the learning effectiveness of rhetoric through...
TRANSCRIPT
1
Tema : Pengajaran Sastra Indonesia, Daerah dan Asing
THE LEARNING EFFECTIVENESS OF RHETORIC THROUGH
A PARAPHRASE OF THE POEM
oleh: Dr. Hindun*
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
[email protected] / [email protected]
Abstract
How much is done to improve the quality of learning. The purpose of this research is as one
way in question. Combining and correlating different disciplines will certainly enrich the
students insight in examining many things. That alignment would be teraplikasikan by the
willingness of teachers and learners who are integrated in the spirit of creating innovation in
the learning process.
Learning rhetoric for three-semester student at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in the digital
age is becoming more effective by optimizing the website as a medium that also seek the
integration of the various methods in learning. Through the resitasi method of the students open
the page to read the poems that are available on the blog the next lecturer, choose one of the
poems she liked. Then the lecturer test student knowledge and analysis by means of the poem
paraphrased, and then with the method of inquiry discovery students interpret the poem, then
paraphrase results made content/content of the speech that would be developed as a text by
looking at inventio, dispositio, elocutio, memoria, and pronountiato when delivered in the
presence of his friends in the classroom.
The results showed that learning rhetoric became more interesting and its effectiveness is very
tergali looks from every stage of the learning process that integrates poetry as the content or
the content of the speech as a text drawn up by students.
Keywords: learning effectiveness, rhetoric, poetry, paraphrase
*Presented by Lecturer of English language and literature Education Indonesia and Tarbiyah Faculty of
Pedagogy UIN Syarif Hidayatullah Jakarta on Wednesday, 26 October 2016 National Seminar in
LANGEL (Language Education and Literature) in Gd. UNJ Dewi Sartika, JL. Pemuda No. 10
Rawamangun, East Jakarta
2
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN RETORIKA MELALUI PARAFRASE PUISI
oleh: Dr. Hindun*
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
[email protected] / [email protected]
Abstrak
Banyak cara dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tujuan penelitian ini
adalah sebagai salah satu cara yang dimaksud. Memadukan dan mengkorelasikan berbagai
disiplin ilmu tentu akan memperkaya wawasan peserta didik dalam mengkaji banyak hal.
Keterpaduan itu akan teraplikasikan oleh kemauan pengajar dan pembelajar yang terintegrasi
dalam semangat menciptakan inovasi dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran retorika bagi mahasiswa semester tiga di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
era digital ini menjadi lebih efektif dengan mengoptimalkan website sebagai media yang turut
mengupayakan terintegrasinya berbagai metode dalam pembelajaran. Melalui metode resitasi
mahasiswa membuka laman untuk membaca puisi-puisi yang tersedia pada blog dosen,
selanjutnya memilih salah satu puisi yang disukainya. Kemudian dosen menguji knowledge
dan analisis mahasiswa dengan cara puisi tersebut diparafrasekan, lalu dengan metode inquiry
discovery mahasiswa menginterpretasikan puisi tersebut, maka hasil parafrase dijadikan konten
/ isi pidato yang akan disusun sebagai sebuah teks dengan melihat inventio, dispositio, elocutio,
memoria dan pronountiato saat menyampaikan di hadapan teman-temannya di dalam kelas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran retorika menjadi lebih menarik dan
efektivitasnya sangat tampak tergali dari setiap tahap proses pembelajaran yang
mengintegrasikan puisi sebagai konten atau isi dari pidato yang disusun sebagai teks oleh para
mahasiswa.
Kata kunci: efektivitas pembelajaran, retorika, puisi, parafrase
*Dipresentasikan oleh Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Rabu, 26 Oktober 2016 dalam kegiatan
Seminar Nasional LANGEL (Language Education and Literature) di Gd. Dewi Sartika UNJ,
Jl. Pemuda no. 10 Rawamangun, Jakarta Timur
3
I. PENDAHULUAN
Disadari atau tidak, manusia menjadikan teknologi sebagai bagian dari kehidupan.
Mahasiswa di perguruan tinggi pun memanfaatkan teknologi berupa website untuk mendukung
kelancaran di dalam perkuliahannya. Oleh karena itu, dosen sebagai pengajar di kampus
mengoptimalkan peran teknologi dalam mengaplikasikan tercapainya target perkuliahan
sebagaimana telah dituangkan pada SAP (Satuan Acara Perkuliahan). Website bisa digunakan
sebagai sumber informasi atau media dalam mencapai tujuan pembelajaran yang tertera dalam
silabus atau silabi.
Mata kuliah retorika di semester tiga pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentulah dilaksanakan dengan menggunakan
media yang berbasis teknologi, salah satunya yakni blog dosen. Kreativitas karya yang
dihasilkan oleh dosen yang ditampilkan dalam blog menjadi suatu motivasi tersendiri bagi
mahasiswa dalam meneladani produktivitas berkarya secara akademis. Di antara karya yang
terdapat dalam blog dosen tersebut yakni berbentuk puisi.
Ethos, pathos dan logos sebagai jantung dari retorika sangat mengkristal dalam jati diri
siapapun yang akan menjadi pidatowan. Oleh karena itu, membaca teks atau naskah pidato
mempunyai kekhasan seperti membaca puisi. Jelas terdapat perbedaan dalam membaca
keduanya, akan tetapi multidisiplin ilmu tidaklah menutup kemungkinan bahwa kedua bentuk
karya ini bisa dikemas dalam sebuah pembelajaran sehingga lebih menarik dan kreatif.
Mahasiswa pun semakin kaya wawasannya dan pada akhirnya mewujudkan pembelajaran yang
efektif.
II. LANDASAN TEORETIS
A. RETORIKA
Berbicara mengenai retorika, maka yang terlintas dalam pikiran seseorang adalah mengenai
beberapa hal yang mencakup teknik berpidato yang memukau, tokoh-tokoh politik seperti
Soekarno, Adolf Hitler, Benito Musollini, Buya Hamka dan yang lainnya, atau juru kampanye
dan para propagandis yang terjun dalam urusan bagaimana mempengaruhi khalayak.
Dalam disertasi di bagian pendahuluan bab I, hlm. 8 saya ungkapkan bahwa salah satu
karya besar dari Hamka yakni Tenggelamnya Kapal Van der Wijk yang sarat dengan
ungkapan-ungkapan penuh makna dan menggetarkan jiwa. Melalui kemampuan retorika
tulisnya, beliau mengkomunikasikan antara bahasa wahyu dengan realitas sosial budaya di
sekitarnya melalui karya sastra yang mengagumkan. Oleh karena itu, janganlah menyepelekan
kekuatan kata.
Kata terpenting yang menjadi jantung dari retorika menurut Aristoteles adalah ethos,
pathos, dan logos. Ethos (ethical) yaitu karakter pembicara yang dapat dilihat dari cara
berkomunikasi. Pathos (emotional) yaitu perasaan emosional khalayak yang dapat dipahami
dengan pendekatan “Psikologi massa”. Logos (logical) yaitu pemilihan kata atau kalimat atau
ungkapan oleh pembicara.
Retorika dalam sejarahnya juga disebutkan bahwa sebagai seni bicara yang dipelajari
dimulai pada abad ke-5 SM ketika kaum Sofis di Yunani mengembara dari tempat yang satu
ke tempat yang lain untuk mengajarkan pengetahuan mengenai politik dan pemerintahan
dengan penekanan utama pada kemampuan berpidato. Bahkan Georgias, Tokoh aliran Sofisme
4
dianggap sebagai guru retorika pertama dalam sejarah manusia. Muridnya yang bernama
Isocrates pada tahun 392 SM mendirikan sekolah retorika dengan menitikberatkan
pendidikannya pada pidato-pidato politik, dan selama lima puluh tahun berhasil mendidik
murid-muridnya menjadi pemimpin yang baik. Adapun Filsafat Isocrates yang terkenal, bahwa
hakikat pendidikan adalah kemampuan membentuk pendapat-pendapat yang tepat mengenai
masyarakat.
B. PARAFRASE
Parafrase adalah perubahan bentuk puisi menjadi bentuk prosa. Dalam Ensiklopedi Sastra
Indonesia, kata parafrase bermakna penguraian kembali isi sebuah kalimat atau penggalan teks.
Penguraian kembali ini biasanya menggunakan kata-kata lain dan maksud untuk memperjelas.
Makna lainnya yaitu hasil pengungkapan kembali terhadap konsep yang disusun orang lain
dengan bahasa yang berbeda, tanpa mengubah maksudnya semula, walaupun kadang-kadang
diberi tekanan yang berbeda. Selanjutnya, kata prosa bermakna karangan bebas yang tidak
terikat oleh bait juga oleh banyaknya baris dalam satu bait. Dengan kata lain prosa adalah
ungkapan sastra yang menggunakan bahasa secara lebih denotatif.
Senada dengan pendapat tersebut, Sumardjo dan Suratmi (2009;19) mengungkapkan
bahwa parafrase adalah cara yang dilakukan untuk memahami puisi dengan menyadur /
mengubah bentuk suatu karya sastra, tetapi tanpa mengubah makna karya sastra semula.
Kemudian (Kridalaksana; 2008) menguraikan langkah-langkah membuat parafrase yaitu: (1)
mengartikan kata yang sulit; (2) mengartikan kata yang sengaja dihilangkan penulisnya; (3)
menambah tanda baca; (4) menyusun dalam bentuk kalimat yang membentuk paragraf; (5)
membaca teks keseluruhan. Adapun parafrase puisi terbagi menjadi dua jenis: (1) parafrase
terikat dan (2) parafrase bebas. Parafrase terikat ialah pengubahan puisi menjadi prosa dengan
cara menambahkan atau menyisipkan sejumlah kata pada puisi sehingga kalimat-kalimat puisi
mudah dipakai, seluruh kata dalam puisi pun masih tetap digunakan. Parafrase bebas ialah
pengungkapan kembali puisi menjadi prosa dengan cara mengubah kata-kata dalam puisi
dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini, kata-kata yang terdapat pada puisi dapat digunakan,
dapat pula tidak digunakan.
C. PUISI
Puisi berasal dari kata poet, dalam Bahasa Yunani memiliki arti orang yang mencipta
melalui imajinasinya. Ia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, sekaligus seorang
filsuf, guru, orang yang mampu menebak kebenaran yang tersembunyi. Herman J. Waluyo
menyatakan mengenai definisi puisi yakni karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan seorang penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua
kekuatan bahasa, baik struktur fisik maupun batin. Metafora yang dibentuk, diksi yang dipilih
secara serasi, dan rima yang dibangun seirama merupakan karakteristik dalam pembentukan
sebuah puisi.
Puisi-puisi yang dimuat dalam blog dosen tentunya merupakan puisi modern Indonesia,
karena puisi-puisi tersebut sulit ditebak dan dirumuskan di dalam suatu pola tipografi tertentu.
Dengan kata lain, tipografi puisi modern Indonesia menunjukkan hal yang sangat berbeda
dengan tipografi puisi-puisi klasik Indonesia. Winkler (1971:106) mengungkapkan bahwa
tipografi lebih mengarah pada bentuk yaitu susunan atau rupa. Dalam hal ini tipografi diartikan
5
sebagai ukiran bentuk. Jadi, jika seseorang berbicara tentang tipografi sebuah puisi berarti
sedang berbicara tentang unsur visual puisi.
Puisi secara lazim menggunakan bahasa kiasan. Melalui diksi yang tepat kata-kata yang
dihadirkan mampu menimbulkan interpretasi yang beragam bagi pembacanya. Bahkan
ungkapan-ungkapan yang menghias di tiap penciptaan puisi menjadi sesuatu yang dapat
membuat pembaca lebih tertarik dengan puisi terebut. Sebagaimana Perrine (dalam Badrun,
1989:26) mengemukakan bahwa bahasa kiasan dapat menyampaikan makna secara efektif
karena beberapa hal; (1) memberikan kenikmatan imajinatif bagi pembaca, (2) merupakan
jalan untuk menyampaikan imaji tambahan dalam puisi, (3) merupakan cara untuk menambah
intensitas emosi, (4) sebagai alat untuk pemusatan, sekaligus pula sebagai alat untuk
menyatakan sesuatu secara jelas.
III. METODOLOGI
Mahasiswa yang menjadi target penelitian ini yaitu semester tiga jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang mendapatkan mata kulih retorika. Jumlah responden berpopulasi empat puluh orang
orang, akan tetapi peneliti hanya mengambil data sebanyak 38 orang yang terdiri dari tiga puluh
tiga orang perempuan dan lima orang laki-laki. Hal itu disebabkan oleh satu orang pindah
kampus dan satu orang lagi dari angkatan atau semester yang berbeda. Seluruh responden
tersebut memilih puisi yang terdapat dalam blog dosen untuk kemudian diparafrasekan sesuai
dengan interpretasi masing-masing, baik itu interpretasi yang menghasilkan parafrase terikat
maupun parafrase bebas.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Mahasiswa semester tiga yang telah memilih puisi dalam blog dosen untuk diparafrasekan
ternyata memiliki selera yang beragam. Terbukti bahwa dari dua puluh lima judul puisi yang
terdapat dalam blog dosen dengan alamat www.pembelajaranbhs.blogspot.com menghasilkan
empat belas judul puisi yang bisa ditampilkan sebagai konten untuk isi pidato yang akan
mereka bawakan di depan kelas. Dimulai puisi yang pertama dalam blog berjudul “Puisi tuk
Ibunda” (ditulis oleh dosen pada tahun 2009) hingga judul puisi “Sebuah Penantian” (ditulis
oleh dosen pada 22 Januari 2016). Hasil pilihan mahasiswa tersebut dengan judul puisi yang
beragam dapat dilihat pada tabel 1. berikut ini.
Tabel 1. Puisi Pilihan Mahasiswa
Nama Mahasiswa Judul Puisi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1. Resty Maulida √
2. Nur Alfiatussa'adah √
3. Riska Maulani Fadila √
4. Rizky Sapitri √
5. Windi Atika √
6. Dwi Khairani √
6
7. Nadine Ayuningtias P. √
8. Nabila √
9. Resti Ade Fauziah √
10. Nurhaliza Husna √
11. Adisti Sesaria √
12. Yani Lutfiani √
13. Rifa Nurafia √
14. Ginna Rizki Bhakti √
15. Rizki Amalia M √
16. Ahmad Fauzi √
17. Kurniawati √
18. Nuraini √
19. Eneng Syarifah √
20. Nurul Aini √
21. Nabila Zakia √
22. Mia Patmala √
23. Imron Sukriadi √
24. Iip Maulana Saiful √
25. Lenny Kusumawati √
26. Rizka Amalia Yahya √
27. Monita Sholeha √
28. Nur Alamsah √
29. Najmy Laily Barus √
30. Nurmalia √
31. Fauziah Umami √
32. Avit Kurniasari √
33. Fatmah Hapirotul A. √
34. Tamia Ainun Azmi √
35. Vivi Khairatna √
36. Mutiara Fajrin √
37. Dwi Rosyiana H. √
38. Zahidah Zulfailah √
Keterangan: 1. Gapai Cita 8. Lintas Daki Ilmu
2. Rezeki Tak Terduga 9. Langkahku dalam Ridho-Nya
3. Cermin Bangsa 10. Puisi Tuk Bunda
4. Mahkota Terindah 11. Asa dalam Dekap Waktu
5. Petik Bintang Sendiri 12. Tak Tahu Malu
6. Cinta Ilmu 13. Untukmu Negeriku
7. Puisi untuk Nenek 14. Sebuah Penantian
7
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat direkapitulasi yakni puisi dengan judul
“Gapai Cita” dipilih oleh enam orang mahasiswa. Puisi berjudul “Rezeki Tak Terduga”
dipilih oleh empat orang mahasiswa. Puisi berjudul “Cermin Bangsa” dipilih oleh lima orang
mahasiswa. Puisi berjudul “Mahkota Terindah” dipilih oleh tiga orang mahasiswa. Puisi
berjudul “Petik Bintang Sendiri” dipilih oleh tiga orang mahasiswa. Puisi berjudul “Cinta
Ilmu” dipilih oleh enam orang mahasiswa. Puisi berjudul “Puisi untuk Nenek” dipilih oleh
satu orang mahasiswa. Puisi berjudul “Lintas Daki Ilmu” dipilih oleh dua orang mahasiswa.
Puisi berjudul “Langkahku dalam Ridho-Nya” dipilih oleh dua orang mahasiswa. Puisi
berjudul “Puisi tuk Bunda” dipilih oleh satu orang mahasiswa. Puisi berjudul “Asa dalam
Dekap Waktu” dipilih oleh satu orang mahasiswa. Puisi berjudul “Tak Tahu Malu” dipilih
oleh satu orang mahasiswa. Puisi berjudul “Untukmu Negeriku” dipilih oleh dua orang
mahasiswa. Puisi berjudul “ Sebuah Penantian” dipilih oleh satu orang mahasiswa. Dengan
demikian maka puisi dalam blog dosen pada alamat website tersebut yang banyak dipilih oleh
mahasiswa adalah dengan judul “Gapai Cita” dan “Cinta Ilmu”.
Selanjutnya, hasil parafrase dari puisi yang telah dipilih itu dijadikan konten / isi pidato
yang akan disusun sebagai sebuah teks dengan melihat inventio, dispositio, elocutio, memoria
dan pronuntiato. Dalam retorika, tentunya fokus performance mahasiswa ketika berpidato
dievaluasi dengan penekanan pada pronuntiato. Maksudnya yakni tahap penyampaian hasil
parafrase tersebut secara lisan. Di sinilah akting berperan. Demosthenes menyebutnya
hypocrisy (berpura-pura). Oleh karena itu, mahasiswa pun harus memperhatikan olah vokal,
tinggi rendah suara dan gerakan anggota badannya. Observasi terhadap responden untuk
menilai pronuntiato tersebut dengan tabel berikut ini.
Tabel 2. Pronuntiato Mahasiswa
NO
Nama
mhs
Suara/vokal
Ekspresi
Gesture Kejelasan
vokal dan
konsonan
Keras atau
tingkat
kenyaringan
suara
Intonasi
pada
diksi
tertentu
Tinggi
rendahnya
suara
Gema
atau eho
1.
2.
3.
dst.
8
Adapun sistematika retorika dari tahap pertama sampai dengan keempat, aplikasinya
tercakup pada saat performansi mahasiswa tersebut di depan kelas ketika berpidato. Contoh
tahap memoria yang berarti mahasiswa harus ingat akan apa-apa yang ingin disampaikannya,
sesuai dengan bahan-bahan pembicaraan yang telah diorganisasikan tadi. Jadi tahap keempat
(memoria) akan tampak manakala mahasiswa secara bersungguh-sungguh membuat parafrase
puisi, tanpa kerjasama dengan kawan atau dibuatkan oleh orang lain.
Demikian pula ketika ingin mengetahui tahap ketiga elocutio yang berarti mahasiswa
harus memilih kata-kata dan menggunakan bahasa yang tepat untuk mengemas pesan atau isi
pidatonya, akan tampak manakala pilihan kata atau diksi pada teks hasil parafrase tertera
dengan jelas dan kata yang dipilih, yang akan mengantarkan pada pesan tertentu, ditekankan
dengan intonasi dan ekspresi yang dihadirkan pada saat performance pidato.
Tahap Dispositio (penyusunan) pun sudah terlihat di bagian awal yakni saat mahasiswa
mengumpulkan hasil parafrase puisi yang dibuatnya. Dengan kata lain pada tahap ini
mahasiswa menyusun teks atau catatan isi pidato yang hendak disampaikannya dengan cara
mengorganisasikan pesan pidatonya. Pilihan puisi mahasiswa tersebut menjadi gambaran isi
pidato yang hendak disampaikan setelah diorganisasikan pesannya melalui bentuk parafrase.
Apalagi tahap pertama yang menjadi kanun retorika menurut Aristoteles ini atau disebut
inventio (penemuan) juga sudah dilakukan di awal oleh mahasiswa yakni ketika memilih puisi
dalam blog dosen dengan alamat yang disediakan pada website. Dalam tahap ini mahasiswa
harus melakukan penggalian topik pidato yang hendak disampaikan, serta meneliti situasi dan
kondisi khalayaknya guna menentukan metode persuasi yang perlu digunakan secara efektif.
Hasil penelitian berikutnya yakni untuk melihat jantung dari retorika berupa ethos,
pathos, dan logos, peneliti menyebar angket kepada seluruh mahasiswa yang menjadi audiens
atau pendengar saat satu persatu mahasiswa tampil ke depan kelas. Angket tersebut harus diisi
sebagai bentuk penilaian teman sejawat, akan tetapi difokuskan untuk melihat dan mengenal
ethos, pathos dan logos kawannya secara tajam dan mendalam.
Tabel 3. Angket untuk audiens
Nama mhs: .......................... (NIM:.........................) Audiens: ............................................
No ethos pathos logos
1.
2.
dst.
Terakhir yakni peneliti melakukan rekapitulasi berupa penggabungan penilaian teman
sejawat dan penilaian dari peneliti sebagai dosen retorika. Hasil tersebut menggambarkan
sebagaimana tujuan pembelajaran sekaligus tujuan penelitian yang diharapkan. Berikut ini
adalah tabel hasil rekapitulasi dari peneliti sebagai dosen retorika.
REKAPITULASI NILAI PRONUNTIATO MAHASISWA
SEMESTER 3 (T.A. 2016/2017)
DARI DOSEN
NO NAMA NIM SUARA EKSPRESI GESTURE INTONASI JUMLAH NILAI AKHIR
9
1. M. Syekhun Murod
1113013000070 mahasiswa dari semester yang berbeda
2. Ginna R. Bhakti
11140130000010 72 70 70 79 291 72,75 (B)
3 Resti Ade F. 11150130000001 80 82 85 84 331 82,75 (A)
4 Ahmad Fauzi 11150130000002 95 79 79 91 344 86 (A)
5 Resty Maulida 11150130000003 77 76 76 77 306 76,5 (B)
6 Nadine Ayuningtias
11150130000004 77 85 78 76 316 79 (B)
7 Windi Atika 11150130000006 78 79 76 80 313 78,25 (B)
8 Mia Patmala 11150130000007 90 78 77 90 335 83,75 (A)
9 Monita Sholeha
11150130000008 89 87 83 84 343 85,75 (A)
10 Nurul Aini 11150130000009 75 77 79 76 307 76,75 (B)
11 Eneng Sarifah 11150130000010 77 76 73 78 304 76 (B)
12 Nuraini 11150130000011 78 86 81 78 323 80,75 (A)
13 Zahidah Zulfailah
11150130000012 78 78 80 77 313 78,25 (B)
14 Dwi Khairani 11150130000013 80 77 76 80 313 78,25 (B)
15 Nabila Zakia 11150130000014 80 75 78 79 312 78 (B)
16 Nurhaliza Husna
11150130000015 77 80 78 79 314 78,5 (B)
17 Najmi Laily Barus
11150130000016 90 85 78 87 340 85 (A)
18 Tamia Ainun Azmi
11150130000018 75 73 73 75 296 74 (B)
19 Rizky Sapitri 11150130000019 78 79 80 77 314 78,5 (B)
20 Adisti Sesaria 11150130000020 78 84 86 78 326 81,5 (A)
21 Fauziah Umami
11150130000022 77 75 76 78 306 76,5 (B)
22 Nabila 11150130000023 78 80 82 78 318 79,5 (B)
23 Nurmalia 11150130000024 78 79 80 80 317 79,25 (B)
24 Imron Sukriyadi
11150130000025 89 81 78 80 328 82 (A)
25 Nur Alfiatussaadah
11150130000026 81 77 77 81 316 79 (B)
26 Nur Alamsah 11150130000027 76 74 75 74 299 74,75 (B)
27 Mutiara Pajrin 11150130000028 80 78 75 81 314 78,5 (B)
28 Yani Lutfiani 11150130000029 80 80 78 80 318 79,5 (B)
29 Kurniawati 11150130000030 77 80 79 79 315 78,75 (B)
30 Fatmah Hapirotul Adawiyah
11150130000031 90 80 77 87 334 83,5 (A)
31 Riska Maulani Fadila
11150130000033 77 77 78 80 312 78 (B)
32 Avit Kurniasari 11150130000034 77 78 77 78 310 77,5 (B)
33 Leni Kusumawati
11150130000035 75 77 80 79 311 77,75 (B)
34 Vivi Khairatna 11150130000036 78 81 80 78 317 79,25 (B)
10
35 Rizky Amalia Mukmila
11150130000037 76 79 79 78 312 78 (B)
36 Iip M. Syaiful 11150130000040 80 82 79 82 323 80,75 (A)
37 Rifa Nurafia 11150130000041 77 79 85 79 320 80 (A)
38 Rizka Amalia Yahya
11150130000042 79 78 79 81 317 79,25 (B)
39 Dwi Rosyiana Hanifah
11150130000063 75 70 72 78 295 73,75 (B)
40 Agus Maulana K e l u a r
Nilai rata-rata 3005,75 : 38 = 79,09 (B)
V. SIMPULAN
Pembelajaran retorika dengan memanfaatkan website berupa blog dosen sebagai media
untuk memilih puisi pada mahasiswa semester tiga Jurusan Pendidikan Bhaasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta untuk dijadikan konten /isi pidato dengan mengubah puisi tersebut menjadi
bentuk parafrase sangatlah efektif dilakukan. Peneliti dapat langsung melihat daya
analisis yang terbangun dan diksi yang dipilih untuk mengolah parafrase dari puisi
tersebut mencerminkan pengorganisasian pikiran mahasiswa dalam berkreasi dan lebih
produktif menghadirkan pilihan kata yang tepat dengan ekspresi dan gesture sehingga
memukau para audiens.
Oleh karena itu, efektivitas pembelajaran retorika melalui parafrase puisi sebagai wujud kolaborasi disiplin ilmu (interdisiplin) perlu terus dikembangkan sehingga
pembelajaran tidak menjemukan dan pencapaian tujuan pembelajaran pun lebih mudah
serta lebih kontekstual.
DAFTAR PUSTAKA
Badrun, Ahmad. Teori Puisi. Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti, Depdikbud, 1989
Hasanuddin WS, dkk. Ensiklopedi Sastra Indonesia, Bandung: Titian Ilmu, cet. ke-2, 2007
Hindun, Retorika dalam Kuliah Subuh “Islam Itu Indah”
(Studi Konten Analisis di Studio TransTV), Disertasi dipresentasikan dan dipertahankan pada
Sidang Senat Terbuka program doktor Pps UNJ Prodi Pendidikan Bahasa, 2-3-2016
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia, Edisi Keempat. 2008
Sumardjo dan Suratmi. Puisi dan Prosa. Jakarta: Pamulasari. 2009
Winkler, Anthony C. Poetry as System. Illionis: Scott, Foresmmen and Company, 1971
11
LAMPIRAN
PUISI YANG BANYAK DIPILIH OLEH MAHASISWA DARI BLOG DOSEN
GAPAI CITA Karya: Hindun
Mimpiku sederas hujan
Jemari tanganku tak henti merapat
tengadahkan doa
menuju celah langit
menyelinap sampai ke Arsy
Tuhanku...
milyaran keringat jadi saksi
perjuangan hambamu raih prestasi
Syukur ku tiada henti
atas nikmat gelar akademik ini
semoga santun hati selalu terjaga
guna jadi teladan anak-anak tercinta
dalam ridho-Nya ilmu yang diburu
bak sinar mentari
menembus dasar laut yang biru
Terimakasih para guru
terimakasih para profesor pemberi ilmu
jasamu kan ku kenang selalu.
CINTA ILMU
Karya: Hindun Langkah demi langkah kau telusuri Guna raih mimpi Panjang kereta adalah gambaran pendakian semangat dan getar ma’rifat yang akan sampai ayunkan kakimu wujudkan cita-cita terus dan teruslah! tatap hari esok gemilang dengan ridho-Nya dan senyum serta kasih yang tak terhingga dari orang tua
12
yang ingin melihat anaknya menjadi bintang Tekuni! Pahami dan kuasai Segala yang terbentang dan segala yang tersaji Karena Tuhan terus mengiringi detik demi detik yang habis oleh luapan cinta gali ilmu Suatu hari nanti Dunia menantimu Untuk curahkan semua yang kau punya Agar negeri ini bisa kokoh berdiri dan tepis setiap kata serta sikap yang suka menghujat bahkan lecehkan potensi kau juga anak bangsa negeri ini yang selalu berani tampil dan percaya diri untuk bawa Indonesia mandiri dan punya citra diri Jadi, biarkan saja mereka yang hanya bisa bicara Anakku.... Bismillah, kau mantapkan tujuan langkahmu Ibunda kagum dengan keteguhan dan pilihanmu Meniti masa depan dengan ilmu dan cahaya iman yang mengakar di setiap nafas serta gerak sikapmu. Ya Allah mudahkanlah jalan bagi anakku dalam menuntut ilmu dan meraih cita-cita.
LAMPIRAN
HASIL PARAFRASE & TEKS PIDATO MAHASISWA
1. Yani Lutfiani dengan puisi pilihan “Gapai Cita”
13
14
2. Najmi Laily Barus dengan puisi pilihan “Cinta Ilmu”
15
BIODATA PENULIS
HINDUN, lahir di Jakarta, 15 Desember 1970 dari ibu (almarhumah) yang bernama Hj. Siti Romlah,
dan ayah (almarhum) bernama Dasoem. Menikmati masa pendidikan sejak Taman Kanak-Kanak sampai
perguruan tinggi. Mulai TK YPM, SDN Guntur 06 Pagi Jakarta, SMP Negeri 33 Jakarta, SPG Negeri 2
Jakarta Selatan, S-1 (IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris Bahasa Indonesia. S-2 (Universitas Negeri Jakarta) prodi Pendidikan Bahasa. Sejak September 2012/2013
melanjutkan studi S-3 di Universitas Negeri Jakarta prodi Pendidikan Bahasa dan meraih gelar doktor
pada 2 Maret 2016.
Ibu yang pernah menerima Piagam Penghargaan sebagai Sarjana Terbaik program S-1
Semester Ganjil thn. akademik 1993/1994 ini mulai berkiprah secara formal tahun 1993-1998
menjadi tenaga pengajar (guru Bahasa Indonesia) di MI-RPI (Madrasah Ibtidaiyah Rumah Pendidikan Islam) Jakarta Selatan
dan sejak 2006 hingga kini menjadi dosen tetap Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Wanita yang memiliki dua anak dan pernah meraih predikat sebagai siswi terbaik di SPG Negeri 2 Jakarta Selatan
(Thn. Pelajaran 1987/1988) dan menjadi Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (periode 2010-2014) ini beralamat di Jl. Pondok Baru Raya no. 32 Rt 008/011 Kel. Cijantung, Jakarta
Timur.
16