urbanisasi migrasi desa kota dan aglomerasi

57
URBANISASI DAN MIGRASI DESA KOTA:TEORI DAN KEBIJAKAN

Upload: indah-n-safrida

Post on 08-Aug-2015

407 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

URBANISASI DAN MIGRASI DESA KOTA:TEORI DAN KEBIJAKAN

Page 2: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Figure 7.3 Proportion of Urban Population by Region, 1950-2050

Page 3: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Figure 7.4 Megacities: Cities with Ten Million or More Inhabitants

Page 4: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Figure 7.5 Estimated and Projected Urban and Rural Population of the More and Less Developed Regions, 1950-2050

Page 5: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Figure 7.6 Annual Growth of Urban and Slum Populations, 1990-2001

Page 6: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

7.2 The Role of Cities

Agglomeration economies: Urbanization (general) economies, localization (industry or sector) economies

Saving on firm-to-firm, firm-to-consumer transportation Firms locating near workers with skills they need Workers locating near firms that need their skills Firms benefit from (perhaps specialized) infrastructure Firms benefit from knowledge spillovers in their and related

industries (Also: consumers may benefit from urban amenities)

Page 7: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Industrial Districts and Clustering

Quality of clusters, or Industrial Districts, is a key to sectoral efficiency

Unfortunately a majority of developing countries have made only limited progress

China: a country that has made huge strides in generating industrial districts over the last decade (Findings Box 7.1)

Page 8: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Urbanization Costs, and Efficient Urban Scale But, cities also entail “congestion costs” Economically efficient urban scale (from point of view of

productive efficiency) found were average costs for industries are lowest

Generally, differing efficient scales for different industrial specializations imply different city sizes

More extensive (expensive) capital, infrastructure required in urban areas

Smaller cities may be expected in labor-intensive developing countries

Page 9: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Masalah Kronis NSB Migrasi kota-desa yg sangat intensif Produksi pertanian stagnant Underemployment dan unemployment

semakin meningkat, baik dalam jumlah relatif maupun nominalnya

Dampak pengangguran di LDC lebih komplek dibandingan pengangguran di Neg Maju

Pekerja di LDC berkaitan dengan kemiskinan

Page 10: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

10

Masalah Migrasi, Urbanisasi dan Sektor Informal Strategi industrialisasi yang diterapkan di

Indonesia menimbulkan polarisasi dan dualisme proses pembangunan

Dua sektor ekonomi, sektor manufaktur dan sektor pertanian,yang berbeda karakteristiknya saling berhadapan

Dualisme terjadi karena adanya urbanisasi Tingkat urbanisasi suatu wilayah dapat

dinyatakan sebagai besarnya proporsi penduduk perkotaan pada wilayah tersebut (BPS, 1997: bab IV).

Page 11: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

11

WHY STUDY AGGLOMERATION?WHY STUDY AGGLOMERATION?

Increasing role of geography in Increasing role of geography in industrialization due to:industrialization due to:– Massive globalisation reinforces Massive globalisation reinforces

agglomerations & clusters (sticky places in agglomerations & clusters (sticky places in slippery space)slippery space)

– Limited explanation of traditional location Limited explanation of traditional location theorytheory

– Why a cluster arise in a specific location?Why a cluster arise in a specific location?

– Growing awareness on spatial aspects but Growing awareness on spatial aspects but yet little tested empirically, in particular in yet little tested empirically, in particular in IndonesiaIndonesia

Page 12: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

12

Konsep Dasar Pengertian Aglomerasi

pengelompokan ……… terjemahan bahasakonsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi dikawasan perkotaan sebagai akibat terjadinya penghematan akibat lokasi yang berdekatan (economies of proximity) ……….. Montgomerysuatu lokasi yang ‘tidak pernah berubah’ sebagai akibat adanya penghematan eksternal (external economies) yang terbuka bagi semua perusahaan yang letaknya berdekatan dengan perusahan lain serta penyedian jasa-jasa pendukung dan bukan sebagai akibat dari kalkulasi perusahaan/ pekerja secara individual …….. Markusenpola lokasi yang terpadu atau berdekatan/ pola kebersamaan lokasi ……. Soepomosekumpulan kluster industri ……………….. Kuncoro

Page 13: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

13

Perspektif Aglomerasi

Teori dan studi tentang aglomerasi dapat digolongkan dalam 2 (dua) perspektif yaitu :

Perspektif Klasik

Perspektif Modern

Page 14: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

14

Perspektif KlasikAda dua pendekatan yang digunakan untuk melihat aglomerasi dari perspektif klasik

Pendekatan PenghematanAglomerasi merupakan bentuk spasial dan para pelaku ekonomi berupaya mendapatkan penghematan aglomerasi (agglomeration economies) dalam bentuk penghematan lokalisasi (localisation economies) dan penghematan urbanisasi (urbanisation economies)

Page 15: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

15

Penghematan Lokalisasi (Localisation Economies)

Terjadi apabila biaya total rata-rata (produksi) dari perusahaan yang sejenis pada lokasi yang sama turun bila jumlah produksi dari industri itu naik.

Ada 3 (tiga) alasan penyebabnya Pembelian input bersama dalam jumlah besar dari perusahaan sejenis dalam lokasi yang sama dari perusahaan input yang sama

Ekonomi pasar tenaga kerja, dimana pekerja mudah berganti pekerjaan dilokasi yang sama

Komunikasi ekonomi, dimana mudahnya pertukaran informasi dan penyebaran teknologi antara pekerja dan perusahaan

Page 16: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

16

Penghematan Urbanisasi (Urbanisation Economies)

Terjadi apabila biaya total rata-rata (produksi) dari tiap perusahaan (yang berbeda) turun bila jumlah produksi dari berbagai industri dilokasi yang sama naik.

Penghematan urbanisasi terjadi untuk alasan yang sama

seperti penghematan lokalisasi, hanya bedanya : Perusahaan dari berbagai industri (yang tidak sejenis) dilokasi yang sama dapat membeli secara bersama pada perusahaan bahan baku yang sama

Dari sisi pekerja, mereka yang diberhentikan di suatu industri mudah mendapat pekerjaan di industri lain, dan dari sisi perusahaan, mereka dapat dengan mudah merubah / mengurangi pekerja karena biaya mencari pekerja dan biaya pindah murah

Aglomerasi mempermudah dan mempercepat pertukaran informasi dan penyebaran teknologi

Page 17: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

17

Pendekatan Eksternalitas Aglomerasi merupakan bentuk spasial melalui konsep eksternalitas.Eksternalitas dapat dibedakan menjadi :

1. External agglomeration economies

2. Internal agglomeration economies

3. Economies of scale

4. Economies of scope

Page 18: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

18

External Agglomeration EconomiesPenghematan aglomerasi eksternal melihat penurunan biaya yang terjadi akibat aktivitas diluar lingkup perusahaan/ industri, dengan cara beraglomerasi secara spasial dalam bentuk :

penghematan biaya, dimana perusahaan dalam industri yang sama bersaing satu dengan yang lainnya untuk memperoleh pasar atau konsumen

penghematan tenaga kerja terampil

penghematan bahan baku

Page 19: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

19

Internal Agglomeration economiesPenghematan aglomerasi internal melihat penurunan biaya secara internal di dalam suatu perusahaan/ industriakibat adanya efisiensi dalam kegiatan produksi, dalam bentuk :

Pembagian kerja (spesialisasi)

Mekanisasi

Sub kontrak aktivitas rposes produksi kepada perusahaan lain

Kontinuitas dan stabilitas titik optimum produksi yang akan meminimumkan biaya

Page 20: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

20

Economies of ScalePenghematan skala terjadi karena perusahaan/ industri menaikkan tingkat produksi melalui perluasan skala ekonomi (dengan memperbesar/ memperluas pabrik)

Penghematan biaya terjadi dengan meningkatkan skala pabrik sehingga biaya produksi per unit dapat ditekan

Economies of ScopePenghematan cakupan teerjadi karena seluruh unit produksi yang ada dalam perusahaan/ industri bekerja secara bersama sehingga dapat dilakukan penghematan biaya.

Page 21: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

21

Perspektif ModernMeskipun konsep-konsep dasar perspektif Klasik secara intuitif dapat memberikan penjelasan yang beralasan dan dinamik mengapa aktivitas ekonomi cenderung untuk terkonsentrasi secara geografis di suatu/ beberapa tempat saja, tetap saja memiliki kelemahan mendasar yaitu tidak dapat memperhitungkan berbagai biaya yang hendak diminimalkan oleh perusahaan.

Untuk itu dikembangkaan pemikiran-pemikiran baru yang mencoba menjelaskan mengapa aglomerasi terjadi di daerah tertentu. Pemikiran baru tersebut diantaranya :

Eksternalitas Dinamis

Paradigma Pertumbuhan Perkotaan

Geografi Ekonomi Baru

Analisis Biaya Transaksi

Page 22: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

22

Konsep dan teori yang telah dikemukakan mengenai aglomerasi di atas menyajikan sumbangan pemikiran yang sangat berharga dalam menganalisa perilaku pengelompokan industri secara spasial. Namun konsep dan teori ini sebenarnya belumlah cukup apabila kita ingin mengetahui mengapa industri (khususnya manufaktur) cenderung mengelompok disuatu atau beberapa daerah tertentu.

Analisis kluster (tepatnya industrial cluster/ industrial district) dapat membantu melengkapi analisa perilaku industri secara spasial tersebut.

Page 23: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

23

Mega-cities and urbanisation UN Report (1998):

– by 1995 almost half of the world’s population lived in urban areas– just after the turn of the millennium, urban dwellers will outnumber

those in rural areas– by 2030 three of every five persons in the world will be living in

urban areas

In the process of world urbanisation, several mega-cities, defined as cities with more than 10 million inhabitants, have emerged strikingly in Asia over the last four decades:– the largest increase in the urban population has occurred in the

less developed countries rather than in developed countries– Asia is represented by the emergence of Tokyo, Shanghai and

Bombay among the 5 largest agglomerations (See table 1)

Page 24: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

24

Table 1. The 5 Largest Urban Agglomerationsand ASEAN Cities, 1960-1995

1960 1995Agglomerations,country Ra

nkPopulation

Rank Population

New York, USATokyo, JapanLondon, UKShanghai, ChinaParis, FranceMexico City, MexicoSao Paulo, BrazilBombay, India

1234514156

14.211.09.18.87.25.44.74.1

4125618235

16.327.07.613.69.516.616.515.1

Jakarta, IndonesiaMetroManila,PhilippinesBangkok, Thailand

28nana

2.7nana

222029

8.69.36.5

na = data not availableSource: United Nations (1998),World Urbanization Prospects The 1996 Revision, UN:New York

Page 25: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

25

The most striking features of the geography of economic activity is concentration and unevenness: – extended metropolitan regions– emergence of mega-cities – transformation of urbanisation– agglomerations and clusters

Location does really matter even in the wave of globalisation– Mega global trend: 3F (food, fun, fashion)==> spatial widening of

economic activity (borderless world)– Paradox of space: globalisation vs localisation leading to

glocalisation strategy (think globally but act locally)– Paradox of regional economic integration (AFTA, EC, APEC, etc.) vs

WTO Key questions

– How significantly has urban form being altered?– How have these changes varied geographically?– How differently does urban life feel? And for whom?

Current Trends

Page 26: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

26

WHY INDONESIA?– Indonesia provides an excellent laboratory for

studying the pattern of geographic concentration in LDCs

Page 27: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Dilema Migrasi dan Urbanisasi

Page 28: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

trend dan proyeksi Urbanisasi

Page 29: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi
Page 30: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi
Page 31: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi
Page 32: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Sektor informal perkotaan

Page 33: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Copyright © 2009 Pearson Addison-Wesley. All rights reserved.

7-33

Slumdog Crorepati

Page 34: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Copyright © 2009 Pearson Addison-Wesley. All rights reserved.

7-34

Page 35: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Copyright © 2009 Pearson Addison-Wesley. All rights reserved.

7-35

Lima

Page 36: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Copyright © 2009 Pearson Addison-Wesley. All rights reserved.

7-36

Manila

Page 37: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Urbanization & the population question

Source: Marshall, J. 2005

Page 38: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Urbanization & the population question

www.pivotlegal.org/pivot/points/DownEast.htm

Page 39: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Urbanization & the population question

http://faculty.law.ubc.ca/Pue/grlawsocspring03/Image7.gif

Page 40: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Copyright © 2009 Pearson Addison-Wesley. All rights reserved.

7-40

Dualism in Cities Formal Sector

– Government, large businesses– Capital intensive– High(er) wages and often benefits

Informal Sector– Labor intensive– Unorganized, unregulated, mostly legal– Often, Self- or Family-employed

Page 41: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Copyright © 2009 Pearson Addison-Wesley. All rights reserved.

7-41

Dualism in Cities (continued)

Informal Sector– Street vendors, letter writing, knife sharpening,

your weight, recycling, prostitution, snake charming, mechanics, carpenters, barbers, personal servants,

– Labor intensive– Unorganized, unregulated, mostly legal– Often, Self- or Family-employed– Destination for many (most) migrants

Page 42: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Copyright © 2009 Pearson Addison-Wesley. All rights reserved.

7-42

Figure 7.8 Importance of Informal Employment in Selected Cities

Page 43: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Menurut SUPAS 1995, alasan melakukan migrasi adalah:

1. Perubahan status perkawinan (41,35%)

2. Karena pekerjaan (39.65%)

3. Karena pendidikan (14.96%)

4. Karena perumahan (2.57%)

5. Lain-lain (1.47%).

Page 44: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Pendatang baru di kota yang tidak mendapatkan pekerjaan mencoba berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi kota sebagai self-employment atau sektor informal

Sektor informal adalah bagian dari sistem ekonomi kota dan desa yang belum mendapatkan bantuan ekonomi dari pemerintah atau belum mampu menggunakan bantuan yang telah disediakan atau telah menerima bantuan tetapi belum sanggup berdikari (Hidayat, 1983)

Page 45: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Ciri-ciri sektor informal di Indonesia: Kegiatan usaha tidak terorganisasi dengan baik Tidak memiliki izin usaha Pola usaha tidak teratur Usaha pemerintah membantu golongan lemah tidak sampai ke

sektor ini Unit usaha mudah keluar masuk dari satu sub-sektor ke sub-

sektor lainnya Teknologi primitif Modal kecil Tidak diperlukan pendidikan formal Unit usaha termasuk golongan one-man/woman-enterprise Sumber modal sendiri atau badan keuangan tak remi Hasil produksi umumnya dikonsumsi golongan masyarakat

berpenghasilan kecil dan menengah.

Page 46: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Migrasi desa – kota

Menurut Todaro model migrasi desa- kota didasari pemikiran

–Migrasi dirangsang oleh pertimbangan ekonomi yang rasional antara keuntungan dan biaya dari migrasi itu sendiri

–Keputusan bermigrasi bergantung pada tingkat pendapatan aktual di pedesaan dengan tingkat pendapatan yang diharapkan di kota

–Kemungkinan mendapat pekerjaan berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran di perkotaan

–Migrasi terus berlangsung meskipun pengangguran sudah cukup tinggi

Page 47: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Pengangguran terbuka di Perkotaan

Page 48: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Migrasi dan Pembangunan Urbanisasi dianggap positif karena dapat

menggeser SDM dr tempat yg produk marginal sosialnya nol ke lokasi yg produk marginal sosialnya positif (dan meningkat krn akumulasi modal dan teknologi).

Kenyataannya: urbanisasi memperburuk ketidakseimbangan struktural antara desa dan kota dari sisi S dan D

Page 49: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Urbanisasi model Todaro

Page 50: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi
Page 51: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi
Page 52: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Teori Ekonomi urbanisasi

)( MUS

MA WL

LW

Where WA is agricultural income, LM is employment in manufacturingLUS is total urban labor poolWM is the urban minimum wage

Page 53: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Copyright © 2009 Pearson Addison-Wesley. All rights reserved.

7-53

Are LDC Cities “Too Big?” Todaro-Smith: Development policies have

been characterized by an “Urban Bias”– Bulk of infrastructure investment going to cities

(but that’s where the growth is)– Wage rates set artificially high in urban areas

(yes in the formal sector; no in informal sector)– Ag prices set artificially low (yes, in 1950s-70s)– But most of these price distortions have been

removed since the 1980s

Page 54: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Copyright © 2009 Pearson Addison-Wesley. All rights reserved.

7-54

Are LDC Cities “Too Big?” Todaro-Smith: Urban Bias results from the

unequal political power between urban and rural areas.– Cities more educated, richer– But rural elites (at least) still have substantial

influence (“voice”), especially in democracies (Montana, India: ag subsidies for water, power)

Economics: Invest where social rate of return (benefit-cost ratio) is highest

Page 55: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Copyright © 2009 Pearson Addison-Wesley. All rights reserved.

7-55

Figure 7.9 Youth Unemployment Rates, 1995 and 2005

Page 56: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

Copyright © 2009 Pearson Addison-Wesley. All rights reserved.

7-57

Kebijakan untuk memperlambat migrasi

Doug’s Note: Kebijakan kebijakan berdasarkan premise pandangan bahwa migrasi hrs dikurangi.

Five Policy Implications– Reduction of urban “bias” in development– Higher education fosters increased migration

and unemployment (Doug: so halt education?)– Wage subsidies can be counterproductive– Programs of integrated rural development

(Doug: Cost-benefit?)

Page 57: Urbanisasi Migrasi Desa Kota Dan Aglomerasi

A Comprehensive Migration and Employment Strategy

Menciptakan keseimbangan ekonomi yg memadai antara desa kota

Perluasan industri kecil padat karya Penghapusan distorsi harga faktor produksi Pemilihan tehnologi produksi padat karya yg

tepat Modifikasi hubungan antara pendidikan dan

kesempatan kerja Mengurangi laju pertumbuhan penduduk Desentralisasi Kewenangan ke kota dan

daerah sekitarnya