tesis efektifitas penerapan discharge planning …

80
TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING TERHADAP AVERAGE LENGTH OF STAY (AvLOS), HOSPITAL COSTS PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO The Effectivity of Discharge Planning Implementation to Average Length of Stay (AvLOS) and Hospital Cost Patient with Congestive Heart Failure at Inpatient Room of Wahidin Sudirohusodo Hospital OLEH WENY ANGGRAINI ADHISTY P4200214034 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

TESIS

EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING

TERHADAP AVERAGE LENGTH OF STAY (AvLOS),

HOSPITAL COSTS

PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT

DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

The Effectivity of Discharge Planning Implementation to Average Length of

Stay (AvLOS) and Hospital Cost Patient with Congestive Heart Failure at

Inpatient Room of Wahidin Sudirohusodo Hospital

OLEH

WENY ANGGRAINI ADHISTY

P4200214034

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …
Page 3: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

ABSTRAK

WENY ANGGRAINI ADHISTY. Efektifitas Penerapan Discharge Planning

terhadap Average Length of Stay (AvLOS) dan Hospital Cost pada pasien dengan

Congestive Heart Failure di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Wahidin

Sudirohusodo (dibimbing oleh Saldy Yusuf dan Cahyono Kaelan)

Penelitian ini bertujuan mengetahui Efektifitas Penerapan Discharge Planning

terhadap Average Length of Stay (AvLOS) dan Hospital Cost pada pasien dengan

Congestive Heart Failure (CHF). Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah quasy eksperimen post test only non equivalent control

group. Sampel penelitian sebanyak 36 responden yang terdiri dari 18 kelompok

intervensi dan 18 kelompok kontrol. Data dianalisis dengan menggunakan 2

metode, yaitu uji statistik Mann Withney untuk data numerik dan uji Fisher’s

Exact Test untuk data kategorik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat Efektifitas penerapan

discharge planning secara signifikan terhadap AvLOS dan Hospital Cost pada

pasien dengan CHF dengan nilai p < 0.05 dimana nilai Mean AvLOS kelompok

intervensi yakni 4.83 hari jauh lebih singkat daripada Mean AvLOS kelompok

kontrol memanjang hingga 8.28 hari dengan tingkat kemaknaan p= 0.015. Hal ini

juga berimplikasi terhadap Hospital Cost dimana mean kelompok kontrol jauh

lebih besar yakni Rp. 6.798.659,22 sedangkan pada kelompok intervensi sebesar

Rp. 3.291.754 dengan tingkat kemaknaan p= 0.001.

Kata Kunci: Average Length Of Stay (AvLOS), Discharge Planning, Hospital

Cost, Congestive Heart Failure

Page 4: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

ABSTRACT

WENY ANGGRAINI ADHISTY. The Effect of Discharge Planning

Implementation to Average Length of Stay (AvLOS) and Hospital Cost patients

with Congestive Heart Failure at Inpatient Room of Wahidin Sudirohusodo

Hospital (Supervised by Saldy Yusuf and Cahyono Kaelan)

The aim of the research was to determine the effect of Discharge Planning

Implementation to Average Length of Stay (AvLOS) and Hospital Cost patients

with Congestive Heart Failure (CHF). The research used quasy experiment post

test only non equivalent control group design. The sample was 36 respondents

consisting of 18 intervention groups and 18 control groups. Data were analyzed

using two methods, Mann Withney statistical test for numerical data and Fisher's

Exact Test for categorical.

The results showed that there was significant effect of discharge planning

implementation on AvLOS and Hospital Cost patients with CHF with p Value <

0.05 where the mean value of AvLOS group of intervention group 4.83 days was

much shorter than the mean AvLOS control group extending up to 8.28 days with

significance level = 0.015. This also has implications for Hospital Cost where the

mean control group is much larger that is Rp. 6,798,659.22 while in the

intervention group of Rp. 3,291,754 with significance level p = 0.001.

Keywords: Average Length Of Stay (AvlOS), Discharge Planning, Hospital Cost,

Congestive Heart Failure

Page 5: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah Satu indikator mutu pelayanan kesehatan adalah pemberian asuhan

keperawatan termasuk di rumah sakit. Proses asuhan keperawatan itu sendiri

secara berkesinambungan dimulai dari pengkajian sampai evaluasi

perkembangan pasien mencapai hasil akhir yang sudah ditetapkan (Sitorus,

2011). Salah satu aplikasi manajemen keperawatan guna meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan melalui penerapan discharge planning secara

berkesinambungan sejak pasien dirawat pertama kali di ruang rawat inap

sampai pasien rencana pulang (Abdullah, 2015).

Dikutip dalam National Council of Social Service (NCSS) tahun 2006

bahwa perencanaan pulang merupakan suatu lembar pencatatan perencanaan

pulang yang disusun oleh perawat meliputi intervensi keperawatan pasien

yang melibatkan pasien dan keluarga serta lingkungan masyarakat. Dalam

pemberian discharge planning peran perawat sangat berpengaruh dimana

proses pengobatan dan perawatan pasien secara berkesinambungan

membutuhkan tingkat pengetahuan dan keterampilan perawat yang baik

(Rondhianto, 2008).

Pemberian discharge planning yang dimaksud adalah sejak pasien baru

masuk, menjalani perawatan dan persiapan kembali ke rumah, dimana

kemampuan pasien dan keluarga dalam menanggulangi penyakitnya

berpotensi mengurangi length of stay, resiko keparahan (severity) dan resiko

dirawat kembali ke rumah sakit (readmission) dalam rentan waktu 30 hari

Page 6: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

serta mengurangi biaya rumah sakit (Krantz et al., 2006). Hal senada

ditunjukkan pada hasil penelitian Bowers & Cheyne (2016) bahwa pemberian

discharge planning mampu memendekkan lama hari rawat/ length of stay

(LOS) dari 36 jam menjadi 30 jam dan mampu menghemat biaya sebesar

£117. Penelitian lain oleh Baghae, et.al (2016) menunjukkan bahwa melalui

penerapan discharge planning berkesinambungan sejak pasien masuk di

ruang rawat inap hingga persiapan pulang secara signifikan mampu

mengurangi kecemasan pasien dan meningkatkan pengetahuan pasien dan

keluarga terkait kondisi kesehatan pasien dengan masalah jantung sehingga

mampu mempercepat proses perawatan di rumah sakit. Hasil penelitian

Pemila (2011) juga menunjukkan bahwa pemberian discharge planning

mampu memendekkan rata-rata lama hari rawat pasien (AvLOS)

Dengan demikian, secara umum discharge planning mampu menurunkan

AvLOS dan hospital cost, disisi lain pelayanan keperawatan di rumah sakit

telah melakukan pemberian discharge planning, namun dalam penerapannya

hanya bersifat seperti pendokumentasian keperawatan, dimana tidak

dilakukan pengkajian awal sejak pasien baru masuk di ruang rawat inap

sampai persiapan pulang hanya berupa pemberian lembar resume

keperawatan yang berisi tentang jadwal kontrol selanjutnya (bila ada),

intervensi medis dan non medis, serta gizi yang harus dipenuhi sejak pasien

kembali ke rumah.

Pemberian dengan cara tersebut dirasakan sangat tidak efektif sebab

tidak sesuai dengan standar penerapan discharge planning sesungguhnya

serta membuat pasien dan keluarga hanya sekedar tahu dan mengingatkan

Page 7: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

saja (Abdullah, 2015). Hasil penelitian Liliana (2012) menunjukkan

pemberian discharge planning belum sesuai dengan stadar operasional

prosedur yang ada, dimana mayoritas perawat melakukan discharge

planning/perencanaan pulang hanya pada tahapan akhir (Liliana, 2012). Riset

Kesehatan Dasar (RisKesDas) (2013) mengatakan apabila discharge planning

tidak dilakukan secara optimal maka dapat beresiko terhadap beratnya

penyakit (severity), ancaman hidup dan disfungsi fisik.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2014

menunjukkan bahwa di dunia, sebanyak 17 juta orang meninggal setiap tahun

akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Penyakit gagal jantung atau

dikenal dengan Congestive Heart Failure (CHF) tercatat sebagai salah satu

penyakit yang menjadi perhatian dunia, dimana tercatat lebih dari 30% angka

kematian pada tahun 2014 di Negara berkembang akibat penyakit jantung dan

sebanyak 50% penderita CHF pernah menjalani hospitalisasi (WHO, 2015),

dengan kisaran biaya langsung maupun tidak langsung $39,2 juta dimana

biaya perawatan cenderung meningkat pada pasien geriatrik (Wang, 2010).

Di Indonesia, sebanyak 36 juta jiwa atau sebesar 18% dari total penduduk

Indonesia menderita penyakit jantung dan pembuluh darah dan sebagian

besar meninggal secara mendadak dan sebagian kecil meninggal tanpa gejala

penyakit jantung (RisKesDas, 2013).

Hasil perolehan data awal dari pihak rekam medis RS DR. Wahidin

Sudirohusodo bahwa peyakit CHF merupakan 10 penyakit terbanyak di RS

tersebut dengan jumlah penderita yang semakin bertambah setiap tahunnya.

Data awal rekam medis menunjukkan pada tahun 2014 (337 kasus), tahun

Page 8: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

2015 (437 kasus) dan data triwulan pertama tahun 2016 (141 kasus) dengan

AvLOS untuk NYHA I-II (5-6 hari), dan NYHA III-IV (23-24 hari) rawat

inap berarti lebih lama dari masa clinical pathway 9-12 hari (NYHA III-IV).

Sebagai salah satu sampel pasien dengan diagnosa CHF NYHA III telah

dirawat selama 34 hari di kelas 2, klaim asuransi kesehatan pasien CHF

NYHA III Rp. 9.790.300 namun Hospital Cost pasien selama 1 episode

perawatan mencapai Rp. 49. 044.736 sehingga pihak RS harus menanggung

selisih biaya sebesar Rp. 39.254.436 (Rekam Medis RS. DR. Wahidin

Sudirohusodo).

Adapun biaya rawat inap untuk pasien CHF beragam berdasarkan derajat

NYHA dan tarif INA-CBGs (2014) dimana RS DR. Wahidin Sudirohusodo

merupakan RS tipe A pada regional 3 maka besar tarif klaim asuransi

terhadap kasus CHF NYHA I-II kelas 1 (Rp. 7.058.000), kelas 2 (Rp.

6.049.200), dan kelas 3 (Rp. 5.041.500). NYHA III, kelas 1 (Rp. 11.422.100),

kelas 2 (Rp. 9.790.300), kelas 3(Rp. 8.157.800), sedangkan NYHA IV kelas 1

(Rp. 14.108.600), kelas 2 (Rp. 12.094.300), dan kelas 3 (Rp.10.007.600)

(Rekam Medis RS DR. Wahidin Sudirohusodo).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah bahwa

pelaksanaan discharge planning berupa pendokumentasian, tingginya angka

prevalensi AvLOS serta tingginya biaya selisih yang harus dibayar pihak RS

maka sangat perlu dilakukan peningkatan penanganan perawatan pasien

termasuk perbaikan dalam pemberian discharge planning sehingga dapat

menekan angka AvLOS dan hospital costs pada pasien CHF.

Page 9: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Berdasarkan fenomena tersebut diatas, maka peneliti merasa perlu

melakukan penelitian terkait “efektivitas penerapan discharge planning

terhadap Average length of stay (AvLOS), hospital costs pada pasien

dengan congestive heart failure (CHF) di ruang rawat inap rumah sakit

DR. Wahidin Sudirohusodo”

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya efektivitas discharge planning terhadap AvLOS pada

pasien CHF di ruang rawat inap RS DR Wahidin Sudirohusodo

b. Diketahuinya efektivitas discharge planning terhadap hospital costs

pada pasien CHF di ruang rawat inap RS DR Wahidin Sudirohusodo

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu

dasar evidence bagi perawat terhadap pentingnya program discharge

planning pada pasien CHF

2. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar ataupun acuan

bagi penelitian selanjutnya untuk mensintesis ilmu dan teori keperawatan

E. Ruang Lingkup Penelitian

Page 10: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

Ruang lingkup penelitian ini meliputi aspek AvLOS dan hospital cost pada

pasien CHF yang menjalani rawat inap melalui penerapan discharge

planning di ruang rawat inap RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Page 11: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan menguraikan tinjauan umum tentang average length of stay

(AvLOS), hospital costs, efektivitas, discharge planning, dan congestive heart

failure (CHF) serta tinjauan hasil penelitian dan konsep teori.

A. Tinjauan Teori

1. Tinjauan Umum tentang rata-rata lama hari rawat (AvLOS)

a. AvLOS sebagai indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah

sakit

Menurut Wartawan (2012) mengklasifikasikan indikator untuk

menilai efisiensi pengelolaan rumah sakit ke dalam 4 bagian, yaitu:

1) LOS/AvLOS.

AvLOS adalah jumlah rata-rata lama hari rawat yang dibutuhkan

oleh pasien menjalani perawatan terhitung sejak pasien baru masuk

rumah sakit (admisi) hingga pasien kembali ke rumah (discharge)

baik dalam kondisi hidup maupun meninggal. Adapun cara

menghitung AvLos adalah sebagai berikut:

AvLOS = X:Y

X: Jumlah hari perawatan pasien rawat inap (hidup dan meninggal) di

rumah sakit pada suatu periode tertentu

Y: Jumlah pasien rawat inap yang keluar (hidup dan meninggal) di

rumah sakit pada periode tertentu

Page 12: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

Sebelum menghitung nilai AvLOS, terlebih dahulu harus diperoleh

jumlah pasien yang keluar rumah sakit baik hidup ataupun meninggal

dalam periode tertentu melalui catatan setiap hari pasien keluar/masuk

rumah sakit dari masing-masing ruang rawat inap yang mencakup

lama hari rawat inap masing-masing pasien (Depkes RI, 2005). Pada

kasus akut dan kronis akan memerlukan lama hari rawat yang berbeda-

beda, sebagai contoh pada penyakit kronis akan membutuhkan masa

perawatan lebih lama dibandingkan dengan penyakit yang bersifat akut

(Krzysztof, 2011).

2) Turn Over Internal (TOI)

Merupakan lama tempat tidur tidak terisi, hari kosong ini terhitung

antara saat tempat tidur yang ditinggalkan oleh pasien sampai

digunakan kembali oleh pasien berikutnya. Nilai ideal untuk TOI

berkisar antara 1-3 hari

3) Bed Occupancy Rate (BOR)

BOR adalah persentase hunian tempat tidur pada satu waktu

tertentu di unit rawat inap. Standar nilai ideal BOR menurut Barber

Johnson berkisar antara 70%-85%

4) Bed Turn Over (BTO)

BTO adalah pasien rawat inap keluar dengan keadaan hidup dan

meninggal per tempat tidur yang tersedia dalam satu periode

tertentu. Nilai BTO sangat membantu dalam menilai tingkat

penggunaan tempat tidur. Nilai ideal BTO per tahun adalah

minimal 30 pasien dalam kurun waktu setahun yang artinya 1

Page 13: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

tempat tidur hanya dihuni 30 pasien dalam setahun, dengan kata

lain, 1 pasien dirawat maksimal selama 12 hari (ideal AvLOS).

b. Faktor yang mempengaruhi AvLOS

Secara singkat, penelitian Anggraini (2009) menunjukkan

bahwa 5 faktor yang sangat berpengaruh terhadap AvLOS antara lain

jumlah hari perawatan pasien (LOS) sebesar 17,3%, jenis penyakit

yang diderita 9,2%, tarif rumah sakit 6,82%, tingkat pendapatan

masyarakat sebesar 5,89%, serta jumlah pasien keluar sebesar 5,56%,

(Anggraini, 2009).

Sejalan dengan hasil penelitian Wartawan (2012) beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi AvLOS antara lain severity, usia,

jenis operasi, infeksi luka operasi, tenaga medis, hari masuk rumah

sakit, hari pulang dari rumah sakit, jenis penanggung biaya, pekerjaan,

alasan keluar dari RS, serta jenis pemeriksaan penunjang yang

diperoleh pasien selama menjalani perawatan.

2. Tinjauan teori tentang Hospital Cost

a. Defenisi

Biaya merupakan pengorbanan atau pengeluaran yang

dilakukan oleh suatu perusahaan atau peorangan yang bertujuan untuk

memperoleh manfaat lebih dari aktivitas yang dilakukan tersebut

(Raharjaputra, 2009). Defenisi lain terkait biaya dikemukakan oleh

Supriyono (2011) bahwa pengorbanan/pengeluaran yang dilakukan oleh

suatu perusahaan atau individu yang berhubungan langsung dengan

output/produk yang dihasilkan oleh perusahaan/perorangan tersebut.

Page 14: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

Misalnya: bahan baku dan pembantu, biaya tenaga kerja langsung, dan

biaya umum pabrik/biaya rawat inap Rumah Sakit. Dengan kata lain Riil

Cost atau biasa disebut dengan Hospital Cost rumah sakit merupakan

segala bentuk pengorbanan atau pengeluaran yang dikeluarkan oleh

pasien selaku pihak yang terkait langsung dengan proses pelayanan

keperawatan di Rumah Sakit.

b. Rincian Hospital Cost rumah sakit pada pasien CHF

Biaya yang dikeluarkan pasien CHF selama menjalani perawatan di

rumah sakit sangat bervariasi bergantung pada kondisi dan tingkat

kebutuhan pasien. Adapun beberapa rincian Hospital Cost rumah sakit

pasien selama menjalani perawatan 1 episode adalah sebagai berikut:

1) Biaya langsung pasien dengan CHF terdiri dari:

a) Biaya kamar rawat inap merupakan biaya kamar yang digunakan

pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit

b) Biaya jasa medis adalah biaya yang dikeluarkan dalam

memperoleh jasa medis seperti visite dokter, perawat dan

konsultasi medis lainnya

c) Biaya instalasi gizi adalah biaya yang digunakan dalam

pemenuhan nutrisi pasien selama dirawat di rumah sakit

d) Biaya pemeriksaan penunjang/diagnostik merupakan biaya yang

digunakan untuk pemeriksaan penunjang guna membantu dalam

penentuan pengobatan pasien CHF seperti EKG, patologi klinik,

radiologi, parasitologi dan mikrobiologi.

Page 15: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

e) Biaya bahan habis pakai merupakan biaya seluruh bahan yang

dipakai selama pasien menjalani perawatan seperti: kain kasa,

plester, infus set, handskun, spoit, dll

f) Biaya alat kesehatan (alkes) merupakan biaya penggunaan alat

kesehatan tambahan selama menjalani pengobatan

g) Biaya tindakan merupakan biaya untuk memperoleh tindakan

ahli medis ketika pasien berada di unit gawat darurat (UGD)

h) Biaya obat adalah biaya obat yang diterima pasien selama

menjalani perawatan yang terdiri dari biaya obat gagal jantung

kongestif (ACE inhibitor, Angiotensin Receptor Blockers,

antagonis aldosteron dan Beta Blocker) dan biaya obat non gagal

jantung kongestif (oksigen, cairan infus, dll)

2) Biaya tidak langsung pasien CHF terdiri dari biaya administrasi dan

biaya ambulans (apabila pasien menggunakan ambulans).

d. Faktor yang mempengaruhi Hospital Cost rumah sakit

Berdasarkan hasil penelitian Putra (2013) bahwa faktor yang

mempengaruhi tingginya Hospital Cost rumah sakit antara lain

pengobatan, tingkat keparahan (severity) serta lama hari rawat inap.

Sejalan dengan Wijayanti & Sugiarsi (2014) bahwa hal-hal yang

melatarbelakangi selisih Hospital Cost antara lain sebagai berikut:

a) Perbedaan standar Hospital Cost dengan tarif INA-CBG’s

Sebagian besar Hospital Cost di tiap rumah sakit dihitung per rincian

jenis pelayanan sedangkan tarif INA-CBG’s dihitung berdasarkan

penggabungan kode diagnosa ke dalam kode CBG dimana masing-

Page 16: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

masing diagnose telah memiliki standar tarif yang telah ditentukan

oleh pemerintah pusat

b) LOS/AvLOS

Lama hari rawat juga diidentifikasi dapat menyebabkan selisih

tarif riil dan tarif paket INA-CBG’s dimana perhitungan lama hari

rawat pada tarif riil dihitung per hari sehingga semakin lama pasien

dirawat maka semakin besar biaya yang dikeluarkan oleh pasien,

sedangkan pada tarif INA CBG’s standar lama hari rawat sudah

ditentukan berdasarkan kode diagnosa sehingga panjang atau

pendeknya lama rawat tidak berpengaruh terhadap biaya. Menurut

Sudra (2009), apabila dipandang dari aspek medis, lama hari rawat

menunjukkan mutu/ kualitas kinerja medis dan dari aspek ekonomi,

semakin panjang lama hari rawat maka semakin besar pula biaya yang

harus dikeluarkan oleh pihak pasien

c) Software

Perhitungan tarif pada INA-CBG’s menggunakan alat bantu berupa

software yang ditentukan sehingga tarif telah sesuai dengan database

sedangkan pada perhitungan tarif riil belum menggunakan alat bantu

software secara efektif sehingga dapat memungkinkan terjadinya

human error.

d) Ketepatan kode diagnosis

Ketepatan pengkodean diagnosis dapat mempengaruhi ketepatan tarif

pada software INA-CBG’s. penentuan tarif berdasarkan diagnosa dan

penentuan diagnosa primer atau sekunder sesuai dengan derajat

Page 17: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

keparahan (severity level) yang tepat pula. Apabila penentuan diagnosa

tidak tepat sesuai biasa disebut dengan upcoding yang semakin

memperbesar selisih/nilai hospital cost.

e) Clinical pathway

Clinical pathway sangat berperan dalam proses pemberian pelayanan

kesehatan di rumah sakit agar tidak terjadi proses perawatan beragam

untuk kasus/penyakit yang sama misalnya pada acuan lama hari rawat

pasien yang berbeda-beda dengan diagnosa yang sama bergantung

pada dokter yang menangani.

e. Tarif Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berdasarkan

Indonesian-Cased Based Groups (INA-CBG’s)

Permenkes No 59 mengklasifikasikan biaya dalam 3 jenis yakni

tarif kapitasi, tarif non kapitasi, serta tarif Indonesian-Cased Based

Groups (INA-CBG’s). Tarif INA-CBG’s adalah besaran pembayaran

klaim BPJS kesehatan yang dibayarkan kepada fasilitas kesehatan

rujukan lanjutan (FKTL) dalam hal ini adalah rumah sakit (Permenkes

No. 59 Pasal 1). Sistem pembiayaan yang digunakan oleh pemerintah saat

ini adalah sistem pembiayaan INA-CBG’s yang bertujuan menjadi

kendali biaya kesehatan dan mutu dalam memperoleh keuntungan (moral

hazard) baik oleh pemberi layanan kesehatan maupun pengguna layanan

kesehatan (Putra, 2013).

Adapun daftar tarif INA-CBG’s khusus pasien CHF berdasarkan

Permenkes No. 59 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Page 18: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

Tabel 2.1. Tarif INA-CBG’s 2014

Regional 3

No Kode Deskripsi kode INA-CBG’s Tarif kelas 3 Tarif kelas 2 Tarif kelas 1

Rumah Sakit kelas A

1 I-4-12-I Kegagalan jantung ringan 5,041,500 6,049,200 7,058,000

2 I-4-12-II Kegagalan jantung sedang 8,157,800 9,790,300 11,422,100

3 I-4-12-III Kegagalan jantung berat 10,007,600 12,094,300 14,108,600

3. Tinjauan teori tentang Efektivitas

a. Defenisi

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang

berarti berhasil dengan baik (Kamus Bahasa Indonesia). Kurniawan

(2015) mendefinisikan efektivitas adalah kemampuan melaksanakan

tugas dan fungsi yang tidak memiliki tekanan dalam proses

pelaksanaannya. Hidayat (2011) mengemukakan efektivitas sebagai

suatu ukuran seberapa jauh target baik secara kualitas, kuantitas dan

waktu yang telah tercapai. Efektivitas atau biasa juga disebut efektif

merupakan unsur pokok dalam mencapai suatu tujuan atau sasaran yang

telah ditentukan (Hidayat, 2011).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas mengenai efektivitas

maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan suatu ukuran yang

menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas dan waktu) yang

telah dicapai oleh manajemen dimana target sebelumnya telah

ditentukan, dimana semakin besar persentase target tercapai maka

semakin tinggi pula tingkat efektivitasnya.

Page 19: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

b. Pendekatan dalam menilai efektivitas

Muhidin (2009) mengemukakan terdapat beberapa pendekatan evaluasi

dalam mengukur keberhasilan suatu program, antara lain dijelaskan

sebagai berikut:

1) Pendekatan eksperimental (experimental approach), berasal dari

kontrol eksperimen yang dilakukan dalam penelitian akademik

dimana bertujuan memperoleh kesimpulan yang bersifat umum

tentang dampak suatu program tertentu dengan mengontrol faktor

dan mengisolasi pengaruh program

2) Pendekatan berorientasi terhadap tujuan (Goal oriented approach),

dalam pendekatan ini menggunakan tujuan sebagai kriteria

menentukan keberhasilan dimana memiliki desain pengembangan

program yang mudah dan praktis. Pendekatan ini memberikan

penjelasan terkait hubungan kegiatan khusus yang ditawarkan

dengan hasil yang akan dicapai

3) Pendekatan yang berfokus pada keputusan (The decision focused

approach), pendekatan ini menekankan peranan informasi yang

sistematik untuk pengelola program dalam menjalankan tugas,

dimana dalam pendekatan ini, informasi sangat berguna membantu

pengelola program membuat suatu putusan sehingga evaluasi harus

direncanakan sesuai dengan kebutuhan program tersebut

4) Pendekatan yang berorientasi pada pemakai (The user oriented

approach), pendekatan ini berfokus pada masalah utilisasi evaluasi

dengan penekanan pada perluasan pemakaian informasi. Dalam

Page 20: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

pendekatan ini mementingkan teknik analisa data atau penjelasan

tentang tujuan evaluasi, namun usaha pemakai dan cara pemakaian

informasi jauh lebih penting.

5) Pendekatan yang responsive (The responsive approach), pada

pendekatan ini menekankan bahwa evaluasi yang berarti adalah

evaluasi yang mencari pengertian suatu isu dari berbagai sudut

pandang seluruh pihak yang terlibat dan berkepentingan terhadap

program.

c. Ukuran efektivitas

Siagian (1978) dalam Soekanto (2010) mengatakan bahwa tingkat

efektivitas dapat diukur dengan membandingkan rencana yang telah

ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Adapun criteria

pencapaian efektif atau tidak dijabarkan sebagai berikut:

1) Kejelasan tujuan yang akan dicapai agar dalam pelaksanaan tugas

staf lebih terarah sehingga memudahkan untuk mencapai tujuan dan

keberhasilan

2) Kejelasan strategi pencapaian tujuan. Strategi merupakan “trik atau

jalan” yang diikuti dalam melakukan upaya mencapai tujuan yang

telah ditargetkan agar staf tidak tersesat dalam mencapai tujuan

organisasi

3) Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan

dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan

artinya kebijakan harus mampu menjembatani tujuan dengan usaha

pelaksanaan kegiatan operasional

Page 21: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

4) Perencanaan yang matang. Suatu perencanaan yang matang akan

meningkatkan kemungkinan keberhasilan pencapaian tujuan karena

disusun dan dipikirkan sejak dini dengan menimbang strategi tebaik

yang akan digunakan

5) Penyusunan program yang tepat. Suatu perencanaan yang baik masih

perlu dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat

agar para pelaksana memiliki pedoman bertindak dan bekerja dengan

tepat

6) Tersedianya sarana dan prasarana. Salah satu indikator efektivitas

organisasi adalah kemampuan bekerja secara produktif yang

disediakan oleh organisasi bersangkutan

7) Pelaksanaan efektif dan efisien. Suatu program sebaiknya

dilaksanakan secara efektif dan efisien agar semakin mendekatkan

kepada keberhasilan pencapaian tujuan

d. Masalah pengukuran efektivitas

Terdapat beberapa masalah yang dikemukakan oleh Muhidin (2009)

terkait pengukuran atau penilaian efektivitas sebagai berikut:

1) Masalah kesahihan penyusunan

Bahwa susunan yang dimaksud adalah suatu hipotesis yang abstrak

mengenai hubungan antara beberapa variabel yang saling

berhubungan dimana dinyatakan bahwa variabel-variabel tersebut

bersama-sama membentuk suatu keseluruhan yang utuh

Page 22: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

2) Masalah stabilitas kriteria

Bahwa terdapat beragam kriteria evaluasi yang digunakan dapat

membuat suatu pengukuran efektivitas yang tidak stabil setelah

beberapa waktu.

3) Masalah perspektif waktu

Bahwa masalah yang dimaksud adalah masalah dalam mempelajari

cara terbaik menciptakan keseimbangan antara kepentingan jangka

pendek dan kepentingan jangka panjang

4) Masalah kriteria ganda

Keuntungan utama dari rancangan multivariasi dalam evaluasi

efektivitas adalah bersifat komprehensif, memadukan beberapa

faktor kedalam suatu kerangka.

5) Masalah ketelitian pengukuran

Dalam hal ini, peneliti harus mengenali criteria yang dapat diukur

dengan kesalahan minimum atau berusaha mengendalikan pengaruh

variabel yang menyesatkan dalam proses analisis

6) Masalah kemungkinan generalisasi

Pada saat memilih kriteria, seseorang harus memperhatikan tingkat

konsistensinya dengan tujuan dan maksud organisasi yang sedang

dipelajari

7) Masalah relevansi teoritis

Tujuan utama dari setiap ilmu adalah merumuskan teori dan model

secara tepat. Dari sudut pandang a teoritis, pertanyaan yang diajukan

Page 23: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

harus bersifat logis, karena pertanyaan yang logis memiliki nilai

teoritis yang tinggi.

4. Tinjauan teori tentang discharge planning

Perencanaan pulang atau biasa juga disebut dengan discharge

planning, merupakan rangkaian tindakan keperawatan yang dibutuhkan oleh

pasien dimanapun pasien tersebut berada. Berikut ini beberapa pendapat

terkait pengertian, tujuan, manfaat serta prinsip-prinsip dalam pelaksanaan

discharge planning/perencanaan pulang:

a. Pengertian

Discharge planning adalah suatu rangkaian kegiatan yang

menghubungkan antara rumah sakit, pelayanan berbasis masyarakat, serta

organisasi non pemerintah (Departemen Kesehatan, 2005). National

Council of Social service (2009) bahwa sebuah discharge planning

merupakan tujuan akhir dari suatu rencana perawatan dengan

memberdayakan pasien dalam memanfaatkan dukungan sumber daya

dalam keluarga maupun masyarakat. Rofi’I (2011) berpendapat discharge

planning merupakan rangkaian perawatan sistematis diberikan sejak

pasien baru masuk kemudian selama dirawat hingga pasien dalam

persiapan pemulangan.

Pada dasarnya discharge planning merupakan program

pemberian informasi atau pendidikan kesehatan kepada pasien terkait

nutrisi, aktivitas/latihan, obat-obatan, serta tanda dan gejala penyakit

pasien agar pasien dan keluarga mengetahui manajemen perawatan pasien

setelah kembali ke rumah serta batasan dan implikasi kesehatan secara

Page 24: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

dinamis terdiri dari penilaian, persiapan, serta koordinasi dengan tujuan

memudahkan pengawasan pelayanan kesehatan dan sosial sebelum

maupun setelah kembali ke rumah (Nursalam, 2014). Dengan demikian,

dapat disimpulkan discharge planning merupakan suatu tindakan secara

berkesinambungan diberikan sejak pasien masuk hingga persiapan pulang

mencakup pengkajian keperawatan berkelanjutan sesuai dengan

kebutuhan pasien

b. Tujuan Discharge planning

World Health Organization (WHO) (2005) merumuskan tujuan

dari pelaksanaan discharge planning adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga terkait kondisi

kesehatan pasien serta hal-hal tertentu yang menjadi keterbatasan

pasien selama berada di rumah

2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memodifikasi kondisi

lingkungan rumah agar dapat memandirikan pasien

3) Memastikan bahwa perawatan selanjutnya yang akan diperoleh

pasien selama berada di rumah sudah tepat

Menurut Nursalam (2014) tujuan discharge planning adalah

sebagai berikut:

1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial

2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga

3) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien

4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain

Page 25: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan

keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan

status kesehatan pasien

6) Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan

masyarakat

c. Manfaat Discharge planning

Nursalam (2011) menjabarkan manfaat dari discharge planning adalah

sebagai berikut:

1) Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapatkan informasi

terkait kesehatannya selama berada di rumah sakit, sehingga dapat

berguna bila telah kembali ke rumah

2) Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin

kontinuitas keperawatan pasien

3) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada

penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau

kebutuhan keperawatan baru

4) Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan

keperawatan di rumah.

Wulandari (2011) mengatakan bahwa manfaat dari pemberian discharge

planning secara terstruktur sejak pasien masuk di ruang perawatan

sampai rencana pemulangan adalah sebagai berikut:

1) Mengurangi pelayanan yang tidak terencana

2) Mengantisipasi terjadinya kegawatdaruratan selama berada di rumah

3) Mengurangi LOS/AvLos

Page 26: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

4) Meningkatkan kepuasan pasien

5) Menghemat biaya perawatan

6) Hasil kesehatan optimal dapat tercapai

d. Prinsip-prinsip pelaksanaan discharge planning

Didalam proses pelaksanaannya, discharge planning memiliki beberapa

prinsip yang dijelaskan oleh Nursalam (2014) sebagai berikut:

1) Pelaksanaan discharge planning berfokus kepada pasien seperti nilai

keinginan dan kebutuhan pasien harus dikaji secara berkala

2) Mengidentifikasi kebutuhan pasien. Kebutuhan yang dimaksud

adalah segala kebutuhan terkait dengan masalah yang kemungkinan

akan timbul pada saat pasien berada di rumah/pulang, sehingga dapat

diidentifikasi sejak dini.

3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif yang melibatkan

multidisiplin dalam setiap tim.

4) Perencanaan pulang dilaksanakan pada setiap tatanan pelayanan

kesehatan dimana setiap pasien masuk, maka perencanaan pulang

harus dilakukan.

Selain prinsip tersebut diatas, Depkes RI (2008) mengemukakan prinsip

yang harus diperhatikan oleh seorang perawat dalam pembuatan discharge

planning adalah sebagai berikut:

1) Dibuat pada saat pasien masuk

Pelaksanaan pengkajian pada saat pasien masuk akan memudahkan

proses mengidentifikasi kebutuhan pasien. Perencanaan pemulangan

Page 27: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

pasien sejak awal dapat berpengaruh terhadap LOS dan biaya

perawatan

2) Berfokus pada kebutuhan pasien

Kebutuhan pasien yang dimaksud adalah kebutuhan pasien dan

keluarga secara komprehensif

3) Melibatkan berbagai pihak yang terkait

Dalam penyusunan perencanaan keperawatan, pasien dan keluarga

turut serta terlibat agar sumber pelayanan kesehatan dapat

dimanfaatkan secara optimal setelah pasien dipulangkan

4) Dokumentasi pelaksanaan discharge planning

Pelaksanaan discharge planning harus didokumentasikan dan

dikomunikasikan kepada pasien dan keluarga minima 24 jam sebelum

pasien dipindahkan

e. Pemberi Layanan discharge planning

Proses penerapan discharge planning harus dilakukan secara

komprehensif melibatkan multidisiplin ilmu dalam pemberian pelayanan

kesehatan kepada pasien (Perry & Potter, 2006). Seorang petugas rumah

sakit sebagai koordinator discharge planning dalam tim discharge

planner mempersiapkan proses persiapan pulang, menyiapkan

pendidikan kesehatan serta merencanakan dan mengimplementasikan

perencanaan pulang tersebut. Adapun peran seorang perawat dalam tim

discharge planner memegang peranan penting dimana perawat selama

1x24 jam berada bersama pasien sejak pasien menjalani perawatan di

rumah sakit (Discharge Planning Association, 2008)

Page 28: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

f. Komponen discharge planning

Discharge Planning Association (2008) mengatakan bahwa unsur-unsur

yang harus ada dalam format discharge planning terdiri atas:

1) Pengobatan di rumah mencakup resep baru, pengobatan yang sangat

dibutuhkan serta pengobatan yang dihentikan

2) Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi serta efek

samping secara umum

3) Hasil tes laboratorium yang dianjurkan serta pemeriksaan penunjang

lain yang mendukung

4) Pola hidup mencakup aktivitas, latihan, diet yang dianjurkan dan

pembatasannya

5) Petunjuk perawatan diri

6) Waktu serta bagaimana perawatan selanjutnya setelah dipulangkan,

waktu kontrol selanjutnya dengan nama, tanggal dan lokasi yang jelas

7) Kontak yang dapat dihubungi ketika keadaan darurat

g. Jenis-jenis discharge planning

Nursalam (2014) mengklasifikasikan jenis pemulangan sebagai berikut:

1) Conditioning discharge (pulang sementara), keadaan ini dilakukan

apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi. Pasien

sementara dirawat di rumah namun tetap memperoleh pengawasan

dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.

2) Absolute discharge (pulang mutlak/selamanya), cara ini merupakan

akhir dari perawatan pasien, namun apabila perlu dirawat kembali

maka prosedur keperawatan dapat dilakukan kembali.

Page 29: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

3) Judicial discharge (pulang paksa), pasien diperbolehkan pulang

walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang,

tetapi pasien tetap dipantau dengan melakukan kerjasama dengan

pihak puskesmas terdekat.

h. Proses pelaksanaan discharge planning

Potter dan Perry (2006) membagi pelaksanaan discharge planning

kedalam tiga fase yaitu fase akut, transisional dan pelayanan

berkelanjutan. Pada fase akut, perhatian dititik beratkan pada usaha

discharge planning, fase transisional, pasien sudah dipersiapkan untuk

pulang dan kebutuhan pelayanan akut masih terlihat namun tingkat

urgency telah berkurang, sedangkan pada fase pelayanan berkelanjutan,

pasien ikut berpartisipasi dalam menyusun rencana pemulangan serta

pelaksanaan perawatan berkelanjutan setelah berada di rumah. Selain itu,

Potter dan Perry (2006) merumuskan pelaksanaan perencanaan pulang

yang terdiri dari proses pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi

dan evaluasi keperawatan dijelaskan sebagai berikut:

1) Pengkajian

a) Proses pengkajian dimulai sejak pasien masuk, dimana dalam

mengkaji kebutuhan pemulangan menggunakan riwayat

keperawatan yang terdiri dari kesehatan fisik pasien, status

fungsional, sistem pendukung sosial, sumber finansial, latar

belakang budaya, serta tingkat pendidikan yang dilakukan

secara terus menerus

Page 30: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

b) Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga dalam penggunaan

alat medis di rumah serta hal-hal yang berpotensi mengganggu

kesehatan dan dapat menimbulkan komplikasi.

c) Mengkaji metode pembelajaran serta media yang diminati oleh

pasien dan keluarga sehingga memudahkan dalam memahami

informasi yang diberikan

d) Faktor lingkungan. Bersama pasien dan keluarga

mengidentifikasi faktor penghambat proses pelaksanaan

keperawatan di rumah seperti luas kamar, fasilitas kamar mandi,

fasilitas pendukung motorik, dsb

2) Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul setelah pemulangan

pasien bergantung kepada kondisi masing-masing individu yang

kemudian dikembangkan guna mengetahui kondisi klien serta

perawatan dirumah tepat sasaran. Dikutip dalam Carpenito (2009)

standar perawatan lazimnya mengacu kepada resiko ketidakefektifan

manajemen regimen terapeutik dan resiko kelemahan pemeliharaan

di rumah.

3) Perencanaan

Potter & Perry (2006) menjelaskan bahwa proses

perencanaan dalam discharge planning berpusat pada kondisi pasien

serta penetapan kriteria hasil dilakukan sebagai pedoman dalam

mencapai tujuan perawatan. Adapun proses perencanaan pulang

terdiri dari:

Page 31: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

a) Daftar kebutuhan pasien selama berada di lingkungan

masyarakat

b) Melibatkan stakeholder yang berperan dalam proses

pemulangan pasien

c) Mengidentifikasi fasilitas pendukung perawatan pasien selama

berada di masyarakat

d) Mengimplementasikan perencanaan pemulangan yang dapat

dicapai

Apabila seluruh prosedur perencanaan telah lengkap, maka

hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut:

a) Pasien atau keluarga pasien (sebagai care giver) mampu

menjelaskan bagaimana keberlangsungan pelayanan kesehatan

setelah pasien berada di rumah, terapi pengobatan yang harus

diperoleh pasien setelah berada di rumah.

b) Pasien dan keluarga mampu mendemonstrasikan aktivitas

perawatan diri (atau anggota keluarga mampu melakukan aturan

perawatan)

c) Rintangan terhadap ambulasi dan pergerakan pasien diubah

sesuai kebutuhan dan tingkat keterbatasan pasien serta

mengidentifikasi hal-hal yang beresiko membahayakan kondisi

kesehatan pasien.

4) Implementasi

Proses implementasi dalam discharge planning dibagi menjadi 2

bagian yang terdiri dari: penatalaksanaan sebelum hari pemulangan,

Page 32: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

dan penatalaksanaan pada hari pemulangan yang dijelaskan sebagai

berikut:

a) Persiapan sebelum hari pemulangan

Pada tahap ini, pasien dan keluarga dipersiapkan dalam

memperoleh informasi terkait sumber pelayanan setelah kembali

ke masyarakat, memberikan health education tentang tanda

dan gejala, komplikasi, kepatuhan pengobatan, diet, dan

komunikasi dengan pihak RS terkait kepatuhan melaksanakan

discharge planning.

Selain hal tersebut diatas, pada tahap ini pasien dan

keluarga dipersiapkan dalam mengidentifikasi hambatan untuk

belajar serta kemauan untuk belajar, mengadakan sesi

pengajaran dengan pasien dan keluarga menggunakan leaflet,

buku-buku, atau rekaman video. Apabila aktivitas diatas dapat

dilakukan sebelum hari pemulangan, maka proses perencanaan

akan berjalan dengan efektif.

b) Persiapan setelah hari pemulangan

Setelah melakukan persiapan sebelum proses pemulangan,

maka pada saat hari pemulangan aktivitas yang dilakukan

adalah memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga

mengajukan pertanyaan terkait kondisi kesehatan pasien, isu-isu

terkait perawatan di rumah, serta mendemonstrasikan

kemampuan keluarga sebagai care giver dalam merawat pasien

di rumah. Pada tahap ini juga dilakukan pemeriksaan terhadap

Page 33: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

instruksi pemulangan dokter, resep pengobatan sesuai instruksi

dokter, kebutuhan alat-alat medis baik selama perjalanan

maupun setelah berada di rumah, persiapan transportasi,

mengatur jadwal pertemuan follow up dengan dokter, serta tetap

menjaga privasi pasien selama berada di perjalanan.

5) Evaluasi

Pada tahap ini, pasien dan keluarga diberi kesempatan untuk

menjelaskan kembali tentang penyakit, pengobatan, diet, tanda dan

gejala yang harus dilaporkan ke pihak RS (dokter/perawat),

mendemostrasikan setiap pengobatan yamg dilakukan di rumah,

serta perawat yang bertugas melakukan home care/care giver agar

mengidentifikasi segala faktor yang berpotensi dapat menghambat

keberlangsungan dari proses perawatan dan pengobatan pasien

selama berada di rumah.

i. Elemen discharge planning

1) Perencanaan pulang harus dimulai sejak pasien baru masuk di

rumah sakit

2) Pengkajian menggunakan instrumen pengkajian pemulangan

khusus

3) Memilih perencanaan pulang yang paling sesuai dengan pasien

j. Penerima discharge planning

Berdasarkan DPA (2008) mengatakan bahwa semua pasien yang

dihospitalisasi memerlukan discharge planning, namun terdapat

beberapa kondisi yang menyebabkan pasien beresiko tidak dapat

Page 34: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan berkelanjutan setelah pasien

pulang contohnya pasien dengan penyakit terminal atau dengan

kecacatan permanen.

k. Cara mengukur discharge planning

Sebuah discharge planning dikatakan baik apabila pasien

dipersiapkan untuk pulang, dan sebelum pulang pasien memperoleh

informasi serta penjelasan yang penting terkait kondisi/pengobatan serta

perawatannya di rumah (The Royal Marsden Hospital, 2004).

Discharge planning yang berhasil adalah suatu proses yang

terpusat dan terkordinir dari berbagai disiplin ilmu yang menyatakan

bahwa pasien memiliki suatu rencana untuk memperoleh perawatan yang

berkelanjutan setelah meninggalkan rumah sakit. Indicator keberhasilan

discharge planning dapat dilihat dari:

1) Pasien dan keluarga mampu memahami diagnose, antisipasi tingkat

fungsi, obat-obatan serta tindakan pengobatan untuk kepulangan,

antisipasi tindakan keperawatan lanjutan serta respon pada saat

kondisi gawat darurat

2) Pendidikan mendalam (deep learning) diberikan kepada pasien dan

keluarga demi memastikan perawatan yang tepat setelah pasien

dipulangkan ke rumah

3) Berkoordinasi dengan sistem pelayanan pendukung

Page 35: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

l. Faktor yang mempengaruhi discharge planning

Melalui suatu penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Poglitsch, Emery

& Darragh (2011) tentang faktor-faktor yang menentukan proses

perencanaan pulang terdiri dari 6 faktor yang dijelaskan sebagai berikut:

1) Karakteristik perawat

Adapun karakteristik perawat dalam hal ini terdiri dari umur, jenis

kelamin, jenjang pendidikan, masa kerja serta status pernikahan

mampu mempengaruhi proses penerapan discharge planning di rumah

sakit.

2) Umur

Umur merupakan faktor penentu dalam kinerja seseorang, dimana

semakin bertambahnya umur diyakini dapat menurunkan kemampuan

kerja karyawan/staff, dan sebaliknya pada umur tertentu, produktivitas

seseorang dapat meningkat.

3) Jenis Kelamin

Robbins (2006) mengatakan bahwa penelitian-penelitian dalam bidang

ilmu psikologi menunjukkan hasil bahwa pria lebih cenderung

memiliki harapan besar dalam keberhasilan dibandingkan wanita

walaupun perbedaan tersebut tidak signifikan, namun wanita lebih

cenderung dapat mematuhi wewenang daripada pria.

4) Jenjang pendidikan

Hasil penelitian Riyanti (2015), berpendapat semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin besar pula keinginannya untuk

mengaplikasikan ilmu yang mereka miliki.

Page 36: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

5) Masa kerja

Masa kerja seseorang juga berpengaruh terhadap pelaksanaan

discharge planning dimana hanya seseorang dengan pengalaman kerja

yang sudah cukup dapat berperan sebagai discharge planner. Dimana

pendapat lain oleh Robbins (2006) mengatakan bahwa masa atau

pengalaman kerja dapat menjadi dasar perkiraan yang baik terhadap

produktivitas kinerja seorang karyawan.

6) Status pernikahan

Seorang karyawan dengan status pernikahan akan berbeda cara

memaknai suatu pekerjaan dibandingkan dengan karyawan yang

belum menikah, dimana seseorang dengan keluarga akan jauh

bertanggung jawab terhadap pekerjaan karena merasa telah memiliki

beban hidup yang lebih dalam hal ini adalah keluarga.

7) Personil perencanaan pulang

Orang-orang yang berkontribusi dalam proses penerapan discharge

planning memiliki peranan dan pengaruh sangat penting. Faktor

personil discharge planning terdiri dari perawat, dokter, petugas

kesehatan di masyarakat, petugas gizi, pasien itu sendiri, beserta

keluarga pasien (Poglits, Emery & Darragh, 2011).

8) Komunikasi

Komunikasi yang dimaksud adalah sejauh mana petugas kesehatan

memberikan informasi terkait kesehatan pasien serta informasi tersebut

dapat dimengerti oleh pasien dan keluarga. Tugas seorang perawat

sebagai discharge planner adalah menjelaskan tujuan, manfaat dan

Page 37: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

proses perencanaan perawatan kepada pasien dan keluarga yang akan

merawat di rumah. Informasi diberikan kepada pasien dan keluarga

harus dengan cara dan tingkat kecepatan komunikasi yang sesuai

dengan kondisi mereka.

9) Waktu

Proses penerapan discharge planning membutuhkan waktu yang cukup

agar berjalan optimal. Berdasarkan Pengalaman Implementasi

discharge planning menggunakan The Agency for Healthcare

Research and Quality (AHRQ) strategy_4 tools IDEAL discharge

planning bahwa penerapan yang optimal dilakukan sebanyak 4 kali

tatap muka melibatkan pasien dan keluarga yang akan merawat pasien

setelah kembali ke rumah (AHRQ Tools Ideal Discharge Planning)

10) Perjanjian dan konsensus

Hasil panelitian Astuty dan Risqi (2015) menunjukkan hasil bahwa

salah satu faktor penyebab perencanaan pulang tidak dilakukan secara

optimal diakibatkan oleh beban kerja perawat yang cukup banyak

sehingga perawat sebagai pemberi discharge planning tidak mampu

melaksanakan, perawat hanya melakukan poin penting pada tiap

subvariabel discharge planning.

m. Alur pelaksanaan discharge planning

Dalam melakukan suatu discharge planning dibutuhkan alur yang

jelas agar proses pelaksanaannya dapat berjalan secara terus menerus

sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku guna mencapai

hasil pelayanan keperawatan yang optimal bagi pasien selama menjalani

Page 38: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

perawatan. Berdasarkan Nursalam (2014), alur penerapan discharge

planning digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Nursalam (2014)

5. Tinjauan teori tentang congestive heart failure (CHF)

a. Pengertian

Dikutip dalam Muttaqin (2009) congestive heart failure (CHF)

merupakan suatu kondisi patologis jantung mengalami ketidakmampuan

memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

Perencanaan Pulang

Dokter dan tim

kesehatan lainnya

Penentuan keadaan pasien

1. Klinis dan pemeriksaan

penunjang lainnya

2. Tingkat ketergantungan

pasien

Ners PP dibantu

PA

Program HE:

1. Kontrol dan obat

2. Nutrisi

3. Aktivitas dan istirahat

4. Perawatan diri

Lain-lain Penyelesaian

Administrasi

Monitor (sebagai program

service safety) oleh keluarga

dan petugas

Page 39: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

oksigen dalam jaringan. Brown, Diane & Edwards (2005) berpendapat

CHF adalah keadaan dimana jantung mengalami gangguan yang

mengakibatkan ketidakmampuan jantung memompa darah keluar ke

jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh baik pada saat

beristirahat maupun sedang beraktivitas. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan CHF merupakan suatu kondisi jantung yang kehilangan

kemampuan dalam memompa darah ke seluruh tubuh demi memenuhi

kebutuhan suplai oksigen ke jaringan.

b. Etiologi

Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab CHF sebagai faktor

resiko diantaranya adalah hipertensi, diabetes mellitus, kehamilan,

anemia, gangguan pada paru, gangguan hormon tyroid, faktor usia, dan

pola hidup (Udjianti, 2010). Adapun pendapat lain menurut Kasron

(2012) terkait penyebab CHF sebagai berikut:

1) Kelainan otot jantung

Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung

yang disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang

mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis

koroner, hipertensi arterial, dan penyakit degeratif atau inflamasi

2) Aterosklerosis koroner

Menyebabkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran

darah ke otot jantung yang disertai hipoksia dan asidosis

3) Hipertensi sistemik atau pulmonal

Page 40: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

Meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya

mengakibatkan hipertropi serabut otot jantung

4) Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif

Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara

langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas

menurun.

5) Penyakit jantung lainnya

Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang

sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung.

Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang

masuk ke jantung, ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah,

serta peningkatan mendadak after load

6) Faktor sistemik

Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan

beratnya gagal ginjal. Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia dan

anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi

kebutuhan oksigen sistemik.

c. Klasifikasi

Dikutip dalam The American Health Association (AHA, 2011)

bahwa penyakit congestive heart failure (CHF) merupakan suatu keadaan

yang timbul secara progresif dan perlahan menjadi lebih berat bahkan

semakin memburuk. Adapun stage CHF menurut AHA (2011) adalah:

1) Stage A (beresiko): pasien dengan kondisi medis yang dapat

menyebabkan gagal jantung (DM, hipertensi, obesitas,dll)

Page 41: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

2) Stage B (penyakit jantung): pasien yang didiagnosis dengan penyakit

jantung (serangan jantung, penyakit katup)

3) Stage C (gejala): pasien dengan penyakit jantung dan beberapa

keterbatasan aktivitas fisik karena sesak napas/kelelahan

4) Stage D (berat): stadium akhir gagal jantung dan butuh perawatan di

rumah sakit

Klasifikasi CHF menurut Herdman (2012) membagi kriteria CHF

berdasarkan akut-kronik, gagal jantung kanan-kiri, serta gagal jantung

sistolik dan diastolik yang dijelaskan sebagai berikut:

1) Gagal jantung akut-kronik

a) Gagal jantung akut terjadi secara tiba-tiba, ditandai dengan

penurunan cardiac output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan

yang mengakibatkan edema paru dan perfusi jaringan.

b) Gagal jantung kronik ditandai dengan penyakit jantung

iskemik, penyakit paru kronik. Selain itu juga dapat terjadi

retensi air dan sodium pada ventrikel sehingga menyebabkan

hipervolemia yang mengakibatkan ventrikel dilatasi dan

hipertropi.

2) Gagal jantung kanan-kiri

a) Gagal jantung kiri

Terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa darah secara

adekuat sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi

dan kelainan pada katub aorta/mitral

b) Gagal jantung kanan

Page 42: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

Disebabkan oleh peningkatan tekanan pulmonal akibat gagal

jantung kiri yang terjadi cukup lama.

3) Gagal jantung sistolik-diastolik

a) Sistolik terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri

sehingga ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang

berakibat penurunan cardiac output dan ventrikel hipertropi

b) Diastolik karena ketidakmampuan ventrikel dalam pengisisan

darah akibatnya stroke volume cardiac output

Berdasarkan The New York Heart Association (NYHA)

mengklasifikasikan batasan fungsional CHF adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4

Kelas Definisi

I

Penyakit ringan dan masih dapat melakukan aktivitas

biasa, tidak menimbulkan gejala lelah, palpitasi, sesak

napas dan angina pektoris

II

Pasien telah mengalami keterbatasan aktifitas ringan

seperti berjalan dan menaiki tangga yang mengalami

kelelahan, palpitasi, sesak napas atau angina tetapi akan

merasa nyaman bila beristirahat

III

Pasien mengalami gejala walau hanya dengan aktifitas

minimal, dan mengalami kelelahan, palpitasi dan sesak

napas, namun pasien masih bisa merasa nyaman pada saat

beristirahat

IV

Pasien mengalami keterbatasan aktifitas fisik berarti,

gejala dapat dirasakan pada saat beristirahat dan dapat

diperberat walau dengan aktifitas fisik ringan

Dikutip dalam: European Society of cardiology (ESC, 2012)

d. Patofisiologi

Fungsi jantung sebagai sebuah pompa diindikasikan oleh

kemampuannya untuk memenuhi suplai darah yang adekuat ke seluruh

Page 43: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

tubuh, baik dalam keadaan istirahat maupun saat mengalami stress secara

fisiologis (Hatler, 2006)

CHF kronik merupakan suatu keadaan dimana terjadi disfungsi

antara satu atau kedua ventrikel. Secara normal, jantung memompa darah

dari bagian kiri dan kanan sehingga menghasilkan aliran yang terus

menerus, namun pada penderita CHF, salah satu sisi jantung mengalami

kegagalan, sementara bagian lainnya masih berfungsi normal hingga

periode beberapa waktu (Meng, 2013).

Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung meliputi

keadaan-keadaan:

1) Preeload

Jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan

tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung

2) Kontraktilitas

Perubahan kekuatan kontriksi berkaitan dengan panjangnya

regangan serabut jantung

3) Afterload

Besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa

darah melawan tekanan yang diperlukan oleh tekanan arteri

e. Pemeriksaan penunjang

1) Tes laboratorium

2) Sinar X dan Fluoroskopi

Pemeriksaan ini tidak membantu diagnosa infark miokard akut

namun dapat menguatkan adanya komplikasi tertentu.

Page 44: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

3) Elektrokardiogram (EKG)

4) Kateterisasi jantung

f. Penatalaksanaan CHF

1) Terapi non farmakologi

a) Pemberian diet pasien CHF diberikan diet yang sesuai untuk

menurunkan gula darah, lipid darah, dan berat badannya. Asupan

Nacl dibatasi hingga 2-3 gr/hari untuk gagal jantung ringan, atau

<2 gr/hari untuk gagal jantung berat (Crawford, 2009).

b) Merokok harus dihentikan

c) Aktivitas, olahraga yang teratur seperti berjalan dan naik sepeda

dianjurkan untuk pasien gagal jantung yang stabil (NYHA kelas

II-III) dengan intensitas yang nyaman bagi pasien

d) Istirahat dianjurkan untuk gagal jantung akut dan gagal jantung

tidak stabil (NYHA kelas IV). Modifikasi aktifitas fisik

merupakan bagian dari manajemen pasien heart failure.

Modifikasi minimal secara konsisten terhadap gaya hidup dapat

membantu mengurangi gejala yang dirasakan pasien dan

menurunkan kebutuhan yang lebih terhadap pengobatan

(Crawford, 2009). Aktivitas fisik harus disesuaikan dengan

tingkat gejala yang dialami pasien. aktivitas fisik yang sesuai

dengan kondisi pasien akan membantu menurunkan tonus

simpatik, mendorong penurunan berat badan dan memperbaiki

gejala serta berefek toleransi aktivitas pada gagal jantung

terkompensasai dan stabil. Namun pada kondisi heart failure

Page 45: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

stage sedang dan berat, pembatasan aktivitas fisik dan bed rest

sangat penting dilakukan untuk memperbaiki kondisi klinis

pasien. penting juga memberikan kesempatan bagi pasien untuk

terlibat dalam melakukan aktivitas sehari-hari walaupun dalam

kondisi yang tidak mendukung (Crawford, 2009).

e) Monitoring berat badan dianjurkan bagi pasien rutin dilakukan

setiap hari, sebaiknya pagi hari sebelum sarapan. Penurunan

berat badan ≥ 1,5 kg lebih dari 3 hari harus menjadi perhatian

dan perlu dilaporkan ke petugas kesehatan (Alves et al., 2012).

Sebaliknya berat badan berlebih (obesitas) merupakan faktor

risiko terhadap perkembangan buruk heart failure khususnya

terhadap perubahan hemodinamik seperti perubahan volume

overload yaitu terjadi penignkatan afterload dan preload,

hipertrofi ventrikel kiri dan remodeling. Oleh karena itu sangat

penting untuk memberikan pemahaman bagi pasien mengenai

pentingnya mengontrol berat badan.

2) Terapi farmakologi

Dikutip dari Pedoman Tata Laksana Gagal Jantung (2015)

No Nama Obat Jenis Kegunaan

1 Inhibitor ACE Enalapril (Vasotec), lisinopril

(prinipil, Zestril)

Menurunkan tekanan

darah

2 Diuretik dan

Digoxin

Furosemid (Lasix) Mengatasi penumpukan

cairan dan memperkuat

detak jantung

3 Bloker beta Carvedilol (Coreg), Metoprolol

(toprol XL)

Menurunkan beban

kerja jantung

Page 46: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

B. Publikasi Terkait discharge planning, AvLOS dan Hospital Cost

Beberapa publikasi penelitian sebelumnya terkait penerapan discharge

planning terhadap AvLOS ditunjukkan oleh Hastono, Pemila & Sitorus (2010)

bahwa melalui penerapan discharge planning pada pasien stroke mampu

memendekkan LOS yang juga mempengaruhi AvLOS pasien stroke di RS.

Hasil penelitian Asukai, et, al (2015) bahwa pasien dengan umur lebih tua

cenderung membutuhkan lama hari rawat lebih panjang dibandingkan pasien

berumur lebih muda.

Penelitian Baghaei, et, al (2016) menunjukkan bahwa dengan

penerapan discharge planning metode IDEAL (include-discuss-educate-

assess-listen) mampu menurunkan tingkat kecemasan pada pasien dengan

Infark Miokard di RS In Khoy, Iran. Selain itu, Bowers & Cheyne (2016)

bahwa dengan penerapan discharge planning secara terstruktur pada pasien

post partum dapat memendekkan LOS yang berimplikasi terhadap hospital

cost di rumah sakit. Hasil penelitian Putra (2013) bahwa terdapat selisih biaya

perawatan antara Hospital CostRS dengan klaim BPJS pada pasien thalasemia

dimana komponen biaya terbesar pada biaya kantong darah, obat-obatan dan

biaya rawat inap yang memanjang.

Page 47: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

Kerangka Teori Menurut Donabedian (1988)

Structure Process Outcomes

Sumber: Teori Donabedian (1988)

Man

Material

Method

Machine

Hasil yang

ditunjukkan

setelah

pemberian

Discharge

Planning

Penerapan

Discharge

Planning

1. Pengkajian

2. Diagnosa

3. Intervensi

4. Implementas

5. Evaluasi

1. Avlos

2. Hospital Cost

Konsep Discharge

Planning

1. Tujuan

2. Pemberi

layanan

3. Manfaat

4. Alur

5. Elemen

Proses

pemberian

Discharge

Planning

Page 48: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

B. Konsep Teori Donabedian

Teori yang melandasi penelitian ini berdasarkan teori Donabedian (1988)

tentang Quality of Care (QOC). Pemberian pelayanan keperawatan yang

berkualitas terdapat beberapa unsur yang berperan sangat penting, dimana unsur

tersebut diklasifikasikan menjadi 3 domain penting, yakni structure, process dan

outcomes.

1. Struktur

Struktur atau input berperan sebagai karakteristik yang stabil dimana dalam

memberikan mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas, terdapat unsur-unsur

yang mendukung penerapan tersebut. Konsep struktur terdiri dari Man

(sumber daya manusia sebagai penggerak), Material (sumber dana sebagai

penyokong), Method (manual prosedur atau standar operasional prosedur),

serta Machine (sarana prasarana) (Donabedian, 1988).

2. Proses

Memberikan pelayanan keperawatan secara paripurna dan berkualitas

merupakan maksud dari domain proses pada teori ini. Karakteristik dalam

domain struktur sangat berpengaruh terhadap perwujudan suatu proses

pemberian pelayanan keperawatan sehingga akan membuat kualitas

meningkat ataupun sebaliknya.

3. Hasil

Didalam Donabedian (1988) dikatakan bahwa outcomes dapat menjadi

indikator mutu pelayanan keperawatan, dimana domain hasil yang dimaksud

Page 49: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

disini adalah perubahan kondisi kesehatan yang terjadi pada pasien setelah

memperoleh pelayanan kesehatan. Hasil pelayanan kesehatan dapat ditilik

melalui pencatatan audit medis, review rekam medis, adanya keluhan pasien

serta review medis lainnya.

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang kerangka konsep, variabel penelitian, definisi

operasional, kriteria objektif serta hipotesis penelitian.

A. Kerangka konsep

Berdasarkan kerangka teori dari Donabedian (1988) maka kerangka konsep

penelitian dapat dideskripsikan pada bagan sebagai berikut:

Variabel independen Variabel dependen

Penerapan

Discharge

planning

1. Pasien masuk

2. Pasien selama

dirawat

3. Pasien persiapan

pulang

AvLOS

Hospital Costs

Page 50: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

Variabel Moderator

Keterangan:

: Variabel Independen yang diteliti

: Variabel Dependen yang diteliti

: Variabel Moderator

Pada kerangka konsep ini dijelaskan bahwa variabel independen pada

penelitian ini adalah penerapan discharge planning dan variabel dependen adalah

AvLOS dan hospital costs pada pasien CHF di ruang rawat inap RS Wahidin

Sudirohusodo.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel independen (variabel bebas) atau variabel sebab yaitu karakteristik

dari subjek dimana keberadaannya menyebabkan perubahan pada variabel

lainnya (Dharma, 2011). Variabel independen pada penelitian ini adalah

Karakteristik

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Pendidikan

4. Tingkat

keparahan/severity

dalam NYHA

Page 51: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

penerapan discharge planning pada kelompok intervensi pasien CHF baru

masuk di ruang rawat inap RS DR.Wahidin Sudirohusodo.

2. Variabel Dependen

Variabel dependent atau variabel akibat adalah variabel yang akan berubah

akibat perubahan yang terjadi pada variabel independen (Notoatmodjo,

2010). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah AvLOS dan hospital

costs pada pasien CHF di ruang rawat inap RS DR.Wahidin Sudirohusodo

3. Variabel Moderator

Variabel ini merupakan variabel yang dapat memperkuat ataupun sebaliknya

dapat melemahkan hubungan antara variabel dependen dan independen

(Sugiyono,2013). Dalam penelitian ini terdapat variabel moderator yang

berpotensi mempengaruhi hubungan kedua variabel yaitu usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan dan severity.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dan skala pengukuran dari variabel-variabel penelitian ini

diuraikan agar terjadi pemahaman yang sama terkait pengertian variabel yang

akan diteliti serta menjadi patokan dalam penentuan metodologi yang akan

digunakan dalam analisis selanjutnya. Dibawah ini adalah definisi operasional

yang digunakan dalam penelitian ini berikut dengan kriteria objektif pengukuran:

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Variabel

Independen

Penerapan

Suatu kegiatan yang dilakukan

Format

1. Penerapan discharge

Nominal

Page 52: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

discharge

planning

perawat dimulai sejak pasien

masuk hingga persiapan pulang

ke rumah yang terdiri dari

pengkajian, diagnosa, intervensi,

implementasi, tahap rencana

tindak lanjut setelah pasien

pulang hingga pemberian

informasi tentang penanganan

pasien di rumah dengan

melibatkan keluarga pasien

discharge

planning

planning efektif

2. Penerapan discharge

planning tidak efektif

2 Variabel

dependen

AvLOS

Hospital Costs

Rata-rata lama hari rawat pada

pasien CHF setelah pemberian

discharge planning

Biaya yang dibutuhkan dalam

perawatan pasien selama 1

episode perawatan

Data Medical

record

Billing tagihan

biaya RS

Rata-rata lama hari

rawat

Biaya riil dan klaim

BPJS

Rasio

Rasio

3 Variabel

Moderator

Umur

Jenis kelamin

Tingkat

pendidikan

Diagnosa

Utama

Lama masa hidup yang dijalani

responden terhitung sejak tahun

lahir hingga saat ini

Karakteristik individual sebagai

perbedaan fisik antara laki-laki

dan perempuan

Jenjang pendidikan pasien yang

dijalani secara formal

Derajat/tingkat keparahan

penyakit berdasarkan NYHA

Kuesioner

karakteristik

responden

Kuesioner

karakteristik

responden

Kuesioner

karakteristik

responden

Status Rekam

Medik (RM)

pasien

Dinyatakan dalam tahun

1.laki-laki

2. perempuan

1. Tidak sekolah

2. SD

3. SLTP

4. SLTA

5. Diploma/PT

1. NYHA III

2. NYHA IV

Nominal

Nominal

Nominal

Nominal

D. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 53: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

1. Ada perbedaan AvLOS antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi

yang memperoleh discharge planning terstruktur pada pasien CHF di RS DR.

Wahidin Sudirohusodo

2. Ada perbedaan hospital costs antara kelompok kontrol dan kelompok

intervensi yang memperoleh discharge planning terstruktur pada pasien CHF

di RS DR. Wahidin Sudirohusodo

Page 54: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan membahas metode penelitian yang digunakan, teori dan

pelaksanaan penelitian yang terdiri dari: desain, tempat, waktu, populasi,

pengambilan sampel, teknik sampling, instrumen dan pengumpulan data, analisis

serta etika penelitian.

A. Desain penelitian

Desain penelitian merupakan metode yang digunakan peneliti untuk

melakukan suatu penelitian guna memberikan arah terhadap jalannya penelitian

berdasarkan tujuan dan hipotesis penelitian itu sendiri (Burns & Grove, 2011).

Desain penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Quasi

Eksperimen (eksperimen semu) post test only non equivalent control group,

dimana dalam desain ini tidak terdapat pembatasan randomisasi jika

memasukkan subjek ke dalam kelompok perlakuan ataupun kelompok kontrol

(Dharma, 2011).

Setelah itu, peneliti mengidentifikasi AvLOS pasien dengan harapan

setelah pemberian IDEAL discharge planning, AvLOS pasien dapat menurun dan

berimplikasi terhadap hospital costs. Berikut rancangan penelitian pada

penelitian ini:

Kelompok Perlakuan Post test

Intervensi

Kontrol

XI

- OI

OI

Page 55: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

Keterangan:

XI : Penerapan discharge planning pada pasien CHF

OI : Hasil variabel dependen pada kelompok kontrol dan intervensi

setelah pemberian discharge planning

B. Tempat dan waktu penelitian

1. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2017 sampai bulan Juli 2017.

Dimana dilakukan pengambilan sampel setiap hari pada pasien rawat inap

sesuai dengan kriteria inklusi

2. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di ruangan rawat inap RS Wahidin Sudirohusodo.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Sugiyono (2013) mengatakan populasi merupakan keseluruhan objek

penelitian yang akan diteliti. Dharma (2011) mendefinisikan populasi sebagai

unit dimana suatu penelitian akan diterapkan. Adapun populasi pada

penelitian ini adalah pasien yang masuk ruang rawat inap dengan diagnosa

medis CHF di rumah sakit DR. Wahidin Sudirohusodo sebesar 141 pasien

2. Sampel

Menurut Dharma (2011) sampel merupakan sekelompok unit yang lebih kecil

dari populasi dimana peneliti langsung mengumpulkan data, melakukan

pengukuran/pengamatan pada unit tersebut. Adapun teknik pengambilan

Page 56: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

sampel pada penelitian ini dengan teknik non probability dengan pendekatan

consecutive sampling. Besar sampel pada penelitian ini adalah 36 dengan

menggunakan rumus dari Slovin dalam Sugiyono (2014), yaitu:

N

n= 1+Ne2

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = batas toleransi kesalahan

Demi memperoleh sampel yang sesuai, peneliti menetapkan beberapa kriteria

yang dibagi dalam kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi:

1) Pasien baru masuk ruang rawat inap

2) Pasien maksimal berada di UGD selama 1x24 jam

3) Diagnosa medis CHF NYHA III, IV

4) Pasien yang mampu membaca dan menulis

5) Pasien dewasa

6) Pasien BPJS

7) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Ekslusi:

1) Pasien pulang paksa

Page 57: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

2) Pasien tidak mengikuti tahap Discharge Planning sampai selesai (4

tahap)

3) Pasien CHF dengan gangguan neurologis seperti stroke dan memiliki

gangguan renal disease dan sedang menjalani hemodialisa

D. Instrumen Penelitian, Alur, dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Instrumen penelitian

a. Instrumen data demografi

Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terdiri

dari data demografi yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, dan pekerjaan, derajat NYHA serta Comorbid.

b. Instrumen data edukasi (booklet) yang berisi tentang bagaimana pasien

mampu mengetahui dan mengerti tentang penyakit dan kondisi

kesehatannya serta bagaimana perawatan yang baik setelah pasien

berada di rumah. Booklet ini merupakan booklet baku dari AHRQ Tools

2a dan 2b Strategy_4 discharge planning

c. Instrumen panduan observasi

Panduan observasi yaitu panduan tentang penerapan discharge planning

metode IDEAL (include-discuss-educate-assess-listen). Panduan ini

merupakan AHRQ Tools strategy_4 discharge planning dan check list.

2. Prosedur Pengumpulan Data

a. Tahap administrasi

1) Mengajukan permohonan surat lolos kaji etik kepada komite etik

penelitian FK Unhas

Page 58: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

2) Permohonan ijin penelitian oleh Dekan FK Unhas melalui koordinasi

Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan kepada Direktur RS

DR. Wahidin Sudirohusodo

3) Presentasi hasil proposal kepada pihak RS dan membentuk tim

discharge planner

4) Melakukan mini workshop discharge planning menggunakan AHRQ

Tools strategy_4 tool 1, tool 2a dan tool 2b

b. Tahap pemilihan sampel

Peneliti melakukan identifikasi terhadap populasi yang memenuhi kriteria

inklusi untuk kemudian dijadikan sampel penelitian. Setelah itu dilakukan

penjelasan kepada responden terkait prosedur penelitian, keuntungan yang

diperoleh oleh pasien, jika mendapat persetujuan dari responden maka

responden diberikan lembar informed consent untuk kemudian ditanda

tangani

c. Tahap pelaksanaan

1) Kelompok Intervensi

a) Peneliti memberikan pelatihan penerapan discharge planning terhadap

masing-masing perawat discharge planner pada tiap ruang rawat inap.

Sebelum melakukan intervensi, peneliti dan perawat menyamakan

persepsi terkait langkah dan proses pelaksanaan penelitian

b) Selanjutnya pertemuan pertama dengan pasien, penelitian dimulai

dengan prosedur pengisian instrumen karakteristik responden

kemudian pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang prosedur

Page 59: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

penelitian, penjelasan informed consent, penandatanganan informed

consent kemudian memulai membina hubungan saling percaya

(BHSP). Setelah itu, tim discharge planner melakukan pengkajian

terhadap kondisi pasien hingga menyusun intervensi sesuai kebutuhan

discharge planning pasien.

c) Pertemuan kedua dilakukan pemberian health education tehadap

pasien terkait dengan kondisi kesehatannya meliputi pengertian,

penyebab, tanda dan gejala, cara minum obat yang benar dengan

menggunakan booklet yang telah disediakan oleh peneliti

d) Pertemuan ketiga diberikan pendidikan kesehatan terkait nutrisi/diet

sesuai kebutuhan pasien CHF serta bagaimana cara merawat pasien

CHF setelah kembali ke rumah dengan menggunakan booklet yang

telah disediakan peneliti

e) Pertemuan keempat, bersama pasien dan keluarga perawat

memberikan pendidikan tentang modifikasi lingkungan/aktivitas serta

mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan perawatan pasien

selama berada di rumah

f) Setelah pasien memperoleh pelayanan sesuai dengan prosedur

discharge planning dan dinyatakan dapat dipulangkan kembali ke

rumah maka peneliti mempersiapkan lembar discharge planning

AHRQ tool 2b sesuai dengan kebutuhan pasien selama di rumah

kemudian dilanjutkan dengan mengukur lama hari rawat dan hospital

costs pasien pada data rekam medis rumah sakit

Page 60: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

g) Setelah sampel telah cukup, maka peneliti menghitung AvLOS pasien

dengan menggunakan formula/rumus yang telah ditentukan

sebelumnya

2) Kelompok Kontrol

a) Peneliti memberikan informed consent pada pasien serta menjelaskan

proses penelitian pada pasien, lalu dilanjutkan dengan membina

hubungan saling percaya. Responden kelompok kontrol diberikan

resume pulang seperti biasa dilakukan di ruang perawatan. Setelah

pasien diperbolehkan pulang, peneliti melanjutkan dengan mengukur

length of stay dan hospital costs pasien tersebut

b) Setelah sampel telah cukup, maka peneliti menghitung rata-rata lama

hari rawat pasien dengan menggunakan formula/rumus yang telah

ditentukan sebelumnya

3. Pengolahan dan Analisis Data

a. Pengolahan data

Pengolahan data terdiri dari proses editing, coding, processing, dan

cleaning data, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Editing

Editing adalah kegiatan melakukan perbaikan isian formulir, kuesioner

ataupun lembar observasi. Setelah kuesioner diisi responden maka

dilakukan editing. Editing atau proses penyuntingan data dilakukan

apabila seluruh data telah terkumpul.

Page 61: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

2) Coding

Coding bertujuan memudahkan proses pengolahan data dengan

memberikan kode terhadap jawaban kemudian dikonversi kedalam

bentuk yang lebih ringkas berupa angka-angka yang dapat

memudahkan proses pengolahan data. Pada penelitian ini, variabel laki-

laki diberi kode 1, perempuan diberi kode 2. Pendidikan diberi 4

kriteria dimana kode 1 SD, kode 2 SLTP, kode 3 SLTA, serta kode 4

untuk Diploma/PT. Untuk Data Pekerjaan, Koding 1: Tidak Bekerja,

koding 2: Bekerja. Data Variabel Diagnosa Utama, koding 1 untuk

NYHA III, 2 untuk NYHA IV. Pada variabel Comorbid, koding 1

untuk1 Comorbid, dan 2 untuk 2 Comorbid. Untuk variabel Hospital

Cost diberi koding 1 untuk selisih dan koding 2 untuk tanpa selisih.

3) Data Entry atau processing

Data entry atau processing adalah kegiatan memasukkan data

(jawaban-jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk kode

baik berupa angka maupun huruf) ke dalam komputer, dimana pada

penelitian ini menggunakan software program statistik SPSS.

b. Analisis data

Adapun analisa data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Analisa univariat

Pada analisis univariat dilakukan analisis antara variabel independen

dan dependen dimana data yang diperoleh didistribusikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral (mean, median,

Page 62: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

modus) atau grafik (Dharma, 2011). Pada penelitian ini variabel

independen terdiri dari penerapan discharge planning, variabel

dependen terdiri dari AvLOS dan hospital costs.

2) Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis atau untuk

mengetahui hubungan antara dua variabel yang bersangkutan. Sebelum

menentukan jenis analisis bivariat yang akan digunakan, dilakukan uji

normalitas untuk jenis data numerik. Dimana data numerik hasil

penilaian umumnya mengikuti distribusi normal namun beberapa

distribusi data numerik tidak mengikuti asumsi distribusi normal

sehingga perlu dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro-wilk

untuk besar sampel kurang dari 50 responden (Dharma, 2011). Apabila

hasil menunjukkan distribusi normal maka uji statistik yang digunakan

adalah statistik parametrik dengan jenis uji independent t-test namun

apabila hasil uji tidak normal maka jenis uji statistik yang digunakan

adalah statistik non parametrik dengan jenis uji mann withney t-test.

Hasil penelitian bermakna apabila nilai p lebih kecil dari 0,05 (p value

< 0,05) (Dharma, 2011).

4. Etika penelitian

Setelah mendapat persetujuan dari responden yang diteliti maka

dilakukan penelitian dengan menekankan pada etika penelitian menurut Dharma

(2011) yang meliputi :

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Page 63: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

Penelitian ini dilakukan dengan menjunjung tinggi harkat dan martabat

manusia dimana responden berhak dan memiliki kebebasan dalam

menentukan pilihan atau menolak penelitian yang dituangkan dalam

informed consent dimana langkah-langkahnya terdiri dari: (Dharma, 2011)

1) Mempersiapkan formulir informed consent yang akan ditandatangani

oleh pasien

2) Memberikan penjelasan terkait deskripsi penelitian, tujuan dan langkah-

langkah proses penelitian

3) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya

4) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mempertimbangkan

apakah akan ikut didalam penelitian atau tidak

5) Apabila pasien menyetujui, maka informed consent ditandatangani oleh

pasien/responden

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and

confidentiality)

Privacy yang dimaksud adalah jawaban responden pada kuesioner yang

bersifat rahasia dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab peneliti dan

kerahasiaan subjek dijaga dengan cara hanya memberikan inisial pada nama

responden

c. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusiveness)

Pada proses penelitian ini, peneliti tidak membedakan agama, suku, ras

ataupun status sosial responden. Seluruh responden diperlakukan sama sejak

dari awal sampai pada akhir penelitian.

Page 64: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm

and benefits)

Perlu dilakukan pertimbangan rasio antara manfaat dan resiko dari sebuah

penelitian terhadap sampel. Oleh sebab itu, sebelum proses penelitian

dimulai, perlu adanya persetujuan etik dari komite etik penelitian.

e. Informed consent (persetujuan)

Informed consent diberikan kepada responden disertai judul

penelitian dan manfaat penelitian. Bila responden menolak maka peneliti

tidak akan memaksakan kehendak dan tetap memahami hak-hak subjek.

Pada penelitian ini, penjelasan terkait informed consent sejak pertemuan

pertama dengan pasien sebagai calon responden.

f. Anonimity (tanpa nama)

Demi menjaga kerahasiaan, pada penelitian ini anonymity dilakukan

dengan hanya memberikan inisial nama pasien pada lembar instrument untuk

mewakili nama responden.

g. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti dan hanya

kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian. Pada

penelitian ini, informasi responden hanya dapat diakses peneliti, perawat

sebagai discharge planner dan pembimbing penelitian

Page 65: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

5. Alur penelitian

Proposal Penelitian

Pengurusan surat ijin penelitian

Pascasarjana Unhas

Komite etik Unhas

RS DR. Wahidin Sudirohusodo

Penentuan Populasi

Pasien CHF di ruang rawat inap

Teknik sampling

non probability sampling : consecutive sampling

Sampel

Pasien CHF n=36

Informed Consent

Memberi penjelasan dan meminta

persetujuan responden

Variabel dependen

AvLOS, Hospital Cost

Variabel independen

Penerapan discharge planning

Analisa Data:

Analisa Univariat dan Bivariat

Hasil Dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Kontrol

Pasien CHF n:18 Intervensi

Pasien CHF n: 18

Page 66: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan hasil analisis data penelitian dengan menggunakan

statistik dari hasil analisis univariat dan bivariat lalu diuji menggunakan uji mann

whitney dan uji fisher’s Exact test , kemudian dilanjutkan dengan pembahasan hasil

penelitian, keterbatasan serta implikasi terhadap pelayanan keperawatan

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di RS Wahidin Sudirohusodo di Ruang Penyakit

Jantung Terpadu (PJT) pada tanggal 24 april 2017 sampai 9 Juli 2017. Sebelum

melakukan pengumpulan data, dilakukan miniworkshop terkait IDEAL discharge

planning kepada 6 orang discharge planner yang telah memenuhi kriteria sebagai

discharge planner.

Sebelum dilakukan penerapan IDEAL Discharge Planning, terlebih dahulu

dilakukan miniworkshop IDEAL Discharge Planning AHRQ Tools terhadap 12

orang perawat yang telah memenuhi syarat sebagai pemberi discharge planning.

Selama kurang lebih satu minggu pelaksanaan, sebanyak 1 orang perawat

mengundurkan diri dengan alasan tidak mampu menerapkan IDEAL Discharge

Planning di ruangan karena penerapan yang sangat menyita waktu, selain itu,

beban kerja di ruangan dirasa sudah sangat berat.

Penerapan IDEAL discharge planning dilakukan sebanyak 4 kali tatap muka

dengan pasien dan keluarga dimana pada pertemuan pertama, perawat melakukan

Page 67: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

asesmen terkait siapa yang akan merawat pasien setelah berada di rumah,

kemudian pertemuan berikutnya menetapkan tujuan dan target perawatan pasien

secara bersama dengan keluarga, lalu pertemuan ke tiga memberikan deep

learning kepada pasien dan keluarga terkait konndisi kesehatan pasien dan

pertemuan terakhir sehari sebelum pasien pulang, perawat memberikan resume

pulang kepada pasien serta menjelaskan secara rinci setiap item trekait

Proses Pengumpulan data dilakukan di Ruang Perawatan PJT dan Ruang

HCU/CVCU PJT, dimana sampel terdiri dari 2 kelompok yakni 18 responden

kelompok kontrol dan 18 responden kelompok intervensi. Hasil analisis disajikan

dalam bentuk tabel frekuensi (%) untuk data kategorik dan data numerik disajikan

dalam bentuk mean, median, standar deviasi dan nilai IQR kemudian dilanjutkan

dengan penjelasan tabel.

1. Analisa Bivariat

Pada bagian ini diuraikan tentang distribusi frekuensi data demografi

responden meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan serta

diagnosa utama dan comorbid responden.

a. Karakteristik Responden

Distribusi responden menurut karakteristik dapat dilihat pada tabel

dibawah ini

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin,, Pendidikan, Pekerjaan,

Diagnosa utama, Comorbid Di Ruang Rawat Inap RS

Wahidin Sudirohusodo

Page 68: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

Variabel

Total

p Kelompok

Kontrol

Kelompok

intervensi

n:18 % n:18 %

Usia, Median (IQR)

58.50

(20)

59.50

(19)

0.308

Jenis Kelamin, n (%)

Laki-laki

Perempuan

13

5

72.2

27.8

12

6

66.7

33.3

0.381

Tingkat Pendidikan, n (%)

SD

SLTP

SLTA

PT

4

5

4

5

22.2

27.8

22.2

27.8

5

2

3

8

27.8

11.1

16.7

44.4

0.023

Pekerjaan, n(%)

Tidak Bekerja

Bekerja

7

11

38.9

61.1

5

13

27.8

72.2

0.001

Diagnosa, n (%)

CHF NYHA III

CHF NYHA IV

15

3

83.3

16.7

11

7

61.1

38.9

0.348

Diagnosa Penyerta, n (%) 0.001

1 Comorbid

2 Comorbid

-

18

-

100

1

17

5.6

94.4

Data numerik diuji menggunakan mann withney sedangkan Data kategorik

diuji menggunakan uji Fisher’s Exact

Pada tabel 5.1 diatas menunjukkan distribusi karakteristik dari dua

kelompok yaitu kelompok intervensi dan kontrol dimana total responden

sebanyak 36 dan disebar kedalam 2 kelompok yang terdiri dari 18

kelompok kontrol dan 18 kelompok intervensi. Data terkait median usia

pada kelompok kontrol berada pada 58.50 (IQR 20) sedangkan pada

kelompok intervensi, median usia berada pada 59.50 (19).

Menurut tingkat pendidikan pada kelompok kontrol, responden rata-

rata berlatar belakang SLTP dan Perguruan Tinggi masing-masing sebesar

27.8%, dan pada kelompok intervensi didominasi oleh responden dengan

latar belakang Perguruan Tinggi sebesar 44.4%. Dari segi status

Page 69: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

pekerjaan, pada kelompok kontrol mayoritas responden bekerja 61.1%.

dan pada kelompok intervensi, responden bekerja sebesar 72.2%.

Berdasarkan diagnosa utama, responden kelompok kontrol dengan

CHF NYHA III sebesar 83.3%, keseluruhan responden dengan 2

Comorbid sebesar 100%, sedangkan pada kelompok intervensi,

responden dengan diagnosa utama CHF NYHA III sebesar 61.1% dan

CHF NYHA IV sebesar 38.9% dimana responden dengan 1 Comorbid

sebesar 5.6% dan 2 Comorbid sebesar 94.4%. Dengan demikian, secara

statistik tidak ada perbedaan karakteristik, hal ini membuktikan bahwa

terdapat kesetaraan atau homogenitas antara kelompok kontrol dan

kelompokintervensi

Page 70: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

ALGORITMA RESPONDEN

Intervensi

n:18

36 inklusi

Kontrol

n:18

DO: 2

2 bertambah dx

penyerta

DO: 6

2 sampel berubah

diagnosa utama

2 sampel pindah ke VIP

1 bertambah dx penyerta

1 meninggal

n:9 HCU n:9 perawatan

DO: 4

1 sampel berubah

diagnosa utama

2 sampel pindah ke VIP

1 bertambah dx penyerta

Inklusi 6

n:9 HCU

DO: 3

1 sampel pindah ke VIP

1 meninggal

1 bertambah dx penyerta

Inklusi 4

n:9 perawatan n:9 HCU

n:9 HCU n:9 perawatan

DO: 2

1 sampel pindah ke VIP

1 bertambah dx penyerta

Inklusi 2

Inklusi 2

DO: 2

1 pindah VIP

Inklusi 2

n:9 perawatan

DO: 1

1 sampel

pindah ke VIP

1 bertambah dx

Inklusi 1

Informed Consent

Page 71: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

c. Breakdown Hospital Cost Pasien dengan CHF

Tabel 5.2 Breakdown Hospital Cost Pasien CHF Di Ruang rawat Inap RS

Wahidin Sudirohusodo

Pada tabel diatas menunjukkan besaran selisih Hospital Cost dengan tarif INA

CBGs karena beberapa hal seperti tarif akomodasi rawat inap pasien di Rumah Sakit dihitung

per hari sedangkan pada tarif INA CBGs dihitung berdasarkan grouping diagnosa. Selain itu

ada beberapa tindakan yang diluar dari tanggungan klaim INA CBGs misalnya tindakan Cath

Lab

d. Perbedaan AvLOS dan Hospital Cost pada kelompok intervensi dan kontrol

Tabel 5.3 Perbedaan AvLOS dan Hospital Cost kelompok kontrol dan

kelompok intervensi pasien CHF di Ruang Rawat Inap RS

Wahidin Sudirohusodo

Variabel Total

Kelompok Kontrol Kelompok intervensi

n:18 n: 18

AvLOS, Median (IQR)

Mean (±SD)

6.50

8.28

9

(SD ±4.95)

4.00

4.83

8

(±4.95)

Hospital Cost, Median (IQR) 5.286.233 6.249.831 2.626.544,50 3.387.318

Unit Layanan Item Tindakan Jumlah Tagihan Harus

Bayar

Administrasi - 1 7.500 7.500

PJT IGD (IRNA) Akomodasi 0 0 0

PJT CVCU (NON VIP) Akomodasi 6 3.240.000 3.240.000

PJT CVCU Tindakan O2 1 717.000 717.000

Lab PCC Tindakan Lab 8 383.000 383.000

Farmasi Pengambilan Obat 140 3.263.316 3.263.316

Farmasi (Retur) Pengembalian Obat 11 -92.930 -92.930

PJT CVCU Visite dokter & perawat 6 2.160.000 2.160.000

PJT CVCU Tindakan IRNA 52 3.062.230 3.062.230

PJT Perawatan (Lt.3) Akomodasi 6 741.600 741.600

Poli Jantung Tindakan IRNA 1 300.000 300.000

Cath Lab Tindakan IRNA 1 7.200.000 7.200.000

PJT Perawatan (Lt.3) Tindakan IRNA 14 897.000 897.000

PJT Perawatan (Lt.3) Visite dokter & perawat 494.400 494.400

Total Tagihan 22.373.116 22.373.116

Total Jaminan 8.657.900

Total Subsidi: Total Tagihan - Total Jaminan

Rp. 22.373.116 - Rp 8.657.900 = 13.715.216

Page 72: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

Mean (±SD) 6.798.659,22 5.580.903,72 3.291.754 2.081.229,98

Data numerik diuji menggunakan mann withney

Pada tabel 5.3 menunjukkan hasil Median AvLOS kelompok kontrol 6.50

(IQR 9) sedangkan pada kelompok intervensi sebesar 4.00 (IQR 8) dimana hal ini

menunjukkan bahwa median AvLOS kelompok kontrol jauh lebih besar

dibandingkan AvLOS kelompok intervensi. Berdasarkan variabel Hospital Cost,

median pada kelompok kontrol, jauh lebih tinggi dibandingkan pada kelompok

intervensi.

e. Analisis perbedaan Hospital Cost dan tarif INACBGs pasien dengan CHF di Ruang

Rawat Inap RS Wahidin Sudirohusodo

Tabel 5.4 Analisis Perbedaan tarif Hospital Dan Tarif INA CBGs

Variabel Mean Maksimum Minimum

Hospital Cost

Intervensi 3.291.754 7.743.893 1.173.500

Kontrol 6.798.659,22 20.200.866 1.515.175

INACBGs

Intervensi 6.236.083,33 7.902.500 4.869.600

Kontrol 5.585.488,89 6.773.600 4.869.600

Data numerik diuji menggunakan mann withney sedangkan Data kategorik diuji

menggunakan Fishe’sr Exact

Berdasarkan Hospital Cost dan tarif INACBG’s terdapat perbedaan rata-rata

(mean) Hospital Cost dan INA CBGs pada pasien kelompok intervensi dan

pasien kelompok kontrol. Dimana mean Hospital Cost kelompok intervensi Rp.

3.291.754 dan kelompok kontrol sebesar Rp. 6.798.659 sedangkan mean tarif INA

CBGs pada kelompok intervensi sebesar Rp. 6.236.083 dan kelompok kontrol sebesar

Rp. 5.585.488

Page 73: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

2. Analisa Bivariat

Pada analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan pelaksanaan discharge

planning terhadap AvLOS dan Hospital Cost pada pasien dengan CHF di RS Wahidin

Sudirohusodo

Tabel 5.5 Hubungan Pelaksanaan Discharge Planning dengan AvLOS dan

Hospital Cost pada pasien dengan CHF di RS Wahidin

Sudirohusodo

Variabel Median Rank P Value

AvLOS

Kontrol 22.69 0.015

Intervensi 14.31

Hospital Cost

Kontrol 23.00 0.001

Intervensi 14.00 Data numerik dianalisis menggunakan uji Mann Withney

Pada bagian ini akan dianalisis variabel yang berhubungan dengan pelaksanaan

discharge planning. Dimana variabel discharge planning akan dihubungkan dengan 2

variabel dependen yakni AvLOS dan Hospital Cost

a. Uji Korelasi variabel Discharge Planning dengan variabel AvLOS

Berdasarkan tabel 5.3 diatas terlihat bahwa nilai Median Rank AvLOS kelompok

kontrol memiliki nilai 22.69 dan kelompok intervensi sebesar 14.31 dengan taraf

signifikansi sig(2-tiled) atau probabilitas (p)= 0.015 dengan taraf kepercayaan

0.05 atau 95%. Oleh karena itu nilai p < α < 0.05 artinya terdapat hubungan antara

pelaksanaan discharge planning dengan jumlah AvLOS

b. Uji Korelasi variabel Discharge Planning dengan variabel Hospital Cost

Pada bagian ini dianalisis variabel yang berhubungan dengan pelaksanaan

discharge planning. Pada tabel 5.3 diatas terlihat bahwa nilai Median Rank

Hospital Cost kelompok kontrol memiliki nilai 23.00 dan kelompok intervensi

sebesar 14.00 dengan taraf signifikansi sig(2-tiled) atau probabilitas (p)= 0.001

dengan taraf kepercayaan 0.05 atau 95%. Oleh karena itu nilai p < α < 0.005

Page 74: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

artinya terdapat hubungan antara pelaksanaan discharge planning dengan jumlah

Hospital Cost

B. Pembahasan

1. Efektivitas Penerapan discharge planning terhadap AvLOS kelompok yang

diberi IDEAL discharge planning dengan kelompok yang tidak diberi

discharge planning

Dari hasil analisis test Mann Withney diperoleh perbedaan yang signifikan antara

Average Length Of Stay (AvLOS) pada kelompok yang diberikan discharge

planning dengan kelompok yang tidak diberikan discharge planning namun hanya

berupa resume pulang saja dengan nilai pada AvLOS sebesar p= 0.015 dan nilai p

pada Hospital Cost sebesar 0.001.

Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu salah satunya

oleh Hastono, Pemila dan Sitorus (2010) bahwa melalui penerapan discharge

planning mampu memendekkan lama hari rawat pasien. Hal tersebut juga

didukung oleh hasil penelitian Bowers & Cheyne (2016) bahwa discharge

planning secara signifikan mampu memendekkan lama hari rawat sebesar

sepertiga dari total responden pasien post partum

Hasil penelitian Wartawan (2012) menunjukkan bahwa salah satu penyebab

AvLOS memanjang adalah pemulangan pasien bertepatan dengan hari libur kerja,

namun pada penelitian ini hal tersebut tidak terjadi sebab di RS Wahidin

Sudirohusodo khususnya di Ruang Rawat Inap dan HCU PJT, sudah terbentuk tim

khusus yang menangani pasien yang rencana pulang pada hari libur kerja.

Selain itu, terdapat beberapa faktor yang tidak dikontrol dalam penelitian ini yang

kemungkinan berpeluang menyebabkan bias seperti tindakan medis yang

diberikan oleh dokter.

Page 75: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

2. Analisis Hospital Cost pada pasien dengan CHF

Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa terdapat selisih biaya pada tarif Hospital Cost

dan tarif INA CBGs. Dimana pada kelompok kontrol tarif maksimum Hospital

Cost sebesar Rp. 20.200.866 sedangkan tarif maksimum INA CBGs hanya berkisar Rp.

6.773.600, berbeda dengan kelompok intervensi dimana tarif Hospital Cost maksimum

sebesar Rp. 7.743.893 dengan tarif INA CBGs maksimum Rp. 7.902.500. Hal ini

menunjukkan terjadi Selisih biaya Hospital Cost dengan tarif INA CBG’s pada pasien

kelompok kontrol (tanpa discharge planning). Pada penelitian ini, perbedaan Hospital

Cost pada kelompok kontrol dan intervensi terjadi secara signifikan karena melalui

penerapan IDEAL discharge planning mampu memandirikan pasien dan keluarga dalam

merawat pasien selama proses penyembuhan dan pemulihan di Rumah sakit serta

meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga terkait perawatan pasien di rumah.

Namun pada penelitian ini, sampel tidak dikontrol berdasarkan kelas INA-CB’s

khusus kelas I, II, atau III sehingga hal ini berpotensi menyebabkan bias pada hasil

penelitian ini.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Pada penelitian ini tidak dapat diuraikan secara jelas item-item khusus break down

INA CBGs

2. Perawat yang menjadi discharge planner sebagian besar tidak memiliki

kepercayaan diri dalam melakukan IDEAL Discharge Planning

3. Pada penelitian ini masih ada anggota tim discharge planner yang belum

memenuhi kriteria khusus sebagai seorang discharge planner

4. Oleh karena keterbatasan waktu, maka pada penelitian ini tidak dapat diukur

bagaimana efektifnya discharge planning setelah pasien kembali ke rumah

5. Peneliti tidak mengontrol kelas perawatan serta tindakan medic yang diberikan

dokter sebagai faktor yang berpotensi menyebabkan bias pada penelitian ini

Page 76: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

D. Implikasi Terhadap Keperawatan

Secara tidak langsung penelitian ini dapat menambah pemahaman perawat terkait

pelaksanaan IDEAL Discharge Planning khususnya pada pasien dengan CHF.

Melalui penelitian ini menunjukkan bahwa perawat memiliki peranan penting dalam

pemberian discharge planning yang mampu memendekkan AvLOS dan

meminimalkan Hospital Cost pada pasien dengan CHF di RS Wahidin Sudirohusodo

Page 77: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini menjelaskan kesimpulan yang menjawab permasalahn penelitian yang telah

dirumuskan. Saran praktis yang berhubungan dengan masalah penelitian diuraikan untuk

meningkatkan hasil penelitian ini

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan:

1. Penerapan IDEAL Discharge Planning efektif menurunkan AvLOS pada pasien

dengan CHF

2. Penerapan IDEAL Discharge Planning efektif menekan Hospital Cost pada pasien

dengan CHF

B. Saran

Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang dialami peneliti sehingga

disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian sejauh mana efektifitas

penerapan discharge planning mampu mengurangi readmission (kejadian rawat kembali)

dengan derajat NYHA yang semakin bertambah

Page 78: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, F. (2015). The Aplication Of discharge planning inpatients and its influence on

patiens satisfaction in regional public hospital of dr. H. Chasan Boisoirie of Ternate.

PSMIK UNHAS. Makassar

Alves, F.D, et al. (2012). Nutritional Orientation, Knowledge and Quality of diet in heart

failure: randomized controlled trial. ISSN 0212-1611. CODEN NUHOEQ

Azwar, A.(2009). Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. Jakarta: Bina Rupa

Aksara

Burns, N., & Groove, S.K. (2011). Understanding Nursing Research (5th ed). USA:

Elsevier.

Bowers, J., & Cheyne, H. (2016). Reducing The Length Of Postnatal Hospital Stay:

Implications For Cost and Quality Of Care. BMC Health Service Research. DOI:

10.1186/512913-015-1214-4

Corwin, Elisabeth J. (2008). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Dahlan, M. (2014). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan: deskriptif, bivariat, dan

multivariat, dilengkapi aplikasi dengan menggunakan SPSS. Edisi 6. Jakarta:

Epidemologi Indonesia.

Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan :Panduan Melaksanakan dan

Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans InfoMedia

Departemen Kesehatan RI. 1999. Pedoman Uraian Tugas Tenaga Keperawatan di Rumah

Sakit, Jakarta : Dep.Kes RI, Dirjen Pelayanan Medik.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Standar Pelayanan Minimal. Direktorat Jenderal Bina

Kesehatan Masyarakat. Jakarta

Discharge Planning Association. (2008). Discharge Planning di http.www.discharge

planning.org.au/index.htm. diunduh pada tanggal 25 maret 2016.

Donabedian, A. (1988). The Quality of Care: How can it be assessed. Archives of Phatology

& Laboratory Medicine. Proquest Nursing Journals. Page 1145:Nov 1997: 121, 11

Emely, J.C. (2012). Features of High Quality Discharge Planning for Patients Following

Acute Miocard Infraction. www.pubpdf.com

Hidayat, A.A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:

Salemba Medika.

Page 79: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

Holland, D.E., & Hemann, M.A. (2011). Standardizing Hospital Discharge Planning at the

Mayo Clinic Join Commission Journal on quality of Patient Safety. volume 37, pp29-

36(8)

Ishak, J.K, et al. (2012). Accounting For The Relationship Between Per Diem Cost and LOS

When Estimating Hospitalization Costs. Biomed Central Research

Kurniadi, A. (2013). Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya: Teori, Konsep dan

Aplikasi (1st ed). Jakarta: FKUI

Kozier & Erb’s. (2010). Fundamental of nursing : concepts, process, and practice. Vol 1.

Ninth edition. New Jesery : Pearson Education.

Krzystof, S. (2011). Predictors of Length of Hospital Stay after spine surgery. Wisdom Teeth

Surgery

Lubis, A., F. (2009). Ekonomi Kesehatan. USU press. Medan

Majid, A. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Rawat Inap

Ulang Pasien Gagal jantung Kongestif di Rumah Sakit Yogyakarta. FIK UI: Jakarta

Meng, et al. (2013). Evaluation of a Self Management Patient Education Program For

Patients With Chronic Heart Failure Undergoing Inpatients Cardiac Rehabilitation.

Study Protocol of a Cluster: Randomized Controlled Trial

Muttaqin, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek Keperawatan

Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2014). Manajemen keperawaan: Aplikasi dalam praktik keperawatan profesional

(4th ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Otsu, H., & Moriyama, M. (2011). Effectiveness of an Educational Self management

Program For Outpatient with Chronic Heart Failure. Japan Journal Of Nursing. DOI:

10.1111/5.1742-7924.2010.00166.x

Pemila, U. (2006). Konsep Discharge Planning. Diakses di http://www.FIK.UI. Ac.id tanggal

21 Maret 2016

Rofi’I, M. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Perencanaan

Pulang pada Perawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. FIK UI: Depok

Sabarguna, B. S. (2008). Quality Assurance Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Sagung Seto.

Page 80: TESIS EFEKTIFITAS PENERAPAN DISCHARGE PLANNING …

Samson, R. (2009). Leadership and management in nursing practice and education (First).

Missouri: Jaypee Brothers Medical Publishers.

Simamora, R. (2012). Buku ajar: Manajemen keperawatan. Jakarta: EGC.

Sitorus, R. (2006). Model praktek keperawatan professional di rumah sakit : Penataan

struktur & proses (system) pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat (Cetakan I).

Jakarta: EGC.

Sitorus, R., & Panjaitan, R. (2011). Manajemen keperawatan: Manajemen keperawatan di

ruang rawat inap. Jakarta: Sagung Seto.

Smeltzer & Bare. (2008). Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku

Kedokteran EGC

Sudra, R.I. (2009). Statistik Rumah Sakit dari Sensus Pasien dan Grafik barber Johnson.

Yogyakarta. Graha Ilmu

Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Undang-Undang Republik Indonesia. Rumah Sakit (2009). Retrieved from

http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2012/07/UU-No.-44-

Th-2009-ttg-Rumah-Sakit.pdf

Wartawan, I.W. (2012). Analisis lama hari rawat pasien yang menjalani pembedahan di ruang

rawat inap bedah kelas III RSUP Sanglah Denpasar. FKM UI: Depok

Wijayanti, A.I., & Sugiarsi, S,. (2014). Analisis Perbedaan Tarif Riil Dengan Tarif Paket

INA-CBG’s Pada Pembayaran Klaim Jamkesmas Pasien Rawat Inap di RSUD

Kabupaten Sukoharjo. APIKES jurnal Mitra Husada