secret window

52
ANALISIS FILM “SECRET WINDOW” Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem Neuro-Behaviour 2 Oleh: TUTOR 6 Meila Sabridatia Putri 220110100007 Jelita Puspa Nirwana 220110100011 Novi Lisnawati 220110100018 Nur Asiyah 220110100040 Ina Islamia 220110100069 Devi Puspasari 220110100087 Dwi Jayanti Meiana Dewi 220110100090 Dini Fathania 220110100094 Putri Ayu Prima Dewi 220110100112 Santa Maria Pangaribuan 220110100115 Cindy HMP Simangunsong 220110100116 Dina Sonyah 220110100125 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJAJARAN JATINANGOR 2012

Upload: dini-fathania

Post on 11-Dec-2014

166 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

secret

TRANSCRIPT

Page 1: Secret Window

ANALISIS FILM

“SECRET WINDOW”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem Neuro-Behaviour 2

Oleh:

TUTOR 6

Meila Sabridatia Putri 220110100007

Jelita Puspa Nirwana 220110100011

Novi Lisnawati 220110100018

Nur Asiyah 220110100040

Ina Islamia 220110100069

Devi Puspasari 220110100087

Dwi Jayanti Meiana Dewi 220110100090

Dini Fathania 220110100094

Putri Ayu Prima Dewi 220110100112

Santa Maria Pangaribuan 220110100115

Cindy HMP Simangunsong 220110100116

Dina Sonyah 220110100125

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJAJARAN

JATINANGOR

2012

Page 2: Secret Window

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit, cacat,

kelemahan tapi benar-benar merupakan kondisi positif dan kesejahteraan fisik, mental dan

sosial yang memungkinkan untuk hidup produtif. Manusia adalah makhluk sosial yang

membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan

tersebut, individu dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya agar segala kebutuhannya

dapat terpenuhi tingkat sosial di masyarakat lebih tinggi. Hal ini merupakan dambaan setiap

manusia ( Dep Kes RI. 2000 ).

Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogianya kedudukannya setara dengan

penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan

yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam

arti ketidak mampuan serta invalisasi baik secara individu maupun kelompok akan

menghambat pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efisien. Gangguan jiwa (mental

disorder) merupakan salah satu empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju,

modern dan indrustri keempat kesehatan utama tersbut adalah penyakait degeneratif, kanker,

gangguan jiwa dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak di anggap sebagai

gangguan jiwa yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan

tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok

akan menghambat pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efisien  (Yosep, 2007).

Skizofrenia merupakan psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi

personalitas terbesar, pasien tidak mempunyai realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya

abnormal di Rumkital Dr. Ramelan PAV VI A terdapat 16 klien (100%) dan ada 4 klien yang

mengalami gangguan Skizofrenia Paranoid (25%) . Di Indonesia, sekitar 1% – 2% dari total

jumlah penduduk mengalami skizofrenia yaitu mencapai 3 per 1000 penduduk, prevalensi

1,44 per 1000 penduduk di perkotaan dan 4,6 per 1000 penduduk di pedesaan berarti jumlah

penyandang skizofrenia 600.000 orang produktif.

  Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat di seluruh dunia adalah gangguan

jiwa skizofrenia. Skizofrenia berasal dari dua kata “Skizo” yang artinya retak atau pecah

(spilit), dan “frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita gangguan

jiwa Skizofernia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian

(splittingof of personality).

Secara klasik skizofrenia tipe paranoid ditandai terutama oleh adanya waham

kebesaran atau waham kejar, jalannya penyakit agak konstan (Kaplan dan Sadock, 1998).

Pikiran melayang (Flight of ideas) lebih sering terdapat pada mania, pada skizofrenia lebih

sering inkoherensi (Maramis, 2005). Kriteria waktunya berdasarkan pada teori Townsend

(1998), yang mengatakan kondisi klien jiwa sulit diramalkan, karena setiap saat dapat

berubah.

Page 3: Secret Window

Waham menurut Maramis (1998), Keliat (1998) dan Ramdi (2000) menyatakan

bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang isi pikiran yang tidak sesuai dengan

kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang kebudayaannya,

keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat diubah-ubah.   Mayer-Gross

dalam Maramis (1998) membagi waham dalam 2 kelompok, yaitu primer dan sekunder.

Waham primer timbul secara tidak logis, tanpa penyebab dari luar. Sedangkan waham

sekunder biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara untuk

menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain, waham dinamakan menurut isinya, salah satunya

adalah waham kebesaran Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric

Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita

skizofrenia. 75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia

remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor.

Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap

sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami konsep skizoprenia

2. Mampu menganalisa kasus dan dikaitkan dengan konsep

3. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan skizoprenia

Page 4: Secret Window

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sinopsis Film Secret Window

Seorang pria yang sekaligus seorang penulis, Mort Rainey (Jhonny Depp) tinggal sendirian di

sebuah villa kecil dekat sebuah danau, bersama anjingnya Chico. Mort sedang dalam proses

perceraian dengan istrinya Amy (Maria Bello) dikarenakan istrinya yang tertangkap berselingkuh

dengan lelaki lain, 6 bulan yang lalu, dan di sinilah kisah Mort bermula.

Suatu hari ketika Mort sedang tidur di sofa, bel rumahnya berdering, seseorang lelaki yang

memakai topi datang mengaku bernama John Shooter dari Missisippi. John berkata bahwa Mort telah

mencuri ceritanya yang berjudul Secret Window, yaitu cerita seorang istri yang menemukan jendela

rahasia yang mengarah ke kebun rahasia. John menuntut bahwa Mort telah meng-copy ceritanya dan

merubah endingnya. Mort tidak percaya dan mengusir Shooter.

Singkat cerita, Shooter meneror Mort terus dan terus, mulai dari membunuh Chico

menggunakan obeng, membakar rumah istrinya, Amy dan membunuh dua orang, salah satunya

detektif yang berusaha membantu Mort. Shooter terus menuntut untuk menerbitkan ulang ceritanya

dengan namanya yang tercantum dan dengan ending versinya.

Singkatnya lagi, Mort merenung di rumahnya. Dia merenung setelah ditelepon dan didesak

oleh Amy untuk menandatangani surat perceraian. Dalam ingatannya masih berbayang bahwa

istrinya berselingkuh dengan Ted, lelaki lain. Ia bercermin dan merenung, ia baru mengingat-ingat

kejadian saat menangkap istrinya berselingkuh. Dia hampir saja menembak Amy dan Ted. ternyata,

John Shooter hanyalah khayalan. Tanpa ia sadari, ialah yang melakukan semua pembunuhan dan

pembakaran itu.

Di saat yang salah, Amy datang untuk mendesak Mort. Ia terkejut luar biasa karena rumah

Mort acak-acakan, dan ia melihat tulisan Shooter yang diukir dengan pisau dimana-mana, dan

terakhir di samping Mort, bertuliskan Shoot Her (tembak dia).

Mort pun mengejar Amy dan berusaha membunuhnya tanpa belas kasih. Ketika itu, Ted pun

datang, namun sayangnya Mort berhasil membunuh keduanya dan mengubur mereka berdua tepat di

kebun rahasia di jendela rahasia rumahnya.

Page 5: Secret Window

2.2 Tinjauan Pustaka

A. Definisi

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein”yang berarti “terpisah”atau “pecah”,

dan “phren” yang artinya “jiwa”.

Skizofrenia merupakan bentuk psikosis fungsional paling berat dan menimbulkan

disorganisasi personal yang terbesar. Dalam kasus berat, pasien tidak mempunyai kontak

dengan realitas sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal.

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum

diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas,

serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial

budaya. 

B. Etiologi

1. Faktor Neurobiologi 

Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan adanya kerusakan

pada bagian otak tertentu. Namun sampai kini belum diketahui bagaimana hubungan

antara kerusakan pada bagian otak tertentu ddengan munculnya simptom skizofrenia. 

Terdapat beberapa area tertentu dalam otak yang berperan dalam membuat seseorang

menjadi patologis, yaitu sitem limbik, korteks frontal, cerebellum dan ganglia basalis.

Keempat area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada satu area mungkin

melibatkan proses patologis primer pada area yang lain. Dua hal yang menjadi sasaran

penelitian adalah waktu dimana kerusakan neuropatologis muncul pada otak, dan

interaksi antara kerusakan tersebut dengan stressor lingkungan dan sosial.

2. Hipotesa Dopamin 

Menurut hipotesa ini, skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas neurotransmitter

dopaminergik. Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari meningkatnya pelepasan

dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine, turunnya nilai ambang, atau

hipersentivitas reseptor dopamine, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Munculnya

hipotesa ini berdasarkan observasi bahwa : Ada korelasi antara efektivitas dan potensi

suatu obat antipsikotik dengan kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor

dopamine D2.Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik- seperti amphetamine-

dapat menimbulkan gejala psikotik pada siapapun.

3. Faktor Genetika 

Penelitian tentang genetik telah membuktikan faktor genetik/keturunan merupakan salah

satu penyumbang bagi jatuhnya seseorang menjadi skizofren. Resiko seseorang

menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi jika terdapat anggota keluarga lainnya

yang juga menderita skizofren, apalagi jika hubungan keluarga dekat. Penelitian

terhadap anak kembar menunjukkan keberadaan pengaruh genetik melebihi pengaruh

lingkungan pada munculnya skizofrenia, dan kembar satu telur memiliki kemungkinan

lebih besar untuk mengalami skizofrenia.

Beberapa peneliti mencoba dengan beberapa model (Rathus,et al., 1991), antara lain:

Page 6: Secret Window

a. Distinct Heterogenity Model

Model ini menyatakan bahwa shizophrenia terdiri dari sejumlah psikosis, beberapa

diantaranya disebabkan oleh kerusakan gen yang dapat diikuti oleh gen-gen tertentu

dan yang hanya disebabkan oleh faktor lingkungan.

b. Monogenic Gen

Model ini menyatakan bahwa semua bentuk schizophrenia dapat disebabkan oleh

suatu gen yang cacat. gen yang cacat ini dapat menyebabkan schizophrenia pada

orang yang menerima gen itu dari kedua orang tuanya.

c. Multifactorial-Polygenic Model

Model ini menekankan pengaruh nilai ambang. disebabkan pengaruh oleh berbagai

gen, trauma biologis prenatal dan postnatal dan tekenan psikososial yang salaing

berinteraksi.

4. Faktor Psikososial

a. Teori Tentang Individu Pasien

Teori Psikoanalitik

Freud beranggapan bahwa skizofrenia adalah hasil dari fiksasi perkembangan,

yang muncul lebih awal daripada gangguan neurosis. Jika neurosis merupakan

konflik antara id dan ego, maka psikosis merupakan konflik antara ego dan dunia

luar. Menurut Freud, kerusakan ego (ego defect) memberikan kontribusi

terhadap munculnya simptom skizofrenia. Disintegrasi ego yang terjadi pada

pasien skizofrenia merepresentasikan waktu dimana ego belum atau masih baru

terbentuk. Konflik intrapsikis yang berasal dari fiksasi pada masa awal serta

kerusakan ego-yang mungkin merupakan hasil dari relasi obyek yang buruk-turut

memperparah symptom skizofrenia. Hal utama dari teori Freud tentang

skizofrenia adalah dekateksis obyek dan regresi sebagai respon terhadap

frustasi dan konflik dengan orang lain. Harry Stack Sullivan mengatakan bahwa

gangguan skizofrenia disebabkan oleh kesulitan interpersonal yangyang etrjadi

sebelumnya, terutama yang berhubungan dengan apa yang disebutnya

pengasuhan ibu yang salah, yaitu cemas berlebihan.  Secara umum, dalam

pandangan psikoanalitik tentang skizofrenia, kerusakan ego mempengaruhi

interprestasi terhadap realitas dan kontrol terhadap dorongan dari dalam, seperti

seks dan agresi. Gangguan tersebut terjadi akibat distorsi dalam hubungan

timbal balik ibu dan anak. 

Berbagai simptom dalam skizofrenia memiliki makna simbolis bagi masing-

masing pasien. Misalnya fantasi tentang hari kiamat mungkin mengindikasikan

persepsi individu bahwa dunia dalamnya telah hancur. Halusinasi mungkin

merupakan substitusi dari ketidakmampuan pasien untuk menghadapi realitas

yang obyektif dan mungkin juga merepresentasikan ketakutan atau harapan

terdalam yang dimilikinya.

Teori Psikodinamik 

Page 7: Secret Window

Berbeda dengan model yang kompleks dari Freud, pandangan psikodinamik

setelahnya lebih mementingkan hipersensitivitas terhadap berbagai stimulus.

Hambatan dalam membatasi stimulus menyebabkan kesulitan dalam setiap fase

perkembangan selama masa kanak-kanak dan mengakibatkan stress dalam

hubungan interpersonal.  Menurut pendekatan psikodinamik, simptom positif

diasosiasikan dengan onset akut sebagai respon terhadap faktor

pemicu/pencetus, dan erat kaitannya dengan adanya konflik. Simptom negatif

berkaitan erat dengan faktor biologis, dan karakteristiknya adalah absennya

perilaku/fungsi tertentu. Sedangkan gangguan dalam hubungan interpersonal

mungkin timbul akibat konflik intrapsikis, namun mungkin juga berhubungan

dengan kerusakan ego yang mendasar.  Tanpa memandang model teoritisnya,

semua pendekatan psikodinamik dibangun berdasarkan pemikiran bahwa

symptom-simptom psikotik memiliki makna dalam skizofrenia. Misalnya waham

kebesaran pada pasien mungkin timbul setelah harga dirinya terluka. Selain itu,

menurut pendekatan ini, hubungan dengan manusia dianggap merupakan hal

yang menakutkan bagi pengidap skizofrenia. 

Teori Belajar 

Menurut teori ini, orang menjadi skizofrenia karena pada masa kanak-kanak ia

belajar pada model yang buruk. Ia mempelajari reaksi dan cara pikir yang tidak

rasional dengan meniru dari orangtuanya, yang sebenarnya juga memiliki

masalah emosional.

b. Teori Tentang Keluarga 

Beberapa pasien skizofrenia-sebagaimana orang yang mengalami nonpsikiatrik-

berasal dari keluarga dengan disfungsi, yaitu perilaku keluarga yang patologis, yang

secara signifikan meningkatkan stress emosional yang harus dihadapi oleh pasien

skizofrenia. Antara lain: Double Bind Konsep yang dikembangkan oleh Gregory

Bateson untuk menjelaskan keadaan keluarga dimana anak menerima pesan yang

bertolak belakang dari orangtua berkaitn dengan perilaku, sikap maupun

perasaannya. Akibatnya anak menjadi bingung menentukan mana pesan yang benar,

sehingga kemudian ia menarik diri kedalam keadaan psikotik untuk melarikan diri dari

rasa konfliknya itu. Schims and Skewed Families . Menurut Theodore Lidz, pada pola

pertama, dimana terdapat perpecahan yang jelas antara orangtua, salah satu orang

tua akan menjadi sangat dekat dengan anak yang berbeda jenis kelaminnya.

Sedangkan pada pola keluarga skewed, terjadi hubungan yang tidak seimbang

antara anak dengan salah satu orangtua yang melibatkan perebutan kekuasaan

antara kedua orangtua, dan menghasilkan dominasi dari salah satu orang tua. 

Pseudomutual and Pseudohostile Families . Dijelaskan oleh Lyman Wynne, beberapa

keluarga men-suppress ekspresi emosi dengan menggunakan komunikasi verbal

yang pseudomutual atau pseudohostile secara konsisten. Pada keluarga tersebut

Page 8: Secret Window

terdapat pola komunikasi yang unik, yang mungkin tidak sesuai dan menimbulkan

masalah jika anak berhubungan dengan orang lain di luar rumah. 

Ekspresi Emosi Orang tua atau pengasuh mungkin memperlihatkan sikap kritis,

kejam dan sangat ingin ikut campur urusan pasien skizofrenia. Banyak penelitian

menunjukkan keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi (dalam hal apa yang

dikatakan maupun maksud perkataan) meningkatkan tingkat relapse pada pasien

skizofrenia

c. Teori Sosial .

Beberapa teori menyebutkan bahwa industrialisasi dan urbanisasi banyak

berpengaruh dalam menyebabkan skizofrenia. Meskipun ada data pendukung,

namun penekanan saat ini adalah dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu

timbulnya onset dan keparahan penyakit.

5. Faktor Resiko

1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga

2. Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik, penarikan diri, dan/atau

impulsivitas.

3. Stress lingkungan

4. Kelahiran pada musim dingin. Faktor ini hanya memiliki nilai prediktif yang sangat kecil.

5. Status sosial ekonomi yang rendah sekurang-kurangnya sebagian adalah karena

dideritanya gangguan ini

6. Faktor Presipitasi

Sosial budaya, hormonal, hipotesa virus, model biological lingkungan sosial, psikologis

Perilaku.

1. Curiga : tidak mampu mempercayai orang lain, bermusuhan, mengisolasi diri, paranoid

2. Manipulasi : kurang asertif, mengisolasi diri, HDR, sangat tergantung.

3. Menarik diri/isolasi sosial : kurang spontan, apatis, ekspresi sedih, afek tumpul,

menghindar dari orang lain.

C. Manifestasi klinis

Menurut Keltner et al (1995), gejala-gejala ini dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori :

1. Gangguan Persepsi

a.  Halusinasi

Adalah pengalaman sensori yang terjadi tanpa stimulus dari luas.

Menurut Moller dan Murphy dalam Stuart dan Sundeen (1997) tingkatan

halusinasi dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu :

Tahap 1 : Comforting

Tingkat cemas sedang, halusinasi secara umum adalah sesuatu yang

menyenangkan. Pengalaman halusinasi karena emosi yang meningkat

seperti cemas, kesepian, rasa bersalah, takut serta mencoba untuk berfokus

pada pikiran yang nyaman untuk melepaskan cemas. Individu mengenal

Page 9: Secret Window

bahwa pikiran dan pengalaman sensori dalam kontrol kesadaran jika cemas

dapat dikelola. Nonpsykotik.

Tingkah laku yang dapat diobservasi :

- Meringis atau tertawa pada tempat yang tidak tepat.

- Menggerakkan bibir tanpa mengeluarkan suara.

-  Pergerakan mata yang cepat.

- Respon verbal pelan seperti jika sedang asyik.

- Diam dan tampak asyik.

Tahap II

Pengalaman sensori dari beberapa identifikasi indera terhadap hal yang

menjijikkan dan menakutkan. Halusinator mulai kehilangan control dan ada

usaha untuk menjauhkan diri dari sumber stimulus yang diterima . Individu

mungkin merasa malu dengan adanya pengalaman sensori dan menarik diri

dari orang lain. Non psychotic.

Tingkah laku yang dapat diobservasi :

- Meningkatnya system syaraf otonom, tanda dan gejala dari cemas seperti

meningkatnya nadi, pernafasan dan tekanan darah.

- Lapang perhatian menjadi sempit

- Asyik dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan

untuk membedakan halusinasi atau realitas.

Tahap III

Controlling tingkat kecemasan berat, pengalaman sensori menjadi hal

yangmenguasai. Halusinator mencoba memberi perintah , isi halusinasi

mungkin menjadi sangat menarik bagi individu. Individu mungkin mengalami

kesepian , jika sensori yang diberikan berhenti. Psychotic.

Tingkah laku yang dapat diobservasi :

- Perintah langsung oleh halusinasi dapat diikuti.

- Kesulitan berhubungan dengan orang lain.

- Lapang perhatian hanya beberapa detik aau menit.

- Gejala fisik dan cemas berat seperti berkeringat, tremor,

ketidakmampuan mengikuti perintah.

Tahap IV

Conquering, tingkat cemas, panik, umumnya halusinasi menjadi terperinci

dan khayalan tampak seperti kenyataan. Pengalaman sensori mungkin

mengancam jika individu tidak mengikuti perintah. Halusinasi mungkin

memburuk dalam 4 jam atau sehari atau sehari jika tidak ada intervensi

terapeutik.

Tingkah laku yang dapat diobservasi :

- Teror keras pada tingkah laku seperti panic.

- Potensial kuat untuk bunuh diri.

Page 10: Secret Window

- Aktivitas fisik yang menggambarkan isi dai halusinasi seperti kekerasan,

agitasi, menarik diri atau katatonia.

- Tidak dapat berespon pada perintah yang kompleks.

- Tidak dapat berespon pada lebih satu orang.

b. Delusi

Adalah gejala yang merupakan keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus luar

yang cukup dan mempunyai cirri-ciri realistic, tidak logis, menetap, egosentris,

diyakini kebenarannya oleh pasien sebagai hal yang nyata, pasien hidup dalam

wahamnya, keadaan atau hal yang diyakini itu bukan merupakan bagian dari

sosiokultural setempat.

Macam-macam waham :

- Waham rendah pikir, pasien percaya bahwa pikirannya, perasaannya,

ingkah lakunya dikendalikan dari luar.

- Waham kebesaran, suatu kepercayaan bahwa penderita adalah orang

yang penting dan berpengaruh dan mungkin mempunyai kelebihan

kekuatan yan terpendam atau benar-benar merakanfiur orang kuat

sepanjang sejarah.

- Waham diancam, suatu keyakinan bahwa dirinya selalu diancam, diikti

atau ada sekelompok orang yang memenuhinya.

- Waham tersangkut, adana kepercayaan bahwa seala sesatu yang terjadi

di sekelilngnya mempai hubungan pribadi seperti perinah atau pesan

khusus.

- Waham bizarre, pasien sering memperlihakan adanya waham soatik

msalnya pasien percaya adanya benda ang begerak-gerak di dalam

ususnya. Yang termasuk waham ini adalah waham sedot pikir, waham

sisip pikir, waham siar pikir, waham kendali pikir.

c. Paranoid dimanifestasikan dengan interpretasi yang menetap bahwa tindakan

orang lain sebagai suatu ancaman atau ejekan.

d.  Ilusi adalah kesalahan dalam menginterpretasikan stimulus dari luar yang nyata.

2. Gangguan Proses Pikir

a.  Flight of idea, serangkaian pikiran yang diucapkan secara cepat disertai perpindahan

materi pembicaraan yang menddak tanpa alas an logic yang nyata.

b. Retardation, adalah lambatnya aktifitas mental sebagai contoh pasien mengatakan

saya tidak dapat berpikir apa-apa.

c. Blocking, putusnya pikiran ang ditandai dengan putusnya secara sementara atau

terhentinya pembicaraan.

d. Autisme, pikiran yang timbul dari fantasi.

e. Ambivalensi adalah keinginan yang sangat pada dua hal yang berbeda pada waktu

yang sama dan orang yang sama.

Page 11: Secret Window

f. Kehilangan asosiasiidak adanya hubungan pola pikir, ide dan topik yang normal, tiba-

tiba beralih tanpa menunjukkan hubungan dengan topic sebelumnya.

3. Gangguan Kesadaran

Manifestasi dari ganguan kesadaran antara lain bingung, inkoherensi pembicaraan,

pembicaraan ang tidak dapat dimengerti, terdapat distrsi tata bahasa atau susunan

kalimat, sering memakai istilah aneh, inkherensi timbul karena pikiran kacau sehingga

beberapa pikiran dikeluarkan dalam satu kalimat, clouding atau kesadaran berkabut,

kesadaran menurun disertai gangguan persepsi dan sikap.

4. Gangguan Afek

a.  Afek yang tidak tepat, suatu keadaan disharmoni afek yang tidak sesuai dengan

tingkah laku pasien.

b. Afek tumpul, ketidakmampuan membangkitkan emosi dan berespon trhadap berita

duka.

c. Afek datar, ketidakmampuan membangkitkan respon terhadap berbagai respon.

d. Afek labil, kondisi emosi yang cepat berubah.

e. Apatis, warna emosi yang tumpul disertai keacuhan atau ketidakpedulian.\

f. Euforia, gembira berlebihan, aa peningkatan perasaan dari biasanya selalu merasa

optimis, senang dan percaya diri, bersikap meyakinkan.

D. Klasifikasi

Kraepelin membagi skizofrenia mejadi beberapa jenis:

1. Skizofrenia kompleks, gejala utama pada jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan

kemunduran kemauan.

2. Jenis bebefrenik, gejala yang menonjol adalah gangguan proses berfikir, gangguan

kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personality.

3. Jenis katatonik, biasanya akut dan didahului oleh stress emosional, dapat terjadi stupor

katatonik (penderita tidak menampakkan sama sekali ketertarikannya terhadap

lingkungannya) dan gaduh gelisah katatonik ( terdapat hiperaktifitas motorik, tetapi

tidak disertai emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi rangsangan dari luar).

4. Jenis paranoid, gejala-gejala yang menyolok adalah waham primer disertai dengan

waham-waham sekunder dan halusinasi.

5. Episoda skizofrenia akut, gejala skizofrenia muncul mendadak sekali dan pasien

seperti dalam keadaan mimpi. Dalam keadaan ini seakan-akan dunia luar dan dirinya

sendiri berkabut.

6. Skizofrenia residual gejala yang menyolok adalah gangguan afek dan emosi, gangguan

pikiran dan kemauan.

7.  Jenis skizo-afektif disamping gejala skizofrenia menonjol pada saat bersamaan juga

gejala depresi atau gejala mania.

Page 12: Secret Window

E. Komplikasi

Menurut Keliat (1996), dampak gangguan jiwa skizofrenia antara lain :

1. Aktifitas hidup sehari-hari

Klien tidak mampu melakukan fungsi dasar secara mandiri, misalnya kebersihan

diri, penampila dan sosialisasi.

2. Hubungan interpersonal

Klien digambarkan sebagai individu yang apatis, menarik diri, terisolasi dari

teman-teman dan keluarga. Keadaan ini merupakan proses adaptasi klien terhadap

lingkungan kehidupan yang kaku dan stimulus yang kurang.

3. Sumber koping

Isolasi social, kurangnya system pendukung dan adanya gangguan fungsi pada

klien, menyebabkan kurangnya kesempatan menggunakan koping untuk menghadapi

stress.

4. Harga diri rendah

Klien menganggap dirinya tidak mampu untuk mengatasi kekurangannya, tidak

ingin melakukan sesuatu untuk menghindari kegagalan (takut gagal) dan tidak berani

mencapai sukses.

5. Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan, ketrampilan aatau interes yang dimiliki dan pernah

digunakan klien pada waktu yang lalu.

6. Motivasi

Klien mempunyai pengalaman gagal yang berulang.

7. Kebutuhan terapi yang lama

Klien disebut gangguan jiwa kronis jika ia dirawat di rumah sakit satu periode

selama 6 bulan terus menerus dalam 5 tahun tau 2 kali lebih dirawat di rumah sakit

dalam 1 tahun.

F. Penatalaksanaan

a. Farmakologi

Obat-obat antipsikotik (disebut juga neuroleptika, antiskizofren, atau tranquilizer

mayor) terutama digunakan untuk mengobati skizofrenia. Antipsikotik tipikal yang lebih dulu

digunakan adalah antagonis dopamine dan digunakan untuk mengatasi tanda-tanda positif

skizofrenia seperti waham, halusinasi, ganggguan pikiran, dan gejala psikotik lain, tetapi tidak

memiliki efek yang tampak pada tanda-tanda negative. Antipsikotik terbaru adalah antipsikotik

atipikal yang merupakan antagonis dopamine dan serotonin. Antipsikotik atipikal tidak hanya

mengurangi gejala psikotik, tetapi pada banyak klien, juga mengurangi tanda-tanda negative

seperti tidak memiliki kemauan dan motivasi, menarik diri dari masyarakat, dan anhedonia.

Obat antipsikotika bukan untuk pengobatan kuratif dan tidak menghilangkan gangguan

pemikiran yang fundamental, tetapi sering memungkinkan klien psikotik berfungsi dalam

lingkungannya yang suportif.

Page 13: Secret Window

Obat-obat antipsikotik dibagi atas 5 kelompok utama berdasarkan struktur obat :

Perbedaan rantai samping pada tiap grup kimiawi mempunyai efek penting pada potensi

obat.

1. HALOPERIDOL

Nama klinis : haloperidol

Nama dagang : haldol, haldol decanoat, halperon

Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi haloperidol yang utama adalah sebagai antipsikotik untuk pengobatan

skizofrenia. Haloperidol juga bias digunakan pada berbagai situasi klinis lain. Contohnya,

dalam dosis rendah efektif untuk menghilangkan mual dan muntah dikarenakan blockade

reseptor dopamine pada chemoreceptor trigger zone (CTZ). Haloperidol juga digunakan

untuk mengobati sindrom perilaku yang terjadi bersamaan dengan gangguan-gangguan

motorik.

Kontraindikasi penggunaan haloperidol adalah pada pasien dengan karsinoma

mammae, wanita menyusui, wanita hamil, penyakit jantung, anak-anak, depresi SSP,

koma, glaucoma, dan penyakit Parkinson.

Mekanisme kerja

Mekanisme kerja antipsikotik yang sebenarnya belum diketahui. Efek terapeutik primer

dari antipsikotik tipikal diperkirakan muncul pada sistem limbic, termasuk striatum

ventral, sedangkan efek samping diperkirakan berhubungan dengan blockade dopamine

pada striatum dorsal. Haloperidol menghambat reseptor dopamine dalam otak (terutama

ganglia basalis dan sistem limbic pada otak depan) dan perifer, sehingga menghambat

keerja dopamine sebagai neurotransmitter pada area-area tersebut. Lima jenis reseptor

dopamine : Reseptor D1 dan D5 mengaktifkan adenil siklase, sedangkan reseptor D2,

D3, dan D4 mennghambatnya. Obat antipsikotika terikat pada reseptor-reseptor tersebut

dalam berbagai tingkat, dan efikasi obat antipsikotik tipikal berkolerasi dengan

Page 14: Secret Window

kemampuannya menghambat reseptor D2dalam sistem mesolimbik otak. Penghambatan

ini mengurangi halusinasi dan agitasi, juga bersifat menenangkan dan mengurangi

gerakan fisik spontan. Haloperidol mempunyai selektivitas yang relative tinggi sebagai

antagonis pada reseptor dopamine D2 dan D3, dengan afinitas D4 yang bervariasi. Efek

antipsikotik biasanya terlihat setelah beberapa minggu, menunjukkan bahwa efek terapi

berkaitan dengan perubahan sekunder dalam jalur nigostriata.

Farmakokinetik

Haloperidol tersedia dalam bentuk tablet atau cairan oral, rapid acting IM lactate, atau

long lasting IM decanoate. Injeksi regular atau long acting ini semakin banyak digunakan

untuk pasien rawat jalan, orang-orang yang tidak patuh terhadap pengobatan, kasus-

kasus yang dicurigai berat, dan kegagalan dalam pengobatan oral.

Setelah pemberian per oral, haloperidol diabsorpsi dengan baik dari GIT dan konsentrasi

puncak dicapai dalam 2-6 jam. Jika diberikan dalam injeksi IM laktat, konsentrasi puncak

dalam plasma dicapai setelah 10-20 menit dan menimbulkan efek dalam 30-45 menit.

Jika diberikan dalam injeksi IM dekanoat, konsentrasi puncak dalam plasma dicapai

setelah tujuh hari.

Obat ini mudah masuk otak karena relative lipofilik, mempunyai volume distribusi yang

besar, sanngat mudah terikat pada protein plasma dan membrane, dan

dimetabolismemenjadi berbagai zat oleh sistem P-450 (mekanisme oksidatif) dalam hati

dan proses konjugasi.

Efek samping

Efek samping antipsikotik terjadi karena interaksi obat tersebut dengan reseptor

dopamine di tempat lain dan neurotransmitter lain. Efek samping antipsikotik signifikan

dan dapat berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai gangguan gerakan yang

permanen. Karena banyak efek samping ini menakutkan dan mengesalkan bagi klien,

efek samping tersebut seringkali menjadi alasan utama klien mengurangi dosis obat atau

menghentikan pengobatan.

a) Efek samping neurologis

Page 15: Secret Window

Efek samping neurologis yang serius meliputi efek samping

ekstrapiramidal, yaitu gangguan gerakan reversible yang dicetuskan oleh obat antipsikotik,

meliputi reaksi distonia, parkinsonisme, dan akatisia. Reaksi distonia terhadap antipsikotik

muncul pada awal proses terapi dan ditandai oleh spasme pada kelompok otot diskret seperti

otot-otot leher (tortikolis) atau otot-otot mata (krisis okulogirik). Reaksi distonia sangat

menakutkan dan menyakitkan bagi klien. Terapi akut terdiri atas difenhidramin (Benadryl)

yang diberikan melalui intramuskular dan intravena, atau benzotropin (cogentin) yang

diberikan melalui intramuskular.

Parkinsonisme dan parkinsonisme yang diinduksikan antipsikotik

meliputi berjalan dengan kaki terseret, wajah seperti topeng, kaku otot, dan pengeluaran air

liur (drooling). Terapi parkinsonisme dan pencegahan reaksi distonia lebih lanjut dilakukan

dengan menggunakan obat-obatan :

Nama Dagang

Generik

Akatisi

a

Distoni

a

Rigidita

s

Tremo

r

Benztropin

(Cogentin)

2 2 3 2

Triheksifenidil

(Artane)

2 3 3 3

Biperiden

(Akineton)

1 3 3 3

Prosiklidin

(Kemadrin)

1 3 3 3

Amantadin

(Symmetrel)

3 2 3 2

Difenhidramin

(Benadryl)

2 2-3 1 2

Diazepam 2 1-2 1-2 0-1

Page 16: Secret Window

(Valium)

Lorazepam

(Ativan)

2 1-2 1-2 0-1

Propranolol

(Inderal)

3 0 0 1-2

0, tidak ada efek; 1, beberapa efek (respon 20%); 2, efek sedang (respon 20-40%); 3, efek

baik (respon 40%)

Akatisia ditandai oleh gerakan yang gelisah, berjalan mondar-mandir,

ketidakmampuan untuk tetap tenang, dan klien menyatakan kegelisahannya. Klien merasa

sangat tidak nyaman dengan sensasi ini dan mungkin berhenti meminum antipsikotik untuk

menghindari efek samping tersebut. Penyekat beta seperti propranolol terbukti paling efektif

dalam mengobati akatisia, dan benzodiapezin juga terbukti berhasil dalam mengobati

penyakit ini.

Diskinesia Tardif, suatu efek samping antipsikotik yang muncul dengan

lambat ditandai oleh gerakan invollunter abnormal seperti bibir yang mengerut, menjulurkan

lidah, mengunyah, mata yang berkedip-kedip, dan menyeringai. Gerakan involunter ini

memalukan bagi klien dan dapat membuat mereka lebih terisolasi secara sosial. Diskinesia

Tardif bersifat irreversible setelah terjadi, tetapi perkembangannya dapat dihentikan dengan

mengurangi atau menghentikan pemberian obat. Klozapin, suatu antipsikotik atipikal, belum

terbukti menyebabkan efek samping ini sehingga obat ini sering direkomendasikan untuk

klien yang mengalami diskinesia Tardif ketika menggunakan antipsikotik tipikal. Penting untuk

menskrining klien guna mengetahui adanya gangguan gerakan yang muncul dengan lambat

seperti diskinesia Tardif. Skala Gerakan Involunter Abnormal ( Abnormal Involuntary

Movement Scale), AIMS digunakan untuk menskrining gejala gangguan gerakan. Klien

diobservasi dalam beberapa posisi dan keparahan gejala dinilai 0 sampai 4. Pemeriksaan

AIMS dapat dilakukan setiap 3-6 bulan. Apabila perawat mendeteksi peningkatan nilai pada

AIMS, yang menunjukkan peningkatan gejala diskinesia Tardif, dokter harus diberi tahu

sehingga dosis obat klien dapat diganti untuk mencegah perkembangannya.

Kejang adalah efek samping yang jarang muncul terkait dengan antipsikotik.

Kejang dapat dikaitkan dengan pemberian obat dosis tinggi. Penanganannya dengan

mengurangi dosis obat atau membeerikan antipsikotik lain.

Sindrom Maligna Neuroleptik (SMN) adalah kondisi serius dan seringkali

fatal yang terlihat pada individu yang diobati dengan antipsikotik. Sindrom ini ditandai dengan

kekakuan otot, demam tinggi, peningkatan enzim otot, dan peningkatan leukosit. Setiap

antipsikotik dapat menyebabkan SMN, yang diatasi dengan menghentikna obat tersebut.

Kemampuan klien untuk menoleransi antipsikotik lain setelah SMN bervariasi.

b) Efek samping non-neurologis

Efek samping non-neurologis mencakup sedasi, fotosensitivitas, dan gejala antikolinergik

seperti mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urin, dan hipotensi otostatik.

Page 17: Secret Window

Toksisitas dengan overdose

Overdose akut dengan antipsikotik jarang menghasilkan simptomatologi yang serius.

Intoksikasi ringan bermanifestasi dengan sedasi, hipotensi, dan miosis sedangkan intoksikasi

berat dengan agitasi dan delirium, yang mungkin akan berkembangn menjadi

retardasimotorik, kejang, aritmia kardiak,henti napas, dan koma. Gejala distonia dan

psiudoparkinsonism juga bias muncul. Pengobatan yang di rekommendasikaan meliputi

tindakan-tindakan suportif, gastric lavage, dan activated charcoal. Induksi emesis mungkin

sulit karena efek pada CTZ (chemoreceptor trigger zone) dan dialisis tidak evektif karena

tingkat ikatan obat dengan protein.

Penggunaan sebagai antipsikotik

Antipsikotik merupakan satu-satunya pengobatan efektif untuk pengobatan skizofrenia. Agen

antispikotik tipikal efektif pada 70%pasien yang mengalami episode pertama psikosis. Tidak

semua pasien responsive dan normalisasi tingkah laku yang komplit jarang dicapai.

Antipsikotik tipikal, salah satunya adalah haloperidol, paling efektif dalam pengobatan gejala

skizofren yang positif (delusi, halusinasi, dan gangguan pemikiran). Pengobatan psikosis akut

biasanya melibatkan dosos harian sampai ekuivalen denagn 10 sampai 20 mg haloperidol

(dengan konsentrasi resum sekitar 5 sampai 20 ng/ml)

Dosis yang lebih tinggi biasanya tidak lebih efektif tapi meningkatkan resiko efek samping.

Dosis pengobatan yang eksstrim bias berkisar antara 1 sampai 100 mg/hari. Peningkatan

dosis ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan hanya dilakukan bila tindakan-tindakan

yang lain gagal. Preparat lepas lambat haloperidol dekanoat diberikan secara intramuscular.

Dosis untuk haloperidol dekanoat adalah 25-250 mg setiap 2 sampai 4 minggu. Dosis

haloperidol dekanooat diturunkan 25% pada bulan kedua dan ketiga. Haloperidol mempunyai

kurva. Dosis-respon yang relatif flat sehingga bias digunakan dengan rentang dosis yang

cukup luas. Haloperidol (secara oral) telah digunakan juga secara luas pada pasien anak-

anak.

Haropelidol direkomendasikan untuk digunakan dengan dosis 2-16 mg/ hari pada anak-anak

yang berusia lebih dari 12 tahun. Haloperidol hanya menimbulkan sedikit efek samping

antikolinergik. Efek sedasi nya pun sangat lemah.

Tidak ada satu obat atau kombinasi obat-obat yang mempunyai efek selektif terhaadap

kompleks gejala tertentu pada pasien-pasien psikosis; walaupun pasien-pasien individual

tampak lebih baik dengan 1 agen daripada agen lain, hal ini hanya bias ditentukan dengan

trial and error. Umumnya, gejala-gejala positif dan gejala-gejala negative cenderung untuk

berespon bersama-sama atau tidak berespon sama sekali terhadap pengobatan. Seleksi

obat sering tergantung pada efek-efek samping atau respon sebelumnya yang bagus

terhadap suatu jenis obat.

Page 18: Secret Window

b. Terapi Non-Farmakologi

Hal yang penting dilakukan adalah intervensi psikososial. Hal ini dilakukan dengan

menurunkan stressor lingkungan atau mempertinggi kemampuan penderita untuk

mengatasinya, dan adanya dukungan sosial. Intervensi psikososial diyakini berdampak baik

pada angka relaps dan kualitas hidup penderit `a. Intervensi berpusat pada keluarga

hendaknya tidak diupayakan untuk mendorong eksplorasi atau ekspresi perasaan-perasaan,

atau mempertinggi kewaspadaan impuls-impuls atau motivasi bawah sadar.

Tujuannya adalah :

1. Pendidikan pasien dan keluarga tentang sifat-sifat gangguan skizofrenia.

2. Mengurangi rasa bersalah penderita atas timbulnya penyakit ini. Bantu penderita

memandang bahwa skizofrenia adalah gangguan otak.

3. Mempertinggi toleransi keluarga akan perilaku disfungsional yang tidak berbahaya.

Kecaman dari keluarga dapat berkaitan erat dengan relaps.

4. Mengurangi keterlibatan orang tua dalam kehidupan emosional penderita. Keterlibatan

yang berlebihan juga dapat meningkatkan resiko relaps.

5. Mengidentifikasi perilaku problematik pada penderita dan anggota keluarga lainnya

dan memperjelas pedoman bagi penderita dan keluarga.

Langkah-langkah mengatasi skizofrenia

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengatasi gejala Skizofrenia:

Belajar menanggulangi stress, depresi, pikiran negative, belajar rileks dan tidak

menggunakan alcohol ataupun abat-oabatan tanpa pengetahuan dokter. Yang

terpenting segera konsultasi ke fasilitas psikiatri bila tampil gejala-gejala skizofrenia

termasuk kemungkinan bila melakukan tindakan kekerasan.

Perlu bantuan orang-orang terdekat, pada skizofrenia akut penderita rentan terhadap

stress ringan sekalipun. Harus dikurangi pemberian tanggung jawab agar tidak

membebani penderita dan mengurangi jangka pendek. Namun jangan mengambil

semua tangguang jawabnya sebab akan menimbulkan ketergantungan dan problem

lain di kemudian hari.

Jangan membicarakan penderita jika tidak ada. Umunya penderita sangat sensitive

dengan lingkungan sekitarnya. Agar lebih memahaminya cobalah berkomunikasi

dengan cara lain, dengan mengajak aktivitas secara bersama seperti mendengarkan

musik, melukis atau dengan menunjukan perhatian tanpa harus bercakap-cakap.

Page 19: Secret Window

Pemberian obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan terapi pendukung. Obat

antipsikotik yang banyak peredar dipasaran dan diresepkan dokter. Antipsikotik

generasi terbaru bekerja mengurangi dan menagtasi gejala-gejala skizofrenia yang

positif, negative dan memperbaiki kognitif dengan efek samping yang dapat

ditoleransi lebih baik disbanding antipsikotik sebelumnya.

Terapi obat-obatan biasanya dikombinasi dengan terapi pendukung guna membantu

menurunkan dan mengatsai gejala skizofrenia, mencegah kekambuhan, membantu

pasien tetap berobat dan membantu penderita kembali ke kehidupan normal.

c. Terapi Modalitas

1. TERAPI KOGNISI

Cognitve behavioral therapy, aplikasi dari berbagai variasi teori belajar dalam kehidupan.

Tujuannya adalah untuk menolong seseorang keluar dari kesulitannya dalam berbagai bidang

kehidupan dan pengalamaman. Teknik kognitif dapat diterapkan dalam bidang pendidikan, di

tempat kerja, dalam kegiatan konsumen, dan olah raga. Dalam situasi tersebut kognitif

behavioral terapi dapat meningkatkan kemampuan kopingnya.

Bentuk Distorsi Kognisi

No Kelainan Kognitif Pengertian Contoh

1. Overgeneralizatio

n

Menggambarka

n kesimpulan

secara

menyeluruh

segala sesuatu

berdasarkan

kejadian tunggal

Seorang

mahasiswa yg

gagal dalam satu

ujian mengatakan “

kayaknya saya gak

akan lulus dalam

setiap ujian”

2. Personalization Menghubungkan

kejadian diluar

terhadap dirinya

meskipun hal

tersebut tidak

beralasan

“Atasan saya

mengatakan

produktivitas

perusahaan sedang

menurun tahun ini,

saya yakin

pernyataan ini

ditujukan pada

saya.”

3. Dichotomus

thinking

Berpikir ekstrim,

menganggap

segala

sesuatunya

selalu sangat

bagus atau

“bila suami saya

meninggal saya

pikir lebih baik saya

mati.”

Page 20: Secret Window

sangat buruk.

4. Catastrophizing Berpikir sangat

buruk tentang

oranag dan

kejadian

“Saya lebih baik

tidak mengisi

formulir promosi

jabatan itu, sebab

saya tidak

menginginkan dan

tidak akan

nayaman dengan

jabatan itu.”

5. Selective

abstraction

Berfokus pada

detail, tetapi

tidak relavan

dengan

informasi yang

lain.

Seorang istri

percaya bahwa

suaminya tidak

mencintainya

sebab ia dating

terlambat dari

pekerjaannya

6. Arbitary Inference Menggambarka

n kesimpulan

yang salah

tanpa di dukung

data.

Teman saya tidak

pernah menyukai

saya sebab ia tidak

mau diajak pergi.

7. Mind reading Percaya bahwa

seseorang

mengetahui

pemikiran orang

lain tanpa

mengecek

kebenaranya

Mereka pasti

berpikir bahwa

dirinya terlalu kurus

atau terlalu gemuk

8. Magnification Exaggregating

the importance

of events

Saya telah

meninggalkan

makan malam

saya, hal ini dapat

menunjukan betapa

tidak kompetennya

saya.

10

.

Externalization of

self worth

Menentukan tata

nilai sendiri

untuk diterapkan

pada orang lain

Saya sudah

berusaha untuk

kelihatan baik

setiap waktu tetapi

Page 21: Secret Window

teman-teman saya

tidak menginginkan

saya berada di

sampingnya.

Peran perawat jiwa dalam kognitif terapi

Perawat jiwa memiliki peran penting, peran tersebut terutama adalah bertindak sebagai

leader, fasilitator evaluator, dan motivator. Teknik kognitif dirumah sakit jiwa dapat

bermanfaat secara efektif terhadap bebagai masalah klinik atau semua rentang usia. Masalh

tersebut meliputi: kecemasan (anxiety), gangguan efek (affective), masalh makan (eat-ing),

schizophrenia, ketrgantungan zat( substance abuse), gangguan kepribadian( personality

disorder). Secara umum kognitif terapi meliputi beberapa teknik denagn tujuan sebagai

berikut:

Meningkatkan aktivitas yang diharapkan (increasing activity)

Menurunkan perilaku yang tidak dikehendaki (Reducing unwanted behavior)

Meningkatklan rekreasi (increasing pleasure)

Meningkatkan dan memberin kesempatan dalam kemampuan social (Enchancing

social skiil)

Ada beberapa teknik kognitif yang harus diketahui perawat jiwa. Pengetahuan tentang teknik

ini merupakan syarat agar peran perawat jiwa bisa berfungsi secara opitimal.

2. LOGOTERAPI

Secara etimologi, logoterapi berasal dari perkataan yunani “logos” yang berarti makna atau

spirit. Maka logoterapi berfokus pada arti eksisitensi manusia dan usaha mencari arti itu

sendiri. Logoterapi memandang manusia sebagai totalitas yang terdiri dari tiga dimensi :

fisisk, psikologis, dan spiritual. Untuk memahami diri dan kesehatan kita harus

memperhitungkan ketiganya.

Peran perawat dalam logoterapi

Konsep logoterapi dalam psikologi penting sekali diterapkan dalam ilmu kejiwaan. Logoterpi

sebagai ilmu psikologi dapat memperkaya knowledge keperawatan jiwa. Hal ini sangat sesuai

dengan konsep keperawatan secara umum sebagai berikut: Keperawatan adalah ilmu dan

kiat yang merupakan perpaduan dan itegrasi dari area teori-teori yang berbeda: ilmu-ilmu

social, seperti psikologi dan sosiologi , ilmu-ilmu dasar seperti anatomy, fisiologi, mikrobiologi,

dan serta ilmu medis tentang diagnosa dan pengobatan terhadap penyakit.

Konsep dasar logoterapi mengajarkan kepada klien agar tetap bersikap positif dalam kondisi

yang paling sulit sekalipun.Perawat hendaknya tetap memanfaatkan kondisi lingkunagn

sebagai bahan terapi, meskipun keadaan lingkungan penuh dengan stressor. Sharing dan

diskusi antara perawat jiwa dengan klien yang berada dalam keadaan cemas dan tertekan

Page 22: Secret Window

dapat dilakukan dengan cara selalu melihat dan menanyakan hikmah apa yang dibalik semua

kejadian yang sedang menimpa dan menjadikan pengalaman tersebut sebagai terapi.

Prinsipnya perawat harus memberika stimulus bahwa seburuk apapun lingkungan tetap ada

kebaikan yang dapat kita petik. Hal tersebut bisa dilakukan mengingat tujuan keperawatn jiwa

adalah untuk tetap meningkatkan kesejahteraan klien dalam berbagai situasi. Perawat harus

berperan untuk meminimalkan distress yang merujuk pada penyesuaian diri terhadap distress

dengan mengerahkan sumber internal dan eksternal untuk meminimalisir ketegangan.

3. TERAPI KELUARGA

Keluarga mungkin merupakan system pendukung utam ayang memberi perawatan langsung

pada setiap (sehat-sakit) klien. Umumnya keluaga meminta bantuan tenaga kesehatan jika

mereka tidak sanggup lagi merawatnya. Oleh karena itu asuha keperawatan yang berfokus

pada keluarga bukan hanya memulihkan klien tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan

meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga tersebut.

Perawat membantu keluarga agar dapat mampu melakukan lima tugas kesehatan:

1. Mengenal masalah kesehatan

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan

3. Memberi perawatan pada anggota yang sehat

4. Menciptakan lingkungan keluarga yang sehat

5. Menggunakan sumber yang ada dalam masyarakat

Tujuan terapi keluarga

Pentingnya perawatan di lingkungan keluarga dapat dipandang dari berbagai segi: Keluarga

merupakan suatu konteks dimana individu memulai hubungan interpersonal. Keluarga

mempengaruhi nilai, kepercayaan, sikap dan perilaku klien, mengemukakan bahwa keluarga

mempunyai fungsi dasar memberi kasih saying, rasa aman, rasa dimiliki, dan menyiapkan

peran dewasa individu di masyarakat.

Jika keluarga dipandang sebagai suatu sitem, maka gangguan jiwa pada satu anggota

keluarga akan mengganggu semua system atau keadaan keluarga.

Strategi terapi keluarga

Dasar dari ajaran teori komunikasi adalah semua tingkah laku adalah komunikasi.Terapi ini

dapat dilakukan oleh klien atau anggota keluarga.

Strategi terapi meliputi:

a. Reframing : dimana problem ditegaskan kembali oleh ahli terapi/ orang yang melakukan

terapi sebagai sesuatu yang dibutuhkan oleh keluarga. Contoh: Problem yang

mengandung arti positif,dan dikembangkan untuk mengartikan suatu masalah.

b. Pengendalian perubahan, contoh keluarga diminta untuk melaksanakan beberapa

tindakan dan target untuk menagtasi masalh dalam beberapa minggu.

Page 23: Secret Window

c. Paradok, contoh pertentangan keluarga ysng tinggi akan menyebabkan perubahan suatu

resposn. Anggota keluarga yang baiasanya dominan mencoba untuk tidak dominan,

yang biasa mengatur berupaya belajar untuk diatur.

Peran perawat dalam terapi keluaraga

Dengan bantuan perawat, keluarga diharapkan mempunyai kemampuan mengatasi masalah

dan stabilitas dari status kesehatan yang maksimal mungkin.

a. Mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota keluarga misalnya

perawat menjelaskan mengapa komunikasi itu penting,apa kesamaan harapan yang di

miliki oleh setiap keluarga.

b. Memberikan dukungan kepada klien serta system yang mendukung klien untuk

mencapai tujuan dan uasaha untuk berubah. Perawat meyakinkan bahwa keluarga klien

mampu memecah masalah yang dihadapi anggotanya.

c. Mengkoordinasi dan mengintegrasi sumber pelayanan kesehatan. Perawat menunjukan

institusi kesehatan mana yang harus bekerja sama denagan keluarga.

d. Memberi pelayanan prevensi primer, sekunder dan tersier melalui penyuluhan perawatan

di rumah, pendidikan dan sebagainya.

Terapi keluarga berguna untuk klien yang ; (ndikasi)

a. Segan terhadap psikoterapi individu karena takut, tidak percaya pada terapi, menentang

keras pada terap.

b. Tidak/ kurang berpengalaman dengan saudara-saudaranya mempunyai pertentangan

dengan anggota keluarga lain tidak/ sukar menyesuaikan diri dlam keluarga.

c. Ada salah satu anggota keluarga yang mempunyai integelensi rendah atau komunikasi

keluarga yang terhambat.

Peran keluarga dalam terapi

1. Membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat bahaya terhadap diri

klien dan aktivitasnya,

Mengurangi rasa takut

Memberikan arahan

Menolong mereka dapat merasa senang dengan proses terapinya

Menerima keahlian dan melakukan perannya denngan baik

2. Tidak merasa takut dan mampu bersikap berduka

Menyusun pertanyaan untuk membantu mengurangi rasa takut.

Menguatkan anggapan anggota dan menanyakan anggapan individu

Mendapatkan fakta tentang rencana proses, kelemahan dalam rencana, persepsi

pribadi dan orang lain, persepsi peran dan komunikasi yang baik dan tekniknya,

persaan seksual dan aktivitas

3. Membantu anggota bagaimana memandang orang lain

Observasi sharing bagaiman anggota memanifestasikan dirinya

Page 24: Secret Window

Mengajarkan anggota bagaimana mengobservasi sharing merekka dengan orang lain

4. Bertanya dan memberikan informasi tak berbelit, Memudahkan dalam memberi dan

menerima informasi yang memudahkan bagi anggota keluarga untuk melakukannya.

5. Membangun self esteem

Dengan menyatakan “saya menghargai kamu”

Mencatumkan sesuatu yang berharga bagi seseorang

Ajukan pertayaan yang dapat dijawab oleh anggota keluarga

Menekankan bahwa ahli terapi dan anggota keluarga sanggup belajar dari terapi.

Menanyakan anggota keluarga yang lain, apakah klien dapat membawa kebahagiaan

bagi anggota keluarga.

6. Menurunkan ancaman dengan latar belakang aturan untuk interaksi

Melihat kembali aturan dirumah diman semua anggota berpartisipasi.

Menggunakan pendekatan humor

Menciptakan ketenangan untuk control

7. Menurunkan ancaman dengan struktur pembahasan yang sistemik

Memberitahukan tujuan dengan jelas sampai akhir terapi atau batas waktu untuk

evaluasi.

Memperlihatkan keluarga sebagai suatu kesatuan bukan bagian

Menurunkan ancaman

8. Pendidikan ulang anggota untuk bertanggung jawab

Mengingatkan anggota keluarga bahwa meraka dapat merubah diri mereka sendiri.

Keterbukaan antar anggota keluarga.

d. Terapi Lingkungan

Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan harus

mendapat perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan memelihara kesehatn

manusia.

Lingkungangndan situasi rumah sakit yang asing serta pengalaman perawatan yang

tidak menyenangkan akan memberi pengaruh besar terhadap kemampuan adaptasi

pasien denagn gangguan fisik dan mental.

Modifikasi lingkunag menurut Florence adalah sebagai berikut:

Udara yang bersih (pure air)

Air yang jernih dan sehat (pure water)

Pembuangan yang aman dan memadai (efficient drainage)

Keadaan lingkugan yang bersih (cleanline)

Sinar matahari/ cahaya yang cukup (light)

Peran perawat dalam terapi lingkungan.

Page 25: Secret Window

Perawat sebagai individu yang selalu berda dengan pasien selama 24jam

dibandingkan dengan tim anggota kesehatan lainnya sehingga peranannya dalam

menyelenggarakan terapi lingkungan sangatlah besar.

Peran perawat dalm menyelenggarakan terapi lingkungan adalah:

a. Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman

b. Perawat menciptakan dan mempertahan suasan yang akrab , menyenagkan, saling

menghargai diantara sesama perawat, petugas dan pasien.

c. Perawat mnciptakan suasana yang aman dan mnjauhkan benda-bend asing yang

dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan, luka terhadap pasien atau perawat.

d. Pasien diminta untuk berpartisispasi melakukan kegiatan bagi dirinya dan orang lain

seperti yang dilakukan dirumahnya.

9. .Penyelenggara proses sosialisasi

Membantu pasien untuk belajar berinteraksi dengan orang lain mempercayai

orang lain, sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain.

Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan-perasaannya

dan perilakunya secra terbuka sesuai dengan aturan di dalam kegiatan tertentu.

Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau kemampuan

yang baru.

10. Sebagai teknisi keperawatan

Selama proses terapi lingkungan fungsi perawat adalah memberikan/ memenuhi

kebutuhan dari pasien, memberikan obat-obatan yang telah ditetapkan, mengamati efek

obat dan perilaku-perilaku yang menonjol/ menyimpang serta mengidentifikasi masalah-

masalah yang timbul dalam terpi tersebut.

11. Sebagai leader dan pengelola dalam pelaksanaan terapi lingkungan perawat harus

mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik yang mendukung

penyembuhan dan memberikan dampak baik secara fisik maupun secara psikologis

kepada klien.

Jenis-jenis kegiatan terapi lingkungan.

Terapi rekreasi

Yaitu terapi yang menggunakan salah satu kegiatan yang dilakukan pada waktu

luang, dengan tujuan pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan

menyenangkan serta mangembangkan kemampuan hubungan social. Didalam

kehidupan bangsal yang memimpin terapi adalah perawat, dimana harus

menyesuaikan kegiatan dengan tingkatan umur.Misalkan untuk remaja yang

membutuhkan kegiatan yang mengeluarkan banyak energi seperti basket,

berenang.sedangkan untuk orang tua kegiatan yang tidak mengeluarkan energi

banyak sperti, maein kartu, karambol.

Terapi kreasi seni

Page 26: Secret Window

Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama dengan orang lain

yang ahli dalam bidangnya,misalnya:

a. Dance therapy/ menari

Suatu terapi yang menggunakan bentuk ekspresi nonverbal dengan

mengguanakn gerakan tubuh dimana mengkomunikasikan tentang perasaan-

perasaan dan kebutuhan. Kegiatan dapat disesuaikan dengan kultur dan dimana

pasien bersal serta RS berbeda.

b. Terapi musik

Terapi ini dilakukan melalui musik. Dengan musik memberikan kesempatan

kepada pasien untuk mengekspresikan perasaannya, seperti marah, sedih,

kesepian. Pelaksanaan terapi ini dapat dilakukan bersama (kelompok) atau

individu.

c. Terapi dengan menggambar

Dengan manggambarkan atau melukis akan memberikan kesempatan kepada

pasien untuk mengeskpresikan tentang apa yang sedang terjadi dengan

dirinya.Kegiatan ini dapat dilakukan secara individu atau berkelompok diberbagai

sarana sseperti di RS atau dirumah perawatan.dengan menggambar juga dapat

menurunkan keteganggan dan memusatkan pikiran pada kegiatan

d. Literatur / biblio therapy

Terapi dengan kegiatan membaca sperti novel, majalah, buku-buku dan

kemudian mendiskusikan diantar pasien tentang pendapat-pendapatnya

terhadap topik yang dibaca.

Tujuan terapi ini dalah mengembnagkan wawasan diri dan bagaimana

mengekspresika perasaan / pikiran dan perilaku yang sesuai dengan norma-

norma.

Pet therapy

Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu mengadakan

hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa kesepian,

menyendiri.Sarana yang dipergunakan dalam terapi ini adalah binatang-binatang diman

dapat memberikan respon menyenangkan kepada pasien.

Plant therapy

Terapi yang bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara segala sesuatu/

makhluk hidup, dan membantu hubungan yang akrab antara satu pribadi dengan yang

lain.

Kegiatan ini menggunakan tanaman/ tumbuhan sebagai objek untuk mencapai tujuan

terapi. Menanam tumbuh-tumbuhan mulai dari bijisampai menjadi bunga atau buah dan

diperbolehkan untuk memetiknya bagi pasien merupakan pengalaman memelihara

makhlik hidup denagn kasih sayang dan berhasil diluar dirinya.

G. Health Education Skizofrenia

Page 27: Secret Window

1. Ajarkan pada keluarga tentang skizofrenia :

Skizofrenia adalah gangguan otak yang memengaruhi semua aspek fungsional.

Tidak ada penyebab tunggal yang telah ditetapkan, tetapi penelitian menunjukkan

bahwa penyebabnya, antara lain genetika, perubahan struktur dan kimia otak, serta

berbagai faktor yang berkaitan dengan stres.

Gejala-gejalanya dapat mencakup mendengar suara-suara (halusinasi), keyakinan

yang keliru (waham), berkomunikasi dengan cara yang sulit dipahami, serta fungsi

okupasi dan sosial yang buruk.

Gejala-gejala dapat membaik, tetapi dapat juga kambuh terus seumur hidup.

2. Ajarkan pada keluarga tentang :

Obat-obatan antipsikotik yang digunakan; penting bagi klien untuk meminumnya

sesuai resep.

Efek samping yang banyak terjadi dan dapat diatasi bila segera dilaporkan ke

penyedia layanan kesehatan. (Berikan informasi spesifik mengenai obat klien).

Menindaklanjuti perawatan dengan ahli terapi atau manajer perawatan merupakan

hal yang sangat penting.

3. Ajarkan pada keluarga tentang cara-cara mengatasi gejala klien :

Identifikasi berbagai kejadian yang secara tipikal mengecewakan klien dan

memberikan bantuan ekstra sesuai kebutuhan.

Catat kapan klien menjadi marah dan lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi

ansietas.

Tindakan untuk mengurangi ansietas meliputi istirahat, teknik-teknik relaksasi,

keseimbangan antara istirahat dan aktivitas, dan diet yang tepat.

Catat gejala-gejala yang ditunjukkan klien ketika ia sakit, dan bila ini terjadi anjurkan

klien untuk menghubungi penyedia layanan kesehatan (bila ia menolak, Anda harus

menghubungi sendiri penyedia layanan kesehatan tersebut).

Tidak menyetujui pernyataan klien tentang halusinasi atau waham; beri tahu tentang

realitas, tetapi jangan berargumentasi dengan klien.

4. Informasi tambahan :

Ajarkan kepada keluarga tentang perawatan diri.

Anjurkan keluarga untuk membicarakan tentang perasaan dan kekhawatiran mereka

dengan penyedia layanan kesehatan.

Anjurkan keluarga untuk mau mempertimbangkan bergabung dengan kelompok

pendukung atau bantuan masyarakat.

Page 28: Secret Window

H. Pencegahan

1. Asam lemak omega 3

Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Archives of General Psychiatry

Februari 2010 mengenai pemberian asam lemak omega 3 untuk pencegahan skizofrenia

pada pasien yang rentan skizofrenia. Disain penelitian ini adalah acak, tersamar berganda,

kontrol plasebo melibatkan 81 sampel. Sampel penelitian adalah pasien rentang usia 13-25

tahun yang memenuhi kriteria berisiko psikosis. Intervensi yang dilakukan adalah pemberian

kapsul asam lemak tidak jenuh omega 3 sebanyak 4 kapsul sehari dengan kandungan total

1,2 gram/hari yang diberikan selama 12 minggu. Selama 12 minggu tersebut pasien tidak

mendapat obat antipsikotik ataupun mood stabilizer.

I. Prognosis

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10 tahun

setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skiofrenia, hanya kira-kira 10-

20 % pasien dapat digambarkan memliki hasil yang baik.Lebih dari 50% pasien dapat

digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan di rumah sakit yang berulang,

eksaserbasi gejala, episode gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri. Walaupun angka-

angka yang kurang bagus tersebut, skizofrenia memang tidak selalu memiliki perjalanan

penyakit yang buruk, dan sejumlah faktor telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. 

Rentang angka pemulihan yang dilaporkan didialam literatur adalah dari 10-60% dan

perkiraan yang beralasan adalah bahwa 20-30% dari semua pasien skizofrenia mampu untuk

menjalani kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-30% dari pasien terus mengalami gejala

yang sedang,dan 40-60% dari pasien terus terganggu scara bermakna oleh gangguannya

selama seluruh hidupnya. 

Page 29: Secret Window

2.3 Analisa Kasus Film “Secret Windows”

Berdasarkan cerita yang terkandung di dalam film “Secret Windows”, terdapat beberapa hal

yang dapat dianalisa dari cerita tersebut.

Di dalam cerita film tersebut, pemeran utama yakni Mort Rainey yang diperankan oleh

Johnny Depp, menunjukkan beberapa gejala kejiwaan yang mengarah pada gangguan jiwa

SKIZOFRENIA.

Berdasarkan cerita di dalam film, penyakit skizofrenia yang di derita Mort Rainey mungkin

disebabkan oleh tekanan mental berlebih yang ia rasakan untuk menyelesaikan akhir cerita dari

skenario yang ia buat sendiri (di dalam film pemeran utama berperan sebagai penulis naskah cerita)

terlebih lagi diperberat oleh proses perceraian yang sedang ia jalani dengan istri yang sangat ia cintai

sehingga Mort Rainey sering mengalami halusinasi dengan adanya gambaran atau bayangan akan

tokoh-tokoh yang terdapat di dalam naskah yang ia buat sendiri dan tanpa sadar ia melakukan hal-hal

yang dijelaskan di dalam naskah yang dibuatnya seperti membunuh mantan istri.

Pada penyakit Skizofrenia sendiri, terdapat dua kategori gejala utama yaitu gejala positif

atau gejala nyata dan gejala negatif atau gejala samar.

Beberapa gejala positif atau gejala nyata yang ditunjukkan di dalam film antara lain halusinasi,

waham, dan perseverasi. Halusinasi itu sendiri adalah persepsi sensori yang salah atau

pengalaman persepsi yang tidak terjadi dalam realitas. Apabila dikaitkan dengan film tersebut, di

dalam film dinyatakan bahwa pemeran utama sering berkomunikasi dengan seseorang yang dirasa

selalu mengikuti dan menerornya padahal dalam kenyataannya orang tersebut tidak ada dan tidak

dapat dilihat oleh orang lain selain oleh Mort Rainey (pemeran utama). Selain itu pada bagian akhir

film tersebut, Mort Rainey memiliki konflik pemikiran dan emosi dengan bayangan dirinya sendiri yang

digambarkan lebih kuat dari salah satu sisi pribadi Mort Rainey (semacam kepribadian terbelah/

kepribadian ganda). Waham adalah keyakinan yang salah dan dipertahankan yang tidak memiliki

dasar dalam realitas. Dan di dalam film tersebut, Mort Rainey digambarakan sebagai seseorang yang

mengalami gejala waham kejar dimana Mort Rainey merasa menjadi korban atau dimata-matai oleh

John Shooter yang sebenarnya tidak ada di dalam realitas. Perseverasi adalah terus-menerus

membicarakan satu topik atau gagasan dan pengulangan kalimat, kata, atau frasa secara verbal. Di

dalam cerita film sendiri gejala perseverasi tersebut diperkuat dengan frekuensi yang sangat sering

dalam pengucapan kalimat “You know….the only thing that matters is the ending. It’s the most

important part of the story, the ending.

And this one…..is very good. This one’s perfect.”.

Sedangkan untuk gejala negatif atau gejala samar, terdapat beberapa gejala yang

ditunjukkan di dalam cerita film tersebut seperti anhedonia yaitu merasa tidak senang atau tidak

gembira dalam menjalani hidup, aktivitas, atau hubungan yang di dalam cerita diperkuat dengan Mort

Rainey yang hanya senang berdiam diri di rumah peristirahatannya yang berada di daerah terpencil

dan hanya makan snack selama 30 tahun, tidak memperhatikan kebersihan diri dengan tidak pernah

mandi, dan hanya bermalas-malasan tidur-tiduran di sofa lusuhnya.

Page 30: Secret Window

2.4 Asuhan Keperawatan

ASKEP

Pengkajian :

Pengumpulan Data

A. Biodata

1. Nama : Tn. Morth Rainey

2. Usia : -

3. Status : Menikah (Proses Perceraian)

4. Alamat : -

5. Jenis kelamin : Pria

6. Pendidikan : -

7. Pekerjaan : Penulis Novel

8. Agama : -

9. Suku bangsa : -

Do

Sering berbicara sendiri

Cemas

Halusinasi

Anhedonia

Membunuh orang terdekat

Menggerakkan bibir tanpa ada suara

Ds

Merasa terancam

Merasa gelisah

B. Pengkajian umum dan prilaku motorik

1. Hygiene dan berhias : Kurang bersih

2. Pakaian yang pantas : Jarang berganti pakaian

3. Postur : -

4. Kontak mata : -

5. Prilaku gerak – gerik yang tidak biasa : tergesa-gesa,

6. Cara bicara : menggerak-gerakkan bibir

C. Mood dan afek

1. Emosi yang diungkapkan : ketakutan

2. Ekspresi wajah : ketakutan,cemas

3. Dorongan untuk mencelakakan diri : -

D. Proses dan isi pikir

Page 31: Secret Window

1. Isi (yang klien pikirkan) :

merasa ada orang lain yang menuduh dia mencuri cerita orang lain, tetapi pada

kenyataannya cerita tersebut adalah cerita yang dia tulis sendiri

2. Proses (cara berfikir klien) :

Halusinasi

E. Konsep diri

1. Pandangan personal tentang diri : percaya diri

2. Gambaran fisik diri : kotor, tidak rapi

3. Kualitas / sifat personal :

F. Peran dan hubungan

1. Peran saat ini : -

2. Kepuasan dalam peran : -

3. Keberhasilan dalam peran : -

4. Hubungan yang signifikan : -

5. System pendukung : -

G. Perkembangan fisiologis dan perawatan diri

1. Pola makan :

Hanya makan potato chips selama 30 tahun.

2. Pola tidur :

Tidak teratur, sering bangun tiba-tiba.

3. Masalah kesehatan : -

4. Kepatuhan terhadap pengobatan yang diprogramkan : -

5. Kemajuan melakukan aktifitas tubuh sehari hari : -

Perencanaan Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi

No.DIAGNOSA

KEPERAWATAN

PERENCANAAN

TUJUANKRITERIA

EVALUASIINTERVENSI

1. Gangguan

Sensori Persepsi

Halusinasi

Pasien :

1. Pasien Mengenali

halusinasi yg di

alaminya

2. Pasien dapat

mengontrol

Setelah …,

pertemuan pasien

dapat menyebutkan

isi, waktu, frekuensi,

situasi pencetus,

perasaan dan

S.P 1

1. Bantu pasien mengenal

halusinasi :

Isi

Waktu terjadinya

Frekuensi

Page 32: Secret Window

halusinasinya

3. Pasien mengikuti

program pengobatan

secara optimal

mampu

memperagakan

cara dalam

mengontrol

halusinasi

Situasi Pencetus

Perasaan saat terjadi

halusinasi

2. Latih Mengontrol

halusinasi dengan cara

menghardik.

Tahapan tindikannya

meliputi :

Menjelaskan cara

menghardik halusinasi

Memperagakan cara

menghardik

Meminta pasien

memperagakan ulang

Memantau penerapan

cara ini, beri

penguatan perilaku

pasien

3. Memasukan dalam

jadwal kegiatan pasien

Setelah ….

Pertemuan pasien

mampu

menyebutkan

kegiatan yg sudah

dilakukan dan

mampu

memperagakan

cara bercakap –

cakap dengan

orang lain

S.P. 2

1. Evaluasi kegiatan yg

lalu (SP 1)

2. Melatih berbicara /

bercakap dgn orang lain

saat halusinasi muncul

3. Masukan dalam jadwal

kegiatan pasien

Setelah …

Pertemuan pasien

mampu

mnyebutkan

kegiatan yg sudah

dilakukan dan

mampu menbuat

S.P. 3

1. Evaluasi Kegiatan yg

lalu (SP. 1 & 2 )

2. Melatih kegiatan agar

halusinasi tdk muncul

Tahapannya :

Menjelaskan

Page 33: Secret Window

jadwal kegiatan

sehari – hari &

mampu

memperagakannya

pentingnya aktivitas

yg teratur u/

mengatasi halusinasi

Mendiskusikan

aktivitas yg biasa

dilakukan oleh pasien

Melatih pasien

melakukan aktivitas

Menyusun jadwal

aktivitas sehari-hari

sesuai dgn aktivitas

yg telah dilatih ( dari

bangun pagi sampai

tdr mlm)

Memantau

pelaksanaan jadwal

kegiatan, berikan

penguatan terhadap

perilaku pasien yg (+)

Setelah ……

Pertemuan pasien

mampu

mnyebutkan

kegiatan yg sudah

dilakukan dan

mampu

menyebutkan

manfaat dari

program

pengobatan

S.P. 4

1. Evaluasi Kegiatan yg

lalu (SP. 1, 2 & 3 )

2. Tanyakan program

pengobatan.

Jelaskan pentingnya

penggunaan obat pd

gangguan jiwa.

Jelaskan akibat bila

tidak digunakan

sesuai program

Jelaskan akibat bila

putus obat

Jelaskan cara

mendapatkan obat /

berobat

3. Jelaskan pengobatan (5

B)

4. Latih pasien minum

Page 34: Secret Window

obat

5. Masukan dalam jadwal

Keluarga :

Dapat merawat pasien di

rumah dan menadi sistem

pendukung yg efektif

untuk pasien

Setelah ……

Pertemuan keluarga

mampu

menjelaskan

tentang halusinasi

S.P. 1

1. Identifikasi masalah

keluarga dalam

merawat pasien.

2. Jelaskan tentang

halusinasi

Pengertian halusinasi

Jenis halusinasi yg

dialami pasien

Tanda & gejala

halusinasi

Cara mwrawat pasien

halusinasi ( cara

berkomunikasi,

pemberian obat &

pemberian aktivitas

kpd pasien)

Sumber-sumber

pelayanan kesehatan

yg bisa dijangkau

3. Bermain peran cara

merawat

4. Rencana tindak lanjut

keluarga , jadwal

keluarga untuk

merawat pasien

Setelah …….

Pertemuan

Keluarga. Mampu

menyelesaikan

kegiatan yang

sudah dilakukan

dan mampu

memperagakan

cara merawat

S.P. 2

1. Evaluasi kemampuan

Kelg. (SP. 1)

2. Latih Keluarga merawat

Pasien

3. RTL Kelg. / Jadwal

Keluarga untuk

merawat Pasien

Page 35: Secret Window

pasien

Setelah ……

Pertemuan keluarga

mampu

menyebutkan

kegiatan yg sudah

dilakukan dan

mampu

memperagakan

cara merawat

pasien serta

mampu membuat

RTL

S.P. 3

1. Evaluasi kemampuan

klg (SP. 2)

2. Latih klg merawat

pasien

3. RTL keluarga / jadwal

klg untuk merawat

pasien

Setelah ……

Pertemuan keluarga

mampu

menyebutkan

kegiatan yg sudah

dilakukan dan

mampu

melaksanakan

Follow Up rujukan

S.P. 4

1. Evaluasi kemampuan

klg

2. Evaluasi Kemampuan

Pasien.

3. RTL keluarga :

Follow Up

Rujukan

Page 36: Secret Window

BAB III

PENUTUP

SIMPULAN

Skizofrenia merupakan penyakit yang mempengaruhi otak. Pada otak terjadi proses

penyampaian pesan secara kimiawi (neurotransmitter) yang akan meneruskan pesan sekitar

otak. Pada penderita skizofrenia, produksi neurotransmitter-dopamin- berlebihan, sedangkan

kadar dopamin tersebut berperan penting pada perasaan senang dan pengalaman mood yang

berbeda. Bila kadar dopamin tidak seimbang–berlebihan atau kurang– penderita dapat

mengalami gejala positif dan negatif.

Perawat jiwa memiliki peran penting, peran tersebut terutama adalah bertindak sebagai

leader, fasilitator evaluator, dan motivator. Teknik kognitif dirumah sakit jiwa dapat bermanfaat

secara efektif terhadap bebagai masalah klinik atau semua rentang usia. Masalh tersebut

meliputi: kecemasan (anxiety), gangguan efek (affective), masalh makan (eat-ing), schizophrenia,

ketrgantungan zat( substance abuse), gangguan kepribadian( personality disorder). Secara

umum kognitif terapi meliputi beberapa teknik denagn tujuan sebagai berikut:

Meningkatkan aktivitas yang diharapkan (increasing activity)

Menurunkan perilaku yang tidak dikehendaki (Reducing unwanted behavior)

Meningkatklan rekreasi (increasing pleasure)

Meningkatkan dan memberin kesempatan dalam kemampuan social (Enchancing social skiil)

Ada beberapa teknik kognitif yang harus diketahui perawat jiwa. Pengetahuan tentang teknik

ini merupakan syarat agar peran perawat jiwa bisa berfungsi secara opitimal.

Page 37: Secret Window

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan & Sadock, 1997, Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi 7 Jilid 2,

Binarupa Aksara. Jakarta

Stuart & Sudeen, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3 EGC, Jakarta

 Keliat, B, Herawati, 1999, Proses Keperawatan Jiwa, EGC Jakarta

Johnson Marion, dkk, 2000, Nursing Outcome Classification (NOC), Mosby

 Nanda, 2005, Diagnosis Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi, Nursing Intervention.

Waramis, W.F. 1994. catatan Ilmu Kedoktern Jiwa. Penerbit : Airlangga University Press.

Prawirohardjo, Soejono. 1973. Klasifikasi Penyakit Jiwa dan Aspek-Aspek pengobatannya. Yogyakarta.e-

smartschool.