2012-2-01254-sp bab2001.pdf

Upload: yusran-arcopra

Post on 06-Jul-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    1/24

    7

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 

    Material Pembentuk Beton 

    Beton adalah salah satu bahan bangunan yang telah umum digunakan untuk

    bangunan gedung, jembatan, jalan dan lain-lain. Umumnya beton tersusun dari tiga

    bahan penyusun utama yaitu semen, agregat dan air. Jika diperlukan, bahan tambah

    (admixture) dapat ditambahkan untuk mengubah sifat-sifat tertentu dari beton yang

    bersangkutan (Mulyono, 2005).

    Gambar 2.1 Beton

    Mutu beton umumnya ditentukan berdasarkan kuat tekannya. Dalam

    mendapatkan mutu beton yang direncanakan, maka diperlukan mix design  untuk

    menentukan jumlah masing-masing material yang dibutuhkan. Untuk mendapatkan

    mutu beton yang direncanakan, maka pemilihan materialnya tidaklah dilakukan

    dengan sembarangan tetapi harus melalui beberapa kriteria yang telah disyaratkan.

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    2/24

    8

    2.1.1  Agregat

    Agregat merupakan salah satu komponen yang dapat membuat beton menjadi

    kompak. Kekuatan dan elastisitas agregat tergantung dari jenis batuan yang dipakai.

    Susunan agregat dapat diperiksa menggunakan analisa saringan (sieve analysis).

    Dengan analisa saringan akan didapatkan kurva susunan butir dari agregat tersebut.

    Gradasi pada agregat yang didapatkan dari hasil analisa saringan sangat besar

    perannya dalam membuat beton bermutu.

    Dalam teknologi beton, agregat dalam campuran beton dibagi dalam 2 bagian

    susunan antara lain:

    a) 

    Agregat Kasar 

    Agregat kasar yaitu agregat yang butirannya memiliki ukuran

    lebih besar dari 4,75 mm. Agregat kasar selalu identik dengan sebutan

    kerikil ataupun batu pecah. Ukuran maksimal agregat kasar

    dikelompokan menjadi 3 golongan yang dapat diketahui melalui uji

    gradasi yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

    Tabel 2.1 Batas Gradasi Agregat Kasar

    Ukuran Saringan

    (mm)

    Persentase Lolos (%)

    Gradasi Agregat

    40 mm 20 mm 10 mm

    76 100 - -

    38 95 – 100 100 -

    19 35 – 70 95 – 100 100

    9,6 10 – 40 30 – 60 50 – 85

    4,8 0 – 5 0 – 10 0 – 10Sumber: SNI 03-2834-2000

    Dalam campuran beton, agregat kasar mempunyai syarat-syarat

    tertentu agar dapat digunakan sesuai dengan PBI-1971 adalah sebagai

    berikut:

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    3/24

    9

    •  Agregat kasar berupa kerikil yang berasal dari batu-batuan alami, atau

    berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecah batu.

    •  Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak

    berpori. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak

    pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik

    matahari dan hujan.

    •  Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%

    (ditentukan terhadap berat kering).

    •  Tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti

    zat-zat yang reaktif alkali.

    b)  Agregat Halus 

    Agregat halus yaitu agregat yang butirannya lolos ayakan 4,75

    mm. Agregat halus sering juga disebut dengan istilah pasir. Agregat

    halus berfungsi sebagai bahan pengisi pada rongga campuran beton.

    Ukuran agregat halus dibagi menjadi 4 zona yang dapat diketahui dari uji

    gradasi.

    Tabel 2.2 Batas Gradasi Agregat Halus

    Persentase Lolos

    Lubang Ayakan (mm) Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV

    10 100 100 100 100

    4,8 90 – 100 90 – 100 90 – 100 95 – 100

    2,4 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100

    1,2 30 – 70 55 – 90 75 – 100 90 – 100

    0,6 15 – 34 35 – 59 60 – 79 80 – 100

    0,3 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50

    0,15 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0 – 15Sumber: SNI 03-2834-2000

    Seperti halnya agregat kasar, agregat halus juga memiliki syarat-

    syarat tertentu agar dapat digunakan dalam campuran beton sesuai

    dengan PBI-1971 adalah sebagai berikut:

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    4/24

    10

    •  Agregat halus dapat berupa pasir alam yang diambil dari sungai atau

    berupa pasir buatan yang dihasilkan dari alat pecah batu.

    •  Butirannya harus yang tajam dan keras, tidak pecah atau hancur oleh

    pengaruh cuaca.

    •  Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap

    berat kering).

    •  Tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak. Untuk

    ini bisa dilakukan percobaan warna dari  Abrams-Harder   dengan

    larutan NaOH.

    2.1.2 

    Semen Portland  

    Semen merupakan bahan pengikat yang penting pada beton. Jika

    ditambahkan dengan air, semen akan menjadi pasta semen. Jika ditambahkan dengan

    agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika digabungkan dengan

    agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan

    menjadi beton keras (concrete). Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus

    disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan.

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    5/24

    11

    Gambar 2.2 Semen Portland  

    Menurut peraturan beton 1989 (SKBI. 1.4.53.1989) dalam ulasannya di

    halaman 1, membagi semen  portland   menjadi 5 jenis (SK.SNI T-15-1990-03:2)

    antara lain sebagai berikut:

    a)  Semen  portland   jenis I adalah semen portland yang dalam

    penggunaannya tidak memerlukan persyaratan khusus seperti jenis-jenis

    lainnya. Biasanya digunakan dalam konstruksi beton secara umum.

    b)  Semen  portland   jenis II adalah semen portland yang dalam

    penggunaanya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi

    sedang. Digunakan dalam struktur bangunan air/drainase dengan kadar

    konsentrasi sulfat tinggi di dalam air tanah.

    c) 

    Semen  portland   jenis III adalah semen portland untuk konstruksi yang

    menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi. Biasanya digunakan

    pada struktur-struktur bangunan yang bekistingnya harus cepat dibuka

    dan akan segera dipakai kembali.

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    6/24

    12

    d) 

    Semen  portland   jenis IV adalah semen portland yang dalam

    penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang rendah. Biasanya

    digunakan pada konstruksi dam/bendungan, dengan tujuan panas yang

    terjadi sewaktu hidrasi merupakan faktor penentu bagi keutuhan beton.

    e)  Semen  portland   jenis V adalah semen portland yang dalam

    penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat.

    Digunakan untuk beton yang lingkungannya mengandung sulfat,

    terutama pada tanah/air tanah dengan kadar sulfat tinggi.

    2.1.3 

    Air

    Air merupakan bahan yang diperlukan untuk proses reaksi kimia dengan

    semen untuk pembentukan pasta semen. Reaksi kimia tersebut menyebabkan

    terjadinya proses hidrasi pada air. Fungsi air juga digunakan untuk pelumas antara

    butiran agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan.

    Jumlah air dalam pembuatan beton juga harus dilakukan perhitungan terlebih

    dahulu. Jumlah air yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan kekuatan beton.

    Sedangkan jumlah air yang terlalu sedikit juga dapat menyebabkan proses hidrasi

    yang tidak merata pada beton.

    Dalam pembuatan campuran beton, air yang dipergunakan harus memenuhi

    syarat sebagai berikut:

    a)  Air yang digunakan dalam campuran beton harus bersih, tidak

    mengandung lumpur, minyak atau benda terapung lainnya yang dapat

    dilihat secara visual.

    b)  Air tidak mengandung garam yang dapat larut dan dapat merusak beton

    lebih dari 15 gram/liter seperti asam atau zat organik.

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    7/24

    13

    c) 

    Air tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.

    d) 

    Air tidak mengandung senyawa asam seperti sulfat 1 gram/liter.

    2.2 

    Bahan Tambah

    Bahan tambah atau yang biasa disebut dengan admixture adalah bahan-bahan

    yang ditambahkan ke dalam campuran beton pada saat atau selama pencampuran

    beton berlangsung. Fungsi bahan ini adalah mengubah sifat-sifat beton agar menjadi

    lebih cocok untuk pekerjaan tertentu atau untuk menghemat biaya.

    Menurut ASTM C.125-1995:61 ”Standard Definition of Terminology

     Relating to Concrete and Concrete Agregates” dan dalam ACI SP-19 ”Cement and

    Concrete Terminology”, admixture didefinisikan sebagai material selain air, agregat

    dan semen yang dicampur dengan beton yang ditambahkan sebelum atau selama

    pengadukan berlangsung. Di Indonesia, bahan tambah telah banyak digunakan.

    Bahan tambah yang digunakan harus memenuhi ketentuan yang diberikan SNI.

    Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan

    menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan

    bahan tambah yang bersifat mineral (additive).

    2.2.1 

    Bahan Tambah Kimia ( Admixture)

    Menurut ASTM C.494 dan Pedoman Beton 1989 SKBI.1.4.53.1989, jenis

    bahan tambah kimia dibedakan menjadi tujuh tipe bahan tambah. Pada dasarnya

    suatu bahan tambah harus mampu memperlihatkan komposisi dan unjuk kerja yang

    sama sepanjang waktu pengerjaan selama bahan tersebut digunakan dalam campuran

    beton sesuai dengan pemilihan proporsi betonnya (PB,1989 :12).

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    8/24

    14

    a) 

    Tipe A: Water-Reducing Admixtures 

    Water-Reducing Admixture  adalah bahan tambah yang

    mengurangi air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton

    dengan konsistensi tertentu. Water-Reducing Admixture digunakan antara

    lain dengan tidak mengurangi kadar semen dan nilai slump untuk

    memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau ratio faktor air

    semen (FAS) yang rendah. Atau dengan tidak merubah kadar semen yang

    digunakan dengan factor air semen yang tetap maka nilai slump yang

    dihasilkan dapat lebih tinggi. Hal ini dimaksudkan dengan mengubah

    kadar semen tetapi tidak merubah FAS dan slump.

    Pada kasus pertama dengan mengurangi fas secara tidak langsung

    akan meningkatkan kekuatan tekannya, karena dalam banyak kasus FAS

    yang rendah meningkatkan kuat tekan beton. Pada kasus kedua, tingginya

    nilai slump yang didapat akan memudahkan penuangan adukan (placing)

    atau waktu penuangan adukan dapat diperlambat. Pada kasus ketiga

    dimaksudkan untuk mengurangi biaya karena penggunaan semen yang

    kecil (Marther, Bryant,1994)

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan tambah

    ini adalah air yang dibutuhkan, kandungan air, konsistensi, bleeding dan

    kehilangan air pada saat beton segar, laju pengerasan, kuat tekan dan

    lentur, perubahan volume, susut pada saat pengeringan. Berdasarkan hal

    tersebut penting untuk melakukan pengujian sebelum pelaksanaan

    pencampuran terhadap bahan tambah tersebut.

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    9/24

    15

    b) 

    Tipe B: Retarding Admixture 

     Retarding Admixture adalah bahan tambah yang berfungsi untuk

    menghambat waktu pengikatan beton. Penggunaannya untuk menunda

    waktu pengikatan beton, misalnya karena kondisi cuaca yang panas, atau

    untuk memperpanjang waktu untuk pemadatan, untuk menghindari cold

     joints dan menghindari dampak penurunan saat beton segar saat

    pelaksanaan pengecoran.

    c)  Tipe C: Accelerating Admixture 

     Accelerating admixture  adalah bahan tambah yang berfungsi

    untuk mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton.

    Bahan ini digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan

    (hidrasi) dan mempercepat pencapaian kekuatan awal beton.

     Accelerating admixture  yang paling terkenal adalah kalsium klorida.

    Dosis maksimum adalah 2 % dari berat semen yang digunakan. Secara

    umum, kelompok bahan tambah ini dibagi tiga kelompok yaitu larutan

    garam organik, larutan campuran organic dan material miscellaneous.

    d)  Tipe D: Water Reducing and Retarding Admixtures 

    Water reducing and retarding admixtures  adalah bahan tambah

    yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang

    diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan

    menghambat pengikatan awal.

    Water reducing and retarding admixtures yaitu pengurang air dan

    pengontrol pengeringan. Bahan ini digunakan untuk menambah kekuatan

    beton. Bahan ini juga akan mengurangi kandungan semen yang

    sebanding dengan pengurangan kandungan air. Bahan ini hampir

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    10/24

    16

    semuanya berwujud cair. Air yang terkandung dalam bahan akan menjadi

    bagian air campuran beton. Dalam perencanaan air ini harus ditambahkan

    sebagai berat air total dalam campura beton. Perlu diingat, perbandingan

    antara mortar dengan agregat kasar tidak boleh berubah. Perubahan

    kandungan air, atau udara atau semen, harus diatasi dengan perubahan

    kandungan agregat halus sehingga volume tidak berubah.

    e)  Tipe E: Water Reducing and Accelerating Admixtures

    Water reducing and accelerating admixtures  adalah bahan

    tambah yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur

    yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu

    dan mempercepat pengikatan awal. 

    f)  Tipe F: Water Reducing, High Range Admixtures

    Water reducing, high range admixtures adalah bahan tambah

    yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan

    untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12%

    atau lebih.

    g)  Tipe G: Water Reducing, High Range Retarding Admixtures

    Water reducing, high range retarding admixtures adalah bahan

    tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang

    diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu,

    sebanyak 12% atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan beton.

    Jenis bahan tambah ini merupakan gabungan superplasticizer  

    dengan menunda waktu pengikatan beton. Biasanya digunakan untuk

    kondisi pekerjaan yang sempit karena sedikitnya sumber daya yang

    mengelola beton disebabkan keterbatasan ruang kerja.

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    11/24

    17

    2.2.2  Bahan Tambah Mineral ( Additive)

    Pada saat ini, bahan tambah mineral lebih banyak digunakan untuk

    memperbaiki kuat tekan beton. Beberapa bahan tambah mineral adalah pozzollan, fly

    ash, slag dan silica fume.

    2.3 

    Sifat-Sifat Beton

    2.3.1  Sifat-Sifat Beton Segar

    Beton segar yang baik ialah beton segar yang dapat diaduk, dapat diangkut,

    dapat dituang, dapat dipadatkan, tidak ada kecenderungan untuk terjadi pemisahan

    kerikil dari adukan maupun pemisahan air dan semen dari adukan (Tjokrodimulyo,

    1996). Beton segar memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

    a)  Mudah dikerjakan (workability)

    Beton memiliki sifat mudah dikerjakan (workability) yang

    merupakan ukuran dari tingkat kemudahan adukan untuk diangkut,

    dituang dan dipadatkan. Perbandingan bahan-bahan maupun sifat bahan-

    bahan itu secara bersama-sama mempengaruhi sifat kemudahan

    pengerjaan beton segar. Unsur-unsur yang mempengaruhi sifat mudah

    dikerjakan (workability) antara lain:

    •  Jumlah air yang dipakai dalam campuran beton. Semakin banyak air

    yang digunakan, semakin mudah beton segar untuk dikerjakan.

    •  Penambahan semen di dalam campuran juga mempermudah

    pengerjaan adukan beton. Bertambahnya kadar semen secara otomatis

    diikuti dengan bertambahnya air campuran untuk memperoleh nilai

    FAS (faktor air semen) yang tetap.

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    12/24

    18

    •  Gradasi campuran pasir dan kerikil jika mengikuti gradasi campuran

    mengikuti peraturan, maka adukan beton akan mudah dikerjakan.

    •  Penggunaan butir-butir agregat yang berbentuk bulat akan

    mempermudah cara pengerjaan beton.

    b)  Pemisah kerikil (segregation)

    Pemisahan kerikil adalah butir-butir kerikil yang memisahkan diri

    dari campuran beton. Campuran beton yang kelebihan air dapat

    menyebabkan segregasi dimana terdapat pengendapan partikel yang berat

    ke dasar beton segar dan partikel yang lebih ringan akan menuju ke

    permukaan beton segar. Hal tersebut akan mengakibatkan beberapa

    keadaan pada beton yaitu terdapat lubang-lubang udara sehingga beton

    menjadi tidak homogen.

    Terdapat 2 bentuk segregasi beton segar menurut Neville yaitu

    partikel yang lebih kasar cenderung memisahkan diri dari partikel yang

    lebih halus dan terpisahnya air semen dari adukan (Neville, 1981).

    Segregasi dapat disebabkan oleh penggunaan air pencampur yang terlalu

    banyak, gradasi agregat yang jelek, kurangnya jumlah semen ataupun

    cara pengelolaan yang tidak memenuhi syarat (Murdock, Brook, &

    Dewar, 1991)

    c)  Pemisah Air (bleeding)

    Kecenderungan air pada campuran beton untuk naik ke atas

    (memisahkan diri) pada beton segar yang baru saja dipadatkan disebut

    bleeding. Hal ini disebabkan ketidakmampuan material lain dalam

    campuran untuk menahan seluruh air campuran ketika material tersebut

    bergerak ke bawah. Air tersebut naik ke atas dengan membawa butir

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    13/24

    19

    semen dan agregat halus (pasir) yang akhirnya setelah beton mengeras

    akan sebagai lapisan selaput.  Bleeding  biasanya terjadi pada campuran

    beton basah (kelebihan air) atau campuran adukan beton dengan nilai

    slump yang tinggi.

    Neville mengemukakan penyebab bleeding  adalah

    ketidakmampuan bahan padat campuran untuk menangkap air pencampur

    (Neville, 1981). Besarnya nilai bleeding  dapat dihitung dengan cara

    menghitung banyaknya air yang keluar dari sampel beton segar sesaat

    setelah dicetak. Sehingga banyaknya bleeding  adalah volume air (ml)

    yang keluar dari suatu luasan permukaan beton (A) atau secara matematis

    dapat ditulis dengan:

    Dimana,

    V = Volume air yang keluar (ml)

    A = Luasan permukaan beton (cm2)

    2.3.2 

    Sifat-Sifat Beton Keras

    Beton keras yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama, kedap air, tahan

    aus dan kembang susutnya kecil (Tjokrodimulyo, 1996). Beton keras memiliki sifat-

    sifat yang dapat diklasifikasikan menjadi sifat jangka pendek seperti kuat tekan,

    tarik, geser dan modulus elastisitas serta sifat jangka panjang seperti rangkak dan

    susut. Berikut penjelasan mengenai sifat-sifat beton keras antara lain:

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    14/24

    20

    a) 

    Kuat tekan

    Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian

    standar menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan

    pada benda uji beton sampai hancur.

    b)  Kuat tarik

    Kuat tarik beton diukur dengan memakai modulus keruntuhan.

    Kuat tarik beton yang tepat, sulit sekali untuk diukur.

    c)  Kuat geser

    Nilai kuat geser pada beton lebih sulit untuk diukur karena

    sulitnya mengisolasi geser dari tegangan-tegangan lainnya. Ini

    merupakan salah satu penyebab banyaknya variasi kekuatan geser yang

    dituliskan dalam berbagai literatur, mulai dari 20% sampai dengan 85%

    dari kekuatan tekan yang dilakukan pada pembebanan normal.

    d)  Modulus elastisitas

    Modulus elastisitas merupakan kemiringan dari bagian awal

    grafik yang lurus dari diagram regangan tegangan. Modulus elastisitas

    berbanding lurus dengan kekuatan beton, semakin besar modulus

    elastisitas, semakin besar pula kekuatan beton. Besarnya modulus

    elastisitas dapat dihitung dengan tepat berdasarkan persamaan empiris.

    e)  Rangkak (creep)

    Rangkak adalah sifat beton keras yang dimana beton mengalami

    perubahan bentuk (deformasi) permanen akibat beban tetap yang bekerja

    pada beton tersebut. Besarnya deformasi sebanding dengan besarnya

    beban dan waktu pembebanan.

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    15/24

    21

    f) 

    Susut

    Susut adalah perubahan volume beton yang tidak berhubungan

    dengan beban. Pada dasarnya ada 2 jenis susut yaitu susut plastis dan

    susut pengeringan. Susut plastis terjadi beberapa waktu setelah beton

    segar dicor ke dalam cetakan, sedangkan susut pengeringan terjadi

    setelah beton mencapat bentuk akhirnya dan proses hidrasi pasta semen

    telah selesai. Besarnya susut akan semakin berkurang sesuai dengan

    umur beton. Semakin beton berumur, semakin sedikit beton mengalami

    susut.

    2.4  Self Compacting Concrete 

    Beton memadat mandiri (self compacting concrete) adalah beton yang

    mampu mengalir sendiri yang dapat dicetak pada bekisting dengan tingkat

    penggunaan alat pemadat yang sangat sedikit atau bahkan tidak dipadatkan sama

    sekali. Sekali dituang ke dalam cetakan, beton ini akan mengalir sendiri mengisi

    semua ruang mengikuti prinsip grafitasi,termasuk pada pengecoran beton dengan

    tulangan pembesian yang Sangat rapat.Beton ini aka mengalir ke semua celah di

    tempat pengecoran dengan memanfaatkan berat sendiri campuran beton. (Ladwing,

    II – M., Woise, F., Hemrich, W. & Ehrlich, N, 2001)

    Self compacting concrete  pertama kali dikembangkan di jepang pada tahun

    1990 sebagai upaya untuk mengatasi persoalan pengecoran pada gedung yang

    memiliki bentuk geometri cukup rumit. H. Okamura dan M. Ouchi membandingkan

    beton konvensional dengan self compacting concrete  dari proporsi pencampuran

    dengan hasil sebagai berikut:

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    16/24

    22

    Keterangan: U = Rongga Udara Ah = Agregat Halus

    A = Air Ak = Agregat Kasar

    S = Semen

    Gambar 2.3 Perbandingan Beton Normal dengan Self Compacting Concrete

    Berdasarkan gambar tersebut, volume komposisi material pada campuran self

    compacting concrete  dan konvensional berbeda. Komposisi semen portland pada

    campuran self compactinc concrete  lebih banyak dibandingkan dengan komposisi

    campuran beton konvensional. Sedangkan komposisi agregat kasar pada self

    compactinc concrete lebih sedikit dibandingkan komposisi agregat kasar pada beton

    konvensional.

    Pada saat ini self compactinc concrete  telah banyak digunakan dalam dunia

    kontruksi. Dimana banyak keuntungan yang dapat diperoleh yaitu diantaranya dapat

    menekan biaya, mutu dan waktu pengerjaan kontruksi yang cukup lama. Dengan

    tidak lagi dibutuhkannya pemadatan, maka dapat mengurangi tenaga kerja dan

    peralatan yang dibutuhkan, keuntungan lainnya seperti keamanan tenaga kerja dan

    penghematan waktu dapat ditingkatkan (Rusyandi, Mukodas, & Gunawan, 2012).

    Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan self

    compacting concrete antara lain:

    a)  Mengurangi lamanya konstruksi dan besarnya upah pekerja.

    b)  Pemadatan dan pengetaran beton yang dimaksudkan untuk memperoleh

    tingkat kepadatan optimum dapat dieliminir.

    c)  Mengurangi kebisingan yang dapat mengganggu lingkungan di

    sekitarnya.

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    17/24

    23

    d) 

    Meningkatkan kepadatan elemen struktur beton pada bagian yang sulit

    dijangkau dengan alat pemadat seperti vibrator.

    e)  Meningkatkan kualitas struktur beton secara keseluruhan.

    Dalam membuat komposisi self compacting concrete  diperlukan

    superplasticizer  (high range water reducer ) agar mendapatkan nilai workability dan

     flowability  yang tinggi. Pembuatan self compacting concrete  mensyaratkan

    kemampuan mengalir yang cukup baik pada beton segar tanpa terjadi segregasi,

    sehingga viskositas beton juga harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya

    segregasi. Hubungan antara penggunaan superplasticizer  dan sifat beton segar pada

    proses produksi self compacting concrete dapat ditunjukan pada gambar dibawah ini:

    Gambar 2.4 Prinsip Dasar Proses Produksi Self Compacting Concrete 

    2.5  Beton Fiber 

    Beton  fiber   merupakan beton yang ditambahkan serat ( fiber ) kedalam

    campurannya. Tujuan penambahan serat tersebut adalah untuk meningkatkan mutu

    beton yang semakin hari semakin tinggi kebutuhannya. Beton  fiber ini sangat

    bermanfaat untuk memperbaiki atau menaikkan sifat mekanik beton. Sifat mekanik

    beton yang dimaksud adalah kuat tekan, kuat tarik dan kuat lentur. Ada beberapa

     jenis atau kelompok beton fiber yang sudah dikenal saat ini, antara lain metalic

     fibers, mineral fibers, polimeric fibers dan naturally occuring fibers.

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    18/24

    24

    2.6  Teori Kuat Tekan

    Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan

    beton hancur. Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin

    tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton

    yang dihasilkan.

    Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin

    tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton

    yang dihasilkan. Kekuatan tekan beton dinotasikan sebagai berikut:

     f' c  = Kekuatan tekan beton yang disyaratkan (MPa).

     f ck   = Kekuatan tekan beton yang didapatkan dari hasil uji (MPa).

     f c = Kekuatan tarik dari hasil uji belah silinder beton (MPa).

     f' cr   = Kekuatan tekan beton rata-rata yang dibutuhkan, sebagai dasar

    pemilihan perancangan campuran beton (MPa).

    S = Deviasi standar (s) (MPa). 

    Beton harus dirancang sesuai dengan proporsi campurannya agar

    menghasilkan kuat tekan yang telah direncanakan. Berdasarkan PBBI-1989,

    besarnya kuat tekan beton dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

    Dimana,

     f' c  = Kuat tekan beton (MPa)

    P = Beban tekan maksimum (N)

    A = Luas permukaan benda uji (mm2)

    Terdapat banyak parameter yang mempengaruhi nilai kuat tekan beton.

    Berikut adalah beberapa hal yang mempengaruhi nilai kuat tekan pada beton antara

    lain:

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    19/24

    25

    a) 

    Faktor air semen (FAS)

    Faktor air semen harus dihitung sehingga campuran air dan semen

    menjadi pasta yang baik, artinya tidak kelebihan air dan tidak kelebihan

    semen. Apabila nilai faktor air semen tinggi maka berat air tinggi,

    sehingga kelebihan air akibatnya air akan merembes keluar membawa

    sebagaian pasta semen. Pasta semen yang tidak cukup mengikat agregat

    dan mengisi rongga yang menyebabkan beton tidak kuat.

    Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai FAS, semakin

    rendah mutu kekuatan beton. Namun demikian, nilai FAS yang semakin

    rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Ada

    batas-batas dalam hal ini.

    b)  Segregasi (pemisahan)

    Beton dikatakan mengalami segregasi (pemisahan) apabila

    agregat kasar terpisah dari campuran selama pengangkutan, pengecoran

    dan pemadatan sehingga sukar dipadatkan, berongga-rongga tidak

    homogen, beton yang berongga-rongga kurang kuat atau mudah pecah.

    c)   Bleeding

     Bleeding  adalah pemisahan air dan campuran beton yang

    merembes kepermukaan beton waktu diangkut, dipadatkan atau setelah

    dipadatkan.  Bleeding pada umumnya terjadi karena pemakaian air yang

    berlebihan, kurangnya semen pada campuran beton atau agregat kasar

    turun karena beratnya sendiri dan air naik kepermukaan dengan

    sendirinya akibat capillary pressure (gaya yang menggambarkan

    pergerakan fluida melalui pori).

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    20/24

    26

    2.7  Beton Mutu Tinggi

    Sesuai dengan perkembangan teknologi beton, kriteria beton mutu tinggi juga

    selalu berubah sesuai dengan kemajuan tingkat mutu yang berhasil dicapai. Pada

    tahun 1950an, beton dengan kuat tekan 30 MPa sudah dikategorikan sebagai beton

    mutu tinggi. Pada tahun 1960an hingga awal 1970an, kriterianya naik menjadi 40

    MPa. Saat ini, disebut mutu tinggi untuk kuat tekan diatas 50 MPa, dan 80 MPa

    sebagai beton mutu sangat tinggi, sedangkan 120 MPa bisa dikategorikan sebagai

    beton bermutu ultra tinggi (Supartono, 1998).

    Terdapat banyak parameter yang mempengauhi kekuatan tekan beton,

    diantaranya adalah kualitas bahan-bahan penyusunnya, rasio air-semen yang rendah

    dan kepadatan yang tinggi pula. Beton yang dihasilkan dengan memperhatikan

    parameter-parameter tersebut biasanya sangat kaku, sehingga sulit dibentuk atau

    dikerjakan. Dengan semakin banyaknya pabrikan yang menghasilkan bahan

    admixture sebagai bahan pengencer dari beton yang berefek mencairkan beton tanpa

    menambah campuran air dalam beton, maka hal ini tidak menjadi masalah (M.S.

    Besari, 2003).

    2.8 

    Metode Tes Self Compacting Concrete 

    Metode tes yang telah dikembangkan untuk menentukan karakteristik self

    compacting concrete adalah sebagai berikut:

    2.8.1  Slump Flow Test 

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    21/24

    27

    Pengujian dengan alat slump cone bertujuan untuk menguji  flowability

    (kemampuan alir) dari self compacting concrete. Adapun alat slump cone  dapat

    dilihat pada gambar berikut ini:

    Gambar 2.5 Alat Uji Slump Flow Test  

    Cara kerja alat slump cone untuk campuran self compactinc concrete adalah

    dengan cara berikut:

    a)  Slump cone diletakkan dengan posisi diameter yang kecil diletakkan di

    bawah. Di bagian dasar alat ini diletakkan papan yang datar.

    b) 

    Campuran beton dimasukkan dalam slump cone  sampai penuh.

    Campuran beton tersebut tidak boleh dirojok.

    c)  Slump cone diangkat secara perlahan

    d)  Waktu yang diperlukan aliran beton untuk mencapai diameter 50 cm

    dicatat (SF50).

    e)  Diameter maksimum yang dicapai aliran beton dicatat (SFmax).

    Kebutuhan nilai slump flow test  untuk ketika mencapai lingkaran berdiameter

    500 mm (SF50) adalah 2 – 5 detik. Sedangkan kebutuhan nilai maksimum slump flow

    test  (SFmax) terbagi atas 2 kriteria yaitu untuk konstruksi vertikal disarankan memiliki

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    22/24

    28

    nilai 65 – 80 cm dan untuk konstruksi horisontal disarankan memiliki nilai 60 – 75

    cm.

    2.8.2   L-Shaped Box 

     L-shaped box  atau disebut juga dengan swedish box  adalah alat berbentuk

    huruf L yang terbuat dari besi. Alat ini berfungsi untuk menguji  passing ability dari

    self compacting concrete. Pada alat ini, antara arah horizontal dan vertical dibatasi

    dengan sekat penutup yang terbuat dari besi yang dapat dibuka dengan cara ditarik ke

    atas. Di depan sekat penutup tersebut terdapat halangan berupa tulangan baja yang

    berfungsi untuk menguji kemampuan campuran beton dalam melewati tulangan yang

    sesuai dengan keadaan di lapangan.

    Selanjutnya dengan l-shape-box test   akan didapat nilai blocking ratio  yaitu

    nilai yang didapat dari perbandingan antara H2/H1. Semakin besar nilai blocking

    ratio, semakin baik beton segar mengalir. Untuk tes ini kriteria yang umum dipakai

    baik untuk tipe konstruksi vertikal maupun untuk konstruksi horisontal disarankan

    mencapai nilai blocking ratio antara 0,8 sampai 1,0.

    Berikut adalah cara kerja dari alat l-shaped box  untuk menentukan nilai

    blocking ratio pada self compactinc concrete:

    a)  Sekat penutup ditutup.

    b) 

    Campuran beton segar diisikan pada arah vertikal sampai jenuh.

    c)  Sekat penutup ditarik ke atas sampai terbuka sehingga campuran beton

    segar mengalir kearah horizontal.

    d)  Perbedaan tinggi aliran beton arah horizontal dicek.

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    23/24

    29

    Syarat-syarat  passing ability  yang harus dipenuhi oleh self compactinc

    concrete  adalah nilai  passing ability  (PA) 0,8 – 1,0, dimana nilai PA didapatkan

    dengan perhitungan sebagai berikut:

    Gambar 2.6 Alat Uji L-Shaped Box Test  

    2.8.3  V-Funnel Test 

    Metode pengujian ini berguna untuk mengetahui ketahanan segregasi

    (kemampuan beton menjaga komposisinya) self compacting concrete. Alat yang

    digunakan adalah v-funnel seperti terlihat pada gambar 2.4 (Okamura, H., & Ouchi,

    M., 2003). Berikut adalah cara kerja alat uji tes v-funnel:

    a)  Penutup pintu pada bagian bawah ditutup.

    b)  Campuran beton segar diisikan pada v-funnel sampai jenuh.

    c)  Penutup bagian bawah dibuka sehingga campuran beton segar mengalir.

    d)  Catat lama waktu beton mengalir hingga v-funnel kosong.

  • 8/17/2019 2012-2-01254-SP Bab2001.pdf

    24/24

    30

    Gambar 2.7 Alat Uji V-Funnel Test  

    V-funnel test   memiliki syarat dengan waktu yang diperlukan beton untuk

    segera mengalir melalui mulut di ujung bawah alat ukur v-funnel antara 6 – 12 detik.

    2.9  Pengujian Kuat Tekan Beton

    Pengujian kuat tekan beton bertujuan untuk menentukan kekuatan tekan

    beton. Kekuatan tekan beton adalah beban persatuan luas yang menyebabkan beton

    hancur. Dari hasil pengujian, kuat tekan beton dapat dihitung dengan persamaan

    berikut:

    Dimana,

     fc' = Kuat tekan beton (MPa)

    P = Kuat tekan pada bacaan alat (kN)

    A = Luas penampang beton (mm2)