tutorial 15.2 imunisasi

Upload: astrid-avidita

Post on 04-Jun-2018

250 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    1/27

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    2/27

    2

    STEP 3

    1. Status gizi anak Pada saat lahir BB = 3 kg, PB = 45 cm

    Diukur status gizinya menggunakan Z score

    BB/U =

    =

    = -0,4 SD (gizi normal, BB normal)

    PB/U =

    =

    = -2,2 SD (normal)

    Saat usia 1 tahun, BB = 8 kg TB = 80 cm

    Diukur status gizinya menggunakan Z score

    BB/U =

    = -1,5 SD (gizi normal, BB normal)

    TB/U =

    = 2,03 SD (jangkung)

    BB/TB =

    = -2,8 SD (kurus)

    Perkiraan berat badan pada anak usia 1 tahun

    BB = ()

    =

    = 10,5 kg

    Pada kasus ini, BB anak 8 kg, berat badan anak ini kurang dari rata-rata.

    Perkiraan tinggi badan anak pada usia 1 tahun

    TB = 1,5 x TB lahir

    = 1,5 x 45 cm

    = 67,5 cm

    Pada kasus ini, TB anak tersebut 80 cm. sehinggan termasuk jangkung

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    3/27

    3

    2. Imunisasi yang seharusnya sudah didapat pada anak usia 1 tahunImunisasi wajib :

    - BCG : 1x. pada usia 2-3 bulan- Hepatitis B : 3x. pada usia 0, 1,6 bulan- Polio : 4x. pada usia 0, 2, 4, 6 bulan- DPT : 3x. pada usia 2,4, 6 bulan- Campak : 1x pada usia 9 bulanPada kasus ini, anak tidak mendapat imunisasi lengkap dan terlambat. Tapi sebaiknya

    tetap diberikan. Misalnya anak sudah di imunisasi hepatitis B pertama lalu putus,

    sebaiknya langsung diberikan yang kedua. Lalu untuk imunisasi hepatitis B yang

    ketiga, diberikan dengan interval 2 bulan. Apabila bertabrakan dengan imunisasi lain

    pada bulan yang sama, sebaiknya diberikan interval 1-2 hari.

    3. Perkembangan yang seharusnya sudah dicapai pada anak usia 1 tahunUmur Kemampuan perkembangan

    0-1 bulan Menatap ke ibu, mengeluarkan suara, tersenyum, dll

    1-3 bulan Mengangkat kepala tegak ketika tengkurap, tertawa, mengamati

    tangannya, dll

    3-6 bulan Meniru bunyi, meraih benda, tengkurap sendiri, dll

    6-9 bulan Duduk sendiri,mengucapkan ma..ma..ma, da..da.da, pegang

    biskuit, dll

    9-12 bulan Bermain CI LUK BA, menjimpit benda kecil, berdiri dan berjalan

    berpegangan, dll

    1-2 tahun Menunjukkan dan menyebut nama bagian tubuh, naik tangga,

    corat-coret, dll

    2-3 tahun Berdiri di atas satu kaki tanpa berpegangan, bicara domengerti,

    makan sendiri, memeluk dan mencium orang yang terdekat, dll

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    4/27

    4

    3-5 tahun Melompat-lompat,menggambar, cerita, pakai pakaian, dll

    Pada perkembangan anak terdapat 4 parameter yaitu motorik halus, motorik kasar, bahasa,

    dan social. Pada anak usia 1 tahun, seharusnya sudah tercapai :

    - Motorik kasar : berdiri dan mampu berpegangan- Motorik halus : bias mengambil dengan ibu jari dan telunjuk, bias menunjuk

    sesuatu

    - Bahasa : bias bicara satu kata atau lebih- Social : mulai mempunyai teman, memberikan mainan kepada orang

    tua

    4. Anak belum bias berkata mama-papa dan belum bias berdiri sendiri dan hubungannyaanak tersebut sering mengalami infeksi saluran nafas.

    Imunisasi terlambat dan tidak lengkap imunitas belum terbentuk sempurna

    bakteri masukmudah terkena infeksi.

    Karena pada lingkungan anak tersebut banyak yang menderita lumpuh layu, anak

    tersebut juga sering mengalami infeksi saluran nafas dan juga belum bias berdiri

    sendiri, serta imunisasi yang belum lengkap, maka kemungkinannya anak tersebut

    terinfeksi virus poliomyelitis

    Virus polio ada pada makanan, air masuk melalui hidung, mulut berkembang

    biak di orofaring menuju GIT diserap oleh plak peyeri diedarkan melalui

    vaskuler dan limfe menyerang antibody antibodi>viruspoliomyelitis

    - Anak belum bias bicaraVirus polio menyerang system syaraf terutama pada medulla spinalis kornu

    anterior, yaitu system motorik. Serta pada area broca, sehingga menyebabkan

    gangguan berbicara

    - Anak belum bias berdiriMerupakan manifestasi poliomyelitis yaitu flaccid paralysis.

    5. Hubungan penyakit anak dengan lingkungan dan pengetahuan ibu

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    5/27

    5

    Ibu belum mengetahui jadwal imunisasi, jauh dari puskesmas imunisasi kurang

    lengkapimunitas belum sempurna mudah infeksi

    Namun, tidak hanya memandang dari sudut pengetahuan ibu, tetapi peran puskesmas,

    pemerintah, dan dokter keluarga juga penting dalam promosi kesehatan. Sehingga

    dalam mewujudkan program kesehatan perlu kerja sama antara masyarakat,

    pemerintah, puskesmas, dan dokter keluarga.

    STEP 4

    DDx

    Pemeriksaan antropometri

    tes perkembangan anak

    vital sign

    Pemeriksaan

    fisik

    BB lahir 3000 gr, PB 45 cm 1 th

    BB 8 kg TB 80 cm

    belum bias berdiri dan bicara

    riwayat infeksi saluran nafas

    riwayat social ekonomi

    lingkungan kurang

    imunisasi belum lengkap

    anamnesis

    puskesmasIbu & An .perempuan 1 th

    poliomyelitisDx

    Titer antibody

    jumlah virus pada fesesPx. penunjang

    Gangguan perkembangan

    poliomyelitis

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    6/27

    6

    STEP 5

    Sasaran belajar

    1. Imunisasi2. Epidemiologi3. Tumbuh kembang anak usia 0-12 bulan4. Intervensi dini tumbuh kembang anak5. Peran dokter keluarga

    Pertemuan 2

    Kamis, 17 januari 2013

    STEP 7

    1. ImunisasiImunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif

    terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak

    terjadi penyakit. Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan, yaitu

    kekebaln pasif dan kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari

    luar tubuh, bukan dibuat oleh tubuh itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada janin

    yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan

    immunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme

    oleh tubuh.

    Keberhasilan imunisasi, tergantung pada faktor:

    (1)Status imun pejamuKeberhasilan imunisasi perlu maturitas imunologik. Pada bayi neonatus fungsi

    makrofag masih kurang. Pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen tertentu

    masih kurang. Jadi dengan sendirinya, vaksinasi pad neonatus akan memberikan hasil

    yang kurang dibandingkan pada anak. Maka apabila imunisasi diberikan sebelum bayi

    berumur 2 bulan, jangan lupa berikan ulangan.

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    7/27

    7

    (2)Faktor genetik pejamuInteraksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara

    genetik respons imun manusia dapat dibagi atas responder baik, cukup dan rendah

    terhadap antigen tertentu.

    (3)Kualitas dan kuantitas vaksinVaksin adalah mikroorganisme atau toksoid yang diubah sedemikian rupa

    sehingga patogenisitas atau toksisitasnya hilang tetapi masih tetap mengandung sifat

    antigenisitas. Beberapa faktor kualitas dan kuantitas vaksin dapat menentukan

    keberhasilan vaksinasi, seperti:

    (a)Cara pemberian(b)Dosis vaksin(c)Frekuensi pemberian(d)Ajuvan(e)Jenis vaksinJenis vaksin:

    (1)Vaksin live attenuated- Supaya dapat menimbulkan respons imun, vaksin live attenuated harus

    mengadakan replikasi di dalam tubuh resipien. Dosis kecil virus atau bakteri yang

    diberikan mengadakan replikasi di dalam tubuh sehingga jumlah meningkat cukup

    besar untuk beri rangsangan suatu respons imun.

    - Apapun yang merusak organisme hidup di dalm botol (misal: panas, cahaya) ataupengaruh luar terhadap replikasi organisme di dalam tubuh (antibodi yang

    beredar) dapat menyebabkan vaksin live attenuated tidak efektif.

    - Dapat menyebabkan penyakit, umumnya bersifat ringan dibanding denganpenyakit alamiah dan dianggap sebagai kejadian ikutan (adverse event). Respons

    imun terhadap vaksin live attenuatedpada umunya sama dengan yang diakibatkan

    infeksi alamiah.

    - Secara teoritis, dapat berubah menjadi bentuk patogenik seperti semula. Hanyaterjadi pada vaksin polio hidup.

    - Imunitas vaksin live attenuated tidak dapat berkembang karena pengaruh dariantibodi yang beredar. Antibodi yang masuk melalui plasenta atau transfusi dapat

    memengaruhi perkembangan vaksin mikroorganisme dan menyebabkan tidak ada

    respons. Campak merupakan mikroorganisme paling sensitif terhadap antibodi

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    8/27

    8

    yang beredar dalam tubuh. Polio, rotavirus merupakan yang sedikit terkena

    pengaruh.

    - Bersifat labil, dapat rusak bila kena panas, sinar, harus dilakukan pengelolaan danpenyimpanan dengan baik dan hati-hati.

    - Vaksin live attenuated yang tersedia:Dari virus hidup: campak, parotitis, rubella, polio, rotavirus, yellow fever

    Dari bakteri: BCG dan demam tifoid oral

    (2)Vaksin inactivated- Dihasilkan daengan membiakkan bakteri/virus dalam media pembiakan, kemudian

    dibuat inaktif dengan penanaman bahan kimia (biasanya formalin). Untuk vaksin

    komponen, organisme tersebut dibuat murni dan hanya komponen-komponennya

    yang dimasukkan ke dalam vaksin.

    - Tidak hidup dan tidak dapat tumbuh sehingga seluruh dosis dimasukkan dalamsuntikan

    - Tidak menyebabkan penyakit- Tidak dapat mengalami mutasi menjadi patogenik- Umumnya tidak dipengaruhi oleh antibodi yang beredar, dapat diberikan saat

    antibodi beredar di dalam sirkulasi darah

    - Selalu membutuhkan dosis multipel- Vaksin inactivated yang saat ini tersedia berasal dari:Seluruh sel virus yang inactivated : influenza, polio injeksi, rabies, hepatitis A

    Seluruh bakteri yang inactivated: pertusis, tifoid, kolera, lepra

    Vaksin fraksional yang masuk sub-unit : Hepatitis B, influenza, pertusis-aseluler,

    tifoid vi, lyme disease

    Toksoid : difteria, tetanus, botulinum

    Polisakarida murni : pneumokokus, meningokokus, Haemophillus influenza tipe

    b/Hib

    Gabungan polisakarida : (Hib dan pneumokokus)

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    9/27

    9

    Imunisasi waji bBCG (Bacil lus Calmette Guerin)

    Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC).

    BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. Vaksin disuntikkan secara

    intrakutan di insertio m.deltoideus lengan kanan dengan dosis 0,05 ml untuk bayi

    dibawah usia 1 tahun dan 0,1 ml untuk anak usia 1 tahun atau lebih. Jika diberikan pada

    usia lebih dari 2 bulan maka uji mantoux terlebih dahulu, jika uji mantoux (+) maka

    tidak perlu diimunisasi.

    Vaksin BCG ulangan tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan mengingat :

    1. efektivitas perlindungan hanya 40%2. sekitar 70% kasus TBC berat ternyata mempunyai parut BCG3. kasus dewasa dengan BTA positif di Indonesia cukup tinggi (25-36%) walaupun

    mereka telah mendapat BCG pada masa kanak-kanak

    Vaksin BCG merupakan vaksin hidup, maka tidak diberikan pada pasien

    imunokompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, atau pada

    pasien HIV).

    Reaksi yang mungkin terjadi:o Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul

    kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah

    menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka

    terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12

    minggu dengan meninggalkan jaringan parut.

    o Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpadisertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6

    bulan.

    Komplikasi yang mungkin timbul adalah:

    o abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlaludalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat

    penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan

    abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.

    o Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam ataudosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    10/27

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    11/27

    11

    Polio

    Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.

    Terdapat 2 macam vaksin polio:

    IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telahdimatikan dan diberikan melalui suntikan.

    OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telahdilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV)

    efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan

    1 jenis polio.

    Polio-0 diberikan saat bayi lahir, karena Indonesia merupakan daerah endemik polio.

    Mengingat OPV berisi virus polio hidup maka dianjurkan diberikan saat bayi

    meninggalkan rumah sakit agar tidak mencemari bayi lain karena virus polio vaksin dapat

    diekskresikan melalui tinja. Untuk keperluan ini, IPV dapat menjadi alternatif.

    - Polio-1,2,3 dapat diberikan bersama dengan DPT 1,2,3.- Polio-4 diberikan satu tahun setelah polio 3 atau diberikan bersamaan DPT 4.- Polio-5 diberikan pada umur 5 tahun atau diberikan bersamaan DPT 5.

    Di Indonesia umumnya diberikan OPV. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL)

    langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Manfaat

    vaksin Salk dan Sabin sebenarnya sama, namun untuk negara yang sedang berkembang

    vaksin Sabin (OPV) lebih menguntungkan karena lebih murah (tanpa suntikan), mudah

    didistribusikan dan mudah diberikan kepada anak.

    Kontra indikasi pemberian vaksin polio:

    Diare berat Penyakit akut atau demam Hipersensitif yang berlebihan terutama pada neomisin, polimiksin, streptomisin) Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid) Kehamilan

    Campak

    Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak

    (tampek). Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL, pada umur 9

    bulan. Pada bayi yang baru lahir mendapat kekebalan pasif terhadap penyakit campakdari ibunya yang pernah terinfeksi morbili dan kekebalan pasif tersebut bertahan selama

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    12/27

    12

    6 bulan. Apabila telah mendapat vaksinasi MMR pada usia 15-18 bulan ulangan campak

    pada umur 5 tahun tidak diperlukan. Tetapi bila anak baru datang pada usia diatas 12

    bulan dan ia belum pernah menderita penyakit campak maka sebaiknya vaksinasi segera

    dilakukan.

    Kontra indikasi pemberian vaksin campak:

    infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38 Celsius gangguan sistem kekebalan pemakaian obat imunosupresan alergi terhadap protein telur kehamilanEfek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan

    kejang yang ringan, serta ensefalitis dalam waktu 30 hari setelah imunisasi (kejadian 1

    diantara satu juta suntikan).

    Hepatitis B

    Imunisasi bertujuan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B.

    Lokasi penyuntikan di daerah deltoid secara intramuskular, dengan dosis 0,5 ml.

    Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat palingtidak 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan resiko transmisi

    maternal sebesar 45%

    Hepatitis B II diberikan dengan interval 1 bulan dari hepatitis B I (saat bayiberumur 1 bulan)

    Hepatitis B III diberikan dengan interval 2-5 bulan setelah hepatitis B II (saat bayiumur 3-6 bulan)

    Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan

    selanjutnya diketahui bahwa HbsAg ibu positif maka masih dapat diberikan HBIg 0,5 ml

    sebelum bayi berumur 7 hari. Vaksinasi hepatitis B dapat diberikan kepada ibu hamil

    dengan aman dan tidak membahayakan janin,

    Apabila sampai umur 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis B,

    maka secepatnya diberikan. Ulangan imunisasi hepatitis B (hep B IV) dapat

    dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun.

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    13/27

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    14/27

    14

    Hib(Haemophylus influenza type B)

    Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.

    Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat

    yang bisa menyebabkan anak tersedak.

    Terdapat dua jenis vaksin Hib konjugasi yang beredar di Indonesia yaitu PRP-T

    dan PRP-OMP (PRP outer membrane protein complex).

    Jadwal imunisasi :

    Vaksin PRP-T diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan Vaksin PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4 bulan Vaksin Hib dapat diberikan secara bersamaan dengan DPT dalam bentuk vaksin

    kombinasi dalam kemasan prefilled syringe 0,5 ml.

    Vaksin Hib baik PRP-T ataupun PRP-OMP perlu diulang pada umur 18 bulan Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya diberikan 1 kali.Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara intramuskular.

    Efek samping yang serius tidak pernah dilaporkan, namun dapat terjadi reaksi lokal

    berupa pembengkakan, nyeri, dan kemerahan kulit atau reaksi umum berupa ruam kulit,

    demam dan urtikaria.

    Demam Tifoid

    Imunisasi ini diberikan untuk memperoleh kekebalan aktif terhadap penyakit

    demam tifoid. Terdapat 2 jenis vaksin yaitu vaksin suntikan (polisakarida) dan oral.

    Vaksin capsular Vi polysaccharida diberikan pada umur lebih dari 2 tahun, ulangan

    setiap 3 tahun. Sedangkan vaksin oral diberikan pada umur lebih dari 6 tahun, dikemas

    dalam 3 dosis dengan interval selang hari (hari 1, 3, dan 5). Imunisasi ulangan dilakukan

    setiap 3-5 tahun.

    Vaksin demam tifoid oral :

    Kapsul harus ditelan utuh dan tidak boleh dipecahkan karena kuman dapatdimatikan oleh asam lambung.

    Vaksin tidak boleh diberikan bersamaan dengan antibiotik, sulfonamid, atauantimalaria yang aktif terhadap salmonella.

    Vaksin polisakarida parenteral :

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    15/27

    15

    Susunan vaksin polisakarida setiap 0,5 ml mengandung kuman salmonella typhi,polisakarida 0,025 mg, fenol dan larutan bufer yang mengandung natrium klorida,

    disodium fosfat, monosodium fosfat dan pelarut untuk suntikan.

    Kontraindikasi ; alergi terhadap bahan-bahan dalam vaksin, juga pada saatdemam, penyakit akut maupun kronik progresif.

    Reaksi imunisasi pada pemberian vaksin oral dapat dijumpai demam, mencret,

    muntah dan kemerahan kulit, sedangkan vaksin suntikan hanya nyeri ringan,

    kemerahan, dan pembengkakan pada tempat suntikan.

    Efek samping yang berbahaya jarang sekali terjadi.

    Hepatitis A

    Imunisasi ini bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

    hepatitis A. di Indonesia telah beredar kombinasi hepatitis B/hepatitis A.

    Vaksin hep A diberikan pada umur lebih dari 2 tahun Vaksin kombinasi tidak diberikan pada bayi kurang dari 12 bulan. Maka vaksin

    kombinasi ini diindikasikan terutama untuk mengejar imunisasi pada anak yang

    belum pernah mendapat imunisasi hep B sebelumnya atau vaksinasi hep B yang

    tidak lengkap.

    Dosis pemberian :

    Dosis 720 U diberikan dua kali dengan interval 6 bulan, intramuskular didaerah deltoid.

    Kombinasi hepB/hepA (berisi hepB 10 mg dan hepA 720) dalam kemasanprefilled syringe 0,5 ml intramuskular

    Reaksi imunisasi biasanya berupa kemerahan dan pembengkakan pada daerahsuntikkan, kadang-kadang demam, lesu, mual, muntah dan hilang nafsu makan.

    Varisela

    Vaksin varisela berisi virus varisela zoster strain OKA hidup yang telah dilemahkan,

    kemasan dalam bentuk beku-kering. Direkomendasikan pada umur 10-12 tahun yang

    belum terpajan

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    16/27

    16

    Untuk anak yang mengalami kontak dengan pasien varisela, vaksinasi dapat

    mencegah apabila diberikan dalam kurun waktu 72 jam setelah kontak.

    Dosis 0,5 ml, subkutan, 1 kali. Untuk umur lebih dari 13 tahun atau dewasa, diberikan 2 kali dengan jarak 4-8

    minggu.

    Vaksin tidak dapat diberikan pada keadaan demam tinggi, hitung limfosit

    1200/l atau adanya bukti defisiensi imun seluler seperti selama pengobatan induksi

    penyakit keganasan atau 3 tahun fase radioterapi, pasien dalam pengobatan

    kortikosteroid, dan pasien yang alergi terhadap neomisin.

    Jadwal imunisasi

    - Menurut IDAI 2011-2012

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    17/27

    17

    1. Bayi : setiap bayi sebelum umur 1 tahun harus mendapat imunisasi dasar lengkap- BCG 1x- DTP 3x- Polio 4x-

    Campak 1x- Hepatitis B 4x

    2. Anak SD: kelas 1 imunisasi DT dan kelas IV imunisasi TT untuk anak perempuan.Sekarang disebut BIAS(Bulan Imunisasi Anak Sekolah) kelas 1 imunisasi DT dan

    kelas II-VI imunisasi TT(putri-putra)

    3. Calon pengantin: imunisasi TT 2x dengan interval 1 bulan sebelum akan nikah4. Wanita usia subur: imunisasi TT 5 dosis(5x)5. Ibu hamil: imunisasi TT 2x pada kehamilan trimester 1 interval 1 bulan6. Balita (0-59 bulan) mengikuti PIN(Pekan Imunisasi Nasional) Polio dan Campak

    - Menurut DEPKES RI 2009

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    18/27

    18

    Kejadian I kutan Pasca Imunisasi (K IPI )KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1

    bulan setelah imunisasi. Pada keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai

    masa 42 hari (arthritis kronik pasca vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari (infeksi

    virus campak vaccine-strain pada pasien imunodefisiensi pasca vaksinasi campak, dan

    polio paralitik serta infeksi virus polio vaccine-strain pada resipien non

    imunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio).

    Etiologi

    Tidak semua kejadian KIPI disebabkan oleh imunisasi karena sebagian besar ternyata

    tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Oleh karena itu unutk menentukan KIPI

    diperlukan keterangan mengenai:

    besar frekuensi kejadian KIPI pada pemberian vaksin tertentu sifat kelainan tersebut lokal atau sistemik derajat sakit resipien apakah penyebab dapat dipastikan, diduga, atau tidak terbukti apakah dapat disimpulkan bahwa KIPI berhubungan dengan vaksin, kesalahan

    produksi, atau kesalahan prosedur

    KN PP KIPI membagi penyebab KIPI menjadi 5 kelompok faktor etiologi menurut

    klasifikasi lapangan WHO Western Pacific (1999), yaitu:

    1. Kesalahan program/teknik pelaksanaan (programmic errors)Sebagian kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan teknik

    pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan,dan tata laksana pemberian vaksin. Kesalahan tersebut dapat terjadi pada berbagai

    tingkatan prosedur imunisasi, misalnya:

    Dosis antigen (terlalu banyak) Lokasi dan cara menyuntik Sterilisasi semprit dan jarum suntik Jarum bekas pakai Tindakan aseptik dan antiseptik

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    19/27

    19

    Kontaminasi vaksin dan perlatan suntik Penyimpanan vaksin Pemakaian sisa vaksin

    Jenis dan jumlah pelarut vaksin Tidak memperhatikan petunjuk produsenKecurigaan terhadap kesalahan tata laksana perlu diperhatikan apabila terdapat

    kecenderungan kasus KIPI berulang pada petugas yang sama.

    Reaksi suntikanSemua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik

    langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi

    suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat

    suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing,

    mual, sampai sinkope.

    Induksi vaksin (reaksi vaksin)Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi

    terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis

    biasanya ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti

    reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian. Reaksi simpang ini sudah

    teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh

    produsen sebagai indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian khusus, atauberbagai

    tindakan dan perhatian spesifik lainnya termasuk kemungkinan interaksi obat atau

    vaksin lain. Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi dengan baik oleh

    pelaksana imunisasi.

    Faktor kebetulan (koinsiden)Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang timbul ini terjadi secara

    kebetulan saja setelah diimunisasi. Indicator faktor kebetulan ini ditandai dengan

    ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan pada kelompok populasi

    setempat dengan karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    20/27

    20

    Penyebab tidak diketahuiBila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan

    kedalam salah satu penyebab maka untuk sementara dimasukkan kedalam

    kelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya denagn

    kelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.

    Gejala KIPI

    G

    g

    e

    j

    al

    a

    k

    l

    i

    n

    i

    s

    K

    IPI dapat timbul secara cepat maupun lambat dan dapat dibagi menjadi gejala lokal,

    sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya. Pada umumnya makin cepat

    KIPI terjadi makin cepat gejalanya.

    Dikutip dari RT Chen, 1999

    Reaksi KIPI Gejala KIPI

    Lokal Abses pada tempat suntikan

    LimfadenitisReaksi lokal lain yang berat,

    misalnya selulitis, BCG-itis

    SSP Kelumpuhan akut

    Ensefalopati

    Ensefalitis

    Meningitis

    Kejang

    Lain-lain Reaksi alergi: urtikaria,

    dermatitis, edema

    Reaksi anafilaksis

    Syok anafilaksis

    Artralgia

    Demam tinggi >38,5C

    Episode hipotensif-hiporesponsif

    Osteomielitis

    Menangis menjerit yang terus

    menerus (3jam)

    Sindrom syok septik

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    21/27

    21

    Mengingat tidak ada satupun jenis vaksin yang aman tanpa efek samping,

    maka apabila seorang anak telah mendapatkan imunisasi perlu diobsevasi beberapa

    saat, sehingga dipastikan tidak terjadi KIPI (reaksi cepat).

    Jenis Vaksin Gejala Klinis KIPI Saat timbul KIPI

    Toksoid Tetanus (DPT,

    DT, TT)

    Syok anafilaksis

    Neuritis brakhial

    Komplikasi akut termasuk kecacatan

    dan kematian

    4 jam

    2-18 hari

    tidak tercatat

    Pertusis whole

    cell(DPwT)

    Syok anafilaksis

    Ensefalopati

    Komplikasi akut termasuk kecacatan

    dan kematian

    4 jam

    72 jam

    tidak tercatat

    Campak Syok anafilaksis

    Ensefalopati

    Komplikasi akut termasuk kecacatan

    dan kematian

    4 jam

    5-15 hari

    tidak tercatat

    Trombositopenia

    Klinis campak pada resipien

    imunokompromais

    Komplikasi akut termasuk kecacatan

    dan kematian

    7-30 hari

    6 bulan

    tidak tercatat

    Polio hidup (OPV) Polio paralisis

    Polio paralisis pada resipien

    imunokompromais

    Komplikasi akut termasuk kecacatandan kematian

    30 hari

    6 bulan

    Hepatitis B Syok anafilaksis

    Komplikasi akut termasuk kecacatan

    dan kematian

    4 jam

    tidak tercatat

    BCG BCG-itis 4-6 minggu

    Dikutip dengan modifikasi dari RT Chen, 1999

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    22/27

    22

    Angka Kejadian KIPI

    KIPI yang paling serius terjadi pada anak adalah reaksi anafilaksis. Angka

    kejadian reaksi anafilaktoid diperkirakan 2 dalam 100.000 dosis DPT, tetapi yang

    benar-benar reaksi anafilaksis hanya 1-3 kasus diantara 1 juta dosis. Anak yang lebih

    besar dan orang dewasa lebih banyak mengalami sinkope, segera atau lambat.

    Episode hipotonik/hiporesponsif juga tidak jarang terjadi, secara umum dapat terjadi

    4-24 jam setelah imunisasi.

    Pencegahan KIPI

    a. Pemberian harus seimbang protapb.

    Bila panas beri paracetamol 1/81/4 tablet

    c. Penyuluhan kepada masyarakat. Imunisasi sampai 12 jam diamatid. Petugas dapat mengatasi syok anafilaktike. Laporan segera berjenjang dari orang tua kepada kader puskemas ke kabupaten

    lalu ke provinsi

    2. EpidemiologiTujuan :

    - Untuk mengidentifikasi faktor etiologi- Menggambarkan distribusi dan luas maslah penyakit- Memberikan data dan informasi untuk pencegahan, pemberantasan dan pengobatan

    penyakit.

    Pengukuran frekuensi penyakit :

    - Incident Rate :Jml penderita penyakit tertentu/kasus baru X 1000

    Population at risk

    a. Time of onset waktu mulai sakitb. Period of observation :

    Biasanya dilakukan pada periode waktu tertentu Penyakit secara mendadak sering digunakan attack rate Attack rate = jumlah orang sakit / population at risk

    c.Nemurator apakah betul-betul kasus baru oleh karena dapat berulang kalitimbul.

    d. Denumerator jumlah populasi yang mempunyai resiko (population at risk)tidak selalu konstan

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    23/27

    23

    3. Tumbuh kembang anak usia 0-12 bulanUsia Motor behavior Adaptive Language Social personal

    4 minggu Kepala merebah

    Tonic neck reflex

    Tangan mengepal

    Melihat sekitarnya

    Mata mengikuti

    gerak-gerik tapi

    terbatas

    Bersuara

    Memperhatikan

    bel

    Melihat muka

    orang

    16

    minggu

    Kepala tak

    merebah lagi

    Letaknya simetrik

    Tangan terbuka

    Mengikuti gerak-

    gerik

    Melihat rammelaar

    dan memegangnya

    bila diberikan

    Tertawa

    Membuat dan

    mendengarkan

    suara

    Bermain dengan

    tangan dan pakaian

    Mengenal botol

    Bersiap-siap untuk

    makan

    28

    minggu

    Duduk dengan

    sokongan kedua

    tangan

    Memgang kubus

    Melihat dan

    menyentuh

    kancing

    Memindahkan kubus

    dari satu tangan ke

    tangan lain

    Berteriak dan

    senagng membuat

    suara

    Mendengarkan

    suaranya sendiri

    Bermain dengan

    kaki

    Bersiap untuk

    makan

    40

    minggu

    Duduk tanpa

    sokongan

    Merangkak

    Mengangkat badan

    dengan kaki

    Bermain dengan 2

    kubus, yang satu

    disentuhkan yang

    lain

    Mengucapkan satu

    perkataan

    Memperhatikan

    namanya

    Dapat bermain

    yang mudah

    Dapat makan

    biscuit sendiri

    1 tahun Berjalan dengan

    bantuanDuduk bersila

    Mengetahui arti

    kancing

    Memasukkan dan

    mengambilnya

    dari botol

    Memindahkan kubus

    ke dalam cangkir

    Dapat

    mengucapkan duaatau lebih

    perkataan

    Membantu waktu

    berpakaianMemberikan

    mainan bila diminta

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    24/27

    24

    4. Intervensi dini perkembangan anakStimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang

    Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0 6

    tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat

    stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi

    tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh ibu, ayah, pengganti orang tua/pengasuh

    anak, anggota keluarga lain atau kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga

    masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari.

    Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip

    dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:

    1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.

    2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena akan meniru tingkah laku

    orang-orang yang terdekat dengannya.

    3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.

    4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi,

    menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.

    5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak , terhadap

    ke 4 aspek kemampuan dasar anak.

    6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak.

    7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.

    8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    25/27

    25

    Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga

    kesehatan di puskesmas dan jaringannya, berupa:

    o Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan,yaitu untuk mengetahui/menemukanstatus gizi kurang/buruk dan mikrosefali/makrosefali. dilakukan dengan

    pengukuran Berat Badan terhadap Tinggi Badan dengan tujuan untuk

    memnetukan status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk. Selain

    itu, juga dilakukan pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA) dengan tujuan

    untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam batas normal atau diluar batas

    normal.

    o Deteksi dini penyimpangan perkembanganyaitu untuk mengetahui gangguanperkembangan anak (Keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya

    dengar. dilakukan dengan :

    Skrining/Pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuisioner Pra

    Skrining Perkembangan (KPSP) dengan tujuan untuk mengetahui

    perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

    Tes Daya Dengar (TDD) dengan tujuan untuk menemukan gangguanpendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk

    meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.

    Tes daya Lihat (TDL) dengan tujuan untuk mendeteksi secara dini kelainan

    daya dengar agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga

    kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.

    o Deteksi dini penyimpangan mental emosional,yaitu untuk mengetahui adanyamasalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan

    hiperaktivitas. Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi

    secara dini adanya penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu;

    Kuisioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi anak umur 36bulan sampai72 bulan. Tujuan untuk mendeteksi secara dini adanya

    penyimpangan/masalah mental emosional pada anak prasekolah.

    Ceklist Autis anak praseolah (Checklist for Autism in Toddler/CATT)bagi anak umur 18 bulan samapai 36 bulan.

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    26/27

    26

    Tujuan untuk mendeteksi secara dini adanya Autis pada anak umur 18

    bulan36 bulan.

    Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian danHiperaktivitas (GPPH) menggunakan Abreviated Conner Rating Scale

    bagi anak umur 36 bulan ke atas. Tujuan untuk mendeteksi secara dini

    adanya gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas pada anak

    umur 36 bulan ke atas.

    5. Peran dokter keluargaA. Pencegahan1) Melakukan cakupan imunisasi yang tinggi dan menyeluruh.2) Pemberian imunisasi polio yang sesuai dengan rekomendasi WHO sebanyak 4

    kali dengan interval 6-8 minggu, usia 1 tahun, 5 tahun dan 15 tahun.

    3) Penemuan penderita yang dicurigai lumpuh layu pada usia 15 tahun harusdiperiksa tinjanya untuk memastikan polio atau bukan.

    4) Mapping up,pemberian vaksinasi massal didaerah yang ditemukan penderitapolio terhadap anak dibawah 3 tahun tanpa melihat status imunisasi sebelumnya.

    B. Edukasi1) Melakukan imunisasi aktif dan melengkapi imunisasi yang belum lengkap pada

    anak.

    2) Menghindari aktifitas fisik yang berlebihan.3) Tetap memperhatikan dan memberikan nutrisi yang seimbang untuk menunjang

    pertumbuhan dan perkembangan anak.

    4) Melakukan tes lanjutan untuk mengetahui dan memastikan apakah anakmengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan atau tidak dan untuk

    memastikan terapi selanjutnya pada anak.

    5) Orang tua dan keluarga tetap mendukung dengan memberikan stimulasi untukmerangsang pertumbuhan dan perkembangan pada anak.

    6) Orang tua dan keluarga berusaha untuk menjaga higiene sanoitasi danlingkungan sekitar anak.

  • 8/13/2019 Tutorial 15.2 Imunisasi

    27/27

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Dalam : Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Ranuh IGN,Suyitno H, Hadinegoro SR, Kartasasmita CB, Penyunting. Edisi ke-2, IDAI : Balai

    Penerbit, 2005. h. 1-256.

    2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Pediatri Pencegahan. Dalam : Hassan R,Alatas H, Latief A, Penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-1, Jakarta :

    Balai Penerbit, 1985. h. 1-22.

    3. Nelson. 2000.Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC4. Staf pengajar FK UI. 1985.Ilmu Kesehatan Anak jilid I. Jakarta: Info Medica