thelight photography magazine #16

Upload: joko-riadi

Post on 10-Apr-2018

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    1/79

    ED

    ISI16/2008

    FREE

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    2/79

    2 EDISI XV / 2008

    THEEDITORIAL

    EDISI XV / 2008 3

    THEEDITORIAL

    PT Imajinasia Indonesia,

    Jl. Pelitur No. 33A,

    www.thelightmagz.com

    Pemimpin Perusahaan/

    Redaksi: Ignatius Untung,

    Redaksi: redaksi@thelightmagz.

    com, Kontributor: Novijan San-

    jaya, Thomas Herbrich,

    Siddharta Sutrisno, Adam Elma-

    kias, Branislav Kropilak, Maciej

    Ducynzki, Iklan:

    [email protected] -

    0813 1100 5200, Sirkulasi: Maria

    Fransisca Pricilia,

    [email protected],

    Graphic Design: ImagineAsia,

    Webmaster: Gatot Suryanto

    RALAT EDISI XV:Rubrik Freshmen, tertu-

    lis Adhit Himawan & Adi

    Prasetya, seharusnya:Adhitya Himawan & Adi

    Prawira

    Hak cipta semua oto dalam ma-jalah ini milik otograer yang ber-

    sangkutan dan pihak-pihak yangterlibat dalam pembuatannya,serta dilindungi oleh Undang-

    undang. Penggunaan oto-otodalam majalah ini sudah seijinotograernya. Dilarang meng-

    gunakan oto dalam majalah inidalam bentuk / keperluan apapun

    tanpa ijin tertulis pemiliknya.

    COVER BY:

    MACIEJ DUCZYNSKI

    KETAGIHAN

    KEBETULANMemotret bagus memang menjadi tujuan setiap otograer. Tapi sayangnya tidaksemua otograer yang bisa memotret baik dan tidak semua oto bagus tidakmelibatkan aktor kebetulan. Memang banyak otograer termasuk mereka yang

    kami hadirkan di edisi ini mengatakan bahwa terkadang kebetulan menjadi aktor

    pembantu. Namun lagi-lagi semoga aktor kebetulan itu bukan jadi satu-satunya

    senjata dan kemampuan yang kita miliki.

    Untuk itu pula dalam memilih contributor dan nara sumber pun kami berhati-ha-

    ti. Jika anda berkunjung ke komunitas-komunitas online baik lar negeri maupun

    dalam negeri. Dengan mudah anda akan menemui oto-oto yang baik dan layak

    untuk ditampilkan di majalah otogra manapun. Tapi permasalahannya apakah

    sang otograer konsisten menciptakan oto yang baik dari suatu kesengajaan

    berdaar pengetahuan? Jika tidak, maka semoga belajar dari mereka tidak mem-

    buat anda secara otomatis bergabung ke kelompok otograer kebetulan bagus.

    Mereka yang benar-benar bagus tidak sekedar menghasilkan oto yang bagus,

    tapi juga memiliki pola pikir yang bagus, tahu apa yang harus mereka perbuat,

    mereka katakan dan tahu apa yang mereka perbuat dan katakan tersebut.

    Untuk itu di tengah mulai membanjirnya majalah dan otograer dengan hasil

    karya yang bagus, kami masih konsisten untuk meninspirasi anda dengan meng-

    hadirkan otograer-otograer anti kebetulan. Semoga bisa menjadi pencerahan.

    Semoga berkenan.

    The Light

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    3/79

    4 EDISI XV / 2008

    COVERSTORY

    EDISI XV / 2008 5

    MUSICPHOTOGRAPHY

    ADAM

    ELMAKIAS,A YOUTHBENCHMARKUsia dan jam terbang kadang kala memang mempengaruhi kemampuan ses-

    eorang dalam berotogra. Namun harus diakui hal ini tidak berlaku pada semuaorang. Sebagai contohnya, Heret Frasthio, Henky Christianto, Ardiles Rante, dan

    beberapa otograer muda lainnya mampu membuktikan bahwa mereka tidak

    bisa dipandang sebelah mata hanya karena umurnya. Merasa berkewajiban untuk

    memacu dan menyemangati generasi muda yang sedang dipenuhi semangat

    tinggi dalam berotogra, pada kesempatan kali ini kami hadirkan Adam Elma-

    kias, Seorang otograer yang masih sangat muda yang tinggal dan menetap di

    Amerika Serikat. Jam terbang dan pengalamannya mungkin belum bisa diseja-

    jarka dengan nama-nama besar dan berpengalaman di dunia otogra. Namun

    keberanian dan semangatnya dalam berotogra perlu kami acungi jempol.

    Berikut pembicaraan kami dengannya

    How did you know photography. Tell us rom the beginning?I started photography a little less than three years ago, during my junior year o

    high school. I began shooting live concerts, and eventually progressed towards

    on location shoots. At rst I just shot bands beore concerts at the venues. As

    time went on, and people began to notice my work, photo shoot requests orm

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    4/79

    6 EDISI XV / 2008

    MUSICPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 7

    MUSICPHOTOGRAPHY

    bands, labels, and managers came in.

    Through networking, I was eventually

    picked up by Uppercut Management,

    out o Chicago, Illinois. It was through

    them that I was able to start booking

    paid shoots with larger signed bands.

    Why do you do photography?What makes you interested onit?I absolutely love all aspects o pho-

    tography,, rom start to nish scout-

    ing, setting up, shooting, editing and

    delivering the photos. Photography is

    something I continue to do because

    I have total control over everything

    that goes into each photo. I have neverbeen a big an o studio shooting,

    however sometimes I have to do it or

    certain clients, but I preer shooting on

    location.

    Like most art orms, photography is

    limitless, you can do basically whatever

    you want, however you want, and still

    make a living o it one way or another.

    I nd that in the music industry I can

    continue to do that as long as I con-tinue to network, it is all about who

    you know.

    Like most artorms, photogra-phy is limitless, youcan do basically

    whatever you want,however you want,and still make a li-ving o it one wayor another.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    5/79

    8 EDISI XV / 2008

    MUSICPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 9

    MUSICPHOTOGRAPHY

    Mention one word that de-scribed your style o photogra-phy.Crisp/Clean

    You seem very amiliar withtechnology (digital era, photoretouching sotware). What doyou think about digital imaging& computer retouching tech-niques? Is it something that aphotographer have to avoid toleave photography original.Or something that can makesphotography more powerul?Explain the reason please.

    I think digital imaging techniques and

    computer retouching play a big role

    in photography these days. Taking

    the photo is just one o many steps in

    creating a commercial photo. I learned

    photoshop way beore I even picked

    up a DSLR, and it proved to be very

    helpul. In order to compete with

    other photographers, photoshop is

    necessary. I mean, there are exceptions

    (photojournalism), but the majority o

    my clients want clean and crisp lookingshots. This is mostly achieved through

    editing a retouching, and I rely on it

    heavily.

    Does it make photography more

    original? Or powerul? I guess it could

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    6/79

    10 EDISI XV / 2008

    MUSICPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 11

    MUSICPHOTOGRAPHY

    Does it make photographymore original? Or powerul? Iguess it could go either way.

    For me, it makes photography apossibility.

    The best thing

    you can do is justcontinue to learnand by challengingyoursel.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    7/79

    12 EDISI XV / 2008

    MUSICPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 13

    MUSICPHOTOGRAPHY

    go either way. For me, it makes photog-

    raphy a possibility. I dont mean that

    I cant create a photo without Photo-

    shop, but I couldnt make a living o o

    photography without it.

    When creating a picture, whatpoints you think you mustachieved? And tell us your eort

    to achieve that.When creating a photo I try to make

    everything clear, crisp and very ull o

    contrast. I have never been a big an o

    midtones, just shadows and highlights.

    It give the photo a POP eel, and m akes

    it all the more bold in peoples eyes.

    Share us some tips to keep getoutstanding in the growing upnumber o players on photogra-

    phy.The best thing you can do is just

    continue to learn and by challenging

    yoursel. The easiest way or me to do

    this is to go into a shoot not knowing

    how to achieve the nal product that

    I want. A good example o this was

    I learned way morethen I would have i I

    just would have reada book, or a orumabout composites.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    8/79

    14 EDISI XV / 2008

    MUSICPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 15

    MUSICPHOTOGRAPHY

    Music photog-raphy is dier-ent than otherphotographybecause it isusually done ina controlled en-vironment, withvery out o con-trol subjects.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    9/79

    16 EDISI XV / 2008

    MUSICPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 17

    MUSICPHOTOGRAPHY

    when I wanted to make a band have

    one member coming out o the wall

    and the rest o them to be surprised.

    It was a composite o 3 dierent shots

    and I had never made a composite im -

    age beore.

    I basically set everything up and just

    went or it. It ended up working ater a

    ew hours, but it was worth it. I learned

    way more then I would have i I just

    would have read a book, or a or um

    about composites.

    Speaking about photography or

    music purpose. What is the bigdierent with any other photog-raphy?Music photography is dierent than

    other photography because it is usually

    done in a controlled environment, with

    very out o control subjects. Musi-

    cians are some o the most interesting

    type o people I have ever met, and

    you never know what to expect out o

    them. Because o their tight schedules,

    photo shoots are oten squeezed in.This means that the band could have

    just come rom a bar, a party, a bed, or

    a concert, making them really dicult

    to shoot in a short period o time. I

    guess, in the end, it just adds more

    character to the photos, which is a plus.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    10/79

    18 EDISI XV / 2008

    MUSICPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 19

    MUSICPHOTOGRAPHY

    I think thatany picturethat some-

    one has wellthoughtthrough and

    put a lot otime into

    deserves tohave it be

    called great.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    11/79

    20 EDISI XV / 2008

    MUSICPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 21

    MUSICPHOTOGRAPHY

    All in all, you never really know what to

    expect out o a shoot with a band.

    Why do you do music photog-raphy? What makes you inter-ested?I do music photography because every

    aspect o it so interesting. I like going

    into a shoot not really knowing what

    the subjects I am shooting are going

    act like. Not only do musicians person-

    alities dier a lot, but sometimes they

    can be a little out there. Its no secret

    that the majority o the people in the

    music industry do more drugs than

    they probably should, and this leads

    to some pretty interesting people.Shoots are anywhere rom ve minutes

    to eight hours long, and by the end o

    the longer shoots I become pretty well

    acquainted with the band.

    I also love the act that each band is

    so dierent, which enables me to do a

    vast amount o dierent set ups. For ex-

    ample, a pop-rock band can be goong

    around in a bowling alley and a metal

    band can be digging up dead bodies ina cemetery. There are ew boundaries.

    What kind o picture deservedlabeled as the great ones?I think that any picture that someone

    has well thought through and put a

    I am always curious on how stu is done and otenchallenge mysel to try and recreate scenes. Whetherthis means going out with some riends or a day and

    just guring out lighting techniques, or sitting downand reading some books (not so much), I love it.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    12/79

    22 EDISI XV / 2008

    MUSICPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 23

    MUSICPHOTOGRAPHY

    lot o time into deserves to have it be

    called great.

    What thing inspired you onphotography? Where do you getinspiration beore taking pic-

    tures?I was initially inspired to start photog-

    raphy just because I wanted to learn

    how to create images that I had seen

    on dpchallenge.com. I am always curi-

    ous on how stu is done and oten

    challenge mysel to try and recreate

    scenes. Whether this means going out

    with some riends or a day and just g-

    uring out lighting techniques, or sitting

    down and reading some books (not so

    much), I love it.

    My inspiration or taking pictures

    mostly comes rom my head. I just

    think to mysel or long periods o time.

    You know how you zone out when you

    are driving sometimes and snap back

    into it a ew minutes later? I do that

    and just think about dierent setups

    and themes or shoots.

    What is the most dicult thingon photographing music? How

    to solved that?The most dicult thing about photo-

    graphing musicians is getting everyone

    to eel comortable during the photo

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    13/79

    24 EDISI XV / 2008

    MUSICPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 25

    MUSICPHOTOGRAPHY

    shoot. It is a big pet peeve o mine

    to see a photo where everyone looks

    posed, boring and ridiculous (youknow, brick walls, railroad tracks, arms

    crossed and looking away rom the

    camera). A photo shoot is more like a

    really long conversation with a group

    o people, and we snap a ew photos in

    Between sentences. It is hard to know

    how to pose a group o people you

    met a ew minutes beore the shoot,

    especially i you want the shot to

    reect their personality and you do not

    know any o them p ersonally.

    Every senior photographeralways said that personal touchis important. How do you think

    about that? And how to inventour personal touch? What do we

    have to do?I think about personal touch as some-

    thing that comes natural. At rst it

    stressed me out a lot. I would think ,

    how do I make this shot my own? I

    need something dierent! When in

    reality, the shot was my own and it was

    Personaltouch just

    comeswith timeand ex-perience.I still eellike themore Ilearn andthe moreI shoot,the moreeach shotbecomeunique.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    14/79

    26 EDISI XV / 2008

    MUSICPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 27

    MUSICPHOTOGRAPHY

    already dierent than all the others.

    Personal touch just comes with time

    and experience. I still eel like the more

    I learn and the more I shoot, the more

    each shot become unique. But like I

    said, with time. Just go out there and

    keep doing your thing, keep shooting,

    the worst thing you can do would be to

    sit down and think how to change your

    style to make it dierent than everyone

    else. It will come naturally.

    Your photo looks like a portrai-ture kind o approach with agood model expression. Shareus some tips to direct the model

    expression properly.The best things you can do when

    directing a model is to stay straightor-

    ward and positive with them. I usually

    talk to the models beore I shoot just

    to let them know what t I want the

    nal product to look like, and what I

    need them to contribute to the shot.

    I let them know that I will be straight

    orward, and blunt, not because I am

    mean, just because my job is to get the

    shoot done. I try to compliment themodels and give eedback as well. It

    is hard being on the other side o the

    camera and not knowing what your

    poses look like.

    When setting up the models in their

    respective position, I oten do the pose

    rst mysel so they know what to do,

    and can see it with their own eyes. It

    is then their job to mimic me, and add

    a little bit o their own touch to it as

    well. Ater the shoot starts I will usually

    take about 10 shots in the lighting set

    up, and then show everyone what the

    photos look like, just so we are all on

    the same page. Then we shoot until

    everyone is satised.

    Share us some tips or beginnerto learn photography eectively.Some tips or people just beginning to

    learn photography. Lets see, there is so

    much to learn in photography and you

    deantly never stop learning. You have

    to go into photography with an open

    mind and be ready to learn learn learn.

    Everything is constantly changing and

    growing you have to adjust accord-

    ingly. Photography is only as expensive

    as you make it, dont be discouraged by

    people with better equipment, every-

    thing works, you just have to learn how

    to work it.

    Keep shooting, the worst thing you can

    do is stop shooting and start thinking

    too much, I nd it easier to just do. Its

    so much easier to learn out in the eld.

    Also, there are no wrongs or rights with

    photography, you can do whatever

    you want, and dont be scared to do

    it- some o the best shots happen ac-

    cidentally.

    You have to go into photography withan open mind and be ready to learn

    learn learn. Everything is constantlychanging and growing you have to ad-just accordingly. Photography is onlyas expensive as you make it, dont bediscouraged by people with betterequipment, everything works, you justhave to learn how to work it.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    15/79

    28 EDISI XV / 2008

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 29

    COMMERCIALPHOTOGRAPHY

    neeps art institute (neeps) kini hadir untuk

    memenuhi kebutuhan standarisasi dunia fotografi yang

    semakin meningkat. Mengikuti standar kurikulum luar

    negeri yang lebih terarah, sehingga murid - murid di

    neeps bisa mendapatkan t eknik yang benar. Secara

    global, dalam pendirian institusi ini, neeps yang resmi

    beroperasi sejak 9 Maret 2007 lalu memiliki tujuan untuk

    meningkatkan apresiasi foto masyarakat Indonesia ke

    level internasional dengan cara mengembangkan

    standarisasi yang lebih tinggi dalam pendidikan fotografi,

    memperluas networking opportunity dan mengeksplorasi

    bakat baru di bidang fotografi. Didukung juga dengan

    pengajar yang mempunyai latar belakang fotografi dan

    memiliki pendidikan formal fotografi di beberapa negara

    luar seperti Australia, Amerika Serikat dan Kanada.

    Dengan demikian neeps diharapkan dapat menyusun

    standar baru dalam dunia pendidikan fotografi di

    Indonesia yang setara dengan standar yang berlaku di

    negara-negara maju, khususnya di Asia Tenggara.

    Saat ini, neeps telah membuka 4 kelas fotografi yaitu

    NP1, NP2, NP3 dan NP4. Kelas-kelas tersebut adalah

    kelas berurutan, siswa harus mengikuti placement test

    bila ingin mengambil kelas tanpa mengikuti kelas sebelumnya.

    Melengkapi kelas-kelas yang sudah ada, juga telah dibuka 2 kelas

    digital imaging yaitu DI 1 dan DI 2. Fasilitas yang disediakan bagi

    siswa adalah laboratorium komputer, wi-fi internet, perpustakaan

    dan studio.

    neeps mempunyai misi untuk menyiapkan murid-muridnya menjadi

    lulusan yang matang dan siap terap di bidang fotografi dan digital

    imaging.

    Untuk menunjang misi tersebut, maka neeps art insti tute membuat

    suatu wadah neeps community dimana ini adalah tempat bagi

    alumni, murid dan pengajar untuk bertukar informasi. neeps

    community mempunyai kegiatan antara lain seminar, workshop,

    hunting, forum dan foto galeri.

    Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi (021 - 6306262)

    dan(021 - 6306333). Atau dapat langsung mengakses ke website

    neeps di www.neeps-artinstitute.com

    Disamping musik,sektor lain di industri kreatif yang berkembang pesat

    adalah fotografi. Industri fotografi diyakini t idak akan mati karena

    peminat fotografi semakin meningkat dan teknologi fotografi menjadi

    semakin t erjangkau. Hal ini secara tak langsung juga meningkatkan

    standar fotografi itu sendiri.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    16/79

    30 EDISI XV / 2008

    THELEPASAN

    EDISI XV / 2008 31

    THELEPASAN

    GOOD PICTURE ATAWA

    GAMBAR INDAH(Bagian Ke-4)Oleh: Siddhartha Sutrisno*

    I hold her hands and press her to my breast.

    I try to ll my arms with her loveliness, to plunder her sweet

    smile with kisses, to drink her dark glances with my eyes.

    Ah, but, where is it? Who can strain the blue rom the sky?

    I try to grasp the beauty, it eludes me, leaving only the body in

    my hands.

    Bafed and weary I come back.

    How can the body touch the ower which only the spirit may

    touch?

    (Rabindranath Tagore, The Gardener, 49th Lyrics)

    MANOHARA DAN INDAH KARENA BERMAKNA

    Setiap memandang otogra yang ada di layar alat tulis ini, saya selalu terkenang

    dengan prosa liris milik Tagore - di atas yang kebetulan sudah cukup lama saya

    haal. Sebuah otogra milik seorang otograer yang atas kebaikan hati Beliaumeminjamkannya kepada saya dalam bentuk le digital. Fotogra ini belum diberi

    judul, meski dengan lancang saya menyebut otogra ini berjudul Manoharas

    Flight otogra yang menampilkan satu panel relie ke-11 dari Divyavadana-

    Gandavyuha tentang cerita Kinnari Manohara sedang terbang dengan beberapa

    ekor burung di sampingnya. Ya, otogra ini dari relie Borobudur (saya tidak me-

    nyebutnya candi karena percaya bahwa Borobudur bukanlah candi, melainkan Vi-

    hara raksasa). Seumur hidup saya, baru

    sepuluh kali mengunjungi Borobudur

    dan biasanya sebagian besar waktu ke-

    tika berada disana habis untuk mem-

    baca cerita tentang Kinnari Manohara

    yang di mata saya adalah makhluk

    tercantik yang terpahat dalam semua

    relie dari bangunan kuno peninggalan

    sejak Mataram Kuno sampai Majapahit.

    Sehingga, saat saya berkesempatanuntuk melihat kembali relie itu dalam

    bentuk lain, yakni sebuah otogra,

    ternyata memberikan impact besar

    kepada batin, seketika keserakahan

    saya ingin menguasainya, entah den-

    gan cara yang bagaimana. Mungkin,

    karena, dalam 20 tahun ke depan saya

    tidak akan mampu membuat otogra

    seperti ini atau jika Anda percaya, ada

    aktor empirik-eksistensial tentang re-

    lie itu yang telah saya kunjungi sekian

    kali dan tetap menimbulkan eek patah

    hati dalam diri ketika saya meninggal-

    kannya, dengan gambaran seperti apa

    yang ditulis Tagore:

    Kucoba mendekap keindahan, ia

    ...Kini kita tidakmelihat lagisesuatu yangakan bertum-buh lebih besar;sebaliknya, kitacuriga bahwasegalanya akanterus merosot

    turun...

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    17/79

    32 EDISI XV / 2008

    THELEPASAN

    EDISI XV / 2008 33

    THELEPASAN

    tergelincir lepas, hanyalah tubuh dit-

    inggalkannya di tanganku.

    Lelah dan sia-sia aku pulang.

    Betapa dapat tubuh menjamah kein-

    dahan, yang hanya jiwa saja mungkin

    menyentuhnya?

    (Terjemahan dari tiga baris terakhir lirik

    ke-49 di atas, versi saya)

    Pernah saya menyampaikan seperti

    yang tertulis di sini kepada seorang

    teman, seketika, saya menjadi tertuduh

    sebagai pengidap etishism (sikap

    yang menganggap adanya kekuatan,

    ruh atau daya pesona tertentu yang

    bersemayam pada objek tertentu). Bisa

    jadi benar apa yang dituduhkan ke-

    pada saya, etishism, etish, commodityetishism dan sejenisnya kebetulan

    dalam dekade belakangan ini menjadi

    kajian yang hot dalam semiotika dan

    hipersemiotika, hal yang kebetulan

    masih terus saya pelajari. Bukankah jika

    percaya bahwa suatu otogra memiliki

    kekuatan dan daya pesona tertentu

    yang kita sebut dengan istilah bagus

    atau indah adalah bagian dari etish-

    ism? Itu semua bukan hanya pemanis

    pembicaraan ketika saya ingin berbi-

    cara tentang makna yang mungkin

    dapat dijadikan sebagai indikator suatu

    otogra yang bagus. Bagi diri saya

    pribadi otogra Manoharas Flight

    bermakna untuk saya. Sayangnya saya

    tidak akan memperpanjang perbincan-

    gan personal atawa curhat ini. Marilah

    kita menelusuri makna dari point o

    view yang lebih luas.

    MAKNA DAN SEMIOTIKA

    Bagaimana menangkap makna?

    Untuk ini saya membutuhkan sebuah

    aparatus. Selain metode hermeneu-

    tika, semiotika adalah perangkat yang

    kemudian banyak dipakai, dimanaat-

    kan, diperbincangkan oleh banyak

    kalangan mulai dari loso sampai

    otograer. Artinya, semiotika adalah

    sesuatu yang cukup penting untuk kita

    perbincangkan sebagai salah satu alat

    menelusuri keindahan dengan mela-lui pembermaknaan. Dalam lsaat

    tertentu, makna kerap dipersoalkan

    yang kemudian menjadikannya tidak

    dipercaya bahwa makna itu ada atau

    pertanyaan terus menerus apa itu

    makna. Tetapi dalam hemat saya, perlu

    kiranya tetap menelusuri persoalan

    makna karena ia adalah sebuah ondasi

    bahkan untuk yang tidak bermakna.

    Sederhananya, semiotika adalah ilmu

    yang mempelajari peran tanda sebagai

    bagian dari kehidupan sosial. Struktur,

    jenis, tipologi, serta relasi-relasi tanda

    dalam kehidupan masyarakat adalah

    kajian terpenting ilmu ini. Ada berba-

    gai prinsip yang sangat undamental

    ...seni adalahupaya repre-sentasi mimesisdari realitas-re-alitas yang ada

    di alam yangmendahuluikarya seni.- Plato -

    Pendekatanmodernis terh-

    adap keindahanadalah men-ganggap bagus-

    indah adalahzeitgeist, se-

    mangat zamanyang bersiat

    universal, yang

    melingkupi se-gala tempatyang berbeda,

    kebudayaanyang berbeda

    dan segalamacam bentukkehidupan so-

    sial yang berbe-da. Diskursus inidapat dikatakan

    sebagai impe-rialisme dalam

    keindahan.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    18/79

    34 EDISI XV / 2008

    THELEPASAN

    EDISI XV / 2008 35

    THELEPASAN

    pada pemikiran Ferdinand de Sausure

    mengenai teori semiotika:

    Pertama, struktural. Hubungan tanda

    sebagai hubungan struktural, di da-

    lamnya tanda dilihat sebagai sebuah

    kesatuan antara sesuatu yang bersiat

    material, disebut sebagai signier dan

    sesuatu yang bersiat konseptual yang

    disebut signied. Sehingga dalam kon-

    teks ini, semiotika yang dikembangkan

    Saussure biasa disebut semiotika struk-

    tural dan kecenderungan pemikiran ke

    arah struktur ini disebut strukturalisme.

    Strukturalisme dalam semiotika tidak

    memberi perhatian pada hubungan

    sebab akibat antara suatu tanda dan

    causa prima-nya, antara bahasa dan

    kenyataan yang di representasikannya,

    melainkan pada hubungan menye-

    luruh antara unsur-unsur yang ada

    di dalam sebuah sistem. Yang diuta-

    makan bukanlah unsur melainkan

    hubungan di antara unsur-unsur. Apa

    yang disebut makna, dengan teori ini

    berarti tidak dapat ditemukan sebagai

    bagian intrinsik dari sebuah unsur, me-

    lainkan sebagai akibat dari hubungan

    menyeluruh yang ada dengan unsur-

    unsur lain secara menyeluruh pula.

    Dalam bagian awal tulisan ini, ketika

    saya menyinggung tentang pember-maknaan otogra Manoharas Flight

    yang bersiat personal, maka dapat

    dikatakan gugur karena saya masih

    menghubungkannya dengan realitas

    yang direpresentasikan otogra terse-

    but yaitu relie di Borobudur. Padahal

    prinsip struktural dari semiotika yang

    begitu dingin tanpa perasaan tidak

    memperkenankannya.

    Kedua, kesatuan. Sebuah tanda meru-

    pakan kesatuan yang tidak terlepas

    antara bidang penanda, signier yang

    bersiat material (misalnya otogra,

    lukisan, gambar) dan bidang petanda,

    signied (konsep, gagasan), seperti dua

    sisi mata uang yang tidak mungkin dip-

    isahkan. Ada kecenderungan metasik

    pada konsep semiotika Saussure, dimana sesuatu yang bersiat nirsik

    (signied, makna, konsep, gagasan,

    kebenaran dianggap present di dalam

    hal yang bersiat sik, signier.

    Ketiga, konvensional. Hubungan

    struktural antara sebuah signier dan

    signied, sangat bergantung pada

    apa yang disebut convention, yaitu

    kesepahaman sosial tentang bahasa

    (tanda dan makna) di antara komunitas

    bahasa. Hanya karena adanya konvensi

    yang memungkinkan tanda memiliki

    dimensi sosial. Sebab tanpa konvensi

    tidak akan ada komunitas bahasa, dan

    tidak akan ada komunikasi. Tanda dise-

    but konvensional, dalam artinya bahwa

    Ketiadaan re-alitas berakibatlogis pada ke-tiadaan tanda,berakibat padaketiadaan mak-na, berakibatpada ketiadaan

    keindahan.

    Aku hanya per-caya dengan

    Tuhan yang bisa

    menari.- Nietzsche -

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    19/79

    36 EDISI XV / 2008

    THELEPASAN

    EDISI XV / 2008 37

    THELEPASAN

    relasi antara signier dan signied-nya

    disepakati sebagai sebuah konvensi

    sosial. Ketika menyebut back lighting,

    side lighting, three point lighting dan

    sebagainya pastilah telah ada kes-

    epakatan para otograer dengan apa

    yang dimaksud, apa kegunaannya, dan

    kapan digunakannya.

    Keempat, sinkronik. Ketergantungan

    pada hubungan struktural menem-

    patkan semiotika struktural sebagai

    sebuah kajian sinkronik, yaitu kajian

    tanda sebagai sebuah sistem yang

    tetap di dalam konteks waktu yang

    dianggap stabil dan tidak berubah.

    Dengan demikian, menjadikannya abai

    akan dinamika, perubahan, serta trans-ormasi bahasa itu sendiri di dalam

    masyarakat.

    Kelima, representasi. Sebuah tanda

    merepresentasikan suatu realitas, yang

    menjadi rujukannya. Sebuah otogra

    dengan tanda relie Manohara, misal-

    nya, mewakili sesuatu di dalam dunia

    realitas, meskipun realitas itu hanyalah

    pahatan batu, sehingga hubungan tan-

    da dan realitas lebih bersiat mewakili.

    Eksistensi tanda sangat bergantung

    pada keberadaan realitas yang diwak-

    ilinya. Realitas mendahului sebuah

    tanda, dan menentukan bentuk dan

    perwujudannya. Ketiadaan realitas

    berakibat logis pada ketiadaan tanda,

    berakibat pada ketiadaan makna,

    berakibat pada ketiadaan keindahan.

    Jika diperhatikan benar, maka prinsip

    kelima ini seperti bertentangan den-

    gan prinsip pertama. Apa boleh buat,

    demikianlah adanya!

    Keenam, kontinuitas. Hubungan antara

    sistem tanda dan penggunaannya se-

    cara sosial sebagai sebuah continuum,

    yaitu sebuah keterhubungan waktu

    yang berkelanjutan dalam bahasa,

    yang didalamnya berbagai tindak

    penggunaan bahasa selalu memiliki

    reerensi pada sebuah struktur yang

    stabil, sehingga tidak dimungkinkan

    adanya perubahan radikal pada tanda,

    kode, dan makna. Perubahan hanyadimungkinkan secara sangat evoluti,

    yaitu perubahan kecil pada berbagai

    elemen bahasa, sebagai akibat lo-

    gis dari perubahan sosial itu sendiri.

    Fotograer-otograer dengan penca-

    paian estetika yang mandeg biasanya

    bahagia dengan prinsip keenam ini!

    JAMAN, PRINSIP, DAN HUBUNGAN

    PERTANDAAN

    Di jaman pramodernisme,

    seni merupakan suatu wacana yang

    berungsi menyampaikan pesan-pesan

    ideologis atau spiritual yang sudah

    mapan secara konvensional melalui

    kombinasi tanda-tanda dan kode-

    kodenya. Pada abad pertengahan,

    Zaman kita adalah sebuah za-man kelahiran dan periode pera-lihan menuju satu era baru. Spirit

    telah terputus dari dunia yangsebelumnya dihuni dan diima-jinasikannya, dari pikiran yangtelah menenggelamkannya dimasa lalu, dan ia dalam prosestransormasi. Spirit tidak pernahdiam di tempat, akan tetapi sela-lu dalam proses bergerak ke de-pan...ketidakstabilan dan kebo-sanan yang mengguncang ordeyang mapan, ramalan samar-sa-mar tentang sesuatu yang belumduketahui di depan, semuanyaini adalah pertanda dari peruba-han yang tengah menjelang.

    - (G. W. F. Hegel, Phenomenology o Spirit) -

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    20/79

    38 EDISI XV / 2008

    THELEPASAN

    EDISI XV / 2008 39

    THELEPASAN

    misalnya, seni lebih banyak diwarnai

    oleh upaya semiotika dalam menyam-

    paikan wahyu, ajaran atau kebenaran,

    lewat ikon-ikon. Plato (seperti sudah

    tertulis pada bagian pertama tulisan

    ini) mengatakan bahwa seni ada-

    lah upaya representasi mimesis dari

    realitas-realitas yang ada di alam yang

    mendahului karya seni. Dari sini dapat

    disimak, bahwa apa yang secara umum

    berkembang pada jaman pramodern-

    isme adalah paham idealisme dalam

    kesenian.

    Bahwa pada sebuah batu, dewa, atau

    Tuhan telah menanamkan makna-

    makna. Apa yang dilakukan sang seni-

    man tak lain dari menyingkapkan dan

    menggali makna-makna yang sudah

    tertanam in i.

    Oleh sebab itu, wacana seni jaman

    pramodernisme secara umum dapat

    di lukiskan melalui suatu prinsip: orm

    ollows meaning, yang termaktub

    bentuk (signier) selalu berakhir pada

    makna-makna ideologis atau spiritual

    yang telah tersirat. Maka terdapat jawa-

    ban mengapa misalnya di Nusantara,

    bangunan-bangunan kuno semacam

    Borobudur atau candi-candi memiliki

    spirit tentang makna dengan cara dan

    gaya (estetika) yang khas.

    Di dalam jaman modern, seni berubah

    menjadi suatu wacana yang menolak

    keterkaitannya pada makna-makna

    ideologis atau spiritual yang telah disir-

    atkan tersebut. Seni berupaya menolak

    makna-makna yang berasal dari luar

    seni itu sendiri. Ia berupaya melepas-

    kan diri dari perangkap mitos, tradisi,

    kepercayaan, konvensi sosial. Sebagai

    sebuah hubungan pertandaan, seni

    modernisme menolak reerensi seni

    pada rujukan realitas sosial. Sebagai

    penggantinya, modernisme mengaju-

    kan ondasi orm ollows unction, yang

    di dalamnya setiap ungkapan signier

    pada muaranya akan menyandarkan

    maknanya pada aspek ungsi dari satu

    objek. Istilah ungsi di dalam objek

    pakai merujuk pada nilai utilitas yang

    dapat diberikan oleh objek. Di dalam

    seni murni, enomena ungsi ini dapat

    dijelaskan melalui istilah lain, yaitu

    ormalisme. Di dalam ungkapan seni

    ormalisme, sebuah bentuk dikatakan

    bermakna, bukan berdasarkan relasi

    strukturalnya dengan realitas di luar

    bentuk tersebut, melainkan relasi

    ormal di antara elemen-elemen (garis,

    bidang, ruang, warna) yang mem-

    bangun bentuk tersebut, dan seka-

    ligus menentukan ungsinya. Maka,

    disini terlihat bahwa semiotika sebagai

    mesin produksi makna adalah anak

    Bahwa pada sebuah batu, dewa, atau

    Tuhan telah menanamkan makna-makna. Apa yang dilakukan sang seni-man tak lain dari menyingkapkan danmenggali makna-makna yang sudahtertanam ini.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    21/79

    40 EDISI XV / 2008

    THELEPASAN

    EDISI XV / 2008 41

    THELEPASAN

    kandung jaman modernisme.

    Zaman kita adalah sebuah zaman

    kelahiran dan periode peralihan

    menuju satu era baru. Spirit telah

    terputus dari dunia yang sebelumnya

    dihuni dan diimajinasikannya, dari

    pikiran yang telah menenggelamkan-

    nya di masa lalu, dan ia dalam proses

    transormasi. Spirit tidak pernah diam

    di tempat, akan tetapi selalu dalam

    proses bergerak ke depan...ketidak-

    stabilan dan kebosanan yang meng-

    guncang orde yang mapan, ramalan

    samar-samar tentang sesuatu yang

    belum duketahui di depan, semuanya

    ini adalah pertanda dari perubahan

    yang tengah menjelang.(G. W. F. Hegel, Phenomenology o

    Spirit)

    Ungkapan Hegel yang begitu terke-

    nal melihat periode modern sebagai

    sebuah periode, di mana manusia se-

    bagai subjek, menentukan sendiri lan-

    dasan kriteria-kriteria dan nilai dalam

    kehidupannya di dunia. Namun apakah

    modernitas itu, apakah kaitan antara

    konsep modernisme, modern, danmodernitas? Konsep modernisme pada

    umumnya selalu dikaitkan dengan

    enomena dan kategori kebudayaan,

    khususnya yang berkaitan dengan

    estetika atau style. Sedangkan kon-

    sep modern sering dikaitkan dengan

    periodisasi. Dan, konsep modernitas

    digunakan untuk menjelaskan totalitas

    kehidupan. Heidegger mengatakan

    bahwa apa yang disebut dengan pe-

    riode modern:...dapat dijelaskan ber-

    dasarkan kenyataan bahwa manusia

    menjadi pusat dari ukuran dari semuaada (b eings).

    Ornamen was crime

    (Adol Loos)

    Bagi pendukung modernisme seperti

    Adol loos, ornamen yang cenderung

    bersiat gurati, natural, tradisional,

    dan menyandang makna kebudayaan

    atau mitologis tertentu, bertentangan

    dengan konsep seni modern yang

    mengangkat tinggi kualitas-kualitas

    ungsional, rasional, esiensi. Modern-

    isme menolak ornamentasi sebagai

    satu bentuk ekspresi style, disebab-

    kan kecenderungannya pada denisi

    gayanya sendiri yang bersiat ormal.

    Modernis meringkas bahasa estetik

    seni menjadi bahasa universal ungsi.

    Melalui peringkasan ini modernis

    melecehkan perbedaan-perbedaan

    pada kebudayaan, tempat, waktu, dan

    individu. Penganut modernis melece-

    hkan keragamanan pengungkapan,

    kekayaan tradisi, keabadian mitos, dankebijaksanaan-kebijaksanaan spiritual

    masa lalu. Para modernis yang ekstrim,

    meringkas keindahan menjadi tak lebih

    dari garis-garis geometris-vertikal-

    Modernis meringkas bahasa estetik senimenjadi bahasa universal ungsi. Mela-lui peringkasan ini modernis meleceh-kan perbedaan-perbedaan pada kebu-dayaan, tempat, waktu, dan individu.Penganut modernis melecehkan keraga-manan pengungkapan, kekayaan tradisi,keabadian mitos, dan kebijaksanaan-kebijaksanaan spiritual masa lalu. Paramodernis yang ekstrim, meringkas kein-dahan menjadi tak lebih dari garis-garisgeometris-vertikal-horizontal; permu-

    kaan yang bersih dan halus; dan bentuk-bentuk kotak yang monoton

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    22/79

    42 EDISI XV / 2008

    THELEPASAN

    EDISI XV / 2008 43

    THELEPASAN

    horizontal; permukaan yang bersih dan

    halus; dan bentuk-bentuk kotak yang

    monoton (perhatikan bangunan-ban-

    gunan tinggi di Jakarta yang membo-

    sankan). Melalui peringkasan ini, tidak

    ada perbedaan yang berarti antara

    keindahan lemari baju dengan ling

    cabinet, kesamaan estetika, penyeraga-

    man keindahan. Modernisme ingin

    menyatukan umat manusia tetapi yang

    dihasilkan adalah paradoks, karena

    dengan demikian ada banyak hal yang

    dilecehkan. Mulai dari etnisitas sampai

    ideologi. Pendekatan modernis terh-

    adap keindahan adalah menganggap

    bagus-indah adalah zeitgeist, seman-

    gat zaman yang bersiat universal,yang melingkupi segala tempat yang

    berbeda, kebudayaan yang berbeda

    dan segala macam bentuk kehidupan

    sosial yang berbeda. Diskursus ini

    dapat dikatakan sebagai imperialisme

    dalam keindahan.

    POSMODERNISME DAN HIPERSEMI-

    OTIKA

    ...Kini kita tidak melihat lagi sesuatu

    yang akan bertumbuh lebih besar; se-

    baliknya, kita curiga bahwa segalanya

    akan terus merosot turun...

    Lalu, bagaimana keindahan

    posmodernisme? Dibanding dengan

    keindahan pada jaman pramodern dan

    modern, hubungan pertandaan bersi-

    at lebih ironis. Posmodernisme tidak

    saja menolak mengacunya signier

    pada makna ideologis yang konven-

    sional, akan tetapi juga menolak men-

    jadikan unsi sebagai rujukan utamadalam pertandaan, sebagaimana yang

    terdapat dalam modernisme. Posmod-

    ernisme mengambil tanda-tanda dari

    jaman klasik maupun modern, bukan

    dengan keinginan mengangkat mak-

    na-makna ideologis dan spiritualnya,

    akan tetapi untuk menciptakan satu

    rantai pertandaan yang baru dengan

    menanggalkan makna-makna konven-

    sional tersebut, dan menghanyutkan

    diri dalam ajang bebas permainan

    penanda-penanda. Posmodernisme

    mengembangkan satu prinsip baru

    pertandaan, yaitu orm ollows un.

    Ambil estetika orm-ollows-unction

    Bauhaus yang esien, dan beri ia

    sebuah plesetan besar. Kini, orm-ol-

    lows-unction-ollows-un.

    (Swatch Complete Collection 1983-

    1991)

    Di dalam diskursus seni posmodern-

    isme, bukan makna-makna ideologisyang ingin dicari, melainkan kegaira-

    han dalam bermain dengan penanda.

    Nietzsche pernah menyampaikan:

    Aku hanya percaya dengan Tuhan

    yang bisa menari.

    Maka, jika modernisme melahirkan

    semiotika, posmodernisme melahirkan

    hipersemiotika. Hipersemiotika yang

    berarti melampaui batas semiotika

    adalah sebuah kecenderungan yang

    berkembang pada pemikir semiotika

    mutakhir yang berupaya melampaui

    batas oposisi biner yang secara kon-

    vensional dibangun antara struktur/

    perkembangan, konvensi/perubahan,

    sika/metasika, sinkronik/diakronik,

    signier/signied, langue/parole,

    tanda/realitas. Untuk itu hipersemioti-

    ka mencoba membangun ondasi yang

    beberapa di antaranya adalah:

    Pertama, transormasi. Dinamika

    pembiakan tanda yang tak berhinggadaripada relasi yang tetap. Perubahan

    tanda daripada struktur tanda.

    Kedua, imanensi. Permainan per-

    mukaan sik dibanding kedalaman,

    metasik. Penekanan siat imanensi

    Ambil estetika orm-ollows-unction Bauhausyang esien, dan beri ia sebuah plesetan besar.Kini, orm-ollows-unction-ollows-un.(Swatch Complete Collection 1983-1991)

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    23/79

    44 EDISI XV / 2008

    THELEPASAN

    EDISI XV / 2008 45

    THELEPASAN

    dibanding transendensinya. Ada

    kecenderungan posmetasik, bahwa

    yang dirayakan di dalamnya adalah

    permainan bebas penanda dan melihat

    petanda sebagai alibi saja dari per-

    mainan itu.

    Ketiga, perbedaan. Menekankan

    perbedaan daripada identitas, kon-

    vensi, dan kode sosial. Dalam hal ini

    dibedakan antara perbedaan dengan

    kebaruan karena kebaruan adalah

    milik modernisme yang mengharuskan

    adanya kebaruan, yakni sesuatu yang

    belum pernah ada sebelumnya.

    Keempat, permainan bahasa, hip-

    ersemiotika adalah game machine,

    yang memproduksi terus menerusbelantara permainan tanda-tanda

    sebagai komoditi, tanpa merasa perlu

    mengingatkan diri pada sebuah sistem

    yang tetap, semata untuk menghasil-

    kan pesona, kesenangan, passion, dan

    ekstase dalam permainan itu sendiri.

    Kelima, simulasi. Penciptaan realitas

    yang tidak lagi mengacu pada realitas

    di dunia nyata sebagai rujukannya, dan

    kini menjelma menjadi semacam reali-

    tas kedua yang merujuk kepada dirinyasendiri, simulacrum o simulacrum.

    Simulasi berarti bukan representasi.

    Meskipun ia adalah realitas artisial,

    akan tetapi seolah-olah mereeksikan

    realitas yang sesungguhnya. Realitas

    yang diciptakan dengan menggunakan

    teknologi simulasi, seringkali dipercaya

    sebagai sama nyatanya atau bahkan

    lebih realis dari kenyataan sesungguh-

    nya.

    Keenam, diskontinuitas. Penekanan

    pada diskontinuitas pertandaan

    dibanding kontinuitas semiotik. Se-

    miotic discontinuum, penuh dengan

    keterpecahan, keterputusan, interupsi,

    dan persimpangan. Barangkali jika

    dicari padanannya dalam diri manusia

    adalah semacam penderita schizophre-

    nia. Schizophrenia pun bisa indah!

    Sebuah teks bukanlah sebaris kata-

    kata yang menampilkan sebuah makna

    teologis tunggal (pesan pengarangbahkan Tuhan) melainkan sebuah

    ruang multidimensi yang didalamnya

    beraneka ragam tulisan, tak satu pun

    darinya yang orisinal, bercampur aduk,

    dan saling berbenturan. Teks adalah

    sebuah jaringan kutipan-kutipan yang

    diambil dari pusat-pusat kebudayaan

    yang tak terhingga banyaknya.

    (Image, Music, Text, Roland Barthes)

    Catatan: teks adalah kombinasi tanda-

    tanda, baik verbal maupun visual.Then nish the last song and let us

    leave.

    Forget this night when the night is no

    more.

    Whom do I try to clasp in my arms?

    Dreams can never be made

    captive.

    My eager hands press emptiness to my

    heart and it bruises my

    breast.

    (Rabindranath Tagore, The Gardener,

    51st Lyrics)

    So, sementara saya pamit undur dulu,

    sampai jumpa bulan mendatang, jika

    Tuhan mengijinkan. Happy Eid Muba-

    rak 1429 H...

    *Penulis adalah pengajar Metodologi

    Penelitian Seni

    Sebuah teks bu-kanlah sebaris

    kata-kata yangmenampilkan

    sebuah maknateologis tunggal(pesan pengarang

    bahkan Tuhan)melainkan sebuah

    ruang multidimensiyang didalamnyaberaneka ragamtulisan, tak satu

    pun darinya yangorisinal, bercam-pur aduk, dan sal-ing berbenturan.

    Teks adalah sebuahjaringan kutipan-

    kutipan yang diam-bil dari pusat-pusat

    kebudayaan yangtak terhingga ban-

    yaknya.(Image, Music, Text,Roland Barthes)

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    24/79

    46 EDISI XV / 2008

    THELEPASAN

    EDISI XV / 2008 47

    THELEPASAN

    ATASI MASALAH AKURASI WARNADENGAN LARGE FORMAT PRINTERHP DESIGNJET Z SERIES.

    Printer color mode CMYK yang mampu mensimulasikan colorgamut RGB dengan tinta red, green dan blue.

    THEADVERTORIAL

    'Akurasi warna' kata- kata ini sudah puluhan tahun menjadi

    masalah yang menghantui pekerja fotografi. Bayangkan

    ketika Anda melahirkan sebuah ide foto yang begitu brilian,

    Anda mencurahkan segala kemampuan Anda pada tiapdetailnya. Seperti memilih orang-orang terbaik dalam

    bidangnya untuk membantu Anda, mulai make-up artist,

    styl ist, set builder hingga art direct or. Namun pada saat

    foto dicetak, hasilnya sangat berbeda dengan yang apa

    yang Anda harapkan.

    Sebet ulnya, akurasi warna bergantung pada banyak hal.

    Sebagian besar fotografer tidak mengenal istilah color

    gamut atau batas kemampuan sebuah alat untuk

    mereproduksi warna. Artinya, ada warna-warna yang

    memang tidak mungkin diproduksi dengan akurat lewat

    alat- alat t ertent u. Hal ini berhubungan dengan karakterist ik

    color mode yang digunakan. Ada warna-warna dalam

    color mode RGB yang tidak bisa direproduksi dengan

    cara apapun oleh color mode CMYK. Begitu jugasebaliknya.

    Sayangnya kamera yang kita gunakan sehari-hari

    menggunakan color mode RGB, sementara printer

    menggunakan color mode CMYK. Artinya ada keterbat asan

    kemampuan mereproduksi warna dari kamera ke printer

    yang sifat nya 'bawaan'. Color mode RGB yang berasal

    dari cahaya, memiliki kemampuan sangat ti nggi untuk

    mereproduksi warna-warna bersaturasi tinggi. Sementara

    color mode CMYK yang berasal dari pigmen tint a, memiliki

    keterbatasan untukmereproduksi warna bersaturasi tinggi.

    Di sisi lai n, akurasi warna juga bergantung

    pada karakte r media yang digunakan. Media cetak

    memiliki daya serap dan karakter yang berbeda-beda.

    Art inya ketika mencetak, diperlukan 'saling pengertian'

    antara sof tware yang melakukan proses pencetakan,

    dengan media di mana foto akan dicetak. Salah satu

    cara untuk melakukannya adalah membuat ICC profil e

    dari media yang digunakan untuk mencetak foto tersebut.Namun, lagi-lagi hal ini memerlukan software dan

    hardware yang begitu mahal dan sulit dioperasikan.

    Namun, kini ada sebuah solusi yang mampu

    menyelesaikan masalah di atas, yait u dengan memakai

    large format HP Designjet Z Series. Printer ini te rsedia

    dalam 2 pilihan: 8 tinta (cyan, light cyan, magenta,

    light magenta, yellow, light grey, photo black dan matt eblack) se rta 12 tinta (cyan, magenta, light magenta,

    yellow, grey, light grey, matte black, photo black, red,

    green, blue, dan gloss enhancher). Penambahan tint a

    red, green dan blue pada t ipe 12 tinta bertujuan untuk

    memperluas colo r gamut dalam mereproduksi warna.

    Artinya walaupun masih tet ap menggunakan color mode

    CMYK, namun color gamut HP Designjet Z Printer Series

    dengan 12 tint a berusaha mensimulasikan color gamut

    RGB dengan tinta red, green dan blue.

    Masalah berikutnya mengenai ICC profile juga

    diperhatikan oleh HP Designjet Z Printer Series. Caranya,

    dengan menambahkan spect rophotometer di dalamnya

    untuk membuat ICC prof ile dari media yang digunakan.

    Media apapun yang Anda gunakan akan mudah dikenalikarakternya dan t ercapai 'saling pengertian' antara

    soft ware yang digunakan untuk melakukan pencetakan

    dengan media yang digunakan.

    Ketika kedua masalah tersebut terselesaikan,

    mendapatkan akurasi warna dengan HP Designjet Z

    Printer Ser ies bukanlah hal yang sulit! Tim The Light

    sendiri sudah membuktikan betapa mudahnya

    menghasilkan foto yang akurat, pada saat mengikuti

    pameran fotografi FOCUS 2008 yang lalu. Ketika itu

    The Light mencetak 43 foto milik 30 orang fotografer

    profesional. Ketakutan akan ketidakakuratan warna

    sudah terbayang dari jauh-jauh hari. Hingga pada saat

    pencetakan, The Light dibuat kaget akan hasil yang

    akurat dengan monitor sehingga tidak

    diperlukan satu color cor rection pun.

    Fotografer-fot ografer profesional yangsempat mampir ke stand pameran

    pun mengaku puas dengan

    akurasi warna

    y a n g

    dihasilkan

    oleh HP Designjet Z

    Series tersebut.

    Jadi bagi Anda yangmenginginkan akurasi

    warna pada setiap hasil

    cetak foto Anda, cobalah HP

    Designjet Z Series. HP Designjet Z

    Series te rsedia pada pilihan lebar 24

    Inci dan 44 Inci (T ipe Z2100 dan

    Z3100), 42 Inci dan 60 Inci (tipe Z6100).

    Untuk keterangan lebih lanjut, hubungiPT Elite Digital Pro (021 -47867588) .

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    25/79

    48 EDISI XV / 2008

    LIPUTANUTAMA

    EDISI XV / 2008 49

    LIPUTANUTAMA

    MENGENANG

    JASA AFDRUKKILAT BISADITUNGGULebih dari 10 tahun yang lalu kita sering menjumpai kios-kios di pinggir jalan

    bertuliskan AFDRUK KILAT BISA DITUNGGU. Jasa pencetakan oto atau yang

    lebih tepatnya lagi pas oto dalam kios-kios sederhana itu kini menjadi baranglangka atau mungkin sudah sama sekali punah terutama di kota-kota besar. Harus

    diakui jasa adruk kilat sederhana ini sedikit banyak sudah menorehkan namanya

    di buku sejarah otogra Indonesia dengan kehadirannya. Tidak bisa dipungkiri

    juga bahwa kios-kios adruk kilat ini menjadi salah satu ciri khas otogra Indone-

    sia karena tidak bisa ditemui di negara manapun.

    Kini setelah beberapa tahun era digital diadaptasi oleh dunia otogra dan

    dinikmati oleh sebagian besar penduduk di negara ini, kios-kios itu pun punah.

    Dari pengamatan kami, di beberapa lokasi di ibukota masih terdapat kios-kios

    sejenis. Namun mereka sudah tidak menjajakan jasa cetak oto lagi dan beralih

    ke jasa pembuatan stempel, spanduk, plakat, dll. Kepunahan kios jasa adruk kilat

    yang seakan-akan tanpa disadari ini pulalah yang membawa kami untuk meng-

    gali kembali masa-masa itu dalam rubrik ini.

    Sutoyo, salah seorang mantan pemilik kios jasa adruk kilat mengatakan bahwa

    semenjak cetak kilat dengan mesin chemical masuk ke I ndonesia perlahan-

    lahan jasa adruk kilat pada kios-kios

    sederhana mulai menurun omsetnya.

    Dulu orang kalau mau cetak oto, hari

    ini ngasih lm negati besok sorenya

    baru bisa diambil. Ini karena sebagian

    besar studio cuci cetak oto melaku-

    kan cuci cetak secara manual di k amar

    gelap sendiri. Jelasnya. Akhirnya

    studio-studio oto yang besar mulai

    menggunakan mesin cetak otomatis

    yang hasilnya sangat cepat. Waktu itu

    mereka menjanjikan 45 menit sampai

    60 menit untuk cetak oto. Sambung-

    nya. Namun pada awal era masuknya

    mesin cetak otomatis Sutoyo masih

    tidak terlalu terganggu. Awalnya orang

    cetak di mesin otomatis yang bisaditunggu di studio besar cuma oto-

    oto berukuran postcard. Kalau pas oto

    mereka belum main. Jadi kalau orang

    mau adruk pas oto kilat masih datang

    ke kios adruk kilat pinggir jalan. Jelas

    bapak empat anak ini. Namun lama-

    kelamaan makin banyak yang punya

    mesin cetak otomatis, bahkan digital.

    Dan mereka mulai mai ke pas oto juga.

    Nah di situlah era-era hancurnya bisnis

    adruk kilat pinggir jalan. Sambungnya.

    Ali, salah seorang yang pernah secara

    sering menggunakan jasa adruk kilat

    pinggir jalan pun menceritakan suka

    dukanya dalam menggunakan jasa

    Seharusnyapenggunaanbahan kimiapada prosespencetakan adaumurnya. Tapiuntuk menghe-mat biaya, be-berapa kiosbandel danmengakalinyadengan meng-

    gunakan cairankimia yang di-gunakan un-tuk mencetakwalaupun su-dah kadaluwar-sa. Akibatnyahasil cetaknya

    tipis dan kurangmelekat. Ma-kanya lama-kelamaan jadipudar.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    26/79

    50 EDISI XV / 2008

    LIPUTANUTAMA

    EDISI XV / 2008 51

    LIPUTANUTAMA

    adruk kilat pinggir jalan kepada kami.

    Saya paling sering menggunakan jasa

    adruk kilat pinggir jalan kalau ada kep-

    erluan dadakan perlu pas oto. Misal-

    nya untuk ijazah, pengurusan KTP dan

    dokumen-dokumen penting lainnya.

    Biasanya kalau pas dibutuhkan pas oto

    yang saya simpan selalu hilang nggak

    tahu di mana. Nah saat-saat seperti itu

    jasa adruk kilat pinggir jalan bisa jadi

    solusi yang sangat membantu. Jelas-

    nya. Setidaknya 3 bulan sekalu saya

    menggunakan jasa adruk kilat pinggir

    jalan. Saya cukup puas karena waktu

    mencetaknya sangat cepat, berkisar

    lima sampai sepuluh menit.

    Namun walaupun sangat membantu,

    Ali juga pernah memiliki pengalaman

    buruk dengan jasa adruk pinggir jalan.

    Pernah saya butuh oto untuk Ijazah.

    Butuhnya sangat mendadak karena

    deadline yang diberikan sekolah saya

    sudah lewat. Akhirnya saya cetak di

    pinggir jalan itu. Sayangnya 3 bulan ke-

    mudian oto saya menjadi kekuningan

    dan setelah satu tahun mulai pudar.

    Padahal itu ada di ijazah. Kenangnya.

    Ujang, salah seorang mantan pemilik

    kios jasa adruk kilat pinggir jalan yang

    kini beralih menjadi tukang ojek pun

    mengungkapkan bahwa kualitas hasil

    cetak jasa adruk kilat pinggir jalan

    seharusnya sama baiknya dengan hasil

    adruk di studio besar. Hanya saja di be-

    berapa tempat karena pertimbangan

    bisnis prosedur dan standar kualitasnya

    dikorbankan. Ujang mengatakan hal

    yang paling utama yang menyebabkanhasil cetak adruk kilat pinggir jalan

    kurang lama daya tahannya adalah

    karena penggunaan bahan kimia yang

    terus menerus didaur ulang. Sehar-

    usnya penggunaan bahan kimia pada

    proses pencetakan ada umur nya. Tapi

    untuk menghemat biaya, beberapa

    kios bandel dan mengakalinya den-

    gan menggunakan cairan kimia yang

    digunakan untuk mencetak walaupun

    sudah kadaluwarsa. Akibatnya hasil

    cetaknya tipis dan kurang melekat.

    Makanya lama-kelamaan jadi pudar.

    Jelasnya. Kemungkinan kedua menga-

    pa hasil cetak jasa adruk kilat pinggir

    jalan kurang tahan lama adalah karena

    diburu-buru waktu. Dalam men-

    gadruk sebuah oto ada ukuran waktu

    yang standar. Namun karena pelang-

    gan maunya cepat ditambah perhitun-

    gan bisnis yang kurang bijak akhirnya

    waktu adruknya dipercepat. Akhirnyalama kelamaan otonya mulai mengun-

    ing. Ini menunjukkan bahwa kertas

    oto belum secara sempurna teradruk.

    Sehingga ketika terkespos matahari

    dan udara luar selama beberapa bulan

    kertasnya berubah warna menjadi

    menguning. Jelasnya. Padahal jika

    proses standarnya diikuti seharusnya

    kualitas dan daya tahan otonya tidak

    jauh berbeda dengan hasil cetak studio

    besar.

    Ujang pun menganggap bahwa

    kelakuan beberapa rekan sesama

    pemilik kios adruk kilat pinggir jalan

    yang melakukan praktik bisnis tidak se-

    hat dan mengorbankan kualitas inilah

    yang membuat usaha adruk kilat ping-

    gir jalan jadi tidak laku lagi. Dari segi

    harga adruk kilat pinggir jalan tidak

    bisa dilawan oleh studio cuci cetak

    oto manapun. Artinya kalau kualitas-

    nya juga bisa dijaga, seharusnya mau

    sebanyak apapun studio cuci cetak oto

    besar yang menggunakan mesin cetak

    canggih kios adruk kilat pinggir jalan

    tidak akan tutup, karena segmennya

    Padahal jikaproses stan-

    darnya diikutiseharusnya

    kualitas dandaya tahan o-

    tonya tidak jauhberbeda den-

    gan hasil cetakstudio besar.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    27/79

    52 EDISI XV / 2008

    LIPUTANUTAMA

    EDISI XV / 2008 53

    LIPUTANUTAMA

    beda. Ungkapnya.

    Berbeda dengan Ujang, Sutoyo

    menganggap matinya jasa adruk kilat

    pinggir jalan utamanya adalah kar-

    ena makin sedikitnya pengguna lm

    negati. Jasa adruk k ilat pinggir jalan

    hanya bisa melayani cetakkan dari lm

    negati atau kalau orang dulu bilang

    klise. Masalahnya jaman sekarang

    orang-orang sudah nggak punya kam-

    era lm. Mereka semua pakai kamera

    digital. Jadi kita nggak bisa lagi nge-

    layanin mereka karena alatnya nggak

    ada. Jelasnya.

    Menyinggung sedikit megenai modaldan keuntungan bisnis adruk kilat

    pinggir jalan Ujang mengatakan

    bahwa modal untuk memulai usaha

    tersebut berkisar Rp.2.000.000,- sampai

    Rp.5.000.000,- sudah termasuk untuk

    membangun kios sederhana. Membeli

    alat-alat pencetak seperti enlarger,

    bahan-bahan seperti developer dan x-

    er serta kertas otonya. Modal tersebut

    bisa kembali dalam waktu satu hingga

    dua tahun. Namun jika lokasinya strat-egis, Ujang mengaku bisa mencapai

    balik modal pada bulan ke tujuh atau

    kedelapan.

    Sebelum meumlai bisnis tersebut

    Ujang mengaku hanya ikut mem-

    bantu pamannya yang sudah lebih

    dulu memiliki bisnis tersebut. Dari

    sekedar melihat-lihat hingga akhirnya

    membantu tanpa dibayar Ujang pun

    perlahan-lahan menjadi bisa melaku-

    kan proses mencetak oto. Pada awal-

    nya diajarin. Ada hitungannya berapamenit tiap tahapnya. Tapi Senior-senior

    saya yang sudah lebih dulu terjun di

    bidang ini sudah ngak pernah lihat jam

    lagi, Ketika mengadruk patokannya

    adalah oto yang diadruk tersebut.

    Jadi selesai atau belumnya tergantung

    pada pengamatan mata mereka pada

    oto yang mau dicetak. Kadang-kadang

    klisenya tipis, jadi membutuhkan

    waktu lebih lama untuk mendapatkan

    hasil yang baik. Sementara ada yang

    klisenya sudah tebal, sehingga waktu

    yang ditentukan lebih cepat. Ujarnya.

    Tapi mereka yang masih baru banyak

    yang belum bisa membedakan kapan

    cukup kapan belum. Kapan waktunya

    diangkat kapan harus diteruskan.

    Patokan mereka hanya menitnya saja.

    Sambungnya.

    Di penghujung pembicaraan kami den-

    gan Ujang dan Sutoyo, mereka berdua

    sama-sama menyesalkan punahnyabisnis adruk kilat pinggir jalan itu. Bu-

    kan hanya karena itu bisn is saya. Tapi

    karena kebetulan saya juga bisa motret

    dan saya sedih saja karena makin

    sedikit orang yang ngerti teknik kamar

    gelap. Dan pada akhirnya makin sedikit

    orang yang ngerti motret yang benar.

    Saya memang bukan otograer yang

    menguasai otogra dengan menda-

    lam. Tapi karena saya bisa cuci cetak

    lm sendiri saya jadi tahu bagaimanamemotret yang benar. Seharusnya

    anak-anak muda yang baru belajar

    motret belajar cuci cetak dulu. Ungkap

    Sutoyo.

    Sementara Ujang menyesali kurang

    dihargainya keberadaan kios adruk

    kilat pinggir jalan. Seharusnya Indo-

    nesia melestarikan kios adruk kilat

    pinggir jalan. Karena tidak ada di

    negara manapun. Bagaimanapun juga

    kios adruk kilat pinggir jalan sudah

    memberikan kontribusi kepada dunia

    otgra Indonesia. Tapi sayangnya ke-

    tika akan punah tidak ada pihak yang

    berusaha menolong. Setelah punah

    pun tidak ada pihak yang berusaha

    untuk memberikan apresiasinya.

    Tutupnya.

    ... saya sedihsaja karenamakin sedikitorang yang

    ngerti teknik ka-mar gelap. Danpada akhirnyamakin sedikitorang yangngerti motretyang benar...

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    28/79

    54 EDISI XV / 2008

    THELEPASAN

    EDISI XV / 2008 55

    THELEPASAN

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    29/79

    56 EDISI XV / 2008

    MASTERTOM

    EDISI XV / 2008 57

    MASTERTOM

    HOLYWOOD AND MYREFRIGERATORToday I want to speak about a big production, which I made ree o commission. A

    new version o The Isle o the Death. This is a amous p ainting by Arnold Bocklin

    rom the year 1893.

    What I didnt want, though, was a mere copy i t should serve as an example on

    which to build new ideas. I love turning things around, shiting meanings. I Bock-

    lins Isle o the D ead symbolises a large burial chamber, then I wanted to nd a

    counterpoint, and what could be more to the contrary than a jingling merry-go-

    round and a balloon seller?

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    30/79

    58 EDISI XV / 2008

    MASTERTOM

    EDISI XV / 2008 59

    MASTERTOM

    How to do such a photo? Its a mixture

    o Hollywood-like techniques and

    simple tricks. First, we built an almost(!)

    exact miniature model o the island.

    A perect reproduction would have

    turned it into a nd the 10 dierences

    picture ... not what I had in mind! We

    spent nine days working on the model

    o the rocks. It is made by Styrooam

    and is coated with cement.

    As I couldnt nd any

    cedar trees like the ones

    in the original, I took pic-

    tures o some poplars and

    cedared them with the

    aid o image processing.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    31/79

    60 EDISI XV / 2008

    MASTERTOM

    EDISI XV / 2008 61

    MASTERTOM

    Finding a merry-go-round was the next

    challenge. I spent ages searching or

    something suitable, and nally ound

    one in Paris. However, once it was

    edited into the picture I realised that

    it was ar too pompous and practi-

    cally eclipsed the other elements. I

    nally ound what I was looking or at

    a historical air: a sm all, cosy, steam-

    driven merry-go-round. Perect! I had

    to improve that photo a lot, see the

    dierence:

    In the original, a boat is

    moving towards the is-

    land, so my idea was or

    a balloon-selling page

    and who better or the

    role than Markus? to

    be sailing away rom the

    island. The only hitch

    was nding a suitable

    wooden boat, because

    here we have only glass-

    ber boats. I was lucky - I

    ound one in a souvenir

    shop, a little model o

    30cm.

    My brother

    Markus is a

    real enter-

    tainer, so he

    was perect

    as the balloon

    page.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    32/79

    62 EDISI XV / 2008

    MASTERTOM

    EDISI XV / 2008 63

    MASTERTOM

    Now the photo was nearly nished, but I needed the reection o the entire scene

    in the water! We have sotware or producing this eect, but it is not good enough

    or my needs. And here comes a very simple tool, to get the per ect reection in

    the water: my rerigerator! Most o the rerigerators have a sheet o ribbled glass

    in the bottom (how is yours?).

    I put this sheet o glass on a black paper in ront o my monitor (i you try this,

    take care o not damaging the monitor screen!). The Island o the Death scene

    reected perectly in the sheet o glass. I only had to photograph it with a high

    -stop (22, because it is a macro shot and I wanted to have everything sharp).

    I love those simple tricks!

    Let there be Light!

    Yours sincerely

    MasterTOM

    (Thomas Herbrich)

    [email protected]

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    33/79

    64 EDISI XV / 2008

    MASTERTOM

    EDISI XV / 2008 65

    MASTERTOM

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    34/79

    66 EDISI XV / 2008

    THEFRESHMEN

    EDISI XV / 2008 67

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    BRANISLAV

    KROPILAK, ACONSISTENCEPHOTOGRAPHYKonsistenitas dalam berotogra agaknya belum menjadi hal yang mu dah

    ditemui. Banyak otograer yang tidak konsisten dalam berkarya, b aik dilihat dari

    segi kualitas, style dan karakter dan juga konsep. Kekonsistenan dalam berk arya

    rupanya bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Untuk itu pada kesempatan kali

    ini kami menghadirkan Branislav Kropilak, seorang otograer kontemporer yang

    tinggal dan menetap di Slovakia. Mengunjuni websitenya di www.kropilak.com

    membuat kami tertarik akan kekonsistenannya pada konsep yang sudah ia tentu-

    kan. Kami sendiri menjumpai 6 seri oto pada websitenya tersebut yang berdasar

    pada 6 konsep utama. Yang menjadikannya layak untuk hadir dan membagikan

    pengalamannya di sini, selain kualitas dan kemampuan otogra yang baik adalah

    kekonsistenannya untuk memotret obyek yang sejenis selama berbulan bulan

    sehingga menjadi satu seri oto yang baik dan tentunya berbicara. Berikut hasil

    interview kami dengannya.

    Whats interesting or you about photography?I love the depth and impact a photograph can have. You can be shocked, inspired

    or inuenced by a single image. An image o reality itsel.

    What is the meaning o contemporary photography please explain.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    35/79

    68 EDISI XV / 2008

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 69

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    36/79

    70 EDISI XV / 2008

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 71

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    37/79

    72 EDISI XV / 2008

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 73

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    38/79

    74 EDISI XV / 2008

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 75

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    I would describe contemporary pho-

    tography as a type o photography that

    is intended to be an art orm. Simply

    put, it is the same as painting or sculp-

    ture, but instead o using a brush or

    raw material you use a camera. The tool

    here isnt as important as the subject,

    in this case - the reection o the con-

    temporary world.

    Why do you do contemporaryphotography compared to anyother specication on photogra-

    phy?Simply because I eel like being an art-

    ist in the rst place and photography

    is my avorite platorm or expressing

    mysel. I am interested in many otherelds besides photography, like paint-

    ing or audiovisual production.

    What inspired you on creatingidea or a photos. How the ideacome?I get my inspiration anywhere and no-

    where really. In most cases, I work my

    way to a concept through sketching

    and/or taking snapshots, but ideas also

    come randomly, sometimes in the least

    expected moments.

    Honestly, thisamount o crapwas inevitable,

    its the digital

    revolution. Ev-erythingis cheap and

    accessible, soeverybody is aphotographer

    now. Back in thedays

    when you hadto spend hoursin the darkroom

    to develop justa ew pictures,

    theoverall quality

    o photographywas much

    higher

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    39/79

    76 EDISI XV / 2008

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 77

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    40/79

    78 EDISI XV / 2008

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 79

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    When photography are growing aster. So many photographer havean identically the same style & character. Whats make it happened?Honestly, this amount o crap was inevitable, its the digital revolution. Everything

    is cheap and accessible, so everybody is a photographer now. Back in the days

    when you had to spend hours in the darkroom to develop just a ew pictures, the

    overall quality o photography was much higher. This is a natural phenomenon

    seen previously in the music or lm industry or instance. It has its positive and

    negative aspects, but in the end the only thing that really changes is that the

    viewer/collector has to be more educated and exigent in his selection.

    Whats the dierent between an ordinary photographer & a goodphotographer?This is very subjective, just as in any other art orm. Nevertheless, one could

    identiy a good artist by having his very own style, something special that only he

    has or does. A good artist is recognizable rom the crowd and his work isnt only

    beautiul, but has depth.

    Please share us the process o making your series o photo calledlandings and billboards. Share us how you got the idea, what doyou want to communicate, tell us about the production, how long

    A good artist is recognizablerom the crowd and his workisnt only beautiul, but hasdepth.

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    41/79

    80 EDISI XV / 2008

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 81

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    42/79

    82 EDISI XV / 2008

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 83

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    43/79

    84 EDISI XV / 2008

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 85

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    44/79

    86 EDISI XV / 2008

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 87

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    you do all o them.Both series were quite dicult to shoot

    and I spent about a hal year o work

    on each o them. Especially the Land-

    ings series was very demanding in

    terms o research and travel. There was

    a lot o sneaking, hiding and climbing

    involved.

    Luck was also an important actor in

    whole process, not mentioning the

    shooting itsel with its challenging

    composition timing.

    The Landings is the rst series rom a

    study that ocuses on the visual aspect

    o transportation, just as Trains or

    instance and other series I intend to

    show

    in the uture. Billboards is a series that

    deals with the persistent presence o

    these immense structures in our cities.

    Oten higher than their surrounding,

    they are able to touch the sky and take

    any orm to ulll their single purpose

    over and over again.

    I love thedepth and

    impacta photo-

    graph can

    have. Youcan beshocked,

    inspired orinuencedby a single

    image. Animage oreality it-

    sel.

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    45/79

    88 EDISI XV / 2008

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 89

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    46/79

    90 EDISI XV / 2008

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 91

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    47/79

    92 EDISI XV / 2008

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 93

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    48/79

    94 EDISI XV / 2008

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 95

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    49/79

    96 EDISI XV / 2008

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 97

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    50/79

    98 EDISI XV / 2008

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 99

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    51/79

    100 EDISI XV / 2008

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 101

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    52/79

    102 EDISI XV / 2008

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    EDISI XV / 2008 103

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    53/79

    104 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 105

    CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY CONTEMPORARYPHOTOGRAPHY

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    54/79

    106 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 107

    THEINSPIRATION THEINSPIRATION

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    55/79

    108 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 109

    FOTOGRAFER

    KEBETULANBAGUSBeberapa waktu yang lalu teman saya,

    Mas Aris yang juga menulis untuk

    majalah ini bercerita kepada saya

    bahwa ia mendapatkan email respon

    dari tulisannya di majalah ini. Si pen-

    girim email bertanya mengapa ketikamembicarakan denisi gambar yang

    baik teman saya ini malah bercerita

    panjang lebih mengenai sejarah seni,

    perkataan-perkataan berat yang sulit

    dimengerti dari lsu-lsu dunia? Mas

    Aris pun menjawab dengan sederhana.

    Ia berkata bahwa bagaimana mungkin

    seorang bisa memotret dengan baik

    dan menghasilkan gambar baik jika

    mental dan pemikirannya belum baik.

    Secara tidak sengaja, beberapa hari

    kemudian ada seorang teman yang

    secara rutin membaca majalah ini dari

    edisi awal hingga saat ini datang dan

    bertanya kepada saya. Mas kenapa

    sih The Light kok banyak ngomongin

    sesuatu yang bukan teknis? Padahal

    kalau teknisnya tahu siapapun juga

    bisa motret bagus.

    Saya pun tersenyum dan berkata kepa-

    danya. Apa iya? Apa ketika orang tahuteknisnya, tahu lighting diagramnya

    tahu hitungan diaragma, speed dan

    ISO lalu orang tersebut bisa memotret

    bagus? Tanpa ragu dan berpikir ia pun

    langsung menjawab, Loh memang

    begitu kan? Coba saja tunjukin oto

    karya otograer terkenal. Lalu kasih

    tahu saya lighting diagramnya, speed,

    diaragma dan ISOnya pasti saya bisa

    bikin yang sama bagusnya. Saya pun

    tertawa dan kembali berkata, Iya kalau

    pun kamu bisa bikin yang sama bagus-

    nya kamu baru sukses jadi penjiplak

    ulung, belum jadi otograer ulung.

    Kami semua di The Light selama satu

    tahun setengah ini merasa kelelahan

    untuk mengubah kebiasaan orang.

    Peminat otogra di Indonesia (entah

    oleh siapa) telah diedukasi bahwa un-

    tuk menjadi otograer yang baik yang

    penting tahu teknisnya. Tapi tahukah

    anda pada akhir tahun 2005 ketikapertama kali saya bertemu dengan

    seorang otograer (sebuat saja Parjo),

    saya adalah seorang pekerja kreati di

    perusahaan periklanan. Waktu itu saya

    diharuskan mencari seorang otor-

    gaer untuk mengeksekusi iklan yang

    strategi dan konsepnya saya buat. Saya

    pun menunjuk Parjo. Selama masa

    pemotretan saya ada di studio yang

    sama dengan Parjo karena saya harus

    mensupervisi Parjo. Tanpa bermaksud

    menghapal, saya pun mengerti light-

    ing set up Parjo. Setahun kemudian

    ketika saya sudah tidak bekerja di pe-

    rusahaan periklanan klien yang sama

    minta dibuatkan oto ulang karena ada

    perubahan sedikit pada produknya.

    Namun karena budgetnya sangat

    terbatas akhirnya saya diijinkan Parjo

    untuk meminjam studio dan perala-

    tannya dan melakukan pemotretanseorang diri. Saya ingat dan mengerti

    lighting set up yang dilakukan Parjo

    pada produk yang sama tahun sebe-

    lumnya. Dan karena klien ingin angle

    dan lighting yang sama, maka saya pun

    Saya tidakmengatakanbahwa rasatidak pentingdalam bero-togra, namunberanggapanbahwa rasa ada-lah yang utamatidaklah univer-

    sal dan lantasselesai.

    THEINSPIRATION THEINSPIRATION

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    56/79

    110 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 111

    melakukan set up lighting yang kurang

    lebih sama dengan yang Parjo lakukan

    tahun sebelumnya. Alat yang diguna-

    kan pun alat yang sama persis karena

    saat itu saya meminjam studio Parjo.

    Bahkan sampai asisten yang saya minta

    untuk membantu saya saat itu adalahasisten Parjo yang tahun sebelumnya

    membantu Parjo dalam memotret

    produk yang sama. Hasilnya cukup me-

    muaskan saya dan klien saya. Namun

    ketika saya bandingkan side by side

    dengan oto yang dibuat Parjo tahun

    sebelumnya, saya mengakui bahwa

    oto saya kalah krispynya dibandingkan

    dengan oto yang dibuat Parjo pada

    tahun sebelumnya.

    Yang ingin saya sampaikan, bahwa

    ternyata menjadi seorang otograer

    bukan sekedar mengetahui teknis.

    Fotogra bukan sekedar hitung-hitun-

    gan matematis dan sika, walaupun

    ada hitung-hitungan tersebut dalam

    otogra. Ada orang lain yang men-

    gatakan bahwa dalam otogra yang

    penting adalah rasa. Namun bagi kami

    di The Light pernyataan ini pun belumselesai. Berbicara mengenai rasa, yang

    harus digali lebih dalam lagi adalah

    siapa yang merasa? Seorang anak

    kecil akan mengatakan bahwa manis

    adalah rasa yang nikmat. Sementara

    pahit adalah rasa yang tidak enak

    karena pada usia-usia tersebut di mana

    seorang anak belum bisa menelan

    obat, mereka harus menelan obat yang

    digerus sehingga terasa rasa pahitnya.

    Namun bagi orang sunda pahitnya

    buah pare menjadi rasa yang memper-kaya dan bahkan menjadi hal nikmat

    yang utama. Bagi orang manado

    pahitnya bunga pepaya menjadi ses-

    uatu yang sangat sedap dan membuat

    kangen. Kalau begitu apa itu rasa? Dan

    rasa yang seperti apa yang benar dan

    baik? Saya tidak mengatakan bahwa

    rasa tidak penting dalam berotogra,

    namun beranggapan bahwa rasa

    adalah yang utama tidaklah universal

    dan lantas selesai. Bayangkan ketika se-

    orang tukang becak (tanpa bermaksud

    merendahkan tukang becak) berusaha

    memotret dan setelah memotret ia

    berkata bahwa oto saya ini bagus

    sekali karena saya mengedepankan

    rasa. Sah-sah saja setiap orang meng-

    klaim bahwa otonya bagus dan artistic

    karena mengedepankan rasa. Namun

    rasa otogra macam apa yang pernah

    ia lihat dan ia cicipi? Apakah objectiketika seorang yang baru melihat satu

    macam rasa dalam otogra lalu men-

    gatakan saya sudah mengedepankan

    rasa dalam otogra dan selesailah

    sudah. Ia menjadi cum laude dalam

    Sudah lebihdari 60 o-

    tograer proes-

    sional terbaik dinegeri ini danjuga luar negeri

    yang kami ajakbicara untuk

    memormulasi-kan rumus ber-otogra yang

    baik tersebutnamun semakinkami mencari,semakin jauhkami dari or-

    mula itu.

    THEINSPIRATION THEINSPIRATION

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    57/79

    112 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 113

    bidang otogra? Saya rasa tidak.

    Kembali ke pembicaraan awal. Kalau

    bukan sekedar teknis dan rasa tidak

    begitu saja selesai dalam ber o-

    togra, lalu apa yang diperlukan untuk

    menjadi seorang otograer yang baikdengan karya-karyanya yang baik?

    Sejak satu setengah tahun yang lalu

    kami berusaha mencari tahu dan

    merumuskan bagaimana menjadi

    seorang otograer yang baik dan ba-

    gaimana menghasilkan oto yang baik.

    Sudah lebih dari 60 otograer proes-

    sional terbaik di negeri ini dan juga

    luar negeri yang kami ajak bicara untuk

    memormulasikan rumus berotogra

    yang baik tersebut namun semakin

    kami mencari, semakin jauh kami dari

    ormula itu. Namun satu hal yang da-

    pat simpulkan dari pencarian panjang

    yang mungkin saja tidak ada ujung-

    nya adalah untuk menjadi otograer

    yang baik dan mampu menghasilkanoto yang baik dibutuhkan satu paket

    yang lengkap. Baik itu teknis, artistic

    atau rasa, mindset, mental, cara hidup,

    kebiasaan, dan lain sebagainya. Apa

    yang memberanikan kami mengatakan

    hal itu. Kami menjumpai bahwa pada

    seorang otograer yang baik terdapat

    pemikiran yang mendalam menge-

    nai otogra dan hal-hal yang terkait

    dengannya, baik itu artistic, kepekaan,

    humanis, dan lain sebagainya.

    Bayangkan jika anda yang tidak

    mengerti mengenai automotive

    tiba-tiba ditunjuk untuk memberikan

    presentasi mengenai automotive di

    depan para teknisi mobil yang berpen-galaman. Maka yang akan anda kata-

    kan (jika anda masih berani menerima

    permintaan itu) adalah hal-hal yang

    umum. Tidak ada kepercayaan diri.

    Tidak ada kedalaman dalam berpresen-

    tasi, menceritakan seluk beluk dan cara

    kerja automotive. Dan ketika terjadi

    diskusi dan debat di antara mereka,

    anda pasti akan memilih diam karena

    tidak yakin akan pengetahuan anda

    akan topik tersebut.

    Hal yang sama dalam otogra. Mereka

    yang benar-benar menguasai o-

    togra tahu harus berkata apa men-

    genai otogra dan bidang-bidang

    yang terkait. Terkadang merekaberbicara mengenai buku semi lsaat

    yang jarang dikenal orang, terkadang

    mereka berbicara mengenai lm yang

    baru muncul secara mendetail, Dalam

    memilih baju, menata meja, menata

    rumah, memilih mobil mereka sangat

    terinspirasi akan pola pikir mereka.

    Ya, bagi saya yang membedakan

    otograer yang bagus dan otograer

    yang kebetulan bagus adalah isi

    ...bagi saya yang membedakan otograer yang bagusdan otograer yang kebetulan bagus adalah isi kepalamereka. Mereka yang benar-benar bagus tahu harusberbicara seperti apa, dan tahu apa yang mereka bicara-kan Sementara otograer yang kebetulan bagus hanya

    terlihat dari otonya yang kebetulan bagus, sementarapemikirannya, gaya hidupnya, cara berpikirnya terlihatbiasa saja atau bahkan lebih parah lagi tidak terlihat pe-mikirannya.

    THEINSPIRATION THEINSPIRATION

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    58/79

    114 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 115

    kepala mereka. Mereka yang benar-

    benar bagus tahu harus berbicara

    seperti apa, dan tahu apa yang mereka

    bicarakan Sementara otograer yang

    kebetulan bagus hanya terlihat dari

    otonya yang kebetulan bagus, semen-

    tara pemikirannya, gaya hidupnya,cara berpikirnya terlihat biasa saja atau

    bahkan lebih parah lagi tidak terlihat

    pemikirannya.

    Beberapa tahun yang lalu ketika duduk

    di bangku SMA, pernah pada suatu

    kesempatan saya dan lima orang te-

    man saya yang duduk di sekitar saya

    mendapat nilai ujian yang sama persis

    pada satu mata pelajaran. Dan rupanya

    ini membuat guru kami curiga. Ia pun

    memanggil kami berenam dan menyu-

    ruh kami mengerjakan soal yang sama

    persis di papan tulis. Soal yang diberi-

    kan adalah soal pada lembar ujian

    yang kebetulan kami berenam men-

    jawab dengan benar. Namun dari kami

    berenam, hanya satu orang teman

    saya yang bisa menyelesaikan soal itu

    dengan baik kali ini. Sementara kami

    berlima tidak bisa. Lucunya, dari lima

    orang ini, yang tiga saling mencontek,

    yang satu menebak, dan yang satu lagi

    yakin benar tapi dengan rumus yang

    salah.

    Menjadi benar dalam ujian tidak

    membuktikan seseorang benar-benar

    mengerti atau tidak akan soal yang dik-

    erjakan. Ada kemungkinan ia mencon-

    tek, ada kemungkinan ia menebak dan

    kebetulan benar, ada kemungkinan ia

    salah rumus tapi benar jawabannya,

    dan banyak kemungkinan lainnya. Na-mun hanya yang benar-benar mengerti

    yang tahu apa yang ia kerjakan. Begitu

    juga dengan otogra. Banyak yang

    bisa memotret bagus. Tapi dari sekian

    banyak yang memotret bagus, ada

    sebagain yang bagus hanya karena

    mencontek, Ada yang bagus karena

    kebetulan bagus, ada yang sebenarnya

    tidak yakin bagus, tapi ternyata bagus,

    dan banyak kemungkinan lain. Tapi

    hanya mereka yang benar-benar

    bagus yang tahu harus berbicara dan

    berbuat apa dan tahu akan apa yang

    mereka bicarakan dan mereka perbuat.

    Fotograer yang benar-benar bagus

    memiliki pemik iran yang dalam bukan

    sekedar oto bagus.

    Bagaimana dengan anda? Apakah anda

    sudah menjadi otograer yang bagus

    dengan kedalamanpemikirannya atau

    masih menjadi otograer yang kebetu-

    lan bagus?

    Banyak yang bisa memotretbagus. Tapi dari sekian banyakyang memotret bagus, ada se-

    bagain yang bagus hanya kar-ena mencontek, Ada yang ba-gus karena kebetulan bagus,ada yang sebenarnya tidakyakin bagus, tapi ternyata ba-gus, dan banyak kemungkinan

    lain. Tapi hanya mereka yangbenar-benar bagus yang tahuharus berbicara dan berbuatapa dan tahu akan apa yangmereka bicarakan dan mer-eka perbuat. Fotograer yang

    benar-benar bagus memilikipemikiran yang dalam bukansekedar oto bagus.

    THEADVERTORIAL THEADVERTORIAL

  • 8/8/2019 TheLight Photography Magazine #16

    59/79

    116 EDISI XV / 2008 EDISI XV / 2008 117

    Sanyo XactiDigital Movie Camera VPC-CG9Pilihan Tepat Para Pemula

    Jakarta, 12 September 2008 Diantara maraknya kehadiran teknologi kam-era digital Sanyo menghadirkan Xacti yang telah diakui keberadaannya oleh

    masyarakat karena keunggulannya yang mampu membidik ser ta merekam gam-

    bar dalam satu perangkat saja. Tak hanya itu, jajaran Sanyo Xacti dikemas dengan

    desain yang compact, sehingga dapat dibawa kemana saja dan kapan saja karena

    dapat dimasukkan ke dalam saku sekalipun. Tak perlu cemas karena para peng-

    guna tak akan kehilangan satu momen berharga apalagi hasil bidikannya pun

    sangat indah