the corelation between knowledge, attitude and …

95
THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND MEDICATION HELPER FACTORS ON COMPLIANCE WITH TUBERCULOSIS MEDICATION IN CIPINANG NARCOTICS PRISON IN 2020 HUBUNGAN FAKTOR PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PENGAWAS MENELAN OBAT TERDAHAP KEPATUHAN MINUM OBAT TUBERKULOSIS DI LAPAS NARKOTIKA CIPINANG TAHUN 2020 FARAH SYIFA KHUMAIRA 105421103417 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

i

THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE

AND MEDICATION HELPER FACTORS ON COMPLIANCE

WITH TUBERCULOSIS MEDICATION IN CIPINANG

NARCOTICS PRISON IN 2020

HUBUNGAN FAKTOR PENGETAHUAN, SIKAP, DAN

PENGAWAS MENELAN OBAT TERDAHAP KEPATUHAN

MINUM OBAT TUBERKULOSIS DI LAPAS NARKOTIKA

CIPINANG TAHUN 2020

FARAH SYIFA KHUMAIRA

105421103417

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Makassar untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

Page 2: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

ii

Page 3: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

iii

Page 4: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

iv

Page 5: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

v

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama Lengkap : Farah Syifa Khumaira

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 April 1999

Tahun Masuk : 2017

Peminatan : Kedokteran Klinis

Nama Pembimbing Akademik : dr. Andi Weri Sompa, M.Kes., Sp.S.

Nama Pembimbing Skripsi : dr. Nelly, M.Kes., Sp.PK.

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi

saya yang berjudul:

“HUBUNGAN FAKTOR PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PENGAWA

MENELAN OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT

TUBERKULOSIS DI LAPAS NARKOTIKA CIPINANG TAHUN 2020”

Apabila suatu saat nanti terbukti bahwa saya melakukan tindakan plagiat, maka

saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Makassar, 1 Maret 2021

Farah Syifa Khumaira

105421103417

Page 6: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Farah Syifa Khumaira

Ayah : Jamaluddin

Ibu : Yuniarti

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 April 1999

Agama : Islam

Alamat : Gaharu No.15. Koja, Jakarta Utara

No. Tlp/Hp : 088242911653

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

▪ SD Barunawati IV (2005-2011)

▪ SMP Negeri 30 Jakarta (2011-2014)

▪ SMA Negeri 52 Jakarta (2014-2017)

▪ Pendidikan Dokter, Universitas Muhammadiyah Makassar (2017-2021)

Page 7: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

i

THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND PMO

FACTORS ON COMPLIANCE WITH TUBERCULOSIS MEDICATION IN

CIPINANG NARCOTICS PRISON IN 2020

Farah Syifa Khumaira1*, Nelly Zhusyaka2 1,2Medical Faculty, University of Muhammadiyah Makassar

Corresponding Author : Farah Syifa Khumaira, email : [email protected]

ABSTRACT

Nowdays Tuberculosis is still a health problem in prisons. There are 1

million new cases reported every year. Compliance with treatment is influenced by

attitude, knowledge, and the role of Supervisor for Drug Swallowing/Pengawas

Menelan Obat (PMO). Compliance is a term to describe that the patients swallow

drugs according to the dose, frequency and times every day. Attitude, knowledge

and Supervisor for Drug Swallowing/Pengawas Menelan Obat (PMO) are

predisposing and reinforcing factors that are closed to compliance with treatment.

The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge,

attitudes, and PMO factors on TB drugs compliance at the Cipinang Narcotics

Prison, Jakarta in 2020. The research method used an analytical observational

study with a cross-sectional study design, that the researcher is looking for the

relationship between knowledge, attitude, and PMO and medication compliance

variables including effects by taking instantaneous measurements. The results of

the alternative fisher exact test found that there is no relationship between the

knowledge and the compliance, p-value = 0.165 (p> 0.05). There is no relationship

between Attitude and compliance as well, p-value = 0.054. The other side, there is

a relationship among PMO and compliance, p-value = 0.014. The conclusion in

this study is there is a relationship among PMO and TB drugs compliance at the

Cipinang Narcotics Prison in Jakarta in 2020.

Keywords: Knowledge, attitude, PMO, medication compliance, tuberculosis,

correctional facilities.

Page 8: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

ii

HUBUNGAN FAKTOR PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PMO

TERDAHAP KEPATUHAN MINUM OBAT TUBERKULOSIS DI LAPAS

NARKOTIKA CIPINANG TAHUN 2020

Farah Syifa Khumaira1*, Nelly Zhusyaka2 1,2Medical Faculty, University of Muhammadiyah Makassar

Corresponding Author : Farah Syifa Khumaira, email : [email protected]

ABSTRAK

Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di Lembaga

Pemasyarakatan. Dilaporkan setiap tahun terdapat sejumlah 1 juta kasus

tuberkulosis baru. Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang saat

pengobatan tuberkulosis yaitu sikap, pengetahuan, dan PMO. Kepatuhan

merupakan istilah untuk menggambarkan perilaku pasien dalam menelan obat

secara benar sesuai dosis,frekuensi dan waktunya. Sikap, pengetahuan dan PMO

adalah suatu faktor predisposisi dan faktor penguat yang erat kaitannya dengan

kepatuhan penderita tuberkulosis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

hubungan faktor pengetahuan, sikap, dan PMO terhadap kepatuhan minum obat

tuberkulosis di Lapas Narkotika Cipinang Jakarta Tahun 2020. Metode penelitian

ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan cross

sectional study yang artinya peneliti mencari hubungan antara variabel

pengetahuan, sikap, dan PMO dan variabel kepatuhan minum obat yang termasuk

efek dengan melakukan pengukuran sesaat. Hasil dari uji alternatif fisher exact test

didapatkan pada variabel pengetahuan terhadap kepatuhan nilai p-value = 0.165 (p

> 0.05) dimana tidak terdapat hubungan. Variabel sikap terhadap kepatuhan nilai

p-value = 0,054 dimana tidak terdapat hubungan. Variabel PMO terhadap

kepatuhan nilai p-value = 0,014 dimana terdapat hubungan antara keduanya.

Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara PMO terhadap

kepatuhan minum obat tuberculosis di Lapas Narkotika Cipinang Jakarta pada

tahun 2020.

Kata kunci : Pengetahuan, sikap, PMO, kepatuhan minum obat, tuberkulosis,

lembaga pemasyarakatan.

Page 9: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa tercurahkan atas segala

limpahan rahmat dan nikmat-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan

kepada Rasulullah Muhammad SAW, karena beliaulah sebagai suritauladan yang

membimbing manusia menuju surga. Alhamdulillah berkat hidayah dan

pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian

dengan judul “Hubungan Faktor Pengetahuan, Sikap, Dan PMO Terhadap

Kepatuhan Minum Obat Tuberkulosis Di Lapas Narkotika Cipinang Tahun 2020”.

Proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepada orang tua penulis, ayah Jamaluddin dan ibu Yuniarti yang

senantiasa sabar dan selalu memberikan motivasi serta tidak henti-hentinya

memanjatkan doa sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal penelitian ini.

Selanjutnya penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar

Ayahanda dr.H.Mahmud Gaznawi, Sp.PA(K) yang telah memberikan

sarana dan prasarana sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini

dengan baik.

2. Secara khusus penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih

yang sebanyak-banyaknya kepada dr. Nelly, M.Kes, Sp.PK. selaku

Page 10: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

iv

pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan

memberikan koreksi selama proses penyusunan proposal ini hingga selesai.

3. dr. Andi Weri Sompa, M.Kes, Sp.S selaku pembimbing akademik saya

yang telah memberikan semangat dan motivasi selama proses perkuliahan

dan dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

4. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah

5. Teman-teman sejawat angkatan 2017 Argentaffin yang selalu mendukung

dan memberikan saran dan semangat.

Karena itu dengan segala kerendahan hati penulis akan senang dalam

menerima kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Namun

penulis berharap semoga tetap dapat memberikan manfaat pada pembaca,

masyarakat dan penulis lain. Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Makassar, 1 Maret 2021

Penulis

Page 11: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI

PERNYATAAN PENGESAHAN

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

RIWAYAT HIDUP

ABSTRACT ............................................................................................................. i

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6

A. Tuberkulosis ................................................................................................ 6

1. Definisi Tuberkulosis ............................................................................ 6

Page 12: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

vi

2. Faktor Risiko Tuberkulosis ................................................................... 6

3. Patofisiologi Tuberkulosis .................................................................. 11

4. Perjalanan Penyakit Tuberkulosis ....................................................... 13

5. Gejala Klinis dan Diagnosis Tuberkulosis .......................................... 14

B. Penanggulangan TB di Indonesia .............................................................. 16

1. Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia ...................... 16

2. Pengobatan Tuberkulosis .................................................................... 17

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat ............. 20

4. Konsep Kepatuhan ............................................................................... 20

C. Tinjauan Keislaman ................................................................................... 22

BAB III KERANGKA KONSEP........................................................................... 23

A. Kerangka Teori........................................................................................... 23

B. Konsep Pemikiran ...................................................................................... 23

C. Definisi Operasional................................................................................... 23

D. Hipotesis ..................................................................................................... 23

BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................ 25

A. Design Penelitian ....................................................................................... 25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 25

C. Populasi Penelitian .................................................................................... 25

D. Sampel, Teknik, dan Alat Pengumpulan Data .......................................... 26

E. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...................................................................... 28

F. Data dan Sumber Data .............................................................................. 28

G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 28

Page 13: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

vii

H. Teknik Penyajian Data .............................................................................. 28

I. Etika Penelitian .......................................................................................... 28

J. Alur Penelitian ........................................................................................... 28

BAB V HASIL PENELITIAN............................................................................... 30

A. Gambaran Umum Populasi dan Sampel ................................................... 30

B. Analisis ...................................................................................................... 31

BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................................... 37

A. Hubungan Pengetahuan terhadap Kepatuhan Minum Obat Tuberkulosis di

Lapas Narkotika Cipinang Jakarta ............................................................. 37

B. Hubungan Sikap terhadap Kepatuhan Minum Obat Tuberkulosis di Lapas

Narkotika Cipinang Jakarta ........................................................................ 45

C. Hubungan Pengawas Menelan Obat (PMO) terhadap Kepatuhan Minum

Obat Tuberkulosis di Lapas Narkotika Cipinang Jakarta .......................... 45

BAB VII PENUTUP .............................................................................................. 46

A. Kesimpulan ................................................................................................ 46

B. Saran ........................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 47

LAMPIRAN ........................................................................................................... 44

Page 14: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Teori .................................................................................. 35

Gambar 3.2 Konsep Pemikiran ............................................................................. 36

Gambar 4.1 Alur Penelitian.................................................................................... 46

Page 15: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengelompokan OAT ............................................................................ 17

Tabel 2.2 Jenis, Sifat, dan Dosis OAT Lini Pertama ............................................ 18

Tabel 2.3 Dosis Untuk Panduan OAT KDT Untuk Kategori 1 ............................ 20

Tabel 2.4 Dosis Panduan OAT Kombipak Untuk Kategori 1 ................................ 21

Tabel 2.5 Dosis Untuk Panduan OAT KDT Kategori II ....................................... 21

Tabel 2.6 Dosis Panduan OAT Kombipak Untuk Kategori II .............................. 22

Tabel 2.7 Dosis KDT Untuk Sisipan ..................................................................... 22

Tabel 2.8 Dosis OAT Kombipak Untuk Sisipan ................................................... 22

Tabel 5.1 Distribusi Variabel Penelitian di Lapas Narkotika Cipinang Tahun 2020

................................................................................................................................ 48

Tabel 5.2 Hubungan Pengetahuan terhadap Kepatuhan Minum Obat Tuberkulosis

di Lapas Narkotika Cipinang Jakarta Tahun 2020 ................................................. 50

Tabel 5.3 Hubungan Sikap terhadap Kepatuhan Minum Obat Tuberkulosis di Lapas

Narkotika Cipinang Jakarta Tahun 2020................................................................ 46

Tabel 5.4 Hubungan PMO terhadap Kepatuhan Minum Obat Tuberkulosis di Lapas

Cipinang Jakarta Tahun 2020................................................................................. 46

Page 16: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ........................................................................... 20

Lampiran 2 Surat Kepala Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Jakarta

................................................................................................................................ 21

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian ........................................................................... 29

Lampiran 4 Data Penelitian .................................................................................... 29

Lampiran 5 Analisis SPSS .................................................................................... 29

Page 17: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang menjadi penyebab utama

kesehatan yang buruk, salah satu dari 10 penyebab utama kematian di seluruh dunia

dan menjadi penyebab kematian utama dari agen infeksi (peringkat di atas human

immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syndrome). Basillus

mycobacterium tuberculosis merupakan penyebab sakit tuberkulosis dengan cara

mengeluarkan bakteri ke udara misalnya dengan batuk.1

Menurut laporan World Health Organization (WHO) dalam Global

Tuberculosis Report tahun 2019, diperkirakan sebanyak 10,0 juta diantaranya 5

orang sakit tuberkulosis, kini angka sudah menurun sangat lambat dalam beberapa

tahun terakhir terdapat sekitar 1,2 juta kematian yang ditimbulkan oleh tuberkulosis

diantara orang HIV-Negatif di 2019, dan secara nasional 208.000 kematian Pria

>15 tahun menyumbang sebesar 56% dari keseluruhan TB pada tahun 2019, wanita

menyumbang 31% dan anak (usia <15 tahun) sebesar 12%.3

Salah satu negara dengan beban tinggi untuk tuberkulosis, TB/HIV adalah

Indonesia. Data pada tahun 2020 diperkirakan angka kejadian tuberkuosis sebesar

845.000 orang. Indonesia menempati urutan ke-3 penderita tuberkulosis setelah

India di urutan ke-1 dan China pada urutan ke-2. Akibat penyakit ini telah mencapai

93.000 jiwa meninggal.4

Prevalensi tuberkulosis paru berdasarkan diagnosis dokter menurut

karakteristik di wilayah Provinsi DKI Jakarta Riskesdas 2018. Kelompok umur

Page 18: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

2

terbanyak yaitu 55-64 tahun sebanyak 1,18% prevalensi TB. Jenis kelamin

terbanyak lakilaki dengan angka persentase 0,58%. 5

Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di Lembaga

Pemasyarakatan dengan penemuan kasus pada kelompok-kelompok yang memiliki

risiko tinggi tuberkulosis seperti di Lapas. Dilaporkan setiap tahun terdapat

sejumlah 1 juta kasus tuberkulosis baru.6

Penelitian tuberkulosis di 3 Lapas/Rutan di Jakarta menunjukkan prevalensi

tuberkulosis sebesar 0,78% berdasarkan hasil pemeriksaan sputum BTA. Faktor

yang dapat mempengaruhi kejadian tersebut adalah kondisi penjara, diantaranya

melebihi kapasitas huni, ventilasi buruk, nutrisi yang buruk, dan sulitnya akses ke

pelayanan kesehatan, pengobatan yang kurang adekuat.7

Angka kejadian tuberkulosis di rutan atau lapas yang tinggi dikarenakan

oleh karakteristik warga binaan yang merupakan populasi dengan risiko tinggi

untuk terjadinya tuberkulosis. Risiko diperparah juga dengan kondisi rutan atau

lapas yang padat, melebihi kapasitas, penemuan kasus tuberkulosis yang terlambat,

tidak adanya skrining rutin terhadap tuberkulosis, kondisi lingkungan fisik dan

asupan gizi yang buruk.8

Faktor-faktor diantaranya yang dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang

dalam pengobatan tuberkulosis yaitu predisposing, factor enabling, dan factor

reinforcing. Predisposing factor terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, sikap, nilai-

nilai dan keyakinan. Enabling factor terdiri dari lingkungan fisik diantaranya sarana

maupun prasarana yang meliputi keterampilan kesehatan, puskesmas, obat, alat,

dan perundang-undangan. Reinforcing factor seperti petugas kesehatan seperti

pengambil keputusan, keluarga dan PMO.9

Page 19: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

3

Kepatuhan minum obat mendapat pengawasan langsung dari PMO

(Pengawas Menelan Obat) yang berasal dari petugas kesehatan, kader, dan

keluarga. Hal tersebut dikarenakan banyaknya obat yang harus dikonsumsi dalam

jangka waktu lama. Pengawasan langsung meminum obat dari orang terdekat

bertujuan untuk mengurangi kelalaian pasien yang dapat berdampak pada

kegagalan dalam pengobatan.9

Dalam aspek keislaman didapatkan beberapa hal yakni:

Terjemah: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari

Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan

petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS.Yunus:57).29

Setiap penyakit terdapat penawarnya dari sisi Allah subhanahu wata’ala.

Penyakit di dalam tubuh manusia saja Allah turunkan obatnya,apalagi hanya

penyakit hati.11

Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Kumalasari menyatakan ada

hubungan signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan minum obat p:0.024.

Penelitian dilakukan oleh Dewi pada menunjukan tidak ada hubungan antara sikap

dengan kepatuhan minum obat p:0,203 berkebalikan dengan teori faktor kepatuhan

minum obat. Penelitian dilakukan oleh Anthony terdapat hubungan antara PMO

dengan kepatuhan minum obat p: 0.00. Pada penelitian kali ini peneliti tertarik

untuk meneliti hubungan pengetahuan, sikap, dan PMO dengan kepatuhan minum

Page 20: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

4

obat sehingga didapatkan faktor apa yang paling mendominasi terhadap kepatuhan

minum obat di Lapas Narkotika Cipinang Jakarta tahun 2020.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana hubungan faktor pengetahuan, sikap, dan PMO terhadap

kepatuhan minum obat tuberkulosis di Lapas Narkotika Cipinang Jakarta pada

tahun 2020?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan faktor pengetahuan, sikap, dan PMO terhadap

kepatuhan minum obat tuberkulosis di Lapas Narkotika Cipinang Jakarta

Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui tingkat pengetahuan pasien tuberkulosis di Lapas Cipinang

Jakarta Tahun 2020.

b. Diketahui sikap pasien tuberkulosis di Lapas Cipinang Jakarta Tahun

2020.

c. Diketahui faktor PMO terhadap pasien tuberkulosis di Lapas Cipinang

Jakarta Tahun 2020.

d. Diketahui tingkat kepatuhan minum obat tuberkulosis di Lapas Cipinang

Jakarta Tahun 2020.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat penelitian bagi peneliti adalah untuk mengetahui patofisiologi

tuberkulosis dan faktor-faktor yang berperan dalam respon terapi

Page 21: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

5

2. Manfaat penelitian untuk Universitas adalah hasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai sumber referensi dan pustaka berkaitan dengan hubungan

pengetahuan, sikap, dan PMO terhadap kepatuhan minum obat tuberkulosis.

3. Manfaat penelitian untuk masyarakat adalah untuk menambah pengetahuan

tentang penyakit tuberkulosis sehingga mampu menjalani pengobatan

secara maksimal.

Page 22: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TUBERKULOSIS

1. Definisi Tuberkulosis

Mycobacterium Tuberculosis merupakan penyebab penyakit melular

tuberkulosis sebagian besar menyerang organ paru dan dapat menyerang organ

tubuh lainnya. Tuberkulosis adalah penyakit infeksius terutama menyerang

parenkim paru. Bacil Mycobacterium Tuberculosis juga merupakan salah satu

penyakit saluran pernafasan bagian bawah.12

Bakteri M. tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone

infection yang selanjutnya dikenal sebagai fokus primer. Tuberkulosis paru

merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan infeksi bakteri M.

tuberculosis sebagian besar menyerang paru – paru. Bakteri ini termasuk basil gram

positif, dinding sel megandung komplek lipida glikolipida serta lilin yan ditembus

oleh zat kimia.12

2. Faktor Risiko Tuberkulosis

Faktor risiko yang berperan dalam kejadian penyakit tuberkulosis adalah

lingkungan dan individu. Diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Faktor Karakteristik Individu

Beberapa faktor karakteristik individu adalah :

1) Faktor Umur

Angka kejadian tuberkulosis paru meningkat seiring dengan bertambahnya

usia. Pada wanita angka kejadian mencapai maksimum pada usia 40-50 tahun dan

Page 23: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

7

akan terus berkurang sedangkan pada pria angka kejadian terus meningkat sampai

usia 60 tahun.13

2) Faktor Jenis Kelamin

Angka kejadian pada pria cukup tinggi pada semua usia akan tetapi angka

pada wanita cenderung akan menurun setelah melewati usia subur. Hal ini

dibuktikan catatan statistik, lebih banyak penderita tuberkulosis adalah wanita

namun hal ini masih membutuhkan penyelidikan dan penelitian yang lebih lanjut.13

3) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang mengenai

rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit tuberkulosis,

dengan adanya pengetahuan yang cukup maka seseorang cenderung mempunyai

pengetahuan hidup bersih dan sehat. Selain itu, jenis pekerjaan akan berpengaruh

terhadap tingkat pendidikan seseorang.13

4) Pekerjaan

Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap

individu. Bila bekerja di lingkungan dengan paparan partikel debu di maka akan

mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernapasan. Jenis pekerjaan

seseorang dapat berpengaruh terhadap pendapatan keluarga yang berdampak

terhadap pola hidup diantaranya konsumsi makanan, pemeliharaan kesehatan, dan

akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (konstruksi rumah). Dalam hal

jenis konstruksi rumah dengan pendapatan yang kurang maka konstruksi rumah

yang dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mempermudah

terjadinya penularan penyakit TB. 13

Page 24: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

8

5) Kebiasaan Merokok

Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan risiko

untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik

dan kanker kandung kemih. Kebiasaan merokok meningkatkan risiko untuk

terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. Dengan adanya kebiasaan tersebut akan

mempermudah untuk terjadinya infeksi TB. 13

6) Status Gizi

Status gizi merupakan variabel yang sangat berperan dalam timbulnya

kejadian TB. Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap daya

tahan tubuh dan respon imun terhadap penyakit. 13

7) Kondisi Sosial Ekonomi

Penurunan pendapatan menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli

dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status

gizi. Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang

menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TB. 13

8) Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap penyakit tuberkulosis (TB) adalah

pengetahuan yang dapat menjadikan seseorang untuk mudah terinfeksi/tertular

kuman TB misalnya bersin, batuk, meludah sembarangan, merokok dan kebiasaan

menjemur kasur ataupun bantal. 13

b. Faktor Risiko Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan yang menjadi faktor risiko terhadap kejadian

TB paru adalah:

Page 25: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

9

1) Kepadatan hunian

Luas bangunan rumah sehat harus memadai untuk penghuni di dalamnya,

luas lantai bangunan rumah haruslah disesuaikan dengan jumlah penghuni agar

tidak menyebabkan kapasitas berlebih dalam suatu hunian. Hal ini tidak sehat,

apabila salah satu penghuni terkena penyakit infeksi, maka akan mempermudah

penularan kepada anggota keluarga lainnya. 13

2) Pencahayaan

Rumah yang sehat memerlukan pencahayaan yang cukup memadai, tidak

terlalu remang dan tidak terlalu silau. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam

rumah, terutama cahaya matahari merupakan tempat yang baik untuk

berkembangnya bibit. Penularan TB tidak tahan pada sinar matahari. Apabila sinar

matahari masuk dalam rumah serta sirkulasi udara yang diatur maka risiko

penularan akan sangat berkurang. 13

3) Ventilasi

Kurangnya ventilasi dapat menyebabkan berkurangnya kadar oksigen di

dalam ruangan, dan akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan.

Pertumbuhan bakteri memperlukan kelembapan yang baik.13

4) Kondisi Ruangan

Salah satu faktor risiko penularan penyakit tuberkulosis adalah kondisi

ruangan. Lantai, dinding dan atap merupakan tempat perkembangbiakan kuman.

Media yang baik bagi perkembangan kuman Mycobacterium Tuberculosis

diantaranya adalah dinding dan lantai yang sulit dibersihkan dapat menyebabkan

penumpukkan debu.13

Page 26: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

10

5) Kelembapan udara

Kuman tuberkulosis (TB) dapat bertahan hidup selama beberapa jam di

tempat yang gelap dan lembab tetapi akan cepat mati bila terkena sinar matahari

langsung.13

6) Suhu

Suhu dalam ruangan harus dapat diatur sehingga tubuh tidak kepanasan atau

terlalu banyak kehilangan. Suhu dalam rumah yang ideal adalah berkisar antara

18℃.13

7) Ketinggian wilayah

Menurut Olander, ketinggian secara umum mempengaruhi kelembaban

dan suhu lingkungan. Setiap kenaikan 100 meter selisih suhu udara dengan

permukaan laut sebesar 0,5 ℃. Mycobacterium Tuberculosis sangat aerob,

sehingga diperkirakan kerapatan pegunungan akan mempengaruhi viabilitas

kuman TB.13

3. Patofisiologi Tuberkulosis

Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran

pernapasan, luka terbuka pada kulit dan saluran pencernaan. Infeksi tuberkulosis

berasal dari kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi

yang masuk melalui inhalasi droplet.14

Respon imunitas mengendalikan penyakit tuberkulosis dengan cara

melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, selanjutnya

basil tuberkel yang telah mencapai permukaan alveolus kemudian di inhalasi yang

Page 27: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

11

terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang memiliki bentuk lebih besar akan

tertahan di rongga hidung dan cabang bronkhus namun tidak menyebabkan

penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel membuat reaksi

inflamasi. Bakteri di fagositosis oleh leukosit polimorfnuklear namun tidak sampai

membunuh. Setelah hari pertama leukosit diganti oleh makrofag.14

Makrofag menjadi lebih panjang setelah melakukan infiltrasi dan sebagian

bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit selama 10

– 20 hari. Gambaran yang relatif padat dan seperti keju yang disebut sebagai

nekrosis kaseosa tampak pada nekrosis bagian sentral lesi yang biasa disebut lesi

primer. Sel epiteloid dan fibroblast berada pada daerah yang mengalami nekrosis

kaseosa dan jaringan granulasi. Jaringan granulasi membentuk jaringan parut yang

selanjutnya membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.14

Lesi primer paru-paru dinamakan fokus ghon dan gabungan terserangnya

kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon

lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair

lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang

dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakheobronkial.

Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat

terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi rongga-

rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar. bersama batuk. Bila

lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi pleura tuberkulosa.14

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.

Organisme yang lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah

Page 28: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

12

dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai

organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen, yang

biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut

yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik

merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem

vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh.14

4. Perjalanan Penyakit Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang

paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.15

a. Cara Penularan

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau

bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet

nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada

dalam waktu yang lama. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam

keadaan yang gelap dan lembab.

Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang

dikeluarkan dari parunya. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman

TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup

udara tersebut.15

b. Risiko Penularan

Page 29: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

13

Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak.

Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of

Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB

selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000

penduduk terinfeksi setiap tahun. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan

seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya

infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).

HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB

menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan

tubuh seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi penyerta

(oportunistic), seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit

parah bahkan bisa mengakibatkan kematian .15

5. Gejala Klinis dan Diagnosis Tuberkulosis

a. Gejala klinis pasien TB

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur

darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan

menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang

lebih dari satu bulan.16

b. Diagnosis TB

Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu

sewaktu - pagi - sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan

dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan

Page 30: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

14

BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.

Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan, dan uji kepekaan dapat digunakan

sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak

dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.

Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.

Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk

pada meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (pleuritis), pembesaran kelenjar

limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus)

pada spondilitis TB dan lainnya.

Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat

ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan

menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada

metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik,

misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.16

Sejak tahun 2010 WHO sudah merekomendasikan TCM sebagai

pemeriksaan awal untuk diagnosis TB-MDR. Kehadiran TCM merupakan revolusi

baru dalam diagnosis TBC yang berkontribusi terhadap diagnosis cepat kasus TBC

dan TB-MDR dalam waktu 2 jam dibandingkan dengan pemeriksaan biakan dan uji

kepekaan dengan metode konvensional yang membutuhkan waktu 3-4 bulan. Hasil

diagnosis TB-MDR oleh TCM digunakan sebagai dasar pengobatan pasien namun

tidak menyingkirkan kebutuhan akan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan OAT

karena TCM hanya mendeteksi TBC kebal obat rifampisin saja.17

B. PENANGGULANGAN TB DI INDONESIA

Page 31: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

15

1. Kebijakan Penanggulangan TB di Indonesia

Penanggulangan TB dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi, yang

meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin

ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).

Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan pedoman standar nasional

sebagai kerangka dasar dan memperhatikan kebijakan global untuk

penanggulanganTB.

Penemuan dan pengobatan untuk penanggulangan TB dilaksanakan oleh

seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang meliputi Puskesmas,

Klinik, dan Dokter Praktik Mandiri (DPM) serta Fasilitas Kesehatan Rujukan

Tingkat Lanjut (FKRTL).

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB disediakan oleh

pemerintah dan diberikan secara cuma-cuma. Keberpihakan kepada masyarakat dan

pasien TB. Pasien TB tidak dipisahkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.

Penanggulangan TB dilaksanakan melalui penggalangan kerjasama dan

kemitraan diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swasta dan masyarakat

melalui forum koordinasi TB. Penguatan manajemen program penanggulangan

TB ditujukan memberikan kontribusi terhadap penguatan sistem kesehatan

nasional.

Pelaksanaan program menerapkan prinsip dan nilai inklusif, proaktif,

efektif, responsif, profesional dan akuntabel. Penguatan kepemimpinan program

ditujukan untuk meningkatkan komitmen pemerintah daerah dan pusat terhadap

Page 32: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

16

keberlangsungan program dan pencapaian target strategi global penanggulangan

TB yaitu eliminasi TB tahun 2035.18

2. Pengobatan Tuberkulosis

Tabel 2.1 Pengelompokan OAT

Sumber: Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis

Tabel 2.2 Jenis, Sifat, dan Dosis OAT lini pertama

Sumber: Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:

OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah

cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT

tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih

menguntungkan dan sangat dianjurkan. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan

obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh

seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).20

Page 33: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

17

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Tahap awal (intensif).20

a. Tahap Intensif

Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu

diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila

pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menjadi

tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.20 Sebagian besar pasien TB BTA

positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

b. Tahap Lanjutan

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam

jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman

persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan Paduan OAT yang digunakan

di Indonesia.20 Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian

Tuberkulosis di Indonesia:

1) Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.

2) Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3.

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE) Obat

yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resistan obat di Indonesia terdiri dari

OAT lini ke-2 yaitu Kanamycin, Capreomisin, Levofloksasin, Ethionamide,

sikloserin dan PAS, serta OAT lini-1, yaitu pirazinamid and etambutol.

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari

Page 34: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

18

kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat

badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.20

c. Paket Kombipak

Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid

dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan

program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping

OAT KDT. Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket,

dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan

(kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam

satu (1) masa pengobatan.20

1) Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

- Pasien baru TB paru BTA positif.

- Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

- Pasien TB ekstra paru

Tabel 2.3 Dosis untuk panduan OAT KDT untuk kategori 1

Sumber: Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis

Page 35: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

19

Tabel 2.4 Dosis paduan OAT kombipak untuk kategori 1

Sumber: Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis

2) Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:

- Pasien kambuh

- Pasien gagal

- Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat

- Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis

Tabel 2.5 Dosis untuk panduan OAT KDT Kategori 2

Sumber: Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis

Tabel 2.6 Dosis panduan OAT kombipak untuk kategori 2

Sumber: Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis

Catatan:

Page 36: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

20

- Untuk pasien yang berumur 60tahun ke atas dosis maksimal untuk

streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.

- Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.

- Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan

aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).

- OAT Sisipan (HRZE) Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket

untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).

Tabel 2.7 Dosis KDT untuk sisipan

Sumber: Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis

Tabel 2.8 Dosis OAT Kombipak untuk sisipan

Sumber: Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis

Penggunaan OAT lini kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru

tanpa indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada

OAT lini pertama. Disamping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko

resistensi pada OAT lini kedua.20

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat

Page 37: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

21

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat, yaitu:

a. Pengobatan

Studi kualitatif yang dilakukan oleh Gebreweld dkk. menyatakan bahwa

lama pengobatan dan efek samping obat menjadi hambatan dalam kepatuhan

pengobatan pasien TB paru.10

b. Faktor komunikasi

Komunikasi antara pasien dengan petugas kesehatan mempengaruhi

kepatuhan. Informasi dan pengawasan yang kurang tepat, ketidak puasaan dalam

hubungan emosi dan komunikasi antara pasien dengan petugas kesehatan

mempengaruhi kepatuhan. Informasi dan pengawasan yang kurang, ketidak

puasaan dalam hubungan emosional antara pasien dengan petugas kesehatan, dan

ketidak puasan layanan bisa mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien.10

c. Pengetahuan

Informasi yang jelas dan benar akan membuat pasien mengetahui akan

penyakitnya. Pendidikan kesehatan terkait pengobatan TB paru dan dampak yang

timbul jika tidak patuh pengobatan merupakan salah satu pengetahuan yang harus

dimiliki oleh pasien TB paru dan petugas kesehatan. Semakin baik pengetahuan

pasien TB paru terkait penyakitnya semakin baik pula kepatuhan dalam berobat.

Hal ini juga berlaku untuk pengetahuan dari PMO, yang semakin baik

pengetahuannya dapat meningkatkan kepatuhan berobat dari pasien TB paru.10

Secara garis besar, pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan, yaitu:

1) Tahu: diartikan hanya sebagairecall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

Page 38: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

22

2) Memahami: dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang

diketahui tersebut.

3) Aplikasi: dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui

tersebut pada situasi yang lain

4) Analisis: kemampuan untuk menjabarkan atau memisahkan, kemudian

mencari hubungan antara komponen yang terdapat dalam suatu masalah

atau objek yang diketahui.

5) Sintesis: kemampuan untuk merangkum atau meletakkan dalam satu

hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang dimiliki.

6) Evaluasi: kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

objek tertentu.2

d. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan menjadi sarana penting, pasien bisa mendapatkan

pelayanan kesehatan secara langsung. Tersedianya fasilitas kesehatan dan

kemampuan pasien untuk menjangkau fasilitas kesehatan dapat mempengaruhi

kepatuhan pasien. Jika pasien tidak dapat menjangkau fasilitas kesehatan

bagaimana dia mengetahui informasi terkait penyakitnya).10

e. Faktor individu

Menurut Niven faktor individu terdiri dari sikap atau motivasi individu

untuk sembuh dan keyakinan.10

1) Sikap atau motivasi individu untuk sembuh

Motivasi sembuh pasien TB paru adalah faktor penting untuk menunjang

keberhasilan dalam pengobatan. Motivasi yang kuat dapat mempengaruhi

Page 39: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

23

kepatuhan dalam pengobatan TB paru.10 Sikap merupakan kumpulan gejala atau

sindroma dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan

pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Sikap adalah kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.

2) Sikap itu terdiri dari 4 komponen pokok, yaitu :

i. Kepercayaan atau keyakinan ide dan konsep terhadap objek.

Bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap

objek. Sikap orang terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit TB paru

misalnya, bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap penyakit

tuberkulosis paru.

ii. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek.

Bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut

terhadap objek. Seperti contoh, bagaimana orang menilai terhadap penyakit TB

paru, apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan.

iii. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku

terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka

(tindakan).2

iv. Bertanggungjawab (responsible)

Bertanggungjawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang

telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya dia harus berani

Page 40: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

24

mengambil resiko kalau ada orang lain yang mencemoohkannya atau adanya resiko

lain.

f. Dukungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan pasien. Keluarga

saling berinteraksi dalam keseharian. Sehingga, perubahan interaksi yang terjadi

dalam keluarga pasien TB paru dapat mempengaruhi perasaan atau psikologis dari

pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Niven, yang mengatakan bahwa

dukungan dari keluarga dan teman dekat dapat membantu kepatuhan pasien dalam

pengobatan.10

g. Dukungan sosial

Dukungan yang berasal dari lingkungan sosial pasien bisa dari teman,

tetangga, tokoh agama, atau tokoh masyarakat yang ada di lingkungan tempat dia

tinggal. Peran orang-orang tersebut bisa meningkatkan semangat dan rasa dihargai

pasien, sehingga dia memiliki harapan sembuh yang tinggi.10

h. Dukungan petugas kesehatan dan PMO

Petugas kesehatan sebagai promotor dalam menjalankan program-program

kesehatan dan penanggulangan suatu penyakit. Pasien TB paru yang mendapat

penyuluhan memiliki kemungkinan 4,19 kali lebih patuh untuk berobat

dibandingkan penderita yang tidak mendapat penyuluhan kesehatan dan mereka

yang mendapat kunjungan rumah dari petugas kesehatan mempunyai kemungkinan

2,15 kali lebih patuh pengobatan dibandingkan pasien yang tidak dikunjungi.10

PMO (Pengawas Menelan Obat) adalah seseorang yang memberikan

dorongan kepada penderita agar mau berobat secara teratur dan mengingatkan

Page 41: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

25

penderita untuk periksa ulang dahak pada waktu yang ditentukan. Persyaratan PMO

adalah sebagai berikut:

1) Seseorang yang dikenal, dipercayai dan disetujui, baik oleh petugas

kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh

pasien.

2) Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.

3) Bersedia membantu pasien dengan sukarela.

4) Bersedia dilatih dan atau mendapatkan penyuluhan bersama-sama dengan

pasien.

Tugas Seorang PMO adalah sebagai berikut:

1) Mengawasi pasien TBC agar menelan obat secara teratur sampai selesai

pengobatan.

2) Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.

3) Mengingatkan pasien untuk periksa kembali ulang dahak pada waktu yang

telah ditentukan.

4) Memberikan penyuluhan pada anggota keluarga pasien TBC yang

mempunyai gejala-gejala mencurigakan TBC untuk segera memeriksakan

diri ke fasilitas pelayanan kesehatan.10

Hal-hal yang perlu dihadapi PMO untuk sampai kepada pasien dan keluarganya:

1) TBC disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan.

2) TBC dapat disembuhkan dengan pengobatan yang teratur.

3) Cara memberikan pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan).

4) Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur.

Page 42: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

26

5) Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera

meminta pertolongan ke fasyankes.10

4. Konsep Kepatuhan

a. Definisi Kepatuhan

Kepatuhan adalah suatu sikap yang merupakan respon yang hanya muncul

apabila individu tersebut diharapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya

reaksi individual. Jika individu tidak mematuhi apa yang telah menjadi ketetapan

dapat dikatakan tidak patuh.

Pada penelitian lain didapatkan bahwa kepatuhan adalah suatu tindakan atau

perbuatan yang dilakukan berdasarkan keinginan orang lain atau melakukan apa-

apa yang diminta oleh orang lain, kepatuhan mengacu pada perikalu yang terjadi

sebagai respon terhadap permintaan langsung dan berasal dari pihak lain.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah sesuatu yang dapat

meningkatkan atau menurunkan kepatuhan penderita terhadap pengobatan.

1) Faktor Predisposisi (Predisposing Factors): Faktor-faktor predisposisi

(Predisposing Factors), faktor sebelum terjadinya suatu perilaku yang

termasuk dalam faktor predisposisi:

i. Usia

Usia merupakan variabel yang cukup penting karena cukup banyak penyakit

ditemukan disebabkan oleh umur. Penyakit TBC yang paling sering ditemukan

pada usia muda atau usia produktif 15-50 tahun.

ii. Jenis kelamin

Page 43: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

27

Berdasarkan penelitian Kodoy jumlah pasien lebih banyak terjadi pada laki-

laki dibandingkan perempuan. Hal ini dikarenakan laki-laki kebanyakan keluar

rumah mencari nafkah, dengan frekuensi keluar rumah yang menungkinkan

terjadinya penularan TBC, mobilitas yang tinggi dapat menurunkan kekebalan

tubuh sehingga mudah terkena TBC. Selain itu kebiasaan merokok dan

mengkonsumsi alkohol dapat menurunkan kekebalan tubuh sehingga dapat mudah

terkena TBC.

iii. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan landasan seseorang dalam berbuat sesuatu,

membuat lebih mengerti dan memahami sesuatu, atau menerima dan menolak

sesuatu. Pada pasien yang tidak patuh berobat adalah pasien dengan pendidikan

yang rendah hal ini membuktikan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan

mempengaruhi pengetahuan. Sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka

seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat.10

iv. Status pekerjaan

Pekerjaan merupakan sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Untuk

melakukan suatu pekerjaan membutuhkan waktu yang relatif lama, kemungkinan

untuk memperhatikan lingkungan cenderung menurun. Selain itu, pendapatan

yang relatif rendah masyarakat akan cenderung untuk lebih memikirkan hal-hal

pokok antara lain pangan, sandang, papan.10

C. Tinjauan Keislaman

Pada dasarnya semua penyakit berasal dari Allah, maka yang dapat

menyembuhkan juga hanyalah Allah. Tetapi, untuk mencapai kesembuhan tersebut

Page 44: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

28

tentunya diperlukan usaha yang maksimal. Sesungguhnya Allah mendatangkan

penyakit, maka bersamaan dengan itu Allah juga mendatangkan penawarnya. Hal

ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW ‘Abu Dharda berkata ‘diwaktu saya

beserta Rasulullah bersabda ‘Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit serta obat

dan diadakan Nya bagi tiap penyakit obatnya, maka berobatlah kamu, tetapi

janganlah kamu berobat dengan yang haram’. (HR Abu Daud).23

Berdasarkan beberapa hadist tersebut dapat diketahui bahwa Allah SWT

tidak akan menurunkan obatnya, baik itu penyakit yang muncul pada zaman Nabi

maupun sesudah Nabi. Segala jenis penyakit pasti memiliki penawarnya sehingga

setiap enyakit tersebut akan sembuh atas seizin Allah. Allah SWT menciptakan

segala sesuatu yang ada di alam semesta ini dalam keadaan seimbang. Begitu pula

tubuh manusia juga yang diciptakan dalam keadaan yang seimbang.23

Terjemah: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari

Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan

petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS.Yunus:57).29

Wahai sekalian manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian nasihat

dari tuhan kalian yang memperingatkan kalian dari siksaan Allah dan menakuti

kalian dengan ancaman-NYa, yaitu al-qur’an dan apa yang dikandungnya berupa

ayat-ayat dan nasihat-nasihat untuk memperbaiki akhlak-akhlak kalian dan amal

perbuatan kalian. Dan di dalamnya juga terdapat obat bagi hati dari kebodohan,

Page 45: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

29

kesyirikan dan seluruh penyakit, ,serta merupakan petunjuk lurus bagi orang yang

mengikutinya dari seluruh makhluk, sehingga menyelamatkannya dari kebinasaan.

Allah menjadikannya sebagai kenikmatan dan rahmat bagi kaum mukminin dan

mengistimewakan mereka dengan itu secara khusus; karena merekalah yang dapat

mengambil manfaat dengan iman, sedangkan orang-orang kafir,maka ia adalah

kegelapan bagi mereka.29

Tafsir Al-Muyassar/Kementrian Agama Saudi Arabia Wahai manusia, telah

datang kepada kalian Kitab Suci Al-Qur`ān yang berisi peringatan, anjuran dan

larangan. Al-Qur`ān adalah obat penawar untuk penyakit bimbang dan ragu yang

bersarang di dalam hati. Al-Qur`ān adalah petunjuk ke jalan yang benar. Dan Al-

Qur`ān mengandung rahmat bagi orang-orang yang beriman, karena merekalah

yang memanfaatkannya.29

Terjemah: “Dan kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar

dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zhalim (Al-

Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.” (QS.Al-Isra:82).30

Dan Kami turunkan Al-Qur'an kepadamu wahai Nabi

Muhammad, sebagai obat penawar berbagai macam penyakit hati dan rahmat bagi

orang-orang yang beriman yang mengamalkan tuntunannya, sedangkan bagi orang-

orang yang zalim, Al-Qur'an itu hanya akan menambah kerugian disebabkan oleh

kekufuran mereka. Setiap kali mendengar bacaan AlQur'an semakin bertambah

kekufurannya.30

Page 46: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

30

Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang muslim yang tertimpa gangguan

berupa penyakit atau semacamnya,kecuali Allah akan menggugurkan Bersama

dengannya dosa dosanya, sebagaimana pohon yang menggugurkan dedaunannya.”

(HR. Bukhari dan Muslim).23

Pengobatan Nabi termasuk obat-obatan yang menyembuhkan penyakit

adalah sesuatu yang tidak diketahui oleh akal banyak pemuka dokter, tidak pula

dicapai oleh ilmu, eksperimen dan analogi mereka. Di antara obat hati dan ruhani

adalah kekuatan hati dan penyandarannya kepada Allah, tawakal, berlindung

kepada-Nya, bersimpuh dan menangis di hadapan-Nya, merendah kepada-Nya,

sedekah, doa, taubat, istighfar, berbuat baik kepada makhluk, membantu orang yang

membutuhkan dan melapangkan orang yang kesusahan.24

Page 47: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

31

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. KERANGKA TEORI

Gambar 3.1 Kerangka Teori

B. KONSEP PEMIKIRAN

Gambar 3.2 Konsep Pemikiran

Mycobacterium

Tuberculosis

Menginfeksi Tahanan dan

Narapidana

Terdiagnosis tuberkulosis

paru menurut hasil TCM

Terapi Tuberkulosis

Gejala Klinis

a. Batuk berdahak >2-3

minggu

b. Dahak campur darah

c. Sesak napas

d. Badan lemas

e. Nafsu makan menurun

f. Berat badan menurun

g. Malaise

h. Keringat malam tanpa

kegiatan fisik

Keberhasilan Terapi

Tuberkulosis

Faktor Pengetahuan,

Sikap, dan PMO

Kepatuhan Minum

Obat Tuberkulosis

Variabel Independen Variabel Dependen

Jenis Pengobatan

Variabel Perancu

Page 48: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

32

C. DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBJEKTIF

Tabel 3.3 Tabel Definisi Operasional

Variabel

Penelitian

Definisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Pengetahuan Hal-hal yang

diketahui klien

sehubungan dengan

kepatuhan minum

obat tuberkulosis

Paru

Skala Likert

Skor tertinggi

responden

berjumlah 40.

1. Pengetahuan

baik,apabila skor

jawaban >75%

nilai keseluruhan

>30.

2. Pengetahuan

cukup,apabila

skor jawaba

<75% nilai

keseluruhan 0-30.

Ordinal

Sikap Reaksi/respon

tertutup berupa

sikap dari dalam diri

penderita

tuberkulosis paru

terhadap kepatuhan

minum obat

tuberkulosis paru dan

merupakan tanda

kesiapan untuk

bertindak

Kuesioner Skor:untuk

jawaban:

Benar : 1

Salah: 0

Kategori sikap:

1. kurang : <55%

2. Baik : >56%

Ordinal

PMO Pengawas menelan

obat merupakan

petugas yang

mendampingi pasien

TBC dan

mengingatkan untuk

meminum obat.

Kuesioner PMO mendukung

skor >7,5

Peran PMO tidak

mendukung skor

<7,5

Nominal

Kepatuhan

Minum Obat

Patuh berobat

adalah yang

menyelesaikan

pengobatan secara

teratur dan lengkap

tanpa terputus

selama minimal 6

Kuesioner

MMAS-8

Skor 6-8:

Kepatuhan Tinggi

Skor <6:

Kepatuhan

Rendah

Ordinal

Page 49: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

33

D. HIPOTESIS

1. Hipotesis Alternatif (HA)

Terdapat hubungan antara faktor pengetahuan, sikap, dan PMO terhadap

kepatuhan minum obat di Lapas Narkotika Cipinang Jakarta pada tahun 2020.

2. Hipotesis Null (H0)

Tidak terdapat hubungan antara faktor pengetahuan, sikap, dan PMO

terhadap kepatuhan minum obat di Lapas Narkotika Cipinang Jakarta pada tahun

2020.

bulan sampai 9

bulan sesuai yang

telah ditentukan

Page 50: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

34

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan

rancangan cross sectional study yang artinya peneliti mencari hubungan antara

variabel pengetahuan, sikap, dan PMO dan variabel kepatuhan minum obat yang

termasuk efek dengan melakukan pengukuran sesaat.

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian: Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan

Narkotika Cipinang Jakarta Timur Provinsi DKI Jakarta.

2. Waktu Penelitian: Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2020

Triwulan III dan IV.

C. POPULASI PENELITIAN

Tahanan dan Narapidana Lapas Narotika Cipinang Jakata tahun 2020.

D. SAMPEL, TEKNIK, DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

1. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah warga binaan Lapas Narotika Cipinang

Jakata yang terdiagnosis TB pada tahun 2020.

Besar sampel yang digunakan adalah penderita TB paru yang menjalani

pengobatan OAT yang memenuhi kriteria inklusi di Lapas Narotika Cipinang

Jakata tahun 2020 sebanyak minimal 11 sampel.

n1 = n2 = (Zα√2PQ + Zβ √P1Q1 + P2Q2

(P1 − P2))

2

Page 51: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

35

Keterangan:

n : jumlah sampel

𝑍𝛼 : deviat baku alfa

𝑍𝛽 : deviat baku beta

𝑃2 : Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya

𝑄2 : 1 - P2

𝑃1 : proporsi pada kelompok lainya (judgement peneliti)

𝑄1 : 1 – P1

𝑃1 − 𝑃2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna

𝑃 : Proporsi total = (P1 + P2)/2

𝑄 : 1 – P

Aplikasi rumus berdasarkan sampel yang digunakan:

n1 = n2 = (Zα√2PQ + Zβ √P1Q1 + P2Q2

(P1 − P2))

2

n1 = n2 = (1,0,842√2x0,3x0,7 + 1,282√0,1x0,9 + 0,5x0,5

0,1 − 0,5)

2

n1 = n2 = (0,842√2x0,3x0,7 + 1,282√0,1x0,9 + 0,5x0,5

0,1 − 0,5)

2

n1 = n2 = (0,842√0,42 + 1,282√0,34

−0,4)

2

n1 = n2 = (0,842x0,64 + 1,282x0,58

−0,4)

2

n1 = n2 = (0,538 + 0,743

−0,4)

2

Page 52: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

36

n1 = n2 = (1,281

−0,4)

2

n1 = n2 = 11

Maka besar sampel yang didapatkan adalah minimal 11 sampel.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel penelitian ini diambil dengan Teknik non-probability sampling

dengan tipe purposive sampling. Pada cara ini seluruh responden yang memenuhi

kriteria inklusi merupakan subjek penelitian.

3. Alat pengumpulan data

Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini berasal dari data primer

berupa kuesioner MMAS-8 (Morisky Medication Adherence Scales-8), kuesioner

sikap, kuesioner PMO dan skala likert.

E. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien tuberkulosis yang memulai dan menjalani pengobatan di Lapas

narkotika Cipinang Jakarta pada tahun 2020.

b. Narapidana yang bersedia menjadi responden.

c. Usia penderita TB dewasa (20 – 60 tahun).

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien tuberkulosis yang pindah.

b. Pasien bebas masa tahanan.

c. Pasien meninggal.

F. DATA DAN SUMBER DATA

1. Data Primer

Page 53: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

37

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner (Morisky

Medication Adherence Scales-8) MMAS-8 , Skala Likert, Kuesioner sikap, dan

kuesioner PMO.

Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) adalah suatu instrumen

berupa kuesioner yang digunakan untuk menilai kepatuhan terapi. Kuesioner ini

tersusun atas delapan pertanyaan. Kategori respon diisi dengan jawaban “ya” atau

“tidak” untuk item pertanyaan nomor 1 sampai 7. Pada item pertanyaan nomor 1- 4

dan 6-7 nilai 1 bila jawaban “tidak” dan 0 bila jawaban “ya”, sedangkan item

pertanyaan nomor 5 dinilai 1 bila jawaban “ya” dan 0 bila jawaban “tidak”. Item

pertanyaan nomor 8 dinilai dengan 5 skala likert dengan nilai 1=tidak pernah,

0,75=sesekali, 0,5=kadang-kadang, 0,25=biasanya, dan 0=selalu. Skor total dari

hasil perhitungan kuesioner ini berentang antara 0-8. Selanjutnya, interpretasi

kepatuhan penggunaan obat MMAS-8 dikategorikan menjadi 2 tingkatan

kepatuhan, yaitu kepatuhan tinggi (nilai = 6-8), dan kepatuhan rendah (nilai = <6).

Variabel penelitian pengetahuan memakai skala likert, yang berjumlah 8 soal skor

adalah nilai 5 untuk sangat setuju, 4 untuk setuju, 3 untuk netral, 2 untuk tidak setuju

dan 1 untuk sangat tidak setuju. Kuesioner sikap untuk item pertanyaan 1,3, dan 8

adalah benar, dan pada item pertanyaan 2,4,5,6,7 adalah salah. Kategori dibagi

menjadi 2 yaitu sikap kurang jika <55% dan sikap baik >56%. Variabel penelitian

PMO berjumlah 15 pertanyaan dikategorikan mendukung jika skor >7,5 dan peran

PMO tidak mendukung jika skor <7,5.

2. Data Sekunder

Tidak terdapat data sekunder

Page 54: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

38

G. TEKNIK ANALISIS DATA

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakuka terhadap setiap variabel dan hasil penelitian

dengan mengunakan tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan distribusi

dan persentase dari tiap variable yang diteliti.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen

dengan dependen dalam bentuk tabulasi silang antara kedua variabel tersebut.

Menggunakan uji statistik dengan tingkat kemaknaan 0,05 dengan ketentuan

hubungan dikatakan bermakna bila p-value < 0,05 dan hubungan dikatakan tidak

bermakna bila p-value > 0,05 dengan menggunakan rumus Chi-Square.

Keterangan:

O = Frekuensi nilai yang diamati (Observed value)

E = Frekuensi nilai yang diharapkan (Expected value)

⅀ = Jumlah data

Syarat uji Chi-Square adalah :

1. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E) kurang dari 1.

2. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E) kurang dari 5,

lebih dari 20% dari jumlah sel.

Hasilnya hanya dapat menyimpulkan ada tidaknya perbedaan proporsi

antarkelompok dan tidak dapat mengetahui kelompok mana yang mempunyai risiko

( )2

2O E

E

−=

Page 55: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

39

lebih besar dibandingkan kelompok lain Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi,

maka dipakai uji alternatifnya.

Alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher Alternatif uji

Chi-Square untuk tabel 2xK adalah uji Kolmogorof Smirnov Penggabungan sel

adalah langkah alternatif uji Chi-Square untuk tabel selain 2x2 dan 2x2 sehingga

terbentuk suatu tabel BxK yang baru. Setelah dilakukan penggabungan sel. Uji

hipotesis dipilih sesuai dengan tabel BxK yang baru tersebut penilaian :

1. Apabila X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya

ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

2. Apabila X² hitung < dari X² tabel, H0 diterima atau Ha ditolak, artinya tidak

ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

H. TEKNIK PENYAJIAN DATA

Teknik penyajian data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan data (editing)

Data yang sudah diperoleh dari hasil kuesioner MMAS-8, Skala Likert,

Kuesioner sikap, kuesioner PMO pada tahun 2020 akan diperiksa kembali untuk

memastikan bahwa data yang dikumpulkan telah lengkap dan sesuai.

2. Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka/bilangan. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis

data menggunakan computer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar

kode dan artinya dalam satu buku untuk memudahkan Kembali melihat lokasi dan

arti suatu kode dari suatu variable.

Page 56: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

40

3. Entry

Entry adalah memasukkan data jawaban sesuai dengan kode yang telah

ditentukan untuk masing-masing variabel sehingga menjadi satu data dasar

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat table

kontigensi.

4. Cleaning

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa Kembali data yang sudah di

entry,apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungin terjadi saat meng enty

data ke komputer.

I. ETIKA PENELITIAN

1. Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti.

2. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, jika responden bersedia

untuk diteliti, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan

tersebut. Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan

memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

3. Responden tidak dikenakan biaya apapun.

4. Kerahasiaan informasi dijamin peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja

yang akan disajikan dan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Page 57: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

41

J. ALUR PENELITIAN

Page 58: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

42

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Populasi dan Sampel

Pengumpulan data dilakukan dari bulan Desember 2020-Januari 2021 pada

pasien tuberkulosis di Lapas Narkotika Cipinang Jakarta tahun 2020. Hasil

penelitian diperoleh dengan menggunakan beberapa kuesioner yang terdiri atas

kuesioner tentang pengetahuan, sikap, PMO dan kepatuhan minum obat. Kuesioner

tersebut diberikan kepada setiap responden dengan menggunakan kertas.

Pengambilan data menggunakan data primer dengan menggunakan alat

ukur berbentuk kuesioner. Jumlah sampel berdasarkan karakteristik yaitu pada

karakteristik pengetahuan, sikap, dan PMO masing-masing berjumlah 22 orang

sampel. Cara pengambilan sampel yaitu dengan Teknik purposive sampling

berdasarkan kriteria inklusi.

B. Analisis Data

Berdasarkan hasil pengolahan data telah dilakukan, maka penelitian yang

diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel V.I Karakteristik Sampel Penelitian di Lapas Narkotika Cipinang

Tahun 2020

Variabel Frekuensi Persentase

Umur (Tahun)

20-30 5 22.7

31-40 13 59.1

41-50 3 13.6

51-60 1 4.5

Page 59: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

43

Sumber: Data Primer

Tabel 5.1, menunjukkan bahwa distribusi variabel umur responden tertinggi

31-40 tahun dengan presentasi sebesar 59,1% sedangkan umur 51-60 tahun

terendah dengan presentasi sebesar 4,5%. Distribusi karakteristik tingkat

pendidikan tertinggi adalah SMA/SMU/STM/SMK dengan presentasi sebesar

54,5% sedangkan tingkat pendidikan terendah SD dengan presentasi sebesar 9,1%.

Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan. Dapat diketahui responden yang

memiliki pengetahuan baik berjumlah 9 orang (40,90%), yang memiliki

pengetahuan cukup berjumlah 13 orang (59,10). Karakteristik responden

berdasarkan sikap. Dapat diketahui responden yang memiliki sikap baik 16 orang

(72,73%), dan yang memiliki sikap kurang berjumlah 6 orang (27.,27%).

Karakteristik responden berdasarkan PMO,dapat diketahui responden yang

Tingkat

Pendidikan

SD 2 9.1

SMP 8 36.4

SMA/SMU/STM/S

MK

12 54.5

Pengetahuan

Baik 9 40.9

Cukup 13 59.1

Sikap

Baik 16 72.73

Kurang 6 27.27

PMO

Mendukung 15 68.18

Tidak Mendukung 7 31.82

Kepatuhan Minum

Obat

Tinggi 15 68.18

Rendah 7 31.82

Page 60: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

44

memiliki PMO mendukung 15 orang (68,18%), dan yang memiliki PMO tidak

mendukung 7 orang (31,82%). Karakteristik berdasarkan kepatuhan minum obat

TB. Dapat diketahui responden yang memiliki kepatuhan tinggi 15 orang (68,18%),

dan yang memiliki kepatuhan rendah 7 orang (31,82%).

Tabel V.II. Hubungan pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat

Tuberkulosis di Lapas Narkotika Cipinang Jakarta Tahun 2020.

Kepatuhan Minum Obat

Pengetahuan Rendah Tinggi P

n % n %

Baik 1 4.54 8 36.36

Cukup 6 27.27 7 31.82 0.165

Total 7 31.82 15 68.18

Sumber: Data Primer

Tabel 5.2. menunjukkan bahwa responden yang memiliki kepatuhan minum

obat rendah 7 orang (31,81%) kepatuhan minum obat tinggi 15 orang (68,18%)

yang baik pengetahuannya dan memiliki kepatuhan rendah 1 orang (4,54%) yang

memiliki pengetahuan baik dan kepatuhan tinggi 8 orang (36,36%). Responden

yang pengetahuan cukup dan kepatuhan rendah 6 orang (27,27%) yang memiliki

pengetahuan cukup dan kepatuhan tinggi 7 orang (31,82%). P yang didapatkan

yaitu 0,165 (>0,05) memiliki arti tidak terdapat hubungan antara pengetahuan

dengan kepatuhan minum obat tuberkulosis.

Tabel V.III. Hubungan sikap terhadap kepatuhan minum obat Tuberkulosis

di Lapas Narkotika Cipinang Jakarta Tahun 2020.

Kepatuhan Minum Obat

Sikap Rendah Tinggi

P n % n %

Page 61: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

45

Baik 3 13.64 13 59.09

Kurang 4 18.18 2 9.09 0.054

Total 7 31.82 15 68.18

Sumber: Data Primer

Tabel 5.3. menunjukkan bahwa responden yang memiliki kepatuhan

minum obat rendah 7 orang (31,82%) kepatuhan minum obat tinggi 15 orang

(68,18%). Responden yang memiliki sikap baik kepatuhan rendah 3 orang

(13,64%) sikap baik dan kepatuhan tinggi 13 orang (59,09%). Sikap kurang dan

kepatuhan rendah terdapat 4 orang (18,18%) dan yang memiliki sikap kurang dan

kepatuhan tinggi 2 orang (9,09%). P yang didapatkan yaitu 0,054 (>0,05)

memiliki arti tidak terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan minum obat

Tuberkulosis.

Tabel V.IV. Hubungan PMO terhadap kepatuhan minum obat Tuberkulosis

di Lapas Narkotika Cipinang Jakarta Tahun 2020.

Kepatuhan Minum Obat

PMO Rendah Tinggi

P n % n %

Mendukung 2 9.09 13 59.09

Tidak Mendukung 5 22.72 2 9.09 0.014

Total 7 31.82 15 68.18

Sumber: Data Primer

Tabel 5.4. menunjukkan bahwa responden yang memiliki kepatuhan minum

obat rendah 7 orang (31,82%) kepatuhan minum obat tinggi 15 orang (68,18%).

Responden yang memiliki PMO mendukung dan kepatuhan rendah 2 orang (9,09%)

PMO mendukung kepatuhan tinggi 13 orang (59,09%). Responden dengan PMO

tidak mendukung kepatuhan minum obat rendah 5 orang (22,72%) PMO tidak

Page 62: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

46

mendukung kepatuhan tinggi terdapat 2 orang (9,09%). P yang didapatkan yaitu

0,014 (<0,05) memiliki arti terdapat hubungan antara PMO dengan kepatuhan

minum obat tuberkulosis.

Page 63: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

47

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini telah dilakukan mengenai hubungan pengetahuan, sikap,

dan PMO terhadap kepatuhan minum obat Tuberkulosis di Lapas Narkotika

Cipinang Jakarta dari data diperoleh didapatkan 22 responden yang dikumpulkan

berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data dimulai pada bulan

Desember 2020-Januari 2021.

A. Hubungan Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Minum Obat Tuberkulosis

di Lapas Narkotika Cipinang Jakarta.

Hasil uji alternatif fisher pada hubungan tingkat pengetahuan menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan perilaku

kepatuhan minum obat tuberkulosis paru dimana dibuktikan bahwa nilai P yang

didapatkan yaitu 0,165(>0,05) berarti Ha ditolak dan Ho diterima.

Hasil tersebut tidak selaras dengan teori yang dikemukakan oleh Lawrence

Green yang ada pada buku Nursalam yang memasukkan pengetahuan dengan

kepatuhan minum obat Tuberkulosis Paru (OAT) yang ditunjukkan dengan nilai p

hitung 0,024.26

Hasil tersebut juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Alif

Arditia Yuda pada tahun 2018. Dimana penelitian tersebut berjudul ‘Hubungan

Karakteristik,Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Penderita Tuberkulosis Paru

Dengan Kepatuhan Minum Obat di Puskesmas Tanah Kalikedinding’ mendapatkan

Page 64: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

48

hasil nilai p yaitu 0,00 yang memberikan arti terdapat hubungan antara pengetahuan

dengan kepatuhan minum obat tuberkulosis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Dewi GI,dkk juga menunjukkan ada hubungan bermakna antara pengetahuan

dengan kepatuhan minum obat dengan memberikan hasil nilai p hitung adalah

0,169.25

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Supardi

menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan berobat.

Penelitian yang dilakukan oleh Angelina dkk juga menunjukkan tidak terdapat

hubungan antara keduanya dengan nilai P 0,059.

Disebutkan bahwa ketidakberhungan antara kedua variabel tersebut

dikarenakan beberapa hal, yakni, pengetahuan memiliki proses yang panjang dari

tahu, memahami, aplikasi, analisis sampai evaluasi. Kemungkinan penderita

tersebut kemampuan hanya sampai tahu dan memahami atau tahu sampai

menganalisis. Kedua, faktor yang mempengaruhi kepatuhan bukan hanya dari

pengetahuan penderita tetapi juga pengetahuan petugas/PMO/keluarga kemampuan

dalam memberikan penjelasan, cara penyampaian, media yang tepat mengenai

tuberkulosis kepada penderita.

Secara teori dibuktikan bahwa pengetahuan mempengaruhi kepatuhan

minum obat dimana semakin orang tinggi tingkatan pendidikannya dan

berpengetahuan akan penyakit yang diderita dan bagaimana cara penyembuhannya

sehingga pasien semakin patuh meminum obat guna pengobatannya berhasil. Selain

itu, menurut teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo yang menyatakan bahwa

pengetahuan atau kognitif merupakan suatu hal yang sangat penting untuk

Page 65: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

49

terbentuknya tindakan.27 Pengetahuan dapat membantu individu untuk beradaptasi

dengan penyakitnya, mencegah komplikasi dan mematuhi program terapi sehingga

harapannya semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki pasien tentang penyakit TB

semakin tinggi pula tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat tuberkulosis.10

B. Hubungan Sikap Terhadap Kepatuhan Minum Obat Tuberkulosis di Lapas

Narkotika Cipinang Jakarta.

Hasil uji alteratif fisher pada hubungan tingkat kepatuhan menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku kepatuhan minum obat

tuberkulosis paru dimana dibuktikan bahwa nilai P yang didapatkan yaitu 0,054

(>0,05) berarti maka berarti Ha ditolak dan H0 diterima.

Ini tidak sejalan dengan hasil penelitian oleh Dewi GI,dkk menunjukkan

terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan minum obat TB dengan nilai p =

0,001. Selain itu,hasil ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan

oleh Gendis Indra Dewi, Yuni A, Mamat S. Dimana penelitian tersebut berjudul

“Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Pasien dan Dukungan Keluarga Dengan

Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien TB di BKPM Pati” dengan hasil ada hubungan

antara keduanya dengan perolehan nilai p = 0,001.25

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi pada tahun

2011 yang memiliki hasil tidak terdapat hubungan antara keduanya. Hal ini

dinyatakan dengan nilai p yaitu 0,203. Begitupun dengan penelitian yang dilakukan

oleh Alif di Universitas Airlangga menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan

antara kedua varibel tersebut dengan perolehan nilai p yaitu 0,073. Secara teori

dibuktikan bahwa perubahan perilaku individu dapat menjadi optimal jika

Page 66: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

50

perubahan terjadi malelui proses internalisasi yang panjang,dimana perilaku yang

baru tersebut dianggap bernilai positif bagi individu tersebut dan dapat

diintegrasikan dengan nilai-nilai kehidupannya. Selain itu, proses internalisasi

dapat maksimal bila petugas atau tokoh merupakan seseorang yang dapat dipercaya

yang dapat membuat individu memahami penggunaan perilaku tersebut serta dapat

membuat individu tersebut menjadi mengerti pentingnya perilaku bagi kehidupan

individu tersebut.26 Pada penelitian ini peneliti melihat bahwa sikap yang baik dan

kurang sama-sama dapat mempengaruhi kepatuhan minum obat tuberkulosis di

Lapas Narkotika Cipinang Jakarta namun sikap saja tidak cukup dalam

mempengaruhi hasil tersebut.

C. Hubungan PMO Terhadap Kepatuhan Minum Obat Tuberkulosis di Lapas

Narkotika Cipinang Jakarta

Hasil uji alteratif fisher pada hubungan PMO terhadap kepatuhan minum

obat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara PMO dengan perilaku

kepatuhan minum obat tuberkulosis paru dimana dibuktikan bahwa nilai P yang

didapatkan yaitu 0,014(<0,05) maka berarti Ha diterima dan H0 ditolak.

Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Rivangga Dwi Ratna

dengan judul “Hubungan Antara Peran Pengawas Minum Obat Dengan Kepatuhan

Kunjungan Berobat Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Nogosari

Boyolali” dimana dibuktikan bahawa nilai p yang didapatkan adalah p = 0,003.28

Hal ini juga selaras dengan penelitian oleh Sari bahwa peran PMO dalam

kepatuhan minum obat memiliki hubungan yang erat dan terdapat hubungan sejala

dimana semakin baik PMO dalam menjalankan tugasnya maka keberhasilan dalam

Page 67: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

51

pengobatan tuberkulosis akan semakin berhasil. Diketahui bahwa PMO (pengawas

menelan obat) adalah seseorang yang memberikan dorongan kepada penderita agar

mau berobat secara teratur dan mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak

pada waktu yang ditentukan.27

Peran PMO dengan kepatuhan minum obat sangat penting dikarenakan

penderita selama menjalani pengobatan dengan jangka panjang kemungkinan ada

rasa bosan karena harus setiap hari minum obat, sehingga dikhawatirkan terjadi

kejadian putus obat atau lupa meminum obat karena putus asa dikarenakan

penyakitnya yang tidak kunjung sembuh. PMO tersebut diharapkan dapat mecegah

terjadinya putus obat karena bila terjadi dapat memperpanjang waktu pengobatan.

Terlaksananya PMO dengan baik menjamin ketekunan, keteraturan pengobatan,

menghindari putus obat sebelum obat habis, dan mencegah ketidaksembuhan

penyakit, menurut teori yang dikemukakan oleh departemen kesehatan.27

Melalui penelitian ini, diketahui bahwa pasien dengan peran PMO yang

mendukung cenderung mempunyai kepatuhan minum obat yang tinggi pula.

Adanya pasien tuberkulosis yang tidak patuh melakukan minum obat,meskipun

PMO yang dalam kategori mendukung disebabkan karena kurangnya tingkat

kesadaran diri pasien tentang pentingnya melakukan kontrol untuk mendapatkan

perawatan dan kesembuhan dari penyakit tuberkulosis.

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini yang berjudul “Hubungan Faktor Pengetahuan, Sikap,

Dan Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Kepatuhan Minum Obat

Tuberkulosis Di Lapas Narkotika Cipinang Tahun 2020”, peneliti masih

Page 68: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

52

menemukan berbagai keterbatasan dalam meneliti. Beberapa keterbatasan

penelitian yang ada sebagai berikut :

1. Keterbatasan waktu dan tenaga dari peneliti

Keterbatasan waktu dan tenaga dalam proses penelitian yang terbatas salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi proses pembuatan penelitian.

2. Pengumpulan data menggunakan kuesioner

Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang cenderung bersifat subjektif

sehingga kejujuran responden sangat menentukan data yang akan diberikan pada

penelitian ini.

Tinjauan AIK

Pada dasarnya semua penyakit berasal dari Allah, maka yang dapat

menyembuhkan juga hanyalah Allah. Tetapi, untuk mencapai kesembuhan tersebut

tentunya diperlukan usaha yang maksimal. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah

SAW ‘Abu Dharda berkata ‘diwaktu saya beserta Rasulullah bersabda

‘Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit serta obat dan diadakan Nya bagi tiap

penyakit obatnya, maka berobatlah kamu, tetapi janganlah kamu berobat dengan

yang haram’. (HR Abu Daud). 23

Berdasarkan beberapa hadist tersebut dapat diketahui bahwa Allah

SWT tidak akan menurunkan obatnya, baik itu penyakit yang muncul pada zaman

Nabi maupun sesudah Nabi. Segala jenis penyakit pasti memiliki penawarnya

sehingga setiap penyakit tersebut akan sembuh atas seizin Allah. Allah SWT

menciptakan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini dalam keadaan seimbang.

Begitu pula tubuh manusia juga yang diciptakan dalam keadaan yang seimbang.23

Page 69: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

53

Terjemah: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari

Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan

petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS.Yunus:57).29

Tafsir Surat Yunus ayat 57

Wahai sekalian manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian nasihat

dari tuhan kalian yang memperingatkan kalian dari siksaan Allah dan menakuti

kalian dengan ancaman-NYa, yaitu al-qur’an dan apa yang dikandungnya berupa

ayat-ayat dan nasihat-nasihat untuk memperbaiki akhlak-akhlak kalian dan amal

perbuatan kalian. Dan di dalamnya juga terdapat obat bagi hati dari kebodohan,

kesyirikan dan seluruh penyakit, ,serta merupakan petunjuk lurus bagi orang yang

mengikutinya dari seluruh makhluk, sehingga menyelamatkannya dari kebinasaan.

Allah menjadikannya sebagai kenikmatan dan rahmat bagi kaum mukminin dan

mengistimewakan mereka dengan itu secara khusus; karena merekalah yang dapat

mengambil manfaat dengan iman, sedangkan orang-orang kafir,maka ia adalah

kegelapan bagi mereka.29

Tafsir Al-Muyassar/Kementrian Agama Saudi Arabia

Wahai manusia, telah datang kepada kalian Kitab Suci Al-Qur`ān yang

berisi peringatan, anjuran dan larangan. Al-Qur`ān adalah obat penawar untuk

penyakit bimbang dan ragu yang bersarang di dalam hati. Al-Qur`ān adalah

petunjuk ke jalan yang benar. Dan Al-Qur`ān mengandung rahmat bagi orang-orang

Page 70: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

54

yang beriman, karena merekalah yang memanfaatkannya.29

Terjemah: ‘Dan kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi

penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zhalim

(Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian. (QS.Al-Isra:82).30

Tafsir Surat Al-Isra:82

Dan Kami turunkan Al-Qur'an kepadamu wahai Nabi

Muhammad, sebagai obat penawar berbagai macam penyakit hati dan rahmat bagi

orang-orang yang beriman yang mengamalkan tuntunannya, sedangkan bagi orang-

orang yang zalim, Al-Qur'an itu hanya akan menambah kerugian disebabkan oleh

kekufuran mereka. Setiap kali mendengar bacaan AlQur'an semakin bertambah

kekufurannya.30

Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang muslim yang tertimpa gangguan

berupa penyakit atau semacamnya,kecuali Allah akan menggugurkan Bersama

dengannya dosa dosanya, sebagaimana pohon yang menggugurkan dedaunannya.”

(HR. Bukhari dan Muslim).23

Pengobatan Nabi termasuk obat yang menyembuhkan penyakit adalah

sesuatu yang tidak diketahui oleh akal banyak pemuka dokter, tidak pula dicapai

oleh ilmu, eksperimen dan analogi mereka. Di antara obat hati dan ruhani adalah

kekuatan hati dan penyandarannya kepada Allah, tawakal, berlindung kepada-Nya,

bersimpuh di hadapan-Nya, merendah kepada-Nya, sedekah, doa, taubat, istighfar,

Page 71: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

55

berbuat baik kepada makhluk, membantu orang yang membutuhkan dan

melapangkan orang yang kesusahan.24

Page 72: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

56

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Faktor Pengetahuan,

Sikap, Dan Pengawas Menelan Obat Terhadap Kepatuhan Minum Obat

Tuberkulosis Di Lapas Narkotika Cipinang Tahun 2020”, beberapa hal yang dapat

disimpulkan yaitu :

1. Didapatkan bahwa responden penderita tuberkulosis di Lapas Narkotika

Cipinang memiliki tingkat pengetahuan cukup dibuktikan dengan perolehan

hasil data sebesar 59,1%.

2. Diketahui bahwa responden penderita tuberkulosis di Lapas Narkotika

Cipinang yang memiliki sikap baik dibuktikan dengan perolehan data

sebesar 72,73%.

3. Diketahui bahwa responden penderita tuberkulosis di Lapas Narkotika

Cipinang memiliki PMO mendukung dibuktikan dengan perolehan data

sebesar 68,18%.

4. Diketahui bahwa responden penderita tuberkulosis di Lapas Narkotika

Cipinang memiliki tingkat kepatuhan minum obat yang tinggi dibuktikan

dengan perolehan data sebesar 68,18%.

5. Terdapat hubungan antara PMO dengan kepatuhan minum obat di Lapas

Narkotika Cipinang.

B. Saran

Page 73: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

57

PMO dan petugas kesehatan dapat memberikan informasi (pengetahuan) pada

para WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan) dengan tuberkulosis karena jika

informasi tersebut tidak diberikan atau penerapan dari informasi yang telah

diberikan tersebut kurang ditangkap oleh WBP dikhawatirkan akan terjadi

penularan penyakit tuberkulosis lebih banyak.

Pada penelitian berikutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan

dengan variabel lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum

obat tuberkulosis sehingga dapat mengetahui faktor faktor tersebut yang

mempengaruhi pengobatan tuberkulosis secara lengkap.

Page 74: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

58

DAFTAR PUSTAKA

1. Global Tuberculosis Report. World Health Organization. August 12

2019;65:127:240-3.

2. Infodatin Tuberkulosis Pusat Data dan Informasi. Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia. 2018.116:41-2.

3. Global Tuberculosis Report. World Health Organization. Progress toward

global TB targets an overview. 2020;89-97.

4. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis di Unit

Pelaksana Teknis Pemasyarakatan Tahun 2020-2024. Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Pemasyarakatan bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

2019;275-82.

5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2018.

Laporan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2018;84:15.

6. Putri EA. Faktor Resiko Tuberkulosis Paru Pada Warga Binaan

Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang. Januari

2;2018.

7. Handayani R. Faktor Resiko Tuberkulosis Paru Pada Narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Narkotika Jakarta. Agustus 12;2019.

8. Desti RM. Analisis Faktor Resiko Kejadian Infeksi Tuberkulosis Paru Pada

Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika

Kelas III Kota Palembang;2018

Page 75: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

59

9. Ariani S. Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kualitas Hidup Pasien

Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten

Jember. Program Studi Ilmu Keperawatan. Universitas Jember; 2019.

10. Imamala B. Hubungan Kepatuhan dan Keberhasilan Terapi Pada Pasien

Tuberkulosis Paru Fase Intensif di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar

Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta. Program Studi Farmasi Fakultas

Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.;2016.

11. Lestari F. Al-quran dan Penyembuhan. Fakultas Ushuluddin dan Humaniora.

Universitas Islam Negeri. Walisongo Semarang.;2018.

12. Wibisana,Ningrum S. Hubungan Kepatuhan Terapi Tuberkulosis Paru

Terhadap Tingkat Kesembuhan Penderita Tuberkulosis Paru Primer di RSUP

Haji Adam Malik Medan tahun 2016. Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara. 2017.

13. Definisi Tuberkulosis Paru. Bab II Tinjauan Pustaka. Universit

Muhammadiyah Semarang.

14. Usher D,Pradita D. Hygiene Personal, Sanitasi Lingkungan Dengan Tanda

Dan Gejala Tuberkulosis. Studi Kasus Pada Penghuni Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Kabupaten Jember. Bagian Kesehatan

Lingkungan Dan Kesehatan Keselamatan Kerja. Fakultas Kesehatan

Masyarakat. Universitas Jember. 2018.

15. Pritiyaningsih A. Patogenesis Penyakit Tuberkulosis

Paru. Universitas Muhammadiyah Semarang. 2017.

Page 76: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

60

16. Werdhani RA. Patofisiologi, Diagnosis, dan Klasifikasi

Tuberkulosis.Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas,Okupasi, dan

Keluarga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

17. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

364/MENKES/V/2009 Tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis

(TB) Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

18. Desti RM. Analisis Faktor Resiko Kejadian Infeksi Tuberkulosis Paru Pada

Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Di Lembaga Pemasyarakatan

Narkotika Kelas III Kota Palembang. Program Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Sriwijaya. Juni 2018.

19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016

Tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Menteri Kesehatan Indonesia.

20. Hafidzah UK. Model Skrining Massal Tuberkulosis Dan Kasus Tuberkulosis

Paru Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kabupaten Jember Bagian

Epidemiologi dan Biostatistika Kependudukan Fakultas Kesehatan

Masyarakat. Universitas Jember. 2018.

21. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan

Penyehatan Lingkungan. 2011-2014.

22. Maufhira SU. Berobat Dalam Islam. Makna Berobat Dalam Islam. 2015.

23. Tuasikal MA. Kaedah Fikih Semakin Sulit Dan Banyak,Semakin Besar

Pahala. Faedah ilmu Ushul. November 20,2015.

24. Ilmu Al-Quran dan Syifa. Digital Library Universitas Islam Negeri Surabaya.

Page 77: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

61

25. Yuda AA. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan

Penderita Tuberkulsis Paru Dengan Kepatuhan Minum Obat di Puskesmas

Tanah Kalikedinding. Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. 2018.

26. Sari DI, Mubasyirah R, Supardi S. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan

Kepatuhan Berobat Pada Pasien TB Paru yang Rawat Jalan di Jakarta Tahun

2014.

27. Wiranata A. Hubungan PMO Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien

Tuberkulosis Di Wilayah Puskesmas Dimong Kabupaten Madiun. Stikes

Bhakti Husada Mulia Madiun. 2019.

28. Prabowo RD. Hubungan Antara Peran Pengawas Minum Obat Dengan

Kepatuhan Kunjungan Berobat Pada Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas

Nogosari Boyolali. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2014.

29. Quran Surat Yunus Ayat 57. Tafsir Web.

30. Quran Surat Al-Isra Ayat 82. Tafsir Web.

Page 78: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

62

Lampiran 1

Page 79: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

63

Lampiran 2

Page 80: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

64

Lampiran 3

HUBUNGAN FAKTOR PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PMO TERHADAP

KEPATUHAN MINUM OBAT TUBERKULOSIS DI LAPAS NARKOTIKA

CIPINANG TAHUN 2020

No. Responden :

Tanggal Pengisian Data :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Tingkat Pendidikan :

Dengan ini saya bersedia menjadi responden pada penelitian ini

Tanda Tangan

Page 81: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

65

Kuesioner MMAS-8 (Medication Morisky Adherence Scale)

Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai

NO Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anda terkadang lupa untuk

meminum obat TB?

2. Orang terkadang tidak sempat

minum obat bukan karena lupa.

Selama 2 pekan terakhir

ini,pernahkah anda sengaja tidak

minum obat?

3. Apakah saudara pernah

mengurangi atau berhenti

minum obat tanpa memberi tahu

ke dokter karena merasakan

kondisi lebih buruk/ tidak

nyaman saat menggunakan obat?

4. Saat melakukan perjalanan atau

meninggalkan rumah, apakah

saudara terkadang lupa

membawa serta obat?

5. Apakah anda meminum obat

kemarin (saat jadwal terakhir

minum obat sebelum kuesioner

ini diberikan)?

6. Ketika anda merasa agak sehat,

apakah anda juga kadang

berhenti minum obat?

7. Meminum obat setiap hari

merupakan hal yang tidak

menyenangkan bagi sebagian

orang. Apakah anda merasa

terganggu dengan kewajiban

anda terhadap pengobatan

tuberkulosis yang harus anda

jalani?

8. Lingkari abjad sesuai dengan jawaban anda.

Seberapa sering anda mengalami kesulitan dalam meminum semua obat

anda?

a. Tidak pernah/jarang

b. Sekali-kali

c. Kadang-kadang

d. Biasanya

e. Selalu

Page 82: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

66

Kuesioner Pengetahuan Penderita Tentang Kepatuhan Minum Obat

Tuberkulosis Paru

Mohon diisi dengan melakukan tanda checklist (√) pada kolom sangat setuju,

setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju sesuai yang menurut anda benar.

Petunjuk:

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

N : Netral

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan Jawaban

SS S N TS STS

1 Penderita Tuberkulosis mengambil obat harus

tepat waktu

2 Penderita Tuberkulosis harus meminum obat

sesuai dosis

3 Penderita Tuberkulosis diperkenankan minum

obat tidak tepat waktu

4 Penderita Tuberkulosis diperkenankan berhenti

minum obat ketika sakit hilang

5

Jika minum obat tidak tepat waktu maka

pengobatan dapat langsung dilanjutkan langsung

tanpa mengulangi dari awal

6

Agar orang lain tidak tertular penyakit

Tuberkulosis, penderita Tuberkulosis sebaiknya

berbicara tidak terlalu dekat

7 Pembuangan dahak sebaiknya dalam pot khusus

dan diberi cairan lisol

8 Penyakit Tuberkulosis dapat disembuhkan

Page 83: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

67

Kuesioner Sikap Penderita Tentang Kepatuhan Minum Obat Tuberkulosis

Paru

Pilihlah jawaban yang sesuai menurut anda benar dengan memberikan tanda

silang (X) pada huruf abjad yang tersedia

Page 84: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

68

Kuesioner PMO (Pengawas Menelan Obat)

No Pertanyaan Iya Tidak

A Kuesioner Pengawas Menelan Obat (PMO)

Pengawas Menelan Obat (PMO)

1 Apakah saudara tahu siapa yang menjadi PMO?

Peran Pengawas Menelan Obat (PMO)

2 Apakah ada orang yang mengingatkan saudara untuk

menelan obat setiap hari?

3 Apakah PMO selalu mengingatkan saudara untuk menelan

obat setiap hari?

4 Apakah saudara selalu diingatkan untuk periksa ulang

dahak pada waktu yang telah ditentukan?

5 Apakah PMO memberikan penyuluhan tentang gejala-

gejala TBC kepada tahanan/WBP yang lain?

Tugas Pengawas Menelan Obat (PMO)

6

Apakah PMO menyarankan untuk memeriksakan diri ke

klinik apabila ada tahanan/WBP yang menderita batuk

lebih dari 3 minggu?

7 Apakah PMO pernah menyampaikan kepada saudara

bahwa TBC bukan penyakit keturunan atau kutukan?

8 Apakah PMO pernah menyampaikan kepada saudara

bahwa TBC dapat disembuhkan dengan berobat teratur?

Informasi yang disampaikan Pengawas Menelan Obat

(PMO)

9 Apakah PMO memberikan penyuluhan tentang

pentingnya berobat secara teratur?

10 Apakah saudara percaya dengan PMO?

11 Apakah PMO memberikan penyuluhan tentang resiko bila

tidak minum obat secara teratur?

12 Apakah PMO memberikan penyuluhan tentang cara

penularan TBC?

13 Apakah PMO menginformasikan kepada saudara tentang

efek samping obat yang ditelan?

Page 85: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

69

14 Apakah PMO menginformasikan kepada saudara tentang

tindakan yang harus dilakukan bila terjadi efek samping?

15 Apakah PMO menginformasikan kepada saudara tentang

tata cara pengobatan TBC secara teratur?

Page 86: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

70

Lampiran 4

Pengetahuan Terhadap Kepatuhan

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 3.010a 1 .083 .165 .101

Continuity Correctionb 1.612 1 .204

Likelihood Ratio 3.298 1 .069 .165 .101

Fisher's Exact Test .165 .101

N of Valid Cases 22

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.86.

b. Computed only for a 2x2 table

Sikap Terhadap Kepatuhan

Crosstab

Count

Kepatuhan

Total Rendah Tinggi

Sikap Baik 3 13 16

Kurang 4 2 6

Total 7 15 22

Crosstab

Count

Kepatuhan

Total Rendah Tinggi

Pengetahuan Baik 1 8 9

Cukup 6 7 13

Total 7 15 22

Page 87: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

71

PMO Terhadap Kepatuhan

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 7.425a 1 .006 .014 .014

Continuity

Correctionb

4.989 1 .026

Likelihood Ratio 7.366 1 .007 .014 .014

Fisher's Exact Test .014 .014

N of Valid Cases 22

a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.23.

b. Computed only for a 2x2 table

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.618a 1 .032 .054 .054

Continuity

Correctionb

2.674 1 .102

Likelihood Ratio 4.441 1 .035 .121 .054

Fisher's Exact Test .054 .054

N of Valid Cases 22

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.91.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab

Count

Kepatuhan

Total Rendah Tinggi

PMO Mendukun 2 13 15

Tidak Me 5 2 7

Total 7 15 22

Page 88: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

72

Lampiran 5

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Klasifik

asi

Perokok

*

Tekana

n Darah

64 100.0% 0 0.0% 64 100.0%

Klasifikasi Perokok * Tekanan Darah Crosstabulation

Tekanan Darah

Total

NORMA

L PRE

Klasifi

kasi

Perok

ok

BERAT Count 7 32 39

% within kp 17.9% 82.1% 100.0%

% within td 53.8% 62.7% 60.9%

RINGAN Count 6 19 25

% within kp 24.0% 76.0% 100.0%

% within td 46.2% 37.3% 39.1%

Total Count 13 51 64

% within kp 20.3% 79.7% 100.0%

% within td 100.0% 100.0% 100.0%

Page 89: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

73

Klasifikasi Perokok * Tekanan Darah Crosstabulation

Tekanan Darah

Total

NORMA

L PRE

Klasifi

kasi

Peroko

k

BERAT Count 7 32 39

% of Total 10.9% 50.0% 60.9%

RINGAN Count 6 19 25

% of Total 9.4% 29.7% 39.1%

Total Count 13 51 64

% of Total 20.3% 79.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .345a 1 .557

Continuity

Correctionb

.072 1 .788

Likelihood Ratio .340 1 .560

Fisher's Exact Test .751 .389

N of Valid Cases 64

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.08.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 90: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

74

Lama Merokok* Tekanan Darah Crosstabulation

td

Total

NORMA

L PRE

lm BERAT Count 7 41 48

% of

Total

10.9% 64.1% 75.0%

RINGA

N

Count 6 10 16

% of

Total

9.4% 15.6% 25.0%

Total Count 13 51 64

% of

Total

20.3% 79.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 3.893a 1 .052

Continuity Correctionb 2.606 1 .106

Likelihood Ratio 3.552 1 .059

Fisher's Exact Test .072 .057

N of Valid Cases 64

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.25.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 91: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

75

Statistics

Klasifikasi Perokok

N Valid 64

Missing 0

Klasifikasi Perokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid BERAT 39 60.9 60.9 60.9

RINGAN 25 39.1 39.1 100.0

Total 64 100.0 100.0

Statistics

Klasifikasi Rokok

N Valid 64

Missing 0

Klasifikasi Rokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid FILTER 64 100.0 100.0 100.0

Statistics

Klasifikasi Tekanan Darah

N Valid 64

Missing 0

Page 92: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

76

Klasifikasi Tekanan Darah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid NORMA

L

13 20.3 20.3 20.3

PRE 51 79.7 79.7 100.0

Total 64 100.0 100.0

Statistics

Kategori Perokok

N Valid 64

Missing 0

Kategori Perokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid AKTIF 64 100.0 100.0 100.0

Statistics

Lama Merokok

N Valid 64

Missing 0

Page 93: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

77

Lama Merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid BERAT 48 75.0 75.0 75.0

RINGAN 16 25.0 25.0 100.0

Total 64 100.0 100.0

Statistics

Usia Mulai Merokok

N Valid 64

Missing 0

Usia Mulai Merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 10 2 3.1 3.1 3.1

11 1 1.6 1.6 4.7

12 4 6.3 6.3 10.9

13 2 3.1 3.1 14.1

14 4 6.3 6.3 20.3

15 15 23.4 23.4 43.8

16 13 20.3 20.3 64.1

17 9 14.1 14.1 78.1

18 5 7.8 7.8 85.9

19 2 3.1 3.1 89.1

20 2 3.1 3.1 92.2

Page 94: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

78

21 3 4.7 4.7 96.9

22 2 3.1 3.1 100.0

Total 64 100.0 100.0

Distribusi Fakultas Responden

Frequenc

y Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Vali

d

EKONOMI DAN

BISNIS

7 10.9 10.9 10.9

FKIP 9 14.1 14.1 25.0

ILMU SOSIAL

DAN POLITIK

2 3.1 3.1 28.1

PERTANIAN 12 18.8 18.8 46.9

TEKNIK 34 53.1 53.1 100.0

Total 64 100.0 100.0

Page 95: THE CORELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND …

79

Lampiran 6