volume 13, no: 1 (2017); juni social media dalam membangun
TRANSCRIPT
Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28
16
motivasi Jurnal Manajemen
motivation
JournalOfManagement
E-ISSN : 2407- 5310 P-ISSN : 2085- 1596
Fak tor Per ti m ba ng an Masy araka t Me m ili h Da f tar E fek Syar iah
Fe n ni Sup r ia di , D ed i Ha riya nt o
Ide n ti fikas i M an aje m en Ase t da n Kin erja Keua ng an Terh ada p Ni lai Pa sar
Pa da Per usa haa n P rop ert i Ya ng Ter da f tar di Bursa E fek Ind ones ia
Sa nt y M ay da B at ub ara
Pe ng aruh PDR B, Pen did ika n dan Peng an ggur an Terh ad ap Ke mi skin an
di Kab upa te n Sa mb as
Ura y Dian No vit a, Nu r Ist iqa ma h
Ma na je me n Kin erj a, Ke adi la n dan K iner ja Kary aw an Pad a P T. Sunpr i ma
Nusa ntara Pe m bia yaa n ( Co lu mb ia Fin anc e) Pon ti anak
Ud in Rina ld i, Tri Dia na , An d ini Tr ia na D e wi
Pe ng aruh Baura n Pe mas ara n Ter ha dap Kepu tus an Ko nsu m en Me m bel i M ob il
Hon da Pad a Ho nd a Daya M otor di Ko ta Po nt ia nak
Su miy ati , J aka ria
Pe ng aruh S tress Kerja Ter had ap Ki nerj a Peg awa i Pen jag a da n Teknis i Sara na
Ba n tu Nav ig asi Pel ayar an Pa da Ka ntor Dis trik N avi gasi Kelas I II Po nt ian ak
Dev i Yas min , A lfia n Yu da Pr ase tiyo
Pe ng aruh Pr o mosi Ter had ap Ke pu tus an Ma hasis wa Me m il ih Pro gra m Stud i
Bu di daya Perika na n Poli te knik N eg eri Po nt ian ak
Sa ms u dd in , En da n g Setiya n in g sih
www.openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/jm_motivasi 9 7 7 2 4 D7 5 3 1 D D5
Pe ng aruh Re turn On Asse t, Re turn On Eq ui ty da n Earn ing Per Share Terha da p
Return Sa ha m Pe m be ntuk Indeks Ko mpa s 100
De di H ar iy ant o , A bd ur ra h man
Social Media Dalam Membangun Kepercayaan Dan WOM Terhadap Voter Intention Pada Pemilihan Presiden Indonesia 2019
&&
PROGRAMSTUDIMANAJEMEN
Univers i tas M uhamm adiy ah Pontianak
Volume 13, No: 1 (2017); Juni
Ramadania a*, Ya’alfiqih
a
a Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Tanjungpura, Indonesia
I N F O A R T I K E L A B S T R A K
Keywords:
Social Media;
Kepercayaan;
Word of mouth;
Voter Intention;
Political Marketing;
Pemilihan Presiden 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh social media terhadap voter intention
melalui mediasi kepercayaan dan WOM pada pemilihan Presiden Indonesia 2019.
Penelitian ini menggunakan metode survei dan bersifat asosiatif. Pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling dengan membagikan kuesioner kepada 100
orang responden. Analisis data menggunakan teknik analisis PLS (Partial Least
Square) melalui software SmartPLS. Selain itu, untuk menguji peran variabel mediasi
dilakukan uji Sobel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) social media yang
di mediasi kepercayaan berpengaruh positif terhadap voter intention. (2) social media
yang di mediasi WOM berpengaruh positif terhadap voter intention. (3) Kepercayaan
yang di mediasi WOM berpengaruh positif terhadap voter intention. (4) Kepercayaan
berpengaruh positif terhadap voter intention. (5) WOM berpengaruh positif signifikan
terhadap voter intention.
1. Pendahuluan
Pemilihan umum presiden Indonesia tahun 2019 merupakan sarana menyalurkan aspirasi masyarakat dalam memilih
pemimpin tertinggi negara. Kompetisi politik antara pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin dengan Prabowo Subianto-Sandiaga
Uno semakin sengit. Sebelumnya pada tahun 2014, mereka sudah pernah bertarung. Pemilihan presiden Joko Widodo Vs Prabowo
pada tahun 2014 dimenangkan oleh Joko widodo. Pentingnya strategi pemasaran politik didasarkan pada fakta bahwa kompetisi
dan rivalitas antar kandidat dalam memenangkan pemilihan umum merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dihindarkan.
Fenomena yang melatar belakangi penelitian ini adalah dengan adanya persaingan antar kandidat dalam memperebutkan suara
pemilih maka setiap kandidat harus memiliki strategi yang optimal untuk meraih suara sebanyak-banyaknya. Untuk dapat
memperoleh kekuasaan, kandidat presiden harus memenangkan pemilu dengan perolehan suara terbanyak di antara kandidat
lainnya. Salah satu usaha yang di lakukan oleh kandidat ialah strategi political marketing melalui social media (jejaring sosial)
sebagai media kampanye dalam membangun kepercayaan pemilih. Pemilih yang percaya pada kandidat presiden akan menjadi
positive word of mouth advertising yang dapat meningkatkan suara pemilih.
Strategi political marketing melalui social media (jejaring sosial) yang di mediasi e-word of mouth dapat meningkatkan
perolehan suara secara luas dan tidak memerlukan biaya yang mahal. Masyarakat juga akan lebih mudah mencari informasi
mengenai kandidat tanpa harus bertatap muka secara langsung. Social media adalah sarana bagi konsumen untuk berbagai
informasi teks, gambar, video, dan audio dengan satu sama lain dengan perusahaan dan sebaliknya. (Kotler & Keller 2012). Social
media mempunyai empat manfaat bagi aktivitas politik yaitu, sebagai informasi, pelayanan, access to political power dan space.
Hogar (2014). Munculnya social media telah secara signifikan mengubah tidak hanya komunikasi pribadi tetapi bisnis dan
lanskap komunikasi politik di seluruh dunia. Dari perspektif politik, social media memiliki dampak yang signifikan di bidang
pemasaran politik. Akibatnya, pemimpin politik, partai politik dan politisi semakin menggunakan social media untuk
menginformasikan, berkomunikasi, dan terhubung dengan warga untuk merangsang keterlibatan dan partisipasi politik (Alujevic,
2012). Konsep pemasaran politik berkaitan dengan penggunaan prinsip dan alat pemasaran dalam kampanye politik oleh partai
politik dan pemimpin dengan tujuan memposisikan partai dan pemimpinnya secara positif di pasar politik atau pemilu, sehingga
menarik bagi pemilih, dengan demikian mengumpulkan suara untuk partai (Newman, 2012).
*Corresponding author.
E-mail addresses: [email protected] (Ramadania); [email protected] (Ya’Alfiqih).
https://doi.org/10.29406/jmm.v16i1.2078
2407-5310/Jurnal Manajemen Motivasi 2020
Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28
17
Frasa social media mengacu pada beragam alat online yang memfasilitasi inisiasi, pembuatan, kerja komunitas, dan bentuk-
bentuk ekspresi politik lainnya seperti voting dan kampanye pemilihan. Contoh-contoh menonjol dari penggunaan social media
untuk mobilisasi politik adalah percakapan, dan penyebaran informasi antar pengguna (Kushin & Yamamoto, 2010). Social
media menyediakan pengguna dengan kemampuan untuk mengembangkan hubungan online atau komunitas di mana orang-
orang dengan minat yang sama dapat berinteraksi, terlibat, berbagi pendapat dan pengetahuan (Steenkamp & Clarke, 2012).
Social media telah memainkan peran besar dalam berbagai bentuk partisipasi politik seperti boikot, mobilisasi melalui musim
semi Arab pada tahun 2011 dan baru-baru ini boikot mahasiswa universitas Afrika Selatan terhadap kenaikan biaya, dijuluki
"feemustfall", yang terutama didorong oleh Twitter. Contoh penggunaan social media yang terkenal dalam pemilihan adalah
pemilu 2009 dan 2012 Amerika Serikat (AS) di mana Presiden Barack Obama memastikan kemenangan elektoral di kedua
pemilihan. Setelah kemenangan Obama, banyak negara mengikuti trend tersebut, (Dabula, 2017). Lebih lanjut Dabula (2017)
menyatakan bahwa implementasi social media oleh partai-partai politik dalam pemilihan setelah kemenangan Obama tahun 2009
telah banyak diteliti (Cogburn & Espinoza-Vasquez 2011; Vergeer, 2012; Towner & Dulio, 2012; Flemming, Metag &
Marcinowski, 2013; Marcinkowski & Metag, 2014; Bimber, 2014).
Jumlah pengguna internet di Indonesia sendiri terus meningkat secara signifikan terutama dalam mengakses sejumlah social
media. Hasil survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) tahun 2016 menunjukkan penetrasi pengguna internet
di Indonesia mencapai 132,7 juta orang atau sekitar 51,8% dari total populasi penduduk Indonesia sebanyak 256,2 juta orang.
Sementara itu perilaku pengguna internet terdiri dari social media (97,4%), hiburan (96,8%), berita (96,4%), layanan public (91.6%),
komersial (93,1%) dan pendidikan (93,8%). Data yang di lansir dari sumber yang sama konten social media yang sering di kunjungi
dari 6 situs dan Facebook menempati urutan pertama, Instagram di urutan kedua dan disusul YouTube, Google+, Twitter, serta
Linked.
Dari platform diatas dapat menjadi sarana untuk membangun kepercayaan. Social media yang digunakan untuk membangun
kepercayaan, karena akan menjadi modal besar bagi para calon untuk memperoleh banyak suara. Kepercayaan sangat penting
dalam hal ini. Pusat media sosial terutama pada hubungan, baik itu pribadi, bisnis atau politik. Kepercayaan adalah unsur penting
dalam semua bentuk hubungan. Kepercayaan adalah konsep luas yang telah didefinisikan secara berbeda oleh para ahli dari
beragam disiplin ilmu seperti psikologi, pemasaran dan pemasaran politik. Ketika kepercayaan kepada seorang calon atau partai
voter cenderung memiliki preference yang kuat untuk memilih partai tersebut. Bukti empiris telah menetapkan bahwa ketika
terdapat kepercayaan masyarakat pada calon atau partai, maka mereka akan dipilih. Sebaliknya, ketika terdapat ketidakpercayaan
(distrust) maka masyarakat akan lebih memilih untuk golput (Ahmed et al., 2011; Hooghe, Marien & Pauwels, 2011; Rachmat,
2014).
Dilihat dari banyaknya pengguna internet yang mengakses social media bisa menjadi peluang calon sebagai sarana political
marketing dalam Pemilu. Social media juga unggul karena memberi kesempatan voter untuk berdialog dua arah dengan calon.
Modal komunikasi multi arah ini menjadi modal calon untuk meraih suara. Dari komunikasi dua arah tersebut muncullah opini
yang beredar di masyarakat yang kita sebut WOM. WOM adalah salah satu jenis promosi yang efektif dan memiliki biaya paling
murah. Setelah menggunakan produk, konsumen yang puas akan menceritakan pengalaman yang baik tentang produk tersebut
kepada orang lain. (Kotler & Amstrong, 2004).
Salah satu alat dalam politik yang dapat di manfaatkan oleh kandidat adalah melalui social media. Ekspektasi voters sangat
berbeda ketika mereka aktif di social media dari pada melihat iklan di media lainnya, voters mencari suatu yang berbeda seperti
kejujuran dan transparansi yang menghasilkan perspektif baru (Ramos, 2015). Oleh karena itu penggunaan social media yang
tepat dan efektif dapat meningkatkan citra kandidat di mata pemilih dan membangun kepercayaan. Kekuatan social media
kandidat dibangun atas dasar rasa kepercayaan, hobi, gaya hidup, loyalitas, dan dorongan rasa ingin tahu dari para pemilih itu
sendiri. Apabila seorang kandidat telah sukses melakukan political marketing melalui social media maka akan sendirinya
terbentuk kepercayaan yang akan berpengaruh terhadap voter intention. Kepercayaan juga dapat mempengaruhi positive word of
mouth. penyampaian positive word of mouth voter akan lebih memiliki preferensi yang kuat akan kandidat atau partai tersebut
(Ahmed et al.,2011). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa social media dapat mempengaruhi voter intention melalui mediasi
kepercayaan dan WOM.
Beberapa penelitian akhir-akhir ini menunjukkan pentingnya social media dalam menentukan keputusan pemilih pada pemilu. Ramos
(2015), menemukan bahwa social media adalah alat pemasaran yang mempunyai pengaruh efektif terhadap keputusan politik.
Dabula (2017) di Afrika Selatan menguji hubungan antara political marketing menggunakan social media, kepercayaan pemilih,
loyalitas pemilih dan voter intention. Penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian Ratnamulyani et al. (2018) di kabupaten
Bogor, yang menunjukkan bahwa pengguna media sosial semakin masif di kalangan pelajar sebagai pemilih pemula untuk mengakses
informasi tentang pemilu, yaitu sebagai pengguna Twitter 35%, Facebook 28%, dan Instagram 28%. Penelitian lainnya oleh Adinugroho
et al. (2019), juga menunjukkan pentingnya media sosial dan internet dalam keterlibatan informasi politik dan pemilihan umum.
Namun demikian penelitian tentang political marketing di Indonesia yang menguji peran social media terhadap voter intention
dengan variabel mediasi kepercayaan dan WOM masih sangat terbatas. Hal tersebut mendasari pentingnya untuk melakukan
penelitian tentang political marketing yang mengaitkan hubungan antara social media, kepercayaan dan WOM pada voter
intention, khususnya pada pemilihan Presiden Indonesia 2019. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji: 1).Pengaruh
media sosial yang di mediasi kepercayaan terhadap voter intention. 2). Pengaruh media sosial yang di mediasi word of mouth
terhadap voter intention. 3) Pengaruh kepercayaan yang di mediasi word of mouth terhadap voter intention. 4). Pengaruh
kepercayaan terhadap voter intention. 5) Untuk mengetahui pengaruh word of mouth terhadap voter intention. Penelitian ini
memberikan kontribusi teoritik terhadap bidang political marketing, yaitu pentingnya peran sosial media dalam membangun
kepercayaan pemilih serta word of mouth yang pada akhirnya akan mempengaruhi niat pemilih. Penelitian ini juga memiliki
kontribusi praktis terhadap partai politik, dan kandidat presiden untuk mengelola informasi yang baik dalam social media sebagai
strategi pemasaran untuk membangun kepercayaan pemilih. Pada akhirnya kepercayaan pemilih akan memberikan efek terhadap
word of mouth yang dapat meningkatkan jumlah suara pemilih.
Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28
18
2. Kajian Pustaka
Pengertian political marketing
Political marketing adalah aplikasi kegiatan marketing di dalam ruang politik yang umumnya terkonsentrasi pada saat
Pemilu. Menurut Haroen (2014; 48) political marketing adalah penerapan konsep dan metode marketing ke dalam dunia politik.
Marketing dibutuhkan untuk menghadapi persaingan dalam memperebutkan pasar (market), yang dalam hal ini adalah voters.
Menurut O’Shaughnessy, seperti dikutip Firmanzah (2008), pemasaran politik berbeda dengan pemasaran komersial. Marketing
politik ialah sebuah konsep yang menawarkan bagaimana sebuah parpol atau seorang kandidat dapat membuat program yang
berhubungan dengan permasalahan aktual. Political marketing adalah sebuah teknik untuk memelihara hubungan dua arah
dengan publik.
Tabel 1. Penelitian Empiris Tentang Hubungan Social Media, Kepercayaan dan WOM dalam Keputusan Konsumen
No. Peneliti dan Tahun
Penelitian
Variabel Metode Hasil
1. Amonrat
Thoumrungroje (2014)
Judul: The Influence of
Social Media Intensity
and EWOM on
Conspicuous
Consumption
Variabel
independent:
Social Media
Intensity dan
EWOM
Variabel
dependent:
Conspicuous
Consumption
Kuantitatif
korelasional
Social media dan EWOM berpengaruh
terhadap konsumsi yang mencolok karna
mengikuti hal hal yang dianggap viral dan
trend
2. Anwar Kholid,
Rahmawati Husein,
Dyah (2014)
Mutiarin, Judul: The
Influence of Social
Media
Towards Student
Political
Participation During
the 2014
Indonesian
Presidential Election
Variabel
Independent:
Social media
Variabel
dependent:
Partisipasi politik
pelajar
Kuantitatif
korelasional
temuan penelitian ini menunjukkan
bahwa pengaruh media sosial terhadap
partisipasi politik relatif kecil, tetapi kami
percaya itu penelitian lebih lanjut tentang
masalah ini diperlukan. Sosial media
memang merupakan platform belaka tetapi
kuat satu, terutama dalam hal mendukung
politik partisipasi, sehingga masyarakat
harus bias mendapat manfaat darinya.
3. Nandi Dabula, (2017)
Judul:
The Influence of
Political Marketing
Using Social Media on
Trust, Loyalty and
Voting Intention of The
Youth of South Africa
Variabel
Independent:
Social media
Variabel
dependent:
kepercayaan,
loyalty and voting
intention of the
youth of south
Africa
Kuantitatif
korelasional
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kelima hipotesis didukung. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hubungan antara
pemasaran politik menggunakan media
sosial dan kepercayaan pemilih, pemasaran
politik menggunakan media sosial dan
loyalitas pemilih, kepercayaan pemilih dan
loyalitas pemilih, kepercayaan pemilih dan
niat memilih dan loyalitas pemilih dan niat
memilih semua positif dalam cara yang
signifikan. Makalah penelitian membahas
implikasi akademis, partai politik dan
pemasar terhadap hasil dan arahan
penelitian di masa depan.
4. Abu Bashar, Irshad
Ahmad, Mohammad
Wasiq, (2012)
Effectiveness Of Social
Media As A Marketing
Tool: An Empirical
Study
Variabel
independent:
Social media
Variabel
dependent:
Marketing tool
Deskriptif
kualitatif
Social media sebagai alat pemasaran positif
berpengaruh secara signifikan
5. Kaitlin L.
Vonderschmitt, The
Growing Use of Social
Variabel
independent: the
growing use of
Deskriptif
kualitatif
Social media positif efektif di gunakan
sebagai alat kampanye
Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28
19
Media in Political
Campaigns:
How to Use Facebook,
Twitter and YouTube
to Create an Effective
Social media
Campaign, 2012
social media in
political marketing
Variabel
dependent:
Effective social
media campaign
6. Ismail Erkan, The
Impacts of Electronic
Word of Mouth in
Social Media on
Consumers' Purchase
Intentions, 2014
Variabel
independen:
WOM, Social
Media
Variabel dependen:
Consumer’s
purchase
Kuantitatif
korelasional
WOM positif berpengaruh pada
Consumers purchase intention
7. Elisa Ramos, Social
Media as a Marketing
Tool & its Impact on
Politics, 2015
Variabel
independen: Social
media
Variabel dependen:
Impact on politics
Kuantitatif
korelasional
Social media sebagai alat pemasaran positif
berpengaruh pada politik
8. Bagas Aji Pamungkas
(2016) Judul: Pengaruh
promosi di social media
dan word of mouth
terhadap keputusan
pembelian
Variabel
independent:
Sosial media dan
word of mouth.
Variabel dependen:
keputusan
pembelian
Kuantitatif
korelasional
Social media dan word of mouth
berpengaruh positif terhadap keputusan
pembelian
9. Berliani Ardha (2014)
Judul: Sosial media
sebagai media
kampanye partai politik
2014 di Indonesia
Variabel
independent:
Sosial media
Variabel dependen:
Media kampanye
Partai
Deskriptif
kualitatif
Sosial media menjadi sangat penting
karena dapat mendongkrak suara secara
signifikan
10. Mikharisti
Tampubolon, Yuliana
Rachma Putri, Nur
Atnan (2016) Judul:
Strategi Promosi coffee
shop melalui social
media Instagram (studi
deskriptif pada akun
@crematology)
Variabel
independent:
Strategi Promosi.
Variabel dependen:
Sosial media
Deskriptif
kualitatif
Berdampak positif dengan adanya
beberapa factor:
1.eWOM di Instagram
2.reachable
3.shareable
11. Dewi kurniawani &
Nugraha arifin (2015)
Judul: Strategi
pemasaran melalui
social media dan minat
beli mahasiswa
Variabel
independent: social
media. Variabel
dependen: Minat
beli mahasiswa
Kuantitatif
korelasional
Rendah terhadap variable dependen tetapi
dapat menarik perhatian mahasiswa
12. Ario Prakoso, Zainul
Arifin, Sunarti
(2016) Judul:
Pengaruh social
media advertising
terhadap word of
mouth dan dampak
kepada keputusan
pembelian
Variabel
independent:
Sosial media
advertising, WOM
Variabel
dependent:
Keputusan ulang
Kuantitatif
korelasional
Variable independent berpengaruh positif
dan memiliki kontribusi tinggi terhadap
keputusan pembelian
13. Areeba Toor (2017)
The impact of social
network marketing
on consumer
purchase intention in
Pakistan: Consumer
engagement as a
mediator
Variabel
independent:
Social Network
marketing
Variabel
intervening:
Consumer
engagement
Kuantitatif
korelasional
Social network marketing on consumer
purchase intention and consumer
engagement as a mediator has positif impact
Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28
20
Variabel
dependent:
purchase intention
14. Palla Malathi Reddy
(2016) Judul: A
Study on
effectiveness of
social media
advertising in india
Variabel dependen:
social media
advertising
Deskriptif
kualitatif
The social media effectiveness leads to
economic measure (impact).
15. Javeria Nazeer
(2017) Judul: Impact
of social media
advertising on univ.
student
Variabel
independent:
Social media
advertising.
Variabel
dependent: attitude
and behavior
Kuantitatif
korelasional
Social media ads impact lead to user’s
attitude and behavior
1) Pengaruh Social media yang di mediasi kepercayaan terhadap voter intention
Salah satu alat dalam politik yang dapat di manfaatkan oleh kandidat adalah melalui social media. Ekspektasi voters sangat
berbeda ketika mereka aktif di social media dari pada melihat iklan di media lainnya, voters mencari suatu yang berbeda
seperti kejujuran dan transparansi yang menghasilkan perspektif baru (Elisa, 2015).
Penelitian Adinugroho et al., (2019), juga menunjukkan perhatian pada media sosial memiliki pengaruh lebih kuat terhadap
political self-efficacy dan situational political involvement daripada sumber Internet tradisional dan ekspresi online. Oleh
karena itu penggunaan social media yang tepat dan efektif dapat meningkatkan citra kandidat di mata pemilih dan membangun
kepercayaan. Kekuatan social media kandidat dibangun atas dasar rasa kepercayaan, hobi, gaya hidup, loyalitas, dan dorongan
rasa ingin tahu dari para pemilih itu sendiri. Apabila seorang kandidat telah sukses melakukan political marketing melalui
social media maka akan sendirinya terbentuk kepercayaan yang akan berpengaruh terhadap voter intention. Hasil studi Dabula
(2017) di Afrika Selatan menunjukkan bahwa political marketing dengan menggunakan social media memiliki pengaruh
terhadap kepercayaan pemilih dan kepercayaan pemilih memiliki pengaruh positif terhadap voter intention. Dabula (2017)
menemukan bahwa kepercayaan merupakan variabel mediasi antara social media terhadap voter intention.
2) Pengaruh antara social media yang di mediasi WOM terhadap voter intention
Social media dapat dikatakan merupakan komponen yang sangat penting dari media iklan pemasaran seorang kandidat
(Vonderschmitt, 2012). Penggunaan strategi melalui social media yang tepat merupakan inti dari terbentuknya suatu word of
mouth, sebab dengan adanya word of mouth kandidat dapat menangkap perhatian pemilih dan membuat informasi tersebar
meluas dari orang yang satu ke orang yang lainnya (Ismail, 2014). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa social media
memiliki pengaruh terhadap keputusan konsumen, (Thoumrungroje, 2014). Vonderschmitt (2012) juga menemukan bahwa
social media memiliki efek yang positif sebagai alat kampanye. Thoumrungroje (2014), juga menemukan bahwa e-WOM
memiliki pengaruh terhadap keputusan konsumsi. Dengan dapat di katakana bahwa social media dapat mempengaruhi voting
intention melalui variable WOM. Ismail (2014) menyatakan. Kepercayaan yang muncul dalam fikiran pemilih merupakan
hasil dari sebuah proses informasi yang diterima. WOM dengan dukungan bukti nyata akan sebuah manfaat dan kualitas
kandidat memunculkan keyakinan pada pemilih, yang pada akhirnya dapat berdampak bagi voter intention.
3) Pengaruh kepercayaan yang di mediasi word of mouth terhadap voter intention
Kepercayaan merupakan inti dari terbentuknya suatu word of mouth seorang kandidat, sebab dengan hal ini kandidat dapat
memiliki voter intention untuk membuat mereka lebih diingat dan tersebar luas dari satu orang ke orang yang lainnya.
Kepercayaan dapat membangun positive word of mouth yang efektif. Karena dengan penyampaian positive word of mouth
voter akan lebih memiliki preferensi yang kuat akan kandidat atau partai tersebut (Ahmed et al., 2011). Kepercayaan
merupakan inti dari terbentuknya suatu word of mouth seorang kandidat, sebab dengan hal ini kandidat dapat memiliki voter
intention untuk membuat mereka lebih diingat dan tersebar luas dari satu orang ke orang yang lainnya. Word of mouth (WOM)
atau komunikasi dari mulut ke mulut adalah proses komunikasi yang berupa pemberian rekomendasi baik secara individu
maupun kelompok terhadap suatu produk atau jasa dengan tujuan memberikan informasi secara personal, (Kotler & Keller,
2012).
4) Pengaruh Kepercayaan terhadap voter intention
Kepercayaan merupakan bahan dasar dari setiap jenis hubungan. Dengan adanya kepercayaan kandidat dapat memperkuat
voter intention untuk menentukan pilihan dan bagus untuk hubungan jangka panjang serta dapat memprediksi perilaku voters
(Dabula ,2017). Dari hal ini kandidat akan lebih mudah dalam mengetahui perilaku dan mengurangi resiko-resiko yang tidak
di inginkan. Berdasarkan prinsip-prinsip pemasaran, harapan dan janji, yang melekat pada produk, harus di capai demi
memperkuat kepercayaan yang nantinya dapat berpengaruh pada voting intention. Jika berhasil memenuhi harapan dan janji
yang dinyatakan, konsumen menjadi bahagia dan semakin percaya (Kotler & Keller, 2009). Dabula (2017) dalam
penelitiannya telah memberikan fakta bahwa kepercayaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap voter intention.
Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28
21
5) Pengaruh Word of Mouth terhadap voter intention
Menurut Goyette, Ricard, Bergeron, dan Marticotte (2010) WOM didefinisikan sebagai pertukaran, aliran informasi, atau
percakapan dua individu. Word of mouth memiliki keunggulan kompetitif dalam menyampaikan informasi suatu bisnis. Hal
ini dikarenakan word of mouth berasal dari pendapat lingkungan sosial yang dirasa lebih jujur karena tidak adanya motif
tertentu. Erkan (2014) membuktikan bahwa WOM positif berpengaruh pada niat pembelian konsumen. Di samping itu
Thoumrungroje (2014), juga membuktikan bahwa WOM berpengaruh pada keputusan konsumsi.
3. Metode Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2008), metode
penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.
Penelitian ini menggunakan metode survei dalam pengumpulan data. Kuesioner disebarkan kepada 100 responden dengan
menggunakan teknik convenience sampling dan purposive sampling. Kriteria sampel adalah: 1) Responden yang memiliki hak
pilih di Kota Pontianak dalam pemilihan presiden 2019. 2) Responden terdaftar dalam DPT Pemilu 2019. 3) Responden yang
pernah atau mencari tahu info tentang kandidat di jejaring sosial mereka.
Penentuan jumlah sampel untuk sampel dalam analisis Structural Equation Modeling (SEM) berkisar antara 100-200 sampel
(Hair et al., 2006). Penelitian ini melakukan analisis data dengan pendekatan SEM-Partial Least Square (PLS). Menurut Ghozali
(2006) PLS merupakan model persamaan Structural Equation Modeling (SEM) yang berdasarkan pada komponen atau varian.
Ghozali (2006) lebih lanjut menjelaskan bahwa PLS merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM
berbasis kovarian menjadi berbasis varian. PLS berbeda dengan SEM, PLS cenderung bersifat predictive model sedangkan SEM
yang berbasis kovarian umumnya menguji kausalitas/teori. PLS adalah teknik analisis yang powerful (Ghozali, 2006), karena
tidak didasarkan pada banyak asumsi. Misalnya, data tidak harus terdistribusi normal dan sampel tidak harus besar. Oleh
karenanya sampel dalam penelitian ini di tetapkan 100 responden. Selain PLS dapat digunakan untuk mengonfirmasi teori, PLS
juga bisa digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten. PLS juga bisa sekaligus menganalisis
konstruk yang dibentuk dengan indikator reflektif dan formatif, (Ghozali, 2006)
4. Hasil dan Pembahasan
Ghozali (2006) menyatakan bahwa kriteria yang digunakan dalam analisa data dengan SEM-PLS untuk menilai outer model
adalah: 1) Convergent Validity, 2) Discriminant Validity dan 3) Composite Reliability dan 4) Average Variance Extracted (AVE).
Ghozali (2006) mengungkapkan bahwa pengujian Convergent validity pada model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai
dengan korelasi antara item score/component score. Ukuran refleksif individual dapat dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari
nilai 0,70 pada konstruk yang diukur. Namun menurut Chin, 1998 (dalam Ghozali, 2006) pada penelitian tahap awal, nilai loading
0,5 sampai 0,6 dianggap cukup memadai untuk pengembangan skala pengukuran. Penelitian ini akan menggunakan batas loading
factor sebesar 0,60.
Tabel 2. Hasil analisis SmartPLS untuk Nilai Outer Loadings (Measurement Model)
Item Model Awal Modifikasi
Social Media
X1.1 0,594 dibuang (<0,6)
X1.2 0,669 0,726
X1.3 0,383 dibuang (<0,6)
X1.4 0,766 0,787
X1.5 0,701 0,764
X1.6 0,478 dibuang (<0,6)
X1.7 0,677 0,71
X1.8 0,591 dibuang (<0,6)
Kepercayaan
Y1.1 0,788 0,794
Y1.2 0,851 0,852
Y1.3 0,784 0,789
Y1.4 0,851 0,85
Y1.5 0,468 0,46
Y1.6 0,84 0,835
WOM
Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28
22
Y2.1 0,799 0,801
Y2.2 0,873 0,873
Y2.3 0,89 0,889
Y2.4 0,849 0,848
Y2.5 0,855 0,853
Y2.6 0,865 0,862
Y2.7 0,701 0,707
Y2.8 0,747 0,752
Y2.9 0,842 0,843
Y2.10 0,845 0,844
Voter Intention
Y3.1 0,881 0,881
Y3.2 0,82 0,82
Y3.3 0,86 0,859
Y3.4 0,741 0,74
Y3.5 0,743 0,744
Y3.6 0,827 0,827
Tabel 2 menunjukkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SEM-PLS. Tahap awal nilai loading factor pada outer
model (measurement model) masih belum memenuhi convergent validity. Beberapa indikator memiliki nilai loading factor di
bawah 0,60. Selanjutnya modifikasi model dilakukan dengan membuang indikator-indikator yang mempunyai nilai loading
factor di bawah 0,60, sebagaimana tampak pada Tabel 2. Pada model yang sudah dimodifikasi semua loading factor sudah di
atas 0.6, sehingga dapat dikatakan bahwa indikator-indikator yang mengukur konstruk telah memiliki convergent validity yang
baik.
Selanjutnya, menurut Ghozali (2006) untuk memastikan bahwa setiap konsep dari masing-masing variabel laten berbeda
dengan variabel lainnya maka dilakukan pengujian discriminant validity. Ghozali (2006) mengungkapkan bahwa model
memiliki discriminant validity yang baik jika tiap nilai loading dari tiap indikator pada suatu variabel laten mempunyai nilai
loading yang paling besar dibandingkan dengan nilai loading lain terhadap variabel laten lainnya. Tabel 3 menunjukkan hasil
pengujian discriminant validity.
Tabel 3. Hasil Analisis SEM-PLS Nilai Discriminant Validity (Cross Loading)
Social Media Kepercayaan WOM Voter Intention
X1.2 0.726 0.444 0.501 0.540
X1.4 0.787 0.458 0.478 0.507
X1.5 0.764 0.457 0.437 0.443
X1.7 0.710 0.439 0.230 0.416
Y1.1 0.523 0.792 0.523 0.607
Y1.2 0.484 0.854 0.536 0.730
Y1.3 0.521 0.787 0.504 0.599
Y1.4 0.525 0.850 0.419 0.682
Y1.5 0.232 0.458 0.257 0.269
Y1.6 0.449 0.837 0.525 0.688
Y2.1 0.464 0.468 0.801 0.448
Y2.10 0.474 0.574 0.844 0.660
Y2.2 0.447 0.483 0.873 0.589
Y2.3 0.538 0.525 0.889 0.623
Y2.4 0.432 0.557 0.848 0.631
Y2.5 0.466 0.609 0.853 0.718
Y2.6 0.492 0.613 0.862 0.702
Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28
23
Y2.7 0.444 0.255 0.707 0.376
Y2.8 0.498 0.308 0.752 0.455
Y2.9 0.452 0.500 0.843 0.562
Y3.1 0.523 0.733 0.635 0.881
Y3.2 0.486 0.629 0.606 0.820
Y3.3 0.508 0.620 0.614 0.859
Y3.4 0.545 0.562 0.543 0.740
Y3.5 0.597 0.608 0.529 0.744
Y3.6 0.489 0.709 0.533 0.827
Dari Tabel 3 terlihat ada beberapa nilai loading factor pada indikator dari masing-masing variabel laten yang masih
memiliki nilai loading factor yang tidak paling besar dibanding nilai loading lain jika dihubungkan dengan variabel laten
lainnya. Hal ini berarti bahwa variabel laten belum semuanya memiliki discriminant validity yang baik dimana beberapa
variabel laten masih memiliki pengukur yang berkorelasi tinggi dengan konstruk lainnya.
Reliability dan Average Variance Extracted (AVE)
Menurut Ghozali (2006) kriteria reliabilitas dapat dilihat dari nilai reliabilitas suatu konstruk dan nilai Average Variance
Extracted (AVE) dari tiap-tiap konstruk. Konstruk dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi jika nilainya 0,70 dan AVE
berada diatas 0,50. Tabel.4 menyajikan nilai Composite Reliability dan AVE untuk seluruh variabel.
Tabel 4. Hasil analisis SmartPLS Nilai Composite Reliability dan Average Variance Extracted
Composite Reliability Average Variance
Extracted (AVE)
Social Media 0.835 0.558
Kepercayaan 0.898 0.601
Voter Intention 0.921 0.662
WOM 0.956 0.687
Tabel 4 menunjukkan bahwa semua konstruk memenuhi syarat reliabilitas. Hal tersebut nampak pada nilai composite
reliability di atas 0,70 dan AVE diatas 0,50 sebagaimana kriteria yang dipersyaratkan.
Analisis Model Struktural (Inner Model) pada SEM-PLS
Menurut Ghozali (2006) pengujian inner model atau model struktural dapat dilakukan dengan melihat hubungan antara
konstruk, nilai signifikansi dan R-square pada model penelitian. Evaluasi model struktural dilakukan dengan menggunakan R-
square pada konstruk dependen uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural.
Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28
24
Gambar 1. Model Struktural
Sumber: Data primer di olah, tahun 2019
Tabel 5 menunjukkan analisis SmartPLS untuk nilai R-Square pada tiap-tiap variabel laten dependen.
Tabel 5. Hasil analisis SmartPLS untuk Nilai R-Square
Variabel R Square R Square Adjusted
Kepercayaan 0.466 0.455
WOM 0.320 0.313
Voter Intention 0.728 0.720
Sumber: Data primer di olah, tahun 2019
Pada prinsipnya penelitian ini menggunakan 1 buah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya yaitu variabel Social
media terhadap Voter intention yang dipengaruhi oleh variabel Kepercayaan yang dipengaruhi oleh WOM.
Tabel 5 menunjukkan nilai R-square untuk variabel Kepercayaan diperoleh sebesar 0,455, untuk variabel WOM diperoleh
sebesar 0,313 dan untuk variabel Voter Intention diperoleh sebesar 0,720. Hasil ini menunjukkan bahwa 45,5% variabel
Kepercayaan dapat dipengaruhi oleh Social Media. 31,3% variabel WOM dapat di pengaruhi Social Media dan Social Media
terhadap Voter Intention dapat di pengaruhi sebanyak 72,1%.
Tabel 6. Result Bootstrapping
Original
Sample (O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values
Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28
25
Uji Efek Mediasi (Intervening)
Signifikansi parameter yang di estimasi memberikan informasi yang sangat berguna mengenai hubungan antara
variabel-variabel penelitian. Dasar yang digunakan dalam menguji efek mediasi adalah nilai yang terdapat pada output total
indirect effects pada Tabel.7 berikut ini :
Tabel 7. Total Indirect Effects
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values
Social Media ->
Kepercayaan ->
Voter Intention 0.193 0.194 0.061 3.144 0.002
Social Media ->
WOM -> Voter
Intention 0.175 0.186 0.060 2.920 0.004
Kepercayaan ->
WOM -> Voter
Intention 0.199 0.186 0.052 2.920 0.000
Sumber: Data primer di olah, tahun 2019
Berdasarkan hasil Uji t Pada Tabel 7 Nilai t hitung ini 1,948 dibandingkan dengan nilai t Tabel terhitung lebih besar dapat
disimpulkan bahwa terjadi pengaruh mediasi variabel kepercayaan dan WOM,
Pengaruh Social Media yang di mediasi kepercayaan terhadap Voter Intention pemilihan presiden 2019
Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa konstruk social media yang di mediasi kepercayaan
berpengaruh positif signifikan terhadap konstruk voter intention. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistic yang lebih besar dari
1,948 yakni sebesar 3,144. Dengan demikian, hipotesis H1 dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa social
media cenderung tinggi meningkatkan kepercayaan terhadap voter intention pemilihan presiden 2019. Hasil penelitian ini
mendukung temuan penelitian yang dilakukan oleh Dabula (2017) yang menyatakan political marketing menggunakan social
media membentuk kepercayaan voters dan pada akhirnya berpengaruh terhadap voting intention
Pengaruh Social Media yang di mediasi WOM terhadap Voter Intention pemilihan presiden 2019
Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa konstruk social media yang di mediasi WOM
berpengaruh positif signifikan terhadap konstruk voter intention. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistic yang lebih besar dari
1,948 yakni sebesar 2,920. Dengan demikian, hipotesis H2 dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa social
media cenderung tinggi membentuk WOM yang berpengaruh terhadap voter intention pemilihan presiden 2019. Hasil penelitian
ini mendukung temuan penelitian yang dilakukan oleh Amonrat Thoumrungroje (2014) yang menyatakan WOM yang terbentuk
di social media dapat menciptakan trend dan menjadi viral yang berpengaruh terhadap voter intention. Penelitian ini juga
mendukung temuan Vonderschmitt (2012) bahwa social media mempunyai pengaruh yang positif sebagai alat kampanye.
Pengaruh Kepercayaan yang di mediasi WOM terhadap Voter Intention pemilihan presiden 2019
Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa konstruk Kepercayaan yang di mediasi WOM
berpengaruh positif signifikan terhadap konstruk voter intention. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistic yang lebih besar dari
1,948 yakni sebesar 2,920. Dengan demikian, hipotesis H3dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
Kepercayaan cenderung tinggi membentuk WOM yang berpengaruh terhadap voter intention pemilihan presiden 2019
Penelitian ini mendukung pernyataan Ahmed et al., (2011) bahwa positive word of mouth voter berpengaruh terhadap preferensi
yang kuat pada kandidat atau partai yang akan dipilih.
Social Media -> Kepercayaan
-> Voter Intention 0.193 0.199 0.063 3.080 0.002
Social Media -> WOM ->
Voter Intention 0.175 0.182 0.060 2.907 0.004
Kepercayaan -> WOM ->
Voter Intention 0.199 0.194 0.051 3.914 0.000
Kepercayaan -> Voter
Intention 0.508 0.507 0.076 6.698 0.000
WOM -> Voter Intention 0.310 0.314 0.087 3.557 0.000
Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28
26
Pengaruh Kepercayaan terhadap Voter Intention pemilihan presiden 2019
Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa konstruk Kepercayaan berpengaruh positif signifikan
terhadap konstruk voter intention. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistic yang lebih kecil dari 0,05 yakni sebesar 0,000.
Dengan demikian, hipotesis H4 dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan cenderung
berpengaruh terhadap voter intention pemilihan presiden 2019. Penelitian ini sejalan dengan temuan Dabula (2017) bahwa
kepercayaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap voter intention.
Pengaruh WOM terhadap Voter Intention pemilihan presiden 2019
Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa konstruk WOM berpengaruh positif signifikan terhadap
konstruk voter intention. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistic yang lebih kecil dari 0,05 yakni sebesar 0,000. Dengan
demikian, hipotesis H5 dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan cenderung berpengaruh terhadap
voter intention pemilihan presiden 2019. Hasil penelitian ini mendukung temuan penelitian yang dilakukan oleh Erkan (2014)
yang menyatakan WOM yang berkembang dapat berpengaruh langsung terhadap voting intention.
5. Kesimpulan dan saran
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh Social Media terhadap Voter Intention melalui
Kepercayaan dan WOM sebagai variabel mediasi dalam Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2019. Setelah
melakukan analisis maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 membuktikan bahwa variabel Social Media yang di mediasi Kepercayaan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Voter Intention dalam Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2019.
2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2 membuktikan bahwa variabel Social Media yang di mediasi WOM berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Voter Intention dalam Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2019.
3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 3 membuktikan bahwa variabel Kepercayaan yang di mediasi WOM berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Voter Intention dalam Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2019.
4. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 4 membuktikan bahwa variabel Kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Voter Intention dalam Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2019.
5. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 5 membuktikan bahwa variabel WOM berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Voter Intention dalam Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2019
6. Social Media, Kepercayaan, dan WOM bisa memprediksi atau menjelaskan pengaruhnya terhadap Voter Intention dalam
Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2019.
7. WOM yang beredar di Social Media dapat membentuk opini voters tentang masing-masing kandidat
8. WOM yang bersifat negatif dapat merugikan tidak hanya para kandidat tetapi juga iklim demokrasi di negara tersebut.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil analisis, pembahasan serta simpulan, maka saran yang dapat penulis berikan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Berdasarkan pembahasan variabel Social Media yang secara langsung signifikan berpengaruh terhadap Voter Intention
harus digunakan dengan semestinya, seperti tidak mem-publish atau menyebarkan informasi hoax dan menebar kebencian
yang justru akan menurunkan Voter Intention. Hal ini tidak sehat untuk politik dan sistem demokrasi kita sendiri.
2. Untuk variabel Kepercayaan menunjukkan bahwa voter membutuhkan sosok yang dapat dengan baik menjalankan amanah
mereka tanpa adanya retorika motif kepentingan dari masing-masing kandidat dan jangan sampai dilalaikan karena
membangun kepercayaan terhadap seseorang tidaklah mudah.
3. Untuk variabel WOM, perlu di pertimbangkan hal-hal yang dapat meningkatkan Voter Intention dengan cara yang baik
tidak menggunakan negative WOM karena sewaktu-waktu juga dapat menjadi boomerang untuk diri sendiri.
Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28
27
Referensi
1) Adinuroho Billy, Guntur Freddy Prisanto, Irwansyah, Niken Febraina. 2019. “Media Sosial Dan Internet Dalam Keterlibatan
Informasi Politik Dan Pemilihan Umum”. Jurnal Representamen, Vol 5. No.02.
2) Ahmed, M. A., Lodhi, S. A., & Shahzad, M. N. 2011. “Political Brand: trusting a candidate in the age of mistrust”. Journal of
Business & Retail Management Research, 5(2), 131-141.
3) Ardha, Berliani. 2014."Social Media Sebagai Media Kampanye Partai Politik 2014 di Indonesia". Jurnal Visi Komunikasi
Volume 13, No. 01, Mei 2014: 105-120
4) Bashar, Abu & Ahmad, Irshad & Wasiq, Mohammad. 2012. "International Journal of Marketing, Financial Services &
Management Research”. Vol.1 Issue 11, November, ISSN 2277 3622
5) Bimber, B. 2014. “Digital media in the Obama campaigns of 2008 and 2012: Adaptation to the personalized political
communication environment”. Journal of Information Technology & Politics, 11(2), 130-150.
6) Cogburn, D. L., & Espinoza-Vasquez, F. K. 2011. “From networked nominee to networked nation: Examining the impact of
Web 2.0 and social media on political participation and civic engagement in the 2008 Obama campaign”. Journal of Political
Marketing, 10(1-2), 189-213.
7) Dabula, Nandi. 2017.” The Influence of Political Marketing Using Social Media on Trust, Loyalty and Voting Intention of
The Youth of South Africa”. BSSJ Vol. 2, Issue 1, pp. 62-112
8) Erkan, Ismail & Evans, Chris. 2014. “The Impact of Electronic Word of Mouth in Social Media on Consumers Purchase
Intention”
9) Firmanzah. 2008. “Marketing Politik – Antara Pemahaman Dan Realitas”. Yayasan Obor-Jakarta.
10) Flemming, F., Metag, J., & Marcinkowski, F. 2013. “The Interplay of Mass Media and Online Campaigning. Evidence from
a German State Election”.
11) Ghozali, Imam. 2006. “Structural Equation Modeling: Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS)”. Edisi 2. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
12) Haroen, Dewi. 2014. “Personal Branding: Kunci Sukses Berkiprah Di Dunia Politik”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
13) Hooghe, M., Marien, S., & Pauwels, T. 2011. “Where Do Distrusting Voters Turn if There is No Viable Exit or Voice Option?
The Impact of Political Trust on Electoral behavior in the Belgian Regional Elections of June 2009 1”. Government and
Opposition, 46(2), 245-273.
14) Kholid, Anwar & Husein, Rahmawati & Mutiarin, Dyah. 2014.” The Influence of Social Media Towards Student Political
Participation During the 2014 Indonesian Presidential Election”. Jurnal Studi Pemerintahan, Vol. 6 No. 2
15) Kotler, Philip & Amstrong, Gary. 2004. Dasar-dasar Pemasaran, edisi ke Sembilan Jakarta: PT Indeks.
16) Kotler, Philip & Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Terjemah oleh Bob Sabran, M.M. Edisi 13. Jilid 2. Jakarta:
Erlangga
17) Kotler, Philip. & Kevin Lane Keller. 2012. Manajemen Pemasaran. Edisi 12. Jakarta: Erlangga
18) Marcinkowski, F., & Metag, J. 2014. “Why do candidates use online media in constituency campaigning? An application of
the theory of planned behavior”. Journal of Information Technology & Politics, 11(2), 151-168.
19) Nazeer J (2017) Impact of Social Media Advertisements on University Students. Arts Social Sci J 8: 290.
20) Newman, B.I, (2012). The Role of Marketing in Politics: Ten Years Later. Journal of Political Marketing, Volume 11, Issue
1-2, pp. 1-3.
21) Pamungkas, Bagas Aji. 2016. “Pengaruh Promosi di Social Media dan WOM terhadap keputusan pembelian”.
22) Ramos, Elisa. 2015. ‘Social Media as a Marketing Tool & its Impact on Politics”. Bachelor`s Thesis Degree Program for
Multilingual Management Assistants 2015
23) Prakoso, Ario & Arifin, Zainul. 2016. Pengaruh social media advertising terhadap word of mouth dan dampak kepada
keputusan pembelian
24) Rachmat, M. 2014. The Impact of Political Brand Trust on Voting Intention: Evidence from 2013 North Maluku Governor
Election. IUP Journal of Brand Management, 11(2), 55.
25) Ratnamulyani Ike Atikah Dan Beddy Iriawan Maksudi. 2018. Peran Media Sosial Dalam Peningkatan Partisipasi Pemilih
Pemula Dikalangan Pelajar Di Kabupaten Bogor. Sosio humaniora - Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Humaniora. Vol. 20, No.
2, Juli 2018: 154 - 161
26) Reddy, Palla Malathi. 2016. A Study on effectiveness of social media advertising in India
27) Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
28) Tampubolon, Mikharisti & Putri, Yuliani Rachma & Atnan, Nur. 2016. "Strategi Promosi Coffee Shop Melalui Media Sosial
Instagram (Studi Deskriptif Pada Akun @crematology". e-Proceeding of Management: Vol.3, No.2 Agustus 2016 | Page 2421.
29) Thoumrungroje, Amonrat. (2014) “The Influence of Social Media Intensity and EWOM on Conspicuous Consumption
30) Toor, Areeba. 2017.The Impact of social networking marketing on consumer purchase intention in Pakistan: Consumer
engagement as a mediator
31) Towner, T. L., & Dulio, D. A. (2012). New media and political marketing in the United States: 2012 and beyond. Journal of
Political Marketing, 11(1-2), 95-119.
32) Vergeer, M. (2012). Politics, elections and online campaigning: Past, present... and a peek into the future. New Media &
Society, 1461444812457327.
33) Vonderschmitt, Kaitlin. 2012. "The Growing Use of Social Media in Political Campaigns: How to use Facebook, Twitter
and YouTube to Create an Effective Social Media Campaign" (2012). Honors College Capstone Experience/Thesis Projects.
Paper 360.
Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28
28
34) Pemilu 2019. http://www. kpu.go.id/ (diakses pada tanggal 14 Oktober 2018).
35) Apjii. 2016. Hasil Survey Pengguna internet Indonesia 2016. http://www.apjii.or.id (diakses pada 20 April 2018)
36) Profil Calon Pilpres 2019. https://www.liputan6.com/pages/profil-calon-pilpres-2019