uji kuantitatif bilangan peroksida pada minyak goreng...

70
UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG DENGAN PEMANASAN BERULANG (Studi di Pasar Legi Jombang) KARYA TULIS ILMIAH BAYU IKHSANNUDDIN RAMAN 12.131.051 PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2015

Upload: others

Post on 04-Aug-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK

GORENG DENGAN PEMANASAN BERULANG

(Studi di Pasar Legi Jombang)

KARYA TULIS ILMIAH

BAYU IKHSANNUDDIN RAMAN

12.131.051

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2015

Page 2: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK

GORENG DENGAN PEMANASAN BERULANG

(Studi di Pasar Legi Jombang)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan

Studi Di Program Diploma III Analis Kesehatan

BAYU IKHSANNUDDIN RAMAN

12.131.051

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2015

Page 3: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

ABSTRACT

QUANTITATIVE TEST OF PEROXIDE AMOUNT IN VEGETABLE OIL WITH RECURING HEATING

(Study at Market Legi Jombang)

By:

BAYU IKHSANNUDDIN RAMAN

Vegetable oil is one of basic needs of human as an important basic matter in frying process with main function as medium of conductor heat, add delicious taste, add nutrient value and food heat. The use of recuring vegetable oil on high heat temperature causes peroxide amount increase that triggers aldehida and keton depraves vegetable oil quality. The purpose of this research is to measure peroxide amount of vegetable oil with recuring heating.

This research is descriptive research. Population of this research was as many as 6 vegetable oil samples. Sampling used total sampling and the variable was peroxide amount in vegetable oil with recuring heating. Data collection was obtained from quantitative test of peroxide amount in vegetable oil with iodometri titration method then presented in frequency distribution table. Data processing used coding and tabulating.

Based on the research result that 6 vegetable oil samples in Legi market Jombang were 3 vegetable oil samples were not appropriate Indonesia National standard 01-3741-2013 (>10mekO2/kg).

The conclusion of this research was obtained that half of vegetable oil sample conducted check has more maximum limit of peroxide amount in vegetable oil according to Indonesia National standard 01-3741-2013.

Keywords : Vegetable oil, Peroxide amount, Rancidity

Page 4: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

ABSTRAK

UJI KUANTITATIAF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG DENGAN PEMANASAN BERULANG

(Studi di Pasar Legi Jombang)

Oleh :

BAYU IKHSANNUDDIN RAMAN

Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai bahan dasar yang penting dalam proses penggorengan dengan fungsi utama sebagai medium penghantar panas, menambah rasa gurih, menambah nilai gizi, dan kalor bahan pangan. Penggunaan minyak goreng yang berulang pada suhu panas yang tinggi menyebabkan peningkatan bilangan peroksida yang memicu aldehida dan keton merusak kualitas minyak goreng. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur bilangan peroksida pada minyak goreng dengan pemanasan berulang.

Penelitian ini merupakan peneitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 6 sampel minyak goreng. Sampling menggunakan total sampling dan variabelnya adalah bilangan peroksida dalam minyak goreng dengan pemanasan berulang. Pengumpulan data diperoleh dari uji kuantitatif bilangan peroksida pada minyak goreng dengan metode titrasi iodometri kemudian disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Pengolahan data menggunakan coding dan tabulating.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa 6 sampel minyak goreng yang ada di Pasar Legi Jombang yaitu 3 sampel minyak goreng tidak sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO2/kg).

Kesimpulan dari penelitian ini didapatkan bahwa setengahnya sampel minyak goreng yang dilakukan pemeriksaan melebihi batas maksimum bilangan peroksida pada minyak goreng menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3741-2013.

Kata kunci : Minyak goreng, Bilangan peroksida, Ketengikan

Page 5: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

Judul : UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA

MINYAK GORENG DENGAN PEMANASAN BERULANG

(Studi di Pasar Legi Jombang)

Nama Mahasiswa : Bayu Ikhsannuddin Raman

Nomor pokok : 12.131.051

Program Studi : D-III Analis Kesehatan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Sri Sayekti, S.Si., M.Ked Evi Puspita Sari, S.ST Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Mengetahui,

Dr. H. M. Zainul Arifin, Drs, M.Kes Erni Setyorini, SKM., MM Ketua STIKes ICMe Kaprodi Analis Kesehatan

Page 6: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

PENGESAHAN PENGUJI

UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK

GORENG DENGAN PEMANASAN BERULANG

( Studi di Pasar Legi Jombang )

Disusun oleh

Bayu Ikhsannuddin Raman

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Jombang, 14 Agustus 2015

Komisi Penguji,

Sri Sayekti, S.Si., M.Ked Evi Puspita Sari, S.ST Penguji Anggota Penguji Anggota

Mengetahui,

Dr. H. M. Zainul Arifin, Drs, M.Kes Penguji Utama

Page 7: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Bayu Ikhsannuddin Raman

NIM : 12.131.051

Tempat, tanggal lahir : Pangkalan Bun, 03 Januari 1994

Instansi : STIKes ICMe Jombang

Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul “UJI KUANTITATIF

BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG DENGAN PEMANASAN

BERULANG (Studi Penelitian di Pasar Legi Jombang) “ adalah bukan Karya

Tulis Ilmiah milik orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam

bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya

dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi.

Jombang, 5 Agustus

2015

Yang Menyatakan,

Bayu Ikhsannuddin Raman

Page 8: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pangkalan Bun, 3 Januari 1994 dari pasangan

Bapak Suhadi Behan dan Ibu Yuliana. Penulis merupakan putra pertama dari 3

bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SDN 1 Pangkalan Bun, tahun 2009 penulis

lulus dari MTsN Pangkalan Bun, tahun 2012 penulis lulus dari SMKN 1

Pangkalan Bun. Pada tahun 2012 lulus seleksi masuk STIKes Insan Cendekia

Medika Jombang melalui jalur PMDK. Penulis memilih Program Studi DIII Analis

Kesehatan dari lima program studi yang ada di STIKes Insan Cendekia Medika

Jombang.

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jombang 4 Agustus 2015

Bayu Ikhsannuddin Raman 12.131.051

Page 9: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

MOTTO

“Bertaqwalah kepada ALLAH

agar kamu mendapat ILMU”

Page 10: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan bismillah sebuah ilmu dari Karya Tulis Ilmiah ini di

persembahkan :

Untuk kedua orang tua yang senantiasa mendo’akan dan selalu memberikan

dukungan semangat yang membuat hari-hariku selalu dalam lindungan-Nya.

Untuk semua guru-guruku khususnya Alm. Guru KH. Junaidi, Ustadz Mukhlis

yang senantiasa sabar dalam memberikan ilmu serta dukungan do’a dalam

penyemangat hidup ini.

Untuk bapak H. Zainul Arifin dan bapak Luluk Sulistyono selaku ketua stikes

yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan untuk melanjutkan studi

ke jenjang yang lebih tinggi.

Untuk segenap keluarga besar tercintaku yang telah memberikan dukungan do’a

dan nasihat.

Untuk sahabat, kerabat dan teman sejawat dan adik tingkat yang sama-sama

berjuang.

Untuk Fatim Az Dzahrah yang selalu memberi semangat dukungan do’a dan

nasihat

Untuk semua orang yang ingin mengembangkan ilmu Allah khususnya di bidang

kesehatan.

Page 11: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

KATA PENGANTAR

Assalamu ’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha

Penyayang, segala puji syukur peneliti panjatkan kehadirat-Nya atas segala

nikmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan

proposal karya tulis ilmiah dengan judul “Uji Kuantitatif Bilangan Peroksida Pada

Minyak Goreng Dengan Pemanasan Berulang di Pasar Legi Jombang” dengan

tepat waktu. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

Analis Kesehatan STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.

Keberhasilan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan yang berbahagia ini

peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada DR. H. M. Zainul Arifin, Drs.,

M.Kes., selaku Ketua STIKes Insan Cendekia Medika Jombang, DR. Luluk

Sulistyono, Ir., M.Si., selaku ketua STIKes Borneo Cendekia Medika Pangkalan

Bun, Sri Sayekti, S.Si., M.Ked., selaku pemimbing utama, Evi Puspita Sari, S.Si.,

selaku pembimbing anggota, Erni Setyorini, S.KM., M.M.,dan staff dosen D-III

Analis Kesehatan ICMe Jombang, Ibu dan Ayah tercinta, Ust. H. M. Mukhlis

beserta Ibu sebagai wali, Alm. Guru Kyai Junaidi, semua keluarga, adik-adik

tercinta di Yayasan Al-Hidayah, para sahabat, kerabat, dan teman seangkatan

2015 dan semuanya dari berbagai pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu

persatu yang telah membantu peneliti dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Peneliti menyadari bahwa dengan segala keterbatasan yang dimiliki,

karya tulis ilmiah ini yang peneliti susun masih jauh dari kata kesempurnaan.

Kritik, saran serta nasihat sangat diharapkan oleh peneliti demi kesempurnaan

karya tulis ini.

Page 12: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah yang sederhana ini dapat

memberikan manfaat terutama bagi peneliti dan bagi kita semua. Demi

perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang analisa makanan dan minuman.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Jombang, 16 Maret 2015

Peneliti

Page 13: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN JUDUL DALAM ........................................................................... ii

ABSTRACT .................................................................................................. iii

ABSTRAK ..................................................................................................... iv

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ v

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... vi

SURAT PERNYATAAN ................................................................................ vii

RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... viii

MOTTO ........................................................................................................ ix

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ xiv

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 3 1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 3

1.4.1 Manfaat Teoritis........................................................................ 3 1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Goreng ...................................................................................... 5

2.1.1 Definisi Minyak .............................................................................. 5 2.1.2 Fungsi Minyak Goreng .................................................................. 7 2.1.3 Klasifikasi Minyak Goreng ............................................................. 7 2.1.4 Komposisi Minyak Goreng ............................................................ 8 2.1.5 Standar Mutu Minyak Goreng ....................................................... 10 2.1.6 Sifat Fisika Kimia Minyak .............................................................. 10 2.1.7 Nilai Gizi Minyak ........................................................................... 16

2.2 Minyak Dan Kesehatan ........................................................................... 17 2.2.1 Penyebab Kerusakan Minyak ........................................................ 17 2.2.2 Mekanisme Pembentukan Bilangan Peroksida ............................. 22 2.2.3 Masalah Ketengikan dan Keracunan ............................................. 24 2.2.4 Pengaruh Minyak dan Lemak Terhadap Kesehatan ...................... 25

2.3 Uji Analisis Minyak Goreng ..................................................................... 26

Page 14: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

2.3.1 Warna ........................................................................................... 27 2.3.2 Bau ............................................................................................... 27 2.3.3 Bilangan Asam .............................................................................. 27 2.3.4 Bilangan Peroksida ....................................................................... 28 2.3.5 Kadar Air ....................................................................................... 29

2.3.6 Bilangan Iod .................................................................................. 29

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Kerangka Konseptual ........................................................................ 30 3.2. Penjelasan Kerangka Konsep ........................................................... 31

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................. 32

4.1.1 Waktu Penelitian ......................................................................... 32 4.1.2 Tempat Penelitian ....................................................................... 32

4.2 Desain Penelitian ............................................................................... 32 4.3 Kerangka Kerja .................................................................................. 33 4.4 Populasi dan Sampling ....................................................................... 34

4.4.1 Populasi ...................................................................................... 34 4.4.2 Sampling ..................................................................................... 34

4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ..................................... 34 4.5.1 Identifikasi Variabel ..................................................................... 34 4.5.2 Definisi Operasional Variabel ...................................................... 34

4.6 Pengumpulan Data ............................................................................. 35 4.6.1 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 35 4.6.2 Prosedur Penelitian..................................................................... 36 4.6.3 Cara Pengumpulan Data ............................................................ 37

4.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ........................................ 38 4.7.1 Pengolahan Data ........................................................................ 38 4.7.2 Analisis Data ............................................................................... 39

4.8 Etika Penelitian .................................................................................. 39 4.8.1 Anonimity (Tanpa Nama) ............................................................ 40 4.8.2 Confidentiality (Kerhasiaan) ........................................................ 40

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 41

5.1.1 Data Penelitian ........................................................................... 41 5.1.2 Pembahasan .............................................................................. 41

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 46 6.2 Saran ................................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Mutu Minyak Goreng ................................................ 10

Tabel 4.1 Definisi Operasional ............................................................... 35

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi bilangan peroksida ................................. 41

Page 16: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Reaksi Pembentukan Peroksida ........................................ 23

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ......................................................... 30

Gambar 4.1 Kerangka Kerja .................................................................. 33

Gambar 5.1 Proses pembentukan persenyawaan peroksida ................. 44

Gambar 5.2 Reaksi Oksidasi ................................................................ 44

Page 17: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat izin penelitian di Lab D III Analis Kesehatan STIKes Icme

Lampiran 2. Lampiran Hasil penelitian

Lampiran 3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 4. Dokumentasi

Lampiran 5. Lembar Konsultasi

Page 18: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia

sebagai bahan dasar yang penting dalam proses penggorengan dengan

fungsi utama sebagai medium penghantar panas, menambah rasa gurih,

menambah nilai gizi, dan kalor bahan pangan (Kataren, 2008).

Masyarakat kita dengan tingkat ekonomi yang berbeda-beda, ada

masyarakat yang menggunakan minyak goreng hanya untuk sekali pakai,

namun ada juga masyarakat yang menggunakan minyak goreng berkali-kali.

Banyaknya permintaan akan bahan pangan digoreng merupakan suatu bukti

yang nyata mengenai betapa besarnya jumlah bahan pangan digoreng yang

dikonsumsi manusia oleh lapisan masyarakat dari segala tingkat usia.

Minyak goreng juga membuat makanan menjadi renyah, kering, dan

berwarna keemasan atau kecoklatan, akan tetapi jika minyak goreng

digunakan secara berulangkali akan membahayakan (Lilik dkk, 2014).

Minyak goreng yang kita konsumsi sehari-hari sangat erat

kaitannya dengan kesehatan tubuh kita. Hasil kajian dari Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), serta kajian dari pakar kesehatan

terhadap penggunaan minyak berkali-kali akan memberikan dampak pada

gangguan kesehatan. Berbagai macam reaksi terjadi selama proses

penggorengan, seperti reaksi oksidasi dan hidrolisis yang dapat

mengakibatkan minyak menjadi rusak. Kerusakan tersebut menyebabkan

minyak dari kuning jernih menjadi berwarna kecoklatan, lebih kental,

berbusa, berasap, serta meninggalkan aroma yang tidak disukai pada

makanan hasil gorengan (Ketaren, 2008).

1

Page 19: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

Minyak akan mengalami kerusakan apabila mengalami

pemanasan berulang-ulang, kontak dengan air, udara dan logam. Kerusakan

minyak akibat proses oksidasi akan membentuk senyawa yang tidak

diinginkan seperti senyawa polimer, asam lemak bebas, bilangan peroksida

dan kotoran lain yang tersuspensi di dalam minyak (Mulasari dan Utami,

2012). Pemanasan minyak berulang kali (lebih dari 2 kali) pada suhu tinggi

(1600C sampai dengan 1800C) hidrolisis lemak menjadi asam lemak bebas

yang mudah teroksidasi, sehingga minyak menjadi tengik yang dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan (Suhardjo dalam lilik dkk, 2014).

Ketaren (2008), bilangan peroksida, asam lemak bebas

merupakan salah satu parameter untuk mengetahui kualitas minyak goreng,

dengan ditandai adanya ketengikan (Rancidity) pada minyak goreng. Kadar

asam lemak bebas yang dihasilkan dari proses hidrolisis minyak (dapat

berlangsung dengan penambahan panas) ataupun proses pengolahan yang

kurang baik. Semakin besar angka ini berarti kandungan asam lemak bebas

semakin tinggi. Hal ini berarti minyak tersebut memiliki kualitas minyak yang

rendah. Meningkatnya kandungan asam lemak bebas sangat berbahaya

bagi kesehatan, seperti berpengaruh terhadap timbunan lemak pada

pembuluh darah yang kemudian dapat mendorong penyempitan pembuluh

arteri (arteriosclerosis) yang dapat menimbulkan terkenanya penyakit

jantung (Winarno, 1999). Dan minyak goreng yang bilangan peroksidanya

melebihi batas yang telah ditentukan akan membentuk akrolein dan

pencetus penyakit kanker.

Standar Nasional Indonesia (SNI)-3741-2013 memberikan

batasan terhadap angka peroksida yang berbahaya untuk konsumsi yaitu

standar maksimal untuk angka peroksida adalah 10 mek O2/kg.

Page 20: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

Dalam penelitian Chairunisa (2013), tentang uji kualitas minyak

goreng menggunakan sampel minyak goreng bermerk “sania”. Dari hasil

analisa minyak goreng selama satu jam pemakaian 11,45 mekO2/kg, minyak

goreng dua jam pemakaian 15,11 mekO2/kg dengan selisih perbedaan 3,66

mekO2/kg, hasil tersebut menunjukkan adanya efek sinergis suhu yang tinggi

dengan waktu yang lama terhadap bilangan peroksida.

Merujuk pada standar mutu minyak goreng dalam standar

nasional indonesia 3741-2013 yang terkait tentang bilangan peroksida. Hal

ini pemerintah perlu melakukan monitoring dan peninjauan bilangan

peroksida pada minyak goreng. Dinilai dari permasalahan yang di paparkan

penulis tertarik mengangkat judul “Uji kuantitatif bilangan peroksida pada

minyak goreng dengan pemanasan berulang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berapakah bilangan peroksida pada minyak goreng dengan

pemanasan berulang?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengukur bilangan peroksida pada minyak goreng dengan

pemanasan berulang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai sarana memperkaya ilmu pengetahuan tentang analisa

makanan dan minuman.

Page 21: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi masyarakat diharapkan agar dapat mengetahui dampak atau

bahaya penggunaan minyak goreng secara berulang.

2. Bagi peneliti dapat digunakan sebagai acuan dasar penelitian

selanjutnya guna menambah khasanah informasi ilmiah atau data

ilmiah, khususnya yang berkaitan dengan bahan kimia pada minyak

goreng.

3. Bagi pemerintah dapat memberikan masukan dalam rangka

meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya

bilangan peroksida pada minyak goreng secara berulang terhadap

kesehatan.

Page 22: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Goreng

2.1.1 Definisi Minyak

Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga

kesehaan tubuh manusia. Selain itu minyak juga berperan sebagai

sumber energi bagi tubuh yang lebih efektif di banding dengan

karbohidrat dan protein. Minyak merupakan golongan trigliserida yang

tersusun atas tiga unit asam lemak, berwujud cair pada suhu kamar

(25°C) dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga

mudah mengalami oksidasi. Sedangkan lemak adalah gliserida yang

berbentuk padat pada suhu kamar (Winarno, 2004).

a. Definisi Minyak Goreng

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan

atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar

dan biasanya digunakan untuk menggoreng bahan makanan (Nur Aji

dkk, 2013). Minyak goreng adalah minyak yang telah mengalami

proses pemurnian yang meliputi degumming (proses pemisahan),

netralisasi, pemucatan, dan deodorisasi (Winarno, 1999).

Minyak goreng adalah minyak pangan yang terdiri dari asam

lemak dan gliserol yang berfungsi sebagai media penghantar panas.

Asam lemak yang terkandung dalam minyak goreng ada yang bersifat

jenuh dan ada yang bersifat tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh yaitu

asam lemak yang mempunyai ikatan tidak jenuh (rangkap) baik

tunggal maupun ganda. Asam lemak tidak jenuh bersifat mudah rusak

apabila terkena panas. Asam lemak yang bersifat jenuh yaitu asam

5

Page 23: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

lemak dengan rantai tunggal. Asam lemak jenuh biasanya terdapat

dalam minyak atau lemak yang berasal dari hewan. (Ketaren, 2008).

Minyak goreng merupakan minyak yang telah mengalami proses

pemurninan yang meliputi degumming (pemisahan),netralisasi,

pemucatan dan deodorisasi (Winarno, 1999). Sedangkan menurut

SNI (2013) minyak goreng adalah bahan pangan dengan komposisi

utama trigliserida yang berasal dari bahan nabati, dengan atau tanpa

perubahan kimiawi, termasuk hidrogenasi, pendinginan dan telah

melalui proses rafinasi atau pemurnian yang digunakan

untukmenggoreng. Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar

panas, penambah rasa gurih dan penambah nilai kalori bahan pangan

(Ketraen,2008; Winarno, 1999). Minyak yang dipakai menggoreng

adalah minyak yang tergolong di dalam kelompok non drying oil, yaitu

minyak yang tidak akan membentuk lapisan keras bila dibiarkan

mengering di udara, contohnya adalah minyak sawit (Ketaren, 2008).

b. Definisi Minyak Goreng Bekas / Jelantah

Minyak goreng bekas (Jelantah) merupakan minyak yang telah

digunakan secara berulang dan minyak telah dalam keadaan rusak

selama proses penggorengan meliputi oksidasi, polimerasi, dan

hidrolisis (Mulasari, 2012). Minyak yang telah mengalami pemanasan

berulang dan berlebihan, bagian dari molekulnya, yaitu gliserol,

mengalami kerusakan dan kehancuran. Molekul-molekul gliserol

tersebut menjadi kering (kehilangan air) dan terbentuklah aldehida

yang tak jenuh yang di sebut akrolein. Minyak goreng selama proses

penggorengan mengalami berbagai reaksi kimia, di antaranya

hidrolisis, oksidasi, isomerasi, dan polimerasisasi yang menghasilkan

zat-zat yang dapat mempengaruhi kesehatan dan mutu makanan

Page 24: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

yang goreng yang dihasilkan, baik ditinjau dari segi rupa, cita rasa,

maupun nilai gizinya. Proses penggorengan yang lama dan

berlebihan berpengaruh terhadap tingkat kekentalan, indeks bias,

berat jenis, warna, kadar asam lemak bebas serta meningkatkan

bilangan peroksida (Winarno,1999).

2.1.2 Fungsi Minyak Goreng

Dalam pengolahan makanan, minyak berfungsi sebagai :

a. Sebagai media penghantar panassewaktu menggoreng makanan.

b. Sebagai bahan untuk memperbaiki tekstur dan cita rasa makanan.

c. Sebagai penambah kandungan energi dalam makanan (Ketaren,

2008).

2.1.3 Klasifikasi Minyak Goreng

a. Berdasarkan sumbernya, minyak dapat di klasifikasikan sebagai

berikut :

1. Bersumber dari tanaman :

a. Biji-bijian palawija : minyak jagung, biji kapas, kacang, rape seed,

wijen, kedelai, dan bunga matahari.

b. Kulit buah tanaman tahunan : minyak zaitun dan kelapa sawit.

c. Biji-bijian dan tanaman tahunan : kelapa, cokelat, inti sawit,

babassu, cohune dan sebagainya.

2. Bersumber dari hewani :

a. Susu hewan peliharaan : lemak susu.

b. Daging hewan peliharaan : lemak sapi dan turunannya oleostearin,

oleo oil dan stock, lemak babi, dan mutton tallow.

c. Hasil laut : minyak ikan sarden, menhadendan sejenisnya, serta

minyak ikan paus.(Winarno,1999: Ketaren, 2008)

Page 25: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

b. Berdasarkan sifat mengering, minyak dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

1. Minyak tidak mengering (non drying oil)

a. Tipe minyak zaitun, yaitu minyak zaitun, minyak buah persik, inti

peach dan minyak kacang.

b. Tipe minyak rape, yaitu minyak biji rape dan minyak biji mustard.

c. Tipe minyak hewani, yaitu minyak babi.

2. Minyak setengah mengering, misalnya minyak biji kapas dan biji

bunga matahari.

3. Minyak mengering, misalnya minyak kacang kedelai dan minyak biji

karet. (Ketaren, 2008)

2.1.4 Komposisi Minyak Goreng

Semua minyak dan lemak tersusun tersusun ataa unit-unit asam

lemak. Jumlah asam lemak alami yang telah diketahui ada dua puluh

jenis asam lemak yang berbeda. Tidak ada satu pun minyak atau lemak

yang tersusun atas satu jenis asam lemak, jadi selalu dalam bentuk

campuran dari banyak asam lemak. Proporsi campuran perbedaan asam-

asam lemak tersebut menyebabkan lemak dapat berbentuk cair atau

padat, bersifat sehat atau membahayakan kesehatan, bersifat netral,

tahan simpan, atau mudah tengik. Asam lemak yang terdapat dalam

makanan tersebut biasanya berikatan dengan gliserol dan membentuk

trigliserida (Winarno, 1999).

Sebagian besar lemak dan minyak dalam alam terdiri dari atas 98-

99% trigliserida. Trigliserida adalah ester gliserol, suatu alkohol trihidrat

dan asam lemak yang tepatnya disebut triasilgliserol (Chairunisa, 2013).

Secara umum komponen utama minyak yang sangat menentukan mutu

minyak adalah asam lemaknya. Hal ini disebabkan asam lemak

Page 26: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

menentukan sifat kimia dan stabilias minyak (Sugiati dalam Chairunisa,

2013).

Secara umum terdapat tiga jenis asam lemak, yaitu asam lemak

jenuh (Saturated Fatty Acid), asam lemak tak jenuh (tunggal atau

monounsaturated) dan asam lemak tidak jenuh (Unsaturated Fatty Acid).

(Winarno, 1999).

1. Asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid) adalah asamyang tidak

memiliki ikatan rangkap pada atomkarbon. Asam lemak jenuh juga

merupakan asam lemak dengan rantai tunggal. Asam lemak jenuh

biasanya terdapat pada minyak dan lemak yang berasal dari hewan.

Asam lemak jenuh seperti asam laurat, asam miristat, asam palmiat

yaitu yang memiliki kadar tinggi dan merupakan bagian tidak penting

bagi kesehatan karena bersifat lengket pada dinding saluran darah

menyebabkan penyumbatan pembuluh darah atau arteriosklerosis dan

yang fatalnya menyebabkan serangan stroke. (Winarno, 1999 ;

Chairunisa, 2013).

2. Asam lemak tak jenuh (tunggal atau monounsaturated) adalah yang

pada umumnya tergolong netral, yakni tidak jahat dan tidak pula

bersifat menguntungkan untuk kesehatan tubuh. (Winarno, 1999).

3. Asam lemak tidak jenuh (Unsaturated Fatty Acid) adalah lemak baik

bagi tubuh, dan sangat berguna bagi kesehatan. Asam lemak tak

jenuh seperti linoleat, linolenat, dan arakidonat yang mempunyai fungsi

untuk mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah (Chairunisa,

2013).

Page 27: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

2.1.5 Standar Mutu Minyak Goreng

Standar mutu minyak goreng telah dirumuskan dan ditetapkan

oleh Badan Sandarisasi Nasional (BSN) yaitu SNI 01-3741-2013 adalah

sebagaimana pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Syarat Nasional Indonesia SNI 01-3741-2013

NO KRITERIA UJI SATUAN PERSYARATAN

1 Keadaan

1.1 Bau - Normal

1.2 Warna - Normal

2 Kadar air dan bahan

menguap % (b/b) Maks. 0,15

3 Bilangan asam mg KOH/g Maks. 0,6

4 Bilangan peroksida mek O2/kg Maks. 10

5 Minyak pelikan - Negatif

6

Asam linolenat (C18:3)

dalam komposisi asam

lemak minyak

% Mak. 2

7 Cemaran logam

7.1 Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,2

7.2 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,1

7.3 Timah (Sn) mg/kg Maks.

40,0/250,0*

7.4 Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,05

8 Cemaran arsen (As) mg/kg Maks. 0,1

Keterangan : pengambilan sampel dalam bentuk kemasan dipabrik

Sumber : SNI 2013

Page 28: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

2.1.6 Sifat Fisika-Kimia Minyak dan Lemak

a. Sifat Fisika Minyak dan Lemak

1. Berat Jenis

Berat jenis minyak lebih rendah dari pada air, oleh karena itu

minyak akan mengapung ke atas dalam campuran minyak dan air.

Sifat fisika trigliserida ditentukan oleh proporsi dan struktur kimia asam

lemak yang membentuknya. Titik cair, meningkat dengan bertambah

panjang rantai asam lemak dan tingkat kejenuhannya. Semakin

banyak mengandung asam lemak rantai pendek dan ikatan tidak

jenuh, semakin lunak dan cair lemak tersebut. Sebaliknya semakin

banyak mengandung asam lemak jenuh ikatan rantai panjang, seperti

asam palmiat (C16:O) dan asam stereat (C18:O) yang terdapat pada

lemak hewan, semakin padat lemak tersebut (Almatseir dalam

Chairunisa, 2013).

2. Warna

Zat warna termasuk golongan ini terdapat secara alamiah didalam

bahan yang mengandung minyak dan ikut terestrak bersama minyak

pada proses ekstraksi. Zat warna tersebut antara lain terdiri dari α dan

β karoten, xanthofil, klorofil, anthosianin. Zat warna ini menyebabkan

minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan, dan

kemerah-merahan. Pigmen berwarna merah jingga atau kuning

disebabkan oleh karotenoid yang bersifat larut dalam minyak.

Karotenoid merupakan persenyawaan hidrokarbon tidak jenuh, dan

jika minyak terhidrogenasi, maka karoten tersebut juga ikut

terhidrogenasi, sehingga intensitas wrna kuning berkurang (Ketaren,

2008).

Page 29: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

3. Odor dan Flavor

Odor dan flavor pada minyak atau lemak selain terdapat secara

alami, juga terjadi karena pembentukan asam-asam yang berantai

sangat pendek sebagai hasil penguraian pada kerusajan minyak atau

lemak. Akan tetapi pada umumnya odor dan flavor ini disebabkan oleh

komponen bukan minyak. Sebagai contoh, bau khas dari minyak

kelapa sawit dikarenakan terdapatnya beta ionone, sedangkan bau

khas dari minyak kelapa ditimbulkan oleh nonylmethylketon (Ketaren,

2008).

4. Kelarutan

Suatu zat dapat larut dalam pelarut jika mempunyai nilai polaritas

yang sama, yaitu zat polar dalam pelarut yang bersifat polar dan tidak

larut dalam pelarut non polar. Minyak dan lemak tidak larut dalam air,

kecuali minyak jarak. Minyak dan lemak hanya sedikit larut dalam

alkohol, tetapi akan melarut sempurna dalam etil eter, karbon disulfida,

dan pelarut-pelarut halogen. Asam-asam lemak yang berantai pendek

dapat larut dalam air, semakin panjang rantai asam-asam lemak maka

kelarutannya dalam air semakin berkurang (Ketaren, 2008).

5. Titik Cair dan Polymorphism

Minyak atau lemak tidak dapat mencair dengan tepat padanilai

temperatur tertentu. Sebagai contoh bila lemak dipanaskan dengan

lambat, maka akhirnya mencair. Tetapi ada juga lemak yang sudah

mencair pada waktu temperatur mulai naik, kemudian akan memadat

kembali (Ketaren dalam Chairunisa, 2013). Polymorphism pada

minyak atau lemak adalah suatu keadaan dimana terdapat lebih dari

satu bentuk kristal. Polymorphism sering dijumpai pada beberapa

Page 30: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

komponen yang mempunyai rantai karbon panjang, dan pemisahan

kristal tersebut sangat sukar. Polymorphism penting untuk mempelajari

titik cair minyak atau lemak, dan asam lemak bersama ester-esternya.

Untuk selanjutnya Polymorphism sangat berperan penting untuk

mendapatkan minyak atau lemak (Ketaren, 2008). Makin banyak

ikatan rangkap, ikatan makin lemah, menyebabkan titik cair akan lebih

rendah (Winarno, 1999).

6. Titik Lebur

Dalam bahan makanan terdapat berbagai jenis trigliserida , dan

karena hal inilah titik lebur lemak dan minyak tidak tajam, tetapi

merupakan kisaran suhu. Lemak dan minyak menunjukan variasi yang

besar pada sifat tekstur dan daya pembentuk kreamnya. Asam lemak

denganikatan yang tidak begitu kuat memerlukan panas yang lebih

sedikit, sehingga energi panas yang dipelukan untuk mencairkan

kristal-kristalnya makin sedikit dan titik leburnyaakan menjadi lebih

rendah. Titik lebur suatu lemak atau minyak dipengaruhi juga oleh sifat

asam lemak, yaitu daya tarik antar asam lemak yang berdekatan

dengan kristal. Gaya ini ditentukan oleh panjang rantai C, jumlah

ikatan rangkap, dan bentuk cis atau trans pada asam lemak tidak

jenuh. Titik lebur menurun dengan bertambahnya jumlah ikatan

rangkap. Hal ini dikarenakan ikatan anar molekul asam lemak tidak

jenuh kurang kuat, sebab rantai pada ikatan rangkap (cis) tidak lurus.

Asam lemak jenuh mempunyai titik lebur yang lebih tinggi dari pada

asam lemak akan menyebabkan lemak mempunyai titik lebur yang

lebih tinggi dari pada adanya bentuk cis (Winarno dalam Chairunisa,

2013).

Page 31: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

7. Bobot Jenis

Bobot jenis dari minyak dan lemak biasanya ditentukan pada

temperatur 250C, akan tetapi dalam hal ini dianggap penting juga untuk

diukur pada temperatur 400C atau 600C untuk lemak yang titik cairnya

tinggi. Pada penetapan bobot jenis, temperatur dikontrol dengan hati-

hati dalam kisaran temperatur yang pendek. (Ketaren, 2008).

8. Indeks Bias

Indeks bias adalah derajat penyimpangan dari cahaya yang

dilewatkan pada suatu medium yang cerah. Indeks bias tersebut pada

minyak atau lemak yang dipakai pada pengenalan unsur kimia dan

unuk pengujian kemurnian minyak. (Ketaren, 2008).

9. Titik Didih, Titik Asap, Titik Nyala, Titik Api

Titik didih dari asam-asam lemak akan semakin meningkat

dengan bertambah panjanganya rantai karbon asam lemak tersebut

(Ketaren dalam Chairunisa, 2013). Bila suatu lemak atau minyak di

panaskan. Pada suhu tertentu timbul asap kebiruan. Titik ini disebut

titik asap (smoke point). Bila pemanasan diteruskan akan tercapai

flash point, yaitu minyak mulai terbakar (terlihat nyala). Jika minyak

sudah terbakar secara tetap disebut fire point. Suhu terjadinya smoke

point ini bervariasi dan dipengaruhioleh jumlah asam lemakbebas. Jika

asam lemak bebas banyak, ketiga suhu tersebut akan turun. Demikian

juga bila berat molekul rendah, ketiga suhu itu rendah. Ketiga sifat ini

penting dalam penentuan mutu lemak yang digunakan sebagai minyak

goreng (Winarno, 1999).

Minyak atau lemak jika dipanaskan dapat dilakukan penetapan

titik asap, titik nyala, dan titik api. Titk asap adalah temperatur pada

saat minyak atau lemak menghasilkan asap tipis yang kebiru-biruan

Page 32: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

pada saat pemanasan. Titik nyala adalah temperatur pada saat

campuran uap dari minyak dengan udara mulai terbakar. Sedangkan

titik api adalah temperatur pada saat dihasilkan pembakaran yang

terus-menerus, sampai habisnya contoh uji (Ketaren, 2008).

10. Titik Kekeruhan

Titik keruh ditentukan dengan cara memanaskan minyak dan

ditam1bah pelarut sampai terlarut semua, kemudian didinginkan. Pada

suhu tertentu, campuran mulai terpisah dan akan menjadi kekeruhan.

Suhu tersebut dinamakan dengan titik keruh. Pelarut yang biasa

digunakan adalah asam asetat glasial, metil alkohol, dan campuran

alkohol 92% dengan amil alkohol 92%. Titik keruh ini tergantung dari

adanya asam lemak bebas (Wianarno dalam Chairunisa, 2013).

b. Sifat Kmia Minyak dan Lemak

1. Hidrolisa

Dalam reaksi hidrolisa,minyak atau lemak akan diubah menjadi

asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat

mengakibatkan kerusakan minyak atau lemak terjadi karena

terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak tersebut. Reaksi

ini akan mengakibatkan ketengikan hidrolisa yang menghasilkan flavor

atau rasa dan bau tengik pada minyak tersebut (Ketaren, 2008).

2. Oksidasi

Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara

sejumlah oksigen dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan

mengakibatkan bau tengik pada minyak. Oksidasi biasanya dimulai

dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida. Tingkat

selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak disertai dengan

konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam

Page 33: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

lemak bebas. Dan peroksida merupakan sebagai indikator dan

peringatan bahwa angka peroksida meningkat ditandai dengan bau

tengik (Ketaren, 2008).

3. Hidrogenasi

Proses hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk

menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada

minyak. Reaksi hidrogenasi ini dilakukan dengan menggunakan

hidrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator.

Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator

dipisahkan dengan cara penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang

bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhannya.

Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis yang

mengakibatkan reaksi antara molekul-molekul minyak dengan gas

hidrogen. Hidrogen akan diikat oleh asam lemak yang tidak jenuh,

yaitu pada ikatan rangkap, membentuk radikal komples antara

hidrogen, nikel dan asam lemak, akan dihasilkan suatu tingkat

kejenuhan yang lebih tinggi. Radikal asam lemak dapat terus berekasi

dengan hidrogen, membentuk asam lemak jenuh (Ketaren, 2008)

4. Esterifikasi

Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak

dari trigliserida dalam bentk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan

melalui reaksi kimia yang disebut inter-esterifikasi atau pertukaran

ester yang didasarkan pada prinsip trans-esterifikasi friedel-craft.

Dengan menggunakan prinsip reaksi ini, hidrokarbon rantai pendek

dalam asam lemak seperti butirat, dan asam kaproat yang

mentebabkan bau tidak enak dapat ditukar dengan rantai panjang

yang tidak menguap (Ketaren dalam Chairunisa, 2013).

Page 34: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

2.1.7 Nilai Gizi Minyak

Lemak dan minyak merupakan sumbe energi paling padat, yang

menghasilkan 9 kilo kalori untuk tiap gram, yaitu 21/2 kali besar energi

yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah yang sama.

Sebagai simpanan lemak, lemak merupakan cadangan energi bagi tubuh

paling besar. Simpanan ini berasal dari konsumsi berlebihan salah satu

atau kombinasi zat-zat energi seperti karbohidrat, protein, lemak. Lemak

tubuh pada umumnya disimpan sebagai berikut ; 50% di jaringan bawah

kulit (subkutan), 45% di sekeliling organ dalam rongga perut, dan 5% di

jaringan intramuskular. Lapisan lemak di bawah kulit mengisolasi tubuh

dan mencegah kehilangan panas secara cepat, dan demikian lemak

berfungsi juga dalam memelihara suhu tubuh. Lapisan lemak yang

menyelubungi organ organ tubuh, seperti jantung, hati, dan ginjal

membantu menahan organ organ tersebut tetap ditempatnya dan

melindunginya terhadap benturan dan bahaya lain (Almatsler dalam

Chairunisa, 2013).

Minyak dan lemak berperan sangat penting dalam gizi terutama

karena merupakan sumber energi, cita rasa, serta sumber vitamin A, D, E

dan K. Manusia dapat digolongkan makhluk omnivora, artinya

makanannya terdiri dari bahan hewani maupun nabati, karena itu dapat

menerima minyak dan lemak dari berbagai sumber baik ternak maupun

tanaman (Winarno, 1999; Chairunisa, 2013). WHO menganjurkan

mengkonsumsi lemak untuk orang dewasa minimum 20% dari energi total

(sekitar 60 gram/hari). Konsumsi lemak total perhari yang di anjurkan

maksimal sebesar 30% dari energi total, terdiri dari 10% asam lemak

jenuh, 10% asam lemak tidak jenuh tunggal, dan 10% asam lemak tidak

jenuh jamak (Chairunisa, 2013).

Page 35: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

2.2 Minyak dan Kesehatan

2.2.1 Penyebab Kerusakan Minyak

Ketengikan (Rancidity) merupakan kerusakan minyak atau

perubahan bau dan flavor dalam minyak atau bahan pangan berlemak.

Dari hal tersebut teragi oleh beberapa faktor ialah :

a. Adsorpsi Bau (ODOR) oleh Lemak

1. Pencemaran Bau Terhadap Bahan Pangan Berlemak

Salah satu kesulitan dalam penanganan dan penyimpanan bahan

pangan adalah usaha untuk mencegah pencemaran oleh bau yang

berasal bahan pembungkus, cat, bahan bakar atau pencemaran bau

yang berasal dari bahan pangan lain yang disimpan dalam wadah

yang sama, terutama terjadi pada bahan pangan berkadar lemak

tinggi. Ha ini kemungkinan disebabkan karena lemak yang

mengabsorpsi zat penguap yang dihasilkan dari bahan lain. Sebagai

contoh, pencemaran bau dalam lemak mentega, kuning telur dan

lemak daging oleh bau buah-buahan yang disimpan dalam ruang

yang sama (Ketaren, 2008).

b. Kerusakan oleh Enzim

1. Produksi Asam Lemak Bebas

Lemak hewan dan nabati yang masih berada dalam jaringan,

biasanya mengandung enzim yang dapat menghidrolisa lemak.

Semua golongan enzim yang termasuk enzim lipase, mampu

menghidrolisa lemak netral (trigliserida). Sehingga menghasilkan

lemak bebas dan gliserol, namun enzim tersebut inaktif oleh panas.

Dalam organisme hidup, enzim pada umumnya berada dalam bentuk

zimogen inaktif, sehingga lemak yang berada dalam jaringan lemak

tetap bersifat netral atau utuh. Dalam organ tertentu, misalnya hati

Page 36: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

dan pankreas, kegiatan proses metabolisme cukup tinggi, sehingga

menghasilkan sejumlah asam lemak bebas. Jika organisme telah

mati, maka koordinasi mekanisme sel-sel akan rusak. Indikasi dari

aktivitas enzim lipase dalam organ yang mati dapat diketahui dengan

mengukur bilangan asam, sebagai contoh lemak daging ayam yang

banyakk mengandung lipase dan menunjukkkan kenaikkan yang

cepat (Ketaren, 2008; Winarno, 2004).

2. Pengaruh Asam Lemak Bebas Terhadap Flavor

Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh proses hidrolisa dan

oksidasi biaanya bergabung dengan lemak netral dan pada

konsentrasi sampai 15 persen, belum menghasilkan flavor yang

tidak disenangi. Asam lemak bebas juga dapat mengakibatkan

karat dan warna gelap jika lemak atau minyak dipanaskan dalam

wajan besi (Ketaren, 2008).

c. Kerusakan oleh Mikroba

Mikroba dalam proses metabolisme (jamur, ragi, dan bakteri)

membutuhkan air, senyawa nitrogen, dan garam mineral. Kerusakan

lemak atau minyak oleh mikroba biasanya terjadi pada minyak yang

masih berada dalam jaringan dan bahan pangan berlemak. Minyak

yang telah dimurnikan biasanya masih mengandung mikroba

berjumlah maksimum 10 mikroorganisme setiap 1 gram lemak atau

minyak, dapat dikatakan steril. Mikroba yang menyerang bahan

pangan biasanya termasuk tipe mikroba nonpathologi. Umumnya

dapat merusak minyak dengan mengahsilkan cita rasa tidak enak,

disamping menimbulkan perubahan warna (Ketaren, 2008).

Page 37: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

d. Kerusakan oleh Oksidasi

1. Oksidasi Lemak

Bentuk kerusakan, terutama ketengikan yang paling penting

disebabkan oleh aksi oksigen udara terhadap lemak atau minyak.

Dekomposisi minyak oleh mikroba hanya dapat terjadi jika

terdapat air, senyawa nitrogen, dan garam mineral, oksidasi oleh

oksigen udara terjadi secara spontan jika bahan yang

mengandung lemak dibiarkan kontak dengan udara. Kecepatan

proses oksidasinya tergantung dari tipe lemak dan kondisi

penyimpanan.

2. Oksidasi Konstituen Nonlemak

Di samping timbulnya off flavor, hasil oksidasi lemak tidak jenuh

dapat menyebabkan degradasi nilai alamiah dari konstituen

aroma, flavor, warna, dan vitamin. Degradasi konstituen nonlemak

sering terjadi serentak dengan proses oksidasi lemak, sehingga

faktor-faktor yang dapat menghambat atau mempercepat oksidasi

lemak, mempengaruhi konstituen nonlemak.

e. Bahan Kimia Sebagai Akselerator pada Oksidasi Minyak

1. Peroksida

Hasil oksidasi berpengaruh dan dapat mempersingkat periode

induktif dari lemak segar, serta dapat merusak zat penghambat.

Konstuituen yang aktif dari hasil oksidasi lemak, berupa peroksida

lemak atau penambahan peroksida selain yang dihasilkan pada

proses oksidasi lemak, misalnya hidrogen peroksida dapat

mempercepat proses oksidasi. Usaha penambahan anti-oksidan

hanya dapat mengurangi peroksida dalm jumlah kecil, namun

fungsi anti-oksidan akan merusak dalam minyak yang

Page 38: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

mengandung peroksida dalam jumlah besar. Hidrogen peroksida

pekat dalam pelarut netral, misalnya aseton akan bereaksi secara

lambat dengan asam oleat sehingga menghasilkan sejumlah kecil

asam dehidroksida stearat yang bertitik 950C.

2. Ozon

Gas ozon pada konsentrasi rendah, kadang-kadang digunakan

untuk menghilangkan bau yang tidak dikehendaki selama

penyimpanan dan pengapalan bahan pangan. Namun gas ini

kurang efektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba.

3. Kalium Permanganat

Ialah hasil oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh KMnO4 dan

hasilnya bervariasi, tergantung dari kondisi ketika reaksi

berlangsung.

4. Asam parasetat dan Perbenzoat

Persenyawaan hidrogen peroksida dalam larutan asam aetat

glasial dapat mengoksidasi asam lemak tidak jenuh. Tahap

pertama proses oksidasi ini adalah asam parasetat ke dalam

ikatan disusul dengan proses hidrolisa dalam suasana basa encer

sehingga menghasilkan asam dihidroksi (Ketaren, 2008).

5. Katalis Logam

Bahan logam juga terdapat dalam bahan pangan, meskipun

dalam jumlah kecil. Logam ini terdapat secara alamiah dalam

bahan atau ditambahkan untuk tujuan tertentu, yang berada dalam

bentuk garam kompleks, garam organik maupun anorganik. Dan

garamgaram tersenut sukar dalam pelepasan minyak lemak.

Beberapa logam tertentu, terutama yang mempunyai valensi dua

atau lebih , misalnya Fe, Cu, Mn, Ni, umumnya mempercepat

Page 39: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

kerusakan minyak dalam bahan pangan. Hal ini mengakibatkan off

flavor yang khas yaitu bau apek (tallowiness) (Chairunisa, 2013).

2.2.2 Mekanisme Pembentukan Peroksida

Kerusakan akibat oksidasi bahan pangan berlemak, terbagi

menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama, disebabkan oleh reaksi lemak

dengan oksigen, tahap kedua, merupakan kelanjutan dari tahap pertama,

prosesnya berupa proses oksidasi dan non oksidasi. Proses oksidasi ini

umumnya dapat terjadi pada setiap jenis minyak, misalnya minyak salad,

minyak goreng, minyak lemak babi dan lain sebagainya (Ketaren, 2008;

Jhon M deMan,1997).

Minyak goreng umumnya terdiri dari persenyawaan gliserida

kompleks. Komponen utamanya terdiri dari gliserol yang berikatan

dengan asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh (Winarno, 1999).

Pada kondisi biasa, asam lemak jenuh bersifat stabil pada udara.

Sebagian besar asam-asam lemak tidak jenuh akan rusak dengan

bertambahnya umur dan hasil dari akibat kerusakan tersebut sebagian

besar dapat menguap. Di samping itu, terbentuknya persenyawaan

peroksida dapat membantu proses oksidasi sejumlah kecil asam lemak

jenuh, dan juga oksigen bebas di bawah pengaruh faktor-faktor penyebab

cepatnya proses oksidasi seperti pengaruh sinar cahaya, katalis logam

dan pada suhu tinggi secara tidak langsung dapat mengoksidasi asam

lemak jenuh dan menigkatkan peroksida pada minyak (Ketaren, 2008).

a. Hasil Degradasi Primer

Oksidasi spontan lemak tidak jenuh didasarkan pada serangan

oksigen pada ikatan rangkap (ikatan tidak jenuh) sehingga

membentuk hidroperoksida tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh yang

terdapat dalam molekul trigliserida terdiri dari asam oleat

Page 40: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

(mengandung 1 ikatan rangkap), asam linoleat (ikatan rangkap), dan

asam linoleat (3 ikatan rangkap). Asam-asam tidak jenuh ini di

oksidasi, masing-masing akan membentuk hidroperoksida yang

bersifat reaktif. Peroksida yang dihasilkan bersifat tidak stabil dan

akan mudah mengalami dekomposisi oleh proses isomerasi atau

polimerasi, dan akhirnya mengalami dan menghasilkan

persenyawaan berat molekul lebih rendah.

Secara umum, reaksi pembentukan peroksida dapat digambarkan

sebagai berikut pada gambar 2.1

Gambar 2.1. Reaksi pembentukan peroksida

Senyawa peroksida mampu mengoksidasi molekul asam lemak

yang masih utuh dengan cara melepaskan 2 atom hidrogen,

sehingga membentuk ikatan rangkap baru dan selanjutnya direduksi

sampai membentuk oksida. Terbentuknya peroksida, disusul dengan

terbentuknya ikatan rangkap baru, akan menghasilkan deretan

Page 41: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

persenyawaan aldehida dan asam lemak jenuh dengan berat molekul

lebih rendah, misalnya senyawa epihidrin aldehida (Ketaren, 2008).

b. Hasil Degradasi Sekunder

Produk primer dalah persenyawaan hidroperoksida yang terbentuk

dari hasil reaksi antara lemak tidak jenuh dengan oksigen, sedangkan

produk sekunder dihasilkan dari proses degradasi hidroperoksida

(produk primer). Hasil degradasi ini terdiri dari persenyawaan alkohol,

aldehida dan asam, serta persenyawaan tidak jenuh dengan berat

molekul lebih rendah.

Proses oksidasi tanpa melalui tahap pembentukan peroksida

merupakan oksidasi langsung terhadap ikatan rangkap sehingga

menghasilkan peroksida siklis dan senyawa yang termasuk grup

epoksida. Tipe degradasi peroksida, terdiri dari 3 macam reaksi

kimia, yaitu ;

1. Pembentukan radikal hidroperoksida

2. Polimerasi, dan

3. Pembentukan senyawa karbonil (Ketaren, 2008).

2.2.3 Masalah Ketengikan dan Keracunan

Penyebab Ketengikan

Berbagai jenis minyak atau lemak akan mengalami perubahan

flavor dan bau sebelum terjadi proses ketengikan. Hal ini dikenal sebagai

reversion. Beberapa penyelidik berpendapat bahwa hal ini khas pada

minyak. Reversion terutama dijumpai dalam minyak di pasar mdan pada

pemanggangan atau penggorengan dengan menggunakan temperatur

yang terlalu tinggi.

Page 42: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan reversion

ini adalah :

1. Suhu

2. Cahaya atau penyinaran

3. Tersedianya Oksigen (O2)

4. Adanya logam-logam yang bersifat sebagai katalisator pada poses

oksidasi.

Jika suhu penyimpanan minyak dinaikan, maka waktu untuk

menghasilkan flavor reversion akan lebih singkat.

Ketengikan berbeda dengan reversion, beberapa minyak mudah

terpengaruh untuk menjadi tengik tapi akan mempunyai daya tahan

terhadap peritiwa reversion, misalnya pada minyak jagung. Perubahan

flavor yang terjadi selama reversion, berbeda untuk setiap jenis minyak,

sedangkan minyak yang telah menjadi tengik, akan menghasilkan flavor

yang sama untuk setiap jenis minyak. Bilangan peroksida yang sangat

tinggi dapat menjadi indikasi ketengikan minyak (Ketaren, 2008).

2.2.4 Pengaruh Minyak dan Lemak Terhadap Kesehatan

Salah satu komponen utama makanan yang memberikan dampak

positif dan negatif terhadap kesehatan. Lemak merupakan salah satu

komponen dalam bahan pangan. Secara tidak langsung lemak juga

membantu pembangunan organ-organ tubuh terutama pada anak yang

sedang berada dalam fase pertumbuhan. Namun penggunaan minyak

goreng secara berulang-ulang pada suhu tinggi (160-1800C) disertai

adanya kontak dari udara dan air pada proses penggorengan akan

mengakibatkan terjadinya reaksi degradasi yang komplek pada minyak

dan menghasilkan berbagai senyawa hasil reaksi. Produk hasil ini

menurunkan kualitas bahan pangan yang digoreng dan

Page 43: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

menimbulkanpengaruh buruk bagi kesehatan (Yustinah dalam Chairunisa,

2013).

Penyakit jantung (Penyakit Kardiovaskuler) merupakan salah satu

penyakit utama yang menyebabkan kematianbagi para eksekutif.

Penyakit tersebut menyerang manusia berusia produktif. Serangan

janung dapat terjadi karena terjadi adanya penyumbatan saluran darah

arteri (arteriosklerosis) yang berfungsi mengalirkan darah dari jantung ke

seluruh tubuh (Winarno,1999). Minyak yang mengandung asam lemak tak

jenuh jamak diakui dapat menurunkan kolesterol darah serta

meningkatkan kolesterol darah lainnya. Namun jika digunakan secara

berulang-ulang, maka asam lemak tak jenuh (baik dari minyak

penggoreng maupun dari makanan yang digoreng) akan berubah menjadi

lemak asam “Trans”, gugus peroksida serta senyawa radikal bebas

lainnya yang merangsang terjadinya keganasan (Sulistyowati, 2009).

Pada saat terjadi proses pengerasan arteri (arteriosklerosis) maka

telah terjadi penyumbatan pada arteri sehingga mengakibatkan

berhentinya penyebaran darah mengalir ke dalam. Penyumbatan yang

terjadi dapat menyebabkan mati mendadak atau myocardial infarction

(serangan jantung) (Winarno, 1999).

Nilai gizi dan kualitas lemak atau minyak yang teroksidasi, lebih

rendah dibandingkan dengan lemak segar, sehingga dapat mengganggu

kesehatan dan pencemaran atau gangguan-gangguan lainnya (Ketaren,

2008).

2.3 Uji Analisis Minyak Goreng

Pengujian sifat fisika-kimia digunakan untuk identifikasi jenis dan

penilaian mutu minyak dan lemak, yang meliputi pengujian kemurnian

Page 44: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

terutama terhadap pelarut organik, sifat penyabunan, jumlah ikatan

rangkap atau derajat ketidakjenuhan, dan dapat dilakukan berdasarkan

cara asidimetri, oksidimetri, dan uji khusus lainnya (Ketaren, 2008; Abdul

Rohman, 2007).

2.3.1 Warna

Warna minyak atau lemak dapat diketahui dengan membandingkan

warna contoh dengan warna standar. Perubahan warna pada minyak

goreng menjadi warna gelap dapat terjadi selama proses pengolahan dan

penyimpanan, yang disebabkan beberapa faktor, yaitu; suhu pemanasan

yang terlalu tinggi pada waktu pengepresan dengan cara hidraulik atau

expeller, sehingga sebagian minyak teroksidasi. Di samping itu minyak

yang terdapat dalam suatu bahan, dalam keadaan panas akan

mengekstraksi zat warna yang terdapat dalam bahan tersebut,

pengepresan bahan yang mengandung minyak dengan tekanan dan suhu

yang lebih tinggi akan menghasilkan minyak dengan warna yang lebih

gelap, ekstraksi minyak dengan menggunakan pelarut organik, misalnya

campuran pelarut petroleum-benzen akan menghasilkan warna dengan

warna yang lebih cerah jika dengan minyak yang di ekstraksi dengan

pelarut tricholor etilen, benzol dan heksan, logam seperti Cu, Fe, dan Mn

akan menimbulkan warna yang tidak diingini dalam minyak (Ketaren,

2008).

2.3.2 Bau

Lemak bersifat mudah menyerap bau. Apabila bahan pembungkus

dapat menyerap lemak, maka lemak yang terserap ini akan teroksidasi

oleh udara sehingga rusak dan berbau. Bau dari bagian lemak yang rusak

ini akan diserap oleh lemak yang ada dalam bungkusan yang

mengakibatkan seluruh lemak menjadi rusak (Winarno, 1999).

Page 45: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

2.3.3 Bilangan Asam

Bilangan asam adalah jumlah miligram KOH yang dibutuhkan

untuk menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau

lemak. Bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak

bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak. Caranya adalah dengan

jalan melarutkan sejumlah lemak atau minyak dalam alkohol-eter dan

diberi indikator phenolpthelain. Kemudian titrasi dengan larutan KOH 0,1

N sampai terjadi perubahan warna merah jambu yang tetap. Besarnya

bilangan asam tergantung dari kemurnian dan umur dari minyak atau

lemak tadi (Ketaren, 2008).

2.3.4 Bilangan Proksida

Bilangan peroksida adalah bilangan terpenting untuk menentukan

derajat kerusakan pada minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh

dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk

peroksida. Peroksdia ini ditentukan dengan metode Iodometri (Ketaren,

2008). Bilangan peroksida ditentukan berdasarkan jumlah iodin yang

dibebaskan setelah lemak atau minyak ditambahkan KI (Kalium Iodida).

Lemak atau minyak direaksikan dengan KI dalam pelarut asam asetat dan

kloroform (2:1) kemudian iodin yang berbentuk ditentukan dengan titrasi

memakai natrium thiosulfat (Winarno dalam Chairunisa, 2013;SNI, 2013).

Bilangan peroksida akan memecah ikatan karbonil dan aldehid

pada saat menggoreng dikarenakan suhu yang tinggi, udara, cahaya

(Serjouie dalam Chairunisa, 2013), ini terjadi sebagai hasil reaksi antara

trigliserida tidak jenuh dan oksigen dari udara. Molekul oksigen

bergabung pada ikatan ganda molekul trigliserida (Gaman dalam

Chairunisa, 2013).

Page 46: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

A x N x 1000

G

Perhitungan Bilangan Peroksida :

Bilangan peroksida =

Keterangan :

A = Jumlah ml larutan Na2S2O3

N = Normalitas larutan Na2S2O3

G = berat contoh minyak (gram) (Ketaren, 2008; Modul Praktikum

Kimia Analisis, 2013)

2.3.5 Kadar Air

Pengujian kadar air menggunakan metode oven terbuka yaitu:

Sampel diaduk dengan baik sebelum dilakukan pengujian dikarenakan air

cenderung untuk mengendap, dengan pengadukan maka penyebaran air

didalam sampel akan merata. Selanjutnya sampe ditimbang seberat 5

gram didalam cawan penguap, lalu dimasukkan ke dalam oven dan

dikeringkan pada suhu 1300C ±10C selama 30 menit. Sampel diangkat

dari oven kemudian didinginkan di dalam desikator sampai suhu kamar,

kemudian di timbang. Pekerjaan ini di ulang sampai kehilangan bobot

tetap (Ketaren, 2008).

2.3.6 Bilangan Iod

Bilangan Iod ditetapkan dengan melarutkan sejumlah contoh

minyak atau lemak (0,1 sampai 0, gram) dalam kloroform atau karbon

tetraklorida kemudian ditambahkan halogen secara berlebihan. Setelah

didiamkan pada tempat yang gelap dengan periode waktu yang dikontrol,

kelebihan iod yang tidak bereaksi diukur dengan jalan menitrasi larutan

campuran tadi dengan natrium thiosulfat. Titik akhir titrasi dinyatakan

dengan hilangnya warna biru dengan indikator amilum (Ketaren, 2008).

Page 47: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual pada dasarnya merupakan kerangka hubungan

antara konsep – konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmodjo,2010). Adapun kerangka konseptual

dalam penelitian ini yang berdasarkan teori, dapat di gambarkan

sebagaimana gambar 3.1

Gambar 3.1 : Kerangka Konseptual Bilangan peroksida pada minyak goreng. Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

MINYAK

FISIK

1. Berat jenis 2. Warna 3. Odor dan Flavor 4. Kelarutan 5. Indeks bias 6. Titik cair 7. Titik lebur 8. Titik didih 9. Titik asap 10.Titik nyala 11.Titik api.

KIMIA

1. Hidrolisa 2. Polimerasi 3. Hidrogenasi 4. Esterifikasi

5. Oksidasi

BILANGAN PEROKSIDA

Faktor yang mempengaruhi :

1. Penggorengan berulang-ulang

2. Suhu pemanasan 3. Cahaya 4. Logam (Fe,Cu)

Tidak sesuai Standar Mutu Departemen Perindustrian

SNI 01-3741-2013 ( ≥ 10 mek O2/Kg)

Sesuai Standar Mutu Departemen Perindustruan

SNI 01-3741-2013 ( ≤ 10 mek O2/Kg)

1. Mual dan pusing

2. Atherosclerosis 3. Pencetus

penyakit carsinogenic

(Kanker)

1. Ketengikan 2. Warna berubah

coklat hingga hitam

30

Page 48: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

3.2 Penjelasan Kerangka Konsep

Parameter minyak goreng terbagi menjadi dua, yaitu secara fisik dan

kimia. Di dalam sifat fisik minyak goreng terdapat: berat jenis, warna, odor

dan flavor, kelarutan, indeks bias, titik cair, titik lebur, titik didih, titik asap, titik

nyala dan api, titik kekeruhan. Sifat kima dari minyak goreng terdapat:

hidrolisa, polimerasi, hidrogenasi, esterifikasi dan oksidasi. Oksidasi

merupakan faktor penyebab meningkatnya suatu bilangan peroksida pada

minyak goreng yang dipengaruhi penggorengan yang berulang-ulang, suhu

pemanasan dalam suatu penggorengan, cahaya, katalis logam (Fe,Cu).

Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi meningkatnya bilangan

peroksida dan kualitas minyak. Namun, dari semua faktor tersebut tidak

semuanya diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengidentifikasi

bilangan peroksida pada minyak goreng yang dipanaskan secara berulang di

pasar Legi Jombang. Bilangan peroksida merupakan suatu parameter yang

telah ditetapkan oleh Departemen Perindustrian SNI 01-3741-2013 (Maks. 10

mek O2/Kg) untuk mengetahui kualitas dari suatu minyak goreng.

Page 49: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

4.1.1 Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan (mulai dari penyusunan proposal

sampai dengan penyusunan akhir) pada bulan Januari sampai dengan

bulan Mei 2015.

4.1.2 Tempat penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan di Pasar Legi

Jombang dan pemeriksaan sampel dilakukan di Laboratorium D-III Analis

Kesehatan STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.

4.2 Desain penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang

memungkinkan dan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang

bisa mempengaruhi validitas suatu hasil. Desain riset sebagai petunjuk

peneliti dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai

tujuan atau menjawab suatu pertanyaan (Nursalam, 2008 h.77).

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan,

menjelaskan, menemukan dan memaparkan sesuatu yang diteliti. Peneliti

menggunakan penelitian deskriptif karena peneliti hanya ingin mengetahui

bilangan peroksida pada minyak goreng yang telah digunakan pedagang

gorengan di Pasar Legi Jombang.

32

Page 50: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

4.3 Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan langkah – langkah yang akan dilakukan

dalam penelitian yang berbentuk kerangka hingga analisis datanya

(Hidayat, 2009). Kerangka kerja penelitian tentang uji kuantitatif bilangan

peroksida pada minyak goreng dengan pemanasan berulang di Pasar Legi

Jombang tertera sebagai berikut :

Penentuan masalah

Penyusunan proposal

Pengumpulan data Pengambilan sampel minyak goreng

Pengolahan dan analisa data Coding, Tabulating dan Persentase

Penyusunan laporan akhir

Pengukuran bilangan peroksida

Desain penelitian Deskriptif

Populasi Minyak Goreng yang yang telah digunakan sebanyak 6 sampel

di pasar Legi Jombang

Sampling Total sampling

Gambar 4.1 Kerangka kerja Uji Kuantitatif Bilangan Peroksida pada minyak goring di Pasar Legi Jombang.

Page 51: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

4.4 Populasi dan Sampling

4.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010 h. 115). Pada penelitian ini populasinya adalah minyak

goreng yang telah digunakan pedagang gorengan sebanyak 6 sampel di

Pasar Legi Jombang.

4.4.2 Sampling

Sampling merupakan suatu proses dalam menyeleksi sampel dari

populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2008 h. 93). Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Probability

Sampling dengan metode Total sampling adalah cara pengambilan sampel

dengan mengambil anggota populasi semua menjadi sampel (Hidayat

2009, h. 71).

4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

4.5.1 Identifikasi Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang

sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo 2010, h. 103). Variabel

dalam penelitian ini adalah bilangan peroksida dalam minyak goreng yang

telah dipanaskan secara berulang.

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan kriteria yang diamati, memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi dan pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena (Hidayat , 2009 h. 79). Definisi operasional variabel

pada penelitian ini dapat di gambarkan pada tabel 4.1

Page 52: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

Tabel 4.1 Definisi Operasional Uji Kuantitatif Bilangan Peroksida.

Variabel Definisi Operasional

Variabel

Parameter Alat Ukur Kategori

Bilangan peroksida dalam minyak goreng dengan pemanasan berulang.

Bilangan peroksida pada minyak goreng sebagai parameter kualitas minyak goreng yang ditulis dalam satuan mek O2/kg

Bilangan peroksida

Titrasi – Iodometri

1. Sesui SNI 01-3741-2013 (≤10 mekO2/kg).

2. Tidak sesuai SNI 01-

3741-2013 (>10 mekO2/kg).

4.6 Pengumpulan Data

4.6.1 Alat dan Bahan Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat – alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo 2010, h. 87).

1. Pengambilan sampel

Alat yang digunakan dalam pengambilan dan pengiriman sampel

adalah botol plastik sebagai wadah minyak goreng dan kertas label

untuk memberi tanda pada masing-masing minyak goreng.

2. Pemeriksaan sampel

Uji Kuantitatif metode Iodometri

A. Alat

1) Buret

2) Gelas ukur

3) Gelas erlenmeyer

4) Ball-pipette

5) Labu erlenmeyer

6) Labu ukur

7) Kertas saring

8) Timbangan

Page 53: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

B. Bahan

1) Minyak goreng yang telah di panaskan

2) Larutan kalium iodida (KIO3) 0,1 N

3) Asam asetat glasial (CH3COOH)

4) Kloroform (CHCl3)

5) Aquadest (H2O)

6) Larutan natrium thiosulfat (Na2S2O3)

7) Amylum (C6H10O5) 1 %

4.6.2 Prosedur Penelitian

1. Pembuatan larutan

a. Larutan baku primer (KIO3)

- Membuat larutan KIO3 0,1N ke dalam labu ukur 100 ml.

b. Larutan baku sekunder (Na2S2O3)

- Membuat larutan baku sekunder 0,01 N sebanyak 1 liter dengan

aquadest yang telah dididihkan..

c. Larutan indikator amylum (C6H10O5) 1 %

- Buat sebanyak 1 gram amylum dalam air sedikit, lalu dituangkan

pada air mendidih sebanyak 100 ml.

2. Standarisasi larutan (Na2S2O3)

- Pipet sebanyak 10 ml KIO3 0,1 N, lalu dimasukkan ke dalam

erlenmeyer

- Melakukan titrasi dengan natrium tiosulfat (Na2S2O3) sampai

larutan berwarna kuning

- Ditambahkan dengan 2 ml amylum (C6H10O5) dan titrasi dilanjutkan

sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna

Page 54: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

3. Penetapan sampel

a. Menimbang sampel minyak seberat 5 gram.

b. Memasukkan sampel tersebut ke dalam labu erlenmeyer.

c. Menambahkan pula ke dalam labu erlenmeyer sebanyak 30 ml

campuran pelarut yang terdiri dari 60% asam asetat glasial dan 40%

kloroform.

d. Melarutkan antara sampel minyak dengan campuran pelarut yang

ada di dalam labu erlenmeyer.

e. Menambahkan sebanyak 0,5 ml larutan kalium iodida jenuh ke dalam

larutan yang ada di dalam erlenmeyer sambil dengan mengocoknya

(Shake).

f. Menunggu setelah 2 menit penambahan kalium iodida,

menambahkan 30 ml aquadest ke dalam labu erlenmeyer.

g. Kemudian dititrasi sampai warna kuning hampir hilang.

h. Beri 1 ml larutan indikator amylum (C6H10O5) 1 % dilihat dari

perubahan warna dari bening menjadi warna biru.

Cara perhitungan penetapan bilangan peroksida :

Perhitungan :

Bilangan peroksida = (Mek O2/Kg) Keterangan :

A = jumlah ml larutan Na2S2O3

N = normalitas larutan Na2S2O3

G = berat contoh minyak (gram).

4.6.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada objek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

A x N x 1000

G

Page 55: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

penelitian (Nursalam 2008, h. 111). Pada penelitian ini pengumpulan data

melalui data primer dengan melakukan pemeriksaan uji kuantitatif bilangan

peroksida pada minyak goreng dengan pemanasan berulang

menggunakan metode titrasi Iodometri.

4.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

4.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting untuk

memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan

yang baik (Notoatmodjo 2010, h. 171).

A. Coding

Adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan (Notoatmojo2010, h. 177).Pada

penelitian ini pengkodean sebagai berikut :

1. Data Umum :

Sampel minyak goreng pedagang 1 : Kode 1

Sampel minyak goreng pedagang 2 : Kode 2

Sampel minyak goreng pedagang 3 : Kode 3

Sampel minyak goreng pedagang 4 : Kode 4

Sampel minyak goreng pedagang 5 : Kode 5

2. Data Khusus :

Kode 1 : Memenuhi Standar Permenkes

Kode 2 : Tidak Memenuhi Standar Permenkes

B. Tabulating

Tabulasi yaitu membuat tabel data sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmojo 2010, h. 176).

Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan

Page 56: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

jenis variabel yang diolah yang menggambarkan hasil pemeriksaan

bilangan peroksida dalam minyak goreng.

4.7.2 Analisa Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai

tujuan pokok penelitian (Nursalam 2008, h. 117).

Analisa data menggunakan rumus :

P =

× 100 %

Keterangan :

P = Persentase

N = Jumlah seluruhnya sampel bilangan peroksida yang diteliti

f = Frekuensi sampel minyak goreng yang memenuhi standar

permenkes

Setelah diketahui persentase dari perhitungan, kemudian ditafsirkan

dengan kriteria sebagai berikut:

1. Seluruhnya : 100%

2. Hampir seluruhnya : 76% - 99%

3. Sebagian besar : 51% - 75%

4. Setengahnya : 50%

5. Hampir setengahnya : 26% - 49%

6. Sebagian kecil : 1% - 25%

7. Tidak satupun : 0%

4.8 Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti dengan pihak

yang diteliti dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil

Page 57: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

penelitian tersebut (Notoatmodjo 2010, h. 202). Kemudian peneliti langsung

melakukan penelitian dengan memperhatikan:

4.8.1 Anonimity (Tanpa nama)

Responden tidak perlu mencantumkan namanya pada lembar

pengumpulan data. Cukup menulis nomor responden untuk menjamin

kerahasiaan identitas.

4.8.2 Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden akan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti. Penyajian data atau hasil penelitian hanya

ditampilkan pada forum akademis.

Page 58: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Data Penelitian

Hasil pemeriksaan yang diperoleh dari Pasar Legi Jombang pada

beberapa sampel minyak goreng bekas sebagai berikut :

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Bilangan Peroksida pada minyak goreng

dengan pemanasan berulang di Pasar Legi Jombang

Bilangan Peroksida pada minyak goreng Frekuensi Persentase (%)

Sesuai SNI 3 50

Tidak Sesuai SNI 3 50

Jumlah 6 100

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa bilangan peroksida pada

minyak goreng dengan pemanasan berulang yang tidak memenuhi Standar

Nasional Indonesia (SNI)-3741-2013 adalah 3 sampel (50 %) sedangkan

bilangan peroksida pada minyak goreng dengan pemanasan berulang yang

memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI)-3741-2013 adalah 3 sampel

(50 %). Jadi, dari keseluruhan sampel minyak goreng yang di periksa

bilangan peroksidanya terdapat setengahnya tidak sesuai dengan aturan

SNI.

5.1.2 Pembahasan

Sampel yang di teliti oleh peneliti sebanyak 6 sampel minyak goreng

yang telah digunakan secara berulang dan berasal dari pedagang gorengan di

Pasar Legi Jombang. Hasil uji kuantitatif terhadap bilangan peroksida pada

Page 59: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

minyak goreng dari 6 sampel menunjukkan bahwa terdapat setengahnya

sampel minyak goreng yang di teliti menunjukkan bilangan peroksida yang

tidak sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)-3741-2013.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bilangan peroksida pada

minyak goreng sampel 1, 2 dan 5 melebihi batas maksimum bilangan

peroksida menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)-3741-2013 yaitu

memiliki bilangan peroksida sebesar 14,9808 mekO2/Kg, 12,9549 mekO2/Kg,

11,1783 mekO2/Kg. Menurut peneliti, penyebab terjadinya peningkatan suatu

bilangan peroksida pada minyak goreng karena penggunaannya yang

berulang-ulang sehingga terjadi proses oksidasi, dimana salah satu faktor

penyebab meningkatnya bilangan peroksida oleh udara saat proses

pemanasan dan kebanyakan pedagang menggunakannya melebihi dari

empat kali dan bahkan ada pedagang yang baru mengganti minyak

gorengnya setelah digunakan dua hari berjualan atau sisa dari minyak goreng

tersebut langsung ditambah dengan minyak goreng yang baru. Menurut

Ketaren (2008), kerusakan minyak karena pemanasan pada suhu tinggi dan

disebabkan oleh proses oksidasi.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Mulasari dan Utami (2013) tentang Kandungan Peroksida Pada Minyak

Goreng Di Pedagang Makanan Gorengan Sepanjang Jalan Prof. DR.

Soepomo Umbulharjo Di Yogyakarta dengan metode titrasi menunjukkan

bahwa 14 dari 15 sampel memiliki bilangan peroksida yang tidak sesuai

dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)-3741-1995.

Minyak merupakan salah satu komponen utama makanan yang

memberikan dampak positif dan negatif terhadap kesehatan. Minyak dan

Page 60: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

lemak merupakan salah satu komponen dalam bahan pangan. Secara tidak

langsung lemak juga membantu pembangunan organ-organ tubuh terutama

pada anak yang sedang berada dalam fase pertumbuhan. Namun

penggunaan minyak goreng secara berulang-ulang pada suhu tinggi (160-

1800C) disertai adanya kontak dari udara dan air pada proses penggorengan

akan mengakibatkan terjadinya reaksi degradasi yang komplek pada minyak

dan menghasilkan berbagai senyawa hasil reaksi. Produk hasil ini

menurunkan kualitas bahan pangan yang digoreng dan menimbulkan

pengaruh buruk bagi kesehatan (Yustinah dalam Chairunisa, 2013).

Penyebab ketengikan dari minyak ada tiga yaitu ketengikan oleh

oksidasi, ketengikan oleh enzim dan ketengikan oleh hidrolisa. Ketengikan

hidrolisa biasanva disebabkan oleh bekerjanya mikroorganisme terhadap

lemak/minvak yang menimbulkan hidrolisis sederhana dari lemak menjadi

asam lemak digliserida, monogliserida dan gliserol. Sedangkan ketengikan

oksidasi adalah karena asam lemak mengalami pengurangan hidrogen

sehingga membentuk radikal bebas. Ketengikan ini terjadi karena proses

oksidasi oleh udara terhadap asam lemak tidak jenuh pada saat proses

pemanasan suhu tinggi. Oksidasi terjadi pada ikatan tidak jenuh asam lemak

pada suhu kamar sampai dengan suhu 1000C, setiap ikatan tidak jenuh dapat

mengabsorpsi 2 atom oksigen, sehingga terbentuk persenyawaan peroksida

bersifat labil seperti pada gambar 5.1

Page 61: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

Gambar 5.1 Proses pembentukan persenyawaan peroksida

Kerusakan minyak selama proses menggoreng akan mempengaruhi mutu dan

nilai gizi. Pada saat proses penggorengan maka terjadi proses oksidasi dan

polimerasi. Dimana reaksi oksidasi oleh oksigen terhadap asam lemak tidak

jenuh akan menyebabkan terbentuknya peroksida, aldehid, keton dan asam-

asam lemak berantai pendek sehingga timbul perubahan bau dan rasa

(ketengikan).

Gambar 5.2 Reaksi Oksidasi

Page 62: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

Reaksi yang terjadi ketika asam lemak tidak jenuh dengan adanya

perlakuan dari luar yaitu pemanasan dan oksigen (O2) dapat menyebabkan

radikal bebas menjadi peroksida aktif, radikal bebas memicu peroksida aktif

dan kemudian menjadi asam lemak hidroperoksida. Dimana proses oksidasi

dimulai dari terbentuknya peroksida dan hidroperoksida. Bila hidroperoksida

dibiarkan terbentuk, maka zat tersebut akan meneruskan penguraiannya

dengan cara memecah menjadi berbagai macam aldehida dan keton yang

besarnya tergantung jumlah dan posisi dari ikatan rangkap yang telah

mengalami peroksidasi. Perubahan hidrolisa dan oksidasi inilah vang

bertanggung jawab terhadap timbulnva ketengikan minvak nabati (Winarno.

1989).

Nilai gizi dan kualitas minyak yang telah teroksidasi lebih rendah

dibanding minyak baru, sehingga dapat mengganggu kesehatan dan

gangguan lainnya (Ketaren, 2008).

Page 63: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian uji kuantitatif bilangan peroksida pada minyak

goreng dengan pemanasan berulang di Pasar Legi Jombang didapatkan

setengahnya mempunyai bilangan peroksida yang tidak memenuhi Standar

Nasional Indonesia (SNI)-3741-2013.

6.2 Saran

1. Bagi Dinas Perindustrian

Diharapkan untuk melakukan pembinaan, pengembangan serta

pengawasan terhadap bahan pangan yang sudah tidak layak untuk di

konsumsi khususnya bahan pangan minyak goreng.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar ada penelitian lebih lanjut mengenai penelitian ini

yaitu uji kuantitatif bilangan peroksida dengan menggunakan meode yang

lain.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi dapat memberikan teori dan keterampilan

yang lebih kepada mahasiswa agar dapat dengan mudah melakukan

penelitian ilmiah khususnya di bidang analisa makanan dan minuman.

Page 64: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Isworo. 2010. Jurnal Praktek Penggorengan dan Mutu Minyak Goreng Sisa pada Rumah Tangga di RT V RW III Kedungmundu Tembalang Semarang.

Badan Standarisasi Nasional, 2013. Minyak Goreng. Standar Nasional Indonesia

01-3741-2013

Chairunisa, 2013. Jurnal Uji Kualitas Minyak Goreng Pada Pedagang Gorengan

di sekitar Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

F.G. Winarno, 2004. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

John M deMan, 1997. Kimia Makanan. Edisi 2. Bandung : ITB

Ketaren. S, 2008. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta :

Universitas Indonesia.

Lilik Nur Indah, dkk. Jurnal Analisis Kualitas Minyak Goreng yang digunakan

Pedagang Ayam Goreng Kaki Lima di Singaraja. Vol.02 No.01.

Mulasari, Utami. 2012. Jurnal Kandungan Peroksida pada Minyak Gireng di Pedagang Makanan Gorengan sepanjang Jalan Prof. DR. Soepomo Umbulharjo Jogjakarta. Vol.1 No.02.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Rohman, A., Gandjar, G.I.,2012. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Siti Aminah. 2010. Jurnal Bilangan Peroksida Minyak Goreng Curah dan Sifat Organoleptik Tempe Pada Pengulangan Penggorengan. Vol.01 No.01.

Wildan, F., 2002. Jurnal Penentuan Bilangan Peroksida Dalam Minyak Nabati

Dengan Cara Titrasi. Balai Penelitian Ternak-Ciawi. Bogor.

Page 65: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari
Page 66: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

Lampiran 2

LAMPIRAN HASIL PENELITIAN

Lembar Hasil Uji Kuantitatif Bilangan Peroksida pada Minyak Goreng

dengan Pemanasan Berulang

Nomor

Sampel Jenis minyak

goreng

ml titrasi

natrium

thiosulfat

(Na2S2O3)

Hasil bilangan

peroksdia

dalam

mekO2/Kg

Keterangan

1 Sampel 1 7,5 14,9808 Tidak sesuai

2 Sampel 2 6,5 12,9549 Tidak sesuai

3 Sampel 3 4,4 8,7782 Sesuai

4 Sampel 4 4,2 8,2686 Sesuai

5 Sampel 5 5,6 11,1783 Tidak sesuai

6 Sampel 6 3,6 7,1814 Sesuai

Page 67: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

Lampiran 3

JADWAL PELAKSANAAN

KEGIATAN PENELITIAN KTI

No Jadwal

BULAN

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pembuatan Judul

2. Konsultasi Judul

3. Studi Kepustakaan

4. Penyusunan Proposal

5. Bimbingan Proposal

6. Ujian Proposal

7. Revisi Hasil Proposal

8. Pengambilan data

9. Penelitian

10. Pengolahan Data

11. Penyusunan KTI

12. Bimbingan KTI

13. Ujian KTI

14. Revisi Hasil KTI

Keterangan :

Kolom 1 – 4 pada bulan : minggu 1 – 4

Blok warna hitam : tanggal pelaksanaan kegiatan

Page 68: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

Lampiran 4

DOKUMENTASI UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK

DENGAN PEMANASAN BERULANG

Sampel Minyak setelah pemanasan berulang

Standarisasi larutan Natrium tiosulfat (Na2S2O3)

Sebelum Sesudah

Page 69: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

P

roses

titrasi

Sampe

l

sebelu

m di

proses

Sampel setelah ditambah pelarut

Sampel setelah dititrasi lagi

Page 70: UJI KUANTITATIF BILANGAN PEROKSIDA PADA MINYAK GORENG ...repo.stikesicme-jbg.ac.id/4881/1/KESELURUHAN LENGKAP.pdf · Indonesia (SNI) 01-3741-2013 (>10 mekO 2 /kg). Kesimpulan dari

Setelah penambahan amilum

Titrasi

akhir