sistem ekonomi
DESCRIPTION
sistem ekonomiTRANSCRIPT
1. Kapitalisme
Kapitalisme, sebagaimana didefiniskan dalam A Modern Dictionary of
Sociology adalah:
An economic system based upon the accumulation and investment of capital by
private individuals who then become the owners of means of productions and
distribution of goods and services.[7]
Kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang didasarkan pada kebebasan untuk
mengeksploitasi segala sumber daya yang sudah menjadi milik dari individu
untuk mendapatkan profit yang tinggi selama tidak melanggar peraturan yang
berlaku. Paham kapitalisme berasal dari inggris pada abad ke-18. Dasar
pemikiran ekonomi kapitalis bersumber pada tulisan Adam Smith dalam
bukunya An Inquiry into the Nature and Causes oh the Wealth of Nations yang
ditulis pada tahun 1776. Isi buku tersebut sarat dengan pemikiran-pemikiran
tingkah laku ekonomi masyarakat. Dari dasar filosofi tersebut kemudian menjadi
sistem eknoomi dan pada akhirnya mengakar menjadi ideologi yang
mencerminkan suatu gaya hidup (way of life).[8] Dan salah satu isinya adalah
Menurut adam smith manusia melakukan kegiatan ekonomi atas dasar
kepentingan pribadi, yang bertindak sebagai tenaga dan pendorong manusia
untuk mengerjakan kegiatan apa saja asal dibayar. Motif kepentingan individu
yang didorong oleh filsafat liberalisme kemudian melahirkan sistem ekonomi
pasar bebas dan akibatnya muncul ekonomi kapitalis. Milton H. Spencer (1977),
menulis dalam bukunya Contemporary Economics: “Kapitalisme merupakan
sebuah sistem organisasi ekonomi yang dicirikan oleh hal milik privat (individu)
atas alat-alat produksi dan distribusi (tanah, pabrik-pabrik, jalan-jalan kereta api
dan sebagainya) dan pemanfaatannya untuk mencapai laba dalam kondisi-
kondisi yang sangat kompetitif”.[9] Kapitalisme sanagat erat hubunganya
dengan pengerjaan kepentingan individu. Dalam bukunya ‘The Wealth of
Nations’ Smith mengungkapkan: “ Bukan berkat kemurahan tukang daging,
tukang pembuat bir atau tukang pembuat roti kita dapat makan siang. Akan
tetapi, karena mereka memperhatikan kepentingan pribadi mereka. Kita
berbicara bukan kepada rasa kemanusiaan mereka, melainkan kepada cinta
mereka kepada diri mereka sendiri, dan janganlah sekali-kali berbicara tentang
keperluan-keperluan kita, melainkan tentang keuntungan-keuntungan mereka”.
Bagi Smith, jika setiap individu diperbolehkan mengerjakan kepentinganya
sendiri tanpa ada campur tangan pemerintah, untuk mencapai yang terbaik di
masyarakat seakan-akan dibimbing oleh tangan tidak tampak (invisible hand).
Kapitalisme, dalam arti klasik laissez-faire, tidak pernah ada di manapun. Ia telah
mengalami modifikasi terus-menerus selama beberapa abad. Pemerintah secara
ekstentif telah melakukan intervensi untuk melakukan meperbaiki kekurangan-
kekurangannya dan menggantikan, paling tidak secara parsial, beberapa
dampaknya pada pemerataan. Namun demikian, ia tetap menampilkan citra
kharismatiknya sebagai suatu model. Penampilannya ini bertambah kuat setelah
kegagalan sosialisme, penjauhan peran yang besar dalam ekonomi, dan reaksi
keras terhadap negara kesejahteraan.[10] Akhir-akhir ini, seruan-seruan yang
mendukung liberalisme atau kembali lagi sedekat mungkin kepada model
neoklasik dengan intervensi pemerintah “yang minimum” makin intens, baik yang
berasal dari platform politik maupun intelektual.[11]
Dengan demikian secara sederhana sistem ekonomi kapitalis mengandung tiga
prinsip dasar yaitu[12] :
1. Kebebasan memilih harta secara perorangan : setiap warga
negara mengetahui hak kebebasan individu untuk memiliki harta
perorangan. Setiap individu dapat memiliki, membeli, dan menjual
hartanya menurut yang dikehendaki tanpa hambatan. Individu
memiliki kuasa penuh terhadap hartanya dan bebas menggunaka
sumber-sumber ekonomi menurut cara yang dikehendaki. Dan
setiap individu berhakmemiliki manfaat yang diperoleh dari
produksi dan distribusi serta bebas melakukan pekerjaan.
Perusahaan bebas sangat erat jika dikaitkan dengan kepemilikan
individu. Itu artinya, bahwa di bawah kapitalisme, perusahaan
swasta bebas untuk memperoleh sumber daya yang mereka
inginkan dan mengorganisasikan sesuai keinginan dan kehendak
mereka dan mereka bebas untuk menjual produk di pasar yang
mereka pilih. Disana tidak ada pembatasan dari pemerintah untuk
menghalangi perusahaan masuk atau keluar dari pasar.[13]
2. Kebebasan ekonomi dan persaingan bebas : setiap individu
berhak mendirikan, mengorganisasikan, dan mengelola
perusahaan yang diinginkan. Individu berhak terjun dalam semua
bidang perniagaan dan memperoleh sebanyak-banyaknya
keuntungan.
3. Ketimpangan ekonomi : dalam ekonomi kapitalis modal
merupakan sumber produksi dan sumber kebebasan. Jika memiliki
modal lebih besar maka akan menikmati hak kebebasan lebih baik
untuk mendapatkan hasil yang sempurna.
4. Ketidakadaan Perencanaan[14]: di bawah sistem kapitalisme tidak
ada pusat perencanaan ekonomi. Ekonomi kapitalis bersandar
pada kegiatan individual dari jutaan private economy. Kegiatan-
kegiatan ini diatur oleh mekanisme pasar; pasar bebas
menentukan harga yang memungkinkan bagi kalkulasi ekonomi.
Disisni, harga tidak ditentukan oleh intervens pemerintah, mereka
adalah hasil dari kekuatan pasar. Bagaimanapun, pemerintah
harus menjaga kesehatan moneter dan kondisi kredit dan juga
harus memperhatikan keseluruhan permintaan; terlalu tinggi atau
terlalu rendah, dan harus berhati-hati dengan kekuatan
monopolistik.
Ekonomi kapitalis juga menpunyai kebaikan antara lain[15] :
1. Kebebasan ekonomi akan meningkatkan produktivitas masyarakat
yang nantinya meningkatkan kekayaan negara.
2. Persaingan bebas akan mewujudkan dan tingkat harga yang
wajar.
3. Motivasi mendapatkan keuntungan maksimal menyebabkan orang
berusaha keras.
Akan tetapi sistem ekonomi kapitalis tidak selalu memperoleh tetapi ada
kerugian dari sistem ekonomi kapitalis[16] :
1. Menyebabkan ketidakselarasan karena semangat persaingan
2. Persaingan bebas mengganggu kapasitas kerja dan sistem
ekonomi karena mengakibatkan banyak keburukan dalam
masyarakat.
3. Hilangnya nilai-nilai moral kemanusiaan seperti kasih sayang,
persaudaraan, kerjasama.
4. Menghalalkan segala cara untuk keuntungan individu.
5. Perbedaan mencolok antara majikan (pemilik modal/kaum borjuis)
dan pekerja (buruh).
6. Mengesampingkan masalah kesehjateraan mastarakat banyak.
Secara ontologis kapitalisme memiliki tiga pandangan, Pertama adalah generatio
spontanea, yakni suatu pandangan bahwa dunia dan segala isinya muncul
secara kebetulan dan dengan sendirinya. Kedua, God is a watch maker yakni
suatu pandangan bahwa dunia dan segala isinya adalah memiliki pencipta tetapi
pencipta tersebut tidak peduli terhadap apa yang diciptakannya. Dalam
pandangan Nietzche dalam karyanyaThus spake Zarathustra dikatakan
bahwa God is death. Ketiga, pandangan agnotis yakni suatu pandangan yang
menunda kepercayaan kepada Tuhan karena belum bisa membuktikan adanya
Tuhan secara empirik. Pandangan ontologis inilah yang kemudian mlahirkan
pandangan epistemologis bahwa God is death dan super human is born artinya
pusat dunia adalah manusia yang super yang memiliki kemampuan
memformulasikan segala macam pandangan aksiologis mulai dari keindahan,
kemanfaatan, kebajikan, kebenaran dan lain-lain. Pandangan aksiologis ini
kemudian melahirkan suatu konsep yang tidak memiliki standar baku dan
bersifat sangat subjektif.[17]
Dalam analisis ekonomi ideologi kapitalisme mengandung kesalahan tingkat
pertama dan paling asasi yaitu kesalahan identifikasi tentang apa yang
dimaksudkan dengan kebutuhan(needs). Sistem kapitalisme telah mencapai
taraf ketidaksadaran total bahwa apa yang akan mereka penuhi sebenarnya
adalah keinginan (wants) yang bersifat materialis dan idealis bukan
kebutuhan (needs). Dalam perkembangan selanjutnya wants ini kemudian
dikemas sedemikian rupa dan dieksploitasi secara intensif melalui iklan dan
promosi.Galbraith dalam bukunya The New Industrial State menyatakan “All
forms of consumer persuasion affirm that the consumption of goods is the
greatest source of pleasure, the highest measure of human achievement”.
Bujukan dan rayuan dari promosi menciptakan suatu masyarakat yang konsumtif
dengan keinginan yang tidak terbatas (infinite) dan tidak
terpuasi (insatiable). Daniel Bell menyebutnya bourgeois appetities dan
menyatakan sebagai satu dari tiga akar masalah utama dalam masyarakat
kapitalis, dua lainnya adalahdemocratic polity dan individualist ethos.[18]
Dalam hal konsumsi, masyarakat akan cenderung mengkonsumsi sebanyak-
banyaknya karena bukan hanya didorong oleh keinginan pribadi untuk
memenuhi keinginan tetapi juga dimotivasi oleh promosi akan barang yang
semakin besar, sehingga akan menjadikan masyarakat kecanduan untuk terus
mengkonsumsi. Konsumerisme tidak hanya menjadi permasalahan di negara-
negara sedang berkembang tetapi juga menajdi masalah bagi negara maju
seperti Amerika. Ini merupakan dampak dari kesalahan pemahaman antara
kebutuhan (needs) dan keinginan (wants), karena keinginan yang dalam
ekonomi kapitalisme adalah kebutuhan maka segala yang menjadi keinginan
harus didapatkan dengan segala macam cara. Menurut mereka, Sumber daya
yang ada sekarang ini sudah mulai langka tetapi penyebab sebenarnya adalah
keinginan yang besar itulah yang mengakibatkan kelangkaan (scarcity) dalam
perekonomian.
2. SosialismeJhon Stuart Mill (1806-1873) menyebutkan bahwa sosialisme
menunjukan kegiatan untuk menolong orang-orang yang tidak beruntung dan
tertindas dengan sedikit bergantung pada bantuan pemerintah. Sosialisme juga
diartikan sebagai bentuk perekonomian dimana pemerintah paling kurang
bertindak sebagai pihak dipercayai oleh seluruh warga masyarakat, dan
menasionalisasikan industri-industri besar dan strategis seperti pertambangan,
jalan-jalan, jembatan, kereta api dan cabang-cabang produk lain yang
menyangkut hajat hidup orang banyak. Dalam bentuk yang paling lengkap,
sosialisme melibatkan pemilikan semua alat-alat produksi, termasuk di dalamnya
tanah-tanah pertanian oleh negara dan menghilangkan milik swasta.[1] Dalam
bentuk yang paling lengkap sosialisme melibatkan pemilik semua alat produksi,
termasuk di dalamnya tanah-tanah pertanian oleh negara dan menghilangkan
milik swasta. Sosialisme, menurut Encyclopaedia Britannica adalah kebijakan
atau teori yang bertujuan untuk memperoleh suatu distribusi yang lebih baik
dengan tindakan otoritas demokratis pusat dan kepadanya perolehan produksi
kekayaan yang lebih baik daripada yang kini berlaku sebagaimana mestinya
diarahkan.[2]
Telah kita ketahui bahwa ekonomi negeri kapitalis terutama bersandar pada
kebebasan tindakan perseorangan dari jutaan ekonomi pribadi. Tetapi dalam
sosialisme, keputusan tentang apa dan berapa banyak yang dihasilkan tidak lagi
ditentukan oleh pertimbangan laba. Keputusan ini akan tercapai atas dasar
kegunaan barang bagi suatu masyarakat. Sebagai ganti kerja tenaga produktif
secara membabi buta, maka terdapat perencanaan terpusat tentang kehidupan
ekonomi negara. Berbagai cabang produksi akan dikembangkan dengan selaras
oleh otoritas perencanaan pusat untuk mengabdi pada kepentingan terbaik bagi
masyarakat secara keseluruhan.[3] Selanjutnya, dalam kapitalisme sistem
produksi adalah anarkis dan akan terjadi sutu krisis berkala. Tapi dengan
memandang jangka jauh, dan melalui perencanaan terpusat, ekonomi sosialis
dapat mengawasi daur perdagangan jauh yang lebih baik daripada tatanan
sekarang. Ekonomi sosialis juga cenderung mengurangi resiko dan
ketidakpastian yang terdapat dalam masyarakat kapitalis disebabkan oleh
persaingan yang tak terkekang.[4]
Dalam ekonomi kapitalis, hak milik pribadi dalam hal alat pokok produksi,
hubungan distribusi pribadi dengan distribusi fungsional, akumulasi modal
swasta, dan arti penting motif laba―semua ciri ini mempersulit distribusi pribadi
yang lebih merata dan dalam banyak hal bahkan dapat lebih menyusahkan
ketimbang memperbaiki keadaan. Kaum sosialis mengatakan bahwa sistem
mereka akan membentuk distribusi pendapatan secara lebih merata. Pernyataan
ini didasarkan atas kenyataan bahwa hak milik negara atas alat pokok produksi
dapat menghapuskan apa yang disebut pendapatan yang diterima tanpa kerja
oleh orang-orang swasta. Bunga, sewa dan laba diberikan kepada pemerintah.
[5]Dalam sosialisme, industri tidak dimiliki oleh pribadi-pribadi seperti yang
terjadi dalam kapitalisme, tetapi dimiliki oleh suatu organisasi umum walaupun
masih terjadi pertentangan di kalangan mereka tentang bentuk organisasi. Ciri
yang membedakan dengan kapitalisme sudah jelas bahwa tidak adanya pemilik
kapital, semua alat produksi atau kapital diserahkan kepada massa rakyat,
karena itu kaum sosialis menghendaki ditiadakannya perusahaan industri
swasta.
Selain hal diatas Afzalur Rahman[6] mengatakan bahwa terdapat tiga prinsip
dasar ekonomi sosialis yaitu:
1. Pemilikan harta oleh negara : sekuruh bentuk dan sumber
pendapatan menjadi milik negara atau masyarakat keseluruhan.
Hak individu untuk memiliki harta atau memanfaatkan produksi
tidak diprbolehkan. Dengn demikian individu secara langsung
tidssk memiliki harta kepemilikan
2. Kesamaan ekonomi : disistem ekonomi sosialis menyatakan
( walau sulit ditemui ditemui dinegara komunis ) bahwa hak-hak
individu dalam suatu bidang ekonomi ditentukan oleh prinsip
kesamaan. Setiap individu disediakan kebutuhan hidup menurut
keperluan masing-masing.
3. Disiplin politik : untuk mencapai tujuan di atas keseluruhan negara
diletakan dibawah peraturan kaum buruh, yang mengambil alih
semua aturan produksi dan distribusi. Kebebasan ekonomi serta
hak kepemilikan harta dihapus sama sekali.
Sisem ekonomi sosialis juga mempunyai kebaikan di antaranya adalah[7]:
1. Setiap warga disediakan kebutuhan pokoknya termasuk makanan
sebanyak dua kali sehari, beberapa helai pakaian, kemudahan
fasilitas kesehatan, serta tempat tinggal.
2. Setiap individu mendapatkan pekerjaan termasuk orang yang
cacat dan lemah dibawah penguasaan negara.
3. Semua pekerjaan dilaksanakan berdasarkan perencanaan
(negara) yang sempurna di antara produksi dengan penggunanya.
Dengan demikian masalah kelebihan atau kekurangan produksi
seperti yang berlaku dalam sistem ekonomi kapitalis tidak akan
terjadi.
4. Semua bentuk produksi dimiliki dan dikelola oleh negara dan
keuntungan yang diperolehnya akan digunakan untuk
kepentingan masyarakat.
Selain memiliki kebaikan, sistem ekonomi sosialisme juga memiliki keburukan
diantaranya adalah [8]:
1. Tawar menawar sangat sukar dilakukan sehingga individu
terpaksa mengorbankan kebebasan pribadinya dan hak terhadap
harta milik pribadi hanya untuk mendapatkan makanan sebanyak
dua kali sehari.
2. Sistem tersebut menolak sepenuhnya sifat mementingkan diri
sendiri, kewibawaan individu yang menghambatnya dalam
memperoleh kebebasan berfikir serta bertindak. Ini menunjukkan
secara tidak langsung sistem ini terikat kepada sistem ekonomi
dikatator.
3. Dalam sistem ini semua kegiatan diambil alih untuk mencapai
tujuan ekonomi, sementara pendidikan moral individu diabaikan.
Dengan demikian apabila pencapaian kepuasaan kebendaan
menjadi tujuan utama dan nilai-nilai moral tidak diperhatikan lagi,
maka tidak dapat dihindarkan bahwa masyarakat akan terbagai
dalam beberapa kelompok. Seluruh kekuatan akan berada di
tangan golongan kaum buruh (proletariat) yang kurang
berpendidikan dan beradab, kezaliman, penindasan dan balas
dendam, menjadi lebih berbahaya dari sistem ekonomi kapitalis.
4. Sistem ekonomi sosialis mencoba untuk mencapai tujuan melalui
larangan-larangan eksternal dan mengesampingkan pendidikan
moral dan lathan invidu. Dengan demikian jelas mereka tidak
berusaha untuk mencapai kejayaan yang menjadi tujuannya;
misalnya karena undang-undang saja belum mencukupi untuk
memperbaiki kesalahan seseorang tanpa disertai dengan
pendidikan moral dan latihan. Selanjutnya, dibalik upaya
memupuk semangat persaudaraan dan kerja sama yang baik di
antara majikan dengan penerima upah, sistem sosialis
menimbulkan rasa permusuhan dan dendam antar mereka.
5. Komunisme
6. Pada awanya komunisme muncul dari kebobrokan sistem ekonomi
kapitalis. Aliran ekstrem yang muncul dengan tujuan yang sama dangan
sistem ekonomi sosialis dan lebih bersifat gerakan ideologis dan mencoba
mandobrak sistem kapitalis dan sistem lain yang telah mapan dengan
tokohnya Karl Marx. Inti ajaran komunisme adalah produksi dan konsumsi
secara bersama. Barang-barang dimiliki secara bersma dan di
distribusikan untuk kepentingan bersama sesuai dengan kebutuhan
masing-masing anggota masyarakat.
7. Terdapat tiga doktrin pokok yang mendasari konsep umum
komunisme. Yang pertama ialah doktrin tentang keadaan alam yang
dalam berbagai bentuk mendominasi pemikiran zaman kuno dan dunia
modern, dari zaman reanisans sampai pertengahan abad kesembilan
belas. Doktrin ini pada hakikatnya bersifat utopia, rasionalis dan pasifistik.
Doktrin kedua adalah Manichaeisme yang menganggap sejarah manusia
sebagai suatu perlombaan yang tiada hentinya antara dua kekuasaan
yang berdaulat―baik dan jahat, roh dan zat, terang dan gelap. Doktrin
ketiga adalah Marxisme, atau teori ekonomi mengenai timbul dan
berkembangnya tenaga produksi masyarakat kapitalis, kecenderungan
kolektif yang terdapat di dalamnya dan kepentingan antagonistik dengan
perjuangan kelas sebagai tenaga kekuatan manusia dalam peradaban.
Kominisme merupakan suatu bagian integral mitos kuno zaman
keemasan, idealisasi tingkat primitif oleh manusia beradab, suku “alami”
sejarah manusia. Ia merupakan reaksi terhadap kerumitan yang tumbuh
pada zaman peralihan.[1] Komunisme merupakan sebuah konsekuensi
logis sekaligus cita-cita dalam bentuk praktis dari sosialisme, karena tokoh
sosialisme Karl Marx ingin menjadikan masyarakat komunis yang
sebenarnya melalui sosialisme yang diusungnya dengan perjuangan kelas
sebagai gerakan utamanya.
8. Komunisme lebih ekstrem daripada sosialisme. Untuk memahami
bagaimana mereka melaksanakan tugasnya, perlu diketahui tentang teori
evolusi sosial mereka. Komunisme Marx yakin tentang penafsiran
ekonomis atau materialis dari sejarah yaitu peristiwa ekonomi mendoinasi
dalam mengendalikan kehidupan sosial dan politik. Marx menyebut sistem
ekonomi masyarakat itu substruktur (unterbau) dan ia menyebut agama,
hukum etika dan lembaga masyarakat lainnya adalah super-
struktur (oberbau). Menurut Marx, analisis yang saksama mengenai suatu
unsur superstruktur akan mengungkapkan pengaruh subsruktur sebagai
faktor penentu. Agama dan moral dibuat oleh kelas yang berkuasa untuk
memperkukuh kepentingan mereka sendiri. Karena itu agama dan etika
yang hingga kini terdapat di kalangan umat manusia patut dicurigai. Ide
kebenaran abadi dan keadilan sosial tidak punya tempat dalam kenyataan;
hal itu diciptakan oleh kelas yang berkuasa untuk mengabadikan
kekuasaan mereka. Penafsiran ekonomi Marx dapat dengan singkat
dirangkum dalam lima prinsip: hukum konsentrasi, nilai surplus,
perjuangan dua kelas, teori produksi berlebihan masa depresi dan revolusi
sosial.[2]
9. Marx, seperti halnya pemikir sosial lainnya mencoba mendiagnosa kondisi
manusia dalam masyarakat dan ingin mendapatkan resep
penyembuhannya. Dalam proses ini ia menggunakan konsep kunci seperti
alienasi, eksploitasi, nilai surplus, kepemilikan barang oleh swasta,
perjuangan kelas, perbudakan upah dan determinasi ekonomi. Karena
Marx sendiri bukan seorang penulis yang baik, maka konsep-konsep itu
sukar dimengerti dan kabur.[3]
10. Konsep pokok dalam analisis Marx adalah “alienasi” atau
“keterasingan” (estrangement),yang timbul dalam masyarakat kapitalis
karena eksploitasi terhadap kaum proletariat (buruh) oleh kaum borjouis.
Kaum proletar adalah para buruh pekerja industri yang tidak memiliki
sarana produksi sendiri, karena itu mereka menjadi sasaran perbudakan
upah dengan menjual tenaganya untuk sekedar hidup. Kaum borjuis
adalah para kapitalis, pemilik sarana-sarana produksi. Padahal semua nilai
ekonomi berasal darikaum proletar, tetapi mereka mendapatkan tidak lebih
dari upah subsistence, yaitu upah yang hanya cukup untuk melanjutkan
hidup dan melahirkan keturunan. Saldo (nilai surplus) tetap digenggam
oleh kaum borjuis, karena itu mereka menjadi kuat dan memojokkan
kaum proletar kepada suatu keadaan perbudakan upah abadi. Proses ini
akan memerosotkan martabat dan meberlakukan dehumanisasi pada
kaum proletar sehingga menurunkan mereka menjadi potongan manusia
(alienasi). Mereka akhirnya tidak mampu mengembangkan potensi
kemanusiannya secara penuh. Eksploitasi ini menyebabkan pembagian
masyarakat menjadi dua kelas antagonis dan meniupkan api peperangan
kelas yang membentuk inti proses sejarah umat manusia. Umat manusia
tidak bebas, mereka adalah bidak-bidak di atas papan catur sejarah. Nasib
mereka ditentukan oleh konflik kepentingan ekonomi yang tidak
dihindarkan dalam berbagai kelas masyarakat manusia (determinisme
ekonomi).[4] Menurut Marx “tak ada yang disebut dengan fitrah
manusia(individual human nature)”, yang mengacu pada suatu kumpulan
karakteristik manusia secara umum dan pokok serta karenanya juga
mengacu pada sesuatu yang secara definitif konstan atau tidak berubah.
[5]
11. Perlu disadari bahwa ternyata konsep materialisme sejarah secara
logika tidak mengizinkan adanya konsep fitrah manusia, padahal konsep
alienasinya menuntut fitrah demikian sebab kalau tidak, tak akan ada
kriteria di mana konsep alienasi dapat dipahami. Kedua konsep itu
memang saling tidak konsisten, yang tidak diragukan lagi merupakan
salah satu alasan adanya keluhan umum mengenai kekaburan dan
inkonsistensi dalam tulisan-tulisan Marx.[6]
12. Dalam konsep nilai lebih (surplus) yang menyebabkan konflik dari
kedua kelas, di mana para kaum proletariat yang tidak memiliki sarana dan
alat produksi ingin merebut alat produksi dari para kapitalis atau kaum
borjuis, sehingga akan terjadi sebuah revolusi. Kaum proletariat akan
membentuk sebuah sistem baru dengan melucuti hak-hak kaum kapitalis.
Menyusul tahap yang diketahui sebagai kediktatoran proletariat yaitu
golongan minoritas yang cendekia―partai komunis―bagaimanapun juga
mereka harus memegang kekuasaan dan memerintah negeri dengan
tangan besi, sampai sosialisme berhasil diciptakan dan rakyat dididik
menuju cita-citanya. Tahap kediktatoran akan memberi jalan kepada
masyarakat sosialis, yang dianggap sebagai tahap komunisme paling
rendah. Pada tingkat ini, semua alat produksi akan berada dalam tangan
negara yang diperintah secara demokratis. Akhirnya masyarakat sosialis
akan berkembang menjadi masyarakat komunis yang merupakan tahap
komunisme yang paling tinggi, inilah cita-cita terakhir dari partai komunis.
Bila tingkat ini tercapai, otoritas negara yang memaksa tidak lagi
diperlukan. Negara akan “menghilang” karena ini akan terjadi masyarakat
tanpa kelas. Kemudian berlakulah prinsip komunis yang berbunyi: “dari
setiap orang menurut kemampuannya, kepada setiap orang menurut
kebutuhannya”. [7]
13. Sepintas terlihat tujuan sosialis dan komunis sama tetapi di
dalamnya sangat berbeda. Kominisme adalah bentuk paling ekstrem dari
sosialis. Dalam sistem ini segala sesuatu harus dikomando. Negara
merupakan penguasa mutlak, atau perekonomian sering disebut sebagai
sistem ekonomi totaliter. Sistem ekonomi totaliter dalam praktiknya
berubah menjadi sistem ekonomi otoriter, dimana sumber-sumber
ekonomi dikuasai oleh segelintir elite para penguasa partai komunis.
14. Dengan kata lain Komunisme adalah suatu sistem perekonomian di
mana peran pemerintah sebagai pengatur seluruh sumber-sumber
kegiatan perekonomian. Setiap orang tidak diperbolehkan memiliki
kekayaan pribadi, sehingga nasib seseorang bisa ditentukan oleh
pemerintah. Semua unit bisnis mulai dari yang kecil hingga yang besar
dimiliki oleh pemerintah dengan tujuan pemerataan ekonomi dan
kebersamaan. Namun tujuan sistem komunis tersebut belum pernah
sampai ke tahap yang maju, sehingga banyak negara yang meninggalkan
sistem komunisme tersebut.
15.
16. 2. Fasisme
17. Fasisme (/ fæʃɪzəm /) adalah, gerakan radikal ideologi nasionalis
otoriter politik. Fasis berusaha untuk mengatur bangsa menurut perspektif
korporatis, nilai, dan sistem, termasuk sistem politik dan ekonomi. Mereka
menganjurkan pembentukan partai tunggal negara totaliter yang berusaha
mobilisasi massa suatu bangsa dan terciptanya “manusia baru” yang ideal
untuk membentuk suatu elit pemerintahan melalui indoktrinasi, pendidikan
fisik, dan eugenika kebijakan keluarga termasuk. Fasis percaya bahwa
bangsa memerlukan kepemimpinan yang kuat, identitas kolektif tunggal,
dan akan dan kemampuan untuk melakukan kekerasan dan berperang
untuk menjaga bangsa yang kuat. pemerintah Fasis melarang dan
menekan oposisi terhadap negara. Fasisme didirikan oleh sindikalis
nasional Italia dalam Perang Dunia I yang menggabungkan sayap kiri
dan sayap kanan pandangan politik, tapi condong ke kanan di awal 1920-
an. Para sarjana umumnya menganggap fasisme berada di paling kanan.
Fasis meninggikan kekerasan, perang, dan militerisme sebagai
memberikan perubahan positif dalam masyarakat, dalam memberikan
renovasi spiritual, pendidikan, menanamkan sebuah keinginan untuk
mendominasi dalam karakter orang, dan menciptakan persaudaraan
nasional melalui dinas militer . Fasis kekerasan melihat dan perang
sebagai tindakan yang menciptakan regenerasi semangat, nasional dan
vitalitas. Fasisme adalah anti-komunisme, anti-demokratis, anti-
individualis, anti-liberal, anti-parlemen, anti-konservatif, anti-borjuis dan
anti-proletar, dan dalam banyak kasus anti-kapitalis Fasisme. menolak
konsep-konsep egalitarianisme, materialisme, dan rasionalisme yang
mendukung tindakan, disiplin, hirarki, semangat, dan keinginan. Dalam
ilmu ekonomi, fasis menentang liberalisme (sebagai gerakan borjuis)
dan Marxisme (sebagai sebuah gerakan proletar) untuk menjadi eksklusif
ekonomi berbasis kelas gerakan Fasis ini. ideologi mereka seperti yang
dilakukan oleh gerakan ekonomi trans-kelas yang mempromosikan
menyelesaikan konflik kelas ekonomi untuk mengamankan solidaritas
nasional Mereka mendukung, diatur multi-kelas, sistem ekonomi nasional
yang terintegrasi.[8]
18. Fasisme muncul dari filsafat radikal yang muncul dari revolusi
industri yakni sindikalisme. Eksponen sindikalisme adalah George Sorel
(1847-1922). Para penganjur sindikalisme menginginkan reorganisasi
masyarakat menjadi asosiasi-asosiasi yang mencakup seluruh industri
atau sindikat-sindikat pekerja.dalam sistem ekonomi fasisme,
pemerintah melakukan pengendalian dalam bidang produksi, sedangkan
kekayaan dimiliki oleh puhka swasta.[9] Paham fasisme sangat memuja
superioritas nasionalis, anti liberalis. Ciri –ciri khas dari fasisme adalah ,
antara lain : adanya sebuah ideologi yang sakral mendekati bahkan
melampoui sifat agama. Dan contoh fasisme yang kita kenal misalnya
Nazi- Hitler, jepang , Rezim Mussolini. Fasisme adalah suatu paham yang
mengedepankan bangsa sendiri dan memandang rendah bangsa lain.
Dengan kata lain, fasisme adalah suatu sikap nasionalisme yang
berlebihan. Bagi kaum fasis, negara adalah mutlak, maka negara
merupakan tujuan itu sendiri. Bagi mereka, segala sesuatu adalah untuk
negara, tiada sesuatupun yang melawan negara dan tiada sesuatu pun di
luar negara. Demikianlah negara menuntut melaksanakan dominasinya
atas lembaga pendidikan, agama, ilmu dan kesenian. Adanya semua
lemabaga dan kantor negara adalah untuk mengabdi pada negara. Semua
kewajiban dan tugas individu adalah sumbangan untuk kekuasaan dan
persatuan negara dan ia kehilangan identitas sepenuhnya di dalamnya.
Satu-satunya hak yang dimiliki setiap individu adalah hak untuk membantu
memperuat negara. Dengan kata lain, ia hanya memiliki hak pribadi sejauh
hak ini tidak bertentangan dengan kebutuhan negara yang berdaulat.[10]
19. Filsafat ekonomi fasisme dituntun oleh filsafat dasar negara.
Walaupun lembaga harta benda pribadi yang diancam oleh komunisme
dilindungi, namun dalam praktiknya, kapitalisme laissez-faire yang liberal
tradisional hampir seluruhnya lenyap dalam masa fasisme. Karena segala
sesuatunya untuk negara, maka pengusaha swasta dinyatakan
bertanggung jawab kepada negara untuk pimpinan yang diberikan kepada
produksi. Bila prakarsa swasta tidak lagi efisien, maka campur tangan
pemerintah diperkenankan.[11]Perlu disadari bahwa maksud utama
kegiatan ekonomi dalam fasisme bukanlah tercapainya tingkat hidup
setinggi mungkin tetapi bertambahnya kekuatan militer negara secara
terus-menerus. Dengan mengemukakan hal ini sebagai tujuannya, negara
fasis bekerja atas dasar ekonomi perang.
20.
Sistem Ekonomi Islam
Depresi ekonomi di berbagai negara maju tak bisa terelakkan. Dampak krisis
yang akan selalu mengantui negara-negara yang menerapkan sistem
kapitalisme, kemudian dengan runtuhnya negara Uni Soviet yang dianggap
sebagai negara besar yang menerapan sistem sosialisme dalam
perekonomiannya pun tak luput dari keruntuhan sistem sosialisme. Ini
menunjukkan bahwa sistem-sistem yang pernah ada sebelumnya belum mampu
untuk bertahan dalam waktu yang lama―kalaupun ada itu sudah tidak
murni―kecuali sudah dimodifikasi sedemikian rupa seperti sistem kapitalisme
yang sudah tidak lagi berpedoman kepada prinsip laissez-faire―sebagaimana
pada awalnya dikumandangkan. Kapitalisme dengan self-interest nya yang
merupakan sebuah konsep untuk menuju kemakmuran dan kesejahteraan. Akan
muncul tangan-tangan gaib yang kekuatan-kekutan pasar melalui batas-batas
kompetisi akan mendorong kepentingan masyarakat, sehingga menuju sebuah
keharmonisan kepentingan individu dan umum. Tetapi dalam faktanya, semua
yang diharapkan akan kehermonisan ekonomi tidak semaunya berasil sesusai
dengan apa yang dinginkan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak dibarengi
dengan pengahpusan kemiskinan atau pemenuhan kebutuhan pokok bagi setipa
orang; ketidakmerataan pendapatan dan kekayaan justru meningkat tajam.
Pengagguran yang tinggi dan juga ketidaksabilan ekonomi menambah kesulitan
pada rakyat miskin. Sistem sosialisme juga tak luput dari ketidaksuksesan
mencapai tujuannya. Pemerataan yang dimimpikan tak kunjung terwujud, kaum
buruh pada kenyataan praktisnya tidak bisa memiliki hak milik tetap sebagai
buruh yang tidak memiliki faktor produksi. Perbudakan upah yang ingin
dihapuskan, kian semakin tumbuh subur; para buruh dihadpakan dengan
ketidakadaaan kebebasan untuk memilih majikan―tidak seperti dalam sistem
kapitalis. Mimipi bahwa negara akan lenyap tidak menjadi sebuah kenyataan
yang mampu diwujudkan oleh sistem sosialis, malahan negara lebih berkuasa
dan berfungsi sebagai instrumen penindasan. Karena itu patut dipertanyakan,
apa yang mereka peroleh dari revolusi Marxis? Apakah pendapatan mereka
meningkat? Mengapa negara kapitalis lebih tinggi pertumbuhan dan
kesejahterann ekonominya daripada Soviet?
Dengan adanya berbagai permasalahn ekonomi yang terjadi di dunia yang
diakibatkan oleh sistem-sistem ekonomi sebelumnya yang belum mampu
menghapuskan persoalan-persoalan ekonomi seperti pemerataan,
pengangguran, inflasi dan lain-lain. Islam menawarkan sebuah sistem ekonomi
yang dewasa ini sudah mampu menarik perhatian para ekonom non-muslim
untuk mendalami sistem ini, dengan harapan mampu mengatasi krisis dan
segala permasalahn yang belum mampu teratasi oleh sistem sebelumnya.
Secara filosofis sistem ekonomi islam adalah sebuah sistem yang dibangun di
atas nilai-nilai islam dengan prinsip tauhid dan keadilan dan sistem ekonomi
islam menjamin keselarasan antara pertumbuhan ekonomi. Bahasan dari tujuan
sistem ekonomi islam menunjukan bahwa kesehjateraan materiil berdasar
padapada dasar yang tidak tergoyahkan bagi nilai-nilai ruhani yang mendasari
suatu hal yang dibutuhkan pada ekonomi islam. Sistem ekonomi islam secara
pasang surut didedikasikaan kepada persaudaraan manusia yang ditemani oleh
keadilan sosial, ekonomi, dan distribusi pendapatan yang patut, serta kepada
kebebasan individu dalam konteks kesehjateraan sosial. Komitmen islam pada
kebebasan individu berkarakteritik tajam jika dibandingkan dengan sosialisme
atau sistem manapun yang menghapuskan kebebasan individu. Persetujuan
bebas dan timbal balik yang menyangkut pembeli dan penjual menurut hukum
islam adalah suatu kondisi yang perlu untuk transaksi bisnis manapun. Tiga
prinsip fundamental : [1]
Tauhid (Keesaan Tuhan)
Batu fondasi keimanan Islam adalah tauhid (keesaan Tuhan). Pada konsep ini
bermuara semua pandagan dunia dan strateginya. Segala sesuatu yang lain
secara logika bermuara di sini. Tauhid mengandung arti bahwa alam semesta
didesain dan diciptakan secara sadar oleh Tuhan yang Maha Kuasa, yang
bersifat esa dan ia tidak kebetulan atau aksiden. (Ali-Imran:191; Shad: 27; dan
Al-mu’minun: 15). Segala sesuatu yang diciptakanNYA mempunyai tujuan.
Tujuan inilah yang memberikan arti dan signifiasi bagi eksistensi jagat raya di
mana manusia menjadi bagian di dalamnya.
Khilafah (Perwakilan)
Manusia adalah khalifah-Nya atau wakil-Nya di bumi (al-baqarah:30; al-An’aam:
165; Faathir: 39; Shaad: 28 dan al-Hadiid: 7). Ia telah dibekali dengan semua
karakteristik mental dan spiritual serta materiil untuk memungkinkannya hidup
dan mengemban misinya secara efektif.
Sumber-sumber daya yang disediakan oleh Tuhan di dunia ini tidak tak terbatas.
Akan tetapi, sumber-sumber daya itu akan mencukupi bagi pemenuhan
kebahagiaan manusia seluruhnya, hanya jika dipergunakan secara “efisien” dan
adil. Manusia bebas memilih antara berbagai penggunaan alternatif sumber daya
ini, maka ujian riil bagi manusia adalah bagaimana menggunakan sumber daya
yang telah dikaruniakan Tuhan ini dengna cara yang “efisien” dan adil, sehingga
kemakmuran bagi seluruh manusia di bumi Allah ini bisa terwujud.
Konsep tauhid dan khilafah secara inheren bertentangan dengan konsep “dosa
asal” atau “bidak di atas papan catur” atau “tabula rasa” atau “dikutuk karena
kebebasannya”. Gagasan menganai dosa asal mengandung pengertian bahwa
dosa itu dapat disalurkan secara genetik dan setiap manusia yang dilahirkan ke
dunia ini sudah tertular oleh kegagalan dan dosa orang lain. Lebih lanjut, jika
manusia “dilahirkan dalam keadaan berdosa”, bagaimana ia harus bertaanggung
jawab terhadap perbuatannya? Dengan demikian maka konsep “dosa asal”
sangat bertentangan dengan tanggung jawab individu terhadap semua
perbuatannya yang ditekankan oleh Al-qur’an (Al-An’am: 164; al-Isra’: 15;
Faathir: 18; az-Zumar: 38; dan an-Najm: 38).
Konsep-konsep di atas sangat berbdeda konsep khilafah yang memandang
manusia mempunyai status terhomat dan mulia dalam jagat raya (al-Isra’: 70)
dan memberikan nilai dan misi kepada kehidupan manusia. Misi mereka adalah
untuk bertidak sesuai denga ajaran-ajaran Tuhan, meskipun mereka dalam
keadaan bebas. Inilah yang dikandung oleh pengertian ibadah atau
persembahan (Ad-dzariyat: 56) dalam pengertian Islam, suatu kewajiban
perorangan terhadap orang lain (huququl ‘ibad), mendorong kemakmuran dan
mengaktualisasikan maqashid.
‘Adalah (Keadilan)
Persaudaraan merupakan bagian integral dari konsep tauhid dan khilafah akan
tetap menjadi konsep kosong yang tidak memiliki substansi, jika tidak dibarengi
dengan keadilan sosio-ekonomi. Keadilan telh dipandang oleh para fuqaha
sebagai isi pokok maqashid syari’ah, sehingga mustahil melihat sebuah
masyarakat muslim, yang tidak menegakkan keadilan di dalamnya. Islam tegas
sekali dalam menegakkan tujuannya menghapuskan semua bentuk
kezaliman (zulm) dari masyarakat manusia, yang merupakan istilah
komprehensih islam untuk mengacu semua bentuk ketidakadilan, eksploitasi,
penindasan dan kekliruan, sehingga seseoang menjauhkan hak orang lain atau
tidak memenuhi kewajibannya terhadap mereka.
Sistem ekonomi islam memilki empet sifat diantaranya adalah:
1. Keseimbangan (equilibrium)
2. Kebebasan (free will)
3. Tanggung jawab (responsibility)
Selain empat sisfat dari sistem ekomomi islam. Sistem ekonomi islam juga
mempunyai prinsip dasar seperti sistem ekonomi yang lain dan prinsip dasar
tersebat adalah:[2]
1. Kebebasan individu. Individu mempunyai hak kebebasan
sepenuhnya untuk berpendapat atau membuat suatu keputusan
yang dianggap perlu dalam sebuah negara islam. Karena tanpa
kebebasan tersebut individu muslim tidak dapat melaksanakan
kewajiban mendasar dan penting dalam menikmati kesehjateraan
dan menghindariterjadinya kekacauan dalam masyarakat.
2. Hak terhadap harta. Islam mengakui hak individu untuk memiliki
harta. Walauoun begitu islam memberi batasan tertentu agar
kebebasan itutak merugikan masyarakat umum.
3. Ketidaksamaan ekonomi dalam batas wajar. Islam mengakui
adanya ketidakasamaan ekonomi antara orang perorang, tapi
tidak membiarkanya menjadi bertambah luas, dan
islammenjadikan perbedaan tersebut dalam batas-batas yang
wajar.
4. Kesamaan sosial islam tidak menganjurkan kesammaan ekonomi,
tetapi mendukung dan menggalakan kesamaan sosial sehingga
sampai tahap bahwa kekayaan negara yang dimiliki tidak hanya
dinikmati oleh sekelompok tertentu di dalam masyarakat saja.
5. Jaminan sosisal setiap individu memounyai hak untuk hidup dalam
suatu negara islam, dan setiap warga negara dijamin untuk
memperoleh kebutuhan pokoknya masing-masing.
6. Distribusi kekayaan secara meluas. Islam mencegah
mengumpulkan kekayaan pada klompok kecil tertentu orang dan
menganjurkan distribusi kekayaan pada semua lapisan
masyarakat.
7. Kesehjateraan individu. Islam mengakui kesehjateraan individu
dan kesehjateraan sosial masyarakat yang saling melengkapi satu
dengan yang lain, bukan saling bersaing dan bertentangan
dengan mereka. Maka sistem ekonomi islam mencoba
membedakan konflik ini sehingga terwujud kemanfaatan bersama.
Kesimpulan
Berbagai ulasan dan penejelasan mengenai sistem-sistem ekonomi yang ada di
dunia ini, pada bagian ini merupakan point-point penting yang paling tidak
membantu memberikan perbandingan antar semua sistem yang telah lalu
penjelasannya. Berikut merupakan perbedaan asumsi dasar dari ketiga sistem
ekonomi mainstream :
Sistem Asumsi dasar Kepedulian utama
Kapitalis
Manusia Ekonomi yang telah
domotifasi oleh kepentingan pribadi
dan maksimisasi keuntungan,
diasumsisakn sangat individualistik
dan kompetitif
Imperatif – imperatif
ekonomi : kebutuhan-
kebutuhan dan politik
tersubordinasi dibawah
kebutuhan ekonomi.
Sosialis Negara yang dipandu oleh keyakinan
akan kurangnya keharmonisan
kepentingan, konflik kelas dan
materialisme historis berada pada
Impiratif-imperatif
politis :
Kebutuhan sosial dan
ekonomi berada
posisi terbaik untuk mengetahui
pilihan dan kebijakan yang
bermanfaat bagi perekonomian
secara keseluruhan
dibawah suberbinasi
kebutuhan-kebutuhan
politik
Islam
Mensyaratkan keberadaan manusia
islam : evolusi kesadaran islam dan
perwujudan yang konsekuen pada
relasi produksi islami. Manusia islam
diasumsikan sebgai pemaksimisasi
ekonomi dengan kendala etik dan
moral dari syariah dianggap sebagai
individualis kooperatif dan
bertanggung jawab secara sosial.
Etika dan moral :
kebutuhan” ekonomi
sosial dan politik yang
terpadu berada dalam
suberdinasi impratif
keyakinan syariah
islam.