggrisnya
adalah performance berasal dari kata
”to perform”. Kamus The New Webster
Dictionary (CD ROM) memberikan
tiga (3) arti bagi kata performance,
yaitu : a. “Prestasi” yang digunakan
dalam konteks atau kalimat, misalnya
”mobil yang sangat cepat” (high
performance car). b. “Pertunjukkan”
yang biasanya digunakan dalam
kalimat ”populance dance of
performance” atau pertunjukkan tarian
rakyat. c. “Pelaksanaan tugas”
misalnya dalam kalimat ”in performing
his/her duties”. Berdasarkan hal
tersebut, maka arti performance atau
kinerja yang tepat adalah sebagaimana
yang didefinisikan dalam butir c.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Kinerja diartikan
dengan (1) Sesuatu yang dicapai, (2)
prestasi yang diperlihatkan, dan (3)
kemampuan bekerja (tentang
peralatan). Dalam kaitan dengan
penelitian ini, maka arti dari kinerja
yang tepat adalah prestasi yang
diperlihatkan.Secara terminologis,
kinerja adalah ukuran seberapa baik
orang melakukan pekerjaannya.
William B. Werther Jr, and Keith
Davis (2003:67), Sedangkan Wibowo,
(2010:7) kinerja adalah tentang
melakukan pekerjaan dan hasil yang
dicapai dari pekerjaan tersebut.
Suastha, Nyoman. T.,(2006:51)
Memaksimalkan kinerja adalah
prioritas bagi sebagian besar organisasi
pada saat ini. ”Kinerja” diterjemahkan
dari kata ”performance” dengan asal
kata” to perform”, yang diartikan
sebagai ”melakukan” atau
”menyelenggarakan”. Kinerja sering
juga disebut performa. Kinerja juga
bergantung pada profesi, jenis profesi
atau jabatan seseorang.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
6
Beberapa pendapat ahli
mengenai kinerja adalah : a. Kinerja
merujuk pada penyelesaian tugas-tugas
yang diberikan kepada karyawan. b.
”The accomplishment of goals is
succesfull performance”, artinya tujuan
atas pencapaian keberhasilan kerja. c.
Kinerja berkaitan dengan perilaku yang
dikaitkan dengan misi organisasi. d.
Kinerja merujuk pada hasil perilaku.
Kinerja tidak dilihat dari hasil fisiknya,
juga dilihat dari aspek non fisik, seperti
kesetiaan, disiplin, kerjasama, inisiatif,
kepemimpinan, dan sebagainya. e.
Kinerja merupakan fungfi dari
kemampuan dan motivasi.
”Performance = ability * Motivation”
Kinerja adalah hal, atau tingkat
keberhasilan seseorang secara
keseluruhan selama periode tertentu di
dalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan, seperti standar hasil
kerja, target, atau sasaran, atau kriteria
yang telah ditentukan terlebih dahulu
dan telah disepakati bersama.
Mangkruprawira, Sjafri, (2009: 218-
219) Jika dilihat dari asal katanya, kata
kinerja adalah terjemahan dari kata
performance, yang menurut The
Scribner-Bantam English Dictionary,
terbitan Amerika Serikat dan Canada,
berasal dari akar kata ”to perform”
dengan beberapa ”entries”, yaitu : a.
Melakukan, menjalankan,
melaksanakan (to do or carry out,
execute). b. Memenuhi atau
melaksanakan kewajiban suatu niat
atau nazar (to discharge to fulfill; as
vow). c. Melaksanakan atau
menyempurnakan tanggungjawab (to
execute or complete an understaking).
d. Melakukan sesuatu yang diharapkan
oleh seseorang atau mesin (to do what
is expected of a person machine).
Kinerja seseorang akan dinilai
dari : Robbins, (2000:567) a. Hasil
tugas yang dapat diukur dari kuantitas
dan kualitas yang dihasilkan oleh
seorang karyawan, serta ketepatan
waktu penyelesaiannya. Seorang
karyawan yang dapat menghasilkan
kuantitas dan kualitas yang sesuai
dengan standar, serta tepat waktunya
menunjukkan tingkat kinerja tinggi.
Kinerja (performance) diartikan
sebagai suatu tingkatan dimana
karyawan memenuhi atau mencapai
persyaratan kerja yang ditentukan
(Milkovich dan Boudreau dalam
Wahyuningsih, 2003:46). Sedangkan
menurut Mangkunegara (2001: 67)
kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Tinggi rendahnya kinerja
karyawan berkaitan erat dengan sistem
pemberian penghargaan yang
diterapkan oleh lembaga/organisasi
tempat mereka bekerja. Pemberian
penghargaan yang tidak tepat dapat
berpengaruh terhadap peningkatan
kinerja seseorang. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja adalah sebagai
berikut (Prawirosentono dalam
Purnomo Listianto dan Bambang
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
7
Setiaji, 2003:114) (a) Efektivitas dan
efisiensi; (b) Otoritas (wewenang); (c)
Disiplin; (d) Inisiatif. Penilaian prestasi
kerja (appraisal performance) adalah
proses penilaian prestasi kerja
karyawan yang dilaukan oleh
organisasi terhadap karyawan secara
sistematik dan formal berdasarkan
pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.
Metode penilaian kinerja Menurut
Manulang (dalam Sadili Samsudin,
2006: 172), metode-metode yang
digunakan dalam penilaian kinerja
adalah: (a) Graphic Rating System;
(b) Ranking Method/man to man
comparison atau man to man scale;
(c)
Forced Choiced Method
2.4.2. Tujuan dan Manfaat Penilaian
Kinerja
Ada dua (2) alasan pokok
dilaksanakannya penilaian kinerja,
yaitu: Rivai, Veithzal, (2005: 311-312)
a. Manajer memerlukan evaluasi
obyektif terhadap kinerja laryawan
pada masa lalu yang digunakan untuk
membuat keputusan di bidang SDM di
masa mendatang. b. Manajer
memerlukan alat yang memungkinkan
untuk membantu karyawan
memperbaiki kinerja, merencanakan
pekerjaan, mengembangkan
kemampuan dan keterampilan untuk
perkembangan karir dan memperkuat
kualitas hubungan antara manajer
bersangkutan dengan karyawannya.
Selain itu, penilaian kinerja dapat
digunakan untuk : a. Mengetahui
pengembangan, yang meliputi : 1)
Identifikasi kebutuhan pelatihan, 2)
Umpan balik kinerja, 3) Menentukan
transfer dan penugasan, 4) Identifikasi
kekuatan dan kelemahan karyawan. b.
Pengambilan keputusan administratif
meliputi : 1) Keputusan untuk
menentukan gaji, promosi dan
mempertahankan, atau
memberhentikan karyawan, 2)
Pengakuan kinerja karyawan 3)
Pemutusan hubungan kerja, 4)
Mengidentifikasi yang buruk. c.
Keperluan perusahaan meliputi : 1)
Perencanaan SDM, 2) Menentukan
kebutuhan pelatihan, 3) Evaluasi
pencapaian tujuan perusahaan, 4)
Informasi untuk identifikasi tujuan, 5)
Evaluasi terhadap sistem SDM, 6)
Penguasaan terhadap kebutuhan
pengembangan perusahaan.
d. Dokumentasi meliputi : 1) Kriteria
untuk validasi penelitian, 2)
Dokumentasi keputusan-keputusan
tentang SDM, dan 3) Membantu untuk
memenuhi persyaratan hukum.
Berdasarkan uraian di atas,
tujuan penilaian kinerja atau prestasi
kerja karyawan pada dasarnya; Untuk
mengetahui tingkat prestasi karyawan
selama ini. b. Pemberian imbalan yang
serasi, misalnya pemberian kenaikan
gaji pokok, kenaikan gaji istimewa dan
insentif uang. c. Mendorong
pertanggungjawaban dari karyawan. d.
Untuk pembeda antar karyawan yang
satu dengan yang lain. Dari segi
pengembangan SDM, tujuan penilaian
kinerja masih dapat dibedakan dan
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
8
meliputi : a. Penugasan kembali,
seperti diadakannya mutasi, atau
transfer, rotasi pekerjaan. b. Promosi/
kenaikan jabatan. c. Training/ atau
latihan. d. Meningkatkan motivasi
kerja. e. Meningkatkan etos kerja. f.
Memperkuat hubungan antara
karyawan dengan supervisor melalui
diskusi tentang kemajuan kerjanya. g.
Sebagai alat untuk memperoleh umpan
balik dari karyawan untuk
memperbaiki desain pekerjaan,
lingkungan pekerjaan dan rencana karir
selanjutnya. h. Penelitian seleksi
sebagai kriteria
keberhasilan/efektivitas. i. Sebagai
salah satu sumber informasi untuk
perencanaan SDM, karir dan keputusan
perencanaan suksesi. j. Membantu
menempatkan karyawan dengan
pekerjaan yang sesuai untuk mencapai
hasil yang baik secara menyeluruh. k.
Sebagai informasi untuk pengambilan
keputusan berkaitan dengan gaji-
upahisentif-kompensasi dan berbagai
imbalan lainnya. l. Sebagai penyalur
keluhan yang berkaitan dengan
masalah pribadi maupun pekerjaaan.
m. Sebagai alat untuk menjaga tingkat
kinerja. n. Sebagai alat untuk
membantu dan mendorong karyawan
untuk mengambil inisiatif dalam
rangka memperbaiki kinerja. Untuk
mengetahui efektivitas kebijakan SDM,
seperti seleksi, rekrutmen, pelatihan
dan analisis pekerjaan sebagai
komponen yang saling ketergantungan
di antara fungsi-fungsi SDM. p.
Mengidentifikasikan dan
menghilangkan hambatan-hambatan
agar kinerja menjadi baik. q.
Mengembangkan dan menetapkan
kompensasi pekerjaan. r. Pemutusan
hubungan kerja dan pemberian sanksi
ataupun hadiah. Organisasi biasanya
menggunakan penilaian kinerja dalam
dua peran yang memiliki potensi
konflik adalah Mathis dan Jackson,
(2010: 383-385) a. Mengukur kinerja
dalam memberikan imbalan kerja atau
keputusan administratif lainnya
mengenai karyawan. Promosi atau
pemecatan dapat tergantung pada peran
ini, di mana sering kali menciptakan
tekanan bagi para manajer untuk
melakukan penilaian. b. Berfokus pada
pengembangan individu. Dalam peran
ini, manajer berperan lebih sebagai
seorang penasihat dibandingkan
seorang hakim, yang akan mengubah
atmosfer hubungan. Peran kedua
tersebut menekankan dalam
mengidentifikasi potensi dan
merencanakan kesempatan
pertumbuhan dan arah karyawan. peran
dari penilaian kinerja yang memiliki
potensi konflik, yaitu : a. Penggunaan
Administratif Sistem penilaian kinerja
sering kali menjadi penghubung antara
penghargaan yang diinginkan
karyawan dan produktivitasnya.
Hubungan tersebut diperkirakan
sebagai berikut Produktivitas →
Penilaian Kinerja → Penghargaan
Kompensasi yang berbasis kinerja
menegaskan ide bahwa kenaikan gaji
seharusnya diberikan untuk pencapaian
kinerja daripada senioritas. Dalam
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
9
sistem ini, manajer secara historis telah
menjadi pengevaluasi dari kinerja
bawahan dan juga membuat
rekomendasi kompensasi untuk
karyawan. Jika ada bagian dari proses
penilaian yang gagal, maka para
karyawan yang berkinerja baik tidak
menerima kenaikan gaji lebih besar,
yang akan menyebabkan adanya
ketidakadilan dalam kompensasi bagi
karyawan. b. Penggunaan
Pengembangan Penilaian kinerja dapat
menjadi sumber utama informasi dan
umpan balik untuk karyawan, yaitu
kunci perkembangannya di masa
depan. Dalam proses mengidentifikasi
kekuatan, kelemahan, potensi dan
kebutuhan pelatihan karyawan melalui
umpan balik penilaian kinerja, para
supervisor dapat menginformasikan
kepada karyawan mengenai
kemajuannya, mendiskusikan area-area
yang membutuhkan pengembangan
dan mengidentifikasi rencana
pengembangan.
Tujuan dari umpan balik
pengembangan adalah lebih kepada
mengubah, atau menguatkan perilaku
individu, daripada untuk
membandingkan antar individu-seperti
kasus penggunaan administrative
dalam penilaian kinerja. Penguatan
positif untuk perilaku yang diharapkan
memberi kontribusi pada
pengembangan individu dan
organisasional. Fungsi pengembangan
dari penilaian kinerja juga dapat
mengidentifikasi bidang-bidang di
mana karyawan ingin berkembang.
Kemampuan dan motivasi kerja
merupakan syarat pokok bagi manusia
berkarya yang langsung berpengaruh
terhadap tingkat dan mutu kinerja
pegawai. Di samping itu, ciri-ciri
lingkungan organisasi dan praktek
manajemen turut memengaruhi kinerja
pegawai, yaitu : a. Faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap kinerja
pegawai, yaitu faktor budaya, hukum,
politik, ekonomi, teknologi dan sosial,
bersifat langsung maupun tidak
langsung. b. Iklim organisasi, terutama
faktor kebijakan, filsafat manajemen,
gaya kepemimpinan, ciri-ciri
struktural, kondisi sosial dari kelompok
dan hakekat kerja
2.4.3. Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Kinerja
Kinerja seseorang dipengaruhi
oleh dua (2) faktor berikut :
Mangkruprawira, (2009:222)
a. Unsur Intrinsik : 1) Tingkat
pendidikan, yaitu penguasaan
pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dalam penguasaan bidang
ilmu tertentu. 2) Tingkat pengetahuan
seseorang adalah pengetahuan yang
dikuasai tidak terbatas pada bidang-
bidang ilmu ”keras”, tetapi juga
”lunak”misalnya pengetahuan tentang
komunikasi, inisiatif, kreativitas dan
konflik. 3) Tingkat keterampilan
adalah penguasaan penerepan ilmu dan
pengetahuan dan teknologi yang
dimiliki seseorang yang dipraktekkan
dalam pekerjaannya. 4) Sikap-motivasi
terhadap kerja adalah pekerjaannya
berpengaruh terhadap kinerja yang
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
10
dicapaianya. 5) Tingkat pengalaman
kerja, adalah akumulasi dari
keberhasilan dan kegagalan, serta
gabungan dari kekuatan dan kelemahan
di dalam melaksanakan pekerjaannya.
b. Unsur Ekstrinsik : 1) Lingkungan
keluarga adalah sikap dan motivasi
anggota suatu
keluarga di dalam memandang makna
suatu pekerjaan. 2) Lingkungan sosial-
budaya adalah tingginya aspek
kedisiplinan sosial, tanggungjawab
sosial dan sistem nilai tentang
pekerjaan akan mendorong seseorang
untuk terlibat aktif dalam
meningkatkan kinerjanya. 3)
Lingkungan ekonomi adalah dapat
dicirkan oleh pertumbuhan ekonomi,
tingkat pengangguran, derajat
kemiskinan, penugasan aset produksi
dan pendapatan per kapita. 4)
Lingkungan belajar adalah dapat dilihat
dari perilaku masyarakat dalam hal
mengikuti pendidikan dan pelatihan. 5)
Lingkungan kerja termasuk budaya
kerja adalah lingkungan kerja dibatasi
pada tempat dimana seseorang bekerja.
6) Teknologi adalah teknologi yang
dimaksud berupa teknologi lunak
(intangible) dan teknologi keras
(tangible). Teknologi lunak berpa
metode, teknik dan prosedur kerja.
Sementara teknologi keras berupa
mesin-mesin atau alat-alat produksi.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja adalah :
Wibowo, (2010:100) a. Personal
factors, ditunjukkan oleh tingkat
keterampilan, kompetensi yang
dimiliki, motivasi dan komitmen
individu. b. Leadership factors,
ditentukan oleh kualitas dorongan,
bimbingan, dan dukungan yang
dilakukan manajer dan team leader. c.
Team factors, ditunjukkan oleh kualitas
dukungan yang diberikan oleh rekan
sekerja.
d. System factors, ditunjukkan oleh
adanya sistem kerja dan fasilitas yang
diberikan organisasi. e.
Contextual/situational factors,
ditunjukkan oleh tingginya tingkat
tekanan dan perubahan lingkungan
internal dan eksternal.
Berdasarkan pendapat di atas,
Hersey, Blanchard, dan Johnson
merumuskan adanya tujuh (7) faktor
kinerja yang memengaruhi kinerja dan
dirumuskan menjadi akronim
ACHIEVE :
A - Ability (knowledge and skill)
C - Clarity (understanding atau role
perception)
H - Help (organizational support)
I - Incentive (motivation atau
willingness)
E - Evaluation (coaching dan
performance feedback)
V - Validity (valid dan legal personnel
practices)
E - Environment (environment fit)
Pelaksanaan kinerja akan
sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik bersumber dari pekerja
sendiri, maupun yang bersumber dari
organisasi. Dari pekerja sangat
dipengaruhi oleh kemampuan atau
kompetensinya. Sementara itu, dari
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
11
segi organisasi dipengaruhi oleh
seberapa baik pemimpin
memberdayakan pekerjanya;
bagaimana memberikan penghargaan
pada pekerja; dan bagaimana
membantu meningkatkan kemampuan
kinerja pekerja melalui coaching,
mentoring dan concelling.
2.4.4 Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja merupakan
jenjang ketiga (3) dari Maslow dan
jenjang kedua (2) dari Alder, dimana
seseorang dapat berinteraksi dengan
rekan-rekan sekerjanya, dapat diterima
oleh kelompoknya dan merasakan
hubungan kekeluargaan atau
sebaliknya. Lingkungan kerja dapat
diartikan dalam bentuk fisik, yaitu
bangunan,
ruangan, kerapihan, kebersihan, sarana
dan prasarana fisik lainnya. Selain itu
dapat pula diartikan dalam bentuk
psikologis yaitu suasana kerja yang
nyaman, menyenangkan, jenuh, atau
membosankan.
2.4.4.1.Bentuk Fisik Lingkungan
Kerja
Kondisi fisik mempunyai andil
terhadap perilaku atau sikap kelompok
kerja. Pada umumnya seorang pekerja
lebih menyukai lingkungan yang rapi,
bersih, nyaman, suhu dan pencahayaan
yang sesuai, peralatan canggih dan
modern, dan sebagainya. Kinerja yang
baik tidak akan diperoleh dengan meja
yang kotor, berdebu, suasana
berantakan, hawa panas, cahaya yang
menyilaukan dan sebagainya.(
Robbins,Stephen P,2002:22) Salah satu
cara yang saat ini banyak digunakan
perusahaan dengan menerapkan sistem
5S yang pada mulanya diterapkan pada
beberapa perusahaan di Jepang yang
kemudian diadopsi oleh banyak
perusahaan di dunia. Prinsip-prinsip
5 S30 adalah a. Seiri (Sorting Out),
yaitu mengklasifikasikan barang
menurut golongan tertentu, termasuk
membuang barang yang tidak perlu. b.
Seiton (Systematic Arrangment or
Neatness), letakkan barang ditempat
semula dengan tiga (3) aturan yaitu : 1)
Tentukan di mana tempatnya, 2)
Tentukan bagaimana cara
mengembalikan
3) Ikuti aturan agar mudah ditemukan
di lain waktu, c. Seiso (Spic & Span or
Cleaning), bersihkan dan rawat secara
teratur. d. Seiketsu (Standardizing),
berikan tanda, atau label agar mudah
dicari, didapat, dan dilihat. e. Shitsuke
(Self Dicipline), menjamin bahwa 4%
tersebut di atas dapat dilaksanakan dan
digunakan sebagaimana mestinya.
2.1.2. Kepemimpinan
2.1.2.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan
salah satu aspek penting yang
mempengaruhi keberhasilan organisasi
dalam mencapai tujuan organisasi.
Keberhasilan suatu organisasi baik
secara keseluruhan maupun sebagian
kelompok organisasi sangat bergantung
pada mutu kepemimpinan yang
terdapat dalam organisasi tersebut.
Peran kepemimpinan efektif pada suatu
organisasi dalam mencapai tujuan
organisasi adalah bagaimana para
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
12
pemimpin organisasi mampu
menggerakkan, menginspirasi,
memotivasi dan mengarahkan anggota
organisasinya dalam mencapai tujuan
organisasinya secara efektif dan efisien
(Erick Dibyo Wibowo, 2005:41)
Kepemimpinan sebagai proses
memengaruhi aktivitas-aktivitas suatu
kelompok yang terorganisasi menuju
penetapan dan pencapaian tujuan.
Sudarwan Danim, (2004:18)
Kepemimpinan adalah faktor
manusiawi yang mengikat suatu
kelompok bersama dan memberinya
motivasi menuju tujuan-tujuan tertentu,
baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Ini berarti antara
kepemimpinan dengan motivasi
memiliki ikatan yang kuat. Seseorang
yang menjalankan fungsi
kepemimpinan setidaknya harus
memiliki persyaratan atau sifat-sifat
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, memiliki inteligensia tinggi,
memiliki fisik kuat, berpengetahuan
luas, percaya diri, dapat menjadi
anggota kelompok, adil dan bijaksana,
tegas dan berinisiatif, berkapasitas
membuat keputusan, memilki
kestabilan emosi. bahwa keterampilan
yang harus dimiliki oleh administrator
efektif adalah keterampilan teknis
(technical skill), ketrampilan hubungan
manusia (human relation skill), dan
keterampilan konseptual (conseptual
skill. Ciri-ciri kepemimpinan dari segi
kompetensi dapat dikemukakan
sebagai berikut : 1. Kesadararan diri,
seorang pemimpin harus mempunyai
pemahaman tentang jati dirinya yang
tercermin dari sikap sabar, teguh
pendirian, memiliki integritas tinggi.
Seseorang yang memiliki
keseimbangan antar kecerdasan
intelektual dan emosional. 2.
Kemampuan mengelola dan/atau
menangani perubahan,ketidakpastian,
ketidakteraturan, dan keserba
bertentangan. 3. Mempunyai visi ke
depan. Maka harus mampu
menggerakkan seluruh jajaran
organisasi agar mempunyai persamaan
persepsi terhadap apa yang akan
dicapai bersama, sehingga mampu
menggerakkan organisasi sebagai
organisasi pembelajaran yang dapat
terus berkembang. 4. Keterbukaan
terhadap kritik dan saran, sehingga,
akan dapat terus meningkatkan dan
memperbaiki diri dan produktivitas
organisasi. 5. Kemampuan
menggunakan kekuasaan secara arif
dan bijaksana, sehingga tidak terjadi
penyalahgunaan jabatan dan
penyimpangan dari amanah dan
kekuasaan yang diembannya.
(Ivancevich dkk, 2005: 85-87)
Etika kepemimpinan aparatur
yang ideal dicirikan dengan
seperangkat kapasitas dan kompetensi
yang meliputi kepekaan terhadap
lingkungan strategik, pengayoman atas
moral masyarakat, keterbukaan pikiran
dan perhatian terhadap aspirasi
masyarakat. Manajer bisnis Amerika
Serikat harus memiliki kompetensi
tertentu, bila bisnis dan ekonomi
Amerika Serikat tidak ingin dikalahkan
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
13
Jepang dan Eropa (Achad S. Ruky,
2006. 103-104 76), Manajer harus
berusaha menyesuaikan kemampuan
dan keterampilan seseorang dengan
kebutuhan pekerjaan (Ivancevich dkk,
2005: 85-87). Proses penyesuaian ini
penting karena tidak ada
kepemimpinan, motivasi, atau sumber
daya organisasi yang dapat mengatasi
kekurangan kemampuan, atau
keterampilan (meskipun beberapa
keterampilan dapat diperbaiki melalui
latihan dan pelatihan). Dalam era
persaingan global peranan seorang
pemimpin sangat dominan untuk dapat
menjembatani masalah-masalah kronis
yang dihadapi oleh organisasinya.
Peranan pemimpin digambarkan
sebagai berikut (16Henry Mitzberg ,
2008:9) 1. Peranan Bersifat
Interpersonal, yaitu sebagai figurhead,
leader,dan liaison (Penghubung). 2.
Peranan Bersifat Informasional, yaitu
pemonitor, disseminator (penyebar),
dan juru bicara. 3. Peranan sebagai
Pengambil Keputusan, yaitu sebagai
entreprenuer (pengusaha), disturbance
handler (mengatasi kesulitan),
pengatur sumber daya dan wakil
(mewakili satuan kerja). Peranan
bersifat interpersonal sebagai : 1.
Figurehead, tampil dalam berbagai
acara 2. Leader (penggerak), mampu
memberikan bimbingan, sehingga
bawahan dapat dibina dan
dikembangkan dalam pelaksanaan
tugas; 3. Liaison (hubungan),
mengembangkan hubungan kerjasama,
kepada bawahan dan lingkungan kerja
diluar satuannya, dalam rangka saling
tukar informasi. Peranan bersifat
informasional, sebagai : 1. Pemonitor,
harus selalu mengikuti dan
memperoleh segala macam informasi
seluruh proses kegiatan disatuan
kerjanya; 2. Dissimenator, harus selalu
memberi informasi kepada
bawahannya berkaitan dengan satuan
kerjanya. Setiap organisasi apapun
memerlukan kerjasama, bantuan,
konsultasi dan dukungan dari luar. 3.
Juru bicara suatu organisasi adalah
pemimpin itu sendiri. Peranan
pengambil keputusan sebagai : 1.
Entrepreneur yang selalu berusaha
memperbaiki dan mengembangkan
satuan kerja yang dipimpinnya,
berusaha menciptakan ide dan gagasan
baru, sistem hubungan dan tata kerja
(innovation) pengembangan
organisasinya. 2. Mampu mengatasi
segala macam kesulitan (disturbances
handler) dalam situasi apapun harus
mampu mengatasi hambatan dan
tantangan yang dihadapi. 3. Pengatur
segala macam sumber daya yang ada
bertanggungjawab mengatur SDM,
dana, waktu dan prasarana, sehingga
dapat dimanfaatkan seefektif mungkin
dalam mencapai tujuan organisasi. 4.
Wakil, dalam setiap hubungan kerja
dengan satuan kerja diluar. Dari uraian
di atas dapat ditetapkan pengertian
kepemimpinan yang tepat untuk
penelitian ini adalah kemampuan
individu mempengaruhi aktivitas
anggota kelompok, serta pihak terkait
untuk mencapai tujuan bersama yang
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
14
dirancang untuk memberikan manfaat
induvidu, pihak terkait dan organisasi.
Dari beberapa dimensi kepemimpinan
yang diuraikan di atas dalam,
penelitian ini digunakan kemampuan
berperan Interpersonal, Informasional
dan pengambil keputusan.
2.1.3. Motivasi
2.1.3.1 Pengertian Motivasi
Peran inti dari motivasi dalam
membentuk perilaku dan secara
spesifik dalam mempengaruhi kinerja
pekerjaan dalam organisasi tidak dapat
diragukan lagi. Pengertian motivasi
.menurut Mathis R.L. dan Jackson J.H.,
(2006: 114). Motivasi (motivation)
adalah keinginan dalam diri seseorang
yang menyebabkan orang tersebut
bertindak. Sedangkan John M.
Ivancevich, Robert Konopaske, dan
Michael T. Matteson, (2005:144),
Motivasi merupakan kesediaan untuk
berkinerja berhubungan dengan
seorang individu ingin, ataupun
bersedia berusaha untuk mencapai
kinerja yang baik di pekerjaannya.
Teori Motivasi, Seorang manajer jika
ingin meramalkan perilaku yang tepat,
yang bersangkutan harus mengetahui
tujuan karyawan dan tindakan yang
akan diambil karyawan untuk
mencapai tujuan tersebut (Ivancevich
J.M. dkk,., 2006:147-163). Terdapat
banyak teori motivasi dan temuan
penelitian yang berusaha memberikan
penjelasan mengenai hubungan
perilaku-hasil. Setiap teori dapat
diklasifikasikan ke dalam pendekatan
isi atau pendekatan proses dari
motivasi. Pendekatan isi berfokus pada
pengidentifikasian faktor-faktor dalam
diri seseorang yang mendorong,
mengarahkan, mempertahankan dan
menghentikan perilaku. Pendekatan
proses berfokus pada bagaimana
perilaku individu didorong, diarahkan,
dipelihara, dan dihentikan.
Pendekatan isi yang penting
terhadap motivasi adalah (1) Hirarki
Kebutuhan Maslow, (2) Teori
Existence, Relatedness and Growth
(ERG) Aldefer, (3) Teori Dua Faktor
Herzberg, dan (4) Teori Kebutuhan
yang dipelajari McClelland.
Pendekatan proses yang penting
terhadap motivasi adalah Teori
Ekspektasi, Teori Keadilan, dan Teori
Penetapan tujuan. a. Teori Hirarki
Kebutuhan Maslow. Inti teori Maslow
adalah bahwa kebutuhan tersusun
dalam suatu hirarki. Kebutuhan di
tingkat paling rendah adalah kebutuhan
fisiologis dan kebutuhan di tingkat
yang paling tinggi adalah kebutuhan
aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut didefinisikan sebagai berikut :
1. Fisiologis (physiological).
Kebutuhan akan makan, minum,
tempat tinggal dan bebas dari rasa
sakit. 2. Keamanan dan keselamatan
(safety and security). Kebutuhan untuk
bebas dari ancaman, diartikan sebagai
aman dari peristiwa, atau lingkungan
yang mengancam. 3. Kebersaman,
sosial dan cinta (belongingness, social,
and love). Kebutuhan akan
pertemanan, afiliasi, interaksi, dan
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
15
cinta. 4. Harga diri (esteem).
Kebutuhan akan harga diri dan rasa
hormat dari orang lain. 5. Aktualisasi
diri (self actualization). Kebutuhan
untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri
secara maksimum menggunakan
kemampuan, keterampilan, dan
potensi. Teori Maslow mengasumsikan
bahwa orang berusaha memuaskan
kebutuhan yang mendasar (kebutuhan
fisiologis) sebelum mengarahkan
perilakunya pada pemuasan kebutuhan
yang lebih tinggi. Beberapa hal pokok
pemikiran Maslow : 1) Kebutuhan
yang sudah terpuaskan akan berhenti
memberi motivasi. 2) Kebutuhan yang
tidak terpuaskan dapat menyebabkan
rasa frustrasi, konflik dan stres. 3)
Maslow mengasumsikan bahwa orang
memiliki kebutuhan untuk tumbuh dan
berkembang, dan sebagai akibatnya,
akan terus berusaha bergerak keatas
dalam hirarki untuk memenuhi
kepuasan. 4) Kebutuhan yang lebih
tinggi tidak akan aktif atau terpicu
sampai kebutuhan yang mendominasi
dapat terpenuhi. Seseorang hanya dapat
naik dalam hirarki kebutuhan ketika
kebutuhan pada tingkat rendahnya
sudah terenuhi. b. Teori ERG
(Existence, Relatedness, Growth)
Alfeder. Pada Teori ini, Alfeder
kebutuhan individu diatur dalam suatu
hirarki yang melibatkan tiga (3)
rangkaian kebutuhan, yaitu : 1)
Eksistensi (existence). Kebutuhan yang
dipuaskan oleh faktorfaktor seperti
makanan, udara, imbalan, dan kondisi
kerja. 2) Hubungan (relatedness).
Kebutuhan yang dipuaskan oleh
hubungan sosial dan interpersonal yang
berarti. 3) Pertumbuhan (growth).
Kebutuhan yang terpuaskan jika
individu membuat kontribusi produktif,
atau kreatif. Jika seseorang terus
menerus merasa frustrasi dalam usaha
untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan, kebutuhan hubungan
muncul kembali sebagai kekuatan yang
memotivasi, menyebabkan individu
mengarahkan ulang usaha untuk
memuaskan kategori kebutuhan
mereka pada tingkat yang rendah. c.
Teori Dua Faktor Herzberg. Kedua (2)
faktor tersebut disebut dissatisfier-
satisfier, motivator-hygiene, atau faktor
ekstrinsik-intrinsik. Faktor dissatisfier
atau hygiene atau ekstrinsik mencakup
: gaji, keamanan pekerjaan, kondisi
kerja, status, prosedur perusahaan,
mutu pengawasan teknis, mutu
hubungan interpersonal antar rekan
kerja, dengan atasan, dan bawahan.
Faktor satisfier, atau motivator atau
intrinsik meliputi : pencapaian,
pengakuan tangung jawab dan
kemajuan. d. Teori Kebutuhan
McClelland. McClelland menyatakan
bahwa ketika muncul suatu kebutuhan
yang kuat di dalam diri seseorang,
makakebutuhan tersebut memotivasi
dirinya untuk menggunakan perilaku
yang dapat mendatangkan
kepuasannya. Memiliki kebutuhan
akan pencapaian yang tinggi telah
mendorong seseorang individu untuk
menetapkan tujuan menantang untuk
bekerja keras demi mencapai tujuan
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
16
tersebut dan menggunakan
ketrampilan, serta kemampuan yang
diperlukan untuk mencapainya.
McClelland mengusulkan tidak adanya
kebutuhan yang bersifat rendah. e.
Teori Ekspektansi Victor Vroom.
Suatu teori motivasi yang menyatakan
bahwa karyawan lebih mungkin
termotivasi, ketika mempersepsikan
usahanya akan menghasilkan kinerja
berhasil dan pada akhirnya,
menghasilkan penghargaan dan hasil
yang diinginkan. Ekspektansi merujuk
pada keyakinan seseorang berkaitan
dengan kemungkinan atau probabilitas
subyektif bahwa suatu perilaku tertentu
akan diikuti hasil tertentu. f) Teori
Keadilan. Menjelaskan bagaimana
persepsi seseorang mengenai seberapa
adilnya diperlakukan dalam transaksi
sosial ditempat kerja yang
memengaruhi motivasinya. Inti
keadilan adalah karyawan
membandingkan input dan output
pekerjaannya dengan orang lain dalam
situasi kerja serupa. Input adalah apa
yang dibawa oleh individu kedalam
pekerjaan, seperti keterampilan,
pengalaman dan usaha. Hasil adalah
apa yang diterima seseorang dari
pekerjaan, seperti pengakuan, gaji,
tunjangan dan kepuasan. g. Teori
Penetapan tujuan. Keinginan dan
tujuan individu merupakan determinan
perilaku yang utama. Seseorang yang
memiliki komitmen terhadap suatu
tujuan memiliki dorongan, intensitas
dan ketekunan bekerja keras. Model
penetapan tujuan menekankan bahwa
suatu tujuan kerap kali berperan
sebagai motivator. Kemampuan
seseorang dapat membatasi usahanya
untuk mencapai tujuan. Jika seseorang
manajer menetapkan suatu tujuan yang
sulit dan seseorang kurang memiliki
kemampuan untuk mencapainya,
sehingga pencapaian tidak akan terjadi.
Sikap, nilai-nilai dan dorongan
individu untuk mencapai, atau
melakukan sesuatu mencerminkan
adanya suatu kebutuhan individu.
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam
peelitian ini adalah desain deskriptif
kuantitatif dan dilakukan pada
penelaahan pengaruh suatu variabel
bebas (independent) terhadap variable
lainnya (dependent).
Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan
metode survei, dengan alat bantu
kuesioner tertutup, dimana responden
memilih salah satu jawaban yang telah
disediakan, dengan alternatif jawaban
terdiri dari interval bernilai 1 – 5 dalam
skla likert.
3.2 Populasi dan Sample
Populasi dalam penelitian ini
adalah karyawan di bagian operasional
club malam yang berjumlah 55
karyawan, sedangkan sample dalam
penelitian ini adalah 55 kuesioner yang
dibagikan kepada karyawan bagian
operasional club malam. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
Metode non probability sampling,
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
17
digunakan untuk mengumpulkan data
dari (judgment sampling) karywan
yang mau dan mampu dijadikan
responden dalam hal ini karyawan di
bagian operasional. Teknik
pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan program Statistical
Package for Social Science ( SPSS )
versi 17.
3.7. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan
analisis Regresi Linear Berganda
(Multiple Linear Regression), dengan
rumus berikut :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + e
Di mana:
X1 = Kepemimpinan
X2 = Motivasi
e = error, atau faktor–faktor diluar
variabel yang di teliti, tetapi
mempunyai
hasil penelitian
Y = Kinerja Pegawai (Dependen
Variabel)
Koefisien regresi β akan bernilai positif
(+), jika menunjukkan hubungan
searah antara variabel bebas dan
variabel terikat. Kenaikan variable
bebas akan mengakibatkan kenaikan
kenaikan variabel terikat dan
penurunan variabel bebas akan
mengakibatkan penurunan variabel
terikat. Jika nilai β bernilai negatif (-),
maka hal ini meunjukkan hubungan
yang berlawanan, di mana kenaikan
variabel bebas akan mengakibatkan
penurunan variable terikat, begitu pula
sebaliknya. Dalam regresi linear, ada
beberapa uji yang perlu diperhatikan
sehingga diperoleh hasil yang valid.
Berikut uji-uji yang disebut juga uji
asumsi klasik yang umumnya
dilakukan, yaitu :
1. Uji Normalitas (Data harus
terdistribusi normal)
Uji normalitas ini bertujuan untuk
mengetahui, apakah variable
pengganggu (residual) dalam model
regresi memiliki distribusi normal.
Salah satu cara untuk
mendeteksi residual berdistribusi
normal, atau tidak
dengan cara Analisis Grafik, atau Uji
Statistik.
Penelitian ini menggunakan Analisis
Grafik untuk mengetahui apakah
residual dalam model regresi memiliki
distribusi normal atau tidak, sehingga
uji statistik selanjutnya dapat disebut
valid. Metode yang dipakai adalah
dengan melihat probability plot yang
dibandingkan dengan distribusi
kumulatif dari distribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan
untuk melihat apakah terjadi korelasi
yang kuat antar variabel bebas
(variabel independen), atau tidak. Cara
pengujiannya adalah dengan melihat,
apakah nilai korelasi antar variable
bebas tersebut mendekati satu (1), atau
nilai korelasi parsial mendekati nol (0).
Nilai 0,8 sebagai batas tertinggi
korelasi antar variabel bebas atau batas
multikolinearitas. Jika lebih dari 0,8,
maka terindikasi
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
18
multikolinearitas. Variabel yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antar
variabel bebas.55
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk melihat
apakah error varian (ei) konstan di
seluruh kasus dan variabel bebas
(independent variable). Jika tidak
konstan (terjadi heteroskedastisitas),
maka hasil analisis kurang valid. Jika
varian dari residual (variabel
pengganggu) dari satu pengamatan ke
pengamatan tetap lain, maka disebut
homoskedastisitas (homo = equal;
scedasticity = spread, yaitu equal
variance).Ada/tidaknya
heteroskedastisitas dapat di uji dengan
korelasi Rank Spearman. Jika nilai
korelasi variabel bebas terhadap nilai
absolut dari residual (error) signifikan
pada tingkat kesalahan 5%, maka dapat
disimpulkan terdapat
heterokedastisitas, di mana varian dari
residual tidak homogen. Situasi
heterokedastisistas akan menyebabkan
penaksiran koefisien-koefisien regresi
menjadi tidak efisien dan hasil
takasiran dapat menjadi kurang, atau
melebihi dari yang semestinya
3.8. Uji Hipotesis
Pengujian ini ditujukan untuk
menguji apakah, kepemimpinan dan
motivasi masing-masing mempunyai
pengaruh terhadap kinerja karyawan.
Uji hipotesa ini dibagi menjadi dua
bagian berikut :
1. Uji Parsial (Uji-t)
Uji-t dilakukan untuk
mengetahui pengaruh dari masing-
masing variabel independent terhadap
variabel dependent.
Pengambilan keputusan berdasarkan
nilai probabilitas (Nilai signifikansi) :
- Jika Signifikansi < tingkat kesalahan
0,05, maka H0 ditolak
- Jika Signifikansi > tingkat kesalahan
0,05, maka H0 gagal ditolak (H0
diterima).
2. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Uji R² menjelaskan persentase
variasi total dalam variable dependen
yang dijelaskan oleh variabel dependen
secara bersama-sama R²
menggambarkan ukuran kesesuaian
(goodness of fit) yaitu sampai sejauh
mana garis regresi sampel
mencocokkan data yang ada.
Kriterianya adalah semakin tinggi nilai
R² maka semakin baik garis regresi
sampelnya. Hasil keputusan uji R
tersebut dapat dilihat berdasarkan
syarat di bawah ini :
- Jika nilai R² suatu regresi mendekati
1, maka semakin baik.
- Jika nilai R² suatu regresi menjauhi 1,
maka variabel independent tidak bisa
menjelaskan variabel dependent.
3. Pengujian simultan (uji-F)
Uji F (Uji Serentak) digunakan
untuk menguji apakah secara bersama-
sama seluruh variabel mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependent.
Dasar pengambilan keputusan :
Berdasarkan F-hitung terhadap F-tabel
:
- Jika F-hitung > F-tabel, maka H0
ditolak
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
19
- Jika F-hitung < F-tabel, maka H0
diterima
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas
untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi, variabel bebas
dan terikatnya atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model yang baik adalah
berdistribusi data normal atau
mendekati normal. Salah satu cara uji
normalitas adalah melihat normal
probability plot. Pada prinsipnya,
normalitas dapat dideteksi dengan
melihat penyebaran data (titik) pada
sumbu diagonal dari grafik. Dasar
pengambilan keputusan sebagai berikut
:
1) Jika data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari
diagonal dan/atau tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka model
regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
Gambar 4.1. merupakan hasil uji
normalitas data untuk semua dimensi
secara simultan terhadap kinerja,
sessuai dengan prinsip normalitas pada
butir 1. maka model regresi layak
dipakai untuk memprediksi kinerja
sesuai masukan semua variabel
independen
.
Gambar 4.1.
Korelasi Antar Variabel Bebas
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS versi 17
b. Uji Multikolinearitas
Tujuan uji multikolinearitas
adalah mengetahui apakah ditemukan
korelasi antar variabel bebas, apakah
terjadi multikolinearitas, atau tidak.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
20
Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variable
bebas. Untuk mengetahui hal itu, dapat
dilihat dari seberapa besar koefisien
korelasi antar variabel bebas yang
diteliti dalam Tabel 4.15.
Tabel 4.15.Korelasi antar Variabel
kepemimpiana motivasi kinerja
N 55 55 55
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
-.249 1 .540**
.067 .000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan Tabel 4.9,
diketahui tidak terdapat nilai korelasi
antar variable bebas yang lebih tinggi
dari 0,8 sehingga diyakini tidak terjadi
multikolinearitas (Gurajati, 2007: 68)
c. Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas bertujuan
menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varians dari
residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut
hemoskedastisitas dan jika berbeda
disebut Heterokedastisitas. Model
regresi yang baik adalah tidak terjadi
masalah Heterokedastisitas (Gurajati,
Damodar N. 2006: 93)
Gambar 4.3.
Hasil Uji Heteroskedastisitas Semua Variabel
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS versi 17
Dari Gambar 4.3 terlihat titik-
titik menyebar secara acak (random),
baik di atas maupun di bawah angka 0
sumbu Y dan tidak membentuk suatu
pola tertentu yang jelas, serta tersebar
secara merata. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak terjadi heterokedastisitas
pada model regresi, sehingga model
regresi layak dipakai.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
21
4.3.5. Pengujian Regresi Linear Berganda
a. F- test (ANOVAb)
Dari uji ANOVA, diperoleh
nilai F hitung 17.466 dengan
probabilitas 0.000. Probabilitas jauh
lebih kecil (<) dari 0,05 maka, model
regresi dapat digunakan untuk
memprediksi Kinerja, atau dapat
dikatakan bahwa Ciri Kepemimpinan
dan Motivasi secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Kinerja.
Tabel 4.16. uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.613 3 .871 17. 466 .000a
Residual 2.544 51 .050
Total 5.157 54
a. Predictors: (Constant), motivasi, kepemimpiana
b. Dependent Variable: kinerja
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS versi 17
Berdasarkan table 4.8 diatas hasil uji
linieritas kepemimpinan (X1), dan
otivasi (X2 terhadap kinerja karyawan
(Y),. menunjukan bahwa nilai
signifikansi pada linearity sebesar 0.
.000a.karena signifikansi lebih kecil (<)
dari 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa antara variable kepemimpinan
(X1), dan motivasi (X2 terhadap
kinerja karyawan (Y),. Dapat
disimpulkan berpengaruh semua
variable secara simultan terhadap
Kinerja, dapat diketahui atau dapat
dilihat dari nilai Sig. (ANOVAb)
sebesar 0,000 lebih kecil (<) dari 0,05.
Hal ini berarti variabel-variabel
tersebut signifikan memengaruhi
Kinerja karyawan.
b. Uji Analisis Regresi Determinasi (R2)
Tabel 4.16.
Hasil Uji Analisis Regresi Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .712a . 507 .478 .22333
a. Predictors: (Constant), KEPEMIMPINAN, MOTIVASI b. Dependent Variable: KINERJA
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS versi 17
R Square (Koefisien
Determinasi) Koefisien
determinasi/koefisien penentu (R
Square) yang diperoleh 0.507 (50,7%).
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
22
Nilai ini mencerminkan variabel
perubahan pada variabel Kinerja,
dimana Kinerja (variabel dependent
atau terikat) dapat ditentukan oleh
semua variabel independent (bebas)
secara bersama-sama 50,7%, dan
sisanya, (49,3%) ditentukan oleh
variabel lain (Kompensasi,
Pengawasan, Pelatihan, Pendidikan,
Masa Kerja dan lain sebagainya) yang
tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil
tersebut menunjukkan pengaruh yang
dihasilkan oleh kedua variabel
independen secara bersama-sama
terhadap kinerja relatif tidak terlalu
dominan tetapi sudah menunjukkan
adanya pengaruh kinerja yang dapat di
prediksi. Untuk bisa lebih
meningkatkan kinerja dapat pula di
pengaruhi oleh faktor-faktor lain
seperti Kompensasi, Pengawasan,
Pelatihan, Pendidikan, Masa Kerja dan
lain sebagainya.
4.4 Analisis Statistik Deskriptif
Dari Tabel 4.16. dapat
diterangkan hasil pengaruh dan
persamaan regresi linear berganda.
Tabel 4.16.
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .578 .532 1.087 .282
kepemimpiana .246 .053. .479 4.671 .000
motivasi .521 080 .695 6.550 .000
a. Dependent Variable: KINERJA
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS versi 17
a. Signifikansi (Sig = Hasil Pengaruh
Parsial)
Berdasarkan Tabel 4.16. dapat
diketahui variabel Kepemimpinan dan
Motivasi berpengaruh secara
signifikan terhadap Lingkungan
Kinerja Karyawan dimana (Sig) 0.000,
atau lebih kecil dari nilai alpha 0.05
b. Beta Coefficients Unstandardized
Untuk menganalisis faktor yang
paling dominan, atau paling
berpengaruh dari variabel independen
terhadap Lingkungan Kinerja,
digunakan Beta Coefficients dalam
Regresi Berganda. Dari Tabel 4.16
diketahui bahwa variabel Motivasi
paling berpengaruh terhadap
Lingkungan Kinerja Karyawan dengan
nilai Beta (Unstandardized
Coefficients). 0.521 diikuti dengan
Kepemimpinan dengan niali Beta
Coefficients. 0.246.
c. Persamaan Regresi Linear Berganda
Dengan mengacu pada hasil
Beta (Unstandardized Coefficients)
dapat persamaan regresi linear
berganda adalah : Ŷ = 0,578+ 0,246 X1
+ 0,521 X2 Dengan angka positif
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
23
pada konstanta, bila ada penambahan
pada variabel independen
(Kepemimpinan dan Motivasi), dapat
mengakibatkan penambahan pada
variabel dependen (Lingkungan
Kinerja), atau Lingkungan Kinerja
sangat dipengaruhi oleh
Kepemimpinan, dan Motivasi kerja.
Nilai konstanta 0,578 menunjukkan
nilai murni variabel Lingkungan
Kinerja tanpa dipengaruhi variabel
Kepemimpinan dan Motivasi Hal
lainnya : 1. Kepemimpinan (X1)
dengan Beta Coefficients 0,246 nilai
pada probabilitas (Sig) 0.000
menunjukkan signifikan, karena <
0,005, jika Kepemimpinan naik 1
angka, maka akan diikuti oleh
peningkatan Lingkungan Kinerja nilai
regresi (0,246) 2. Motivasi (X2)
dengan Beta Coefficients 0,521 nilai
pada probabilitas (Sig) 0.000
menunjukkan signifikan karena <
0,005, jika Motivasi naik 1 angka,
maka akan diikuti oleh peningkatan
Lingkungan Kinerja dengan nilai
regresi (0,521). Pembahasan
Pengaruh Kepemimpinan(X1)
terhadap Kinerja Karyawan Club (Y)
Hasil penelitian menunjukan
bahwa kepemimpinan dalam
menjalankan tugasnya adalah dengan
hasil yang baik. Kinerja yang
dimaksudkan adalah efektifitas kerja,
pelayanan tepat waktu dan bertanggung
jawab atas pekerjaannya. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap tugas yang
dibebankan kepada Karyawan Club
dapat diselesaikan dengan hasil yang
baik, tepat waktu dan dapat bermanfaat
bagi Club. Dari keseluruhan
pembahasan tersebut bahwa dalam
penelitian kinerja di Club. Dapat
dilakukan secara bertahap maupun
komprehensip, dengan mengunakan
temuan dari hasil analisis regresi linear
berganda, dimana factor motivasi
sebagai faktor yang paling dominan
dan selanjutnya di ikuti oleh faktor
kepemimpinan dengan nilai sebesar
0,246 yang berarti di Club dalam
kualifikasi sangat signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa Peran yang
bersifat Interpersonal, Peran yang
bersifat Informasional dan Peran
sebagai Pengambil Keputusan
berpengaruh positif trhadap kinerja
karyawan seperti yang di kemukakan
oleh Henry Mitzberg. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa
Kepemimpinan di Club betul-betul
dirasakan oleh semua pegawai dan
menjadikan pendorong bagi mereka
untuk melakukan aktivitas.
Berdasarkan teori diatas dapat dilihat
bahwa faktor kepemimpinan
merupakan salah satu faktor yang
paling mempengaruhi tingkat kinerja
individu karyawan. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Arifin Heru (2007) dalam tesis
yang berjudul Kompetensi, Motivasi,
Peran Kepemimpinan, Dan Kinerja
Pegawai Direktorat Jenderal
Perdagangan Dalam Negeri, dimana
dari penelitian ini, hasilnya
menunjukkan adanya pengaruh
kepemimpinan terhadap kinerja.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
24
Pengaruh Motivasi kerja (X2) terhadap
Kinerja Karyawan Club (Y)
Bahwa motivasi kerja memiliki
nilai yang paling tinggi yaitu sebesar
0,521, yang artinya Motivasi kerja
Karyawan Club dalam kualifikasi
sangat signifikan. Hal ini menunjukkan
bahwa Theory of need oleh
McClelland yaitu Kebutuhan
Berprestasi Kebutuhan berafiliasi dan
Kebutuhan akan kekuasaan berhasil
terbukti menunjukkan kualifikasi
signifikan terhadap kinerja pegawai
Club. Berdasarkan pengertian motivasi
kerja dan pengertian kinerja tersebut,
maka motivasi kerja memiliki
pengaruh terhadap kinerja karyawan
apabila motivasi dari masing-masing
individu karyawan tinggi, akan
menimbulkan semangat kerja yang
tinggi pula, yang pada akhirnya akan
memberikan kontribusi berupa kinerja
yang baik. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh
Agung Hadi (2009) dalam tesis yang
berjudul lingkungan kerja, product
knowledge dan motivasi terhadap
kinerja front liner kantor pelayanan
Grapari Telkomsel, dimana hasilnya
menunjukkan adanya pengaruh
motivasi terhadap kinerja karyawan.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang telah dilakukan yaitu
mengenai pengaruh
Kepemimpinan,dan Motivasi terhadap
kinerja karyawan dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Kepemimpinan, (X1), berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
Kinerja Karyawan (Y), Hal ini
menunjukan bahwa Kepemimpinan
(X1), dan Motivasi (X2) mampu
memperbaiki Kinerja Karyawan
2. Motivasi (X2) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Kinerja
Karyawan (Y)
Hal ini menunjukan bahwa
Motivasi dari luar banyak
dipengaruhi oleh factor
Kepemimpinan. Dengan adanya
penerapan kepemimpinan yang
baik, serta adanya motivasi yang
baik dari pegawai dengan didukung
dengan lingkungan kerja yang
kondusif akan mampu menciptakan
kinerja pegawai yang baik.
3. Kepemimpinan, (X1) dan Motivasi
(X2) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kinerja
Karyawan (Y) Hal ini menunjukan
bahwa baik dan buruknya kinerja
Karyawan sangat dipengaruhi oleh
kepemimpinan yang diterapkan di
club. dan motivasi kerja yang
semakin baik maka kinerja yang
dihasilkan oleh pegawai juga
semakin baik.
5.2. Saran
Dengan memperhatikan hasil
penelitian, dan sebagai sumbangan
pemikiran bagi ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang sumber daya
manusia dan bagi Club, peneliti
menyarankan hal-hal sebagai berikut:
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
25
1. Dalam meningkatkan kinerja
karyawan perlu adanya dukungan
dari pimpinan yang profesional,
karena pimpinan itu yang dapat
menerapkan kebijakan-kebijakan
yang direspon oleh para pegawai
sesuai dengan kewenangannya.
Selaku pimpinan. Perlu
mempertahankan kepemimpinan
yang selama ini telah dilaksanakan
dan berusaha untuk ditingkatkan dan
hendaknya pimpinan mampu untuk
menghadapi berbagai karakteristik
dari para pegawai yang
dipimpinnya.
2. Motivasi kerja dan kinerja karyawan
lebih meningkatkan
profesionalisme, dan memiliki
persepsi tentang kemampuan
manajerial. Kinerja karyawan
berusaha meningkatkan kinerjanya
sebagai wahana pengembangan
profesionalisme karyawan, oleh
karena itu para pegawai dituntut
memiliki motivasi kerja dan persepsi
tentang kemampuan manajerial yang
tinggi khususnya untuk
meningkatkan kinerjanya.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut
mengenai Kepemimpinan dan
motivasi terhadap kinerja karyawan
dan disarankan untuk
mengembangkan kebijakan insentif
yang mendorong perubahan,
Kepemimpinan perlu meningkatkan
aspek lingkungan kerja seperti
penyediaan sarana dan prasarana
serta lebih melakukakn komunikasi
yang efektif secara dua arah
ditempat bekerja antara atasan dan
bawahan serta sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Aldin, 2008. Pengaruh
Kepemimpinan, Lingkungan
Kerja, dan Kemampuan
terhadap Kinerja dan
Dampaknya kepada
Pengembangan Karir Karyawan
pada PT. PEP. Universitas
Indonusa Esa Unggul, Jakarta.
Arep, Ishak dan Hendri Tanjung. 2003.
Manajemen Motivasi Cetakan
Kedua. Grasindo. Jakarta.
Danim Sudarmawan. 2004. Motivasi
Kepemimpinan dan Efektivitas
kelompok. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
Flippo. 2000. Manajemen Personalia.
Erlangga, Jakarta.
Gaspersz, V., 2007. Organizasional
Excellence. Model Strategik Menuju
World Class
Quality Company. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Gujarati, Damodar N. 2007. Dasar-
dasar Ekonometrika Edisi
Ketiga Jilid Kedua.Erlangga.
Jakarta.
Hadi Agung, 2009. Lingkungan kerja,
produk knowledge, motivasi
dan kinerja terhadap front liner
kantor pelayanan grapari
Telkomsel. Universitas
Indonusa Esa Unggul, Jakarta.
Hartono, 2003. Perilaku Organisasi.
Jakarta.
Heru Arifin, 2010 Kompetensi,
Motivasi, Peran Kepemimpinan
dan Kinerja Pegawai Direktorat
Jenderal Perdagangan Dalam
Negri. Universitas Indonusa
Esa Unggul, Jakarta.
Ilyas, Y., 2001. Kinerja. Teori,
Penilaian, dan Penelitian.
Pusat Kajian Ejonomi
Kesehatan. Fakultas Kesehata
Masyarakat. Universitas
Indonesia. Jakarta.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
26
Ivancevich J.M., Konopaske R., dan
Matteson M.T., 2005.
Organizational Behavior and
Management. Seventh Edition.
The McGraw-Hill Companies.
Edisi Bahasa Indonesia, Gina
Gania, 2006. Perilaku dan
Manajemen Organisasi.
Erlangga. Jakarta.
Kartono K. 2001. Pemimpin dan
Kepemimpinan. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara, 2008.
Kepemimpinan Dalam
Organisasi. Modul Pendidikan
dan Pelatihan Kepemimpinan
Tingkat III. LAN. Jakarta.
Mathis R.L. dan Jackson J.H., 2006.
Human Resources
Management. Ed. Edisi Bahasa
Indonesia. Salemba Empat.
Jakarta.
Mangkruprawira, Sjafri. 2009. Bisnis,
Manajemen, dan Sumber Daya
Manusia Cetakan Kedua. IPB
Press, Bogor.
Riduwan, 2003. Variabel-variabel
Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Rivai, Veithzal, 2005, Manajemen
Sumber Daya Manusia dari
Teori ke Praktik, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Robbins, Stephen P. dan Judge,
Timothy A. 2008. Perilaku
Organisasi Edisi keduabelas
Buku Kesatu. Salemba Empat.
Jakarta.
Ruky S. Achad , 2006. Sumber Daya
Manusia Berkualitas mengubah
Visi menjadi Realitas. PT.
Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Siagian, S. P. 2002. Kiat Meningkatkan
Produktivitas Kerja. PT Rineka Cipta.
Jakarta.
Soeharyo S. dan Sofia, 2001. Etika
Kepemimpinan Aparatur. Bahan Ajar
Diklatpim
Tingkat IV. Lembaga
Administrasi Negara R.I. Jakarta.
Suastha, T. Nyoman, 2006, Evaluasi
Kinerja dan Manajemen
Sumber Daya Manusia,
Universitas Indonusa Esa
Unggul, Jakarta.
Triyanto Bagus, 2008. Faktor yang
mempengaruhi kinerja
karyawan PT. Kumatex. UIEU.
Jakarta.
Umar Husein, 2005. Riset Sumber
Daya Manusia PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Wibowo Dibyo,Eric 2005.
Kepemimpinan dan Kerja sama
di dalam Manajemen
Kependidikan. PT. Grasindo.
Jakarta.
Wursanto, 2002. Dasar – Dasar ilmu
organisai. Yogyakarta
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
27
PENGARUH KEMAMPUAN DAN MOTIVASI KERJA
TERHADAP KINERJA KARYAWAN
PT. EXPERT NDONESIA
Anita Novialumi
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tribuana
Email: [email protected]
ABSTRACT
The purpose of this study are (1) To determine whether the ability to affect
the performance of employees of PT. Expert Indonesia. (2) To know whether the work
motivation affect the performance of employees of PT. Expert Indonesia. (3) To know
whether the ability and work motivation together affect the performance of employees
of PT. Expert Indonesia.
Type of descriptive research with questionnaire as data source. The
population in this study is all employees of PT. Expert Indonesia totaled 133
employees. The sample in this research is 100 employees, using Slovin formula with
sampling technique used accidental sampling that is sample determination technique
based on chance that is anyone who by chance met with researcher that can be used
as sample. Analyzer in this research is doubled linear regression. The next stage of the
questionnaire data was analyzed by multiple linear regression assisted by the IBM
SPSS Statistics 23 program.
Based on simultaneous test (F test) obtained value Fhitung (88,986) bigger
than Ftabel (3.09) so that its decision reject Ho and accept Ha. This means that
simultaneously independent variables (ability and work motivation) affect Employee
Performance.
Based on the partial test results (t test) thitung variable ability of 9,286. By
seeing the position of tcount (9,286) is greater than ttable (1,984) then thitung is the
area of rejection Ho and acceptance of Ha so that his decision reject Ho and accept
Ha. This means that partially variable ability affects employee performance.
The value of t calculation of work motivation variable is 3,345. By looking at the
position of tcount (3.345) greater than ttable (1,984) then thitung is in rejection area
of Ho and Ha acceptance so that its decision reject Ho and accept Ha. This means
that partially working motivation variables affect the performance of employees.
Associated with the results of hypothesis testing, then the results of this study
showed the influence of ability and motivation work both simultaneously and partially.
The effect of the research results shows a positive direction, which means that better
ability and the existence of good work motivation will improve employee performance.
Therefore, it is expected that the management of the company to review the efforts to
improve employee's ability and motivation factors so as to achieve maximum employee
performance.
Keywords: ability, work motivation, employee performance
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah kemampuan
berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Expert Indonesia. (2) Untuk mengetahui
apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Expert Indonesia.
(3) Untuk mengetahui apakah kemampuan dan motivasi kerja secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Expert Indonesia.
Jenis penelitian deskriptif dengan kuesioner sebagai sumber data. Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Expert Indonesia berjumlah
133 karyawan. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 karyawan, menggunakan
rumus Slovin dengan teknik sampling yang digunakan accidental sampling yaitu
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
28
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti yang dapat dipergunakan sebagai sampel. Alat analisis dalam
penelitian ini adalah regresi linier berganda. Tahap selanjutnya data kuesioner
dianalisis dengan regresi linier berganda yang dibantu dengan program IBM SPSS
Statistics 23.
Berdasarkan uji serempak (uji F) diperoleh nilai Fhitung (88,986) lebih besar dari
Ftabel (3,09) sehingga keputusannya menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini berarti
secara serempak variable independen (kemampuan dan motivasi kerja) mempengaruhi
Kinerja Karyawan.
Berdasarkan hasil pengujian secara parsial (uji t) thitung variabel kemampuan
sebesar 9,286. Dengan melihat posisi thitung (9,286) lebih besar dari ttabel (1,984) maka
thitung berada didaerah penolakan Ho dan penerimaan Ha sehingga keputusannya
menolak Ho dan menerima Ha. Artinya secara parsial variabel kemampuan
berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Nilai thitung variabel motivasi kerja sebesar 3,345. Dengan melihat posisi thitung
(3,345) lebih besar dari ttabel (1,984) maka thitung berada di daerah penolakan Ho dan
penerimaan Ha sehingga keputusannya menolak Ho dan menerima Ha. Artinya secara
parsial variabel motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Berkaitan dengan hasil pengujian hipotesis, maka hasil penelitian ini
menunjukan adanya pengaruh dari kemampuan dan motivasi kerja baik secara
serempak maupun secara parsial. Pengaruh yang ditimbulkan dari hasil penelitian
menunjukan arah yang positif, yang berarti bahwa kemampuan yang lebih baik dan
adanya motivasi kerja yang baik akan meningkatkan kinerja karyawan.
Oleh karena itu diharapkan pihak manajemen perusahaan agar mengkaji kembali
upaya-upaya untuk meningkatkan faktor kemampuan dan motivasi kerja karyawan
sehingga dicapai kinerja karyawan yang maksimal.
Kata kunci : kemampuan, motivasi kerja, kinerja karyawan
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu perusahaan dalam melaksanakan
kegiatannya, baik perusahaan yang
bergerak dibidang industry,
perdagangan maupun jasa akan
berusaha untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Satu hal
yang penting yaitu bahwa keberhasilan
berbagai aktivitas didalam perusahaan
dalam mencapai tujuan bukan hanya
tergantung pada keunggulan teknologi,
dana operasional yang tersedia, sarana
ataupun prasarana yang dimiliki,
melainkan juga tergantung pada aspek
sumber daya manusia sebagai
penggerak jalannya usaha. Faktor
sumber daya manusia ini merupakan
elemen yang sangat penting dan harus
diperhatikan oleh perusahaan,
mengingat era perdagangan bebas yang
telah dimulai, dimana iklim kompetisi
yang dihadapi sangat berbeda. Untuk
itu setiap perusahaan harus dapat
bekerja dengan lebih efisien, efektif
dan produktif. Tingkat kompetisi yang
tinggi memacu tiap perusahaan untuk
dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya dengan memberikan
perhatian pada aspek sumber daya
manusia. Jadi manusia dapat dipandang
sebagai faktor penentu eksis tidaknya
suatu perusahaan karena ditangan
manusialah segala inovasi akan
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
29
direalisir dalam upaya mewujudkan
tujuan perusahaan.
Masalah utama yang ada dalam
perusahaan adalah bagaimana
manajemen sumber daya manusia yang
patut mendapat perhatian perusahaan
adalah kinerja karyawan. Kinerja
karyawan dianggap penting bagi
perusahaan karena keberhasilan suatu
perusahaan dipengaruhi oleh kinerja
karyawan itu sendiri Mangkunegara
(2011:67) menyatakan bahwa Kinerja
merupakan Hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
Dalam pandangan Keith Davis
dalam buku Mangkunegara (2011:67)
faktor yang mempengaruhi pencapaian
kinerja adalah faktor kemampuan
(ability) yang terdiri Knowladge x Skill
dan faktor motivasi (motivation) terdiri
dari Attitued x Situation. Oleh karena
itu, diperlukan sumber daya manusia
yang memiliki kemampuan yang sesuai
dengan kebutuhan dalam perusahaan
dan pemberian motivasi kerja yang
cukup dari seorang pimpinan. Maka hal
– hal yang berhubungan dengan
peningkatan kemampuan karyawan dan
motivasi kerja perlu mendapat
perhatian yang sungguh – sungguh dari
setiap pimpinan guna keberhasilan
suatu perusahaan dan pencapaian
tujuan perusahaan itu sendiri. Apabila
kemampuan yang dimiliki karyawan
diiringi dengan pemberian motivasi
kerja yang cukup dari pimpinan
perusahaan, maka karyawan tersebut
diharapkan dapat menggerakkan dan
mengarahkan segala sumber daya yang
dimilikinya untuk mengoptimalkan
prestasi kerjanya. Untuk dapat
mengetahui kemampuan yang dimiliki
seorang karyawan diperlukan
pemahaman tentang kemampuan apa
saja yang harus dimiliki oleh seorang
karyawan dalam suatu perusahaan.
Robbins, S.P. (2015:35)
mendefiniskan bahwa kemampuan
adalah suatu kapasitas individu untuk
mengerjakan berbagai tugas dalam
suatu pekerjaan. Dimana kemampuan
individu pada hakekatnya tersusun dari
dua faktor yaitu: Kemampuan
intelektual dan kemampuan fisik.
Selain kemampuan kerja, kinerja
tidak terlepas dari pengaruh motivasi,
baik motivasi yang berasal dari dalam
diri karyawan itu sendiri ataupun
motivasi yang berasal dari luar, karena
motivasi menjadi pendorong seseorang
melaksanakan suatu kegiatan guna
mendapatkan hasil yang terbaik. Oleh
karena itu tidak heran jika karyawan
yang mempunyai motivasi kerja yang
tinggi biasanya memiliki kinerja yang
tinggi pula. Untuk itu motivasi kerja
karyawan perlu dibangkitkan agar
karyawan dapat menghasilkan kinerja
yang terbaik, semakin tinggi motivasi
karyawan dalam bekerja maka kinerja
yang dihasilkan pun tinggi. Menurut
Robbins S.P. dan Judge T.A.
(2015:127) mendefinisikan motivasi
sebagai proses yang menjelaskan
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
30
mengenai kekuatan, arah, dan
ketekunan seseorang dalam upaya
untuk mencapai tujuan.
PT. Expert Indonesia adalah satu
usaha yang bergerak di bidang
pengadaan barang dan jasa yaitu jasa
service dan pemasangan Air
conditioner, jasa mekanikal dan
elektrikal, Jasa pengarsipan dan
pembuatan system, dan jasa kontruksi
bangunan. Dengan Visi utama menjadi
perusahaan yang meberikan pelayanan
sepenuh hati untuk mencapai kepuasan
pelanggan dengan target loyalitas
pelanggan. PT. Expert Indonesia
melakukan kerja sama dengan PT.
Pertamina (Persero) dan memenangkan
beberapa kontrak dan bahkan terus
memperluas pemasarannya ke berbagai
fungsi di PT. Pertamina (Persero).
Untuk mencapai tujuan perusahaan
tersebut, perusahaan sangat
mengandalkan peranan aktif dari
seluruh sumber daya manusia yang
dimiliki oleh perusahaan dalam upaya
untuk meningkatkan kinerja karyawan.
Maka dari itu PT. Expert Indonesia
akan selalu meningkatkan kualitas
sumber daya manusianya.
Namun hasil riset dilapangan
ditemukan permasalahan yang cukup
signifikan, yaitu ada beberapa
karyawan yang ditugasi untuk suatu hal
ternyata tidak menguasai di bidangnya
dan ternyata karyawan yang lain yang
bukan menempati possisi tersebut
dapat menyelesaikan tugas tersebut,
dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa penempatan tidak sesuai dengan
kemampuan karyawan, hal ini dapat
menyebabkan kinerja pegawai dapat
menurun.
Sedangkan masalah yang
terjadi di dalam perusahaan, belum
sesuai dengan yang diharapkan, karena
kemampuan kinerja masih belum
sesuai pada bidangnya, kinerja juga
kurang termotivasi karena, motivasi
yang diberikan belum memenuhi
harapan karyawan.
Dari uraian tersebut di atas
maka dapat dijelaskan bahwa
kemampuan dan motivasi kerja
merupakan faktor yang sangat penting
dan apabila faktor - faktor tersebut
tidak mendapatkan perhatian yang
serius dari perusahaan, nantinya akan
sangat merugikan perusahaan itu
sendiri. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk meneliti dengan judul:
“Pengaruh Kemampuan Dan
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Expert Indonesia”.
Pembatasan Masalah Agar
penelitian ini tidak melebar maka
penelitian ini dibatasi hanya membahas
mempengaruhi kemampuan dan
motivasi kinerja terhadap kinerja
pegawai PT. Expert Indonesia.
Rumusan Masalah Berdasarkan
pembatasan masalah, maka dalam
penelitian ini dapat dirumusan sebagai
berikut Apakah kemampuan
berpengaruh terhadap kinerja karyawan
PT. Expert Indonesia? Apakah
motivasi kerja berpengaruh terhadap
kinerja karyawan PT. Expert
Indonesia? Apakah kemampuan dan
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
31
motivasi kerja berpengaruh terhadap
kinerja karyawan PT. Expert
Indonesia?
Tujuan Penelitian Berdasarkan
rumusan masalah maka tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah kemampuan berpengaruh
terhadap kinerja karyawan PT. Expert
Indonesia. Untuk mengetahui apakah
motivasi kerja berpengaruh terhadap
kinerja karyawan PT. Expert
Indonesia. Untuk mengetahui apakah
kemampuan dan motivasi kerja
berpengaruh terhadap kinerja karyawan
PT. Expert Indonesia.
Mafaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat :
Bagi akademisi, Penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan khasanah
keilmuan dan dapat dijadikan referensi
bagi perguruan tinggi. Sebagai
sumbangan yang bermanfaat dalam
memperluas wawasan bagi kajian ilmu
manajemen dalam mengelola
manajemen SDM, Khususnya yang
menyangkut upaya peningkatan kinerja
kerja karyawan.
Bagi peneiti untuk menambah
wawasan dan pengetahuan dalam
menganalisis fenomena yang terjadi
khususnya yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Bagi perusahaan
adalah dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dalam upaya meningkatkan
kerja kinerja karyawannya.
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Kemampuan
Pengertian Kemampuan
Dalam Kamus Bahasa
Indonesia pengertian mampu adalah
kesanggupan atau kecakapan,
sedangkan kemampuan berarti
seseorang atau aparat yang memiliki
kecakapan atau kesanggupan untuk
mengerjakan sesuatu yang diwujudkan
melalui tindakannya untuk
meningkatkan produktivitas kerja.
Seseorang yang memiliki kemampuan
berarti akan sanggup melakukan
tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya. Seperti yang diungkapkan
oleh Stephen P. Robbins (2015:35)
bahwa kemampuan (ability) adalah
kapasitas individu untuk mengerjakan
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
Dari pendapat tersebut dapat
dikatakan bahwa dengan kemampuan
yang dimiliki oleh karyawan, maka
akan memudahkan dalam
penyelesaian setiap pekerjaan secara
efektif dan efisien tanpa adanya
kesulitan sehingga akan menghasilkan
suatu pekerjaan atau kinerja yang
baik. Untuk itulah faktor kemampuan
kerja merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dan berpengaruh
terhadap keberhasilan karyawan di
dalam melaksanakan suatu pekerjaan,
karena kemampuan merupakan
potensi yang ada dalam diri seseorang
unuk berbuat sesuatu, sehingga
memungkinkan seseorang untuk dapat
melakukan pekerjaan ataupun tidak
dapat melakukan pekerjaan tersebut.
2.1.2 Motivasi Kerja
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
32
Pengertian Motivasi Kerja
menurut J. Winardi (2001:33)
menyatakan motivasi (Motivasion)
kata dasarnya adalah Motif
(Motive) yang berarti dorongan,
sebab atau alasan seseorang
melakukan sesuatu. Untuk
mempermudah pemahaman motivasi
kerja, sebelumnya dikemukakan
terlebih dahulu pengertian motif dan
motivasi. Motif adalah kebutuhan,
keinginan, dorongan yang muncul
dalam diri seorang individu, sehingga
motif merupakan alasan yang
melandasi perilaku individu.
Sedangkan menurut Abraham
Sperling dalam buku Mangkunegara
(2011:93) mendefinisikan motif
sebagai suatu kecendrungan untuk
beraktivitas, dimulai dari dorongan
dalam diri dan diakhiri dengan
penyesuaian diri. Penyesuaian diri
dikatakan untuk memuaskan motif,
dan motif menurut William J Stanton
adalah kebutuhan yang distimulasi
yang berorientasi kepada tujuan
individu dalam mencapai rasa puas.
2.1.3 Kinerja
Pengertian Kinerja menurut
Tim Penyusun Kamus Bahasa
(2007:570) kinerja berasal dari kata
“kerja” atau dalam bahasa inggris
dikenal dengan istilah performance
yang berarti pelaksanaan,
keberlangsungan, perbuatan dan
prestasi. Sedangkan kinerja diartikan
dengan kemampuan kerja, sesuatu
yang dicapai atau prestasi yang
diperlihatkan.
Berdasarkan pendapat para ahli
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kinerja merupakan hasil kerja yang
dicapai oleh seseorang atau kelompok
dalam suatu perusahaan sesuai dengan
tanggung jawab masing-masing dalam
mencapai tujuan perusahaan. sehingga
pencapaian tujuan yang maksimal
merupakan buah dari kinerja individu
atau tim yang optimal. Begitu pula
sebaliknya, kegagalan dalam
mencapai sasaran yang telah
dirumuskan juga merupakan akibat
dari kinerja individu atau tim yang
kurang optimal. Kinerja dikatakan
baik dan sukses jika tujuan yang
diinginkan dapat dicapai dengan baik.
Efisiensi dan efektifitas merupakan
dua aspek penting dalam menilai suatu
kinerja. Efisiensi adalah perbandingan
antara hasil yang dicapai dengan
usaha yang dikeluarkan, sedangkan
efektifitas adalah perbandingan antara
hasil yang dicapai dengan hasil yang
diharapkan.
Aspek-aspek yang digunakan
mengukur kinerja menurut simamora
(2006:338) adalah: Kuantitas kerja
yaitu pencapaian kinerja karyawan
yang dapat terlihat pada diri karyawan
itu sendiri pada saat bekerja, yang
meliputi ketetapan waktu dalam
mengerjakan pekerjaan, ketelitian
dalam mengerjakan tugas dan juga
terampil dalam mengerjakan tugas.
Kualitas kerja adalah pencapaian
kinerja karyawan yang diukur atas
hasil pekerjaan yang dicapai pekerja
dalam bekerja, kualitas kerja juga
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
33
dapat diukur oleh output atau hasil
kerja dibandingkan dengan standar
output yang telah ditetapkan
perusahaan.
Penilaian kinerja atau prestasi
kerja adalah proses suatu
perusahaan mengevaluasi atau menilai
kinerja karyawan. Kegiatan ini dapat
mempengaruhi keputusan-keputusan
personalia dan memberikan umpan
balik kepada para karyawan tentang
pelaksanaan kerja mereka. Dan
penilaian kinerja dapat dilakukan
perseorangan ataupun perkelompok
atau divisi usaha dengan maksud
untuk mencapai target kinerja
perusahaan secara bersama-sama,
penilaian kinerja perorangan biasanya
terkait dengan kenaikan gaji, bonus
dan promosi. Oleh karena itu
penilaian prestasi kerja harus
dilakukan dengan baik, tertib dan
benar sesuai dengan kriteria-kriteria
yang telah ditetapkan oleh perusahaan
secara objektif, karena penilaian
kinerja dapat membantu
meningkatkan motivasi berprestasi
dan meningkatkan loyalitas para
karyawan perusahaan yang ada
didalamnya, tentunya hal ini akan
menjadi keuntungan bagi perusahaan
itu sendiri. Menurut Prawirosentono
(2013) dimensi kerja yang perlu
dimasukkan kedalam penilaian
kinerja, yaitu: Pengetahuan atas
pekerjaan, kejelasan pengetahuan atas
tanggung jawab pekerjaan yang
menjadi tugasnya. Perencanaan dan
organisasi, kemampuan membuat
rencana pekerjaan meliputi jadwal dan
urutan pekerjaan, sehingga tercapai
efisiensi dan efektifitas. Mutu
pekerjaan, ketelitian dan ketepatan
kerja. Produktifitas, jumlah pekerjaan
yang dihasilkan dibanding dengan
waktu yang digunakan. Pengetahuan
teknis dasar dan kepraktisan sehingga
pekerjaannya mendekati standar
kinerja. Judgemen, kebijakan naluriah
dan kemampuan menyimpulkan tugas
sehingga tujuan organisasi tercapai.
Komunikasi, kemampuan
berhubungan secara lisan dengan
orang lain. Kerjasama, kemampuan
bekerjasama dengan orang lain dan
memiliki sikap yang terbuka dalam
tim. Kehadiran dalam rapat disertai
dengan kemampuan menyampaikan
ide atau gagasan-gagasannya kepada
orang lain. Manajemen proyek,
kemampuan mengelola proyek, baik
membina tim membuat jadwal kerja,
anggaran, dan menciptakan hubungan
baik antar karyawan. Kepemimpinan,
kemampuan mengarahkan dan
membimbing bawahan, sehingga
tercipta efisiensi dan efektivitas.
Kemampuan memperbaiki diri sendiri,
dengan studi lanjutan atau kursus.
2.3 Kerangka Pemikiran
Terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kinerja karyawan
yaitu faktor kemampuan (ability) dan
faktor motivasi (motivation). Hal ini
sesuai dengan pendapat Keith Davis
yang merumuskan bahwa Human
Performance = Ability + Motivation.
(Mangkunegara,2011:67) Kinerja
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
34
individu adalah tingkat pencapaian atau
hasil kerja seseorang dari sasaran yang
harus dicapai atau tugas yang harus
dilaksanakan dalam kurun waktu
tertentu. Untuk itu dibutuhkan
kemampuan yang mumpuni, untuk
menyelesaikan setiap tugas yang
menjadi tanggung jawab karyawan.
Serta pemenuhan kebutuhan karyawan
seperti gaji, dan harapan masa depan
yang baik merupakan salah satu hal
yang menciptakan motivasi seorang
karyawan dalam melaksanakan setiap
pekerjaan dengan baik.
Berdasarkan teori-teori yang
dikemukakan di atas, maka secara
ringkas hubungan antara variabel
kemampuan, motivasi kerja dengan
kinerja karyawan dapat digambarkan
dalam kerangka pikir pada gambar
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
2.3.1 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh kemampuan
terhadap kinerja karyawan PT.
Expert Indonesia.
2. Terdapat pengaruh motivasi
terhadap kinerja karyawan PT
Expert Indonesia.
3. Terdapat pengaruh kemampuan dan
motivasi terhadap kinerja karyawan
PT Expert Indonesia.
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan
rancangan penelitian yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan
proses penelitian. Desain penelitian ini
adalah dengan pendekatan deskriptif
kuantitatif, karena untuk mengetahui
pengaruh antar variabel yang diteliti
sehingga menghasilkan kesimpulan
yang akan memperjelas gambaran
mengenai objek yang diteliti.
Instrumen ini disusun sebagai alat
pengumpul data. Instrumen pada
Kemampuan (X1)
Motivasi Kerja (X2)
Kinerja Karyawan (Y)
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
35
penelitian ini berbentuk kuesioner.
Sebelum instrumen digunakan untuk
pengumpulan data, maka instrumen
penelitian harus terlebih dahulu diuji
validitas dan reabilitasnya. Dimana
validitas digunakan untuk mengukur
kemampuan sebuah alat ukur dan
reabilitas digunakan untuk mengukur
keabsahan pengukuran tersebut dapat
dipercaya. Setelah data terkumpul
maka selanjutnya dianalisis untuk
menjawab Penelitian kuantitatif
digunakan penulis untuk mengetahui
pengaruh antara variabel dalam
penelitian ini yaitu kemampuan dan
motivasi kerja terhadap kinerja
karyawan PT. Expert Indonesia.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat Penelitian
Penulis melaksanakan penelitian
untuk penyusunan skripsi ini pada PT.
Expert Indonesia Jl. Pala Raya No. 26
Bekasi Barat.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Januari tahun
2017 sampai dengan bulan Februari
tahun 2016.
3.3. Populasi dan Sampel
3.4.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini
adalah karyawan PT. Expert Indonesia
yang berjumlah 133 karyawan.
3.4.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode purposive
sampling berjumlah 100 karyawan.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Karakteristik
Responden
Sampel Penelitian dari pengukuran
penerapan kemampuan dan motivasi
kerja terhadap kinerja karyawan PT
Expert Indonesia adalah 100 orang
responden (karyawan). Bagian ini
menyajikan informasi mengenai
karakteristik dari 100 responden
tersebut berdasarkan jenis kelamin,
usia, pendidikan terakhir, dan lama
kerja.
4.2.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Jenis Kelamin Responden
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-Laki 67 67,0 67,0 67,0
Perempuan 33 33,0 33,0 100,0
Total 100 100,0 100,0
Sumber: Data diolah
Dari tabel diatas menunjukkan
bahwa responden terdiri dari 67%
dari laki-laki yaitu sebanyak 67
orang, dan 33% sisanya terdiri dari 33
orang perempuan. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah
karyawan PT. Expert Indonesia
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
36
lebih banyak karyawan laki-laki daripada karyawan perempuan.
4.1 Analisis Kualitas Data
4.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
4.3.1.1 Uji Validitas
Validitas digunakan untuk
mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner, jadi validitas menunjuk
pada ketepatan dan kecermatan tes
dalam menjalankan fungsi
pengukurannya. Validitas dilakukan
dengan membandingkan rtabel untuk
degree of freedom (df)= n-2, dalam hal
ini n adalah jumlah sampel. Pada kasus
ini jumlah sampel (n) sebesar 100
orang dan besarnya df dapat dihitung
100-2 = 98, dengan nilai df = 98 dan
nilai alpha = 0,05 atau 5% didapat
angka 0,196. Untuk menguji apakah
masing-masing indikator valid atau
tidak, bisa liat tampilan output
Cronbach Alpha pada kolom
Correlated Item – Total Correlation.
Bandingkan nilai Correlated Item –
Total Correlation dengan hasil Hasil
pengujian validitas ditunjukan dalam tabel
berikut
Uji Validitas Item Variabel Kemampua
4.3.1 Uji Validitas Variabel Kemampuan
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Kemampuan
No. Quesioner Rhitung Rtabel Keterangan
Kemampuan 1 0,645 0,196 Valid
Kemampuan 2 0,473 0,196 Valid
Kemampuan 3 0,623 0,196 Valid
Kemampuan 4 0,519 0,196 Valid
Kemampuan 5 0,588 0,196 Valid
Kemampuan 6 0,200 0,196 Valid
Kemampuan 7 0,362 0,196 Valid
Kemampuan 8 0,588 0,196 Valid
Kemampuan 9 0,556 0,196 Valid
Kemampuan 10 0,332 0,196 Valid
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel diatas, dapat dianalisis bahwa semua butir pertanyaan
variabel kemampuan dapat dikatakan valid karena r hitung > r tabel (0,196).
4.3.2 Uji Reliabilitas Variabel Kemampuan
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kemampuan
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items N of Items
0,805 0,811 10
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel diatas, dapat
dianalisis bahwa semua butir
pertanyaan dapat dikatakan reliabel
karena nilai Cronbach alpha > 0,60.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
37
4.3.3 Uji Validitas Variabel Motivasi
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi
No. Quesioner Rhitung Rtabel Keterangan
Motivasi 1 0,703 0,196 Valid
Motivasi 2 0,330 0,196 Valid
Motivasi 3 0,543 0,196 Valid
Motivasi 4 0,344 0,196 Valid
Motivasi 5 0,482 0,196 Valid
Motivasi 6 0,562 0,196 Valid
Motivasi 7 0,522 0,196 Valid
Motivasi 8 0,487 0,196 Valid
Motivasi 9 0,449 0,196 Valid
Motivasi 10 0,479 0,196 Valid
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel diatas, dapat
dianalisis bahwa semua butir
pertanyaan variabel motivasi dapat
dikatakan valid karena r hitung > r tabel
(0,196).
4.3.4 Uji Reliabilitas Variabel Motivasi
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Motivasi
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items N of Items
0,803 0,812 10
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel diatas, dapat
dianalisis bahwa semua butir
pertanyaan dapat dikatakan reliabel
karena nilai Cronbach alpha > 0.60.
4.3.5 Uji Validitas Variabel Kinerja
Tabel 4.9 ji Validitas Variabel Kinerja
No. Quesioner Rhitung Rtabel Keterangan
Kinerja 1 0,657 0,196 Valid
Kinerja 2 0,647 0,196 Valid
Kinerja 3 0,507 0,196 Valid
Kinerja 4 0,349 0,196 Valid
Kinerja 5 0,683 0,196 Valid
Kinerja 6 0,431 0,196 Valid
Kinerja 7 0,458 0,196 Valid
Kinerja 8 0,669 0,196 Valid
Kinerja 9 0,413 0,196 Valid
Kinerja 10 0,645 0,196 Valid
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel diatas, dapat
dianalisis bahwa semua butir
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
38
pertanyaan variabel motivasi dapat
dikatakan valid karena r hitung > r tabel
(0,196).
4.3.6 Uji Reliabilitas Variabel Kinerja
Tabel 4.10 Uji Reliabilitas Variabel Kinerja
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items N of Items
0,844 0,846 10
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel diatas, dapat
dianalisis bahwa semua butir
pertanyaan dapat dikatakan reliabel
karena nilai Cronbach alpha > 0.60.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.4.1 Hasil Asumsi Uji Klasik
4.4.1.1 Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov)
Uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah variabel memiliki
distribusi normal atau tidak. Dalam
penelitian ini digunakan uji
Kolmogorov-Smirnov yang dipadukan
dengan kurva Normal P-P Plots dan
dilengkapi hystogram, maka untuk
mengetahui normalitas dari data
peneliti menyajikan tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 100
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 3,15804674
Most Extreme
Differences
Absolute ,079
Positive ,072
Negative -,079
Test Statistic ,079
Asymp. Sig. (2-tailed) ,128c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Data diolah
Dari tabel di atas dapat
diketahui bahwa nilai signifikansi
(Asymp. Sig. 2-tailed) variabel
Unstandarlized Residual sebesar
0,128 > 0,05, jadi residual
terdistribusi normal.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
39
4.4.1.2 Uji Multikolinieritas
Untuk mendeteksi terjadinya
multikolinieritas dilakukan dengan
melihat apakah nilai Tolerance lebih
dari 0,10 dan nilai Variance
Inflation Factor (VIF) tidak lebih
besar dari 10, maka model terbebas
dari multikolinieritas. Berikut
adalah hasil pengujian dengan uji
multikolinieritas:
Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Kemampuan 0,729 1,372
Motivasi Kerja 0,729 1,372
a. Dependent Variable: Kinerja
Sumber : Data diolah
Dari hasil Coefficientsa di atas,
dapat diketahui bahwa nilai
Tolerance adalah 0,729
(kemampuan dan motivasi kerja)
dan nilai VIF adalah 1,372
(kemampuan dan motivasi kerja).
Berdasarkan hasil ini berarti
variabel terbebas dari asumsi klasik
multikolinearitas karena hasilnya
nilai Tolerance lebih besar dari 0,10
dan nilai VIF lebih kecil dari 10.
Jadi dapat diambil kesimpulan
bahwa variabel kemampuan dan
motivasi kerja tidak saling
berkorelasi
.
4.4.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas pada suatu
model dapat dilihat dari pola
gambar scatterplot model tersebut.
Tidak terdapat heteroskedastisitas
apabila:
1) penyebaran titik-titik data
sebaiknya tidak berpola,
2) titik-titik data menyebar di atas
dan dibawah atau disekitar angka 0,
3) titik-titik data tidak mengumpul
hanya di atas atau di bawah saja.
Berikut adalah hasil uji
heteroskedastisitas:
4.4.2 Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi
linier berganda yaitu untuk
mengetahui pengaruh motivasi kerja
dan kemampuan kerja terhadap
kinerja karyawan. Adapun bentuk
persamaan regresinya adalah sebagai
berikut :
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
40
Y = a + b1X1 + b2X2
Keterangan :
Y = Kinerja karyawan
a = Konstanta (intercept)
X1 = Kemampuan
X2 = Motivasi Kerja
b1 b2 = Koefisien regresi X1, X2
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics
23 diperoleh ringkasan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.13 Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -4,914 3,088 -1,591 ,115
Kemampuan ,851 ,092 ,656 9,286 ,000
Motivasi ,248 ,074 ,236 3,345 ,001
a. Dependent Variable: Kinerja
Sumber : Data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan
analisis regresi berganda maka
persamaan regresi linear berganda
adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2
Y = -4,914 + 0,851 X1+ 0,248 X2
atau
Kinerja (Y) = -4,914 + 0,851
(kemampuan X1) + 0,248 (motivasi
kerja X2)
Pada persamaan tersebut
ditunjukkan pengaruh variabel
independen (X) terhadap variabel
dependen (Y). Adapun arti dari
koefisien regresi tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Konstanta
Artinya apabila kemampuan dan
motivasi kerja diasumsikan tidak
ada maka kinerja karyawan akan
turun sebesar -4,914.
b. Koefisien regresi (b1) = 0,851
Artinya apabila kemampuan lebih
baik, maka akan terjadi kenaikan
kinerja karyawan sebesar 0,851
satuan, dengan asumsi variabel
lain tetap. Nilai b1 bertanda
positif, sehingga apabila motivasi
kerja lebih baik menyebabkan
meningkatnya kinerja karyawan
dan sebaliknya.
c. Koefisien regresi (b2) = 0,248
Artinya apabila kemampuan kerja
lebih baik, maka kinerja karyawan
akan meningkat sebesar 0,248
satuan dengan asumsi variabel
lain tetap. Nilai b2 bertanda
positif, sehingga apabila
kemampuan kerja lebih baik
menyebabkan meningkatnya
kinerja karyawan dan sebaliknya.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
41
4.4.3 Hasil Uji Hipotesis
4.4.3.1 Uji T
Pengujian ini digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh dari
variabel bebas (kemampuan, motivasi
kerja,), terhadap variabel terikat
(Kinerja karyawan) secara parsial atau
individual.
Langkah pengujiannya sebagai
berikut :
a. Menentukan hipotesis
H0 : bi = 0, artinya secara parsial tidak
ada pengaruh yang signifikan dari
variabel variabel independen (motivasi
kerja, Kemampuan kerja) terhadap
variabel terikat (kinerja karyawan)
H1 : bi ≠ 0, artinya secara parsial ada
pengaruh yang signifikan dari variabel
variabel independen (motivasi kerja,
Kemampuan kerja) terhadap variabel
terikat (kinerja karyawan)
b. Dengan menggunakan taraf
signifikan (α) = 0,05 dan df (degree of
freedom) = n – k – 1 (df = 100 – 2 – 1
= 97) diperoleh nilai ttabel sebesar 1,984
c. Kriteria pengujian, dilihat dari 2
sisi :
1) Dilihat dari nilai thitung
Jika thitung > ttabel atau -thitung < -ttabel
maka Ho ditolak dan Ha diterima,
artinya secara individual ada pengaruh
yang signifikan variabel bebas terhadap
variabel tidak bebas Jika thitung < ttabel
atau -thitung > -ttabel maka Ho diterima
dan Ha ditolak, artinya secara
individual tidak ada pengaruh yang
signifikan variabel bebas terhadap
variabel tidak bebas
2) Dilihat dari nilai taraf signifikasi
(α) = 0,05
Ho diterima dan Ha ditolak jika nilai
Sig (Probabilitas) > 0,05
Ho ditolak dan Ha diterima jika nilai
Sig (Probabilitas) < 0,05
Berdasarkan hasil pengujian IBM
SPSS Statistics 23 pada tabel 4.14 di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Tabel 4.14 Hasil Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -4,914 3,088 -1,591 ,115
Kemampuan ,851 ,092 ,656 9,286 ,000
Motivasi ,248 ,074 ,236 3,345 ,001
a. Dependent Variable: Kinerja
Sumber : Data diolah
a. Hipotesis pertama pada penelitian
ini adalah kemampuan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan. Berdasarkan hasil uji regresi
berganda pada tabel di atas diketahui
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
42
bahwa koefisien β capacity bernilai positif sebesar 0,851 dan
b. nilai thitung > ttabel yaitu sebesar thitung
9,286 > ttabel 1,984 dengan tingkat
signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini
berarti bahwa kemampuan berpengaruh
positif dan signifikan secara statistik
pada α 5% maupun dari thitung dan ttabel.
Dengan demikian hipotesis pertama
(H1) diterima.
c. Hipotesis kedua pada penelitian ini
adalah motivasi kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan. Berdasarkan hasil uji regresi
berganda pada tabel di atas diketahui
bahwa koefisien β capacity bernilai
positif sebesar 0,248 dan nilai thitung >
ttabel yaitu sebesar thitung 3,345 > ttabel
1,984 dengan tingkat signifikansi 0,001
< 0,05. Hal ini berarti bahwa motivasi
kerja berpengaruh positif dan
signifikan secara statistik pada α 5%
maupun dari thitung dan ttabel. Dengan
demikian hipotesis kedua (H2)
diterima.
4.4.3.2 Uji F
Uji F adalah uji simultan yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh
bersama-sama variabel independen
yaitu kemampuan dan motivasi kerja
apakah berpengaruh signifikan atau
tidak terhadap kinerja karyawan atau
variabel dependen. Dan berikut adakah
uji F yang menunjukkan besarnya uji F
(F hitung). Dalam output SPSS uji F
terletak pada tabel Anova.
Tabel 4.15 Hasil Uji F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 1811,557 2 905,779 88,986 ,000b
Residual 987,353 97 10,179
Total 2798,910 99
a. Dependent Variable: Kinerja
b. Predictors: (Constant), Motivasi, Kemampuan
Sumber : Data diolah
Adapun untuk melihat F tabel pada
df1 = 2 df2 = 97 diperoleh dari tabel
distribusi F sebesar 3,09 pada taraf
kepercayaan 95 % (Alpha = 5%). Hal
tersebut membuktikan bahwa Fhitung
(88,986) > dari Ftabel (3,09), sedangkan
signifikansi (0,000) < dari alpha pada
taraf kepercayaan 95 % (Alpha 5%).
Sehingga Ha yang berbunyi ada
pengaruh yang signifikan antara
kemampuan dan motivasi kerja
terhadap kinerja karyawan pada PT.
Expert Indonesia diterima.
Sedangkan Ho yang berbunyi tidak
ada pengaruh yang signifikan antara
kemampuan dan motivasi kerja
terhadap kinerja karyawan pada PT.
Expert Indonesia ditolak. Dengan
demikian maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis ketiga Ho ditolak dan
Ha diterima yang berarti terdapat
pengaruh yang signifikan dari
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
43
kemampuan dan motivasi kerja
terhadap kinerja karyawan pada PT.
Expert Indonesia tahun 2017
.
4.4.3.3 Uji Analisis Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2)
dilakukan untuk mengetahui
kemampuan (X1) dan motivasi kerja
(X2) terhadap kinerja karyawan (Y).
Nilai koefisien determinasi diantara 0
sampai 1, dimana semakin mendekati
angka 1 nilai koefisien determinasi
maka kemampuan (X1) dan motivasi
kerja (X2) terhadap kinerja karyawan
(Y) semakin kuat. Dan sebaliknya,
semakin mendekati angka 0 nilai
koefisien determinasi maka pengaruh
kemampuan individu (X1) dan motivasi
kerja (X2) terhadap kinerja karyawan
(Y) lemah.
Dalam model ini diketahui R
Square sebesar 0,647, bahwa
kemampuan (X1) dan motivasi kerja
(X2) secara bersama-sama
mempengaruhi peningkatan
produktivitas kerja sebesar 64,7%,
sedangkan sisanya sebesar sisanya
sebesar (100%-64,7% = 35,3%)
dipengaruhi oleh sebab-sebab
lainnya.Dalam penelitian ini koefisien
determinasinya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.16 Hasil Uji Analisis Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,805a ,647 ,640 3,19044
a. Predictors: (Constant), Motivasi, Kemampuan
b. Dependent Variable: Kinerja
Sumber : Data diolah
Dari hasil Uji Koefisien
Determinasi di atas, angka R Square
atau koefisien determinasi adalah
0,647. Nilai R Square berkisar antara 0
sampai dengan 1. Regresi linear
berganda sebaiknya menggunakan R
Square yang sudah disesuaikan atau
tertulis Adjusted R Square, karena
disesuaikan dengan jumlah variabel
independen yang digunakan.
Angka R Square adalah 0,647,
artinya 64,7% variabel terikat kinerja
karyawan (Y) dijelaskan oleh variabel
bebas yang terdiri dari kemampuan dan
motivasi kerja dan sisanya 35,3%
dijelaskan oleh variabel lain di luar
variabel yang digunakan. Jadi,
sebagian variabel terikat dijelaskan
oleh variabel-variabel bebas yang
digunakan dalam model.
Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa koefisien
determinasi pengaruh kemampuan
(X1), motivasi kerja (X2) terhadap
kinerja karyawan (Y) kuat, karena nilai
R Square mendekati angka 1. Artinya
kinerja karyawan dapat dijelaskan
kemampuan dan motivasi kerja sebesar
64,7%. Sedangkan sisanya 35,3%
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
44
dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data
diatas uji parsial untuk kemampuan
diperoleh nilai thitung (9,286) > ttabel
(1,984) sehingga hipotesis nol (Ho)
ditolak dan hipotesis alternatif (Ha)
diterima. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan dapat
meningkatkan tingkat kinerja karyawan
di PT. Expert Indonesia. Kemampuan
kerja dan penempatan kerja karyawan
yang sesuai dengan bidang keilmuan
dan keahlian yang dimiliki karyawan
akan mendorong kinerja karyawan
secara baik. Sedangkan hasil uji parsial
motiva kerja thitung (3,345) > ttabel
(1,984) sehingga hipotesis nol (Ho)
ditolak dan hipotesis alternatif (Ha)
diterima. Dengan ditolaknya Ha berarti
motivasi kerja berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan di PT.
Expert Indonesia.
Berdasarkan uji serempak (uji
F) diperoleh nilai Fhitung sebesar 88,986
lebih besar dari nilai Ftabel (3,09)
sehingga keputusannya menolak Ho
dan menerima Ha. Hal ini berarti
secara serempak variabel independen
(kemampuan dan motivasi kerja)
mempengaruhi kinerja karyawan.
Dalam fungsi operasional
manajemen kemampuan merupakan
fungsi pengembangan, karena dalam
fungsi ini pengembangan kemampuan
karyawan sangat diperhatikan.
Kemampuan pada dasarnya sangat
berpengaruh terhadap mutu atau bobot
hasil kerja yang dicapai oleh seorang
karyawan. Hal ini dapat dimengerti
karena dalam kemampuan kerja
terdapat berbagai potensi kecakapan,
keterampilan, serta potensi yang lain
yang mendukung yang tercermin dalam
kondisi fisik dan psikis. Dengan
demikian konsep kemampuan kerja
mengandung pengertian kekuatan yang
ada dalam diri seseorang untuk
melakukan pekerjaan.
Kemampuan kerja sangat
menentukan kinerja karyawan dalam
sebuah perusahaan atau organisasi
tersebut. Keberhasilan dan kecakapan
pelaksanaan pekerjaan dalam suatu
organisasi sangat bergantung pada
kinerja karyawannya. Sehingga
kemampuan merupakan hal penting
bagi seorang karyawan untuk dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
Sebagaimana menurut pernyataan
Soeroto (2007) untuk meningkatkan
kemampuan kerja karyawan ada tiga
komponen yang meliputi : pertama,
upaya mengembangkan dan
memelihara pertumbuhan rohani dan
jasmani serta usaha menjaga kesehatan.
Jika seseorang memiliki pertumbuhan
fisik dan psikis yang kuat maka ia akan
memiliki potensi dan peluang yang
besar untuk ditumbuhkan dan
dikembangkan kemampuan kerjanya.
Kedua upaya bukan hanya terbatas
pada kemampuan ratio dan fisik untuk
memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi dalam jangka pendek, akan
tetap mencakup ketahanan, keuletan
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
45
fisik dan mental dalam mengatasi
berbagai kesulitan dan tekanan dalam
pekerjaan sehingga selesai dan
mencapai hasil. Dan ketiga, upaya agar
seseorang setelah memiliki
kemampuan adalah mempekerjakannya
untuk membuat agar setiap organisasi
yang memiliki kemampuan
dimanfaatkan untuk memberikan
kesejahteraan kepada masyarakat.
Kondisi diatas menimbulkan
permasalahan bagi pimpinan untuk
memberikan motivasi dan peningkatan
kemampuan karyawan agar dapat
melaksanakan pekerjaan secara
maksimal. Demikian pula perlu
menciptakan suatu kondisi yang dapat
memberikan kepuasan kebutuhan
karyawan, mengingat bahwa motivasi
dan kemampuan dimaksud belum
optimal dalam mencapai kinerja yang
diharapkan.
Begitu juga halnya dengan
motivasi kerja. Motivasi merupakan
suatu bentuk kesediaan untuk berusaha
keras mencapai tujuan organisasi
dengan memperhatikan usaha
memuaskan beberapa kebutuhan, serta
upaya untuk memperbaiki dan
membentuk pengetahuan, sikap dan
perilaku karyawan sehingga karyawan
tersebut secara sukarela berusaha
bekerja secara kooperatif dengan para
karyawan lainnya untuk meningkatkan
kinerjanya. Sesuai dengan Nawawi
(2003), motivasi merupakan dorongan
atau kehendak yang menyebabkan
seseorang bertindak atau berbuat
sesuatu. Lebih lanjut Martoyo (2007)
menyebutkan bahwa motivasi kerja
adalah sesuatu yang menimbulkan
dorongan atau semangat kerja atau
dengan kata lain pendorong semangat
kerja.
Tujuan dari motivasi adalah
bentuk pengendalian diri karyawan
dalam suatu perusahaan guna mencapai
tujuan yang diinginkan. Dengan kata
lain, kebutuhan manusia itu sifatnya
relatif atau tidak tetap dan sangat
tergantung pada keadaan, ruang dan
waktu, begitu juga pegawai
kebutuhannya berbeda-beda dan tidak
mutlak selamanya, terpenuhinya
kebutuhan yang satu, muncul tuntutan
pemenuhan kebutuhan yang lain
demikian seterusnya. Meskipun
demikian, tidak tertutup kemungkinan
adanya usaha yang mencatat kebutuhan
yang beraneka ragam tersebut dalam
kelompok-kelompok kebutuhan yang
sifatnya umum berlaku pada manusia
atau pegawai pada umumnya. Dari
hasil penelitian ini, semakin baik
tingkat motivasi karyawan maka
kinerja karyawan akan mengalami
peningkatan.
Dengan demikian kedua faktor
dalam penelitian ini yaitu kemampuan
dan motivasi kerja merupakan
komponen dari kepuasan yang ingin
dirasakan oleh karyawan khususnya di
PT. Expert Indonesia sehingga dapat
mendukung tercapainya kinerja.
Seorang karyawan akan memiliki
kinerja yang baik, jika memiliki
keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan,
sasaran, dorongan dan insentif yang
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
46
didukung dengan kemampuan kerja
yang baik. Sehingga dengan
meningkatkan kemampuan karyawan
serta memotivasi dan dapat
meningkatkan kinerja karyawan di PT.
Expert Indonesia agar mampu
mempertahankan perusahan dan tetap
eksis pada era persaingan yang ketat
saat ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang telah dilakukan yaitu
mengenai pengaruh kemampuan dan
motivasi kerja terhadap tingkat kinerja
karyawan di PT. Expert Indonesia
1. Kemampuan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap tingkat kinerja
karyawan di PT. Expert Indonesia
2. Motivasi kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap tingkat kinerja
karyawan di PT. Expert Indonesia
3. Kemampuan dan motivasi kerja
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat kinerja karyawan di
PT. Expert Indonesia
5.2 Saran-saran
Saran yang dapat diberikan
sehubungan dengan hasil penelitian
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan seorang karyawan
hendaknya disesuaikan sesuai dengan
bidangnya, penempatan pekerjaan
sesuai dengan keahliannya, adakan
pelatihan terutama untuk pekerja
bagian teknis, mempunyai sertifikat
keahlian untuk memperlancar
mendapatkan proyek.
2. Motivasi kerja karyawan
hendaknya lebih ditekankan dalam
menyelesaikan pekerjaan, adanya
bonus setiap tahun, memberikan bonus
kepada pekerja yang kinerja bagus dan
loyal terhadap perusahaan.
3. Tingkat kinerja karyawan PT.
Expert Indonesia harus sering adakan
rapat atau diskusi antara pihak
manajemen dan lapangan untuk
memahami situasi lapangan dan
keadaan di bagian manajemen.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Prabu Mangkunegara,
Manajemen Sumber Daya
Manusia Perusahaan, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Bungin, M Burhan. Metodologi
Penelitian Kuantitatif. Jakata:
Kencana Prenada Media Group,
2005
Cokroaminoto. Membangun Kinerja
Melalui Motivasi Kerja
Karyawan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2007.
Eko Sujianto, Agus. Aplikasi Statistik
dengan SPSS 16.0. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2009.
Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen
Sumber Daya Manusia, Edisi ke-
9. Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2007.
Kountur, Ronny. Metode Penelitian
Untuk Penulisan Skripsi dan
Tesis. Jakarta: PPM, 2007.
Raharjo, Sahid. Cara Melakukan
Analisis Regresi Multiples
dengan SPSS, artikel diakses
pada 8 Februari 2014 dari
http://www.spssindonesia.com/20
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
47
14/02/analisis-regresi-multipes-
dengan-spss.html
Riani, Asri Laksmi. Manajemen
Sumber Daya Manusia Masa
Kini. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013.
Rivai, Veitzal. Manajemen Sumber
daya Manusia. Jakarta: Rajawali Pers,
2009.
Robbins, Stephen P. dan Timothy A.
Judge, Perilaku Organisasi,
Jilid I dan II Terjemahan, Edisi
16, Jakarta Selatan: Penerbit
Salemba Empat, 2015.
Rochaety, Ety, dkk. Metodologi
Penelitian Bisnis Dengan
Aplikasi SPSS. Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2007.
Sugiyono, Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R& D.
Bandung: Alfabeta, 2011
Suhendra dan Murdiyah hayati.
Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006.
Wibowo. Perilaku Dalam Organisasi.
Jakarta: Rajawali Pers, 2013
Winardi, J. Motivasi & Pemotivasian
Dalam Manajemen. Jakarta: PT
Raja Grafindo
Persada, 2001.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
48
PENGARUH PROMOSI PENJUALAN TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN PRODUK MIE SEDAAP PADA
PT. PRAKARSA ALAM SEGAR
Muratin
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tribuana
Email:[email protected]
ABSTRACT
This study aims to determine whether there is Influence of Sales Promotion
Against Decision Purchase of Sedaap Mie Products At PT. The Fresh Natural
Initiative. The population in this study is the community directly encountered by
researchers who willingly take the time to fill questionnaires amounted to 110 people.
Random sampling using random sampling method is 100 people.
Methods of data analysis using correlation techniques with the formula
Peorson Product Momant and Cromback Alpha, and linear regression with the help of
the program SPSS Version 17
The results showed that sales promotion as a free variable affect the
purchase decision as a dependent variable, the influence of free variable sales
promotion to the dependent variable purchase decision of 9%. While the remaining
91% influenced by other factors.
Keywords: Sales Promotion, Purchase Decision
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat Pengaruh Promosi
Penjualan Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Sedaap Pada PT.
Prakarsa Alam Segar. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang ditemui
langsung oleh peneliti yang dengan rela meluangkan waktunya untuk mengisi
kuesioner berjumlah 110 orang. Pengambilan sampel secara acak dengan metode
random sampling sebanyak 100 orang.
Metode analisis data menggunakan teknik korelasi dengan rumus Peorson
Product Momant dan Cromback Alpha, dan regresi linier dengan bantuan program
SPSS Versi 17
Hasil penelitian menunjukan bahwa promosi penjualan sebagai variable bebas
berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebagai variable terikat, pengaruh variable
bebas promosi penjualan terhadap variable terikat keputusan pembelian sebesar 9%.
Sedangkan sisanya 91% dipengaruhi oleh factor lain.
Kata Kunci: Promosi Penjualan, Keputusan Pembelian
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Di era modern seperti sekarang
ini persaingan di dunia usaha semakin
tajam terutama persaingan antara
perusahaan yang menghasilkan
produk yang sama atau sejenis dalam
merebut pasar. Indonesia merupakan
negara yang memiliki jumlah
penduduk yang sangat besar. Hal ini
tentunya memberikan manfaat dan
keuntungan yang besar bagi produsen
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
49
untuk menawarkan produknya,
terutama produsen yang bergerak di
bidang consumer goods. Semakin
besar jumlah penduduk maka semakin
besar pula jumlah konsumen dan
semakin luas pasar yang dapat
dijangkau. Perkembangan teknologi
dan persaingan yang ketat di era
modern saat ini membuat permintaan
konsumen yang semakin beragam.
Dampak dari hal tersebut tentunya
memberikan peluang bagi perusahaan
untuk dapat memproduksi atau
memasarkan produk yang sesuai
dengan kebutuhan konsumen yang
semakin beragam dan selektif
tersebut. Dampak ini tentunya sudah
dirasakan diberbagai bidang usaha
salah satunya makanan siap saji. Di
Indonesia, makanan siap saji seperti
mie instan, sudah menjadi kebutuhan
yang cukup penting. Mie instan
menjadi pilihan utama masyarakat
Indonesia sebagai pengganti nasi di
berbagai kalangan karena
kepraktisannya.
Melihat kondisi yang demikian
maka hal ini mendorong PT. Tirta
Alam Segar dengan merek dagang
Mie Sedaap berlomba lomba untuk
mendapatkan nilai atau value terbaik
serta top of mind di masyarakat
dengan promosi penjualan mie sedaap
yang diproduksi. Saat ini, PT. Tirta
Alam Segar dengan merek dagang
Mie Sedaap melakukan promosi-
promosi penjualan dipasar yang luas,
dengan kualitas produk yang
ditentukan oleh kemampuan
perusahaan untuk mengindentifikasi
mengenai kebutuhan dan keinginan
konsumen yang heterogen. Untuk
mencapai semua itu perusahaan
menjalankan kegiatan promosi
penjualan yang benar-benar bisa
menarik konsumen, memulai dari
pemenuhan kebutuhan masyarakat,
kemudian bertumbuh menjadi
keinginan masyarakat dan berakhir
masyarakat memutuskan untuk
membeli. Proses tersebut tidak lepas
dari inovasi dan kreatifitas tiada henti
memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen “costumer focus”.
Dengan promosi yang tepat,
suatu perusahaan dapat juga
mempertahankan dan membangun
kesan yang baik serta kesetiaan
(loyalitas) konsumen akan tertarik
dengan produk yang dihasilkannya. Di
samping itu, promosi memegang
peranan sangat penting bagi
perusahaan maupun konsumen, karena
promosi tidak hanya dapat
mempengaruhi atau mendorong
konsumen untuk memutuskan
pembelian tetapi dapat juga
menguntungkan perusahaan. Menurut
Freddy Rangkuti (2002:1), Kegiatan
promosi, bagi banyak perusahaan,
merupakan kegiatan investasi yang
sangat kritis melalui kegiatan
pemasaran. Tanpa promosi maka
konsumen akan sulit untuk
mengetahui produk yang dijual oleh
perusahaan. Strategi pelaksanaan
promosi merupakan langkah-langkah
yang secara berurutan dari awal
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
50
sampai akhir dalam proses
mempromosikan suatu produk, yaitu
melalui periklanan yang kemudian
diikuti dengan kegiatan promosi
lainnya, diantaranya personal selling,
promosi penjualan, dan publisitas.
Jadi promosi merupakan suatu hal
yang sangat penting bagi perusahaan
untuk menginformasikan dan
menonjolkan keistimewaan-
keistimewaan produk dan membujuk
konsumen untuk membeli produknya.
Melalui kegiatan promosi dengan
periklanan, penjualan perorangan,
promosi penjualan dan publisitas
maka konsumen akan memutuskan
pembelian.
Berbagai aspek digunakan oleh
Mie Sedaap dengan menawarkan
produk agar perhatian konsumen
terbiasa dengan rasa dari merek mie
yang ada, kemudian diperkuat dengan
nama Mie Sedaap. Namun Kondisi
persaingan saat ini yang terjadi pada
produk mie instan, adalah
keanekaragaman produk mie instan
yang ada yang dapat mendorong
konsumen untuk melakukan
pembelian. Konsumen dalam
pengambilan keputusan saat
menentukan pembelian sebuah produk
mie instan dengan melalui proses
identifikasi dikarenakan banyaknya
merek mie instan dan berbagai rasa
yang dapat menjadi suatu alat
pembeda dan dapat juga menjadi
kriteria utama dalam proses
pengambilan keputusan pembelian
konsumen.
Berdasarkan latar belakang
tersebut maka peneliti tertarik untuk
meneliti Pengaruh Promosi Penjualan
Terhadap keputusan pembelian
konsumen Mie Sedap pada
PT.Prakarsa Alam Segar.
1.2. Pembatasan Masalah
Bertolak dari latar belakang
masalah yang diuraikan diatas,
menunjukan bahwa permasalahan
yang berhubungan dengan promosi
dan peningkatan volume penjualan
sangat luas, rumit dan kompleks
sehingga perlu dilakukan pembatasan
agar penelitian tersebut tidak melebar.
Penelitian ini dibatasi hanya meneliti
variabel promosi penjualan yang
diduga berpengaruh langsung maupun
tidak langsung terhadap keputusan
pembelian konsumen Mie Sedaap
pada PT.Prakarsa Alam Segar.
1.3. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah
tersebut di atas, maka masalah yang
akan dikaji dan dianalisis dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut: Apakah promosi penjualan
berpengaruh terhadap keputusan
pembelian konsumen Mie Sedaap
pada PT.Prakarsa Alam Segar ?.
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah promosi penjualan
berpengaruh terhadap keputusan
pembelian konsumen Mie Sedaap
pada PT.Prakarsa Alam Segar?.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
51
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat
1. Bagi manajemen PT. Prakarsa
Alam Segar, untuk menentukan
promosi penjualan dengan langkah-
langkah yang tepat dalam upaya
meningkatkan keputusan pembelian
konsumen.
2. Bagi lingkungan akademisi untuk
menambah pengetahuan tentang
promosi penjualan dalam upaya
meningkatkan keputusan pembelian
konsumen.
3. Bagi peneliti, dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman agar
kelak bisa menjadi pengusaha.
4. Bagi masyarakat khususnya
masyarakat Indonesia yang
mengkonsumsi produk dari PT.
Prakarsa Alam Segar, harus juga
diperhatikan kualitasnya sehingga
produk yang dibeli bisa bermanfaat
bagi kesehatan tubuh. Dapat
bermanfaat sebagai bahan kajian
maupun bahan pembanding
penelitian pada masa yang akan
datang terhadap masalah serupa.
LANDASAN TEORI
2.1.1 Promosi Penjualan
Menurut Basu Swastha D. dan
Irawan (2001 : 345-349), promosi
pada hakikatnya adalah suatu bentuk
komunikasi pemasaran yang bertujuan
mendorong permintaan, yang
dimaksud komunikasi pemasaran
adalah aktivitas pemasaran yang
berusaha menyebarkan informasi,
mempengaruhi dan mengingatkan
pasar sasaran atas perusahaan dan
produknya agar bersedia menerima,
membeli, dan loyal pada produk atau
jasa yang ditawarkan perusahaan yang
bersang. Freddy Rangkuti (2009:1),
menyatakan bahwa promosi
merupakan kegiatan yang paling
penting untuk meningkatkan revenue.
Tanpa kegiatan promosi, perusahaan
tidak dapat memperoleh pelanggan
sesuai yang diharapkan. Dengan
demikian sangat dibutuhkan banyak
pengeluaran untuk kegiatan promosi.
Sedangkan Kasmir dan Jakfar
(2012:59), menyatakan bahwa
Promosi merupakan sarana yang
paling ampuh untuk menarik dan
mempertahankan konsumen. Dengan
adanya promosi maka konsumen akan
mengenal produk atau jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan. Setelah
konsumen mengenal produk atau jasa
yang ditawarkan maka mereka akan
senantiasa membeli dan menggunakan
produk dan jasa perusahaan tersebut.
Philip Kotler dan Gary Armstrong
(2008:63), mengatakan bahwa
Promosi berarti aktivitas yang
menyampaikan manfaat produk dan
membujuk pelanggan membelinya.
Rambat Lupiyoadi (2001:108),
menambahkan bahwa promosi
merupakan salah satu variabel dalam
bauran pemasaran yang sangat penting
dilaksanakan oleh perusahaan dalam
memasarkan produk jasa. Kegiatan
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
52
promosi bukan saja berfungsi sebagai
alat komunikasi antara peerusahaan
dengan konsumen, melainkan juga
sebagai alat untuk mempengaruhi
konsumen dalam kegiatan pembelian
atau penggunaan jasa sesuai dengan
keinginan dan kebutuhannya.
Berdasarkan pendapat dan
pernyataan para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa promosi adalah
usaha-usaha yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mempengaruhi
konsumen agar membeli produk dan
jasa yang dihasilkan atau untuk
menyampaikan berita tentang produk
dan jasa tersebut dengan jalan
mengadakan komunikasi dengan para
pendengar atau audience yang
sifatnya membujuk.
2.1.1.2 Promosi penjualan
Kotler (2009:205), promosi
penjualan merupakan unsur kunci
dalam kampanye pemasaran. Promosi
penjulan terdiri dari kumpulan alat-
alat insentif yang beragam, sebagian
besar berjangka pendek, dirancang
untuk mendorong pembelian suatu
produk atau jasa tertentu secara lebih
cepat atau lebih besar oleh konsumen
atau pedagang. Sedangkan menurut
Purnama (2009:23), promosi
penjualan merupakan insentif jangka
pendek dalam aktifitas promosi untuk
merangsang pembelian suatu produk
dengan cara yang bervariasi, seperti
pameran dagang, insentif penjualan,
kupon dan sebagainya.
Dari defenisi diatas dapat
disimpulkan bahwa promosi penjulan
memberikan manfaat langsung kepada
konsumen pada saat mereka
melakukan pembelian. Promosi
penjulan dapat berupa memberikan
diskon/potongan harga, kupon, konter,
undian, harga premi dan sebagainya.
Kotler (2009:206), penjual
menggunakan promosi tipe insentif
untuk menarik orang-orang baru untuk
mencoba, memberi imbalan kepada
pelanggan setia, dan untuk menaikan
tingkat pembelian ulang orang yang
sesekali menggunakan. Promosi
penjualan sering menarik orang-orang
yang beralih merek, yang terutama
mencari harga murah, nilai yang baik
atau hadiah. Promosi penjualan tidak
akan mengubah mereka menjadi
pembeli yang setia.
Purnama, (2009:25), sebagai
unsur kunci dalam pemasaran,
penggunaan promosi penjualan
memiliki manfaat yang berbeda dari
unsur promosi lainya. Promosi
penjualan memberikan tiga manfaat
yang berbeda dari alat promosi lainya
yaitu :
1. Komunikasi.
Promosi penjualan menarik
perhatian dan biasanya
memberikan informasi yang dapat
mengarahkan konsumen pada
produk yang bersangkutan.
2. Insentif.
Promosi penjualan menggabungkan
sejumlah kebebasan, dorongan atau
kontribusi yang memberikan nilai
bagi konsumen.
3. Ajakan.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
53
Promosi penjualan merupakan
ajakan untuk melakukan transaksi
pembelian sekarang Menurut
Tjiptono (2008:18), promosi
penjualan yang dilakukan oleh
penjual dapat dikelompokan
berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai yaitu :
1. Costumer promotion. Promosi
penjualan yang bertujuan
merangsang atau mendorong
pelanggan untuk membeli.
2. Trade promotion.
Yaitu promosi penjualan yang
bertujuan untuk mendorong
pengecer, grosir, eksportir dan
importir untuk
memperdagangkan barang dari
sponsor.
3. Sales force promotion. 4.
Business promotion.
Promosi penjulan yang bertujuan
untuk memperoleh pelanggan
baru, mempertahankan kontak
dengan pelanggan,
memperkenalkan produk baru,
menjual lebih banyak pada
pelanggan lama dan membidik
pelanggan.
2.1.1.3 Tujuan Promosi Penjualan
Sedangkan menurut Kotler
(2009:206), tujuan promosi penjualan
yaitu:
1. Mendorong konsumen untuk
mencoba suatu produk.
2. Mendorong pembelian dalam unit
yang lebih besar.
3. Mempererat hubungan jangka
panjang.
4. Menarik konsumen yang sering
berganti merek.
5. Menghargai pelanggan yang setia.
6. Menaikan tingkat pembelian ulang.
7. Mengubah pangsa pasar secara
permanen.
Kotler (2009:207),
menambahkan bahwa tujuan dari
promosi penjualan dikelompokan pada
tiga tingkatan yaitu:
a. Tujuan terhadap konsumen
1. Mendorong pembelian unit-unit
yang berukuran lebih besar.
2. Menciptakan pengujian produk
di antara non-pemakai.
3. Menarik orang yang beralih
merek dari pesaing.
b. Tujuan terhadap pengecer. 1.
Membujuk pengecer menjual jenis
produk baru dan mempunyai
tingkat persediaan yang lebih
tinggi.
2. Mendorong pembelian diluar
musim.
3. Mendorong penyediaan produk-
produk terkait.
4. Mengimbangi produk pesaing.
5. Membangun kesetiaan merek.
6. Memperoleh pintu masuk
kegerai-gerai eceran baru.
c. Tujuan terhadap tenaga penjualan.
1. Mendorong dukungan terhadap
produk atau model baru.
2. Mendorong pencarian calon
pelanggan yang lebih banyak.
3. Merangsang penjulan diluar
musim.
Promosi penjualan tidak lepas
dari alat-alat promosi penjualan,
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
54
sehingga alat-alat promosi penjualan
ini sangat penting dalam promosi
penjualan, setiap alat memiliki
manfaat berbeda, sehingga pemasar
harus jeli dalam menggunakan alat-
alat ini, agar sesuai dengan strategi
dan target yang ingin di capai. Berikut
adalah alat-alat promosi konsumen
utama yaitu :
1. Sampel, tawaran sejumlah produk
atau jasa gratis yang dikirimkan
dari rumah ke rumah, dikirim
melalui pos, diambil di toko,
disertakan pada produk lain, atau
ditampilkan dalam tawaran iklan.
2. Kupon, sertifikat yang memberi hak
pada pemegangnya atau potongan
harga yang telah ditetapkan pada
produk tertentu : dikirimkan lewat
pos, dimasukan dalam produk lain
atau dilampirkan, atau disisipkan
dalam iklan majalah atau koran.
3. Tawaran uang kembali (rabat),
memberikan pengurangan harga
setelah pembelian, bukan pada saat
di toko eceran : konsumen
mengrimkan kupon pembelian
yang telah ditetapkan kepada
produsen yang mengembalian
sebagian dari harga beli melalui
pos.
4. Paket harga (transaksi potongan
harga), menawarkan pada
konsumen penghematan dari harga
biasa suatu produk, yang
dikurangkan pada label atau
kemasan.
5. Premiun (hadiah pemberian),
barang yang ditawarkan dengan
harga yang reelatif rendah atau
gratis untuk insentif jika membeli
barang tertentu.
6. Program frekwensi, program yang
memberikan imbalan yang terkait
dengan frekwensi dan intensitas
konsumen membeli poduk atau jasa
perusahaan tersebut.
7. Hadiah (kontes, undian,
permaianan), hadiah adalah
tawaran kesempatan memenangkan
barang tertentu, kontes adalah
konsumen memberikan masukan
untuk dipelajari sekelompok juri
untuk memilih masukan yang
terbaik. Permainan adalah
memberikan sesuatu kepada
konsumen seperti nomor hilang
yang membantu mereka
menemukan hadiah.
8. Imbalan berlangganan, nilai dalam
bentuk tunai atau bentuk lain yang
sebanding dengan loyalitas
berlangganan penjualan atau
sekelompok penjual tertentu.
9. Pengujian gratis, mengundang para
pembeli menguji-coba produk
tanpa biaya dan tanpa harapan
mereka membeli.
10. Garansi produk, janji eksplisit dan
implisit penjual bahwa produk
tersebut akan berjalan sebagaimana
telah ditentukan.
11. Promosi bersama, dua atau lebih
merek atau perusahaan bergabung
dalam bentuk kontes, kupon,
pengembalian uang dan
sebagainya.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
55
12. Promosi silang, mengiklankan satu
merek untuk mengiklankan merek
lain yang tidak berhubungan.
13. Pajangan dan peragaan ditempat
pembelian, yang berlangsung
ditempat-tempat penjualan dan
pembelian.
Promosi penjulan ynag
bertujuan memotivasi tenaga
penjual. Promosi penjualan
merupakan suatu aktivitas dan atau
materi yang dalam aplikasinya
menggunakan teknik di bawah
pengendalian penjual atau produsen
yang dapat mengkomunikasikan
informasi persuasif yang menarik
tentang produk yang ditawarkan oleh
penjual tau produsen, baik secara
langsung maupun melalui pihak yang
dapat mempengaruhi keputusan
pembelian (Machfoedz, 2010:31).
Pendapat dari Blattberg dan Neslin
mengenai promosi penjualan
merupakan orientasi tindakan dari
perusahaan yang tujuannya
diharapkan berdampak langsung
terhadap perilaku tindakan konsumen
untuk membeli produk atau jasa yang
perusahaan tawarkan dalam jangka
pendek (Hermawan, 2012:129).
Pengertian lain mengenai
promosi penjualan merupakan
aktivitas pemasaran yang
mengusulkan nilai tambah dari suatu
produk untuk mendapatkan lebih dari
sekedar yang ada dari nilai produk
dalam jangka waktu tertentu untuk
mendorong pembelian konsumen,
efektiviitas penjualan, dan mendorong
upaya yang dilakukan oleh tenaga
penjualan. Promosi penjualan
berangkat dari premis bahwa setiap
merek atau jasa memiliki nilai dan
harga tertentu, dimana promosi
penjualan dipercaya mampu
mengubah nilai harga yang telah
diterima tersebut dengan menaikan
nilai atau menurunkan harga
(Hermawan, 2012:129). Promosi
penjualan mengacu pada setiap
insentif yang digunakan oleh
perusahaan untuk merangsang
transaksi (pedagang besar dan ritel)
atau konsumen untuk membelinya
suatu merek serta mendorong tenaga
penjualan secara agresif menjualnya.
Para pengecer juga menggunakan
insentif promosi penjualan untuk
mendorong perilaku yang diinginkan
dari para konsumen, dimana promosi
penjualan lebih berorientasi pada
jangka pendek yang dapat
mempengaruhi perilaku. Kemudian
arti insentif adalah nilai tambah atau
manfaat dasar yang diberikan oleh
merek dan untuk sementara dapat
mengubah harga atau nilai yang
dirasakan (Shimp, 2004:111).
Hal serupa mengenai promosi
penjualan terdiri dari insentif jangka
pendek untuk mendorong pembelian
atau penjualan sebuah produk atau
jasa, jadi dapat ditarik kesimpulan
bahwa insentif dalam promosi
penjualan mampu memberikan
dorongan bagi konsumen untuk
membeli dan mengunjungi sebuah
perusahaan ritel untuk membeli suatu
produk (Kotler dan Armstrong,
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
56
2008:204). Hal ini sependapat
mengenai promosi penjualan adalah
segala bentuk penawaran dalam
bentuk insentif jangka pendek yang
ditujukan kepada pembeli, pengecer
dan pedagang grosir dan dirancang
untuk memperoleh respon spesifik dan
segera dari insentif yang diberikan
perusahaan yang menguntungkan bagi
pihak pembeli, pengecer dan
pedangan grosir (Tjiptono, 2012:367).
Promosi penjualan merupakan bahan
inti dalam pemasaran yang terdiri dari
koleksi alat insentif, dimana sebagian
besar berjangka pendek yang
dirancang untuk menstimulasi
pembelian yang lebih cepat atau lebih
besar atas produk atau jasa tertentu
yang ditawarkan perusahaan kepada
konsumen (Kotler dan Keller,
2008:219).
Dari beberapa pengertian
yang di utarakan para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa promosi penjualan
tidak lepas dari insentif jangka pendek
berupa sampel, kupon, rabat, kemasan
harga, hadiah, garanasi, dan lainnya
karena konsumen dan pelanggan dapat
dirangsang atau dipersuasi melalui
nilai tambah dari suatu produk untuk
menperoleh lebih dari sekedar nilai
produk yang ada dalam jangka waktu
tertentu untuk mendorong pembelian
konsumen, oleh karena itu perusahaan
perlu secara cermat memilih insentif
jangka pendek yang mana paling
efektif untuk mempengaruhi perilaku
konsumen agar membeli produk,
mendorong percobaan produk,
mendorong pembelian ulang,
membangun arus pengunjung, dan
memperbesar tingkat pembelian.
2.1.1.4 Peran Promosi Penjualan
Menurut Elliot, et all
peran promosi pejualan bagi
perusahaan terdiri
dari 8 peran. Berikut uraian peran
promosi penjualan (Hermawan,
2012:130):
a. Mendorong konsumen untuk
melakukan pembelian pertama kali.
b. Mendorong konsumen membeli
produk berikutnya, meski baru
pertama
kali berkunjung.
c. Memberikan alasan bagi konsumen
untuk tetap loyal terhadap merek
dengan pembelian ulang.
d. Mengingatkan konsumen tentang
keuntungan produk yang ditawarkan
meskipun promosi sedang tidak
dilakukan (terutama ketika produk
pesaing sedang ditawarkan).
e. Memperbaiki reputasi merek
(sebagai dukungan terhadap
periklanan
yang sedang berjalan).
f. Mendorong pengecer untuk tetap
memiliki persediaan stok barang.
g. Mendorong pengecer untuk
membeli lebih dari pesanan
regulernya.
h. Membujuk pengecer agar
memberikan khusus bagi barang yang
ditawarkan.
2.1.1.5 Kondisi Promosi Penjualan
Menurut Blattberg dan Neslin,
dalam Hermawan, (2012:130):
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
57
berbagai faktor yang turut
berkontribusi untuk membuat promosi
penjualan menjadi penting adalah
a. Konsumen telah menerima bahwa
promosi penjualan merupakan bagian
dari kriteria pengambilan keputusan
pembelian. Melalui promosi
penjualan yang ditawarkan,
konsumen berkesempatan untuk
mendapat lebih dari apa yang
mereka pikirkan mengenai nilai
barang. Sebagai contoh, pemberian
sampel produk memungkinkan
konsumen mencoba produk tanpa
membelinya. Lebih dari itu, banyak
orang yang menjadi penentu dalam
pengambilan keputusan konsumen
memerkukan dorongan tertentu
untuk mengambil keputusan.
Promosi penjualan paling tidak
memberikan kesempatan kepada
konsumen untuk menjadi konsumen
yang aktif.
b. Promosi penjualan telah menjadi
bagian integral dari proses pembelian
dan konsumen mengharapkannya.
Perkembangan promosi penjualan
telah didorong oleh bisnis, terutama
bisnis besar. Para manager puncak
dan manager produk memiliki peran
langsung dalam mendorong
pertumbuhan promosi penjualan.
Tujuan dan keinginan manager
produk telah menjadi pendorong
utama agar produknya cepat terjual.
Manager produk ditantang untuk
memberikan perbedaan produknya
sehingga mampu bersaing di antara
begitu banyak pilihan merek dan
produk yang menawarkan kepuasan
yang sama bagi pelanggan. Dimana
promosi penjualan menjadi solusi
atas kebimbangan konsumen
membeli produk. Promosi penjulan
dapat memberikan penjualan segera
yang diinginkan oleh pimpinan
perusahaan yang berfokus
meningkatkan perputaran penjualan
dalam waktu singkat.
c. Teknologi baru khususnya komputer
, telah memungkinakan para
manager promosi penjualan
menganalisis efektivitas promosi
penjualan yang mereka terapkan dari
hasil data penjualan terukur dengan
segera. Sebagai contoh, peralatan
scaner barcode di toko eceran
mampu membuat penjualan
mendapatkan hasil segera dari
promosi. Peringkat penjualan untuk
pemberian kupon atau gambaran
menyangkut volume penjualan dapat
dideteksi dalam satu hari.
d. Pertumbuhan kekuatan dan jumlah
jaringan pengecer yang luar biasa,
telah memacu penggunaan promosi
penjualan. Pihak perusahaan dalam
hal ii mengandalkan kekuatan
saluran distribusinya. Dengan
konsolidasi, pengecer telah
mendapatkan akses informasi yang
luar biasa. Sebagai contoh,
penggunaan komputer dan barcode
pada kemasan merupakan
pergerakan kemajuan pelayanan
terhadap pembeli. Standarisasi
penggunaan software akan
membantu pengecer melengkapi dan
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
58
meningkatkan penjualan di suatu
wilayah. Promosi penjualan
merupakan perangkat yang efektif
dan mampu memuaskan permintaan
program promosi penjualan
memberikan kontribusi bagi marjin
keuntungan perusahaan. Pengecer
juga memperoleh keuntungan
karena promosi penjualan dapat
pengatasi kendala penjualan.
2.1.2.Keputusan Pembelian
2.1.2.1 Pengertian Keputusan
Pembelian
Menurut pernyataan Sutisna
dalam Dewi, (2013:2) keputusan
pembelian adalah pengambilan
keputusan oleh konsumen untuk
melakukan pembelian suatu produk
diawali oleh adanya kesadaran atas
pemenuhan kebutuhan dan keinginan.
Setelah konsumen menyadari
kebutuhan dan keinginan tersebut maka
konsumen akan melakukan tindak
lanjut untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan tersebut. Sedangkan
pendapat (Tjiptono dan
Chandra,2012:127) mengenai
keputusan pembelian dikelompokan
berdasarkan tipe konsumen (konsumen
akhir dan konsumen bisnis). Bagi
konsumen akhir keputusan pembelian
terdiri dari tiga macam: pemecahan
masalah ekstensif, pemecahan masalah
terbatas, dan perilaku respon rutin.
Setiap pemasar wajb memahami
situasi–situasi yang mempengaruhi
pembelian produk atau jasa yang
ditawarkan dan cara –cara terbaik
melayani para konsumenn dimana
situasi– situasi tersebut muncul atau
berlangsung. Situasi pembelian
merupakan situasi yang mempengaruhi
pemilihan produk, selain itu konsumen
memiliki keterbatasan waktu. Menurut
(Morissan, 2010:85). Defisini
mengenai keputusan pembelian adalah
ketika konsumen dan pelanggan
mengumpulkan informasi yang
berkenaan dengan berbagai alternative
produk dan menggunakan informasi itu
untuk memilih produk atau merek yang
sesuai standar dan kebutuhan mereka.
Pemasar harus memahami bagaimana
konsumen membuat sebuah keputusan
pembelian, dimana mereka lebih suka
membeli produk yang dipengaruhi oleh
stimulus pemasaran di lokasi penjualan
karena akan menimbulkan dorongan
konsumen dan pelanggan terhadap
keputusan pembelian.
Dengan demikian maka dapat
disimpulkan bahwaa situasi pembelian
merupakan situasi yang mempengaruhi
pemilihan produk, selain itu konsumen
memiliki keterbatasan waktu.
Sumarwan, (2003: 310) menyatakan
bahwa keputusan pembelian mengenai
apa yang dibeli, apakah membeli atau
tidak, kapan membeli, diman membeli,
dan bagaimana cara pembayaranya.
Sedangkan Setiadi, (2003: 415),
keputusan pembelian konsumen adalah
proses yang mengkombinasikan
pengetahuan untuk mengevaluasi dua
atau lebih perilaku alternatif dan
memilih salah satu diantaranya.
Supranto, (2007:13), Proses keputusan
konsumen merupakan intervensi antara
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
59
strategi pasar. Artinya strategi
pemasaran perusahaan ditentukan oleh
interaksi dengan proses keputusan
konsumen. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan konsumen
untuk membeli atau tidak membeli,
meliputi faktor eksternal dan internal.
Sutisna, (2003:11) menambahkan
bahwa untuk memahami pembuatan
keputusan konsumen, terlebih dahulu
harus dipahami sifat-sifat keterlibatan
konsumen dengan produk atau jasa.
Maka untuk memahami tingkat
keterlibatan kosumen terhadap produk
atau jasa berarti pemasar berusaha
mengidentifikasi hal-hal yang
menyebabkan seseorang merasa
terlibat atau tidak dalam pembelian
suatu produk atau jasa. Tingkat
keterlibatan konsumen dalam
pembelian dipengaruhi stimulus
(rangsangan). Oleh karena itu, bisa
dikatakan bahwa ada konsumen yang
mempunyai keterlibatan tinggi dalam
pembelian suatu produk atau jasa, dan
ada juga konsumen yang mempunyai
keterlibatan yang rendah atas
pembelian suatu barang atau jasa.
Untuk itu Pemasar harus mampu
mengidentifikasikan hal-hal yang
menyebabkan seseorang merasa
terlibat atau tidak terhadap suatu
produk. Ada konsumen yang terlibat
tinggi (high involvement) dalam
pembelian suatu produk, dan ada juga
yang mempunyai keterlibatan yang
rendah (low involvement) atas
pembelian suatu produk. Pengambilan
keputusan berbeda-beda, tergantung
jenis keputusan pembelian. Henry
Assae dalam Kotler, (2005:221)
menbedakan empat jenis perilaku
pembelian konsumen berdasarkan
tingkat keterlibatan pembeli dan
tingkat pembedaan antar merk, yaitu
1. Perilaku pembelian yang rumit
Perilaku ini terdiri dari proses tiga
langkah. Pertama pembelian
mengembangkan keyakinan tentang
produk tertentu. Kedua
membangun sikap tentang produk
tersebut. Dan ketiga membuat
pembelian yang cermat. Pembelian
yang rumit ini sering terjadi bila
mahal, jarang dibeli, dan beresiko.
2. Perilaku pembelian pengurang
ketidaknyamanan
Konsumen banyak terlibat dalam
pembelian namun sedikit
perbedaan merk. Dalam hal ini
konsumen menemukan perbedaan
kecil, keputusan yang diambil
semata-mata berdasarkan harga dan
kenyamanan.
3. Perilaku pembelian karena
kebiasaan
Banyak produk dibeli pada kondisi
rendahnya keterlibatan konsumen
dan tidak adanya perbedaan antar
merek yang signifikan. Konsumen
memiliki keterlibatan yang rendah
dalam pembelian sebagaian produk
yang murah dan sering dibeli.
4. Perilaku pembelian yang mencari
variasi
Peralihan merk terjadi karena
variasi dan bukanya kerena
ketidakpuasan terhadap produk
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
60
tersebut. Pemimpin pasar akan
mendorong perilaku pembelian
karena kebiasaan dengan cara
mendominasikan ruang penjualan,
menghindari kekurangan penjualan,
dan sering mensponsori iklan untuk
mengingatkan konsumen.
Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa keputusan
pembelian merupakan kegiatan
pemecahan masalah yang dilakukan
individu dalam pemilihan alternatif
perilaku yang sesuai dari dua alternatif
perilaku atau lebih dan dianggap
sebagai tindakan yang paling tepat
dalam membeli dengan terlebih
dahulu melalui tahapan proses
pengambilan keputusan.
2.1.2 Tahap-Tahap Proses
Pengambilan Keputusan
Upaya memahami perilaku
pelanggan yang berkaitan dengan
produk disebut pemetaan sistem
konsumsi pelanggan, siklus kegiatan
pelanggan, atau skenario pelanggan.
Proses pembelian yang spesifik terdiri
terdiri dari urutan kejadian berikut :
pengenalan masalah, pencarian
informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian, dan perilaku
pasca pembelian. Proses ini dijelaskan
pada gambar berikut (Setiadi : 2010):
Terdapat beberapa tahap-
tahap proses dalam melakukan
keputusan pembelian yang akan
diuraikan di bawah ini. Berikut uraian
mengenai keputusan pembelian:
1. Pengenalan Masalah
Tahap pertama dalam proses
pengambilan konsumen dimulai
saat pembeli mengenali sebuah
masalah atau kebutuhan dari
pelanggan dan konsumen, dimana
kebutuhan itu dapat diputuskan
oleh rangsangan internal dan
eksternal. Dengan mengumpulkan
informasi dari sejumlah konsumen
pemasar dapat mengidentifikasikan
rangsangan yang paling sering
membangkitkan minat akan suatu
kategori produk, sehingga pemasar
dapat mengembangkan strategi
pemasaran yang memicu minat
konsumen.Pengenalan masalah
terjadi karena adanya perbedaan
antara kondisi atau situasi ideal
yang diinginkan konsumen dengan
kondisi atau situasi yang
sesungguhnya
2. Pencarian Informasi
Tahap kedua dalam proses
keputusan pembelian oleh
konsumen adalah pencarian
maslaah. Ketika konsumen melihat
adanya masalah atau kebutuhan
yang hanya dapat dipuaskan
melalui pembelian suatu produk,
maka mereka mulai mencari
informasi yang dibutuhkan untuk
membuat keputusan pembelian.
Upaya pencarian tahap awal sering
kali berupa upaya untuk menggali
informasi yang ada dalam ingatan
yaitu mengingat pengalaman masa
lalu atau pengetahuan yang sudah
dimilikinya. Proses ini disebut
dengan pencarian internal.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
61
Konsumen membeli suatu produk
secara berulang ulang, maka
informasi yang sudah tersimpan di
otak sudah cukup untuk
menghasilkan keputusan
pembelian. Situasi pencarian
informasi yang lebih ringan
dinamakan perhatian yang
menguat. Pada tingkat ini
seseorang hanya menjadi lebih
peka terhadap informasi tentang
produk.
3. Evaluasi Alternatif
Pada tahap ini konsumen
membandingkan berbagai merek
produk yang diharapkan dapat
mengatasi masalah yang dihadapi
dan memuaskan kebutuhan atau
motif yang mengawali proses
keputusan pembelian tersebut.
Berbagai merek yang berhasil
diidentifikasi sebagai pilihan
pembelian untuk dipertimbangkan
lebih lanjut dalam proses evaluasi
alternatif disebut perangkat pilihan
konsumen yang merupakan bagian
dari keseluruhan merek yang
diketahui konsumen. Dalam hal ini
konsumen mengurangi jumlah
merek yang akan dievaluasi pada
tingkat atau jumlah yang dapat
dikelolanya. Jumlah merek yang
akan dievaluasi ini bergantung pada
kemampuan masing – masing
individu dan juga tingkat
kepentingan pembelian serta waktu
dan tenaga yang digunakan
konsumen selama proses eveluasi.
4. Keputusan Pembelian
Pada tahap ini konsumen harus
berhenti mencari dan berhenti
melakukan eveluasi untuk
membuat keputusan pembelian.
Sebagai hasil dari kegiatan evaluasi
alternatif, konsumen mulai
mengarah pada niat atau keinginan
untuk membeli dengan
kecenderungan untuk membeli
merek tertentu. Keinginan membeli
secara umum didasari pada upaya
mencocokan motif pembelian
dengan atribut atau karakteristik
merek yang tengah
dipertimbangkan dengan
melibatkan aspek psikologis,
seperti motivasi, persepsi, sikap ,
dan integrasi. Keputusan pembelian
adalah tahap selanjutnya setelah
niat atau keinginan membeli.
Ketika konsumen memilih untuk
membeli suatu merek, ia masih
harus harus melaksanakan
keputusan dan melakukan
pembelian.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Proses keputusan konsumen tidak
berakhir saat produk dibeli,
malainkan berlanjut hingga periode
pasca pembelian. Pemasar harus
memantau epuasan pasca
pembelian, tindakan pasca
pembelian, dan pemakaian produk
pasca pembelian. Apa yang
menentukan pembeli akan sangat
puas, agak puas, atau tidak puas
terhadap pembelian? Keputusan
pembelian merupakan fungsi dari
seberapa dekat harapan pembeli
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
62
atas seuatu produk dengan kinerja
yang dirasakanpembeli atas produk
tersebut. Setelah menggunakan
produk atau jasa , konsumen
membandingkan tingkat kinerja
suatu produk dengan harapan yang
dimiliki terhadap produk
bersangkutan. Kepuasan terjadi
ketika harapan konsumen dapat
dipenuhi oleh produk bersangkutan
atau bahkan melebihi, sedangkan
ketidakpuasan terjadi ketika kinerja
produk berada dibawah harapan.
Menurut Sutisna dan Sunyoto
(2013:86), ada tiga hal penting dari
memahami model keputusan
pembelian konsumen yaitu sebagai
berikut:
1. Dengan adanya model, pandangan
terhadap perilaku konsumen bisa
dilihat dalam perspektif yang
terintegrasi
2. Model keputusan pembelian
konsumen dapat dijadikan dasar
untuk pengembangan strategi
pemasaran yang efektif
3. Model keputusan pembelian
konsumen dapat dijadikan dasar untuk
segmentasi dan positioning.
2.2. Kerangka Pemikiran
Berikut adalah gambaran yang
berupa kerangka pemikiran untuk
mewujudkan arah dari pemecahan dan
penganalisisan masalah yang dihadapi
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar : 2.1 Kerangka pemikiran
Keterangan:
Variabel dependen : Keputusan
Pembelian (Y)
Variabel independen : promosi
penjualan (X)
Variabel dependen akan dipengaruhi
oleh variable independen antara lain;
promosi penjualan (X) yang
merupakan bagian dari kegiatan
pemasaran yang mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen yaitu
keputusan pembelian (Y). Untuk lebih
jelasnya dapat diuraikan secara
singkat mengenai kerangka pemikiran
tersebut. Setelah perusahaan
menyelesaikan proses produksinya
tentunya perusahaan akan
menghasilkan produk jadi yang siap
dipasarkan, maka perusahaan
menentukan metode agar produk
tersebut dapat dikenal oleh konsumen
dan siap dipasarkan.
Perusahaan melakukan
kegiatan promosi penjualan untuk
menyalurkan produknya kepada
konsumen guna meningkatkan volume
penjualan. Sehingga penentuaan
promosi penjualan dapat membantu
perusahaan dalam keputusan
Promosi Penjualan (X)
Keputusan Pembelian
(Y)
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
63
pembelian berkedudukan sebagai
variabel dependen
2.3 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan
sementara dari rumusan masalah
penelitian yang belum dibuktikan
kebenarannya (Soeratno Arsyad, 2000
:22). Hipotesis dalam penelitian ini
berupa pernyataan dan pengujian yang
dilakukan untuk mengetahui terdapat
pengaruh antara promosi penjualan
terhadap keputusan pembelian.
METODOLOGI
PENELITIAN
Desain penelitian adalah
semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan
penelitian (Nazir, 1999:99). Untuk
dapat melakukan sebuah penelitian,
maka seorang peneliti harus
menentukan metode yang dipakai,
sehingga akan mempermudah langkah-
langkah penelitian. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kuantitatif. Disini
penulis menggunakan metode
penelitian deskriptif kuantitatif karena
untuk mengetahui pengaruh antar
variabel yang diteliti sehingga
menghasilkan kesimpulan yang akan
memperjelas gambaran mengenai
objek yang diteliti. Dalam penelitian
ini yang menjadi objek penelitian
adalah pengaruh promosi penjualan
terhadap Terhadap Peningkatan
Volume Penjualan Mie Sedap Pada PT.
Prakarsa Alam Segar.
3.4 POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dalam penelitian ini
adalah konsumen yang pernah membeli
mie instant merek Mie Sedaap yang
berdomisili di daerah sekitar wilayah
pemukiman penduduk, tempat agen,
pasar bekasi utara ,bekasi barat dan
bekasi selatan berjumlah 110 orang.
Penentuan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode purposive
sampling. Adapun sampel dalam
penelitian ini adalah konsumen yang
membeli Mie Sedaap di wilayah kota
Bekasi, Jumlah sampel dalam
penelitian ini 100 responden.
3.7 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel
dalam penelitian ini diuraikan menjadi
indikator empiris (IE) yang meliputi:
1. Promosi penjualan (X) variable
bebas (independen) dengan indikator :
minat konsumen, Menyajikan
iklan, media cetak dan elektronik,
demonstrasi langsung, sales
promosi, trade promotion, force
promotion, inovasi,
2. Peningkatan volume penjualan (Y)
variable terikat (dependen) dengan
indikator:
Harga, kualitas produk, saluran
distribusi.
3.8 Pengukuran variable
Pengukuran variable dalam
penelitian ini menggunakan teknik
skala likert. yang setiap item atau butir-
butir pertanyaanya memuat pilihan
yang berjenjang, dalam penelitian ini
diberikan skala 1 - 5. Skala terendah
adalah 1 mempunyai arti yang sangat
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
64
tidak setuju dan yang paling tinggi
adalah sangat setuju.
HASIL ANALISIS DAN
PEMBAHASAN
Uji Analisis statistik deskriptif
digunakan untuk mengetahui
gambaran, mengenai variable yang
diteliti melalui rata-rata (mean), nilai
maximum, nilai minimum, standar
deviasi, variance dan range.
Table 4.6
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
PROMOSI 100 11.00 32.00 43.00 38.7300 2.01437 4.058
KEPUTUSAN 100 11.00 28.00 39.00 33.8400 1.97315 3.893
Valid N (listwise) 100
Sumber : Data Primer diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat
diambil kesimpulan bahwa jumlah
responden yang ditemui langsung di
lapangan adalah 100 orang. Dari 100
responden yang mengisi angket
Promosi penjualan (X) memiliki nilai
minimum sebesar 32.00 dan nilai
maximum sebesar 43.00 dengan nilai
rata-rata total jawaban 38.7300 dan
standar deviasi 2.01437. Pada variabel
keputusan pembelian (Y) memiliki
nilai minimum sebesar 28.00 dan nilai
maximum sebesar 39.00 dengan nilai
rata-rata total jawaban 33.8400 dan
nilai standar deviasi 1.97315.
4.4.2 Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan
untuk mengetahui distribusi data
dalam variabel yang digunakan
dalam penelitian yaitu data yang
memiliki distribusi normal. Uji
normalitas adalah suatu uji yang
dilakukan untuk mengetahui sebuah
model regresi yaitu variabel dependen
keputusan pembelian dan variabel
independen promosi penjualan
keduanya mempunyai distribusi
normal atau mendekati normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Berikut
adalah hasil pengolahan data uji
normalitas dengan menggunakan alat
bantu program SPSS versi 17:
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
65
Tabel 4.11
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PROMOSI KEPUTUSAN
N 100 100
Normal Parametersa,,b Mean 38.7300 33.8400
Std. Deviation 2.01437 1.97315
Most Extreme Differences Absolute .203 .162
Positive .114 .118
Negative -.203 -.162
Kolmogorov-Smirnov Z 2.033 1.623
Asymp. Sig. (2-tailed) .001 .010
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Data primer yang telah diolah (2016)
Dari tabel 4.11 dapat diketahui
bahwa nilai signifikansi (Asymp.Sig
2-tailed) sebesar 0,010. Karena nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05
(0,010.> 0,05), maka nilai residual
tersebut adalah normal.
Normalitas dapat dideteksi
dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal dari grafik. Jika
data (titik) menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal maka tidak menunjukan pola
distribusi normal yang
mengindikasikan bahwa model regresi
tidak memenuhi asumsi normalitas.
(Ghozali,2001:110) Pada gambar 4.1.
menunjukan adanya persebaran data
(titik) pada sumbu diagonal yang
mendekati garis diagonal.
Berdasarkan pedoman uji normalitas
mengatakan bahwa jika penyebaran
data (titik) mengikuti atau mendekati
garis normal maka suatu penelitian
dapat dikatakan normal. Jika asumsi
ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak normal. Untuk
mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan melihat normal probablity plot
yang membandingkan distribusi
normal.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
66
Gambar: 4.1 Grafik normal P-P plot
Dengan melihat grafik normal P-P
plot pada gambar 4.1 diatas, maka
terlihat jelas bahwa titik-titik
menyebar disekitar garis diagonal,
serta penyebarannya mengikuti arah
garis diagonal. Hal tersebut
menunjukkan bahwa model regresi
layak dipakai karena memenuhi
asumsi normalitas.
Untuk meyakinkan bahwa
penelitian ini menunjukan adanya
normalitas, maka dilakukan pengujian
dengan menggunakan pengujian
histrogram. Dapat di lihat pada
gambar 4.2 sebagai berikut: Hasil Uji
Normalitas Normal histrogram of
Regression Standardized:
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
67
Pada gambar 4.2 histrogram
juga menunjukan adanya normalitas
dalam penelitian ini. melihat hal
tersebut maka dapat disimpulkan
penelitian ini memenuhi uji
normalitas.
4.5 Uji Asumsi Klasik
4.5.1 Uji Heteroskedassitas
Uji Heteroskedassitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi terdapat persamaan atau
perbedaan varian yang dapat dilihat
dari grafik plot. Deteksi ada atau
tidaknya heteroskedassitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESIS da ZPRED, residual (Y
prediksi- Y sesungguhnya) yang telah
di -studenttized
Jika plot membentuk pola
tertentu (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit) maka
mengindikasikan telah terjadi
heteroskedassitas. Jika plot tidak
membentuk pola tertentu, seperti titik-
titik menyebar di atas dan bawah angka
0 pada sumbu Y maka
mengindikasikan telah terjadi
homokedastisitas. Model regresi yang
baik adalah plot yang mengindikasikan
homokedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedassitas. (Ghozali,2001:105).
Hasil Uji Heteroskedassitas pada
penelitian ini dapat dilihat pada gambar
4.3 sebagai berikut
:
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedassitas
Pada gamar 4.3. menunjukan tidak
terjadi pola tertentu yang teratur
seperti bergelombang, melebar, dll.
Sesuai dengan pedoman uji
heteroskedassitas, maka dalam
penelitian ini tidak terjadi
heteroskedassitas atau disebut
homokedastisitas. Hal ini dibuktikan
dengan grafik plot diatas yang tidak
membentuk pola tertentu yang teratur
sehingga penelitian ini layak
dilakukan pengujian lebih lanjut.
4.5.2 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas
digunakan untuk mengetahui apakah
ada hubungan atau korelasi diantara
variabel independen. Dalam penelitian
ini uji multikolinearitas digunakan
untuk menguji apakah ada korelasi
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
68
atau hubungan antara promosi
penjualan terhadap keputusan
pembelian. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi pada
variabel independen. Jika variabel
independen berkorelasi, maka variabel
ini tidak orthogonal, variabel
orthogonal, adalah variabel
independen yang mamiliki nilai
korelasi sama dengan nol.
Multikolinearitas dapat dilihat dari
nilai toleran dan lawannya VIF. Nilai
cut off yang umum dipakai untuk
menunjukan adanya nilai
multikolinearitas adalah nilai toleran <
0,10 atau sama dengan VIF > 10
(Ghozali, 2001:91)
Tabel 4.12
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 30.207 3.820 7.908 .000
PROMOSI .094 .098 .096 .952 .343 1.000 1.000
a. Dependent Variable: KEPUTUSAN
Sumber: Data Primer yang diolah 2017
Pada tabel 4.12 terlihat nilai
tolerance untuk tiap variabel sebesar
1.000 sedangkan nilai VIF untuk
masing-masing 1.000. Berdasarkan
pedoman terhadap uji multikolinieritas
nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10
maka terlihat bahwa tidak terjadi
korelasi variabel promosi penjualan
atau tidak terjadi multikolinieritas
dalam model regresi ini.
4.6 Uji Regresi Linieritas Sederhana
Uji regresi linier sederhana
digunakan untuk mengetahui
pengaruh atau promosi penjualan
terhadap keputusan pembelian pada
produk mie sedaap.
Berikut adalah hasil
pengolahan data uji regresi linier
sederhana dengan menggunakan
program SPSS versi 17:
Hasil pengujian pengaruh
variabel promosi penjualan terhadap
keputusan pembelian dengan
menggunakan rumus uji regresi
sederhana
Y= a + bX disajikan dalam
table sebagai berikut:
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
69
Tabel 4.13
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 30.207 3.820 7.908 .000
PROMOSI .094 .098 .096 .952 .343
a. Dependent Variable: KEPUTUSAN
Dari tabel diatas diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut;
Y = 30.207+0,094
Berdasarkan tabel 4.13
tersebut diatas terdapat nilai
1. Konstanta sebesar 0,30.207
menunjukkan bahwa jika variabel
independen promosi penjualan
dalam keadaan konstan (tetap)
maka keputusan pembelian sebesar
1% maka nilai (Y) keputusan
pembelian sebesar 0,30.207%,
semakin baik perusahaan
melakukan promosi penjualan
maka akan semakin baik terhadap
konsumen dalam keputusan
pembelian
2. Koefisien regresi variabel promosi
penjualan (X) sebesar 0,094 berarti
akan mengalami peningkatan
sebesar 0,094%
4.7 Uji Hipotesis
4.7.1 Uji t (T – test)
Uji t digunakan untuk menguji
apakah variabel independen (variable
bebas) berengaruh terahadap variabel
dependen (variable terikat). Pada
penelitian hipotesis 1 dan hipotesis 2
diuji dengan menggunakan uji t. pada
uji t dilakukan dengan cara
berdasarkan nilai probabilitas. Jika
nilai signifikan lebih kecil dari 0,05
atau 5% maka hipotesis yang diajukan
diterima atau dikatakan signifikan.
Sedangkan jika nilai signifikan lebih
besar dari 0,05 atau 5% maka
hipotesis yang diajukan ditolak atau
dikatakan tidak signifikan. Hasil uji t
pada penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 4.14 berikut ini.
Tabel 4. 14
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 30.207 3.820 7.908 .000
PROMOSI .094 .098 .096 .952 .343
a. Dependent Variable: KEPUTUSAN
Berdasarkan tabel 4.14
Hasil uji t (hipotesis) yang
ditunjukkan pada tabel 4.17, promosi
penjualan mempunyai tingkat
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
70
signifikasi sebesar 0.343 dan nilai t
hitung sebesar 0,952 > ttabel sebesar
0,05. Hal ini berarti Ha di tolak
sehingga dapat dikatakan bahwa
promosi penjualan berpengaruh
signifikan terhadap keputusan
pembelian, hal ini dibuktikan bahwa
ttabel lebih besar dari thitung
(0.952>0,05) dan nilai thitung > ttabel ( 0,
7.908 > 0,05).
4.7.2 Uji F (F – test)
Uji F digunakan untuk menguji
pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara bersama–sama.
Untuk mendapatkan informasi tentang
adanya pengaruh secara menyeluruh
dari variabel bebas terhadap variabel
terikat dengan jalan membandingkan F
hitung dengan F tabel. Jika nilai
signifikan lebih kecil dari 0,05 maka
Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang
signifikan dari variabel bebas
(independen) terhadap variabel terikat
(dependen). Sedangkan jika nilai
signifikan lebih besar dari 0,05 maka
Ho diterima, artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel
dependen. Hasil uji F pada penelitian
ini dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut
ini.
Tabel 4.16
Hasil Uji Statistik
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.534 1 3.534 .907 .343a
Residual 381.906 98 3.897
Total 385.440 99
a. Predictors: (Constant), PROMOSI
b. Dependent Variable: KEPUTUSAN
Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat
bahwa hasil uji F menunjukan bahwa
nilai F hitung sebesar 0,907 dari nilai
taraf signifikansi 0,343 lebih besar
dari 0,05 (dalam hal ini taraf
signifikasi sebesar 5%). Dengan
demikian maka dapat disimpulkan
bahwa alternatif hipotesis (Hα) yang
berbunyi “Terdapat pengaruh promosi
penjualan terhadap keputusan
pembelian.
4.7.3 Hasil Uji Koefisien
Determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah
kadar kontribusi variabel bebas
terhadap variabel terikat (r2, R2).
Koefisien determinasi dilambangkan
dengan nilai r2. Misalkan nilai r2 =
96%, maka nilai variabel dependen
yang dapat diterangkan oleh variabel
independen adalah sebesar 96%
sedangkan 4% sisanya diterangkan
oleh galat (error) atau pengaruh
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
71
variabel lain. Hasil uji koefisien
determinasi dapat dilihat pada kolom
adjusted R square, yang ditampilkan
pada tabel berikut:
Tabel 4.17
Hasil Uji Analisis Regresi Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .096a .009 .000 1.97408 .009 .907 1 98 .343 1.837
a. Predictors: (Constant), PROMOSI
b. Dependent Variable: KEPUTUSAN
Berdasarkan tabel diatas dapat
dilihat bahwa nilai koefisien R2 (R
Square) yang dihasilkan oleh variabel
independen sebesar 0,009. Hal ini
menunjukan bahwa presentase
pengaruh variable bebas promosi
penjualan terhadap variable terikat
keputusan pembelian sebesar 9%.
Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dimasukan
dalam model penelitian ini.
Standar error of the estimate
adalah suatu ukuran banyaknya
kesalahan model regresi dalam
memprediksi nilai Y. dari hasil regresi
diatas dapat nilai 1.97408, hal ini
berarti keputusan pembelian yaitu
1.97408. Dengan ketentuan satuan
yang dipakai adalah variabel
dependen laba perusahaan. Semakin
kecil nilai SEE akan membuat model
regresi semakin tepat dalam
memprediksi variabel dependen.
4.6 Pembahasan
Pengaruh promosi penjualan
terhadap keputusan pembelian.
Berdasarkan analisa data dapat
diketahui bahwa hasil penelitian
terdapat pengaruh promosi penjualan
terhadap keputusan pembelian. Hasil
Uji linearitas pengaruh promosi
penjualan terhadap keputusan
pembelian terdapat nilai signifikansi
sebesar 0.343. lebih besar dari 0,05
maka terdapat hubungan linier. Hasil
Uji t bahwa promosi penjualan
mempunyai tingkat signifikasi sebesar
0.343 dan nilai t hitung sebesar 0,952 >
ttabel sebesar 0,05. Hal ini berarti Ha di
tolak sehingga dapat dikatakan bahwa
promosi penjualan berpengaruh
signifikan terhadap keputusan
pembelian, hal ini dibuktikan bahwa
ttabel lebih besar dari thitung
(0.952>0,05) dan nilai thitung > ttabel ( 0,
7.908 > 0,05). Hasil Uji f terdapat nilai
Fhitung sebesar 0,907 dari nilai taraf
signifikansi 0,343 lebih besar dari 0,05
(0,343>0,05) dengan demikian maka
terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara promosi penjualan
terhadap keputusan pembelian.
Promosi merupakan salah satu bentuk
khusus komunikasi untuk memenuhi
fungsi pemasaran. Promosi penjualan
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
72
akan membawa dan mengarahkan
konsumen untuk membeli produk mie
sedaap yang telah dirancang oleh
produsen. Promosi penjualan yang baik
akan mampu menarik perhatian
konsumen agar tertarik untuk membeli
produk, serta mampu memberikan
respon pembeli yang kuat. Pada
umumnya sebelum konsumen
melakukan keputusan pembelian
konsumen biasanya mengumpulkan
informasi melalui sumber-sumber
informasi seperti Koran, majalah,
browsing, radio, tevisi, dari mulut ke
mulut dan sumber informasi lainnya.
Informasi tersebut digunakan untuk
menentukan pilihan akhir atau
keputusan beli konsumen. Dari 100
konsumen mie sedaap yang menjadi
responden dalam penelitian ini
sebanyak 58 konsumen (58%) menilai
bahwa kegiatan promosi penjualan
yang dilakukan perusahaan baik dan 8
konsumen (8%) menilai sangat baik.
Dalam penelitian ini di temukan bahwa
ada pengaruh positif kegiatan promosi
penjualan terhadap keputusan
pembelian produk mie sedaap. Hal ini
menunjukan bahwa promosi penjualan
yang dilakukan perusahaan untuk
memperkenalkan produknya kepada
konsumen mampu menarik perhatian
masyarakat dan memberikan respon
konsumen berupa keputusan
pembelian. Artinya promosi penjualan
yang dilakukan perusahaan dalam
memasarkan produk mie sedaap dapat
menarik perhatian masyarakat dan
mampu menciptakan keputusan
pembelian.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan
pembahsan tentang pengaruh promosi
penjualan terhadap keputusan
pembelian produk mie sedaap pada
PT. Prakarsa Alam Segar yang
beralamat di Jalan Raya Kaliabang
Bungur RT. 001 RW. 001 Kelurahan
Pejuang, Kecamatan Medan Satria
Kota Bekasi Jawa Barat dapat
disimpulkan bahwa Promosi
penjualan yang dilakukan perusahaan
menimbulkan daya tarik konsumen,
kualitas penyampaian pesan dan
kualitas penayangan iklan
berpengaruh positif terhadap
keputusan pembelian produk mie
sedaap. Presentase pengaruh variable
bebas promosi penjualan terhadap
variable terikat keputusan pembelian
sebesar 9%. Sedangkan sisanya 91%
dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak termasuk dalam penelitian ini
5.2 Saran
Menimbang bahwa sehubungan
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti terdapat pengaruh
promosi penjualan terhadap keputusan
pembelian sebesar 9% maka seyogyanya
promosi penjualan mie sedaap PT.
Prakarsa Alam Segar lebih
ditingkatkan terutama dilingkungan
anak-anak kos, lingkungan pabrik dan
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
73
para usaha kecil baik diperkotaan
maupun di daerah-daerah yang masih
sulit dijangkau agar tetap menarik
perhatian konsumen sehingga
konsumen akan mengkonsumsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Cooper,Emony, 2006:214). Analyzing
the Effects of Sales Promotion
and Advertising on Consumer’s
Purchase Behavior. University
of Engineering and
Technology, Rajshahi 6204,
Bangladesh
Ferdinand, Agusty, 2006. Metodologi
Penelitian Manajemen. Semarang :
CV Indoprint
Fandy Tjiptono. 2008. Strategi
Pemasaran (3thed). Yogyakarta :
ANDI
Freddy Rangkuti. (2009). Mengukur
Efektivitas Program Promosi &
Analisis Kasus Menggunakan
SPSS. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Ghozali, 2011. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Programn
SPSS. Edisi Keempat.
Semarang: Penerbit Universitas
Diponegoro.
Gujarati, Ghozali, Imam. 2011.
Analisis Multivariate Lanjutan
Dengan SPSS. Edisi
I.Semarang: BP UNDIP
Hermawan, 2012. Pengaruh Faktor
Internal Konsumen dan Kinerja
Bauran Pemasaran Terhadap
Keputusan Pembelian Produk
Teh Dalam Kemasan Oleh
Konsumen Rumah Tangga di
Jawa Barat, Tesis Magister
Manajemen Universitas
Pajajaran
Indriantoro, Nur dan Bambang
Supomo. 2002. Metodologi
Penelitian Bisnis: Edisi
Pertama. Yogyakarta; BPFE-
Yogyakarta.
Indriantoro dan Supomo, 2008:7).
Indriantoro, Nur, dkk. 2007.
Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntan Manajemen,
edisi pertama, Yogyakarta.
BPFE.
Kasmir dan Jakfar, 2012, Faktor-
Faktor Yang Memotivasi
Konsumen Dalam Melakukan
Pembelian Indomie Pada
Masyarakat Kelurahan
Sumbersari Kecamatan
Lowokwaru Kodya Malang,
Tesis Magister Manajemen
Universitas Brawijaya Malang
Morissan, 2010. “Periklanan dan
Komunikasi Pemasaran
Terpadu”. Jakarta : Ramdina
Prakarsa
Philip Kotler dan Gary Armstrong
(2008:63), Kotler Philip &
Amstrong 2008, Prinsip-
Prinsip Pemasaran jilid 1
Jakarta Erlangga.
Rambat Lupiyoadi (2001:108), ukses
Wings Menggempur Pasar,
Artikel SWA 07/XX/I, 14 April
2004
Kinner dalam Umar (2004) It’s
Customer Loyalty
Stupid:Nuturing and Measuring
What Really Matters”, National
Productivity Review, Summer.
Kotler (2009:205), Kotler, Philip and
Kevin Lane Keller 2008.
Marketing Management, twelth
edition, New Jersey; Pearson
Education, Inc
Purnama (2009:23 Analisa Tingkat
Kepuasan Konsumen Terhadap
Mi Instan (Studi Kasus Mi Instan
“Indomie pada mahasiswa di
Kota Malang, Tesis Magister
Manajemen Universitas airlangga
Rangkuti Freddy, 2009, Strategi
Promosi Yang Kreatif, edisi
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
74
pertama, cetakan pertama.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Tjiptono Fandy. 2008. Prinsip &
Dinamika Pemasaran. Edisi
Pertama. J & J Learning,
Yogyakarta.
Tjiptono dan Chandra,2012, prinsip
prinsip total quality service,edisi
kedua, penerbit andi, yogyakarta.
Machfoedz, 2010:31). Pemasaran
Strategi. Jilid 1-2 (Edisi Terjemahan).
Jakarta : Erlangga.
Djarwanto. 1995. Statistik Non
Parametrik. Bandung. Alumni
Malhotra, Naresh K. 2010. Riset
Pemasaran Edisi Keempat Jilid2.
Terjemahan Oleh Soleh Rusyadi
Maryam. Jakarta : Pt. Indeks
Nazir Mohammad., 1999, Metode
Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Singgih Santoso 2011. Buku Latihan
SPSS Statistik Parametrik, Elex
Media Komputindo, Jakarta,
2006
Setiadi, Nugroho. 2008,. Perilaku
Konsumen Konsep dan Implikasi
untuk Strategi dan Penelitian
Pemasaran. Jakarta : Kencana
Prenada Group
Shimp T. A, 2004,. Periklanan
Promosi: Aspek Tambahan
Komunikasi Pemasaran
Terpadu. (5 ed., Vol 2). Jakarta:
Erlangga.
Shimp, Terence A. 2000. Periklanan
Promosi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sumarwan, Ujang. 2006 ,. Perilaku
Konsumen. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian
Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta.
Sutisna dalam Dewi, 2013. Perilaku
Konsumen dan Komunikasi
Pemasaran. Bandung : PT.
Remaja Rodaskaya.
Sutisna dan Sunyoto 2013, Pemasaran
Perilaku Konsumen Dan
Komunikasi, Bandung :
PT.Remaja ROSDAKARY
Swastha, Basu dan T Hani Handoko,
2010. Manajemen Pemasaran :
Analisa Perilaku Konsumen.
Yogyakarta ; UGM.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
75
PENGARUH KENAIKAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP) TERHADAP
TINGKAT PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
DI KOTA BEKASI.
Edison Hamid
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tribuana
Email: [email protected]
ABSTRACK
The results of research indicate that one of the taxes that constitute state
revenue is the Land and Building Tax (PBB) imposed on those who benefit from the
earth and the building of natural wealth fiber contained therein. The basis for the
imposition of the United Nations for every earth and building in general based on the
Value of the Object of Tax (NJOP) where NJOP is an indication of the sale value of
land and buildings owned by the taxpayer. The effect of the NJOP Increase on the
Land and Building Tax rate is dependent on the area and the selling value / m2 of the
land and the building itself. Each year the increase in NJOP of a region increases due
to rapid development, population growth, and the conditions of the tax object. With
the increase of NJOP, the amount of PBB owed will increase so that the UN rate also
increased by 30% - 46% from the previous NJOP, so the community becomes
burdened with the increase.
Keywords: Increase in Value of Object of Tax (NJOP), Land and Building Tax (PBB),
ABSTRAK
Hasil penelitian menunjukan bahwa salah satu pajak yang merupakan
penerimaan negara adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dikenakan pada
mereka yang mendapatkan manfaat dari bumi dan bangunan serat kekayaan alam yang
terkandung didalamnya. Dasar pengenaan PBB untuk setiap bumi dan bangunan
secara umum berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dimana NJOP adalah
indikasi nilai jual tanah dan bangunan yang dimiliki oleh wajib pajak. Pengaruh
Kenaikan NJOP terhadap tingkat Pajak Bumi dan Bangunan, adalah tergantung pada
luas dan nilai jual/m2 tanah serta bangunan itu sendiri. Setiap tahun kenaikan NJOP
suatu daerah meningkat yang disebabkan oleh perkembangan yang pesat, pertambahan
jumlah penduduk, dan kondisi dari objek pajak. Dengan naiknya NJOP maka besarnya
PBB yang terutang akan bertambah besar sehingga tingkat PBB juga meningkat
sebesar 30% - 46% dari NJOP sebelumnya, sehingga masyarakat menjadi terbebani
dengan kenaikan tersebut.
Kata Kunci: Kenaikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), Tingkat Pajak Bumi Dan
Bangunan (PBB),
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan suatu
fenomena yang menarik dalam
kehidupan masyarakat dan negara.
Indonesia adalah salah satu negara
yang dikategorikan sebagai Negara
yang berkembang di dunia. Hal ini
dapat dilihat dari beberapa sisi,
diantaranya pembangunan.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
76
Pembangunan ini bisa berupa
pembangunan fisik dan pembangunan
non fisik. Dimana setiap pembangunan
yang dilakukan pemerintah tidak
terlepas dari dana yang dimiliki oleh
setiap negara ataupun daerah.
Pembiayaan pembangunan ini
direalisasikan ke dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Pendapatan dalam negeri
dalam struktur APBN terdiri atas
penerimaan pajak, dan PNBP, serta
penerimaan hibah. Penerimaan bukan
pajak contohnya seperti pemanfaatan
sumber daya alam (migas), pelayanan
oleh pemerintah, pengelolaan kekayaan
negara, dan lain-lain yang perolehan
dan sifatnya tidak stabil serta terbatas
sehingga tidak bisa menjadi
penerimaan utama oleh negara. Hal ini
berbeda dengan pajak bumi dan
bangunan, sumber penerimaan ini
mempunyai umur yang tidak terbatas.
Pajak bumi dan bangunan
objeknya meliputi seluruh bumi (tanah)
dan bangunan yang berada dalam
wilayah negara Indonesia. Dimana
PBB merupakan pajak yang
menggunakan sistem yang cukup
memudahkan Wajib Pajak, tidak
seperti pajak lainnya yang secara
umum menggunakan Self Assessment
System. PBB merupakan pajak dengan
sistem pemungutan Official Assessment
System. Sistem dimana pihak fiskus
dalam hal ini Pemerintah Daerah, harus
lebih pro aktif dalam melakukan
perhitungan serta menetapkan pajak
yang terutang dan
mendistribusikannya.
Dasar penetapan untuk
menghitung besarnya pajak bumi dan
bangunan adalah Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP). Peran NJOP sangat
penting dalam perhitungan PBB
terutang yang ke depan akan menjadi
kewajiban oleh wajib pajak untuk
membayarnya. Penetapan NJOP sendiri
didasarkan atas penilaian lahan dan
atau properti/bangunan yang dilakukan
oleh pihak Pemerintah Daerah. NJOP
ditentukan berdasarkan harga rata-rata
dari transaksi jual beli, maka dalam
pelaksanaan pengenaan Pajak Bumi
dan Bangunan di lapangan dapat saja
NJOP lebih tinggi atau lebih rendah
dari transaksi jual beli yang dilakukan
masyarakat. Hal ini tentu sangat
berpengaruh besar terhadap
penerimaan PBB itu sendiri, karena
jika NJOP setiap tahun naik, maka
penerimaan PBB juga akan mengalami
peningkatan dan sebaliknya jika NJOP
menurun, maka penerimaan PBB juga
akan mengalami penurunan.
Daerah yang mengalami
perkembangan yang pesat dengan
munculnya pusat bisnis, perumahan
dan hotel memberikan implikasi dan
konsekuensi pada tuntutan akan
tersedianya tanah dan bangunan. Hal
ini akan mengakibatkan
meningkatknya harga tanah dan
bangunan pada daerah tersebut.
Demikinan pula lokasi objek pajak
yang strategis dengan pemanfaatan
untuk menghasilkan nilai ekonomis
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
77
dapat berpengaruh terhadap
peningkatan harga jual atau harga pasar
dari objek pajak tersebut. Sehingga
akan berpengaruh terhadap nilai jual
objek pajak (NJOP) yang menjadi
dasar pengenaan PBB. Daerah yang
menjadi objek penelitian ini adalah
Kota Bekasi, yang memiliki potensi
dan berkontribusi besar terhadap
penerimaan PBB. Dilihat dari letak
atau posisi tanah dan bangunan serta
luasnya yang ada, dan sebagian
penduduk yang melakukan kegiatan-
kegiatan yang menghasilkan nilai
perekonomian, menjadikan NJOP
mengalami kenaikan dan hal ini
menyebabkan adanya tingkat PBB juga
bervariasi.
Penerimaan pajak merupakan
pemasukan dana yang paling potensial
bagi negara karena pajak seiring
dengan struktur dan kualitas penduduk,
perekonomian, stabilitas sosial
ekonomi dan politik. Pajak merupakan
salah satu sumber penerimaan negara
yang paling penting selain sumber
penerimaan lainnya. Pajak mempunyai
dua fungsi utama yaitu fungsi
budgetair yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran
pemerintah dan fungsi regulerend
yang digunakan untuk mengatur
kebijakan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi. Hal ini menjadikan
pajak sebagai sumber utama
penerimaan negara dalam menunjang
kegiatan perekonomian, menggerakkan
roda pemerintahan, dan penyedia
fasilitas umum bagi masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Daerah
No.02 Tahun 2012 Tentang Pajak
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan (P-2) adalah pajak atas bumi
dan/atau bangunan yang dimiliki,
dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh
orang pribadi atau badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan. Bumi
dan bangunan merupakan dua obyek
dari PBB, yaitu bumi yang dapat
didefinisikan sebagai permukaan bumi
yang berupa tanah dan perairan serta
segala sesuatu yang dibawahnya,
sedangkan bangunan adalah konstruksi
teknik yang ditanamkan atau
dilekatkan secara tetap pada tanah dan
perairan di wilayah negara Indonesia.
PBB mempunyai sifat kebendaan, yaitu
besarnya pajak ditentukan oleh
keadaan obyek yaitu bumi/tanah dan
bangunan, misalnya berupa sawah,
ladang, kebun, pekarangan dan
pertambangan serta ditentukan dari
nilai kualitas dan kuantitas dari
bangunan yang berdiri di atas tanah.
Dinas Pendapatan Daerah
(Dispenda) Kota Bekasi merupakan
satuan kerja perangkat daerah yang
mengelola pendapatan daerah di Kota
Bekasi. Adapun jenis pajak daerah
yang dikelola oleh Dispenda Kota
Bekasi adalah; pajak restoran, pajak
hotel, pajak hiburan, pajak air tanah,
pajak parkir, pajak penerangan jalan,
PBB, BPHTB. Sehubungan dengan hal
tersebut, Keputusan Walikota Bekasi
No.973.7/Kep.390-Dispenda/VII/2013
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
78
Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan
Pedesaan dan Perkotaan Kota Bekasi.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
merupakan salah satu jenis pajak yang
mempunyai kontribusi yang signifikan
dalam penerimaan APBD Pemerintah
Kota Bekasi serta memiliki titik sentuh
yang tinggi kepada masyarakat. Hal ini
mengindikasikan bahwa terdapat
potensi besar dalam penerimaan pajak
ini sehingga memerlukan pengelolaan
yang profesional.
Adapun dasar penetapan untuk
menghitung besarnya pajak bumi dan
bangunan adalah nilai jual objek pajak
(NJOP). Hal tersebut dijelaskan dalam
Keputusan Walikota Bekasi No.
973.7/Kep.01-Dispenda/I/2015
Tentang Klasifikasi dan Besarnya Nilai
Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Pedesaan dan Perkotaan Untuk
Wilayah Kota Bekasi Tahun 2015.
Nilai Jual Objek Pajak adalah harga
rata-rata yang diperoleh dari transaksi
jual beli yang terjadi secara wajar.
Penetapan nilai jual objek pajak
(NJOP) sendiri didasarkan pada
penilaian properti yang dilakukan oleh
pihak Pemerintah Daerah Kota Bekasi
melalui Dinas Pendapatan Daerah Kota
Bekasi. Penentuan nilai jual objek
pajak (NJOP) menjadi sangat penting
karena besarnya kewajiban yang harus
dibayar oleh wajib pajak berdasarkan
dari ketetapan nilai jual objek pajak
(NJOP) sehingga nilai jual objek pajak
(NJOP) mempunyai peranan penting
dalam hal penerimaan pendapatan asli
daerah (PAD) dan APBD Kota Bekasi.
Dalam SPPT, dasar penetapan NJOP
sangat tergantung pada luas lahan dan
luas bangunan. Semakin besar luas
lahan maka NJOP semakin tinggi
sehingga penerimaan PBB juga
semakin meningkat. Namun dengan
adanya peningkatan jumlah luas lahan
yang digunakan, akan menyebabkan
penerimaan PBB akan mengalami
kenaikan.
Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka dipandang cukup penting
untuk mengadakan penelitian tentang:
Pengaruh Kenaikan Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP) terhadap Tingkat Pajak
Bumi dan Bangunan di kota Bekasi.
1.2 Batasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan
tidak melebar dan terarah, maka
penelitian ini dibatasi hanya meneliti
Pengaruh Kenaikan Nilai Jual Objek
Pajak terhadap Tingkat Pajak Bumi
dan Bangunan Kota Bekasi.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah tersebut diatas maka dapat di
rumuskan sebagai berikut:
Apakah Kenaikan Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP) berpengaruh terhadap
Tingkat Pajak Bumi Bumi dan
Bangunan Kota Bekasi
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
untuk mengetahui Apakah Kenaikan
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
berpengaruh terhadap Tingkat Pajak
Bumi dan Bangunan Kota Bekasi
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
79
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak , antara
lain:
Bagi Dinas Pendapatan Daerah
Pemerintah Kota Bekasi, Penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai bahan referensi perihal
Kenaikan Nilai Jual Objek Pajak
terhadap Tingkat Pajak Bumi dan
Bangunan
Bagi akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat dan dapat digunakan
sebagai bahan literatur untuk
menambah wawasan terhadap
pengembangan teori perpajakan.
Bagi penulis
Penelitian ini dapat berguna untuk
menambah wawasan penulis terutama
dalam bidang perpajakan. dan referensi
untuk menambah wawasan maupun
untuk pengembangan penelitian
selanjutnya
Bagi Pembaca dan Peneliti lain
Dapat memberikan tambahan wawasan
dan pengetahuan lebih luas tentang
kenaikan NJOP dan tingkat pajak bumi
dan bangunan (PBB) pada penelitian
yang lebih luas.
Bagi perguruan tinggi
Penelitian ini diharapkan dapat
menambah referensi bagi perguruan
tinggi khususnya bagi mahasiswa
jurusan akuntansi. Bagi perpustakaan
penelitian ini diharapkan dapat
menambah referensi bacaan.
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Kenaikan Nilai Jual
Objek Pajak
2.1.1.1 Pengertian Pajak
Menurut MJH Smeets (2005: 02)
:”Pengertian pajak adalah prestasi
kepada pemerintah yang terhutang
melalui norma - norma umum dan yang
dapat dipaksakannya, tanpa ada
kontraprestasi yang dapat di tunjukkan
dalam hal individual, dimaksudkan
untuk membiayai pengeluaran
Pemerintah. Sedangkan Menurut
Sommerfeld (dalam Abut, 2005: 1-2)
“pajak adalah suatu pengalihan sumber
dari sektor swasta ke sektor
pemerintah, bukan akibat pelanggaran
hukum, namun wajib dilaksanakan
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan
lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan
yang langsung dan proporsional, agar
pemerintah dapat melaksanakan tugas-
tugasnya untuk menjalankan
pemerintahan”.
Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa pajak adalah iuran
wajib yang diberikan kepada Negara
sebagai salah satu peran masyarakat
untuk pembangunan berdasarkan
Undang-undang yang dalam
pembayaranya dapat dipaksakan.
2.1.1.2 Pengertian fungsi pajak
Secara umum fungsi pajak
adalah untuk mengisi kas Negara
dalam rangka menjalankan
pemerintahan atau salah satu sumber
penerimaan Negara yang
hasilnya akan digunakan untuk
kepentingan rakyat. Selain itu pajak
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
80
juga mempunyai fungsi lain yang
secara garis besar dapat dibagi dua
(Mardiasmo, 2002, Revisi), yaitu: a.
Fungsi Budgetair atau penerimaan
(Revenue yielder), yaitu pemungutan
pajak berdasarkan dengan tujuan untuk
memenuhi apa yang diperlukan oleh
Negara, dimana pajak digunakan
sebagai alat untuk memasukkan uang
ke kas Negara (APBN) dan digunakan
sebagai dana pembiayaan pengeluaran
Negara. b. Fungsi Reguler atau
mengatur (Economic tool), yaitu
pemungutan pajak didasarkan dengan
memperhatikan keadaan sosial
ekonomi dalam masyarakat, dalam
hal ini pajak digunakan sebagai sarana
untuk manunjang pelaksanaan
kebijakan negara dalam lapangan
ekonomi, sosial atau menentukan
politik perekonomian dengan sasaran
untuk mencapai tujuan yang letaknya
diluar bidang keuangan.
2.1.1.3 Jenis-Jenis Pajak
Mardiasmo (2003:5)
menyatakan bahwa Pajak dapat
dikelompokan sebagai berikut:
Menurut golongan. Jenis-jenis pajak
menurut golongannya dapat dibagi
menjadi dua, yaitu: a) Pajak langsung,
adalah pajak yang bebannya harus
dipikul sendiri oleh wajib pajak dan
tidak dapat dilimpahkan kepada orang
lain serta dikenakan secara berulang-
ulang pada waktu tertentu, misalnya
pajak penghasilan. b) Pajak tidak
langsung, adalah pajak yang bebannya
dapat dilimpahkan kepada orang lain
(konsumen) dan hanya dikenakan pada
hal-hal tertentu atau peristiwa-
peristiwa tertentu saja, misalnya pajak
pertambahan nilai. Menurut sifat.
Jenis-jenis pajak menurut sifatnya
dibagi menjadi dua, yaitu: a) Pajak
Subjektif, adalah pajak yang
berpangkal atau berdasarkan pada
subyeknya, dalam arti memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak, contohnya
pajak pendapatan (PPh). b) Pajak
objektif, yaitu jenis pajak yang
dikenakan dengan hanya
memperhatikan objeknya saja, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib
Pajak, contohnya pajak pertambahan
nilai (PPN). Menurut lembaga
pemungut. Jenis-jenis pajak menurut
lembaga pemungutnya dapat dibagi
menjadi dua yaitu: a) Pajak pusat, yaitu
pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat yang digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara.
Contohnya adalah pajak penghasilan
(PPh), pajak pertambahan nilai (PPN).
b) Pajak daerah, yaitu pajak yang
dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah
tangga daerah. Contohnya pajak
kendaraan bermotor, pajak hotel, pajak
restoran, pajak hiburan,
pajakpenerangan jalan, dan lain-lain.
2.1.1.5. Syarat Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2003: 2)
agar pemungutan pajak tidak
menimbulkan hambatan atau
perlawanan, maka pemungutan pajak
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Pemungutan pajak harus adil (syarat
keadilan),
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
81
Sesuai dengan tujuan hukum,
yakni mencapai keadilan, undang-
undang dan pelaksanaan pemungutan
harus adil. Adil dalam perundang-
undangan diantaranya mengenakan pajak
secara umum dan merata serta
disesuaikan dengan kemampuan masing-
masing. Sedang adil dalam
pelaksanaannya yakni dengan
memberikan hak bagi wajib pajak untuk
mengajukan keberatan, penundaan dalam
pembapembayaran dan mengajukan
banding kepada Majelis Pertimbangan
Pajak. 2) Pemungutan pajak harus
berdasarkan undang-undang (syarat
yuridis). Di Indonesia, pajak diatur
dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal
ini memberikan jaminan hukum untuk
menyatakan keadilan, baik bagi negara
maupun warganya. 3) Tidak
mengganggu perekonomian (syarat
ekonomi). Pemungutan tidak boleh
mengganggu kelancaran kegiatan
produksi maupun perdagangan
sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perekonomian masyarakat. 4)
Pemungutan pajak harus efisien (syarat
Finansiil). Sesuai dengan budgetair,
biaya pemungutan pajak harus dapat
ditekan sehingga lebih rendah dari
hasil pemungutannya. 5) Sistem
pemungutan pajak harus sederhana.
Sistem pemungutan yang sederhana
akan memudahkan dan mendorong
masyarakat dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya. Syarat ini
telah dipenuhi oleh Undang-undang
perpajakan yang baru.
2.1.1.6. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak
menurut Waluyo (2003: 18), dapat
dibagi menjadi: 1) Official Assesment
System adalah suatu sistem
pemungutan yang memberi wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk
menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya:
a) Wewenang untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang ada pada
fiskus, b) Wajib pajak bersifat pasif. c)
Utang pajak timbul setelah dikeluarkan
surat ketetapan pajak oleh fiskus. 2) Self
Assesment System adalah suatu sistem
pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada wajib pajak untuk
menentukan sendiri besarnya wajib
pajak yang terutang. Ciri-cirinya: a)
Wewenang untuk menentukan
besarnya pajak terutang ada pada wajib
pajak sendiri. b) Wajib pajak aktif,
mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang
terutang. c) Fiskus tidak ikut campur
dan hanya mengawasi. 3) With Holding
System Suatu sistem pemungutan pajak
yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib
pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya:
wewenang untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang ada pada pihak
ketiga, pihak selain fiskus dan wajib
pajak.
2.1.1.2 Dasar Pengenaan Pajak
Menurut pernyataan Mardiasmo
(2011:337), dasar pengenaan Pajak
Bumi dan Bangunan adalah Nilai Jual
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
82
Objek Pajak (NJOP). Besarnya Nilai
Jual Objek Pajak (NJOP) ditetapkan
setiap tiga tahun sekali oleh Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jendral
Pajak atas nama Menteri Keuangan
dengan mempertimbangkan pendapat
Gubernur/Bupati/Walikota (Pemerintah
Daerah) setempat serta memperhatikan
asas self assement. Yang dimaksud
(assessment value) adalah nilai jual
yang dipergunakan sebagai dasar
penghitungan pajak, yaitu suatu
persentase tertentu dari nilai jual
sebenarnya. Dasar penghitungan pajak
adalah yang ditetapkan serendah-
rendahnya 20% dan setingi-tingginya
100% dari Nilai Jual Objak Pajak
(NJOP). Besarnya presentase
ditetapkan dengan peraturan
pemerinatah dengan memperhatikan
kondisi perekonomian nasional. Pada
dasarnya penetapan NJOP adalah tiga
tahun sekali. Namun demikian untuk
daerah tertentu yang karena
perkembangan pembangunan
mengakibatkan kenaikan NJOP cukup
besar angka penetapan nilai jual
ditetapkan setahun sekali. Untuk
perekonomian sekarang ini terutama
untuk tidak terlalu membebani wajib
pajak didaerah pedesaan tetapi dengan
tetap memperhatikan penerimaan,
khususnya bagi pemerintah daerah
maka telah ditetapkan besarnya
presentase untuk menentukan besarnya
NJKP yaitu:
1. Sebesar 40% pajak perkebunan :
a. Objek pajak kehutanan
b. Objek pajak lainnya yang wajib
pajaknya perorangan dengan
NJOP atas bumi dan bangunan
sama atau lebih besar dari
1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah)
2. Sebesar 20% dari NJOP untuk :
a. Objek pajak pertambangan b.
Objek pajak lainnya yang NJOP-
nya kurang dari 1.000.000.000,00
(satu milyar rupiah)
2.1.2 Pengertian Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP)
Menurut pernyataan Resmi
(2011:233) Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP) merupakan dasar pengenaan
PBB. Besarnya NJOP ditetapkan
dengan pengklasifikasian atau
penggolongan nilai jual rata-rata bumi
berupa tanah dan bangunan.
Penetapan Nilai Jual Objek Pajak
1. Pendekatan data Pasar ( Market
Data Approach ) Pendekatan data
pasar dilakukan dengan cara
membandingkan objek pajak yang akan
dinilai dengan objek pajak lain yang
sejenis yang nilai jualnya sudah
diketahui dengan melakukan
penyesuaian yang dipandang perlu. 2.
Pendekatan Biaya ( Cost Approach)
Pendekatan biaya digunakan untuk
penilaian bangunan, yaiut dengan cara
memperhitungankan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk membuat bangunan
baru objek yang dinilai dan dikurangi
penyusutan. 3. Pendekatan Kapitalisasi
Pendapatan ( Income
Approach).Pendekatan kapitalisasi
pendapatan dilakukan dengan cara
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
83
menghitung atau memproyeksikan
seluruh pendapatan sewa/penjualan
dalam satu tahun dari objek pajak yang
dinilai dikurangi dengan kekosongan
biaya operasi dan/atau hak pengusaha.
Nilai Jual Objek Pajak adalah
Salah satu unsur dasar di dalam
pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan
yang selalu dikeluhkan oleh
masyarakat Wajib Pajak dan muaranya
berupa pengajuan keberatan dari
masyarakat adalah Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP). Sebagai mana NJOP
adalah merupakan dasar pengenaan
Pajak Bumi dan Bangunan. Semakin
besar NJOP maka akan semakin besar
ketetapan PBB yang harus dibayar oleh
para Wajib Pajak (Darwin 2013:25).
Nilai Jual Objek Pajak ditetapkan
perwilayah berdasarkan keputusan
Menteri Keuangan dengan mendengar
pertimbangan Bupati/Wali kota serta
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Harga rata-rata yang diperoleh dari
transaksi jual beli yang terjadi secara
wajar. 2. Perbandingan harga dengan
objek lain yang sejenis yang letaknya
berdekatan dan fungsinya sama dan
telah diketahui harga jualnya. 3. Nilai
perolehan baru. 4. Penentuan nilai jual
objek pengganti (Sari 2013:126).
Sesuai dengan pasal 6 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1985 yang telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1994, dasar penetapan Pajak Bumi dan
Bangunan adalah Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP), yaitu harga rata-rata
yang diperoleh dari transaksi jual beli
secara wajar. Apabila tidak terdapat
transaksi jual beli secara wajar, NJOP
ditentukan melalui perbandingan harga
dan objek lain yang sejenis atau nilai
perolehan baru atau NJOP pengganti.
Transaksi yang wajar merupakan data
Transaksi yang wajar merupakan data
transaksi dan data penawaran melalui
mekanisme pasar dalam hal :
a. Tanpa adanya paksaan, b. Antara
penjual dan pembeli tidak ada
hubungan istimewa, c. Ada permintaan
dan penawaran dari pasar terbuka, d.
Masing-masing pembelian dan penjual
mempunyai informasi dan waktu yang
cukup atas properti yang dijual.
2.1.3 Tingkat Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB)
2.1.3.1 Pengertian Pajak Bumi dan
Bangunan
Pajak bumi dan bangunan tidak
didasarkan atas pendapatan, melainkan
kekayaan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Musgrave, (2009:807) yang
mengatakan bahwaa pajak bumi dan
bangunan merupakan perwakilan
utama dari pajak atas kekayaan (wealth
taxation) dalam system perpajakan.
Meskipun begitu, pajak bumi dan
bangunan tetap sejalan dengan prinsip
ability-to-pay karena nilai tanah dan
bangunan menjadi dasar pengenaan
pajak, dan untuk memperluasnya
diperlukan pendapatan yang sepadan.
Orang yang memiliki kemampuan
membayar tinggi akan dikenai biaya
yang tinggi pula. pajak bumi dan
bangunan juga sejalan dengan prinsip
manfaat yang didasarkan atas
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
84
pendapatan pajak bumi dan bangunan
yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran pemerintah lokal.
Misalnya, untuk membiayai pemadam
kebakaran, jalan, taman, dan
sebagainaya yang sebenarnya memberi
manfaat kepada pemilik tanah dan/atau
bangunan itu sendiri karena fasilitas
tersebut meningkatkan nilai bumi
dan/atau bangunan yang mereka miliki
(O’Sullivan,2005:15)
Pajak Bumi dan Bangunan
merupakan salah satu sumber
pemasukan pemerintah daerah. Hasil
penerimaan PBB digunakan untuk
membangun infrastruktur daerah yang
bersangkutan. Sutrisno (1994 : 4)
dalam Fraternesi (2002 : 12)
mengatakan bahwa layanan pemerintah
termasuk pembangunan infrastruktur
akan mempengaruhi pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan. Seseorang akan
taat membayar pajak tepat waktu jika
lewat pengamatan dan pengalaman
langsungnya, hasil pungutan pajak itu
telah memberikan kontribusi nyata
pada pembangunan di wilayahnya.
Untuk itu setiap Wajib Pajak dalam
memandang prioritas pembangunan
daerahnya diduga akan berpengaruh
terhadap tingkat wajib pajak dalam
memenuhi kewajibannya membayar
pajak, khususnya PBB.
2.1.3.2 Objek Dan Subjek Pajak
Bumi Dan Bangunan
1. Objek Pajak Bumi Dan Bangunan
Berdasarkan UU No.12 tahun
1994 tentang pajak bumi dan
bangunan,yang menjadi objek pajak
ialah bumi dan bangunan. Bumi adalah
permukaan bumi atau tubuh bumi yang
dibawahnya, permukaan bumi meliputi
tanah dan perairan pedalaman
(termasuk rawa-rawa, tambak,
perairan) serta laut wilayah republik
indonesia. Sedangkan bangunan adalah
kontruksi teknik yang ditanam atau
diletakan secara tetap pada tanah
dan/atau perairan untuk tempat tinggal,
tempat usaha atau tempat yang
diusahakan. Termasuk dalam
pengertian bangunan disini adalah: a.
Jalan lingkungan yang terletak dalam
suatu kompleks bangunan seperti hotel,
pabrik dan emplasemennya lain-lain
yang merupakan satu kesatuan dengan
kompleks bangunan tersebut; b. Jalan
Tol, c. Kolam Renang, d. Pagar
Mewah, e. Tempat Olahraga, f.
Galangan Kapal,Dermaga, g. Taman
Mewah, h. Fasilitas lain yag
memberikan manfaat
2. Subjek Pajak Bumi Dan Bangunan
Sedangkan subjek pajak bumi
dan bengunan adalah orang atau badan
yang secara nyata mempunyai hak atas
bumi dan bangunan sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang yang
beralaku. Dalam kaitannya dengan hal
ini maka yang dimaksud dengan subjek
pajak adalah orang atau badan adalah:
a. mempunyai hak atas bumi, b.
memperoleh manfaat atas bumi, c.
memiliki atau menguasai atas
bangunan, d. memperoleh manfaat atas
bangunan.
Dengan demikian dapat
ditegaskan, subjek pajak bumi dan
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
85
bangunan adalah pemilik bumi dan
bangunan dalam pengertian UU No.12
tahun 1994 dan objeknya adalah
bangunan atau benda yang tidak
bergerak.
2.1.2.3 Dasar hukum Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB)
Dasar hukum Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) adalah undang-
undang tahun 1985 sebagaimana No.
12 tahun 1994. (Mardiasmo, 2013:331)
Adapun dasar hukum Pajak Bumi dan
Bangunan ialah: (a) Memberikan
kemudahan dan kesederhanaan, (b)
Adanya kepastian hukum, (c) Mudah
dimengerti dan adil, dan (d)
Menghindari pajak berganda.
Menurut pernyataan Siahaan
(2009:499) sesuai dengan Pasal 18 ayat
(1) Undang-undang No. 12 Tahun
1985, hasil penerimaan PBB
merupakan penerimaan negara yang
dibagi antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dengan imbangan
pembagian sekurang-kurangnya 90%
untuk pemerintah Daerah Tingkat II
dan pemerintah Daerah Tingkat I
sebagai pendapatan daerah yang
bersangkutan. Didasari pada pemikiran
bahwa penggunaan hasil penerimaan
PBB diarahkan kepada tujuan untuk
kepentingan masyarakat di daerah di
mana objek pajak berada. Oleh
karenanya, sebagian besar hasil
penerimaan PBB tersebut diarahkan
kepada pemerintah daerah sebagai
pendapatan daerah yang setiap tahun
anggaran dicantumkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Dengan demikian
penggunaan hasil penerimaan pajak
sebagaimana di atas diharapkan akan
merangsang masyarakat di daerah letak
obyek pajak untuk memenuhi
kewajibannya membayar pajak mereka,
yang sekaligus mencerminkan sifat
kegotongroyongan rakyat dalam
pembiayaan pembangunan.
Sejalan dengan perkembangan
perekonomian negara Indonesia dan
dalam rangka pelaksanaan otonomi
daerah, pemerintah memandang
pengaturan tentang pembagian hasil
penerimaan PBB dalam Peraturan
Pemerintah No. 16 Tahun 2000 tentang
Pembagian Hasil Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah. Hasil penerimaan
PBB merupakan penerimaan negara
dan disetor sepenuhnya ke rekening
kas negara. Hasil penerimaan PBB
dibagi untuk pemerintah pusat dan
daerah dengan imbangan sebagai
berikut: a. 10% untuk pemerintah
pusat, b. 90% untuk daerah
1) Hasil Penerimaan PBB Bagian
Pemerintah Pusat
Hasil penerimaan PBB sebesar
10% bagian pemerintah pusat yang
berasal dari seluruh kabupaten/kota
pada tahun pajak berikutnya.
Pembagian didasarkan atas realisasi
penerimaan PBB tahun anggaran
berjalan. Sejak tahun 2001 alokasi
pembagian ditentukan dengan
imbangan sebagai berikut: a. 65%
dibagikan secara merata kepada
seluruh daerah kabupaten/kota. b. 35%
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
86
dibagikan sebagai insentif kepada
daerah kabupaten/kota yang realisasi
penerimaan PBB sektor pedesaan dan
perkotaan pada tahun anggaran
sebelumnya mencapai/melampaui
rencana penerimaan yang ditetapkan.
Apabila diperhatikan persentase
pembagian hasil penerimaan PBB
bagian pemerintah pusat ternyata
diberikan kepada daerah
kabupaten/kota. Hal ini menunjukkan
bahwa walaupun PBB merupakan salah
satu jenis pajak pusat tetapi tidak
dinikmati oleh pemerintah pusat tetapi
dikembalikan lagi kepada daerah. 2)
Hasil Penerimaan PBB Bagian Daerah
Jumlah 90% yang merupakan bagian
daerah, dibagi dengan rincian sebagai
berikut: a. 16,2% untuk daerah provinsi
yang bersangkutan dan disalurkan ke
rekening kas umum daerah provinsi. b.
64,8% untuk daerah kabupaten/kota
yang bersangkutan dan disalurkan ke
rekening kas umum daerah
kabupaten/kota. c. 9% untuk biaya
pemungutan yang dibagikan kepada
Direktorat Jenderal Pajak dan daerah.
3) Hasil Penerimaan PBB Biaya
Pemungutan
Dalam penelitian ini, kenaikan
NJOP terhadap tingkat PBB adalah
pandangan individu wajib pajak
terhadap kebijakan pemerintah tersebut
yang didefinisikan berdasarkan
indikator seleksi, organisasi, dan
interpretasi atas informasi yang
diterima serta pemahaman wajib pajak
atas kenaikan NJOP terhadap tingkat
PBB.
2.2. Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran mengenai
pengaruh kenaikan nilai jual objek
pajak (NJOP) terhadap tingkat pajak
bumi dan bangunan (PBB) Kota Bekasi
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan
yang dirumuskan dan kajian teoritis
yang telah diketemukan, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Terdapat pengaruh kenaikan nilai jual
objek pajak (NJOP) terhadap tingkat
pajak bumi dan bangunan (PBB) Kota
Bekasi.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Untuk dapat melakukan sebuah
penelitian, maka seorang peneliti harus
menentukan metode yang dipakai,
sehingga akan mempermudah langkah-
langkah penelitian. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kuantitatif. Dalam
penelitian ini yang menjadi objek
penelitian adalah kenaikan Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP) dan Tingkat PBB
di Kota Bekasi.
Kenaikan Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP)
(X)
Tingkat Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB)
(Y)
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
87
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah menggunakan
metode survey yang dilakukan untuk
mendapatkan data kenaikan NJOP dan
tingkat pajak bumi dan bangunan tahun
2011-2915 di Kecamatan Jatisampurna
dan Jati Asih yang telah diserahkan
kepada Dinas Pendapatan Daerah
(Dispenda) Kota Bekasi. Jl. Ir. H.
Juanda No. 163 Bekasi.
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian
3.4.1 Tempat Penelitian
Penelitian untuk penulisan
sekripsi ini berlangsung pada bulan
Januari-April 2016 dengan metode
survey di Kecamatan Jatisampurna dan
Jati Asih .lokasi Penelitian ini
dilaksanakan di Kantor Dinas
Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota
Bekasi. Jl. Ir. H. Juanda No. 163
Bekasi.
3.4.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian di laksanakan mulai
bulan Januari sampai bulan April
2016.
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini
adalah Petugas Seksi Penerimaan pajak
di Dispenda Kota Bekasi Kecamatan
Jatisampurna dan Jati Asih. Jumlah
data yang diperoleh langsung dari
Dispenda Kota Bekasi. Jl. Ir. H. Juanda
No. 163 Bekasi. yaitu Data Kecamatan
Sebelum Mengalami Kenaikan NJOP
Tahun 2011-2013, dan Data
Kecamatan yang Mengalami Kenaikan
NJOP Tahun 2014. data Rencana
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) Tahun 2011 sampai Tahun
2015, Target Penerimaan dan Realisasi
PBB P-2 Kota Bekasi Tahun 2011-
2015, Yang merupakan data
masyarakat yang membayar pajak
bumi dan bangunan di kelurahan yang
memiliki tanah dan atau bangunan
(rumah) yang tercatat di Dispenda kota
Bekasi.
3.5.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini
adalah data yang diperoleh langsung
dari Dispenda, yaitu data Target
Penerimaan dan Realisasi PBB P-2
Kota Bekasi Tahun 2011-2015 dan
data sejumlah 6 Kelurahan yang berada
dalam wilayah cakupan Kecamatan
Jatisampurna dan Jati Asih yang pada
tahun 2014 Mengalami Kenaikan
NJOP yaitu Jatikarya, Jatisampurna,
Jatirangga, Jatiranggon, Jatiraden,
Jatisari yang merupakan wajib pajak
yang memiliki NJOP yang terdaftar di
Dispenda Kota Bekasi dengan
menggunakan random sampling yaitu
cara pengambilan sampel yang
memberikan kesempatan yang sama
untuk diambil kepada setiap elemen
populasi.
3.6 Jenis Data
Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer yaitu
data yang diperoleh langsung dari
sumber aslinya dan tidak melalui
media perantara. Sedangkan data
sekunder yaitu data yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara (diperoleh dan dicatat
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
88
oleh pihak lain). Jenis data sekunder
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data yang diperoleh dari
kepustakaan (library research) dan
mengakses website maupun situs-situs.
3.7 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kuantitatif dan
menggunakan Regresi Linier
sederhana. Pengujian asumsi klasik dan
regresi sederhana dibantu dengan
menggunakan computer program SPSS
versi 17.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian ini menggunakan
data sekunder yang diperoleh dari
kantor Pemerintah Kota Bekasi pada
Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi,
berupa Data Kenaikan NJOP dan Data
Tingkat Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) Kota Bekasi tahun 2011-2015
Tabel 4.1 Data Rekapitulasi Rencana Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) Kota Bekasi Tahun 2011-2015
Tahun Target Realisasi Laju
Pertumbuhan
2011 Rp 107.039.528.533 Rp 113.705.494.198
2012 Rp 104.690.691.199 Rp 130.829.518.761 15,1%
2013 Rp 158.945.151.148 Rp 160.956.416.567 28,7%
2014 Rp 185.035.573.394 Rp 170.914.456.903 6,2%
2015 Rp.219.020.010.150, Rp.225.435.317.103 102,93%.
Sumber : Data Olahan.
Tabel 4.2 Data Target Penerimaan dan Realisasi Penerimaan PBB P-2 Kota
Bekasi.Tahun 2011-2015
Tahun Target Penerimaan
Jumlah
Realisasi Penerimaan
Jumlah
%
2011 Rp 107.039.528.533 Rp 113.705.494.198 106,23%
2012 Rp 104.690.691.199 Rp 130.829.518.761 124,97%
2013 Rp 158.945.151.148 Rp 160.956.416.567 101,51%
2014 Rp 185.035.573.394 Rp 170.914.456.903 92,37%
2015 Rp.219.020.010.150,- Rp.225.435.317.103 102,93%.
Sumber : Data Olahan.
Tabel 4.3 Data Kecamatan Sebelum Mengalami Kenaikan NJOP
Kota Bekasi Tahun 2011
Tahun Kecamatan Kelurahan Target Realisasi
Jumlah Jumlah %
Jatikarya Rp 1.768.944.848 Rp 1.850.139.108 104,59%
Jatisampurna Rp 988.254.870 Rp 1.019.083.427 103,12%
2011 Jatisampurna Jatirangga Rp 499.585.547 Rp 518.308.194 103,75%
Jatiranggon Rp 680.203.810 Rp 706.981.579 103,94%
Jatiraden Rp 607.968.492 Rp 632.440.186 104,03%
Jati Asih Jatisari Rp 943.693.275 Rp 998.410.551 105,80%
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
89
r Tabel 4.4 Data Kecamatan Sebelum Mengalami Kenaikan NJOP Kota Bekasi
Tahun 2012 Tahun Kecamatan Kelurahan Target Realisasi
Jumlah Jumlah %
Jatikarya Rp 1.924.388.485 Rp 2.441.992.342 126,90%
Jatisampurna Rp 1.067.483.346 Rp 1.276.837.318 119,61%
2012 Jatisampurna Jatirangga Rp 524.504.595 Rp 564.136.093 107,56%
Jatiranggon Rp 698.931.969 Rp 793.479.061 113,53%
Jatiraden Rp 589.309.071 Rp 718.941.439 122,00%
Jati Asih Jatisari Rp 992.770.330 Rp 1.113.685.464 112,18%
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi
(Tabel 4.5 Data Kecamatan Sebelum Mengalami Kenaikan NJOP Kota Bekasi
Tahun 2013 Tahun Kecamatan Kelurahan Target Realisasi
Jumlah Jumlah %
Jatikarya Rp 2.763.301.895 Rp 3.204.283.396 115,96%
Jatisampurna Rp 1.407.779.875 Rp 1.274.505.417 90,53%
2013 Jatisampurna Jatirangga Rp 716.461.555 Rp 622.921.679 86,94%
Jatiranggon Rp 934.670.749 Rp 824.848.081 88,25%
Jatiraden Rp 878.868.413 Rp 780.673.932 88,83%
Jati Asih Jatisari Rp 1.305.062.607 Rp 1.267.090.005 97,09%
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi.
Tabel 4.6 Data Kecamatan yang Mengalami Kenaikan NJOP Kota Bekasi
Tahun 2014
Tahun Kecamatan Kelurahan Target Realisasi
Jumlah Jumlah %
Jatikarya Rp 3.333.587.005 Rp 3.264.640.891 97,93%
Jatisampurna Rp 1.727.043.255 Rp 1.493.759.160 86,49%
2014 Jatisampurna Jatirangga Rp 896.915.934 Rp 739.782.301 82,48%
Jatiranggon Rp 1.132.134.069 Rp 957.130.103 84,54%
Jatiraden Rp 1.102.954.181 Rp 776.735.521 70,42%
Jati Asih Jatisari Rp 1.659.160.107 Rp 1.467.176.905 88,43%
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi.
4.2. 2 Hasil Uji Asumsi Klasik
4.2.2.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan
untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel terikat Tingkt PBB
(Y), dan variabel bebas Kenaikan
NJOP (X), mempunyai distribusi
normal ataukah tidak. Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi
data normal atau mendekati normal.
Metode yang digunakan untuk
mengetahui kenormalan model regresi
adalah One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test dan Normal P-P Plot. >
0,05 dan sebaliknya. Berikut adalah
hasil pengolahan data uji normalitas
dengan menggunakan komputer
program SPSS versi 17 sebagai
berikut:
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
90
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
NJOP PBB
N 6 5
Normal Parametersa,,b Mean 1.6420E9 1.5495E11
Std. Deviation 8.91592E8 4.96172E10
Most Extreme Differences Absolute .295 .233
Positive .295 .233
Negative -.202 -.156
Kolmogorov-Smirnov Z .723 .521
Asymp. Sig. (2-tailed) .672 .949
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari table 4.7 Dapat diketahui
bahwa nilai signifikansi (Asymp. Sig.
(2-tailed) kenaikan NJOP sebesar
0,672 > 0,05 dan tingkat PBB sebesar
0,949 > 0,05 karena kedua variable
signifikansi lebih dari 0,05 maka kedua
variable tersebut adalaah normal. Uji
Multikolinearitas digunakan untuk
mengetahui apakah ada pengaruh atau
korelasi diantara variabel independen.
Tabel 4.8. Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Standardized
Coefficients
t Sig.
Correlations
Collinearity Statistics
Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant)
NJOP 5.523 .012
-.698 -1.690 .190 -.698 -.698 -.698 1.000 1.000
a. Dependent Variable: PBB
Pada tabel 4.8 terlihat nilai
tolerance untuk tiap variabel sebesar
1.000 sedangkan nilai VIF untuk
masing-masing 1.000. Berdasarkan
pedoman terhadap uji multikolinieritas
nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10
maka terlihat bahwa tidak terjadi
korelasi diantara variabel kenaikan
NJOP dan tingkat PBB atau tidak
terjadi multikolinieritas dalam model
regresi ini.
4.2.2.4 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya
korelasi antar variable penggangu pada
periode tertentu dengan variable
sebelumnya. Untuk mendeteksi
Autokorelasi menggunakan Durbin
Watson dibandingkan dengan tabel
Durbin Watson (dl dan du). Kriteria
jika du < d hitung < 4-du maka tidak
terjadi Autokorelasi
(Sujarweni,2015:186). Untuk menguji
hasil uji Autokorelasi dapat dilihat
pada table berikut ini:
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
91
Table 4.9 Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .698a .488 .317 4.10031E10 .488 2.857 1 3 .190 1.248
a. Predictors: (Constant), NJOP
b. Dependent Variable: PBB
Sumber: Data Primer yang diolah 2016
Pada tabel 4.8 diketahui bahwa
hasil uji autokorelasi menggunakan
Durbin Watson test diperoleh nilai DW
sebesar 1.248. Nilai DL dan DU pada
df 1 = 2 dengan df 2 sebesar 27
masing-masing 1,019 dan 1,31 9
sehingga nilai DW sebesar 1.248
berada pada kisaran nilai DU < DW <
4-DU atau 1,319 < 1.248 < 2,68. Hal
tersebut menunjukkan model regresi
bebas masalah autokorelasi
4.2.2.5 Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk
mengetahui linearitas data, Perhitungan
melalui SPSS dengan menggunakan
Test for linearity pada taraf signifikansi
0,05. Dua variable dikatakan
mempunyai hubungan yang linier bila
taraf signifikansi (linearity) kurang dari
0,05.
Table 4.10 Hasil Uji linearitas ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.804E21 1 4.804E21 2.857 .190a
Residual 5.044E21 3 1.681E21
Total 9.847E21 4
a. Predictors: (Constant), NJOP
b. Dependent Variable: PBB
Sumber: Data Primer yang diolah 2016
Berdasarkan table 4.9 diatas
hasil uji linieritas kenaikan NJOP dan
tingkat PBB menunjukan bahwa nilai
signifikansi pada linearity sebesar
0.190. karena signifikansi lebih dari
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
antara variable kenaikan NJOP
terhadap tingkat PBB dapat
disimpulkan terdapat hubungan yang
linier.
.Tabel 4.11 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Sederhana
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.119E11 3.837E10 5.523 .012
NJOP -34.766 20.568 -.698 -1.690 .190
a. Dependent Variable: PBB
Sumber: data primer yang diolah
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
92
Berdasarkan hasil yang telah
diperoleh dari koefisien regresi di atas,
maka dapat dibuat suatu persamaan
regresi sebagai berikut:
Y= 0, 2.119 + -34.766 X
Pada persamaan regresi di atas
menunjukkan nilai konstanta sebesar 0,
2.119. Hal ini menyatakan bahwa jika
variabel tingkat PBB dianggap konstan
atau bernilai 0 (nol), maka Kenaikan
NJOP akan meningkat sebesar -34.766
satuan atau -34.766 %. Koefisien
regresi pada variabel tingkat PBB
berarah positif dan signifikan sebesar
0, 2.119, hal ini berarti jika variabel
Kenaikan NJOP bertambah satu satuan
maka variabel tingkat PBB bertambah
sebesar -34.766 satuan atau sebesar -
34.766 %.
4.2.3.1 Uji t
Uji t berguna untuk menguji pengaruh
dari masing-masing variabel
independen secara parsial terhadap
variabel dependen. Hasil uji statistik t
dapat dilihat pada tabel 4.7, jika nilai
probability t < 0,05 maka Ha diterima,
sedangkan jika nilai probability t >
0,05 maka Ha ditolak.
Tabel 4.12 Hasil Uji t Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.119E11 3.837E10 5.523 .012
NJOP -34.766 20.568 -.698 -1.690 .190
a. Dependent Variable: PBB b.
Hasil uji hipotesis yang
ditunjukkan pada tabel 4.11, variabel
Kenaikan NJOP mempunyai tingkat
signifikasi sebesar 0.190 dan nilai
thitung sebesar -1.690 < ttabel sebesar
1,98. Hal ini berarti Ha di tolak
sehingga dapat dikatakan bahwa
kenaikan NJOP tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat PBB hal ini
dibuktikan bahwa ttabel lebih besar dari
thitung < 0,05 (0.190>0,05) dan nilai
thitung > ttabel ( -1.690 < 1,98).
4.3.2 Uji F
Uji F digunakan untuk menguji
pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara bersama–sama.
Untuk membandingkan F hitung
dengan Ftabel. Dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4.12 Hasil Uji F ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.804E21 1 4.804E21 2.857 .190a
Residual 5.044E21 3 1.681E21
Total 9.847E21 4
a. Predictors: (Constant), NJOP
b. Dependent Variable: PBB
Sumber : Data SPSS yang diolah, 2016
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
93
Dari gambar diatas terbaca hasil
dari nilai F hitung sebesar 2.857 dari
nilai taraf signifikansi 0.190 lebih besar
dari 0,05 (dalam hal ini taraf signifikasi
sebesar 5%). Dengan demikian maka
dapat disimpulkan bahwa alternatif
hipotesis (Hα) yang berbunyi
“Terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara kenaikan NJOP
terhadap tingkat PBB ditolak. Artinya
kenaikan NJOP tidak berpengaruh
simultan terhadap tingkat PBB.
4.2.3.3 Hasil Uji Koefisien
Determinasi (R2)
Uji ini dilakukan untuk
mengukur kemampuan variabel-
variabel independen, yaitu kenaikan
NJOP dalam menjelaskan variasi
variabel dependen, yaitu tingkat PBB.
Hasil uji koefisien determinasi dapat
dilihat pada kolom adjusted R square,
yang ditampilkan pada tabel berikut:
Table 4. 14 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .698a .488 .317 4.10031E10
a. Predictors: : (Constant), NJOP
b. Dependen Variable: PBB Sumber : Data SPSS yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4. 13 diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien Adjusted R Square
yang dihasilkan oleh variabel - variabel independen sebesar 0.317 yang artinya adalah
317% variabel dependen tingkat PBB. Angka koefisien korelasi R pada tabel: 4.
sebesar 0.698 menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel independen dengan
dependen adalah kuat karena memiliki nilai koefisien korelasi diatas 0,5. Standar
Error of Estimate (SEE) sebesar 4.10031E10. Dengan ketentuan satuan yang dipakai
adalah variabel dependen tingkat PBB. Semakin kecil nilai SEE akan membuat model
regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Kenaikan nilai jual objek
pajak (NJOP) sangat berpengaruh terhadap tingkat pajak bumi dan bangunan (PBB)
kota Bekasi, dimana kenaikan nilai jual objek pajak (NJOP) pada tahun 2014 di 6
kelurahan mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu sebesar 30% - 46% dari NJOP
sebelumnya, sehingga masyarakat menjadi terbebani dengan kenaikan tersebut.
.Saran
Berdasarkan hasil evaluasi dan kesimpulan tentang kenaikan nilai jual objek
pajak terhadap tingkat pajak bumi dan bangunan (PBB) maka saran peneliti adalah
pajak disesuaikan dengan harga jual yang terjadi di masyarakat atau dengan
menyesuaikan target dengan potensi real sehingga sehingga kenaikan NJOP tidak
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
94
memberatkan masyarakat. Demikian pula pajak bumi dan bangunan (PBB) di kota
Bekasi agar tetap memperhatikan masyarakat karena tidak semua lahan yang dimiliki
oleh wajib pajak bersumber dari kekayaannya sendiri karena bisa saja wajib pajak
tersebut memiliki sejumlah lahan karena warisan.
Referensi
Devas dkk,2009, Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, Alih Bahasa Masri
Maris, UI- Press, Jakarta.
Diana, A. dan Setiawati, L. 2009. Perpajakan Indonesia. Yokyakarta: Andi
Keputusan Walikota Bekasi No.973.7/Kep.390-Dispenda/VII/2013 Tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan
Perkotaan Kota Bekasi.
Keputusan Walikota Bekasi No. 973.7/Kep.01-Dispenda/I/2015 Tentang Klasifikasi
dan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan
Perkotaan Untuk Wilayah Kota Bekasi Tahun 2015.
Mardiasmo (2011), Perpajakan. (EdisiRevisi). Jakarta :Andi Yogyakarta.
Musgrave,R,A, and Musgrave, P.B., 2009. Public Finance in Theory and Practice.
Fifth Edition. Mc. Graw-Hill International Edition, Singapore.
Nurmantu. 2003. Pengantar Perpajakan, Jakarta: Granit.
Nurmantu, Safri. 2005, Pengantar perpajakan edisi ketiga. Jakarta: granit
Peraturan Daerah No.02 Tahun 2012 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan (P-2)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tanggal 13 Mei 2002 Nomor 25 Tahun
2002 Tentang Penetapan Besarnya NJKP untuk penghitungan PBB.
Resmi, Siti, 2011: “Perpajakan Teori dan Kasus”, Salemba Empat, Jakarta.
Sari, Diana. 2013. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung: PT. Refika Aditama
Siti Kurnia dan Eli Suhayati, 2010. Perpajakan teori dan teknis perhitungan,
Graham Ilmu : Yokyakarta
Siahaan, Marihot Pahala. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Soemitro, Rochmat dan Sofyan Effendi. 2001. Pajak Bumi dan Bangunan.
Bandung: PT Refika Aditama.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi
(MixedMethods). Bandung: Alfabeta
Tjahyono, Ahmad dan M. Fikri Husein. 2000. Perpajakan. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
TMbooks, 2013. Perpajakan - Esensi dan Aplikasi. Penerbit: Andi, Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Dasar
Pokok-Pokok Agraria. Jakarta: Kementrian Agraria.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1994 tentang Penjelasan
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi
dan Bangunan. Jakarta: Departemen Keuangan Keuangan Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tetang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan. Jakarta: Departemen Keuangan Republik Indonesia.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
95
ANALISIS PENERAPAN E-FAKTUR DAN KETEPATAN WAKTU
PELAPORAN TERHADAP EFEKTIVITAS PERPAJAKAN
PADA CV. HANADA TRICIPTA BEKASI.
Rahmawati
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tribuana
Email: [email protected]
ABSTRACT
The purpose of this study are to determine whether the application of E-
Invoicing and Timeliness of Reporting on the Effectiveness of the Tax Effect on the
CV. Hanada Tricipta Bekasi.
Methods used in this research is survey method with quantitative approach.
The collection of data through observation, interviews, questionnaires, and literature
study. The population in this study were 110 respondents is the taxpayer who met
while paying taxes based on questionnaires distributed. The sample in this study was
100.
The results showed that: The effect of the application of e-invoices to the tax
effectiveness partially obtained t value of 0.355 and 0.723 sig so adoption of e-
invoicing partially on tax effectiveness does not significantly because of the significant
value of greater than 0.05. (0.355> 0.05) This shows that the implementation of e-
invoicing and timeliness of reporting is not running properly so that the effectiveness
of the tax may be said to be not effective. Effect of timeliness of reporting on the
effectiveness of the partial tax obtained t value of 0, -1926 and sig. 0.057 so the
timeliness of reporting on the effectiveness of the tax does not affect significantly due
to the significant value of greater than 0.05. (0, -1 926> 0.057) shows that a person's
level of awareness is still low taxation. This occurs in the dependent variable is 18%
while 82% is explained by other variables that are not affected in this regression
equation.
Keywords: adoption of e-invoicing, timeliness of reporting, the effectiveness of tax
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui apakah penerapan E-Faktur
dan ketepatan waktu pelaporan berpengaruh terhadap efektivitas perpajakan pada CV.
Hanada Tricipta Bekasi.
Motode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai dengan
pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, kuesioner,
dan studi kepustakaan. Populasi dalam penelitian ini adalah berjumlah 110 responden
wajib pajak yang ditemui saat membayar pajak berdasarkan kuesioner yang di
sebarkan. Sampel dalam penelitian ini adalah 100.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pengaruh penerapan e-faktur terhadap
efektivitas pajak secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 0,355 dan sig 0,723 jadi
penerapan e-faktur secara parsial terhadap efektivitas pajak tidak berpengaruh secara
signifikan karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. (0,355 >0,05) Hal ini
menunjukan bahwa Penerapan e-faktur dan ketepatan waktu pelaporan belum
dijalankan dengan baik sehingga efektifitas pajak dapat dikatakan belum efektif.
Pengaruh ketepatan waktu pelaporan terhadap efektivitas pajak secara parsial
diperoleh nilai t hitung sebesar 0,-1.926 dan sig. 0,057 jadi ketepatan waktu pelaporan
terhadap efektivitas pajak tidak berpengaruh secara signifikan karena nilai signifikansi
lebih besar dari 0,05. (0,-1.926>0,057) ini menunjukan bahwa tingkat kesadaran
perpajakan seseorang masih rendah. Hal ini terjadi dalam variabel terikat adalah
sebesar 18% sementara 82% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dipengaruhi
dalam persamaan regresi ini.
Kata Kunci: penerapan e-faktur, ketepatan waktu pelaporan, efektivitas pajak
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
96
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Majunya pembangunan suatu
bangsa tidak terlepas dari kehidupan
ekonomi masyarakat yang lebih baik,
yang mampu mendominasi tuntutan
modernisasi di segala bidang
kehidupan masyarakat. untuk
pelaksanaan pembangunan tersebut
diperlukan dana yang tidak sedikit.
Penerimaan negara dari sektor pajak
mengambil bagian yang sangat besar
dalam pendanaan pembangunan
nasional. Penerimaan pajak dijadikan
sumber utama pendapatan negara.
Target penerimaan dari sektor pajak
dari tahun ke tahun terus ditingkatkan,
disinilah peran aktif masyarakat sangat
dibutuhkan untuk mencapai target
tersebut.
Dilihat dari segi ekonomi, pajak
adalah sumber penerimaan negara
paling potensial. Prakosa (2003:1),
mengidentifikasi pajak adalah iuran
wajib anggota masyarakat kepada
negara karena Undang-Undang dan
atas pembayaran tersebut. Pemerintah
tidak memberikan balas jasa yang
langsung dapat ditunjuk.
Djajadiningrat dalam Siti Resmi
(2007:1) mengartikan pajak sebagai
suatu kewajiban menyerahkan sebagian
dari kekayaan ke kas Negara yang
disebabkan suatu keadaan, kejadian,
dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tetapi bukan
sebagai hukuman, menurut peraturan
yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal
balik dari negara secara langsung,
untuk memelihara kesejahteraan secara
umum.
Masyarakat yang mandiri dan
peduli, diharapkan mempunyai
kesadaran yang tinggi dalam
melaksanakan kewajiban sebagai
warga negara untuk membantu
bangsanya dalam mewujudkan tujuan
mulia. Untuk mencapai target
penerimaan pajak, pemerintah telah
melakukan berbagai perubahan
diantaranya yaitu reformasi perpajakan
tahun 1984. Program ini telah
mengubah sistem perpajakan
Indonesia, dari official assessment
menjadi self assessment. Ketika
memakai sistem official assessment,
yang lebih berperan aktif adalah
petugas pajak, sedangkan masyarakat
atau Wajib Pajak lebih banyak berlaku
pasif menunggu tindakan dari petugas
pajak. Sistem pajak yang digunakan
pemerintah saat ini adalah sistem self
assessment dimana terdapat perubahan
yang signifikan. Dalam penanganan
sistem yang baru Wajib Pajak
diberikan kepercayaan serta tanggung
jawab secara langsung dan mandiri
untuk menghitung, memperhitungkan,
menyetor serta melaporkan sendiri
besarnya pajak yang terutang. Agar
pelaksanaan system self assessment
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
97
dapat berjalan dengan baik, maka
keterbukaan dan penegakan hukum
(law enforcement) menjadi hal yang
sangat penting. Disinilah peran aktif
Wajib Pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya sangat
diperlukan. Dengan sistem self
assessment penerimaan negara dari
sektor pajak terus meningkat. Pajak
merupakan pendapatan terbesar negara
Indonesia. Pajak digunakan untuk
memperbaiki dan memfasilitasi sarana
umum serta untuk menyejahterakan
warga Indonesia. Salah satu pajak yang
dipungut di Indonesia adalah Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). Pajak
Pertambahan Nilai adalah pengenaan
pajak atas pengeluaran untuk konsumsi
baik yang dilakukan perseorangan
maupun badan, baik badan swasta
maupun badan pemerintah dalam
bentuk belanja barang atau jasa yang
dibebankan pada anggaran belanja
negara (Sukardji, 2000:49).
Mahmudi (2010:143)
menyatakan bahwa efektivitas
perpajakan merupakan hubungan
antara keluaran dengan tujuan atau
sasaran yang harus dicapai. Dikatakan
efektif apabila proses kegiatan
perpajakan mencapai tujuan dan
sasaran akhir kebijakan (spending
wisely). Semakin besar ouput yang
dihasilkan terhadap pencapaian tujuan
dan sasaran yang ditentukan, maka
semakin efektif proses kerja suatu unit
organisasi. Perpajakan pada CV.
Hanada Tricipta Bekasi dapat
dikategorikan tingkat efektivitasnya
sebagai berikut. 1. Tingkat pencapaian
di atas 100% berarti sangat efektif. 2.
Tingkat pencapaian antara 90% - 100%
berarti efektif. 3. Tingkat pencapaian
antara 80% - 90% berarti cukup efektif.
4. Tingkat pencapaian antara 60% -
80% berarti kurang efektif. 5. Tingkat
pencapaian di bawah 60% berarti tidak
efektif. Kebanyakan penduduk
Indonesia sama sekali tidak membayar
pajak, dan diantara mereka yang
membayar, pengumpulannya selalu di
bawah target. Hal ini ditandai dengan
rendahnya tax ratio Indonesia. Selama
10 tahun sejak tahun 1990, rasio pajak
Indonesia hanya berada di angka 10-11
persen saja, kemudian baru pada tahun
2000 rasio pajak perlahan meningkat
mencapai kisaran 13 persen, yaitu
sekitar 12,1 persen - 13,5 persen pada
tahun 2001-2006. Pemungutan pajak,
seperti administrasi perpajakan sangat
menentukan penerimaan pajak,
semakin rumit adminstrasi yang harus
dilakukan menyebabkan keengganan
WP untuk membayar pajak. Untuk
mengatasi kurang efektif dan
efisiennya pengumpulandana dari
masyarakat, dilakukan reformasi
perpajakan dengan tujuan untuk
menaikkan hasil pajak,
menyederhanakan peraturan
perpajakan, memberikan kepastian
hukum, menyesuaikan pajak dengan
laju pertumbuhan ekonomi Indonesia,
dan dengan menganut falsafah serta
aspirasi bangsa Indonesia sendiri.
Berdasarkan cara pemungutannya,
pajak dibedakan menjadi pajak
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
98
langsung dan tidak langsung. Untuk
meningkatkan penerimaan negara,
pemerintah melalui regulasinya dapat
mengusahakan meningkatkan
penerimaan pajak langsung maupun
tidak langsung. Dalam proses
pertumbuhan suatu negara, akan terjadi
perubahan struktur perekonomian.
Salah satu struktur yang berubah
adalah penerimaan pajak negara.
Peningkatan realisasi anggaran pajak
dari tahun ketahun belum bisa
dijadikan pedoman dalam mengukur
keberhasilan pemungutan pajak dan
retribusi yang telah dilakukan oleh
pemerintah. Dengan cara menghitung
efektivitas dan efisiensi pemungutan
pajak dapat membantu pemerintah
dalam mengukur keberhasilan
pemungutan pajak. Efektivitas adalah
keberhasilan atau kegagalan dari
organisasi dalam mencapai tujuannya
Seiring dengan berkembangnya
teknologi serta keinginan pemerintah
untuk menanggulangi terjadinya
penyalahgunaan faktur pajak yang
masih sering disalahgunakan oleh
beberapa pengusaha kena pajak.
Kecurangan-kecurangan yang terjadi
dalam faktur pajak salah satunya
adalah faktur pajak fiktif. Dalam kasus
ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
telah membentuk Satgas untuk
menangani faktur fiktif yang beredar.
pada tahun 2014, di kota Jakarta
terdapat sekitar Rp. 900 Miliaar yang
terindikasi menggunakan faktur fiktif.
Dari jumlah tersebut, 500 Pengusaha
Kena Pajak yang menggunakan faktur
fiktif dengan jumlah Rp. 71 Miliar
telah mengaku dan bersedia untuk
membayar. Direktorat Jenderal Pajak
Jakarta Selatan berhasil menemukan
jaringan penerbit faktur fiktif. Dari
hasil penggeledahan yang dilakukan,
Direktorat Jenderal Pajak menemukan
bukti dokumen berupa Surat
Pemberitahuan (SPT) dan stempel
perusahaan sebanyak 58 perusahaan
yang diduga terlibat dalam jaringan
penerbit faktur palsu (Wicaksono, 2015
). Negara ditaksir mengalami kerugian
sekitar Rp. 467 miliar dari praktek
curang penggunaan faktur pajak fiktif
yang dilakukan oleh oknum petugas
pajak dan ratusan wajib pajak di
Bekasi, Jawa Barat. Kerugian negara
ini terjadi sejak tahun 2010 hingga Juni
2015 akibat ulah oknum Wajib Pajak
(WP) yang 'bermain' faktur pajak.
Terdapat 949 Wajib Pajak (WP) yang
terlibat dalam kasus faktur pajak fiktif
di Jawa Barat (Prayitno , 2015). maka
Direktorat Jenderal Pajak membuat
suatu inovasi baru yaitu dengan
menggunakan sistem e-Faktur yaitu
faktur pajak berbentuk elektronik, yang
disebut E-Faktur. E-Faktur adalah
Faktur Pajak yang dibuat melalui
aplikasi atau sistem elektronik yang
ditentukan dan/atau disediakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak sesuai
dengan PER-16/PJ/2014. (Nufransa
Wira Sakti, 2015:123). Sistem ini
diharapkan dapat memudahkan dan
meningkatkan kepatuhan wajib pajak
serta dapat mengurangi secara
signifikan penggunaan faktur pajak
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
99
fiktif. Pemberlakuan penggunaan e-
Faktur kepada seluruh Pengusaha Kena
Pajak (PKP) mulai 1 Juli 2015
merupakan hasil inovasi panjang
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam
membenahi administrasi Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).
Dalam hal ini, e-Faktur
merupakan suatu terobosan yang
selama ini diimpikan oleh DJP dan
wajib pajak yang juga merupakan
perkembangan terbaru dari
pembenahan sistem administrasi PPN
yang telah dilaksanakan sejak tahun
2011. Dimana, setiap Pengusaha Kena
Pajak nantinya tidak lagi membuat
faktur pajak dalam bentuk manual
tetapi dalam bentuk elektronik. Dengan
adanya e-Faktur menunjukkan bahwa
DJP telah berupaya untuk terus
mengoptimalkan potensi pajak
sehingga realisasi penerimaan pajak
dapat tercapai tentunya dengan disertai
tingkat pengawasan pajak yang
dilakukan secara terus-menerus
sebagaimana modernisasi perpajakan
yang bertujuan untuk mengelola
penerimaan pajak dengan baik, efektif,
efisien dan sehat sesuai dengan prinsip
good governance. Di samping itu,
adanya sistem terbaru ini bertujuan
untuk lebih meningkatkan pemenuhan
kewajiban perpajakan khususnya
dalam hal Pajak Pertambahan Nilai
yang masih tergolong rendah.
Namun permasalahan yang
dihadapi adalah masih banyak wajib
pajak yang sengaja tidak melaksanakan
kewajiban dan belum mengetahui tata
cara untuk melaksanakan kewajiban
perpajakan. Kendala yang paling
relevan adalah ketepatan waktu
pelaporan, padahal ketepatan waktu
(timeliness) merupakan salah satu
faktor penting dalam menyajikan suatu
informasi yang relevan. Karakteristik
informasi yang relevan seharusnya
mempunyai nilai prediktif dan
disajikan tepat waktu sebagai sebuah
informasi yang dikandungnya
disediakan tepat waktu bagi pembuat
keputusan sebelum informasi tersebut
kehilangan kemampuannya dalam
mempengaruhi pengambilan
keputusan. Masih terdapat penundaan
yang tidak semestinya dalam
pelaporan, sehingga informasi yang
dihasilkan akan kehilangan
relevansinya. Sesuai dengan PSAK
(Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan) No. 1 paragraf 43, yaitu
jika terdapat penundaan yang tidak
semestinya dalam pelaporan, maka
informasi yang dihasilkan akan
kehilangan relavansinya (SAK,
2007:8). Informasi yang disajikan tidak
tepat waktu sehingga mengurangi atau
bahkan menghilangkan kemampuannya
sebagai alat bantu prediksi bagi
pemakainya. Informasi yang tidak
disajikan secara tepat pada saat
dibutuhkan, tidak akan mempunyai
nilai untuk dasar penentuan tindakan
pada masa yang akan datang.
Berdasarkan latar belakang
permasalahan tersebut di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dengan judul
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
100
Analisis penerapan E-Faktur dan
ketepatan waktu pelaporan terhadap
efektivitas perpajakan pada CV.
Hanada Tricipta Bekasi.
Perumusan Masalah Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan,
maka permasalahan dalam penelitian
ini adalah dapat dirumusan sebagai
berikut: 1. Apakah penerapan E-Faktur
berpengaruh terhadap efektivitas
perpajakan pada CV. Hanada Tricipta
Bekasi.? 2. Apakah ketepatan waktu
pelaporan berpengaruh terhadap
efektivitas perpajakan pada CV.
Hanada Tricipta Bekasi.? 3. Apakah
penerapan E-Faktur dan ketepatan
waktu pelaporan berpengaruh terhadap
efektivitas perpajakan pada CV.
Hanada Tricipta Bekasi.?
Tujuan Penelitian Berdasarkan
perumusan masalah maka tujuan
penelitian ini adalah: 1. Untuk
mengetahui apakah penerapan E-
Faktur berpengaruh terhadap
efektivitas perpajakan pada CV.
Hanada Tricipta Bekasi.? 2. Untuk
mengetahui apakah ketepatan waktu
pelaporan berpengaruh terhadap
efektivitas perpajakan pada CV.
Hanada Tricipta Bekasi.? 3. Untuk
mengetahui apaka penerapan E-Faktur
dan ketepatan waktu pelaporan
berpengaruh terhadap efektivitas
perpajakan pada CV. Hanada Tricipta
Bekasi.?
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat :
Bagi akademisi, Penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan khasanah
keilmuan dan dapat dijadikan referensi
bagi perguruan tinggi.
Bagi perusahaan, khususnya CV.
Hanada Tricipta Bekasi, penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan dan dijadikan pedoman
bagi pihak manajemen?
Bagi Peneliti, Hasil penelitian ini dapat
dijadikan bekal pengetahuan dan dapat
meneliti yang relevan selanjutnya.
LANDASAN TEORI
2.1.1 Efektivitas Perpajakan
Pengertian Efektifitas
Perpajakan menurut Undang-undang
No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umun dan Tata Cara Perpajakan Pasal
1 ayat (1) yaitu : Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara
yang sebesar-besarnya dan untuk
kemakmuran rakyat. Liberti
Pandiangan, (2010:11) Efektifitas
pajak merupakan upaya dalam
mengoptimalkan penerimaan pajak
dengan berbagai jenis dan sistem
pengenaan. Barnard (dalam
Prawirosoentono, 1997: 27)
berpendapat “Accordingly, we shall say
that an action is effective if it specific
objective aim. It is efficient if it
satisfies the motives of the aim,
whatever it is effective or not.”
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
101
Pendapat ini antara lain menunjukkan
bahwa suatu kegiatan dikatakan efektif
apabila telah mencapai tujuan yang
ditentukan.
Dari beberapa pertanyataan
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
suatu hal dapat dikatakan efektif
apabila hal tersebut sesuai dengan yang
dikehendaki. Artinya, pencapaian hal
yang dimaksud merupakan pencapaian
tujuan dilakukannya tindak-tindakan
untuk mencapai hal tersebut.
Efektivitas dapat diartikan sebagai
suatu proses pencapaian suatu tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Suatu usaha atau kegiatan dapat
dikatakan efektif apabila usaha atau
kegiatan tersebut telah mencapai
tujuannya. Apabila tujuan yang
dimaksud adalah tujuan suatu instansi
maka proses pencapaian tujuan tersebut
merupakan keberhasilan dalam
melaksanakan program atau kegiatan
menurut wewenang, tugas dan fungsi
instansi tersebut.
2.1.2 Penerapan e-faktur
Dalam (Muljono, 2010:5),
PKP mempunyai hak,
diantaranya:
Menerbitkan Faktur Pajak
Faktur pajak hanya boleh diterbitkan
oleh pengusaha yang telah dikukuhkan
sebagai PKP karena faktur pajak yang
dimiliki oleh pembeli merupakan
Pajak. Masukan yang dapat dikreditkan
oleh pembeli, sehingga pengusaha
yang belum dikukuhkan sebagai PKP
tidak mempunyai hak untuk membuat
faktur pajak.
Mengkreditkan Pajak Masukan
Pengusaha yang telah dikukuhkan
sebagai PKP tidak mempunyai hak
untuk mengkreditkan Pajak Masukan
yang didapatkan dari penjual.
Meminta Kembali Kelebihan Pajak
Pengusaha yang telah dikukuhkan
sebagai PKP dapat meminta kembali
apabila terdapat kelebihan PPN atau
PPn.BM yang telah dibayar atau telah
dipungut pihak lain.
Aplikasi E-Faktur
Aplikasi e-Faktur merupakan
aplikasi yang disediakan oleh DJP
sebagai perbaikan sistem administrasi
perpajakan yang ada. Dalam
penggunaannya aplikasi ini harus
terkoneksi dengan jaringan internet.
Sampai dengan 1 Juli 2015, KPP di
Jawa dan Bali senantiasa mengadakan
sosialisasi e-Faktur. Setiap sosialisasi
yang diadakan, bertujuan untuk
memberitahukan tata cara pendaftaran
e-Faktur, tujuan dan dasar hukum e-
Faktur, serta sistem kerja e-Faktur.
Dalam sosialisasi tersebut, setiap wakil
dari WP akan diberikan CD yang berisi
aplikasi e-Faktur dummy, materi
sosialisasi e-Faktur, video tutorial e-
Faktur, serta kumpulan pertanyaan
mengenai e-Faktur. Setiap peserta
sosialisasi diwajibkan untuk membawa
laptop untuk mempraktikan langsung
aplikasi e-Faktur pada waktu
sosialisasi. Pada waktu sosialisasi
dilakukan, seluruh peserta wajib
menggunakan aplikasi e-Faktur dummy
dengan mengikuti instruktur sosialisasi.
Untuk selanjutnya, aplikasi e-Faktur
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
102
dummy tersebut dapat digunakan
masing-masing peserta sebagai latihan
setelah sosialisasi selesai dilaksanakan.
Aplikasi tersebut dapat memudahkan
setiap orang yang ingin belajar e-
Faktur, tanpa harus takut jika data yang
digunakan ter-upload di aplikasi DJP.
Mengingat aplikasi e-Faktur tersebut
tidak terkoneksi dengan internet dan
tidak terhubung langsung dengan
aplikasi DJP.
Kewajiban membuat Faktur
Pajak Dalam (Muljono, 2010:45),
PKP wajib membuat faktur pajak untuk
setiap: 1. Penyerahan BKP di dalam
Daerah Pabean yang Dilakukan oleh
Pengusaha atau ekspor BKP Berwujud
oleh PKP dan/atau penyerahan BKP
berupa aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan
oleh PKP, kecuali atas penyerahan
aktiva yang pajak masukannya tidak
dapat dikreditkan; 2. Penyerahan JKP
di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha; 3. Ekspor
BKP Tidak Berwujud ata ekspor BKP
berwujud; 4. Ekspor JKP.
Faktur Pajak Standar
Dalam (Muljono, 2010:45),
sebuah faktur pajak harus
mencantumkan keterangan tentang
penyerahan BKP atau penyerahan JKP,
yang paling sedikit memuat:
1. Nama, alamat, dan NPWP yang
melakukan penyerahan atau
pembelian BKP atau JKP;
2. Jenis Barang atau Jasa, jumlah harga
jual atau penggantian, dan
potongan harga;
3. PPN yang dipungut;
4. PPnBM yang dipungut;
5. Kode, nomor seri dan tanggal
pembuatan FP; dan
6. Nama, jabatan, dan tanda tangan
yang berhak.
Adapun yang dimaksud dengan
syarat material adalah bahwa barang
yang diserahkan benar, baik secara
nilai maupun jumlah. Demikian juga
pengusaha yang melakukan dan yang
menerima penyerahan BKP tersebut
sesuai dengan keterangan yang
tercantum pada faktur pajak.
Faktur pajak
Undang-undang Nomor 42
tahun 2009, menyatakan berdasarkan
hukum yang berkenan faktur pajak
diatur alam undang-undang tersebut
adalah perubahan atas undang-undang
nomor 8 tahun 1983 PPN dan PPnBM.
Paktur pajak yang berarti pungutan
pajak yang dibuat oleh pengusaha
kena pajak yang melakukan
penyerahan barang kena pajak (BKP)
atau penyerahan kena pajak atau bukti
pungutan pajak karena impo barang
kena pajak yang diguakan oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Faktur pajak juga merupakan sarana
untuk mengkreditkan pajak masukan.
Oleh karena itu, faktur pajak harus
benar baik secara forml maupun secara
material. Faktur pajak harus diisi
secara lengkap,jeas dan benar serta
ditandatangani oleh pejabat yang
ditunjuk oleh pengusaha kena pajak
untuk mendatanganinya. Pengusaha
kena wajib membuat faktur pajak
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
103
untuk setiap penyerahan barang kena
pajak atau jasa kena pajak.
Berdasarkan Undang-Undang
No 18 Tahun 2000 ,ada 4 jenis faktur
pajak diantaranya sebagai berikut:
1.Faktur pajak standar adalah faktur
pajak yang paling sedikit memuat
keterangan tentang: a. Nama, alamat,
Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli
barang kena pajak atau jasa kena pajak.
b.Nama, alamat, danNomor Pokok
Wajib Pajak pembeli kena pajak atau
penerima Jasa Kena Paja. c Jenis
barang atau jasa, jumlah harga jual tau
penggantian dan potongan harga. d
Pajak pertambahan nilai yang
dipungut. e Pjak penjualan atas barang
mewah yang dipungut. f Kode nomor
seri dan tanggal pembuatan faktur
pajak g Nama, jabatan dan tanda
tangan yang berhak mendatangani
faktur pajak. 2. Faktur pajak gabungan
adalah faktur pajak untuk semua
penyerahan barang kena pajak dan/atau
penyerahan jasa kena pajak yang tejadi
selama satu bulan takwim kepada
pembeli barang barang kena barang
kena pajak yang sama. 3 Faktur pajak
sederhana adalah faktur pajak yang
dapat berbentuk: a.Slip cash register
atau segi cash register yang dibuat oleh
pedagang eceran selain yang
menggunakan norma faktur pajak
sederhana. b Apabila dalam harga jual
kena pajak sudah termasuk pajak
pertambahan nilai, slip cash resgister
atau segi cash register sebagaimana
dalam ayat (1) wajib diberi
keteranagan “untuk barang kena pajak
harga sudah termasuk PPN”. 4. Faktur
pajak khusus adalah faktur pajak yang
khusus digunakan untuk keperluan
khusus. Contoh PIB (Pemberitahuan
Impor Barang) . Berdasarkan Undag-
Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang
PPN dan PPnBM menyatakan , bahwa
faktur pajak yang berlaku adalah satu
jenis faktur pajak sedangkan faku pajak
lainnya tidak berlaku lagi.
2.1.3 Ketepatan Waktu Pelaporan
Ketepatan waktu
mengimplikasikan bahwa pelaporan
seharusnya disajikan pada suatu
interval waktu, untuk menjelaskan
perubahan dalam perusahaanyang
mungkin mempengaruhi pemakai
informasi dalam membuat prediksi dan
keputusan. Ketepatan waktu dapat
didefinisikan dengan dua cara:
Chambers dan Penman (1984) dalam
Hilmi dan Ali (2008) mendefinisikan
ketepatan waktu dalam dua cara yaitu :
1. Ketepatan waktu didefinisikan
sebagai keterlambatan waktu pelaporan
dari tanggal laporan sampai tanggal
melaporkan. 2. Ketepatan waktu
ditentukan dengan ketepatan waktu
pelaporan relatif atas tanggal pelaporan
yang diharapkan. Menurut Dyer dan
Mc Hugh (1975) dalam Hilmi dan Ali
(2008) ada tiga criteria keterlambatan
untuk melihat ketepatan waktu
penyampaian pelaporan antaralain : 1.
Preliminary lag yaitu interval jumlah
hari antara tanggal pelaporan sampai
penerimaan laporan akhir preleminary
oleh bursa. 3. Auditor’s report lag
yaitu interval jumlah hari antara
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
104
tanggal pelaporan sampai tanggal
laporan auditor ditandatangani. 4.
Total lag yaitu interval jumlah hari
antara tanggal pelaporan sampai
tanggal penerimaan laporan
dipublikasikan oleh bursa.
Terdapat tiga kriteria
keterlambatan untuk melihat ketepatan
waktu dalam penelitiannya (Dyer dan
Mc Hugh, 1975:4): a. Preliminary lag:
interval jumlah hari antara tanggal
laporan keuangan sampai penerimaan
laporan akhir preleminary oleh bursa.
b. Auditor’s report lag: interval jumlah
hari antara tanggal laporan keuangan
sampai tanggal laporan auditor
ditandataangani. c. Total lag: interval
jumlah hari antara tanggal laporan
keuangan sampai tanggal penerimaan
laporan dipublikasikan oleh bursa.
Dalam Peraturan Nomor. X.K.2,
Lampiran Keputusan Ketua
BAPEPAM dan LK Nomor. KEP-
346/BL/2011 laporan keuangan
tahunan wajib disajikan secara
perbandingan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya, disertai
dengan laporan akuntan dalam rangka
audit atas laporan
2.2 Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori
yang telah diungkapkan sebelumnya,
maka dapat disusun kerangka
pemikiran dalam penelitian ini seperti
gambar 2.1 berikut
:
Gambar: 2.1. Bagan Kerangka Berfikir
Keterangan:
Penerapan e-faktur (X1) berpengaruh
terhadap efektifitas perpajakan (Y)
Ketepatan waktu pelaporan (X2)
berpengaruh terhadap efektifitas
perpajakan (Y)
2.3 Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka
dan kerangka pemikiran, maka
hipotesis
dalam penelitian ini adalah dapat
diduga sebagai berikut:
1. Penerapan e-faktur berpengaruh
terhadap efektifitas perpajakan
2. Ketepatan waktu pelaporan
berpengaruh terhadap efektifitas
perpajakan
3. Penerapan e-faktur dan ketepatan
waktu pelaporan secara bersama
sama berpengaruh terhadap
efektifitas perpajakan
Penerapan E-Faktur
X1
Ketepatan Waktu
Pelaporan
X2
Efektifitas Perpajakan
Y
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
105
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan
rancangan penelitian yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan
proses penelitian. Desain penelitian ini
adalah dengan pendekatan deskriptif
kuantitatif, karena untuk mengetahui
pengaruh antar variabel yang diteliti
sehingga menghasilkan kesimpulan
yang akan memperjelas gambaran
mengenai objek yang diteliti.
Instrumen ini disusun sebagai
alat pengumpul data. Instrumen pada
penelitian ini berbentuk kuesioner.
Sebelum instrumen digunakan untuk
pengumpulan data, maka instrumen
penelitian harus terlebih dahulu diuji
validitas dan reabilitasnya. Dimana
validitas digunakan untuk mengukur
kemampuan sebuah alat ukur dan
reabilitas digunakan untuk mengukur
keabsahan pengukuran tersebut dapat
dipercaya. Setelah data terkumpul
maka selanjutnya dianalisis untuk
menjawab rumusan masalah dan
menguji hipotesis.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini penelitian ini
dilaksanakan di kantor pelayanan pajak
CV. Hanada Tricipta Jl. Galur No. 5
Rt.005/Rw.008, Jati Cempaka Kota
Bekasi
3.3.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada
bulan Juni sampai bulan Juli 2016.
Populasi dan Sample
Populasi
Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah berjumlah 110
responden wajib pajak yang ditemui
saat membayar pajak berdasarkan
kuesioner yang di sebarkan, kuesioner
tiap variabel yaitu variabel independen
penerapan E-Faktur dan ketepatan
waktu pelaporan sedangkan variable
dependen efektivitas perpajakan pada
CV. Hanada Tricipta Bekasi.
Sample
Sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode purposive
sampling Adapun sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
110
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Karakteristik
Responden
Identitas berdasarkan Jenis Kelamin
Responden
Adapun data mengenai jenis
kelamin responden wajib pajak yang
sedang menyetorkan kewajiban
perpajakannya pada CV. Hanada
Tricipta Bekasi adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden
No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
1 Laki – laki 47 47%
2 Perempuan 53 53%
Total 100 100%
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
106
4.2 Analisis Statistik Deskriptif
Uji Analisis statistik deskriptif
digunakan untuk mengetahui
gambaran, mengenai variable yang
diteliti melalui rata-rata (mean), nilai
maximum, nilai minimum dan standar
deviasi.
Jumlah responden CV.
Hanada Tricipta Bekasi ada 100. Dari
100 responden Penerapan e-faktur
(X1) memiliki nilai minimum sebesar
46.00 dan nilai maximum sebesar
54.00 dengan nilai rata-rata total
jawaban 50.4500 dan standar deviasi
1.70190. Pada variabel ketepatan
waktu pelaporan memiliki nilai
minimum sebesar 45.00 dan nilai
maximum sebesar 53.00 dengan nilai
rata-rata total jawaban 48.9500 dan
nilai standar deviasi 1.38078. Dan
pada variabel efektifitas pajak
memiliki nilai minimum 44.00 dan
nilai maximum sebesar 55.00 dengan
nilai rata-rata 50.1800dan standar
deviasi 2.11479.
4.3 Analisis Kualitas Data
4.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
4.3.1.1 Uji Validitas
Uji validitas di gunakan untuk
membandingkan r hitung (tabel
corrected item-total correlation)
dengan r tabel (tabel Product Moment
dengan signifikansi 0,05) untuk degree
of freedom (df) = n-2, dimana “n”
adalah jumlah sampel penelitian
sebanyak 100 responden sehingga
diperoleh nilai (df) = 100-2. Jika r
hitung > r tabel maka kuesioner
dinyatakan valid (Ghazali, 2001:45).
Untuk nilai r tabel dilihat dari
jumlah N, jika nilai N =100 maka r
tabel 0, 195. Kuesioner akan dikatan
valid jika dari hasil uji validitas
memiliki r hitung lebih besar dari r
tabel (r hitung > r tabel).
Hasil pengujian validitas ditunjukan
dalam tabel berikut
1. Uji Validitas Item Variabel
penerapan E-Faktur
Berdasarkan pernyataan dari
tabel variabel Penerapan e-faktur (X1)
dari 11 item pertanyaan dan pernyataan
adalah 2 item yaitu item no 4 yang
tidak valid (gugur) yaitu 0, 173 < 0,195
(lihat di lampiran) dan item no.8 yaitu
0,185 < 0,195 (lihat di lampiran),
sehingga item yang valid adalah 9 hal
ini dapat dilihat dari nilai korelasi
product moment (r hitung) untuk
masing-masing item pertanyaan lebih
besar dari nilai r-tabel sebesar 0,195
(taraf signifikan 5% dan n = 5),
Dengan demikian maka 9 item dalam
instrumen memenuhi persyaratan
validitas atau shahih secara statistik
dan data tersebut dapat digunakan
untuk mengukur penelitian ini dengan
tepat dan cermat.
2. Uji Validitas Item Variabel
Ketepatan Waktu Pelaporan (X2)
Berdasarkan pernyataan dari
tabel variabel Ketepatan Waktu
Pelaporan (X2) dari 11 item pertanyaan
dan pernyataan adalah 9 item yang
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
107
valid, 2 item yang tidak valid yaitu
item no. 1 yaitu 0, 181< 0,195 (lihat di
lampiran) dan item no. 11 yaitu 0,
184< 0,195 (lihat di lampiran),
sehingga item yang valid adalah 9 hal
ini dapat dilihat dari nilai korelasi
product moment (r hitung) untuk
masing-masing item pertanyaan lebih
besar dari nilai r-tabel sebesar 0,195
(taraf signifikan 5% dan n = 5),
Dengan demikian maka dari 9 item
dalam instrumen memenuhi
persyaratan validitas atau shahih secara
statistik dan data tersebut dapat
digunakan untuk mengukur penelitian
ini.
3. Uji Validitas Item Variabel
Efektifitas Pajak (X3)
Berdasarkan pernyataan dari
tabel variabel Efektifitas Pajak (Y) dari
11 item pertanyaan dan pernyataan
adalah 10 item yang valid dan 1 item
tidak valid yaitu item No.1 0,073<
0,195, item (lihat di lampiran),
sehingga item yang valid adalah 10 hal
ini dapat dilihat dari nilai korelasi
product moment (r hitung) untuk
masing-masing item pertanyaan lebih
besar dari nilai r-tabel sebesar 0,195
(taraf signifikan 5% dan n = 5),
Dengan demikian maka dari 10 item
dalam instrumen memenuhi
persyaratan validitas atau shahih secara
statistik dan data tersebut dapat
digunakan untuk mengukur penelitian
ini
4.3.1.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini dilakukan
untuk menguji konsistensi jawaban dari
responden melalui kuesioner yang
diberikan. Hasil dari pengujian
reliabilitien digunakan untuk
mengetahui apakah instrumen
penelitian yang dipakai dapat
digunakan berkali-kali pada waktu
yang berbeda. Reliabilities sebenarnya
adalah alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator
dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dapat dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban responden
terhadap pertanyaan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu.
Hasil pengujian reliabilitas
instrumen untuk setiap variabel
penelitian adalah reliabel, karena α
hitung > 0,6 pada variabel Penerapan
e-faktur memiliki α hitung 0, 151 >
0,6 variabel Ketepatan waktu
pelaporan memiliki α hitung 0, 759>
0,6 dan variabel Penyelesaian Kredit
Bermaslah dengan Jaminan Hak
Tanggungan memiliki α hitung 0,615
> 0,6
3.5 Uji Asumsi Klasik
a. Uji Heteroskedassitas
Uji Heteroskedassitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi terdapat persamaan atau
perbedaan varian yang dapat dilihat
dari grafik plot. Deteksi ada atau
tidaknya heteroskedassitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESIS da ZPRED, residual (Y
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
108
prediksi- Y sesungguhnya) yang telah
di -studenttized
Jika plot membentuk pola
tertentu (bergelombang, melebar,
kemudian mnyempit) maka
mengindikasikan telah terjadi
heteroskedassitas. Jika plot tidak
membentuk pola tertentu, seperti titik-
titik menyebar di atas dan bawah angka
0 pada sumbu Y maka
mengindikasikan telah terjadi
homokedastisitas. Model regresi yang
baik adalah plot yang mengindikasikan
homokedastisitas atau idak terjadi
heteroskedassitas. (Ghozali,2001:105)
Pada gamar 4.3. menunjukan
tidak terjadi pola tertentu yang teratur
seperti bergelombang, melebar, dll.
Sesuai dengan pedoman uji
heteroskedassitas, maka dalam
penelitian ini tidak terjadi
heteroskedassitas atau disebut
homokedastisitas. Hal ini dibuktikan
dengan grafik plot diatas yang tidak
membentuk pola tertentu yang teratur
sehingga penelitian ini layak
dilakukan pengujian lebih lanjut.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas
digunakan untuk mengetahui apakah
ada hubungan atau korelasi diantara
variabel independen. Dalam penelitian
ini uji multikolinearitas digunakan
untuk menguji apakah ada korelasi
atau hubungan diantara penerapan e-
faktur dan ketepatan waktu pelaporan.
Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara >
variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak orthogonal,
variabel orthogonal, adalah variabel
independen yang mamiliki nilai
korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol.
Multikolinearitas dapat dilihat dari
nilai toleran dan lawannya VIF. Nilai
cut off yang umum dipakai untuk
menunjukan adanya nilai
multikolinearitas adalah nilai toleran <
0,10 atau sama dengan VIF > 10
(Ghozali, 2001:91)
Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 62.355 9.552 6.528 .000
X1 .044 .124 .035 .355 .723 .998 1.002
X2 -.294 .153 -.192 -1.926 .057 .998 1.002
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Primer yang diolah 2016
Pada tabel 4.12 terlihat nilai
tolerance untuk tiap variabel sebesar
0,998 sedangkan nilai VIF untuk
masing-masing 1.002. Berdasarkan
pedoman terhadap uji multikolinieritas
nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
109
maka terlihat bahwa tidak terjadi
korelasi diantara variabel penerapan e-
faktur, dan ketepatan waktu pelaporan
atau tidak terjadi multikolinieritas
dalam model regresi ini.
3.6 Uji Regresi Linieritas Berganda
Uji regresi linier berganda
digunakan untuk mengetahui
pengaruh atau hubungan secara linier
antara dua atau lebih variabel
independen dengan satu variabel
dependen.
Berikut adalah hasil
pengolahan data uji regresi linier
berganda dengan program SPSS versi
16:
Hasil pengujian pengaruh
variabel penerapan e-faktur, dan
ketepatan waktu pelaporan terhadap
variabel dependen efektivitas pajak
dengan menggunakan rums uji regresi
berganda Y= a + b1X1+b2X2 + e
disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.13 Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 62.355 9.552 6.528 .000
X1 .044 .124 .035 .355 .723
X2 -.294 .153 -.192 -1.926 .057
a. Dependent Variable: Y
Sumber : Data spss yang diolah, 2016
Dari tabel diatas diperoleh persamaan
regresi sebagai berikut;
Y = a+b1x1+b2x2
Y= 62.355+ 0, 044 X1 +0, 294 X2
Berdasarkan tabel 4.13
tersebut diatas terdapat nilai
3. Konstanta sebesar 0,62.355
menunjukkan bahwa jika variabel-
variabel independen (penerapan
e-faktur, ketepatan waktu pelaporan)
dalam keadaan konstan (tetap) maka
efektifitas dalam penerapan e-faktur
sebesar 1% maka nilai (Y)
(efektivitas pajak) sebesar
0,62.355%, semakin baik penerapan
e-faktur maka semakin efektif dalam
efektivitas pajak.
4. Koefisien regresi variabel penerapan
e-faktur (X1) sebesar 0,044 berarti
semakin efektif akan mengalami
peningkatan sebesar 0, 044 %
5. Koefisien regresi variabel ketepatan
waktu pelaporan (X2) sebesar 0,294
menunjukkan bahwa semakin efektif
dalam pelaporan pajak maka
ketepatan waktu pelaporan semakin
meningkat 0,294%
3.7 Uji Hipotesis
3.7.1 Uji t (T – test) Uji t digunakan untuk menguji
apakah variabel independen (variable
bebas) berengaruh secara parsial
terahadap variabel dependen (variable
terikat). Pada penelitian hipotesis 1
sampai dengan hipotesis 3 diuji
dengan menggunakan uji t. pada uji t
dilakukan dengan cara berdasarkan
nilai probabilitas. Jika nilai signifikan
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
110
lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka
hipotesis yang diajukan diterima atau
dikatakan signifikan. Sedangkan jika
nilai signifikan lebih besar dari 0,05
atau 5% maka hipotesis yang diajukan
ditolak atau dikatakan tidak
signifikan. Hasil uji t pada penelitian
ini dapat dilihat pada tabel 4.14
berikut ini.
Tabel 4. 14 Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 62.355 9.552 6.528 .000
X1 .044 .124 .035 .355 .723
X2 -.294 .153 -.192 -1.926 .057
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Primer yang diolah 2016
Berdasarkan tabel 4.14
Coefficients diatas menunjukan bahwa
variabel independen yang dimasukkan
dalam model yaitu penerapan e-faktur
(X1) dan ketepatan waktu pelaporan
(X2) terhadap efektivitas pajak (Y)
adalah signifikan. Hal ini dapat dilihat
probabilitas signifikannya sebesar
0,000 lebih kecil dari 0,05 yang berarti
Ha1 diterima. Berdasarkan hasil
statistik uji regresi berganda pada tabel
4.14 menunjukan bahwa
1. Pengaruh penerapan e-faktur
terhadap efektivitas pajak secara
parsial diperoleh diperoleh nilai t
hitung sebesar 0,355 dan sig 0,723 jadi
penerapan e-faktur secara parsial
terhadap efektivitas pajak tidak
berpengaruh secara signifikan karena
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
(0,355 >0,05)
2. Pengaruh ketepatan waktu
pelaporan terhadap efektivitas pajak
secara parsial diperoleh diperoleh nilai
t hitung sebesar 0,-1.926 dan sig. 0,057
jadi ketepatan waktu pelaporan
terhadap efektivitas pajak tidak
berpengaruh secara signifikan karena
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
(0,-1.926>0,057)
Dengan demikian penerapan e-faktur
dan ketepatan waktu pelaporan
terhadap efektivitas pajak masing-
masing tidak berpengaruh secara
positif dan signifikan.
3.7.2 Uji F (F – test)
Uji F digunakan untuk menguji
pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara bersama–sama.
Untuk mendapatkan informasi tentang
adanya pengaruh secara menyeluruh
dari variabel bebas terhadap variabel
terikat dengan jalan membandingkan F
hitung dengan F tabel. Jika nilai
signifikan lebih kecil dari 0,05 maka
Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang
signifikan dari variabel bebas
(independen) terhadap variabel terikat
(dependen). Sedangkan jika nilai
signifikan lebih besar dari 0,05 maka
Ho diterima, artinya tidak ada
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
111
pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel
dependen. Hasil uji F pada penelitian
ini dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut
ini.
Tabel 4.15 Hasil Uji Statistik
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 16.639 2 8.320 1.894 .156a
Residual 426.121 97 4.393
Total 442.760 99
a. Predictors: (Constant), X2, X1
c. Dependent Variable: Y
Sumber: Data primer yang telah diolah (2016)
Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat
bahwa hasil uji F menunjukan nilai F
hitung sebesar 1.894 dari nilai taraf
signifikansi 0, 156 lebih besar dari 0,05
(dalam hal ini taraf signifikasi sebesar
5%). Dengan demikian maka dapat
disimpulkan bahwa alternatif hipotesis
(Hα) yang berbunyi “Terdapat
pengaruh.
3.7.3 Hasil Uji Koefisien
Determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah
kadar kontribusi variabel bebas
terhadap variabel terikat (r2, R2).
Koefisien determinasi dilambangkan
dengan nilai r2. Misalkan nilai r2 =
96%, maka nilai variabel dependen
yang dapat diterangkan oleh variabel
independen adalah sebesar 96%
sedangkan 4% sisanya diterangkan
oleh galat (error) atau pengaruh
variabel lain. Hasil uji koefisien
determinasi dapat dilihat pada kolom
adjusted R square, yang ditampilkan
pada tabel berikut:
Tabel 4.16 Hasil Uji Analisis Regresi Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .194a .038 .018 2.09595 .038 1.894 2 97 .156 2.074
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
112
Berdasarkan tabel diatas
dapat dilihat bahwa nilai koefisien
Adjusted R Square yang dihasilkan
oleh variabel - variabel independen
sebesar 0,18 atau 18%. Hal ini
menunjukan bahwa presentase
variable penerapan e-faktur dan
ketepatan waktu pelaporan dapat
menjelaskan variable variable
efektifitas pajak sebesar 18%.
Sedangkan sisanya sebesar 82%
(100%-18%) dipengaruhi oleh
variabel lain.
Standar error of the estimate
adalah suatu ukuran banyaknya
kesalahan model regresi dalam
memprediksi nilai Y. dari hasil regresi
diatas dapat nilai 2.09595, hal ini
berarti efektifitas tidak efektif yaitu
2.09595.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang telah dilakukan yaitu
mengenai pengaruh penerapan e-faktur
dan ketepatan waktu pelaporan
terhadap efektifitas pajak dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Penerapan e-faktur tidak
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap efektifitas pajak. Hal ini
menunjukan bahwa Penerapan e-
faktur dan ketepatan waktu
pelaporan belum dijalankan
dengan baik sehingga efektifitas
pajak dapat dikatakan efektif.
2. Ketepatan waktu pelaporan tidak
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap efektifitas pajak. Hal ini
menunjukan bahwa tingkat
kesadaran perpajakan seseorang
masih rendah.
3. Kemampuan persamaan regresi ini
untuk menjelaskan besarnya
variasi yang terjadi dalam variabel
terikat adalah sebesar 18%
sementara 82% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak
dipengaruhi dalam persamaan
regresi ini.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan
sehubungan dengan hasil penelitian
yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Penerapan e-faktur harus
disosialisasikan dengan baik
kepada para wajib pajak agar wajib
pajak memahami hal-hal yang
berkaitan dengan Penerapan e-
faktur. Sosialisasi ini dapat
dilakukan dengan memberikan
penyuluhan secara gratis kepada
wajib pajak secara berkala.
2. Perlu disosialisasikan sikap sadar
membayar pajak di masyarakat.
Sosialisasi ini dapat melalui iklan
di televisi, radio maupun surat
kabar serta media lainnya.
3. Aparat pajak harus lebih tegas lagi
dalam menyampaikan sanksi-sanksi
wajib pajak yang telat melaporkan
pajaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Alijoyo, Antonius dan Zaini, Subrarto.
“Komisaris Independen: Penggerak
Praktik GCG di Perusahaan”,
Jakarta: Gramedia, 2004.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
113
Aryati, Titik dan Maria Theresia.
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Audit
Delay dan Timeliness”, Media
Riset Akuntansi, Auditing dan
Informasi, Vol 5, No 3, 2005.
Astuti, Dewi. “Manajemen Keuangan
Perusahaan”, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2004.
Belkaoui, Ahmed Riahi. “Accounting
Theory” 5th Edition, Jakarta: Salemba
Empat, 2007.
Bev, Jennie S. “Pemicu Bubble Dalam
Properti,
http://www.ciputraenterpreneurship.co
m, Diakses 30 Agustus 2015,
.Boynton, William C. Johnson. et.al.
“Modern Auditing”, 7th, Jilid 1,
Jakarta:
Erlangga, 2003.
Boynton, William C. Johnson. et.al.
“Modern Auditing”, 7th , Jilid 2,
Jakarta: Erlangga, 2003.
Dyer, J.d and A.J. McGough. “The
Timeliness of The Australian Annual
Report”. Journal of Accounting
Research. Autumn, 1975 pp204-
219, 1975.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program
IBM SPSS”, Semarang: Badan
Penerbit Universitas Dipenegoro,
2012.
Halim, Abdul. “Auditing: Dasar-Dasar
Audit Laporan Keuangan” Edisi IV,
Jilid 1, Jakarta: UPP STIM
YKPN, 2008.
Hamid Abdul. “Buku Panduan
Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi
dan
Ilmu Sosial Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta: UIN, 2012.
Harahap, Sofyan Yafri. “Analisis Kritis
Atas Laporan Keuangan”, Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada, 2010.
Haryanto. “Arti Bubble Dalam
Properti”, http://properti.pikiran-
rakyat.com,
Diakses 30 agustus 2013, 2013.
Hery. “Teori Akuntansi”, Jakarta:
Kencana, 2009.
Hilmi, Utari dan Syaiful Ali. “Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Ketepatan Waktu Penyampaian
Laporan Keuangan”, Simposium
Nasional Akuntansi XI
Pontianak, 2008
Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar
Akuntansi Keuangan Indonesia”,
Jakarta: IAI, 2012.
Ikatan Akuntan Publik Indonesia.
“Standar Profesional Akuntan Publik”,
Jakarta: Salemba Empat, 2011
Ikhsan, Arfan dan Suprasto,
Herkulanus Bambang. “Teori
Akuntansi dan
Riset Multiparadigma”, Jakarta:
Grasindo, 2008.
Indreswari, Adisti Dini. “Bank Dunia
Peringatkan Ancaman Bubble
Property”,
http://www.kontan.co.id, Diakses
1 juni 2013, 2013.
Jensen, Michael C. dan William H.
Meckling. “Theory Of Firm:
Managerial Behavior, Agency
Cost and Ownership Structure,
Journal Of Financial Economic,
October, 1976 V.3, No.4, pp. 305-
360. 1976.
Kasmir. “Analisis Laporan Keuangan”,
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2012
Keputusan Direksi PT BEJ Nomor
Kep-307/BEJ/07-2004.
Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
Nomor 40/BL/2007
Kieso, et.al. “Intermediate Accounting:
IFRS Edition”, Hoboken, USA :
John Wiley & Sons, 2011.
Latif, Syahid. “Terlambat Serahkan
Laporan Keuangan 2012, Dua Emiten
Lapor BEI”,
http://www.liputan6.com,
Diakses 1 juni 2013, 2013.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
114
Lia. “Telat Laporan Keuangan, BEI
Siapkan Sanski
Tegas”,http://www.neraca.co.id,
Diakses 24 juni 2013, 2013.
Listiana, Lisa dan Tri Pujadi Susilo.
“Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Reporting Lag
Perusahaan”. Media Riset
Akuntansi, Vol.2 No. 1, 2012.
Merdekawati, Ika dan Regina J.
Arsjah. “Timeliness Of
Financial Reporting Analysis:
An Emprical Study In Indonesia
Stock Exchange, Simposium
Nasional Akuntansi XIV Aceh,
2011.
Nasori dan Ester Nuky. “Saham
Property tumbuh
3,11%”,http://www.investor.co.i
d, Diakses 26 juni 2013, 2013
Noviandi, Bimo Satmoko. “Analisis
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan
Perusahaan”, Tesis S-2 Program
Studi Magister Manajemen,
Program Pasca Sarjana
Universitas Dipenegoro
Semarang, 2007.
Owusu, Stephen dan Ansah.
“Timeliness Of Corporate
Financial Reporting In
Emerging Capital Market”,
Fourthcoming In Accounting &
Business Research, Vol. 30 , No.
3, 2000.
Peraturan Nomor. X.K.2, Lampiran
Keputusan Ketua BAPEPAM
dan LK Nomor. KEP-
346/BL/2011
Pradipta, Vega Aulia. “Info Saham:
ELTY Catat Rugi Bersih Rp 1,1
Triliun”, http://www.bisnis-
jabar.com, Diakses 24 juni 2013,
2013.
Putra, Restu A. “inilah Penyebab
Emiten Telat Samapaikan lapkeu”,
http://m.inilah.com, Diakses 26
juni 2013, 2013.
Putri, Hapsari Utami dan Didin
Mukodim. “Analysis Of Factors
Affecting
Financial Reporting Timeliness
In Banking Company Of
Indonesia Listed”, Jurnal
Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma, 2010.
Rachmawati, Sistya. “Pengaruh Faktor
Internal dan Eksternal Perusahaan
terhadap Audit Delay dan
Timeliness”, Jurnal Akuntansi
dan Keuangan, Vol 10, No. 1,
2008.
Rahayu, Siti dan Ely Suhayati.
“Auditing: Konsep Dasar Dan
Pedoman
Pemeriksaan Akuntan Publik”,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Respati, Novita Weningtyas. “Faktor-
faktor yang Berpengaruh terhadap
Ketepatan Waktu Pelaporan
Keuangan”, Jurnal Maksi No 4, 2004.
Rheza. “keterlambatan Laporan
Keuangan Emiten Cenderung
Meningkat”,
http://www.ipotnews.com,
Diakses 26 juni 2013, 2013.
Romney, Marshall B dan Paul Jhon
Steinbart. “Accounting Information
Systems”: International
Edition, 11th Edition, USA:
Pearson Prentice Hall, 2009.
Saleh Rachmat. “Studi Emipiris
Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
perushaan Manufaktur di Bursa
Efek Jakarta”, Tesis S-2
Program Studi Magister Sains
Akuntansi, Program pasca
Sarjana Universitas Dipenegoro
Semarang, 2004.
Scott William. R. “Financial
Accounting Theory” 6th Edition,
Canada:
Prentice Hall Canada Inc, 2012.
Sekaran, Uma. “Research Methods For
Business”, Jakarta: Salemba
Empat,2007.
Septriana, Ira. “Analisis Faktor-Faktor
yang Berpengaruh
terhadapKetepatan Waktu
Pelaporan Keuangan”, Jurnal
Maksi Vol 10 No 1, 2010.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
115
Suharli, Michell. “Pelaporan
Keuangan, Sesuai Dengan Prinsip
Akuntansi”,
Jakarta: Grasindo, 2009.
Suharyadi dan purwanto S.K.
“Statistika Untuk Ekonomi dan
Keuangan
Modern” Buku 1 Edisi II,
Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Sundjaja, Ridwan S et.al. “Manajemen
Keuangan 2”, edisi VI, Bandung:
Literata lintas Media, 2010.
Surya, Indra dan Yustiavandana, Ivan.
“Penerapan Good Corporate
Governance:
Mengesampingkan Hak-Hak
Istimewa Demi Kelangsungan
Usaha”, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group,2008.
Vuran, Bengii dan Burcu Adiloglu. “Is
Timeliness Of Corporate Financial
Reporting Releated To
Accounting Variabels?
Evidence From Istanbul Stock
Exchange”, International
Journal Of Business And Social
Science Vol. 4 No.6, 2013.
Whittington O. Ray dan Kurt Pany.
“Principles Of Auditing and
Other Assurance Service”, 14th
Edition, USA: Mc Graw Hill,
2004.
Wilamarta, Mishardi. “Hak Pemegang
Saham Minoritas Dalam
Rangka Good Corporate
Governance, Cet II”, Jakarta:
Program Pasca Sarjana. FH-UI,
2002.
Williams, Chuck. “Manajemen Buku
1”, Jakarta: Salemba Empat, 2001.
Yadiati, Winwin. “Teori Akuntansi:
Suatu Pengantar”, Jakarta: Kencana,
2007.
Yusralaini et.al. “Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi
Ketepatan Waktu Penyampaian
Laporan Keuangan Ke Publik”,
Jurnal Ekonomi Volume 18,
2010.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
116
PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA
PERUSAHAAN SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
PADA TAHUN 2010-2014
Carum Widodo
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tribuana
Email:[email protected]
ABSTACK
This study aims to analyze the effect of working capital (which is the Sales
growth ratio, Financial debt ratio, Fixed financial assets ratio) to profitability ROA
(Return on assets) in food and beverage companies listed on Indonesia Stock
Exchange (BEI) in 2010- 2014.
The object of this research are 14 food and beverage companies listed in
Indonesia Stock Exchange (BEI). And the report data used is the company's financial
statements for 5 years from 2010-2014.
The method used is multiple regression analysis. From this research it will
be known that for Sales growth ratio, Financial debt ratio, Fixed financial assets ratio
gives significant result to ROA (Return on assets). And for the result of R2 0,227
means 22,7% ROA (return on assets) influenced by both variables. While the
remaining 77.3% influenced by other factors not examined in this study.
Keywords: Working Capital, Profitability
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh modal kerja (yang
merupakan Sales growth ratio,Financial debt ratio,Fixed financial assets ratio)
terhadap profitabilitas ROA (Return on assets) pada perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2014.
Objek penelitian ini adalah 14 perusahaan makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dan data laporan yang digunakan adalah
laporan keuangan perusahaan selama 5 tahun dari 2010-2014.
Metode yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Dari penelitian ini
maka akan diketahui bahwa untuk Sales growth ratio,Financial debt ratio,Fixed
financial assets ratio memberikan hasil yang signifikan terhadap ROA (Return on
assets). Dan untuk hasil R2 0,227 artinya 22,7% ROA (return on assets) dipengaruhi
oleh kedua variabel tersebut. Sedangkan sisanya 77,3% dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Kata Kunci :Modal Kerja,Profitabilitas
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perekonomian negara Indonesia
pada saat ini sedang menuju pada era
globalisasi yang memberikan peluang
bagi perusahaan untuk
mengembangkan usahanya. Dilain
pihak dengan adanya perdagangan
bebas pada era globalisasi ini
menimbulkan persaingan yang ketat,
sehingga perusahaan harus mampu
mengantisipasi dan menghadapi segala
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
117
situasi agar bisa bertahan dan dapat
terus maju dan berkembang.
Pemenuhan akan modal kerja
terdiri dari saldo laba,modal dari para
pemegang saham dan dari sumber
lainnya seperti modal pinjaman,selain
ditunjang oleh pemenuhan modal yang
tepat agar perusahaan dapat
berkembang dengan baik,maka
dilakukan pengelolaan yang efektif dan
efesien. Apalagi disertai dengan
adanya tindakan pengendalian yang
efektif tujuannya untuk mencegah
timbulnya penyimpangan yang terjadi.
Menurut Susan Irawati (2006:40)
Modal kerja merupakan investasi
perusahaan dalam bentuk aktiva lancar
atau current assets.
Dengan adanya pengelolaan
yang efisien dalam melakukan kegiatan
operasional perusahaan maka akan
berpengaruh terhadap keberhasilan
perusahaan yang ditandai dengan
adanya laju pertumbuhan yang
meningkat. Laju pertumbuhan tersebut
pastinya membutuhkan adanya
penambahan pembiayaan, baik
penambahan pembiayaan aktiva lancar
ataupun aktiva tetap. Didalam
perusahaan modal jumlahnya harus
memadai, tetapi harus dijaga pula agar
modal ini tidak sampai
berlebihan,suatu perusahaan harus
berhati-hati dalam membuat dan
mengambil keputusan mengenai modal
kerja. Sebab kegagalan suatu
perusahaan adalah tidak mencukupi
modal perusahaan,adapun sebaliknya
bahwa modal yang berlebihan dapat
dikatakan sebagai dana tidak produktif.
Penggunaan modal harus seefisien
mungkin dalam arti modal yang
tersedia tidak perlu berlebihan dan
tidak kekurangan modal yang besar
memungkinkan terjadinya idle fund
(dana yang menganggur) hal ini akan
mengakibatkan terjadinya inefisiensi
demikian sebaliknya modal yang kecil
akan mengakibatkan terganggunya
operasi perusahaan.
Apabila menjalankan
perusahaan hanya dengan melihat
tingkat dana yang besar belum
merupakan ukuran bahwa perusahaan
tersebut telah bekerja secara efisien
untuk menghasilkan laba.
Mengukur efisien itu harus
menghitung profitabilitas,profitabilitas
diartikan sebagai kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba.
Menurut R Agus Sartono (2010:39)
menyatakan bahwa profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya
dengan penjualan,total aktiva,maupun
modal sendiri. Untuk mengukur tingkat
Profitabilitas yang ada pada perusahaan
dapat dilakukan dengan bermacam cara
tergantung pada laba atau modal mana
yang akan dibandingkan. Maka dari itu
pengelolaan modal kerja harus
dilakukan seefektif mungkin agar dapat
meningkatkan laba operasional
perusahaan sehingga perusahaan dapat
berjalan dan bertahan.
Berdasarkan uraian diatas maka
penulis tertarik untuk melakukan
penelitian serta membahas masalah
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
118
tersebut yang dituangkan dalam skripsi
yang berjudul “PENGARUH
MODAL KERJA TERHADAP
PROFITABILITAS PADA
PERUSAHAAN SEKTOR
MAKANAN DAN MINUMAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN
2010-2014 ”.
Perumusan Masalah
Dari uraian dilator belakang
tersebut maka masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Apakah modal kerja berpengaruh
terhadap profitabilitas (return on
assets) pada perusahaan sektor
makanan dan minuman yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2010-2014.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan
masalah tersebut maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui
Apakah modal kerja berpengaruh
terhadap profitabilitas (return on
assets) pada perusahaan sektor
makanan dan minuman yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2010-2014.
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian Modal Kerja
Menurut Brigham dan Houston
(2010:131) menyatakan bahwa “modal
kerja itu kadang-kadang disebut juga
modal kerja kotor sebenarnya adalah
aktiva lancar yang digunakan dalam
operasi”. Menurut Bambang Riyanto
(2001:57-58) menyatakan bahwa ada
tiga konsep pengertian modal kerja,
yaitu : Konsep Kuantitatif, Konsep ini
mendasarkan pada kuantitas dari dana
yang tertanam dalam unsur-unsur
aktiva lancar dimana aktiva ini
merupakan aktiva yang sekali berputar
kembali dalam bentuk semula atau
aktiva dimana dana yang tertanam
didalamnya akan dapat bebas lagi
dalam waktu yang pendek. Dengan
demikian modal kerja menurut konsep
ini adalah keseluruhan dari jumlah
aktiva lancar modal kerja dalam
pengertian ini sering di sebut modal
kerja bruto (gross working capital).
Konsep Kualitatif, Konsep kualitatif ini
pengertian modal kerja juga dikaitkan
dengan besarnya jumlah utang lancar
atau utang yang segera harus di bayar.
Dengan demikian maka sebagian dari
aktiva lancar ini harus disediakan
untuk memenuhi kewajiban finansial
yang segera harus dilakukan,dimana
bagian aktiva lancar ini tidak boleh
digunakan untuk membiayai
operasionalnya perusahaan untuk
menjaga likuiditasnya. Oleh karenanya
maka modal kerja menurut konsep ini
adalah sebagian aktiva lancar yang
benar-benar dapat digunakan untuk
membiayai operasinya perusahaan
tanpa mengganggu likuiditasnya,yaitu
yang merupakan kelebihan aktiva
lancar diatas utang lancarnya.
Modal kerja dalam pengertian ini
sering disebut modal kerja neto (net
working capital) Konsep Fungsional,
Konsep ini didasarkan pada fungsi dari
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
119
dana dalam menghasilkan pendapatan
(income). Setiap dana yang dikerjakan
atau digunakan dalam perusahaan
adalah dimaksudkan untuk
menghasilkan pendapatan. Ada
sebagian dana yang digunakan dalam
suatu periode accounting tertent yang
seluruhnya langsung menghasilkan
pendapatan bagi periode tersebut
(current income) dan ada sebagian
dana lain yang juga digunakan selama
periode tersebut tetapi tidak seluruhnya
digunakan untuk menghasilkan
“current income”.
Menurut Garrison Noreen terjemahan
A Totok Budisantoso (2001:793) yang
di maksud dengan modal kerja adalah
“kelebihan aktiva lancar diatas
kewajiban lancar”. Menurut Sri Dwi
Ari Ambarwati (2010:112) menyatakan
bahwa modal kerja adalah modal yang
seharusnya tetap ada dalam perusahaan
sehingga operasional perusahaan
menjadi lebih lancar serta tujuan akhir
perusahaan untuk menghasilkan laba
akan tercapai. Menurut C Handoyo
Wibisono (2008:81) modal kerja
adalah “dana yang dipergunakan untuk
melangsungkan kegiatan operasional
sehari-hari”. Menurut Sutrisno
(2009:39) modal kerja merupakan
salah satu unsur aktiva yang sangat
penting dalam perusahaan. Karena
tanpa modal kerja perusahaan tidak
dapat memenuhi kebutuhan dana untuk
menjalankan aktivitasnya. Masa
perputaran modal kerja yakni sejak kas
ditanamkan pada elemen-elemen
modal kerja hingga menjadi kas lagi
adalah kurang dari satu tahun
penggunaan modal kerja
tersebut.Menurut Koib (2008:129)
modal kerja adalah investasi
perusahaan dalam aktiva jangka
pendek atau lancar termasuk
didalamnya
kas,sekuritas,piutang,persediaan dan
dalam beberapa perusahaan ,biaya
dibayar di muka.
Jenis-Jenis Modal Kerja
Menurut Abd’rachim (2008:23)
ada dua jenis modal kerja yaitu sebagai
berikut: Modal Kerja Permanen
(Permanen Working Capital),
Merupakan modal kerja yang harus
tetap ada pada perusahaan agar dapat
menjalankan fungsinya,kita dapat
membedakannya menjadi : Modal
Kerja primer (Primary Working
Capital) Adalah modal kerja minimal
yang harus ada dalam perusahaan
untuk menjamin agar perusahaan tetap
bisa beroperasi.
Modal Kerja Normal (Normal Working
Capital), Adalah modal kerja yang
harus ada agar perusahaan bisa
beroperasi dengan tingkat produksi
normal. Modal Kerja Variabel
(Variabel Working Capital)
Merupakan modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah karena
keadaan darurat yang tidak diketahui
sebelumnya,yang dapat dibedakan
menjadi : - Modal Kerja Musiman
(Seasonal Working Capital) Adalah
sejumlah dana yang dibutuhkan untuk
mengatisipasi apabila ada fluktuasi
kegiatan perusahaan. - Modal Kerja
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
120
Siklus (Cyclical Working Capital)
Adalah modal kerja yang jumlah
kebutuhannya dipengaruhi oleh
fluktuasi konjugtor. - Modal Kerja
Darurat (Emergency Working Capital),
Adalah modal kerja ini jumlah
kebutuhannya dipengaruhi oleh
keadaan-keadaan yang terjadi diluar
kemampuan perusahaan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Modal Kerja
Jumlah modal kerja yang
dibutuhkan oleh setiap perusahaan
adalah berbeda. Modal kerja
perusahaan jasa relative lebih kecil
disbanding dengan modal kerja
perusahaan indusrti. Demikian pula
bagi sebuah perusahaan,kebutuhan
akan modal kerja dari waktu ke waktu
juga tidak sama. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi modal kerja
(Abd’rachim 2008:23-24) sebagai
berikut : Jenis kegiatan operasi
perusahaan, Jangka waktu yang
dibutuhkan untuk menghasilkan
barang, Cara pembelian dan penjualan,
Perputaran dari persediaan, Perputaran
dari piutang, Risiko dari harta lancer,
Credit rating dari perusahaan yang
bersangkutan, Sedangkan komposisi
modal kerja dipengaruhi oleh faktor-
faktor berikut : Sifat kegiatan
perusahaan, - Faktor-faktor ekonomi,
Peraturan-peraturan pemerintah yang
berhubungan dengan pengendalian
kredit, Suku bunga yang berlaku,
Jumlah uang yang beredar,
Tersedianya bahan-bahan dipasar,
Kebijaksanaan didalam perusahaan.
Menurut Kasmir (2008:254) modal
kerja yang dibutuhkan perusahaan
harus segera terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Ada beberapa
faktor yang dapat memengaruhi modal
kerja adalah sebagai berikut : Jenis
perusahaan, Syarat kredit, Waktu
produksi, Tingkat perputaran
persediaan, Menurut Sawir (2008:134)
penentuan jumlah modal kerja diangap
cukup bagi suatu perusahaan
dipengaruhi beberapa faktor sebagai
berikut : Sifat atau tipe perusahaan,
Waktu yang dibutuhkan untuk
memproduksi atau memperoleh barang
yang akan dijual serta harga per satuan
dari barang tersebut. Syarat pembelian
bahan atau barang dagangan. Syarat
penjualan. - Tingkat perputaran
persediaan.
Sumber Modal Kerja
Menurut Kasmir (2008:257-
258) sumber-sumber dana untuk modal
kerja dapat diperoleh dari penurunan
jumlah aktiva dan kenaikan passiva.
Berikut ini beberapa sumber modal
kerja yang dapat digunakan yaitu :
Hasil operasi perusahaan, Keuntungan
penjualan suat-surat berharga,
Penjualan saham, Penjualan aktiva
tetap, Penjualan obligasi, Memperoleh
pinjaman, Dana hibah dan Sumber
lainnya, Hasil Operasi perusahaan
maksudnya adalah pendapatan atau
laba yang diperoleh pada periode
tertentu. Pendapatan atau laba yang
diperoleh perusahaan ditambah dengan
penyusutan.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
121
Keuntungan penjualan surat-
surat berharga juga dapat digunakan
untuk keperluan modal kerja. Besar
keuntungan tersebur adalah selisih
antara harga beli dengan harga jual
surat berharga tersebut. Penjualan
saham artinya perusahaan melepas
sejumlah saham yang masih dimiliki
untuk dijual kepada berbagai pihak.
Hasil penjualan saham ini dapat
digunakan sebagai modal kerja.
Penjualan aktiva tetap maksudnya yang
dijual disini adalah aktiva tetap yang
kurang produktif atau masih
menganggur.Penjualan obligasi artinya
perusahaan mengeluarkan sejumlah
obligasi untuk dijual kepada pihak
lainnya. Hasil penjualan ini juga dapat
dijadikan modal kerja,sekalipun hasil
penjualan obligasi lebih diutamakan
kepada investasi perusahaan jangka
panjang. Memperoleh pinjaman dari
kreditor (Bank atau lembaga lain)
terutama pinjaman jangka
pendek,khusus untuk pinjaman jangka
panjang juga dapatdigunakan hanya
saja diperuntukkan pinjaman jangka
panjang biasanya digunakan untuk
kepeningan investasi. Perolehan dana
hibah dari berbagai lembaga ini juga
dapat digunakan sebagai modal kerja.
Dana hibah ini biasanya tidak
dikenakan beban biaya sebagaimana
pinjaman dan tidak ada kewajiban
pengembalian. Sedangkan Menurut
Sawir (2008:141) sumber-sumber
modal kerja yang akan menambah
modal kerja adalah : Adanya kenaikan
sektor modal, baik yang berasal dari
laba maupun penambahan modal
saham. Ada pengurangan atau
penurunan aktiva tetap karena adanya
penjualan aktiva tetap maupun melalui
proses depresiasi. Ada penambahan
utang jangka panjang,baik dalam
bentuk obligasi atau utang jangka
panjang lainnya.
Menurut Syahril dan Purba
(2013:71) yang termasuk sumber-
sumber modal kerja adalah sebagai
berikut : Penjualan aktiva tetap dan
investasi jangka panjang, Penjualan
ekuitas saham dan utang obligasi, Laba
bersih setelah pajak, Penyusutan atau
depresiasi aktiva tetap
Penggunaan Modal Kerja
Menurut Kasmir (2008:258)
penggunaan modal kerja dapat
diperoleh dari kenaikan aktiva tetap
dan menurunnya passiva. Secara umum
dikatakan bahwa penggunaan moda
kerja biasa dilakukan perusahaan untuk
: Pengeluaran untuk gaji,upah,dan
biaya operasi perusahaan lainnya,
Pengeluaran untuk membeli bahan
baku atau barang dagangan, Menutupi
kerugian akibat penjualan surat
berharga, Pembentukan dana,
Pembelian aktiva tetap (tanah,
bangunan, kendaraan, mesin, dan lain-
lain), Pembayaran utang jangka
panjang (obligasi, hipotek, utang bank
jangka panjang) Pembelian atau
penarikan kembali saham yang
beredar, Pengambilan uang atau barang
untuk kepentingan pribadi dan
Pengunaan lainnya. Sedangkan
Menurut Sawir (2008:142)
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
122
penggunaan-penggunaan modal kerja
yang mengakibatkan turunnya modal
kerja sebagai berikut : Berkurangnya
modal sendiri karena kerugian maupun
pengambilan privasi oleh pemilik
perusahaan, Pembayaran utang-utang
jangka panjang. Adanya penambahan
atau pembelian aktiva tetap.
Menurut Syahril dan Purba
(2013:71) yang termasuk penggunaan
modal kerja adalah : Perubahan ativa
tetap dan investasi jangka panjang,
Penarikan atau pelunasan ekuitas
saham dan utang obligasi, Pembayaran
deviden, Rugi bersih yang di derita
perusahaan.
2.1.2 Rasio Profitabilitas
2.1.2.1 Pengertian Profitabilitas
Menurut James C Van Horne
dan John M Wachowicz (2013:180)
profitabilitas adalah” rasio yang terdiri
atas 2 jenis rasio yang menunjukkan
profitabilitas dalam kaitannya dengan
penjualan dan rasio yang menunjukkan
profitabilitas dengan investasi”.
Menurut Budi Rahardjo (1993:19)
menyatakan bahwa profitabilitas
adalah “kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dengan
menggunakan modal yang tertanam
didalamnya”. Menurut Irham Fahmi
(2011:135) Profitabilitas adalah rasio
untuk mengukur efektivitas manajemen
secara keseluruhan yang di tunjukkan
oleh besar kecilnya tingkat keuntungan
yang diperoleh dalam hubungannya
dengan penjualan maupun
investasi,semakin baik rasio
profitabilitas maka semakin baik
menggambarkan kemampuan tingginya
perolehan keuntungan perusahaan.
Menurut L M Samyrn (2001:336)
Profitabilitas adalah suatu analisis yang
berupa perbandingan data keuangan
sehingga informasi keuangan tersebut
menjadi lebih berarti,biasanya
mencakup kemampuan manajemen
menciptakan laba dari aktiva
perusahaan. Menurut Munawir
(2004:33) Profitabilitas adalah
menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu. Profitabilitas suatu
perusahaan diukur dengan kesuksesan
perusahaan dan kemampuan
menggunkana aktivanya secara
produktif,dengan demikian
profitabilitas suatu perusahaan dapat
diketahui dengan membandingkan
antara laba yang diperoleh dalam suatu
periode dengan jumlah ativa atau
jumlah modal perusahaan tersebut.
Menurut Robert N Anthony dan
Vijay Govindarajan (2005:60)
Profitabilitas adalah kapasitas untuk
menghasilkan laba biasanya
merupakan tujuan yang paling
penting,profitabilitas dinyatakan dalam
arti dan konsep yang paling baik
melalui persamaan yang merupakan
hasil dari dua rasio yaitu : -Rasio
pertama dalam perhitungan persentase
margin laba (profit margin
percentage). -Rasio kedua merupakan
perputaran investasi (investment
turnover/ITO).
Jenis-jenis Rasio Profitabilitas
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
123
Menurut Kasmir (2008:198)
Masing-masing jenis rasio
profitabilitas di gunakan untuk menilai
serta mengukur posisi keuangan dalam
suatu periode tertentu atau untuk
beberapa periode. Jenis-jenis rasio
yang dapat digunakan adalah : 1. Profit
margin (profit margin on sales), 2.
Return on investment (ROI), 3. Return
on equity (ROE), 4. Laba per saham.
Sedangkan menurut L M Samryn
(2001:336-337) yang termasuk jenis-
jenis profitabilitas adalah sebagai
berikut : 1. Marjin laba bersih, 2. ROI
(Return on investment), 3. ROE
(Return on equity), 4. Laba per saham
(EPS). Rasio yang digunakan dalam
mengukur profitabilitas :
Return on investment/Return on assets
Menurut Munawir (2004:89)
menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang
digunakan.
Tujuan Dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir (2008:197-198)
tujuan penggunaan rasio profitabilitas
bagi perusahaan maupun bagi pihak
luar perusahaan yaitu : Untuk
mengukur atau menghitung laba yang
diperoleh perusahaan dalam satu
periode tertentu. Untuk menilai posisi
laba perusahaan tahun sebelumnya
dengan tahun yang akan datang. Untuk
menilai perkembangan laba dari waktu
ke waktu. Untuk menilai besarnya laba
bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri. Sementara Manfaat yang
diperoleh adalah untuk : Mengetahui
besarnya tingkat laba yang diperoleh
perusahaan dalam satu periode.
Mengetahui posisi laba perusahaan
tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang. Mengetahui perkembangan
laba dari waktu ke waktu. Mengetahui
besarnya laba bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri. Mengetahui
produktivitas dari seluruh dana
perusahaan yang digunakan baik modal
pinjaman maupun modal sendiri.
2.2 Kerangka Pemikiran
Keterangan
Variable bebas Modal Kerja (X)
Variable terikat Probabilitas (Y)
𝑅𝑂𝐴 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 X 100%
Modal Kerja
(X)
Probabilitas
(Y)
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
124
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut pernyataan
Kerlinger (2006: 30), adalah dugaan
(conjectural) tentang hubungan antara
dua variabel atau lebih. Hipotesis
selalu mengambil bentuk kalimat
pernyataan (declarative) dan
menghubungkan secara umum maupun
khusus-variabel yang satu dengan
variabel yang lain.
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis
adalah pernyataan dugaan sementara
tentang hubungan antara variabel bebas
dan variable terikat harus diuji lagi
kebenarannya melalui penelitian
ilmiah.
Adapun hipotesis yang dikemukakan
adalah sebagai berikut:
Terdapat Pengaruh modal kerja (X)
terhadap produktivitas (Y)
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua
variabel yaitu variabel bebas (X) dan
variabel terikat (Y). Dimana variabel
bebas yaitu modal kerja yang terdiri
dari Sales growth ratio,Financial debt
ratio,dan Fixed financial assets ratio
dan variabel terikatnya profitabilitas
yaitu ROA (Return on assets).
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Operasionalisasi Variabel
Penelitian
Variabel penelitian ini ada 2
variabel yaitu variabel bebas (X) dan
Variabel terikat (Y) untuk variabel
yang akan dianalisa dikelompokkan
menjadi :
Variabel Dependen : ROA (Return
on assets)
Variabel Independen :
1. Sales growth ratio
2. Financial debt ratio
3. Fixed financial assets ratio
Definisi Operasional Variabel
:
ROA (Return on assets): kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dari
aktiva yang digunakan
.
Modal Kerja : investasi
perusahaan dalam aktiva jangka
pendek atau lancar termasuk di
dalamnya
kas,sekuritas,piutang,persediaan dan
dalam beberapa perusahaan ,biaya
dibayar di muka.
Sales Growth Ratio : rasio
pertumbuhan penjualan dengan
membandingkan penjualan tahun ini
dengan tahun sebelumnya. (Deloof
:2003)
ROA = Earning after tax X 100%
Total Assets
Total Assets
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
125
Financial Debt Ratio : rasio mengukur
kemampuan perusahaan dalam
memenuhi utang.
Fixed Financial Assets Ratio : rasio
mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi aktiva tetap.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah 18
laporan keuangan perusahaan sektor
makanan dan minuman yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tahun
2010-2014 melalui website IDX.
Pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah menggunakan
metode purposive sampling, dimana
sampel penelitian ditentukan dengan
pertimbangan atau kriteria tertentu
Sugiyono, (2014: 85). Sampel dalam
penelitian ini adalah 14 laporan
keuangan perusahaan sektor makanan
dan minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-
2014 yang telah diaudit dari akuntan
publik yang dipilih. Dan sisanya
perusahaan sektor makanan dan
minuman lainnya tidak dicatat
dikarenakan laporan keuangan yang
diingingkan tidak tercantum untuk
periode tahun 2010-2014.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam
penelitia ini adalah data sekunder
laporan tahunan perusahaan sektor
makanan dan minuman yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
telah dipublikasikan. www.idx.co.id.
Laporan keuangan yang digunakan
adalah 18 laporan keuangan
perusahaan sektor makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2014
terdiri dari :
a. Akasha wira internasional Tbk, b.
Delta Djakarta Tbk, c. Fast food
Indonesia Tbk, d. Indofood sukses
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑔𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑖𝑛𝑖−𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎 X 100%
𝐹𝑖𝑛𝑎𝑛𝑐𝑖𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑏𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 X 100%
𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑓𝑖𝑛𝑎𝑛𝑐𝑖𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 X 100%
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
126
makmur Tbk, e. Indofood CBP sukses
makmur Tbk, f. Japfa comfeed
Indonesia Tbk, g. Multi bintang
Indonesia Tbk, h. Mayora indah Tbk, i.
Nippon indosari corporindo Tbk, j.
Prasidha aneka niaga Tbk, k. Siantar
top Tbk, l. Sekar laut Tbk, m. Ultra
jaya milk industry Tbk, n. Wilmar
cahaya Indonesia Tbk
Teknik Analisis dan Pengujian
Hipotesis
Uji Asumsi Klasik
Dalam penggunaan analisis
korelasi agar menunjukkan hubungan
yang valid atau tidak maka perlu
pengujian asumsi klasik pada model
regresi yang di gunakan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1Nama perusahaan sektor makanan dan minuman
No Nama Perusahaan Tanggal Pendaftaran
1 Akasha wira internasional Tbk 13 Juni 1994
2 Delta djakarta Tbk 12 Februari 1984
3 Fast food indonesia Tbk 11 Mei 1993
4 Indofood sukses makmur Tbk 14 Juli 1994
5 Indofood CBP sukses makmur Tbk 7 Oktober 2010
6 Japfa comfeed indonesia Tbk 23 Oktober 1989
7 Multi bintang indonesia Tbk 17 Januari 1994
8 Mayora indah Tbk 4 Juli 1990
9 Nippon indosari corpindo Tbk 28 Juni 2010
10 Prasidha aneka niaga Tbk 18 Oktober 1994
11 Siantar top Tbk 16 Desember 1996
12 Sekar laut Tbk 8-Sep-93
13 Ultra jaya milk industry Tbk 02 November 1971
14 Wilmar cahaya indonesia Tbk 9 Juli 1996
Tabel 4.2 Data Analisis Perhitungan
No Nama Perusahaan 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1
Akasha wira
internasional Tbk 9.7 8.1 21.4 12.6 6.1 11.58
2 Delta djakarta Tbk 25.2 21.7 28.6 31.1 29 27.12
3 Fast food indonesia Tbk 16.1 14.7 11.5 7.7 7 11.4
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
127
(Sumber data yang diolah)
Dari tabel 4.2 di atas bahwa dapat
dilihat 5 perusahaan yang mempunyai
ROA (Return on assets) terbesar adalah
Multi Bintang Indonesia Tbk Sebesar
44.2,Mayora Indah Tbk Sebesar
28.8,Delta Djakarta Tbk Sebesar 27.12,
Nippon Indosari Corporindo Tbk
Sebesar 12.48,Indofood CBP sukses
makmur Tbk sebesar 11.92,Akasha
wira international Tbk sebesar 11.58
dan Fast food Indonesia Tbk sebesar
11.4.
Terlihat bahwa 5 perusahaan
yang mempunyai nilai rata-rata ROA
(Return on assets) tertinggi ini mampu
mempergunakan aktivanya secara
efisien sehingga dapat menghasilkan
laba.
Untuk Multi bintang Indonesia
Tbk pada tahun 2010 ke 2011 ROA
(return on assets) nya mengalami
peningkatan ini artinya bahwa
perusahaan sangat efektif dan efisien
dalam mengelola keuangan sehingga
dapat meningkatkan labanya. Pada
tahun yang sama 2010 ke 2011
perusahaan Prasidha aneka niaga Tbk
juga mengalami peningkatan ROA
(return on assets) yaitu dari 3.11 ke
5.66.
Sedangkan untuk PT. Delta
Djakarta peningkatan ROA (return on
4
Indofood sukses
makmur Tbk 13.3 12.7 11.5 7.8 8.3 10.72
5
Indofood CBP sukses
makmur Tbk 12.7 13.5 12.8 10.5 10.1 11.92
6
Japfa comfeed
indonesia Tbk 15.6 8.1 9.8 4.2 2.4 8.02
7
Multi bintang indonesia
Tbk 38.9 41.5 39.3 65.7 35.6 44.2
8 Mayora indah Tbk 113.5 7.3 8.9 10.4 3.9 28.8
9
Nippon indosari
corporindo Tbk 17.5 15.2 12.3 8.6 8.8 12.48
10
Prasidha aneka niaga
Tbk 3.11 5.66 3.75 3.12 4.53 4.03
11 Siantar top Tbk 4.5 4.5 5.9 7.7 7.2 5.96
12 Sekar laut Tbk 2.42 2.79 3.18 3.78 4.97 3.42
13
Ultra jaya milk industri
Tbk 5.3 5.5 12 10.7 8.2 8.34
14
Wilmar cahaya
indonesia Tbk 3.47 11.6 12.1 5.67 3.19 7.2
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
128
assets) terjadi pada tahun 2012 ke 2013 yaitu dari 28.6 menjadi 31.1.
Tabel 4.3
Sales Growth Ratio
No Nama Perusahaan 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1
Akasha wira internasional
Tbk 0.62 0.36 0.59 0.05 0.15 0.35
2 Delta djakarta Tbk -0,04 0.15 0.23 0.16 0.05 0.11
3 Fast food indonesia Tbk 0.18 0.09 0.11 0.11 0.06 0.11
4
Indofood sukses makmur
Tbk 0.02 0.18 0.1 0.11 0.14 0.11
5
Indofood CBP sukses
makmur Tbk 3.48 0.07 0.11 0.16 0.19 4.01
6
Japfa comfeed indonesia
Tbk 0 0.12 0.14 0.2 0.14 0.12
7
Multi bintang indonesia
Tbk 10.1 0.03 -0,15 1.27 -0,16 2.21
8 Mayora indah Tbk 0.51 0.3 0.11 1.5 0.17 0.52
9
Nippon indosari
corporindo Tbk 0.25 0.32 1.19 0.26 0.24 0.45
10 Prasidha aneka niaga Tbk 0.56 0.34 0.04 -0,01 -0,23 0.14
11 Siantar top Tbk 0.21 0.34 0.24 0.32 0.28 0.27
12 Sekar laut Tbk 0.07 0.15 0.29 0.35 0.12 0.19
13
Ultra jaya milk industri
Tbk 0.16 2.1 0.33 0.23 0.13 0.59
14
Wilmar cahaya indonesia
Tbk -0,39 0.72 -0,09 1.25 0.46 0.39
(Sumber data yang diolah)
Dari tabel 4.3 diatas dapa dilihat bahwa
perusahaan yang mempunyai Sales
Growth Ratio terbesar adalah Indofood
CBP Sukses Makmur Tbk Sebesar
4.01,Multi Bintang Indonesia Tbk
Sebesar 2.21,Mayora Indah Tbk
Sebesar 0.52 ,Ultra jaya milk industry
Tbk sebesar 0.59,Nippon Indosari
Corporindo Tbk Sebesar 0.45, Wilmar
cahaya indonesia Tbk sebesar
0.39,Akasha Wira Internasional Tbk
Sebesar 0.35 dan Siantar top tbk
sebesar 0.27.
Terlihat bahwa 5 perusahaan
ini mempunyai Sales Growth Ratio
terbesar cenderung mengalami
fluktuasi selama periode tahun 2010-
2014.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
129
Pada tahun 2010 ke 2011 perusahaan
Indofood sukses makmur Tbk Sales
growth ratio nya mengalami
peningkatan dari 0.02 ke 0.18 dan
perusahaan yang mengalami
peningkatan Sales growth ratio di
tahun yang sama yaitu Nippon indosari
corporindo Tbk dari 0.25 ke 0.32.
Sedangkan untuk tahun 2012 ke 2013
hanya perusahaan Siantar top Tbk dan
Sekar laut Tbk yang mengalami
peningkatan.
Perusahaan yang mengalami
peningkatan di tahun 2013 ke 2014
yaitu Indofood CBP sukses makmur
Tbk,Nippon indosari corporindo
Tbk,dan Indofood sukses makmur Tbk.
Bisa kita simpulkan bahwa perusahaan-
perusahaan yang mengalami
peningkatan Sales growth ratio ini
adalah perusahaan yang mampu
meningkatkan penjualannya dengan
cara efektif dan efesien
.
Tabel 4.4
Financial Debt Ratio
No Nama Perusahaan 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1
Akasha wira internasional
Tbk 0.69 0.6 0.46 0.39 0.41 0.51
2 Delta djakarta Tbk 0.18 0.17 0.19 0.21 0.22 0.19
3 Fast food indonesia Tbk 0.35 0.46 0.44 0.45 0.44 0.42
4 Indofood sukses makmur Tbk 0.47 0.41 0.42 0.51 0.52 0.46
5
Indofood CBP sukses
makmur Tbk 0.29 0.29 0.32 0.59 0.39 0.37
6 Jafpa comfeed indonesia Tbk 0.5 0.54 0.56 0.64 0.66 2.37
7 Multi bintang indonesia Tbk 0.58 0.56 0.71 0.44 0.75 0.6
8 Mayora indah Tbk 0.53 0,63 0.63 0.59 0.6 0.59
9
Nippon indosari corporindo
Tbk 0.19 0.28 0.44 0.56 0.55 0.4
10 Prasidha aneka niaga Tbk 0.53 0.51 0.39 0.38 0.39 0.44
11 Siantar top Tbk 0.31 0.47 0.53 0.52 0.51 0.46
12 Sekar laut Tbk 0.4 0.42 0.48 0.53 0.53 0.47
13 Ultra jaya milk industri Tbk 0.35 0 0 0.28 0.22 0.17
14
Wilmar cahaya indonesia
Tbk 0.63 0.5 0.54 0.5 0.58 0.55
(Sumber data yang diolah)
Dari data tabel 4.4 bahwa perusahaan
yang mempunyai Financial debt ratio
terbesar adalah Jafpa Comfeed
Indonesia Tbk Sebesar 2.37,Mayora
indah Tbk sebesar 0.59,Wilmar cahaya
Indonesia Tbk sebesar 0.55,Akasha
wira international Tbk sebesar
0.51,Indofood sukses makmur Tbk
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
130
sebesar 0.46,Fast food Indonesia Tbk
sebesar 0.42 Sedangkan untuk
perusahaan yang mempunyai Financial
debt ratio terendah adalah Delta
Djakarta Tbk sebesar 0.19,Ultra jaya
milk industry Tbk sebesar 0.17,Multi
bintang indonesia Tbk sebesar 0.6,dan
Nippon indosari corpindo Tbk sebesar
0.4.
Pada tahun 2010 ke 2011
perusahaan yang mengalami kenaikkan
dalam Financial debt ratio adalah Fast
food Indonesia,jafpa comfeed
Indonesia Tbk,Mayora indah
Tbk,Nippon indosari Corporindo
Tbk,Siantar top Tbk,dan Sekar laut
Tbk. Untuk Perusahaan Indofood
sukses makmur Tbk dari tahun 2011-
2014 Financial debt rationya
mengalami peningkatan dalam setiap
tahunnya. yaitu dari 0.41,0.42,0.51,
dan 0.52. Sedangkan yang mengalami
kenaikkan Financial debt ratio di tahun
2011-2013 adalah perusahaan Nippon
indosari corporindo Tbk yaitu
0.28,0.44, dan 0.56. Perusahaan Sekar
laut Tbk yaitu 0.42, 0.48,dan 0.53.
Tahun 2013 ke 2014
perusahaan yang mengalami kenaikkan
Financial debt ratio yaitu Akasha wira
internasional Tbk,Delta Djakarta
Tbk,Indofood sukses makmur
Tbk,Jafpa comfeed Indonesia
Tbk,Multi bintang Indonesia Tbk.
Tabel 4.5
Fixed Financial Assets Ratio
(Sumber: data yang diolah)
No Nama Perusahaan 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1 Akasha wira internasional Tbk 0.31 0,31 0.28 0.32 0.33 0.31
2 Delta djakarta Tbk 0.35 0.39 0.39 0.35 0.32 0.36
3 Fast food indonesia Tbk 0.17 0.15 0.17 0.16 0.16 0.16
4 Indofood sukses makmur Tbk 0.13 0.13 0.2 0.28 0.25 0.19
5 Indofood CBP sukses makmur Tbk 0.16 0.15 0.14 0.22 0.2 0.17
6 Japfa comfeed indonesia Tbk 0.23 0.21 0.18 0.16 0.18 0.19
7 Multi bintang indonesia Tbk 0.46 0.44 0.56 0.56 0.58 0.52
8 Mayora indah Tbk 0.24 0.19 0.18 0.19 0.22 0.2
9 Nippon indosari corporindo Tbk 0.15 0.71 0.74 0.64 0.78 0.60
10 Prasidha aneka niaga Tbk 0.3 0.33 0.41 0.4 0.47 0.38
11 Siantar top Tbk 0.45 0.35 0.3 0.28 0.27 0.33
12 Sekar laut Tbk 0.15 0.18 0.2 0.21 0.24 0.19
13 Ultra jaya milk industri Tbk 0.3 0.31 3.2 0.31 0.34 0.89
14
Wilmar cahaya
indonesia Tbk 0.1 0.15 0.14 0.22 0.2 0.17
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
131
Dari data tabel 4.5 diatas bahwa
perusahaan yang mempunyai Fixed
Financial Assets Ratio terbesar yaitu
Ultra Jaya Milk Industri Tbk Sebesar
0.89,Nippon Indosari Corporindo Tbk
Sebesar 0.60,Multi bintang Indonesia
Tbk sebesar 0.52,Prasidha aneka niaga
Tbk sebesar 0.38,dan Delta Djakarta
Tbk 0.36. Pada tahun 2010 ke 2011
perusahaan yang mengalami kenaikkan
Fixed financial assets ratio adalah
Nippon indosari corporindo
Tbk,Prasidha aneka niaga Tbk,Sekar
laut Tbk,Ultra jaya milk industry
Tbk,dan wilmar cahaya Indonesia Tbk.
4.2 Pembahasan
Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Gambar 4.1
Sumber : Output SPSS,data olahan
Dilihat dari Normal Probability plot of
residual diketahui bahwa residual
membentuk suatu pola garis
lurus,sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa residual
berdistribusi normal.
.
Sumber : Output SPSS,data olahan
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
132
Histogram diatas terlihat bahwa
sebaran data residual secara umum
berbentuk lonceng. Sehingga dapat
disimpulkan residual ini berdistribusi
normal.
Adapun Uji Normalitas yang
digunakan dalam penelitian ini
menggunakan Uji Kolmogrov-Smirnov
untuk menguji sesuai (goodness of fit)
dalam hal ini yang diperhatikan tingkat
kesesuaian antara distribusi nilai
sampel dengan distribusi teoritis
tertentu.
Tabel 4.6
Uji Normalitas
Sumber : Output SPSS,data olahan
Berikut adalah Hipotesisnya :
Ho = F (x) = F0 (x) dengan F (x) adalah
distribusi frekuensi hasil pengamatan
dan F0 (x) adalah distribusi frekuensi
harapan (teoritis) artinya berdistribusi
normal.
H1 = F (x)? F0 (x) artinya berdistribusi
tidak normal.
Pengambilan Keputusan berdasarkan
nilai probabilitas, dengan tingkat
kepercayaan 95% (a=0,05).
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho
diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho di
tolak
Berdasarkan hasil Uji Normalitas
Kolmogrov-Smirnov diperoleh hasil
probabilitas sebesar 0,869 dengan
menggunakan taraf signifikan 5%
(0,05) maka lebih besar dari 0,05 dan
artinya Ho di terima,sehingga dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi
normal.
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
133
b. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas
Sumber : Output SPSS,data olahan
Dilihat dari Tabel nilai VIF
dan Tolerance pada tabel bahwa
variabel independen ( sales growt
ratio,financial debt ratio,fixed
financial assets ratio) memiliki nilai
VIF disekitar angka 1 artinya tidak
mempunyai kolinearitas antar variabel
independen. Apabila dilihat dari nilai
Tolerance yang mendekati angka 1
artinya variabel independen tidak
multikolinearitas,sebab jika nilai
Tolerance < 0,1 berarti variabel
independen mempunyai kolerasi yang
sempurna.
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Duwi Priyatno (2009:30)
ketentuannya adalah sebagai berikut :
- Jika titik-titiknya membentuk pola
tertentu yang teratur maka
diindikasikan terdapat masalah
heteroskedastisitas.
- Jika tidak ada pola yang jelas,serta
titik-titiknya menyebar diatas dan
bawah angka 0 pada sumbu y maka
diindikasikan tidak terdapat
heteroskedastisitas.
Gambar 4.3
Sumber : Output SPSS,data olahan
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
134
Terlihat dari grafik Scatterplot
bahwa titik-titik dari data menyebar
secara acak serta menyebar diatas
maupun dibawah angka 0 pada sumbu
Y dan tidak membentuk suatu pola
tertentu,maka dapat disimpulkan tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model
ini data bersifat homoskedastisitas,
sehingga regresi ini layak digunakan
untuk menganalisis ROA (Return on
assets) yang diukur dari beberapa
faktor.
d. Uji Autokorelasi
Tabel 4.8
Sumber : Output SPSS,data olahan
Untuk mendeteksi terjadinya
autokorelasi atau tidak dapat dilihat
melalui DW (Durbin Waston). Bila
DW terletak diantara angka -2< DW<2
maka dapat dikatakan tidak terjadi
autokorelasi baik positif atau negatif.
Dapat dilihat tabel diatas nilai DW
adalah 1.760 dengan mengikuti
ketentuan diatas dapat dikategorikan
bahwa nilai DW berada di antara -
2<DW<2 sehingga tidak terjadi
autokorelasi.
2. Analisis Koefisien Regresi Berganda
a. Uji F (Simultan)
Tabel 4.9
UJI F (Simultan)
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
1
Regression 11274769.188 3 3758256.396 .979 .441b
Residual 38390755.669 10 3839075.567
Total 49665524.857 13
a. Dependent Variable: ROA b. Predictors: (Constant), FFAR, FDR, SGR
Sumber : Output SPSS,data olahan
Uji F yang dapat dipergunakan
untuk menguji apakah model regresi
yang didapatkan sudah cocok dengan
data atau tidak,apakah terdapat
7.979
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
135
kecocokan antara model regresi dengan
data, maka model tersebut dapat di
gunakan untuk menganalisis ROA
(Return on assets) yang diukur dari
sales growth ratio,financial debt
ratio,fixed financial assets ratio.
Dari perhitungan yang didapat
bahwa nilai sebesar 7.979 dengan
tingkat signifikan sebesar 5% df1 = 3
dan df2 =10 maka nilai Ftabel = 3.71
karena nilai Fhitung 7.979 > Ftabel nilai
3.71 maka Ho ditolak artinya terdapat
kecocokan antara model dengan data.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel sales growth ratio,financial
debt ratio,fixed financial assets ratio
dengan signifikan memberikan
pengaruh terhadap ROA (Retun on
assets).
b. Uji T (Parsial)
Tabel 4.10 Uji T (Parsial)
Sumber : Output SPSS,data olahan
Dari Tabel diatas diperoleh model
regresi :
Y = 5800,054+ 69,579 X1a -
13,726X1b -311,926 X1c
X1a = Sales growth ratio
X1b = Financial debt ratio
X1c = Fixed financial assets
ratio
Berdasarkan persamaan regresi dapat
diketahui bahwa :
Konstanta 5800,054 menyatakan
bahwa jika nilai dari variabel
independen nol,maka ROA sebesar
5800,054
Koefisien regresi sales growth ratio
sebesar 69,579 menyatakan bahwa
setiap penambahan 1 dari variabel
(karena bertanda +) maka nilai Y ROA
akan bertambah sebesar 69,579 dimana
variabel lain dianggap konstanta.
Koefisien regresi Financial debt ratio
sebesar -13,726 menyatakan bahwa
setiap penambahan 1 dari variabel
(karena bertanda -) maka nilai Y ROA
akan bertambah sebesar 13,726 dimana
variabel lain dianggap konstanta.
Koefisien regresi fixed financial assets
ratio sebesar -311,926 menyatakan
bahwa setiap penambahan 1 dari
variabel (karena bertanda -) maka nilai Y
ROA akan bertambah sebesar -311,926
dimana variabel lain dianggap konstanta.
Setelah itu,dari persamaan regresi yang
didapatkan akan dilakukan pengujian
apakah nilai konstanta dan koefisien
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
136
variabel independen memberikan
pengaruh yang signifikan tidak
terhadap variabel dependen,untuk itu
dilakukan uji parsial (t), pengujian ini
dilakukan dengan 2 metode :
1. membandingkan nilai thitung dengan
ttabel
2. Uji signifikansi
Model Penelitian :
Tabel 4.11
Koefisien Antar Variabel
Hasil X1a+X1b+X1c= 60.680
Berikut adalah pengujiannya :
Menguji signifikansi konstanta (β0)
pada model regresi terlihat bahwa thitung
untuk konstanta (β0) adalah 60.680
sedangkan ttabel bisa didapat pada tabel
t-test dengan a=0,05,karena digunakan
hipotesis 2 arah,ketika mencari ttabel
nilai a dibagi dua menjadi 0,025 dan
df= 14 (didapat dari rumus n-2,dimana
n adalah jumlah data,14-2=12) di dapat
ttabel adalah 2.17
Karena thitung > ttabel (60.680 > 2.17)
maka H0 ditolak sehingga dapat
disimpilukan bahwa konstanta (β0)
berpengaruh terhadap ROA.
Dapat dilihat bahwa probabilitas pada
kolom sig adalah 0,010 probabilitas
dibawah 0.05 ( 0.010 < 0.05) H0 ditolak
artinya (β0) ada pengaruh terhadap
ROA.
Menguji signifikansi konstanta (β1)
sales growth ratio pada model regresi
terlihat bahwa thitung untuk konstanta
(β1) adalah 95.427 sedangkan ttabel bisa
didapat pada tabel t-test dengan
a=0,05,karena digunakan hipotesis 2
arah,ketika mencari ttabel nilai a dibagi
dua menjadi 0,025 dan df= 14 (didapat
dari rumus n-2,dimana n adalah jumlah
data,14-2=12) di dapat ttabel adalah 2.17
Karena thitung > ttabel ( 95.427 > 2.17)
maka H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa konstanta (β1) ada
pengaruh terhadap ROA.
Sales growth ratio
(X1a) 95.427
Financial debt
ratio
(X1b) 60.161
Fixed Financial
assets ratio
(X1c) 62.586
ROA (Y)
2.17
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
137
Dapat dilihat bahwa probabilitas pada
kolom sig adalah 0.007 probabilitas
dibawah 0.05 ( 0.007 > 0.05) H0
diterima artinya (β1) ada pengaruh
terhadap ROA
Hal ini tidak sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Yunus (2005) yang
mengasumsikan apabila ada
peningkatan jumlah aktiva lancar maka
semakin perlu pendanaan eksternal
tanpa ada peningkatan laba.
Menguji signifikansi konstanta (β2)
financial debt ratio pada model regresi
terlihat bahwa thitung untuk konstanta
(β2) adalah 60.161 sedangkan ttabel bisa
didapat pada tabel t-test dengan
a=0,05,karena digunakan hipotesis 2
arah,ketika mencari ttabel nilai a dibagi
dua menjadi 0,025 dan df= 14 (didapat
dari rumus n-2,dimana n adalah jumlah
data,14-2=12) di dapat ttabel adalah 2.17
Karena thitung > ttabel (60.161 > 2.17)
maka H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa konstanta (β2)
berpengaruh terhadap ROA.
Dapat dilihat bahwa probabilitas pada
kolom sig adalah 0.011 probabilitas
dibawah 0.05 ( 0.011 < 0.05) H0 ditolak
artinya ada pengaruh terhadap ROA.
Pengaruh Financial debt ratio
adalah negatif yang menunjukkan
hubungan yang berlawanan. Dalam hal
ini berarti penurunan Financial debt
ratio akan mengakibatkan naiknya
ROA (return on assets). Penelitian ini
sesuai dengan penelitian Yunus (2005).
Menguji signifikansi konstanta (β3)
fixed financial assets ratio pada model
regresi terlihat bahwa thitung untuk
konstanta (β3) adalah 62.586
sedangkan ttabel bisa didapat pada tabel
t-test dengan a=0,05,karena digunakan
hipotesis 2 arah,ketika mencari ttabel
nilai a dibagi dua menjadi 0,025 dan
df= 14 (didapat dari rumus n-2,dimana
n adalah jumlah data,14-2=12) di dapat
ttabel adalah 2.17
Karena thitung > ttabel (62.586 > 2.17)
maka H0 diolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa konstanta (β3) ada
pengaruh terhadap ROA.
Dapat dilihat bahwa probabilitas pada
kolom sig adalah 0.010 probabilitas
dibawah 0.05 ( 0.010 < 0.05) H0 ditolak
artinya ada pengaruh terhadap ROA.
Pengaruh Fixed financial assets
ratio terhadap ROA (return on assets )
adalah negatif yang menunjukkan
hubungan yang berlawanan. Dalam hal
ini berarti penurunan Fixed financial
assets ratio akan mengakibatkan
naiknya ROA (return on assets).
Kemungkinan ini disebabkan oleh
perusahaan yang belum melakukan
efisiensi terhadap Fixed financial
assets nya sehingga tidak dapat
meningkatkan kapasitas produksi.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian
Yunus (2005).
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
138
3. Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4.12
Model Summaryb
Mode
l
R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1
1 .476a .227 -.005 1959.35591 .227 .979 3
Sumber : Output SPSS,data olahan
Dilihat dari tabel 4.11 bahwa
satu model regresi dengan nilai
koefisien determinasi (R Square)
sebesar 0,227 (22,7%). Koefisien
determinasi ini menunjukkan bahwa
22,7% ROA dapat dijelaskan atau
dipengaruhi oleh sales growth
ratio,financial debt ratio,fixed
financial assets ratio. Sedangkan
sisanya (100% - 22,7% = 77,3%) ROA
(Return on assets) dipengaruhi oleh
faktor lain.
Tabel 4.13
Koefisien Determinasi Variabel independen
Sales Growth ratio
Model Summary Mod
el
R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1
1 .298a 089 .013 1942.27081 089 1.165 1
Dilihat dari hasil uji R square
untuk variabel Sales growth ratio
memiliki nilai 089 (8,9%) artinya
untuk hasil Sales growth ratio
memiliki pengaruh yang kuat. Bisa
disimpulkan bahwa perusahaan mampu
melakukan penjualannya secara efektif
dan efisien sehingga perusahaan dalam
menggunakan penjualannya sebagai
dasar untuk meningkatkan
profitabilitas ROA (Return on assets).
Karena pada dasarnya pertumbuhan
penjualan yang tinggi akan selalu
diikuti dengan laba yang tinggi pula.
Adapun alasan lainnya yakni
disebabkan karena beberapa faktor
yaitu faktor eksternal dan faktor
internal.faktor eksternal menyangkut
keadaan politik, pengaruh iklim usaha,
karakteristik masyarakat. Sedangkan
faktor internal nya adalah
produktivitas.
7.979
7.979
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
139
Menurut Jatismara (2011) juga
memberikan kesimpulan bahwa dengan
meningkatkannya aktivitas Sales
growth maka menunjukkan semakin
baik kinerja perusahaan yang tercemin
melalui ROA (return on assets).
Menurut Hatta (2002)
menyatakan bagi perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan penjualan yang
tinggi maka ada kecendrungan
perusahaan membagikan deviden lebih
konsisten dibandingkan dengan
perubahan-perubahan yang tingkat
pertumbuhannya rendah karena
perusahaan tersebut tidak mampu
meningkatkan laba perusahaan.
Tabel 4.14
Koefisien Determinasi Variabel independen
Financial debt ratio
Model Summary
Mode
l
R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1
1 .123a 015 -.067 2018.88413 015 .185 1
Dilihat dari hasil uji R square
untuk variabel Financial debt ratio
memiliki nilai 015 (1,5%) artinya
untuk hasil Financial debt ratio
memiliki pengaruh yang lemah. Bisa
disimpulkan bahwa penggunaan hutang
oleh perusahaan tidak dijadikan
alternatif sebagai sumber pendanaan
yang dapat dimanfaatkan oleh
perusahaan dalam meningkatkan
profitabilitas ROA (return on assets).
Menurut Tryfondis (2006) dan
Et all (2004) menyatakan bahwa
Financial debt ratio yang lemah
artinya baik untuk perusahaan. Karena
semakin tinggi tingkat Financial debt
ratio dalam perusahaan maka akan
menurunkan tingkat profitabilitas ROA
(return on assets) hal ini karena
perusahaan harus membayar bunga dan
mengembalikan pinjaman kepada para
kreditor.
Tabel 4.15
Koefisien Determinasi Variabel Independen
Fixed financial assets ratio
Model Summary
Mode
l
R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1
1 .080a 006 -.076 2027.80767 006 .078 1
7.979
7.979
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
140
Dilihat dari hasil uji R square
untuk variabel Fixed financial assets
ratio memiliki nilai 006 (0,6%) artinya
untuk hasil Fixed financial assets ratio
memiliki pengaruh yang lemah. Bisa
disimpulkan bahwa di dalam kegiatan
operasionalnya perusahaan dalam
sektor makanan dan minuman yang
diteliti ini mengurangi investasi pada
aktiva tetap dan mengalokasikan
sebagian besar dananya pada aktiva
lancar guna menjaga kelancaran
kegiatan perusahaan.
Menurut Lazardis (2006)
apabila tingkat Fixed financial assets
rationya naik maka akan menurunkan
tingkat profitabilitas ROA (return on
assets) dan begitu sebaliknya jika
Fixed financial assets rationya turun
maka profitabilitas ROA (return on
assets) yang di dapat akan naik.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis
yang telah dilakukan oleh
peneliti,maka untuk hasil dari
penelitian yang mengenai pengaruh
modal kerja terhadap profitabilitas
pada perusahaan sektor makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. kesimpulannya adalah
sebagai berikut :
Hasil uji regresi atau hasil uji asumsi
klasik variabel independen yaitu Modal
Kerja dengan perhitungan melalui
rumus (Sales growth ratio,Financial
debt ratio, dan Fixed financial assets
ratio) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap profitabilitas yang
dalam perhitungannya melalui rumus
ROA (Return on assets).
Untuk uji statistik dengan pembuktian
hipotesis baik uji f (simultan) ataupun
uji t (parsial) terdapat pengaruh antara
modal kerja (Sales growth
ratio,Financial debt ratio, dan Fixed
financial assets ratio) terhadap
profitabilitas ROA (Return on assets)
pada perusahaan sektor makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Hasil perhitungna variabel independen
dengan rumus yang paling dominan
mempengaruhi profitabilitas ROA
(return on assets) adalah Sales Growth
ratio karena mempunyai nilai t statistik
yang paling besar dan probabilitas
yang paling kecil.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian,
peneliti masih terdapat
keterbatasan,sehingga masih banyak
yang perlu diperbaiki dan diperhatikan
lagi untuk penelitian selanjutnya dan
sebaiknya dilakukan penelitian lebih
lanjut terhadap variabel-variabel lain
yang mempengaruhi profitabilitas
ROA (Return on assets).
DAFTAR PUSTAKA
Abd’rachim,E A, 2008, Manajemen
Keuangan Edisi 1, Jakarta : PT Perca
Ambarwati,Sri Dwi Ari, 2010,
Manajemen Keuangan
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865
141
Lanjutan, Yogyakarta : Graha
ilmu
Anthony Robert N dan Vijay
Govindarajan, 2005,
Management control system
buku 1, Jakarta :
Salemba empat
Budisantoso,Totok,2001,Akuntansi
Manajerial Buku 2,Jakarta:Salemba
empat
Brigham dan Houston, 2010, Dasar-
dasar manajemen keuangan
buku 2 Edisi 10, Jakarta :
Salemba empat
Brigham Eugene F dan Joel F Houston,
2014, Dasar-dasar manajemen
keuangan buku 1 Edisi 11,
Jakarta : Salemba empat
Deloof,Mrc.Does working capital
management Affect profitability
of belgian firms?.Journal of
business finance and
accounting.30 (3) dan
(4).April/May.2003
Fahmi,Irfan, 2011, Analisis Laporan
Keuangan, Bandung : Alfabeta
Bandung
Hasibuan,Malayu, 2008, Dasar-dasar
perbankan, Jakarta : Bumi Aksara
James C Van Horne dan John M
Wachowicz, 2013, Prinsip-
prinsip manajemen keuangan
Buku 1 Edisi 13, Jakarta :
Salemba empat
Kasmir, 2008, Analisis Laporan
Keuangan, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Larasati,eva dan Selmita Paranoan,
2012, Pengaruh Modal Kerja
Terhadap Profitabilitas Studi
Pada Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia 2006-2011, Fakultas
Ekonomi Universitas Tadulako.
Mardiasmo, 2009, Akuntansi Sektor
Publik, Yogyakarta : Andi
Munawir ,S, 2004, Analisis laporan
keuangan Edisi ke 4 , Jakarta : Liberty
Riyanto,Bambang,2001, Dasar-dasar
pembelanjaan perusahaan edisi
4, Yogyakarta : BPFE
Samryn L M, 2001, Akuntansi
manajerial suatu pengantar,
Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Santoso,Singgih, 2004, Latihan SPSS
statistic parametrik, Jakarta :
Elex media komputindo
Sawir,Agnes, 2008, Analisis Kinerja
Keuangan dan Perencanaan
keuangan perusahaan, Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama
Sutrisno, 2009, Manajemen keuangan
teori,konsep dan aplikasi,
Yogyakarta: Ekonisia
Syahril,Dermawan dan Djahotman
Purba, 2013, Analisis Laporan
Keuangan cara mudah dan
praktis memahami laporan
keuangan Edisi 2, Jakarta :
Mitra Wacana
Tunggal,Widjaja,Amin, 2008,
Akuntansi Perusahaan kecil
dan menengah,Jakarta : Rineka
Cipta Media
Wasis, 1993, Manajemen Keuangan
Perusahaan, Semarang : Satya wacana
Wibisono,Handoyo, 2008, Manajemen
Modal Kerja Edisi
3,Yogyakarta : Universitas
Atmajaya
Yunus,Hadori, 2005, Pengaruh modal
kerja terhadap profitabilitas
pada perusahaan sector
industry makanan dan
minuman yang terdaftar di
bursa efek
Indonesia.vol.01.UPI
YAI.Jakarta.
www.idx.co.id