adietcandra.files.wordpress.com  · web viewpengenalan lokasi yang terdapat di balai litbang p2b2...

49
DAFTAR PUSTAKA Fitri, A. B. 2008. Kontrol Ekspresi Gen Dead Ringer pada Embrio Drosophila melanogaster. Jakarta: UNJ. C. de Abreu Fonseca et al. 2006. Polymerase Chain Reaction in Comparison with Serological Tests for Early Diagnosis of Human Leptospirosis. Tropical Medicine and International Health Volume 11 No 11 PP 1699-1707 November 2006. Ketaren, H. S. 2009. Karakteristik dan Kondisi Lingkungan Rumah Penderita Penyakit Leptospirosis pada Beberapa Kabupaten/Kota di Propinsi NAD Tahun 2007. Medan: USU. Kusmiyati; S.M, Noor dan Supar. 2005. Leptospirosis pada Hewan dan Manusia. Wartazoa Vol. 15 No. 4. Ningsih, R. 2009. Faktor Risiko Lingkungan terhadap Kejadian Leptospirosis di Jawa Tengah. Semarang: UNDIP. Poloengan, M dan I, Komala. 2011. Mewaspadai Leptospirosis di Indonesia sebagai Penyakit Zoonosis. Bogor: IPB. Rejeki, D. S.S. 2005. Faktor Risiko Lingkungan yang Berpengaruh terhadap Kejadian Leptospirosis Berat. Semarang: UNDIP.

Upload: lynguyet

Post on 06-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

DAFTAR PUSTAKA

Fitri, A. B. 2008. Kontrol Ekspresi Gen Dead Ringer pada Embrio Drosophila

melanogaster. Jakarta: UNJ.

C. de Abreu Fonseca et al. 2006. Polymerase Chain Reaction in Comparison with

Serological Tests for Early Diagnosis of Human Leptospirosis. Tropical

Medicine and International Health Volume 11 No 11 PP 1699-1707

November 2006.

Ketaren, H. S. 2009. Karakteristik dan Kondisi Lingkungan Rumah Penderita

Penyakit Leptospirosis pada Beberapa Kabupaten/Kota di Propinsi NAD

Tahun 2007. Medan: USU.

Kusmiyati; S.M, Noor dan Supar. 2005. Leptospirosis pada Hewan dan Manusia.

Wartazoa Vol. 15 No. 4.

Ningsih, R. 2009. Faktor Risiko Lingkungan terhadap Kejadian Leptospirosis di

Jawa Tengah. Semarang: UNDIP.

Poloengan, M dan I, Komala. 2011. Mewaspadai Leptospirosis di Indonesia sebagai

Penyakit Zoonosis. Bogor: IPB.

Rejeki, D. S.S. 2005. Faktor Risiko Lingkungan yang Berpengaruh terhadap

Kejadian Leptospirosis Berat. Semarang: UNDIP.

Setiawan, I. M. 2008. Klasifikasi dan Teknik Klasifikasi Bakteri Leptospira. Media

Litbang Kesehatan Volume XVIII Nomor 2 Tahun 2008.

Page 2: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

Sulistyaningsih, E. 2007. Polymerase Chain Reaction (PCR): Era Baru Diagnosis

dan Managemen Penyakit Infeksi. Biomedis, Vol. 1 No.2.

Supriyanto A. 2005. Waspada Leptospirosis, Jauhi Genangan Air. Tempo Interaktif.

Jakarta.

Suratman. 2006. Analisis Faktor Risiko Lingkungan dan Perilaku yang Berpengaruh

terhadap Kejadian Leptospirosis Berat di Kota Semarang. Semarang:

UNDIP.

Widarso, Wilfried dan Siti G. 2005. Penanggulangan Leptospirosis di Indonesia.

Pusat Data Informasi-Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia. Jakarta.

Wirohadidjojo, Y. W. 1991. Polymerase Chain Reaction untuk Deteksi M. leprae.

Yogyakarta: UGM.

Page 3: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

Lampiran 1. Struktur Organisasi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

Page 4: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

Lampiran 2. Gambar Alat-alat yang Terdapat di Instalasi Bakteriologi

Mesin Sentrifugasi dan Thermocycling untuk Proses PCR

Alat Elektroforesis Agar

Gel Documentation

Page 5: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Magang di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

JADWAL KEGIATAN MAGANG MAHASISWA

DI BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA

No Hari/Tanggal Kegiatan

1 Rabu, 1 Februari 2012 Izin pulang dari Semarang ke Banjarnegara

2 Kamis, 2 Februari 2012 Orientasi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara, pre test, pengenalan GPS dan GIS, pengenalan entomologi

3 Jumat, 3 Februari 2012 Rearing mencit, pre test entomologi, rearing nyamuk, identifikasi spesies nyamuk Anopheles dan pembedahan kelenjar ovari nyamuk.

4 Sabtu, 4 Februari 2012 Libur

5 Minggu, 4 Februari 2012 Libur

No Hari/Tanggal Kegiatan

1 Senin, 6 Februari 2012 Materi bakteriologi (pengenalan, pemeriksaan pes dan leptospirosis)

2 Selasa, 7 Februari 2012 Materi rodentologi (pengenalan, cara survei dan identifikasi spesies tikus)

3 Rabu, 8 Februari 2012 Materi parasitologi (pengenalan, pemeriksaan malaria, filariasis dan endoparasit)

4 Kamis, 9 Februari 2012 Materi entomologi (pengenalan bionomik nyamuk, identifikasi genus nyamuk)

5 Jumat, 10 Februari 2012 identifikasi pinjal dan post test

6 Sabtu, 11 Februari 2012 Libur

7 Minggu, 12 Februari 2012 Libur

No Hari/Tanggal Kegiatan

1 Senin, 13 Februari 2012 Materi bakteriologi tentang pengenalan dan pemeriksaan leptospirosis)

2 Selasa, 14 Februari 2012 Pembuatan awetan cacing dan identifikasi spesies

Page 6: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

nyamuk Anopheles

3 Rabu, 15 Februari 2012 Pewarnaan awetan cacing dan pendalaman tentang parasit plasmodium

4 Kamis, 16 Februari 2012 Pendalaman materi tentang pemeriksaan leptospirosis dengan menggunakan PCR

5 Jumat, 17 Februari 2012 Prinsip kerja PCR dalam pemeriksaan mikroorganisme penyebab penyakit

6 Sabtu, 18 Februari 2012 Libur

7 Minggu, 19 Februari 2012 Libur

No Hari/Tanggal Kegiatan

1 Senin, 20 Februari 2012 Pembuatan awetan kutu rambut dan kutu busuk,Konsultasi laporan magang

2 Selasa, 21 Februari 2012 Rearing mencit dan penimbangan mencit pada minggu terakhir kegiatan magang dan konsultasi laporan magang

3 Rabu, 22 Februari 2012 Pelengkapan data pada instalasi bakteriologi yang mendukung pembuatan laporan magang

4 Kamis, 23 Februari 2012 Penyelesaian laporan magang dan konsultasi laporan magang serta pembuatan kontribusi

5 Jumat, 24 Februari 2012 Penyerahan laporan akhir magang kepada pembimbing lapangan dan ACC laporan magang dari pembimbing lapangan

6 Sabtu, 25 Februari 2012 Libur

7 Minggu, 26 Februari 2012 Libur

Banjarnegara, 24 Februari 2012

Pembimbing Lapangan

Rr.Anggun Paramita Djati,SKM,MPH

Page 7: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

Lampiran 4. Kegiatan Magang di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

AKTIVITAS MAGANG PADA MINGGU PERTAMA

A. Rabu, 1 Februari 2012

Izin pulang dari Semarang ke Banjarnegara untuk melanjutkan kegiatan magang

dari PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Semarang ke Balai

Litbang P2B2 Banjarnegara.

B. Kamis, 2 Februari 2012

Kegiatan:

1. Orientasi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

2. Pre-test

3. Penggunaan GPS dan pengenalan GIS

4. Pengenalan entomologi

Hasil:

1. Pengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang

terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung kantor

(gedung kuning) dan gedung laboratorium (gedung hijau).

Page 8: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

Struktur organisasi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara adalah sebagai

berikut:

Setelah orientasi melalui presentasi, juga diberi materi tentang

epidemiologi penyakit leptospirosis. Epidemiologi suatu penyakit sangat

dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu, host, agent dan environment. Selain itu,

juga dengan memperhatikan aspek 5W+1H (What, Where, When, Why,

Who, How). Penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira

interogans yang ditularkan melalui kencing tikus. Penularan biasanya

terjadi melalui luka yang terkena kencing tikus yang terkontaminasi

Page 9: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

bakteri leptospira. Faktor resiko penyakit leptospirosis antara lain adalah

umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial budaya dan musim.

2. Pre-test dilakukan untuk menilai pengetahuan mahasiswa tentang Balai

Litbang P2B2 Banjarnegara serta pengetahuan tentang penyakit menular

dan harapan yang ingin diperoleh selama magang di Balai Litbang P2B2

Banjarnegara.

3. Pengenalan cara penggunaan GPS dan cara memasukkan data dari GPS

kedalam komputer. Pengenalan GIS dilakukan dengan pembuatan peta

dan teknik-teknik sederhana dalam pembuatan sebuah peta.

4. Pengenalan entomologi dilakukan dengan identifikasi nyamuk

Anopheles. Diantara nyamuk yang diidentifikasi, antara lain:

a. Nyamuk Anopheles vagus, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda pucat

2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang

3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya pucat

4) Femur dan tibia tidak berbercak

5) Tarsi kaki depan dengan gelang lebar

6) Gelang pucat diujung palpi panjangnya sekurang-kurangnya 3

kali panjang gelang gelap dibawahnya, proboscis mempunyai

bagian yang pucat diujungnya.

b. Nyamuk Anopheles barbirostris, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 3 atau kurang noda-noda pucat

2) Palpi tanpa gelang-gelang pucat.

C. Jumat, 23 Februari 2012

Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Pre-test entomologi

3. Rearing nyamuk

Page 10: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

4. Identifikasi spesies nyamuk Anopheles

5. Pembedahan kelenjar ovari pada nyamuk

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa potongan-potongan wortel.

2. Memberi makan jentik nyamuk dengan dog foods, menghitung jumlah jentik

yang mati (jika ada), memindahkan pupa dari nampan ke kandang nyamuk,

memberi makan nyamuk dewasa dengan meletakkan hewan marmut kedalam

kandang nyamuk sebagai umpan agar nyamuk dapat mematangkan telurnya

untuk meneruskan keturunannya.

3. Pre-test entomologi dilakukan dengan mengerjakan 50 soal tentang nyamuk

4. Identifikasi spesies nyamuk Anopheles yang dilakukan, menunjukkan bahwa

spesies nyamuk Anopheles yang didapat meliputi:

a. Nyamuk Anopheles vagus, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda pucat

2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang

3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya pucat

4) Femur dan tibia tidak berbercak

5) Tarsi kaki depan dengan gelang lebar

6) Gelang pucat diujung palpi panjangnya sekurang-kurangnya 3 kali

panjang gelang gelap dibawahnya, proboscis mempunyai bagian yang

pucat diujungnya.

b. Nyamuk Anopheles maculatus, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda-noda pucat

2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang

3) Femur dan tibia tidak berbintik pucat.

c. Nyamuk Anopheles kochi, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda-noda pucat

2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang

Page 11: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya gelap

4) Femur dan tibia berbercak bintik-bintik pucat

5) Sekurang-kurangnya ada 4 gelang pucat pada palpi

6) Pada sternit II sampai VII dari abdomen terdapat sikat-sikat yang

terdiri dari sisik gelap, gelang-gelang pucat pada tarsi kaki belakang

pucat.

d. Nyamuk Anopheles aconitus, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda pucat

2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang

3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya gelap

4) Femur dan tibia tidak berbercak

5) Tarsus kaki depan tidak bergelang atau dengan gelang sempit

6) Setengah dari ujung proboscis pucat.

e. Nyamuk Anopheles flavirostris, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda pucat

2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang

3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya gelap

4) Femur dan tibia tidak berbercak

5) Tarsus kaki depan tidak bergelang atau dengan gelang sempit

6) Bagian distal yang pucat disebelah ventral proboscis tidak menentu.

5. Pembedahan kelenjar ovari nyamuk, dilakukan untuk mengetahui adanya

dilatasi dalam ovari nyamuk yang menunjukkan berapa kali nyamuk tersebut

telah bertelur. Selain itu juga dapat digunakan untuk menentukan umur

nyamuk yang dapat digunakan sebagai dasar pengendalian vektor yang akan

dilakukan.

Page 12: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

AKTIVITAS MAGANG PADA MINGGU KE-2

A. Senin, 6 Februari 2012

Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Rearing nyamuk

3. Pemberian materi tentang penyakit Pes

4. Melakukan pinning nyamuk Culex

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa campuran jagung, kacang hijau dan beras

merah

2. Memberi makan jentik, menghitung jumlah jentik yang berubah menjadi

pupa, memberi makan nyamuk pada kandang dengan memberi umpan berupa

seekor marmut dan memberi larutan gula pada nyamuk.

3. Pemeriksaan Pes:

a. Pemeriksaan Bakteriologi

1) Strain yang digunakan

a) Yersinia pestis

b) Klebsiela pneumoniae

c) Yersinia pseudo tbc

2) Isolasi pada Media : BHI, BP dan MC

3) Uji Biokimia : Gula Gula, Urea, Nitrat, Arginine dan MIO

4) Uji Penegasan : Katalase, Oksidase, Coagulase, Bakteriophage

b. Serologi

1) Jenis Spesimen

a) Filter paper Nobuto

b) Serum > 0,5 cc

2) Penyimpanan serum

a) 2-8 0 C = 7 hari

Page 13: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

b) - 4 0 C = 1 bulan

c) - 20 0 C = 5-6 bulan

3) Penyimpanan filter paper

2-8 0 C = 6 bulan

c. Cara kerja:

Persiapan serum atau plasma

1) Inaktif serum/plasma di 56 0 C selama 30 menit

2) Tambahkan 50 µl SRBC pada tiap 0,5 ml sampel, biarkan 30-60 menit

pada suhu ruangan atau semalam pada 4 0 C

3) Sentrifuse 2500 rpm 10 menit, pindah sampel ke vial baru (siap

diperiksa), atau simpan di 4 0 C bila belum siap dikerjakan

d. Persiapan tes plate:

e. Pemeriksaan 4 well PHA (tes skrining):

1) Bila sampel banyak à skrining PHA terlebih dahulu

2) Tambahkan 25 µl HA diluent ke dalam semua well

3) Pada masing-masing well pertama masukkan 20 µl sampel

4) Pengenceran serial : mengambil 25 µl dari masing-masing well sampai

well ke-4, buang 25 µl dari well terakhir

5) Tambahkan 25 µl sSRBC yg telah dilarutkan ke dalam semua well,

campur perlahan, tutup permukaan plate, inkubasi RT selama 4 jam

atau semalam pada suhu 4 C

Page 14: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

6) Baca hasil keesokan hari, bila ada yang positif teruskan pemeriksaan

HI.

f. Pemeriksaan Standard (8 well PHA dan 4 well PHI):

1) Bagi 96 well plate menjadi 2 bagian secara vertikal (8-4)

2) Tandai plate: PHA 8x8 dan PHI 4x8. Tambahkan 25 µl larutan HA

pada masing-masing well dibagian 8x8 dan 25 µl larutan HI pada

masing2 well dibagian 4x8

3) Tambahkan 25 µl sampel pada well pertama yg berhubungan dengan

kolom HA, 25 µl pada well pertama yg berhubungan dgn kolom HI

4) Secara serial larutkan sample HA 8x, buang 25 µl terakhir

5) Secara serial larutkan sample HI 4x, buang 25 µl terakhir

6) Tambahkan 25 µl 0,5% sSRBC yg telah diencerkan pada masing-

masing well dari plate HA/HI dan goyang secara perlahan

7) Tutup plate untuk menghindari penguapan, inkubasi 4 jam pada suhu

22-25 0 C atau semalam pada suhu 4 0 C

g. Pembacaan dan Penghitungan Titer:

1) Titer serum ≥ 1:10 à positif untuk reaksi antigen F1. Karena titrasi

dalam tes adalah 2x mulai 1:4, 1:8 à negatif dan 1:16 à positif

2) Aglutinasi penuh dalam well terakhir dianggap positif

3) Well negatif memiliki bentuk seperti kancing

4) Hasil pengurangan PHA – PHI adalah titer terakhir, mis. PHA 6 well

PHI 4 well; 6-2 = 4 à 1:32

5) Nilai diagnostik pes adalah 1:128

4. Melakukan pinning nyamuk Culex dengan cara menusukkan potongan kertas

yang dibuat dengan pin punch pada jarum pin, kemudian diolesi dengan

kutek dan melekatkan nyamuk pada kertas tersebut untuk selanjutnya

diidentifikasi dibawah mikroskop.

Page 15: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

B. Selasa, 7 Februari 2012

Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Rearing nyamuk

3. Materi rodentologi tentang survei rodent

4. Pembedahan tikus

5. Pinning nyamuk

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa potongan-potongan wortel.

2. Memberi makan jentik, menghitung jumlah jentik yang berubah menjadi

pupa, memberi makan nyamuk pada kandang dengan memberi umpan berupa

seekor marmut dan memberi larutan gula pada nyamuk.

3. Survei rodent dapat dilakukan dengan cara:

a. Live trap

Yaitu pengambilan sampel hubungannya dengan tikus sebagai penular

penyakit pada manusia. Live trap merupakan suatu metode untuk

mendapatkan tikus dalam keadaan hidup yang akan diambil darahnya

(serologi) untuk mengetahui adanya bibit penyakit pada tikus tersebut.

b. Snap trap

Merupakan metode untuk mendapatkan tikus dalam keadaan mati

c. Sticky-board trap

Merupakan metode penangkapan tikus dengan menggunakan perekat

d. Gin trap

Merupakan metode penangkapan tikus dengan cara menjerat hewan

sasaran dengan menggunakan tali

e. Pit fall trap

Merupakan metode penangkapan tikus dengan cara membuat jebakan

pada tanah.

Identifikasi jenis tikus dapat dilakukan berdasarkan identifikasi luar

tubuh baik secara kuantitatif melalui pengukuran pada ekor, tubuh, telinga dan

Page 16: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

telapak kaki, maupun secara kualitatif melalui warna rambut, bentuk rambut

pengawal, rumus puting susu, ekor dan gigi. Tikus yang akan diidentifikasi

dibius dengan menggunakan antropin dan ketamin yang disuntikkan pada

bagian paha. Hasil identifikasi tikus yang telah dilakukan diperoleh data

sebagai berikut:

Kode : 29 DK

Jumlah pinjal : 4

Spesies pinjal : Xenopsylla cheopis

Berat: : 60 gram

Panjang total : 300 mm

Panjang ekor : 165 mm

Panjang telapak kaki : 33 mm

Panjang telinga : 22 mm

Jenis kelamin : jantan

Panjang testis : 20 mm

Lebar testis :12 mm

Spesies tikus : Rattus tanezumi

4. Untuk mengetahui adanya endoparasit pada tikus, maka dilakukan

pengambilan serum melalui pengambilan darah tikus dan pengambilan organ

pada tikus seperti limfa dan hati. Pengambilan organ tersebut dilakukan

melalui pembedahan tikus. Setelah tikus dibius dan diidentifikasi, selanjutnya

tikus dibedah dengan cara menggunting bagian perut sedikit demi sedikit

sampai semua bagian perut terbuka dan dapat mengambil organ-organ yang

dibutuhkan dengan mudah.

5. Melakukan pinning nyamuk Culex dengan cara menusukkan potongan kertas

yang dibuat dengan pin punch pada jarum pin, kemudian diolesi dengan

kutek dan melekatkan nyamuk pada kertas tersebut untuk selanjutnya

diidentifikasi dibawah mikroskop.

Page 17: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

C. Rabu, 8 Februari 2012

Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Rearing nyamuk

3. Identifikasi spesies nyamuk Culex

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa campuran jagung, kacang hijau dan beras

merah

2. Memberi makan jentik, menghitung jumlah jentik yang berubah menjadi

pupa, memberi makan nyamuk pada kandang dengan memberi umpan berupa

seekor marmut dan memberi larutan gula pada nyamuk.

3. Berdasarkan hasil identifikasi spesies nyamuk Culex yang telah dilakukan,

diperoleh hasil:

a. Culex quinquefasciatus, dengan ciri-ciri:

1) Proboscis tanpa gelang putih

2) Tergit pada abdomen dengan gelang basal yang sempit

3) Integument dari pleuron berwarna pucat merata

b. Culex tritaeniorynchus, dengan ciri-ciri:

1) Proboscis dengan gelang putih

2) Tergit abdomen selalu dengan basal putih, jarang tanpa gelang, tidak

ada gelang apikal dan tanpa bercak-bercak

3) Scutum tertutup sisik-sisik coklat merata atau dengan beberapa sisik

kuning keemasan

4) Sayap tanpa noda berupa sisik-sisik putih yang jelas

c. Culex vishnui, dengan ciri-ciri:

Ciri-ciri sama seperti nyamuk Culex tritaeniorynchus, ditambah pada kaki

tidak terdapat noda berwarna pucat (gelap).

d. Culex sitiens

Ciri-ciri sama seperti nyamuk Culex tritaeniorynchus, ditambah pada kaki

terdapat noda bewarna pucat.

Page 18: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

D. Kamis, 9 Februari 2012

Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Rearing nyamuk

3. Materi tentang parasit cacing

4. Pewarnaan cacing cestoda

5. Pencarian cacing cestoda pada organ tikus yang telah diawetkan

6. Pembuatan larutan AFA

7. Pembuatan awetan cacing cestoda

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa potongan potongan wortel.

2. .Memberi makan jentik, menghitung jumlah jentik yang berubah menjadi

pupa, memberi makan nyamuk pada kandang dengan memberi umpan berupa

seekor marmut dan memberi larutan gula pada nyamuk.

3. Cacing dibagi kedalam filum-filum yang dapat dilihat pada diagram berikut:

HELMINTH

FILUM NEMATHELMINTHES

CLASS TREMATODA

CLASS EUCESTODA

CLASS COTYLODA

FILUM PLATYHELMINTHES

CLASS NEMATODA

FILUM ACANTHOCEPHALA

Page 19: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

Morfologi Cestoda:

a. Semua cestoda bersifat parasit

b. Tubuh pipih dorso-ventral, memanjang seperti pita, bersegmen-segmen

c. Tidak memiliki: rongga tubuh, saluran pencernakan, sistem sirkulasi

d. Panjang beberapa mm sampai beberapa meter

e. Tubuh dibagi menjadi tiga bagian: Scolex, collum/leher dan tubuh/strobila

yang tediri dari banyak segmen. Scolex pada Eucestoda terdapat rostellum

dan Acetabulum sementara scolex pada Cotyloda terdiri dari Bothria.

Tubuh atau stobila terdiri dari segmen-segmen (proglotid), proglotid

dibentuk mulai dari leher, tiap proglotid mengandung 1 atau 2 set organ

reproduksi ,sistem ekskresi: canalis ekskretorius dan berakhir pada

kantong ekskretorius pada segmen terakhir.

Siklus hidup:

Secara umum memeliki siklus hidup tidak langsung (membutuhkan

hospes intermedier).

Hymenolepis nana memiliki siklus hidup langsung.

4. Pewarnaan cacing cestoda:

a. Menyiapkan tempat pewarnaan yang berisi banyak cekungan (gelas

arloji).

Telur cacing

Hospes interme

dier(vertebr

ata/inverteb

rata)METACESATO

DA

Cacing dewasaHospes definitif

Page 20: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

b. Melepaskan cacing dari himpitan obyek glass

c. Memasukkan cacing berturut-turut dalam larutan berikut masing-masing

selama 15 menit:

1) Akuades

2) Alkohol 30%

3) Alkohol 50 %

4) Alkohol 70%

d. Memasukkan 15 tetes alkohol 70% dan 15 tetes semichon’s carmine dan

diaduk menggunakan ujung jarum.

e. Merendam cacing dalam larutan tersebut selama 1 jam.

f. Memindahkan cacing berturut-turut dalam larutan berikut: alkohol 70%,

80% dan 95% masing-masing 15 menit.

g. Memasukkan kedalam alkohol 95% ditambah 3 tetes HCl (waktu relatif)

h. Alkohol 100%

i. Xylol

j. Pewarnaan selesai dan cacing diawetkan dengan lem entalan.

5. Pencarian cacing cestoda pada organ dalam tikus dilakukan dengan

memotong sedikit demi sedikit organ tikus yang meliputi usus, hati, lambung

dan limfa dengan menggunakan pinset. Pencarian dilakukan dengan teliti

agar dapat menemukan cacing pada organ dalam tikus dan agar cacing yang

diperoleh tidak putus karena ukuran cacing yang cukup panjang.

6. Pembuatan larutan AFA dilakukan dengan cara mencampur 10 ml formalin,

50 ml alkohol 95%, 23 ml acetic acid glacial dan 40 ml akuadses kedalam

botol oksigen dan dihomogenkan dengan cara dikocok.

7. Pembuatan awetan cacing dilakukan dengan cara:

a. Memotong bagian cacing cestoda kurang lebih 1 cm (dipilih bagian kepala

dan proglotid)

b. Cacing dipress diantara dua obyek glass kemudian ditali dengan karet

agar tipis.

Page 21: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

c. Kemudian dimasukkan kedalam larutan AFA didalam cawan petri tertutup

selama 24 jam.

E. Jumat 10 Februari 2012

Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Rearing nyamuk

3. Post test di instalasi parasitologi

4. Identifikasi parasit plasmosdium pada sampel sediaan darah positif malaria.

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa campuran jagung, kacang hijau dan beras

merah

2. Memberi makan jentik, menghitung jumlah jentik yang berubah menjadi

pupa, memberi makan nyamuk pada kandang dengan memberi umpan berupa

seekor marmut dan memberi larutan gula pada nyamuk.

3. Mengerjakan soal-soal tentang parasit yang telah dipelajari selama kegiatan

magang.

4. Identifikasi dilakukan untuk lebih mendalami tentang morfologi Plasmodium

falciparum dan Plasmodium vivax pada darah. Plasmodium falciparum

stadium tropozoit dalam darah berbentuk cincin, inti berwarna merah

sedangkan sitoplasmanya berwarna biru. Sementara itu, pada stadium

gametosit, berbentuk seperti bulan sabit.

Plasmodium vivax dalam darah memiliki sitoplasma yang ameboid yang

berwarna biru dengan inti berwarna merah. Pada sediaan darah yang

diperiksa, tidak ditemukan Plasmodiun vivax stadium gametosit.

Page 22: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

AKTIVITAS MAGANG PADA MINGGU KE-3

A. Senin, 13 Februari 2012

Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Rearing tikus

3. Pendalaman identifikasi parasit Plasmodium

4. Pembuatan awetan pinjal

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa potongan-potongan wortel.

2. Memberi makan jentik, menghitung jumlah jentik yang berubah menjadi

pupa, memberi makan nyamuk pada kandang dengan memberi umpan berupa

seekor marmut dan memberi larutan gula pada nyamuk.

3. Pendalaman materi dilakukan dengan melakukan pemeriksaan sediaan darah

positif malaria. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan, diperoleh hasil

adanya Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax pada sampel darah

yang diperiksa. Pada Plasmodium falciparum, diperoleh stadium tropozoit dan

stadium gametosit. Ciri-ciri stadium tropozoid pada Plasmodium falciparum

yaitu berberntuk cincin, inti berwarna merah dan sitoplasma berwarna biru.

Sementara itu, stadium gametosit pada Plasmodium falciparum memiliki ciri-

ciri berbentuk bulan sabit, yang jantan agak kemerah-merahan dengan

kromatin kasar dan yang yang betina agak kebiru-biruan dengan kromatin

difus. Selain Plasmodium falciparum, juga ditemukan Plasmodium vivax

stadium tropozoit dengan ciri-ciri sitoplasma ameboid, inti berwarna merah

dan sitoplasma berwarna biru.

4. Pembuatan awetan pinjal dilakukan dengan cara:

a. Mengambil pinjal dengan pinset kemudian direndalm didalam gelas arloji

yang berisi aquades selama 4 jam.

b. Mengambil dan memindahkan kedalam larutan KOH 10% dan direndam

selama 24 jam.

Page 23: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

c. Memindahkan pinjal dan merendamnya kedalam larutan NaOH 5 %

selama 4 jam.

d. Memindahkan kedalam aquades dan direndam selama 4 jam.

e. Kemudian dipres dan ditambah dengan alkohol 96% dan dibiarkan selama

4 jam.

f. Memindahkan dalam aquades dan direndam selama 4 jam

g. Mengambil pinjal dan ditaruh dalam object glass dan ditetesi dengan

entelan kemudian ditutup dengan cover glass.

h. Biarkan hingga kering dan siap untuk diidentifikasi.

B. Selasa, 14 Februari 2012

Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Rearing nyamuk

3. Pemeriksaan bakteri leptospira dengan PCR

4. Pembuatan awetan lalat

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa campuran jagung, kacang hijau dan beras

merah dan menimbang berat badan mencit untuk mengetahui

pertumbuhannya.

2. Mengamati apakah masih ada nyamuk hasil rearing yang hidup atau tidak.

3. PCR merupakan salah satu cara untuk memperbanyak DNA suatu organisme

dengan menggunakan enzim polimerase yang diarahkan oleh potongan urutan

DNA yang spesifik bagi DNA mikroorganisme tersebut. Potongan DNA yang

urutannya spesifik bagi mikroorganisme dikenal dengan istilah probe karena

berperan sebagai penyidik atau primer yang mengawali dan menuntun

perbanyakan DNA tersebut. Pita ganda DNA didenaturasi (dipisahkan)

dengan pemanasan 920C selama 1 menit, kemudian ditambahkan

oligonukleotid sintesis sebagai primer untuk memulai polimerase pada region

spesifik dari masing-masing pita tunggal DNA yang telah dipisahkan. Untuk

Page 24: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

proses annealing, yaitu menempelnya primer pada region spesifik pada DNA

pita tunggal, dibutuhkan pemanasan 600C selama 2 menit. Pada anelling ini

berlaku rumus A-T, T-A, C-G dan G-C. Selanjutnya proses elongasi terjadi

bila campuran dipanaskan selama 2 menit pada suhu 720 C. Elongasi terjadi

karena dalam campuran tadi selain enzim polymerase, sebelumnya juga

ditambah 4 macam deoxynucleotide phosphate yaitu:

deoxycytosinetriphosphate (dATP), deoxyguanidinetriphosphate ( dGTP ),

deoxycytosinetriphosphate (dCTP) dan deoxythyminetriphosphate (dTTP).

Siklus tersebut dilakukan berulangkali dan pada silkus ke-25 didapatkan

perbanyakan DNA menjadi 105 kali dari sebelumnya.

4. Pembuatan awetan lalat dilakukan dengan cara:

a. Menancapkan jarum minutien pada bagian thorax lalat yang telah di

kloroform.

b. Menancapkan jarum pinning pada plastik mika sebagai tempat lalat.

c. Menancapkan jarum minutien yang telah ditancapkan pada torak lalat

pada plastik mika yang telah dibuat.

C. Rabu, 15 Februari 2012

Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Rearing nyamuk

3. Pencarian materi pembuatan laporan magang

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa potongan-potongan wortel, membersihkan

kandang mencit, member bedak khusus pada mencit untuk menghilangkan

ektoparasit yang mungkin ada pada mencit.

2. Mengamati perkembangan telur nyamuk yang sedang di rearing dan perilaku

nyamuk yang sedang di rearing.

Page 25: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

3. Pencarian materi laporan magang untuk pembuatan laporan akhir magang dan

pencarian informasi pada instalasi bakteriologi yang berhubungan dengan

hasil laporan magang.

D. Kamis, 16 Februari 2012

Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Pembuatan laporan magang

3. Pembuatan awetan kutu rambut dan kutu busuk

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa campuran jagung, kacang hijau dan beras

merah.

2. Penyusunan Bab I laporan magang dan pencarian materi yang dibutuhkan

dalam pembuatan laporan magang sesuai tema.

3. Pembuatan awetan kutu rambut dilakukan dengan cara:

a. Merendam kutu rambut kedalam larutan aquades selama 4 jam

b. Kemudian dipindah kedalam larutan KOH 10% selama 4 jam

menggunakan pipet.

c. Kemudian dipingah lagi pada larutan NaOH 5% selama 4 jam

menggunakan pipet.

d. Dipindahkan kedalam larutan aquades menggunakan pipet.

e. Memindahkan kutu pada objek glass dengan posisi ditengah serta

mengatur posisi tubuh kutu seperti posisi kakinya.

f. Menetesi kutu rambut yang berada pada objek glass tersebut dengan

entelan dan ditutup dengan cover glass.

g. Biarka awetan yang sudah jadi sampai kering dan jangan menyentuhnya

agar posisinya tidak berubah.

Sementara itu, pembuatan awetan kutu busuk dilakukan dengan cara:

a. Merendam kutu busuk kedalam larutan aquades selama 4 jam

Page 26: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

b. Kemudian dipindah kedalam larutan KOH 10% selama 4 jam

menggunakan pipet.

c. Kemudian dipingah lagi pada larutan NaOH 5% selama 48 jam

menggunakan pipet.

d. Dipindahkan kedalam larutan aquades menggunakan pipet.

E. Jumat, 17 Februari 2012

Kegiatan:

1. Membersihkan kandang mencit

2. Rearing mencit

3. Konsultasi laporan magang di instalasi bakteriologi

Hasil:

1. Membersihkan kandang mencit dengan mencuci box yang digunakan untuk

kandang mencit, mencuci tempat makan mencit, mengganti serbuk gergaji

yang digunakan sebagai alas pada kandang mencit.

2. Memberi makan mencit dengan potongan-potongan wortel dan campuran

jagung, beras merah dan kacang sekaligus.

3. Konsultasi kepada petugas instalasi bakteriologi tentang proses yang terjadi

pada metode PCR, penentuan suhu PCR dan komponen-komponen PCR.

Proses yang terjadi pada PCR meliputi:

a. Denaturasi, pada proses ini DNA dipisahkan dari sampel yang dilakukan

dengan pemanasan 920C selama 1 menit. Kemudian ditambahkan

oligonukleotid sintesis sebagi primer untuk memulai polymerase pada

region spesifik dari masing-masing pita tunggal DNA yang telah

dipisahkan.

b. Annealing, yaitu menempelnya primer spesifik pada DNA pita tunggal

yang dibutuhkan pemanasan 600C selama 2 menit.

c. Elongasi, terjadi bila campuran tadi dipanaskan selama 2 menit pada suhu

720C.

Page 27: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

Komponen-komponen yang dibutuhkan untuk PCR antara lain fragmen DNA

yang akan diamplifikasi (template DNA), sepasang primer oligonukleotida

sintetik, enzim DNA polymerase yang tahan panas (Taq polymerase), semua

macam nukleotida (dATP, dGTP, dCTP dan dTTP) serta buffer reaksi yang

mengandung MgCl2, enzim reverse transcriptase, yang dapat mengubah

RNA menjadi DNA komplementernya. Alat yang digunakan untuk proses

PCR adalah thermocycler, disini reaksi PCR akan berlangsung. Alat ini secara

cepat mengubah temperatur yang dibutuhkan untuk siklus berulang PCR.

AKTIVITAS MAGANG PADA MINGGU KE-4

A. Senin, 20 Februari 2012

Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Rearing nyamuk

3. Pinning nyamuk Culex

4. Pembuatan awetan kutu rambut

5. Pembuatan awetan kutu busuk

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa campuran jagung, beras merah dan kacang

hijau.

2. Membersihkan kandang nyamuk yang telah digunakan.

3. Melakukan pinning nyamuk Culex dengan cara menusukkan potongan kertas

yang dibuat dengan pin punch pada jarum pin, kemudian diolesi dengan

kutek dan melekatkan nyamuk pada kertas tersebut untuk selanjutnya

diletakkan pada kotak awetan yang telah disediakan.

4. Pembuatan awetan kutu rambut dilakukan dengan cara:

a. Merendam kutu rambut kedalam larutan aquades selama 4 jam

b. Kemudian dipindah kedalam larutan KOH 10% selama 4 jam

menggunakan pipet.

Page 28: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

c. Kemudian dipindah lagi pada larutan NaOH 5% selama 4 jam

menggunakan pipet.

d. Dipindahkan kedalam larutan aquades menggunakan pipet.

e. Memindahkan kutu rambut pada minyak cengkeh.

f. Memindahkan kutu rambut pada larutan xylol untuk mengeringkan.

g. Memindahkan kutu pada objek glass dengan posisi ditengah serta

mengatur posisi tubuh kutu seperti posisi kakinya.

h. Menetesi kutu rambut yang berada pada objek glass tersebut dengan

entelan dan ditutup dengan cover glass.

i. Biarka awetan yang sudah jadi sampai kering dan jangan menyentuhnya

agar posisinya tidak berubah.

5. Pembuatan awetan kutu busuk dilakukan dengan cara:

e. Merendam kutu busuk kedalam larutan aquades selama 4 jam

f. Kemudian dipindah kedalam larutan KOH 10% selama 4 jam

menggunakan pipet.

g. Kemudian dipindah lagi pada larutan NaOH 5% selama 48 jam

menggunakan pipet.

h. Dipindahkan kedalam larutan aquades menggunakan pipet.

i. Memindahkan kutu rambut pada minyak cengkeh.

j. Memindahkan kutu rambut pada larutan xylol untuk mengeringkan dan

kemudian di press.

k. Memindahkan kutu pada objek glass dengan posisi ditengah serta

mengatur posisi tubuh kutu seperti posisi kakinya.

l. Menetesi kutu busuk yang berada pada objek glass tersebut dengan

entelan dan ditutup dengan cover glass.

m. Biarka awetan yang sudah jadi sampai kering dan jangan menyentuhnya

agar posisinya tidak berubah.

Page 29: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

B. Selasa, 21 Februari 2012

Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Pinning nyamuk

3. Konsultasi cara pembuatan DNA, penentuan primer dan pengambilan data

pendukung pembuatan laporan magang.

4. Pembuatan Bab V laporan magang.

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa potongan-potongan wortel dan menimbang

berat badan mencit.

2. Melakukan pinning nyamuk dengan cara menusukkan potongan kertas yang

dibuat dengan pin punch pada jarum pin, kemudian diolesi dengan kutek dan

melekatkan nyamuk pada kertas tersebut untuk selanjutnya diletakkan pada

kotak awetan yang telah disediakan.

3. Cara pembuatan DNA yang dilakukan di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

dengan sampel berupa ginjal tikus adalah:

a. Pemecahan atau Pencampuran

Pada tahan ini, dilakukan dengan cara menggerus sampel berupa

ginjal tikus dengan menggunakan mortar. Homogenkan 25-50 mg sampel

ginjal tikus dalam 1 ml DNAzol. Kemudian ambil sebanyak 5-10 mg

sampel ginjal yang telah halus dengan mikro pipet dan dimasukkan

kedalam tabung kemudia dibiarkan selama 5-10 menit pada suhu kamar.

Untuk meminimalisir kerusakan DNA, maka dilakukan pemcampuran

atau vortex dengan beberapa bahan tambahan yang meliputi: proteinase K

( untuk mempermudah dan memperbaiki kerusakan isolasi DNA akibat

proses homogenisasi). Cernakan sampel ginjal tikus (25-100 mg) dalam

0,5 ml DNAzol tambahan dengan proteinase K (100 µg/ml) selama 4-24

jam pada suhu kamar.

Page 30: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

b. Sentrifugasi

Endapan yang dihasilkan dari tahap pertama dihomogenkan

dengan alat sentrifugasi selama 10 menit pada suhu 4-25 0C dengan

kecepatan 10.000 rpm. Setelah itu, pindahkan cairan kental (supernatant)

yang dihasilkan, pada tabung yang baru. Tahap ini bertujuan untuk

menghilangkan fragmen-fragmen jaringan yang tidak dapat dipecahkan,

sebagian cairan RNA dan kelebihan polisakarida dari cairan.

c. Pengendapan DNA

Mengendapkan DNA dari cairan dengan menambahkan 0.5 ml

ethanol 100% dalam 1 ml DNAzol yang digunakan untuk isolasi. Campur

sampel dengan cara membalikkan tabung beberapa kali dan didiamkan

pada suhu kamar selama 1-3 menit. Pastikan DNAzol dan ethanol

tercampur dengan baik untuk membentuk larutan sejenis. DNA dengan

cepat akan tampak sebagai endapan yang keruh. Kemudian pindahkan

DNA pada tabung yang bersih. Letakkan tabung secara tegak lurus selama

1 menit dan hilangkan sisa ciaran dari dasar tabung. Kemudian

disentrifugasi pada suhu 4-25 0C dengan kecepatan 5.000 rpm selama 5

menit.

d. Pencucian DNA

Cuci DNA dengan 0.8-1 ml ethanol 70%. Letakkan tabung secara

vertikal selama 0,5 -1 menit sampai DNA dapat mencapai dasar tabung.

Kemudian hilangkan ethanol dengan pipet atau dituang.

e. Pelarutan DNA

Hilangkan sisa alkohol dari dasar tabung menggunakan pipet.

Selanjutnya, DNA dilarutkan dalam air. Tambahkan 8 mM NaOH atau

air untuk mendekati konsentrasi DNA sebesar 0,2-0.3 µg/µl. Pada

keadaan khusus untuk sampel jaringan, tambahkan 0,2-0,3 ml dari NaOH

8 mM atau air kedalam isolasi DNA dari 10-20 mg sampel ginjal.

Kemudian disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 12.000 rpm.

Page 31: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

Sementara itu, untuk penentuan primer yang digunakan untuk proses

PCR di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara adalah sesuai penelitia yang

dilakukan oleh Fonseca (2006) yaitu dengan urutan primer G1 (5’- CTG AAT

CGC TGT ATA AAA GT-3’) dan G2 (5’-GGA AAA CAA ATG GTC GGA

AG-3’). Pengambilan data juga dilakukan untuk melengkapi hasil kegiatan

magang berupa foto hasil pembacaan pada gel documentation terhadap sampel

ginjal tikus yang diperiksa.

4. Membuat Bab V laporan kegiatan magang berdasarkan data-data yang

diperoleh.

C. Rabu, 22 Februari 2012

Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Konsultasi laporan magang

3. Pinning nyamuk

4. Pembuatan awetan jentik

Hasil:

1. Memberi makan mencit berupa campuran kacang hijau, beras merah dan

jagung.

2. Konsultasi bab I-VI dari laporan magang.

3. Melakukan pinning nyamuk dengan cara menusukkan jarum pinning pada

kertas point, kemudian diolesi dengan kutek dan melekatkan nyamuk pada

kertas tersebut untuk selanjutnya diletakkan pada kotak awetan yang telah

disediakan.

4. Pembuatan awetan jentik dilakukan dengan cara:

a. Merendang jentik pada air panas (± 800C), tunggu beberapa saat sampai

jentiknya mati semua.

b. Kemudian merendam jentik pada alkohol 70% selama 24 jam.

c. Kemudian dipindah pada alkohol 80% selama 10 menit.

d. Direndam kedalam alkohol 900C selama 10 menit.

Page 32: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

e. Dipindah dan direndam dalam minyak cengkeh selama 30 menit

f. Kemudian diberi xylol untuk menghilangkan sisa minyak cengkeh supaya

sampel jentik tidak berwarna coklat saat diberi entelan.

g. Meletakkan jentik pada objek glass.

h. Kemudian memberi entelan secukupnya.

i. Tutup dengan cover glass, dan tunggu hingga kering.

D. Kamis, 23 Februari 2012

Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Pinning nyamuk Anopheles

3. Identifikasi nyamuk Anopheles

4. Konsultasi dan revisi laporan magang

5. Penyerahan buku kerja magang pada pembimbing lapangan.

Hasil:

1. Memberi makan mencit dengan potongan-potongan wortel

2. Membuat pinning nyamuk dengan cara menusukkan jarum pinning pada

kertas point, kemudian diolesi dengan kutek dan melekatkan nyamuk pada

kertas tersebut untuk selanjutnya diletakkan pada kotak awetan yang telah

disediakan.

3. Hasil identifikasi terhadap nyamuk Anopheles yang diperoleh, didapatkan

beberapa spesien nyamuk Anopheles antara lain:

a. Nyamuk Anopheles vagus, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda pucat

2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang

3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya pucat

4) Femur dan tibia tidak berbercak

5) kaki depan dengan gelang lebar

Page 33: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

6) Gelang pucat diujung palpi panjangnya sekurang-kurangnya 3 kali

panjang gelang gelap dibawahnya, proboscis mempunyai bagian yang

pucat diujungnya.

b. Nyamuk Anopheles kochi, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda-noda pucat

2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang

3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya gelap

4) Femur dan tibia berbercak bintik-bintik pucat

5) Sekurang-kurangnya ada 4 gelang pucat pada palpi

6) Pada sternit II sampai VII dari abdomen terdapat sikat-sikat yang

terdiri dari sisik gelap, gelang-gelang pucat pada tarsi kaki belakang

pucat.

c. Nyamuk Anopheles aconitus, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda pucat

2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang

3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya gelap

4) Femur dan tibia tidak berbercak

5) Tarsus kaki depan tidak bergelang atau dengan gelang sempit

6) Setengah dari ujung proboscis pucat.

d. Nyamuk Anopheles flavirostris, dengan ciri-ciri:

1) Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda pucat

2) Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang

3) Tarsus ke-5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya gelap

4) Femur dan tibia tidak berbercak

5) Tarsus kaki depan tidak bergelang atau dengan gelang sempit

6) Bagian distal yang pucat disebelah ventral proboscis tidak

menentu.

4. Konsultasi laporan magang dan perbaikan pada bagian-bagian pada laporan

magang yang telah dikoreksi.

Page 34: adietcandra.files.wordpress.com  · Web viewPengenalan lokasi yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang terdiri dari gedung lama, gedung multimedia (gedung merah), gedung

5. Penyerahan buku kerja magang kepada pembimbing lapangan untuk penilaian

kegiatan magang yang dilakukan.

E. Jumat, 24 Februari 2012

Kegiatan:

1. Rearing mencit

2. Post test

Hasil:

1. Memberi makan mencit dengan campuran beras merah, kacang hijau dan

jagung.

2. Mengerjakan soal-soal post test yang diberikan oleh pihak Balai Litbang

P2B2 Banjarnegara sebagai kegiatan terakhir pada magang yang

dilakukan di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara.

LOG HARIAN JAM KERJA

No Hari Jam Kerja

1 Senin 8

2 Selasa 8

3 Rabu 8

4 Kamis 8

5 Jumat 3,5

6 Sabtu -

7 Minggu -