takaful: sistem asuransi islam oleh : nurul ichsan … · 2015-10-28 · takaful insurance able to...
TRANSCRIPT
Takaful: Sistem Asuransi Islam
Oleh : Nurul Ichsan
Abstraksi :
This study discusses the Islamic system of insurace. The existence of Islamicinsurance based on the need of moslem community to the insurance and the desireof them realize the economic system conform to the Islamic law. Takaful asIslamic system of insurance is based on the concept and principle of the Islamiccommercial profit sharing of al-mudharabah. By this priciple, the entrepeneur willaccet payment of takaful conttributions (premium) from investors or providers ofcapital. Takaful is also based on the concept tabarru'. The concept of tabarru'applicated so that operational mechanisms of takaful corporation can avoid fromthe prohibited elements by Islamic law, such as riba, gharar and maisir those existin conventional insurance. Takaful insurance able to realized a system of insuranceappropriate to the desire of moslem community such as social guarantee systemand cover life, wealth and business based on the tenet of Islam.
Kata Kunci : Takaful, Asuransi Islam, Mudharabah, Tabarru'.
Keperluan Terhadap Asuransi
Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari masalah resiko kerugian dan
ketidakpastian. Kebanyakan aktivitas manusia terjadi dalam keadaan yang tidak
menentu dan penuh dengan bahaya. Asuransi bukanlah menemukan suatu cara
pencegahan dari suatu bahaya yang terjadi akan tetapi berperan untuk mengurangi
kerugian dari resiko kerugian yang akan ditanggung.
Asuransi berkaitan erat dengan usaha perencanaan untuk menyediakan uang
ganti kerugian kepada seseorang yang mengalami kerugian keuangan akibat
ditimpa musibah atau kematian. Kaedah yang digunakan adalah dengan
mengumpulkan sejumlah uang yang telah ditetapkan bersama oleh masing-masing
anggota dalam suatu kumpulan yang menghadapi resiko itu dan membayar uang
ganti rugi akibat kerugian keuangan kepada mereka yang benar-benar ditimpa
musibah.
Menurut M. Nejatullah Siddiqi asuransi merupakan suatu kebutuhan dasar
manusia, seperti kecelakaan jalan raya dan konsekwensi keuangan yang secara
universal memerlukan perlindungan dari asuransi. Terjadinya kematian secara tiba-
tiba, kelumpuhan, wabah penyakit, pengangguran, kebakaran, banjir, badai,
tenggelam dan kecelakaan yang berkaitan dengan transportasi serta kerugian
keuangan bukanlah suatu kejadian yang disengaja. Seringkali orang yang menjadi
korban dan keluarganya jatuh miskin disebabkan kejadian itu. Realitas ini jelas
menjadikan asuransi sangat diperlukan sebagai keperluan dasar manusia yang
melingkupi sangat luas aktivitas-aktivitas kehidupan manusia dan situasi-
situasinya.1
Selanjutnya beliau menambahkan bahwa keperluan untuk melindungi
bahaya dan kerugian keuangan yang dihadapi oleh setiap orang adalah sama
pentingnya dengan pemeliharaan hukum dan peraturan. Manusia mempunyai
keinginan kepada kepuasan hidup terutama kesenangan, keadilan, kejayaan
ekonomi serta jaminan daripada kecelakaan dan perkara-perkara yang tidak
menentu. Ketiadaan daripada itu semua sebaliknya akan memepengaruhi
kesejahteraan ekonomi. Hal iitu juga akan mengakibatkan perasaan tidak puas dan
ketidakseimbangan sosial. Jika situasi ini dibiarkan terus kepada pengusaha yang
hanya mengejar keuntungan belaka maka bukan hanya orang miskin akan menjadi
korban bahkan orang yang mampu juga turut menanggung derita akibat kelalaian
ini. Tentunya orang yang benar-benar memerlukan akan dieksploitasi. Langkah
yang seharusnya diamblioleh pemerintah adalah menyediakan asuransi
dalambidang yang keperluannya luas. Langkah ini diambil sama halnya pemerintah
menjaga hukum dan peraturan sebagai kepentingan untuk menjaga peradaban dan
bebas dari masalah keuangan.2
Institusi asuransi dengan berbagai bentuk dan jenisnya merupakan sebagian
dari ciri-ciri penting kegiatan ekonomi modern. Dalam konteks perdagangan dunia
hari ini, ia menjadi begitu penting untuk menjamin keselamatan keuangan dan
harta baik bagi individu, perusahaan maupun negara. Institusi ini juga turut
berfungsi menyalurkan sebahagian besar modalnya untuk membiayai proyek-
proyek pembangunan dalam sektor publik dan swasta yang pada umumnya dapat
membantu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan negara karena boleh dikatakan
semua urusan bank memerlukan perlindungan asuransi. Oleh karena itu amatlah
1 Muhammad Nejatullah Siddiqi, Asuransi in islamic economy, (London: The Islamic Fondation,1985), h. 59-60.2 Ibid
tepat jika urusan bank syariah dapat dilindungi oleh asuransi yang berdasarkan
syariah.
Sesuai perjanjian perlindungan yang dikenal dengan polis asuransi dimana
disepakati perusahaan asuransi akan memberikan ganti rugi keuangan kepada
pemegang polis yang telah membayar sejumlah nilai keuangan yang dikenal
dengan premium, maka perusahaan akan memberi ganti rugi sesuai dengan
tuntutan pemegang polis. Dengan demikian manfaat dan keuntungan bagi
pemegang polis asuransi adalah apabila terjadi suatu kehilangan atau kerugian baik
diri maupun harta bendanya secara tiba-tiba. Adapun bentuk asuransi yang ada
pada saat ini terbagi atas dua yaitu:
a. Asuransi jiwa yaitu asuransi untuk menghadapi musibah yang dapat
menyebabkan kematian atau kecacatan tubuh.
b. Asuransi umum yaitu asuransi untuk menghadapi musibah yang dapat
menyebabkan kehilangan atau kehancuran harta benda seperti kebakaran, banjir,
kecelakaan jalan raya, dll.
Definisi Asuransi
Pengertian asuransi sangatlah banyak dengan berbagai macam definisi yang
telah diberikan oleh para ahli ekonomi dan asuransi, secara globalnya definisi
asuransi itu dapat ditinjau dari beberapa segi terpenting yaitu dari sudut ekonomi,
undang-undang, bisnes, sosial dan matematik. Penjelasannya lebih lanjut sebagai
berikut:
1. Dari sudut ekonomi, asuransi ialah persediaan sesuatu yang pasti atau sesuatu
yang diperkirakan besar akan berlaku, dengan maksud mengurangkan beban
bahaya kerugian yang belum tentu akan berlaku (risiko) semata-mata.
2. Dari sudut undang-undang, asuransi ialah kontrak atau polis yang digunakan
untuk mengubah risiko menjadi premi (harga), dari seorang anggota yang
dipanggil sebagai pihak yang diasuransikan atau pemegang polis kepada pihak
lain yang dipanggil sebagai pengasuransi atau pengusaha asuransi.
3. Dari sudut bisnes, asuransi ialah sebuah rencana beberapa orang yang
berkumpul membuat sebuah organisasi dengan tujuan memindahkan ke atas
bahu mereka semua risiko yang menimpa salah satu dari anggota mereka. Atau
juga dapat dilihat dari segi finansial, asuransi itu adalah sebuah sarana/jasa
peminjaman, penyimpanan dan investasi.
4. Dari sudut sosial, asuransi ialah usaha masyarakat untuk membuat kelompok
guna menghadapi bahaya kerugian yang belum pasti berlaku, dengan cara
memindahkan sepenuhnya risiko yang menimpa siapapun di antara anggota
masyarakat ke atas seseorang atau beberapa orang anggota kumpulan
masyarakat itu.
5. Dari sudut matematik, asuransi ialah aplikasi prinsip-prinsip perhitungan yang
pasti berkenaan dengan nilai atau statistik asuransi. 3
Tujuan dan Kepentingan Asuransi
Asuransi merupakan suatu keperluan asas manusia, ketika terjadi suatu
musibah maka manusia memerlukan asuransi untuk mengatasinya. Musibah itu
dapat berupa kematian secara tiba-tiba, kelumpuhan, penyakit, pengangguran,
kebakaran, banjir, badai, tenggelam, kemalangan jalan raya, kerugian kewangan,
dan lain-lain. Seringkali mangsa dan keluarganya harus menanggung biaya untuk
menutupi kekurangan biaya kemalangan itu, dan selalunya ekonomi mereka hanya
sampai paras tertentu. Ini jelas menjadikan asuransi sangat diperlukan untuk
diperdagangkan sebagai keperluan asas manusia yang melingkupi sangat luas
aktiviti-aktiviti kehidupan manusia dan situasi-situasinya. 4
Objektif seluruh asuransi adalah untuk membuat persediaan bagi
menghadapi bahaya yang akan menimpa dalam kehidupan, serta transaksi-transaksi
perjanjian yang dilakukan oleh manusia. Sebenarnya, bahaya kerugian itulah yang
mendorong manusia berikhtiar dengan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan
3John H Magee & David L Bickelhaupt, General insurance, Richard D Irwin INC, Illinois,1964, hlm.19-22.
4Muhammad Nejatullah Siddiqi, Asuransi in islamic economy, London, The IslamicFondation, 1985, hlm. 59-60.
cara-cara yang selamat untuk melindungi diri dan kepentingan mereka. Cara-cara
itu berbeda-beda sesuai bentuk kerugian. Sekiranya kerugian itu disadari lebih awal
maka seseorang itu akan mengatasinya dengan langkah mencegah dan sekiranya
kerugian itu sedikit, seseorang itu akan menanggungnya sendiri, tetapi sekiranya
kerugian itu tidak dapat diduga dengan lebih awal serta banyak jumlahnya sehingga
tidak boleh dicegah atau diatasi sendiri, tentunya ia akan menimbulkan kesukaran
kepadanya.5 Keperluan untuk melindungi bahaya dan kerugian kewangan yang
dihadapi oleh setiap orang adalah sama pentingnya dengan pemeliharaan undang-
undang dan peraturan. Seperti yang dibincangkan diatas, manusia berkehendak
kepada kepuasaan hidup, terutamanya kesenangan, keadilan, kecekapan ekonomi
serta jaminan daripada kecelakaan dan perkara-perkara yang tidak menentu.
Ketiadaan mana-mana peruntukkan untuk memenuhi keperluan ini akan sebaliknya
mempengaruhi kecekapan ekonomi. Hal ini juga akan membangkitkan perasaan
tidak puas hati dan mengakibatkan ketidakseimbangan sosial. Jika ini dibiarkan
kepada pengusaha yang hanya mengejar keuntungan, bukan sahaja banyak orang
miskin akan menjadi mangsa, tetapi orang yang berkemampuan juga turut
menanggung derita akibat kecuaian ini. Tentunya orang yang benar-benar
memerlukan akan dieksploitasi. Langkah yang sepatutnya diambil oleh negara
ialah menyediakan asuransi dalam bidang yang keperluannya meluas. Langkah ini
diambil sepertimana negara memelihara undang-undang dan peraturan sebagai
keperluan mengekalkan tamadun dan bebas daripada sebarang masalah kewangan.6
Tujuan utama asuransi ialah untuk melindungi segala risiko yang terdedah
kepada kerugian dalam kehidupan seorang manusia. Pihak yang diasuransikan cuba
untuk memindahkan risiko kerugian itu kepada orang lain yang sanggup untuk
menanggungnya dengan harapan mendapat keuntungan daripada tanggungan itu.
Berdasarkan pengalaman atau pengiraan yang bersistem, semua agensi asuransi
yang terlibat dalam perniagaan asuransi dan yang menanggung risiko orang lain
mendapat keuntungan yang berpatutan selepas berlakunya sesuatu kejadian itu.7
5Muhammad Muslehuddin, hlm. 36.6ibid.7Afzal al-Rahman, hlm.90.
Memandangkan perlindungan adalah suatu keperluan yang tidak boleh
diambil ringan oleh setiap anggota masyarakat bagi menghadapi kemungkinan
berlakunya pelbagai musibah atau tragedi maka antara salah satu jenis
perlindungan yang boleh disertai selama ini oleh orang ialah perlindungan asuransi.
Salah satu contoh keperluan seumpama ini adalah peruntukan undang-undang yang
mewajibkan sesebuah kenderaan mestilah mempunyai perlindungan asuransi yang
sah sebelum boleh digunakan di jalan raya. Begitu juga, institusi kewangan seperti
bank, lazimnya akan mensyaratkan pelanggan mereka mengambil perlindungan
asuransi yang bersesuaian bagi melindungi apa-apa harta yang dibeli oleh
pelanggan-pelanggan yang berkenaan melalui kemudahan pembiayaan atau
pinjaman yang disediakan oleh bank yang berkenaan. Perlindungan asuransi ini
biasanya disediakan oleh syarikat-syarikat asuransi.8
Asuransi telah mempermudahkan urusan perdagangan, industri dan
organisasi-organisasi perniagaan yang lain secara besar-besaran yang tidak
mungkin berlaku tanpa pertolongan asuransi. Sebahagian besar daripada tabung
asuransi dilaburkan dalam sekuriti (bon-bon) kerajaan dan dalam saham-sahama
industri yang secara tidak langsung memberikan pertolongan kepada kerajaan,
penguasa tempatan dan industri-industri.9 Asuransi memainkan suatu peranan yang
penting dalam hal kewangan, mempengaruhi pelaburan dan pasaran wang di dunia.
Ia juga memberikan dana pembangunan kepada industri asas dan digunakan
dalam kewangan projek-projek pemerintah.10
Sebahagian para pakar hukum asuransi berpendapat bahawa sebahagian
jenis asuransi yang ada merupakan salah satu cara di antara cara-cara penting
dalam hal simpanan dan pembentukan modal. Pihak peserta asuransi (tertanggung)
kadang melakukan kontrak asuransi bukan dengan maksud memperoleh
perlindungan daripada peristiwa yang mengancam jiwa dan hartanya, tetapi dengan
maksud sebagai simpanan dan pembentukan modal.11
8Mohd Fadzli Yusof, Takaful:sistem asuransi Islam, hlm. 6-7.9Afzal al-Rahman, hlm. 78-79.10Mehr, K. I, Fundamentals of insurance, Illinois, Richard D. Irwin Inc., 1986, hlm 15.11Husain Hamid Hisan, Asuransi dalam hukum Islam, hlm.20.
Pandangan Ulama Mengenai Asuransi Konvensional
Secara konsep dan tujuan, asuransi konvensional sangatlah sesuai dengan
ajaran Islam bahkan nilai-nilai kemanusiaan yang wujud dalam asuransi sangat
dianjurkan oleh Allah S.W.T. Justru itu sebahagian ulama ada yang membolehkan
asuransi konvensional ini. Pertentangan pendapat para ulama bukanlah dalam
konsep atau ide tentang asuransi tetapi dalam masalah organisasi dan mekanisme
operasional syarikat asuransi konvensional.
Perctentangan pendapat ulama yang menghalalkan dan yang mengharamkan
sistem asuransi yang ada pada hari ini adalah bertitik tolak daripada salah faham
dan berlainan sudut pandang terhadap sistem atau peraturan kontrak asuransi itu
sendiri. Golongan yang menghalalkannya dengan menitikberatkan kepada
matlamat sistem asuransi yaitu kebajikan, kebaikan serta jaminan keselamatan
nyawa dan harta benda. Sedangkan golongan yang mengharamkan menekankan
pada unsur-unsur yang tidak sehat yang wujud di dalam sistem asuransi seperti riba
dan penipuan.
Abdullah Nasih Ulwan memberikan menyatakan bahwa asuransi (caqd al-
ta’min) dengan segala macam dan jenisnya adalah washilah (metode) bagi usaha
yang dilakukan dengan cara tidak benar, menerima harta tanpa kerja keras,
memperoleh sesuatu tanpa ada sebab…hal ini sesuai benar dengan jenis usaha
yang telah diharamkan shariat Islam. Maka segala hal yang berkaitan dengan usaha
syarikat asuransi adalah haram.12
Afzal al-Rahman memberikan komentar bahwa dalam masalah asuransi ini
perlu diambil kira tanpa menyebelahi mana-mana pihak di mana ia menyatakan
pula bahawa syariat Islam telah menetapkan prinsip-prinsip umum yang
menentukan syarat-syarat kontrak perniagaan atau rundingan perdagangan, selagi
mana kontrak pertukaran tidak melebihi batas-batas ini, ia dihukumkan halal dan
sah. Asuransi walaupun dihukumkan halal dan sah namun terdapat unsur-unsur
12Abdullah Nasih cUlwan, Hukm al-Islam fi al-ta’min (as-saukarah), Dar al-Salam, Beirut1400H/1980, hlm.9-44.
haram seperti riba, maisir, gharar oleh kerananya mestilah dibuat sebuah sistem
asuransi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.13
Syekh Yusuf al-Qardhawi menulis bahwa Islam tidak menerima bentuk
asuransi seperti yang sekarang ini dengan segala jenis aktivitinya bukan bererti
Islam menentang asuransi secara keseluruhannya, sama sekali tidak, yang
ditentang Islam itu ialah beberapa prinsip dan caranya. Adapun jika ada cara-cara
lain yang tidak bertentangan dengan shariat Islam, maka sudah pasti Islam
menyambutnya dengan baik. Jaminan sosial dalam Islam sebenarnya telah wujud
sama ada dilakukan oleh masyarakat dengan konsep takaful (saling tolong
menolong) ataupun dilakukan oleh pemerintah dan baitul mal. Baitul mal adalah
asuransi secara umum untuk semua orang yang bernaung di bawah pemerintahan
Islam.14
Muhammad Yusuf Musa berpendapat bahawa asuransi dalam apa juga
bentuknya merupakan satu contoh kerjasama dan pertolongan untuk masyarakat.
Asuransi nyawa memberi faedah kepada pihak pencarum sebagaimana ia juga
memberi faedah kepada syarikat asuransi. Tidak ada celanya asuransi di sisi
hukum Islam sekiranya ia bebas daripada riba yaitu, pihak peserta hanya
mengambil kembali wang yang telah dibayarkan saja tanpa apapun pertambahan
sekiranya dia masih hidup setelah habis tempo asuransinya; sekiranya dia mati,
waris-warisnya akan menerima penggantiaanya. Cara ini dibolehkan dalam hukum
Islam. 15
Abdus Sami’ al-Misri memberikan pendapat bahwa sistem asuransi pada
hari ini didasarkan kepada amalan riba yang dipelopori dan didukung oleh Yahudi
semenjak awal lagi. Orang Yahudilah yang mengajar supaya kita mengasuransikan
semua benda, hinggakan manusia juga harus diasuransikan.. Di samping itu Yahudi
juga membuat berbagai masalah dalam asuransi ini, seperti pembaharuan perjanjian
13Afzal al-Rahman, hlm. 16-17.14Yusuf al-Qardhawi, al-Halal wa al-haram fi al-Islam, Maktabah Wahbah, Qahirah,
1413H/1993, hlm. 262-266.15Muhammad Muslehuddin, hlm. 151-152.
dan sebagainya sepertimana yang berjalan dalam sistem asuransi kapitalis hari
ini.16
Pertentangan pendapat para ulama sebenarnya bertitik tolak dari salah
faham dan berlainan sudut pandang terhadap asuransi. Pendapat para ulama ini
dapat dibahagikan atas tiga pendapat:
1. Pendapat yang melarang seluruh macam asuransi
2. Pendapat yang membolehkan sebahagian saja.
3. Pendapat yang membolehkan seluruh macam asuransi
dengan syarat tidak terdapat unsur riba dan berdasarkan atas
asas tolong-menolong.
Dalam hal ini penulis memberikan tarjih bahwa pendapat yang lebih
mendekati kepada kebenaran adalah pendapat yang menyatakan bahwa manapun
asuransi yang hanya berkonsepkan jual beli semata adalah tidak sesuai dengan
hukum Islam, akan tetapi jika asuransi itu berasaskan kepada saling membantu
(mutual cooperation) dan tabarru’ (derma) maka asuransi itu dibolehkan dengan
syarat mekanisme operasional syarikat asuransi itu juga terbebas dari unsur-unsur
riba, gharar dan maisir.
Pandangan kalangan Umat Islam Terhadap Asuransi Masa Kini
Pada Persidangan Ekonomi Internasional Islam Pertama yang
diselenggarakan di Makkah tahun 1976, diputuskan bahawa asuransi tidaklah
mengamalkan maksud dan tujuan syariat yaitu saling bekerjasama dan
persaudaraan. Selanjutnya persidangan ini menyeru untuk membentuk sebuah
komitie yang terdiri dari para ulama syariat dan pakar ekonomi untuk menyediakan
rancangan sebuah sistem asuransi yang bebas dari gharar, masiri dan riba,
sebaliknya mengutamakan konsep saling bekerjasama yang selaras dengan syariat
dan dapat menggantikan kedudukan nilai kemanfatan yang ada pada asuransi.
Pada Desember 1985, The Islamic Fiqh Academy di bawah Organisasi
Konfrensi Islam (OKI) pada saat membincangkan mengenai asuransi dan
reasuransi (reinsurance) membuat keputusan bahwa kontrak asuransi komersial
16ibid., hlm. 146.
yang ada sekarang adalah dilarang agama (haram) dan alternatif asuransi yang
sesuai dengan syariat Islam adalah asuransi yang diasaskan atas kerjasama yang
berdasarkan sumbangan ikhlas dan saling membantu.17 Dengan keputusan
persidangan ini maka kaum muslimin mesti mewujudkan dan mendirikan suatu
perusahaan asuransi yang sesuai dan dapat memenuhi keperluan masyarakat Islam
modern.
Kajian tentang asuransi oleh para pakar pada umumnya mereka sependapat
bahwa operasional perusahaan asuransi pada saat sekarang ini tidak sesuai dengan
kehedak umat Islam dan betentangan dengan syariat karena mengandung unsur:
1. Gharar
2. Maisir
3. Riba
Gharar
Gharar berarti tidak jelas, dimana dalam hukum Islam suatu akad perjanjian atau
kontrak diantara pihak-pihak yang membuat perjanjian haruslah jelas tentang apa
yang diakadkan itu (mauqud alaih) dan nyata serta diketahui oleh kedua belah
pihak. Akan tetapi di dalam polis asuransi jiwa misalnya tidak jelas bagaimana
pembayaran ganti rugi oleh perusahaan itu dihasilkan, begitu pula jika peserta
tidak mendapat ganti rugi dikarenakan satu dan lain hal padahal ia telah membayar
sebahagian besar premium.
Maisir
Maisir berarti perjudian, hukum Islam memandang asuransi sebagai perjudian
apabila seoerang pemegang polis asuransi nyawa meninggaldunia sebelum habis
tempo perjanjian serta setelah membayar hanya sebagaian daripada premium yang
dijanjikandan kemudian diberikan pulauang ganti rugi yang tidak jel;aas asal
usulnya. Keuntungan dari perniagaaqn asuransi juga dilihat sebagai hasil judi olej
karena keuntungan tersebut berasal dari masa penanggungan (underwriting
experinec).Perusahaan asuransi dapat mendapat untung atau rugi disebabkan oleh
17Mohd Fadzli Yusof, Pencapaian dan kejayaan institusi keuangan Islam rantau melayu, dalamBangsa Melayu dan kejayaan ekonomi Islam serantau, (Kuala Lumpur: INMID, 1997), h. 62.
tuntutan yangseolah-olah bergantung kepada nasib disewbabkan adanya
unsurgharar tadi.karena untung dari nasibitu adalah judi.
Riba
Dapat dikatakan sebagian besar aktivitas kegiatan perusahaan asuransi tidak dapat
lepas dari riba seperti dana-dana perusahaan asuransi yang diinvestasikan dalam
usaha-usaha yang mengandung riba (seperti perbankan), haram (seperti minuman
keras) dan hal-hal lain yang dilarang agama.
Konsep Asuransi Dalam Fiqh Mu'amalah
Sebenarnya, konsep tentang jaminan sosial atau perlindungan dalam
masyarakat telah ada dalam ajaran Islam. Jaminan perlindungan sosial yang telah
diamalkan dalam Islam itu secara umumnya dapat dibagikan kepada dua, yaitu:
1. Jaminan yang dilakukan oleh anggota masyarakat
2. Jaminan yang dilakukan oleh pemerintah.
Jaminan oleh anggota masyarakat
a. Sistem al-'aqilah
Sistem ini diperkenalkan oleh baginda Rasulullah SAW setelah hijrah
baginda ke Madinah dan kemudian baginda mempersaudarakan antara golongan
muhajirin dan ansar. Sistem ini berasaskan kepada konsep tacawwun (saling
bekerjasama) dan menjadi sistem ideal yang dapat menyelesaikan permasalahan
masyarakat yang timbul di kemudian hari akibat dari pembunuhan/kehilangan
nyawa, atau tercidera akibat tindakan tidak sengaja dari salah satu pihak ke atas
pihak yang lain. Cara pelaksanaan sistem caqilah ini yaitu setiap anggota
masyarkat setuju untuk mengadakan suatu tabung keuangan bersama yang dikenal
dengan al-kanz yang dipungut setahun sekali dari kaum muhajirin dan ansar,
tujuannya adalah utnuk memberi pertolongan kepada anggota masyarakat yang
terlibat dengan kasus pembunuhan secara tidak sengaja dan juga untuk menebus
tawanan perang.18 Mengikut Muhammad Hamidullah, sistem caqilah ini merupakan
kosep tolong-menolong yang bertujuan memberi perlindungan orang-orang yang
18 Abu Muhammad ibnu Hisham cAbdi al-Malik bin Hisham al-Mucarif, al-Sirah al-nabawiyyah,(Beirut: Dar al-Fikr , 1415H/1994), juz. 2, h. 121.
terlibat dalam masalah-masalah yang berhubung dengan kerusakan.19 Faedah yang
paling ketara dari sistem asuransi ini ialah mereka yang melakukan pembunuhan
secara tidak sengaja dapat diringankan bebannya melalui tabung ini. Sistem ini
amatlah tepat dan memenuhi konsep umum al-Qur’an dan al-Sunnah berkenaan
dengan perlindungan dan jaminan jiwa serta harta benda masyarakat.20
b. Sistem al-qasamah
Sistem ini merupakan sistem yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
kesalahan pembunuhan yang dapat ditebus atau diselesaikan dengan cara sumpah
sebanyak lima puluh kali oleh lima puluh orang. Lima puluh orang yang
bertanggungjawab melakukan sumpah itu ialah yang dipilih dari kepala keluarga
atau ketua kumpulan di dalam suatu kampung yang mana mereka bersumpah dan
mengaku bahwa mereka tidak mengetahui siapakah yang melakukan pembunuhan
itu. Setelah itu, mereka bertanggungjawab menentukan berapakah bayaran ganti
rugi yang sepantasnya dibayar kepada keluarga si mati. Jumlah bayaran itu akan
ditanggung oleh setiap anggota masyarakat secara sumbangan untuk diberikan
kepada keluarga si mati.
Sistem ini dilakukan sebagai pembayaran uang penebus ganti rugi buat
seseorang yang terbunuh karena tidak diketahui pembunuhnya oleh keluarga yang
terbunuh, ataupun tidak ada keterangan dan bukti yang cukup dari saksi-saksi yang
boleh dipercayai, maka dikemukakan identifikasi pembunuhan itu secara sumpah
lima puluh kali oleh lima puluh orang. Jika diketahui jelas maka si pembunuh itu
dihukum, akan tetapi jika keluarga yang terbunuh itu memaafkannya dan mau
menerima ganti rugi dengan bayaran tebusan, maka terselamatlah pembunuh itu
dan ia wajib membayar tebusan.21
c. Akad muwalah
Yaitu akad perjanjian yang dibuat oleh seorang individu dengan individu lain yang
tidak diketahui siapa keturunannya, yang mana individu pertama berjanji akan
19 Sobri Salamon, , Konsep asuransi secara Islam, dalam Islam dan pembangunan negara, h. 150.20 Mustafa Haji Daud, Tamadun Islam, (Kuala Lumpur: Utusan Publication & Dsitributors SdnBhd 1991), h. 171.21 Imam Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad al-Qurtubiy al-Andalusiy ibn Rushd, Bidayah al-mujtahid wa al-nihayah al-muqtasid, (Qahirah, Misri Matbacah Ahmad Kamal, 1333H/1914), Juz.2, h. 357-361.
menjadi wali kepada yang kedua dan menanggung diat sekiranya orang kedua
melakukan pidana pembunuhan secara tidak sengaja. Sebagai balasannya orang
pertama itu boleh mempusakai harta orang kedua yang dilindungi itu sekiranya ia
mati tanpa waris.22
Sistem muwalah ini merupakan suatu aqad yang paling menyamai sistem
asuransi yang ada pada hari ini. Ini disebabkan aqad itu berlangsung di antara
seorang individu dengan individu lain yang tidak diketahui asal-usul
keturunannnya dan individu pertama telah melantik individu yang kedua itu
sebagai wali atau pelindungnya. Apabila pelantikan itu dipersetujui, maka pihak
kedua bertanggungjawab membayar ganti rugi apabila berlaku pembunuhan secara
tidak sengaja, atau kehilangan harta benda.23
d. Akad kafalah atau dhaman
Ialah kontrak jaminan dari seseorang terhadap seseorang yang lain, yang
mana dalam hal ini pihak pertama menawarkan jasa untuk bertanggungjawab
dalam memberi perlindungan kepada pihak kedua terhadap sesuatu perkara yang
disetujui bersama. Kontrak ini juga dikenal dengan berbagai nama di antaranya
hamalah, za’amah. 24
Akad Ini adalah satu sistem asuransi dalam Islam yang mempunyai
beberapa nama yang bergantung kepada syarat-syarat tertentu. Sistem kafalah dan
dhaman merupakan jaminan dari seseorang individu terhadap individu lain dimana
pihak pertama menawarkan jasanya untuk bertanggungjawab memberi
perlindungan kepada pihak kedua terhadap sesuatu perkara yang disetujui
bersama.25
Jaminan oleh pemerintah
Jaminan oleh pemerintah ini selain berupa zakat yang menjadi prasarana
kepada jaminan sosial, khalifah sebagai ketua negara dalam hal ini wajib menjamin
22 Mustafa Ahmad Zarqa, caqd ta’min (al-Saukarah) wa Mauqif al-sharicah al-Islamiyah minhu,dalam Usbuc al-fiqh al-Islamiy wa mahrajan Ibn Taimiyah, (Damaskus al-Majlis al-ac la Li al-ricayah al-Qanun, wa al-Adab wa al-cUlum al-cIjtimaciyah, 16-21 Shawal 1380 H/1-6 April 1961), h.383-384.23 Mustafa Haji Daud, Tamadun Islam, h. 172.24 Imam Abi al-Walid Muhammad bin Ahmad al-Qurtubiy al-Andalusiy ibnu Rushd, Bidayah al-mujtahid wa al-nihayah al-muqtasid, h. 247-250.25 Mustafa Haji Daud, h. 172.
setiap rakyatnya mendapat hak dan taraf hidup yang layak. Harta-harta negara yang
terkumpul dalam institusi keuangan baitul mal boleh digunakan untuk kegunaan
umum, anggaran belanja negara dan pembangunan. Institusi-institusi kebajikan,
baik yang diatur oleh pemerintah, individu atau swasta dapat dibentuk guna
menjamin kesejahteraan rakyat dan perlindungan yang sewajarnya. Subsidi
perbelanjaan boleh diambil dari baitul mal seandainya intitusi tersebut menghadapi
kekurangan perbelanjaan. Dan sekiranya institusi ini mengalami kekurangan hasil
negara untuk belanja pembangunan, khalifah boleh dengan persetujuan majlis
syura mengenakan cukai tambahan.
Takaful Sebagai Sistem asuransi Islam
Konsep jaminan sosial yang diajarkan Rasulullah SAW ini kemudian
dipakai para ulama dan pakar ekonomi Islam sebagai dalil untuk menjawab
permasalahan asuransi di dalam berbagai kajian-kajian dan pembicaraan-
pembicaraan mengenai bentuk asuransi yang sejalan dengan syariat Islam di
berbagai negara. Kajian para ulama fiqh dan pakar ekonomi itu kemudiannya
memberikan ide dan konsep mengenai sistem asuransi secara Islam yang dapat
memberikan jaminan perlindungan terhadap resiko dan terbebas dari unsur riba,
gharar, maisir yang dilarang agama.
Setelah begitu banyak diperkatakan mengenai asuransi secara Islam oleh
ulama dan pakar-pakar asuransi, maka mereka mencoba membuat rumusan dan
kesimpulan tentang apakah konsep-konsep Islam yang harus dijadikan asas falsafah
asuransi secara Islam. Usulan yang diutarakan amat banyak, tetapi keseluruhannya
tidak lepas dari konsep takaful. 26 Takaful kemudiannya dipakai sebagai nama
untuk asuransi dan dipakai oleh perusahaan-perusahaan yang menjalankan
perniagaan asuransi secara Islam. Pada awal-awal pendirian takaful ini minat kaum
muslimin sangatlah kurang ketimbang daripada pendirian bank-bank Islam, akan
tetapi akhir-akhir ini keadaannya sudah makin berubah, minat kaum muslimin
semakin bertambah dan pada tahun 1979 mulai didirikan perusahaan asuransi
Islam di seluruh negara-negara Islam walaupun sangat terbatas jumlahnya.
26 Sobri Salamon, Konsep asuransi secara Islam, dalam Islam dan pembangunan negara, h. 151.
Pendirian kesemua asuransi takaful itu adalah melalui bantuan dan kemajuan bank-
bank Islam itu.27
Perusahaan asuransi takaful yang pertama didirikan adalah Perusahaan
Asuransi Islam Sudan pada tahun 1979,28 berawal dari perjalanan dan
perkembangan perusahaan takaful ini maka berbagai usaha dan langkah susulan
telah dibuat, khususnya oleh negara-negara Islam dan negara-negara di mana
bilangan penduduknya yang beragama Islam agak besar untuk memperkenalkan
perusahaan-perusahaan asuransi yang menawarkan usaha perniagaan asuransi
takaful. Selanjutnya pada awal tahun 1980-an, beberapa buah perusahaan asuransi
secara Islam mulai didirikan termasuk juga yang beroperasi di negara-negara
Eropa, diantaranya ialah perusahaan Asuransi Islam Arab yang didirikan pada
tahun 1979 di Arab Saudi, pada tahun 1983 didirikan Takaful Islam Luxembourg
oleh Dar al-Mal al-Islami (DMI) dan di negara Inggris yaitu Islamic Takaful
Company (ITC), di kota London.29 Sekarang asuransi secara Islam ini di seluruh
dunia telah berkembang sehingga berjumlah 59 perusahaan menurut data tahun
2000 yaitu dengan perincian sebagai berikut:
1. 29 perusahaan di negara-negara Arab
Nama Perusahaan Negara
Al salam Islamic takaful Co. Bahrain
Bahrain Islamic Insurance Co. Bahrain
Islamic Insurance and re-insurance Co. Bahrain
Perusahaan Takaful al-Islamiyah Bahrain
Takaful International Bahrain
Islamic Insurance Co. Plc. Jordan
International Company for Cooperative Insurance Kuwait
Qatar Islamic Insurance Co. Qatar
Al-Aman Cooperative Insurance (al-Rajihi) S. Arabia
Global Islamic Insurance Co. S. Arabia/Bahrain
27 ibid., h. 96-97.28 Mohammad Fadzli Yusof, Takaful: sistem asuransi Islam, (Kuala Lumpur: Publications &Distributors Sdn. Bhd, 1996), h. 4.29 ibid., h. 5.
International Islamic Insurance Co. S. Arabia/UEA
Islamic Arab Insurance (Dallah al-Baraka Group) S. Arabia
Islamic Arab Insurance Co. (IAIC) S. Arabia
Islamic Corporation for Insurance of Investment and
Export Credit
S. Arabia
Islamic Insurance and Reinsurance Co.(IIRCO) S. Arabia/Bahrain
Islamic International Insurance (Salamat) S. Arabia/UEA
Islamic takaful and Re-takaful Co. S.Arabia/Bahamas
Islamic takaful and Re-takaful (Bahamas) Bahamas
Islamic Universal Insurance S. Arabia/Bahrain
National Cooperative Ins Co. (NCCI) S. Arabia
Takaful Islamic Asuransi Co. Bahrain S. Arabia/Bahrain
Al-Baraka Insurance Co. Sudan
Islamic Insurance Co. Sudan
Sheikan Insurance Co. Sudan
The National Re-insurance Company (Sudan) Ltd. Sudan
Watania Co-operative insurance Co. Sudan
BEIT Ladat Ettamine Tousi Saudi (Best Re) Tunisia
Alliance Insurance UEA
Nama Perusahaan Negara
The Islamic Arab Insurance Co. UEA
2. 16 perusahaan di negara muslim non Arab
Nama Perusahaan Negara
Asuransi Islam TAIB Sdn Bhd (IITSB) Brunei
Tabung Amanah Islam Brunei
Takaful dan Re-Takaful Co. Brunei
Takaful Ab Berhad Brunei
Life Takaful (pte) Bangladesh
General Takaful (pte) Bangladesh
Perusahaan Takaful Indonesia Indonesia
PT. Asuransi Takaful Keluarga Indonesia
PT. Asuransi Takaful Umum Indonesia
PT. Perusahaan Takaful Indonesia
Takaful Asuransi Indonesia
Asian Re-Takaful international (L) Ltd (ARIL) Malaysia
Asean Takaful Group (ATG) Malaysia
Perusahaan Takaful Malaysia Bhd. (STMB) Malaysia
Takaful National Sdn. Bhd. Malaysia
Ihlas Sigorta AS. Turkey
3. 14 perusahaan di negara-negara non muslim
Nama Perusahaan Negara
Takaful Australia Australia
Metropolitan Insurance Co. Ltd Ghana
International Takaful Co. Luxembourg
Takaful S.A (formerly Islamic Takaful Co) Luxembourg
Sosar Al Amane (al baraka Group) Senegal
Ampro Holding Singapore Pte Ltd Singapore
Keppel Insurance Singapore
Perusahaan Takaful Singapura Singapore
Amana Srilanka (pte) Srilanka
Takaful T&T Trinidad
Takaful UK LTd. United Kingdom
UBK @ IIBU Manzil Progammes United Kingdom
Failaka Investments, Inc. Amerika Serikat
Takaful USA Management Services, LLC Amerika Serikat
Definisi Takaful
Dari segi bahasa takaful berasal dari akar kata kafala yang artinya
bermacam-macam yaitu: mendukung, memberi makan. 30 Saling membantu,
menolong, menjamin, menanggung satu sama lain.31 Menyokong, memelihara,
memberikan sedekah, memberikan perlindungan dan perhatian atas urusan
seseorang.32 Memberi jaminan, menentukan, menetapkan, menjadi wali,
bertanggungjawab, menyediakan, terkemudian, belakang, punggung, buntut atau
ekor.33
Dari segi istilah, takaful sebenarnya memiliki makna yang luas, ini
dijelaskan oleh Abdullah Nasih Ulwan yang menyatakan bahwa konsep takaful
dalam Islam bukan saja mengenai zakat dan sedekah akan tetapi juga meliputi,
pemantapan iman, Islam, ihsan dalam diri dan masyarakat muslim, salah satu
caranya ialah dengan pengelolaan dan pengaturan ekonomi. Hal ini mesti dilakukan
oleh setiap individu dan pemerintah bersama-sama untuk mewujudkan suatu
kebahagiaan. Konsep takaful dalam Islam yang terpenting juga adalah menyeru
individu muslim supaya melaksanakan tanggungjawab memberi nafqah kepada diri
sendiri, isteri dan anak-anaknya serta orang-orang terdekat yang berada dalam
tanggungannya. Apabila tidak ditunaikan tanggung jawab ini maka akan mendapat
balasan yang buruk dari Allah. 34
Selain itu Abu Zahrah mendefinisikan takaful sebagai tanggungan antara
individu-individu yang berada dalam masyarakat mereka, mereka saling menjamin
antara satu dengan yang lain atau saling membantu dalam hal kebajikan. 35 Dengan
demikian takaful merupakan suatu tanggungjawab yang dipikul bersama antara
kaum muslimin dan dalam hal ini ditujukan untuk menolong, membantu dan
menjamin seorang muslim yang lain dalam hal-hal yang berkaitan dengan
kebajikan.
Takaful dari sudut pengertiannya mempunyai makna luas yang memberi
penekanan kepada aspek saling bekerjasama (mutual cooperation), saling lindung-
melindungi (mutual protection) dan saling bertanggungjawab (mutual
30 Lane, E. W, An arabic-english lexicon, (Beirut: Librari Duliban, 1968), Supplyment, h.30001.31 Wehr, H. & Cowan, J. M, A dictionary of modern written Arabic, (New York: Spoken LanguageService.Inc, 1976), edisi. 3, h. 834.32 al-Munjid fi al-lughoh wa al-aclam, (Beirut: Dar al-Mashriq , 1987), h. 69133 Munir Bacalbaki, al-Maurid, (Beirut: Dar al-cIlmi li al-Malayyin, 1999),h. 89734 Abdullah Nasih cUlwan, al-Takaful al-ijtimaci fi al-Islam, (Jeddah: al-Dar as-Saudiyah wa al-Tauzic , t.th), h..2-20.35 Muhammad Abu Zahrah, Fi al-mujtamac al-Islamiy, (Kahirah: Dar al-Fikr al-cArabiy , t.th), h.4.
responsibility) tanpa mengira baik itu bersifat individu maupun kelompok, sebagai
pemerintah maupun yang diperintah, demi untuk menambah baik taraf hidup
masyarakat.36 Pelaksanaan konsep takaful dalam suatu masyarakat Islam itu dapat
dibuat melalui pendekatan positif serta penekanan amal-amal kebajikan yang dapat
dilakukan. Pendekatan negatif pula berupa perintah-perintah larangan serta lain-
lain amal perbuatan tidak baik di samping melaksanakan tuntutan syariat Islam.
Maka itulah kepahaman yang mendalam serta kesadaran atas ajaran Islam
yang lahir dari aqidah Islamiyah yang murni akan melahirkan masyarakat takaful
(takaful society) yang harmonis, saling menolong dan saling memahami. Secara
ringkasnya pengertian al-takaful dari sudut istilahnya menjurus pemerhatian dan
penekanan terhadap beberapa prinsip utama untuk keharmonisan dan kejayaan
suatu masyarakat di dunia dan akhirat.37
Berdasarkan pengertian secara bahasa dan istilah takaful diatas, dapat
dirumuskan bahawa takaful merupakan sebuah kata yang yang diambil dari akar
kata kafala yang bererti membantu seseorang yang memerlukan bantuan (tiap-tiap
anggota suatu kumpulan berupaya keras untuk menyokong individu yang
memerlukan bantuan). Konsep ini didasari atas solidaritas, membagi rata
tanggungjawab dan persaudaraan di kalangan anggota-anggota.
Takaful di masa sekarang lebih dikenal sebagai nama bagi asuransi secara
Islam. Dalam konteks asuransi secara Islam, takaful berarti perjanjian antara
anggota-anggota kelompok atau peserta yang bersetuju untuk bekerjasama
menjamin atau menanggung di antara mereka dalam menghadapi kerugian atau
bencana yang mungkin dapat menimpa salah seorang dari mereka. Sehingganya
barangsiapa yang ditimpa kasususahan tersebut akan menerima sejumlah uang atau
bantuan manfaat keuangan yang diambil dari dana.
Konsep, Prinsip dan Falsafah Asuransi Takaful
Konsep Takaful
36 Hussein Salamon, Ke arah merealisasikan konsep takaful dalam pelaksanaan sistem mu’amalahIslam di Malaysia, dalam sains muamalah Islam di Malaysia, (Johor: Birotek UTM, 1999), h. 148-149.37 ibid., hlm. 149.
Konsep takaful sejalan dengan syariat dan diasaskan atas prinsip ajaran
Islam al-Takaful dan al-Mudharabah.
1. al-Takaful berarti perjanjian antara beberapa kumpulan orang yang berjanji
untuk saling bertanggungjawab dan menanggung satu sama lain.
2. al-Mudharabah ialah kontrak perjanjian komersial untuk membagi untung dan
rugi antara pemilik modal dan pengusaha dalam bentuk usaha perniagaan
bersama ataupun usaha persendirian.38
Konsep al-takaful menggambarkan satu rancangan asuransi berasaskan
perpaduan, rasa tanggungjawab dan hubungan persaudaraan antara peserta. Peserta
rancangan ini bersetuju bersama memberi sumbangan keuangan berdasarkan
tabarru’ (derma) dengan niat kerana AllahSWT bagi membantu antara satu sama
lain. Dengan kata lain konsep takaful bertujuan mewujudkan perhubungan yang
erat secara Islam di antara peserta-peserta yang bersetuju menanggung bersama
atau sebagainya antara mereka.
Pelaksanaan konsep al-takaful sebagaimana yang telah dijalankan di
Malaysia dan negara-negara lain seperti Negara Brunei Darussalam, Republik
Indonesia, Sudan, Arab Saudi dan sebagainya adalah bentuk takaful kerjasama
yang boleh disertai oleh satu-satu kumpulan orang banyak untuk kepentingan
mereka bersama dalam lakaran sektor perniagaan (tijari). Ini bermakna konsep al-
takaful itu diamalkan sebagai suatu bidang perniagaan. Menurut konsep sistem
asuransi Islam takaful, suatu perusahaan perlindungan takaful boleh didirikan
dalam bentuk perusahaan al-‘inan. Definisi perusahaan al-‘inan yaitu dua orang
yang berkongsi pada satu harta kepunyaan mereka berdua untuk berniaga dengan
harta itu untuk sebagai modal berniaga dan keuntungannya dibagi sama antara
mereka berdua. 39
Prinsip Takaful
Asuransi Islam yang berdasarkan kepada konsep takaful mempunyai tiga
prinsip utama. Ketiga-tiga prinsip ini diasas berdasarkan kepada al-Qur’an dan al-
Hadits. prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Saling bertanggungjawab
38 Ahmad Mazlan Zulkifli, Working system of general takaful business, dalam Takaful (Islamicinsurance) concept and operational sistem from the practitioner’s perspektive, h. 69-7039 Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islam wa adillatuhu, (Damshiq: Dar al-Fikr, 1989), h.797.
2. Saling bekerjasama atau tolong-menolong
3. Saling melindungi
Saling bertanggungjawab
Berdasarkan prinsip ini peserta-peserta asuransi Islam setuju untuk saling
bertanggungjawab antara satu sama lain, memikul tanggungjawab dengan niat baik
sebagai satu ibadah dan hal ini adalah dituntut dalam agama Islam.40 Sabda-sabda
Rasulullah s.a.w di bawah ini menunjukkan pentingnya saling bertanggungjawab di
antara kaum muslimin:
صلى عنھ قال : قال رسول ا حدیث النعمان بن بشیر رضي ا
ھم وتراحمھم وتعاطف علیھ وسلم مثل المؤمنین في تواد ھم مثل الجسد ا
إذا اشتكى منھ عضو تداعى لھ ى سائر الجسد بالسھر والحم
Hadis dari Nucman bin Bashir r.a ia berkata, Rasulullah s.a.w bersabda:
Kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan orang-orang beriman antara
satu dengan lain seperti tubuh (jasad), apabila satu dari anggotanya tidak sehat,
maka akan memberi kasusan kepada seluruh badan. 41
Dalam Hadits lain disebutlkan:
أحدكم حتى یحب ألخیھ أو قال لجاره ما یحب لنفسھ
Hadith Anas Bin Malik r.a ia berkata, Nabi s.a.w bersabda: Seseorang
tidak boleh dianggap beriman sehingga ia mengasihi saudaranya sebagaimana
40 Nazri B. Kulup Mahmud dan Muhammad Rahimi Osman, Takaful: sistem asuransi Islam, dalamEkonomi Islam, h. 90.41 Muslim, al-sahih muslim, kitab (al-bir wa al-sillah wa al-adab) 45 , bab (tarahum al-mu’minin watacatufihim wa tacadudihim) 2586.
ia mengasihi dirinya sendiri. 42
Hadits-hadits diatas memperlihatkan kepada kita akan kepentingan sifat
saling bertanggungjawab dalam usaha menguatkan, menyatukan dan
mengharmonikan masyarakat. Prinsip ini diletakkan sebagai prinsip utama takaful
untuk memastikan keselamatan dan keamanan masyarakat muslimin khususnya
dalam bidang perlindungan asuransi.
Saling bekerjasama atau bantu-membantu
Sesuai dengan prinsip ini maka peserta-peserta rancangan asuransi
bersetuju untuk bekerjasama dan bantu-membantu antara satu sama lain. Islam
menuntut umatnya bekerjasama dalam perkara-perkara baik kerana boleh
menyuburkan perasaan taqwa. Islam juga mengajarkan umatnya sentiasa hidup
bantu-membantu dan bekerjasama dalam menegakkan kebaikan dan mencegah
kemungkaran. Sebagaimana yang diperintahkan dalam firman Allah SWT:
ا على اإلثم والعدوانوتعاونوا على البر والتقوى وال تعاونو
Dan hendaklah kamu bertolong-tolongan untuk membuat kebajikan dan
bertaqwa, dan janganlah kamu bertolong-tolongan pada melakukan dosa (maksiat)
dan pencerobohan. 43
Dalam ayat lain disebutkan:
ب ین . فذلك الذي یدع الیتیم .وال یحض على أرأیت الذي یكذ بالد
ین . الذین ھم عن صالتھم ساھون . طعام المسكین . فویل للمصل
الذین ھم یراءون . ویمنعون الماعون 42 Muslim, al-sahih muslim, Kitab (al-iman) 1, bab ( al dalil cala anna min khisal al-iman an yuhibbali akhihi al-muslim ma yuhibbu li nafsihi min al-khair) 45.43 al-Qur’an, al-Maidah 3: 2.
1. Tahukah engkau siapa pendusta agama?, 2. Ialah orang-orang yang
mengherdik anak yatim, 3. Dan tidak menganjurkan untuk memberi makan fakir
miskin, 4. Maka celakalah orang yang shalat, 5. Yaitu orang-orang yang lalai
dalam shalatnya, 6. Adalah mereka suka berbuat ria, 7. Dan orang-orang yang
tidak memberi sedikit pertolongan (kepada orang yang berhak mendapatnya).44
Sabda Rasulullah S.A.W antara lain mengukuhkan pentingnya prinsip ini
antara lain menyatakan betapa Allah SWT akan menolong seorang muslim yang
menolong saudaranya dalam kesusahan:
علیھ صلى ا عنھما : أن رسول ا حدیث ابن عمر رضي ا
وسلم قال المسلم أخو المسلم ال یظلمھ وال یسلمھ من كان في حاجة أخیھ
في حاجتھ ومن فر ج عن كان ا عنھ بھا كربة من ج ا مسلم كربة فر
یوم القیامة كرب یوم القیامة ومن ستر مسلما ستره ا
Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a katanya: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w
bersabda: Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim lain. Beliau tidak boleh
menzalimi dan menyusahkannya. Barangsiapa yang mahu memenuhi hajat
saudaranya, maka Allah pun akan berkenan memenuhi hajatnya. Barangsiapa
yang melapangkan satu kasususahan kepada seorang muslim, maka Allah akan
melapangkan salah satu kasususahan di antara kasususahan-kasususahan Hari
Kiamat nanti. Barangsiapa yang menutup keaiban seseorang muslim, maka Allah
akan menutup keaibannya pada Hari Kiamat. 45
44 al-Qur’an, al-Macun 107:1-7.45 Muslim, al-sahih muslim, kitab (al-bir wa al-sillah wa al-adab) 45, bab (tahrim al-zulm) 2580.
Saling melindungi
Peserta asuransi Islam juga setuju untuk saling melindungi antara satu sama
lain dari segala kesusahan, bencana dan sebagainya. Ini penting kerana
keselamatan atau keamanan adalah satu keperluan asasi dalam kehidupan manusia,
sebagaimana mencari rezeki merupakan fitrah tabi’i. Dalam firman Allah SWT
perlindungan ini disebutkan:
فلیعبدوا رب ھذا البیت . الذي أ◌طعمھم من جوع وآمنھم من
خوف
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan yang mengusai rumah
(Ka’bah) ini, (Allah) yang telah memberi (menyedia) makanan untuk
menghilangkan (bahaya) kelaparan dam mengamankan (menyelamatkan) mereka
dari ketakutan.46
Dalam ayat lain:
رات م ن الثم ھ م ا وارزق أھل دا آمن ذا بل ل ھ راھیم رب اجع ن وإذ قال إب
ى ه إل طر م أض یال ث ھ قل ر فأمتع ن كف ال وم والیوم اآلخر ق آمن منھم با
عذاب النار وبئس المصیر
Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berdoa dengan berkata: "Wahai
Tuhanku! Jadikanlah (negeri Makkah) ini, negeri yang aman sentosa, dan
46 al-Qur’an, Quraish 106: 1-4.
berikanlah rezeki dari berbagai jenis buah-buahan kepada penduduknya, yaitu
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat di antara mereka". Allah
berfirman:" (Permohonanmu itu diterima) tetapi sesiapa yang kufur dan ingkar
maka Aku akan beri juga ia bersenang-senang menikmati rezeki itu bagi sementara
(di dunia), kemudian Aku memaksanya (dengan menyeretnya) ke azab neraka, dan
(itulah) seburuk-buruk tempat kembali".47
Dalam Hadith Nabi SAW:
بن علي حدثنا ابن أبي ذئب عن سعید عن أبي شریح حدثنا عاصم
ال ال یؤمن وا ال یؤمن وا علیھ وسلم قال وا أن النبي صلى ا
قال الذي ال یأ من جاره بوائقھ یؤمن قیل ومن یا رسول ا
Telah berkata kepada kami cAsim Ibnu cAli, telah berkata kepada kami Ibnu
Abi Zi’bin, dari Sacid dari Ibnu Shuraih sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda:
Demi Allah s.w.t tidak beriman, Demi Allah s.w.t tidak beriman, Demi Allah s.w.t
tidak beriman, ditanya siapa ya Rasulullah: sesiapa yang tidak memberi
perlindungan jirannya yang terhimpit.48
Falsafah Takaful
Falsafah asuransi Islam adalah mementingkan niat ikhlas untuk membantu
satu sama lain, dengan demikian maka sumbangan keuangan untuk tujuan ini
adalah berdasarkan kepada maksud tabarruc (derma). Secara jelasnya falsafah
asuransi Islam dapat dinyatakan sebagai penghayatan semangat saling
bertanggungjawab, bekerjasama dan perlindungan dalam aktivitas-aktivitas
47 al-Qur’an, al-Baqarah 2: 126.48 al-Bukhari, sahih, Kitab (adab), bab (ithm man la ya’man jarahu bawaiqah yubiquhunnayuhlikuhunna maubiqan muhlakan).
masyarakat demi untuk kesejahteraan ummah dan perpaduan masyarakat.49 I
Dalam al-Quran disebutkan :
لیس البر أن تولوا وجوھكم قبل المشرق والمغرب ولكن البر من
والیوم اآلخر والمالئكة والكتاب والن بیین وآتى المال على حبھ آمن با
قاب ذوي القربى والیتامى والمساكین وابن السبیل والسائلین وفي الر
ابرین في كاة والموفون بعھدھم إذا عاھدوا والص الة وآتى الز وأقام الص
اء وحین البأس أولئك الذین صدقوا وأولئك ھم المتقون البأساء والضر
Bukanlah perkara kebajikan itu hanya kamu menghadapkan muka ke pihak
timur dan barat, tetapi kebajikan itu ialah berimannya seseorang kepada Allah,
dan hari akhirat, dan segala malaikat, dan segala Kitab, dan sekalian Nabi; dan
mendermanya seseorang akan hartanya sedang ia menyayanginya, - kepada kaum
kerabat, dan anak-anak yatim dan orang-orang miskin dan orang yang terlantar
dalam perjalanan, dan kepada orang-orang yang meminta, dan untuk
memerdekakan hamba-hamba abdi; dan mengerjanya seseorang akan sembahyang
serta mengeluarkan zakat; dan perbuatan orang-orang yang menyempurnakan
janjinya apabila mereka membuat perjanjian; dan ketabahan orang-orang yang
sabar dalam masa kasusempitan, dan dalam masa kasusakitan, dan juga dalam
masa bertempur dalam perjuangan perang Sabil. orang-orang yang demikian
sifatnya), mereka itulah orang-orang yang benar (beriman dan mengerjakan
kebajikan); dan mereka itulah juga orang-orang yang bertaqwa.50
Islam adalah agama yang mengandungi ajaran-ajaran yang lengkap serta
universal. Salah satu dari ajaran-ajaran Islam dalam bidang sosial, ekonomi dan
kemanusiaan adalah takaful yang bererti saling bekerjasama, bertanggungjawab
atau memikul beban tanggung jawab bersama-sama dengan niat baik yang dinilai
sebagai suatu ibadah oleh Allah SWT
49 Nazri B. Kulup Mahmud dan Muhammad Rahimi Osman, Takaful: sistem asuransi Islam, dalamEkonomi Islam, h. 90; Sobri Salamon, Konsep asuransi secara Islam dalam Islam danpembangunan negara, h. 155.50 al-Qur’an, al-Baqarah 2:177.
Hasil kajian para cendikiawan muslim dan pakar ekonomi mengenai
takaful dan asuransi konvensional antara lain mengemukan perbedaan antara
takaful dan asuransi konvensional, yaitu sebagai berikut:
1. Operasional asuransi takaful berasaskan ajaran Islam, seperti
menghilangkan unsur-unsur yang diharamkan. Sedangkan asuransi
konvensional tidak berasaskan syariat sehingga operasionalnya perusahaan
tidak dapat terhindar dari unsur yang dilarang oleh Islam, seperti unsur al-
gharar, al-maisir dan al-riba.
2. Dari sudut kontrak, kontrak takaful adalah didasari atas prinsip al-takaful
dan al-mudharabah, sedangkan kontrak asuransi konvensional adalah
sebuah kontrak berdasarkan kepada perniagaan atau jual beli semata.
3. Takaful mengamalkan prinsip saling jamin-menjamin, kerjasama dan saling
bantu-membantu berlandaskan konsep tabarru’ di antara para peserta,
sedangkan asuransi konvensional tidak ada pengamalan tabarru’ hanya
perjanjian ganti kerugian oleh perusahaan asuransi.
4. Peserta takaful akan mendapat dua keuntungan yaitu keuntungan investasi
dan bantuan manfaat kewangan, sedangkan peserta asuransi konvensional
hanya mendapat satu keuntungan yaitu uang pengganti.
5. Takaful memiliki Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi untuk
mengawasi skim dan pelaburan dana wang yang diperoleh, sedangkan
asuransi konvensional tidak memiliki dewan ini.
6. Dalam takaful investasi dana berasaskan kepada sistem bagi hasil (al-
Mudharabah), sedangkan dalam asuransi konvensional pelaburan dana
berasaskan bunga (interest).
7. Dana yang terkumpul (premi) merupakan milik peserta dalam perusahaan
takaful. Sedangkan dalam asuransi konvensional dana yang terkumpul dari
peserta adalah menjadi milik perusahaan asuransi.
8. Dalam takaful uang yang diberikan kepada peserta berasal dari dana
tabarru’, sedangkan dalam asuransi konvensional dana yang diambil
adalah berasal dari uang milik perusahaan asuransi.
9. Keuntungan yang diterima oleh perusahaan takaful akan dibagikan kepada
peserta sesuai dengan perjanjian akad al-mudharabah, sedangkan dalam
asuransi konvensional seluruh keuntungan menjadi milik perusahaan
asuransi.
Berdasarkan kajian perbandingan ini maka dapat dilihat antara keduanya
memiliki perbedaan yang jelas serta dapat membuktikan bahwa takaful adalah
suatu sistem perlindungan yang berlandaskan kepada ajaran Islam sehingga dapat
diikuti oleh umat Islam, selain itu kontrak dan kegiatan perusahaan juga didasari
atas prinsip-prinsip yang lahir dari Islam yaitu konsep tabarru’, al-takaful dan al-
mudharabah.
Daftar Pustaka
al-Qur’an,al-sahih muslimAbu Muhammad ibnu Hisham cAbdi al-Malik bin Hisham al-Mucarif, al-Sirah al-nabawiyyah, (Beirut: Dar al-Fikr , 1415H/1994)Abdullah Nasih cUlwan, al-Takaful al-ijtimaci fi al-Islam, (Jeddah: al-Dar as-Saudiyah wa al-Tauzic , t.th)Ahmad Mazlan Zulkifli, Working system of general takaful business, dalamTakaful (Islamic insurance) concept and operational sistem from the practitioner’sperspektive, Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islam wa adillatuhu, (Damshiq: Dar al-Fikr, 1989Hussein Salamon, Ke arah merealisasikan konsep takaful dalam pelaksanaansistem mu’amalah Islam di Malaysia, dalam sains muamalah Islam di Malaysia,(Johor: Birotek UTM,Imam Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad al-Qurtubiy al-Andalusiy ibn Rushd,Bidayah al-mujtahid wa al-nihayah al-muqtasid, (Qahirah, Misri Matbacah AhmadKamal, 1333H/1914)Lane, E. W, An arabic-english lexicon, (Beirut: Librari Duliban, 1968),Supplyment,Wehr, H. & Cowan, J. M, A dictionary of modern written Arabic, (New York:Spoken Language Service.Inc, 1976Muhammad Nejatullah Siddiqi, Asuransi in islamic economy, (London: TheIslamic Fondation, 1985)Mohd Fadzli Yusof, Pencapaian dan kejayaan institusi keuangan Islam rantaumelayu, dalam Bangsa Melayu dan kejayaan ekonomi Islam serantau, (KualaLumpur: INMID, 1997)Sobri Salamon, , Konsep asuransi secara Islam, dalam Islam dan pembangunannegara,Mustafa Haji Daud, Tamadun Islam, (Kuala Lumpur: Utusan Publication &Dsitributors Sdn Bhd 1991)Mustafa Ahmad Zarqa, caqd ta’min (al-Saukarah) wa Mauqif al-sharicah al-Islamiyah minhu, dalam Usbuc al-fiqh al-Islamiy wa mahrajan Ibn Taimiyah,
(Damaskus al-Majlis al-ac la Li al-ricayah al-Qanun, wa al-Adab wa al-cUlum al-cIjtimaciyah, 16-21 Shawal 1380 H/1-6 April 1961)Mohammad Fadzli Yusof, Takaful: sistem asuransi Islam, (Kuala Lumpur:Publications & Distributors Sdn. Bhd, 1996.al-Munjid fi al-lughoh wa al-aclam, (Beirut: Dar al-Mashriq , 1987Munir Bacalbaki, al-Maurid, (Beirut: Dar al-cIlmi li al-Malayyin, 1999Muhammad Abu Zahrah, Fi al-mujtamac al-Islamiy, (Kahirah: Dar al-Fikr al-cArabiy , t.thNazri B. Kulup Mahmud dan Muhammad Rahimi Osman, Takaful: sistem asuransiIslam, dalam Ekonomi Islam.