“tolerance is the conession of liberty to those who ...digilib.uinsby.ac.id/3511/5/bab 2.pdf ·...

28
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 17 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Sikap Toleran W.J.S Poerwadarminto menyatakan Toleransi adalah sikap atau sifat yang berupa menghargai serta membolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiri. 1 Perez Zarogin menyatakan bahwa toleransi berasal dari kata tolerance, suatu kata atau istilah yang mempunyai kesamaan dengan tolerance (Prancis), toleranz (Jerman), dan tolleranza (Italia). Tolerance berarti “to bear or endure” serta bermakna “to nourish, sustain and preserve”. Raphael, sebagaimana dikutip oleh Zarogin mendefinisikan bahwa “tolerance is the practice of deliberately allowing or permitting a thing of which one disaproves. One can meaningfully speak of role taking, i.e. of allowing or permitting, only if one is in a position disallow.” Hendry Kamen menyatakan “tolerance is the conession of liberty to those who dissent in religion and can be seen as part as the process in history which has led to a gradual development of the principle of human freedom”. Sementara Hans R.Guggisberg memberikan konsepsi toleransi keagamaan dengan istilah 1 Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,1986), 1084.

Upload: duongthuan

Post on 06-Mar-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Sikap Toleran

W.J.S Poerwadarminto menyatakan Toleransi adalah sikap atau sifat

yang berupa menghargai serta membolehkan suatu pendirian, pendapat,

pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda dengan

pendirian sendiri.1

Perez Zarogin menyatakan bahwa toleransi berasal dari kata

tolerance, suatu kata atau istilah yang mempunyai kesamaan dengan

tolerance (Prancis), toleranz (Jerman), dan tolleranza (Italia). Tolerance

berarti “to bear or endure” serta bermakna “to nourish, sustain and preserve”.

Raphael, sebagaimana dikutip oleh Zarogin mendefinisikan bahwa “tolerance

is the practice of deliberately allowing or permitting a thing of which one

disaproves. One can meaningfully speak of role taking, i.e. of allowing or

permitting, only if one is in a position disallow.” Hendry Kamen menyatakan

“tolerance is the conession of liberty to those who dissent in religion and can

be seen as part as the process in history which has led to a gradual

development of the principle of human freedom”. Sementara Hans

R.Guggisberg memberikan konsepsi toleransi keagamaan dengan istilah

1 Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,1986), 1084.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

religious freedom, liberty of consciousness and belief and freedom of

worship.2

Menurut Zuhairi Misrawi, paradigma toleransi sejatinya tidak

menyentuh kelompok agama saja. Paradigma toleransi diharapkan dapat

memotret kelompok minoritas dalam arti yang lebih luas, apalagi di tengah

intensitas arus globalisasi.3

Menurut Said Hamid Hasan dalam Zubaedi, mengemukakan bahwa

toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,

etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.4

Menurut Nurla Isna, toleransi adalah kemampuan seseorang dalam

menerima perbedaan dari orang lain. Seseorang baru bisa bersikap toleran jika

dia sudah merasakan dan memahami makna keterikatan, regulasi diri

(mengontrol diri), afiliasi (kerjasama), dan kesadaran. Ketika dia sudah

mampu menjaga hubungan yang sehat dan dekat, merasa berada dalam

sebuah kelompok, serta merasa nyaman di dalamnya, juga mampu menilai

sebuah situasi, melihat kekuatan, kebutuhan, dan keterikatan dengan orang

lain, maka lebih mudah baginya menerapkan sikap-sikap toleransi ini.5

Rainer Forst, Toleration and Democracy dalam Zuhairi Misrawi

menyebutkan ada dua cara pandang tentang toleransi, yaitu konsepsi yang

dilandasi pada otoritas negara (permission conception) dan konsepsi yang

2 Perez Zarogin, How The Idea Of Religious Tolerantion Came To The West (Princeton:

Princeton University Press, 2003), 6. 3 Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat: Toleransi, Terorisme, Dan Oase Perdamaian

(Jakarta: Kompas, 2010), xxxiv. 4 Zubaedi,. Desain Pendidikan Karakter., 74. Lihat juga Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an., xi.

5 Isna, Mencetak Karakter Anak Sejak Janin., 67.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

dilandasi pada kultur dan kehendak untuk membangun pengertian dan

penghormatan terhadap yang lain (respect conception). Dalam hal ini Forst

lebih memilih konsepsi yang kedua, yaitu toleransi dalam konteks demokrasi

harus mampu membangun saling pengertian dan saling menghargai ditengah

keragaman suku, agama, ras, dan bahasa.6

Umar Hasyim mendefinisikan toleransi sebagai sikap membiarkan

atau berlapang dada dan kesabaran hati. Disamping itu, toleransi adalah

pemberian kebebasan kepada semua manusia atau warga masyarakat untuk

menjalankan keyakinan dan mengatur hidup serta menentukan nasib masing-

masing selama tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat

asas ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat. Sementara itu, terdapat

beberapa segi toleransi yaitu mencakup: mengakui hak setiap orang,

menghormati keyakinan orang lain, agree in disagreement (setuju dalam

perbedaan), saling mengerti, kesadaran, dan kejujuran dan jiwa falsafah

pancasila.7 Menurut Sudibjo, toleransi beragama adalah sikap bersedia

menerima keanekaragaman dan kebebasan agama yang dianut dan

kepercayaan yang dihayati oleh pihak lain.8

Toleransi merupakan bentuk refleksi dari sikap hormat. Meskipun

toleransi dapat berbaur menjadi sebuah relativisme netral untuk menghindari

berbagai prasangka yang menyangkut etika. Toleransi pada akhirnya adalah

6 Misrawi, Pandangan Muslim Moderat: Toleransi, Terorisme, Dan Oase Perdamaian., 3-4.

7 Umar Hasyim, Toleransi Dan Kemerdekaan Beragama Dalam Islam Se(Surabaya: Bina Ilmu,

1991), 8. 8 Sudibjo, Toleransi Beragama Ensiklopedi Nasional Indonesia (Jakarta: PT.Cipta Adi Pustaka,

1991), 384.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

tanda dari salah satu arti kehidupan yang beradab. Toleransi merupakan

sebuah sikap yang memiliki kesetaraan dan tujuan bagi mereka yang

memiliki pemikiran, ras, dan keyakinan berbeda-beda. Toleransi adalah

sesuatu yang membuat dunia setara dari berbagai bentuk perbedaan.9

Al-Qur’an telah menegaskan pentingnya toleransi dalam kehidupan

sosial. Pentingnya nilai toleransi tidak hanya dalam konteks internal Islam,

tetapi juga dalam konteks kebangsaan, dan kemanusiaan. Bahkan, Al-Qur’an

senantiasa mengajak kita untuk membangun saling pengertian di atas basis

kemanusiaan.

Dalam Al-Qur’an juga terdapat beberapa ayat yang mengandung sikap

toleransi yang dapat kita pelajari dan amalkan dalam kehidupan. Ayat-ayat

tersebut sebagai berikut:

1. Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 11

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang

laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan

itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan

merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih

9 Thomas Lickona, Educating For Character: How Ourespect And Responsibility, Terj. Juma

Abdu Wamaungo (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 74-75.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri10

dan jangan memanggil

dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah

(panggilan) yang buruk sesudah iman11

dan Barangsiapa yang tidak

bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.12

Pada Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 11ayat tersebut dapat

penulis ambil kesimpulan bahwa: 1) Larangan suatu kaum memperolok-

olokkan kaum yang lain. 2) Larangan mencela diri sendiri. 3) Larangan

memberikan nama/gelar yang buruk kepada orang lain.

2. Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah

orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui lagi Maha Mengenal.

Dalam ayat tersebut dapat penulis simpulkan bahwa Allah swt

telah menciptakan manusia dengan segala perbedaannya seperti laki-laki

dan perempuan, berbada bangsa, berbeda suku, ini semua ditujukan agar

manusia dapat saling mengenal dan bersikap toleransi, saling

menyayangi, menghormati. Dan orang yang paling mulia disisi Allah swt

10

Jangan mencela dirimu sendiri Maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-

orang mukmin seperti satu tubuh. 11

Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan

kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan

sebagainya. 12

Mushaf Al-Azhar Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Hilal,tt), 516.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

adalah orang yang paling bertaqwa bukan berdasarkan pada satu atau

beberapa jenis golongan saja tetapi semua manusia yang bertaqwa adalah

orang yang paling mulia.

3. Al-Qur’an surat Al-Kafirun ayat 1-6

Artinya: 1) Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, 2) aku tidak akan

menyembah apa yang kamu sembah. 3) dan kamu bukan penyembah

Tuhan yang aku sembah. 4) dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa

yang kamu sembah, 5) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah

Tuhan yang aku sembah. 6) untukmu agamamu, dan untukkulah,

agamaku."13

Pada Al-Qur’an Surat Al-Kafirun ayat 1-6 dapat penulis ambil

kesimpulan bahwa: 1) Kebebasan dalam menganut agama dan

mengamalkan ajarannya. 2) Tidak boleh memaksakan agama kepada orang

lain. 3) Menghormati orang lain yang sedang melaksanakan ibadah. 4)

Anjuran untuk bertoleransi dengan saling menghargai penganut agama

lain.

4. Al-Qur’an surat Yunus ayat 40-41

13

Ibid., 603.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Artinya: Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al

Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman

kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat

kerusakan (40). Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah:

"Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri

terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa

yang kamu kerjakan" (41).14

Pada Al-Qur’an Surat Yunus ayat 40-41 dapat penulis ambil

kesimpulan bahwa: 1) Menghormati orang lain yang sedang melaksanakan

ibadah. 2) Tidak melakukan kerusakan di muka bumi. 3) Kebebasan dalam

melakukan pekerjaan. 4)Memperkuat iman dan memperbanyak ibadah

kepada Allah.

Sikap toleransi dalam pendidikan karakter yakni suatu sikap,

kepribadian siswa yang menghormati dan menghargai segala perbedaan

baik itu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun budaya

orang lain yang berbeda dengan dirinya. Sikap tersebut merupakan nilai

yang terdapat dalam pendidikan karakter yang diharapkan dapat

membentuk moral, kepribadian siswa sehingga menjadi pribadi yang

toleran.

Dari tinjauan tentang sikap toleran diatas dapat penulis bentuk

bahwa konsep sikap toleransi menurut para ahli adalah sebagai berikut:

14

Ibid., 213.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Tabel 2.1

Konsep Sikap Toleran Menurut Para Ahli

No Nilai Karakter Menurut Pakar

1 Saling pengertian,

menghargai dan

menghormati perbedaan

(Menghormati orang lain)

- Said Hamid Hasan

- Umar Hasyim

- Poerwodarminto

- Rainer Forst

- Sudibjo

2 Senang bekerjasama dengan

orang lain (Senang

bekerjasama)

- Suyanto

- Nurla Isna

3 Senang membantu orang lain

(Senang membantu)

- Said Hamid Hasan

4 Senang berteman dengan

orang lain (Senang berteman)

- Said Hamid Hasan

5 Kesetaraan dalam perbedaan

(Bersikap adil)

- Thomas Lickona

6 Hidup nyaman dan rukun

(Hidup nyaman dan rukun)

- Nurla Isna

7 Kebebasan menjalankan

keyakinan (Tidak

memaksakan agama)

- Umar Hasyim

- Sudibjo

Dalam tujuh indikator sikap toleran menurut tokoh pendidikan

diatas juga termasuk dalam indikator sikap toleran dalam Islam yang

terdapat pada ayat Al-Qur’an. Indikator tersebut antara lain pada Q.S Al-

Hujurat ayat 11 dan ayat 13, sesuai dengan indikator 1 yakni Saling

pengertian, menghargai dan menghormati perbedaan (Menghormati orang

lain). Pada Q.S Yunus ayat 40-41, sesuai dengan indikator 7 yakni

Kebebasan menjalankan keyakinan (Tidak memaksakan agama).

Sedangkan pada Q.S Al-Kafirun ayat 1-6, sesuai dengan indikator 7 yakni

Kebebasan menjalankan keyakinan (Tidak memaksakan agama).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

B. Tinjauan Tentang Buku Teks

1. Pengertian Buku Teks

Buku teks terdiri atas dua kata: buku dan teks. Dalam Desi Anwar

buku adalah beberapa helai kertas yang terjilid berisi tulisan untuk dibaca

atau halaman-halaman kosong untuk ditulisi.15

Sedangkan teks adalah

sesuatu yang tertulis untuk dasar memberi pelajaran atau berpidato dsb.16

Menurut Andi Prastowo buku teks adalah buku yang berisi ilmu

pengetahuan yang diturunkan dari kompetensi dasar yang tertuang dalam

kurikulum, dimana buku tersebut digunakan oleh peserta didik untuk

belajar.17

Dalam Altbach “Textbooks are a central part of any educational

system. They help to define the curriculum and can either significantly

help or hinder the teach”.18 Berdasarkan pendapat tersebut, diketahui

bahwa buku teks merupakan sebuah bagian utama dari beberapa sistem

pendidikan yang membantu untuk memaparkan hal yang terdapat dalam

kurikulum dan dapat menjadi bantuan yang jelas bagi pendidik dalam

melaksanakan pembelajaran.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2

tahun 2008 mengenai buku teks sekolah pada pasal 1 dijelaskan bahwa,

buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan pendidikan

15

DesyAnwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Amelia, 2003), 90. 16

Ibid., 527. 17

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (Yogyakarta: Diva Press,

2011), 163. 18

Altbach, P.G. Textbooks In American Society: Politics, Policy, and Pedagogy (Buffalo: Sunny

Press, 1991), 1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat materi

pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketaqwaan, akhlaq

mulia dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis,peningkatan

kemampuan kinetis,dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar

nasional pendidikan. Perubahan kategorisasi buku teks dilakukan dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008. Buku

digolongkan dalam empat kelompok yakni: buku teks pelajaran, buku

panduan guru, buku pengayaan, dan buku refrensi. 19

Taringan menyebutkan bahwa buku teks adalah buku pelajaran

dalam bidang studi tertentu, yang merupakan buku standar, yang disusun

oleh para pakar dalam bidang itu untuk maksud-maksud dan tujuan

instruksional, yang diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang

serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan

perguruan tinggi sehingga dapat menunjang sesuatu program

pengajaran.20

Pengertian buku teks menurut Bacon dalam Taringan adalah buku

yang dirancang untuk penggunaan di kelas, disusun dengan cermat serta

dipersiapkan oleh para pakar atau para ahli dalam bidang tersebut, dan

diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi.

Buckingham mengatakan bahwa buku teks adalah sarana belajar yang

biasa digunakan di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi untuk

19

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 2008 Tentang Buku Teks Sekolah. 20

H.G. Taringan, Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia (Bandung: Angkasa, 1986), 13.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

menunjang suatu program pengajaran dalam pengertian modern dan yang

umum dipahami.21

Menurut Wiratno dalam Suyatinah jenis-jenis buku teks yang

digunakan untuk proses pembelajaran adalah: buku teks utama, yakni

yang berisi pelajaran suatu bidang tertentu yang digunakan sebagai pokok

bagi murid atau guru. Dan buku teks pelengkap, yakni yang sifatnya

membantu, memperkaya, atau merupakan tambahan dari buku teks utama

baik yang dipakai murid maupun guru. 22

Berdasarkan paparan di atas, dapat dikatakan bahwa buku teks

merupakan sekumpulan tulisan yang dibuat secara sistematis oleh pakar

dalam bidang masing-masing berisi materi pelajaran dalam bidang

tertentu dan telah memenuhi indikator sesuai dengan kurikulum atau

standar yang telah ditentukan sebelumnya sebagai pegangan pendidik

serta alat bantu siswa dalam memahami materi belajar dalam

pembelajaran yang diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang

serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan

perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran.

2. Manfaat Buku Teks

Adanya buku teks dalam upaya pengembangan pembelajaran di

sekolah sangatlah membantu guru. Menurut Nasution dalam Andi

Prastowo, buku teks mempunyai manfaat sebagai berikut:23

21

Ibid., 11. 22

Suyatinah, Analisis Buku Teks Bahasa Indonesia (Yogyakarta: FIP UNY, 2001), 9. 23

Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar., 169.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

a. Sebagai bahan refrensi atau bahan rujukan oleh siswa.

b. Sebagai bahan evaluasi

c. Sebagai alat bantu guru dalam melaksanakan kurikulum

d. Sebagai salah satu penentu metode atau teknik pengajaran yang akan

digunakan guru.

Menurut Greene dan Petty dalam Taringan manfaat peranan buku

teks itu adalah:24

1) Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern

mengenai pengajaran, serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam

bahan pengajaran yang disajikan.

2) Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca

dan bervariasi, sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa. Selain

itu, buku teks juga berfungsi sebagai dasar bagi program-program

kegiatan yang disarankan untuk memperoleh keterampilan-

keterampilan ekspresional di bawah kondisi yang menyerupai

kehidupan sebenarnya.

3) Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai

keterampilan-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah

pokok dalam komunikasi.

4) Metode dan sarana penyajian bahan dalam buku teks harus memenuhi

syarat-syarat tertentu. Misalnya, harus menarik, menantang,

24

Taringan, Telaah Buku Teks., 17.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

merangsang, dan bervariasi sehingga siswa benar-benar termotivasi

untuk mempelajari buku teks tersebut.

5) Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan

juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis.

6) Di samping sebagai sumber bahan, buku teks juga berperan sebagai

sumber atau alat evaluasi dan pengajaran remidial yang serasi dan

tepat guna.

Krisanjaya menyebutkan fungsi buku teks bagi guru adalah

sebagai pedoman untuk mengidentifikasi apa yang harus diajarkan atau

dipelajari oleh siswa, mengetahui urutan penyajian bahan ajar,

mengetahui teknik dan metode pengajarannya, memperoleh bahan ajar

secara mudah, dan menggunakannya sebagai alat pembelajaran siswa di

dalam atau di luar sekolah. Fungsi buku teks bagi siswa adalah sebagai

sarana kepastian tentang apa yang dipelajari, alat kontrol untuk

mengetahui seberapa banyak dan seberapa jauh ia menguasai materi

pelajaran, sebagai alat belajar (di luar kelas buku teks berfungsi sebagai

guru) untuk dapat menemukan petunjuk, teori, konsep, dan bahan-bahan

latihan atau evaluasi.25

Menurut B.P.Sitepu dalam bukunya penulisan buku teks pelajaran.

Buku teks dipergunakan siswa sebagai acuan dalam:26

mempersiapkan

diri secara individu atau kelompok sebelum kegiatan belajar di kelas,

berinteraksi dalam proses pembelajaran di kelas, mengerjakan tugas-tugas

25

Krisanjaya, Teori Belajar Bahasa (Jakarta: Universitas Terbuka, 1997), 85-86. 26

B.P. Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), 21.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

yang diberikan guru, dan mempersiapkan diri untuk tes atau ujian

formatif dan sumatif. Sedangkan bagi guru, buku teks dipergunakan

sebagai acuan dalam: membuat desain pembelajaran, mempersiapkan

sumber-sumber belajar lain, mengembangkan bahan belajar yang

kontekstual, memberikan tugas, dan menyusun bahan evaluasi.

Dari uraian tersebut jelaslah bahwa keberadaan buku teks sangat

fungsional baik bagi kelancaran pengelolaan kelas, bagi guru maupun

siswa. Akan tetapi pada waktu memberikan pembelajaran kepada siswa,

guru dapat mempertimbangkan pula apa yang tersaji dalam buku teks.

Namun demikian, guru tetap memiliki kebebasan dalam memilih,

mengembangkan, dan menyajikan materi pembelajaran.

3. Karakteristik Buku Teks

Greene dan Petty dalam Taringan merumuskan bahwa untuk

melihat kualitas buku teks harus memenuhi karakteristik buku teks yang

baik yaitu: 27

a. Buku teks itu haruslah menarik minat anak-anak, yaitu para siswa

mempergunakannya,

b. Buku teks itu haruslah mampu memberi motivasi kepada para siswa

yang memakainya,

c. Buku teks itu haruslah memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa

yang memanfaatkannya,

27

Taringan, Telaah Buku Teks., 20.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

d. Buku teks itu seyogyanya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik

sehingga sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya,

e. Buku teks itu isinya haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-

pelajaran lainnya; lebih baik lagi kalau dapat menunjangnya dengan

rencana, sehingga semuanya merupakan suatu kebulatan yang utuh

dan terpadu,

f. Buku teks itu haruslah dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-

aktivitas pribadi para siswa yang mempergunakannya,

g. Buku teks itu haruslah dengan sadar dan tegas menghindari konsep-

konsep yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak sempat

membingungkan para siswa yang memakainya,

h. Buku teks itu haruslah mempunyai sudut pandangan atau “point of

view” yang jelas dan tegas sehingga juga pada akhirnya menjadi sudut

pandangan para pemakainya yang setia,

i. Buku teks itu haruslah mampu memberi pemantapan, penekanan pada

nilainiai anak dan orang dewasa,

j. Buku teks itu haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi

para siswa pemakainya.

Berdasarkan paparan tersebut, kualitas buku teks dapat dilihat

berdasarkan aspek isi/ materi, penyajian, grafika, serta aspek kebahasaan.

Materi dalam buku teks buku teks itu isinya haruslah sesui dengan tujuan

pembelajaran yang berdasar pada kurikulum, lebih baik lagi jika materi

tersebut terintegrasi dengan pelajaran lain namun tetap menghargai hal-

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

hal yang tidak bertentangan seperti agama. Materi buku teks diharapkan

dapat membuat siswa giat mempelajari kembali meskipun di luar proses

belajar mengajar. Selain aspek materi, cara menyajikan materi dalam

suatu buku teks diharapkan sistematis dan dapat membuat siswa lebih

memahami pengetahuan yang sesuai dengan umur siswa. Aspek penyajian

materi berhubungan erat dengan aspek grafika. Materi dalam buku teks

hendaknya diimbangi dengan ilustrasi yang menarik dan sesuai dengan

materi sehingga membantu siswa dalam memahami dan berimajinasi

tentang suatu pokok bahasan. Aspek kebahasaan tidak kalah penting,

dalam menyajikan materi hendaknya menggunakan bahasa yang mudah

dipahami namun jika memungkinkan, penggunaan kata-kata dalam

penyajian materi tidak monoton dan dikembangkan sesuai jenjang atau

tingkatan sekolah siswa.

4. Karakteristik Buku Teks Kurikulum 2013\

Karakteristik buku teks kurikulum 2013 ini menggunakan

kurikulum tematik. Pengertian tematik dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia diartikan sebagai berkenaan dengan tema. Atau tema adalah

pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.28

Dalam pemendikbud No. 57 Tahun 2014 pasal 11 ayat 2

menyebutkan bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan muatan

28

Tim Penyusun Pusat bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama,2008), 1429.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

pembelajaran dalam mata pelajaran SD/MI yang diorganisasikan dalam

tema-tema.29

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan

tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat

memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.30

Ini senada dengan

pendapat Ibnu Hajar bahwa pembelajaran tematik (pendekatan tematik)

adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan

(mengintegrasikan dan memadukan) beberapa mata pelajaran sehingga

melahirkan pengalaman yang sangat berharga bagi para peserta didik.31

Andi Prastowo mengemukakan bahwa pembelajaran tematik dimaknai

sebagai pola pembelajaran yang mengintegrasikan pengetahuan

keterampilan, kreativitas, nilai, dan sikap pembelajaran dengan

menggunakan tema.32

Dengan menggunakan istilah yang tidak jauh berbeda, Mamat

memaknai pembelajaran tematik sebagai pembelajaran yang

mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu topik

pembicaraan yang disebut tema. Pembelajaran tematik merupakan proses

pembelajaran yang penuh makna dan berwawasan multikurikulum, yaitu

pembelajaran yang berwawasan penguasaan dua hal pokok terdiri dari

penguasaan bahan (materi) ajar yang lebih bermakna bagi kehidupan

29

Pemendikbud No.57 Tahun 2014 Tentang kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI., 5. 30

Masnur Muslich. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah dan Pegawai Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 164.

31 Hajar, Panduan Lengkap Kurikulum Tematik Untuk SD/MI., 7.

32Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik.,126.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

siswa serta pengembangan kemampuan berpikir matang dan bersikap

dewasa agar dapat mandiri dalam memecahkan masalah kehidupan.33

Jadi, dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mengintegrasikan materi

dari beberapa mata pelajaran baik pengetahuan, keterampilan, kreatifitas,

nilai dan sikap kedalam satu topik yang disebut sebagai tema. Sehingga

melahirkan pengalaman yang sangat berharga dan berkesan bagi

pengembangan kemampuan berfikir matang dan bersikap dewasa agar

dapat mandiri dalam memecahkan masalah kehidupan.

Kurikulum tematik memiliki banyak manfaat yang dapat

dirasakan oleh guru dan para peserta didik dalam kegiatan belajar

mengajar. Pembelajaran yang mengacu pada tema, guru, dan peserta didik

akan mendapat beberapa keuntungan. Menurut Lara Fridani dan Ape

Lestari dalam Ibnu Hajar, manfaat/keuntungan yang akan diperoleh yaitu

sebagai berikut:34

a. Kegiatan pembelajaran antara guru dan peserta didik lebih fokus pada

proses daripada produk.

b. Memberi kesempatan yang luas bagi para peserta didik untuk belajar

secara kontekstual.

c. Dapat mengembangkan kepercayaan diri dan kemandirian para

peserta didik.

33

Mamat, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik., 5. 34

Hajar, Panduan Lengkap Kurikulum Tematik Untuk SD/MI., 23-35.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

d. Mendorong para peserta didik untuk melakukan penyelidikan

(penelitian) sendiri, baik dikelas maupun di luar kelas.

e. Mendorong para peserta didik untuk mampu menemukan sendiri

mengenai konsep-konsep pengetahuan.

f. Membiasakan para peserta didik untuk melihat masalah dari berbagai

segi.

g. Para peserta didik akan sangat mudah memfokuskan perhatian pada

tema tertentu yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang

dipelajari.

h. Para peserta didik dengan mudah mempelajari dan mengembangkan

sebuah tema yang sama dalam berbagai materi pelajaran.

i. Para peserta didik juga dapat meningkatkan berbagai kompetensi

dasar antar berbagai materi pelajaran dalam satu tema yang sama.

j. Para peserta didik mendapatkan pemahaman dari materi pelajaran

secara lebih mendalam, kongkret, dan nyata.

k. Para peserta didik dapat mengembangkan kompetensi dasar dengan

lebih baik karena dengan kurikulum tematik, mereka akan selalu

mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman nyata yang diperoleh

di lapangan.

l. Para peserta didik dapat merasakan secara langsung materi pelajaran

yang dipelajari karena kegiatan pembelajaran langsung mengacu pada

tema yang jelas.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

m. Para peserta didik akan lebih antusias dalam kegiatan belajar dan

mengajar di sekolah karena mereka dapat merasakan secara langsung

dengan pengalaman nyata tentang materi pelajaran yang dipelajari.

n. Dari segi efektivitas, guru dapat menghemat waktu belajar karena

materi pelajaran yang diberikan kepada peserta didik secara tematik

dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga

pertemuan. Sedangkan, sisa waktu yang tersedia bisa digunakan

sebagai waktu kegiatan remidial, pemantapan, ataupun pengayaan.

o. Menyenangkan karena kegiatan pembelajaran bertolak dari minat dan

kebutuhan para peserta didik.

p. Hasil belajar yang diperoleh para peserta didik akan bertahan lebih

lama dalam memori mereka akan lebih berkesan dan bermakna.

q. Kegiatan belajar dapat melahirkan keterampilan sosial, seperti

bekerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan

orang lain.

r. Proses pembelajaran akan memberikan pengalaman yang relevan

dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan para peserta didik.

s. Dengan adanya pemaduan antar materi pelajaran maka penguasaan

konsep ilmu yang diajarkan kepada peserta didik semakin kuat dan

berkembang.

Dari uraian diatas jelaslah bahwa manfaat kurikulum tematik

sangat fungsional baik bagi para pendidik maupun para peserta didik

dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga dapat memberikan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

pengalaman yang bermakna, penguasaan materi, dan mengembangkan

sikap sosial yang berguna dalam kehidupannya.

Kurikulum tematik memiliki beberapa landasan sebagai penopang

penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Secara garis

besar, landasan tersebut terbagi dalam tiga hal, yaitu: 35

a. Landasan filosofis

Landasan filosofis dalam penerapan kurikulum tematik sangat

dipengaruhi oleh tiga aliran yaitu: pertama, aliran filsafat

progresivisme dalam kurikulum tematik adalah segala proses kegiatan

belajar mengajar antara guru dan peserta didik harus menekankan

pada pengembangan kreativitas, pemberian jumlah kegiatan, suasana

yang alamiah (natural), serta memperhatikan pengalaman para peserta

didik. Aliran ini menekankan pada fungsi kecerdasan para peserta

didik.

Kedua, aliran konstruktivisme dalam penerapan kurikulum

tematik adalah berupaya melihat pengalaman peserta didik secara

langsung (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Para

peserta didik mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi dengan

objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan mereka.

Ketiga, aliran humanisme dalam penerapan kurikulum tematik

adalah aliran yang berusaha melihat para peserta didik dari segi

keunikan, karakteristik, potensi, serta motivasi mereka.

35

Ibid., 26-30.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

b. Landasan psikologis

landasan psikologis dalam penerapan kurikulum tematik

sangat berkaitan dengan psikologi peserta didik dan psikologi belajar.

Psikologi perkembangan diperlukan oleh para peserta didik dalam

menentukan isi atau materi pembelajaran tematik yang diberikan oleg

guru kepada para peserta didiknya di sekolah. Tujuannya agar tingkat

keluasan dan kedalaman materi pelajaran sesuai dengan tahap

perkembangan peserta didik. Sementara itu, psikologi belajar

memberikan kontribusi dalam hal cara menyampaikan isi atau materi

pembelajaran tematik kepada peserta didik dan bagaimana cara

mempelajarinya agar mampu memahami materi dengan sempurna.

c. Landasan yuridis.

Landasan yuridis dalam kurikulum tematik berkaitan dengan

legalitas formal yang menjadi tumpuan penerapan kurikulum tematik

SD/MI. Legalitas formal tersebut terdiri atas berbagai ketentuan atau

perundang-undangan yang sifatnya mengikat dan memaksa, serta

mendukung penerapan kurikulum tematik di tingkat pendidikan dasar

SD/MI.

Berebapa landasan yuridis pernerapan kurikulum tematik

adalah sebagai berikut: pertama, Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2002 tentang perlindungan anak. Pasal 9 dalam undang-undang ini

menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan

pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Kedua, Undang-

Undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bab V pasal

1-b dinyatakan bahwa setiap peserta didik pada satuan pendidikan

berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat,

minat, dan kemampuannya.

Setiap guru dituntut mengenal beberapa karakteristik kurikulum

tematik. Diantara beberapa kurikulum tematik adalah sebagai berikut:36

a. Berpusat pada peserta didik

Dalam menyelenggarakan pembelajaran berdasarkan

kurikulum tematik, guru harus menempatkan peserta didiknya sebagai

pusat dari semua aktivitas pembelajaran. Sehingga, para peserta didik

mampu memperkaya pengalaman belajar mereka. Disini guru hanya

berperan sebagai fasilitator. Sebagai fasilitator, apabila guru

menemukan kesalahan dari yang dilakukan oleh para peserta didik,

maka disinilah guru perlu meluruskan dan menjelaskan hal yang

sebenarnya.

b. Memberikan pengalaman langsung

Dalam kegiatan belajar dan mengajar guru harus memberikan

pengalaman langsung kepada peserta didiknya (direct experiences).

Adapun yang dimaksud dengan pengalaman langsung dalam

kurikulum tematik adalah para peserta didik dituntut mengalami dan

mendalami materi secara langsung dengan diri mereka masing-

36

Ibid., 43-56. Lihat juga Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik (Jakarta:

Kencana, 2011), 163-164.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

masing. Artinya, mereka dihadapkan pada pembelajaran kongkret,

bukan hanya memahaminya melalui keterangan guru atau dari buku-

buku pelajan. Dengan demikian, proses pembelajaran akan menjadi

lebih bermakna.

c. Tidak terjadi pemisahan materi pelajaran secara jelas

Ketika seorang guru mengadakan pembelajaran tematik atau

kegiatan belajar dan mengajar berbasis kurikulum tematik, maka guru

tidak memisahkan antar pelajaran secara jelas.Salah satu karakteristik

pembelajaran berbasis kurikulum tematik adalah ketidakjelasan

pemisahan antar mata pelajaran, namun bukan berarti menghilangkan

esensi mata pelajaran dan mengaburkan tujuan pembelajaran.

d. Menyajikan konsep dari berbagai materi pelajaran

Dalam pembelajaran tematik guru harus menyajikan konsep-

konsep dari berbagai materi pelajaran. Tujuannya adalah agar

pemahaman para peserta didik terhadap materi pelajaran tidak parsial

(sepotong-sepotong).

Dengan demikian siswa mampu memahami semua materi

pelajaran dan konsep yang diajarkan secara utuh. Pemahaman

terhadap konsep secara utuh tersebut akan sangat berguna bagi

perkembangan kepribadian, kedewasaan, serta pendidikan dan

pengetahuan peserta didik. Bahkan, lebih penting lagi, pemahaman

terhadap semua konsep secara utuh tersebut akan menjadi modal

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

penting bagi mereka untuk memecahkan problematika kehidupan

yang mereka hadapi.

e. Bersifat fleksibel

Karakteristik pembelajaran kurikulum tematik bersifat

fleksibel ini dimaksudkan guru tidak boleh kaku ketika mengadakan

kegiatan belajar dan mengajar. Proses belajar harus luwes (fleksibel).

Pembelajaran tidak hanya menyampaikan materi pelajarannya saja

akan tetapi guru harus mengaitkan mata pelajaran yang diajarkan

dengan mata pelajaran lainnya. Bahkan jika perlu dapat mengaitkan

dengan lingkungan peserta didik, baik dari sisi kehidupan keluarga,

masyarakat, pertemanan, pekerjaan orang tua, lingkungan sekolah,

dan semua lingkungan tempat peserta didik.

f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik

Penerapan kurikulum tematik dalam kegiatan belajar dan

mengajar juga dapat dilihat dari karakteristik lain seperti adanya hasil

belajar yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik.

Dengan kata lain, sesuatu yang diperoleh para peserta didik dari

kegiatan belajar adalah sesuatu yang sangat berguna bagi mereka,

sangat dubutuhkan, sangat digemari, serta sangat mempengaruhi

perkembangan intelektual dan kehidupan mereka. Disini guru harus

menyesuaikan kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran,

mengembangkan lingkungan belajar sesuai minat dan kebutuhan

peserta didik. Sehingga, guru dapat memberi kesempatan seluas-

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

luasnya kepada para peserta didik untuk dapat memaksimalkan dan

mengembangkan potensi yang dimiliki sesuai dengan minat dan

kebutuhan mereka.

g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain

Guru menyelenggarakan pembelajaran pada kurikulum tematik

harus menggunakan prinsip belajar sambil bermain agar pembelajaran

yang dilakukan dapat menyenangkan bagi para peserta didik. Guru

dapat mengadakan pembelajaran sambil bermain dengan beragam cara

contohnya: bermain tebak-tebakan kata, bermain peran, diskusi,

bermain menyusun huruf yang berserakan, dan lain sebagainya.

Belajar sambil bermain bertujuan untuk membangkitkan semangat

belajar dan membuat peserta didik senang dalam semua kegiatan

pembelajaran. Konsep bermain sambil belajar harus dikondisikan

dalam suasana belajar aktif dan kreatif ini ditujukan untuk menunjang

perkembangan intelegensi para peserta didik secara cepat dan tepat.

h. Mengembangkan komunikasi peserta didik

Pembelajaran tematik juga menekankan adanya kemampuan

interaksi antara satu individu dengan individu lain. Kemampuan

interaksi ini juga sebagai indikator keaktifan peserta didik dalam

kegiatan pembelajaran, sekaligus sebagai karakteristik dari

pembelajaran berbasis kurikulum tematik. Dalam hal ini guru harus

mampu mengembangkan komunikasi para peserta didiknya.

Diantaranya adalah memberikesempatan peserta didik untuk

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

menjelaskan, berargumentasi, mengajukan pertanyaan, menjawab

pertanyaan, menyampaikan sanggahan, kritik, dan berdiskusi.

i. Mengembangkan kemampuan metakognisi peserta didik

Metakognisi merupakan bentuk kemampuan untuk melihat diri

sendiri. Sehingga, sesuatu yang ia lakukan dapat terkontrol secara

optimal. Penekana kemampuan metakognisi dalam kurikulum tematik

adalah dalam rangka mendorong para peserta didik agar bisa

mengembangkan kemampuannya secara optimal dalam kegiatan

pembelajaran. Sebab dalam setiap langkah pembelajaran akan muncul

berbagai pertanyaan seperti: apa yang saya pelajari?, Mengapa saya

belajar ini?, Bagaimana saya bisa menyelesaikan tugas pembelajaran

ini?, dan lain sebagainya.

j. Lebih menekankan proses daripada hasil

Karakteristik lebih menekankan pada proses dari pada hasil

belajar ini dilakukan ketika guru mengadakan kegiatan belajar dan

mengajar guru harus benar-benar mendorong para peserta didiknya

agar terlibat langsung dan aktif secara penuh dalam seluruh rangkaian

pembelajaran, serta berupaya mendapatkan pemahaman secara

mandiri dengan bantuan guru sebagai fasilitator dari materi pelajaran

yang dipelajari.

Jadi, dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

menerapkan model tematik terpadu, seharusnya para pendidik memenuhi

semua karakteristik diatas dan melaksanakannya dengan cara yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

kreatif, komunikatif, bersahabat dan menyenangkan sehingga

pembelajaran yang diberikan oleh para pendidik dapat lebih bermakna

karena sesuai dengan kebutuhan serta perkembangan peserta didik.

C. Sikap Toleran Dalam Buku Teks Tematik Kurikulum 2013

Dalam Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan di paparkan bahwa

Kompetensi Inti Kelas 1 SD/MI dalam buku kurikulum 2013 tematik adalah

sebagai berikut:37

1. Kompetensi Inti 1 : Menerima dan menjalankan ajaran agama yang

dianutnya.

2. Kompetensi Inti 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

santun, peduli, dan percaya diri, dalam berinteraksi dengan keluarga,

teman, dan guru.

37

Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar SD/MI., 11.