status populasi kepiting di zona intertidal pantai...
TRANSCRIPT
STATUS POPULASI KEPITING DI ZONA INTERTIDAL
PANTAI BUSUNG KECAMATAN SERI KUALA LOBAM
KABUPATEN BINTAN
Crab Population Status In Intertidal Zone Busung Beach
District of Seri Kuala Lobam Bintan regency
NIA AFRIYANIE A.M 1)*
, ITA KARLINA 1)
, ARIEF PRATOMO 2)
Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji
Department of Marine Sciences
Faculty of Marine Sciences and Fisheries, Maritime University of Raja Ali Haji
Email : [email protected]
RANGKUMAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Maret Tahun 2016, di daerah perairan
pantai Busung, Kecamatan Seri Kuala Lobam, Kabupaten Bintan. Hasil penelitian ditemukan 4
jenis kepiting rajungan dengan spesies yang berbeda yaitu Portunus pelagicus (Kepiting Bulan
Terang), Portunus reticulates (Kepiting Renjong), Charybdis feriata (Kepiting Bawang ), dan
Thalamita crenata (Kepiting Batu). Kepadatan kepiting saat bulan Februari dengan jenis Portunus
retikulatus sebesar 30 ind/km2, jenis Portunus pelagikus sebesar 20 ind/km
2 dan jenis Thalamita
crenata sebesar 4 ind/km2 sedangkan pada bulan Maret terjadi penurunan kepadatan populasi
kepiting sebesar 15 ind/km2 dengan jenis Portunus retikulatus, jenis Portunus pelagikus sebesar 9
ind/km2, jenis Thalamita crenata sebesar 1 ind/km
2 serta 1 ind/km
2 dengan jenis Charybdis feriata
. Pola persebaran populasi kepiting yang terdapat di zona intertidal pantai Busung yaitu
mengelompok dan acak. Status populasi kepiting muda terletak pada kisaran ukuran lebar karapas
sebesar 6–12,0 cm dicirikan dengan banyaknya kepiting yang mengalami proses moulting.
Kemudian kepiting dewasa dicirikan dengan adanya kondisi kepiting yang bertelur terletak pada
kisaran 11,8–14,0 cm. Kondisi bertelur ini merupakan proses pematangan gonad pada kepiting
betina.
Kata Kunci: Zona Intertidal, Kepadatan, Keanekaragaman Jenis, Pola Sebaran, Kepiting
ABSTRACT
This research purposed was This study was conducted from January to March 2016, in the
area of coastal waters of Busung, districts of Kuala Lobam, Bintan regency. Results of the
study were found four species of crab crabs namely Portunus pelagicus (Crab Bright
Moon), Portunus reticulates (Crab Renjong), Charybdis feriata (Crab Onion), and
Thalamita crenata (Stone Crab). The density of crabs in February with the species
Portunus retikulatus of 30 ind / km2, the species Portunus pelagikus of 20 ind / km
2 and
species Thalamita crenata by 4 ind / km2, while in March a decline in population densities
of crabs by 15 ind / km2 with a species of Portunus retikulatus , the species of Portunus
pelagikus by 9 ind / km2, species Thalamita crenata by 1 ind / km
2 and 1 ind /km
2 with a
species of Charybdis feriata. The pattern of population distribution crab found in the
intertidal zone Busung coast was clustered and random. Status of young crab population
lies in the range of carapace width of 6-12.0 cm in the number of crabs is characterized by
undergoing the process of moulting. Then the adult crab in the crab is characterized by the
existence of conditions that spawn lies in the range of 11.8-14.0 cm. Conditions spawn
showed a process of gonadal maturation in female crabs.
Keywords: Intertidal Zone, Density, Diversity Species, Distribution Pattern, Crab
I. PENDAHULUAN
Zona intertidal adalah daerah pantai yang
terletak antara pasang tinggi dan surut
terendah, daerah ini mewakili peralihan
dari kondisi lautan ke kondisi
daratan(Nybakken 1988: 35). Selain itu
daerah intertidal ini merupakan daerah
yang paling sempit namun memiliki
keragaman dan kelimpahan organisme
yang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan habitat-habitat laut lainnya
(Yuliandaet al, 2013). Berbagai jenis
invertebrata dapat ditemukan di daerah
intertidal salah satunya yaitu beraneka
jenis kepiting. Kepiting dari jenis
krustasea merupakan salah satu hewan
bentos yang hidup di daerah intertidal
(Anggraeniet al,2015). Zona intertidal
pantai Desa Busung merupakan salah satu
desa yang menjadi sumber penangkapan
ikan, kepiting dan gonggong yang
dijadikan mata pencaharian untuk
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat
setempat. Oleh karena tu penelitian ini di
lakukan untuk mengetahui tingkat
kepadatan dan populasi, pola penyebaran
kepiting dan keanekaragaman jenis
kepiting yang tertangkap di zona
intertidal pantai Busung Kabupaten
Bintan.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan
Januari 2016-Maret 2016 yang berlokasi
di pantai Busung Kecamatan Seri Kuola
Lobam Kabupaten Bintan. Penelitian ini
dilakukan dengan meletakkan bubu
sebanyak 50 buah yang tersebar sebanyak
50 titik secara acak dapat dilihat pada
Gambar berikut ini:
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Adapun bahan dan alat yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 1. Bahan- bahan penelitian
No Nama
bahan
Satuan Kegunaan
1 Sampel
kepiting
Ekor Untuk objek
pengamatan
2 Ikan rucah Ekor Sebagai umpan
3 Aquades ml Untuk kalibrasi
instrument
Tabel 2. Alat- alat penelitian
No Nama alat Satuan Jum
lah
Kegunaan
1 Multitester
1
unit
untuk
mengukur suhu pH,
dan DO
2 Salinometer
0/00
1 unit
untuk mengukur
salinitas
3 Kamera
1 unit
Untuk dokumentasi
4 Alat tulis dan buku
Buah 1 unit
Untuk mencatat
hasil
5 Sarung Tangan
Buah
2 unit
Untuk mengamank
an tangan
6 Bubu korea
(lipat)
Buah 50
unit
Sebagai alat
tangkap
kepiting 7 Penggaris
Besi
cm 1
unit
Untuk
mengukur
panjang / lebar
kepiting
8 Data pasang surut 2016
Pedoman pada saat
turun
lapangan
9 Timbangan kg 1
unit
Untuk
menimbang berat badan
sampel
kepiting 10 Literature –
literatur
yang mendukung
Membantu
identifikasi
kepiting
11 Ember 3
unit
Wadah
sampel kepiting
12 GPS 1
unit
Mengetahui
titik koordinat
13
Perahu 1
unit
Sebagai
transportasi
Pencarian sampel kepiting di daerah
pantai Busung ini dilakukan bersama
nelayan dengan menggunakan
alat/perangkap. Alat yang digunakan
untuk menangkap kepiting adalah
perangkap yang oleh masyarakat lokal
disebut dengan bubu korea atau lipat.
Bubu ini umumnya dioperasikan dengan
menggunakan umpan yang berupa ikan
rucah untuk menarik perhatian kepiting
agar mendekati dan masuk ke dalam
bubu. Peletakan perangkap dilakukan
secara acak pada saat surut dan
pengambilan kepiting yang terperangkap
dilakukan pada saat pasang. Penangkapan
kepiting ini dilakukan dengan
menggunakan 50 unit bubu dalam 2 kali
ulangan untuk mendapatkan hasil yang
sempurna.
2.1 Analisis Data
Setelah mengetahui jenis dan jumlah
spesies kepiting yang tertangkap, maka
dilakukan perhitungan kepadatan kepiting
dengan menggunakan rumus (Brower et
al, 1990 dalam Miranto, 2013).
K = Ni
A
Keterangan :
K = Kepadatan (Ind/km2)
ΣNi = Jumlah individu jenis ke – i
A = Luas daerah pengambilan contoh (km 2)
Kepadatan Relatif (Brower et al, 1990
dalam Miranto, 2013)
KR (%) = 𝑛𝑖
𝑁
Keterangan :
ni = Jumlah individu
Σ N= Total Seluruh Individu
Analisa sampel untuk Indeks
Keanekaragaman menggunakan rumus
Shannon-Wiener (Krebs 1989 dalam
Pratiwi et al, 2013).
H’= - ∑ pi Log 2pi
Keterangan :
H' = indeks keanekaragaman jenis
pi = ni/N
ni = jumlah total individu ke-i
N = jumlah total individu
Kisaran Indeks keanekaragaman
Shannon dikategorikan atas nilai-nilai
sebagai berikut (Syari 2005 dalam
Pratiwi et al, 2013):
H’ < 3,322 = Keanekaragaman jenis
rendah, tekanan ekologi sangat
kuat.
3,322<H’<9,966 = Keanekaragaman jenis
sedang, tekanan ekologi sedang.
H’ > 9,966 = Keanekaragaman jenis
tinggi, terjadi keseimbangan
ekosistem.
Untuk menghitung adanya
dominansi suatu spesies dalam suatu
populasi kepiting dapat dihitung dengan
indeks dominansi sebagai berikut (Pratiwi
et al, 2013):
C = ∑ (𝑛𝑖
𝑁) 2
Keterangan :
C = nilai dominansi
Ni = jumlah individu spesies ke-i
N = jumlah total individu
Indeks keseragaman jenis kepiting
dihitung menggunakan rumus Pilou
dalam Krebs (1989 dalam Ariana et al,
2013) sebagai berikut:
E = H′
Log 2 S
Sedangkan Pola sebaran populasi
kepiting ditentukan dengan menghitung
indeks dispersi morisita dengan
menggunakan uji statistik. Persamaan
indeks dispersi morisita dikutip dari
Soegianto (1994) dalam Pratama (2013)
dengan persamaan sebagai berikut:
Id = n 𝑋2 𝑠𝑛=1 - N
N(N-1)
Keterangan :
Id = Indeks Dispesi Morisita
n = Jumlah plot pengambilan contoh
N = Jumlah individu dalam n plot
X = Jumlah individu pada setiap plot
Nilai indeks morisita yang diperoleh
diinterpretasikan sebagai berikut:
Id = 1, distribusi individu cenderung acak
Id = 0, distribusi individu bersifat
seragam
Id = n (> 1), distribusi individu cenderung
berkelompok.
Kemudian untuk menguji apakah suatu
persebaran acak atau tidak, maka
dilakukan uji khi kuadrat dengan rumus
sebagai berikut :
𝑥2 = (n ∑ X 2/ N) - N
Selanjutnya nilai Khi-kuadrat dari hasil
perhitungan tersebut dibandingkan
dengan nilai Khi-kuadrat pada tabel
statistik dengan menggunakan selang
kepercayaan 95% (α = 0.05). Jika nilai
Khi-kuadrat hitung lebih kecil dari
Khi-kuadrat tabel maka berarti tidak ada
perbedaan nyata dengan acak. Jika nilai
X2 hitung lebih besar dari nilai X2 tabel,
maka tolak Ho (Id = 1), yang berarti ada
perbedaan nyata dengan penyebaran acak.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Komposisi dan Klasifikasi Jenis
Kepiting
Penelitian ini ditemukan 4 jenis kepiting
rajungan dengan spesies yang berbeda
yaitu Portunus pelagicus (Kepiting Bulan
Terang), Portunus reticulatus (Kepiting
Renjong), Charybdis feriata (Kepiting
Bawang ), Thalamita crenata (Kepiting
Batu). rajungan yang ditemukan memiliki
bentuk dan warna tubuh yang berbeda
seperti gambar 2 di bawah ini:
a.
b.
c.
d.
Gambar 2. Variasi bentuk karapas. a. Portunus pelagicus (Linnaeus, 1758), b. Portunus
reticulatus (Herbst, 1799), c. Charybdis feriata (
Linnaeus, 1758), d. Thalamita crenata (Rüppell, 1830)
a.
b.
c.
d.
Gambar 3.Variasi bentuk kelamin
Jantan . a. Portunus pelagicus (Linnaeus, 1758),
b. Portunus reticulatus (Herbst, 1799), c. Charybdis feriata ( Linnaeus, 1758), d. Thalamita crenata (Rüppell, 1830)
Gambar 4. Kondisi kepiting bertelur
3.2 Kepadatan kepiting
Tingkat Kepadatan populasi adalah rata-
rata jumlah individu persatuan luas atau
volume (Campbell et al, 2004 dalam
Saputriyanti, 2014). Tingkat kepadatan
kepiting di zona intertidal pantai Busung
dapat dikatakan bervariasi pada setiap
bulan yaitu berkisar mulai dari 1
indi/km2–30 ind/km
2.
3.3 Kondisi Fisiologi dan
Morfometrik Kepiting
kondisi fisiologi yang terdiri dari jenis
kelamin, kondisi bertelur, dan kondisi
moulting pada kepiting terlihat pada
Gambar 5.
05
1015202530
Kepadatan Kepiting Ind/km 2
Februari
Maret
0
20
40
60
80
100 Jantan
Betina
Bertelur
Moulting
Kondisi bertelur pada kepiting yang
tertangkap banyak terdapat pada jenis
Portunus retikulatus sebesar 100%.
Banyaknya kepiting betina pada jenis
Portunus retikulatus yang tertangkap
menunjukkan bahwa kepiting yang
tertangkap tersebut diduga adalah
kepiting yang siap memijah karena disaat
tertangkap mereka sedang melakukan
ruaya dari hutan mangrove menuju
perairan pantai untuk melakukan
pemijahan. Migrasi kepiting betina
matang gonad ke perairan laut,
merupakan upaya mencari perairan yang
kondisinya cocok sebagai tempat
memijah, inkubasi dan menetaskan telur.
Menurut hasil penelitian Wijayaet al,
(2010) menyatakan intensitas pemijahan
tertinggi atau puncak musim pemijahan
kepiting bakau terjadi pada bulan
Februari sampai April dimana penelitian
ini dilakukan saat bulan Januari – Maret. .
Kondisi moulting pada kepiting banyak
yang tertangkap pada jenis Portunus
pelagikus sebesar 54 % sedangkan jenis
Portunus retikulatus hanya sebesar 46 %.
Tabel 3. Lebar (cm) karapas kepiting
No Populasi Frekuensi Panjang Spesies
Kelas
Charybdis
feriata
Portunus
pelagikus
Portunus
retikulatus
Thalamita
crenata
1 5-5.9 3
2 6-6.9 1 3
3 7-7.9 4 1 3
4 8-8.9 9 5
5 9-9.9 9 14
6 10-10.9 3 11
7 11-11.9 6 9
8 12-12.9 1 4 10
9 13-13.9 2 3
10 14-14.9 2
Tabel 4. Panjang (cm) karapas kepiting
No Populasi Frekuensi Lebar Spesies
Kelas Charybdis
feriata Portunus pelagikus
Portunus retikulatus
Thalamita crenata
1 3.4-3.85
14 5 3
2 3.86-4.31
7 12 3 4.32-4.77
3 14
4 4.78-5.22
11 14 3
5 5.23-5.68
5 7
6 5.69-6.14
2 5 7 6.15-6.60
4
8 6.61-7.06 9 7.07-7.52 10 7.53-7.98 1
Tabel 5. Berat (Gram) kepiting
No Populasi Frekuensi Berat Spesies
Kelas
Charybdis
feriata
Portunus
pelagikus
Portunus
retikulatus
Thalamita
crenata
1 30-57 16 13 3
2 58-85 13 23
3 86-113 8 14 3
4 114-141 3 4
5 142-169 1 4
6 170-197 1 3
7 198-225
8 226-253
9 254-281
10 282-308 1
Dari data tabel diatas dapat dilihat
bahwa kepiting rajungan yang ada di
Desa Busung memiliki ukuran panjang
dan lebar karapas yang bervariasi dari
setiap kepiting yang tertangkap baik
dalam jumlah berdasarkan jenis kelamin,
kondisi moulting dan kondisi bertelur.
Berdasarkan kondisi moulting ukuran
lebar karapas sekitar 8,3 cm-12 cm,
sedangkan ukuran panjang karapas pada
saat kondisi moulting sekitar 3,8 cm-5,5
cm. Selain itu berdasarkan kondisi
bertelur ukuran lebar karapas sekitar 11,8
cm-14 cm, sedangkan ukuran panjang
karapas sekitar 5,4 cm-6,5 cm. Ukuran
berat kepiting yang tertangkap
menunjukkan variasi yang berbeda yaitu
sekitar 30-308 gram. Sedangkan kondisi
kepiting bertelur menujukkan ukuran
berat sekitar 130-190 gram.
3.4 Kelompok Umur
Jumlah kepiting yang tertangkap selama
penelitian ini yaitu sebanyak 110 ekor
dengan kisaran lebar karapas mulai dari
5,0 cm hingga 14,9 cm terlihat pada
gambar dibawah ini:
Gambar 6. Diagram Populasi Lebar Kelas
Karapas Kepiting
Dari Gambar 6 diatas terlihat bahwa
kepiting muda terletak pada kisaran
02468
101214
5-5
.9
8-8
.9
11
-11
.9
14
-14
.9Fre
kue
nsi
leb
ar k
arap
as
lebar Kelas karapas kepiting
Charybdis feriata
Portunus
pelagikusPortunus
retikulatusThalamita crenata
Moulting
ukuran lebar karapas sebesar 6 – 12,0 cm
dicirikan dengan banyaknya kepiting
yang mengalami proses moulting.
Kegiatan moulting ini merupakan proses
pertumbuhan atau pembesaran kepiting
pada fase muda menuju dewasa.
Kemudian kepiting dewasa dicirikan
dengan adanya kondisi kepiting yang
bertelur terletak pada kisaran 11,8 – 14,0
cm. kondisi bertelur ini merupakan proses
pematangan gonad pada kepiting betina.
3.5 Indeks keanekaragaman (H’),
indeks keseragaman (E), dan
indeks dominansi (C) Kepiting.
Tabel 6. Jumlah Indeks Keanekaragaman
(H’), Indeks Dominansi (C), Indeks
Keseragaman Jenis (E) pada kepiting
H’ E C
1,29 0,6 0,46
Indeks Keanekaragaman (H’) kepiting di
zona intertidal pantai Busung sebesar
1,29. Kisaran nilai tersebut
menggambarkan bahwa populasi kepiting
di zona intertidal pantai Busung dapat
dikategorikan memiliki keanekaragaman
yang rendah dengan tekanan ekologi yang
sangat kuat. Hal ini dikarenakan
pemanfaatan oleh masyarakat yang
berlebih, pembuangan limbah domestik
ke laut dan adanya predator di lokasi
penangkapan berpengaruh terhadap
lingkungannya.
3.6 Pola Sebaran Kepiting
Tabel 7. Pola Sebaran Populasi Kepiting
di Perairan Desa Busung
Spesies n Dk
(n-1)
Id X2
Hitung
X2
(0,05)
Pola
Sebaran
Portunus
retikulatus
61 60 15 1581,3
6
43,77 Berkelompok
Portunus
pelagikus
42 4 7,35 691,82 43,77 Berkelompok
Thalamita
Crenata
6 5 0,14 -93,64 11,07 Acak
Charybdis
feriata
1 0 -0,01 -
109,55
0 Tidak
terdefinisikan
Bedasarkan Tabel 7 dapat dilihat
bahwa pada perairan pantai Busung
terdapat 2 pola persebaran populasi
kepiting, yaitu mengelompok dan acak.
Pola persebaran mengelompok ditemukan
pada jenis Portunus retikulatus dan
Portunus pelagikus sedangkan pola
persebaran acak terdapat pada jenis
Thalamita Crenata dan pola persebaran
pada jenis Charybdis feriata tidak
terdefinisikan. Bila diperhatikan pada
jenis Portunus retikulatus dan Portunus
pelagikus dengan pola mengelompok
memiliki tingkat kepadatan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan jenis
Thalamita Crenata dan Charybdis
feriata. Hal ini mengindikasikan bahwa
pola mengelompok berpengaruh pada
tingkat kepadatan kepiting yang berkaitan
dengan keberhasilan tingkat reproduksi
atau pemijahan. Menurut Gultom, 2012
menyatakan bahwa pola sebaran kepiting
tergantung pada beberapa faktor antara
lain : musim pemijahan, tingkat
kelangsungan hidup dari tiap-tiap umur
serta hubungan antara kepiting dengan
perubahan lingkungan.
3.7 Kualitas Perairan
Pengukuran kualitas perairan meliputi
suhu, salinitas, pH dan DO. Nilai
pengukuran kualitas perairan dapat dilihat
pada Tabel 8 dibawah ini.
Tabel 8. Pengukuran Kualitas Perairan
No
Parameter Satuan Nilai Rata-
Rata
Hasil
Baku Mutu
Air
Baku Mutu
perairan
kepiting
Sumber
1 Suhu C0 28,2 28-
30
18-35 Monoarfa
et al,
2013 2 Salinitas 0/00 33,02 33-
34
15-30 Purnama
ningtyas
& Amran,
2010
3 Derajat Keasaman
(pH)
8,3 7-8,5 7,7-8,4 Purnamaningtyas
&
Amran, 2010
4 DO mg/L 6,8 ˃5 ˃4 Aslamya
h et al, 2014
Keterangan: baku mutu (Kepmen LH
No.51 tahun 2004)
. Nilai rata-rata pH sebesar 8,3 artinya pH
di Perairan Desa Busung memiliki
kisaran pH yang relatif stabil dan dapat
dikatakan layak untuk kehidupan biota
didalamnya. Menurut Purnamaningtyas &
Amran, 2010 menyatakan pH berperan
terhadap perkembangbiakan larva
kepiting. Selain pH, salinitas juga
berpengaruh terhadap kehidupan kepiting.
Kisaran rata-rata salinitas yang diperoleh
dari penelitian ini sebesar 33,02 0/00
(Tabel 8). Kisaran salinitas ini jauh dari
kisaran optimum yang dibutuhkan
kepiting untuk pertumbuhan, sehingga
menyebabkan pertumbuhan kepiting
menjadi stress. Kondisi stress pada
kepiting dapat dicirikan dengan keluarnya
buih dari mulut kepiting ketika di
tangkap. Kemudian kisaran rata-rata
oksigen terlarut (DO) di perairan Desa
Busung sebesar 6,8. Menurut KEP
No.51/MENLH/2004menyatakan oksigen
terlarut yang diperkenankan adalah > 5.
Hal ini menunjukkan kisaran yang di
peroleh di perairan Desa Busung dalam
batas normal.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan hasil penelitian yang
telah di lakukan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menemukan 4 jenis
kepiting rajungan dengan spesies
yang berbeda yaitu Portunus
pelagicus (Kepiting Bulan Terang),
Portunus reticulatus (Kepiting
Renjong), Charybdis feriata
(Kepiting Bawang ), dan Thalamita
crenata (Kepiting Batu).
2. Jenis Portunus reticulates yang
tertangkap sebesar 55%, jenis
Portunus pelagicus sebesar 38%,
jenis Charybdis feriata sebesar
1% dan Thalamita crenata sebesar
5%.
3. Kepadatan kepiting saat bulan
Februari dengan jenis Portunus
retikulatus sebesar 30 ind/km2,
jenis Portunus pelagikus sebesar 20
ind/km2 dan jenis Thalamita
crenata sebesar 4 ind/km2
sedangkan pada bulan Maret terjadi
penurunan kepadatan populasi
kepiting sebesar 15 ind/km2 dengan
jenis Portunus retikulatus, jenis
Portunus pelagikus sebesar 9
ind/km2, jenis Thalamita crenata
sebesar1 ind/km2 serta 1 ind/km
2
dengan jenis Charybdis feriata .
4. Pola persebaran populasi kepiting
yang terdapat di zona intertidal
pantai Busung yaitu mengelompok
dan acak. Pola persebaran
mengelompok ditemukan pada jenis
Portunus retikulatus dan Portunus
pelagikus sedangkan pola
persebaran acak terdapat pada jenis
Thalamita Crenata dan pola
persebaran jenis Charybdis feriata
tidak dapat terdefinisikan.
5. Status populasi kepiting muda
terletak pada kisaran ukuran lebar
karapas sebesar 6 – 12,0 cm
dicirikan dengan banyaknya
kepiting yang mengalami proses
moulting. Kemudian kepiting
dewasa dicirikan dengan adanya
kondisi kepiting yang bertelur
terletak pada kisaran 11,8 – 14,0
cm. Kondisi bertelur ini merupakan
proses pematangan gonad pada
kepiting betina.
6. Nilai rata-rata pengukuran
parameter kualitas air menunjukkan
nilai kisaran yang masih tergolong
memenuhi standar baku mutu untuk
kehidupan biota laut.
4.2 Saran
Adapun saran dari peneliti sebagai
berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian
mengenai keberadaan kepiting
berdasarkan umpan yang berbeda,
serta diperlukan juga penelitian
lanjutan dalam jangka waktu yang
lebih luas (1 tahun).
2. Perlu dilakukan penelitian
mendalam guna melihat sejauh
mana batas toleransi kepiting
terhadap tiap-tiap parameter
lingkungan.
3. Diperlukan segera suatu upaya
pelestarian serta pola pemanfaatan
dan pengelolaan yang lestari
terhadap populasi kepiting di zona
intertidal pantai Busung, oleh
pemerintah terutama Dinas
Kelautan Perikanan.
V. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis ucapkan
kepada semua pihak yang telah
mendukung dan membantu, terkhusus
kepada :
1. Ibunda, ayahanda dan adik-adik
tercinta serta teman-teman
seperjuangan
2. Ibu Ita Karlina, S.Pi, M.Si selaku
dosen pembimbing I.
3. Bapak Arief Pratomo, ST, M.Si
selaku dosen pembimbing II.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni,P.,Dewi,E.,Dan Rianta,P.
2015.Sebaran Kepiting
(Brachyura) Di Pulau Tikus,
Gugusan Pulau Pari,Kepulauan
Seribu. Hal: 213-221.Vol 1, No 2,
April 2015
Anonim. 2014. Ekologi Populasi.
Universitas Gadjah Mada
https://ml.scribd.com/doc/242046
472/Ekologi-Populasipdf, 30
Oktober 2015
Aslamyah,S Dan Yushinta Fujaya. 2014.
Frekuensi Pemberian Pakan
Buatan Berbasis Limbah Untuk
Produksi Kepiting Bakau
Cangkang Lunak. Jurnal Ilmu
Kelautan dan Perikanan Vol.24
(1) April 2014: 44-52
Fujaya, Y. 2008. Kepiting komersil di
dunia, biologi, pemanfaatan, dan
pengelolaannya. Citra Emulsi.
Makassar.
Fujaya,Y. Dan DD Trijuno, Hasnidar.
2013. Pengaruh Siklus Bulan
Terhadap Dinamika Hormon
Ecdysteroid Kaitannya dengan
Aktivitas Molting Kepiting Bakau
(Scylla olivacea) pada Budidaya
Kepiting Cangkang Lunak.
Gultom,G.M.,2012. Studi Kelimpahan
Dan Keanekaragaman Kepiting
Brachyura Di Pantai
Poncan,Pulau Poncan Gadang,
Kotamadya Sibolga
.skripsi.Universitas Negeri Medan
Jafar, Lisda. 2011. Perikanan Rajungan
Di Desa Mattiro Bombang (Pulau
Salemo, Sabangko Dan Sagara)
Kabupaten Pangkep. Skripsi.
Universitas Hasanuddin Makasar.
Kep No.51/MENLH/2004. Baku Mutu
Air Laut
http://www.ppk-
kp3k.kkp.go.id/ver3/media/downlo
ad/RE_keputusan-menteri-negara-
lingkungan-hidup-nomor-51-
tahun 2004_20141008143942.pdf,
2 Juni 2016
Komunitas Biota Dunia Perairan.
Kepiting Bakau (Scylla sp).2013
http://dunia-
perairan.blogspot.co.id/2013/02/k
epiting-bakau-scylla-sp.html,
2 Juli 2016
Komunitas Perikanan. 2016. Mengenal
Kepiting Soka
http://kabmmu.blogspot.co.id/201
2/06/mengenal-kepiting-soka.html,
2 Juli 2016
Kordi, H.G.M. 2012.Ekosistem Mangrove
: Potensi, Fungsi, dan
Pengelolaan.Jakarta: Rineka Cipta
Marianingtyas. 2009. Studi Pola
Penyebaran Kepiting Di Perairan
Surabaya.FMIPA, Istitut
Teknologi Sepuluh November.
Surabaya
Miranto,Adi.2013.Tingkat Kepadatan
Kepiting Bakau Di Sekitar Hutan
Mangrove Di Kelurahan
Tembeling Kecamatan Teluk
Bintan Kepulauan Riau.
Skripsi,Jurusan Manajemen
Sumberdaya Perairan Universitas
Maritim Raja Ali Haji.
Monoarfa,S, Syamsuddin dan Sri
Nuryatin.2013. Analisis
Parameter Dinamika Populasi
Kepiting Bakau (Scylla serrata) di
Kecamatan Kwandang,
Kabupaten Gorontalo Utara.
Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. Volume 1, Nomor 1,
Juni 2013
Mulya, M. B, (2002), Keanekaragaman
dan Kelimpahan Kepiting Bakau
(Scylla spp.) di Hutan Mangrove
Suaka Margasatwa Karang
Gading dan Langkat Timur, Tesis,
Program Pascasarjana IPB, Bogor
Nybakken, James. Wiley. 1988. Biologi
Laut, Suatu Pendekatan Biologi.
Jakarta. Gramedia.
Peraturan Menteri Kelautan Dan
Perikanan Republik Indonesia
NO. 1/PERMEN-KP/2015.
Penangkapan Lobster (Panulirus
Spp.), Kepiting (Scylla Spp.), Dan
Rajungan (Portunus Pelagicus
Spp.)
http://kkp.go.id/assets/uploads/201
5/01/18-SE-Menteri.pdf, 4 Mei
2016
Pratama,R.R. 2013. Analisis Tingkat
Kepadatan Dan Pola Persebaran
Populasi Siput Laut Gonggong
(Strombus Cannarium) Di
Perairan Pesisir Pulau Dompak.
Skripsi, Jurusan Ilmu Kelautan
Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Pratiwi,R. Dan Ernawati,W. 2013 .Pola
Sebaran Dan Zonasi Krustasea Di
Hutan Bakau Perairan Teluk
Lampung. Zoo Indonesia 2013.
22(1): 11-21.
Purnamaningtyas,S.E & Amran
R.S.2010.Kajian Kualitas Air
Dalam Mendukung Pemacuan
Stok Kepiting Bakau Di
Mayangan Subang, Jawa
Barat.LIMNOTEK
(2010)17(1):85-93.
Rahmat, Enjah. 2011. Teknik Pengukuran
Morfometrik Pada Ikan Cucut Di
Perairan Samudera Hindia. Jurnal
Teknisi Litkayasa pada Balai Riset
Perikanan Laut, Muara Baru-
Jakarta
Rusmadi .2014. Studi Biologi Kepiting Di
Perairan Teluk Dalam Desa
Malang Rapat Kabupaten Bintan
Provinsi Kepulauan Riau. Skripsi,
Jurusan Ilmu Kelautan Universitas
Maritim Raja Ali Haji.
Saputriyanti. 2014. Pola Sebaran Dan
Tingkat Kepadatan Populasi Siput
Gonggong (Strombus Sp.) Di
Perairan Pulau Penyengat
Kepulauan Riau. Skripsi, Jurusan
Ilmu Kelautan Universitas
Maritim Raja Ali Haji.
Shimek, R.L. 2008. Crabs, (Online),
(www.reefkeeping.com, Di Unduh
10 November 2015)
Suryani,M.2006. Ekologi Kepiting Bakau
(Scylla Serrata Forskal) Dalam
Ekosistem Mangrove Di Pulau
Enggano Provinsi Bengkulu.Tesis.
Universitas Diponegoro Semarang
Susanto,Adi,R.I Dan Devi,Y.
2014.Perbedaan Jenis Umpan
Dan Waktu Penangkapan
Kepiting Bakau (Scylla Serrata)
Dengan Bubu Lipat Skala
Laboratorium.Jurnal Perikanan
dan Kelautan Vol. 4 No. 4 : 221-
228.
Utina,R.,Chairunnisah, Dan Abubakar
S.K. 2013.Deskripsi Perbedaan
Jumlah Individu Kepiting Bakau
Scylla Serrata Dan Uca Sp Serta
Hubungannya Dengan Faktor
Lingkungan Pada Ekosistem
Mangrove Di Desa Bulalo
Kecamatan Kwandang Kabupaten
Gorontalo Utara.
Wijaya,N.I,Fredinan Y.,Mennofatria
B.Dan Sri J.2010.Biologi Populasi
Kepiting Bakau (Scylla Serrata
F.) Di Habitat Mangrove Taman
Nasional Kutai Kabupaten Kutai
Timur.Oseanologi dan Limnologi
di Indonesia(2010) 36(3): 443-461
Yulianda,F.,Muhamad S., Yusuf, dan
Windy P.2013. Zonasi Dan
Kepadatan Komunitas Intertidal
Di Daerah Pasang Surut, Pesisir
Batuhijau, Sumbawa. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Kelautan Tropis,
Vol. 5, No. 2, Hlm. 409-416,
Desember 2013