the fifth world conference of speakers of ......laporan delegasi the fifth world conference of...

25
LAPORAN DELEGASI THE FIFTH WORLD CONFERENCE OF SPEAKERS OF PARLIAMENT Wina - Austria I 19 20 Agustus 2020 BADAN KERJA SAMA ANTAR PARLEMEN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN DELEGASI

    THE FIFTH WORLD CONFERENCE OF

    SPEAKERS OF PARLIAMENT

    Wina - Austria I 19 – 20 Agustus 2020

    BADAN KERJA SAMA ANTAR PARLEMEN

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

  • 1

    LAPORAN

    DELEGASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

    MENGHADIRI SIDANG THE FIFTH WORLD CONFERENCE OF SPEAKER OF

    PARLIAMENT

    “PARLIAMENTARY LEADERSHIP FOR MORE EFFECTIVE MULTILATERALISM THAT DELIVERS

    PEACE AND SUSTAINABLE DEVELOPMENT FOR THE PEOPLE AND PLANET”.

    Wina - Austria, 19 – 20 Agustus 2020

    Ketua DPR RI dan Badan Kerja Sama Antar Parlemen menghadiri the Fifth World

    Conference of Speaker of Parliament pada tanggal 20 Agustus 2020. Pertemuan Tingkat

    Tinggi yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali ini merupakan forum bagi para Ketua

    Parlemen seluruh dunia yang bertujuan untuk berbagi pengalaman dan praktik cerdas,

    sebagai wadah untuk saling belajar, terutama di masa pandemi yang menuntut kita semua

    untuk saling berkolaborasi satu sama lain. Di tengah pandemi Covid-19, pertemuan ini

    diselenggarakan dalam bentuk virtual yang menggunakan teknologi informasi dalam bentuk

    Web Seminar. Pertemuan tahun ini diselenggarakan atas kerja sama Inter-Parliamentary

    Union (IPU) dan Parlemen Republik Austria sebagai tuan Rumah.

    Tema utama yang diangkat tahun ini adalah “Parliamentary leadership for more effective

    multilateralism that delivers peace and sustainable development for the people and planet”.

    Di tengah menguatnya ketegangan antar-negara, maupun praktik unilateralisme, parlemen

    sebagai penjaga demokrasi harus memastikan bahwa multilateralisme merupakan jalan

    yang harus dikedepankan berbagai negara untuk menyelesaikan permasalahan kita

    bersama. Saling mendengar dan memahami adalah esensi dari multilateralisme, yang

    seringkali diabaikan dalam proses dan hubungan antar-komunitas, kelompok, dan bahkan

    negara. Konflik dan pembangunan yang mengabaikan keberlanjutan maupun kelestarian

    planet seringkali karena berbagai negara mengedepankan ego masing-masing. Parlemen

    dapat berperan sebagai suara moral dalam membendung kecenderungan ini.

    A.PENDAHULUAN

  • 2

    Kepercayaan masyarakat yang cenderung melemah kepada proses demokrasi

    ditunjukkan dengan menguatnya kecenderungan otokratik di banyak negara. Hal ini tidak

    dapat disalahkan sepenuhnya kepada masyarakat karena sedikit banyak kegagalan dalam

    menjamin kesejahteraan masyarakat turut mendorong kecenderungan tersebut. Parlemen

    harus menjadi jembatan antara suara masyarakat yang sering kali terabaikan dengan

    keputusan di tingkat negara, sehingga keberadaan parlemen tetap relevan di mata

    masyarakat.

    Pandemi Covid-19 yang jangkauannya melampaui permasalahan kesehatan semata,

    mengakibatkan juga guncangan terhadap perekonomian masyarakat. Kegagapan dalam

    solusi yang ditawarkan oleh negara mendorong erosi yang lebih jauh terhadap kekecewaan

    masyarakat tersebut. Menurut data yang dilansir oleh IPU, kecenderungan ini terlihat dari

    meningkatnya kekecewaan masyarakat dari 47,9 persen pada dekade 1990-an menjadi 57,5

    persen pada tahun 2019. Indikator lainnya adalah menurunnya tingkat partisipasi pemilih

    pada berbagai pemilu yang diselenggarakan, terutama pada para pemilih muda di bawah 25

    tahun. Di tengah kecenderungan ini, maka peran parlemen menjadi semakin penting dan

    dalam konteks inilah konferensi internasional para Ketua Parlemen sedunia tahun ini

    diselenggarakan

    Susunan Delegasi DPR RI pada sidang Fifth World Conference of the Speaker of

    Parliament adalah sebagai berikut:

    NO NAMA JABATAN

    1. DR. (H.C.) Puan Maharani

    A-188

    ● Ketua Delegasi DPR RI

    ● Ketua DPR RI

    ● Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

    2. Dr. Fadli Zon, SS., M.Sc

    A-86

    ● Anggota Delegasi

    ● Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen

    (BKSAP)

    ● Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya

    3. Charles Honoris

    A-162

    ● Anggota Delegasi

    ● Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar

    Parlemen (BKSAP)

    ● Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

  • 3

    Dr. (H.C.) Puan Maharani, Ketua DPR RI/F-PDIP menjadi salah satu pembicara utama

    dalam sesi ketiga dengan tema “Improving Governance by Bridging the gap between

    parliament and the people”. Delegasi DPR RI juga diwakili oleh Dr. Fadli Zon, Ketua BKSAP/F-

    Gerindra dan Charles Honoris, Wakil Ketua BKSAP/F-PDIP.

    Ketua-ketua Parlemen yang juga akan menjadi pembicara utama dalam sesi ini adalah:

    1. Mr. Jan Anthoine Bruijn (Belanda)

    2. Dr. (H.C.). Puan Maharani (Indonesia)

    Selain para pembicara utama, sidang ini juga menghadirkan para pakar terkait isu tersebut,

    mereka antara lain:

    1. Ms. Phumzile Mlambo-Ngcuka (Executive Director, UN Women)

    2. Mr. Fabrizio Hochschild-Drummond (Special Advisor to the UN Secretary-General on

    the Commemoration of the United Nations 75th Anniversary)

    Beberapa Ketua Parlemen juga memberikan tanggapan dan masukan di dalam sesi tersebut.

    Mereka antara lain:

    1. Mr. Rahman Rahmani (Afghanistan)

    2. Mr. Andreas Norlen (Swedia)

    3. Mr. Anthony Rota (Kanada)

    4. Mr. Om Birla (India)

    5. Ms. Inara Murniece (Latvia)

    6. Mr. Juan Guaido (Venezuela)

    7. Ms. Tanzila Narbaeva (Uzbekistan)

    8. Mr. Igor Zorcic (Slovenia)

    Para

    Ketua Parlemen yang Hadir dalam Fifth World Conference of Speaker

  • 4

    1. Rapat Pimpinan Badan Kerja Sama Antar Parlemen Ke-7 pada tanggal 3 Juni 2020

    menyetujui pengiriman delegasi pada sidang virtual Fifth World Conference of

    Speakers of Parliament dan menugaskan Biro Kerja Sama Antar Parlemen untuk

    mempersiapkan aspek teknis maupun substansi untuk acara tersebut.

    2. Biro KSAP mengirimkan surat pada tanggal 11 Agustus 2020, nomor DP/09009/Setjen

    dan BK DPR RI/AP.01/VIII/2020, perihal permintaan pendampingan untuk Ketua DPR

    RI pada sidang tersebut kepada Kementerian Luar Negeri.

    3. Biro KSAP mengadakan persiapan teknis terkait jaringan internet, kamera, suara,

    maupun aspek teknis lainnya yang dibutuhkan. Kegiatan ini merupakan agenda

    bersama organizing commitee IPU untuk memastikan segala hal berjalan baik ketika

    pelaksanaan kegiatan. Agenda ini dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus 2020, pukul

    17.00 WIB di ruang rapat Pimpinan DPR RI, Gedung Nusantara III, lantai 3 bekerja

    sama dengan Bidang Data dan Teknologi Informasi dan Biro Pemberitaan Parlemen.

    4. Biro Kerja Sama Antar Parlemen melakukan gladi bersih dan berbagai persiapan akhir

    bersama dengan Bidang Data Teknologi Infomasi dan Biro Pemberitaan Parlemen

    pada tanggal 19 Agustus 2020, pukul 13.00 WIB di Ruang Rapat Pimpinan DPR RI,

    Gedung Nusantara III, lantai 3.

    1. AGENDA WEB SEMINAR

    Konferensi Ketua Parlemen Dunia Ke-5 Markas PBB, Wina, Austria, 19-21 Agusutus 2020

    RABU, 19 AGUSTUS 2020

    14:00 - 14:30

    Pembukaan Konferensi Ketua Parlemen

    Pidato sambutan dari:

    ● Ibu Gabriela Cuevas Barron, Presiden IPU

    ● Bpk. Wolfgang Sobotka, Ketua Dewan Nasional Austria

    ● Bpk. Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB

    B. PERSIAPAN WEB SEMINAR

    C. PELAKSANAAN WEB SEMINAR

  • 5

    14:35 - 15:20 Pembukaan: Debat interaktif mengenai kesehatan, iklim, dan ekonomi

    Pimpinan: Ibu Gabriela Cuevas Barron, Ketua IPU

    Moderator: Ibu Claire Doole

    Undangan khusus:

    ● Ms. Sarah Gilbert

    Profesor Vaksinologi dari University of Oxford

    ● Bpk. Jeffrey Sachs

    Direktur Pusat Pembangunan Berkelanjutan dan Profesor pada

    Columbia University

    Direktur Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan PBB

    ● Ibu Phoebe Koundouri

    Profesor pada Athens University of Economics and Business

    Presiden Terpilih Asosiasi Ekonom Sumber Daya dan Lingkungan

    Eropa

    15:30 - 16:10 Penyampaian laporan:

    Mewujudkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dan

    anak perempuan: Praktik terbaik dan komitmen-komitmen parlemen

    Pembicara Utama:

    ● Bpk. Kenneth Lusaka (Kenya)

    ● Ibu Donatille Mukabalisa (Rwanda)

    ● Ibu Shirin Sharmin Chaudhury (Bangladesh)

    Penguatan peran pemuda di bidang politik dan parlemen: Dari kata-kata

    menjadi aksi nyata

    Pembicara Utama:

    ● Lord Fakafanua (Tonga)

    ● Ibu Fawzia Zainal (Bahrain)

    ● Bpk. Slimane Chenine (Aljazair)

  • 6

    Aksi puluhan tahun untuk mencapai Agenda Pembangunan

    Berkelanjutan 2030

    Pembicara Utama:

    ● Bpk. Chuan Leekpai (Thailand)

    ● Ibu Tone Wilhelmsen Trøen (Norwegia)

    ● Ibu Thandi Modise (Afrika Selatan)

    16:20 - 17:05 Diskusi panel: Memperkuat aksi parlemen:

    Darurat perubahan iklim

    Pembicara Utama:

    ● Bpk. César Litardo Caicedo (Ekuador)

    ● Ibu Roser Suñé Pascuet (Andorra)

    ● Bpk. Haroun Kabadi (Chad)

    Panelis:

    ● Ibu Yolanda Kakabadse

    Mantan Presiden Word Wildlife Fund (WWF) dan International

    Union for Conservation of Nature (IUCN)

    ● Bpk. Luis Alfonso de Alba

    Utusan Khusus Sekretearis Jenderal PBB untuk KTT Iklim 2019

    17:15 – 18:00 Diskusi panel: Pergerakan manusia untuk meraih kehidupan yang lebih

    baik: Tantangan, peluang dan solusi

    Pembicara Utama:

    ● Ibu Laura Rojas (Meksiko)

    ● Bpk. Mustafa Şentop (Turki)

    ● Ibu Zinaida Greceanîi (Republik Moldova)

    Panelis:

    ● Ibu Gillian Triggs

    Asisten Komisioner Tinggi bidang Perlindungan,

    Kantor Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR)

    ● Bpk. Gilles Carbonnier

    Wakil Presiden Komite Palang Merah Internasional (ICRC)

  • 7

    KAMIS, 20 AGUSTUS 2020

    14:00 - 14:25

    Penyampaian laporan (lanjutan)

    Demokrasi dan perubahan peran parlemen abad ke-21

    Pembicara Utama:

    ● Bpk. Demetris Syllouris (Siprus)

    ● Ibu Rebecca Alitwala Kadaga (Uganda)

    Ilmu pengetahuan, teknologi, dan etika: Permasalahan-permasalahan

    yang muncul dan solusi yang mendesak

    Pembicara Utama:

    ● Ibu Akiko Santo (Jepang)

    ● Bpk. Yariv Levin (Israel)

    14:30 - 15:15 Diskusi panel: Meningkatkan mutu tata kelola dengan menjembatani

    jarak antara parlemen dan masyarakat

    Pembicara Utama:

    ● Ibu Adriana Muñoz (Chile)

    ● Bpk. Jan Anthonie Bruijn (Belanda)

    ● Ibu Puan Maharani (Indonesia)

    Panelis:

    ● Ibu Phumzile Mlambo-Ngcuka

    Direktur Eksekutif Perempuan PBB

    ● Bpk. Fabrizio Hochschild-Drummond

    Penasihat Khusus Sekretaris Jenderal PBB pada Peringatan 75

    Tahun PBB

    15:25 - 16:10 Diskusi panel: Mendorong ekonomi inklusif dan berkelanjutan yang

    mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bagi semua

  • 8

    Pembicara Utama:

    ● Bpk. Marzouq Ali M. Al-Ghanim (Kuwait)

    ● Ibu Gabriela Cuevas Barron (Presiden IPU)

    ● Bpk. Jacob F. Mudenda (Zimbabwe)

    Panelis:

    ● Bpk. Augustus Nuwagaba

    Profesor pada Makerere University

    ● Ibu Armida Alisjahbana

    Sekretaris Eksekutif, Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia

    dan Pasifik (ESCAP)

    16:20 - 17:05 Agenda khusus: Pemberantasan terorisme dan ekstremisme kekerasan:

    Perspektif korban

    Testimoni:

    ● Bpk. Imrana Alhaji Buba

    Pemuda korban asal Nigeria, pendiri Koalisi Pemuda Melawan

    Terorisme (YOCAT)

    Pembicara Utama:

    ● Bpk. Wolfgang Sobotka (Austria)

    ● Ibu Esperança Bias (Mozambique)

    ● Bpk. Reinhold Lopatka, Ketua Kelompok Penasihat Tingkat Tinggi

    IPU dalam Penanggulangan Terorisme dan Ekstremisme

    Kekerasan

    Panelis:

    ● Ibu Ghada Fathi Waly

    Direktur Jenderal Markas PBB di Wina

    Direktur Eksekutif Markas PBB untuk Obat-obatan dan Kejahatan

    (UNODC)

    ● Bpk. Vladimir Voronkov

    Under-Secretary-General pada Kantor PBB untuk

    Penanggulangan Terorisme (UNOCT)

    17:10 - 17:40 Adopsi Deklarasi ketua-ketua/pimpinan parlemen untuk mewujudkan

  • 9

    multilateralisme yang lebih efektif demi terciptanya perdamaian dan

    pembangunan berkelanjutan bagi manusia dan bumi

    17:45 - 18:15 Pidato penutup

    ● Bpk. Wolfgang Sobotka

    Ketua Dewan Nasional Austria

    ● Bpk. Tijjani Muhammad-Bande

    Presiden Majelis Umum PBB

    ● Ibu Gabriela Cuevas Barron

    Presiden IPU

    2. JALANNYA WEB SEMINAR

    Rabu, 20 Agustus 2020

    a. Sesi Pembukaan

    Gabriela Cuevas Barron, President of the IPU menyatakan Diplomasi Parlemen sangat

    penting karena merupakan wadah untuk mencari kesepahaman dan saling pengertian.

    Walaupun ketidaksepakatan banyak terjadi di berbagai isu, upaya bersama terus

    dilakukan untuk mencapai consensus. Di tengah dunia yang banyak dilanda konflik, kita

    harus berani membayangkan dunia dimana pencarian solusi secara damai adalah

    keniscayaan.

    Wolfgang Sobotka, President of the National Council menyatakan bahwa sebagai

    penjaga demokrasi dan tatanan hukum, parlemen memiliki peran kunci dalam

    menyelesaikan tantangan dewasa ini. Penting bagi parlemen untuk melihat bahwa

    pandemic korona sebagai kesempatan untuk mengakui nilai dan kelebihan yang

    ditawarkan oleh diplomasi parlemen.

    Antonio Guterres, Secretary General of the UN menyatakan bahwa pandemic Covid-19

    merupakan bencana yang belum ada presedennya. Efek pandemi ini melanda mulai dari

    sisi ekonomi, hingga bencana kemanusiaan dan hak asasi manusia. Bahkan tanpa

    pandemi ini masalah kesenjangan, degradasi lingkungan, menciutnya hak-hak sipil,

    fasilitas publik yang tidak layak telah menjadi masalaha akibat kegagalan pemerintah.

    Pada tataran global, kita memerlukan Tatanan Global Baru yang memastikan

    kekuasaan, kekayaan, dan kesempatan dapat dibagi secara lebih luas dan merata. Kita

    memerlukan globalisasi yang lebih adi dan suara yang lebih kuat bagi negara-negara

  • 10

    berkembang. Para anggota parlemen memiliki peran penting dalam mewujudkan

    semua ini.

    b. Sesi Pertama: Mewujudkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dan

    anak perempuan: Praktik terbaik dan komitmen-komitmen parlemen

    Pembicara Utama:

    ● Bpk. Kenneth Lusaka (Kenya)

    ● Ibu Donatille Mukabalisa (Rwanda)

    ● Ibu Shirin Sharmin Chaudhury (Bangladesh)

    Sesi ini dilaksanakan pada pukul 15.30 – 16.10 WIB yang fokus pada isu kesetaraan dan

    pemberdayaan perempuan. Isu yang dibicarakan pada sesi ini penting karena masih

    terdapat banyak permasalahan terkait kesetaraan jender dewasa ini. World Conference

    on Women yang dilaksanakan pada tahun 1995 telah menyepakati The Beijing

    Declaration dan Platform for Action yang berisi visi dan peta jalan yang komprehensif

    terkait kesetaraan jender. Salah satu tujuan SDGs secara khusus menjadikan isu

    kesetaraan jender ini sebagai Agenda 2030 nya.

    Walaupun banyak kemajuan telah dicapai, tidak sedikit tantangan yang menghalangi

    proyek besar pemberdayaan dan kesetaraan bagi perempuan. Sebagai contoh di

    beberapa negara perempuan hanya memperoleh hak dan posisi hukum yang setara

    hanya dengan hak yang dimiliki oleh laki-laki. Aturan hukum yang diskriminatif masih

    mempengaruhi hidup sekitar 2.5 milyar perempuan di seluruh dunia. Diskriminasi

    bahkan terjadi dalam ranah keluarga, dimana perlakuan yang berbeda diterima oleh

    anak laki-laki dan perempuan. Masih banyak aturan yang sangat mempersulit

    perempuan dalam memperoleh hak-hak yang setara dengan laki-laki.

    Di tengah semua tantangan banyak kemajuan yang telah dicapai selama 5 tahun

    belakangan ini. Aturan perundangan maupun kebijakan yang tidak ramah kesetaraan

    jender perlahan ditinggalkan. Beberapa reformasi praktek kebijakan yang telah terjadi

    beberapa tahun belangan ini antara lain:

    1. 191 konstitusi negara telah memasukkan aturan yang mendorong persamaan hak

    dan anti diskriminasi dan sebanyak 24 konstitusi memiliki aturan tersendiri terkait

    isu kesetaraan jender ini.

    2. Data Bank Dunia menyatakan bahwa antara 2008 – 2017, sebanyak 274 reformasi

    terkait kesetaraan jender telah dilaksanakan di 131 negara.

    3. Dua per tiga negara telah memiliki aturan terkait cuti hamil, maupun melahirkan

    sebagai bentuk pengakuan negara atas peran perempuan yang lebih berat terkait

    pemenuhan tugas-tugas profesional dan domestik.

  • 11

    4. Peraturan dan regulasi terkait kekerasan terhadap perempuan telah dilaksanakan

    di lebih dari setengah negara-negara di seluruh dunia.

    5. Partisipasi politik perempuan telah meningkat di banyak negara pasca pemilu

    yang banyak diselenggarakan pada tahun 2019.

    6. Sebelum tahun 1995, hanya 2 negara yang memberlakukan kuota minimal bagi

    perempuan di pemilu. Dewasa ini, praktek tersebut telah tersebar ke seluruh

    penjuru dunia, yaitu sebanyak 81 negara.

    Sejak 2015, banyak parlemen negara di seluruh dunia yang menempatkan perempuan

    sebagai Ketua Parlemennya. Negara-negara tersebut antara lain: Nepal (2015), Vietnam

    (2016), Filipina (2018) dan Indonesi serta Kazakstan (2019). Beberapa negara Afrika juga

    menempatkan perempuan sebagai Ketua Parlemen Untuk Pertama kalinya, yaitu

    Namibia (2015), Republik Demokratik Kongo, Malawi dan Togo (2019). Negara-negara

    Timur Tengah, seperti Uni Emirat Arab (2015), Suriah (2016) dan Bahrain juga telah

    melakukan hal yang sama.

    Inter-Parliamentary Union (IPU) mendorong parlemen untuk membangun petunjuk

    dengan:

    1. Mengadopsi kebijakan yang memperjelas bahwa seksisme dan pelecehan

    merupakan tindakan ilegal.

    2. Melakukan evaluasi berkala, termasuk melalui survey.

    3. Memastikan bahwa korban dapat memakses bantuan dan terjaga kerahasiaannya.

    4. Menerapkan sanksi yang tegas terhadap para pelaku.

    5. Membangun kesadaran kepada para anggota parlemen mengenai pentingnya isu

    ini.

    Dalam rangka mempercepat upaya ini, maka para anggota parlemen berkomitmen:

    1. Mendorong komitmen global untuk menghapus segala bentuk diskriminasi

    maupun kekerasan terhadap perempuan.

    2. Melakukan tinjauan berkala terhadap komitmen ini, khususnya dalam pencapaian

    tujuan dalam Decade of Action.

    3. Membangun komitmen politik dalam memperjuangkan kesetaraan jender.

    4. Melacak sumber diskriminasi jika terdapat di dalam peraturan perundang-

    undangan.

    5. Menghentikan seluruh kekerasan dan diskriminasi melalui pembuatan kebijakan.

    6. Mengadopsi legislasi yang lebih ambisius dalam mencapai tujuan ini.

    7. Mendorong peran perempuan yang lebih besar di dalam internal partai politik.

    8. Mengawasi pemerintah untuk menjaga komitmen ini.

    9. Mengalokasikan sumber daya yang kuat untuk memastikan pencapaian tujuan

    kesetaraan jender

  • 12

    10. Mengutuk segala bentuk kekerasan berbasis jender, baik dalam bentuk seksisme,

    pelecehan, maupun kekerasan.

    c. Sesi Kedua: Penguatan peran pemuda di bidang politik dan parlemen: Dari kata-kata

    menjadi aksi nyata

    Pembicara Utama:

    ● Lord Fakafanua (Tonga)

    ● Ibu Fawzia Zainal (Bahrain)

    ● Bpk. Slimane Chenine (Aljazair)

    Sesi ini dilaksanakan pada pukul 15.30 – 16.10 WIB yang fokus pada isu partisipasi

    pemuda dalam politik. Pemuda merupakan komponen demografis yang masih relatif

    kecil terwakili dalam partisipasi politik dan pengambilan keputusan, temasuk parlemen.

    Menurut data yang dilansir oleh IPU, pemuda hanya mewakili 2.2 persen dari seluruh

    anggota parlemen.

    Beberapa tantangan yang dihadapi oleh pemuda untuk terlibat dalam politik antara

    lain:

    1. Pemuda banyak terhalang oleh batasan umur agar dapat dicalonkan dalam

    kontestasi politik.

    2. Pemuda banyak yang terhalang secara finansial jika ingin terlibat di dalam politik.

    3. Bias sosial yang mengganggap para pemuda belum siap untuk terjun dalam politik

    banyak terjadi di seluruh belahan dunia.

    4. Banyak pemuda yang masih sulit untuk mendapatkan atau membangun koneksi

    yang cukup agar dapat dicalonkan dalam kontestasi politik.

    5. Sikap apatis banyak mendorong kaum muda untuk menjauhi politik.

    Dalam mengatasi permasalahan ini, IPU telah mengadopsi resolusi Youth Participation

    in the Democratic Process pada pertemuan majelis umum IPU yang ke 122 pada tahun

    2010. Resolusi tersebut mendorong parlemen seluruh dunia untuk mengambil aksi

    nyata. Aksi nyata yang dimaksud antara lain:

    1. Membentuk Forum bagi Para Anggota Parlemen Muda.

    2. Mengadakan konferensi global maupun regional bagi para anggota parlemen

    muda.

    3. Melakukan riset dan pengumpulan data terkait partisipasi para pemuda di

    parlemen.

    4. Mendorong partisipasi anggota parlemen muda pada kegiatan-kegiatan

    internasional.

    5. Memasukkan penguatan partisipasi pemuda dalam Statuta IPU.

    6. Pembangunan kapasitas maupun bantuan teknis kepada para politisi muda.

  • 13

    Selain resolusi yang telah dihasilkan, para anggota parlemen juga didorong untuk

    menginisiasi aksi nyata yang dapat mendorong partisipasi para pemuda dalam politik.

    Dorongan tersebut antara lain:

    1. Meningkatkan proporsi pemuda di bawah 45 tahun sebagai anggota parlemen.

    2. Pemerintah dan parlemen harus mendorong reformasi institusi yang dapat

    mendorong representasi para pemuda dalam politik.

    3. Mereformasi regulasi yang selama ini menjadi penghambata para pemuda untuk

    terlibat dalam politik.

    4. Membentuk komite khusus di dalam parlemen untuk mendorong isu-isu yang

    terkait dengan para pemuda.

    5. Mempromosikan penggunaan teknologi dalam proses di parlemen yang dapat

    menarik minat para pemuda.

    6. Berinvestasi dalam pembangunan teknologi dengan melibatkan para pemuda.

    7. Membuka partai politik bagi keterlibatan para pemuda.

    8. Melakukan pemantauan secara berkala untuk memastikan berbagai target dapat

    tercapai.

    d. Sesi Ketiga: Aksi puluhan tahun untuk mencapai Agenda Pembangunan Berkelanjutan

    2030

    Pembicara Utama:

    ● Bpk. Chuan Leekpai (Thailand)

    ● Ibu Tone Wilhelmsen Trøen (Norwegia)

    ● Ibu Thandi Modise (Afrika Selatan)

    Sesi ini dilaksanakan pada pukul 15:30 - 16:10 yang fokus pada Agenda 2030. Agenda

    ini diadopsi pada tahun 2015 yang terdiri atas 17 tujuan beserta 169 target yang

    bertuuan untuk menghapuskan kemiskinan dan mengurangi berbagai bentuk

    kesenjangan sosial dengan tetap berpedoman kepada kelestarian lingkungan. IPU

    menjadikan agenda SDGs sebagai kegiatan utama dan telah mengintegrasikan hal

    tersebut ke dalam Strategi 2017-2021.

    Strategi IPU terkait isu ini terbagi 2, yaitu: institusionalisasi program-program SDGs

    menjadi kerangka kerja acuan bagi parlemen. Pada saat yang bersamaan fokus pada isu-

    isu tertentu yang relevan dengan kerja dan fungsi parlemen, seperti isu kesetaran

    jender, perubahan iklim, tata kelola yang baik dan isu kemiskinan dan kelaparan.

    IPU mendorong parlemen agar membantu mendorong tercapainnya berbagai tujuan

    tersebut pada tahun 2030. Beberapa hal yang telah dilakukan antara lain:

    1. Membangun struktur internal untuk mengidentifikasi dan memastikan berbagai

    tujuan SDGs relevan dengan kebutuhan masing-masing negara.

  • 14

    2. Mendorong setiap rencana SDGs di tangkat nasional dapat terlaksana dalam

    tataran kebijakan.

    3. Menyediakan anggaran yang memadai untuk memastikan keberhasilan rencana

    SDGs di tingkatan nasional.

    4. Secara aktif terlibat langsung dengan masyarakat, terutama lapisan yang paling

    terpinggirkan dan rentan.

    Dari berbagai pengalaman IPU selama terlibat dalam program-program SDGs, beberapa

    hal yang dapat menjadi pelajaran adalah:

    1. Secara umum, dukungan politik terhadap tujuan-tujuan SDGs harus ditingkatkan.

    2. Harus mempertimbangkan kondisi masing-masing negara terkait upaya

    institusionalisasi SDGs.

    3. Berdasarkan survey yang dilakukan IPU, parlemen telah menunjukkan beragam

    upaya dalam mengimplementasikan tujuan-tujuan SDGs, dimana beberapa

    praktik cerdas telah dihasilkan.

    4. Kerjasama regional maupun inter-regional antar-parlemen sangat penting untuk

    saling bertukan informasi maupun pengalaman.

    5. Perubahan iklim merupakan salah satu ancaman terbesar terhadap pembangunan

    dan kesejahteraan global.

    6. Akses terhadap data yang berkualitas sangat penting untuk menhasilkan

    kebijakan yang tepat sasaran.

    Tahun 2020 menandai dimulainya Decade of Action dan berlakunya Paris

    Agreement, dimana parlemen harus memastikan agar pembangunan dan

    kesejahtearaan dibangun dengan cara yang berkelanjutan.

    e. Diskusi panel: Memperkuat aksi parlemen: Darurat perubahan iklim

    Pembicara Utama:

    ● Bpk. César Litardo Caicedo (Ekuador)

    ● Ibu Roser Suñé Pascuet (Andorra)

    ● Bpk. Haroun Kabadi (Chad)

    Panelis:

    ● Ibu Yolanda Kakabadse Mantan Presiden Word Wildlife Fund (WWF) dan

    International Union for Conservation of Nature (IUCN)

    ● Bpk. Luis Alfonso de Alba Utusan Khusus Sekretearis Jenderal PBB untuk KTT Iklim

    2019

    Panel diskusi ini dilaksanakan pada 21.20-22.05 WIB yang fokus pada aksi yang dapat

    dilakukan oleh parlemen terkait permasalahan perubahan iklim. Terkait isu ini, upaya

  • 15

    global telah dilakukan dan menghasilkan Paris Agreement pada tahun 2015. Tujuan

    utama dari perjanjian ini adalah memperkuat aksi global untuk mencegah kenaikan

    suhu. Hingga saat ini sebanyak 189 negara telah meratifikasi perjanjian tersebut, yang

    mencakup hamper 90 persen negara penghasil emisi global.

    Pada saat yang bersamaan, IPU telah mengadopsi beberapa keputusan sebagai bentuk

    dukungan atas aksi menanggulangi permasalahan perubahan iklim. Pernyataan terbaru

    IPU terkait isu ini adalah resolusi Addressing Climate Change, yang diadopsi pada Sidang

    Umum IPU ke-141 di Beograd, Serbia yang mendorong semua pihak untuk serius dalam

    mengimplementasikan Paris Agreement.

    Para Ketua Parlemen dan parlemen harus memainkan peran dalam proses yang penting

    ini. Parlemen harus memaksimalkan kewenangan legislasi, pengawasan dan anggaran

    untuk memastikan perubahan terjadi dan mendesain sistem perekonomian kita

    menjadi lebih ramah lingkungan sesuai dengan tujuan di dalam Paris Agreement.

    f. Diskusi panel: Pergerakan manusia untuk meraih kehidupan yang lebih baik:

    Tantangan, peluang dan solusi

    Pembicara Utama:

    ● Ibu Laura Rojas (Meksiko)

    ● Bpk. Mustafa Şentop (Turki)

    ● Ibu Zinaida Greceanîi (Republik Moldova)

    Panelis:

    ● Ibu Gillian Triggs Asisten Komisioner Tinggi bidang Perlindungan, Kantor Komisioner

    Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR)

    ● Bpk. Gilles Carbonnier, Wakil Presiden Komite Palang Merah Internasional (ICRC)

    Panel diskusi ini dilaksanakan pada 17.15-18.05 WIB yang fokus pada isu migrasi dan

    pengungsi. Berdasarkan data yang dilansir IPU, pada tahun 2019 jumlah migran maupun

    pengungsi yang tersebar di seluruh dunia mencapai 270 juta jiwa. Pengungsi tersebut

    terdiri dari 48 persen perempuan, dan 12 persen berusia di bawah 18 tahun.

    Sebagian besar dari para migran tersebut adalah migran sukarela yang dimotivasi oleh

    faktor ekonomi maupun para profesional. Sebagian lagi melakukan migrasi karena

    didorong oleh konflik berkepanjangan di negara masing-masing. Para migran yang

    terpaksa meninggalkan negara mereka ini sebagian besar menjadi pengungsi, dimana

    pada tahun 2019 jumlahnya mencapai 25,9 juta dengan yang sedang dalam proses

    mendapatkan suaka sejumlah 3.5 juta jiwa.

  • 16

    Di tengah tekanan jumlah migrasi yang semakin kuat ini, berbagai masalah masih

    terjadi. Dukungan bagi para pengungsi tersebut masih lemah di banyak negara. Para

    migran seringkali tidak terlindungi dari diskriminasi, ekspolitasi, perdagangan manusia,

    maupun berbagai bentuk kekerasan lainnya.

    The 2018 Global Compact Compact for Safe, Orderly and Regular Migration

    diselenggarakan dengan melibatkan para pemangku kepentingan, baik pemerintah,

    parlemen, organisasi internasional, sektor privat dan masyarakat sipil untuk bekerja

    bersama untuk mencari solusi permasalahan pengungsi dan migran ini. Berdasarkan

    kesepakatan ini pula, parlemen mendorong dibentuknya legislasi dan memperkuat

    kerangka hukum yang ada sebagai bentuk komitmen kepada Refugee Convention yang

    telah disepakati.

    KAMIS, 20 AGUSTUS 2020

    a. Sesi Pertama: Demokrasi dan perubahan peran parlemen abad ke-21

    Pembicara Utama:

    ● Bpk. Demetris Syllouris (Siprus)

    ● Ibu Rebecca Alitwala Kadaga (Uganda)

    Pada hari kedua, Kamis, 20 Agustus 2020, sesi pertemuan dimulai dengan presentasi

    laporan dengan tema Democracy and the Changing Role of Parliament in the Twenty-

    First Century. Pembicara utama adalah Mr. Demetris Syllouris, Ketua Parlemen Siprus

    dan Ms. Rebecca Alitwala Kadaga Ketua Parlemen Uganda.

    ● Mr. Demetris Syllouris (Ketua Parlemen Syprus)

    Mr. Syllouris menekankan bahwa parlemen perlu memikirkan kembali mengenai

    cara kerjanya pada abad 21. Prosedur yang adil dan inklusif di parlemen sangat

    penting untuk mencapai hubungan yang komprehensif, transparan, dan interaktif

    dengan masyarakat. Parlemen harus mendorong demokrasi yang partisipatif

    melalui penggunaan teknologi digital, Artificial Intelligence (AI), perangkat inovatif

    dan transformatif lainnya. Ia juga menekankan pentingnya membangun

    komunikasi, tidak hanya dengan masyarakat, tetapi komunitas ilmiah, dan

    akademisi.

    ● Ms. Rebecca Alitwala Kadaga, Ketua Parlemen Uganda

    Ms. Kadaga menjelaskan mengenai akibat dari pandemi terhadap parlemennya.

    Parlemen Uganda telah mengubah aturan tata tertibnya untuk menyesuaikan

    dengan situasi pandemi. Pemilihan umum untuk Presiden pada 2021 direncanakan

    akan berlangsung secara digital khususnya selama proses kampanye

  • 17

    b. Sesi Kedua: Ilmu pengetahuan, teknologi, dan etika: Permasalahan-permasalahan

    yang muncul dan solusi yang mendesak

    Pembicara Utama:

    ● Ibu Akiko Santo (Jepang)

    ● Bpk. Yariv Levin (Israel)

    ● Mr. Yariv Levin (Ketua Parlemen Israel)

    Mr. Levin menguraikan perkembangan keilmuan dan teknologi tidak akan berhenti

    dan masyarakat saat ini harus melakukan urusannya kendati pandemi. Parlemen

    perlu mencari cara untuk mendukung pengembangan keilmuan dan teknologi. Ia

    menekankan perlunya keilmuan yang etis serta harus seimbang dengan tujuan

    dalam SDGs dan perlindungan HAM. Tantangan penggunaan teknologi yang

    berpotensi memecah belah bangsa ketimbang menyatukan harus ditangani. Ia

    menekankan pentingnya mendorong penggunaan inovasi keilmuan yang

    bertanggung jawab. Perlu ada upaya untuk mendorong keseimbangan antara

    perlindungan masyarakat dari teknologi dan kemajuan penggunaan teknologi.

    ● Ms. Akiko Santo (Ketua Majelis Tinggi Jepang)

    Ms. Santo menyoroti perkembangan sumber daya manusia. Pendidikan dan

    pelatihan sangat penting dan dibutuhkan manusia, khususnya untuk kaum muda. Ia

    menekankan tentang masih adanya kesenjangan gender dalam pengembangan

    ilmu dan teknologi. Japan mendeklarasikan kesiapannya untuk membuka

    kesempatan bagi sedikitnya empat juta perempuan dari negara berkembang untuk

    mendapatkan peluang dan kesempatan pendidikan lebih tinggi. Ia juga mendorong

    anggota parlemen untuk mengkoreksi bias gender dan membentuk lingkungan

    yang dapat mendorong perempuan berpartisipasi secara setara.

    c. Sesi Ketiga: Diskusi panel: Meningkatkan mutu tata kelola dengan menjembatani

    jarak antara parlemen dan masyarakat

    Pembicara Utama:

    ● Ibu Adriana Muñoz (Chile)

    ● Bpk. Jan Anthonie Bruijn (Belanda)

    ● Ibu Puan Maharani (Indonesia)

    Panelis:

    ● Ibu Phumzile Mlambo-Ngcuka

  • 18

    Direktur Eksekutif Perempuan PBB

    ● Bpk. Fabrizio Hochschild-Drummond

    Penasihat Khusus Sekretaris Jenderal PBB pada Peringatan 75 Tahun PBB

    Diskusi panel berikutnya bertema Improving Governance by Bridging the Gap Between

    Parliaments and the People dengan pembicara utama Mr. Jan Anthonie Bruijn, Presiden

    Senat Belanda dan Dr. (H.C.) Puan Maharani, Ketua DPR RI. Selain itu, sejumlah panelis

    dari UN turut meramaikan diskusi tersebut.

    ● Mr. Jan Anthonie Bruijn (Ketua Parlemen Belanda)

    Mr. Bruijn menguraikan aktivitas parlemennya sejak pandemi merebak. Sejak

    Maret, Senat telah menutup gedungnya dan beralih ke piranti digital untuk segala

    pertemuan. Kombinasi pertemuan fisik dan digital menjadi norma dan setidaknya

    satu wakil per kelompok politik di Senat harus hadir dalam setiap pertemuan.

    Pada saat bersamaan, Senat masih mencari gedung yang lebih memadai untuk

    memungkinkan seluruh anggotanya bertemu fisik sembari menjaga jarak sesuai

    protokol (setidaknya 1.5 meter). Saat ini, Senat Belanda tengah mendalami usulan

    protokol darurat baru untuk mengganti protokol darurat pemerintah yang

    berdampak pada hak masyarakat secara langsung. Baginya, hingga saat ini

    demokrasi adalah satu-satunya sistem yang memiliki kapasitas untuk self-

    correction sehingga check and balance dapat terjaga.

    ● Dr. (H.C.) Puan Maharani, Ketua DPR RI

    Dr. Maharani menegaskan DPR RI tidak berhenti sejenak pun untuk bekerja di

    tengah kekhawatiran rakyat dan beban ekonomi yang bertambah. Anggota

    parlemen harus cepat menghasilkan Undang-Undang (UU) yang dapat membantu

    mengatasi dampak pandemi COVID-19 dengan tetap menangkap aspirasi rakyat.

    Pada saat-saat sulit seperti inilah, masyarakat memiliki kebutuhan untuk lebih

    dekat dengan parlemen dalam menyampaikan aspirasinya. Ketua DPR RI

    menyebut terobosan diperlukan untuk membuat kehadiran parlemen lebih

    berarti dalam menjaga kepercayaan rakyat.

  • 19

    Dr. (H.C.) Puan Maharani memberikan pemaparan sebagai salah satu pembicara utama

    Cara-cara baru telah diperkenalkan dalam “Kenormalan Baru” untuk

    memastikan tugas DPR RI dapat terus berjalan dengan lancar dan produktif

    termasuk kombinasi virtual dan tatap muka dalam rapat-rapat di DPR. Ketua DPR

    RI juga mengungkapkan Parlemen telah mengembangkan Sistem Informasi

    Legislasi (SILEG) yang lebih baik di laman resmi DPR RI dengan penggunaan yang

    lebih mudah (easy user interface). DPR RI juga hadir di media sosial dalam bentuk

    saluran layanan pengaduan baik dalam perangkat mobile dan dalam jaringan

    (Daring) agar rakyat dapat lebih mudah menyampaikan aspirasinya. Pusat

    Perancangan UU di DPR, sebagai salah satu sistem pendukung kerja parlemen,

    juga membuka ruang partisipasi publik Daring dalam pembahasan RUU inisiatif

    DPR. Para pakar, akademisi, lembaga pemikir dan organisasi masyarakat dapat

    berpartisipasi dalam proses tersebut.

  • 20

    Dr. (H.C.) Puan Maharani & Charles Honoris berdiskusi terkait topik yang akan disampaikan

    d. Diskusi panel: Mendorong ekonomi inklusif dan berkelanjutan yang mewujudkan

    kesejahteraan dan keadilan bagi semua

    Pembicara Utama:

    ● Bpk. Marzouq Ali M. Al-Ghanim (Kuwait)

    ● Ibu Gabriela Cuevas Barron (Presiden IPU)

    ● Bpk. Jacob F. Mudenda (Zimbabwe)

    Panelis:

    ● Bpk. Augustus Nuwagaba

    Profesor pada Makerere University

    ● Ibu Armida Alisjahbana

    Sekretaris Eksekutif, Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (ESCAP)

    Diskusi panel ini fokus pada isu ketimpangan sosio-ekonomi yang diperburuk oleh

    terjadinya pandemic yang terutama banyak terjadi kepada generasi muda. Parlemen

    harus mengambil peran dalam memastikan tercapainya ekonomi yang inklusif,

    berkelanjutan dan adil bagi semua. Ketimpangan tersebar luas ke seluruh dunia, dan

    pada saat yang bersamaan Sebagian kecil populasi menguasai kekayaan setara dengan

    3.6 milyar populasi lainnya.

  • 21

    Ketimpangan diperburuk oleh lemahnya perlindungan bagi para pekerja, serikat pekerja

    yang lemah, rendahnya upah, dan kebijakan pasar kerja yang terlalu fleksibel.

    Perkembangan teknologi menjadikan banyak pekerja menjadi tidak relevan yang

    mendorong ketimpangan menjadi lebih jauh lagi. Hal tersebut disebabkan cepatnya

    perkembangan teknologi tidak diimbangi oleh kecepatan penyesuaian keterampilan para

    pekerja agar dapat memanfaatkan perubahan tersebut demi perbaikan kehidupan

    mereka.

    Beberapa hal yang menjadi masalah dan mempengaruhi kesejahteraan dan keadilan bagi

    semua, antara lain:

    ● Terbatasnya akses kepada layanan sosial di banyak negara.

    ● Rezim perdagangan dan finansial global yang secara umum tidak adil kepada

    negara-negara berkembang.

    ● Akses yang tidak sama terhadapa Pendidikan berbasis science, technology,

    engineering dan mathematics (STEM) di negara-negara berkembang.

    ● Infrakstruktur yang terbatas untuk mendukung industrialisasi di negara-negara

    berkembang.

    ● Produksi dan distribusi pangan yang hanya berpihak pada perkebunan dan

    pertanian skala besar.

    Dua hal yang mencegah pertumbuhan ekonomi dalam mengurangi kesenjangan adalah:

    ● Pertumbuhan ekonomi global yang tinggi tidak selalu mendorong kesejahteraan

    masyarakat akibat hambatan struktural.

    ● Semakin tinggi upaya mengejar pertumbuhan ekonomi, maka akan kontraproduktif

    terhadap kelestarian lingkungan yang akan mendorong kesenjangan sosial yang jauh

    lebih tinggi.

    Oleh karena itulah solusi atas permasalahan ini adalah merancang suatu sistem ekonomi

    baru yang inklusif dan berkelanjutan dan menjamin kesejahteraan dan keadilan bagi

    semua.

    e. Agenda khusus: Pemberantasan terorisme dan ekstremisme kekerasan: Perspektif

    korban

    Testimoni:

    ● Bpk. Imrana Alhaji Buba

    Pemuda korban asal Nigeria, pendiri Koalisi Pemuda Melawan Terorisme (YOCAT)

    Pembicara Utama:

    ● Bpk. Wolfgang Sobotka (Austria)

    ● Ibu Esperança Bias (Mozambique)

    ● Bpk. Reinhold Lopatka, Ketua Kelompok Penasihat Tingkat Tinggi IPU dalam

  • 22

    Penanggulangan Terorisme dan Ekstremisme Kekerasan

    Panelis:

    ● Ibu Ghada Fathi Waly

    Direktur Jenderal Markas PBB di Wina

    Direktur Eksekutif Markas PBB untuk Obat-obatan dan Kejahatan (UNODC)

    ● Bpk. Vladimir Voronkov

    Under-Secretary-General pada Kantor PBB untuk Penanggulangan Terorisme (UNOCT)

    Agenda khusus ini diselenggarakan untuk mendorong para anggota parlemen

    berperan menjadi suara dan mendukung para korbang kekerasan akibat terorisme.

    Parlemen memiliki peran penting dalam mempromosikan, melindungi dan

    menghormati hak-hak korban. Hal tersebut dalam dilakukan dengan mengadopsi

    legislasi yang relevan, mengalokasikan anggaran yang mendukung para korban dan

    menjadi suara bagi mereka. Parlemen juga harus mentransformasikan kesepakatan di

    tingkat global di tingkatan lokal.

    ..............................................................................

    3. Outcome Document

    Sidang tersebut menghasilkan outcome document “Declaration on Parliamentary

    Leadership for More Effective Multilateralism that Delivers Peace and Sustainable

    Development for the People and Planet” Outcome document memuat kesepakatan-

    kesepakatan, terutama terkait peran parlemen dalam mewujudkan perdamaian dan

    pembangunan berkelanjutan terutama di tengah situasi tidak menentu akibat COVID-

    19. Krisis kesehatan global ini menunjukkan ketergantungan yang tinggi antar negara

    dan menggarisbawahi kebutuhan akan sistem multilateralisme yang efektif.

    Terkait respon terhadap pandemi, outcome document menggarisbawahi mengenai

    kerjasama tenaga medis dan obat-obatan, serta kerjasama pencegahan, deteksi, test,

    pengobatan dan pelacakan terduga Covid-19. Digarisbawahi juga mengenai peran

    penting World Health Organization (WHO) dalam tata kelola global dan kesiapsiagaan

    darurat kesehatan.

    Terkait dampak COVID-19 terhadap ekonomi, outcome document menggarisbawahi

    mengenai koordinasi kebijakan makroekonomi dan menjaga kestabilan pasar

    keuangan global. Untuk jangka panjang, pertumbuhan ekonomi harus diarahkan pada

    pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan menuju keadilan sosial. Pertumbuhan

    ekonomi harus juga berpijak pada “Green Economy” dan model pertumbuhan

    ekonomi yang mempertimbangkan pelestarian lingkungan, terutama untuk industri

  • 23

    ekstraktif, perikanan dan pertanian, manufaktur dan jasa. Pertumbuhan ekonomi

    harus pula berbasis gender dan mempertimbangkan pemberdayaan perempuan dan

    generasi muda. Outcome document juga menegaskan kembali komitmen bagi

    perdagangan multilateral yang adil, terbuka dan tanpa diskriminasi di bawah WTO.

    Delegasi mengikuti proses pengadopsioan resolusi

    Pandemi COVID-19 selayaknya tidak mengalihkan perhatian dunia dari krisis lainnya

    yaitu perubahan iklim. Dalam kerangka kesepakatan yang lebih besar lagi, pandemi ini

    selayaknya tidak mengalihkan perhatian dunia dari upaya-upaya pencapaian SDGs.

    Tujuan pembangunan global yang tercakup dalam 17 Goals tersebut merupakan cetak

    biru untuk pencapaian tujuan pembangunan bersama melalui kerjasama

    internasional. Tahun ini merupakan awal dari SDGs Decade of Action dan oleh karena

    itu negara-negara harus meningkatkan upaya-upaya mewujudkan agenda menjadi

    realita. Outcome document memuat pula kesepakatan atas komitmen pemenuhan

    kesetaraan gender, penghormatan dan pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM), serta

    pemberdayaan generasi muda terutama partisipasi dalam politik.