162-169_srifiana

9
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/272026141 Mikroenkapsulasi Ketoprofen dengan Metode Koaservasi dan Semprot Kering Menggunakan Pregelatinisasi Pati Singkong Ftalat sebagai Eksipien Penyalut  Article · September 2014 READS 103 3 authors, including: Silvia Surini University of Indonesia 10 PUBLICATIONS 72 CITATIONS SEE PROFILE Arry Yanuar Universitas Indonesia 38 PUBLICATIONS 37 CITATIONS SEE PROFILE All in-text references underlined in blue are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately. Available from: Arry Yanuar Retrieved on: 27 May 2016

Upload: memeeeyyy

Post on 02-Mar-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/26/2019 162-169_srifiana

http://slidepdf.com/reader/full/162-169srifiana 1/9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/272026141

Mikroenkapsulasi Ketoprofen dengan MetodeKoaservasi dan Semprot Kering MenggunakanPregelatinisasi Pati Singkong Ftalat sebagaiEksipien Penyalut

Article · September 2014

READS

103

3 authors , including:

Silvia Surini

University of Indonesia

10 PUBLICATIONS 72 CITATIONS

SEE PROFILE

Arry Yanuar

Universitas Indonesia

38 PUBLICATIONS 37 CITATIONS

SEE PROFILE

All in-text references underlined in blue are linked to publications on ResearchGate,letting you access and read them immediately.

Available from: Arry YanuarRetrieved on: 27 May 2016

7/26/2019 162-169_srifiana

http://slidepdf.com/reader/full/162-169srifiana 2/9

Mikroenkapsulasi Ketoprofen dengan Metode Koaservasi danSemprot Kering Menggunakan Pragelatinisasi Pati Singkong

Ftalat sebagai Eksipien Penyalut

(Encapsulation of Ketoprofen with Coacervation and SprayDrying Methods Using Pregelatinized Cassava Starch Phthalate

as Film-Forming Excipient)

YUDI SRIFIANA 1,2* , SILVIA SURINI 1, ARRY YANUAR 1

1Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI, Depok, Indonesia, 16424.2Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.

Jl. Delima II Klender, Jakarta Timur 13460.

Diterima 11 Mei 2014, Disetujui 18 Agustus 2014

Vol. 12, No. 2JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, September 2014, hlm. 162-169ISSN 1693-1831

* Penulis korespondensi, Hp. 081905819185 e-mail: sri [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan mengkarakterisasi mikrokapsul ketoprofendengan menggunakan metode koaservasi dan metode semprot kering. Bahan penyalut yang digunakanuntuk metode koaservasi adalah pragelatinisasi pati singkong (PPS) dan bahan penyalut yang digunakanuntuk metode semprot kering adalah pragelatinisasi pati singkong ftalat (PPSFt).Mikrokapsul yangdiperoleh dikarakterisasi meliputi rendemen proses, bentuk dan morfologi, e siensi penjerapan,distribusi ukuran partikel, indeks mengembang, analisis gugus fungsi dan pro l pelepasan obat. PPSFt

yang digunakan memiliki derajat subsitusi sebesar 0,0541 dan larut dalam medium basa. Mikrokapsulyang dibuat dengan metode koaservasi memiliki bentuk yang tidak sferis dan berongga dengan e siensi penjerapannya sebesar 20,27% ± 1,82. Sementara itu, mikrokapsul yang dibuat dengan metodesemprot kering memiliki bentuk yang hampir sferis dengan permukaan cekung dan memiliki e siensi

penjerapannya sebesar 80,22% ± 9,18. Hasil pelepasan obat menunjukkan bahwa selama 8 jam sebesar8% ketoprofen dilepaskan dalam pH 1,2 dan sebesar 18% dilepaskan dalam pH 7.4 dari mikrokapsulyang dibuat dengan metode koaservasi. Sementara itu, ketoprofen dilepaskan selama 8 jam sebesar5% dalam pH 1,2 dan 25% dilepaskan dalam pH 7.4 dari mikrokapsul yang dibuat dengan metodesemprot kering. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mikrokapsul yang dibuat dengankedua metode tersebut dapat menahan pelepasan obat sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagaisediaan lepas lambat.

Kata kunci: mikrokapsul, koaservasi, semprot kering, pragelatinisasi pati singkong, pragelatinisasi patisingkong ftalat.

Abstract: This study was purposed to prepare microcapsules of ketoprofen by coacervation and spraydrying methods and to characterize the resulting microcapsules. The microcapsules were preparedusing pregelatinized cassava starch (PCS) and pregelatinized cassava starch phthalate (PCSPh) asa coating material. The obtained microcapsules were then characterized, including its recovery,shape and morphology, drug-loading ef ciency, particle size distribution, swelling index, functionalGroupanalysis, and drug release pro le.The used PCSPh had a substitution degree of 0.0541 and solublein basic aqueous medium. Microcapsules prepared by coacervation method had an irregular shape and ahollow surface and the entrapment ef ciency of 20.27% ± 1.82.Whereas, the spray dried microcapsulesshowed a nearly-spherical-shape with a biconcave surface and the entrapment ef ciency was 80.22%± 9.18. The release study results showed that within 8 hours ketoprofen released from the coacervationmicrocapsulesat pH 1.2 and pH 7.4 were 8% and 18%, respectively. In addition, ketoprofen released

7/26/2019 162-169_srifiana

http://slidepdf.com/reader/full/162-169srifiana 3/9

163 SRIFIANA ET AL. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia

PENDAHULUAN

MIKROKAPSUL merupakan partikel kecil yangmengandung zat aktif atau bahan inti yang dikelilingioleh penyalut (1). Mikrokapsul dapat dibuat denganmetode kimia dan fisika, salah satunya adalahkoaservasi dan semprot kering. Pada metodekoaservasi, pembentukkan mikrokapsul terjadi karenaadanya pemisahan fase antara fase yang mengandung

butiran mikrokapsul dengan fase yang mengandung pelarut. Pemisahan fase ini terjadi karena perbedaantemperatur, pH dan penambahan pelarut yang tidakmelarutkan polimer penyalut.Pada metode semprotkering, pembentukkan mikrokapsul terjadi karena

penyemprotan suatu dispersi homogen larutan polimerdiikuti dengan pengeringan pada suhu tertentumenggunakan alat penyemprot kering. Pada metodeini suhu penyemprotan, kecepatan penyemprotan,tekanan penyemprotan, viskositas larutan serta ukurannozzel akan mempengaruhi bentuk dan ukuran partikelmikrokapsul yang diperoleh.

Untuk membuat mikrokapsul diperlukan suatu bahan penyalut . Bahan penyalut yang digunakansebaiknya mempunyai karakteristik secara kimiawikompatibel dan tidak bereaksi dengan bahan inti,memiliki kekuatan, eksibilitas (lembut dan plastis),impermeabilitas (sebagai kontrol pelepasan padakondisi tertentu), tidak berasa, tidak higroskopis,viskositas rendah, ekonomis, dapat melarut dalammedia aqueous atau dalam pelarut yang sesuai ataudapat melebur, tidak rapuh, keras, tipis, dan stabil.Selain itu suatu bahan penyalut mikrokapsul harus

dapat digunakan secara luas dalam metode pembuatanmikrokapsul (2). Pada penelitian ini bahan penyalutyang digunakan adalah pregelatinisasi pati Singkong(PPS) untuk metode koaservasi dan pregelatinisasi

pati singkong ftalat (PPSFt) untuk metode semprotkering. Pregelatinisasi pati singkong adalah patiyang diperoleh dari modi kasi dengan metode sikasehingga mengubah sifat sik pati. PPS dan PPSFtyang digunakan sebelumnya telah dikarakterisasi.PPSFt yang dibuat memiliki derajat substitusi sebesar0,0541 dan larut dalam medium basa.

Ketoprofen merupakan obat analges ikantiin amasi golongan NSAID yang dipilih menjadimodel obat untuk sediaan mikrokapsul. Ketoprofenmenghambat enzim siklooksigenase, sehingga

konversi asam arakidonat menjadi prostaglandinterganggu. Prostaglandin juga berada pada mukosalambung yang berfungsi untuk menghambat sekresiasam lambung. Terhambatnya produksi protaglandinmenyebabkan sekresi asam lambung menjadi berlebihsehingga dapat menyebabkan iritasi terhadap lambung,mual dan gastritis (3).

BAHAN DAN METODE

BAHAN. Ketoprofen (Sanofi Aventis, Prancis), pregelatinisasi pati singkong (Universitas Indonesia,Indonesia), pregelatinisasi pati singkong ftalat(Universitas Indonesia, Indonesia), asam ftalatanhidrida (Merck, Jerman), natrium sulfat anhidrat(Merck, Jerman), tereftaloil klorida (Sigma-Aldrich,Amerika Serikat).

METODE. Formulasi Mikrokapsul Ketoprofendengan Metode Koaservasi. Komposisi formulamikrokapsul ketoprofen pada metode ini tertera padaTabel 1. Sejumlah PPS didispersikan dalam NaOH

1N sehingga terbentuk larutan PPS 5%, kemudiantambahkan ketoprofen ke dalamnya sambil diadukhingga homogen. Campuran tersebut kemudiandireaksikan dengan larutan ftalat anhidrida 20% pada

pH 13 dan suhu reaksi 50 oC, selama 1 jam sambildiaduk dengan homogenizer dengan kecepatan 3000rpm. Saat penambahan larutan ftalat anhidrida jugaditambahkan natrium sulfat anhidrat. Setelah itucampuran tersebut dibiarkan selama 24 jam. Kemudiandireaksikan kembali dengan tereftaloil klorida 5g dalam sikloheksan-kloroform 4:1. Mikrokapsul

Tabel 1. Formula mikrokapsul ketoprofen dengan metodekoaservasi.

Bahan JumlahKetoprofen 0,833 gram PPS 2,5 gram Ftalat anhidrida 2,5 gram Tereftaloil klorida 5 gram

Na 2SO 4 anhidrat 10 gram NaOH 1N 50 mL

Tabel 2. Formula mikrokapsul ketoprofen dengan metodesemprot kering.

Bahan Jumlah (g) Ketoprofen 16,7 PPSFt 50Aquades 1000

from spray-dried microcapsules within 8 hours at pH 1.2 and pH 7.4 were 5% and 25%, respectively. Inconclusion, the microcapsules prepared by both methods could extent the drug released, thus it could be

possible to be used for a sustained release device.

Keywords: microencapsulation, coacervation, spray drying, pregelatinized cassava starch, pregelatinizedcassava starch phthalate.

7/26/2019 162-169_srifiana

http://slidepdf.com/reader/full/162-169srifiana 4/9

Vol 12, 2014 Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 164

yang terbentuk kemudian dicuci dengan etanol 96%kemudian dikeringkan dengan oven vakum selama 30menit pada suhu 30 oC dan disimpan dalam desikator.

Formulasi Mikrokapsul dengan MetodeSemprot Kering. Komposisi formula mikrokapsul

dengan metode ini dapat dilihat pada Tabel 2.Sejumlah PPSFt didispersikan dalam aquades dandispersikan ketoprofen ke dalamnya. Kemudiantambahkan larutan NH 4OH 25% ke dalam campuranlarutan tersebut sambil diaduk dengan homogenizer

pada kecepatan 3000 rpm. Campuran larutan tersebutkemudian dimasukkan kedalam alat semprot keringdan disemprot dengan kondisi suhu inlet 180 oC, suhuoutlet 95 oC, kecepatan penyemprotan 5 mL/menit,tekanan penyemprotan 4 bar, dan nozzel 20-30µm.Mikrokapsul yang terbentuk kemudian disimpan

dalam wadah yang tertutup rapat.Rendemen Proses. Perolehan kembali dihitungdengan membandingkan bobot mikrokapsul yangdiperoleh dengan total bahan aktif, dan penyalut yangdigunakan. Persen perolehan kembali dihitung denganmenggunakan rumus:

Rendemen = Wt - Wo x 100% Wo

Keterangan: Wt: bobot awal (g) Wo: bobot akhir (g)

Efsiensi Penjerapan. E siensi penjerapan diujidengan cara memecah mikrokapsul yang terbentukdengan cara pengadukan atau penggerusan, kemudiandilarutkan dalam dapar fosfat pH 7,4 dan ditetapkankadarnya dengan menggunakan spektrofotometerUV-Vis. E siensi mikroenkapsulasi dihitung denganmembandingkan kadar obat yang teranalisa dengan

bobot mikrokapsul yang diuji. E siensi penjerapandihitung dengan membandingkan jumlah obat dalammikrokapsul dengan jumlah obat yang secara teoridimasukkan ke dalam formula (4).

E siensi Penjerapan = Bobot zat analisis x 100% Bobot zat teoritis

Bentuk dan Morfologi. Bentuk dan morfologimikrokapsul yang terbentuk dapat diamati denganmenggunakan alat SEM ( scanning electro nmicroscope ) dengan cara: mikrokapsul ditempelkan

pada holder dengan menggunakan dotile kemudiandimasukkan ke vakum evaporator. Pada tingkatkevakuman tertentu holder dipijar sehingga uap emas

akan melapisi bahan yang ditempelkan pada holder . Holder kemudian dimasukkan kedalam alat SEMkemudian dilakukan pemeriksaan (5).

Analisa Gugus Fungsi. Untuk memastikan

sambung silang ftalat pada pati dari mikrokapsuldengan metode koaservasi dan subsitusi ftalat pada

pati dari mikrokapsul dengan metode semprot keringmaka dilakukan pemeriksaan dengan spektrofotometerIR. Sampel dicampurkan dengan kristal KBr, yang

sebelumnya sudah dikeringkan, dengan perbandingansampel dan KBr 1:1, kemudian dikempa menjaditablet. Tablet ini dimasukkan ke dalam FourierTransform Infra Red (FTIR) dan alat dijalankan pada

bilangan gelombang 400 sampai 4000 cm -1. Pitaabsorbsi yang spesi k menunjukkan adanya ikatanester pada bilangan gelombang 1710-1750 cm -1.

Indeks Mengembang. Indeks mengembangmikrokapsul dievaluasi dalam 2 jenis medium yang

berbeda yaitu medium pH 1,2 dan pH 7,4. Sebanyaklebih kurang 50 mg zat dimasukkan ke dalam tabung

sentrifugasi, lalu ditambahkan 5,0 mL medium. Bobotzat ditimbang pada menit ke-30, 60, 90 dan 120.Indeks mengembang dihitung berdasarkan rumus:

Indeks Mengembang = Wt - Wo x 100% Wo

Keterangan: Wt: bobot pada menit ke-t (g) Wo: bobot pada menit ke-0 (g)

Kadar Air. Kadar air mikrokapsul dievaluasidengan menggunakan moisture analyzer . Sejumlahmikrokapsul diletakkan diatas wadah aluminiumkemudian diukur pada suhu 105 oC. Kadar airditentukan berdasarkan kadar yang tertera pada alat.

Kadar air = Berat awal - Berat akhir x 100% Berat awal

Distribusi Ukuran Partikel. Distribusi ukuran partikel mikrokapsul dievaluasi dengan menggunakan particle size analyzer . Mikrokapsul sejumlah 1 gramdidispersikan dalam aquades kemudian langsungdimasukkan kedalam alat particle size analyzer dan

ditentukan kurva distribusi ukuran partikelnya.Uji Pelepasan Obat. Uji pelepasan ketoprofen

dilakukan dalam dua jenis medium yaitu daparasam klorida pH 1,2 dan dapar fosfat 7,4. Pengujian

pelepasan obat dilakukan dengan menggunakan alatdisolusi termodi kasi yaitu dilakukan pada wadahbeaker glass 100 mL yang diletakkan diatas magnetikstirer. Uji pelepasan dilakukan pada suhu 37º ± 0,5ºCdengan pengadukkan menggunakan batang magnetikstirer pada kecepatan 100 rpm dan medium yangdigunakan sebanyak 100 mL. Sejumlah mikrokapsul

dimasukkan kedalam membran selofan kemudiandicelupkan kedalam medium disolusi. Cairan sampeldiambil sebanyak 10 mL pada menit tertentu, padamedium dapar asam klorida pH 1,2. Sampling

7/26/2019 162-169_srifiana

http://slidepdf.com/reader/full/162-169srifiana 5/9

Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia165 SRIFIANI ET AL.

dilakukan pada menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 120, 180,240, 300, 360, 420, dan 480. Sedangkan pada mediumdapar fosfat pH 7,4 sampling dilakukan pada menitke-5, 10, 15, 20, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, 300,360, 420 dan 480. Setiap pengambilan cairan sampel

10 mL maka ditambahkan 10 mL larutan medium kedalam wadah disolusi untuk menggantikan cairanyang diambil. Kemudian kadar ketoprofen yangdilepaskan ditentukan dengan mengukur serapanketoprofen dengan menggunakan spektrofotometerUV-Vis pada panjang gelombang 260,2 nm dan 271,8nm. Serapan yang telah diperoleh kemudian dihitungdengan menggunakan rumus perhitungan analisismultikomponen untuk mencari jumlah ketoprofenyang terdisolusi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rendemen Proses. Berdasarkan hasil perhitungan persentase rendemen proses mikrokapsul denganmetode koaservasi diperoleh sebesar 104,75%.Jumlah mikrokapsul yang diperoleh lebih besar dari

pada bobot bahan-bahan yang digunakan dalamformulasi mikrokapsul karena adanya kemungkinan

penambahan bobot akibat terikatnya gugus ftalat padastruktur pati, selain itu penambahan bobot juga dapatdisebabkan karena mikrokapsul masih mengandungair dengan kadar air 3,073% ± 0,59.

Pada mikrokapsul yang diperoleh dengan metodesemprot kering rendemennya sebesar 19,69%. Hal inidisebabkan banyaknya bahan yang menempel padaalat karena pada suhu inlet 180˚C pati berada padafase melebur, dimana suhu inlet yang digunakan sudah

melampaui dari suhu Tg pati yaitu 50˚C (6).Efisiensi Penjerapan. Berdasarkan hasil

pengujian e siensi penjerapan diperoleh rata-ratae siensi penjerapan ketoprofen dari mikrokapsul yangdibuat dengan metode koaservasi sebesar 20,27% ±

1,82. Nilai e siensi tersebut menunjukkan bahwaketoprofen yang terjerap sedikit. Penjerapan ketoprofenterjadi seiring dengan terbentuknya mikrokapsul. Olehkarena itu ada kemungkinan ketoprofen ada yang tidakterjerap saat terbentuknya mikrokapsul. Selain itu adakemungkinan juga sebagian jumlah ketoprofen rusakkarena reaksi sintesis yang dilakukan. Jika dilihat darirumus bangun ketoprofen, ketoprofen memilliki guguskarboksilat bebas yang dapat bereaksi dengan gugusanhidroglukosa pati dan bereaksi dengan gugus ftalat

pada tereftaloil klorida sehingga ada kemungkinan

ketoprofen rusak saat pembuatan mikrokapsul.Sedangkan e siensi penjerapan ketoprofen darimikrokapsul yang dibuat dengan metode semprotkering diperoleh sebesar 80,22% ± 9,18. Besarnyaefisiensi penjerapan mikrokapsul dengan metodesemprot kering dipengaruhi dari homogenitasdispersi atau larutan zat aktif dalam polimer penyalut.Mikrokapsul yang dihasilkan dari metode semprotkering sering memiliki e siensi penjerapan yang lebih

besar dari 95% (7).Bentuk dan Morfologi. Mikrograf dari

mikrokapsul pada Gambar 1 menunjukkan mikrokapsulyang dibuat dengan menggunakan cara koaservasimemiliki bentuk yang tidak sferis dengan permukaanyang tidak merata dan berongga. Bentuk yang sepertiini disebabkan pengadukan homogenizer padasaat pembuatan mikrokapsul, dengan kecepatan

a b

c d

Gambar 1. Mikrograf SEM mikrokapsul dengan metode koaservasi sederhana (a) perbesaran 500 X,(b) perbesaran 1000 X,(c) perbesaran 3000 X, (d) perbesaran 5000 X.

7/26/2019 162-169_srifiana

http://slidepdf.com/reader/full/162-169srifiana 6/9

Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 166Vol 12, 2014

pengadukan yang tinggi akan memecah partikelmikrokapsul menjadi lebih kecil dengan bentuk yangtidak sferis. Permukaan yang tidak rata disebabkanreaksi sambung silang polimer yang berjalan belumsempurna.

Berbeda dengan mikrokapsul yang dibuat denganmetode semprot kering memiliki bentuk yang hampirsferis, berlekuk, dan lapisan penyalut yang rata danhalus dapat dilihat pada Gambar 2. Lekukan-lekukanyang terjadi pada mikrokapsul disebabkan adanya

penarikan air yang ekstrim akibat pemanasan dengansuhu tinggi. Dengan perbedaan bentuk morfologitersebut maka akan mempengaruhi pelepasan obat.Pelepasan obat dari mikrokapsul yang dibuat denganmetode koaservasi lebih tinggi dari pada mikrokapsul

yang dibuat dengan metode semprot kering padamedium yang sama.

Analisa Gugus Fungsi. Analisa ini dilakukanuntuk memastikan adanya gugus ftalat yang terikat

a b

c dGambar 2. Mikrograf SEM mikrokapsul dengan metode semprot kering (a) perbesaran 500 X, (b) perbesaran 1000 X, (c)

perbesaran 3000 X, (d) perbesaran 5000 X.

Tabel 3. Spektrum IR mikrokapsul dengan metodekoaservasi dan mikrokapsul dengan metode semprot

kering.

BilanganGelombang

(cm -1)

Spektrum IR mikrokapsul

Interpretasimetodek oaservasi

metodesemprotkering

1475 – 1600 1541,18-1458,23(sedang)

1541,18-1458,23(lemah)

C=C gugusaromatis

1700 – 1725 1716,70 (sedang)

1716,70(lemah)

C=O ester

a b

c

Gambar 3. Spektrum infra merah (a) Ketoprofen, (b) Mikrokapsul dengan metode koaservasi, (c) Mikrokapsul denganmetode semprot kering.

7/26/2019 162-169_srifiana

http://slidepdf.com/reader/full/162-169srifiana 7/9

167 SRIFIANI ET AL. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia

atau tersubsitusi kedalam struktur pragelatinisasi pati pada metode koaservasi maupun metode semprotkering. Adanya subsitusi ataupun sambung silangftalat diukur pada panjang gelombang 1500-1700 cm -1.

Pada Tabel 3 dan Gambar 3 terlihat bahwa terdapat

dua pita serapan yang hampir sama pada mikrokapsuldengan metode koaservasi dan mikrokapsul denganmetode semprot kering. Pada spektrum serapaninfra merah mikrokapsul dengan metode koaservasiterdapat puncak dengan intensitas sedang pada

panjang gelombang 1541,18 cm -1 dan 1458,23 cm -1 yang menandakan adanya ikatan rangkap C=C darisenyawa aromatis ftalat dan terlihat puncak denganintensitas sedang pada panjang gelombang 1716,70cm -1 yang menunjukkan adanya gugus karbonilC=O dari senyawa ester. Kedua puncak tersebut

mengindikasikan terjadinya sambung silang antaraasam ftalat dengan gugus hidroksil pati.Hal yang sama terjadi pada spektrum infra merah

mikrokapsul yang dibuat dengan metode semprotkering. Pada panjang gelombang 1541,18 cm -1 dan1458,23 cm -1 terdapat puncak dengan intensitas lemahyang menandakan adanya ikatan rangkap C=C darisenyawa aromatis ftalat. Dan pada panjang gelombang1716,70 cm -1 terdapat puncak dengan intensitas lemahdari gugus karbonil C=O.

Indeks Mengembang. Dilihat dari kemampuanmengembang, mikrokapsul yang dibuat denganmetode koaservasi dan metode semprot keringdapat mengembang pada dua media tersebut tetapikemampuan mengembang mikrokapsul lebih besar

pada media pH 7,4. Hal ini disebabkan karenamikrokapsul memiliki gugus ftalat yang hidrofobikdan dapat melarut dalam suasana basa sehingga dayamengembang lebih besar pada media pH 7,4.

Dilihat dari Gambar 4 kemampuan mengembangmikrokapsul dari metode semprot kering pada medium

basa lebih besar dibandingkan mikrokapsul darimetode koaservasi, hal ini dikarenakan pada metode

koaservasi terjadi reaksi sambung silang antara gugusanhidroglukosa dengan gugus ftalat, sedangkan pada

metode semprot kering yang menggunakan PPSFtsebagai polimer penyalut, reaksi antara gugus amilosadan amilopektin dengan gugus ftalat hanya berupareaksi subsitusi meskipun kemungkinan terjadinyareaksi sambung silang antara gugus anhidroglukosa

dengan ftalat dapat terjadi tetapi kemungkinan tersebutsangat kecil, karena pada pembuatan PPSFt reaksisintesis berlangsung pada pH 8-10 dimana padarentang pH ini hanya terjadi reaksi subsitusi.

Kemampuan mengembang pati tergantung pada gugus hidroksil bebas yang ada pada struktur pati, densitas sambung silang, elast isitas jaringan polimer, pH, media mengembang dan temperatur (8).Berdasarkan hal tersebut maka penahanan difusi air

pada mikrokapsul dari metode koaservasi disebabkankarena jumlah gugus hidroksil bebas pada struktur pati

lebih kecil karena struktur pati saling terikat dengangugus ftalat, selain itu dengan adanya sambung silangtersebut menyebabkan elastisitas jaringan pati menjadi

berkurang. Adanya gugus fta lat juga mengubahsifat hidrofobisitas pati. Gugus ftalat yang terikatmenyebabkan pati menjadi lebih hidrofobik (8).

Hal yang berbeda terjadi pada mikrokapsulyang diperoleh dari metode semprot kering. Padametode ini PPSFt yang digunakan merupakan hasildari esteri kasi ftalat dengan pati. Struktur ftalatyang tersubstitusi ikatannya dengan pati tidak sekuatdengan sambung silang. Oleh karena itu pada PPSFtmasih ada gugus hidroksil pati yang bebas sehinggadapat berinteraksi dengan media mengembang danmenyebabkan air dapat berpenetrasi. Namun penetrasiair kedalam mikrokapsul tidak terlalu besar karenamasih ada sifat hidrofobisitas dari ftalat (8).

Distribusi Ukuran Partikel. Mikrokapsul

Gambar 4. Indeks mengembang mikrokapsul ( ) koaservasipada pH 1,2, ( ο ) semprot kering pada pH 1,2, ( ) koaservasi

pada pH 7,4, ( ) semprot kering pada pH 7,4.Gambar 5. Distribusi ukuran partikel mikrokapsul ( )

metode koaservasi, ( ) metode semprot kering.

Metode Rata- rata (µm) Median (µm)

Koaservasi 19,93 16,27

Semprot kering 27,14 26,22

Tabel 4. Distribusi ukuran mikrokapsul berdasarkandiameter volume.

7/26/2019 162-169_srifiana

http://slidepdf.com/reader/full/162-169srifiana 8/9

Vol 12, 2014 Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 168

yang diperoleh didispersikan dalam aquades. Hasil pengukuran (Tabel 4) menunjukkan ukuran partikel

mikrokapsul yang dihasilkan dari metode koaservasimenunjukkan terjadinya variasi ukuran partikel. Padametode koaservasi mikrokapsul memiliki ukuran

partikel sekitar 20-40 µm dengan rata-rata ukuran partikel 19,93 µm.

Pada Gambar 5 terlihat bahwa distribusi ukuran partikel mikrokapsul dengan metode koaservasikurang homogen. Hal ini disebabkan karena partikelmikrokapsul yang terbentuk saat reaksi sintesis

berlangsung dipecah dengan homogenizer padakecepatan 3000 rpm. Pada saat terbentuknyamikrokapsul saat reaksi sintesis mungkin dapat terjadiagregasi antar partikel sehingga ukuran partikelnyamenjadi beragam.

Berdasarkan hal tersebut maka pada saat pembuatan mikrokapsul dengan metode koaservasisebaiknya zat aktif dipastikan sudah terdispersi meratadidalam larutan polimer. Untuk menghindari agregasimaka dapat dicegah dengan menggunakan kecepatan

pengadukan yang lebih tinggi.Pada Gambar 5 terlihat distribusi ukuran partikel

dari mikrokapsul dengan metode semprot kering lebihhomogen karena pada pembuatan mikrokapsul dengan

semprot kering tidak menggunakan homogenizer untukmemecahkan ukuran partikel, dispersi ketoprofenlebih homogen dalam larutan polimer karena adanya

penambahan NH 4OH, selain itu penyemprotan larutan polimer menggunakan nozzel dengan ukuran 20-30µm sehingga ukuran partikelnya sekitar 20-40 µmdengan rata-rata distribusi ukuran partikel 27,14 µm.Ukuran partikel pada semprot kering dipengaruhioleh ukuran nozzel , kekentalan larutan polimer,dispersi zat aktif dalam larutan polimer dan tegangan

permukaan (9).

Dilihat dari grafik distribusi ukuran partikel,mikrokapsul yang diperoleh dari metode koaservasidan metode semprot kering memiliki rentang ukuran

partikel yang sama yaitu 20-40 µm. Tetapi rata-rata

ukuran partikel mikrokapsul dengan metode koaservasilebih kecil dari pada rata-rata ukuran partikelmikrokapsul dengan semprot kering. Perbedaan inidikarenakan proses pembentukkan mikrokapsul yang

berbeda, selain itu faktor homogenisasi dispersi zat

aktif juga berperan dalam menentukan homogenitasdistribusi ukuran partikel mikrokapsul.

Kadar Air. Berdasarkan hasil pengukuran kadarair, mikrokapsul dengan metode koaservasi memilikikadar air 3,073 ± 0,59%, sedangkan mikrokapsuldengan metode semprot kering memiliki kadar air10,297 ± 0,93%. Kadar air mikrokapsul dengan metodekoaservasi lebih kecil dibandingkan dengan metodesemprot kering karena mikrokapsul dengan metodekoaservasi direhidrasi dengan menggunakan etanol96% sehingga air yang tertinggal pada mikrokapsul

lebih sedikit. Selain itu mikrokapsul dengan metodekoaservasi dikeringkan dengan oven vakum sehinggaair yang tertinggal menjadi lebih kecil.

Profil Pelepasan Obat. Pada Gambar 6,mikrokapsul yang dibuat dengan metode koaservasidapat melepaskan ketoprofen pada kedua medium yangdigunakan yaitu pH 1,2 dan pH 7,4. Pelepasan obat

pada pH 1,2 selama 8 jam lebih kecil dibandingkan pelepasan obat pada pH 7,4 selama waktu yangsama. Terlihat adanya penahan pelepasan obat padamedium asam, yang disebabkan kecilnya difusi airkedalam mikrokapsul sehingga mikrokapsul sedikitmengembang. Penurunan kemampuan difusi airkedalam mikrokapsul diakibatkan adanya ikatansambung silang antara gugus anhidroglukosa dengangugus ftalat, selain itu dengan adanya gugus ftalatmaka dalam suasana asam sedikit kemungkinan gugusftalat dapat terlarut karena sifat ftalat yang asamsehingga dalam suasana asam kecil terionisasi.

Berbeda dengan pelepasan obat pada pH 7,4,terlihat pelepasannya selama 8 jam lebih besar,karena pada medium basa gugus ftalat akan terionisasisehingga air akan lebih mudah berdifusi kedalam

mikrokapsul. Namun kedua pro l pelepasan tersebutterlihat penahanan pelepasan obat selama 8 jam padakedua medium, dimana pada waktu 8 jam pelepasanobat hanya sekitar 8,73% di pH 1,2 dan 17,04% di

pH 7,4. Penahanan pelepasan ini disebabkan karena jumlah perbandingan antara polimer dan zat aktifyang besar yaitu 3:1, sehingga polimer menahan kuat

pelepasan zat aktif.Hal yang hampir sama terlihat pada profil

pelepasan obat dari mikrokapsul yang dibuat denganmetode semprot kering. Pelepasan obat pada medium

pH 1,2 lebih kecil dibandingkan dengan pelepasanobat pada pH 7,4. Mikrokapsul dengan metodesemprot kering menggunakan PPSFt sebagai polimer

penyalut dimana polimer tersebut telah tersubsitusi

Gambar 6. Profil pelepasan mikrokapsul ketoprofen ( )metode koaservasi sederhana pada pH 1,2, ( ) metode

semprot kering pada pH 1,2, ( ο ) metode koaservasipada pH 7,4, ( ) metode semprot kering pada pH 7,4

7/26/2019 162-169_srifiana

http://slidepdf.com/reader/full/162-169srifiana 9/9

dengan gugus ftalat sehingga pada pH 1,2 terjadi penahanan pelepasan obat karena gugus ftalat yangtidak terionisasi menyebabkan mikrokapsul sedikitmengembang karena air yang dapat berdifusi lebihkecil. Sebaliknya pada pH 7,4, gugus ftalat yang

bersifat asam akan terionisasi sehingga mikrokapsullebih mengembang dan air yang berdifusi akanmengeluarkan ketoprofen yang terkandung didalammikrokapsul.

Jika profil pelepasan obat pada mikrokapsuldengan metode koaservasi dengan mikrokapsuldengan metode semprot kering dibandingkan,maka terlihat pelepasan obat dari mikrokapsuldengan metode semprot kering lebih besar dari

pada mikrokapsul dengan metode koaservasi. Halini dikarenakan pada metode semprot kering gugus

ftalat hanya tersubsitusi dengan gugus hidroksil pada pati, sedangkan pada metode koaservasi gugus ftalatakan tersambung silang dengan gugus anhidroglukosasehingga ikatan ini menjadi lebih kuat. Dengan adanyaikatan sambung silang ini menyebabkan kemampuanair berdifusi menjadi berkurang.

Ikatan sambung silang yang terjadi pada koaservasimenyebabkan sulitnya air berdifusi kedalam strukturmikrokapsul karena jumlah gugus hidroksil bebas

pada struktur pati lebih kecil karena struktur patisaling terikat dengan gugus ftalat, selain itu terikatnyagugus ftalat pada pati menyebabkan elastisitas pati

berkurang (8). Hal ini juga dapat dilihat dari indeksmengembang kedua mikrokapsul tersebut. Indeksmengembang mikrokapsul dengan koaservasilebih kecil sehingga menahan pelepasan obat darimikrokapsul. Sedangkan mikrokapsul dari metodesemprot kering indeks mengembangnya lebih besarsehingga penahanan pelepasan obat dapat berkurang.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka

dapat disimpulkan bahwa mikrokapsul ketoprofendapat dibuat dengan metode koaservasi dan metodesemprot kering. Mikrokapsul yang diperoleh darimetode koaservasi memiliki bentuk yang tidak sferis

dengan permukaan kasar dan berongga, sedangkanmikrokapsul yang diperoleh dari metode semprotkering memiliki bentuk yang hampir sferis dengan

permukaan yang halus dan cekung. Mikrokapsulyang diperoleh dari kedua metode ini memiliki indeks

mengembang dan pelepasan obat yang lebih rendah pada medium asam dari pada medium basa sehinggamampu menahan pelepasan obat dan berpotensimenjadi sediaan lepas lambat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Benita S. Microencapsulation, methods and industrial application. New York: Marcel Dekker; 1996. 1-18.

2. Bansode SS, Banarjee SK, Gaikwad DD, Jadhav SL, and Thorat RM. Microencapsulation: A Review. International Journal of Pharmaceutical Sciences

Review and Research. 2010.1(2).38-43.3. Wilmana PF. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta:

Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI; 1995.218.

4. Bule MV, Singhal RS, Kennedy JF. Microencapsulation of Ubiquinone-10 in Carbohydrate Matrices for Improve Stability. Carbohydrate Polymers. 2010.82(4).1290-6.

5. Gallant DJ. Electron Microscopy of Starch and StarchProducts. In: Radley JA, editor. Examination andAnalysis of Starch and Starch Products. London:Applied Science Publisher Ltd; 1976.

6. Liu P, Yu L, Liu H, Chen L, Li L. Glass transition temperature of starch studied by a high-speed DSC. Carbohydrate Polymers. 2009.77(2).250-3.

7. Tewes F, Frank B, Jean-Pierre B. Biodegradablemicrospheres: Advances in production technology. In:Benita S. Microencapsulation methods and industrialapplications. 2 nd Ed. New York: Taylor & FrancisGroup, CRC Press; 2006. 1-41.

8. Dastidar TG, Netravali AN. ‘Green’ crosslinking of native starches with malonic acid and their properties. Carbohydrate Polymer. 2012.90(4).1620-8.

9. Oliveira BF, Santana MHA, and Re MI. Spray-dried chitosan microspheres cross-linked with D,L-gyceraldehyde as a potential drug delivery system: Preparation and characterization. Braz. J. Chem. Eng. 2005.22(3):353-60.

169 SRIFIANI ET AL. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia