takaful: sistem asuransi islam oleh : nurul ichsan … · 2015-10-28 · takaful insurance able to...

29
Takaful: Sistem Asuransi Islam Oleh : Nurul Ichsan Abstraksi : This study discusses the Islamic system of insurace. The existence of Islamic insurance based on the need of moslem community to the insurance and the desire of them realize the economic system conform to the Islamic law. Takaful as Islamic system of insurance is based on the concept and principle of the Islamic commercial profit sharing of al-mudharabah. By this priciple, the entrepeneur will accet payment of takaful conttributions (premium) from investors or providers of capital. Takaful is also based on the concept tabarru'. The concept of tabarru' applicated so that operational mechanisms of takaful corporation can avoid from the prohibited elements by Islamic law, such as riba, gharar and maisir those exist in conventional insurance. Takaful insurance able to realized a system of insurance appropriate to the desire of moslem community such as social guarantee system and cover life, wealth and business based on the tenet of Islam. Kata Kunci : Takaful, Asuransi Islam, Mudharabah, Tabarru'. Keperluan Terhadap Asuransi Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari masalah resiko kerugian dan ketidakpastian. Kebanyakan aktivitas manusia terjadi dalam keadaan yang tidak menentu dan penuh dengan bahaya. Asuransi bukanlah menemukan suatu cara pencegahan dari suatu bahaya yang terjadi akan tetapi berperan untuk mengurangi kerugian dari resiko kerugian yang akan ditanggung. Asuransi berkaitan erat dengan usaha perencanaan untuk menyediakan uang ganti kerugian kepada seseorang yang mengalami kerugian keuangan akibat ditimpa musibah atau kematian. Kaedah yang digunakan adalah dengan mengumpulkan sejumlah uang yang telah ditetapkan bersama oleh masing-masing anggota dalam suatu kumpulan yang menghadapi resiko itu dan membayar uang ganti rugi akibat kerugian keuangan kepada mereka yang benar-benar ditimpa musibah. Menurut M. Nejatullah Siddiqi asuransi merupakan suatu kebutuhan dasar manusia, seperti kecelakaan jalan raya dan konsekwensi keuangan yang secara universal memerlukan perlindungan dari asuransi. Terjadinya kematian secara tiba-

Upload: lamthuan

Post on 12-Sep-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Takaful: Sistem Asuransi Islam

Oleh : Nurul Ichsan

Abstraksi :

This study discusses the Islamic system of insurace. The existence of Islamicinsurance based on the need of moslem community to the insurance and the desireof them realize the economic system conform to the Islamic law. Takaful asIslamic system of insurance is based on the concept and principle of the Islamiccommercial profit sharing of al-mudharabah. By this priciple, the entrepeneur willaccet payment of takaful conttributions (premium) from investors or providers ofcapital. Takaful is also based on the concept tabarru'. The concept of tabarru'applicated so that operational mechanisms of takaful corporation can avoid fromthe prohibited elements by Islamic law, such as riba, gharar and maisir those existin conventional insurance. Takaful insurance able to realized a system of insuranceappropriate to the desire of moslem community such as social guarantee systemand cover life, wealth and business based on the tenet of Islam.

Kata Kunci : Takaful, Asuransi Islam, Mudharabah, Tabarru'.

Keperluan Terhadap Asuransi

Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari masalah resiko kerugian dan

ketidakpastian. Kebanyakan aktivitas manusia terjadi dalam keadaan yang tidak

menentu dan penuh dengan bahaya. Asuransi bukanlah menemukan suatu cara

pencegahan dari suatu bahaya yang terjadi akan tetapi berperan untuk mengurangi

kerugian dari resiko kerugian yang akan ditanggung.

Asuransi berkaitan erat dengan usaha perencanaan untuk menyediakan uang

ganti kerugian kepada seseorang yang mengalami kerugian keuangan akibat

ditimpa musibah atau kematian. Kaedah yang digunakan adalah dengan

mengumpulkan sejumlah uang yang telah ditetapkan bersama oleh masing-masing

anggota dalam suatu kumpulan yang menghadapi resiko itu dan membayar uang

ganti rugi akibat kerugian keuangan kepada mereka yang benar-benar ditimpa

musibah.

Menurut M. Nejatullah Siddiqi asuransi merupakan suatu kebutuhan dasar

manusia, seperti kecelakaan jalan raya dan konsekwensi keuangan yang secara

universal memerlukan perlindungan dari asuransi. Terjadinya kematian secara tiba-

tiba, kelumpuhan, wabah penyakit, pengangguran, kebakaran, banjir, badai,

tenggelam dan kecelakaan yang berkaitan dengan transportasi serta kerugian

keuangan bukanlah suatu kejadian yang disengaja. Seringkali orang yang menjadi

korban dan keluarganya jatuh miskin disebabkan kejadian itu. Realitas ini jelas

menjadikan asuransi sangat diperlukan sebagai keperluan dasar manusia yang

melingkupi sangat luas aktivitas-aktivitas kehidupan manusia dan situasi-

situasinya.1

Selanjutnya beliau menambahkan bahwa keperluan untuk melindungi

bahaya dan kerugian keuangan yang dihadapi oleh setiap orang adalah sama

pentingnya dengan pemeliharaan hukum dan peraturan. Manusia mempunyai

keinginan kepada kepuasan hidup terutama kesenangan, keadilan, kejayaan

ekonomi serta jaminan daripada kecelakaan dan perkara-perkara yang tidak

menentu. Ketiadaan daripada itu semua sebaliknya akan memepengaruhi

kesejahteraan ekonomi. Hal iitu juga akan mengakibatkan perasaan tidak puas dan

ketidakseimbangan sosial. Jika situasi ini dibiarkan terus kepada pengusaha yang

hanya mengejar keuntungan belaka maka bukan hanya orang miskin akan menjadi

korban bahkan orang yang mampu juga turut menanggung derita akibat kelalaian

ini. Tentunya orang yang benar-benar memerlukan akan dieksploitasi. Langkah

yang seharusnya diamblioleh pemerintah adalah menyediakan asuransi

dalambidang yang keperluannya luas. Langkah ini diambil sama halnya pemerintah

menjaga hukum dan peraturan sebagai kepentingan untuk menjaga peradaban dan

bebas dari masalah keuangan.2

Institusi asuransi dengan berbagai bentuk dan jenisnya merupakan sebagian

dari ciri-ciri penting kegiatan ekonomi modern. Dalam konteks perdagangan dunia

hari ini, ia menjadi begitu penting untuk menjamin keselamatan keuangan dan

harta baik bagi individu, perusahaan maupun negara. Institusi ini juga turut

berfungsi menyalurkan sebahagian besar modalnya untuk membiayai proyek-

proyek pembangunan dalam sektor publik dan swasta yang pada umumnya dapat

membantu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan negara karena boleh dikatakan

semua urusan bank memerlukan perlindungan asuransi. Oleh karena itu amatlah

1 Muhammad Nejatullah Siddiqi, Asuransi in islamic economy, (London: The Islamic Fondation,1985), h. 59-60.2 Ibid

tepat jika urusan bank syariah dapat dilindungi oleh asuransi yang berdasarkan

syariah.

Sesuai perjanjian perlindungan yang dikenal dengan polis asuransi dimana

disepakati perusahaan asuransi akan memberikan ganti rugi keuangan kepada

pemegang polis yang telah membayar sejumlah nilai keuangan yang dikenal

dengan premium, maka perusahaan akan memberi ganti rugi sesuai dengan

tuntutan pemegang polis. Dengan demikian manfaat dan keuntungan bagi

pemegang polis asuransi adalah apabila terjadi suatu kehilangan atau kerugian baik

diri maupun harta bendanya secara tiba-tiba. Adapun bentuk asuransi yang ada

pada saat ini terbagi atas dua yaitu:

a. Asuransi jiwa yaitu asuransi untuk menghadapi musibah yang dapat

menyebabkan kematian atau kecacatan tubuh.

b. Asuransi umum yaitu asuransi untuk menghadapi musibah yang dapat

menyebabkan kehilangan atau kehancuran harta benda seperti kebakaran, banjir,

kecelakaan jalan raya, dll.

Definisi Asuransi

Pengertian asuransi sangatlah banyak dengan berbagai macam definisi yang

telah diberikan oleh para ahli ekonomi dan asuransi, secara globalnya definisi

asuransi itu dapat ditinjau dari beberapa segi terpenting yaitu dari sudut ekonomi,

undang-undang, bisnes, sosial dan matematik. Penjelasannya lebih lanjut sebagai

berikut:

1. Dari sudut ekonomi, asuransi ialah persediaan sesuatu yang pasti atau sesuatu

yang diperkirakan besar akan berlaku, dengan maksud mengurangkan beban

bahaya kerugian yang belum tentu akan berlaku (risiko) semata-mata.

2. Dari sudut undang-undang, asuransi ialah kontrak atau polis yang digunakan

untuk mengubah risiko menjadi premi (harga), dari seorang anggota yang

dipanggil sebagai pihak yang diasuransikan atau pemegang polis kepada pihak

lain yang dipanggil sebagai pengasuransi atau pengusaha asuransi.

3. Dari sudut bisnes, asuransi ialah sebuah rencana beberapa orang yang

berkumpul membuat sebuah organisasi dengan tujuan memindahkan ke atas

bahu mereka semua risiko yang menimpa salah satu dari anggota mereka. Atau

juga dapat dilihat dari segi finansial, asuransi itu adalah sebuah sarana/jasa

peminjaman, penyimpanan dan investasi.

4. Dari sudut sosial, asuransi ialah usaha masyarakat untuk membuat kelompok

guna menghadapi bahaya kerugian yang belum pasti berlaku, dengan cara

memindahkan sepenuhnya risiko yang menimpa siapapun di antara anggota

masyarakat ke atas seseorang atau beberapa orang anggota kumpulan

masyarakat itu.

5. Dari sudut matematik, asuransi ialah aplikasi prinsip-prinsip perhitungan yang

pasti berkenaan dengan nilai atau statistik asuransi. 3

Tujuan dan Kepentingan Asuransi

Asuransi merupakan suatu keperluan asas manusia, ketika terjadi suatu

musibah maka manusia memerlukan asuransi untuk mengatasinya. Musibah itu

dapat berupa kematian secara tiba-tiba, kelumpuhan, penyakit, pengangguran,

kebakaran, banjir, badai, tenggelam, kemalangan jalan raya, kerugian kewangan,

dan lain-lain. Seringkali mangsa dan keluarganya harus menanggung biaya untuk

menutupi kekurangan biaya kemalangan itu, dan selalunya ekonomi mereka hanya

sampai paras tertentu. Ini jelas menjadikan asuransi sangat diperlukan untuk

diperdagangkan sebagai keperluan asas manusia yang melingkupi sangat luas

aktiviti-aktiviti kehidupan manusia dan situasi-situasinya. 4

Objektif seluruh asuransi adalah untuk membuat persediaan bagi

menghadapi bahaya yang akan menimpa dalam kehidupan, serta transaksi-transaksi

perjanjian yang dilakukan oleh manusia. Sebenarnya, bahaya kerugian itulah yang

mendorong manusia berikhtiar dengan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan

3John H Magee & David L Bickelhaupt, General insurance, Richard D Irwin INC, Illinois,1964, hlm.19-22.

4Muhammad Nejatullah Siddiqi, Asuransi in islamic economy, London, The IslamicFondation, 1985, hlm. 59-60.

cara-cara yang selamat untuk melindungi diri dan kepentingan mereka. Cara-cara

itu berbeda-beda sesuai bentuk kerugian. Sekiranya kerugian itu disadari lebih awal

maka seseorang itu akan mengatasinya dengan langkah mencegah dan sekiranya

kerugian itu sedikit, seseorang itu akan menanggungnya sendiri, tetapi sekiranya

kerugian itu tidak dapat diduga dengan lebih awal serta banyak jumlahnya sehingga

tidak boleh dicegah atau diatasi sendiri, tentunya ia akan menimbulkan kesukaran

kepadanya.5 Keperluan untuk melindungi bahaya dan kerugian kewangan yang

dihadapi oleh setiap orang adalah sama pentingnya dengan pemeliharaan undang-

undang dan peraturan. Seperti yang dibincangkan diatas, manusia berkehendak

kepada kepuasaan hidup, terutamanya kesenangan, keadilan, kecekapan ekonomi

serta jaminan daripada kecelakaan dan perkara-perkara yang tidak menentu.

Ketiadaan mana-mana peruntukkan untuk memenuhi keperluan ini akan sebaliknya

mempengaruhi kecekapan ekonomi. Hal ini juga akan membangkitkan perasaan

tidak puas hati dan mengakibatkan ketidakseimbangan sosial. Jika ini dibiarkan

kepada pengusaha yang hanya mengejar keuntungan, bukan sahaja banyak orang

miskin akan menjadi mangsa, tetapi orang yang berkemampuan juga turut

menanggung derita akibat kecuaian ini. Tentunya orang yang benar-benar

memerlukan akan dieksploitasi. Langkah yang sepatutnya diambil oleh negara

ialah menyediakan asuransi dalam bidang yang keperluannya meluas. Langkah ini

diambil sepertimana negara memelihara undang-undang dan peraturan sebagai

keperluan mengekalkan tamadun dan bebas daripada sebarang masalah kewangan.6

Tujuan utama asuransi ialah untuk melindungi segala risiko yang terdedah

kepada kerugian dalam kehidupan seorang manusia. Pihak yang diasuransikan cuba

untuk memindahkan risiko kerugian itu kepada orang lain yang sanggup untuk

menanggungnya dengan harapan mendapat keuntungan daripada tanggungan itu.

Berdasarkan pengalaman atau pengiraan yang bersistem, semua agensi asuransi

yang terlibat dalam perniagaan asuransi dan yang menanggung risiko orang lain

mendapat keuntungan yang berpatutan selepas berlakunya sesuatu kejadian itu.7

5Muhammad Muslehuddin, hlm. 36.6ibid.7Afzal al-Rahman, hlm.90.

Memandangkan perlindungan adalah suatu keperluan yang tidak boleh

diambil ringan oleh setiap anggota masyarakat bagi menghadapi kemungkinan

berlakunya pelbagai musibah atau tragedi maka antara salah satu jenis

perlindungan yang boleh disertai selama ini oleh orang ialah perlindungan asuransi.

Salah satu contoh keperluan seumpama ini adalah peruntukan undang-undang yang

mewajibkan sesebuah kenderaan mestilah mempunyai perlindungan asuransi yang

sah sebelum boleh digunakan di jalan raya. Begitu juga, institusi kewangan seperti

bank, lazimnya akan mensyaratkan pelanggan mereka mengambil perlindungan

asuransi yang bersesuaian bagi melindungi apa-apa harta yang dibeli oleh

pelanggan-pelanggan yang berkenaan melalui kemudahan pembiayaan atau

pinjaman yang disediakan oleh bank yang berkenaan. Perlindungan asuransi ini

biasanya disediakan oleh syarikat-syarikat asuransi.8

Asuransi telah mempermudahkan urusan perdagangan, industri dan

organisasi-organisasi perniagaan yang lain secara besar-besaran yang tidak

mungkin berlaku tanpa pertolongan asuransi. Sebahagian besar daripada tabung

asuransi dilaburkan dalam sekuriti (bon-bon) kerajaan dan dalam saham-sahama

industri yang secara tidak langsung memberikan pertolongan kepada kerajaan,

penguasa tempatan dan industri-industri.9 Asuransi memainkan suatu peranan yang

penting dalam hal kewangan, mempengaruhi pelaburan dan pasaran wang di dunia.

Ia juga memberikan dana pembangunan kepada industri asas dan digunakan

dalam kewangan projek-projek pemerintah.10

Sebahagian para pakar hukum asuransi berpendapat bahawa sebahagian

jenis asuransi yang ada merupakan salah satu cara di antara cara-cara penting

dalam hal simpanan dan pembentukan modal. Pihak peserta asuransi (tertanggung)

kadang melakukan kontrak asuransi bukan dengan maksud memperoleh

perlindungan daripada peristiwa yang mengancam jiwa dan hartanya, tetapi dengan

maksud sebagai simpanan dan pembentukan modal.11

8Mohd Fadzli Yusof, Takaful:sistem asuransi Islam, hlm. 6-7.9Afzal al-Rahman, hlm. 78-79.10Mehr, K. I, Fundamentals of insurance, Illinois, Richard D. Irwin Inc., 1986, hlm 15.11Husain Hamid Hisan, Asuransi dalam hukum Islam, hlm.20.

Pandangan Ulama Mengenai Asuransi Konvensional

Secara konsep dan tujuan, asuransi konvensional sangatlah sesuai dengan

ajaran Islam bahkan nilai-nilai kemanusiaan yang wujud dalam asuransi sangat

dianjurkan oleh Allah S.W.T. Justru itu sebahagian ulama ada yang membolehkan

asuransi konvensional ini. Pertentangan pendapat para ulama bukanlah dalam

konsep atau ide tentang asuransi tetapi dalam masalah organisasi dan mekanisme

operasional syarikat asuransi konvensional.

Perctentangan pendapat ulama yang menghalalkan dan yang mengharamkan

sistem asuransi yang ada pada hari ini adalah bertitik tolak daripada salah faham

dan berlainan sudut pandang terhadap sistem atau peraturan kontrak asuransi itu

sendiri. Golongan yang menghalalkannya dengan menitikberatkan kepada

matlamat sistem asuransi yaitu kebajikan, kebaikan serta jaminan keselamatan

nyawa dan harta benda. Sedangkan golongan yang mengharamkan menekankan

pada unsur-unsur yang tidak sehat yang wujud di dalam sistem asuransi seperti riba

dan penipuan.

Abdullah Nasih Ulwan memberikan menyatakan bahwa asuransi (caqd al-

ta’min) dengan segala macam dan jenisnya adalah washilah (metode) bagi usaha

yang dilakukan dengan cara tidak benar, menerima harta tanpa kerja keras,

memperoleh sesuatu tanpa ada sebab…hal ini sesuai benar dengan jenis usaha

yang telah diharamkan shariat Islam. Maka segala hal yang berkaitan dengan usaha

syarikat asuransi adalah haram.12

Afzal al-Rahman memberikan komentar bahwa dalam masalah asuransi ini

perlu diambil kira tanpa menyebelahi mana-mana pihak di mana ia menyatakan

pula bahawa syariat Islam telah menetapkan prinsip-prinsip umum yang

menentukan syarat-syarat kontrak perniagaan atau rundingan perdagangan, selagi

mana kontrak pertukaran tidak melebihi batas-batas ini, ia dihukumkan halal dan

sah. Asuransi walaupun dihukumkan halal dan sah namun terdapat unsur-unsur

12Abdullah Nasih cUlwan, Hukm al-Islam fi al-ta’min (as-saukarah), Dar al-Salam, Beirut1400H/1980, hlm.9-44.

haram seperti riba, maisir, gharar oleh kerananya mestilah dibuat sebuah sistem

asuransi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.13

Syekh Yusuf al-Qardhawi menulis bahwa Islam tidak menerima bentuk

asuransi seperti yang sekarang ini dengan segala jenis aktivitinya bukan bererti

Islam menentang asuransi secara keseluruhannya, sama sekali tidak, yang

ditentang Islam itu ialah beberapa prinsip dan caranya. Adapun jika ada cara-cara

lain yang tidak bertentangan dengan shariat Islam, maka sudah pasti Islam

menyambutnya dengan baik. Jaminan sosial dalam Islam sebenarnya telah wujud

sama ada dilakukan oleh masyarakat dengan konsep takaful (saling tolong

menolong) ataupun dilakukan oleh pemerintah dan baitul mal. Baitul mal adalah

asuransi secara umum untuk semua orang yang bernaung di bawah pemerintahan

Islam.14

Muhammad Yusuf Musa berpendapat bahawa asuransi dalam apa juga

bentuknya merupakan satu contoh kerjasama dan pertolongan untuk masyarakat.

Asuransi nyawa memberi faedah kepada pihak pencarum sebagaimana ia juga

memberi faedah kepada syarikat asuransi. Tidak ada celanya asuransi di sisi

hukum Islam sekiranya ia bebas daripada riba yaitu, pihak peserta hanya

mengambil kembali wang yang telah dibayarkan saja tanpa apapun pertambahan

sekiranya dia masih hidup setelah habis tempo asuransinya; sekiranya dia mati,

waris-warisnya akan menerima penggantiaanya. Cara ini dibolehkan dalam hukum

Islam. 15

Abdus Sami’ al-Misri memberikan pendapat bahwa sistem asuransi pada

hari ini didasarkan kepada amalan riba yang dipelopori dan didukung oleh Yahudi

semenjak awal lagi. Orang Yahudilah yang mengajar supaya kita mengasuransikan

semua benda, hinggakan manusia juga harus diasuransikan.. Di samping itu Yahudi

juga membuat berbagai masalah dalam asuransi ini, seperti pembaharuan perjanjian

13Afzal al-Rahman, hlm. 16-17.14Yusuf al-Qardhawi, al-Halal wa al-haram fi al-Islam, Maktabah Wahbah, Qahirah,

1413H/1993, hlm. 262-266.15Muhammad Muslehuddin, hlm. 151-152.

dan sebagainya sepertimana yang berjalan dalam sistem asuransi kapitalis hari

ini.16

Pertentangan pendapat para ulama sebenarnya bertitik tolak dari salah

faham dan berlainan sudut pandang terhadap asuransi. Pendapat para ulama ini

dapat dibahagikan atas tiga pendapat:

1. Pendapat yang melarang seluruh macam asuransi

2. Pendapat yang membolehkan sebahagian saja.

3. Pendapat yang membolehkan seluruh macam asuransi

dengan syarat tidak terdapat unsur riba dan berdasarkan atas

asas tolong-menolong.

Dalam hal ini penulis memberikan tarjih bahwa pendapat yang lebih

mendekati kepada kebenaran adalah pendapat yang menyatakan bahwa manapun

asuransi yang hanya berkonsepkan jual beli semata adalah tidak sesuai dengan

hukum Islam, akan tetapi jika asuransi itu berasaskan kepada saling membantu

(mutual cooperation) dan tabarru’ (derma) maka asuransi itu dibolehkan dengan

syarat mekanisme operasional syarikat asuransi itu juga terbebas dari unsur-unsur

riba, gharar dan maisir.

Pandangan kalangan Umat Islam Terhadap Asuransi Masa Kini

Pada Persidangan Ekonomi Internasional Islam Pertama yang

diselenggarakan di Makkah tahun 1976, diputuskan bahawa asuransi tidaklah

mengamalkan maksud dan tujuan syariat yaitu saling bekerjasama dan

persaudaraan. Selanjutnya persidangan ini menyeru untuk membentuk sebuah

komitie yang terdiri dari para ulama syariat dan pakar ekonomi untuk menyediakan

rancangan sebuah sistem asuransi yang bebas dari gharar, masiri dan riba,

sebaliknya mengutamakan konsep saling bekerjasama yang selaras dengan syariat

dan dapat menggantikan kedudukan nilai kemanfatan yang ada pada asuransi.

Pada Desember 1985, The Islamic Fiqh Academy di bawah Organisasi

Konfrensi Islam (OKI) pada saat membincangkan mengenai asuransi dan

reasuransi (reinsurance) membuat keputusan bahwa kontrak asuransi komersial

16ibid., hlm. 146.

yang ada sekarang adalah dilarang agama (haram) dan alternatif asuransi yang

sesuai dengan syariat Islam adalah asuransi yang diasaskan atas kerjasama yang

berdasarkan sumbangan ikhlas dan saling membantu.17 Dengan keputusan

persidangan ini maka kaum muslimin mesti mewujudkan dan mendirikan suatu

perusahaan asuransi yang sesuai dan dapat memenuhi keperluan masyarakat Islam

modern.

Kajian tentang asuransi oleh para pakar pada umumnya mereka sependapat

bahwa operasional perusahaan asuransi pada saat sekarang ini tidak sesuai dengan

kehedak umat Islam dan betentangan dengan syariat karena mengandung unsur:

1. Gharar

2. Maisir

3. Riba

Gharar

Gharar berarti tidak jelas, dimana dalam hukum Islam suatu akad perjanjian atau

kontrak diantara pihak-pihak yang membuat perjanjian haruslah jelas tentang apa

yang diakadkan itu (mauqud alaih) dan nyata serta diketahui oleh kedua belah

pihak. Akan tetapi di dalam polis asuransi jiwa misalnya tidak jelas bagaimana

pembayaran ganti rugi oleh perusahaan itu dihasilkan, begitu pula jika peserta

tidak mendapat ganti rugi dikarenakan satu dan lain hal padahal ia telah membayar

sebahagian besar premium.

Maisir

Maisir berarti perjudian, hukum Islam memandang asuransi sebagai perjudian

apabila seoerang pemegang polis asuransi nyawa meninggaldunia sebelum habis

tempo perjanjian serta setelah membayar hanya sebagaian daripada premium yang

dijanjikandan kemudian diberikan pulauang ganti rugi yang tidak jel;aas asal

usulnya. Keuntungan dari perniagaaqn asuransi juga dilihat sebagai hasil judi olej

karena keuntungan tersebut berasal dari masa penanggungan (underwriting

experinec).Perusahaan asuransi dapat mendapat untung atau rugi disebabkan oleh

17Mohd Fadzli Yusof, Pencapaian dan kejayaan institusi keuangan Islam rantau melayu, dalamBangsa Melayu dan kejayaan ekonomi Islam serantau, (Kuala Lumpur: INMID, 1997), h. 62.

tuntutan yangseolah-olah bergantung kepada nasib disewbabkan adanya

unsurgharar tadi.karena untung dari nasibitu adalah judi.

Riba

Dapat dikatakan sebagian besar aktivitas kegiatan perusahaan asuransi tidak dapat

lepas dari riba seperti dana-dana perusahaan asuransi yang diinvestasikan dalam

usaha-usaha yang mengandung riba (seperti perbankan), haram (seperti minuman

keras) dan hal-hal lain yang dilarang agama.

Konsep Asuransi Dalam Fiqh Mu'amalah

Sebenarnya, konsep tentang jaminan sosial atau perlindungan dalam

masyarakat telah ada dalam ajaran Islam. Jaminan perlindungan sosial yang telah

diamalkan dalam Islam itu secara umumnya dapat dibagikan kepada dua, yaitu:

1. Jaminan yang dilakukan oleh anggota masyarakat

2. Jaminan yang dilakukan oleh pemerintah.

Jaminan oleh anggota masyarakat

a. Sistem al-'aqilah

Sistem ini diperkenalkan oleh baginda Rasulullah SAW setelah hijrah

baginda ke Madinah dan kemudian baginda mempersaudarakan antara golongan

muhajirin dan ansar. Sistem ini berasaskan kepada konsep tacawwun (saling

bekerjasama) dan menjadi sistem ideal yang dapat menyelesaikan permasalahan

masyarakat yang timbul di kemudian hari akibat dari pembunuhan/kehilangan

nyawa, atau tercidera akibat tindakan tidak sengaja dari salah satu pihak ke atas

pihak yang lain. Cara pelaksanaan sistem caqilah ini yaitu setiap anggota

masyarkat setuju untuk mengadakan suatu tabung keuangan bersama yang dikenal

dengan al-kanz yang dipungut setahun sekali dari kaum muhajirin dan ansar,

tujuannya adalah utnuk memberi pertolongan kepada anggota masyarakat yang

terlibat dengan kasus pembunuhan secara tidak sengaja dan juga untuk menebus

tawanan perang.18 Mengikut Muhammad Hamidullah, sistem caqilah ini merupakan

kosep tolong-menolong yang bertujuan memberi perlindungan orang-orang yang

18 Abu Muhammad ibnu Hisham cAbdi al-Malik bin Hisham al-Mucarif, al-Sirah al-nabawiyyah,(Beirut: Dar al-Fikr , 1415H/1994), juz. 2, h. 121.

terlibat dalam masalah-masalah yang berhubung dengan kerusakan.19 Faedah yang

paling ketara dari sistem asuransi ini ialah mereka yang melakukan pembunuhan

secara tidak sengaja dapat diringankan bebannya melalui tabung ini. Sistem ini

amatlah tepat dan memenuhi konsep umum al-Qur’an dan al-Sunnah berkenaan

dengan perlindungan dan jaminan jiwa serta harta benda masyarakat.20

b. Sistem al-qasamah

Sistem ini merupakan sistem yang digunakan untuk menyelesaikan masalah

kesalahan pembunuhan yang dapat ditebus atau diselesaikan dengan cara sumpah

sebanyak lima puluh kali oleh lima puluh orang. Lima puluh orang yang

bertanggungjawab melakukan sumpah itu ialah yang dipilih dari kepala keluarga

atau ketua kumpulan di dalam suatu kampung yang mana mereka bersumpah dan

mengaku bahwa mereka tidak mengetahui siapakah yang melakukan pembunuhan

itu. Setelah itu, mereka bertanggungjawab menentukan berapakah bayaran ganti

rugi yang sepantasnya dibayar kepada keluarga si mati. Jumlah bayaran itu akan

ditanggung oleh setiap anggota masyarakat secara sumbangan untuk diberikan

kepada keluarga si mati.

Sistem ini dilakukan sebagai pembayaran uang penebus ganti rugi buat

seseorang yang terbunuh karena tidak diketahui pembunuhnya oleh keluarga yang

terbunuh, ataupun tidak ada keterangan dan bukti yang cukup dari saksi-saksi yang

boleh dipercayai, maka dikemukakan identifikasi pembunuhan itu secara sumpah

lima puluh kali oleh lima puluh orang. Jika diketahui jelas maka si pembunuh itu

dihukum, akan tetapi jika keluarga yang terbunuh itu memaafkannya dan mau

menerima ganti rugi dengan bayaran tebusan, maka terselamatlah pembunuh itu

dan ia wajib membayar tebusan.21

c. Akad muwalah

Yaitu akad perjanjian yang dibuat oleh seorang individu dengan individu lain yang

tidak diketahui siapa keturunannya, yang mana individu pertama berjanji akan

19 Sobri Salamon, , Konsep asuransi secara Islam, dalam Islam dan pembangunan negara, h. 150.20 Mustafa Haji Daud, Tamadun Islam, (Kuala Lumpur: Utusan Publication & Dsitributors SdnBhd 1991), h. 171.21 Imam Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad al-Qurtubiy al-Andalusiy ibn Rushd, Bidayah al-mujtahid wa al-nihayah al-muqtasid, (Qahirah, Misri Matbacah Ahmad Kamal, 1333H/1914), Juz.2, h. 357-361.

menjadi wali kepada yang kedua dan menanggung diat sekiranya orang kedua

melakukan pidana pembunuhan secara tidak sengaja. Sebagai balasannya orang

pertama itu boleh mempusakai harta orang kedua yang dilindungi itu sekiranya ia

mati tanpa waris.22

Sistem muwalah ini merupakan suatu aqad yang paling menyamai sistem

asuransi yang ada pada hari ini. Ini disebabkan aqad itu berlangsung di antara

seorang individu dengan individu lain yang tidak diketahui asal-usul

keturunannnya dan individu pertama telah melantik individu yang kedua itu

sebagai wali atau pelindungnya. Apabila pelantikan itu dipersetujui, maka pihak

kedua bertanggungjawab membayar ganti rugi apabila berlaku pembunuhan secara

tidak sengaja, atau kehilangan harta benda.23

d. Akad kafalah atau dhaman

Ialah kontrak jaminan dari seseorang terhadap seseorang yang lain, yang

mana dalam hal ini pihak pertama menawarkan jasa untuk bertanggungjawab

dalam memberi perlindungan kepada pihak kedua terhadap sesuatu perkara yang

disetujui bersama. Kontrak ini juga dikenal dengan berbagai nama di antaranya

hamalah, za’amah. 24

Akad Ini adalah satu sistem asuransi dalam Islam yang mempunyai

beberapa nama yang bergantung kepada syarat-syarat tertentu. Sistem kafalah dan

dhaman merupakan jaminan dari seseorang individu terhadap individu lain dimana

pihak pertama menawarkan jasanya untuk bertanggungjawab memberi

perlindungan kepada pihak kedua terhadap sesuatu perkara yang disetujui

bersama.25

Jaminan oleh pemerintah

Jaminan oleh pemerintah ini selain berupa zakat yang menjadi prasarana

kepada jaminan sosial, khalifah sebagai ketua negara dalam hal ini wajib menjamin

22 Mustafa Ahmad Zarqa, caqd ta’min (al-Saukarah) wa Mauqif al-sharicah al-Islamiyah minhu,dalam Usbuc al-fiqh al-Islamiy wa mahrajan Ibn Taimiyah, (Damaskus al-Majlis al-ac la Li al-ricayah al-Qanun, wa al-Adab wa al-cUlum al-cIjtimaciyah, 16-21 Shawal 1380 H/1-6 April 1961), h.383-384.23 Mustafa Haji Daud, Tamadun Islam, h. 172.24 Imam Abi al-Walid Muhammad bin Ahmad al-Qurtubiy al-Andalusiy ibnu Rushd, Bidayah al-mujtahid wa al-nihayah al-muqtasid, h. 247-250.25 Mustafa Haji Daud, h. 172.

setiap rakyatnya mendapat hak dan taraf hidup yang layak. Harta-harta negara yang

terkumpul dalam institusi keuangan baitul mal boleh digunakan untuk kegunaan

umum, anggaran belanja negara dan pembangunan. Institusi-institusi kebajikan,

baik yang diatur oleh pemerintah, individu atau swasta dapat dibentuk guna

menjamin kesejahteraan rakyat dan perlindungan yang sewajarnya. Subsidi

perbelanjaan boleh diambil dari baitul mal seandainya intitusi tersebut menghadapi

kekurangan perbelanjaan. Dan sekiranya institusi ini mengalami kekurangan hasil

negara untuk belanja pembangunan, khalifah boleh dengan persetujuan majlis

syura mengenakan cukai tambahan.

Takaful Sebagai Sistem asuransi Islam

Konsep jaminan sosial yang diajarkan Rasulullah SAW ini kemudian

dipakai para ulama dan pakar ekonomi Islam sebagai dalil untuk menjawab

permasalahan asuransi di dalam berbagai kajian-kajian dan pembicaraan-

pembicaraan mengenai bentuk asuransi yang sejalan dengan syariat Islam di

berbagai negara. Kajian para ulama fiqh dan pakar ekonomi itu kemudiannya

memberikan ide dan konsep mengenai sistem asuransi secara Islam yang dapat

memberikan jaminan perlindungan terhadap resiko dan terbebas dari unsur riba,

gharar, maisir yang dilarang agama.

Setelah begitu banyak diperkatakan mengenai asuransi secara Islam oleh

ulama dan pakar-pakar asuransi, maka mereka mencoba membuat rumusan dan

kesimpulan tentang apakah konsep-konsep Islam yang harus dijadikan asas falsafah

asuransi secara Islam. Usulan yang diutarakan amat banyak, tetapi keseluruhannya

tidak lepas dari konsep takaful. 26 Takaful kemudiannya dipakai sebagai nama

untuk asuransi dan dipakai oleh perusahaan-perusahaan yang menjalankan

perniagaan asuransi secara Islam. Pada awal-awal pendirian takaful ini minat kaum

muslimin sangatlah kurang ketimbang daripada pendirian bank-bank Islam, akan

tetapi akhir-akhir ini keadaannya sudah makin berubah, minat kaum muslimin

semakin bertambah dan pada tahun 1979 mulai didirikan perusahaan asuransi

Islam di seluruh negara-negara Islam walaupun sangat terbatas jumlahnya.

26 Sobri Salamon, Konsep asuransi secara Islam, dalam Islam dan pembangunan negara, h. 151.

Pendirian kesemua asuransi takaful itu adalah melalui bantuan dan kemajuan bank-

bank Islam itu.27

Perusahaan asuransi takaful yang pertama didirikan adalah Perusahaan

Asuransi Islam Sudan pada tahun 1979,28 berawal dari perjalanan dan

perkembangan perusahaan takaful ini maka berbagai usaha dan langkah susulan

telah dibuat, khususnya oleh negara-negara Islam dan negara-negara di mana

bilangan penduduknya yang beragama Islam agak besar untuk memperkenalkan

perusahaan-perusahaan asuransi yang menawarkan usaha perniagaan asuransi

takaful. Selanjutnya pada awal tahun 1980-an, beberapa buah perusahaan asuransi

secara Islam mulai didirikan termasuk juga yang beroperasi di negara-negara

Eropa, diantaranya ialah perusahaan Asuransi Islam Arab yang didirikan pada

tahun 1979 di Arab Saudi, pada tahun 1983 didirikan Takaful Islam Luxembourg

oleh Dar al-Mal al-Islami (DMI) dan di negara Inggris yaitu Islamic Takaful

Company (ITC), di kota London.29 Sekarang asuransi secara Islam ini di seluruh

dunia telah berkembang sehingga berjumlah 59 perusahaan menurut data tahun

2000 yaitu dengan perincian sebagai berikut:

1. 29 perusahaan di negara-negara Arab

Nama Perusahaan Negara

Al salam Islamic takaful Co. Bahrain

Bahrain Islamic Insurance Co. Bahrain

Islamic Insurance and re-insurance Co. Bahrain

Perusahaan Takaful al-Islamiyah Bahrain

Takaful International Bahrain

Islamic Insurance Co. Plc. Jordan

International Company for Cooperative Insurance Kuwait

Qatar Islamic Insurance Co. Qatar

Al-Aman Cooperative Insurance (al-Rajihi) S. Arabia

Global Islamic Insurance Co. S. Arabia/Bahrain

27 ibid., h. 96-97.28 Mohammad Fadzli Yusof, Takaful: sistem asuransi Islam, (Kuala Lumpur: Publications &Distributors Sdn. Bhd, 1996), h. 4.29 ibid., h. 5.

International Islamic Insurance Co. S. Arabia/UEA

Islamic Arab Insurance (Dallah al-Baraka Group) S. Arabia

Islamic Arab Insurance Co. (IAIC) S. Arabia

Islamic Corporation for Insurance of Investment and

Export Credit

S. Arabia

Islamic Insurance and Reinsurance Co.(IIRCO) S. Arabia/Bahrain

Islamic International Insurance (Salamat) S. Arabia/UEA

Islamic takaful and Re-takaful Co. S.Arabia/Bahamas

Islamic takaful and Re-takaful (Bahamas) Bahamas

Islamic Universal Insurance S. Arabia/Bahrain

National Cooperative Ins Co. (NCCI) S. Arabia

Takaful Islamic Asuransi Co. Bahrain S. Arabia/Bahrain

Al-Baraka Insurance Co. Sudan

Islamic Insurance Co. Sudan

Sheikan Insurance Co. Sudan

The National Re-insurance Company (Sudan) Ltd. Sudan

Watania Co-operative insurance Co. Sudan

BEIT Ladat Ettamine Tousi Saudi (Best Re) Tunisia

Alliance Insurance UEA

Nama Perusahaan Negara

The Islamic Arab Insurance Co. UEA

2. 16 perusahaan di negara muslim non Arab

Nama Perusahaan Negara

Asuransi Islam TAIB Sdn Bhd (IITSB) Brunei

Tabung Amanah Islam Brunei

Takaful dan Re-Takaful Co. Brunei

Takaful Ab Berhad Brunei

Life Takaful (pte) Bangladesh

General Takaful (pte) Bangladesh

Perusahaan Takaful Indonesia Indonesia

PT. Asuransi Takaful Keluarga Indonesia

PT. Asuransi Takaful Umum Indonesia

PT. Perusahaan Takaful Indonesia

Takaful Asuransi Indonesia

Asian Re-Takaful international (L) Ltd (ARIL) Malaysia

Asean Takaful Group (ATG) Malaysia

Perusahaan Takaful Malaysia Bhd. (STMB) Malaysia

Takaful National Sdn. Bhd. Malaysia

Ihlas Sigorta AS. Turkey

3. 14 perusahaan di negara-negara non muslim

Nama Perusahaan Negara

Takaful Australia Australia

Metropolitan Insurance Co. Ltd Ghana

International Takaful Co. Luxembourg

Takaful S.A (formerly Islamic Takaful Co) Luxembourg

Sosar Al Amane (al baraka Group) Senegal

Ampro Holding Singapore Pte Ltd Singapore

Keppel Insurance Singapore

Perusahaan Takaful Singapura Singapore

Amana Srilanka (pte) Srilanka

Takaful T&T Trinidad

Takaful UK LTd. United Kingdom

UBK @ IIBU Manzil Progammes United Kingdom

Failaka Investments, Inc. Amerika Serikat

Takaful USA Management Services, LLC Amerika Serikat

Definisi Takaful

Dari segi bahasa takaful berasal dari akar kata kafala yang artinya

bermacam-macam yaitu: mendukung, memberi makan. 30 Saling membantu,

menolong, menjamin, menanggung satu sama lain.31 Menyokong, memelihara,

memberikan sedekah, memberikan perlindungan dan perhatian atas urusan

seseorang.32 Memberi jaminan, menentukan, menetapkan, menjadi wali,

bertanggungjawab, menyediakan, terkemudian, belakang, punggung, buntut atau

ekor.33

Dari segi istilah, takaful sebenarnya memiliki makna yang luas, ini

dijelaskan oleh Abdullah Nasih Ulwan yang menyatakan bahwa konsep takaful

dalam Islam bukan saja mengenai zakat dan sedekah akan tetapi juga meliputi,

pemantapan iman, Islam, ihsan dalam diri dan masyarakat muslim, salah satu

caranya ialah dengan pengelolaan dan pengaturan ekonomi. Hal ini mesti dilakukan

oleh setiap individu dan pemerintah bersama-sama untuk mewujudkan suatu

kebahagiaan. Konsep takaful dalam Islam yang terpenting juga adalah menyeru

individu muslim supaya melaksanakan tanggungjawab memberi nafqah kepada diri

sendiri, isteri dan anak-anaknya serta orang-orang terdekat yang berada dalam

tanggungannya. Apabila tidak ditunaikan tanggung jawab ini maka akan mendapat

balasan yang buruk dari Allah. 34

Selain itu Abu Zahrah mendefinisikan takaful sebagai tanggungan antara

individu-individu yang berada dalam masyarakat mereka, mereka saling menjamin

antara satu dengan yang lain atau saling membantu dalam hal kebajikan. 35 Dengan

demikian takaful merupakan suatu tanggungjawab yang dipikul bersama antara

kaum muslimin dan dalam hal ini ditujukan untuk menolong, membantu dan

menjamin seorang muslim yang lain dalam hal-hal yang berkaitan dengan

kebajikan.

Takaful dari sudut pengertiannya mempunyai makna luas yang memberi

penekanan kepada aspek saling bekerjasama (mutual cooperation), saling lindung-

melindungi (mutual protection) dan saling bertanggungjawab (mutual

30 Lane, E. W, An arabic-english lexicon, (Beirut: Librari Duliban, 1968), Supplyment, h.30001.31 Wehr, H. & Cowan, J. M, A dictionary of modern written Arabic, (New York: Spoken LanguageService.Inc, 1976), edisi. 3, h. 834.32 al-Munjid fi al-lughoh wa al-aclam, (Beirut: Dar al-Mashriq , 1987), h. 69133 Munir Bacalbaki, al-Maurid, (Beirut: Dar al-cIlmi li al-Malayyin, 1999),h. 89734 Abdullah Nasih cUlwan, al-Takaful al-ijtimaci fi al-Islam, (Jeddah: al-Dar as-Saudiyah wa al-Tauzic , t.th), h..2-20.35 Muhammad Abu Zahrah, Fi al-mujtamac al-Islamiy, (Kahirah: Dar al-Fikr al-cArabiy , t.th), h.4.

responsibility) tanpa mengira baik itu bersifat individu maupun kelompok, sebagai

pemerintah maupun yang diperintah, demi untuk menambah baik taraf hidup

masyarakat.36 Pelaksanaan konsep takaful dalam suatu masyarakat Islam itu dapat

dibuat melalui pendekatan positif serta penekanan amal-amal kebajikan yang dapat

dilakukan. Pendekatan negatif pula berupa perintah-perintah larangan serta lain-

lain amal perbuatan tidak baik di samping melaksanakan tuntutan syariat Islam.

Maka itulah kepahaman yang mendalam serta kesadaran atas ajaran Islam

yang lahir dari aqidah Islamiyah yang murni akan melahirkan masyarakat takaful

(takaful society) yang harmonis, saling menolong dan saling memahami. Secara

ringkasnya pengertian al-takaful dari sudut istilahnya menjurus pemerhatian dan

penekanan terhadap beberapa prinsip utama untuk keharmonisan dan kejayaan

suatu masyarakat di dunia dan akhirat.37

Berdasarkan pengertian secara bahasa dan istilah takaful diatas, dapat

dirumuskan bahawa takaful merupakan sebuah kata yang yang diambil dari akar

kata kafala yang bererti membantu seseorang yang memerlukan bantuan (tiap-tiap

anggota suatu kumpulan berupaya keras untuk menyokong individu yang

memerlukan bantuan). Konsep ini didasari atas solidaritas, membagi rata

tanggungjawab dan persaudaraan di kalangan anggota-anggota.

Takaful di masa sekarang lebih dikenal sebagai nama bagi asuransi secara

Islam. Dalam konteks asuransi secara Islam, takaful berarti perjanjian antara

anggota-anggota kelompok atau peserta yang bersetuju untuk bekerjasama

menjamin atau menanggung di antara mereka dalam menghadapi kerugian atau

bencana yang mungkin dapat menimpa salah seorang dari mereka. Sehingganya

barangsiapa yang ditimpa kasususahan tersebut akan menerima sejumlah uang atau

bantuan manfaat keuangan yang diambil dari dana.

Konsep, Prinsip dan Falsafah Asuransi Takaful

Konsep Takaful

36 Hussein Salamon, Ke arah merealisasikan konsep takaful dalam pelaksanaan sistem mu’amalahIslam di Malaysia, dalam sains muamalah Islam di Malaysia, (Johor: Birotek UTM, 1999), h. 148-149.37 ibid., hlm. 149.

Konsep takaful sejalan dengan syariat dan diasaskan atas prinsip ajaran

Islam al-Takaful dan al-Mudharabah.

1. al-Takaful berarti perjanjian antara beberapa kumpulan orang yang berjanji

untuk saling bertanggungjawab dan menanggung satu sama lain.

2. al-Mudharabah ialah kontrak perjanjian komersial untuk membagi untung dan

rugi antara pemilik modal dan pengusaha dalam bentuk usaha perniagaan

bersama ataupun usaha persendirian.38

Konsep al-takaful menggambarkan satu rancangan asuransi berasaskan

perpaduan, rasa tanggungjawab dan hubungan persaudaraan antara peserta. Peserta

rancangan ini bersetuju bersama memberi sumbangan keuangan berdasarkan

tabarru’ (derma) dengan niat kerana AllahSWT bagi membantu antara satu sama

lain. Dengan kata lain konsep takaful bertujuan mewujudkan perhubungan yang

erat secara Islam di antara peserta-peserta yang bersetuju menanggung bersama

atau sebagainya antara mereka.

Pelaksanaan konsep al-takaful sebagaimana yang telah dijalankan di

Malaysia dan negara-negara lain seperti Negara Brunei Darussalam, Republik

Indonesia, Sudan, Arab Saudi dan sebagainya adalah bentuk takaful kerjasama

yang boleh disertai oleh satu-satu kumpulan orang banyak untuk kepentingan

mereka bersama dalam lakaran sektor perniagaan (tijari). Ini bermakna konsep al-

takaful itu diamalkan sebagai suatu bidang perniagaan. Menurut konsep sistem

asuransi Islam takaful, suatu perusahaan perlindungan takaful boleh didirikan

dalam bentuk perusahaan al-‘inan. Definisi perusahaan al-‘inan yaitu dua orang

yang berkongsi pada satu harta kepunyaan mereka berdua untuk berniaga dengan

harta itu untuk sebagai modal berniaga dan keuntungannya dibagi sama antara

mereka berdua. 39

Prinsip Takaful

Asuransi Islam yang berdasarkan kepada konsep takaful mempunyai tiga

prinsip utama. Ketiga-tiga prinsip ini diasas berdasarkan kepada al-Qur’an dan al-

Hadits. prinsip-prinsip tersebut adalah:

1. Saling bertanggungjawab

38 Ahmad Mazlan Zulkifli, Working system of general takaful business, dalam Takaful (Islamicinsurance) concept and operational sistem from the practitioner’s perspektive, h. 69-7039 Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islam wa adillatuhu, (Damshiq: Dar al-Fikr, 1989), h.797.

2. Saling bekerjasama atau tolong-menolong

3. Saling melindungi

Saling bertanggungjawab

Berdasarkan prinsip ini peserta-peserta asuransi Islam setuju untuk saling

bertanggungjawab antara satu sama lain, memikul tanggungjawab dengan niat baik

sebagai satu ibadah dan hal ini adalah dituntut dalam agama Islam.40 Sabda-sabda

Rasulullah s.a.w di bawah ini menunjukkan pentingnya saling bertanggungjawab di

antara kaum muslimin:

صلى عنھ قال : قال رسول ا حدیث النعمان بن بشیر رضي ا

ھم وتراحمھم وتعاطف علیھ وسلم مثل المؤمنین في تواد ھم مثل الجسد ا

إذا اشتكى منھ عضو تداعى لھ ى سائر الجسد بالسھر والحم

Hadis dari Nucman bin Bashir r.a ia berkata, Rasulullah s.a.w bersabda:

Kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan orang-orang beriman antara

satu dengan lain seperti tubuh (jasad), apabila satu dari anggotanya tidak sehat,

maka akan memberi kasusan kepada seluruh badan. 41

Dalam Hadits lain disebutlkan:

أحدكم حتى یحب ألخیھ أو قال لجاره ما یحب لنفسھ

Hadith Anas Bin Malik r.a ia berkata, Nabi s.a.w bersabda: Seseorang

tidak boleh dianggap beriman sehingga ia mengasihi saudaranya sebagaimana

40 Nazri B. Kulup Mahmud dan Muhammad Rahimi Osman, Takaful: sistem asuransi Islam, dalamEkonomi Islam, h. 90.41 Muslim, al-sahih muslim, kitab (al-bir wa al-sillah wa al-adab) 45 , bab (tarahum al-mu’minin watacatufihim wa tacadudihim) 2586.

ia mengasihi dirinya sendiri. 42

Hadits-hadits diatas memperlihatkan kepada kita akan kepentingan sifat

saling bertanggungjawab dalam usaha menguatkan, menyatukan dan

mengharmonikan masyarakat. Prinsip ini diletakkan sebagai prinsip utama takaful

untuk memastikan keselamatan dan keamanan masyarakat muslimin khususnya

dalam bidang perlindungan asuransi.

Saling bekerjasama atau bantu-membantu

Sesuai dengan prinsip ini maka peserta-peserta rancangan asuransi

bersetuju untuk bekerjasama dan bantu-membantu antara satu sama lain. Islam

menuntut umatnya bekerjasama dalam perkara-perkara baik kerana boleh

menyuburkan perasaan taqwa. Islam juga mengajarkan umatnya sentiasa hidup

bantu-membantu dan bekerjasama dalam menegakkan kebaikan dan mencegah

kemungkaran. Sebagaimana yang diperintahkan dalam firman Allah SWT:

ا على اإلثم والعدوانوتعاونوا على البر والتقوى وال تعاونو

Dan hendaklah kamu bertolong-tolongan untuk membuat kebajikan dan

bertaqwa, dan janganlah kamu bertolong-tolongan pada melakukan dosa (maksiat)

dan pencerobohan. 43

Dalam ayat lain disebutkan:

ب ین . فذلك الذي یدع الیتیم .وال یحض على أرأیت الذي یكذ بالد

ین . الذین ھم عن صالتھم ساھون . طعام المسكین . فویل للمصل

الذین ھم یراءون . ویمنعون الماعون 42 Muslim, al-sahih muslim, Kitab (al-iman) 1, bab ( al dalil cala anna min khisal al-iman an yuhibbali akhihi al-muslim ma yuhibbu li nafsihi min al-khair) 45.43 al-Qur’an, al-Maidah 3: 2.

1. Tahukah engkau siapa pendusta agama?, 2. Ialah orang-orang yang

mengherdik anak yatim, 3. Dan tidak menganjurkan untuk memberi makan fakir

miskin, 4. Maka celakalah orang yang shalat, 5. Yaitu orang-orang yang lalai

dalam shalatnya, 6. Adalah mereka suka berbuat ria, 7. Dan orang-orang yang

tidak memberi sedikit pertolongan (kepada orang yang berhak mendapatnya).44

Sabda Rasulullah S.A.W antara lain mengukuhkan pentingnya prinsip ini

antara lain menyatakan betapa Allah SWT akan menolong seorang muslim yang

menolong saudaranya dalam kesusahan:

علیھ صلى ا عنھما : أن رسول ا حدیث ابن عمر رضي ا

وسلم قال المسلم أخو المسلم ال یظلمھ وال یسلمھ من كان في حاجة أخیھ

في حاجتھ ومن فر ج عن كان ا عنھ بھا كربة من ج ا مسلم كربة فر

یوم القیامة كرب یوم القیامة ومن ستر مسلما ستره ا

Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a katanya: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w

bersabda: Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim lain. Beliau tidak boleh

menzalimi dan menyusahkannya. Barangsiapa yang mahu memenuhi hajat

saudaranya, maka Allah pun akan berkenan memenuhi hajatnya. Barangsiapa

yang melapangkan satu kasususahan kepada seorang muslim, maka Allah akan

melapangkan salah satu kasususahan di antara kasususahan-kasususahan Hari

Kiamat nanti. Barangsiapa yang menutup keaiban seseorang muslim, maka Allah

akan menutup keaibannya pada Hari Kiamat. 45

44 al-Qur’an, al-Macun 107:1-7.45 Muslim, al-sahih muslim, kitab (al-bir wa al-sillah wa al-adab) 45, bab (tahrim al-zulm) 2580.

Saling melindungi

Peserta asuransi Islam juga setuju untuk saling melindungi antara satu sama

lain dari segala kesusahan, bencana dan sebagainya. Ini penting kerana

keselamatan atau keamanan adalah satu keperluan asasi dalam kehidupan manusia,

sebagaimana mencari rezeki merupakan fitrah tabi’i. Dalam firman Allah SWT

perlindungan ini disebutkan:

فلیعبدوا رب ھذا البیت . الذي أ◌طعمھم من جوع وآمنھم من

خوف

Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan yang mengusai rumah

(Ka’bah) ini, (Allah) yang telah memberi (menyedia) makanan untuk

menghilangkan (bahaya) kelaparan dam mengamankan (menyelamatkan) mereka

dari ketakutan.46

Dalam ayat lain:

رات م ن الثم ھ م ا وارزق أھل دا آمن ذا بل ل ھ راھیم رب اجع ن وإذ قال إب

ى ه إل طر م أض یال ث ھ قل ر فأمتع ن كف ال وم والیوم اآلخر ق آمن منھم با

عذاب النار وبئس المصیر

Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berdoa dengan berkata: "Wahai

Tuhanku! Jadikanlah (negeri Makkah) ini, negeri yang aman sentosa, dan

46 al-Qur’an, Quraish 106: 1-4.

berikanlah rezeki dari berbagai jenis buah-buahan kepada penduduknya, yaitu

orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat di antara mereka". Allah

berfirman:" (Permohonanmu itu diterima) tetapi sesiapa yang kufur dan ingkar

maka Aku akan beri juga ia bersenang-senang menikmati rezeki itu bagi sementara

(di dunia), kemudian Aku memaksanya (dengan menyeretnya) ke azab neraka, dan

(itulah) seburuk-buruk tempat kembali".47

Dalam Hadith Nabi SAW:

بن علي حدثنا ابن أبي ذئب عن سعید عن أبي شریح حدثنا عاصم

ال ال یؤمن وا ال یؤمن وا علیھ وسلم قال وا أن النبي صلى ا

قال الذي ال یأ من جاره بوائقھ یؤمن قیل ومن یا رسول ا

Telah berkata kepada kami cAsim Ibnu cAli, telah berkata kepada kami Ibnu

Abi Zi’bin, dari Sacid dari Ibnu Shuraih sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda:

Demi Allah s.w.t tidak beriman, Demi Allah s.w.t tidak beriman, Demi Allah s.w.t

tidak beriman, ditanya siapa ya Rasulullah: sesiapa yang tidak memberi

perlindungan jirannya yang terhimpit.48

Falsafah Takaful

Falsafah asuransi Islam adalah mementingkan niat ikhlas untuk membantu

satu sama lain, dengan demikian maka sumbangan keuangan untuk tujuan ini

adalah berdasarkan kepada maksud tabarruc (derma). Secara jelasnya falsafah

asuransi Islam dapat dinyatakan sebagai penghayatan semangat saling

bertanggungjawab, bekerjasama dan perlindungan dalam aktivitas-aktivitas

47 al-Qur’an, al-Baqarah 2: 126.48 al-Bukhari, sahih, Kitab (adab), bab (ithm man la ya’man jarahu bawaiqah yubiquhunnayuhlikuhunna maubiqan muhlakan).

masyarakat demi untuk kesejahteraan ummah dan perpaduan masyarakat.49 I

Dalam al-Quran disebutkan :

لیس البر أن تولوا وجوھكم قبل المشرق والمغرب ولكن البر من

والیوم اآلخر والمالئكة والكتاب والن بیین وآتى المال على حبھ آمن با

قاب ذوي القربى والیتامى والمساكین وابن السبیل والسائلین وفي الر

ابرین في كاة والموفون بعھدھم إذا عاھدوا والص الة وآتى الز وأقام الص

اء وحین البأس أولئك الذین صدقوا وأولئك ھم المتقون البأساء والضر

Bukanlah perkara kebajikan itu hanya kamu menghadapkan muka ke pihak

timur dan barat, tetapi kebajikan itu ialah berimannya seseorang kepada Allah,

dan hari akhirat, dan segala malaikat, dan segala Kitab, dan sekalian Nabi; dan

mendermanya seseorang akan hartanya sedang ia menyayanginya, - kepada kaum

kerabat, dan anak-anak yatim dan orang-orang miskin dan orang yang terlantar

dalam perjalanan, dan kepada orang-orang yang meminta, dan untuk

memerdekakan hamba-hamba abdi; dan mengerjanya seseorang akan sembahyang

serta mengeluarkan zakat; dan perbuatan orang-orang yang menyempurnakan

janjinya apabila mereka membuat perjanjian; dan ketabahan orang-orang yang

sabar dalam masa kasusempitan, dan dalam masa kasusakitan, dan juga dalam

masa bertempur dalam perjuangan perang Sabil. orang-orang yang demikian

sifatnya), mereka itulah orang-orang yang benar (beriman dan mengerjakan

kebajikan); dan mereka itulah juga orang-orang yang bertaqwa.50

Islam adalah agama yang mengandungi ajaran-ajaran yang lengkap serta

universal. Salah satu dari ajaran-ajaran Islam dalam bidang sosial, ekonomi dan

kemanusiaan adalah takaful yang bererti saling bekerjasama, bertanggungjawab

atau memikul beban tanggung jawab bersama-sama dengan niat baik yang dinilai

sebagai suatu ibadah oleh Allah SWT

49 Nazri B. Kulup Mahmud dan Muhammad Rahimi Osman, Takaful: sistem asuransi Islam, dalamEkonomi Islam, h. 90; Sobri Salamon, Konsep asuransi secara Islam dalam Islam danpembangunan negara, h. 155.50 al-Qur’an, al-Baqarah 2:177.

Hasil kajian para cendikiawan muslim dan pakar ekonomi mengenai

takaful dan asuransi konvensional antara lain mengemukan perbedaan antara

takaful dan asuransi konvensional, yaitu sebagai berikut:

1. Operasional asuransi takaful berasaskan ajaran Islam, seperti

menghilangkan unsur-unsur yang diharamkan. Sedangkan asuransi

konvensional tidak berasaskan syariat sehingga operasionalnya perusahaan

tidak dapat terhindar dari unsur yang dilarang oleh Islam, seperti unsur al-

gharar, al-maisir dan al-riba.

2. Dari sudut kontrak, kontrak takaful adalah didasari atas prinsip al-takaful

dan al-mudharabah, sedangkan kontrak asuransi konvensional adalah

sebuah kontrak berdasarkan kepada perniagaan atau jual beli semata.

3. Takaful mengamalkan prinsip saling jamin-menjamin, kerjasama dan saling

bantu-membantu berlandaskan konsep tabarru’ di antara para peserta,

sedangkan asuransi konvensional tidak ada pengamalan tabarru’ hanya

perjanjian ganti kerugian oleh perusahaan asuransi.

4. Peserta takaful akan mendapat dua keuntungan yaitu keuntungan investasi

dan bantuan manfaat kewangan, sedangkan peserta asuransi konvensional

hanya mendapat satu keuntungan yaitu uang pengganti.

5. Takaful memiliki Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi untuk

mengawasi skim dan pelaburan dana wang yang diperoleh, sedangkan

asuransi konvensional tidak memiliki dewan ini.

6. Dalam takaful investasi dana berasaskan kepada sistem bagi hasil (al-

Mudharabah), sedangkan dalam asuransi konvensional pelaburan dana

berasaskan bunga (interest).

7. Dana yang terkumpul (premi) merupakan milik peserta dalam perusahaan

takaful. Sedangkan dalam asuransi konvensional dana yang terkumpul dari

peserta adalah menjadi milik perusahaan asuransi.

8. Dalam takaful uang yang diberikan kepada peserta berasal dari dana

tabarru’, sedangkan dalam asuransi konvensional dana yang diambil

adalah berasal dari uang milik perusahaan asuransi.

9. Keuntungan yang diterima oleh perusahaan takaful akan dibagikan kepada

peserta sesuai dengan perjanjian akad al-mudharabah, sedangkan dalam

asuransi konvensional seluruh keuntungan menjadi milik perusahaan

asuransi.

Berdasarkan kajian perbandingan ini maka dapat dilihat antara keduanya

memiliki perbedaan yang jelas serta dapat membuktikan bahwa takaful adalah

suatu sistem perlindungan yang berlandaskan kepada ajaran Islam sehingga dapat

diikuti oleh umat Islam, selain itu kontrak dan kegiatan perusahaan juga didasari

atas prinsip-prinsip yang lahir dari Islam yaitu konsep tabarru’, al-takaful dan al-

mudharabah.

Daftar Pustaka

al-Qur’an,al-sahih muslimAbu Muhammad ibnu Hisham cAbdi al-Malik bin Hisham al-Mucarif, al-Sirah al-nabawiyyah, (Beirut: Dar al-Fikr , 1415H/1994)Abdullah Nasih cUlwan, al-Takaful al-ijtimaci fi al-Islam, (Jeddah: al-Dar as-Saudiyah wa al-Tauzic , t.th)Ahmad Mazlan Zulkifli, Working system of general takaful business, dalamTakaful (Islamic insurance) concept and operational sistem from the practitioner’sperspektive, Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islam wa adillatuhu, (Damshiq: Dar al-Fikr, 1989Hussein Salamon, Ke arah merealisasikan konsep takaful dalam pelaksanaansistem mu’amalah Islam di Malaysia, dalam sains muamalah Islam di Malaysia,(Johor: Birotek UTM,Imam Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad al-Qurtubiy al-Andalusiy ibn Rushd,Bidayah al-mujtahid wa al-nihayah al-muqtasid, (Qahirah, Misri Matbacah AhmadKamal, 1333H/1914)Lane, E. W, An arabic-english lexicon, (Beirut: Librari Duliban, 1968),Supplyment,Wehr, H. & Cowan, J. M, A dictionary of modern written Arabic, (New York:Spoken Language Service.Inc, 1976Muhammad Nejatullah Siddiqi, Asuransi in islamic economy, (London: TheIslamic Fondation, 1985)Mohd Fadzli Yusof, Pencapaian dan kejayaan institusi keuangan Islam rantaumelayu, dalam Bangsa Melayu dan kejayaan ekonomi Islam serantau, (KualaLumpur: INMID, 1997)Sobri Salamon, , Konsep asuransi secara Islam, dalam Islam dan pembangunannegara,Mustafa Haji Daud, Tamadun Islam, (Kuala Lumpur: Utusan Publication &Dsitributors Sdn Bhd 1991)Mustafa Ahmad Zarqa, caqd ta’min (al-Saukarah) wa Mauqif al-sharicah al-Islamiyah minhu, dalam Usbuc al-fiqh al-Islamiy wa mahrajan Ibn Taimiyah,

(Damaskus al-Majlis al-ac la Li al-ricayah al-Qanun, wa al-Adab wa al-cUlum al-cIjtimaciyah, 16-21 Shawal 1380 H/1-6 April 1961)Mohammad Fadzli Yusof, Takaful: sistem asuransi Islam, (Kuala Lumpur:Publications & Distributors Sdn. Bhd, 1996.al-Munjid fi al-lughoh wa al-aclam, (Beirut: Dar al-Mashriq , 1987Munir Bacalbaki, al-Maurid, (Beirut: Dar al-cIlmi li al-Malayyin, 1999Muhammad Abu Zahrah, Fi al-mujtamac al-Islamiy, (Kahirah: Dar al-Fikr al-cArabiy , t.thNazri B. Kulup Mahmud dan Muhammad Rahimi Osman, Takaful: sistem asuransiIslam, dalam Ekonomi Islam.