sistem pendukung keputusan untuk …si.its.ac.id/data/sisfo_data/files/6_vol4no3.pdf · mampu...

12
189 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI PENYELENGGARA PENDIDIKAN VOKASI DI BANGKA BELITUNG Hilyah Magdalena Program Studi Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Jl. Raya Sungailiat Selindung Baru, Pangkalpinang, 33127 Telp. (0717) 433506 E-mail: [email protected] Abstract Vocational education is part of a higher education which is directed to develop special expertise or skills in particular programs. The level of this education comprises of a one-year diploma program, a two-year diploma program, a three-year and a four-year diploma program which the least mentioned is equivalent to a bachelor program. Currently, demand for graduate students from vocational education is high due to the continuous growth of business and industry that calls for resources equipped with special skills that have ability to work based on standard applied within industries. The government of Bangka Belitung is thus trying to fulfill this necessity. At this moment, the government of Bangka Belitung re- quires trained resources that are able to work in various fields in order to support the massive develop- ment undertaken in this province. Currently, there are several vocational educations in this province which mainly focusing on three fields: Information and Communication Technology (ICT), manufacture technology and health. These three fields are in line with the focus of acceleration of growth in this prov- ince. Since there are several vocational industries in Bangka Belitung, this research provides information on criteria required to select relevant vocational industries based on special requirements. The criteria are developed in a form of hierarchy which is developed based on a method called Analytic Hierarchy Process (AHP) and Expert Choice 2000 as a tool to electronically manage data. Based on the result of the research, Polman Timah is selected as a vocational education with the highest weight that scores for about 30.2% in compared to other vocational educations such as STMIK Atma Luhur, Akbid Babel and Akper Pangkalpinang. This research shows that the most significant criterion to select a vocational edu- cation is cooperation that counts for about 33.6% in weight. Abstrak Pendidikan vokasi adalah pendidikan tinggi yang diarahkan pada penguasaan keahlian terapan tertentu, yang mencakup program pendidikan diploma 1, diploma 2, diploma 3, da diploma 4, maksimal setara dengan program pendidikan sarjana. Berkembangnya dunia usaha dan industri yang membutuh- kan sumber daya manusia yang mampu bekerja dengan skil berdasarkan standar dan kebutuhan industri. Kebutuhan inilah yang dipenuhi oleh pendidikan vokasi. Bangka Belitung yang saat ini sedang berkem- bang pesat pembangunannya, sangat membutuhkan banyak tenaga dengan skill yang siap bekerja di berbagai bidang industry. Saat ini ada beberapa perguruan tinggi vokasi yang berdiri di Bangka Beli- tung. Perguruan tinggi vokasi yang ada saat ini umumnya adalah perguruan tinggi yang berfokus pada bidang teknologi informasi, teknologi manufaktur, dan bidang kesehatan. Hal ini sesuai dengan per- cepatan perkembangan provinsi. Penelitian ini memberikan informasi kriteria –kriteria apa saja yang perlu diperhatikan dalam memilih perguruan tinggi vokasi di Bangka Belitung. Metode yang digunaka- kan untuk membangun hirarki adalah Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Expert Choice 2000 se- bagai tools pengolah data secara elektronik. Hasil pengolahan data dengan AHP dan Expert Choice 2000 menghasilkan Polman Timah sebagai perguruan tinggi vokasi yang paling tinggi bobotnya yaitu mencapai 30,2% dibandingkan dengan STMIK Atma Luhur, Akbid Babel, dan Akper Pangkalpinang. Sedangkan kriteria yang paling penting dalam memilih perguruan tinggi vokasi adalah kriteria kerja sama dengan bobot 33,6%. Kata kunci: pendidikan vokasi, perguruan tinggi penyelenggara vokasi, Analytic Hierarchy Process (AHP), Expert Choice 2000.

Upload: hoangquynh

Post on 05-Mar-2018

219 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK …si.its.ac.id/data/sisfo_data/files/6_vol4no3.pdf · mampu menanggapi tantangan ... teknologi informasi oleh Moedjiono dan Hadi Santoso dengan judul

189

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI PENYELENGGARA

PENDIDIKAN VOKASI DI BANGKA BELITUNG

Hilyah Magdalena Program Studi Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur

Jl. Raya Sungailiat Selindung Baru, Pangkalpinang, 33127 Telp. (0717) 433506

E-mail: [email protected]

Abstract

Vocational education is part of a higher education which is directed to develop special expertise or skills in particular programs. The level of this education comprises of a one-year diploma program, a two-year diploma program, a three-year and a four-year diploma program which the least mentioned is equivalent to a bachelor program. Currently, demand for graduate students from vocational education is high due to the continuous growth of business and industry that calls for resources equipped with special skills that have ability to work based on standard applied within industries. The government of Bangka Belitung is thus trying to fulfill this necessity. At this moment, the government of Bangka Belitung re-quires trained resources that are able to work in various fields in order to support the massive develop-ment undertaken in this province. Currently, there are several vocational educations in this province which mainly focusing on three fields: Information and Communication Technology (ICT), manufacture technology and health. These three fields are in line with the focus of acceleration of growth in this prov-ince. Since there are several vocational industries in Bangka Belitung, this research provides information on criteria required to select relevant vocational industries based on special requirements. The criteria are developed in a form of hierarchy which is developed based on a method called Analytic Hierarchy Process (AHP) and Expert Choice 2000 as a tool to electronically manage data. Based on the result of the research, Polman Timah is selected as a vocational education with the highest weight that scores for about 30.2% in compared to other vocational educations such as STMIK Atma Luhur, Akbid Babel and Akper Pangkalpinang. This research shows that the most significant criterion to select a vocational edu-cation is cooperation that counts for about 33.6% in weight.

Abstrak

Pendidikan vokasi adalah pendidikan tinggi yang diarahkan pada penguasaan keahlian terapan tertentu, yang mencakup program pendidikan diploma 1, diploma 2, diploma 3, da diploma 4, maksimal setara dengan program pendidikan sarjana. Berkembangnya dunia usaha dan industri yang membutuh-kan sumber daya manusia yang mampu bekerja dengan skil berdasarkan standar dan kebutuhan industri. Kebutuhan inilah yang dipenuhi oleh pendidikan vokasi. Bangka Belitung yang saat ini sedang berkem-bang pesat pembangunannya, sangat membutuhkan banyak tenaga dengan skill yang siap bekerja di berbagai bidang industry. Saat ini ada beberapa perguruan tinggi vokasi yang berdiri di Bangka Beli-tung. Perguruan tinggi vokasi yang ada saat ini umumnya adalah perguruan tinggi yang berfokus pada bidang teknologi informasi, teknologi manufaktur, dan bidang kesehatan. Hal ini sesuai dengan per-cepatan perkembangan provinsi. Penelitian ini memberikan informasi kriteria –kriteria apa saja yang perlu diperhatikan dalam memilih perguruan tinggi vokasi di Bangka Belitung. Metode yang digunaka-kan untuk membangun hirarki adalah Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Expert Choice 2000 se-bagai tools pengolah data secara elektronik. Hasil pengolahan data dengan AHP dan Expert Choice 2000 menghasilkan Polman Timah sebagai perguruan tinggi vokasi yang paling tinggi bobotnya yaitu mencapai 30,2% dibandingkan dengan STMIK Atma Luhur, Akbid Babel, dan Akper Pangkalpinang. Sedangkan kriteria yang paling penting dalam memilih perguruan tinggi vokasi adalah kriteria kerja sama dengan bobot 33,6%. Kata kunci: pendidikan vokasi, perguruan tinggi penyelenggara vokasi, Analytic Hierarchy Process (AHP), Expert Choice 2000.

Page 2: SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK …si.its.ac.id/data/sisfo_data/files/6_vol4no3.pdf · mampu menanggapi tantangan ... teknologi informasi oleh Moedjiono dan Hadi Santoso dengan judul

Jurnal Sistem Informasi, Volume 4, Nomor 3, September 2012, hlm 189-200

190

1. PENDAHULUAN

Menurut Prof., Dr., Ir., H. Moch. Munir, MS sebagai Direktur Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya menjelaskan dalam tulisannya yang berjudul “Visi, Misi dan Tujuan Program Pen-didikan Vokasi Universitas Brawijaya Malang”, mengatakan bahwa pendidkan vokasi adalah pendidikan yang menitikberatkan pada pen-guasaan keahlian terapan tertentu yang aturan penyelenggaraannya dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah (RPP) Maret 2004. Saat ini istilah pendidikan vokasi semakin ser-ing terdengar. Walaupun demikian bagi sebagi-an masyarakat Indonesia masih asing dengan istilah vokasi. Bahkan istilah itu belum tercan-tum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka 1998). Kata vokasi kemudian kemudian sering dikaitkan dengan kata pen-didikan, sehingga muncul istilah pendidikan vokasi. Secara umum pendidikan vokasi adalah pendidikan tinggi yang diarahkan pada penguasaan keahlian terapan tertentu, yang mencakup program pendidikan diploma 1, diploma 2, diploma 3, da diploma 4, maksimal setara dengan program pendidikan sarjana. Lulusan pendidikan vokasi akan mendapatkan gelar vokasi. Pendidikan vokasi yang dikem-bangkan berdasarkan standar kompetensi na-sional dan/atau internasional. Pendidikan vokasi tertuang dan dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah (RPP) Maret 2004 merupakan:

a. Merupakan pendidikan tinggi maksimal setara dengan program sarjana yang ber-fungsi mengembangkan peserta didik agar memiliki pekerjaan keahlian terapan ter-tentu melalui program diploma dalam rangka mencapai tujuan pendidikan na-sional (Pasal 21).

b. Merupakan pendidikan yang mengarahkan mahasiswa untuk mengembangkan keahl-ian terapan, beradaptasi pada bidang pekerjaann tertentu dan dapat menciptakan peluang kerja (Pasal 22 Ayat [1]).

c. Menganut sistem terbuka (multi-entry-exit system) dan multimakna (berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pemben-tukan watak, dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup life skill (Pasal 22 Ayat [2]).

d. Pendidikan vokasi berorientasi pada ke-cakapan kerja sesuai dengan perkem-bangan ilmu pengetahuan dan teknologi te-rapan serta sesuai dengan tuntutan kebu-tuhan lapangan kerja (Pasal 22 Ayat [3]).

e. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan keahlian terapan yang diselenggarakan di perguruan tinggi berbentuk akademi,

politeknik, sekolah tinggi, institut dan uni-versitas (Pasal 23 Ayat [1]).

f. Kurikulum pendidikan vokasi merupakan rencana dan pengaturan pendidikan yang terdiri atas standar kompetensi, standar materi, indikator pencapaian, strategi pengajaran, cara penilaian dan pedoman lainnya yang relevan untuk mencapai kompetensi pendidikan vokasi (Pasal 27 Ayat [3]).

g. Pendanaan pendidikan vokasi menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dunia ker-ja (dunia usaha/industri), dan masyarakat (Pasal 38 Ayat [1]).

h. Peran serta masyarakat dalam pendidikan vokasi meliputi peran serta perorangan, ke-lompok, keluarga, organisasi profesi, pen-gusaha, dan organisasi kemasyarakatan (Pasal 39 Ayat [1]).

i. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan vokasi dapat menjamin kerja sama dengan lembaga-lembaga lain baik di dalam mau-pun di luar negeri (Pasal 40 Ayat [1]).

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa, pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan pro-gram sarjana. Jadi inti pendidikan vokasi adalah agar peserta didik dapat bekerja dengan keahl-ian terapan tertentu. Sedangkan perguruan ting-gi sebagai penyelenggara pendidikan adalah perguruan tinggi berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas dapat menyelenggarakan program akademik, profesi dan/atau vokasi. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan vokasi dapat menjamin kerja sama dengan lembaga-lembaga lain baik di dalam maupun di luar negeri. Jaminan kerja sama dengan lembaga-lembaga lain inilah yang menjadi salah satu daya tarik pendidikan vokasi. Penguasaan ter-hadap suatu bidang ilmu yang berupa ilmu tera-pan dapat langsung diimplementasikan dalam dunia usaha. Sehingga tingkat pengangguran terdidik dapat ditekan jumlahnya. Apa yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tersebut memberikan wawasan dan keyakinan pendidikan tinggi harus dikem-bangkan ke arah suatu sistem demi kepentingan nasional, dan hal ini mendorong Ditjen Dikti Depdiknas merumuskan serangkaian kebijakan pengembangan pendidikan tinggi. Untuk itu disusunlah Kerangka Pengembangan Pendidi-kan Tinggi Jangka Panjang (KPPTJP IV 2003-2010) yang selanjutnya disempurnakan menjadi

Page 3: SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK …si.its.ac.id/data/sisfo_data/files/6_vol4no3.pdf · mampu menanggapi tantangan ... teknologi informasi oleh Moedjiono dan Hadi Santoso dengan judul

Magdalena, H., Sistem Pendukung Keputusan untuk Pemilihan Perguruan Tinggi Penyelenggara..

191

HELTS (higher education long term strategy), yang isinya berupa suatu rencana strategis pengembangan jangka panjang dengan tujuan menempatkan sistem pendidikan tinggi nasion-al, dengan segala keterbatasan yang ada pada kedudukan paling baik di masa depan agar mampu menanggapi tantangan yang dihadapi secara efektif. HELTS merumuskan tiga strategi utama pengembangan pendidikan tinggi, yaitu daya saing bangsa (nation’s competitiveness), otonomi dan desentralisasi (autonomy), dan kesehatan organisasi (organizational health). Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menentukan kriteria-kriteria yang dapat digunakan untuk memilih perguruan tinggi penyelenggara pendidikan vokasi khusus di Bangka Belitung, membuat diagram hirarki ber-dasarkan metode Analytical Hierarchy Process, mengolah data hasil responden ahli dengan perangkat lunak Expert Choice 2000.

Tujuan penelitian ini antara lain untuk mem-berikan informasi kepada masyarakat Bangka – Belitung khususnya yang tertarik untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi vokasi tentang kriteria – kriteria apa saja yang perlu diperhatikan saat memilih sebuah perguruan tinggi penyedia pendidikan vokasi. Serta menampilkan hasil berupa persentase per-ingkat dari beberapa perguruan tinggi penyedia pendidikan vokasi yang ada di Bangka Belitung dan menyediakan hirarki yang disusun dengan teknik pengambilan keputusan AHP. Hirarki tersebut memberikan kriteria – kriteria apa saja yang penting untuk diperhatikan berikut dengan persentase tingkat kepentingannya, saat hendak memilih perguruan tinggi vokasi di Bangka Be-litung

Penelitian ini bermanfaat pada institusi pendidi-kan yang menyelenggarakan pendidikan vokasi, agar lebih meningkatkan kualitas pendidikan sesuai amanat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Bagi masyarakat, agar dapat lebih meningkatkan peran sertanya untuk mensukseskan pendidikan vokasi di Bangka Belitung. Dari segi akademis, penelitian ini memberikan masukan dan informasi tambahan tentang pentingnya memilih sebuah perguruan tinggi berdasarkan kriteria – kriteria yang tepat dan terukur. Dengan adanya SPK untuk mem-ilih perguruan tinggi penyelenggaran pendidi-kan vokasi akan mempermudah pemilihan perguruan tinggi yang tepat sesuai kebutuhan masyarakat Bangka Belitung yang saat ini se-dang berkembang pesat.

Penelitian sejenis yang juga menggunakan AHP sebagai metodologi penelitian dilakukan oleh

Oyku Alanbay dari Istanbul Bilgi University yang meneliti membandingkan software ERP menggunakan AHP dan Expert Choice. Penelitian untuk membandingkan AHP dan ANP juga dilakukan oleh Thomas, L. Saaty sebagai orang yang mencetuskan ide AHP. Penelitian Saaty itu dipublikasi di Kobe Jepang pada tahun 1999 dengan judul Fundamentals Of The Analytic Network Process Dependence And Feedback In Decision-Making With A Single Network. Penelitian sejenis yang menggunakan AHP dan Expert Choice 2000 sebagai metod-ologi penelitian juga pernah dilakukan oleh Moedjiono dan Hilyah Magdalena pada penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pendidikan kejuruan telah diseminarkan pada Seminar Multi Disiplin Ilmu (SENMI) 2011, Universitas Budi Luhur, dengan judul makalah “Sistem Pendukung Keputusan Dalam Menen-tukan Smk Berprogram Studi Teknologi Infor-masi Favorit Di Pangkalpinang”. Dalam semi-nar yang sama yaitu SENMI 2011 di Univ. Budi Luhur, juga dipublikasikan penelitian yang membahas tentang pendidikan kejuruan bidang teknologi informasi oleh Moedjiono dan Hadi Santoso dengan judul makalah “Sistem Pen-dukung Keputusan Dalam Menentukan Penguji Eksternal Smk Berprogram Studi Teknologi Informasi Di Pangkalpinang”. Selain itu penelitian-penelitian yang membahas tentang perkembangan pendidikan vokasi telah dilakukan oleh Kartini dalam Seminar Inter-nasional Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia, Iwa Kuntadi dalam Jurnal PTM Volume 5, No.2. Desember 2005, Agus Murnomo dalam Lembaran Ilmu Kependidikan April 2010, Sutama dalam Sosh-um Jurnal Sosial dan Humaniora Vol 2. No.1, dan Tampang dalam Seminar Internasional Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia. 2. METODOLOGI

Metodologi yang digunakan untuk melakukan penelitian ini meliputi sistem pendukung kepu-tusan, pendidikan vokasi, dan Analytic Hierar-chy Process dengan menggunakan bantuan perangkat lunak yaitu Expert Tools 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan (SPK) atau dikenal dengan Decision Support System (DSS), pada tahun 1970-an sebagai pengganti istilah Management Information System (MIS). Tetapi pada dasarnya SPK merupakan pengembangan lebih lanjut dari MIS yang dirancang sedemikian rupa sehingga bersifat interaktif dengan pemakainya. Maksud dan tujuan dari adanya SPK, yaitu untuk mendukung pengambil

Page 4: SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK …si.its.ac.id/data/sisfo_data/files/6_vol4no3.pdf · mampu menanggapi tantangan ... teknologi informasi oleh Moedjiono dan Hadi Santoso dengan judul

Jurnal Sistem Informasi, Volume 4, Nomor 3, September 2012, hlm 189-200

192

keputusan memilih alternatif keputusan yang merupakan hasil pengolahan informasi-informasi yang diperoleh/tersedia dengan menggunakan model-model pengambil kepu-tusan serta untuk menyelesaikan masalah-masalah bersifat terstruktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur. Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis pada suatu masalah, pengumpulan fakta dan informasi, penentuan yang baik untuk alternatif yang dihadapi, dan pengambilan tindakan yang menurut analisis. Untuk kepentingan itu, seba-gian besar pembuat keputusan dengan memper-timbangkan rasio manfaat/biaya, dihadapkan pada suatu keharusan untuk mengandalkan sis-tem yang mampu memecahkan suatu masalah secara efisien dan efektif, yangkemudian dise-but dengan Sistem Pendukung Keputusan (SPK).Tujuan pembentukan SPK yang efektif adalah memanfaatkan keunggulan kedua unsur, yaitu manusia dan perangkat elektronik. Teori dasar tentang SPK tertuang pada buku karya Efrain Turban yang berjudul Decision Support System and Intelligent System, Fifth Edition, Prentice Hall International, Inev. New Jersey. Ada beberapa tujuan SPK yaitu, membantu menyelesaikan masalah semi terstruktur, mendukung manajer dalam mengambil keputusan, dan meningkatkan efektifitas bukan efisiensi pengambilan keputusan. Dalam pemrosesannya, SPK dapat menggunakan bantuan dari sistem lain seperti Artificial Intelligence, Expert Systems, Fuzzy Logic, dan lain-lain.

2.2 Pendidikan Vokasi Keberadaan Kerangka Kualifikasi Nasional In-donesia (KKNI) dan RUU Perguruan Tinggi (PT) kian memberikan angin segar bagi pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia. hadirnya KKNI dan RUU PT membuat pendidi-kan vokasi semakin diakui dan sejajar dengan pendidikan akademik serta profesi. Dengan adanya RUU PT, nantinya pendidikan vokasi atau politeknik di Indonesia diberi peluang un-tuk membuka layanan pendidikan pada jenjang master dan doktor terapan. Selama ini, politeknik menawarkan pendidikan vokasi hingga jenjang diploma empat (D-4) atau sarja-na sains terapan yang sama dengan S-1 pendidi-kan tinggi akademik. Sementara itu, KKNI di-harapkan dapat menjadi jembatan antara sektor pendidikan dan pelatihan untuk membentuk SDM nasional berkualitas dan bersertifikat me-lalui skema pendidikan formal, nonformal, in-formal, pelatihan kerja atau pengalaman kerja. Dalam kaitannya dengan pendidikan vokasi di perguruan tinggi, terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan dan difahami secara serius adalah sebagai berikut:

a. Kurikulum pendidikan vokasi harus ber-basis kompetensi. KBK sesuai dengan pendidikan vokasi memang berkaitan dengan program studi yang lebih menekankan aspek skill (keterampilan) dan penguasaan teknologi. KBK menekankan aspek penguasaan secara komprehensif pada sebuah program studi sehingga relevan dengan kebutuhan masyarakat.

b. Pendidikan vokasi harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pasar dan ber-basis potensi daerah. Problem ini merupa-kan hubungan antara pendidikan dan dunia kerja. Fenomena ini juga merupakan out-put dunia pendidikan yang tidak bisa me-menuhi kualifikasi dunia kerja. Komersial-isasi pendidikan menjadikan pasar tenaga kerja tidak diisi lulusan yang berkualitas.

c. Pendidikan vokasi harus melibatkan dunia industri. Pendidikan vokasi tidak akan ber-hasil kalau tidak melibatkan industri yang ada di suatu wilayah. Kerja sama antara in-stitusi pendidikan dan industri sangat menentukan keberhasilan pendidikan vokasional. Selain itu pemerintah daerah dan pusat serta organisasi profesi harus membantu standar-standar keahlian yang dibutuhkan dunia industri. Jadi keterli-batan dunia industri dalam pendidikan vokasi terutama dalam memberikan ma-sukan (feed back) terhadap kompetensi dan standardisasi kemampuan seorang maha-siswa lulusan pendidikan vokasi sangatlah diharapkan.

PangkalPinang sebagai ibukota Provinsi Bangka Belitung dideklarasikan menjadi kota berbasis kewirausahaan dan teknologi (vokasi) dengan membangun pendidikan berbasis kejuruan (SMK). "Perbandingan yang ideal untuk sebuah kota vokasi adalah 60 persen sekolah kejuruan dan 40 persen sekolah menengah umum. Pangkal Pinang cukup memungkinkan dengan terus mendorong siswa masuk lembaga pen-didikan kejuruan," Wali Kota Pangkal Pinang, Zulkarnain Karim, di Pangkalpinang, Bangka Belitung (Babel), Selasa (22/6/2010). Pendeklarasian Pangkal Pinang sebagai kota pendidikan vokasi tersebut dilakukan seiring dengan acara parade 1.660 laptop yang diikuti ribuan siswa di Pangkal Pinang. Sebanyak 19 kota yang menjadi anggota Citynet Indonesia juga mengadakan pertemuan di Pangkal Pinang untuk membahas berbagai persoalan tentang pembangunan di berbagai bidang dan mencari solusinya. Menurut Zulkarnaen Karim, Pangkal

Page 5: SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK …si.its.ac.id/data/sisfo_data/files/6_vol4no3.pdf · mampu menanggapi tantangan ... teknologi informasi oleh Moedjiono dan Hadi Santoso dengan judul

Magdalena, H., Sistem Pendukung Keputusan untuk Pemilihan Perguruan Tinggi Penyelenggara..

193

Pinang bertekad mewujudkan wajib belajar (wajar) 15 tahun karena wajar 12 tahun sudah berhasil tercapai. Ia mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Pangkal Pinang berusaha keras untuk mewujudkan wajar 15 tahun tersebut dengan mengalokasikan anggaran pendidikan di atas 20 persen dalam ABPD. "Kami juga akan memberikan subsidi bagi ratusan siswa yang akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan anggaran," katanya. Ia menjelaskan, kota vokasi adalah suatu daerah yang memiliki kemampuan besar untuk menjadi pusat pembelajaran kejuruan, penyedia tenaga kerja berkualitas, dan pusat produksi barang dan jasa.Ia mengatakan, penetapan Pangkal Pinang sebagai kota vokasi sejalan dengan tekad pemerintah mewujudkan Pangkal Pinang se-bagai kota jasa dan perdagangan pada 2013. "Tamatan SMK memiliki keterampilan sehingga lebih bisa bersaing dalam dunia kerja nantinya," ujarnya.

Menurut Ny. Kartini dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh dalam makalahnya yang berjudul Pendidikan Berkelanjutan (Continuing Education) Dalam Bidang Vokasi yang dipub-likasikan pada Seminar Internasional, ISSN 1907-2066, mengatakan bahwa Pendidikan vokasi dari berbagai jenis dan tingkat, bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kerja yang di-harapkan dapat memenuhi kebutuhan lapangan kerja. Sejalan dengan perkembangan pem-bangunan di Indonesia maka kebutuhan akan tenaga kerja semakin meningkat. Pada umumnya para pemakai tenaga kerja membu-tuhkan calon tenaga kerja yang siap pakai atau setidak-tidaknya yang hanya memerlukan waktu yang singkat untuk mencapai keahlian yang dibutuhkan. Sehubungan dengan hal tersebut maka pendidikan vokasi perlu menyiapkan pro-gram pendidikan yang relevan dengan kebu-tuhan lapangan kerja. Hal tersebut ternyata be-lum banyak dapat dicapai elama ini disebabkan masih banyak lulusan pendidikan vokasi men-galami kesulitan mendapatkan pekerjaan kare-na: jumlah dan jenis lulusan kurang sesuai dengan jumlah dan jenis lapangan kerja yang tersedia; kemampuan yang diperoleh lulusan kurang sesuai dengan kemampuan yang diper-lukan oleh dunia kerja, terutama dalam pen-guasaan teknologi. Permasalahan tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di negara lain. Perkem-bangan teknologi yang berlangsung cepat me-nyebabkan beberapa teknologi baru menjadi usang sebelum sampai di pasaran. Dengan demikian pihak dunia usaha mengalami kesu-litan memproyeksikan kebutuhannya. Di pihak

lain pendidikan vokasi harus memiliki fleksi-bilitas untuk bereaksi cepat terhadap kebutuhan perusahaan. Kondisi ini menunjukkan bahwa kesenjangan antara pemakai dunia tenaga kerja terjadi, karena ketidakmampuan dunia pendidi-kan mengadakan penyesuaian secepatnya dengan perubahan yang begitu cepat dan terus menerus di dunia usaha. 2.3 Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada ta-hun 70 – an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor – faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP meng-gabungkan penilaian – penilaian dan nilai – nilai pribadi ke dalam satu cara yang logis. Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat me-nyelesaikan masalah multikriteria yang kom-pleks menjadi suatu hirarki. Masalah yang kompleks dapat di artikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak (multikrite-ria), struktur masalah yang belum jelas, ketid-akpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia. Menurut Saaty (1999), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level di-mana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas per-soalan dengan menyederhanakan dan memper-cepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian – bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai nu-merik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif se-

Page 6: SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK …si.its.ac.id/data/sisfo_data/files/6_vol4no3.pdf · mampu menanggapi tantangan ... teknologi informasi oleh Moedjiono dan Hadi Santoso dengan judul

Jurnal Sistem Informasi, Volume 4, Nomor 3, September 2012, hlm 189-200

194

bagaimana yang dipersentasikan pada pertim-bangan yang telah dibuat. Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari:

a. Reciprocal Comparison, yang mengan-dung arti si pengambil keputusan harus bisa membuat perbandingan dan menya-takan preferensinya. Preferensinya itu sendiri harus memenuhi syarat resiprokal yaitu kalau A lebih disukai dari B dengan skala x, maka B lebih disukai dari A dengan skala. Untuk kegiatan pem-bandingan antar sepasang objek, metode AHP memberikan sebuah standar nilai pembandingan antar dua objek sebagai berikut:

b. Homogenity, yang mengandung arti pref-erensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan sa-tu sama lain. Kalau aksioma ini tidak dapat dipenuhi maka elemen-elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogenous dan harus dibentuk suatu’cluster’ (ke-lompok elemen-elemen) yang baru.

c. Independence, yang berarti preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif secara keseluruhan. Ini menunjukkan bah-wa pola ketergantungan atau pengaruh da-lam model AHP adalah searah keatas, Artinya perbandingan antara elemen-elemen dalam satu level dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen dalam lev-el di atasnya.

d. Expectations, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka si pengambil kepu-tusan tidak memakai seluruh kriteria dan atau objektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.

Tabel 1 Nilai Perbandingan Pembanding Nilai

Sangat diutamakan 9 Lebih diutamakan menuju sangat diutamakan

8

Lebih diutamakan 7 Diutamakan menuju lebih diuta-makan

6

Diutamakan 5 Cukup diutamakan menuju diuta-makan

4

Cukup diutamakan 3 Setara menuju cukup diutamakan 2 Setara 1

Tahapan-tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya adalah sebagai berikut:

a. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternatif - alternatif pilihan yang ingin di rangking.

c. Membentuk matriks perbandingan ber-pasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen ter-hadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatas. Perbandingan dil-akukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat-tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

d. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

e. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diu-langi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.

f. Mengulangi langkah, c, d, dan e untuk se-luruh tingkat hirarki.

g. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap ele-men. Langkah ini untuk mensintetis pili-han dalam penentuan prioritas elemen pa-da tingkat hirarki terendah sampai pen-capaian tujuan.

h. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0,100 maka penilaian harus diulangi kembali.

2.4 Expert Choice 2000 sebagai tools Sebuah perangkat lunak yang mendukung col-laborative decision dan sistem perangkat keras yang memfasilitasi grup membuat keputusan yang lebih efisien, analitis, dan yang dapat dibenarkan. Memungkinkan interaksi real-time dari tim manajemen untuk mencapai consensus on decisions. Metode yang digunakan pada pro-gram Expert Choice adalah Analytic Hierarchy Process (AHP). Struktur untuk seluruh proses pengambilan keputusan. Sebuah tool yang memfasilitasi kerjasama antara beberapa pihak yang berkepentingan. Berdasarkan jenis informasi yang dikelola, jenis penelitian ini adalah Penelitian Kuantitatif, ka-rena peneliti melakukan pengujian dari hipotesa dengan teknik-teknik statistik. Data statistik

Page 7: SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK …si.its.ac.id/data/sisfo_data/files/6_vol4no3.pdf · mampu menanggapi tantangan ... teknologi informasi oleh Moedjiono dan Hadi Santoso dengan judul

Magdalena, H., Sistem Pendukung Keputusan untuk Pemilihan Perguruan Tinggi Penyelenggara..

195

tersebut didapatkan dari kuisioner dengan menggunakan metode pendekatan Analitical Hierarchy Process (AHP) dan kemudian diuji dengan menggunakan tool atau software Expert Choice 2000. 2.5 Pemilihan Sampel

Dalam pemilihan sampel, peneliti mengambil data dari populasi yang terbatas dengan pertim-bang tertentu. Responden yang diambil dalam pemilihan sampel ini adalah responden ahli yang berasal dari para pengelola perguruan tinggi penyelenggara pendidikan vokasi di Bangka Belitung, serta beberapa masyarakat yang menjadi pemakai perguruan tinggi vokasi. Pemilihan responden dilakukan berdasarkan ketentuan bahwa responden yang dipilih adalah responden ahli. Yang dimaksud dengan re-sponden ahli adalah orang-orang yang men-guasai materi penelitian. 2.6 Variabel Yang Diamati Rincian sub kriteria dalam SPK untuk Pemili-han Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidi-kan Vokasi di Bangka Belitung disusun sebagai berikut : a. Akademik, (1) Akreditasi, (2) Kurikulum,

(a) Standar Kompetensi (b) Standar Materi, (c) Indikator Pencapaian, (d) Strategi Penga-jaran, (e) Cara Penilaian, (3) Fasilitas Pendi-dikan, (4) 30% Teori dan 70% Praktek, (5) Materi Praktek Sesuai Kebutuhan Industri, (6) Bahan Praktek Sesuai Standar Industri, (7) Kualitas Dosen, (8) Beasiswa.

b. Kualitas Lulusan, (1) Waktu Tunggu Sing-kat, (2) Peluang Kerja Besar, (3) Kemam-puan Wirausaha, (4) Bersertifikat Kualifi-kasi, (5) Employability, (6) Pengembangan Soft Skill, (7) Sesuai Dengan Tren Industri.

c. Kerja Sama, (1) Kerja Sama Industri, (2) Kerja Sama Dengan Perguruan Tinggi Lain, (3) Kerja Sama Internasional.

d. Pendanaan, (1) Pemerintah, (2) Pemerintah Daerah, (3) Dunia Industri dan Usaha, (4) Masyarakat.

e. Peran Serta Masyarakat, (1) Perorangan, (2) Kelompok, (3) Organisasi Profesi, (4) Pen-gusaha, (5) Organisasi Kemasyarakat.

3. HASIL dan PEMBAHASAN

Teknik analisis data menghasilkan hirarki yang diperoleh berdasarkan tahap – tahapan di AHP, seperti yang tertera pada Gambar 1. Pada terse-but jelas menggambarkan komposisi bertingkat mulai dari tujuan, kriteria level 1 dan kriteria

level 2, serta adanya beberapa alternative yang akan dipilih berdasarkan kriteria – kriteria yang telah disusun. Langkah selanjutnya yang dilakukan dalam An-alytic Hierarchy Process adalah melakukan perbandingan berpasangan (pairwise compari-son) terhadap kriteria (level 2) yang telah ditetapkan sebelumnya. Data-data yang diambil dari proses kuesioner terhadap 4 responden yang dipilih dengan teknik sampling jenuh akan dimasukkan ke dalam software Expert Choice 2000 untuk dilakukan proses per-bandingan tersebut. Metode yang digunakan pada program Expert Choice2000 adalah Ana-lytic Hierarchy Process (AHP). Expert Choice 2000 menyediakan struktur untuk seluruh pros-es pengambilan keputusan. Hasil perhitungan dengan geometric mean tiap responden, akhirn-ya akan digabungkan, dan nilai hasil peng-gabungan tersebut akan dihitung tingkat con-sistency ratio-nya (CR) menggunakan tool Ex-pert Choice 2000. Hasil penggabungan tersebut ditampilkan dalam bentuk persentase dapat ter-lihat di Gambar 2. Pada Gambar 2 terlihat bobot dari hasil pen-golahan data pada masing – masing kriteria dan alternative. Hal ini menunjukkan kriteria apa saja yang dianggap penting oleh para responden ahli dan alternatif apa yang kemudian terpilih sebagai alterntif dengan persentase tertinggi. Inconsistency ratio atau rasio inkonsistensi data responden merupakan parameter yang diguna-kan untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak. Rasio inkonsistensi data dianggap baik jika nilai CR ≤ 0.1, seperti pada tabel 2. Dapat disimpulkan bahwa perbandingan ber-pasangan yang diberikan responden ahli mem-iliki nilai rasio inkonsistensi yang lebih kecil dari 0,1 sebagai batas maksimum nilai rasio inkonsistensi. Gambar 3 menunjukkan bobot masing-masing kriteria Sistem Pendukung Ke-putusan untuk Pemilihan Perguruan Tinggi Pe-nyeleng-gara Pendidikan Tinggi Vokasi di Bangka Belitung. Hasil dari Incossistency Ratio pada Kriteria Utama seperti tertera pada gambar 3. Pada Gambar 3 terlihat bahwa Kriteria Kerja Sama adalah kriteria level 1 yang paling tinggi bobotnya mencapai 33,6%. Hasil dari Incon-sistency Ratio pada Kriteria Akademik seperti tertera pada Gambar 4.

Page 8: SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK …si.its.ac.id/data/sisfo_data/files/6_vol4no3.pdf · mampu menanggapi tantangan ... teknologi informasi oleh Moedjiono dan Hadi Santoso dengan judul

Jurnal Sistem Informasi, Volume 4, Nomor 3, September 2012, hlm 189-200

196

SPK Untuk Pemilihan Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi di Bangka Belitung

SPK Untuk Pemilihan Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi di Bangka Belitung

AkademikAkademik Kualitas LulusanKualitas Lulusan Kerja SamaKerja Sama PendanaanPendanaan Peran Serta Masyarakat

Peran Serta Masyarakat

AkreditasiAkreditasi

KurikulumKurikulum

Fasilitas PendidikanFasilitas

Pendidikan

30% Teori dan 70% Praktek

30% Teori dan 70% Praktek

Materi Praktek Sesuai

Kebutuhan Industri

Materi Praktek Sesuai

Kebutuhan Industri

Bahan Praktek Sesuai Standar

Industri

Bahan Praktek Sesuai Standar

Industri

Kualitas DosenKualitas Dosen

BeasiswaBeasiswa

Waktu Tunggu Singkat

Waktu Tunggu Singkat

Peluang Kerja Besar

Peluang Kerja Besar

Berkemampuan Wirausaha

Berkemampuan Wirausaha

Bersertifikat Kualifikasi

Bersertifikat Kualifikasi

EmployabilityEmployability

Pengembangan Soft Skill

Pengembangan Soft Skill

Sesuai Dengan Tren Industri

Sesuai Dengan Tren Industri

Kerja Sama Industri

Kerja Sama Industri

Kerja Sama Dengan PT LainKerja Sama

Dengan PT Lain

Kerja Sama InternasioanlKerja Sama Internasioanl

PemerintahPemerintah

Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah

Dunia Usaha Dunia IndustriDunia Usaha Dunia Industri

MasyarakatMasyarakat

PeroranganPerorangan

KelompokKelompok

KeluargaKeluarga

Organisasi Profesi

Organisasi Profesi

PengusahaPengusaha

Organisasi Kemasyarakatan

Organisasi Kemasyarakatan

Polman TimahPolman Timah STMIK Atma Luhur

STMIK Atma Luhur Akbid BabelAkbid Babel Akper

PangkalpinagAkper

Pangkalpinag

Gambar 1 Kerangka rancangan pemilihan alternatif

SPK Untuk Pemilihan Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi di Bangka Belitung

SPK Untuk Pemilihan Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi di Bangka Belitung

Akademik 0,177

Akademik 0,177

Kualitas Lulusan 0,265

Kualitas Lulusan 0,265

Kerja Sama 0,336

Kerja Sama 0,336

Pendanaan 0,121

Pendanaan 0,121

Peran Serta Masyarakat 0,101

Peran Serta Masyarakat 0,101

Akreditasi 0,086Akreditasi 0,086

Kurikulum 0,105Kurikulum 0,105

Fasilitas Pendidikan 0,139

Fasilitas Pendidikan 0,139

30% Teori dan 70% Praktek

0,203

30% Teori dan 70% Praktek

0,203

Materi Praktek Sesuai Kebutuhan

Industri 0,143

Materi Praktek Sesuai Kebutuhan

Industri 0,143

Bahan Praktek Sesuai Standar Industri 0,150

Bahan Praktek Sesuai Standar Industri 0,150

Kualitas Dosen 0,084

Kualitas Dosen 0,084

Beasiswa 0,089Beasiswa 0,089

Waktu Tunggu Singkat 0,119

Waktu Tunggu Singkat 0,119

Peluang Kerja Besar 0,172

Peluang Kerja Besar 0,172

Berkemampuan Wirausaha 0,110Berkemampuan Wirausaha 0,110

Bersertifikat Kualifikasi 0,061Bersertifikat

Kualifikasi 0,061

Employability 0,092

Employability 0,092

Pengembangan Soft Skill 0,167

Pengembangan Soft Skill 0,167

Sesuai Dengan Tren Industri

0,280

Sesuai Dengan Tren Industri

0,280

Kerja Sama Industri 0,545Kerja Sama

Industri 0,545

Kerja Sama Dengan PT Lain

0,276

Kerja Sama Dengan PT Lain

0,276

Kerja Sama Internasional

0,179

Kerja Sama Internasional

0,179

Pemerintah 0,162

Pemerintah 0,162

Pemerintah Daerah 0,404Pemerintah

Daerah 0,404

Dunia Usaha Dunia Industri

0,272

Dunia Usaha Dunia Industri

0,272

Masyarakat 0,162

Masyarakat 0,162

Perorangan 0,095

Perorangan 0,095

Kelompok 0,110

Kelompok 0,110

Keluarga 0,094

Keluarga 0,094

Organisasi Profesi 0,167Organisasi

Profesi 0,167

Pengusaha 0,322

Pengusaha 0,322

Organisasi Kemasyarakatan

0,212

Organisasi Kemasyarakatan

0,212

Polman Timah0,302

Polman Timah0,302

STMIK Atma Luhur0,283

STMIK Atma Luhur0,283

Akbid Babel0,230

Akbid Babel0,230

Akper Pangkalpinag0,185

Akper Pangkalpinag0,185

Gambar 2. Gambar Hirarki dan Solusi Yang Dihasilkan

Page 9: SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK …si.its.ac.id/data/sisfo_data/files/6_vol4no3.pdf · mampu menanggapi tantangan ... teknologi informasi oleh Moedjiono dan Hadi Santoso dengan judul

Magdalena, H., Sistem Pendukung Keputusan untuk Pemilihan Perguruan Tinggi Penyelenggara..

197

Tabel 2. Perbandingan elemen dan nilai CR No Matriks Perbandingan Elemen Nilai CR 1. Perbandingan elemen kriteria level

I berdasarkan sasaran SPK Untuk Pemilihan Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi di Bangka Belitung

0,02

2. Perbandingan elemen sub kriteria level II kriteria Akademik

0,02

3. Perbandingan elemen sub kriteria level II kriteria Kualitas Lulusan

0,04

4. Perbandingan elemen sub kriteria level II kriteria Kerja Sama

0,00

5. Perbandingan elemen sub kriteria level II kriteria Pendanaan

0,02

6. Perbandingan elemen sub kriteria level II kriteria Peran Serta Masyarakat

0,02

7. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Akademik sub kriteria Akreditasi

0,01

8. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Akademik sub kriteria Kurikulum

0,04

9. Perbandingan elemen alternatif level IV kriteria Akademik sub kriteria Kurikulum sub Kriteria Standar Kompetensi

0,01

10. Perbandingan elemen alternatif level IV kriteria Akademik sub kriteria Kurikulum sub Kriteria Standar Materi

0,00

11. Perbandingan elemen alternatif level IV kriteria Akademik sub kriteria Kurikulum sub Kriteria Indikator Pencapaian

0,00

12. Perbandingan elemen alternatif level IV kriteria Akademik sub kriteria Kurikulum sub Kriteria Strategi Pengajaran

0,00

13. Perbandingan elemen alternatif level IV kriteria Akademik sub kriteria Kurikulum sub Kriteria Cara Penilaian

0,01

14. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Akademik sub kriteria Fasilitas Pendidikan

0,01

15. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Akademik sub kriteria 30% Teori dan 70% Prak-tek

0,02

16. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Akademik sub kriteria Materi Praktek Sesuai Kebutuhan Industri

0,00

17. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Akademik sub kriteria Bahan Praktek Sesuai Standar Industri

0,00

18. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Akademik sub kriteria Kualitas Dosen

0,00

19. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Akademik sub kriteria Dosen

0,01

20. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Kualitas Lulusan

0,01

sub kriteria Waktu Tunggu Singkat 21. Perbandingan elemen alternatif

level III kriteria Kualitas Lulusan sub kriteria Peluang Kerja Besar

0,00

22. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Kualitas Lulusan sub kriteria Kemampuan Wirausaha

0,01

23. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Kualitas Lulusan sub kriteria Bersertifikat Kualifi-kasi

0,01

24. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Kualitas Lulusan sub kriteria Employability

0,00

25. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Kualitas Lulusan sub kriteria Pengembangan Soft Skill

0,01

26. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Kualitas Lulusan sub kriteria Sesuai Dengan Tren Industri

0,00

27. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Kerja Sama sub kriteria Kerja Sama Industri

0,01

28. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Kerja Sama sub kriteria Kerja Sama Dengan Perguruan Tinggi Lain

0,00

29. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Kerja Sama sub kriteria Kerja Sama Internasional

0,00

30. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Pendanaan sub kriteria Pemerintah

0,00

31. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Pendanaan sub kriteria Pemerintah Daerah

0,00

32. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Pendanaan sub kriteria Dunia Usaha dan Industri

0,00

33. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Pendanaan sub kriteria Masyarakat

0,00

34. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Peran Serta Ma-syarakat sub kriteria Perseorangan

0,00

35. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Peran Serta Ma-syarakat sub kriteria Kelompok

0,00

36. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Peran Serta Ma-syarakat sub kriteria Keluarga

0,00

37. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Peran Serta Ma-syarakat sub kriteria Organisasi Profesi

0,00

38. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Peran Serta Ma-syarakat sub kriteria Pengusaha

0,00

39. Perbandingan elemen alternatif level III kriteria Peran Serta Ma-syarakat sub kriteria Organisasi Kemasyarakatan

0,01

Page 10: SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK …si.its.ac.id/data/sisfo_data/files/6_vol4no3.pdf · mampu menanggapi tantangan ... teknologi informasi oleh Moedjiono dan Hadi Santoso dengan judul

Jurnal Sistem Informasi, Volume 4, Nomor 3, September 2012, hlm 189-200

198

Gambar 3 Kriteria Level Utama beserta nilai bobotnya

Gambar 4 Sub Kriteria dari Kriteria Akademik Beserta Nilai Bobotnya

Gambar 5 Sub Kriteria dari Kriteria Kualitas Lulusan Beserta Nilai Bobotnya

Gambar 6 Sub Kriteria dari Kriteria Kerja Sama Beserta Nilai Bobotnya

Gambar 7 Sub Kriteria dari Kriteria Pendanaan Berserta Nilai Bobotnya

Gambar 8 Sub Kriteria dari Kriteria Peran Serta Masyarakat Berserta Nilai Bobotnya

Page 11: SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK …si.its.ac.id/data/sisfo_data/files/6_vol4no3.pdf · mampu menanggapi tantangan ... teknologi informasi oleh Moedjiono dan Hadi Santoso dengan judul

Magdalena, H., Sistem Pendukung Keputusan untuk Pemilihan Perguruan Tinggi Penyelenggara..

199

Gambar 9 Synthesis With Eespect To Goal Berserta Nilai Bobotnya

Pada Gambar 4 terlihat bahwa Sub Kriteria Akademik yang paling tinggi adalah 30% Teori dan 70% Praktek dengan bobot mencapai 20.3%. Hasil dari Inconsistency Ratio pada Kriteria Kualitas Lulusan seperti tertera pada Gambar 5. Pada Gambar 5 terlihat bahwa Sub Kriteria Kualitas Lulusan yang paling tinggi adalah Sub Kriteria Sesuai Dengan Tren Indus-tri dengan bobot mencapai 28%. Hasil dari In-consistency Ratio pada Kriteria Kerja Sama seperti tertera pada Gambar 6. Pada Gambar 6 terlihat bahwa Sub Kriteria Kerja Sama yang paling tinggi adalah Sub Kriteria Kerja Sama Industri dengan bobot mencapai 54,5%. Hasil dari Inconsistency Ratio pada Kriteria Penda-naan seperti tertera pada Gambar 7. Pada Gam-bar 7 terlihat bahwa Sub Kriteria Pendanaan yang paling tinggi adalah Sub Kriteria Pemerintah Daerah dengan bobot mencapai 40,4%. Hasil dari Inconsistency Ratio pada Kriteria Peran Serta Masyarakat seperti tertera pada Gambar 8. Pada Gambar 8 terlihat bahwa Sub Kriteria Peran Serta Masyarakat yang paling tinggi adalah Sub Kriteria Pengusaha dengan bobot mencapai 32,2%. Gambar 9 menyajikan alternatif apa yang terpilih sebagai perguruan tinggi penyelenggara pendidikan vokasi yang paling favorit di Bangka Belitung menurut para responden ahli adalah Polman Timah dengan bobot mencapai 30,2%. Gambar 10 adalah grafik yang menampilkan keseluruhan proses penilaian kinerja masing-masing alternatif dengan bobot dalam presentase untuk kriteria level utama. Pada Gambar 11 adalah grafik hasil pengolahan data Expert Choice yang disebut Dynamic Senti-tivity for nodes below. Dalam grafik jenis ini persentase dari kriteria – kriteria level satu dan persentase alternatif yang tersedia tampil ber-sisian. Bentuk grafik ini memudahkan pengama-tan hasil pengolahan data. Gambar 11 menam-pilkan bentuk lain dari tampilan gambar 10. Pada gambar 11 tertera persentase kriteria level 1 dan alternatif yang tersedia beserta besaran bobotnya. Tampilan seperti ini memudahkan para pengambil keputusan untuk memahami kisaran kriteria apa saja yang harus diutamakan saat hendak mengambil keputusan yang berkai-

tan dengan memilih perguruan tinggi penye-lenggara pendidikan vokasi di Bangka Belitung.

Gambar 10. Grafik Performance Sensitivity

Gambar 11. Grafik Dynamic Sentitivity

4. SIMPULAN dan SARAN

Mempersiapkan sumber daya manusia yang berkompetensi sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja di dunia usaha dan industri adalah sebuah tantangan besar dalam pendidikan tinggi kita saat ini. Salah satu terobosan yang cukup baik adalah menyediakan model pendidikan vokasi yang lebih menitikberatkan pada pen-guasaan skil sesuai kebutuhan dan standar in-dustri. Pemerintah Provinsi Bangka Belitung mendukung penyelenggaraan pendidikan vokasi yang ditandai dengan berkembang pesatnya sekolah menengah kejuruan di Pangkalpinang dan kota – kota lainnya. Sebagai kelanjutan dari sekolah menengah kejuruan itu maka kebutuhan akan pendidikan tinggi yang mendukung pen-didikan vokasi sangat dibutuhkan. Kehadiran beberapa perguruan tinggi vokasi di Bangka Belitung membuat persoalan memilih perguruan tinggi yang paling baik dan favorit menjadi su-lit. Untuk mendapatkan teknik memilih yang baik maka penelitian ini menyediakan sebuah hirarki yang disusun berdasarkan metode Ana-

Page 12: SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK …si.its.ac.id/data/sisfo_data/files/6_vol4no3.pdf · mampu menanggapi tantangan ... teknologi informasi oleh Moedjiono dan Hadi Santoso dengan judul

Jurnal Sistem Informasi, Volume 4, Nomor 3, September 2012, hlm 189-200

200

lytic Hierarchy Process (AHP). Berdasarkan teknik AHP itu kemudian terbentuk hirarki dengan lima kriteria level pertama, 28 kriteria level dua, lima kriteria level tiga, dan empat alternatif pilihan perguruan tinggi vokasi. Hasil pengolahan data dari responden ahli yang diolah dengan perangkat lunak Expert Choice 2000 telah memberikan hasil bahwa perguruan tinggi vokasi yang paling diminati adalah Politekik Manufaktur (Polman) Timah dengan bobot mencapai 30,2%, peringkat kedua adalah STMIK Atma Luhur dengan bobot mencapai 28,3%, peringkat ketiga adalah Akbid Babel 23%, dan Akper Pangkalpinang 18,5%. Dengan hasil itu juga tampak bahwa kriteria yang paling penting dalam memilih perguruan tinggi vokasi adalah faktor kerja sama dengan bobot 33,6%. 5. DAFTAR RUJUKAN Alanbay, Oyku, 2005. ERP Selection Using

Expert Choice Software, Available at: http://www.isahp.org/2005Proceedings/Papers/AlanbayO_ERPSelection.pdf, [Ac-cessed 18 Juni 2010]

Brodjonegoro, SS, 2004, Kebijakan Jangka Panjang Pendidikan Tinggi 2003 – 2010 Meningkatkan peran serta masyarakat, De-partemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi – 2004

Djatmiko, W Istanto, 2010, Pendidikan Vokasi Dalam Perspektif Philosopher Tradisional,

Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta Filosofi Pendidikan Vokasi,

Draft Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Tahun Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010

Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan, Available at: http://download.isidps.ac.id/download/category/1-surat-keputusan men-teri?download=146%3Adraft-rpp peru-bahan-atas-peraturan-pemerintah-nomor 17-tahun-2010-tentang-pengelolaan-dan penyelenggaraan-pendidikan [Accessed 7 Juli 2012]

Kartini, 2010, Pendidikan Berkelanjutan (Con-tinuing Education )Dalam Bidang Vokasi, Seminar Internasional Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indo-nesia, ISSN 1907-2066, pp 165-172

Kuntadi, I., 2005, Concerns Based Adoption Model (CBAM) dalam Implementasi Ku-rikulum Program Pendidikan Vokasi, Jurnal PTM, 5(2). pp 103-113

Moedjiono, Santoso, dan Hadi, 2011, Sistem Pendukung Keputusan Dalam Menentukan Penguji Eksternal Smk Berprogram Studi Teknologi Informasi Di Pangkalpinang, Prosiding SENMI 2011 Universitas Budi Luhur Jakarta. pp 70

Moedjiono, Hilyah M., 2011, Sistem Pen-dukung Keputusan Dalam Menentukan Smk Berprogram Studi Teknologi Informa-si Favorit Di Pangkalpinang, Prosiding SENMI 2011 Universitas Budi Luhur Ja-karta, pp 80

Munir, Moch, 2009, Visi, Misi Dan Tujuan Program Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya Malang, Available at: http://mmunir.lecture.ub.ac.id/2012/04/visi-misi-dan-tujuan-pendidikan-vokasi [Ac-cessed 28 Juni 2012]

Murnomo, Agus, 2010, Empat Langkah Strate-gis Membangun Kualitas Pendidikan Vokasi Dan Kejuruan Di Indonesia, Lem-baran Ilmu Kependidikan Edisi April 2010.

Nižetic I, Fertalj K, Milašinovic B, 2007. An Overview Of Decision Support System Concepts, Available at: http://www.foi.hr/cms_home/znan_strucni_rad/konferencije/iis/2007/papers/t06_01.pdf[Accessed 25 Juli 2010]

Sutama, IK, 2012, Pendidikan Vokasi dan Pem-bangunan Global, Soshum Jurnal Sosial dan Humaniora 2(1), pp 63-71

Tampang, BL, 2010, Peran Teknologi Informasi Dalam Pengembangan Vokasi Pendidikan Tinggi, Prosiding Seminar Internasional Peran LPTK Dalam Pengembangan Pen-didikan Vokasi di Indonesia, pp 415-422

Turban, E; Jay E.A, 1998, Decision Support System and Intelligent System, Fifth Edi-tion, Prentice Hall International, Inev. New Jersey

Primus, J., 2010, Pangkal Pinang Kota Vokasi, Avail-able at: http://edukasi.kompas.com/read/2010/06/23/01481641/Pangkal.Pinang.Kota.Vokasi [Accessed 28 Juni 2012]

Purnamawati, 2011, Peningkatan Kemampuan Melalui Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency-Based Training) Sebagai Suatu Proses Pengembangan Pendidikan Vokasi, Jurnal MEDTEK, 3(2)

Saaty, L.Thomas, 1999, Fundamentals Of The Analytic Network Process Dependence And Feedback In Decision-Making With A Sin-gle Network, University of Pittsburgh, ISAHP 1999, Kobe, Japan, August 12-14, 1999, Available at: http: //ergonomia.ioz.pwr.wroc.pl/.../AnpSaaty.pdf, [Accessed 10 Juli 2012]