tema acara - atv-febui.com · dalam karya tulis ini, ... bergantung pada bank untuk membuat...
TRANSCRIPT
TEMA ACARA The 17th ATV
“ ALIGNING AUDITOR’S
APPROACH
TO OVERCOME
THE EVOLVING
BANKING INDUSTRY
A
a
a
”
SUBTEMA 1 Conference The 17th ATV
Audit on
Management
Assertion Regarding
Classification &
Measurement and
Risk Management
”
”
Nomor Tim : 03
Nama Tim : Owi Team
Anggota : Ferty Yolanda Siregar, Sovia Sola Gratia Purba, Stephani Elvina
Siahaan
Judul : Audit atas Asersi Manajemen Perbankan di Indonesia terkait
Penerapan IFRS 9
IFRS 9 merupakan standar yang dibuat untuk menggantikan IAS 39. Pergantian ini dilakukan
karena IAS 39 dianggap terlalu rumit, tidak konsisten dengan bagaimana entitas mengelola bisnis
dan resiko bisnis secara nyata, dan kurang efektif terkait pengakuan kerugian kredit. Dengan
dikeluarkannya IFRS 9 ini diharapkan dapat lebih menyederhanakan perhitungan instrumen
keuangan dan lebih terstruktur dalam pengklasifikasian dan penyajian instrumen keuangan.
Penerapan IFRS 9 di Indonesia akan mulai efektif per 1 Januari 2018. Salah satu industri yang
terkena dampak yang signifikan akibat adanya perubahan standar ini adalah industri perbankan
khususnya dalam akun provisi “Expected Credit Losses”nya. Dalam karya tulis ini, penulis akan
membahas dan menjelaskan mengenai dampak perubahan IFRS 9 dalam industri perbankan, asersi
manajemen perbankan terhadap aset keuangan setelah penerapan IFRS 9, dan audit terhadap
asersi manajemen perbankan pasca penerapan IFRS 9. Penulis menemukan bahwa asersi
manajemen dan audit yang dilakukan atas asersi berkaitan erat dengan akun provisi untuk
pinjaman dan risiko yang dirasakan oleh perbankan adalah meningkatnya risiko kredit
Kata kunci: IFRS 9, Perbankan, expected credit losses, audit.
Nomor Tim : 06
Nama Tim : Vortex
Anggota : Stevanus Putra Antonius, Adzhana Aprilia, Annisa Arlishani
Judul : Perubahan Proses Audit Asersi Manajemen atas Klasifikasi Aset
Keuangan Terkait Kebutuhan Dokumentasi Tambahan Sebagai
Dampak dari Implementasi IFRS 9
Pada tanggal 1 Januari 2016, International Accounting Standard Board (IASB) mengesahkan
standar akuntansi baru mengenai instrumen keuangan yaitu IFRS 9: Financial Instrumens yang akan
menggantikan IAS 39: Financial Instrumens: Recognition and Measurement. Di Indonesia sendiri,
DSAK telah mengeluarkan standar baru yang mengadopsi IFRS 9 yaitu PSAK 71 yang
menyebabkan PSAK 50, 55, dan 60 akan dicabut. Perubahan ini berimplikasi pada proses audit
atas asersi manajemen terkait klasifikasi dan pengukuran aset keuangan, serta hubungannya
dengan manajemen risiko untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam proses audit.
Rumusan masalah utama dalam paper ini adalah “Bagaimana auditor memeriksa asersi
manajemen terhadap instrumen keuangan berdasarkan IFRS 9?”. Yang kemudian dibagi lagi
menjadi:
1. Bagaimana cara untuk mengklasifikasikan instrumen keuangan berdasarkan IFRS 9?
2. Apa saja bukti-bukti yang dapat auditor gunakan untuk mengetahui asersi manajemen
terkait dengan aset keuangan?
3. Apa saja risiko-risiko yang mungkin timbul dalam proses audit
Sumber dari paper ini berasal dari data sekunder. Data sekunder yang kami dapatkan mayoritas
berasal dari publikasi yang dikeluarkan oleh kantor akuntan publik seperti EY, Deloitte, PwC, dan
KPMG mengenai IFRS 9 dan berbagai jurnal yang membahas tentang audit. Kemudian dari
informasi yang diperoleh, diolah kembali agar sesuai dengan pembahasan permasalahan yang
diangkat di dalam paper ini.
Kata kunci: Proses Audit, Asersi Manajemen, Instrumen Keuangan, IFRS 9, Resiko Audit
Nomor Tim : 09
Nama Tim : Tanang Partners
Anggota : Jayanti Kania, Utami Ratnasari, Rio Saumun Qodri
Judul : Analisis Pengaruh Penerapan IFRS 9 pada Manajemen Risiko
Perusahaan dan Kinerja Auditor Melalui Studi Kasus National
Australia Bank
Penerapan IFRS 9 di berbagai negara di dunia memunculkan berbagai hal yang menarik.
Berbagai pendapat pro dan kontra pun bermunculan atas implementasi perubahan standar
akuntansi mengenai instrumen keuangan tersebut. Salah satu negara yang menjadi pioneer dari
implementasi IFRS 9 dari sebelumnya menggunakan IAS 39 adalah Australia. Industri yang
memiliki keterkaitan kuat dengan instrumen keuangan adalah pada sektor industri perbankan.
Sehingga lebih lanjut dalam paper ini kami akan mengulas lebih lanjut mengenai dampak dari
penerapan IFRS 9 pada manajemen risiko perusahaan dan kaitannya dengan kinerja auditor.
Ulasan mengenai kinerja auditor lebih difokuskan pada potensi yang muncul dari penerapan
IFRS 9 pada penilaian asersi manajemen disertai rekomendasi pada auditor dan potensi risiko
audit yang muncul dari penerapan IFRS 9 ini. Pada intinya IFRS 9 memberikan dampak yang
cukup signifikan pada industri perbankan di Australia baik itu ditinjau dari operasional,
manajemen risiko, maupun dalam proses pengauditannya. Sehingga harapannya hal tersebut
dapat menjadi pembelajaran bagi Indonesia dalam rangka penerapan secara efektif PSAK
71 pada tahun 2020 nantinya.
Kata kunci: IFRS 9, Risk Management, Classification, Measurement, Audit Procedur
Nomor Tim : 13
Nama Tim : IBS
Anggota : Nadya Trinova, Martha Cynthia, Rhesa Yasviandra Putra
Judul : Pengaruh IFRS 9 terhadap Enterprise Risk Management
Perbankan
Krisis keuangan 2007-09 menyoroti biaya sistemik untuk menunda pengakuan kerugian kredit
dari pihak bank dan kreditur lainnya. Sebagai tanggapan, Dewan Standar Akuntansi
Internasional pada tahun 2014 menerbitkan IFRS 9 Financial Instruments, yang mencakup
standar baru untuk penyisihan kerugian pinjaman berdasarkan "expected credit losses" (ECL).
Implementasi IFRS 9 akan berdampak signifikan terhadap modal bank. Model baru ini
bergantung pada bank untuk membuat prakiraan ECL yang kuat dan menentukan kapan
meningkatkan tingkat dan kompleksitas penilaian. Kenaikan cadangan modal di hadapan ECL
juga dapat meningkatkan kewajiban bank, yang dapat menyebabkan penurunan profitabilitas
bank. Menyelaraskan standar baru untuk penyisihan kerugian dengan manajemen risiko
perusahaan bank akan memungkinkan bank menerapkan standar ini dan juga menjaga
profitabilitas. Oleh karena itu, tindakan terkoordinasi antar bank, dewan standarisasi, dan
auditor penting untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Kata kunci: IFRS 9, perkiraan kerugian kredit, manajemen risiko perusahaan
Nomor Tim : 01
Nama Tim : Vindere
Anggota : Ilham Firdaus, Widya Tamara, Lulu Nuraini
Judul : Pengaruh Penerapan IFRS 9 terkait Metode ECL dan Dampaknya
terhadap Performa Keuangan Bank serta Risiko Audit yang
Dihasilkan
IFRS 9 yang merupakan pengganti IAS 39 sebagai standar akuntansi yang mengatur tentang
instrumen keungan memiliki dampak tersendiri bagi dunia perbankan khususnya mengenai
masalah ECL (expected credit loss). Perbedaan aturan dalam IAS 39 dan IFRS 9 berdampak
pada tingginya estimasi dalam pengukuran kerugian kredit ekspektasian di masa depan.
Peningkatan pada kerugian kredit ekspektasian ini akan menyebabkan permasalahan pada
performa keuangan karena akan memengaruhi laba bersih dan NPL perbankan (dengan
asumsi cateris paribus). Tingginya tingkat kompleksitas dan kebutuhan akan penilaian
manajemen, adanya intensitas menejemen untuk mempercantik performa keuangan, dan
adanya ketidakpastian estimasi dalam penerapan ECL merupakan faktor penyebab dari
munculnya risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Dalam paper ini akan dibahas
risiko apa saja yang dapat muncul karena adanya penerapa metode ECL dan apa yang dapat
dilakukan oleh auditor dalam mengatasi risiko tersebut. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan metode deskriptif dimana data dan informasi yang digunakan
diperoleh dari penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil dari penelitian ini menjelaskan risiko
inheren, risiko kontrol, dan risiko deteksi yang dihasilkan oleh penerapan ECL dalam menghitung
kerugian kredit serta beberapa pendekatan yang dapat dilakukan auditor dalam menghadapi
risiko-risiko tersebut.
Kata kunci: IFRS 9, Kerugian Kredit Ekspektasian (expected credit loss), Non-Performing Loan
(NPL), Risiko Audit.
Nomor Tim : 07
Nama Tim : Kutu Buku
Anggota : Aulia Natasya Irfani Ampri, Raihan Jolanda Putra, Pratikto Listio
Wibowo
Judul : Poin Kritis dalam Menghadapi Risiko Kredit Industri Perbankan
Era IFRS 9: Perlakuan Auditor terhadap Three-Stage Impairment
Model dan Rumus Expected Credit Loss
Risiko kredit atau gagal bayar merupakan risiko yang melekat terhadap industri perbankan.
Risiko ini memiliki dampak besar pada bank secara keseluruhan karena bank adalah lembaga
intermediasi yang mengalirkan dana masyarakat dari pihak yang memiliki dana (savers) ke
pihak yang membutuhkan dana untuk berbagai kepentingan (borrowers). Implementasi IFRS 9:
Financial Instrument dan PSAK 71 di Indonesia yang forward-looking menyebabkan perbedaan
signifikan dalam penghitungan alokasi expected credit loss dibandingkan dengan IAS 39 dan
PSAK 50 serta 55. Esai ini membahas poin-poin kritis (critical points) yang harus auditor awasi
dalam mengecek asersi manajemen terkait risiko kredit dalam laporan keuangan industri
perbankan di era IFRS 9. Esai menggunakan metode studi literatur dan in-depth interview
dengan berbagai pemangku kepentingan di industri perbankan. Terdapat dua poin penting
yang harus diperhatikan yakni three-stage impairment model dan rumus expected credit loss.
Temuan menunjukan bahwa auditor harus memperhatikan poin kritis dalam penentuan days
past dues, financial condition, dan business prospects dalam three-stage impairment model.
Selain itu, auditor harus mengkaji poin kritis dalam penentuan data dan model dalam Exposure
at Default, Loss Given Default, dan Probability of Default dalam rumus expected credit loss.
Kata kunci: risiko kredit, expected credit loss, auditor, IFRS 9, three-stage impairment model
Nomor Tim : 08
Nama Tim : The Big Three
Anggota : Veda Sunarsa, Tamara Balqis Nasution, Davina Clarice Leksono
Judul : Respon Auditor terhadap Penerapan Expected Credit Losses di
Sektor Perbankan
International Accounting Standard Board (IASB) telah menetapkan IFRS 9 sebagai standar
terbaru yang mengatur tentang instrumen keuangan. IFRS 9 direncanakan akan
diimplementasikan mulai tanggal 1 Januari 2018 di seluruh dunia. Tujuan standar ini adalah
untuk mengatasi krisis keuangan di masa lalu dan untuk melengkapi kekurangan yang ada
pada IAS 39. Perubahan yang ada dalam IFRS 9 terbagi ke dalam 3 poin utama, yaitu terkait
klasifikasi dan pengukuran instrumen keuangan, penurunan nilai aset keuangan, dan akuntansi
lindung nilai. Perubahan ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perusahaan-
perusahaan di dunia khususnya yang berada di sektor perbankan. Salah satu perubahan yang
paling sulit diimplementasikan oleh perbankan adalah terkait penurunan nilai aset keuangan.
Salah satu metode yang diperkenalkan oleh perubahan tersebut adalah Estimated Credit
Losses (ECL). IFRS 9 mewajibkan adanya ECL di laporan keuangan perbankan. Ada beberapa
tantangan utama yang harus dihadapi oleh perbankan terkait penerapan ECL ini, antara lain
terkait pembangunan dan penggunaan sistem kalkulasi ECL, kecukupan dan kualitas data,
keikutsertaan dan koordinasi sumber daya manusia, serta tingkat granularitas. Tantangan
terkait penerapan ECL ini tidak hanya dirasakan oleh perbankan, melainkan juga dirasakan
oleh pihak auditor. Auditor dituntut untuk melakukan audit atas bank. Hasil dari proses audit
yang dilakukan, akan berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup perbankan di masa
mendatang. Auditor harus mampu menguji keakuratan ECL yang telah dikalkulasi oleh bank.
Dan pada akhirnya, auditor harus mampu melakukan perubahan pendekatan yang akan ia
terapkan untuk mengaudit perbankan. Selain itu, ada banyak faktor lain yang dapat diperkuat
oleh auditor dalam menghadapi penerapan ECL ini, salah satunya adalah terkait faktor
independensi. Dan secara keseluruhan, auditor harus memperhatikan beberapa hal penting
lainnya, seperti pandangan terhadap estimasi dan risiko salah saji material dalam estimasi
agar dapat menghasilkan opini audit yang tepat.
Kata kunci: IFRS 9, Expected Credit Losses, tantangan, pendekatan auditor, salah saji
Nomor Tim : 11
Nama Tim : Funtastic 3
Anggota : Eka Islamiati Fitriana, Siti Masyitoh, Hennye Stevany
Judul : Kajian Kritis Transisi Standar Akuntansi IAS 39: Financial
Instrument: Recognition & Measurement Menjadi IFRS 9: Financial
Instrument
Perubahan standar akuntansi dari IAS 39 menjadi IFRS 9 menimbulkan adanya perubahan
dalam perlakuan instrumen keuangan. Perubahan mendasar yang terjadi adalah adanya
perbedaan dalam penurunan nilai aset keuangan yang semula menggunakan incurred loss
method berubah menjadi expected loss method. Perubahan lain terjadi pada akuntansi lindung
nilai yang terbagi menjadi 3 jenis yaitu lindung nilai arus kas, lindung nilai atas nilai wajar, dan
lindung nilai atas investasi bersih atas operasi asing. Penelitian ini secara garis besar membahas
tentang perubahan IAS 39 menjadi IFRS 9 serta dampak yang ditimbulkan dalam sektor
perbankan. Metodologi penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tinjauan
literatur menggunakan beberapa sumber yang mengkaji tentang perubahan IAS 39 menjadi
IFRS 9.
Kata kunci: IAS 39, IFRS 9, Financial Instrument, sektor perbankan, audit