t2_322010010_bab i

26
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia bisnis sarat dengan perjanjian bisnis dan interaksi yang cepat antara para pelaku bisnis. Perjanjian bisnis diantaranya adalah perjanjian utang-piutang. Paul H. Brietzke 1 menyatakan bahwa: Creditors who provide capital through debt finance are searching for the lowest risk return ratio they can find anywhere in the world, so as to maximize the value of funds they have available to lend.” Dari pernyataan tersebut diasumsikan bahwa ketika kreditor memberi piutang, ia mencari risiko terkecil untuk memaksimalkan nilai dana yang dipinjamkannya. Ketika terjadi sengketa utang-piutang, dimana kreditor sulit mendapatkan kembali pinjaman yang telah diberikannya, maka ia cenderung mencari cara yang paling cepat dan paling mudah dalam memperoleh pengembalian pinjaman. Kepailitan merupakan pranata hukum penyelesaian sengketa utang-piutang yang lebih sederhana dan lebih cepat, dibandingkan dengan gugatan perdata. Kesederhanaan yang dimaksud mencakup kesederhanaan syarat pengajuan permohonan pailit dan keserhanaan pembuktian. Syarat 1 Paul H. Brietzke, Securization and Bankruptcy in Indonesia: Theme and Variations, dalam Sunarmi, Hukum Kepailitan, 2010, Jakarta: PT. Softmedia, hal. 18

Upload: yasa-fimax

Post on 06-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Hukum

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dunia bisnis sarat dengan perjanjian bisnis dan interaksi yang

    cepat antara para pelaku bisnis. Perjanjian bisnis diantaranya

    adalah perjanjian utang-piutang. Paul H. Brietzke1 menyatakan

    bahwa:

    Creditors who provide capital through debt finance are searching for the lowest risk return ratio they can find anywhere in the world, so as to maximize the value of funds they have available to lend.

    Dari pernyataan tersebut diasumsikan bahwa ketika kreditor

    memberi piutang, ia mencari risiko terkecil untuk

    memaksimalkan nilai dana yang dipinjamkannya. Ketika terjadi

    sengketa utang-piutang, dimana kreditor sulit mendapatkan

    kembali pinjaman yang telah diberikannya, maka ia cenderung

    mencari cara yang paling cepat dan paling mudah dalam

    memperoleh pengembalian pinjaman.

    Kepailitan merupakan pranata hukum penyelesaian sengketa

    utang-piutang yang lebih sederhana dan lebih cepat,

    dibandingkan dengan gugatan perdata. Kesederhanaan yang

    dimaksud mencakup kesederhanaan syarat pengajuan

    permohonan pailit dan keserhanaan pembuktian. Syarat

    1 Paul H. Brietzke, Securization and Bankruptcy in Indonesia: Theme and

    Variations, dalam Sunarmi, Hukum Kepailitan, 2010, Jakarta: PT. Softmedia, hal. 18

  • 2

    pengajuan permohonan pailit yaitu terdapat 2 (dua) kreditor dan

    tidak membayar lunas salah satu utangnya yang sudah jatuh

    waktu dan dapat ditagih2. Keserhanaan pembuktian berkaitan

    dengan sifat pembuktian kepailitan sebagai perkara sumir dan

    jangka waktu pembacaan putusan kepailitan.

    Berkaitan dengan sifat pembuktian3, pengabulan permohonan

    pailit harus dilakukan apabila terdapat fakta dan keadaan yang

    terbukti secara sederhana (summarily proving) bahwa

    persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dinyatakan

    dalam Pasal 2 ayat (1) UU No. 37 Tahun 2004 telah terpenuhi

    (vide Bab II, Syarat agar pemohonan pailit dapat dikabulkan,

    pembuktian sederhana (summarily proving)). Berkaitan dengan

    jangka waktu4, Pengadilan Niaga harus memutuskan

    permohonan pailit maksimum 60 (enam puluh) hari setelah

    tanggal permohonan pailit didaftarkan, sedangkan pada

    Pengadilan Perdata, perkara diputuskan sekitar 6 (enam) bulan

    atau lebih terhitung sejak perkara didaftarkan. Secara

    keseluruhan, waktu yang digunakan juga sangat jauh berbeda.

    Bila pada Pengadilan Perdata biasanya dibutuhkan waktu 4-6

    tahun untuk memutuskan perkara perdata (dari tingkat

    Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, Kasasi di Mahkamah

    Agung dan Peninjauan Kembali di Mahkamah Agung) akan

    tetapi berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004 hanya dibutuhkan

    totalitas waktu 212 hari untuk memutuskan permohonan

    2 Yang dimaksud dengan sudah jatuh waktu dan dapat ditagih adalah kewajiban untuk membayar utang yang telah jatuh waktu, baik karena telah diperjanjikan, karena percepatan waktu penagihannya sebagaimana diperjanjikan, karena pengenaan sanksi atau denda oleh instansi yang berwenang, maupun karena

    putusan pengadilan, arbiter atau majelis arbitrase. Lihat: Penjelasan Pasal 2 UU No. 37 Tahun 2004 3 Pasal 8 ayat (4) UU No. 37 Tahun 2004 4 Pasal 8 ayat (5) UU No. 37 Tahun 2004

  • 3

    kepailitan (dari tingkat Pengadilan Niaga pada Pengadilan

    Negeri, Kasasi di Mahkamah Agung dan Peninjauan Kembali di

    Mahkamah Agung)5 (vide Bab II, jangka waktu (time-frame)

    pengajuan permohonan pailit per tingkat peradilan).

    Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, diasumsikan bahwa

    permohonan penyelesaian sengketa utang-piutang melalui

    pranata hukum kepailitan di Pengadilan Niaga lebih

    mencerminkan prinsip sederhana, cepat dan efektif dalam

    beracara, dibandingkan dengan penyelesaian sengketa hutang-

    piutang melalui pranata hukum perdata pada Pengadilan

    Negeri. Dari kesimpulan tersebut, penulis memperoleh

    kesimpulan bahwa pranata hukum kepailitan mendukung

    nuansa dunia bisnis yang mengedepankan kecepatan dan

    kemudahan. Ini merupakan salah satu alasan mengapa

    kepailitan menarik untuk diteliti lebih lanjut.

    Kepailitan sering digunakan sebagai pranata hukum

    penyelesaian sengketa hutang-piutang oleh Perseroan Terbatas6

    (selanjutnya disebut Perseroan). Hal ini terbukti dari data yang

    disajikan dalam Direktori Perdata Khusus Kepailitan pada

    website Mahkamah Agung Republik Indonesia.

    5 Ricardo Simanjuntak SH, LLM, ANZIIF, CIP, Aspek Hukum Penguatan dan Pengembangan Pengadilan Niaga, pada Seminar Reformasi Peradilan di Bidang Bisnis, Pengadilan Pajak dan Pengadilan Niaga, diselenggarakan di CFISEL tanggal 24 Maret 2011 di Jakarta, hal. 3. Dalam perhitungannya, Ricardo Simanjuntak menulis, total jangka waktu (time-frame) adalah 215 hari, tetapi ketika penulis membuat bagan dan menghitungnya kembali, penulis mendapati total jangka waktu (time frame) adalah 212 hari. 6 Perseroan Terbatas merupakan subjek hukum kepailitan yang dapat berposisi

    sebagai Debitur atau Kreditur. Debitur atau Kreditur merupakan orang. Pengertian orang dalam hal ini adalah orang-perseorangan atau korporasi termasuk korporasi yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum dalam likuidasi. Lihat: Pasal 1 angka 2, 3, dan 11 UU No. 37 Tahun 2004

  • 4

    Gambar 1.

    Direktori Perdata Khusus Kepailitan pada website

    Mahkamah Agung Republik Indonesia

    Berikut ini adalah perbandingan data Termohon Pailit Perseroan

    dan Termohon Pailit Perorangan pada tahun 1998-2011 yang

    diakses dari Direktori Perdata Khusus Kepailitan pada website

    Mahkamah Agung Republik Indonesia.

    Matriks 1.

    Perbandingan Data Termohon Pailit Perseroan dan Termohon Pailit

    Perorangan

    Tahun Banyak perkara

    Termohon Pailit Prosentase

    Perseroan Perorangan Perseroan Perorangan

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    1998 19 18 1 94,74% 5,26%

    1999 64 62 2 96,88% 3,13%

    2000 51 51 0 100,00% 0,00%

    2001 111 111 0 100,00% 0,00%

    2002 83 82 1 98,80% 1,20%

  • 5

    Tahun Banyak perkara

    Termohon Pailit Prosentase

    Perseroan Perorangan Perseroan Perorangan

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    2003 70 68 2 97,14% 2,86%

    2004 62 62 0 100,00% 0,00%

    2005 56 55 1 98,21% 1,79%

    2006 44 44 0 100,00% 0,00%

    2007 25 22 3 88,00% 12,00%

    2008 16 13 3 81,25% 18,75%

    2009 17 16 1 94,12% 5,88%

    2010 36 33 3 91,67% 8,33%

    2011* 2 2 0 100,00% 0,00%

    Total 639 17 97,41% 2,59%

    *Data tahun 2011 sampai pada tanggal akses yaitu 21 Juli 20117

    Matriks tersebut menunjukkan bahwa perbandingan prosentase

    Termohon Pailit Perseroan dibanding Termohon Pailit

    Perorangan dari tahun 1998 s.d. 21 Juli 2011 adalah 97,41%

    banding 2,59%. Dengan demikian, Perseroan merupakan subjek

    hukum yang paling sering dipailitkan dibanding perorangan,

    dari tahun 1998 s.d. 21 Juli 2011.

    Kepailitan juga seringkali digunakan oleh Perseroan di Amerika

    Serikat untuk mereorganisasi bisnisnya dan berusaha untuk

    kembali memperoleh keuntungan, seperti pernyataan Securities

    Exchange Committee (SEC)8, Badan Pengawas Pasar Modal USA,

    berikut ini:

    Federal bankruptcy laws govern how companies go out of business or recover from crippling debt. A bankrupt company, the "debtor," might use Chapter 11 of the Bankruptcy Code to "reorganize" its business and try to become profitable again.

    Management continues to run the day-to-day business operations but all significant business decisions must be approved by a

    7http://putusan.mahkamahagung.go.id/direktori/perdata khusus/kepailitan/index-12.html diakses tanggal 21 Juli 2011 8 http://www.hg.org/bankrpt.html diakses tanggal 25 Agustus 2011

  • 6

    bankruptcy court. Under Chapter 7, the company stops all operations and goes completely out of business. A trustee is appointed to "liquidate" (sell) the company's assets and the money is used to pay off the debt, which may include debts to creditors and investors.

    Hal yang sama dinyatakan dalam salah satu tujuan utama

    hukum kepailitan Perseroan (The principle purposes of corporate

    insolvency law) di Amerika Serikat yaitu9:

    To facilitate the recovery of companies in financial difficulty

    Berikut ini data 18 (delapan belas) Perseroan terbesar yang

    pernah dipailitkan di Amerika Serikat10, termasuk Lehman

    Brothers Holding Inc.:

    Matriks 2.

    Data 18 (delapan belas) Perseroan terbesar

    yang pernah dipailitkan di Amerika Serikat

    No. Nama Perseroan

    Tanggal Dipailitkan

    Total Aset Sebelum

    Dipailitkan

    Deskripsi

    (1) (2) (3) (4) (5)

    1. CIT Group 1 Nov 2011 $71,000,000,000 Banking Holding Company

    2. General

    Motors

    1 Jun 2009 $82,290,000,000 Manufactures &

    Sells Cars

    3. Thornburg Mortgage

    1 Mei 2009 $36,521,000,000 Mortgage Landing Company

    4. Chrysler 30 Apr 2009 $39,300,000,000 Manufactures & Sells Care

    5. General Growth Properties

    16 April 2009 $29,557,000,000 Investment Company

    6. Lyondell

    Chemical

    6 Januari

    2009

    $27,392,000,000 Global Manufacurer

    of Chemical

    7. Washington Mutual

    26 September 2008

    $327,913,000,000 Saving & Loan Holding Co

    8. Lehman 15 September $691,063,000,000 Investment Bank

    9 R. M. Goede, Principle of Corporate Insolvency Law, 1990, London: Sweet &

    Maxwell, hal. 6-9 10 http://en.wikipedia.org/wiki/Bankruptcy_in_the_United_States, diakses tanggal 15 Agustus 2011

  • 7

    No. Nama Perseroan

    Tanggal Dipailitkan

    Total Aset Sebelum

    Dipailitkan

    Deskripsi

    (1) (2) (3) (4) (5)

    Brothers Holding Inc.

    2008

    9. IndyMac Bancorp

    31 Juli 2008 $32,734,000,000 Bank Holding Company

    10. New Century Financial

    2 April 2007 $26,147,000,000 Real Estate Investment Trust

    11. Calpine 20 Desember 2005

    $27,216,000,000 Integrated Power Company

    12. Refco 17 Oktober 2005

    $33,333,000,000 Brokerage Services

    13. Conseco, Inc

    17 Desember 2002

    $61,392,000,000 Financial Services Holding Co.

    14. Worldcom, Inc.

    21 Juli 2002 $103,914,000,000 Telecommunications

    15. Global Crossing

    28 Januari 2002

    $30,185,000,000 Global Telecomunications

    16. Pasific Gas and Electric Co.

    6 April 2001 $26,147,000,000 Real Estate Investment Trust

    17. Enron Corp. 2 Desember 2001

    $65,503,000,000 Energy Trading, Natural Gas

    18. Bank of New England

    7 Januari 1991

    $29,773,000,000 Interstate Bank Holding Company

    Perusahaan terbesar yang pernah dipailitkan di Amerika Serikat

    adalah Lehman Brothers Holdings, Inc. dengan total aset sebesar

    $691,063,000,000 (enam ratus sembilan puluh satu milyar

    enam puluh tiga juta Dollar Amerika Serikat). Lehman Brothers

    Holding Inc. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

    jasa investasi, yang dipailitkan pada tanggal 15 September

    2008.

  • 8

    Gambar 2.

    Emanuel and Mayer Lehman, pemilik Perusahaan terbesar yang pernah

    dipailitkan, Lehman Brothers Holdings, Inc.

    Data tersebut di atas menunjukkan bahwa baik di Indonesia

    maupun di Amerika Serikat, kepailitan merupakan pranata

    hukum yang diminati untuk mengatasi persoalan finansial.

    Khusus di Indonesia, kepailitan merupakan pranata hukum

    yang diminati oleh para kreditor (baik Perseroan maupun

    perorangan) untuk memohonkan kepailitan terhadap suatu

    Perseroan agar piutang para kreditor tersebut bisa dilunaskan.

    Berdasarkan hal-hal tersebut, kepailitan Perseroan merupakan

    hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut.

    Kepailitan Perseroan seharusnya dapat dicegah apabila Organ

    Perseroan melaksanakan tanggung jawabnya masing-masing

    berdasarkan asas Good Corporate Governance (GCG) yang terdiri

    dari 5 pilar yaitu11: transparansi (transparency), akuntabilitas

    (accountability), responsibilitas (responsibility), independensi

    (independency) serta kewajaran dan kesetaraan (fairness) yang

    diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha

    (sustainability) Perseroan. Namun, apabila ternyata suatu

    11 Tri Budiyono, Hukum Perusahaan, 2011, Salatiga: Griya Media, hal. 129

  • 9

    Perseroan telah terlanjur dimohonkan pailit ke Pengadilan Niaga

    karena kesalahan atau kelalaian Organ Perseroan, maka siapa

    yang bertanggung jawab dan bagaimana pertanggungjawaban

    atas kepailitan tersebut menjadi hal yang menarik untuk diteliti.

    Lebih lanjut, contoh riil kesalahan atau kelalaian Organ

    Perseroan yang menyebabkan pailitnya suatu Perseroan

    misalnya terdapat dalam Kasus The Hongkong Chinese Bank

    Ltd vs PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (HCB vs PKB).

    Pailitnya Perseroan disebabkan karena tindakan ultra vires

    Anggota Direksi (Drs. Akmal Wahid dan Drs. Muchlis Hamid,

    MBA). Hutang PT. PKB (Termohon Pailit) senilai US$ 3.500.000

    (tiga lima ratus Dollar Amerika Serikat) atau senilai Rp.

    35.000.000.000 (tiga puluh lima miliar Rupiah) kepada PT. HCB

    (Pemohon Pailit) didasarkan pada 4 (empat) lembar surat

    sanggup yang tidak sah. Tidak sahnya keempat lembar surat

    sanggup tersebut adalah karena kedua Anggota Direksi

    Termohon Pailit menerbitkan keempat lembar surat sanggup

    tersebut tanpa persetujuan dari Dewan Komisaris Termohon,

    sedangkan Pasal 11 ayat (3) huruf a dan ayat (4) huruf d

    Anggaran Dasar Termohon Pailit, mengharuskan adanya

    persetujuan Dewan Komisaris. Tindakan kedua Anggota Direksi

    tersebut menimbulkan problematika mengenai siapa yang

    bertanggung jawab atas kepailitan tersebut? Adakah

    pertanggungjawaban Anggota Direksi sampai ke

    pertanggungjawaban pribadi (personal liability) Anggota Direksi

    dalam kasus kepailitan tersebut? Apa dasar hakim dalam

    pertimbangannya untuk memutus pertanggungjawaban Organ

    Perseroan dalam kasus-kasus kepailitan?

  • 10

    Dalam beberapa kasus kepailitan tentang tema yang sama

    yaitu kepailitan terkait tanggung jawab Organ Perseroan, hakim

    mendasarkan pertimbangannya pada doktrin-doktrin yang

    tertransplantasi pada pasal-pasal UU No. 40 Tahun 2007

    tentang Perseroan terbatas (selanjutnya disebut UU No. 40

    Tahun 2007). Doktrin-doktrin tertransplantasi yang dimaksud

    antara lain adalah Fiduciary Duty, Ultra Vires, Piercing The

    Corporate Veil, Business Judgement Rule dan Self Dealing. Dalam

    thesis ini, penulis meneliti mengenai proses transplantasi

    doktrin-doktrin tersebut dari tradisi hukum common law ke

    dalam pasal-pasal UU No. 40 Tahun 200712, khusus mengenai

    pasal-pasal terkait tanggung jawab Organ Perseroan dalam

    kepailitan (vide Bab II, Doktrin-doktrin Tertransplantasi Dalam

    UU No. 40 Tahun 2007 Terkait Tanggung Jawab Organ

    Perseroan dalam kepailitan). Tanggung jawab Organ Perseroan

    dalam kepailitan berdasarkan 5 (lima) doktrin tertransplantasi

    tersebut menarik untuk diteliti lebih lanjut.

    Selain mengenai tanggung jawab Organ Perseroan berdasarkan

    5 (lima) doktrin tertransplantasi, menarik pula untuk diteliti

    mengenai perbedaan pertimbangan hakim khususnya dalam

    mempertimbangkan besar-kecilnya tanggung jawab Organ

    Perseroan dalam kasus-kasus kepailitan tersebut. Misalnya

    dalam Kasus The Hongkong Chinese Bank Ltd vs PT. Dok &

    Perkapalan Kodja Bahari (PT. HCB vs PT. PKB) dan Kasus PT.

    Indosurya Mega Finance vs PT. Greatstar Perdana Indonesia

    12 Dalam meneliti mengenai transplantasi doktrin-doktrin tersebut ke dalam UU No. 40 Tahun 2007, penulis mendasarkan penulisannya dari penelitian yang telah

    dilakukan oleh Tri Budiyono, Transplantasi Hukum: Harmonisasi dan Potensi

    Benturan, Studi Transplantasi Doktrin yang Dikembangkan dari Tradisi Common Law pada UU PT, 2009, Salatiga: Griya Media.

  • 11

    (PT. IMF vs PT. PKB). Dalam Kasus PT. HCB vs PT. PKB, hakim

    memberikan pertimbangan bahwa tindakan ultra vires Anggota

    Direksi menjadi tidak menjadi tanggung jawab Perseroan (PT.

    Dok & Perkapalan Kodja Bahari) melainkan menjadi tanggung

    jawab kedua anggota Direksi tersebut. Namun dalam kasus

    PT. IMF vs PT. PKB, pertimbangan hakim berbeda dengan kasus

    sebelumnya. Dalam kasus PT. IMF vs PT. PKB, hakim

    berpendapat bahwa tindakan ultra vires tidak membatalkan

    tanggung jawab Perseroan terhadap Pihak ketiga, karena

    menurut hakim, Anggaran Dasar hanya mengikat dan berlaku

    intern (mengikat Perseroan dan Organ Perseroan) dan tidak

    dapat berlaku ekstern terhadap pihak ketiga (kreditor).

    Perbedaan pertimbangan hakim dalam Kasus-kasus bertema

    sama yaitu Kasus-kasus kepailitan terkait tanggung jawab

    Organ Perseroan, memunculkan variasi yang unik. Oleh karena

    itu, penulis memilih 6 (enam) kasus kepailitan terkait

    tanggung jawab Organ Perseroan sebagai bahan hukum

    penelitian dalam kasus ini. Keenam kasus tersebut dipilih dari

    639 kasus kepailitan Perseroan pada tahun 1998 s.d. 21 Juli

    2011, berdasarkan keterkaitannya dengan problematika yang

    diteliti oleh penulis.

    Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk

    meneliti mengenai problematika dalam TANGGUNG JAWAB

    ORGAN PERSEROAN TERBATAS DALAM KASUS-KASUS

    KEPAILITAN. Berikut ini adalah uraian mengenai judul terpilih

    tersebut:

  • 12

    1. Tanggung Jawab Organ Perseroan

    Tanggung Jawab

    Tanggung Jawab yang dimaksud adalah tanggung jawab

    organ perseroan berdasarkan 5 (lima) doktrin

    tertransplantasi dalam pasal-pasal UU No. 40 Tahun 2007.

    Kelima doktrin tertransplantasi tersebut adalah Fiduciary

    Duty, Ultra Vires, Piercing the Corporate Veil, Business

    Judgement Rule dan Self Dealing.

    Organ Perseroan

    Organ Perseroan yang dimaksud adalah Anggota dari 3 (tiga)

    Organ Perseroan yaitu Anggota Direksi, Anggota Dewan

    Komisaris dan Anggota Rapat Umum Pemegang Saham

    (Pemegang Saham).

    2. Kasus-kasus kepailitan

    Kepailitan

    Kepailitan yang dimaksud adalah kepailitan menurut Pasal

    1 angka 1 UU No. 37 Tahun 2004 yaitu sita umum atas

    semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan

    pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah

    pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam

    Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan

    dan Penundaan Pembayaran Utang.

    Kasus-kasus kepailitan

    Kasus-kasus kepailitan yang dimaksud adalah 6 (enam)

    kasus kepailitan terpilih, terkait dengan tanggung jawab

  • 13

    Organ Perseroan dalam kepailitan, yang telah memperoleh

    kekuatan hukum tetap (permanent legal force). Keenam

    kasus tersebut terpilih dari 639 kasus kepailitan Perseroan

    pada tahun 1998 s.d. 21 Juli 2011. Kasus-kasus tersebut

    adalah:

    a. Kasus The Hongkong Chinese Bank Ltd vs PT. Dok &

    Perkapalan Kodja Bahari (Putusan Pengadilan Niaga No.

    32/Pailit/2000/PN.Niaga/Jkt.Pst dan Putusan Kasasi MA No.

    21/K/N/2000);

    b. Kasus PT. Indosurya Mega Finance vs PT. Greatstar

    Perdana Indonesia (Putusan Pengadilan Niaga No.

    51/Pailit/2000/PN.Niaga/Jkt.Pst dan Putusan Kasasi MA No.

    30/K/N/2000);

    c. Kasus PT. Bank Mandiri vs PT. Bakrie Finance

    Corporation (Putusan Pengadilan Niaga No.

    08/Pailit/2002/PN.Niaga/Jkt.Pst, Putusan Kasasi MA No.

    020/K/N/2002; dan Putusan PK MA No. 018 PK/N/2002)

    d. Kasus PT. Aditya Toa Development Melawan PT.

    Wijaya Wisesa (Putusan Pengadilan Niaga No.:

    03/PAILIT/2004/PN.NIAGA.JKT.PST, Putusan Kasasi MA No.:

    04 K/N/2004 dan Putusan PK No. 04 PK/N/2004)

    e. Kasus PT. Central Total Finance Melawan PT. Heradi

    Utama (Putusan Pengadilan Niaga No.:

    16/PAILIT/2004/PN.NIAGA.JKT.PST, Putusan MA No.: 010

    K/N/2004 dan Putusan PK MA No. 010 PK/N/2004)

    f. Kasus PT. Bank Negara Indonesia (PT. BNI) melawan

    PT. Kalimas Baru Sukses Mandiri (Putusan Pengadilan

  • 14

    Niaga No.: 20/PAILIT/2010/PN.NIAGA.SBY. dan Putusan MA

    No. 249 K/Pdt. Sus/2011).

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis

    merumuskan masalah yang akan diteliti dalam tesis ini,

    sebagai berikut:

    1. Bagaimana variasi pertimbangan hukum dari hakim

    dalam memutuskan kasus-kasus kepailitan terkait

    Tanggung Jawab Organ Perseroan?

    2. Bagaimana Tanggung Jawab Organ Perseroan dalam

    kasus-kasus kepailitan berdasarkan 5 (lima) doktrin

    tertransplantasi: Fiduciary Duty, Ultra Vires, Piercing The

    Corporate Veil, Business Judgement Rule dan Self Dealing?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui bagaimana variasi pertimbangan

    hukum dari hakim dalam memutuskan kasus-kasus

    kepailitan terkait Tanggung Jawab Organ Perseroan

    menurut Pendekatan Argumentasi Hukum (Legal

    Reasoning Approach) yaitu: Rule-based Reasoning

    Approach, Principle-based Reasoning dan Doctrinal-based

    Reasoning Approach.

    2. Untuk mengetahui mengenai Tanggung Jawab Tanggung

    Jawab Organ Perseroan dalam kasus-kasus kepailitan

    berdasarkan doktrin tertransplantasi: Fiduciary Duty,

    Ultra Vires, Piercing The Corporate Veil, Business

    Judgement Rule dan Self Dealing.

  • 15

    D. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat penelitian ini bagi pihak-pihak terkait

    adalah sebagai berikut:

    1. Bagi Perseroan:

    a. Untuk mengetahui bagaimana mencegah terjadinya

    kepailitan;

    b. Untuk mengetahui bagaimana variasi pertimbangan

    hakim dalam kepailitan Perseroan, terutama mengenai

    bagaimana pengaruh doktrin tertransplantasi dalam

    melemahkan atau menguatkan Perseroan yang

    dimohonkan pailit;

    2. Bagi hakim: sebagai refleksi dalam merumuskan

    pertimbangan maupun putusan terkait tanggung jawab

    Organ Perseroan dalam kasus-kasus kepailitan;

    3. Bagi praktisi kepailitan: untuk memahami alur berpikir

    hakim dalam merumuskan pertimbangan maupun

    putusan terkait tanggung jawab Organ Perseroan dalam

    kasus-kasus kepailitan;

    4. Bagi akademisi maupun mahasiswa yang tertarik untuk

    memperdalam mengenai konsep tanggung jawab Organ

    Perseroan dalam kasus-kasus kepailitan: untuk

    mengetahui penerapan konsep tanggung jawab Organ

    Perseroan dalam kasus-kasus kepailitan.

    E. Keaslian Penelitian

    Penelitian ini merupakan karya orisinil dari penulis, sebagai

    eksplorasi lebih dalam dari konsep tanggung jawab Organ

    Perseroan dalam kasus-kasus kepailitan. Konsep tersebut

    pernah dikaji dalam penelitian sebelumnya oleh beberapa

    penulis, namun pengkajian tersebut belum sampai pada

  • 16

    ranah untuk menjawab problematika mengenai variasi

    pertimbangan hakim dalam kasus-kasus kepailitan terkait

    tanggung jawab masing-masing Organ Perseroan, dan

    bagaimana tanggung jawab berdasarkan 5 (lima) doktrin

    tertransplantasi. Pengkajian dimaksud dilakukan oleh:

    a. Gunawan Widjaya, Tanggung Jawab Direksi dalam

    Kepailitan, 2003, Raja Grafindo Persada: Jakarta (Buku)

    b. Bustanul Arifin, Tanggung Jawab Direksi Perseroan

    terhadap Perseroan yang Dinyatakan Pailit, 2009,

    Universitas Sumatera Utara (Tesis)

    Dalam tesis ini, penulis bermaksud untuk menjawab

    problematika yang belum tercakup dalam dua pengkajian

    tersebut di atas.

    F. Landasan Teori

    Landasan Teori yang dipakai sebagai pendekatan (approach)

    untuk menganalisis variasi pertimbangan hakim terkait

    dengan pertanggungjawaban Organ Perseroan Terbatas

    dalam kasus-kasus kepailitan yaitu Teori Argumentasi

    Hukum (Legal Reasoning).

    Legal Reasoning menurut fungsi memberi makna dalam dua

    frasa bahasa Inggris, yakni: legal = hukum dan reasoning =

    pertimbangan-alas hukum. Jadi pengertian legal reasoning

    adalah pertimbangan alas hukum yang dijadikan patokan

    (stelling) atau padanan (onderstelling), oleh aparatur institusi

    hukum dalam suatu kasus bagi kepentingan penuntutan dan

    putusan hakim pengadilan berdasarkan hukum.13

    13 Abraham Amos, Legal Opinion, 2007, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 22

  • 17

    Pendekatan menurut teori Legal Reasoning digunakan untuk

    menganalisis putusan hakim sebagai proses penalaran

    sebagai metode yuridik untuk melakukan identifikasi

    terhadap tatanan hukum yang berlaku. Selain itu digunakan

    untuk menetapkan putusan hukum sebagai langkah

    penyelesaian terhadap masalah yang dihadapi. Reasoning

    atau ratio decidendi merupakan referensi untuk menyusun

    dan memperkuat argumentasi dalam pemecahan isu hukum.

    Pendekatan legal reasoning mempunyai ciri khas yang

    bersifat memberikan sanggahan (legal argument) dalam

    paradigma hukum yang diperdebatkan (legal debate).14

    Sistem kontinental yang dianut di Indonesia bertujuan untuk

    merealisir postulat kesamaan dengan mengikat hakim pada

    undang-undang, yaitu peraturan yang sifatnya umum yang

    menentukan agar sekelompok peristiwa tertentu diputus

    sama. Disini, hakim terikat pada jalan pikiran deduktif

    (umum-khusus). Untuk menemukan putusannya diperlukan

    analogi dan a contrario15.

    Ada tiga pendekatan dalam teori legal reasoning (argumentasi

    hukum), yaitu:

    1. Pendekatan berdasarkan teori Rule-based reasoning

    (argumentasi berdasarkan peraturan)

    Pendekatan berdasarkan Rule-based reasoning

    (argumentasi berdasarkan peraturan) beranjak dari

    penerapan aturan hukum tertentu terhadap suatu kasus.

    14 Abraham Amos, Op.cit. hal. 22 15 Sudikno Mertokusumo, Bab-bab tentang Penemuan Hukum, 1993, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal. 28-29

  • 18

    Rule (peraturan) yang menjadi dasar argumentasi dalam

    penelitian ini adalah UU No. 37 Tahun 2004 tentang

    Kepailitan dan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

    Terbatas.

    2. Pendekatan berdasarkan teori Principle-based

    reasoning (argumentasi berdasarkan asas)

    Principle-based reasoning (argumentasi berdasarkan asas)

    beranjak dari penerapan asas terhadap suatu kasus.

    Asas yang akan digunakan sebagai landasan argumentasi

    dalam penelitian ini yaitu 5 (lima) asas Good Corporate

    Governance : Transparency, Accountability, Responsibility,

    Independency, dan Fairness.

    3. Pendekatan berdasarkan teori Doctrinal-based

    reasoning (argumentasi berdasarkan doktrin)

    Doctrinal-based reasoning (argumentasi berdasarkan

    doktrin) beranjak dari penerapan doktrin terhadap suatu

    kasus. Doktrin tersebut yaitu 5 doktrin tertransplantasi

    dalam UU No. 40 Tahun 2007 yaitu Doktrin Piercing the

    Corporate Veil, Doktrin Ultra Vires, Doktrin Business

    Judgement Rule, Doktrin Fiduciary Duty dan Doktrin Self

    Dealing.

    Argumentasi mengenai pertimbangan hakim yang disajikan

    dalam penelitian bisa berdasarkan salah satu dari 3 (tiga)

    pendekatan (approach) tersebut, bisa pula merupakan

    perpaduan dari ketiganya.

  • 19

    G. Metode Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan terdiri dari jenis

    penelitian, pendekatan penelitian dan jenis data yang

    digunakan.

    1. Jenis Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab

    pertanyaan yang telah dirumuskan dalam tesis ini yaitu

    penelitian yuridis normatif.16 Yuridis normatif adalah

    suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-

    prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna

    menjawab isu hukum yang diteliti. Aturan hukum,

    prinsip-prinsip hukum maupun doktrin-doktrin yang

    berusaha ditemukan dalam penelitian ini adalah aturan

    hukum, prinsip-prinsip hukum maupun doktrin-doktrin

    yang terkait dengan tanggung jawab organ perseroan

    dalam kepailitan.

    Selain itu juga metode secara eksploratif, yaitu suatu

    penelitian yang mencoba membuka wawasan terhadap

    suatu hal yang belum pernah diteliti sebelumnya dengan

    tujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai suatu

    gejala tertentu, penelitian ini juga digunakan untuk

    mendapatkan ide-ide baru mengenai masalah yang diteliti,

    atau bahkan belum ada sama sekali.17 Penelitian ini

    16 Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Jawa Timur: Bayumedia Publishing, 2009, hal. 45. 17 Amirudin, dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, 2006, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 25.

  • 20

    berusaha mengeksplorasi lebih dalam konsep tanggung

    jawab Organ Perseroan dalam kasus-kasus kepailitan.

    2. Pendekatan Penelitian

    Pendekatan penelitian yang digunakan oleh penulis dalam

    tesis ini, yaitu:

    a. Pendekatan Kasus (Case Approach)

    Pendekatan kasus dilakukan dengan cara melakukan

    telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan

    isu yang dihadapi dan telah menjadi putusan

    pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum

    tetap18. Kasus yang digunakan oleh penulis adalah 6

    (enam) kasus kepailitan yang telah memperoleh

    kekuatan hukum tetap (permanent legal force) tersebut

    pada Latar Belakang penelitian ini. Kajian pokok di

    dalam pendekatan kasus adalah ratio decidendi atau

    reasoning yang merupakan referensi bagi peneliti

    sebagai penyusunan argumentasi dalam pemecahan

    isu hukum kepailitan dikaitkan dengan

    pertanggungjawaban Organ Perseroan Terbatas dalam

    kasus-kasus kepailitan.

    b. Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach)

    Pendekatan undang-undang dilakukan dengan

    menelaah semua undang-undang dan regulasi yang

    bersangkut-paut dengan kasus yang ditangani19.

    Dalam hal ini, penulis menelaah undang-undang yang

    18 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, 2005, Jakarta: Kencana, hal. 94 19 Ibid.,, hal. 93

  • 21

    berkaitan dengan tanggung jawab Organ Perseroan

    Terbatas dalam kasus-kasus kepailitan, yaitu:

    1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

    Perseroan Terbatas; dan

    2) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang

    Kepailitan dan Penundaan Pembayaran Utang.

    c. Pendekatan Konseptual

    Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-

    pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di

    dalam ilmu hukum.20 Dalam menganalisa putusan

    maupun peraturan yang berkaitan dengan

    pertanggungjawaban Organ Perseroan Terbatas dalam

    kasus kepailitan, maka penulis menggunakan doktrin-

    doktrin tertransplantasi dalam pasal-pasal UU No. 40

    Tahun 2007 berkaitan dengan pertanggungjawaban

    organ perseroan yaitu:

    1) Doktrin Fiduciary Duty;

    2) Doktrin Piercing the Corporate Veil;

    3) Doktrin Ultra Vires;

    4) Doktrin Business Judgement Rule; dan

    5) Doktrin Self Dealing.

    3. Jenis Bahan Hukum

    Berkaitan dengan data yang digunakan dalam penulisan

    tesis ini, maka bahan hukum yang digunakan antara lain:

    20 Ibid., hal. 95

  • 22

    a. Bahan hukum primer

    Bahan hukum primer yakni bahan hukum yang

    bersifat otoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan

    hukum primer terdiri dari perundang-undangan,

    catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan

    perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.21

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

    perundang-undangan dan putusan hakim sebagai

    bahan hukum primer.

    Berikut ini peraturan perundang-undangan yang

    digunakan:

    a) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

    Perseroan Terbatas; dan

    b) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang

    Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

    Utang.

    Putusan-putusan hakim berkekuatan hukum tetap

    (permanent legal force) yang berkaitan dengan

    tanggung jawab Organ Perseroan Terbatas dalam

    kasus-kasus kepailitan yaitu:

    1) Putusan Hakim terhadap Kasus The Hongkong

    Chinese Bank Ltd vs PT. Dok & Perkapalan

    Kodja Bahari:

    a) Putusan Pengadilan Niaga No.

    32/Pailit/2000/PN.Niaga/Jkt.Pst; dan

    b) Putusan Kasasi MA No. 21/K/N/2000

    21 Ibid, hal. 142

  • 23

    2) Putusan Hakim terhadap Kasus PT. Indosurya

    Mega Finance vs PT. Greatstar Perdana

    Indonesia

    a) Putusan Pengadilan Niaga No.

    51/Pailit/2000/PN.Niaga/Jkt.Pst; dan

    b) Putusan Kasasi MA No. 30/K/N/2000

    3) Putusan Hakim terhadap Kasus PT. Bank

    Mandiri vs PT. Bakrie Finance Corporation

    a) Putusan Pengadilan Niaga No.

    08/Pailit/2002/PN.Niaga/Jkt.Pst;

    b) Putusan Kasasi MA No. 020/K/N/2002; dan

    c) Putusan Peninjauan Kembali MA No. 018

    PK/N/2002.

    4) Putusan Hakim terhadap Kasus PT. Aditya Toa

    Development Melawan PT. Wijaya Wisesa

    a) Putusan Pengadilan Niaga No.:

    03/Pailit/2004/PN.Niaga/Jkt.Pst;

    b) Putusan Kasasi MA No.: 04 K/N/2004; dan

    c) Putusan Peninjauan Kembali MA No. 04

    PK/N/2004.

    5) Putusan Hakim terhadap Kasus PT. Central

    Total Finance Melawan PT. Heradi Utama

    a) Putusan Pengadilan Niaga No.:

    16/Pailit/2004/PN.Niaga.Jkt.Pst;

    b) Putusan MA No.: 010 K/N/2004; dan

    c) Putusan Peninjauan Kembali MA No. 010

    PK/N/2004.

  • 24

    6) Putusan Hakim terhadap Kasus PT. Bank

    Negara Indonesia (PT. BNI) melawan PT.

    Kalimas Baru Sukses Mandiri

    c) Putusan Pengadilan Niaga No.:

    20/Pailit/2010/PN.Niaga.Sby.; dan

    d) Putusan MA No. 249 K/Pdt. Sus/2011

    b. Bahan hukum sekunder

    Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi

    tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-

    dokumen resmi tetapi berupa publikasi tentang

    hukum, meliputi buku-buku teks, kamus-kamus

    hukum, jurnal-jurnal hukum dan komentar-komentar

    atas putusan pengadilan22. Dalam penelitian, penulis

    menggunakan buku-buku teks, jurnal-jurnal hukum

    dan komentar atas putusan pengadilan yang terkait

    dengan tanggung jawab Organ Perseroan Terbatas

    dalam kasus-kasus kepailitan.

    22

    Loc.cit.

  • 25

    H. Sistematika Penulisan

    Bab I Pendahuluan

    Dalam Bab ini akan dibahas tentang latar belakang

    penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,

    manfaat penelitian, keaslian penelitian, landasan

    teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Tinjauan pustaka yang menjadi acuan analisa

    penelitian adalah mengenai konsep Kepailitan,

    Pelaksanaan Prinsip Tata Kelola Perseroan yang Baik

    (Good Corporate Governance) sebagai suatu

    keniscayaan dalam mencegah terjadinya kepailitan,

    Kepailitan Perseroan, Organ Perseroan sebagai

    perantara (agent) bagi Perseroan untuk melakukan

    tindakan hukum dengan pihak ketiga, tanggung

    jawab Organ Perseroan dalam 5 (lima) doktrin

    tertransplantasi, dan pengaturan mengenai tanggung

    jawab Organ Perseroan dalam kepailitan.

    Bab III Hasil Penelitian dan Analisis

    Dalam Bab III, penulis akan menjelaskan secara rinci

    mengenai hasil penelitian berupa 6 (enam) kasus

    kepailitan terkait Tanggung Jawab Organ Perseroan

    per tingkat peradilan, dan analisis berupa pengaruh 5

    (lima) doktrin tertransplantasi dalam pertimbangan

    hakim guna memutus 6 (enam) kasus kepailitan

    terpilih per tingkat peradilan, variasi pertimbangan

    hakim dalam memutus 6 (enam) kasus kepailitan,

  • 26

    tanggung jawab Organ Terkait 5 (lima) doktrin

    tertransplantasi, penelusuran mengenai tindakan

    ultra vires dalam kasus-kasus kepailitan, tanggung

    jawab secara tanggung renteng sebagai solusi

    kepailitan yang terjadi akibat tindakan ultra vires

    Direksi.

    Bab IV Penutup

    Pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan

    dari analisis dan saran atau masukan mengenai

    tanggung jawab organ perseroan dalam kasus-kasus

    kepailitan.