volume 13, no: 1 (2017); juni social media dalam membangun

13
Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28 16 motivasi Jurnal Manajemen E-ISSN : 24 0 7 - 5 3 1 0 P-ISSN : 20 8 5 - 1 5 9 6 Fak tor Per timba ng an Masy araka t Me milih Da ftar Efek Syar iah Fenni Supriadi, Dedi Hariyanto Ide n ti fikas i M an aje m en Ase t da n Kin erja Keua ng an Terh ada p Ni lai Pa sar Pa da Per usa haa n Prop erti Ya ng Ter da ftar di Bursa Efek Ind ones ia Sa nt y M ay da B at ub ara Pe ng aruh PDR B, Pen did ika n dan Peng an ggur an Terh ad ap Ke miskin an di Kab upa te n Sa mb as Uray Dian Novita, Nur Istiqamah Ma na je me n Kin erj a, Ke adi la n dan Kiner ja Kary aw an Pad a P T. Sunpr i ma Nusa ntara Pe m bia yaa n ( Co lu mb ia Fin anc e) Pon ti anak Udin Rinaldi, Tri Diana, Andini Triana Dewi Pe ng aruh Baura n Pe mas ara n Ter ha dap Kepu tus an Ko nsu m en Me m bel i M ob il Honda Pada Honda Daya Motor di Kota Pontianak Sumiyati, Jakaria Pe ng aruh Stress Kerja Ter had ap Kinerja Peg awa i Pen jag a da n Teknis i Sara na Ba n tu Nav ig asi Pelayar an Pa da Ka ntor Dis trik N avigasi Kelas III Po ntian ak Devi Yasmin, Alfian Yuda Prasetiyo Pe ng aruh Pr o mosi Ter had ap Ke pu tus an Ma hasis wa Me m il ih Pro gra m Stud i Bu didaya Perika na n Polite knik N eg eri Po ntian ak Sa m s u dd i n , E n da n g S eti ya n in g si h www.openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/jm_motivasi Pe ng aruh Re turn On Asse t, Re turn On Eq uity da n Earn ing Per Share Terha da p Return Saham Pembentuk Indeks Kompas 100 De di H ar iy ant o , A bd ur ra h m an Social Media Dalam Membangun Kepercayaan Dan WOM Terhadap Voter Intention Pada Pemilihan Presiden Indonesia 2019 Volume 13, No: 1 (2017); Juni Ramadania a * , Ya’alfiqih a a Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Tanjungpura, Indonesia I N F O A R T I K E L A B S T R A K Keywords: Social Media; Kepercayaan; Word of mouth; Voter Intention; Political Marketing; Pemilihan Presiden 2019. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh social media terhadap voter intention melalui mediasi kepercayaan dan WOM pada pemilihan Presiden Indonesia 2019. Penelitian ini menggunakan metode survei dan bersifat asosiatif. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan membagikan kuesioner kepada 100 orang responden. Analisis data menggunakan teknik analisis PLS (Partial Least Square) melalui software SmartPLS. Selain itu, untuk menguji peran variabel mediasi dilakukan uji Sobel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) social media yang di mediasi kepercayaan berpengaruh positif terhadap voter intention. (2) social media yang di mediasi WOM berpengaruh positif terhadap voter intention. (3) Kepercayaan yang di mediasi WOM berpengaruh positif terhadap voter intention. (4) Kepercayaan berpengaruh positif terhadap voter intention. (5) WOM berpengaruh positif signifikan terhadap voter intention. 1. Pendahuluan Pemilihan umum presiden Indonesia tahun 2019 merupakan sarana menyalurkan aspirasi masyarakat dalam memilih pemimpin tertinggi negara. Kompetisi politik antara pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin dengan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno semakin sengit. Sebelumnya pada tahun 2014, mereka sudah pernah bertarung. Pemilihan presiden Joko Widodo Vs Prabowo pada tahun 2014 dimenangkan oleh Joko widodo. Pentingnya strategi pemasaran politik didasarkan pada fakta bahwa kompetisi dan rivalitas antar kandidat dalam memenangkan pemilihan umum merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dihindarkan. Fenomena yang melatar belakangi penelitian ini adalah dengan adanya persaingan antar kandidat dalam memperebutkan suara pemilih maka setiap kandidat harus memiliki strategi yang optimal untuk meraih suara sebanyak-banyaknya. Untuk dapat memperoleh kekuasaan, kandidat presiden harus memenangkan pemilu dengan perolehan suara terbanyak di antara kandidat lainnya. Salah satu usaha yang di lakukan oleh kandidat ialah strategi political marketing melalui social media (jejaring sosial) sebagai media kampanye dalam membangun kepercayaan pemilih. Pemilih yang percaya pada kandidat presiden akan menjadi positive word of mouth advertising yang dapat meningkatkan suara pemilih. Strategi political marketing melalui social media (jejaring sosial) yang di mediasi e-word of mouth dapat meningkatkan perolehan suara secara luas dan tidak memerlukan biaya yang mahal. Masyarakat juga akan lebih mudah mencari informasi mengenai kandidat tanpa harus bertatap muka secara langsung. Social media adalah sarana bagi konsumen untuk berbagai informasi teks, gambar, video, dan audio dengan satu sama lain dengan perusahaan dan sebaliknya. (Kotler & Keller 2012). Social media mempunyai empat manfaat bagi aktivitas politik yaitu, sebagai informasi, pelayanan, access to political power dan space. Hogar (2014). Munculnya social media telah secara signifikan mengubah tidak hanya komunikasi pribadi tetapi bisnis dan lanskap komunikasi politik di seluruh dunia. Dari perspektif politik, social media memiliki dampak yang signifikan di bidang pemasaran politik. Akibatnya, pemimpin politik, partai politik dan politisi semakin menggunakan social media untuk menginformasikan, berkomunikasi, dan terhubung dengan warga untuk merangsang keterlibatan dan partisipasi politik (Alujevic, 2012). Konsep pemasaran politik berkaitan dengan penggunaan prinsip dan alat pemasaran dalam kampanye politik oleh partai politik dan pemimpin dengan tujuan memposisikan partai dan pemimpinnya secara positif di pasar politik atau pemilu, sehingga menarik bagi pemilih, dengan demikian mengumpulkan suara untuk partai (Newman, 2012). *Corresponding author. E-mail addresses: [email protected] (Ramadania); [email protected] (Ya’Alfiqih). https://doi.org/10.29406/jmm.v16i1.2078 2407-5310/Jurnal Manajemen Motivasi 2020

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28

16

motivasi Jurnal Manajemen

motivation

JournalOfManagement

E-ISSN : 2407- 5310 P-ISSN : 2085- 1596

Fak tor Per ti m ba ng an Masy araka t Me m ili h Da f tar E fek Syar iah

Fe n ni Sup r ia di , D ed i Ha riya nt o

Ide n ti fikas i M an aje m en Ase t da n Kin erja Keua ng an Terh ada p Ni lai Pa sar

Pa da Per usa haa n P rop ert i Ya ng Ter da f tar di Bursa E fek Ind ones ia

Sa nt y M ay da B at ub ara

Pe ng aruh PDR B, Pen did ika n dan Peng an ggur an Terh ad ap Ke mi skin an

di Kab upa te n Sa mb as

Ura y Dian No vit a, Nu r Ist iqa ma h

Ma na je me n Kin erj a, Ke adi la n dan K iner ja Kary aw an Pad a P T. Sunpr i ma

Nusa ntara Pe m bia yaa n ( Co lu mb ia Fin anc e) Pon ti anak

Ud in Rina ld i, Tri Dia na , An d ini Tr ia na D e wi

Pe ng aruh Baura n Pe mas ara n Ter ha dap Kepu tus an Ko nsu m en Me m bel i M ob il

Hon da Pad a Ho nd a Daya M otor di Ko ta Po nt ia nak

Su miy ati , J aka ria

Pe ng aruh S tress Kerja Ter had ap Ki nerj a Peg awa i Pen jag a da n Teknis i Sara na

Ba n tu Nav ig asi Pel ayar an Pa da Ka ntor Dis trik N avi gasi Kelas I II Po nt ian ak

Dev i Yas min , A lfia n Yu da Pr ase tiyo

Pe ng aruh Pr o mosi Ter had ap Ke pu tus an Ma hasis wa Me m il ih Pro gra m Stud i

Bu di daya Perika na n Poli te knik N eg eri Po nt ian ak

Sa ms u dd in , En da n g Setiya n in g sih

www.openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/jm_motivasi 9 7 7 2 4 D7 5 3 1 D D5

Pe ng aruh Re turn On Asse t, Re turn On Eq ui ty da n Earn ing Per Share Terha da p

Return Sa ha m Pe m be ntuk Indeks Ko mpa s 100

De di H ar iy ant o , A bd ur ra h man

Social Media Dalam Membangun Kepercayaan Dan WOM Terhadap Voter Intention Pada Pemilihan Presiden Indonesia 2019

&&

PROGRAMSTUDIMANAJEMEN

Univers i tas M uhamm adiy ah Pontianak

Volume 13, No: 1 (2017); Juni

Ramadania a*, Ya’alfiqih

a

a Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Tanjungpura, Indonesia

I N F O A R T I K E L A B S T R A K

Keywords:

Social Media;

Kepercayaan;

Word of mouth;

Voter Intention;

Political Marketing;

Pemilihan Presiden 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh social media terhadap voter intention

melalui mediasi kepercayaan dan WOM pada pemilihan Presiden Indonesia 2019.

Penelitian ini menggunakan metode survei dan bersifat asosiatif. Pengambilan sampel

menggunakan metode purposive sampling dengan membagikan kuesioner kepada 100

orang responden. Analisis data menggunakan teknik analisis PLS (Partial Least

Square) melalui software SmartPLS. Selain itu, untuk menguji peran variabel mediasi

dilakukan uji Sobel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) social media yang

di mediasi kepercayaan berpengaruh positif terhadap voter intention. (2) social media

yang di mediasi WOM berpengaruh positif terhadap voter intention. (3) Kepercayaan

yang di mediasi WOM berpengaruh positif terhadap voter intention. (4) Kepercayaan

berpengaruh positif terhadap voter intention. (5) WOM berpengaruh positif signifikan

terhadap voter intention.

1. Pendahuluan

Pemilihan umum presiden Indonesia tahun 2019 merupakan sarana menyalurkan aspirasi masyarakat dalam memilih

pemimpin tertinggi negara. Kompetisi politik antara pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin dengan Prabowo Subianto-Sandiaga

Uno semakin sengit. Sebelumnya pada tahun 2014, mereka sudah pernah bertarung. Pemilihan presiden Joko Widodo Vs Prabowo

pada tahun 2014 dimenangkan oleh Joko widodo. Pentingnya strategi pemasaran politik didasarkan pada fakta bahwa kompetisi

dan rivalitas antar kandidat dalam memenangkan pemilihan umum merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dihindarkan.

Fenomena yang melatar belakangi penelitian ini adalah dengan adanya persaingan antar kandidat dalam memperebutkan suara

pemilih maka setiap kandidat harus memiliki strategi yang optimal untuk meraih suara sebanyak-banyaknya. Untuk dapat

memperoleh kekuasaan, kandidat presiden harus memenangkan pemilu dengan perolehan suara terbanyak di antara kandidat

lainnya. Salah satu usaha yang di lakukan oleh kandidat ialah strategi political marketing melalui social media (jejaring sosial)

sebagai media kampanye dalam membangun kepercayaan pemilih. Pemilih yang percaya pada kandidat presiden akan menjadi

positive word of mouth advertising yang dapat meningkatkan suara pemilih.

Strategi political marketing melalui social media (jejaring sosial) yang di mediasi e-word of mouth dapat meningkatkan

perolehan suara secara luas dan tidak memerlukan biaya yang mahal. Masyarakat juga akan lebih mudah mencari informasi

mengenai kandidat tanpa harus bertatap muka secara langsung. Social media adalah sarana bagi konsumen untuk berbagai

informasi teks, gambar, video, dan audio dengan satu sama lain dengan perusahaan dan sebaliknya. (Kotler & Keller 2012). Social

media mempunyai empat manfaat bagi aktivitas politik yaitu, sebagai informasi, pelayanan, access to political power dan space.

Hogar (2014). Munculnya social media telah secara signifikan mengubah tidak hanya komunikasi pribadi tetapi bisnis dan

lanskap komunikasi politik di seluruh dunia. Dari perspektif politik, social media memiliki dampak yang signifikan di bidang

pemasaran politik. Akibatnya, pemimpin politik, partai politik dan politisi semakin menggunakan social media untuk

menginformasikan, berkomunikasi, dan terhubung dengan warga untuk merangsang keterlibatan dan partisipasi politik (Alujevic,

2012). Konsep pemasaran politik berkaitan dengan penggunaan prinsip dan alat pemasaran dalam kampanye politik oleh partai

politik dan pemimpin dengan tujuan memposisikan partai dan pemimpinnya secara positif di pasar politik atau pemilu, sehingga

menarik bagi pemilih, dengan demikian mengumpulkan suara untuk partai (Newman, 2012).

*Corresponding author.

E-mail addresses: [email protected] (Ramadania); [email protected] (Ya’Alfiqih).

https://doi.org/10.29406/jmm.v16i1.2078

2407-5310/Jurnal Manajemen Motivasi 2020

Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28

17

Frasa social media mengacu pada beragam alat online yang memfasilitasi inisiasi, pembuatan, kerja komunitas, dan bentuk-

bentuk ekspresi politik lainnya seperti voting dan kampanye pemilihan. Contoh-contoh menonjol dari penggunaan social media

untuk mobilisasi politik adalah percakapan, dan penyebaran informasi antar pengguna (Kushin & Yamamoto, 2010). Social

media menyediakan pengguna dengan kemampuan untuk mengembangkan hubungan online atau komunitas di mana orang-

orang dengan minat yang sama dapat berinteraksi, terlibat, berbagi pendapat dan pengetahuan (Steenkamp & Clarke, 2012).

Social media telah memainkan peran besar dalam berbagai bentuk partisipasi politik seperti boikot, mobilisasi melalui musim

semi Arab pada tahun 2011 dan baru-baru ini boikot mahasiswa universitas Afrika Selatan terhadap kenaikan biaya, dijuluki

"feemustfall", yang terutama didorong oleh Twitter. Contoh penggunaan social media yang terkenal dalam pemilihan adalah

pemilu 2009 dan 2012 Amerika Serikat (AS) di mana Presiden Barack Obama memastikan kemenangan elektoral di kedua

pemilihan. Setelah kemenangan Obama, banyak negara mengikuti trend tersebut, (Dabula, 2017). Lebih lanjut Dabula (2017)

menyatakan bahwa implementasi social media oleh partai-partai politik dalam pemilihan setelah kemenangan Obama tahun 2009

telah banyak diteliti (Cogburn & Espinoza-Vasquez 2011; Vergeer, 2012; Towner & Dulio, 2012; Flemming, Metag &

Marcinowski, 2013; Marcinkowski & Metag, 2014; Bimber, 2014).

Jumlah pengguna internet di Indonesia sendiri terus meningkat secara signifikan terutama dalam mengakses sejumlah social

media. Hasil survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) tahun 2016 menunjukkan penetrasi pengguna internet

di Indonesia mencapai 132,7 juta orang atau sekitar 51,8% dari total populasi penduduk Indonesia sebanyak 256,2 juta orang.

Sementara itu perilaku pengguna internet terdiri dari social media (97,4%), hiburan (96,8%), berita (96,4%), layanan public (91.6%),

komersial (93,1%) dan pendidikan (93,8%). Data yang di lansir dari sumber yang sama konten social media yang sering di kunjungi

dari 6 situs dan Facebook menempati urutan pertama, Instagram di urutan kedua dan disusul YouTube, Google+, Twitter, serta

Linked.

Dari platform diatas dapat menjadi sarana untuk membangun kepercayaan. Social media yang digunakan untuk membangun

kepercayaan, karena akan menjadi modal besar bagi para calon untuk memperoleh banyak suara. Kepercayaan sangat penting

dalam hal ini. Pusat media sosial terutama pada hubungan, baik itu pribadi, bisnis atau politik. Kepercayaan adalah unsur penting

dalam semua bentuk hubungan. Kepercayaan adalah konsep luas yang telah didefinisikan secara berbeda oleh para ahli dari

beragam disiplin ilmu seperti psikologi, pemasaran dan pemasaran politik. Ketika kepercayaan kepada seorang calon atau partai

voter cenderung memiliki preference yang kuat untuk memilih partai tersebut. Bukti empiris telah menetapkan bahwa ketika

terdapat kepercayaan masyarakat pada calon atau partai, maka mereka akan dipilih. Sebaliknya, ketika terdapat ketidakpercayaan

(distrust) maka masyarakat akan lebih memilih untuk golput (Ahmed et al., 2011; Hooghe, Marien & Pauwels, 2011; Rachmat,

2014).

Dilihat dari banyaknya pengguna internet yang mengakses social media bisa menjadi peluang calon sebagai sarana political

marketing dalam Pemilu. Social media juga unggul karena memberi kesempatan voter untuk berdialog dua arah dengan calon.

Modal komunikasi multi arah ini menjadi modal calon untuk meraih suara. Dari komunikasi dua arah tersebut muncullah opini

yang beredar di masyarakat yang kita sebut WOM. WOM adalah salah satu jenis promosi yang efektif dan memiliki biaya paling

murah. Setelah menggunakan produk, konsumen yang puas akan menceritakan pengalaman yang baik tentang produk tersebut

kepada orang lain. (Kotler & Amstrong, 2004).

Salah satu alat dalam politik yang dapat di manfaatkan oleh kandidat adalah melalui social media. Ekspektasi voters sangat

berbeda ketika mereka aktif di social media dari pada melihat iklan di media lainnya, voters mencari suatu yang berbeda seperti

kejujuran dan transparansi yang menghasilkan perspektif baru (Ramos, 2015). Oleh karena itu penggunaan social media yang

tepat dan efektif dapat meningkatkan citra kandidat di mata pemilih dan membangun kepercayaan. Kekuatan social media

kandidat dibangun atas dasar rasa kepercayaan, hobi, gaya hidup, loyalitas, dan dorongan rasa ingin tahu dari para pemilih itu

sendiri. Apabila seorang kandidat telah sukses melakukan political marketing melalui social media maka akan sendirinya

terbentuk kepercayaan yang akan berpengaruh terhadap voter intention. Kepercayaan juga dapat mempengaruhi positive word of

mouth. penyampaian positive word of mouth voter akan lebih memiliki preferensi yang kuat akan kandidat atau partai tersebut

(Ahmed et al.,2011). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa social media dapat mempengaruhi voter intention melalui mediasi

kepercayaan dan WOM.

Beberapa penelitian akhir-akhir ini menunjukkan pentingnya social media dalam menentukan keputusan pemilih pada pemilu. Ramos

(2015), menemukan bahwa social media adalah alat pemasaran yang mempunyai pengaruh efektif terhadap keputusan politik.

Dabula (2017) di Afrika Selatan menguji hubungan antara political marketing menggunakan social media, kepercayaan pemilih,

loyalitas pemilih dan voter intention. Penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian Ratnamulyani et al. (2018) di kabupaten

Bogor, yang menunjukkan bahwa pengguna media sosial semakin masif di kalangan pelajar sebagai pemilih pemula untuk mengakses

informasi tentang pemilu, yaitu sebagai pengguna Twitter 35%, Facebook 28%, dan Instagram 28%. Penelitian lainnya oleh Adinugroho

et al. (2019), juga menunjukkan pentingnya media sosial dan internet dalam keterlibatan informasi politik dan pemilihan umum.

Namun demikian penelitian tentang political marketing di Indonesia yang menguji peran social media terhadap voter intention

dengan variabel mediasi kepercayaan dan WOM masih sangat terbatas. Hal tersebut mendasari pentingnya untuk melakukan

penelitian tentang political marketing yang mengaitkan hubungan antara social media, kepercayaan dan WOM pada voter

intention, khususnya pada pemilihan Presiden Indonesia 2019. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji: 1).Pengaruh

media sosial yang di mediasi kepercayaan terhadap voter intention. 2). Pengaruh media sosial yang di mediasi word of mouth

terhadap voter intention. 3) Pengaruh kepercayaan yang di mediasi word of mouth terhadap voter intention. 4). Pengaruh

kepercayaan terhadap voter intention. 5) Untuk mengetahui pengaruh word of mouth terhadap voter intention. Penelitian ini

memberikan kontribusi teoritik terhadap bidang political marketing, yaitu pentingnya peran sosial media dalam membangun

kepercayaan pemilih serta word of mouth yang pada akhirnya akan mempengaruhi niat pemilih. Penelitian ini juga memiliki

kontribusi praktis terhadap partai politik, dan kandidat presiden untuk mengelola informasi yang baik dalam social media sebagai

strategi pemasaran untuk membangun kepercayaan pemilih. Pada akhirnya kepercayaan pemilih akan memberikan efek terhadap

word of mouth yang dapat meningkatkan jumlah suara pemilih.

Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28

18

2. Kajian Pustaka

Pengertian political marketing

Political marketing adalah aplikasi kegiatan marketing di dalam ruang politik yang umumnya terkonsentrasi pada saat

Pemilu. Menurut Haroen (2014; 48) political marketing adalah penerapan konsep dan metode marketing ke dalam dunia politik.

Marketing dibutuhkan untuk menghadapi persaingan dalam memperebutkan pasar (market), yang dalam hal ini adalah voters.

Menurut O’Shaughnessy, seperti dikutip Firmanzah (2008), pemasaran politik berbeda dengan pemasaran komersial. Marketing

politik ialah sebuah konsep yang menawarkan bagaimana sebuah parpol atau seorang kandidat dapat membuat program yang

berhubungan dengan permasalahan aktual. Political marketing adalah sebuah teknik untuk memelihara hubungan dua arah

dengan publik.

Tabel 1. Penelitian Empiris Tentang Hubungan Social Media, Kepercayaan dan WOM dalam Keputusan Konsumen

No. Peneliti dan Tahun

Penelitian

Variabel Metode Hasil

1. Amonrat

Thoumrungroje (2014)

Judul: The Influence of

Social Media Intensity

and EWOM on

Conspicuous

Consumption

Variabel

independent:

Social Media

Intensity dan

EWOM

Variabel

dependent:

Conspicuous

Consumption

Kuantitatif

korelasional

Social media dan EWOM berpengaruh

terhadap konsumsi yang mencolok karna

mengikuti hal hal yang dianggap viral dan

trend

2. Anwar Kholid,

Rahmawati Husein,

Dyah (2014)

Mutiarin, Judul: The

Influence of Social

Media

Towards Student

Political

Participation During

the 2014

Indonesian

Presidential Election

Variabel

Independent:

Social media

Variabel

dependent:

Partisipasi politik

pelajar

Kuantitatif

korelasional

temuan penelitian ini menunjukkan

bahwa pengaruh media sosial terhadap

partisipasi politik relatif kecil, tetapi kami

percaya itu penelitian lebih lanjut tentang

masalah ini diperlukan. Sosial media

memang merupakan platform belaka tetapi

kuat satu, terutama dalam hal mendukung

politik partisipasi, sehingga masyarakat

harus bias mendapat manfaat darinya.

3. Nandi Dabula, (2017)

Judul:

The Influence of

Political Marketing

Using Social Media on

Trust, Loyalty and

Voting Intention of The

Youth of South Africa

Variabel

Independent:

Social media

Variabel

dependent:

kepercayaan,

loyalty and voting

intention of the

youth of south

Africa

Kuantitatif

korelasional

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kelima hipotesis didukung. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa hubungan antara

pemasaran politik menggunakan media

sosial dan kepercayaan pemilih, pemasaran

politik menggunakan media sosial dan

loyalitas pemilih, kepercayaan pemilih dan

loyalitas pemilih, kepercayaan pemilih dan

niat memilih dan loyalitas pemilih dan niat

memilih semua positif dalam cara yang

signifikan. Makalah penelitian membahas

implikasi akademis, partai politik dan

pemasar terhadap hasil dan arahan

penelitian di masa depan.

4. Abu Bashar, Irshad

Ahmad, Mohammad

Wasiq, (2012)

Effectiveness Of Social

Media As A Marketing

Tool: An Empirical

Study

Variabel

independent:

Social media

Variabel

dependent:

Marketing tool

Deskriptif

kualitatif

Social media sebagai alat pemasaran positif

berpengaruh secara signifikan

5. Kaitlin L.

Vonderschmitt, The

Growing Use of Social

Variabel

independent: the

growing use of

Deskriptif

kualitatif

Social media positif efektif di gunakan

sebagai alat kampanye

Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28

19

Media in Political

Campaigns:

How to Use Facebook,

Twitter and YouTube

to Create an Effective

Social media

Campaign, 2012

social media in

political marketing

Variabel

dependent:

Effective social

media campaign

6. Ismail Erkan, The

Impacts of Electronic

Word of Mouth in

Social Media on

Consumers' Purchase

Intentions, 2014

Variabel

independen:

WOM, Social

Media

Variabel dependen:

Consumer’s

purchase

Kuantitatif

korelasional

WOM positif berpengaruh pada

Consumers purchase intention

7. Elisa Ramos, Social

Media as a Marketing

Tool & its Impact on

Politics, 2015

Variabel

independen: Social

media

Variabel dependen:

Impact on politics

Kuantitatif

korelasional

Social media sebagai alat pemasaran positif

berpengaruh pada politik

8. Bagas Aji Pamungkas

(2016) Judul: Pengaruh

promosi di social media

dan word of mouth

terhadap keputusan

pembelian

Variabel

independent:

Sosial media dan

word of mouth.

Variabel dependen:

keputusan

pembelian

Kuantitatif

korelasional

Social media dan word of mouth

berpengaruh positif terhadap keputusan

pembelian

9. Berliani Ardha (2014)

Judul: Sosial media

sebagai media

kampanye partai politik

2014 di Indonesia

Variabel

independent:

Sosial media

Variabel dependen:

Media kampanye

Partai

Deskriptif

kualitatif

Sosial media menjadi sangat penting

karena dapat mendongkrak suara secara

signifikan

10. Mikharisti

Tampubolon, Yuliana

Rachma Putri, Nur

Atnan (2016) Judul:

Strategi Promosi coffee

shop melalui social

media Instagram (studi

deskriptif pada akun

@crematology)

Variabel

independent:

Strategi Promosi.

Variabel dependen:

Sosial media

Deskriptif

kualitatif

Berdampak positif dengan adanya

beberapa factor:

1.eWOM di Instagram

2.reachable

3.shareable

11. Dewi kurniawani &

Nugraha arifin (2015)

Judul: Strategi

pemasaran melalui

social media dan minat

beli mahasiswa

Variabel

independent: social

media. Variabel

dependen: Minat

beli mahasiswa

Kuantitatif

korelasional

Rendah terhadap variable dependen tetapi

dapat menarik perhatian mahasiswa

12. Ario Prakoso, Zainul

Arifin, Sunarti

(2016) Judul:

Pengaruh social

media advertising

terhadap word of

mouth dan dampak

kepada keputusan

pembelian

Variabel

independent:

Sosial media

advertising, WOM

Variabel

dependent:

Keputusan ulang

Kuantitatif

korelasional

Variable independent berpengaruh positif

dan memiliki kontribusi tinggi terhadap

keputusan pembelian

13. Areeba Toor (2017)

The impact of social

network marketing

on consumer

purchase intention in

Pakistan: Consumer

engagement as a

mediator

Variabel

independent:

Social Network

marketing

Variabel

intervening:

Consumer

engagement

Kuantitatif

korelasional

Social network marketing on consumer

purchase intention and consumer

engagement as a mediator has positif impact

Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28

20

Variabel

dependent:

purchase intention

14. Palla Malathi Reddy

(2016) Judul: A

Study on

effectiveness of

social media

advertising in india

Variabel dependen:

social media

advertising

Deskriptif

kualitatif

The social media effectiveness leads to

economic measure (impact).

15. Javeria Nazeer

(2017) Judul: Impact

of social media

advertising on univ.

student

Variabel

independent:

Social media

advertising.

Variabel

dependent: attitude

and behavior

Kuantitatif

korelasional

Social media ads impact lead to user’s

attitude and behavior

1) Pengaruh Social media yang di mediasi kepercayaan terhadap voter intention

Salah satu alat dalam politik yang dapat di manfaatkan oleh kandidat adalah melalui social media. Ekspektasi voters sangat

berbeda ketika mereka aktif di social media dari pada melihat iklan di media lainnya, voters mencari suatu yang berbeda

seperti kejujuran dan transparansi yang menghasilkan perspektif baru (Elisa, 2015).

Penelitian Adinugroho et al., (2019), juga menunjukkan perhatian pada media sosial memiliki pengaruh lebih kuat terhadap

political self-efficacy dan situational political involvement daripada sumber Internet tradisional dan ekspresi online. Oleh

karena itu penggunaan social media yang tepat dan efektif dapat meningkatkan citra kandidat di mata pemilih dan membangun

kepercayaan. Kekuatan social media kandidat dibangun atas dasar rasa kepercayaan, hobi, gaya hidup, loyalitas, dan dorongan

rasa ingin tahu dari para pemilih itu sendiri. Apabila seorang kandidat telah sukses melakukan political marketing melalui

social media maka akan sendirinya terbentuk kepercayaan yang akan berpengaruh terhadap voter intention. Hasil studi Dabula

(2017) di Afrika Selatan menunjukkan bahwa political marketing dengan menggunakan social media memiliki pengaruh

terhadap kepercayaan pemilih dan kepercayaan pemilih memiliki pengaruh positif terhadap voter intention. Dabula (2017)

menemukan bahwa kepercayaan merupakan variabel mediasi antara social media terhadap voter intention.

2) Pengaruh antara social media yang di mediasi WOM terhadap voter intention

Social media dapat dikatakan merupakan komponen yang sangat penting dari media iklan pemasaran seorang kandidat

(Vonderschmitt, 2012). Penggunaan strategi melalui social media yang tepat merupakan inti dari terbentuknya suatu word of

mouth, sebab dengan adanya word of mouth kandidat dapat menangkap perhatian pemilih dan membuat informasi tersebar

meluas dari orang yang satu ke orang yang lainnya (Ismail, 2014). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa social media

memiliki pengaruh terhadap keputusan konsumen, (Thoumrungroje, 2014). Vonderschmitt (2012) juga menemukan bahwa

social media memiliki efek yang positif sebagai alat kampanye. Thoumrungroje (2014), juga menemukan bahwa e-WOM

memiliki pengaruh terhadap keputusan konsumsi. Dengan dapat di katakana bahwa social media dapat mempengaruhi voting

intention melalui variable WOM. Ismail (2014) menyatakan. Kepercayaan yang muncul dalam fikiran pemilih merupakan

hasil dari sebuah proses informasi yang diterima. WOM dengan dukungan bukti nyata akan sebuah manfaat dan kualitas

kandidat memunculkan keyakinan pada pemilih, yang pada akhirnya dapat berdampak bagi voter intention.

3) Pengaruh kepercayaan yang di mediasi word of mouth terhadap voter intention

Kepercayaan merupakan inti dari terbentuknya suatu word of mouth seorang kandidat, sebab dengan hal ini kandidat dapat

memiliki voter intention untuk membuat mereka lebih diingat dan tersebar luas dari satu orang ke orang yang lainnya.

Kepercayaan dapat membangun positive word of mouth yang efektif. Karena dengan penyampaian positive word of mouth

voter akan lebih memiliki preferensi yang kuat akan kandidat atau partai tersebut (Ahmed et al., 2011). Kepercayaan

merupakan inti dari terbentuknya suatu word of mouth seorang kandidat, sebab dengan hal ini kandidat dapat memiliki voter

intention untuk membuat mereka lebih diingat dan tersebar luas dari satu orang ke orang yang lainnya. Word of mouth (WOM)

atau komunikasi dari mulut ke mulut adalah proses komunikasi yang berupa pemberian rekomendasi baik secara individu

maupun kelompok terhadap suatu produk atau jasa dengan tujuan memberikan informasi secara personal, (Kotler & Keller,

2012).

4) Pengaruh Kepercayaan terhadap voter intention

Kepercayaan merupakan bahan dasar dari setiap jenis hubungan. Dengan adanya kepercayaan kandidat dapat memperkuat

voter intention untuk menentukan pilihan dan bagus untuk hubungan jangka panjang serta dapat memprediksi perilaku voters

(Dabula ,2017). Dari hal ini kandidat akan lebih mudah dalam mengetahui perilaku dan mengurangi resiko-resiko yang tidak

di inginkan. Berdasarkan prinsip-prinsip pemasaran, harapan dan janji, yang melekat pada produk, harus di capai demi

memperkuat kepercayaan yang nantinya dapat berpengaruh pada voting intention. Jika berhasil memenuhi harapan dan janji

yang dinyatakan, konsumen menjadi bahagia dan semakin percaya (Kotler & Keller, 2009). Dabula (2017) dalam

penelitiannya telah memberikan fakta bahwa kepercayaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap voter intention.

Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28

21

5) Pengaruh Word of Mouth terhadap voter intention

Menurut Goyette, Ricard, Bergeron, dan Marticotte (2010) WOM didefinisikan sebagai pertukaran, aliran informasi, atau

percakapan dua individu. Word of mouth memiliki keunggulan kompetitif dalam menyampaikan informasi suatu bisnis. Hal

ini dikarenakan word of mouth berasal dari pendapat lingkungan sosial yang dirasa lebih jujur karena tidak adanya motif

tertentu. Erkan (2014) membuktikan bahwa WOM positif berpengaruh pada niat pembelian konsumen. Di samping itu

Thoumrungroje (2014), juga membuktikan bahwa WOM berpengaruh pada keputusan konsumsi.

3. Metode Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2008), metode

penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.

Penelitian ini menggunakan metode survei dalam pengumpulan data. Kuesioner disebarkan kepada 100 responden dengan

menggunakan teknik convenience sampling dan purposive sampling. Kriteria sampel adalah: 1) Responden yang memiliki hak

pilih di Kota Pontianak dalam pemilihan presiden 2019. 2) Responden terdaftar dalam DPT Pemilu 2019. 3) Responden yang

pernah atau mencari tahu info tentang kandidat di jejaring sosial mereka.

Penentuan jumlah sampel untuk sampel dalam analisis Structural Equation Modeling (SEM) berkisar antara 100-200 sampel

(Hair et al., 2006). Penelitian ini melakukan analisis data dengan pendekatan SEM-Partial Least Square (PLS). Menurut Ghozali

(2006) PLS merupakan model persamaan Structural Equation Modeling (SEM) yang berdasarkan pada komponen atau varian.

Ghozali (2006) lebih lanjut menjelaskan bahwa PLS merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM

berbasis kovarian menjadi berbasis varian. PLS berbeda dengan SEM, PLS cenderung bersifat predictive model sedangkan SEM

yang berbasis kovarian umumnya menguji kausalitas/teori. PLS adalah teknik analisis yang powerful (Ghozali, 2006), karena

tidak didasarkan pada banyak asumsi. Misalnya, data tidak harus terdistribusi normal dan sampel tidak harus besar. Oleh

karenanya sampel dalam penelitian ini di tetapkan 100 responden. Selain PLS dapat digunakan untuk mengonfirmasi teori, PLS

juga bisa digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten. PLS juga bisa sekaligus menganalisis

konstruk yang dibentuk dengan indikator reflektif dan formatif, (Ghozali, 2006)

4. Hasil dan Pembahasan

Ghozali (2006) menyatakan bahwa kriteria yang digunakan dalam analisa data dengan SEM-PLS untuk menilai outer model

adalah: 1) Convergent Validity, 2) Discriminant Validity dan 3) Composite Reliability dan 4) Average Variance Extracted (AVE).

Ghozali (2006) mengungkapkan bahwa pengujian Convergent validity pada model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai

dengan korelasi antara item score/component score. Ukuran refleksif individual dapat dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari

nilai 0,70 pada konstruk yang diukur. Namun menurut Chin, 1998 (dalam Ghozali, 2006) pada penelitian tahap awal, nilai loading

0,5 sampai 0,6 dianggap cukup memadai untuk pengembangan skala pengukuran. Penelitian ini akan menggunakan batas loading

factor sebesar 0,60.

Tabel 2. Hasil analisis SmartPLS untuk Nilai Outer Loadings (Measurement Model)

Item Model Awal Modifikasi

Social Media

X1.1 0,594 dibuang (<0,6)

X1.2 0,669 0,726

X1.3 0,383 dibuang (<0,6)

X1.4 0,766 0,787

X1.5 0,701 0,764

X1.6 0,478 dibuang (<0,6)

X1.7 0,677 0,71

X1.8 0,591 dibuang (<0,6)

Kepercayaan

Y1.1 0,788 0,794

Y1.2 0,851 0,852

Y1.3 0,784 0,789

Y1.4 0,851 0,85

Y1.5 0,468 0,46

Y1.6 0,84 0,835

WOM

Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28

22

Y2.1 0,799 0,801

Y2.2 0,873 0,873

Y2.3 0,89 0,889

Y2.4 0,849 0,848

Y2.5 0,855 0,853

Y2.6 0,865 0,862

Y2.7 0,701 0,707

Y2.8 0,747 0,752

Y2.9 0,842 0,843

Y2.10 0,845 0,844

Voter Intention

Y3.1 0,881 0,881

Y3.2 0,82 0,82

Y3.3 0,86 0,859

Y3.4 0,741 0,74

Y3.5 0,743 0,744

Y3.6 0,827 0,827

Tabel 2 menunjukkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SEM-PLS. Tahap awal nilai loading factor pada outer

model (measurement model) masih belum memenuhi convergent validity. Beberapa indikator memiliki nilai loading factor di

bawah 0,60. Selanjutnya modifikasi model dilakukan dengan membuang indikator-indikator yang mempunyai nilai loading

factor di bawah 0,60, sebagaimana tampak pada Tabel 2. Pada model yang sudah dimodifikasi semua loading factor sudah di

atas 0.6, sehingga dapat dikatakan bahwa indikator-indikator yang mengukur konstruk telah memiliki convergent validity yang

baik.

Selanjutnya, menurut Ghozali (2006) untuk memastikan bahwa setiap konsep dari masing-masing variabel laten berbeda

dengan variabel lainnya maka dilakukan pengujian discriminant validity. Ghozali (2006) mengungkapkan bahwa model

memiliki discriminant validity yang baik jika tiap nilai loading dari tiap indikator pada suatu variabel laten mempunyai nilai

loading yang paling besar dibandingkan dengan nilai loading lain terhadap variabel laten lainnya. Tabel 3 menunjukkan hasil

pengujian discriminant validity.

Tabel 3. Hasil Analisis SEM-PLS Nilai Discriminant Validity (Cross Loading)

Social Media Kepercayaan WOM Voter Intention

X1.2 0.726 0.444 0.501 0.540

X1.4 0.787 0.458 0.478 0.507

X1.5 0.764 0.457 0.437 0.443

X1.7 0.710 0.439 0.230 0.416

Y1.1 0.523 0.792 0.523 0.607

Y1.2 0.484 0.854 0.536 0.730

Y1.3 0.521 0.787 0.504 0.599

Y1.4 0.525 0.850 0.419 0.682

Y1.5 0.232 0.458 0.257 0.269

Y1.6 0.449 0.837 0.525 0.688

Y2.1 0.464 0.468 0.801 0.448

Y2.10 0.474 0.574 0.844 0.660

Y2.2 0.447 0.483 0.873 0.589

Y2.3 0.538 0.525 0.889 0.623

Y2.4 0.432 0.557 0.848 0.631

Y2.5 0.466 0.609 0.853 0.718

Y2.6 0.492 0.613 0.862 0.702

Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28

23

Y2.7 0.444 0.255 0.707 0.376

Y2.8 0.498 0.308 0.752 0.455

Y2.9 0.452 0.500 0.843 0.562

Y3.1 0.523 0.733 0.635 0.881

Y3.2 0.486 0.629 0.606 0.820

Y3.3 0.508 0.620 0.614 0.859

Y3.4 0.545 0.562 0.543 0.740

Y3.5 0.597 0.608 0.529 0.744

Y3.6 0.489 0.709 0.533 0.827

Dari Tabel 3 terlihat ada beberapa nilai loading factor pada indikator dari masing-masing variabel laten yang masih

memiliki nilai loading factor yang tidak paling besar dibanding nilai loading lain jika dihubungkan dengan variabel laten

lainnya. Hal ini berarti bahwa variabel laten belum semuanya memiliki discriminant validity yang baik dimana beberapa

variabel laten masih memiliki pengukur yang berkorelasi tinggi dengan konstruk lainnya.

Reliability dan Average Variance Extracted (AVE)

Menurut Ghozali (2006) kriteria reliabilitas dapat dilihat dari nilai reliabilitas suatu konstruk dan nilai Average Variance

Extracted (AVE) dari tiap-tiap konstruk. Konstruk dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi jika nilainya 0,70 dan AVE

berada diatas 0,50. Tabel.4 menyajikan nilai Composite Reliability dan AVE untuk seluruh variabel.

Tabel 4. Hasil analisis SmartPLS Nilai Composite Reliability dan Average Variance Extracted

Composite Reliability Average Variance

Extracted (AVE)

Social Media 0.835 0.558

Kepercayaan 0.898 0.601

Voter Intention 0.921 0.662

WOM 0.956 0.687

Tabel 4 menunjukkan bahwa semua konstruk memenuhi syarat reliabilitas. Hal tersebut nampak pada nilai composite

reliability di atas 0,70 dan AVE diatas 0,50 sebagaimana kriteria yang dipersyaratkan.

Analisis Model Struktural (Inner Model) pada SEM-PLS

Menurut Ghozali (2006) pengujian inner model atau model struktural dapat dilakukan dengan melihat hubungan antara

konstruk, nilai signifikansi dan R-square pada model penelitian. Evaluasi model struktural dilakukan dengan menggunakan R-

square pada konstruk dependen uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural.

Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28

24

Gambar 1. Model Struktural

Sumber: Data primer di olah, tahun 2019

Tabel 5 menunjukkan analisis SmartPLS untuk nilai R-Square pada tiap-tiap variabel laten dependen.

Tabel 5. Hasil analisis SmartPLS untuk Nilai R-Square

Variabel R Square R Square Adjusted

Kepercayaan 0.466 0.455

WOM 0.320 0.313

Voter Intention 0.728 0.720

Sumber: Data primer di olah, tahun 2019

Pada prinsipnya penelitian ini menggunakan 1 buah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya yaitu variabel Social

media terhadap Voter intention yang dipengaruhi oleh variabel Kepercayaan yang dipengaruhi oleh WOM.

Tabel 5 menunjukkan nilai R-square untuk variabel Kepercayaan diperoleh sebesar 0,455, untuk variabel WOM diperoleh

sebesar 0,313 dan untuk variabel Voter Intention diperoleh sebesar 0,720. Hasil ini menunjukkan bahwa 45,5% variabel

Kepercayaan dapat dipengaruhi oleh Social Media. 31,3% variabel WOM dapat di pengaruhi Social Media dan Social Media

terhadap Voter Intention dapat di pengaruhi sebanyak 72,1%.

Tabel 6. Result Bootstrapping

Original

Sample (O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

T Statistics

(|O/STDEV|) P Values

Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28

25

Uji Efek Mediasi (Intervening)

Signifikansi parameter yang di estimasi memberikan informasi yang sangat berguna mengenai hubungan antara

variabel-variabel penelitian. Dasar yang digunakan dalam menguji efek mediasi adalah nilai yang terdapat pada output total

indirect effects pada Tabel.7 berikut ini :

Tabel 7. Total Indirect Effects

Original

Sample

(O)

Sample

Mean

(M)

Standard

Deviation

(STDEV)

T Statistics

(|O/STDEV|) P Values

Social Media ->

Kepercayaan ->

Voter Intention 0.193 0.194 0.061 3.144 0.002

Social Media ->

WOM -> Voter

Intention 0.175 0.186 0.060 2.920 0.004

Kepercayaan ->

WOM -> Voter

Intention 0.199 0.186 0.052 2.920 0.000

Sumber: Data primer di olah, tahun 2019

Berdasarkan hasil Uji t Pada Tabel 7 Nilai t hitung ini 1,948 dibandingkan dengan nilai t Tabel terhitung lebih besar dapat

disimpulkan bahwa terjadi pengaruh mediasi variabel kepercayaan dan WOM,

Pengaruh Social Media yang di mediasi kepercayaan terhadap Voter Intention pemilihan presiden 2019

Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa konstruk social media yang di mediasi kepercayaan

berpengaruh positif signifikan terhadap konstruk voter intention. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistic yang lebih besar dari

1,948 yakni sebesar 3,144. Dengan demikian, hipotesis H1 dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa social

media cenderung tinggi meningkatkan kepercayaan terhadap voter intention pemilihan presiden 2019. Hasil penelitian ini

mendukung temuan penelitian yang dilakukan oleh Dabula (2017) yang menyatakan political marketing menggunakan social

media membentuk kepercayaan voters dan pada akhirnya berpengaruh terhadap voting intention

Pengaruh Social Media yang di mediasi WOM terhadap Voter Intention pemilihan presiden 2019

Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa konstruk social media yang di mediasi WOM

berpengaruh positif signifikan terhadap konstruk voter intention. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistic yang lebih besar dari

1,948 yakni sebesar 2,920. Dengan demikian, hipotesis H2 dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa social

media cenderung tinggi membentuk WOM yang berpengaruh terhadap voter intention pemilihan presiden 2019. Hasil penelitian

ini mendukung temuan penelitian yang dilakukan oleh Amonrat Thoumrungroje (2014) yang menyatakan WOM yang terbentuk

di social media dapat menciptakan trend dan menjadi viral yang berpengaruh terhadap voter intention. Penelitian ini juga

mendukung temuan Vonderschmitt (2012) bahwa social media mempunyai pengaruh yang positif sebagai alat kampanye.

Pengaruh Kepercayaan yang di mediasi WOM terhadap Voter Intention pemilihan presiden 2019

Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa konstruk Kepercayaan yang di mediasi WOM

berpengaruh positif signifikan terhadap konstruk voter intention. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistic yang lebih besar dari

1,948 yakni sebesar 2,920. Dengan demikian, hipotesis H3dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa

Kepercayaan cenderung tinggi membentuk WOM yang berpengaruh terhadap voter intention pemilihan presiden 2019

Penelitian ini mendukung pernyataan Ahmed et al., (2011) bahwa positive word of mouth voter berpengaruh terhadap preferensi

yang kuat pada kandidat atau partai yang akan dipilih.

Social Media -> Kepercayaan

-> Voter Intention 0.193 0.199 0.063 3.080 0.002

Social Media -> WOM ->

Voter Intention 0.175 0.182 0.060 2.907 0.004

Kepercayaan -> WOM ->

Voter Intention 0.199 0.194 0.051 3.914 0.000

Kepercayaan -> Voter

Intention 0.508 0.507 0.076 6.698 0.000

WOM -> Voter Intention 0.310 0.314 0.087 3.557 0.000

Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28

26

Pengaruh Kepercayaan terhadap Voter Intention pemilihan presiden 2019

Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa konstruk Kepercayaan berpengaruh positif signifikan

terhadap konstruk voter intention. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistic yang lebih kecil dari 0,05 yakni sebesar 0,000.

Dengan demikian, hipotesis H4 dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan cenderung

berpengaruh terhadap voter intention pemilihan presiden 2019. Penelitian ini sejalan dengan temuan Dabula (2017) bahwa

kepercayaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap voter intention.

Pengaruh WOM terhadap Voter Intention pemilihan presiden 2019

Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa konstruk WOM berpengaruh positif signifikan terhadap

konstruk voter intention. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistic yang lebih kecil dari 0,05 yakni sebesar 0,000. Dengan

demikian, hipotesis H5 dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan cenderung berpengaruh terhadap

voter intention pemilihan presiden 2019. Hasil penelitian ini mendukung temuan penelitian yang dilakukan oleh Erkan (2014)

yang menyatakan WOM yang berkembang dapat berpengaruh langsung terhadap voting intention.

5. Kesimpulan dan saran

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh Social Media terhadap Voter Intention melalui

Kepercayaan dan WOM sebagai variabel mediasi dalam Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2019. Setelah

melakukan analisis maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 membuktikan bahwa variabel Social Media yang di mediasi Kepercayaan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Voter Intention dalam Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2019.

2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2 membuktikan bahwa variabel Social Media yang di mediasi WOM berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Voter Intention dalam Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2019.

3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 3 membuktikan bahwa variabel Kepercayaan yang di mediasi WOM berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Voter Intention dalam Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2019.

4. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 4 membuktikan bahwa variabel Kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Voter Intention dalam Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2019.

5. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 5 membuktikan bahwa variabel WOM berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Voter Intention dalam Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2019

6. Social Media, Kepercayaan, dan WOM bisa memprediksi atau menjelaskan pengaruhnya terhadap Voter Intention dalam

Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2019.

7. WOM yang beredar di Social Media dapat membentuk opini voters tentang masing-masing kandidat

8. WOM yang bersifat negatif dapat merugikan tidak hanya para kandidat tetapi juga iklim demokrasi di negara tersebut.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis, pembahasan serta simpulan, maka saran yang dapat penulis berikan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Berdasarkan pembahasan variabel Social Media yang secara langsung signifikan berpengaruh terhadap Voter Intention

harus digunakan dengan semestinya, seperti tidak mem-publish atau menyebarkan informasi hoax dan menebar kebencian

yang justru akan menurunkan Voter Intention. Hal ini tidak sehat untuk politik dan sistem demokrasi kita sendiri.

2. Untuk variabel Kepercayaan menunjukkan bahwa voter membutuhkan sosok yang dapat dengan baik menjalankan amanah

mereka tanpa adanya retorika motif kepentingan dari masing-masing kandidat dan jangan sampai dilalaikan karena

membangun kepercayaan terhadap seseorang tidaklah mudah.

3. Untuk variabel WOM, perlu di pertimbangkan hal-hal yang dapat meningkatkan Voter Intention dengan cara yang baik

tidak menggunakan negative WOM karena sewaktu-waktu juga dapat menjadi boomerang untuk diri sendiri.

Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28

27

Referensi

1) Adinuroho Billy, Guntur Freddy Prisanto, Irwansyah, Niken Febraina. 2019. “Media Sosial Dan Internet Dalam Keterlibatan

Informasi Politik Dan Pemilihan Umum”. Jurnal Representamen, Vol 5. No.02.

2) Ahmed, M. A., Lodhi, S. A., & Shahzad, M. N. 2011. “Political Brand: trusting a candidate in the age of mistrust”. Journal of

Business & Retail Management Research, 5(2), 131-141.

3) Ardha, Berliani. 2014."Social Media Sebagai Media Kampanye Partai Politik 2014 di Indonesia". Jurnal Visi Komunikasi

Volume 13, No. 01, Mei 2014: 105-120

4) Bashar, Abu & Ahmad, Irshad & Wasiq, Mohammad. 2012. "International Journal of Marketing, Financial Services &

Management Research”. Vol.1 Issue 11, November, ISSN 2277 3622

5) Bimber, B. 2014. “Digital media in the Obama campaigns of 2008 and 2012: Adaptation to the personalized political

communication environment”. Journal of Information Technology & Politics, 11(2), 130-150.

6) Cogburn, D. L., & Espinoza-Vasquez, F. K. 2011. “From networked nominee to networked nation: Examining the impact of

Web 2.0 and social media on political participation and civic engagement in the 2008 Obama campaign”. Journal of Political

Marketing, 10(1-2), 189-213.

7) Dabula, Nandi. 2017.” The Influence of Political Marketing Using Social Media on Trust, Loyalty and Voting Intention of

The Youth of South Africa”. BSSJ Vol. 2, Issue 1, pp. 62-112

8) Erkan, Ismail & Evans, Chris. 2014. “The Impact of Electronic Word of Mouth in Social Media on Consumers Purchase

Intention”

9) Firmanzah. 2008. “Marketing Politik – Antara Pemahaman Dan Realitas”. Yayasan Obor-Jakarta.

10) Flemming, F., Metag, J., & Marcinkowski, F. 2013. “The Interplay of Mass Media and Online Campaigning. Evidence from

a German State Election”.

11) Ghozali, Imam. 2006. “Structural Equation Modeling: Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS)”. Edisi 2. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

12) Haroen, Dewi. 2014. “Personal Branding: Kunci Sukses Berkiprah Di Dunia Politik”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

13) Hooghe, M., Marien, S., & Pauwels, T. 2011. “Where Do Distrusting Voters Turn if There is No Viable Exit or Voice Option?

The Impact of Political Trust on Electoral behavior in the Belgian Regional Elections of June 2009 1”. Government and

Opposition, 46(2), 245-273.

14) Kholid, Anwar & Husein, Rahmawati & Mutiarin, Dyah. 2014.” The Influence of Social Media Towards Student Political

Participation During the 2014 Indonesian Presidential Election”. Jurnal Studi Pemerintahan, Vol. 6 No. 2

15) Kotler, Philip & Amstrong, Gary. 2004. Dasar-dasar Pemasaran, edisi ke Sembilan Jakarta: PT Indeks.

16) Kotler, Philip & Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Terjemah oleh Bob Sabran, M.M. Edisi 13. Jilid 2. Jakarta:

Erlangga

17) Kotler, Philip. & Kevin Lane Keller. 2012. Manajemen Pemasaran. Edisi 12. Jakarta: Erlangga

18) Marcinkowski, F., & Metag, J. 2014. “Why do candidates use online media in constituency campaigning? An application of

the theory of planned behavior”. Journal of Information Technology & Politics, 11(2), 151-168.

19) Nazeer J (2017) Impact of Social Media Advertisements on University Students. Arts Social Sci J 8: 290.

20) Newman, B.I, (2012). The Role of Marketing in Politics: Ten Years Later. Journal of Political Marketing, Volume 11, Issue

1-2, pp. 1-3.

21) Pamungkas, Bagas Aji. 2016. “Pengaruh Promosi di Social Media dan WOM terhadap keputusan pembelian”.

22) Ramos, Elisa. 2015. ‘Social Media as a Marketing Tool & its Impact on Politics”. Bachelor`s Thesis Degree Program for

Multilingual Management Assistants 2015

23) Prakoso, Ario & Arifin, Zainul. 2016. Pengaruh social media advertising terhadap word of mouth dan dampak kepada

keputusan pembelian

24) Rachmat, M. 2014. The Impact of Political Brand Trust on Voting Intention: Evidence from 2013 North Maluku Governor

Election. IUP Journal of Brand Management, 11(2), 55.

25) Ratnamulyani Ike Atikah Dan Beddy Iriawan Maksudi. 2018. Peran Media Sosial Dalam Peningkatan Partisipasi Pemilih

Pemula Dikalangan Pelajar Di Kabupaten Bogor. Sosio humaniora - Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Humaniora. Vol. 20, No.

2, Juli 2018: 154 - 161

26) Reddy, Palla Malathi. 2016. A Study on effectiveness of social media advertising in India

27) Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

28) Tampubolon, Mikharisti & Putri, Yuliani Rachma & Atnan, Nur. 2016. "Strategi Promosi Coffee Shop Melalui Media Sosial

Instagram (Studi Deskriptif Pada Akun @crematology". e-Proceeding of Management: Vol.3, No.2 Agustus 2016 | Page 2421.

29) Thoumrungroje, Amonrat. (2014) “The Influence of Social Media Intensity and EWOM on Conspicuous Consumption

30) Toor, Areeba. 2017.The Impact of social networking marketing on consumer purchase intention in Pakistan: Consumer

engagement as a mediator

31) Towner, T. L., & Dulio, D. A. (2012). New media and political marketing in the United States: 2012 and beyond. Journal of

Political Marketing, 11(1-2), 95-119.

32) Vergeer, M. (2012). Politics, elections and online campaigning: Past, present... and a peek into the future. New Media &

Society, 1461444812457327.

33) Vonderschmitt, Kaitlin. 2012. "The Growing Use of Social Media in Political Campaigns: How to use Facebook, Twitter

and YouTube to Create an Effective Social Media Campaign" (2012). Honors College Capstone Experience/Thesis Projects.

Paper 360.

Ramadania; Ya’alfiqih. Jurnal Manajemen Motivasi 16 (2020) 16-28

28

34) Pemilu 2019. http://www. kpu.go.id/ (diakses pada tanggal 14 Oktober 2018).

35) Apjii. 2016. Hasil Survey Pengguna internet Indonesia 2016. http://www.apjii.or.id (diakses pada 20 April 2018)

36) Profil Calon Pilpres 2019. https://www.liputan6.com/pages/profil-calon-pilpres-2019