studi gender dalam komunikasi kalangan ulama di … sosial...jurnal sosial, vol. 16 nomor 1 maret...
TRANSCRIPT
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
116
STUDI GENDER
DALAM KOMUNIKASI KALANGAN ULAMA
DI KABUPATEN MADIUN
( Studi Gender dalam Komunikasi Kalangan Ulama di Desa Balerejo,
Kecamatan Kebonsari )
Zulin Nurchayati Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Merdeka Madiun
Abstract
Indonesia citizen have the same position in the law and government. That also existing
reality in society which consist of man and woman where both of them have different
duty but has the same function in the internal and external household. Problem of which
studied in this research is how far communications all of the moslem scholar have in
existence of gender in society, which can depicted for example; Analysing
communications all of the Moslem Scholar in the Madiun regency, Knowing
composition role of woman among all of the Moslem Scholar in the Madiun , Knowing
equivalence of gender among Moslem scholar in Madiun regency especially in
household. Research method that used is descriptive qualitative, with population and
sampel that is all of the moslem scholar in Countryside of Balerejo District of
Kebonsari technicsly sampling purposive. Supporter data is interview and closed
kuesioner and also supporter documents exist in Countryside region of Balerejo District
of Kebonsari. Result of this research is gender have gone effect into public in society
and also applying in so many propagated life area in all sector life of economic
goodness, culture and also social. So that execution of gender as according to rights
and obligations as society member which full of awareness
Keyword : Gender, communications, moslem scholar
A. Pendahuluan
Dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Pemerintah ( RPJPP )
menyebutkan bahwa peranan wanita
dalam pembangunan berkembang selaras
dan serasi dengan perkembangan
tanggung jawab dan peranannya dalam
mewujudkan dan mengembangkan
keluarga sehat dan sejahtera. Di samping
itu wanita sebagai warga negara dan
sumber insani bagi pembangunan
mempunyai hak, kewajiban dan
kesempatan yang sama dengan pria di
segala bidang kehidupan sesuai dengan
kodrat dan martabatnya.
Setiap manusia mempunyai hak
azasi yang sama dalam bekerja.
Demikian pula wanita, tidak lepas dari
emansipasinya dalam menjalankan
pekerjaan dan bekerja sesuai dengan
1) 1)
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
117
kemampuannya. Berbagai kondisi yang
melekat dalam dunia dan kehidupan
wanita Indonesia, baik dilihat dari segi
hakekat keberadaannya sebagai wanita
dengan naluri dan kodrat yang
dimilikinya maupun dilihat dari sudut
sosio kulturalnya, nilai- nilai pandangan
hidup dan arah pembangunan bangsa,
secara keseluruhan mengisyaratkan
bahwa mengukur peranan wanita dalam
pembangunan dengan asumsi – asumsi
partisipasi dalam produksi jelas kurang.
Dalam mendorong wanita untuk
berpartisipasi dalam pembangunan perlu
makin ditingkatkan dan dikembangkan
kegiatan wanita dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Begitu pula peran wanita dalam berbagai
sektor.
Ulama merupakan tokoh agama
sekaligus tokoh masyarakat yang sangat
disegani maupun dihormati segala
perkataan maupun keputusannya
sehingga tercipta suasana yang patuh,
hormat dan taat pada segala bentuk
komunikasi yang digunakannya. Sebagai
wacana, bahwa dengan adanya
penciptaan lingkungan yang seperti itu
maka terkadang para ulama lupa akan
peran orang perempuan dalam mengisi
kegiatan atau mewarnai berbagai bentuk
kegiatan atau hal di lingkungan ataupun
kehidupan dengan tidak menyinggug
atau melibatkan perempuan dalam
banyak hal termasuk dalam
berkomunikasi baik dalam keseharian
maupun dalam hal atau bidang tertentu.
Hal ini dapat dilihat bahwa dalam
berbagai bidang kehidupan pemerintah
sudah banyak kebijakan mengenai
gender sehingga tidak ada kesenjangan
gender dalam kebijakan – kebijakan
yang diberlakukan. Di sisi lain masih
banyak kalangan ulama yang
menganggap bahwa wanita tidak perlu
dibahas ataupun tidak penting untuk
dilibatkan dalam berbagai macam
persoalan ataupun bidang bahkan dalam
pengambilan keputusan baik dalam
internal maupun eksternal ulama itu
sendiri. Suasana ini masih banyak
berkembang di lingkungan pondok –
pondok pesantren yang mengutamakan
salafiyah dan lebih menekankan peran
seorang Kyai atau pemuka agama.
Berangkat dari permasalahan –
permasalahan yang ada, maka perlu
adanya kajian bahwa apakah di kalangan
para ulama sudah melakukan gender
dalam berkomunikasi dalam berbagai hal
yang berpedoman pada kesetaraan
gender.
Berdasarkan uraian di atas, maka
penelitian ini mengambil judul Studi
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
118
Gender dalam Komunikasi Kalangan
Ulama‟ di Kabupaten Madiun ( Studi
Gender Dalam Komunikasi Kalangan
Ulama‟ di Desa Balerejo,Kecamatan
Kebonsari ). Berdasarkan uraian latar
belakang tersebut permasalahan
dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana
peran gender dalam komunikasi di
kalangan para ulama di Desa Balerejo,
Kecamatan Kebonsari, Kabupaten
Madiun ?
B. Kajian Pustaka
Penjelasan pada segala sesuatu
yang telah diuji secara berkali – kali dan
terbukti kebenarannya disebut dengan
teori. Menurut Kerlinger, teori adalah
himpunan konstruk ( konsep ), definisi
dan yang mengemukakan pandangan
sistematis tentang gejala dengan
menjabarkan relasi diantara variabel,
untuk menjelaskan dan meramalkan
gejala tersebut ( Rakhmat,2004: 06 ).
Untuk mendasari penelitian, maka
beberapa teori berikut sangat menunjang
dalam penjabaran penelitian ini
1. Komunikasi
Komunikasi pasti dilakukan oleh
semua orang dimanapun berada, dalam
setiap saat dan dalam kegiatan maupun
beraktivitas dalam sehari- hari.
Komunikasi akan membentuk suatu
sikap yang saling interaksi, pengertian,
menumbuhkan persahabatan,
memelihara kasih sayang, menyebarkan
pengetahuan dan melestarikan peradaban
maupun budaya. Tetapi di sisi lain
dengan komunikasi juga dapat
menumbuhkan perpecahan,
menghidupkan permusuhan,
menanamkan kebencian, merintangi
kemajuan, dan menghambat pemikiran
serta menanamkan persepsi yang positif
maupun negatif pada seseorang atau
orang lain.
Komunikasi adalah aktivitas dasar
manusia. Dengan komunikasi manusia
dapat berhubungan satu dengan yang
lain baik dirumah maupun diluar rumah
atau dengan lingkungan serta dimana
saja manusia itu berada.
Komunikasi menurut Kohler
sangat efektif bagi semua organisasi,
maka setiap pemimpin organisasi dan
para komunikator dalam sebuah
organisasi perlu memahami dan
menyempurnakan kemampuan
komunikasi mereka. ( Muhammad
:2004:01).
Menurut beberapa ahli yang
dimaksud dengan komunikasi adalah :
a. Arni Muhammad
Komunikasi adalah pertukaraan pesan
verbal maupun nonverbal antara si
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
119
pengirim dengan si penerima pesan
untuk mengubah tingkah laku. Si
pengirim dapat berupa individu,
kelompok atau organisasi. Sedangkan
si penerima pesan adalah seseorang,
anggota kelompok, seorang kepala
bagian, pemimpin/pimpinan,
kelompok orang, atau organisasi
secara keseluruhan.
b. Hovland, Janis dan Kelly
Komunikasi adalah proses individu
mengirim stimulus yang biasanya
dalam bentuk verbal untuk mengubah
tingkah laku orang lain.
c. Brent D. Ruben
Komunikasi adalah suatu proses
melalui individu dalam hubungannya,
dalam kelompok, organisasi, dan
dalam masyarakat menciptakan,
mengirimkan, dan menggunakan
informasi untuk mengkoordinasi
lingkungannya dan orang lain.
Dalam proses komunikasi itu
berlangsung melalui tahap-tahap
tertentu secara terus-menerus,
berubah-ubah dan tidak ada henti-
hentinya. Bahwa proses komunikasi
merupakan proses timbal balik karena
antara si pengirim dan si penerima
saling mempengaruhi satu sama lain,
yakni perubahan tingkah laku yang
terjadi didalam diri individu.
2. Fungsi Komunikasi
Pada dasarnya komunikasi ada 2
fungsi utama yakni yang pertama untuk
kelangsungan hidup sehari-hari. Misal
keselamatan, kesadaran pribadi,
mencapai ambisi. Yang kedua untuk
kelangsungan hidup masyarakat, misal
memperbaiki hubungan sosial,
mengembangkan keberadaan seseorang
dalam suatu masyarakat.
Ilmu Komunikasi ( Mulyana,
2004;05 ) terdapat empat fungsi
komunikasi yang antara lain sebagai
berikut: komunikasi sosial, komunikasi
ekspresif, komunikasi ritual dan
komunikasi instrumental. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Komunikasi sosial adalah komunikasi
yang penting untuk membangun
konsep-konsep diri kita (individu),
aktualisasi diri, untuk kelangsungan
hidup. Lewat kerjasama (keluarga,
kelompok masyarakat, RT )
2. Komunikasi ekspresif adalah
komunikasi yang dapat dilakukan baik
sendirian ataupun dalam kelompok.
Komunikasi yang bertujuan untuk
mempengaruhi orang lain dalam
menyampaikan perasan-perasan
(emosi) yang dihasilkan oleh
individu.
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
120
3. Komunikasi ritual adalah komunikasi
yang dilakukan secara kolektif yakni
suatu komunitas yang sering
melakukan ritual atau upacara-
upacara secara bersama, misal
kelahiran, sunatan, ulang tahun, naik
haji, wisuda dan lain-lain.
4. Komunikasi instrumental adalah
komunikasi yang bertujuan umum
untuk menginformasikan, mengajar,
mendorong, mengubah sikap dan
keyakinan serta perilaku seseorang
secara keseluruhan.
3. Karakteristik Komunikasi
Dalam komunikasi ada empat
karakteristik dalam berkomunikasi yakni
suatu proses, suatu sistemik, interaksi
dan transaksi, dimaksud dan tidak
dimaksud ( Mulyana, 2004 : 12).
Masing-masing akan dijelaskan sebagai
berikut :
1. Suatu prosesadalah komunikasi itu
suatu kegiatan yang terus-menerus
yang tidak mempunyai permulaan dan
akhiran dan selalu berubah-ubah.
2. Suatu sistemik adalah bahwa masing-
masing dalam setiap komponen
komunikasi mempunyai tugas-tugas
masing, misal komunikator sebagai
pengirim pesan.
3. Interaksi (saling bertukar komunikasi
yakni seseorang yang berbicara
dengan temannya kemudian
temannya memberikan reaksi atau
komentar atas apa yang sedang
dibicarakan) dan transaksi adalah jika
komunikasi yang kita lakukan tidak
seteratur prosesnya. Yakni
percakapan yang terlibat dalam proses
pengiriman pesan secara simultan.
4. Dimaksud atau komunikasi yang
disengaja apabila pesan yang
mempunyai maksud tertentu
dikirimkan kepada penerima yang
dimaksud. Dan tidak dimaksud adalah
komunikasi yang tidak disengaja.
4. Elemen Komunikasi
Model komunikasi di dalamnya
terdapat banyak elemen-elemen dalam
komunikasi. Misalnya untuk pesan dan
informasi sebenarnya sama artinya,
untuk itu menurut Arni Muhammad :
2004 : 23, terdapat 5 elemen dasar
komunikasi yakni :
1. tersebut dapat dimengerti/dipahami
oleh si penerima pesan dengan
memberikan tanggapan atau
adanya umpan balik atas apa
2. yang di terimanya (pesan). Pesan
adalah informasi yang akan
dikirimkan kepada si penerima. Pesan
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
121
yang disampaikan dapat berupa pesan
verbal (bisa tertulis : koran, majalah,
surat, buku, memo dan lisan :
percakapan melalui telpon, atau tatap
muka secara langsung) dan nonverbal
dapat berupa isyarat, gerakan badan
ekspresi muka serta nada suara.
3. Pengirim Pesan adalah individu atau
orang yang mengirim pesan.
4. Saluran adalah jalan yaang dilalui
pesan dari si pengirim pesan dengan
si penerima pesan. Dapat berupa alat-
alat elektronik misal TV, radio, surat
kabar serta dapat juga melalui indera
penciuman, alat pengecap atau alat
peraba.
5. Penerima Pesan adalah menganalisis
dan menginterpretasikan isi pesan
yang diterimanya.
6. Balikan adalah respon terhadap pesan
yang diterima yang dikirimkan
kepada si pengirim pesan. Yaitu
pengirim pesan dapat mengetahui
pesan yang dikirimkan.
b. Gender
Berdasarkan pengertiannya, gender
adalah perbedaan status dan peran antara
perempuan dan laki – laki yang dibentuk
oleh masyarakat sesuai dengan nilai
budaya yang berlaku dalam periode
waktu tertentu ( WHO, 2001).
Selain itu juga ada yang
berpendapat, gender merupakan jenis
kelamin sosial atau konotasi masyarakat
untuk menentukan peran sosial
berdasarkan jenis kelamin (Suryadi dan
Idris, 2004 ).
Dapat ditarik kesimulan bahwa
Gender adalah perbedaan fungsi peran
dan tanggung jawab laki – laki dan
perempuan sebagai hasil konstruksi
sosial yang dapat berubah – ubah sesuai
perubahan jaman ( dipengaruhi faktor
ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, adat istiadat, agama, etnik,
golongan maupun faktor sejarah ) Atau
Peran yang diberikan kepada wanita dan
pria yang dibentuk oleh masyarakat/
rekayasa sosial
1. Perbedaan Gender dan Jenis
Kelamin
a. Karena konsep jenis kelamin
biologis yg bersifat permaen dan
statis tidak dapat digunakan
sebagai alat analisis yg berguna
untuk memahami realitas
kehidupan dan dinamika
perubahan.
b. Pihak lain analisis sosial yg ada
seperti analisis kelas, analisis
kebudayaan yg selama ini
digunakan tidak dapat menangka
realitas adanya relasi kekuasaan yg
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
122
didasarkan pd relasi gender dan
sangat berpotensi menumbuhkan
penindasan.
Gender berbeda dengan jenis
kelamin ( seks ). Seks adalah pembagian
jenis kelamin yang ditentukan secara
biologis dan melekat pada jenis kelamin
tertentu. Maka dari itu, konsep jenis
kelamin digunakan untuk membedakan
laki – laki dan perempuan berdasarkan
unsur biologis dan anatomi tubuh.
2. Bentuk – bentuk ketidakadilan
gender ( Ramlan, 2011 )
a. Marjinalisasi/pemiskinan
perempuan.
b. Sub ordinasi adalah keyakinan
bahwa salah satu jenis kelamin
dianggap lebih penting atau lebih
utama dibanding jenis kelamin
lainnya
c. Stereotype adalah pelabelan atau
penandaan yg sering kali bersifat
secara umum selalu melahirkan
ketidakadilan
d. Kekerasan adalah serangan
terhadap fisik maupun integritas
mental psikologis seseorang
e. Beban kerja
Berbagai observasi menunjukkan
perempuan mengerjakan hampir
90% dari pekerjaan di rumah
tangga, sehingga bagi mereka yg
bekerja di luar rumah/ wilayah
publik masih tetap harus
mengerjakan pekerjaan domestik.
3. Pengarusutamaan gender
1) Pengertian PUG
Merupakan suatu strategi untuk
mencapai kesetaraan dan keadilan
gender melalui kebijakan dan
program yang memperhatikan
pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan
permasalahan perempuan dan laki –
laki ke dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi dari seluruh kebijakan dan
program di berbagai bidang
kehidupan dan pembangunan.(
Ramlan : 2011 )
2) Alasan mengapa PUG diperlukan
1. Pemerintah dapat bekerja lebih
efisien dan efektif dalam
memproduksi kebijakan –
kebijakan publik yang adil dan
responsif gender kepada rakyatnya,
perempuan dan laki – laki.
2. Kebijakan dan pelayanan publik
serta program dan perundang –
undangan yang adil dan responsif
gender akan membuahkan manfaat
yang adil bagi semua rakyat
perempuan dan laki – laki.
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
123
3. PUG merupakan upaya
menegakkan hak-hak perempuan
dan laki-laki atas kesempatan yang
sama, pengakuan yang sama dan
penghargaan yang sama
dimasyarakat.
4. PUG mengantar kepada
pencapaian kesetaraan gender dan
karenanya PUG meningkatkan
akuntabilitas pemerintah terhadap
rakyatnya.
5. Keberhasilan pelaksanaan PUG
memperkuat kehidupan sosial
politik dan ekonomi suatu bangsa.
3) Keuntungan Menyelenggarakan
PUG
Disebutkan dalam
megidentifikasi PUG ( BKB dan
PP,2010; 24 ) apakah laki-laki dan
perempuan dapat :
1. Memperoleh akses yang sama
kepada sumberdaya pembangunan.
2. Berpartisipasi yang sama dalam
proses pembangunan, termasuk
proses pengambilan keputusan.
3. Memiliki kontrol yang sama atas
sumberdaya pembangunan, dan
4. Memperoleh manfaat yang sama
dari hasil pembangunan.
4) Komunikasi dan Gender
Merupakan komunikasi yang
mengarah pada kesetaraan gender
sehingga ada suatu keseimbangan
gender antara laki – laki dan
perempuan dalam berbagai bidang.
5) Pola Interaksi Sosial
Pada kenyataannya masyarakat
di dalam berbagai kegiatan atau
aktivitas tidak dapat berpaling dari
kebiasaan-kebiasaan yang berlaku,
merupakan situasi (keadaan) dan
kondisi (kemampuan) yang telah
secara bersama-sama dibangun
melalui kepekaan mereka kepada nilai
moral yang menghasilkan norma-
norma dan kaidah bermasyarakat.
Dengan situasi (keadaan) dan kondisi
(kemampuan) seperti itu,
mempengaruhi pola berfikir, sikap
dan perilaku, sehingga toleransi (daya
penerimaan) yang ter-jadi tidak dapat
atau kecil kenungkinan untuk
melampaui kekuatan keperhatian
mereka terhadap nilai-nilai moral. Hal
demikian, berlaku bagi seluruh
lapisan dan tingkatan yang ada di
dalam masyarakar dan berbagai
kegiatan atau aktivitas, sehingga
pemisahan (faktor posisi) dan
pembedaan (faktor peran) yang terkait
dengan kedudukan kaum wanita
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
124
menjadi kajian yang sampai saat ini
belum dapat tersikapi secara wajar,
baik oleh kalangan kaum wanita
sendiri maupun oleh lawan jenisnya,
yaitu kalangan kaum laki-laki.
Peristiwa demi peristiwa yang
bersangkut-paut dengan kedudukan
kaum wanita, baik di dalam
masyarakat maupun dalam keluarga
(rumah tangga), belum dapat
memberikan pengaruh secara positif
terhadap meningkatnya kemampuan
dan berkembangnya pengetahuan
kaum wanita selaku asset masyarakat
yang harus diperhatikan
pemberdayaannya secara lebih positif
dan wajar.
Pemberian peran juga terjadi di
eksternal keluarga terhadap kaum
laki-laki dan kaum wanita analog
dengan peran gender dan stereotipe,
laki-laki dan wanita diharapkan
memegang peran tertentu. Kalau
peran itu tidak dijalankan, maka
seseorang akan dianggap melawan
norma, tradisi ataupun adat, yang
tidak menguntungkan kaum wanita
yaitu gender berpihak pada nilai
androsentris. Sosialisasi sejak kecil
menyebabkan kaum wanitapun
menginternalisasi posisi, peran, dan
fungsi di dalam perbedaan gender
sebagai suatu keharusan. Dalam
beberapa hal internalisasi wanita yang
tidak lebih sebagai obyek kaum laki-
laki membuat kaum wanita terbius
pada status terhormat yang semu.
Kaum wanita menjadi manusia yang
tidak nampak atau tersembunyi,
meskipun banyak wanita yang atas
inisiatif sendiri telah bekerja dan
berkontribusi, namun tidak banyak
terungkap. Menyikapi bahwa proses
dan pola hubungan yang terjadi
adalah hubungan ketergantungan, dan
timbul kesadaran bahwa dengan
proses dan pola hubungan yang
demikian juga menghambat proses
komunikasi di dalam masyarakat
maka secara langsung maupun secara
tidak langsung dalam upaya
menemukan keseimbangan bagi kaum
wanita pada interaksi internal dan
eksternal lingkungannya, menentukan
keputusan untuk bersikap dan
perilaku ”apa adanya” dengan lebih
mengutamakan ”kepentingan
keluarga dan diri sendiri”. Sikap atau
perilaku yang diekspresikan oleh
kaum wanita seperti itu, merupakan
salah satu proses penyesuaian dan
pengendalian diri dalam upaya
menemukan keseimbangan dan
keharmonisan pola hubungan di
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
125
dalam masyarakat dengan tetap
memperhatikan nilai moral yang
berlaku di dalam masyarakat, dimana
kalangan ini sebagai warga yang
bagaimanapun wujudnya, adalah
memiliki posisi, peran, dan fungsi.
Bagaimanapun juga seorang
individu tidak akan lepas dari
fungsinya sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial yang artinya
dirinya harus bisa menempatkan diri
dalam memfungsikan keberadaan
dirinya di lingkungan keluarga
maupun masyarakat pada umumnya.
Kaidah antar pribadi mencakup
kaidah kesopanan dan kaidah hukum.
Kaidah kesopanan, bertujuan agar
manusia bertingkah laku dengan baik
di dalam pergaulan hidup. Kaidah
hukum pada dasarnya bertujuan
untuk mencapai kedamaian hidup
bersama, yang merupakan
keserasian antara ketertiban dan
ketentraman (Soerjono Soekanto,
1990: 184).
Keseimbangan di dalam
interaksinya, kaum wanita
memerlukan hubungan-hubungan
melalui proses dan pola hubungan
sesuai dengan nilai moral (norma dan
kaidah) yang berlaku di dalam
masyarakat. Dengan keseimbangan
tersebut, kaum wanita dapat
menentukan sikap dan perilakunuya
melalui langkah-langkah
pengendalian diri, seperti; mengikuti
kegiatan atau aktivitas yang ada di
lingkungan tempat tinggal, dengan
sesama wanita pada umumnya, atau
membuat kegiatan sendiri dengan
membuka usaha sesuai keinginan dan
kemampuan yang dimiliki.
Pemanfaatan kesempatan oleh kaum
wanita seperti itu, merupakan bentuk-
bentuk upaya yang dilakukan guna
memperoleh keseimbangan
dimaksud, secara positif. Namun ada
pula yang menerima keadaan sebagai
ibu rumah tangga, sehingga pada
umumnya keadaan seperti ini sangat
sering mengakibatkan keterbatasan-
keterbatasan di dalam upaya menjalin
hubungan-hubungan eksternal. Akibat
dari keterbatasan tersebut, adalah
ditemuinya kesulitan dalam upaya
menemukankeseimbangan,terdapat
rintangan di dalam berkomunikasi
dengan sesama warga masyarakat
lingkungannya, terutama untuk
mengakses informasi-informasi.
Kenyataan seperti ini, dapat
dikemukakan beberapa bentuk
rintangan dalam berkomunikasi,
yaitu; Rintangan dalam komunikasi
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
126
dengan banyak orang menunjukkan
fakta yang sederhana bahwa tidak
ada dua orang individu yang sama.
Individu-individu itu dilahirkan
dengan kemampuan yang berbeda;
mereka memiliki pengalaman yang
berlainan selama masa kanak-kanak
dan masa muda, dan bagai orang
dewasa mereka mempunyai
bermacam-macam pengaruh
diantaranya :
a. Perbedaan dalam persepsi
1) Perbedaan usia
2) Perbedaan keadaan emosi
b. Perbedaan dalam kemampuan
mendengarkan
c. Perbedaan dalam penafsiran
(semantik)
d. Perbedaan dalam status
1) Pencarian informasi
2) Penyaringan informasi
(Moekijat, 1993: 184-187).
Menghadapi keadaan yang
demikian, menjadi pemahaman dan
pengalaman yang secara kumulatif
merupakan pemicu terbentuknya pola
interaksi sosial sesuai dengan
perkembangan kemampuan dan
meningkatnya pengetahuan kalangan
ini, sehingga bermunculan gerakan
kaum wanita melalui berbagai
organisasi di dalam masyarakat. Hal
demikian, merupakan salah satu
upaya kaum wanita dalam rangka
melapangkan pemikiran terhadap
rintangan-rintangan untuk melakukan
komunikasi, baik komunikasi secara
internal maupun secara eksternal
rumah tangga, guna meminimalkan
perbedaan-perbedaan yang secara
faktual dihadapi dan terjadi. Terutama
menyangkut perbedaan-perbedaan
sikap terhadap perubahan dan
perkembangan arah perubahan
lingkungan, dalam hal mana,
perbedaan sikap tersebut merupakan
proses yang berlangsung di dalam diri
pribadi masing-masing warga
masyarakat dan berpengaruh terhadap
pola hubungan-hubungan antar-intern
keluarga, guna menyikapi fakta-fakta
lingkungan. Selanjutnya, sikap yang
di- miliki dan berkembang di
kalangan kaum wanita terhadap
perbedaan-perbedaan seperti itu,
adalah melalui pembentukan
perhimpunan, asosiasi, dan gerakan-
gerakan berupa organisasi yang
dibangun guna mewadahi aspirasi dan
apresiasi kalangan ini, serta berupaya
menyampaikan maksud dan tujuan
organisasi tersebut kepada khalayak
dan di dalam masyarakat.
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
127
c. Ulama
a) Pengertian Ulama
Secara bahasa, kata ulama
adalah bentuk jamak dari kata „aalim
yang artinya adalah isim fail atau
ilmu. Sehingga dapat dikatakan
‘aalim adalah orang yang berilmu dan
ulama adalah orang – orang yang
berilmu.Bisa dikatakan bahwa ulama
merupakan tokoh agama yang
menjadi panutan masyarakat baik
dalam tutur kata maupun perilaku
berkehidupan sosial kemasyrakatan.
b) Komunikasi Kalangan Ulama
Komunikasi memiliki peran
yang sangat penting di dalam upaya
membentuk persepsi (bentuk, sifat,
pola, dan manifestasi) pada setiap
peristiwa interaksi sosial antara
manusia dengan lingkungannya. Cara
dan urutan berkembangnya
masyarakat berada pada atau
tergantung bagaimana iklim
komunikasi dibangun di dalamnya.
Secara konseptual, hal ini dirumuskan
sebagai; ”... menentukan dan
meneguhkan... eksistensi kepercayaan
dukungan, keterbukaan, penyuluhan,
perhatian dan keterus-terangan.
Dengan demikian pengaruh
komunikasi dapat bermacam-macam
dan berubah menurut cara-cara
pengaruh komunikasi ini ditentukan
dan diteguhkan melalui interaksi” (
Mulyana, 2002: 154).
Kemampuan untuk
menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya ini, manusia dengan
segala pikiran, akal, dan kehendaknya
melakukan perhitungan-perhitungan
tentang untung dan rugi atau ganjaran
atau hukuman. Untuk itu, di dalam
interaksi sosial harus memberi
jaminan-jaminan secara
komprehensif, mengingat secara
individu atau kelompok masing-
masing tingkatan dan lapisan
berangkat dari situasi (keadaan),
kondisi (kemampuan), dan toleransi
(penerimaan) yang berbeda. Dengan
kenyataan-kenyataan seperti itu, maka
saling pengertian, saling pengakuan,
dan saling percaya merupakan sisi
pertama dan utama yang harus
dibangun apabila ”kebersamaan
persepsi” sebagai syarat terbentuknya
kerjasama sebagaimana diinginkan
terjadi di dalam masyarakat.
Meskipun komunikasi bukan
merupakan satu-satunya metoda (cara
dan alat), tetapi dengan keterbukaan
dan kejujuran, kekakuan-kekakuan di
dalam masyarakat dapat dicairkan.
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
128
Bahwa manusia secara individu
ataupun kelompok memiliki
pengalaman-pengalaman yang satu
dengan yang lain tidak sama, hal ini
menjadi kendala dalam upaya
membangun saling pengertian antara
yang satu terhadap yang lain. Hal
seperti itu mengingatkan kembali
pada proses meneguhkan komunikasi
yang mengarah dan menerpa ke
seluruh lapisan dan tingkatan
masyarakat, pada hal mana, aliran
informasi secara berkesinambungan
dapat memunculkan sinergi antar
jajaran (lapisan dan tingkatan) dalam
hubungannya dengan keteraturan
hubungan-hubungan di dalam
masyarakat. Oleh karenanya,
penyebarluasan informasi yang
berkaitan dengan aspek-aspek
kemasyarakatan sangat diperlukan,
sementara proses pengaruh-
mempengaruhi antar individu atau
kelompok di dalam lapisan dan
tingkatan masyarakat terus-menerus
berlangsung. Kejadian seperti itu,
merupakan sebuah kelajiman bagi
seluruh lapisan dan tingkatan
masyarakat yang penuh dinamisasi
untuk membangun atau menciptakan
karakter, melalui kebersamaan
persepsi. Berkaitan dengan persoalan
itu, keterbukaan dan kejujuran bagi
penyebarluasan aspek-aspek
kemasyarakatan sangat diperlukan.
”Pengaruh ini didefinisikan,
disepakati, dikembangkan, dan
dikokohkan secara berkesinambungan
melalui interaksi ... Pengaruh ini
menghasilkan pedoman bagi
keputusan-keputusan dan tindakan-
tindakan individu, dan mempengaruhi
pesan-pesan ...”( Mulyana, 2004:
149).
Berdasarkan kegiatan-kegiatan,
pemikiran-pemikiran, dan
pengalaman-pengalaman manusia di
dalam interaksinya dengan
lingkungan merupakan kekuatan yang
mendukung manusia untuk
berhimpun dan bekerjasama guna
mewujudkan harapan, keinginan, cita-
cita, tuntutan, tujuan, dan kepentingan
manusia pula Dengan berhimpun,
manusia dapat bekerjasama dengan
sesamanya merupakan perwujudan
terbentuknya masyarakat, pada hal
mana, manusia menyadari bahwa
dirinya dalam keadaan;
a. Tidak mungkin memenuhi
harapan, keinginan, cita-cita,
tuntutan, tujuan, dan kepentingan
diri melalui kemapuannya sendiri.
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
129
b. Tidak sanggup untuk hidup dalam
suasana kesepian.
c. Tidak dapat mengetahui bahwa
tindakan yang dilakukannya
dinilai benar atau salah, baik atau
buruk.
d. Di luar dirinya, hidup dan
berkembang manusia yang lain
Kesadaran seperti itu, menjadi
daya tarik bagi individu manusia untuk
saling men- dekat dan saling
menyesuaikan diri, serta selanjutnya
berhimpun dan bekerjasama. ”Konsepsi
ini merupakan kesimpulan yang
menggambarkan terdapatnya
perkembangan-perkembangan
pengtahuan di dalamnya. Pendapat-
pendapat demikian merupakan hasil
pengujian-pengujian ... dengan adanya
penjelasan atau keterangan-keterangan
dari ... berbagai dasar ilmu pengetahuan
(G. Kartasapoetra dan LJB. Kreimers,
1987: 125).
Selain hal tersebut, manusia
menyadari bahwa dirinya berada di
dalam berbagai situasi dan lingkungan,
seperti; keluarga, kerja, pergaulan,
organisasi tertentu, dan lain-lain. Melalui
kenyataan-kenyataan seperti itu, manusia
memiliki identitas sebagai individu,
sebagai ang-gota kelompok tertentu, dan
memiliki peran, posisi, serta fungsi
tertentu pula. Dengan kemampuan
adopsi yang dimiliki oleh setiap individu
terhadap terpaan dari sesuatu hal atau
keadaan yang datang kepada mereka dan
menghasilkan tanggapan-tanggapan
(sikap dan atau perilaku), merupakan
kekuatan (potensi) tersendiri di dalam
kelompok pada ting-katan dan lapisan
yang ada di dalam masyarakat.
Kelompok-kelompok individu di dalam
lapisan dan tingkatan masyarakat ini,
secara terorganisir memiliki potensi
untuk melakukan interaksi antara
individu yang satu dengan individu yang
lain, baik antar lapisan dan tingkatan
maupun antar-intern lapisan dan
tingkatan.
Pemicu terjadinya persaingan di
masyarakat dikarenakan antara
perkembangan kemampuan dan
peningkatan pengetahuan kaum wanita,
di satu sisi, dengan persoalan
keengganan kaum laki-laki untuk
mengakui kemajuan yang dapat diraih
kaum wanita sebagai sebuah kenyataan,
di lain sisi. Akibat secara langsung dan
atau tidak langsung anak-anak yang
seharusnya memperoleh sentuhan kasih
sayang di dalam lingkungan keluarga,
selain sebagai generasi penerus juga
menjadi tugas pokok dan tanggung
jawab kedua orang tua (laki-laki dan
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
130
wanita) sepenuhnya, dengan adanya
persaingan tersebut kewajiban-
kewajiban itu mendapatkan ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan
yang melanda pada seluruh lapisan dan
tingkatan di dalam masyarakat.
Berkaitan dengan hambatan bagi
kaum laki-laki dan masyarakat pada
umumnya untuk memberi pengakuan
dan menerima kaum wanita secara utuh
atau sebagaimana adanya tersebut, tidak
terlepas dari pertimbangan-pertimbangan
feminin dan maskulin. Artinya, sejak
kaum laki-laki dapat memiliki
pemahaman (dewasa) telah menjadi
kebiasaan (ajaran turun-menurun)
dikenal bahwa kaum wanita merupakan
kaum yang lemah dan kaum laki-laki
berkewajiban memberi perlindungan,
karena kaum laki-laki lebih kuat dari
kaum wanita. Pertimbangan seperti itu,
secara riil juga diakui sendiri oleh
sebagian besar kaum wanita yang
dinyatakan dengan istilah kaum wanita
adalah kaum yang lemah daripada kaum
laki-laki sebagai kaum yang lebih kuat,
sehingga kaum wanita membutuhkan
perlindungan dari kaum laki-laki,
sehingga kaum wanita memiliki
karakteristik dan kepekaan di dalam
rasa, hati, dan pikir yang membekali
dirinya untuk dan atau selama
mengarungi kehidupan di dalam
masyarakat yang kompleks.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah kegiatan
imiah yang berkaitan dengan suatu cara
kerja yang sistematis untuk memahami
suatu objek penelitian sebagai upaya
untuk menemukan jawaban yang dapat
dipertanggugjawabkan secara ilmiah. Di
dalam penelitian, metode ilmiah
penelitian tidak mungkin ditinggalkan
karena proses untuk menghimpun,
menganalisis, menginterpretasi,
menyimpulkan, serta merekomendasi
yang terkait laporan hasil-hasilnya tidak
dapat terlaksana. Penelitian merupakan
ukuran dan upaya strategis untuk
mengetahui, memahami, mengerti,
mengembangkan, dan menguji
kebenaran ten-tang kejadian atau
peristiwa yang berlangsung berdasarkan
alat-alat ukur tertentu. Kalimat ini,
didukung pernyataan Kartini Kartono
(1996: 20) mengelompokkan metode-
metode ilmiah ke dalam dua kategori,
yakni; “ … Metodologi penelitian,
adalah ajaran mengenai metode-metode
yang digunakan dalam proses penelitian
atau dengan kata lain, metodologi
penelitin adalah ajaran tentang metode-
metode. Sedangkan metode penelitian
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
131
adalah cara berfikir dan berbuat yang
dipersiapkan dengan baik untuk
mengadakan suatu riset atau penelitian,
untuk mencapai suatu tujuan”.
Berdasarkan hal tersebut maka
penulis berupaya mendiskripsikan secara
sistematis dengan dukungan data yang
diperoleh di lapangan dengan disertai
dokumen – dokumen pendukung yang
lain.
1. Jenis Penelitian
Di dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan jenis penelitian
diskriptif kualitatif melalui
penggambaran peristiwa atau
kejadian yang berlangsung tentang
obyek atau subyek penelitian. Hadari
Nawawi (2004: 63), di dalam
bukunya yang berjudul Metode
Penelitian Bidang Sosial,
mengungkapkan bahwa; “ …
penelitian deskriptif adalah prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan subyek atau
obyek penelitian”.
2. Lokasi Penelitian
Di Desa Balerejo, Kecamatan
Kebonsari, Kabupaten Madiun
3. Populasi dan Sampel
Dalam upaya menghimpun data
dan informasi, populasi sebagai
keseluruhan subyek penelitian adalah
Ulama. Mengenai masalah ini,
Sugiyono (2001: 57) menyatakan
bahwa populasi penelitian adalah “ …
wilayah generalisasi yang terdiri dari
obyek dan subyek yang mem-punyai
kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan”.
Populasi dalam penelitian ini
para Ulama yang ada di Desa
Balerejo, Kecamatan Kebonsari yang
aktifdalam menjalankan kegiatan
keagamaan. Sehingga disini peneliti
menggunakan teknik purposive
sampling yang melibatkan khusus
para tokoh ulama di Desa Balerejo
berjumlah 20 orang tokoh.
4. Jenis dan sumber data
Sumber data dibagi menjadi dua
( Nawawi, 2004 : 93 ), yaitu:
a. Data primer yaitu data yang
langsung diperoleh peneliti dari
sumber pertama
b. Data sekunder yaitu data yang
biasanya telah disusun dalam
dokumen – dokumen
Dalam penelitian ini peneliti
berusaha mendapatkan sumber
data primer maupun sekunder
dengan dari para Ulama maupun
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
132
dari dokumen – dokumen Desa
Balerejo, Kecamatan Kebonsari,
Kabupaten Madiun
5. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumulan data pada
penelitian ini diantaranya :
a. Tehnik dokumentasi
Dipergunakan untuk
melengkapi analisis data di dalam
penelitian, baik literatur atau
pustaka, penelitian terdahulu,
maupun catatan-catatan lain yang
berkaitan dengan proses penelitian
di lokasi penelitian. Mengenai hal
ini, Hadari Nawawi (2004: 113)
bahwa tehnik dokumentasi
merupakan “ … cara
mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, terutama
berupa arsip-arsip dan termasuk
juga buku-buku tentang pendapat,
teori, dalil, atau hukum-hukum dan
lain-lain yang berhubungan dengan
penyelidikan”.
b. Tehnik Observasi
Tehnik pengumpulan data
selanjutnya adalah melalui
observasi, dengan melakukan
penga-matan dan pencatatan yang
berkaitan dengan data akurat
tentang unsur atau elemen dari
subyek atau obyek penelitian.
Dalam hal ini, Kartini Kartono
(1996: 129) mengungkapkan
bahwa Observasi adalah studi yang
disengaja dan sistematis tentang
fenomena sosial dan gejala-gejala
alam dengan jalan pengamatan dan
pencatatan. Tujuan observasi atau
pengamatan adalah mengerti cirri-
ciri, luasnya, signifikan, dan
interelasi elemen-elemen tingkah
laku manusia pada fenomena sosial
yang serba kompleks dalam pola-
pola kultural-kultural tertentu.
c. Tehnik Kuesioner
Dalam penelitian ini, tehnik
pengumpulan lebih menitik-
beratkan tehnik kuesioner (angket)
dan tehnik pengumpulan data yang
lainnya bermanfaat untuk
melengkapi atau memperkuat teh-
nik kuesioner, apabila ternyata
terdapat data dan informasi yang
dianggap kurang atau belum
mencukupi di dalam keperluan
analisisnya.Teknik kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner
tertutup.
6. Tehnik analisa Data
Tehnik analisa data
menggunakan metode deskriptif
interpretatif, dimana pelaksanaan data
yang diperoleh dari lapangan, baik
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
133
data sekunder maupun primer akan
disusun dan disajikan serta dianalisis
dengan menggunakan pendekatan
kualitatif berupa pemaparan yang
kemudian dianalisis dan dinarasikan
sesuai dengan masalah penelitian.
D. HASIL PENELITIAN
a. Gambaran Umum
Kondisi geografis, secara geografis
Desa Balerejo Kecamatan Kebonsari
merupakan desa yang terletak di daerah
sebelah selatan kawasan wilayah
Kabupaten Madiun. Wiayah Kecamatan
Kebonsari terletak diantara;
a. sebelah selatan adalah Kecamatan
Dolopo dan Kabupaten Ponorogo,
b. sebelah barat adalah Kabupaten
Magetan,
c. sebelah utara adalah Kecamatan
Geger
d. sebelah timur adalah Kecamatan
Dagangan.
Sedangkan Desa Balerejo terletak
diantara;
a. sebelah Timur adalah Desa Purworejo
Kecamatan Geger,
b. sebelah Selatan adalah Desa
Singgahan kecamatan Kebonsari,
c. sebelah Barat adalah Desa
Kedondong kecamatan Kebonsari
d. sebelah Utara adalah Desa Bacem
Kecamatan Kebonsari.
Desa Balerejo terdiri dari empat
Dusun, yaitu ;
a. Dusun Balerejo,
b. Dusun Selopuro,
c. Dusun Binowo
d. Dusun Nglongko.
Jarak Desa dengan Kantor Bupati
Madiun sekitar 35 Km, lama tempuh
sekitar 45 menit, dengan Kecamatan
Kebonsari melekat di dalam wilayah
kecamatan.
Bentuk permukaan tanah : ataran
rendah, dengan produktivitas tanah yang
cuku baik dengan jumlah RT ada 22 RT.
Wilayahnya yang datar bagus sekali
untuk daerah pertanian dan usaha.
Potensi pertanian yang ada adalah padi,
jagung dan tebu. Dengan kondisi
tersebut mempengaruhi mata
pencaharian penduduk Desa Balerejo
diantaranya petani, guru dan Pegawai
Negeri Sipil.
Kondisi Monografis, dapat
digambarkan sebagai berikut: a) Jumlah
penduduk menurut pendataan: 6.207
jiwa; b) jumlah kepala keluarga ( kk )
:2300; c) agama mayoritas : islam; d)
mata pencaharian penduduk : petani,
pedagang, guru, pegawai negeri sipil
( Profil Desa Balerejo, 2011 ).
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
134
b. Penyajian dan Analisa Data
Dalam analisis serta pembahasan
dalam penelitian ini dilakukan kajian
dalam menjawab semua pertanyaan yang
peneliti ajukan kepada para ulama
maupun masyarakat sebagai penunjang.
Berdasar pengamatan sementara,
di dalam berbagai kegiatan sehari-hari
tidak terjadi atau adanya gejala bahwa
terdapat perbedaan nilai terkait dengan
persoalan gender sebagai sesama warga
masyarakat baik ulama ataupun
masyarakat biasa, atau dengan istilah
lain di antara mereka (kaum laki-laki dan
kaum wanita) memiliki harmonisasi
hubungan-hubungan. Keadaan seperti
itu, berlangsung secara terus-menerus
dan/atau hampir setiap hari saling
berinteraksi dan bertukar informasi
antara satu terhadap yang lain, baik
bersifat individual (perseorangan) mau-
pun bersifat sosial (kelompok).
Kenyataan umum (sosial-
kemasyarakatan) demikian, secara riil
terjadi dan Desa Balerejo dapat
dinyatakan sebagai daerah yang
memiliki suasana kondusif atau relatif
aman, terhindar dari peristiwa-peristiwa
sosial-kemasyarakatan dalam bentuk
negatif secara spesifik. Meskipun masih
ada paham marjinal dalam lingkup
pesantren tetapi hal ini terjadi pada
tempat – tempat pesantren tertentu yang
masih kolot dan tidak mengikuti
perkembangan sosial kemasyarakatan
yang ada di Desa Balerejo, Kecamatan
Kebonsari.
Lebih lanjut, mengenai bahasan
dalam paham gender tersebut sudah
barang tentu menunjukkan pula adanya
harmonisasi hubungan antara ulama
dengan masyarakat yaitu menerima
kenyataan bahwa laki – laki dan
perempuan adalah sejajar dan
merupakan manusia yang mempunyai
hak asasi yang sama baik dalam
kedudukan di masyarakat maupun
keluarga.
Selanjutnya, salah satu aspek yang
berkembang di dalam kehidupan sosial-
kemasyarakatan adalah persoalan yang
terkait dengan aspek politik karena
persoalan tersebut bersinggungan secara
langsung ataupun secara tidak langsung
pada kepentingan kaum wanita.
Peristiwa seperti itu sebenarnya bukan
merupakan hal baru atau bahkan sebagai
kejadian sehari-hari dan wajar, tetapi
secara umum persinggungan
kepentingan kaum wanita terhadap
politik menjadi peraduan yang hangat
untuk diperbincangkan. Dalam hal ini
para ulama mengambil peran yang
sangat penting dalam masyarakat karena
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
135
dianggap sebagai orang yang
mempunyai pengaruh besar dalam
menentukan politik kepada para
jamaahnya dan juga dianggap sebagai
tokoh yang mempunyai power dalam
mempengaruhi pilihan masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri di sini peran
ulama mempengaruhi stabilitas atau
situasi keamanan dalam masyarakat
sehingga mempengaruhi pengakuan
gender di masyarakat. Keadaan tersebut,
berdasarkan hasil observasi terhadap
para ulama, terdapat gejala yang
bervariasi, seperti;
1. Beberapa ulama keheranan dan
keterkejutan bahwa kaum wanita
dengan segala daya-upayanya telah
mengalami kemajuan yang berarti,
termasuk di bidang politik.
2. Beberapa ulama menyatakan bahwa
peristiwa tersebut merupakan hak
secara syah bagi setiap orang untuk
menggeluti bidang politik,sosial
maupun keagamaan bagi kaum
wanita.
3. Beberapa ulama terperangah dengan
penuh arti yaitu bahwa mereka
memaknai antara setuju dengan tidak
setuju dengan adanya emansipasi
wanita
4. Beberapa ulama tidak mau tahu dan
bahkan tidak tahu tentang keterlibatan
perempuan di segala aspek
kehidupan.
Memperhatikan gejala-gejala
sebagaimana secara umum (kalangan
kaum laki-laki dan kalangan kaum
wanita) terungkap, dapat dimengerti
bahwa disadari atau tidak disadari
sesungguh-nya masyarakat mengakui
adanya capaian kemajuan yang
signifikan oleh kaum wanita melalui
pergerakan-pergerakan serta sesuai
dengan perkembangan kemampuan dan
peningkatan pengetahuan yang mereka
miliki. Secara khusus, pandangan dari
kalangan kaum wanita lebih-kurang
memiliki kesamaan dan cenderung
melakukan pemahaman terhadap
peristiwa tersebut berdasarkan pemikiran
internal, sesuai dengan pengalaman yang
masing-masing miliki secara pribadi.
Keadaan tersebut berlangsung sebagai
salah satu dari dinamika dan dinamisasi
oleh adanya perubahan-perubahan
lingkungan sosial budaya beserta arah
perubahannya di dalam masyarakat
dimana pengaruh perubahan yang terjadi
akan mempengaruhi pola pikir dan
pembentukan konsep berpikir
masyarakat khususnya para ulama.
Peristiwa perubahan di dalam aspek
politik, berpengaruh secara terstruktur,
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
136
sistematis, dan masih terhadap aspek-
aspek lain pada kehidupan sosial-
kemasyarakatan yang tidak terpikir atau
terduga sebelumnya, sehingga dapat
dinyatakan bahwa euforia politik
menguasai pola pikir dan pola hidup
sebagian warga masyarakat dan yang
tidak bisa dibendung baik oleh tokoh
masyarakat maupun tokoh agama.
Ulama atau kyai adalah tokoh
sentral yang memberikan
pengajaran,karena kyai menjadi salah
satu unsur yang paling dominan dalam
dalam kehidupan pesantren atau
masyarakat. Kemasyhuran,
perkembangan dan kelangsungan
kehidupan suatu pesantren banyak
bergantung pada kedalaman ilmu,
kharismatik, wibawa dan ketrampilan
ulama tersebut dalam memanajemen
jamaahnya. Gelar ulama biasanya
diberikan oleh masyarakat kepada orang
yang mempunyai ilmu pengetahuan
mendalam tentang agama Islam dan
memiliki serta mengendalikan para
jamaahnya.
Dalam tradisi, peran dan posisi
ulama di masyarakat cukup berpengaruh,
berwibawa dan mempunyai kharismatik
tersendiri dalam masyarakat.
Para ulama merumuskan sikap
kemasyarakatannya dalam
berkomunikasi, yaitu :
a. Tawassuth, yaitu sikap moderat yang
berpijak pada prinsip keadilan serta
berusaha menghindari segala bentuk
sikap tatharuf ( ekstrim ), baik dalam
bidang agama maupun politik, karena
sikap tersebut mengarah pada
kekerasan dan disintegrasi.
b. Tasamuh, yaitu sikap toleran yang
berintikan penghargaan terhadap
perbedaan pandangan dan
kemajemukan identitas budaya
masyarakat. Karena hanya dengan
sikap tasamuh itu rasa saling percaya
dan solidaritas bisa ditegakkan, dan
ini merupakan inti hidup berbangsa.
c. Tawazun, yaitu selalu berusaha
menciptakan keseimbangan hubungan
antara sesama umat manusia dengan
Sang Pencipta, antara akal dengan
wahyu dan antara individu dengan
kolektivitas. Dengan sikap tawazun
ini harmoni dalam kehidupan baik
pikiran maupun tindakan bisa
terwujud.
d. Amar Ma’ruf Nahi munkar, yaitu
selalu memiliki kepekaan untuk
mendorong perbuatan yang baik,
berguna dan bermanfaat bagi
kehidupan bersama, serta menolak
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
137
dan mencegah semua hal yang dapat
menjerumuskan dan merendahkan
nilai – nilai kehidupan.
Dengan mengkaji hal – hal
tersebut, maka dapat digaris bawahi
bahwa para ulama sangat memahami dan
mengerti apa itu gender dan bagaimana
dalam penerapan di masyarakat. Selain
itu, para ulama sudah menerapkan suatu
paham yang sangat menghargai gender
serta menjalankannya dalam kehidupan
sehari – hari.
Gender bukan merupakan hal yang
baru bagi para ulama karena mereka
sudah sangat menghargai peran dan fugsi
perempuan dalam taraf berkehidupan di
masyarakat.Begitu juga ulama di Desa
Balerejo, mereka rata – rata sudah
menerapkan kesetaraan gender dalam
kehidupan bermasyarakat
E. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang
sudah dilakukan, maka kesimpulan
penelitian ini adalah :
1. Komunikasi para Ulama Kabupaten
Madiun khususnya di Desa Balerejo
Kecamatan Kebonsari sangat baik dan
mempunyai prinsip – prinsip
kemasyarakatan yang dapat
diterapkan sesuai dengan sosial
budaya dan adat istiadat masyarakat,
sehingga kedudukan ulama di mata
masyarakat tetap menjadi orang yang
mepunyai pengaruh dalam
pengambilan kebijakan di
masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan
dengan melibatkan bahkan meminta
pertimbangan atau pendapat kaum
perempuan dalam memutuskan suatu
kebijakan atau dalam musyawarah.
2. Komposisi peran wanita di kalangan
para Ulama Kabupaten Madiun
khususnya di Desa Balerejo
Kecamatan Kebonsari sudah sangat
setara dengan kaum laki – laki baik
dalam rumah tangga maupun di luar
rumah tangga terbukti Terbukti
dengan adanya kerjasama dalam
kegiatan – kegiatan keagamaan
maupun yang lain melibatkan para
kaum perempuan sesuai dengan
kemampuannya.
3. Kesetaraan jender kalangan Ulama di
Kabupaten Madiun khususnya di
Desa Balerejo Kecamatan Kebonsari
di Desa Balerejo Kecamatan
Kebonsari sudah merupakan hal yang
dilaksanakan dalam kehidupan sehari
– hari. Kesetaraan gender di sini
dalam arti kaum wanita berperan dan
difungsikan sama dengan laki – laki
baik dalam sektor pemerintahan,
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
138
sosial, ekonomi, budaya, politik dan
bahkan pertahanan keamanan.
F. Saran
1.Alangkah baiknya jika para ulama
tetap menjaga dan melestarikan
norma – norma yang sudah ada baik
dalam komunikasi maupun interaksi
sosial dalam masyarakat. Bahkan
mensosialisasikannya dalam ajaran –
ajaran yang diberikan pada para santri
ataupun masyarakat.
3. Dalam memposisikan perempuan
dalam semua aspek yang ada di
masyarakat memang sangatlah repot.
Tetapi kondisi riil pada masyarakat
membuktikan bahwa kemampuan
perempuan tidak kalah dengan laki –
laki, sebaiknya para ulama tetap
memberikan batasan – batasan
perempuan dalam kodratnya tetapi
tidak mengurangi hak – haknya
sebagai sesama manusia
2. Sebaiknya dalam menempatkan kaum
perempuan dalam berbagai sektor
kehidupan tetap dilihat
kompetensinya karena emansipasi
wanita memang tak terbatas tetapi
tetap pada garis kodratnya sebagai
seorang wanita dan seorang ibu.
Dalam hal ini ulama mempunyai
peran yang sangat besar dalam
menyadarkan kaum perempuan
bahkan memberikan arahan pada
masyarakat akan hak dan kewajiban
baik sebagai individu maupun
kelompok sosial
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Deddy, 2004, Komunikasi
Organisasi, Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Kartasapoetra, G. dan LJB.
Kreimers,1987, Sosiologi Umum,
Bina Aksara, Jakarta
Kartini Kartono, 1996, Metode
Penelitian Ilmu – Ilmu Sosial,
Mandar Maju, Bandung
Moekijat,1993, Teori Komunikasi,
Mandar Maju, Bandung
Muhammad, Arni, 2004, Komunikasi
Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta.
Nawawi, H. Hadari, 2004, Metode
Penelitian Bidang Sosial, Gadjah
Mada University Press,
Yogyakarta.
Rahmat, Jalaluddin, Drs., MSc., 2004,
Metode Penelitian Komunikasi,
Dilengkapi Contoh Analisis
Statistik, Remaja Rosdakarya,
Bandung
Subakti A Ramlan., 2011, Sosiologi Teks
Pengantar dan Terapan, Jakarta,
Prenada Media Group
JURNAL SOSIAL, VOL. 16 NOMOR 1 MARET 2015 .STUDI GENDER DALAM….
139
Sugiyono, 2001, Metode Penelitian
Administrasi, Alfabeta,Bandung
Sukanto, Soerjono, 1990, Sosiologi
Suatu Pengantar, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Suryadi, Ace; Idris,Ecep, 2004,
Kesetaraan Gender dalam
Pendidikan, Ganesindo, Bandung
Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan ( BKB
dan PP), 2010, Pengarusutamaan
Gender, Kabupaten Madiun
Profil Desa Balerejo, Kecamatan
Kebonsari, Kabupaten Madiun,
2011
WHO, 2004, Gender and Human Rights,
http://www.who.int/reproductivehe
alth/topics/gender-rights/sexual-
health/en/