the study of communities perception of tentena – tonusu road quality increasing on community...

35
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Secara geografis batas administrasi Kecamatan Pamona Pusalemba adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pamona Utara Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pamona Tenggara Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pamona Timur Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lore Selatan dan Kecamatan Pamona Barat Untuk mengetahui luas wilayah dan jarak antara desa/kelurahan dengan Ibukota Kecamatan Pamona Pusalemba secara rinci disajikan pada tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 54

Upload: iphenk-rusapande

Post on 17-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

This research aimed at explaining descriptively about the communities perception of Tentena – Tonusu road quality increasing in accorance with economy activities, mainly on production, distribution, and family concumption of community in North Pamona Sub-district of Poso Regency. The population of the research is community that live along side of the Tentena – Tonusu road that consist of 495 people, and there is 80 respondent that choosed by using purposive technical sampling. The research type is desctriptive with quantitative approach. Data collected through observation, interview and documentation. Data analyzed by percentation analysis. The research result shows that based on ideal criteria, the total value acquire from responden lied on good category.

TRANSCRIPT

55

BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Deskripsi Lokasi PenelitianSecara geografis batas administrasi Kecamatan Pamona Pusalemba adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pamona Utara

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pamona Tenggara Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pamona Timur Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lore Selatan dan Kecamatan Pamona Barat

Untuk mengetahui luas wilayah dan jarak antara desa/kelurahan dengan Ibukota Kecamatan Pamona Pusalemba secara rinci disajikan pada tabel 4.1 sebagai berikut:Tabel 4.1

Luas Wilayah dan Jarak Antara Ibukota Kecamatan Dengan Desa/KelurahanNo.Desa/KelurahanLuas (Km2)Jarak (Km)Dapat dilalui

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.Tonusu

Mayakeli

Buyumpodoli

Pamona

Tentena

Sangele

Peura

Dulumai

Leboni

Soe 70.8065.75

62.37

40.90

27.7713.82

120.60

111.39

33.63

13.0210

7

5

1

0

0

12

35

13

6Motor/Mobil

Motor/Mobil

Motor/Mobil

Motor/Mobil

Motor/Mobil

Motor/Mobil

Motor/Mobil

Perahu Motor

Motor/Mobil

Motor/Mobil

Sumber: Kantor Camat Kecamatan Pamona Pusalemba, 2014Sebagian besar desa/kelurahan di Kecamatan Pamona Pusalemba dapat dilalui dengan kendaraan roda dua dan roda empat kecuali Desa Dulumai yang hanya dapat dilalui dengan perahu motor, sehingga mempermudah hubungan antara satu desa/kelurahan dengan desa/kelurahan lainnya dan kepusat kecamatan.4.1.2 Profil Responden

Profil responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran umum terhadap 80 (delapan puluh) responden yang dipilih berdasarkan teknik pengambilan sampel Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yakni sampel telah dipilih dan ditentukan dengan pertimbangan dan tujuan tertentu, di mana mereka yang terpilih adalah masyarakat yang terlibat langsung dengan kegiatan program peningkatan kualitas jalan Tentena-Tonusu. Sebagai penunjang data primer, responden diminta untuk mengisi biodata tentang umur dan pekerjaan.Tabel 4.2Profil Responden Berdasarkan Usia

Tingkat usiaJumlah responden%

20 tahun

2130 tahun

3140 tahun

4150 tahun824321610304020

Jumlah 80100

Sumber: data primer (diolah kembali)

Tabel 4.2 memperlihatkan secara berurutan jumlah responden yang terbanyak sampai yang paling sedikit adalah sebagai berikut: responden yang berusia antara 3140 tahun sebanyak 32 responden (40%), responden yang berusia antara 2130 tahun sebanyak 24 responden (30%), kemudian responden yang berusia antara 4150 tahun sebanyak 16 responden (20%), dan sisanya responden yang berusia 1020 tahun sebanyak 8 responden (10%). Dari hasil data kuesioner diketahui bahwa usia responden yang paling dominan dalam penelitian ini adalah berusia antara 4150 tahun yaitu sebanyak 16 responden yang terdiri dari 3 reponden berusia 41 tahun, 7 reponden yang berusia 43 tahun, 2 responden yang berusia 46 tahun, 3 responden yang berusia 49 tahun, dan 1 responden yang berusia 50 tahun. Seluruh responden adalah orang-orang yang paling dekat dan merasakan langsung manfaat dari program peningkatan kualitas jalan Tentena-Tonusu. Tabel 4.3Profil Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat

Pendidikan Jumlah responden%

SD

SMP

SMA

Diploma

S1

S21027

411

1-12,533,851,31,21,2-

Jumlah 80100

Sumber: Data Primer (diolah kembali)Tabel 4.3 menunjukkan secara berurutan bahwa responden dengan tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 10 responden (12,5%), responden yang memiliki latar belakang tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 27 responden (33,8%), kemudian responden dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 41 responden (51,3%), responden yang memiliki tingkat pendidikan Diploma sebanyak 1 responden (1,2%) dan responden yang memiliki tingkat pendidikan S1 sebanyak 1 responden (1,2%) dan responden yang memiliki tingkat pendidikan S2 tidak ada (0%). Artinya dalam penelitian ini yang ditetapkan sebagai sampel (responden) penelitian, sebagian besar memiliki jenjang pendidikan SMA sehingga dengan jenjang pendidikan yang dimiliki memungkinkan mereka cukup memahami dengan baik pekerjaan yang mereka geluti.Tabel 4.4Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah respondenPersentase

PNSPedagang

PetaniNelayan-40

2812-503515

Jumlah 80100

Sumber: data primer (diolah kembali)

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berstatus pekerjaan sebagai pedagang sebanyak 40 responden (50%), responden yang berstatus sebagai petani sebanyak 28 responden (35%), dan sisanya responden yang berstatus sebagai nelayan sebanyak 12 responden (15%). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang terpilih adalah mereka-mereka yang memiliki rata-rata intensitas tinggi untuk memanfaatkan akses jalan Tentena-Tonusu. Hal ini terlihat pada survei yang dilakukan oleh peneliti dimana sepanjang jalan wilayah Tentena-Tonusu banyak berjejer kios yang rata-rata berjualan barang kebutuhan masyarakat sekitar atau keperluan pengemudi atau pengendara pengguna ruas jalan tersebut.Pembangunan prasarana transportasi dalam konteks spasial, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan perekonomian suatu wilayah atau kawasan. Hal ini disebabkan banyak analisis spasial yang memperhatikan faktor jarak pada pembangunan prasarana dan sarana transportasi itu sendiri.

Berdasarkan hasil tanggapan 80 orang responden yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini menunjukkan bahwa lama masa kerja di lokasi penelitian (Tentena Tonusu) bervariasi. Secara lebih rinci karakteristik masa kerja responden dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:Tabel 4.5Profil Responden Berdasarkan Berdasarkan Lamanya Masa KerjaNo.Masa KerjaJumlahPersentase (%)

1 5 tahun56,2

25 10 tahun3138,8

310 15 tahun 2430,0

415 20 tahun 2025,0

5 5 tahun--

Jumlah80100.00

Sumber: Data primer (diolah kembali)Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa persentase masa kerja yang paling dominan adalah lamanya masa kerja antara 5 10 tahun sebanyak sebanyak 31 responden atau sebesar 38,8%, selanjutnya responden dengan lamanya masa kerja 10 15 tahun sebanyak 24 responden atau sebesar 30,0%, kemudian lamanya masa kerja 15 20 tahun sebanyak 20 responden atau sebesar 25,0% dan lamanya masa kerja 5 tahun sebanyak 5 responden atau sebesar 6,2%. Hal ini menindikasikan bahwa responden yang terpilih adalah mereka yang telah paham serta banyak memiliki pengalaman sesuai dengan bidang kerja yang tekuni.4.2 Pembahasan

4.2.1 Keadaan Sosial Ekonomi Responden

Peningkatan kualitas jalan Tentena-Tonusu akan menimbulkan implikasi diantaranya terhadap perubahan pola ruang, struktur ruang, dan sistem transportasi. Implikasi yang ditimbulkan tersebut berdampak terhadap ekonomi wilayah Tentena-Tonusu pada umumnya dan Kabupaten Poso pada khususnya. Peningkatan kualitas jalan Tentena-Tonusu dapat menimbulkan kecenderungan perubahan pola ruang (komposisi pola ruang), yakni dengan kemungkinan perkembangan penggunaan lahan yang mengurangi cakupan lahan kawasan lindung dan bertambahnya cakupan lahan kawasan budidaya. Perkembangan luas lahan terbangun di Tentena-Tonusu Kabupaten Poso akan cukup besar pasca program tersebut, selain disebabkan karena pertumbuhan kawasan terbangun saat ini sudah cukup besar juga karena faktor ekonomi dan perkembangan penduduk berpengaruh secara signifikan pada perkembangan kawasan terbangun.

Kemungkinan perkembangan kawasan yang memiliki kecenderung perkembangan tinggi seperti kawasan pedesaan dan perkotaan pada pusat-pusat perdagangan dan jasa, kawasan pariwisata dan kawasan industri pertanian, perikanan dan perdagangan, serta kawasan lain pasca peningkatan kualitas jalan Tentena-Tonusu, demikian juga dengan perubahan struktur ruang menjadi berstatus pusat kegiatan wilayah (PKW) atau pusat kegiatan lokal (PKL) akan memacu kinerja dan struktur perekonomian wilayah Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah. Skema perubahan struktur ruang ini dapat diperkirakan akan membawa pengaruh perkembangan perekonomian kabupaten dan kota.

Peningkatan kualitas jalan Tentena-Tonusu juga berimplikasi terhadap perubahan pergerakan transportasi antara daerah di Pulau Sulawesi karena manfaat yang dapat diberikan meliputi :

a) Menambah aksesibilitas dengan adanya tambahan infrastruktur transportasi baru,b) Bertambahnya kapasitas layanan lalulintas,c) Meningkatnya kecepatan perjalanan, dand) Meningkatnya kepastian waktu perjalanan.Manfaat yang ditimbulkan oleh fungsi peningkatan kualitas jalan Tentena-Tonusu tersebut berakibat terjadinya stimulasi kegiatan ekonomi, dan meningkatnya arus kecepatan (speed flow) lalulintas ibukota dan Kabupaten Poso. Sebaran industri dan sentra produksi yang mempunyai peluang berkembang lebih besar adalah yang terletak dekat dengan pembangunan jalan Tentena-Tonusu atau berada pada jalur yang langsung terhubung. Sementara kabupaten/kota lain yang terletak cukup jauh dari infrastruktur Tentena-Tonusu akan mengalami kesenjangan. Khususnya di wilayah Kabupaten Poso, berpeluang terimplikasi dampak ekonomi secara langsung, sehingga perlu dikembangkan berbagai bentuk perekonomian mikro.Perubahan sosial yang terjadi di suatu wilayah ditandai dengan perubahan struktur dan hubungan-hubungan sosial berdasarkan usia, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan sebagainya. Perubahan sosial mengakibatkan perubahan di sektor lain, oleh karena itu tidak dapat dipandang hanya dari satu sisi. Sedangkan perubahan budaya berkaitan dengan perubahan substansi budaya seperti nilai, kepercayaan, sikap, norma, perilaku, pranata, dan lain-lain.

Perubahan sosial dan perubahan budaya tidak dapat dipisahkan dan akan saling mempengaruhi. Peningkatan kualitas jalan Tentena-Tonusu diperkirakan akan menghadirkan beragam perubahan kepada kehidupan masyarakat setempat. Perubahan-perubahan yang terjadi tidak hanya bersifat fungsional, namun ada pula yang bersifat disfungsional.

Beberapa perubahan fungsional dari peningkatan kualitas jalan Tentena-Tonusu diantaranya adalah semakin lancarnya jalur transportasi dari Kabupaten Poso ke daerah-daerah lain di Pulau Sulawesi, menjadikan wilayah sekitarnya menjadi wilayah strategis untuk membuka usaha-usaha baru, misalnya penduduk setempat dapat membangun rumah makan, minimarket dan sebagainya di sekitar area jalan Tentena-Tonusu. Perubahan fungsional lainnya adalah semakin majunya pengembangan transportasi di daerah ini, maka tentunya dengan demikian akan semakin memperkuat eksistensi Provinsi Sulawesi Tengah dalam aspek jalur transportasinya.Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan responden terungkap bahwa dengan adanya peningkata kualitas jalan, mereka mendapatkan kemudahan dalam memasarkan hasil pertanian maupun mendapatkan sarana produksi pertanian. Selain kemudahan untuk mendapatkan sarana produksi pertanian tersebut, mereka juga dengan mudah mendapatkan kebutuhan-kebutuhan rumahtangga lainnya. 4.2.2 Tingkat Pendapatan

Pada tabel 4.5 memperlihatkan kelompok responden menurut tingkat pendapatan sebelum adanya program peningkatan kualitas jalan Tentena-Tonusu, serta pergeseran responden yang ke arah yang lebih baik yang terjadi setelah adanya program peningkatan kualitas jalan Tentena-Tonusu.Tabel 4.6Kelompok Tingkat Pendapatan Total Responden Sebelum dan Sesudah adanya Program Peningkatan Kualitas Jalan Tentena-TonusuTingkat pendapatan responden (Rp)Kelompok Responden

Sebelum ada Program Peningkatan Kualitas Jalan Tentena-TonusuSesudah ada Program Peningkatan Kualitas Jalan Tentena-Tonusu

Jumlah %Jumlah %

1.000.000

1.000.000 1.500.000

1.500.000 2.000.000

2.500.000 3.000.000

3.000.0001214

27161115,017,633,7

20,0

13,781033121710,012,541,2

15,0

21,3

Total8010080100

Sumber: Lampiran (data diolah kembali)Dari tabel 4.6 terlihat bahwa tingkat pendapatan rumah tangga responden SEBELUM ada program peningkatan kualitas jalan Tentena-Tonusu di Kecamatan Poso adalah sebagai berikut: untuk kelompok pendapatan 1.000.000 sebanyak 12 responden atau sebesar 15,0%, kelompok pendapatan 1.000.0001.500.000 sebanyak 14 responden atau sebesar 17,6%, kelompok pendapatan 1.500.0002.000.000 sebanyak 27 responden atau sebesar 33,7%, kelompok pendapatan 2.500.0003.000.000 sebanyak 16 responden atau sebesar 20,0% dan kelompok pendapatan 3.000.000 sebanyak 11 responden atau sebesar 13,7%. Selanjutnya pada bagian yang lain terlihat bahwa tingkat pendapatan rumah tangga responden SESUDAH ada program peningkatan kualitas jalan Tentena-Tonusu di Kecamatan Poso adalah sebagai berikut: untuk kelompok pendapatan 1.000.000 sebanyak 8 responden atau sebesar 10,0%, kelompok pendapatan 1.000.0001.500.000 sebanyak 10 responden atau sebesar 12,5%, kelompok pendapatan 1.500.0002.000.000 sebanyak 33 responden atau sebesar 41,2%, kelompok pendapatan 2.500.0003.000.000 sebanyak 12 responden atau sebesar 15,0% dan kelompok pendapatan 3.000.000 sebanyak 17 responden atau sebesar 21,3%.Peningkatan pendapat yang diperoleh masyarakat akibat peningkatan kualitas jalan, menurut masyarakat disebabkan oleh harga jual hasil pertanian dan perikan yang semakin baik karena produk-produk tersebut dapat dipasarkan di kota dalam keadaan segar. Selain hal tersebut, peningkatan pendapatan juga diperoleh dari semakin efisiennya proses transportasi sehingga biaya transportasi dapat ditekan.

4.2.3 Tanggapan Masyarakat Terhadap Program Peningkatan Kualitas Jalan Tentena-TonusuSetiap bentuk perubahan kualitas pada suatu bidang tertentu berpotensi mempengaruhi bidang lahan didekatnya, gejala ini disebut efek lintas batas (transboundary effect phenomena). Hal tersebut diharapkan, aksesibilitas, nilai lahan, dan produktivitas pada daerah pengaruhnya lebih meningkat, utamanya jaringan jalan pedesaan yang terhubung agar masyarakat di daerah ini dapat bergerak lebih dinamis dan berdampak pada peningkatan produktivitas ekonominya serta menunjang pembangunan Kabupaten Poso secara menyeluruh.

Infrastruktur yang memadai seperti transportasi merupakan tulang punggung pendekatan keterkaitan pembangunan antar desa-kota dan bilamana kelancaran hubungan tersebut dapat meningkat maka pertukaran barang dan kontribusi kebutuhan dapat terlayani dengan baik dan cepat.Tanggapan masyarakat terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Kualitas Jalan Tentena-Tonusu, disajikan hasilnya dalam tabel sebagai berikut:Tabel 4.7Tabulasi Jawaban Responden Terhadap Pelaksanaan Program Peningkatan Kualitas Jalan Tentena-Tonusu QJawaban/Tanggapan RespondenTotal

Skor N

4%skor3%skor2%skor1%skor

13341,31324657,513811,2200,0027180

23240,01284860,014400,0000,0027280

35467,52162632,57800,0000,0029480

44252,51683240,09667,51200,0027680

54860,01923240,09600,0000,0028880

65265,02082430,07245,0800,0028880

75163,82042936,38700,0000,0029180

84961,31963138,89300,0000,0028980

95366,32122733,88100,0000,0029380

105062,52002227,56645,0800,0027480

Sumber: Lampiran (data diolah kembali)Ket.: Q = Question (Pertanyaan)

Hasil penelitian yang diperoleh dari jawaban masing-masing responden untuk pernyataan tentang tanggapan masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Peningkatan Kualitas Jalan Tentena-Tonusu yang dielaborasikan dalam bentuk tabulasi yang disajikan pada tabel 4.7 di atas, maka dapat kita lihat bahwa jawaban dari 10 (sepuluh) butir pernyataan terdapat 2 (tiga) pernyataan dengan skor tertinggi dan 1 (satu) pernyataan dengan skor terendah. Seluruh pernyataan tersebut dengan rasio skor terendah sampai dengan skor yang tertinggi yaitu antara 271 294.

Untuk pernyataan dengan total skor teringgi adalah pernyataan dari kuisioner nomor 3 dengan total skor 294 yaitu: tingkat kemudahan transportasi sebelum adanya pelaksanaan program peningkatan kualitas jalan Tentena-Tonusu masih sangat rendah, dan hasilnya adalah sebanyak 54 responden atau sebesar 67,5% menjawab sangat setuju dengan skor adalah 216, 26 responden atau sebesar 25,0% menjawab setuju dengan skor adalah 78, dan 0 responden dengan skor 0 atau 0% yang menjawab tidak setuju atau sangat tidak setuju. Hal ini menjelaskan bahwa program peningkatan kualitas jalan Tentena-Tonusu itu sangat didukung oleh masyarakat. Pertanyaan kuisioner ini juga memberikan indikasi bahwa program tersebut menjadi tolak ukur akan keberhasilan dan kemajuan pertumbuhan ekonomi di kawasan Tentena-Tonusu.Dukungan masyarakat terhadap peningkatan kualitas jalan Tentena-Tonusu disebabkan karena sarana transportasi yang sangat sulit ketika jalan pada jalur tersebut belum ditingkatkan. Selanjutnya dikemukakan bahwa ketika dilakukan peningkatan kualitas jalan maka masyarakat merasakan kemudahan dalam mendapatkan sarana transportasi.

Untuk pernyataan dengan total skor terendah adalah pernyataan dari kuisioner nomor 8 dengan total skor 262 yaitu: dengan selesainya pelaksanaan program peningkatan kualitas jalan Tentena-Tonusu maka nilai lahan/tanah (harga jual/beli) menjadi meningkat dan hasilnya adalah sebanyak 49 responden atau sebesar 61,3% menjawab sangat setuju dengan skor adalah 169, kemudian 31 responden atau sebesar 38,8% menjawab setuju dengan skor adalah 93, dan 0 responden dengan skor 0 atau 0% yang menjawab tidak setuju atau sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa dengan alasan intensitas arus lalu lintas antar daerah yang melintasi kawasan Tentena-Tonusu maka masyarakat dengan sendirinya menaikkan harga jual-beli nilai lahan/tanah di daerah tersebut.Berikut ini penulis akan menampilkan data-data hasil analisis Terhadap Pelaksanaan Program Peningkatan Kualitas Jalan Tentena - Tonusu . Tahun 2011:Tabel 4.8

Hasil Jawaban Responden Terhadap Pelaksanaan Program Peningkatan Kualitas Jalan Tentena-Tonusu No.Klasifikasi

JawabanHasil Jawaban RespondenKriteria Penilaian

Frekuensi (x)%

1SS46465,475% 100%

2S31733,550% 75%

3TS151,125% 50%

4STS00,001% 25%

Jumlah796100

Persentase skor (796 : 1.280) x 100 = 62,0%

Sumber: Lampiran (data diolah kembali)

Berdasarkan kriterium ideal yang telah ditetapkan yaitu 3201.280, sementara skor dari tanggapan responden berjumlah 796, maka dapat diketahui jumlah nilai yang diperoleh dari hasil tanggapan responden yaitu 70,0% terletak pada daerah 62% 70% dengan kategori BAIK. Pernyataan responden di atas dapat dilihat dalam garis kuantum berikut ini:

Tabel 4.9Garis Kuantum Tanggapan Responden

Pengembangan dinamika ekonomi suatu wilayah atau kawasan pada umumnya sangat terkait dengan ketersediaan prasarana dan sarana transportasi. Masyarakat yang berdiam di kawasan yang tidak didukung prasarana transportasi akan terisolasi, sehingga tidak dapat berkembang baik ditinjau dari sudut pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. Hal ini dikarenakan akses untuk mencapai fasilitas umum, maupun untuk meningkatkan hasil produksi pertanian yang dimiliki menjadi terbatas.

Intensitas perjalanan mayarakat yang berdiam di daerah kawasan Tentena-Tonusu menunjukkan bahwa faktor yang sangat berpengaruh adalah prasarana transportasi sehingga beberapa tahun terakhir mengalami keterisolasian dalam waktu yang cukup panjang. Keadaan ini menggambarkan betapa sulitnya masyarakat melakukan aktivitas keluar daerah dalam rangka pemenuhan kebutahan seharihari maupun untuk memasarkan hasil pertaniannya, akibat keterbatasan prasarana dan sarana transportasi pedesaan. Untuk mencapai kota kecamatan/pasar yang jaraknya rata-rata sekitar 12 km, masyarakat harus menempuh perjalanan lebih 2 jam pulang pergi dengan biaya yang cukup tinggi. Keadaan ini menggambarkan betapa sulitnya masyarakat berinteraksi dengan daerah lain, sehingga kondisi perekonomian mereka cenderung mengalami stagnan. Adapun yang melakukan perjalanan diatas 5-6 kali dalam seminggu adalah masayarakat yang berprofesi sebagai pegawai dan sebagian sopir angkutan barang, sedangkan sopir yang lain menyatakan bahwa kendala dalam melakukan perjalanan setiap hari adalah tingginya tingkat kerusakan mobil yang tidak seimbang dengan pendapatan, sehingga terkadang cukup melakukan perjalanan rata-rata 3-4 kali dalam seminggu.

Atas dasar keluhan masyarakat dan kenyataan di atas maka pemerintah mulai melakukan perencanaan peningkatan kualitas jalan di Tentena-Tonusu pada tahun 2012 dan di laksanakan pada tahun 2013 dan 2014 secara bertahap, dari konstruksi lapis penetrasi yang rusak berat menjadi pengaspalan jalan dengan konstruksi lapis permukan jalan Hot Mix dan konstruksi jalan beton.

Setelah peningkatan kualitas jalan Tentena-Tonusu dilaksanakan, intensitas perjalanan masyarakat mengalami peningkatan yang cukup bervariasi setiap individu. Maksud perjalanan yang dilakukan adalah dalam rangka kegiatan ekonomi, yakni melakukan perjalanan ke pasar untuk menjual hasil komoditi mereka dan sekaligus berbelanja untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Beberapa penduduk yang melakukan perjalanan dengan tujuan ketempat kerja, seperti para pegawai negeri yang bekerja sebagai guru dan pegawai Kantor Kecamatan, dan sebagian bepergian untuk mengunjungi sanak keluarga serta aktifitas sosial lainnya.4.2.4Dampak Peningkatan Kualitas Jalan Tentena-Tonusu Terhadap Kondisi Ekonomi Rumah Tangga Masyarakat di Kecamatan Pamona Utara Kabupaten Poso

Jalan merupakan prasarana transportasi darat untuk memperlancar kegiatan perekonomian suatu wilayah atau kawasan. Pembangunan prasarana transportasi sangat penting, karena menentukan kelancaran pergerakan dan pemasaran hasil komoditi setempat serta distribusi barang kebutuhan yang tidak dapat diproduksi sendiri, serta untuk menjangkau sentra-sentra produksi. Tanpa prasarana jalan yang memadai, maka komoditas hasil produksi masyarakat suatu kawasan tidak dapat memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Terjadinya penyusutan produksi hasil pertanian, perikanan dan perdagangan khususnya sayur-sayuran karena membusuk, diakibatkan terlambat dijual ke pasar karena kondisi transportasi yang kurang baik dan sarana kendaraan angkutan yang terbatas. Keadaan tersebut diatas, berdasarkan hasil wawancara, menyebabkan masyarakat sangat mendukung peningkatan kualitas jalan Tentena-Tonusu. Akibatnya lahan pertanian, perikanan dan perdagangan tidak dapat berproduksi secara optimal karena tingginya biaya produksi dan biaya angkutan yang harus dikeluarkan petani, sehingga tidak seimbang dengan hasil yang akan diperoleh. Prasarana transportasi yang baik dan berkualitas akan memberikan dampak pembangunan jangka menengah dan jangka panjang yang berkesinambungan, sehingga perencanaan struktur jalan harus mengedepankan kualitas ketimbang kuantitasnya. Konstruksi jalan pada kawasan Tentena-Tonusu sering mengalami revisi perencanaan dan pelaksanaanya disebabkan karena penyesuaian anggaran dengan letak tofograpi kawasan tesebut (pegunungan dan lembah) yang memerlukan penanganan konstruksi yang tahan terhadap longsoran dan pergeseran daya dukung tanah.

Kondisi kawasan Tentena-Tonusu tidak dapat berkembang dengan baik karena keterbatasan prasarana dan sarana transportasi. Hal ini menyebabkan mobilitas masyarakat dalam menjangkau pusat-pusat kegiatan menjadi rendah akibat aksesibilitas terbatas yang tentu berdampak pada rendahnya produktivitas pertanian, perikanan dan perdagangan. Mencermati keadaan tersebut, pemerintah Kabupaten Poso dalam kebijakan pengembangan wilayah, bertujuan mengembangkan kawasan Tentena-Tonusu agar potensi wilayah tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam mencapai hal tersebut, maka salah satu program yang dilaksanakan adalah memperbaiki infrastruktur yang sudah tidak layak, yaitu meningkatkan kualitas jalan kawasan. Diharapkan dengan fungsi dan peranan transportasi jalan lingkar yang dibangun akan berimplikasi terhadap peningkatan aksesibilitas kawasan, meningkatkan produktivitas dan nilai lahan di kawasan tersebut, yang pada akhirnya akan berdampak pada pengembangan kawasan Tentena-Tonusu sebagai sentra produksi komoditi unggulan berdasarkan karateristik fisik dan kesesuain lahan.

Menurut World Economic Forum (WEF, 2011) ada 12 pilar yang mendorong peningkatan produktivitas dan daya saing yaitu:

1. Institusi hukum dan administrasi yang baik dan transparan,2. Infrastruktur yang ekstensif dan efisien,3. Stabilitas makroekonomi,4. Kesehatan dan pendidikan dasar,5. Kualitas pendidikan dan pelatihan yang tinggi,6. Efisiensi pasar barang,7. Efisiensi pasar tenaga kerja,8. Perkembangan pasar uang,9. Kesiapan teknologi,10. Ukuran pasar,11. Perilaku bisnis dalam negeri, dan12. Inovasi.Dalam merencanakan suatu program pembangunan infrastruktur, tentu diperlukan kajian mendalam tentang sasaran yang akan di capai dalam menempatkan fisik infrastruktur, misalnya potensi sumber daya alam yang akan ditingkatkan dengan tetap memperhitungkan berbagai macam hambatan yang dihadapi, agar optimalisasi manfaat dan efisiensi dapat terpenuhi. Untuk mengetahui besaran keberhasilan suatu program tentu di butuhkan analisa-analisa yang diperkirakan berpengaruh terhadap infrastruktur terbangun dengan berbagai macam faktor-faktor dan variabel yang mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat umum dan sebaliknya, untuk mengetahui hal tersebut tentu harus melalui penelitian dan pengamatan.

Setelah melakukan analisis terhadap variabel-variabel tersebut tentu besaran manfaatnya dapat diketahui melalui proses kajian ilmiah, sehingga suatu program yang direncanakan (input) menghasilkan fisik infrastruktur (output) yang dapat mendatangkan manfaat (outcome) dan dapat diketahui sejauh mana dampak yang ditimbulkan (impact) terhadap sasaran-sasaran dan tujuan yang akan di capai.

Peningkatan produktivitas lahan pertanian, perikanan dan perdagangan, merupakan suatu keharusan yang dilakukan masyarakat Kecamatan Pamona Pusalemba sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan mereka. Disektor pertanian, perikanan dan perdagangan peningkatan produktvitas dapat diukur dari penggunaan modal, luas lahan produksi, jumlah orang bekerja, prasarana transportasi dan sarana distribusi yang menjamin kelancaran input dan output produksi.

Pada umumnya tanah dipedesaan dimanfaatkan untuk perkampungan dalam rangka menjalani kehidupan social seperti berkeluarga, sekolah, ibadah, kesehatan, dan sebagainya, serta untuk usaha pertanian, perikanan dan perdagangan dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga seperti bertani, beternak dan sebagainya.

Tersedianya sarana pasar sebagai terminal perdagangan produksi hasil pertanian, perikanan dan perdagangan akan memberikan dorongan bagi masyarakat untuk memasarkan komoditas yang dihasilkan secara cepat dengan fasilitas angkutan barang yang lancar. Dengan meningkatnya hasil pertanian, perikanan dan perdagangan di Kecamatan Pamona Pusalemba, tentu akan memerlukan prasarana dan sarana transportasi untuk diangkut ke pasar atau ke daerah lain dengan baik tanpa kerusakan yang berarti sehingga kualitas, daya saing dan nilai ekonominya akan meningkat. Pada akhirnya Kecamatan Pamona Pusalemba dapat berkembang dengan memanfaatkan sumber daya alamnya secara optimal.Investasi dalam bentuk infrastruktur jalan yang menghubungkan lokasilokasi pertanian, perikanan dan perdagangan dengan pasar penjualan merupakan suatu hal penting yang diperlukan untuk menghubungkan antara wilayah perdesaan dengan pusat kota agar kesinambungan antara hasil produksi tanaman pangan dengan konsumen dapat berinteraksi dengan lancar.

Sarana angkutan darat di Kabupaten Tentena-Tonusu, mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengangkut hasil komodoti tanaman pangan dan perkebunan masyarakat. Mengingat keadaan geografis Kabupaten Tentena-Tonusu yang sebagian besar wilayahnya berupa daerah pegunungan, sehingga membutuhkan sarana angkutan yang memadai untuk memudahkan mobilitas penduduk, distribusi barang dan jasa.

Sektor pertanian, perikanan dan perdagangan memiliki sub-sektor antara lain; sub-sektor tanaman pangan, sub-sektor perkebunan, sub-sektor peternakan dan hasil-hasilnya, subsector kehutanan dan sub-sektor perikanan. Sedangkan sub-sektor yang paling banyak diusahakan di Kecamatan Pamona Pusalemba adalah sub-sektor tanaman pangan dan perkebunan, sehingga untuk menggenjot produksi hasil komoditi kedua sub-sektor tersebut diperlukan investasi infrastruktur yang berkualitas.

Sub-sektor peternakan di Kabupaten Tentena-Tonusu pada dasarnya juga memiliki prospek pengembangan yang potensial, sekalipun masih rendah kontribusinya terhadap PDRB. Prospek pengembangan sub-sektor peternakan meliputi ternak besar sapi, kuda, kerbau, kambing, dan ternak kecil meliputi ayam ras dan ayam buras serta itik.

Pengembangan pusat-pusat permukiman di wilayah Kabupaten Tentena-Tonusu perlu diarahkan agar tercipta keterkaitan antar pusat-pusat permukiman. Kebijakan pengembangan ibu kota Kabupaten maupun ibu kota Kecamatan pada periode jangka menengah ini secara umum diarahkan untuk memperkuat keterkaitan ekonomi dan spasial sehingga membentuk suatu kesatuan ekonomi spasial yang solid serta efesien dalam hal penyediaan prasarana wilayah. Fungsi-fungsi yang sudah ada di kota kecamatan yang terpilih sebagai sub-pusat pertumbuhan diperkuat dengan tetap mengacu pada pandangan jauh kedepan agar terbentuknya kesatuan sistem yang mempunyai hirarki dan fungsi ruang saling mengisi.

Akibat kemiskinan dan ketertinggalan maka masyarakat perdesaan secara rasional mulai melakukan migrasi kewilayah perkotaan. Meskipun tidak ada jaminan bahwa mereka akan mendapatkan pekerjaan, tetapi kehidupan di kota lebih memberikan harapan untuk menambah penghasilan.

Menyadari akan berbagai permasalahan pembangunan perdesaan dan belum optimalnya berbagai program pembangunan yang pernah dilaksanakan, maka strategi pengembangan agropolitan yang dilaksanakan dalam kurung lima tahun terakhir dapat ditingkatkan dengan melibatkan berbagai lapisan masyarakat untuk bekerjasama dengan pemerintah. Peran pemerintah yang dimaksud adala melakukan program investasi infrastruktur agar aksesibilitas dan mobilita penduduk kawasan Tentena-Tonusu lebih dinamis. Aksesibilitas antar kota yang buruk menjadi kendala dalam terwujudnya keterkaitan antar kota. Oleh karena itu, strategi pertama yang harus dilakukan adalah perbaikan dan peningkatan aksesibilitas menuju tempat-tempat yang akan dijadikan sub pusat-pusat koleksi dan distribusi. Perbaikan aksesibilitas ini di prioritaskan pada kota-kota yang berfungsi sebagai pengumpul penghubung. Hal ini disebabkan oleh kota-kota tersebut berperan sebagai simpul distribusi barang dan jasa dari kota-kota pengumpul lokal ke kota-kota fungsi distribusi utama.

Prioritas berikutnya untuk peningkatan aksesibiltas diberikan pada kota-kota kecamatan lainnya dengan fungsi pengumpul lokal untuk dapat menjangkau sentra produksi lokal, khususnya daerah yang terisolir yang belum memiliki akses berupa jalan yang memadai. Prioritas terakhir diberikan kepada desa-desa dengan fungsi distribusi utama dan distribusi pendukung.

Dalam perwilayahan secara administratif Kabupaten Tentena-Tonusu terdapat dua wilayah pembangunan yaitu wilayah kawasan timur dan wilayah kawasan barat, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka pengembangan sistem jaringan jalan kedua kawasan tersebut telah dilakukan beberapa peningkatan jalan dan pembukaan jalan baru yang menghubungkan antara pusat-pusat kegiatan antar kecamatan sebagai pendukung kelanjutan aksesibilitas antar wilayah Kabupaten dan kota.

Kabupaten Poso adalah salah satu kabupaten yang di prioritaskan untuk bekerja sama dalam meningkatkan kawasan tersebut dengan mengandalkan hasil pertanian, perikanan dan perdagangan tanaman pangan dan perkebunan, sehingga aksesibilitas dan mobilitas menuju wilayah tersebut dapat berjalan sesuai dengan program yang sudah direncanakan bersama antar wilayah. Program ini terutama sekali diciptakan untuk meyetarakan kota dan desa, meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, merangsang pertumbuhan industri, berkelanjutan dan mengurangi urbanisasi kemudian menciptakan lapangan kerja guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

STB TB B SB

62

01 % 25 % 50 % 75 % 100 %

320 560 800 1.040 1.280

796

54