skripsi sebagai media distributorrepo.apmd.ac.id/655/1/skripsi_galuh woro shinto.pdf · 2019. 5....
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PODCAST SEBAGAI MEDIA DISTRIBUTOR AUDIO BARU DALAM DUNIA
PENYIARAN
(STUDI KUALITATIF PODCAST “POJOKAN” DALAM MENYAJIKAN EPISODE PROGRAM
SIARAN UNTUK PENDENGAR)
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Program Studi Ilmu Komunikasi
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Disusun Oleh :
GALUH WORO SHINTO
13530043
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2019
MOTTO
This is my command – be strong and courageous! Do not be afraid or discouraged.
For the Lord your God is with you wherever you go.
Joshua 1: 9
“when you really want something, the whole universe conspires in helping you to achieve it”
Paulo Coelho – The Alchemist
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena hanya dengan kasih dan
karuniaNya saya dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul Podcast Sebagai Media
Distributor Audio Baru Dalam Dunia Penyiaran (Studi Kualitatif Podcast “Pojokan”
Dalam Menyajikan Episode Program Siaran Untuk Pendengar)
Penyusunan dan penyelesaian tulisan ini tidak dapat dilepaskan dari banyak pihak
yang telah memberikan dukungan dalam segala hal. Oleh karenanya ucapan terima
kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada :
1. Bapak dan Ibu sebagai orangtua yang selalu memberi dukungan dan doa atas setiap
pilihan yang saya tempuh selama ini. Dan untuk kakak-kakak saya mas Joko, Topo,
dan Mbak Wahyu yang memberi dukungan atas setiap pendidikan yang saya tempuh.
2. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si selaku Ketua Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa STPMD “APMD” Yogyakarta
3. Bapak Habib Muhsin, S.Sos., M.Si, selaku Kaprodi Ilmu Komunikasi STPMD
“APMD” Yogyakarta
4. Ibu Fadjarini Sulistyowati, S.IP, M.Si, selaku dosen pembimbing yang sudah
meluangkan waktu, pikiran, pengetahuan dan tenaganya untuk membimbing saya
dalam penyusunan skripsi ini. Juga untuk kesabaran yang beliau berikan pada setiap
kesalahan saya, saya mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya.
5. Bapak Habib Muhsin, S.Sos., M.Si dan Ibu Dra. MC. Ruswahyuningsih, MA, sebagai
Dosen Penguji I dan II yang telah memberikan banyak masukan dan dukungan demi
kesempurnaan tulisan ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Komunikasi di mana saya
menimba ilmu dan pengalaman dari beliau semua. Dan yang telah mengajarkan saya
banyak hal baru dan pengetahuan berharga yang saya dapatkan.
7. Bang Hap dan bang Buluk dari Podcast “Pojokan” yang telah menyempatkan waktu,
tenaga, dan pikirannya untuk berbagi dengan saya tentang podcast. Untuk kekocakan
kalian yang tiada banding dan saya berharap Podcast “Pojokan” kedepannya akan
menjadi lebih baik lagi dalam berbagi informasi yang bermafaat kepada pendengar.
8. Pendengar Podcast “Pojokan” yang menyempatkan waktunya untuk membantu saya
dalam menyelesaikan tulisan ini, juga untuk semua Podcaster di Indonesia atas
informasi bermanfaat dan menghibur yang telah dibagikan kepada khalayak luas.
9. Mrs.Redick dan seluruh tim ICEE Indonesia yang memberi saya dukungan,
pengetahuan, serta pengalaman yang sangat bermanfaat dan membuat saya sampai
dengan sejauh ini.
10. Kepada teman-teman saya Gepang, Orin, Ima, Lia yang selalu memberi dukungan
kepada saya, serta pengalaman yang sangat berkesan yang akan menjadi cerita di
kemudian hari. Dukungan, makian, kesusahan yang telah kita lewati semoga menjadi
kenangan berharga dan untuk masa depan yang akan menanti kita kelak, saya akan
selalu doakan kesuksesan kalian.
11. Untuk Sky yang telah menyempatkan hadir dalam kehidupan saya sebagai, teman,
guru, kakak yang selalu memberi dukungan dalam setiap hal yang saya lakukan.
Semoga di masa yang akan datang dapat terus membagi kebahagiaan juga kepada
orang di sekitarnya.
12. Untuk Weiwen yang selalu membuat saya jengkel tapi yang membuat saya tertawa
juga. Terima kasih untuk dukungan dan doa yang selalu diberikan, semoga dapat
menjadi pemimpin rumah tangga yang baik dan selalu beriringan bersama Katie.
13. Untuk semua teman-teman, kakak-kakak, dan adik-adik di IMaKo yang saya tidak
bisa sebut satu persatu, yang tanpa mereka saya tidak akan bisa sampai sejauh ini.
Untuk kegilaan, kekompakan, pengalaman dan cerita hidup kalian yang kalian bagi
bersama merupakan sesuatu yang sangat berkesan untuk saya dan saya sangat
berterima untuk kehidupan kalian. Kita akan bertemu lagi meskipun di kejauhan.
14. Untuk Zetynia yang selalu menyemangati saya dalam perkuliahan, dan selalu jahil,
serta curhat tanpa henti di kos. Semoga kita dapat bertemu lagi di lain kehidupan
yang menanti.
15. Untuk teman seperjuangan lainnya, Tiara, Anggi, Matilda, jangan lupa menjadi
penyemangat diri sendiri dan orang lain.
Saya berharap tulisan ini dapat berguna dalam menambah wawasan tentang
podcast terutama Podcast Pojokan, dan juga untuk membantu orang lain yang ingin
mengetahui tentang podcast. Saya juga menyadari bahwa dalam penyusunan tulisan
ini masih terdapat banyak sekali kekurangan, sehingga saya berharap untuk adanya
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga tulisan ini dapat dimengerti, dipahami dan berguna bagi saya sendiri
maupun pihak manapun yang akan membaca tulisan ini. Untuk di masa yang akan
datang semoga tulisan ini dapat menjadi sebuah bantuan dan reverensi bagi orang lain
yang ingin membahas hal yang serupa.
Yogyakarta, 1 April 2019
Galuh Woro Shinto
ABSTRAK
PODCAST SEBAGAI MEDIA DISTRIBUTOR AUDIO BARU DALAM DUNIA
PENYIARAN
(STUDI KUALITATIF PODCAST “POJOKAN” DALAM MENYAJIKAN EPISODE
PROGRAM SIARAN UNTUK PENDENGAR)
Galuh Woro Shinto
13530043
Terdapat banyak media penyampaian pesan yang dapat digunakan untuk penyebaraninformasi kepada khalayak luas, media audio salah satunya. Berbagai inovasi barumuncul dalam penggunaan media audio, dan podcast muncul sebagai media audio baruatau new media dalam penyiaran audio. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui bagaimana sebuah podcast, yaitu podcast pojokan dalam memproduksiepisode program dan distribusinya, serta tanggapan pendengar terhadap episode programtersebut. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Datadikumpulkan melalui wawancara, observasi, dokumen, dan penelusuran data online.Hasil dari penelitian ini adalah bahwa podcast merupakan salahsatu media massa yangmenjadi sebuah bentuk dari adanya mediamorfosis. Podcast Pojokan menjadi salahsatupodcast di Indonesia yang aktif dengan konsep berbeda dari podcast lainnya. Prosespembuatan dan distribusi podcast ini sangat mudah dan tidak memerlukan banyak biaya.Episode program podcast dapat didengarkan di manapun dan kapanpun secara onlinemaupun diunduh dan didengarkan secara offline. Pendengar juga berpendapat bahwaPodcast Pojokan ini membawa suasana yang akrab dan menghibur dalam setiap episodeprogram yang ada.
Kata Kunci : Komunikasi, New Media, Mediamorfosis, Podcast, Podcast Pojokan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………… ii
PERNYATAAN ………………………………………………………………. iii
MOTTO ………………………………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… v
ABSTRAK ……………………………………………………………………. viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. ix
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………….... 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………. 6
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………… 7
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………………. 7
E. Kajian Teori ………………………………………………………………. 8
1. Komunikasi …………………………………………………………… 8
2. Bentuk Komunikasi ………………………………………………….. 11
3. Media Dalam Komunikasi Massa …………………………………… 14
4. Media Audio Sebagai Salah Satu Bentuk Media Massa …………… 17
F. Kerangka Pikir ……………………………………………………………. 22
G. Metode Penelitian ……………………………………………………….... 23
1. Jenis Penelitian ………………………………………………………... 23
2. Data dan Sumber Data ………………………………………………. 23
3. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………… 25
4. Teknik Analisis Data ………………………………………………….. 27
BAB II DESKRIPSI PODCAST POJOKAN ………………………………….. 30
A. Sejarah Podcast Sebagai Media Penyiaran Digital di Dunia …………… 30
B. Sejarah Podcast Sebagai Media Penyiaran Digital di Indonesia ……….. 34
C. Deskripsi Podcast Pojokan ………………………………………………. 36
D. Sejarah Terbentuknya Podcast Pojokan ………………………………… 38
E. Sarana Distribusi Episode Podcast Pojokan ……………………………... 40
F. Susunan Kepengurusan Podcast Pojokan ……………………………….. 46
BAB III HASIL TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN ………………….. 49
A. Deskripsi Identitas Informan …………………………………………….. 49
B. Proses Pembuatan Episode Pada Podcast Pojokan …………………….. 52
C. Program Dan Jadwal Unggah Podcast Pojokan ………………………… 64
D. Distribusi Episode Podcast Pojokan ……………………………………... 67
E. Distribusi dan Tanggapan Pendengar Podcast Pojokan ………………... 73
F. Analisis Data ……………………………………………………………… 86
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… 90
A. KESIMPULAN …………………………………………………………… 90
B. SARAN …………………………………………………………………… 93
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 96
DAFTAR LAMAN …………………………………………………………… 98
LAMPIRAN ………………………………………………………………….. 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyak sekali media penyampaian pesan yang dapat
digunakan sekarang ini baik visual maupun audio, misalnya saja
televisi, radio, telephone, surat kabar, dan lain sebagainya. Namun di
antara media-media tersebut radio yang merupakan media
penyampaian pesan suara melalui gelombang elektromagnetik ini
masih bertahan dalam persaingan media lainnya. Radio masih dapat
bertahan dalam persaingan karena media ini dapat didengarkan di
manapun dan kapanpun.
Banyak hal yang dilakukan untuk menarik minat pendengar
radio konvensional, maka muncullah radio online sebagai salah satu
inovasi untuk kemudahan pendengar. Radio streaming adalah salah
satu media yang sekarang ini cukup akrab di telinga para pendengar
dan kebanyakan radio konvensional sudah mempunyai situs radio
streaming yang bisa didengarkan menggunakan internet. Tak heran
jika radio streaming sekarang ini semakin marak, mengingat
mengakses internet yang semakin dipermudah melalui ponsel pintar.
Para pendengar sekarang tidak perlu membawa perangat radio
2
kemana-mana, cukup menggunakan ponsel pintar para pendengar
dapat memilih stasiun radio manapun yang mereka ingin dengarkan
secara online. Walaupun dengan banyaknya kemudahan tersebut,
minat mendengar radio tidak serta merta meningkat. Dalam radio
streaming ini para pendengar hanya dapat memilih stasiun radio dan
acara yang mereka suka, namun pendengar harus mengikuti jadwal
penyiaran yang sudah ditentukan oleh stasiun penyiaran. Dengan
jadwal siaran yang sudah ditentukan tersebut para audiens yang
mempunyai kesibukan pada saat jam penyiaran tidak dapat
mendengarkannya sehingga mereka melewatkan acara tersebut.
Karena itu muncullah podcast sebagai salah satu alternatif siaran
konten audio yang baru.
Podcast adalah media audio yang mempunyai konsep yang
mirip dengan radio streaming, yaitu penyajian konten audio melalui
saluran internet sehingga pendengar dapat mengakses dengan mudah.
Nama podcast sendiri berasal dari Ipod dan Broadcast, dapat dilihat
dari namanya bahwa podcast bermula dari aplikasi keluaran Apple.
Namun sekarang podcast dapat diakses melalui berbagai aplikasi yang
ada di ponsel pintar atau android. Podcast sendiri merupakan rekaman
suara asli atau bisa juga rekaman dari suatu acara maupun siaran
tertentu misalnya, perkuliahan, drama, show dan lainnya yang terdiri
3
dari episode-episode. (https://en.wikipedia.org/wiki/Podcast, diakses
pada November 2018).
Konsep podcast ini dapat dibilang mirip dengan blog audio,
biasanya satu channel podcast memiliki suatu tema umum dalam
pembahasan misalnya tentang bisnis, teknologi dan sebagainya, dan di
setiap channel tersebut memiliki episode-episode dengan judul
tertentu yang akan dibahas. Di setiap episode para pendengar dapat
memilih untuk mendengarkan judul yang mereka suka dan dapat pula
melewatkan judul yang mereka tidak suka. Cara mengakses podcast
ini dapat dilakukan secara streaming atau bisa diunduh dan kita dapat
mendengarkannya kapanpun secara offline. Karena podcast adalah
rekaman, jadi para pendengar tidak terikat dengan waktu penyiaran
dan dapat mendengarkan di manapun dan kapanpun tanpa takut
mereka melewatkan episode yang mereka suka, maka podcast dapat
dibilang on demand. Biasanya dalam podcast, penyajiannya atau
proses suatu episode ini dapat dilakukan kapanpun oleh podcaster
(para pembuat podcast) sesuai dengan hari yang mereka inginkan.
Produksi podcast ini dapat dikatakan sangat murah dan mudah
karena tidak seperti penyiaran radio konvensional yang memerlukan
berbagai peralatan, Podcast hanya memerlukan alat rekam yang baik
dan perangkat untuk mengunggah rekaman tersebut. Podcast dapat
4
diunggah tanpa harus mengedit, dengan kata lain rekaman dapat
langsung diunggah setelah selesai produksi maupun dapat melalui
proses editing terlebih dahulu. Produksi podcast yang murah ini dapat
memungkinkan banyak orang membuat podcast mereka masing-
masing karena dapat diproduksi oleh sekelompok orang atau bahkan
dengan perorangan. Cara segmentasi podcast ini juga mudah dan
spesifik kepada orang yang menyukai tema tertentu, misalnya podcast
bisnis untuk orang-orang yang suka bisnis, podcast game untuk
gamers dan lain sebagainya.
Namun dengan banyaknya keunggulan dan kemudahan yang
terdapat pada podcast ini, di Indonesia masih sangat sedikit orang
yang mengenal atau mengetahui tentang podcast. Berbeda dengan
Amerika dan berbagai Negara di Eropa yang sebagian besar
penduduknya saat ini sudah mengenal podcast dan menggunakannya.
Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Edison Reasearch di
Amerika Serikat kepada 2000 penduduk Amerika secara acak dalam
rentang usia 12 tahun keatas, pada tahun 2006 sampai 2018 prosentase
penduduk yang mengenal istilah podcast terus bertambah hingga 64%
ditahun 2018 dari populasi penduduknya jika sample survei
dibandingkan dengan seluruh penduduk Amerika. Dan jumlah
penduduk yang pernah mendengarkan podcast ditahun 2018 ini sudah
5
mencapai 44% dan 29% rutin menengarkan setiap bulan atau dengan
jumlah perkiraan adalah 124 juta penduduk Amerika mendengarkan
podcast secara teratur perbulan. Jumlah tersebut naik 4 kali lipat
dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu 11% saja
(https://www.slideshare.net/webby2001/the-podcast-consumer-2018,
diakses pada 9 agustus 2018). Dengan terus berkembangnya podcast
di Amerika dan negara lainnya, maka ada kemungkinan dan peluang
yang cukup besar bahwa di Indonesia sendiri podcast akan menjadi
populer. Semakin banyaknya pengguna podcast maka semakin besar
pula peluang podcast menjadi salah satu distributor audio yang dapat
dengan mudah diakses dengan segmentasi audiens yang sangat
mengerucut.
Di Indonesia sendiri para pembuat podcast atau biasa disebut
podcaster masih terbilang sangat sedikit. Menurut survei dari
DailySocial.id yang merupakan sebuah portal berita startup dan
inovasi teknologi. Di dalam portal DailySocial.id kita dapat menjadi
member komunitas startup dan juga dapat mengunduh laporan riset
dan statistik seputar teknologi secara gratis. Pada 27 agustus 2018
DailySocial.id bekerjasama dengan JakPat Mobile Survey melakukan
survei kepada 2032 pengguna ponsel pintar di Indonesia. Dari
responden tersebut 67.97% responden mengenal istilah podcast dan
6
32.03% tidak pernah mengenal istilah podcast. Dari responden yang
mengenal podcast, 80.82% -nya pernah mendengarkan podcast. Dari
seluruh responden 50.63% -nya masih ragu jika mereka ingin
mendengarkan podcast secara teratur, 43.23% sangat tertarik untuk
mendengarkan, dan 6.14% tidak tertarik
(https://dailysocial.id/post/laporan-dailysocial-penggunaan-layanan-
podcast-2018 diakses pada 28 agustus 2018). Dari berbagai channel
podcast berbahasa Indonesia yang masih sedikit, Podcast Pojokan
merupakan salah satu podcast yang terus aktif dan secara rutin
memproduksi program episode untuk pendengar. Maka dari itu penulis
ingin mengetahui bagaimana Podcast Pojokan sebagai salah satu
podcast Indonesia yang masih aktif dalam memproduksi program
episode dan bagaimana tanggapan pendengar terhadap produksi
podcast mereka.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Podcast Pojokan sebagai salah satu media audio
dalam memproduksi episode program siaran dan tanggapan pendengar
tentang Podcast Pojokan?
7
C. Tujuan Penelitian
Adapun dalam penelitian ini maka penulis mengemukakan
tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana Podcast Pojokan dalam memproduksi
episode program dan distribusinya kepada pendengar
2. Untuk mengetahui tanggapan pendengar tentang episode program dari
Podcast Pojokan
D. Manfaat Penelitian
1. Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
podcast sebagai media distributor audio yang baru.
b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat tentang Podcast Pojokan sebagai
salah satu podcast yang aktif di Indonesia
2. Teoritis
a. Hasil dari penelitian ini diharapan dapat memberikan manfaat
untuk perkembangan ilmu komunikasi
b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai titik tolak untuk
melaksanakan penelitian sejenis secara mendalam
8
E. Kajian Teori
1. Komunikasi
Pengertian Komunikasi
Manusia dalam kesehariannya tidak bisa lepas dari komunikasi antar
sesama, bahkan sejak mereka lahir ke dunia. Ketika lahir bayi mengawali
kehidupannya dengan tangisan, hal ini adalah komunikasi pertama dalam
kehidupannya. Tangis bayi memiliki banyak tafsir atau makna yang dapat
dfilihat dari berbagai aspek. Berdasarkan aspek lingkungan, tangis tersebut
menunjukkan bahwa bayi merasa kepanasan atau kedinginan sebab kondisi
yang dialaminya sangat kontras dengan kondisinya dalam kandungan yang
hangat dan stabil (Suryanto, 2015 : 7).
Banyak definisi komunikasi yang telah dikemukakan oleh beberapa
peneliti, namun pengertiannya secara mutlak tidak dapat ditentukan begitu
saja. Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi “Suatu Pengantar”
mengemukakan bahwa, jika membicarakan tentang definisi komunikasi tidak
ada yang benar maupun yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi
harus dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang
didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit,
misalnya “komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik”,
atau terlalu luas, misalnya “ komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk
hidup atau lebih”. (Mulyana, 2001; 42
9
Di dalam komunikasi pasti terdapat unsur atau komponen yang harus
terdapat dalam sebuah proses komunikasi. Dalam melakukan kegiatan
komunikasi terdapat unsur-unsur dalam proses komunikasi yang harus
diperhatikan untuk mencapai tujuan komunikasi secara efektif. Demikian
pemahaman tentang komponen komunikasi akan memberikan gambaran
dalam aktivitas komunikasi yang meliputi hal sebagai berikut (Suryanto,
2015, 160-199) :
1. Komunikator
Komunikator adalah pihak yang memulai proses komunikasi, atau
pihak yang menyampaikan pesan kepada orang lain. Secara garis besar
terdapat dua jenis komunikator. Pertama, komunikator perseorangan, yaitu
komunikator yang bertindak atas nama dirinya sendiri, tidak mewakili
orang lain, lembaga, organisasi, atau institusi. Kedua, komunikator yang
mewakili suatu lembaga, yaitu komunikator yang menjalankan fungsinya
sebagai wakil, atau yang mewakili orang lain, organisasi, institusinya, dan
lain sebagainya.
2. Pesan
Pesan adalah gagasan, perasaan, atau pemikiran yang akan
disampaikan oleh pengirim dan diartikan oleh penerima. Pada umumnya
pesan berbentuk sinyal, simbol, tanda, atau kombinasi dari semuanya dan
berfungsi sebagai stimulus yang akan direspon oleh penerima. Pesan
adalah serangkaian isyarat yang diciptakan oleh seorang untuk saluran
10
tertentu dengan harapan bahwa serangkaian isyarat atau simbol itu akan
mengutarakan atau menimbulkan makna tertentu dalam diri orang lain
yang hendak diajak berkomunikasi.
3. Media
Dalam berkomunikasi, manusia memerlukan media komunikasi yang
dapat menyambungan antara manusia satu dengan lainnya. Media
komunikasi adalah semua sarana yang dipergunakan untuk memproduksi,
mereproduksi, mengolah, mendistribusikan atau menyebarkan dan
menyampaikan informasi. Media komunikasi sangat berperan dalam
kehidupan masyarakat. Secara sederhana, media komunikasi adalah
perantara dalam penyampaian informasi dari komunikator kepada
komunikan yang bertujuan untuk efisiensi penyebaran informasi atau
pesan tersebut.
4. Komunikan
Komunikan adalah pihak yang menjadi sasaran atau penerima pesan
dalam proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikan adalah rekan
komunikator dalam komunikasi dan berperan sebagai penerima berita.
Komunikan akan mengartikan pesan sesuai pemahamannya. Kemampuan
menangkap dan mengartikan pesan ini sangat bergantung pada tingkat
intelektual, latar belakang budaya, situasi, dan kondisi komunikan.
11
5. Efek
Efek adalah hasil akhir dari proses komunikasi yaitu sikap dan tingkah
laku orang yang dijadikan sasaran komunikasi, sesuai atau tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Jika sikap dan tingkah laku orang tersebut
sesuai, berarti komunikasi itu berhasil, demikian pula sebaliknya.
6. Umpan Balik (Feedback)
Dalam penyampaian pesan komunikator dan komunikan dapat
bertukar peran dalam proses komunikasinya. Seorang komunikator yang
menyampaikan pesan kepada komunikannya, dapat berubah menjadi
seorang komunikan ketika komunikan tersebut memberikan tanggapan
kepadanya. Tanggapan inilah yang disebut sebagai umpan balik atau
feedback.
2. Bentuk Komunikasi
Dalam proses komunikasi terdapat bentuk komunikasi. Pemahaman
mengenai bentuk komunikasi bertujuan untuk membedakan antara bentuk
komunikasi yang satu dan lain dengan tujuan efektivitas pesan komunikasi,
terutama sasaran dan media yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan
agar sesuai dengan tujuan komunikasi yang diinginkan. Menurut Mulyana
bentuk-bentuk komunikasi dapat dibedakan sebagai berikut (Mulyana, 2001,
72-75) :
12
1. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal atau komunikasi intrapribadi adalah proses
penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi dalam diri komunikator,
antara diri sendiri. Dalam komunikasi intrapersonal ini seorang individu
menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik
bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi
intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi lainnya.
Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologi seperti
persepsi dan kesadaran terjadi saat berlangsungnya komunikasi
intrapersonal oleh komunikasi.
2. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara orang-orang
secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap
reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.
Bentuk khusus dari komunikasi ini adalah komunikasi diadik yang hanya
melibatkan dua orang. Komunikasi demikian menunjukkan pihak-pihak
yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat, saling mengirim dan
menerima pesan, baik verbal maupun nonverbal secara simultan dan
spontan, baik secara verbal ataupun nonverbal. Keberhasilan komunikasi
menjadi tanggung jawab para peserta komunikasi. Kedekatan hubungan
pihak-pihak yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan
13
atau respon nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang
ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat.
3. Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama
yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,
mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya keluarga, kelompok diskusi,
atau komite yang sedang rapat untuk mengambil sebuah keputusan.
Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada
komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut. Komunikasi
kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antarpribadi.
4. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal
dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar
daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi seringkali
melibatkan juga komunikasi diadik dan komunikasi antarpribadi.
Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni
komunikasi kebawah, komunikasi keatas, dan komunikasi horizontal,
sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi,
seperti komunikasi antarsejawat.
14
5. Komunikasi Massa
Komunikasi massa menurut Wright merupakan bentuk komunikasi
yang penggunaan media dalam menghubungkan komunikator dengan
komunikan secara massal, berjumlah banyak, sangat heterogen dan
menimbulkan efek-efek tertentu (Liliweri, 1991; 36).
McQuail (1987) dalam bukunya Teori Komunikasi Massa
menyebutkan bahwa dalam komunikasi massa, hubungan antara pengirim
dan penerima pesan bersifat satu-arah dan jarang sekali bersifat interaktif.
Sang pengirim pesan juga biasanya tidak bertanggung jawab dengan
konsekuensi yang terjadi kepada para penerima pesan.
3. Media Dalam Komunikasi Massa
Komunikasi seringkali mencakup kontak secara serentak antara satu
pengirim dengan banyak penerima, menciptakan pengaruh luas dalam waktu
singkat, dan menimbulkan renpons seketika dari banyak orang secara serentak
(McQuail, 1987; 34). Maka dari itu, komunikasi massa membutuhkan media
massa dalam penyampaian informasinya. Menurut Effendy ada tiga bentuk
media dalam komunikasi massa, yaitu media cetak atau pers, media audio,
dan media audio visual (Effendy, 2003 ; 313) :
a. Media Cetak
Media ini memiliki ciri khas tersendiri, selain sifatnya sebagai media
cetak khalayak yang diterpanya pun harus aktif dan cermat mengolah
15
informasi yang diberikan. Pesan yang disampaikan melalui media cetak
diungkapkan dengan huruf-huruf mati, sehingga informasi yang ada pada
media cetak harus disusun sedemikian rupa agar mudah dicerna oleh
khalayak. Bahasa dalam media cetak harus baik dan benar, yang dalam
penyusunannya harus menghindari kata-kata yang tidak perlu dan harus
pesan harus menjadi komunikatif dan efektif.
Biasanya media ini dapat diulang dan dibaca kembali karena bentuk
fisiknya yang tersedia langsung di depan pembaca. Media cetak dalam
proses produksinya memerlukan waktu dan tidak bisa segera disebarkan
(Effendy, 2000; 141). Namun sekarang media cetak sudah berkembang
menjadi media cetak elektronik online, yaitu penggabungan media cetak
dengan internet. Penggabungan media cetak dengan internet ini
memangkas dana produksi sehingga akses ke media cetak online menjadi
lebih murah. Karena itu pembaca lebih memilih media ini karena lebih
murah dan praktis (Baran, 2012; 154)
b. Media Audio
Media audio adalah media yang menggunakan audio (suara) dalam
penyampaian pesannya. Media massa ini biasanya berbentuk siaran secara
langsung, sehingga informasi yang didapat bisa langsung disebarkan
kepada khalayak luas. Tidak seperti media cetak proses distribusi audio
16
ini mempersingkat waktu produksi karena tinggal membaca atau langsung
menyampaikan informasi kepada pendengar (Effendy, 2000;140)
Karena dalam media audio penyampaian pesannya melalui suara,
maka dalam pengucapan dan kata-katanya harus disusun dan ditata
sehingga akan mudah ditangkap oleh pendengar. Kelebihan dari media ini
adalah dapat membuat pendengarnya aktif karena pendengar dapat
menggambarkan sendiri peristiwa yang disampaikan oleh pembawa pesan.
c. Media Audio Visual
Media audio visual yang sifatnya dapat didengar dan dilihat ini tentu
saja menarik masyarakat. Media ini dapat dibilang bersifat “hidup” karena
dapat menggambarkan kejadian yang sedang berlangsung, dan langsung
menyajikan peristiwa yang terjadi di rumah pemirsa. Media audio visual
yang pertama adalah televisi yang muncul setelah radio.
Pada awal kemunculannya media audio visual hanya bisa dinikmati
melalui perangkat televisi. Namun pada perkembangannya sekarang
bahkan layar komputer dapat digunakan menyerupai televisi. sekarang
media audio visual terus bertambah dan berkembang dari televisi,
bertambah menjadi macam-macam layanan video online (Baran, 2012;
303)
17
4. Media Audio Sebagai Salah Satu Bentuk Media Massa
a. Sejarah Penyiaran
Awal mula media penyiaran di dunia menurut Morissan (Morissan,
2008; 2) dimulai ketika ahli fisika Jerman bernama Henrich Hertz pada
tahun 1887 berhasil mengirim dan menerima gelombang radio. Namun
awalnya radio cenderung diremehkan dan perhatian dari penemuan itu
hanya terpusat sebagai alat teknologi transmisi. Radio lebih banyak
digunakan oleh militer dan pemerintahan untuk kebutuhan penyampaian
informasi dan berita.
Peran radio dalam penyampaian pesan mulai diakui pada tahun 1909,
ketika informasi yang dikirimkan melalui radio berhasil menyelamatkan
seluruh penumpang kapal laut yang mengalami kecelakaan. Radio menjadi
media yang teruji dalam penyampaian informasi yang cepat dan akurat
sehingga kemudian semua orang mulai tertarik dengan radio.
Sementara di Indonesia sendiri pada tahun 1925 Prof. Komans dan Dr.
De Groot berhasil melakukan komunikasi radio dengan menggunakan
stasiun relai di Malabar, Jawa Barat. Peran radio sangat besar pada masa
proklamasi Indonesia, yaitu ketika radio dijadikan media penyampaian
pesan untuk menyiarkan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
18
b. New Media Audio Sebagai Mediamorfosis
Mediamorfosis adalah transformasi media komunikasi yang
ditimbulkan akibat hubungan timbal balik yang rumit antara berbagai
kebutuhan yang dirasakan, tekanan persaingan dan politik, serta berbagai
inovasi dan teknologi. Suryanto menjelaskan dalam bukunya Pengantar
Ilmu Komunikasi bahwa istilah mediamorfosis pertama kali diperkenalkan
Roger Fidler (2003). Dia mendefinisikan mediamorfosis sebagai
transformasi media dari satu bentuk ke bentuk lainnya, sebagai akibat dari
kombinasi perubahan budaya dan kedatangan teknologi baru. (Suryanto,
2015 : 605)
Mediamorfosis mendorong untuk memahami semua bentuk sebagai
bagian dari sebuah sistem yang saling berkaitan dan mencatat berbagai
kesamaan dan hubungan yang ada antara bentuk yang muncul pada masa
lalu, masa sekarang, dan yang sedang dalam proses kemunculannya.
Ketika bentuk media komunikasi yang baru muncul, bentuk yang
terdahulu tidak mati, tetapi terus berkembang dan beradaptasi.
Salah satu contoh dari mediamorfosis adalah radio. Radio AM yang
tidak sepenuhnya tenggelam akibat kemunculan radio FM, tetapi harus
mengadopsi teknologi dan strategi pemasaran baru, menggambarkan
prinsip kunci mediamorfosis. Contoh lainnya adalah ketika penyebaran
televisi semakin besar, radio, surat kabar, majalah, dan film mendapat
hantaman keras. Namun pada kenyataannya masing-masing dapat
19
bersaing dan beradaptasi, dan masih tetap eksis sampai sekarang. Berikut
beberapa mediamorfosis dalam penyiaran audio :
1. Radio FM
Radio awalnya hanya untuk media penyampaian pesan, dan
tidak memiliki program acara sendiri. Radio FM merupakan
pengembangan dari radio AM. Pada tahun 1930, Edwin H Armstrong
berhasil menemukan radio yang menggunakan frekuensi modulasi
(FM) dan memiliki kualitas suara yang lebih bagus, jernih, dan bebas
dari gangguan siaran (Morissan, 2008; 4).
Namun perkembangan radio FM tidak begitu berkembang
karena kemunculan televisi sebagai salah satu bentuk media massa
baru dan pemasang iklan memindahkan dana iklannya ke televisi pada
waktu itu. Maka dari itu stasiun radio mulai memproduksi acara
mereka sendiri dan berusaha mendapatkan iklan dari pemasangan
lokal. Dari situ radio FM mulai berkembang karena ketertarikan
pendengar dengan program-program dengan musik.
Namun radio FM konvensional ini adalah jangkauan siarannya
hanya bersifat lokal, sehingga hanya masyarakat dalam cakupan
jaringan tertentu saja yang dapat mendengarkannya. Pendengar yang
ingin mendengar program di luar jangkauan jaringan mereka tentu saja
tidak dapat mendengarkannya. Sehingga tuntutan masyarakat yang
ingin mendengarkan program siaran lainnya pun terus berkembang.
20
2. Radio Streaming
Menjawab tuntutan masyarakat dalam penyajian siaran audio,
muncullah radio streaming sebagai salah satu bentuk mediamorfosis
dari radio konvensional. Menurut pendapat KK Rossiter dalam
seminar Broadcast Asia 2000 lalu, dia berpendapat bahwa internet
telah menyatukan industri penyiaran dan komputer (Jonathans, 2006;
157). Dan kedepannya konsumen radio bukan tidak membutuhkan
radio, namun harapan mereka bagaimana industri radio dapat
memberikan fasilitas menikmati siaran dengan cara-cara yang baru.
Radio streaming yang dapat dinikmati melalui jaringan
internet ini ini telah menjawab permintaan khalayak dengan jaringan
luas melalui internet yang dapat dinikmati di manapun dan kapanpun.
Namun tidak seperti surat kabar maupun majalah yang dapat dibaca
kembali berulang-ulang kali, radio streaming sama halnya dengan
radio konvensional masih terpaku pada waktu penyiaran. Pendengar
harus mendengarkan program acara sesuai susunan jadwal penyiaran
dan tidak dapat diulang kembali.
Karena program acara tidak dapat diulang kembali, maka
pendengar yang tidak mempunyai waktu luang pada saat jam
penyiaran tidak dapat mendengarkan program tersebut. Maka dari itu
muncullah kebutuhan baru untuk konten audio dalam bentuk on
21
demand, yang maksudnya adalah konten yang dapat dinikmati
kapanpun dan di manapun.
3. Podcast
Pembuatann podcast tidak memerlukan banyak peralatan dan
biaya, sehingga seorang individu dapat menawarkan suara mereka
sendiri kepada khalayak global secara serentak (Baran, 2012; 286).
Semua orang dapat membuat konten audio mereka dan dengan tema
yang mereka inginkan, sehingga podcast memungkinkan terjadinya
teori pers bebas. McQuail menyebutkan bahwa bentuk dasar dari pers
bebas ini menyatakan bahwa seseorang seyogyanya bebas
mengungkapkan hal-hal yang disukainya dan merupakan perluasan
dari hak untuk berpendapat secara bebas dan mengungkapkan
pendapat (McQuail, 1987; 112).
Podcast dapat dibuat serta didengar oleh siapapun dan sebagai
konten audio on demand podcast dapat dinikmati melalui saluran
internet kapanpun dan di manapun. Seperti pendapat Davis G.
Whweeler, “Pengaturan waktu seleksi siaran pada akhirnya terletak
pada tangan pendengar dan pemirsa. Merekalah yang menentukan
program apa yang mereka konsumsi, tergantung selera dan kebutuhan
saaat itu. Media yang sensitif terhadap kebutuhan segmentasi
22
pendengarnyalah yang tahu cara melayani dan memelihara pendengar”
(Jonathans, 2006; 159).
Dari pendapat Whweeler tersebut, tentu saja radio streaming
tidak memenuhi standar tersebut sehingga kemunculan podcast
membuat pendapat Whweeler menjadi nyata. Podcast juga
memungkinkan untuk dapat didengarkan tanpa memerlukan perangkat
lunak karena didistribusikan secara online. Podcast dapat diunduh,
baik sengaja maupun secara otomatis (biasanya dengan berlangganan),
dan dapat didengarkan ke semua peralatan digital yang mempunyai
meputar MP3, termasuk PC, laptop, dan iPod (Baran, 2012; 286).
F. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dimaksudkan untuk mengarahkan langkah-
langkah penelitian dengan membuat suatu bagan atau diagram alur.
Adapun bagan atau diagram alur yang dibuat dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Episode Program
Siaran Podcast
Pojokan
Podcast Pojokan Pendengar
Podcast
Pojokan
Proses Produksi
23
G. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, metode
deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang
keadaan-keadaan nyata sekarang. Travers mengungkapkan bahwa
tujuan dalam menggunakan metode ini adalah untuk
menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan
pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari
suatu gejala tertentu (Consuelo, dkk, 1993;71).
Alasan penggunaan metode kualitatif deskriptif ini
dikarenakan data yang dihasilkan berupa data deskriptif yang
diperoleh dari data berupa tulisan, rekaman, serta dokumen. Data-
data tersebut bersumber dari objek dan informan yang diteliti
seperti pemilik Podcast Pojokan, pendengar, dan channel podcast
lainnya.
2. Data dan Sumber Data
Data penelitian dapat dikumpulkan dari berbagai sumber.
Sumber data merupakan salah satu elemen yang penting dalam
sebuah penelitian. Setiap kegiatan penelitian tidak akan pernah
24
lepas dari sumber data karena peneliti tidak akan mendapatkan
data atau informasi yang diinginkan jika tidak ada sumber.
a. Data Primer
Jenis data ini diperoleh dari sumber yang pertama atau
sumber asli yang diperoleh melalui wawancara. Dengan kata
lain, data yang diambil dan dikumpulkan dari narasumber
yang disebut first-hand information (Werang, 2015; 110).
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari hasil
wawancara dengan informan juga observasi terhadap pembuat
dan pendengar podcast.
b. Data Sekunder
Jenis data ini merujuk kepada data primer yang sudah
diolah dan disajikan oleh pihak lain. Dengan kata lain, data
yang dikumpulkan dari tangan kedua yang disebut second-
hand information atau dari sumber-sumber lain yang telah
tersedia (Werang, 2015; 111). Data sekunder dari penelitian
ini diperoleh dari dokumen yang dimiliki oleh para pembuat
podcast, dan juga file audio dari Podcast Pojokan serta
channel podcast lainnya.
25
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Metode wawancara adalah proses pengumpulan data untuk
memperoleh keterangan untuk kepentingan penelitian melalui
tanya jawab. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data
yang berhubungan dengan pendapat, persepsi, pengetahuan, dan
pengalaman seseorang. Dalam penelitian ini informan yang
dipilih adalah dua orang pemilik sekaligus pembuat Podcast
Pojokan dan juga informan dari pendengar Podcast Pojokan. Dua
orang pemilik sekaligus pembuat Podcast Pojokan ini dipilih
menjadi informan karena mempunyai informasi dalam bagaimana
proses produksi episode podcast. Untuk pendengar kriteria
informan yang dipilih adalah pendengar yang mempunyai
pengalaman sering mendengarkan episode Podcast Pojokan,
sehingga dapat memberi tanggapan terhadap episode program
yang ada di Podcast Pojokan.
Informan untuk pendengar yang dipilih adalah 4 laki-laki dan 4
perempuan, karena dalam penelitian kualitatif jumlah informan
tidak dibatasi selama data yang diperoleh telah dianggap
mencukupi. Untuk proses wawancara ini dilakukan melalui email
dan juga beberapa social media seperti Instagram dan WhatsApp.
26
b. Observasi
Observasi adalah melakukan pengamatan dan pencatatan suatu
objek secara sistematik, observasi dapat dilakukan pada manusia,
benda, peristiwa, dan gejala-gejala alam. Observasi dapat
dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung (Werang,
2015; 119). Dalam penelitian ini, observasi yang penulis lakukan
menghasilkan gambaran yang terjadi pada objek yang diteliti dan
kemudian dideskripsikan sesuai faktanya. Dalam penelitian ini
penulis mengobservasi beberapa episode dari Podcast Pojokan
dan beberapa episode dari podcast lainnya.
c. Dokumen
Salah satu sumber data yang sering digunakan sejak lama
adalah dokumen, karena dokumen sebagai sumber data
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk
meramalkan (Moleong, 2017; 217). Untuk sumber data ini penulis
mengambil berbagai data dari beberapa platform dan juga
beberapa episode podcast yang memiliki informasi yang
dibutuhkan.
Data yang didapat adalah beberapa analytic data dari beberapa
platform yang digunakan oleh Podcast Pojokan. Analytic data ini
didapat dari beberapa platform, data ini berupa jumlah pendengar,
27
jumlah putar suatu episode, maupun jumlah jam yang
didengarkan dan lain sebagainya.
d. Penelusuran Data Online
Metode penelusuran data online adalah tata cara melakukan
penelusuran data melalui media online seperti internet maupun
media lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga
memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan informasi secepat
atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara
akademis (Bungin, 2017; 128)
Informasi yang dicari dalam penelusuran data online ini
adalah, beberapa channel podcast mengenai sejarah podcast dari
Podcast Suarane dan berbagai episode program dari Podcast
Pojokan dan podcast lainnya yang mempunyai informasi yang
memadai. Penulis juga mengambil beberapa informasi mengenai
platform-platform yang digunakan Podcast Pojokan untuk
mendistribusikan episode program mereka.
4. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis, dalam
menganalisa data peneliti menggunakan metode non statistik,
yaitu analisis deskriptif kualitatif. Maksudnya adalah dari data
28
yang diperoleh dalam penelitian dilaporkan apa adanya kemudian
dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran
mengenai fakta yang ada. Menurut Taylor analisis data dalam
penelitian kualitatif adalah aktivitas yang dilakukan secara terus-
menerus selama penelitian berlangsung. Membaca catatan
pengamatan, menangkap tema-tema penting yang muncul dari
hasil wawancara atau observasi terlibat, mengembangkan konsep
dan berusaha untuk memfokuskan penelitiannya adalah aktivitas-
aktivitas yang termasuk analisis data (Afrizal, 2014;176). Metode
analisis deskriptif ini digunakan agar data yang diperoleh dapat
lebih mudah dijelaskan secara deskriptif dalam proses produksi
dan tanggapan pendengar dari Podcast Pojokan. Metode ini dapat
memudahkan bagi khalayak yang membaca tulisan ini dengan
penjelasan secara berurutan dan terperinci. Berikut beberapa
langkah dalam analisis data menurut Miles dan Huberman dalam
buku Metode Penelitian Kualitatif (Afrizal, 2014;178-181) :
a. Pengumpulan Data
Dalam tahap ini peneliti meneliti ulang catatan maupun data
yang telah terkumpul, baik data hasil wawancara, observasi,
maupun dokumen. Setelah itu peneliti memilah informasi dan
memilih data yang sesuai dengan tujuan penelitian, lalu
29
menginterpretasikan apa yang disampaikan dalam penggalan
informasi atau dokumen yang telah terkumpul tersebut.
b. Penyajian Data
Tahap penyajian data adalah sebuah tahap lanjutan di mana
peneliti menyajikan temuan penelitian berupa kategori atau
pengelompokan. Penyajian data tersebut dapat berupa matrik,
diagram maupun naratif. Peneliti menjelaskan tentang temuan data
yang telah didapat dari pengamatan maupun dokumen.
c. Penarikan Kesimpulan
Tahap ini adalah verifikasi di mana pada tahap ini peneliti
menarik kesimpulan dari temuan data. Ini adalah interpretasi
peneliti atas temuan dari suatu wawancara maupun dokumen.
Setelah kesimpulan diambil, peneliti kemudian mengecek lagi
proses pengumpulan data dan penyajian data untuk memastikan
tidak ada kesalahan yang dilakukan.
30
BAB II
DESKRIPSI PODCAST POJOKAN
A. Sejarah Podcast Sebagai Media Penyiaran Digital di Dunia
Podcast adalah program yang tersedia di internet. Podcast biasanya
merupakan hasil rekaman asli audio atau video, tetapi bisa juga
merupakan rekaman siaran televisi atau program radio, kuliah,
pertunjukan, atau acara lainnya. Podcast biasanya menawarkan tiap
episode dalam format file yang sama. Sebagian podcast seperti kursus
bahasa meliputi beberapa format file, seperti video dan dokumen agar
pengajaran berjalan lebih efektif
(https://www.apple.com/id/itunes/podcasts/fanfaq.html, diakses pada 17
maret 2019).
Kegiatan yang dilakukan dalam distribusi podcast ini disebut
podcasting atau bisa juga dengan penyiaran, dan orang-orang yang
memproduksi konten podcast ini disebut sebagai seorang podcaster.
Menurut Rane Hafied seorang pengamat dan pemilik sebuah bernama
Podcast Suarane serta merupakan mantan penyiar dari Radio Singapore
International (RSI) dan Nippon Hoso Kyokai (NHK) yang sekarang
berdomisili di Bangkok, dalam Podcast Suarane miliknya pada episode 16
menyebutkan bahwa awalnya podcast hanyalah sebuah rekaman suara
yang diunggah di internet.
31
Rane Hafied pada episode yang sama juga membahas tentang
bagaimana awal kemunculan podcast di dunia berada di Amerika. Berikut
kutipan dari Rane Hafied pada episode Podcast Suarane miliknya :
“Podcast pertama di dunia itu muncul tahun 2004, kalau podcast
dalam arti sekarang yaitu file audio yang diluncurkan secara berkala maka
muncul dua nama, yaitu Adam Curry dan Dave Winer. Adam Curry itu
mantan VJ MTV dan mantan penyiar radio terkenal di Amerika dan Dave
Winer adalah seorang pengembang software. Kita mulai dari Dave Winer,
sebelumnya podcast itu cuma berupa file-file audio yang diupload ke
internet. Trus pada bulan agustus tahun 2003 itu Dave mengembangkan
teknologi yang disebut sebagai RSS Really Simple Syndication, ini adalah
teknologi yang memungkinkan orang menyebarkan konten di website
secara berkala dan kronologis. Sistem inilah yang dipakai orang untuk
berlangganan konten blog pada waktu itu, ketika konten yang disebar
lewat RSS itu konten audio maka jadilah mirip dengan broadcasting.
Bedanya kalau file audio itu kan di broadcast lewat internet, kalau radio
broadcasting lewat sinyal terestrial.”
Rane Hafied juga menyebutkan bahwa pada tahun 2003 Dave Winer
mencoba teknologi RSS buatannya sendiri itu untuk menyebarkan
kumpulan rekaman audio dari wawancaranya. Namun baru pada Juni
tahun 2004 Winer membuat podcast layaknya jaman sekarang yang
diunggah secara berkala dengan nama Morning Coffe Notes.
Beberapa hari setelah Dave Winer merilis Podcast Morning Coffe
Notes miliknya, Adam Curry yang dulu dikenal sebagai seorang VJ di
MTV ini juga membuat sebuah episode podcast menggunakan teknologi
RSS dari Dave Winer dengan nama Daily Source Code. Karena Adam
Curry sudah terkenal sebagai mantan VJ dan penyiar radio terkenal, serta
sudah dikenal banyak orang maka podcast miliknya lebih populer pada
32
waktu itu hingga dia dijuluki sebagai Podfather atau bapak podcast dunia.
(https://soundcloud.com/suarane/episode-16-djangan-loepakan-sedjarah-
podcast diakses pada 3 maret 2019). Bahkan Steve Jobs yang menjabat
sebagai seorang CEO Apple Inc pada tahun 2005 lalu saat
memperkenalkan fitur baru dari iTunes yang bernama Podcast juga, dia
menyebut Adam Curry sebagai salah satu pencipta podcasting. Berikut
kutipan dari perkataan Steve Jobs saat menjelaskan fitur podcast pada
iTunes :
“You could try to self-podcast with the whole phenomenon so great
and free, and I think what we gonna see is some advertisment for
supporting just like a free radio. Here is Adam Curry, one of the guys who
invented podcasting and he has a podcast called the Daily Source Code.
Let me go ahead and subscribe to that and we can go and listen to the
latest one by just click on it”.
Steve Jobs menjelaskan cara menggunakan fitur baru iTunes bernama
Podcast tersebut, dan kedepannya akan dapat memuat beberapa tayangan
iklan untuk pemasukan. Dia juga menjelaskan bahwa dalam fitur tersebut
kita dapat men-subscribe channel podcast manapun secara gratis, dan
Steve Jobs menggunakan contoh Podcast Daily Source Code dari Adam
Curry. (https://www.youtube.com/watch?v=06awT8w0_PU diakses pada
5 februari 2019).
Amerika merupakan negara dimana podcast pertama kali muncul dan
seperti yang sudah dipaparkan dalam bab 1 bahwa dari hasil survei di
Amerika yang keluar pada Februari 2018 dari Edison Research yang
33
bekerja sama dengan Triton Digital menunjukkan, dari 2000 responden
yang dipilih secara acak kepada warga Amerika berusia 12 tahun keatas
dapat jika dibandingkan dengan seluruh penduduk Amerika diestimasikan
sekitar 44% warganya pernah mendengarkan podcast dan 26% warga rutin
mendengarkan setiap bulannya pada tahun 2018. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa warga Amerika sangat tertarik mendengarkan podcast.
Edison Research merupakan sebuah lembaga survei yang berada di
Boston, Amerika Serikat. Lembaga ini melakukan riset pasar dan survei
mengenai exit poll, serta menyediakan informasi mengenai strategi bisnis
dan organisasi media di dunia seperti yang tertulis pada situs resmi Edison
Research berikut :
“Edison Research conducts market research and exit polling,
providing strategic information for bussinesses and media organizations
worldwide. With an expertise in both quantitative an qualitative research,
Edison works with many established corporations looking to keep their
edge of expand, as well as young companies just starting to develop their
businesses.”
Edison Research mengadakan survei kepada radio online, audio
streaming, serta radio konvensional setiap tahun pada setiap bulan januari
dan februari. Survei terbaru di Amerika yang keluar pada februari 2019
juga menunjukkan bahwa persentasi warga yang rutin mendengarkan
podcast setiap bulannya naik dari 26% pada 2018 menjadi 32% pada
2019. (https://www.edisonresearch.com/ diakses pada 19 maret 2019)
34
B. Sejarah Podcast Sebagai Media Penyiaran Digital di Indonesia
Di Indonesia juga terdapat survei mengenai podcast yang dikeluarkan
oleh DailySocial.id yang merupakan sebuah portal berita startup dan
inovasi teknologi. Di dalam portal DailySocial.id kita dapat menjadi
member komunitas startup dan juga dapat mengunduh laporan riset dan
statistik seputar teknologi secara gratis. Pada 27 agustus 2018
DailySocial.id bekerjasama dengan JakPat Mobile Survey melakukan
survei kepada 2032 berusia 16 tahun keatas dan 45 tahun kebawah.
Respondennya berada di Indonesia serta merupakan pengguna ponsel
pintar dan internet yang 80.57% respondennya berada di daerah Jawa dan
19.43% responden berada di luar Jawa. Hasil dari survei tersebut adalah
sekitar 50.63% responden masih ragu untuk mendengarkan
podcast.namun menariknya 43% responden tertarik untuk mendengarkan
podcast. Seperti yang dikutip dari hasil survei DailySocial.id berikut :
“Half of respondents answered they are still doubt when asked about
listening to podcast regularly. This means there are other factor(s) to be
considered. Interestingly , around large percentage (43%) are showing
interest to know listen podcast regularly”.
Hasil survei juga menyebutkan bahwa platform paling populer untuk
mendengarkan podcast adalah Spotify. (https://dailysocial.id/post/laporan-
dailysocial-penggunaan-layanan-podcast-2018 diakses pada 30 agustus
2018)
35
Ketertarikan responden memberikan potensi pendengar podcast di
Indonesia, dan menurut Rane Hafied pada Podcast Suarane episode 16
mengatakan bahwa sebenarnya podcast di Indonesia juga muncul tahun
2005, berikut kutipannya :
“Podcast di Indonesia dan berbahasa Indonesia pertama muncul pada
tanggal 7 april 2005 yang bernama Apa Saja Podcast dengan format mp3
selama 10 menit yang membicarakan tentang manfaat blogging dengan
podcaster bernama Boy Afianto”.
Rane juga mengamati bahwa setelah kemunculan Boy Afianto ada
satu podcast lagi yang muncul pada 22 April walaupun hanya satu episode
dengan podcaster bernama Priyadi yang juga seorang blogger aktif pada
waktu itu. Dari tahun 2005 setelah kemunculannya di Indonesia, ada
beberapa podcast yang muncul dan diantaranya adalah pada 2008 Adinoto
Kadir muncul dengan podcast bernama MacNotocasting dengan konten
tentang teknologi. Ada juga pada 2009 muncul lagi Chris Prakoso
bersama Aulia Masna sampai dengan 12 episode yang bernama Pasar
Malem Podcast dan bertemakan tentang teknologi, sekarang pun Pasar
Malem Podcast masih dapat didengarkan di http://pasarmalem.com.
Rane Hafied yang juga merupakan seorang podcaster Indonesia yang
sudah memulai siaran podcast pertama kali pada tahun 2005 di Radio
Singapura International. Rane menjelaskan pada episode 16 Podcast
Suarane mengenai radio tempat dia bekerja yang membuatnya memulai
membuat podcast :
36
“Ketika itu siaran radio internasional dengan gelombang SW mulai
merasakan turunnya jumlah pendengar, termasuk juga tempat gue kerja
dulu. Maka salah satu cara yang kemudian ditempuh adalah memulai
podcast yang isinya tidak lain adalah rekaman acara-acara kita yang bisa
diunduh dan didengarkan kapan saja. Menariknya setelah 1 bulan untuk
eksperimen men-podcast acara-acara kita, angka pengunduh dari
Indonesia itu bisa mencapai lebih dari 60.000 orang”.
Dari penjelasan Rane tersebut dapat dilihat bahwa penduduk Indonesia
masih tertarik untuk mendengarkan siaran berupa audio. Minat Rane
Hafied dalam dunia podcasting ini membuatnya memulai beberapa
podcast pribadi dari tahun 2005 walau masih timbul tenggelam dan
sampai sekarang Rane mempunyai podcast bernama Suarane Podcast
dengan berbagai macam episode program.
(https://soundcloud.com/suarane/episode-16-djangan-loepakan-sedjarah-
podcast diakses pada 3 maret 2019)
C. Deskripsi Podcast Pojokan
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa podcast merupakan suatu
distributor audio atau bisa disebut juga sebagai media penyiaran baru di
Indonesia. Menurut UU No.32 tahun 2002 Tentang Penyiaran, pada
bagian ketiga jasa penyiaran pasal 13 ayat 1 menyebutkan bahwa jasa
penyiaran terdiri atas jasa penyiaran radio dan jasa penyiaran televisi.
Pada pasal yang sama di ayat 2 menjelaskan bahwa jasa penyiaran yang
dimaksud pada ayat 1 tersebut diselenggarakan oleh lembaga penyiaran
publik, swasta, komunitas dan lembaga penyiaran berlangganan.