seni rudat ikci makam godog
DESCRIPTION
This kind of art is the only art that is in Garut regency. This art is strongly related to ceremonial cave in a ceremony held at Heritage on the 14th Mulud. There are a lot of uniqueness that need to be explored in this art.Happy reading and hopefully useful.TRANSCRIPT
SENI RUDAT IKATAN JURU KUNCI (IKCI)
MAKAM GODOG
Disusun Oleh
Yosep Nurdjaman, S.Sn., M.Sn.
DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN
PROVINSI JAWA BARAT
BANDUNG, MARET 2013
1
ABSTRAK
Rudat Art Institute Interpreter Lock (IKCI) godog tomb is the only arts
group Rudat who are in Garut. This art is in the region precisely godog Tomb,
RT.01/RW.10, Valley Village Court, District Karangpawitan, Garut regency.
Janis Rudat art is no similarity with Rudat who are in the province of Banten, both
of the concept would performances and repertoire of songs featured dish in the
show. But the difference lies in the function of the arts, Rudat of arrowroot
performed only at the anniversary of City Garut and activities "Ngalungsur
Heritage" every fourteenth Mulud held at the Sacred Tomb godog. Rudat of
Banten except staged in commemoration of the anniversary of City of Banten and
religious events, are also frequently staged at events such as circumcision, the
inauguration, and others.
As already noted above that the concept of the show IKCI Rudat is
generally very similar to the Bantam. The kosep used when performing the song
bubuka usually featuring a song Assalamu'alaikum and Bissmillah. The next song
is Dalilu and Kumfiddunya, to the song dikhiasi by two dancers with martial arts
movements. The last song presented is Allah-Allah. The entire repertoire of songs
accompanied by musical instruments include: four pieces flying, and one drum.
Difference between Rudat IKCI and Banten lies in serving bubuka song, usually
featuring a song Song of Banten but IKCI not.
Potential and uniqueness of art owned by the IKCI Rudat found in the
chant texts and melodies songs are presented in the show Rudat. Usually texts
songs using melodies tones or Prhygian middle east, but the group changed IKCI
melody using pentatonic tones exactly is the barrel Salendro. It becomes
something that is unique because there are new innovations especially in the
melody of the song on the show. In addition there is creativity-creativity in dance
movements of martial arts which numbered twelve, so that adds to the appeal for
the entirety of the show Rudat.
2
Recommendations that can be used to develop the arts Rudat IKCI provide
good creativity touches on aspects of musicality, idioms and songs used in each
show. one thing that is not less important is the inclusion of a new element of
choreography that woke the two elements of different movement pattern forming
a unity of different movement patterns and interesting. Creativity-creativity made
not to change the order kebakuan which is well defined in advance, but it is
intended to give new touches that show Rudat IKCI more attractive and can be
enjoyed by all people, not just used in a ritual that has to do Sacred Tomb godog,
so that all people can enjoy and watch the show Rudat IKCI Tomb godog Garut
regency.
Keywords: Rudat Art Institute Interpreter Lock (IKCI) Tomb godog, Garut.
3
Intisari
Kesenian Rudat Ikatan Juru Kunci (IKCI) Makam Godog merupakan satu-
satunya kelompok seni Rudat yang berada di wilayah Garut. Kesenian ini tepatnya
berada di wilayah Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung, Kecamatan
Karangpawitan, Kabupaten Garut. Janis kesenian Rudat ini ada kesamaan dengan
Rudat yang berada di wilayah Provinsi Banten, baik dari konsep pertunjukan mau
maupun repertoar sajian lagu yang ditampilkan dalam pertunjukannya. Namun
perbedaannya terletak pada fungsi dari kesenian tersebut, Rudat dari garut hanya
dipentaskan pada waktu peringatan ulang tahun Kota Garut dan kegiatan
“Ngalungsur Pusaka” setiap tanggal empat belas Mulud yang dilaksanakan di
Makam Keramat Godog. Rudat dari Banten selain dipentaskan di acara
peringatan hari jadi Kota Banten dan acara keagamaan, juga sering dipentaskan di
acara-acara seperti khitanan, peresmian, dan lain-lain.
Seperti yang sudah diungkapkan di atas bahwa konsep pertunjukan Rudat
IKCI secara umum hampir sama dengan Banten. Adapun kosep yang digunakan
ketika pentas yaitu lagu bubuka biasanya menampilkan lagu Assalamu’alaikum
dan Bissmillah. Lagu yang berikutnya adalah Dalilu dan Kumfiddunya, ke dua
lagu tersebut dikhiasi oleh penari dengan gerak-gerak pencak silat. Lagu terakhir
yang disajikan adalah Alloh-Alloh. seluruh repertoar lagu tersebut diiringi oleh
instrument musik di antaranya adalah: empat buah terbang, dan satu buah bedug.
Perbedaan antara Rudat IKCI dan Banten terletak pada sajian lagu bubuka, Banten
biasanya menampilkan lagu Kidung akan tetapi IKCI tidak.
Potensi dan keunikan yang dimiliki oleh kesenian Rudat IKCI ini yakni
terdapat pada lantunan teks-teks dan melodi lagu yang disajikan dalam
pertunjukan Rudat tersebut. Biasanya teks-teks lagunya menggunakan melodi
nada-nada timur tengah atau Prhygian, akan tetapi kelompok IKCI merubah
melodinya dengan menggunakan nada-nada pentatonic tepatnya adalah laras
Salendro. Hal tersebut menjadi sesuatu yang unik karena terdapat inovasi-inovasi
baru khususnya dalam melodi lagu pada pertunjukannya. Selain itu terdapat
4
kreativitas-kreativitas dalam gerak-gerak tari pencak silat yang berjumlah dua
belas orang, sehingga menambah daya tarik bagi keutuhan pertunjukan Rudat
tersebut.
Rekomendasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan kesenian
Rudat IKCI yakni memberikan sentuhan-sentuhan kreativitas baik pada aspek
musikalitas, maupun idiom-idiom lagu yang digunakan dalam setiap
pertunjukannya. satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah dimasukannya unsur
koreografi baru sehingga terbangun dua unsur pola gerak yang berbeda sehingga
terbentuk satu kesatuan pola gerak yang berbeda dan menarik. Kreativitas-
kreativitas yang dilakukan bukan untuk merubah tatanan kebakuan yang sudah
tertata dengan baik sebelumnya, akan tetapi hal tersebut dimaksudkan untuk
memberikan sentuhan-sentuhan baru agar pertunjukan Rudat IKCI lebih menarik
dan dapat dinikmati oleh semua kalangan, bukan hanya digunakan dalam acara
ritual yang ada kaitannya dengan Makam Keramat Godog, sehingga semua
masyarakat dapat menikmati dan menyaksikan pertunjukan Rudat IKCI Makam
Godog Kabupaten Garut.
Kata Kunci: Seni Rudat Ikatan Juru Kunci (IKCI) Makam Godog, Garut.
KATA PENGANTAR
5
Laporan ini berisi tentang keberadaan kelompok Seni Rudat Ikatan Juru
Kunci (IKCI) Makam Godog di Kabupaten Garut. Laporan ini disusun untuk
kegiatan Pemberdayaan Sarjana Seni tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.
Ucapan terima kasih kepada: 1. Para seniman Seni Rudat Ikatan Juru
Kunci (IKCI) Makam Keramat Godog; 2. Tokoh Masyarakat Godog Garut; dan 3.
Aparat dinas Kecamatan Karangpawitan yang bersedia menjadi narasumber dalam
penyusunan laporan ini.
Penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat dalam upaya pemetaan,
pelestarian, dan pengembangan sebi-sebni di Jawa Barat.
Bandung, 15 Mei 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
6
Judul ……………………………………………………… i
Abstrak ……………………………………………………… ii
Kata Pengantar ……………………………………………………… iv
Daftar Isi ……………………………………………………… v
Daftar Tabel ……………………………………………………… vi
Daftar Foto ……………………………………………………… vi
A. PENDAHULUAN ……………………………………… 1
B. ANALISIS POTENSI SENI RUDAT MAKAM IKATAN JURU
KUNCI (IKCI) MAKAM GODOG KABUPATEN GARUT .. 6
C. REKOMENDASI UNTUK SENI RUDAT IKATAN JURU KUNCI
(IKCI) MAKAM GODOG KABUPATEN GARUT ……… 29
Daftar Acuan ……………………………………………………… 31
Lampiran ……………………………………………………… 32
7
Daftar Tabel
Tabel-1: Susunan organisasi kelompok seni Rudat Ikatan Juru Kunci (IKCI) Makam Godog. Hal. 3.
Tabel-2: Komposisi anggota beserta tugas dalam setiap kali pentas seni Rudat IKCI Makam Godog. Hal. 10.
Daftar Gambar
Gambar-1. Kostum yang digunakan oleh pemai musik kelompok Seni Rudat IKCI Makam Godog Garut. (Foto, Yosep Nurdjaman Alamsyah, 2013). Hal. 13.
Gambar-2. Konstum yang digunakan oleh penari pencak slat kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog Garut. (Foto Repro: Yosep Nurdjaman Alamsyah, 2013). Hal. 14.
Gambar-3. Salah satu terbang yang digunakan oleh kelompok seni Rudat IKCI Makam Godong Kabupaten Garut. (Foto. Repro; Yosep Nurdjaman A, 2013. Hal. 20.
Gambar-4. Permainan terbang ketika sedang pertunjukan dalam konsep arak-arakan. (Foto. Repro: Yosep Nurdjaman A, 2013). Hal. 21.
Gambar5. Bedug yang resonatornya terbuat dari bahan drum. (Foto. Repro: Yosep Nurdjaman. A, 2013). Hal. 24.
Gambar-6. Bedug yang resonatornya terbuat dari bahan kayu. (Foto. Repro: Yosep Nurdjaman A, 2013). Hal. 25.
Gambar-7. Bedug yang resonatornya terbuat dari bahan kayu pernis. (Foto. Repro: Yosep Nurdjaman A, 2013). Hal. 25.
Gambar-8. Bedug terbesar di dunia. (Foto. Repro: www.goole.com, 2013). Hal. 26.
Gambar-9. Bedug yang digunakan oleh kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog Kabupaten Garut. (Foto. Repro: Yosep Nurdjaman A, 2013). Hal. 27.
A. PENDAHULUAN
8
Seni Rudat Ikatan Juru Kunci (IKCI) Makam Godog adalah salah satu
kelompok seni yang berada di wilayah Kabupaten Garut. Keberadaaan kelompok
seni Rudat di Garut sendiri untuk saat ini cukup memprihatinkan karena hanya
terdapat satu kelompok seni Rudat saja, yakni kelompok seni Rudat IKCI Makam
Godog. Menurut informasi dari salah satu juru kunci Makam Godog yang
bernama Apipudin mengungkapkan, bahwa:
“Sekitar tahun 90an di Garut terdapat seni Rudat di daerah Leles dan Tarogong, akan tetapi keberadaan tidak pernah terangkat sehingga hilang dengan sendirinya, sampai saat ini keberadaan kelompok Rudat dari kedua daerah tersebut tidak diketemukan bentuk dan wujud keseniannya”. (Wawancara, Apipudin1, 2013).
Sebenarnya kesenian Rudat ini berasal dari Provinsi Banten dan menjadi
indentitas daerah tersebut. Dengan berkembangnya pola pikir warga Banten yang
ingin hijrah ke tempat lain dengan tujuan untuk mencari mata pencaharian yang
lebih layak dari sebelumnya, sehingga kesenian Rudat tersebut ikut menyebar
hapir ke seluruh kota di Jawa Barat, salah satunya ke Kota Garut.
Kesenian Rudat hijrah ke Kota Garut tepatnya di Godog Makam,
RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut
Jawa Barat pada tahun 1985. Adapun tokoh-tokoh Kyai yang mendirikan dan
mengembangkan kesenian Rudat di Makam Godog adalah Ajengan Winata,
Ajengan Marku, Bah Sirod, Mochammad Mu’min, Kyai Elon, dan Mang Dana.
Dikarenakan yang mendirikan kesenian ini adalah para kuncen atau juru kunci
Makam Godog, maka kelompok seni ini diberi nama Seni Rudat Ikatan Juru
Kunci (IKCI) Makam Godog.
Pada tahun 1990 keberadaan seni Rudat IKCI Makam Godog ini
mengalami krisis SDM, disebabkan oleh tidak adanya minat dan sistem pewarisan
kepada generasi berikutnya. Ketika itu kelompok tersebut mengalami kepunahan
1 Apipudin adalah salah seorang juru kunci Makam Godog, berliau juga merupakan adik H. Ahmad Enday (pimpinan seni Rudat IKCI Makam Godog.
9
sampai tahun 1995, kemudian atas prakarsa salah satu juru kunci yang dituakan di
Makam Godog yaitu H. Ahmad Endang seni Rudat IKCI bangkit kembali dari
masa-masa keterpurukan. Akhirnya kesenian tersebut hingga saat ini masih
terawat dengan baik walaupun pengurusnya masih generasi tua, karena sistem
penggenerasiannya bisa dibilang terlambat. Hal tersebut disebabkan oleh
kurangnya minal dari generasi muda untuk mengenal selebihnya mendalami
kesenian Rudat tersebut. Namun secara perlahan langkah-langkah konservasi
proses penggenerasiannya terus dilakukan hingga saat ini, dengan hasil semakin
bertambahnya minat dari para generasi muda yang ingin belajar dan
mendalaminya kesenian Rudat tersebut.
Apabila di lihat dari fungsi bahwa pada awalnya kesenian Rudat IKCI
Makam Godog ini berfungsi sebagai media ritual, tepatnya yang ada kaitannya
dengan upacara ritual Makam Godog, yakni upacara Lungsur Pusaka. Namun
seiring dengan berkembangnya waktu dan kebutuhan dari berbagai pihak, salah
satunya adalah pemerintahan Kabupaten Garut melalui Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan daeranya melakukan pendaataan seluruh jenis kesenian yang ada di
wilayah Kabupaten Garut, setelah itu seluruh jenis kesenian tersebut salah
satunya adalah kesenian Rudat IKCI Makam Godog ditampilkan di setiap
peringatan ulang tahun hari jadi Kota Garut.
Selain itu, kesenian Rudat IKCI Makam Godog juga kerap ada permintaan
dari media televisi swasta yang meliput kesenian tersebut dengan tujuan
pengenalan, konservasi, dan publikasi kepada masyarakat umum mengenai
keberadaannya. Maka dari itu, setelah dilakukan pendokumentasian kemudian
penayangan di media televisi swasta, sehingga kesenian Rudat IKCI Makam
Godog semakin dikenal keberadaannya oleh masyarakat Garut, Jawa Barat, dan
Indonesia.
Keberadaan kesenian Rudat IKCI Makam Godog tidak akan bertahan tanpa
adanya para tokoh juru kunci yang senantiasa menjaga dan melestarkan kesenian
tersebut sampai dapat bertahan hingga saat ini. Adapun tokoh yang berperan aktif
10
dalam proses mempertahankan dan melestarikan kesenian ini terdapat dalam
susunan organisasi Rudat IKCI Makam Godog sebagai berikut.
SUSUNAN ORGANISASI
SENI RUDAT IKATAN JURU KUNCI (IKCI) MAKAM GODOG
Pimpinan
H. Ahmad Enday
Wakil Pimpinan
Apipudin
Sekretaris
Dadang Hidayat
Bendahara
Wahyudin
Sie. Dokumentasi
Ude Herdiansyah
Stage Manager
Hendi Kusmawan
Sie. Make Up
Homizah
Sie. Kostum
Apipudin
Sie. Peralatan
Suryana
Sie. Humas
Sopandi
Sie. Transportasi
Agus
Tabel diagram 1Susunan organisasi kelompok seni Rudat Ikatan Juru Kunci (IKCI) Makam Godog.
Selain yang tercantum di dalam susunan organisasi di atas, adapun
beberapa yang terhimpun dalam kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog di
antaranya adalah: Ujang Sumarna, Dana, Aki Sirod, dan para juru kunci generasi
pertama yang sudah disebutkan sebelumnya.
11
Seperti kesenian Rudat yang berasal dari Banten dan daerah-daerah
lainnya, bentuk dan struktur pertunjukan seni Rudat IKCI Makam Godog juga
secara global tidak jauh beda dengan seni Rudat dari daerah lain. Adapun struktur
penyajian pertunjukannya dibagi menjadi dua, yaitu pertama berkonsep arak-
arakan dan ke dua konser di panggung pertunjukan. Penjelasan secara detailnya
akan dipaparkan sebagai berikut.
Pertunjukan dengan konsep arak-arakan dilakukan di jalan raya atau di
lapangan. Pertama-tama seluruh pemain berkumpul di tempat tempat yang luas,
biasanya pertunjukan diawali oleh MC (master of ceremony) yang menjelaskan
dan mengumumkan bahwa pertunjukan akan dimulai. Ketika MC telah selesai
mengumumkan, kemudian seluruh pemain Rudat IKCI langsung memulai
pertunjukan dengan menyajikan lagu bubuka, setelah lagu bubuka disajikan
dilanjutkan dengan lagu ke dua dan selanjutnya sampai lagu penutup. Ketika
sajian lagu kedua sampai penutup, pertunjukannya dilakukan dengan cara berjalan
membentuk dua barisan dan diikuti oleh tarian sebanyak dua belas penari yang
menggunakan gaya pencak silat. Lagu penutup disajikan ketika arak-arakan sudah
sampai di tempat, lagu tersebut sebagai ciri bahwa pertunjukan Rudat sudah
selesai.
Konsep pertunjukan selanjutnya adalah dilakukan di atas panggung,
pertama-tama MC membuka acara dan mengenalkan kepada penonton bahwa
kelompok seni yang akan tampil adalah seni Rudat IKCI Makam Godog, setelah
selesai introduction tampilan pertama adalah lagu bubuka, setelah itu lagu ke dua
dan seterusnya diikuti oleh gerak tari pencak silat yang disajikann oleg penari
sebanyak dua belas orang. Ketika pertunjukan hampir selesai biasanya diakhiri
oleh sajian lagu penutup.
Kedua konsep pertunjukan di atas kerap dilakukan oleh kelompok seni
Rudat IKCI Makam Godog ketika pertunjukan berlangsung. Namun pada
kenyataan hanya salah satu konsep yang digunakan sesuai dengan permintaan dari
penanggap. Pertunjukan berkonsep arak-arakan biasanya digunakan ketika
12
peringatan hari jadi Kota Garut pada sesi karnaval kesenian Kota Garut, rute yang
dilakukan biasanya dimulai dari alun-alun kemudian keliling kira-kira 1km dan
diakhiri di depan gedung kesenian Garut. Ketika sampai di depan Gedung
kesenian pertunjukan diakhiri dengan menggunakan konsep di panggung namun
area pertunjukannya di jalan sebab Bupati beserta seluruh jajarannya menyaksikan
jalannya pertunjukan.
B. ANALISIS TENTANG POTENSI SENI RUDAT IKATAN JURU
KUNCI (IKCI) MAKAM GODOG KABUPATEN GARUT
13
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa jenis kesenia yang
diteliti dalam penelitian ini adalah sanggar Seni Rudat Ikatan Juru Kunci (IKCI)
Makam Godog. Sesuai dengan nama kelompok seni tersebut bahwa semua
anggota yang tergabung di dalamnya adalah para juru kunci yang mengabdikan
dirinya untuk menjaga dan melestarikan salah satu situs makam yang sudah
dikenal khusunya oleh masyarakat Garut sendiri, bahkan sudah dikenal oleh
nasional dan internasional. Situs tersebut dinamakan dengan Makam Godog.
Situs Makam Godog merupakan salah satu makam yang dikeramatkan
oleh umat Islam, hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya umat muslim yang
berdatangan dari berbagai daerah bermaksud untuk jiarah. Menurut Wahyudin2
bahwa makam Godog ada sangkut pautnya dengan Prabu Siliwangi yang sangat
perkasa di mata masyarakat Sunda (Wawancara, Wahyudin, 2013). Pada
umumnya seluruh penjiarah yang berdatangan bertujuan untuk mendapatkan
barokah, namuan tidak sedikit banyak orang yang bertujuan untuk meminta
dengan melakukan cara yang salah dan akhirnya berujung terhadap kemusrikan.
Apabila di lihat dari aspek lingkungan bahwa kesenian Rudat IKCI ini
berada di lingkungan yang kental dengan unsur keagamaan yakni agama Islam,
sehingga seluruh aspek yang berada dalam kesenian tersebut ada kaitannya
dengan unsur-unsur agama Islam terutama yang paling gampang dideteksi yaini
dari teks lagu yang digunakan dalam sajian pertunjukan Rudat tersebut.
Setelah dilakukan penelitian di lapangan bahwa keberadaan kesenian
Rudat IKCI Makam Godog di wilayah Garut hanya satu artinya bahwa kesenian
ini merupakan satu-satunya seni Rudat yang berada di Wilayah Garut, kalaupun
ada berita bahwa kesenian tersebut ada di wilayah Lélés dan Kadungora
kabupaten Garut namun tidak ada tanda-tanda keberadaan dari jenis kesenian
Rudat tersebut (Wawancara, Apipudin, 2013).
2 Wahyudin adalah salah satu pengurus kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog Garut, sekaligus sebagai keturunan dari keluarga makam Godog.
14
Seni Rudat IKCI Makam Godog pertama didirikan pada tahun 1957 oleh
para juru kunci terdahulu – informasi siapa pendirinya tidak dapat dilacak.
Keberadaannya mengalami pasang surut yang cukup signifikan sampai-sampai
pada tahun 1978an seni Rudat ini bubar. Hal tersebut salah satunya disebabkan
oleh faktor penggenerasian yang tidak baik, tentunya tidak terlepas dari minat
masyarakat yang kurang mengapresiasi terhadap seni Rudat tersebut.
Di samping itu dikarenakan seni Rudat ini berada di lingkungan para juru
kunci yang sangat erat kaitannya dengan unsur genetic, sehingga image tersebut
sudah terbentuk di masyarakat sekitar yang mengakibatkan adanya kesenjangan
antara masyarakat dengan keluarga juru kunci tersebut. Hal tersebut berefek
kurang baik terhadap perkembangan seni Rudat itu sendiri karena ketika di antara
anggota keluarga sudah kurang minat terhadap seni tersebut bahkan sama sekali
tidak suka, maka hasil akhir keberadaan dari kesenian tersebut menjadi punah
yang dikarenakan tidak adanya peminat dari anggota keluarga berikutnya untuk
mendalami seni Rudat tersebut.
Padahal pada hakekatnya seni Rudat ini dapat dipelajari oleh seluruh
elemen masyarakat baik yang ada keturunan dari para juru kunci ataupun tidak.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh salah satu pengurus seni
Rudat sekaligus anak salah satu juru kunci Makam Godog yang bernama Sopadi.
Dia mengungkapkan bahwa:
“Seni Rudat ini dapat dipelajari dan didalami oleh siapapun, dan tanpa memandang bulu atau unsur genetic sehingga keberadaan seni Rudat ini dapat bertahan bahkan terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan saat ini, namun tentunya tidak merubah tatanan esensi yang sudah terbentu sebelumnya, agar tercipta seni Rudat yang lebih menarik dan mengikat minat masyarakat umum untuk menyaksikan terlebihnya mendalami seni Rudat tersebut”. (Wawancara, Sopadi, 2013).3
Tahun 2003 seni Rudat Makam Godog terbentuk lagi yang diprakarsai
oleh H. Ahmad Endang, kemudian kelompok seni Rudat tersebut diberi nama seni
3 Pernyataan Sopadi juga dikuatkan oleh Wahyudin.
15
Rudat Ikatan Juru Kunci (IKCI) Makam Godog. H. Ahmad Endang sendiri di
perkumpulan seni Rudat ini posisinya sebagai pemimpin.
Pada masa kepemimpinan H. Ahmad Endang seni Rudat IKCI
berkembang lebih pesat dibanding dengan sebelumnya, hal tersebut didukung juga
oleh para anggotanya peduli terhadap perkembangan seni tersebut. Salah satu
langkah yang dilakukannya yaitu dengan membuat legalitas untuk seni Rudat
IKCI Makam Godog sendiri sehingga keberadaannya diakui oleh pemerintah
kabupaten Garut.
Selain itu sistem kepengurusannya disusun dengan baik – sebagaimana
yang sudah utarakan pada tabel diagram 1, sehingga sistem organinasi dalam
kepengurusan seni Rudat IKCI Makam Godog sudah berjalan dengan baik hingga
saat ini. Usaha-usaha pendekatan dengan pemerintah pun kerap dilakukan dengan
baik, hal tersebut berdampak baik terhadap perkembangan seni Rudat sendiri
karena sudah mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah kabupaten Garut.
Sebagai bukti bahwa seni Rudat IKCI Makam Godog mendapatkan
perhatian oleh pemerintah kabupaten Garut yakni setiap tahun selalu mengundang
kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog untuk tampil di acara peringatan ulang
tahun kota Garut, dan event-event lainnya yang ada sangkut pautnya dengan
kepentingan pemerintahan.
Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya bahwa seni Rudat IKCI
Makam Godog ini juga secara rutin dipentaskan pada acara ‘Ngalungsur Pusaka’
yang dilaksanakan di wilayah Makam keramat Godog setiap tanggal empat belas
Mulud. Acara tersebut erat kaitannya dengan upacara ritual yang rutin dilakukan
oleh seluruh anggota keluarga Makam Keramat Godog.
Seluruh anggota yang terhimpun dalam kelompok seni Rudat Ikatan Juru
Kunci Makam Godog kira-kira sebanyak dua puluh lima orang, jumlah tersebut
diklasifiksikan sebagai berikut.
16
1. Empat orang penabuh rebana;
2. satu orang penabuh bedug;
3. satu orang vokalis; dan
4. dua belas orang penari Pencak Silat.
Jadi, jumlah pelaku seni yang berperan sebagai pemain adalah delapan
belas orang. Sementara sisanya adalah bertugas sebagai crew dan mengurus hal-
hal yang ada hubungannya dengan kepentingan pentas serta kepentingan lainnya.
Adapun susunan pemain beserta tugas di kelompok seni Rudat IKCI Makam
Godog dipaparkan dalam tabel di bawah ini, yakni sebagai berikut.
N
O Nama Keterangan
1 Apipudin Pemain Terbang
2 E. Suryana Pemain Terbang
3 Mahmud Pemain Terbang
4 Iman Pemain Terbang
5 D. Hidayat Pemain Bedug
6 Rosmala Vokalis
7 Indri Penari Pencak Silat
8 Rahma Penari Pencak Silat
9 Santi Penari Pencak Silat
10 Widaz Penari Pencak Silat
11 April Penari Pencak Silat
12 Pina Penari Pencak Silat
13 Mattaqin Penari Pencak Silat
14 Dodi Penari Pencak Silat
17
15 Zaenal Penari Pencak Silat
16 Aziz Penari Pencak Silat
17 Imron Penari Pencak Silat
18 Sandi Penari Pencak Silat
19 Wahyudin Crew
20 Ahmad Crew
21 Rahman Crew
22 Budi Crew
23 Endang Crew
24 Dian Crew
25 Ujang Crew
Tabel 2Komposisi anggota beserta tugas dalam setiap kali pentas seni Rudat IKCI Makam Godog.
Seperti yang sudah diutarakan di atas bahwa anggota dari seni Rudat IKCI
Makam Godog terbuka untuk umum dan tanpa syarat. Jadi tidak hanya keluarga
dari para juru kunci yang masuk ke kelompok seni ini, akan tetapi seluruh
masyarakat yang berminat untuk mendalami kesenian ini bisa masuk menjadi
anggota seni Rudat IKCI Makam Godog.
Seluruh anggota yang tergabung dalam kelompok seni Rudat IKCI Makam
Godog wilayah usianya kira-kira dari umur enam belas tahun samapi enam puluih
lima tahun. Akan tetapi apabila ada yang mau bergabung umur tidak menjadi
batasan, hanya saja kelayakan untuk pentas merupakan salah satu faktor utama
yang dijadikan sebagai panduan. Karena apabila ada anggota baru misalnya
belum menguasai tabuhan, nyanyian, dan tarian yang ditampilkan setiap pentas
maka akan diutamakan bagi anggota yang sudah mahir dan menguasai seluruh
repertoar yang ada dalam sajian pertunjukan seni Rudat tersebut.
18
Ketika seni Rudat IKCI Makam Godog dibentuk kembali kira-kira tahun
2003, para anggota generasi baru mendapatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam hal menabuh alat musik dan menyanyi dari para senior terdahulu. Terdapat
unsur positif dan negatif dalam hal pengajaran dan pendapatan ilmu yang
didapatkan oleh generasi baru. Positifnya adalah adanya perkembangan yang
cukup baik dalam hal keterampilan menabuh, namun dibalik itu terdapat hal
negatif yakni adalanya beberapa repertoar yang tidak tersampaikan kepada para
genereasi berikutnya disebabkan oleh faktor yang diluar batasan manusia, salah
satunya adalah lupa. Walaupun sebenarnya hal tersebut merupakan satu kewajaran
yang kerap dialami oleh manusia, akan tetapi akan merubah tatanan orsinalitas
dari seni Rudat tersebut.
Proses pelatihan tersebut dilakukan selama kurang lebih satu tahun, yakni
dari tahun 2003 sampai awal tahun 2004. Setelah keberadaan kelompok seni ini
diakui dan mendapatkan legalitas dari pemerintahan Kabupaten Garut, pada awal
tahun 2004 tepatnya bula April seni Rudat IKCI Makam Godog mendapatkan
sebuah kehormatan untuk tampil di acara MTQ tingkat Jawa Barat yang
dilaksanakan di Kabupaten Garut. Kesempatan tersebut merupakan sebuah
moment yang berharga bagi kelompok seni ini karena bagi generasi baru
undangan tersebut merupakan penampilan perdana.
Mengeni konsep penggenerasian, para pengurus Rudat IKCI Makam
Godog tidak membatasi bagi masyarakat yang ingin mempelajari kesenian
tersebut, artinya bahwa siapa saja yang mau mendalami kesenian Rudat IKCI
Makam Godog terbuka dengan lapang baik yang bernotabene warga Makam
Godog sendiri atau peminat yang berasal dari luar kabupaten Garut. Namun
sampai saat ini pengurus memfokuskan bagi generasi muda yang berasal dari
wilayah Makam Godog sendiri.
Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya bahwa perkumpulan seni
Rudat IKCI Makam Godog ini merupakan satu-satunya kelompok Rudat yang
berada di wilayah Kabupaten Garut, kalaupun sempat ada berita terdapat
19
kelompok yang sama di daerah Leles dan Kadungora – Garut – tetapi
keberadaannya tidak ditemukan sampai sekarang.
Dikarenakan kurangnya apresiasi dari masyarakat umum terhadap
pertunjukan Rudat, maka hal tersebut berdampak signifikan terhadap frekuensi
banyaknya pentas dalam satu tahun. Menurut data yang diperoleh bahwa
kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog melakukan pertunjukan paling sedikit
dua kali dalam se-tahun. Pada tahun ini terakhir kali dipentaskan pada acara
‘Ngalungsur Pusaka’ yang dilaksanakan pada empat belas Mulud tepatnya
tanggal tujuh belas Februari, kemudian yang ke dua dipentaskan dalam acara hari
jadi Kabupaten Garut atas permintaan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Garut. Selain ke dua event tersebut kelompok Rudat ini jarang sekali
mendapatkan permintaan manggung untuk mengisi acara-acara lainnya, kalaupun
ada bahkan ada permintaan ke luar kota, akan tetapi tidak setiap tahun
mendapatkan permintaan seperti itu. Adapun kota yang pernah disinggahi oleh
kelompok ini adalah Kota Tasikmalaya, selain itu kesenian Rudat ini juga pernag
diminta oleh salah satu stasion televisi swasta untuk diambil gambar dan video
ketika sedang melakukan pertunjukan.
Mengenai kostum dan tata rias, kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog
tidak menggunakan kostum yang glamour akan tetapi menggunakan pakaian khas
culture Sunda yakni untuk pemain musik menggunakan baju dan celana pangsi
berwarna hijau, kemudian penutup kepalanya menggunakan iket4. Untuk alas kaki
menggunakan sandal gunung supaya pergerakan ketika berjalan atau arak-arakan
lebih ringan dan fleksibel serta lebih efisien.
Konstum untuk penari pencak silat menggunakan baju dan celana pangsi
berwarna hitam, kemudian penutup kepalanya menggunakan iket. Untuk alas kaki
juga menggunakan sandal gunung. Ada perbedaan antara kostum yang digunakan
oleh pemusik dan penari, selain terletak pada warna juga ukuran yang dipakai oleh
setiap pemainnya baik pemusik atau penari. Biasanya baju yang digunakan oleh
4 iket adalah penutup kepala khas pakaian adat istiadat Sunda.
20
penari ukurannya lebih besar dari pelaku seninya, karena ketika menyajikan tarian
membutuhkan pakaian yang longgar supaya lebih nyaman ketika dipakainnya.
Sebaliknya ketika menggunakan pakaian yang lebih ketat, maka akan cepat terasa
gerah dan di badan akan terasa tidak enak. (Wawancara, Wahyudin, 2013).
Mengenai aspek tata rias, baik bagi penarii ataupun pemain musik
biasanya tidak menggunakan make up seperti penari Jaipongan, Keurseus, dan
lain-lain. Akan tetapi menggunakan bedak yang alakadarnya, fungusinya supaya
muka setiap personil tidak kelihatan berminyak.
Gambar1. Kostum yang digunakan oleh pemai musik kelompok Seni Rudat IKCI Makam Godog Garut.
(Foto, Yosep Nurdjaman Alamsyah, 2013)
21
Gambar2. Konstum yang digunakan oleh penari pencak slat kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog Garut.
(Foto Repro: Yosep Nurdjaman Alamsyah, 2013)
Pada aspek properti atau alat-alat yang digunakan dalam setiap jalannya
pertunjukan seni Rudat IKCI Makam Godog yang berfungsi untuk mendukung
dan menguatkan konsep pertunjukan yang disajikan oleh kelompok seni tersebut.
Pada proses penyajiannya kelompok Rudat ini tidak menggunakan properti yang
banyak, hal tersebut disebabkan oleh fungsi dari kesenian tersebut yang ada
kaitannya dengan ritual Makam Godog itu sendiri. Berbeda dengan jenis kesenian
yang berfungsi sebagai hiburan, maka seyogyanya alat-alat dan properti yang
digunakanpun akan banyak.
22
Adapun alat yang digunakan untuk membantu jalannya pertunjukan pada
aspek instrumen musik yakni ancak5 bedug, baik digunakan pada konsep arak-
arakan atau di panggung. Namun ketika digunakan dalam konsep arak-arakan
maka diperlukan tambahan personil minimal dua orang untuk mengangkut bedug
tersebut. Properti yang digunakan oleh penari pencak silat adalah golok, namun
golok yang digunakan pun bukan golok yang tajam, akan tetapi golok yang
tumpul dan fungsinya hanya sebagai properti saja.
Alat-alat musik atau instrumen yang digunakan oleh seni Rudat IKCI
Makam Godog di antaranya adalah:
1. Terbang satu;
2. Terbang dua;
3. Terbang tiga;
4. Terbang empat; dan
5. Bedug.
Sedangkan seluruh personil atau pemain musik yang terdapat dalam seni
Rudat ini yakni berjumlah enam orang, lima pemain musik dan satu orang sebagai
vokalis. Apabila ditambah dengan penari pencak silat dan crew seluruhnya
berjumlah dua puluh lima orang.
Di bawah ini akan dijelaskan secara organologi mengenai cara pembuatan
alat musik rebana dan bedug, yakni sebagai berikut.
a. Rebana
Secara keseluruhan bahwa alat musik yang digunakan dalam kesenian
Rudat IKCI Makam Godog ini yakni termasuk ke rumpun membranophone6.
Salah satu di antara alat musiknya adalah terbang. Sedikit penjelasan mengenai
alat musik terbang, adalah gendang yang berbentuk bundar dan pipih. Bingkai
5 Ancak adalah istilah lain dari stand atau rehel.6 Membranophone adalah waditra yang sumber bunyinya terbuat dari rentangan kulit, yang memainkannya dengan cara ditepuk menggunakan telapak tangan (Sunarto, dkk, 2011: 1).
23
berbentuk lingkaran dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk
berlapis kulit kambing. Kesenian di Indonesia, Brunei, Malaysia dan Singapura
yang sering memakai rebana adalah musik irama padang pasir, misalnya, gambus,
kasidah dan hadroh. Bagi masyarakat Melayu di negeri Pahang, permainan rebana
sangat populer, terutamanya di kalangan penduduk di sekitar Sungai Pahang.
Tepukan rebana mengiringi lagu-lagu tradisional seperti indong-indong, burung
kenek-kenek, dan pelanduk-pelanduk. Di Malaysia, selain rebana berukuran biasa,
terdapat juga rebana besar yang diberi nama Rebana Ubi, dimainkannya pada
hari-hari raya untuk mempertandingkan bunyi dan irama.7
Apabila ditarik benang merah dengan kesenian Rudat IKCI Makam Godog
yang bernotabene di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat Indonesia, setidaknya
ada beberapa kesamaan dengan terbang dari negara-negara tetangga yang satu
rumpun dengan Indonesia. Baik dari aspek fungsi maupun teknik pola permainan
alat musik terbang tersebut, namun perbedaannya terletak pada jenis kesenian
yang di dalamnya menggunakan alat musik ini, serta repertoar lagu yang disajikan
ketika diiringi oleh terbang.
Di bawah ini akan dijelaskan cara pembuatan alat musik terbang secara
organologi, yakni sebagai berikut.
1. Bahan – Bahan
Untuk membuat rebana diperlukan bahan dasar dan bahan tambahan.
Adapun bahan dasar pembuatan rebana adalah kulit kambing dan kayu. Jenis kayu
yang digunakan antara lain :
a. Kayu Mangga;
b. Kayu Karet;
c. Kayu Asem; dan
d. Kayu Hujan.
7 Sumber dari http://wonkurep.blogspot.com/2012/03/cara-membuat-rebana-alat-musik.html?m=i. 27-05-13. 11:34am.
24
Sedangkan bahan tambahan pembuatan Rebana yang tidak kalah penting adalah :
a. Kapur
Dipakai sebagai campuran air untuk merendam kulit yang berfungsi untuk
merontokkan bulu kulit kambing sampai benar-benar bersih tidak ada kulitnya.
b. Oker (cat)
Tepung oker yang telah dicampur dengan pengencer (minyak cat) berfungsi
sebagai cat.
c. Minyak cat (pengencer)
Terdiri atas sangka dan senderlak yang telah dicampur dengan bensin. Bahan ini
sebagai bahan tambahan utama yang berfungsi untuk mencampur atau
mengencerkan bahan tambahan lainnya.
d. Dempul
Tepung dempul yang telah dicampur dengan minyak cat berfungsi untuk
meratakan permukaan kayu sehingga permukaaan kayu menjadi halus.
e. Sengwit
Sengwit mempunyai dua fungsi yaitu:
1) Sengwit yang dicampur dengan minyak cat digunakan untuk mengecet
bagian dalam; dan
2) Sengwit yang dicampur air dingin dipakai untuk memutihkan kulit.
f. Folitur/Sirlak
25
Terdiri atas sirlak dan spirtus yang berfungsi untuk mengkilapkan pengecetan.
g. Brown (cat mas)
Tepung Brown ini dicampur dengan mengenceri bahan, ini dipakai untuk hiasan.
h. Belanga hitam
Dicampur dengan mengenceri bahan, ini digunakan untuk memberi warna hitam
pada kulit untuk lembaran.
i. Lilin malam
Dipakai untuk melicinkan kluwung dan kulit pada saat pewangkisan.
2. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan antara lain :
a. Mesin bubut: Dipakai untuk membuat menjadi kluwung;
b. Gaman: Mempunyai 3 bentuk yang berbeda begitu pula fungsinya :
1) Pipih, digunakan untuk melubangi kluwung untuk tenpat kericik;
2) Runcing lurus, digunakan untuk membentuk kayu bawah dalam; dan
3) Runcing bentuk arit kecil.
c. Sugu, digunakan untuk memperhalus bentuk kluwung;
d. Alat wingkisan dan Pancir, digunakan untuk meletakkan dan mengencangkan
kulit pada kluwung;
e. Kompor kecil khusus, digunakan untuk menguatkan kluwung dengan cara
membakar kluwung diatas kompor kecil tersebut;
26
f. Kertas amplas, digunakan untuk mengamplas kayu dempulan atau bulu yang
masih menempel di kulit;
g. Batu apung dan air, digunakan untuk menghilangkan gaji/lemak yang masih
menempel pada kulit;
h. Palu kecil berfungsi:
1) Untuk merekat kulit pada kluwung; dan
2) Untuk merekatkan timbel atau timah biasa pada rebana, jika memakai
timah hias atau timbel.
i. Paku payung, digunakan untuk penghias pinggiran kayu sebagai pengganti
timbel atau timah hias;
j. Kericik, digunakan sebagai penghias atau bunyi rebana; dan
k. Timah atau Timbel, digunakan untuk menghias rebana jika diperlukan.
3. Proses Pembuatan
Pertama potonglah kayu dibubut dengan menggunakan mesin bubut dan
gaman sehingga membentuk kluwung, kemudian diperindah bentuknya dengan
mengunakan sugu, setelah halus kluwung dijemur selama beberapa hari sampai
benar-benar kering supaya apabila diamplas cepat halus dan memperindah rebana,
lalu dipanaskan dibakar di atas kompor agar permukaan kluwung tampak lebih
halus. Kemudian kluwung diamplas dan dilapisi dengan oker tipis sebagai
dasarnya kemudian dijemur atau dikeringkan di bawah terik matahari.
Setelah oker mengering kluwung dikuliti, diwangkis dengan menggunakan
wingkisan dan pancir, sebelum diwangkis kluwung diolesi dengan lilin malam
sehingga kulit mudah ditarik, kulit yang telah dibasahi air diletakkan pada
27
kluwung dengan menggunakan kawat dan dikaitkan erat-erat pada kawat yang
terdapat pada alat wingkisan. Setelah dikuatkan rebana dijemur bersama
wingkisan tersebut, setelah kering dikuatkan lagi dan akhirnya dipaku dengan
menggunakan “prepetan” kulit yang tidak terpakai dipotong sehingga bentuk
rebana menjadi rapi.
Agar kelihatan halus rebana didempul dan diamplas setelah kering bagian
rebana dilapisi sengwit yang telah dicampur dengan bahan pengencer, sedangkan
untuk bagian luarnya dicat dengan dilapisi oker yang berbeda dengan warna oker
atas rebana. Setelah oker kering, rebana disirsakan atau diplistur agar lebih
mengkilap kemudian rebana dijemur sampai kering di bawah terik matahari, lalu
diberi warna brown atau emas antara bagian atas dan alas.
Untuk pinggiran rebana dipasang potongan kulit yang yang dicat hitam
dalam belanga dengan menggunakan paku payung atau timbel dan paku. Untuk
proses terakhir, kericik dipasang pada lubang yang terdapat pada pinggiran rebana
yang telah dibuat khusus, masing-masing lubang dipasang dua kericik.
Gambar3. Salah satu terbang yang digunakan oleh kelompok seni Rudat IKCI Makam Godong Kabupaten Garut.
(Foto. Repro; Yosep Nurdjaman A, 2013)
28
Gambar4. Permainan terbang ketika sedang pertunjukan dalam konsep arak-arakan
(Foto. Repro: Yosep Nurdjaman A, 2013)
b. Bedug
Bedug senantiasa dikaitkan dengan media panggil peribadatan. Ada
pendapat tradisi bedug dikaitkan dengan budaya Cina. Adanya Bedug dikaitkan
dengan ekspedisi pasukan Cheng Ho abad ke-15. Laksamana utusan kekaisaran
Ming yang Muslim itu menginginkan suara bedug di mesjid-mesjid, seperti
halnya penggunaan alat serupa di kuil-kuil Budha di Cina. Ada pula pendapat
bedug berasal dari tradisi drum Cina yang menyebar ke Asia Timur, kemudian
masuk Nusantara.
Namun menurut Drs M Dwi Cahyono, arkeolog dari Universitas Negeri
Malang yang melakukan studi bedug di Jawa bersama tim Sampoerna Hijau, pada
masa prasejarah, nenek moyang kita juga sudah mengenal nekara dan moko,
sejenis genderang dari perunggu. Pemakaiannya berhubungan dengan religi minta
hujan.
Kata Bedug juga sudah disinggung dalam kidung Malat, sebuah karya
sastra berbentuk kidung. Susastra kidung berisi cerita-cerita panji. Umunya ditulis
pada zaman Mahapahit, dari kurun waktu abad ke 14-16 Masehi. Dalam Kidung
29
Malat dijelaskan, instrumen musik membrafaon bedug dibedakan antara bedug
besar yang diberi nama teg-teg dengan bedug ukuran biasa.
Bedug pada masa itu berfungsi sebagai alat komunikasi dan penanda
waktu seperti perang, bencana alam, atau hal mendesak lainnya. Dibunyikan pula
untuk menandai tibanya waktu. Maka ada istilah dalam bahasa Jawa: wis wanci
keteg. Artinya ”sudah waktu siang” yang diambil dari waktu saat teg-teg
dibunyikan.
Cornelis De Houtman dalam catatan perjalanannya D’eerste Boek menjadi
saksi keberadaan bedug yang sudah meluas pada abad ke-16. Ketika komandan
ekspedisi Belanda itu tiba di Banten, ia menggambarkan di setiap perempatan
jalan terdapat genderang yang digantung dan dibunyikan memakai tongkat
pemukul yang ditempatkan di sebelahnya. Fungsinya sebagai tanda bahaya dan
penanda waktu. Kesaksian ini jelas menunjuk pada bedug.8
Kendati demikian, pengaruh Cina pun tidak dinafikan. Dilihat dari sisi
konstruksi, teknik pemasangan tali/pasak untuk merekatkan selaput getar ke
resonator pada bedug Jawa, mirip pada cara yang digunakan pada bedug di Asia
Timur seperti Jepang, Cina, atau Korea. Bukti lain terlihat pada penampilan arca
terakota yang ditemukan di situs Trowulan. Arca-arca prajurit berwajah
Mongoloid itu tampak menabuh tabang-tabang, sejenis genderang yang
terpengaruh budaya timur tengah. Kemungkinannya itulah instrumen musik yang
dimainkan orang-orang Cina Muslim di ibukota Majapahit.
Menariknya, tabang-tabang sebenarnya merupakan instrumen musik yang
sudah ada sejak masa Hindu-Budha. Di dalamnya ada pengaruh kuat dari India
dan budaya Semit beragama Islam. Namun diperkenalkan dan dimainkan oleh
masyarakat Cina Muslim.
8 Sumber dari: https//m.facebook.com/note.php?note_id=243137805721010. 14-04-13. 09:58.
30
Jadi, bedug bisa dikatakan contoh perwujudan akulturasi budaya waditra
(instrumen musik membrafon, di mana secara fisiografis terjadi perpaduan antara
waditra membrafon etnik Nusantara dengan waditra sejenis dari luar seperti
India, Cina, dan Timur Tengah.
Pada Muktamar NU ke-11 di Banjarmasin Kalimanatan Selatan 1936
kembali mengukuhkan penggunaan Bedug dan kentongan, bahwa pemakaian
kedua alat tersebut di mesjid-mesjid sangat diperlukan untuk memperbesar syiar
Islam. Dengan adanya keputusan itu serangan Islam modernis bisa dieliminir, dan
tradisi pemakaian bedug terus dipertahankan.
Pada masa orde baru ketika organisasi NU mulai ditekan sementara Islam
modernis mulai mendapat tempat, maka ”debedukisasi” dilakukan, sehingga
banyak bedug-bedug bersejarah yang hilang dan sebagian besar digudangkan.
Kemudian dikembangkan program speakerisasi, sehingga hampir tiap mesjid yang
sudah dihilangkan bedugnya diganti dengan memasang speaker di menara atau di
kubah. Hanya di lingkungan masjid NU dan kelompok Islam bermazhab seperti
Perti, Al Washliyah, Mathlaul Anwar dan sebagainya, atau mesjid yang belum
diambil oleh kelompok Islam modernis tetap memakai bedug. Hal itu menjadi
petanda masjid yang dikelola oleh Islam bermazhab dengan Islam modernis yang
tidak bermazhab.
1 Cara Pembuatan Bedug
Pada awalnya, kambing atau sapi dikuliti. Kulit hewan yang biasa dibuat
sebagai bahan baku bedug antara lain: Kulit kambing, sapi, kerbau, dan banteng.
Kulit sapi putih memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan kulit sapi
coklat.
31
Sebab, kulit sapi putih lebih tebal dari pada kulit sapi coklat, sehingga
bunyi yang dihasilkannya akan berbeda disamping, keawetannya yang lebih
rendah. Kemudian, kulit tersebut direndam ke dalam air detergen sekitar 5-10
menit.
Jangan terlalu lama agar tidak rusak. Lalu, kulit dijemur dengan cara
dipanteng (digelar) supaya tidak mengerut. Setelah kering, diukur diameter kayu
yang sudah dicat dan akan dibuat bedug. Seteleh selesai diukur, kulit tersebut
dipasangkan pada kayu bonggol kayu yang sudah disiapkan. Proses penyatuan
kulit hewan dengan kayu dilakukan dengan paku dan beberapa tali-temali.
2 Macam Macam Bedug
a. Bedug Drum
Gambar5. Bedug yang resonatornya terbuat dari bahan drum.(Foto. Repro: Yosep Nurdjaman. A, 2013)
32
b. Bedug Kayu
Gambar6. Bedug yang resonatornya terbuat dari bahan kayu.(Foto. Repro: Yosep Nurdjaman A, 2013)
c. Bedug Kayu Pernis
Gambar7. Bedug yang resonatornya terbuat dari bahan kayu pernis.
(Foto. Repro: Yosep Nurdjaman A, 2013)
33
3. Bedug Terbesar Di dunia
Bedug terbesar di dunia berada di dalam Masjid Darul Muttaqien,
Purworejo. Bedug ini merupakan karya besar umat Islam yang pembuatannya
diperintahkan oleh Adipati Tjokronagoro I, Bupati Purworejo pertama. Dibuat
pada tahun 1762 Jawa atau 1834 M dan diberi nama Kyai Begelan. Ukuran atau
spesifikasi bedug ini adalah: Panjang 292 cm, keliling bagian depan 601 cm,
keliling bagian belakang 564 cm, diameter bagian depan 194 cm, diameter bagian
belakang 180 cm. Bagian yang ditabuh dari bedug ini dibuat dari kulit banteng.
Bedug raksasa ini dirancang sebagai “sarana komunikasi” untuk mengundang
jamaah hingga terdengar sejauh-jauhnya lewat tabuhan bedug sebagai tanda waktu
shalat menjelang adzan dikumandangkan.
Gambar8. Bedug terbesar di dunia(Foto. Repro: www.goole.com, 2013)
34
Sementara bedug yang digunakan oleh kelompok seni Rudat IKCI Makam
Godog Kabupaten Garut adalah seperti gambar di bawah ini.
Gambar9. Bedug yang digunakan oleh kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog Kabupaten Garut.
(Foto. Repro: Yosep Nurdjaman A, 2013)
Berbicara masalah pewarisan tentunya pengurus seni Rudat IKCI Makam
Godog sudah memikirkannya jauh-jauh hari, supaya jenis kesenian yang
merupakan satu-satunya di Kabupaten Garut ini tetap bertahan di masa sekarang
dan yang akan datang.
Wahyudin menuturkan bahwa saat ini pengurus seni Rudat IKCI Makam
Godog sedang melaksanakan program didikan kepada anak-anak yang ingin
mempelajari dan mendalami seni Rudat ini (wawancara, Wahyudin, 2013).
Walaupun sebenarnya tidak menutup kemungkinan bagi siapapun dan umur
berapapun apabila ingin mempelajari dan mendalami seni Rudat IKCI Makam
Godog bida langsung datang ke Makam Godog dan daftar kepada pengurusnya.
35
Dengan dilaksanakannya program tersebut maka keberadaan seni Rudat
IKCI Makam Godog akan tetap terjaga dan berkembang sampai kapanpun. Miris
memang ketika melihat kondisi saat ini semakin terkikis posisi kesenian
trasidional dengan semakin derasnya pengaruh musik barat terhadap musik
konvensional. Hal ini harus dibuat strategi yang bagus agar gejolak pengaruh
musik luar terhadap musik lokal bisa diminimalisir sehingga keduanya dapat
mengalir dengan baik dan tidak saling membunuh satu sama lain.
Salah satunya dengan diciptakannya Program seperti apa yang sudah
dilakukan oleh para pengurus seni Rudat Makam Godog, maka keberadaan seni
konvensional akan tetap terjaga dengan baik dan dapat terus dikembangakan
sesuai dengan perkembangan jaman. Akan tetapi tidak menghilangkan esensi dari
seni-seni konvensional tersebut.
Salah satu kelemahan yang dimiliki oleh pengurus kelompok seni Rudat
ini yakni kuranya kepedulian untuk mendokumentasikan ketika pertunjukan,
mungkin salah satu penyebabnya yakni jarangnya frekuensi pentas atau
pertunjukan, sehingga tidak terlalu memperhatikan aspek pendokumentasian.
Banyak hambatan yang dialami oleh pengurus seni Rudat IKCI Makam
Godog dalam melaksanakan misi konservasi terhadap seni tersebut. Tidak
dipungkiri bahwa faktor bantuan dari pemerintahan setempat yang dipandang
kurang respon terhadap seni Rudat ini. Faktor kedekatan menjadi hal yang lumrah
untuk mensejahterakan jenis kesenian yang ada di Garut, sehingga timbul
ketidakmerataan dalam hal perhatian dari pemerintahan. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan hanya satu kali event disparbud mengundang kelompok seni
Rudat IKCI Makam Godog dalam setahun yakni pada acara ulang tahun
Kabupaten Garut.
36
Hambatan yang lainnya yakni pada SDM yang mengelola seni tersebut.
Salah satu hal yang perlu dilakukan oleh pengurus seni Rudat ini yakni
pentingnya dilakukan apresiasi terhadap seni-seni lainnya sehingga akan muncul
perkembangan dalam seni Rudat tersebut.
Hingga saat ini keberadaan seni Rudat IKCI Makam Godog apabila dilihat
dari sisi perkembangan, belum terdapat perkembangan yang signifikan ketika
dibandingkan dengan bentuk fisik dari seni Rudat IKCI Makam Godog generasi
sebelumnya. Akan tetapi perkembangan dapat dilihat dari kepengurusan yang
dibentuk oleh para anggota seni Rudat tersebut. Hal ini merupakan sebuah
kemajuan untuk melakukan pendekatan dengan unsur-unsur yang akan
mendukung terhadap perkembangan seni Rudat IKCI Makam Godog tersebut.
C. REKOMENDASI UNTUK SENI RUDAT IKATAN JURU KUNCI
(IKCI) MAKAM GODOG KABUPATEN GARUT
Setelah peneliti melakukan pengamatan terhadap seni Rudat IKCI Makam
Godog, banyak peluang yang dapat dikembangan. Artinya bahwa terdapata
beberapa aspek yang dapat elaborasi agar seni Rudat tersebut lebih menarik dalam
dalam segala aspek.
Asep pertama yang perlu dielaborasi adalah pada tataran konsep
pertunjukan. Peneliti mencoba menganalisis konsep pertunjukan sebelumnya,
bahwa menurup fikiran hemat peneliti pertunjukannya kurang menarik, monoton,
struktur pertunjukannya pun perlu ada perubahan konsep. Di mana struktur
pertunjukan sebelumnya langsung diawali dengan lagu bubuka sampai lagu
terakhir – konsep pertunjukan di panggung. Begitupun dengan konsep
pertunjukan arak-arakan, walaupun pada dasarnya konsep ini dinilai lebih
menarik dibanding dengan konsep di panggung, namun perlu dilakukan
37
perubahan-perubahan dalam pertunjukannya sehingga terwujud sebuah integritas
yang baik.
Selain dalam konsep Pertunjukan, aspek yang perlu dielaborasi adalah
kostum yang digunakan oleh kelompok seni Rudat IKCI Makam Godog. Seperti
yang sudah diimplementasikan sebelumnya bahwa kostum yang digunakan oleh
kelompok Rudat ini hanya menggunakan baju dan celana pangsi pangsi dan
penutup kepalanya menggunakan iket – baik bagi pemusik maupun penari pencak
silat.
Alangkah lebih menariknya apabila dilakukan elaborasi pada kostum yang
digunakan oleh kelompok seni Rudat ini, supaya tidak hanya pada aspek
petunjukan saja, akan tetapi penonton pun dibuat takjub dengan kostum yang
digunakan. Dalam hal ini dibutuhkan desainer yang profesional, agar kostum yang
diciptakannya dapat disesuaikan dengan kondisi pentas. Artinya bahwa kostum
yang dipakai pada waktu konsep pertunjukan di panggung dengan arak-arakan
berbeda, sehingga para pemain pun nyaman menggunakan kostumnya.
Aspek selanjutnya yang dipandang perlu dilakukan elobarasi yakni pada
titik managerialnya, artinya bahwa dibutuhkan team managemen dalam hal ini di
dalamnya adalah kepengurusan dari seni Rudat IKCI Makam Godog yang lebih
professional. Hal tersebut dimaksudkan supaya pengelolaan bagi seni Rudat
tersbut dilakukan dengan lebih baik, hal tersebut bertujuan agar hal-hal yang
sifatnya promosi kepada masyarakat luas tentang kelompok seni Rudat IKCI
Makam Godog ini dapat dilakukan dengan baik, sehingga gaungnya lebih dikenal
oleh masyarakat luas.
38
Daftar Pustaka
Sunarto, dkk. 2011. “Buku ajar Alat Tepuk (Kendang) I Semester I”. Bandung: Jurusan Karawitan Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung.
https//m.facebook.com/note.php?note_id=243137805721010. 14-04-13. 09:58am.
Sumber dari http://wonkurep.blogspot.com/2012/03/cara-membuat-rebana-alat-musik.html?m=i. 27-05-13. 11:34am.
39
LAMPIRAN 1
DAFTAR NARASUMBER
1. Nama : H. Ahmad Endang.
Alamat : Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung,
Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Usia : 85 (delapan puluh lima) tahun.
Peranan
dalam seni tersebut : Pemimpin kelompok Seni Rudat IKCI Makam
Godog Garut.
Latar belakang
pendidikan : Sekolah Rakyat.
Lama keterlibatan
dalam seni tersebut : dari tahun 2004.
2. Nama : Apipudin
Alamat : Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung,
Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Usia : 63 (enam puluh tiga) tahun.
Peranan
dalam seni tersebut : Pemain instrumen musik terbang
Latar belakang
pendidikan : Sekolah Rakyat.
Lama keterlibatan
dalam seni tersebut : dari tahun 2004.
40
3. Nama : E. Suryana
Alamat : Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung,
Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Usia : 50 (lima puluh tahun) tahun.
Peranan
dalam seni tersebut : Pemain instrumen musik terbang.
Latar belakang
pendidikan : Sekolah Menengah Pertama.
Lama keterlibatan
dalam seni tersebut : dari tahun 2004.
4. Nama : Mahmud
Alamat : Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung,
Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Usia : 48 (empat puluh delapan) tahun.
Peranan
dalam seni tersebut : Pemain instrumen musik terbang.
Latar belakang
pendidikan : Sekolah Dasar.
Lama keterlibatan
dalam seni tersebut : dari tahun 2004.
5. Nama : Iman
Alamat : Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung,
Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Usia : 18 (delapan belas) tahun.
Peranan
dalam seni tersebut : Pemain instrumen musik terbang.
41
Latar belakang
pendidikan : Sekolah Menengah Pertama.
Lama keterlibatan
dalam seni tersebut : dari tahun 2008.
6. Nama : D. Hidayat
Alamat : Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung,
Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Usia : 50 (lima puluh) tahun.
Peranan
dalam seni tersebut : Pemain instrumen musik bedug.
Latar belakang
pendidikan : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
Lama keterlibatan
dalam seni tersebut : dari tahun 2004.
7. Nama : Rosmala
Alamat : Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung,
Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Usia : 35 (tiga puluh lima) tahun.
Peranan
dalam seni tersebut : Vokalis.
Latar belakang
pendidikan : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
Lama keterlibatan
dalam seni tersebut : dari tahun 2004.
42
8. Nama : Sopadi
Alamat : Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung,
Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Usia : 44 (empat puluh empat) tahun.
Peranan
dalam seni tersebut : Crew
Latar belakang
pendidikan : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
Lama keterlibatan
dalam seni tersebut : dari tahun 2004.
9. Nama : Wahyudin
Alamat : Godog Makam, RT.01/RW.10, Desa Lebak Agung,
Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Usia : 40 (empat puluh) tahun.
Peranan
dalam seni tersebut : Pengurus
Latar belakang
pendidikan : Sarjana.
Lama keterlibatan
dalam seni tersebut : dari tahun 2004.
Personil selanjutnya adalah para penari pencak silat yang terhimpun ke
dalam perkumpulan Gajah Putih. Seluruh penari yang ikut dalam perkumpulan
seni Rudat IKCI Makam Godog sebanyak 12 orang atau enam pasang laki-laki
dan perempuan. Seluruh penari pencak silat tersebut berasal dari daerah yang
sama seperti para pemain musik lainnya, kemudian batasan umurnya antara 13-30
tahun. Mereka ada yang masih sekolah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama,
43
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, dan ada yang sudah kerja. Terakhir bahwa mereka
bergabung dengan seni Rudat IKCI Makam Godog rata-rata tahun 2008.
44