library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2doc/2012-1-00493-mn bab2001.doc · web...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Jasa
2.1.1 Pengertian Jasa
Menurut Kotler (2003) “A service can be defined as any activity or benefit
that one party can offer another that is essential intangible and that does not result
in the ownership anything. It’s production may or may not tied to physical product”.
Jasa adalah sesuatu yang tidak berwujud yang tindakan atau unjuk kerja yang
ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain dan tidak menyebabkan perpindahan
kepemilikan apapun. Dalam produksi nya, jasa bisa terikat pada suatu produk fisik,
tetapi bisa juga tidak.
Menurut Lovelock dalam Arief (2007, hal.11) lebih jelas mendeskripsikan
jasa sebagai proses daripada produk, dimana suatu proses melibatkan input dan
mentransformasikannya sebagai output. Dua kategori yang diproses oleh jasa adalah
orang dan objek.
Berdasarkan definisi di atas, jasa dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak
berwujud, yang melibatkan tindakan atau unjuk kerja melalui proses dan kinerja
yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain. Dalam produksinya, jasa bisa
terikat pada suatu produk fisik, tetapi bisa juga tidak.
Menurut Rambat dalam Arief (2007, hal.12), kata jasa sendiri mempunyai
banyak arti dari pelayanan personal (personal service) sampai jasa sebagai suatu
produk. Sejauh ini sudah banyak pakar pemasaran jasa yang telah berusaha
mendifinisikan pengertian jasa. Berikut adalah diantaranya :
4
5
“A service is an activity or a service of activities which take place in
interactions with a contact person or physical machine and which provides consumer
satistaction” Lethinen dalam Arief (2007, hal.12).
“A service is an activity or series of activities of more or less intangible
nature that normally, but not necessarily, take place in interaction between the
customer and service employees and/or physical resource or good and/or sistem of
the service provider, which are provide as solution to customer problems” Gronroos
dalam Arief (2007, hal.12).
Menurut William J.Staton dalam Arief (2007, hal.13) memberikan
pengertian jasa sebagai berikut :
“Service are to those separately identifiable, essentially intangible activies
that provide want - satisfaction, and that are not necessarily tied to sale of a product
or another service. To produce a service may or may not required the use of tangible
goods. However, when such is required, there is not transfer of the title (permanent
ownership) to these tangible goods.
Kotler (2000) dalam Arief (2007, hal.40) menjelaskan lima pokok klasifikasi
bauran jasa sebagai berikut :
1. Pure tangible goods
Produk yang ditawarkan adalah barang berwujud murni/nyata, tidak ada bentuk
jasa-jasa yang menyertai produk jenis ini. Contohnya : obat nyamuk, shampoo,
dan sabun.
2. Tangible goods with accompanying maintance
Barang berwujud merupakan produk utama yang ditawarkan, sedangkan
pemeliharaan jasa menyertai produk utama tersebut. Pada umumnya, barang
6
elektronik kendaraan, dan mesin-mesin di ikuti oleh pemeliharaan/perawatan dari
barang-barang tersebut
3. Hybrid
Produk barang maupun jasa sama – sama dapat dirasakan, misalnya selain
mengharapkan makanan yang khas, pengunjung kafe juga ingin mendapatkan
pelayanan yang memuaskan.
4. Major Service with accompanying minor goods services
Produk utama adalah jasa dengan melibatkan sedikit produk lain berupa jasa,
misalnya penumpang kereta api membeli jasa transportasi darat dengan fasilitas
makan dan minum yang diberikan secara cuma - cuma.
5. Pure Service
Tidak ada produk lain yang berbentuk produk menyertai jasa murni, escort
( pengawalan/ teman), psikiater, dan jasa konsultasi.
2.1.2 Karakteristik Jasa
Kotler (2003) menyebutkan bahwa pada umumnya terdapat empat
karakteristik jasa yang dapat di definisikan sebagai berikut :
1. Intangibility, karena jasa tidak berwujud. Biasanya jasa dapat dirasakan secara
subjektif dan ketika jasa di deskripsikan oleh pelanggan, ekspresi seperti
pengalaman, kepercayaan, perasaaan, dan keamanan adalah tolak ukur yang
dipakai. Inti dari suatu jasa adalah ketidakberwujudan dari fenomena itu sendiri.
Oleh karena itu tinggi nya derajat ketidak berwujudannya maka jasa sangat sulit
di evaluasi oleh pelanggan.
2. Inseparability, karena jasa bukan benda tetapi merupakan suatu seri aktifitas atau
proses dimana produksi dan konsumsi dilakukan secara simultan
7
(simultaneously). Dengan demikian, pada suatu tingkatan sangat sulit untuk
mengontrol kualitas dan melakukan pemasaran dengan cara tradisional.
3. Perishability, karakteristik yang menyatakan bahwa tidak memungkinkan untuk
menyimpan jasa seperti barang. Walaupun jasa tidak memungkinkan untuk
menyimpan jasa seperti barang. Walaupun jasa tidak dapat disimpan tetapi
pelanggan dapat diusahakan unutuk disimpan.
4. Variability, karena proses produksi dan penyampaian dilakukan oleh manusia.
Oleh karena manusia mempunyai sikap tidak konsisten sehingga penyampainya
suatu jasa belum tentu terhadap tiap-tiap pelanggan.
2.2 Kualitas
2.2.1 Pengertian Kualitas
Dalam perspektif TQM (Total Quality Management), kualitas dipandang
secara lebih luas, dimana tidak hanya aspek hasil saja yang ditekankan, melainkan
juga meliputi proses, lingkungan, dan manusia. Hal ini tampak jelas dalam definisi
yang dirumuskan oleh Arief (2007, hal.117), bahwa kualitas merupakan suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Menurut Richard F.Gerson (2004), mutu adalah apapun yang di anggap
pelanggan sebagai mutu. Sementara itu, Kotler (2003) mendefinisikan kualitas
adalah keseluruhan ciri serta sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh
pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
Melalui pengertian ini terlihat bahwa suatu barang atau jasa akan dinilai bermutu
apabila dapat memenuhi ekspetasi konsumen akan nilai produk tersebut. Artinya,
mutu merupakan salah satu faktor yang menentukan penilaian kepuasan konsumen.
8
2.2.2 Pengertian Produk
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan
perhatian, dibeli, dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan atau
kebutuhan konsumen.
Menurut Kotler (2003, hal .408) ada lima tingkatan produk, yaitu core
benefit, basic product, expected product, augmented product dan potential product.
Penjelasan tentang kelima tingkatan produk adalah :
1. Core benefit, yaitu manfaat dasar dari suatu produk yang ditawarkan kepada
konsumen.
2. Basic product, yaitu bentuk dasar dari suatu produk yang dapat dirasakan oleh
panca indra.
3. Expected product, yaitu serangkaian atribut-atribut produk dan kondisi-kondisi
yang diharapkan oleh pembeli pada saat membeli suatu produk.
4. Augmented product, yaitu sesuatu yang membedakan antara produk yang
ditawarkan oleh badan usaha dengan produk yang ditawarkan oleh pesaing.
5. Potential product, yaitu semua argumentasi dan perubahan bentuk yang dialami
oleh suatu produk dimasa datang.
2.2.2.1 Pengertian Kualitas Produk
Menurut Kotler dan Armstrong (2006, hal.299), product quality is the ability
of a product to perform its function, it includes the product’s several durability,
reliability, precision, ease of operation and repair, and other valued attributes.
Menurut Kotler & Keller (2006, hal.345) Produk dapat diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok menurut ketahanan dan kewujudannya :
9
1. Barang habis pakai adalah barang berwujud yang biasanya dikonsumsi
dalam suatu atau beberapa kali penggunaan.
2. Barang tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya tidak habis
setelah banyak digunakan
3. Jasa adalah aktifitas manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual
Dari pengertian diatas, kualitas produk adalah kemampuan produk untuk
menampilkan fungsinya, hal ini termaksud waktu kegunaan dari produk, keandalan,
kemudahan dalam penggunaan dan perbaikan, dan nilai – nilai yang lainya. Kualitas
produk dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu sudut pandang internal dan sudut
pandang eksternal.
Menurut penulis kualitas produk adalah kemampuan suatu produk dalam
menjalankan fungsinya, yang merupakan suatu pengertian gabungan dari daya tahan,
keandalan, ketepatan, kemudahan pemeliharaan serta atribut-atribut lainya.
Tingkat kualitas tidak selalu harus tinggi kualitasnya bisa saja rendah, sedang
atau tinggi, sesuai dengan posisi produk di pasar. Selain tingakatan kualitas, kualitas
yang tinggi juga dapat berarti konsistensi kualitas yang tinggi tersebut, kualitas
produk berarti kualitas kesesuaian bebas dari kecacatan dan konsistenan dalam
memberikan tingkatan kualitas yang akan di capai atau dijanjikan.
2.2.2.2 Dimensi Kualitas produk
Menurut Mullins, Walker, Larreche, dan Boyd (2005, hal. 422) di dalam
Kotler dan Amstrong (2006), apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan
kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus dapat mengerti aspek – aspek dimensi
yang digunakan oleh konsumen atau pelanggan untuk membedakan produk yang
10
dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Dimensi kualitas produk tersebut
terdiri dari:
1. Kinerja (performance), kinerja produk merupakan dimensi paling dasar
dari produk tersebut. Konsumen atau pelanggan akan kecewa jika kinerja
produk tersebut tidak dapat memenuhi harapan mereka.
2. Daya tahan (Durability), dimensi kualitas produk yang menunjukan
berapa lama atau umur produk tersebutbertahan sebelum produk
bersangkutan harus diganti. Dengan semakin besar pula daya tahan
produk.
3. Kesesuaian (Conformance), dimensi kualitas produk yang sejauh mana
karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi
tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk
tersebut.
4. Fitur (features), karakteristik produk yang dirancang untuk
menyempurnakan fungsi produk atau menambah fungsi dasar, berkaitan
dengan pilihan – pilihan produk dan pengembangannya. Sehingga
akanmenambah keterkaitan konsumen atau pelanggan terhadap produk
tersebut.
5. Reliabilitas (Reliability), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja
dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin
kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat
diandalkan. Dimensi kualitas produk ini penting karena berhubungan
dengan kepuasan konsumen.
6. Estetika (Asthetics), merupakan karakteristik yang bersifat subjektif
mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan penilaian pribadi dan
11
preferensi dari setiap individu atau konsumen. Dapat berupa penampilan
produk bisa dilihat dari tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk atau
daya tarik produk terhadap panca indera.
7. Kesan kualitas (Perceived quality), merupakan hasil dari penggunaan
pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat
kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi
atas produk yang bersangkutan. Jadi, persepsi konsumen terhadap produk
didapat dari harga, merek, periklanan, reputasi, dan Negara asal.
2.2.3 Kualitas layanan
2.2.3.1 Pengertian Layanan
Menurut Kotler (2002, hal.486), pelayanan merupakan setiap tindakan atau
kegiatan yang dapat ditawarkan dari suatu pihak kepada pihak lain, yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Sedangkan Tjiptono, hal.6) mendefinisikan pelayanan sebagai aktivitas,
manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pelayanan merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen sesuai dengan ekspektasi yang mereka harapkan tanpa
memberikan sesuatu yang berwujud.
2.2.3.2 Pengertian Kualitas Layanan
Kualitas layanan merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis jasa
maupun non jasa dan sangat berhubungan dengan kepuasan konsumen. Secara
umum, kualitas layanan diukur dalam jangka panjang, dimana kepuasan konsumen
dalam jangka pendek.
12
Dalam penelitian All Shaikh (2009), kualitas layanan sangatlah abstrak dan
sukar untuk dipahami karena tiga fitur yang unik: tidak dapat dipahami,
heteroginitas, dan tidak terpisahkan produksi dan konsumsi.
Definisi kualitas jasa adalah :
Am attitude formed by a long-term, overall evaluation of a firm’s
performance. Penilaian terhadap baik atau buruknya kualitas suatu jasa,
sangat berkaitan dengan rasa puas ataupun tidak puas dengan pengguna jasa
tersebut. Antara kualitas jasa dan kepuasan berbeda. Ketika kepuasan
membandingkan persepsi konsumen pada apa yang konsumen harapkan
secara normal, kualitas pelayanan membandingkan persepsi pada apa yang
konsumen harapkan dari persahaan yang mengatarkan pelayanan berkualitas
tinggi.
Menurut Deming kualitas adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan
keinginan kosumen. Crosby mempersepsikan kualitas sebagai tidak cacat,
kesempurnaan dan kesesuaian terhadap spesifikasi,jika dilihat dari sudut pandang
produsen. (Yamit, 2005, hal 7)
Goetsch Davis dalam Yamit (2005, hal.8) membuat kualitas yang lebih luas
cakupan nya, yaitu kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan. Pendekatan yang digunakan Goetsch Davis ini menegaskan bahwa kualitas
bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir, yaitu produk dan jasa, tetapi juga
menyangkut kualitas manusia, kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil
mengahasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan proses
yang berkualitas.
13
Kualitas pelayanan (service quality) didefinisikan sebagai evaluasi pelanggan
terhadap jasa yang diterima dengan apa yang diharapkan (Fisk,2004, hal.163).
Menurut Wyckof dalam Arief (2007, hal.118), kualitas jasa adalah tingkat
keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut
untuk memenuhi keinginan pelanggan.. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kualitas pelayanan merupakan keunggulan yang dirasakan oleh
konsumen dengan apa yang diterima oleh konsumen setelah melakukan pembelian
jasa. Dengan kata lain ada dua factor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu
expected service dan perceived service (Parasuraman dalam Arief (2007, hal.118)).
Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang
diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang
diterima melampaui harapan pelanggan maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai
kualitas yang ideal. Sebaliknya, jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang
diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian, baik tidaknya
kualitas jasa tergantung kepada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan
pelanggannya secara konsisten. Kualitas total suatu jasa terdiri atas tiga komponen
utama (Gronroos dalam Hutt Speh, 2004).
1. Technical Quality. Yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas
output (keluaran) jasa yang diterima pelanggan. Menurut Parasuraman,
technical quality dapat diperinci lagi sebagai berikut:
a. Search quality, yaitu kualitas yang dapat di evaluasi pelanggan
sebelum membeli, misalnya harga.
b. Experience quality, yaitu kualitas yang hanya bisa di evaluasi
pelanggan meskipun telah mengkonsumsi suatu jasa. Misalnya,
kualitas operasi jantung
14
2. Functional Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara
penyampaian suatu jasa.
3. Corporate Image, yaitu profil, reputasi, citra umum, daya tarik khusus
suatu perusahaan.
Menurut Wickof pada Tjiptono (2002, hal.59), kualitas pelayanan merupakan
tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan
tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen. Tingkat kualitas pelayanan yang baik
dapat diukur dari kemampuan dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan
ekspektasi konsumen.
Menurut Fandy Tjiptono (2007, hal.259), terdapat beberapa perbedaan antara
kualitas barang dan kualitas pelayanan, antara lain :
Tabel 2.1 Perbedaan antara Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan
No. Kualitas Produk Kualitas Pelayanan
1. Dapat secara objektif diukur dan ditentukan oleh manufaktur
Diukur secara subjektif dan acap kali ditentukan oleh konsumen
2. Kriteria pengukuran lebih mudah disusun dan dikendalikan
Kriteria pengukuran lebih susah disusun dan sering kali susah dikendalikan
3.Standarisasi kualitas dapat diwujudkan melalui investasi pada otomatisasi dan teknologi
Kualitas sulit di-standarisasikan dan membutuhkan investasi besar pada pelatihan sumber daya manusia
4. Lebih mudah mengkomunikasikan kualitas
Lebih sulit mengkomunikasikan kualitas
5.Dimungkinkan untuk melakukan perbaikan pada produk cacat guna menjamin kualitas
Pemulihan atas jasa yang jelek sulit dilakukan, karena tidak bias mengganti jasa-jasa yang cacat
6. Produk itu sendiri memproyeksikan kualitas
Bergantung pada komponen peripherals untuk merealisasikan kualitas
7. Kualitas dimiliki dan dinikmati (enjoyed) Kualitas dialami (experienced)
Sumber : Fandy Tjiptono 2007
15
Menurut Gronross pada Tjiptono (2005, hal.261) terdapat enam kriteria
kualitas pelanggan yang harus dipersiapkan dengan baik. Kriteria-kriteria tersebut
antara lain:
1. Profesionalisme dan ketrampilan
Indikasi bahwa pemberi layanan (provider) dan para petugas memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah
mereka secara professional.
2. Sikap dan perilaku
Sikap dan perilaku ditunjukkan agar konsumen merasa bahwa karyawan
menaruh perhatian besar pada mereka dan tertarik dalam berusaha membantu
memecahkan masalah mereka secara spontan dan ramah.
3. Aksesibilitas dan fleksibilitas
Suatu kondisi saat konsumen merasa bahwa pemberi layanan, lokasi, jam
operasi, dan system operasionalnya, dirancang dan dioperasikan sedemikian
rupa sehingga pelanggan dapat mengakses dengan mudah.
4. Reliabilitas dan kepercayaan
Kriteria yang mengindikasikan sampai sejauh mana konsumen dapat
mengandalkan pemberi layanan beserta karyawan dan sistemnya dalam
memenuhi atau menepati janji dan melakukan sesuatu sesuai dengan
kepentingan pelanggan dengan sepenuh hati.
5. Perbaikan
Kriteria yang mengindikasikan kesigapan pemberi layanan dalam mengambil
tindakan untuk mengendalika situasi dan mencari solusi yang tepat apabila
terjadi kesalahan atau sesuatu yang tidak diharapkan.
16
6. Reputasi dan kredibilitas
Kriteria yang mengindikasikan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan
pemberi layanan dapat dipercaya dan memberikan nilai/tambahan yang
sepadan dengan biaya yang dikeluarkan.
2.2.3.3 Dimensi Kualitas Layanan
Menurut Purnama (2006, hal.15- 16) menentukan kualitas produk harus
dibedakan antara produk manufaktur atau barang (goods) dengan produk layanan
(service) karena keduanya memiliki banyak perbedaan, menyediakan produk layanan
(jasa) berbeda dengan menghasilkan produk manufaktur dalam beberapa cara.
Perbedaan tersebut memiliki implikasi penting dalam manajemen kualitas. Perbedaan
antara produk manufaktur dengan produk layanan adalah :
1. Kebutuhan konsumen dan standar kinerja sering kali sulit di identifikasi dan
di ukur, sebab masing-masing konsumen mendefinisikan kualiatas sesuai
dengan keinginan mereka dan berbeda satu sama lain
2. Produksi layanan memerlukan tingkatan ”customization atau individual
customer” yang lebih tinggi dibanding manufaktur. Dalam manufaktur
sasarannya adalah keseragaman. Dokter, ahli hukum, personal penjualan
asuransi, dan pelayanan restoran, harus menyesuaikan layanan mereka
terhadap konsumen individual.
3. Output sistem layanan tidak terwujud, sedangkan manufaktur berwujud.
Kualitas produk manufaktur dapat di ukur berdasarkan spesifikasi desain,
sedangkan kualitas layanan pengukurannya subyektif menurut pandangan
konsumen, dikaitkan dengan harapan dan pengalaman mereka. Produk
17
manufaktur jika rusak dapat ditukar atau diganti, sedangkan produk layanan
harus diikuti dengan permohonan maaf dan reparasi.
4. Produk layanan diproduksi dan dikonsumsi secara bersama-sama, sedangkan
produk manufaktur diproduksi sebelum dikonsumsi. Produk layanan tidak
bisa disimpan atau diperiksa sebelum disampaikan kepada konsumen
5. Konsumen seringkali terlibat dalam proses layanan dan hadir ketika layanan
dibentuk, sedangkan produk manufaktur dibentuk diluar keterlibatan
langsung dari konsumen. Misalnya konsumen restoran layanan cepat
menempatkan ordernya sendiri atau mengambil makanan sendiri, membawa
makanan sendiri ke meja dan diharapkan membersihkan meja setelah makan.
6. Layanan secara umum padat tenaga kerja, sedangkan manufaktur lebih
banyak padat modal. Kualitas interaksi antara produsen dan konsumen
merupakan faktor penting dalam penciptaan layanan. Misalnya kualitas
layanan kesehatan tergantung interaksi pasien, perawat, dokter, dan petugas
kesehatan lain.
7. Banyak organisasi layanan harus menangani sangat banyak transaksi
konsumen. Misalnya pada hari-hari tertentu, sebuah bank mungkin harus
memproses jutaan transasksi nasabah pada berbagai kantor cabang dan mesin
bank atau barangkali perusahaan jasa kiriman harus menangani jutaan paket
kiriman diseluruh dunia.
Menurut Pasuraman, Zeithaml dan Berry (1988) dalam Tjiptono dan Chandra
(2005), ada 5 dimensi yang digunakan dalam menilai kualitas pelayanan pada
industri, yaitu:
18
1. Reliability (reliabilitas), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan
pelayanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan
apapundan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati.
2. Responsiveness (daya tanggap), yaitu respon atau kesigapan karyawan
dalammembantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan
tanggap, meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan,
kecepatankaryawan dalam menangani transaksi, dan penanganan keluhan
pelanggan.
3. Assurance (Jaminan), yakni perilaku karyawan mampu menumbuhkan
kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa
menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juda berarti bahwa
para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan
danketerampilan yang dibutuhkan untuk menangani. Dimensi
kepastian/jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi:
Kompetensi (Competence), artinya keterampilan dan pengetahuan yang
dimiliki oleh para karyawan untuk melakukan pelayanan.
Kesopanan (Courtesy), yang meliputi keramahan, perhatian, dan sikap
para karyawan.
Kredibilitas (Credibility), meliputi hal-hal yang berhubungandengan
kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi, dan
sebagainya.
4. Empati (Empathy) yaitu perhatian individual yang diberikan
perusahaankepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi
perusahaan,kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan,
19
dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan
pelanggannya.Dimensi ini merupakan penggabungan dari dimensi:
Akses, meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan
perusahaan.
Komunikasi, merupakan kemampuan melakukan komunikasi untuk
menyampaikan informasi kepada pelangganatau memperoleh masukan
dari pelanggan.
Pemahaman pada pelanggan, meliputi usaha perusahaan untuk
mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.
5. Tangibles (bukti fisik), meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan
ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan
dankenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi, dan
penampilankaryawan.
2.3 Kepuasan Pelanggan
2.3.1 Pengertian Pelanggan
Pada Zulian (2005, hal.75) secara tradisional pelanggan diartikan sebagai
orang yang membeli dan menggunakan produk. Dalam perusahaan yang bergerak
dalam bidang jasa, pelanggan adalah orang yang menggunakan jasa pelayanan.
Dalam dunia perbankan pelanggan adalah nasabah.
2.3.2 Pengertian Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen adalah sejauh mana manfaat sebuah produk dirasakan
(perceived) sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan (Amir, 2005). Konsep
kepuasan pelanggan masih bersifat abstrak. Pencapaian kepuasan dapat merupakan
20
proses yang sederhana maupun kompleks dan rumit. Peranan setiap individu dalam
pemberian service sangat penting dan berpengaruh terhadap kepuasan yang dibentuk
(Arief, 2007, hal.166).
Konsep kepuasan pelanggan menurut beberapa ahli :
1. Menurut Richard F. Gerson (Arief, 2005, hal.167), kepuasan pelanggan adalah
jika harapannya terlah terpenuhi atau terlampaui.
2. Menurut Hoffman dan Beteson (Arief, 2005, hal.167), kepuasan atau
ketidakpuasan pelanggan adalah perbandingan dari ekspetasi konsumen kepada
persepsi mengenai interaksi jasa (service encounter) yang sebenarnya.
3. Menurut Wikie (Tjiptono, 2007, hal.349), mendefinisikan kepuasan pelanggan
sebagai tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu
produk atau jasa.
4. Menurut Tse dan Wilson (Nasution, 2004) Kepuasan atau ketidakpuasan
konsumen adalah respon terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi
yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang
dirasakan setelah pemakaian.
5. Menurut Westbrook & Reilly (dalam Tjiptono, 2005) mengemukakan bahwa
kepuasan konsumen merupakan respon emosional terhadap pengalaman yang
berkaitan dengan produk atau jasa yang dibeli.
6. Gaspers (dalam Nasution, 2005) mengatakan bahwa kepuasan konsumen sangat
bergantung kepada persepsi dan harapan konsumen. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi dan harapan konsumen antara lain:
a. Kebutuhan dan keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan
konsumen ketika sedang mencoba melakukan transaksi dengan produsen
produk.
21
b. Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan maupun
pesaing-pesaingnya.
c. Pengalaman dari teman-teman.
Dari pendapat para pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum
pengertian kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan dilihat dari kesesuaian antara
harapan (expectation) pelanggan dengan persepsi, pelayanan yang diterima
(kenyataan yang dialami).
Definisi tersebut menyangkut komponen kepuasan harapan (harapan dan
kinerja/hasil yang dirasakan). Umumnya harapan pelanggan merupakan perkiraan
atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya bila ia membeli atau
mengkonsumsi suatu produk (barang atau jasa). Sementara itu, kinerja yang
dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang dia terima setelah
mengkonsumsi produk yang dibeli. Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja
(performance) dan harapan (expectation). Jika kinerja berada dibawah harapan,
pelanggan tidak puas (dissatisfaction). Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan
sangat puas atau senang (delight). Banyak perusahaan berfokus pada tingkat
kepuasan yang tinggi karena pelanggan lebih mudah mengubah pikiran apabila
mendapatkan yang lebih baik. Pelanggan yang tidak puas akan selalu mengganti
produk mereka dengan produk pesaing. Mereka yang sangat puas sukar mengubah
pilihannya. Setelah mengkonsumsi barang atau jasa untuk pertama kalinuya,
konsumen menilai tindakan dan pengalaman yang diprolehnya. Selanjutnya,
konsumen menilai tindakan dan pengalaman yang diprolehnya untuk menentukan
tingkat kepuasannya (Arief, 2005, hal.168).
Pelanggan yang sangat puas akan tetap setia dalam waktu yang lebih lama,
membeli lebih banyak ketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan
22
memperbarui produk-produk yang ada, membicarakan hal-hal yang baik tentang
perusahaan dan produknya, memberi perhatian yang lebih sedikit pada merek dan
iklan para pesaing serta kurang peka terhadap harga, menawarkan gagasan tentang
jasa atau produk kepada perusahaan, dan membutuhkan biaya pelayanan yang lebih
kecil dibandingkan biaya pelayanan pelanggan baru karena transaksinya rutin.
Gambar 2.1 Diagram Konsep Kepuasan Pelanggan
Sumber : Arief, Pemasaran Jasa dan Kualitas Pelayanan
2.3.3 Elemen Kepuasan Konsumen
Wilkie (1994) menyatakan bahwa terdapat 4 elemen dalam kepuasan
konsumen, yaitu :
1. Expectations
Harapan konsumen terhadap suatu barang atau jasa telah dibentuk
sebelum konsumen membeli barang atau jasa tersebut. Pada saat proses
Tujuan
Perusahaan
Tingkat Kepuasan
Nilai Produk bagi Pelanggan
ProdukHarapan Pelanggan
terhadap Produk
Kebutuhan dan Keinginan pelanggan
23
pembelian dilakukanan, konsumen berharap bahwa barang atau jasa yang
mereka terima sesuai dengan harapan, keinginan dan keyakinan mereka.
Barang atau jasa yang sesuai dengan harapan konsumen akan
menyebabkan konsumen merasa puas.
2. Performance
Pengalaman konsumen terhadap kinerja aktual barang atau jasa ketika
digunakan tanpa diperngaruhi oleh harapan mereka. Ketika kinerja actual
barang atau jasa berhasil maka konsumen akan merasa puas.
3. Comparison
Hal ini dilakukan dengan membandingkan harapan kinerja barang atau
jasa sebelum membeli dengan persepsi kinerja aktual barang atau jasa
tersebut. Konsumen akan merasa puas ketika harapan sebelum pembelian
sesuai atau melebihi perepsi mereka terhadap kinerja aktual produk.
4. Confirmation/disconfirmation
Harapan konsumen dipengaruhi oleh pengalaman mereka terehadap
penggunaan merek dari barang atau jasa yang berbeda dari orang lain.
Confirmation terjadi bila harapan sesuai dengan kinerja aktual produk.
sebaliknya disconfirmation terjadi ketika harapan lebih tinggi atau lebih
rendah dari kinerja aktual produk. konsumen akan merasa puas ketika
tejadi confirmation / discofirmation.
2.3.4 Mengukur Kepuasan Konsumen
Kanuk (2005), mendiskripsikan beberapa metode yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk mengetahui dan mengukur kepuasan pelanggan, yaitu :
24
1. Complaint and Suggestion System
Organisasi yang berfokus pada pelanggan membuat pelanggannya mudah untuk
menyampaikan saran dan keluhannya, Informasi yang mengalir dari pelanggan
memberikan masukan pada perusahaan dan membuat perusahaan lebih cepat
menyelesaikan keluhan yang timbul dari pelanggan.
2. Customer Satisfaction Surveys
Studi memperlihatkan bahwa kurang dari 5% pelanggan yang merasa tidak puas
menyampaikan keluhannya. Kebanyakan dari pelanggan yang merasa tidak puas
akan membeli lebih sedikit atau pindah ke perusahaan lain daripada
menyampaikan keluhannya. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat
menggunakan keluhan pelanggan sebagai ukuran dari kepuasan pelanggan.
Perusahaan yang cepat tanggap akan mengukur langsung kepuasan pelanggan
dengan melakukan survey periodik. Perusahaan mengirim kuesioner atau
menelepon pelanggan yang di ambil secara random untuk menanyakan aopakah
pelanggannya merasa sangat puas, biasa, kurang puas, atau tidak puas terhadap
unsur pelaksanaan pelayanan perusahaan. Perusahaan juga mencari pandangan
terhadap prestasi saingannya. Ketika mengumpulkan kata kepuasan pelanggan
adalah sangat berguna jika perusahaan juga menanyakan mengapa pelanggan
melakukan pembelian ulang, keinginan atau kebutuhan pelanggan. Skor
rekomendasi pelanggan (word of mouth) yang tinggi menunjukan perusahaan
menghasilkan kepuasan pelanggan yang tinggi.
3. Ghost Shopping
Perusahaan dapat mempekerjakan orang-orang untuk berpura-pura menjadi
pembeli potensial untuk melaporkan mereka terhadap titik kekuatan dan
kelemahan yang mereka temukan ketika membeli produk perusahaan itu sendiri
25
maupun produk saingan. Pembeli misterius ini juga dapat berpura-pura sebagai
pelanggan yang menemukan masalah untuk menguji karyawan pada bagian
pernjualan perusahaan dalam menangani masalah tersebut.
4. Lost Customer Analysis
Perusahaan seharusnya menghubungi pelanggan yang berarti membeli produk
perusahaan atau pelanggan yang pindah ke perusahaan lain untuk mengetahui
mengapa hal itu sampai terjadi. Perusahaan tidak hanya perlu mencari tahu ketika
pelanggan mulai berhenti membeli produk perusahaan, tetapi juga memonitor
tingkat pelanggan yang hilang. Jika tingkat ini meningkat berarti perusahaan
gagal memuaskan pelanggannya.
.
2.3.5 Mempertahankan Pelanggan
Perusahaan masa kini berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan
pelanggannya. Mereka sadar bahwa biaya menarik satu pelanggan baru dapat
mencapai lima kali biaya untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Ada 2
cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempertahankan pelanggan menurut
(Lovelock, 2007), yaitu :
1. Menyulitkan pelanggan untuk berganti pemasok
Perusahaan dapat memberikan berbagai macam insentif atau rangsangan
bagi pelanggan yang setia, seperti memberikan potongan harga, kartu
diskon, kartu anggota, hadiah pembelian, dan sebagainya.
2. Memberikan kepuasan pelanggan yang tertinggi
Pelanggan yang merasakan kepuasan yang tertinggi cenderung sulit untuk
berganti pemasok walauoun perusahaan pesaing menawarkan harga yang
lebih murah ataupun rangsangan lainnya.
26
2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Kepuasan Konsumen (Y) :
Expectations
Performance
Comparison
Confirmation/Disconfirmation
Kualitas Produk (X1) :
Performance
Features
Conformance
Servicability
Durablity
Ashtetic
Perceived Quality
Kualitas Pelayanan (X2) :
Realibility
Tangible
Empathy
Responsive
Assurance
Kepuasan Konsumen (Y) :
Expectations
Performance
Comparison
Confirmation/Disconfirmation
(1)
(3)
(2)
27
2.5 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2010, hal.159) hipotesis diartikan sebagai jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Kebenaran hipotesis itu harus
dibuktikan melalui data yang terkumpul.
Variabel:
X1 : Kualitas produk
X2 : Kualitas layanan
Y : Kepuasan Pelanggan
Hipotesis penelitian ini berdasarkan rumusan masalah:
1. Hipotesis 1 : Variabel Kualitas Produk E-Toll berpengaruh secara
signifikan terhadap Kepuasan Pelanggan.
Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kualitas produk E-
Toll terhadap kepuasan pelanggan.
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara kualitas produk E-Toll
terhadap kepuasan pelanggan.
2. Hipotesis 2 : Variabel Kualitas Layanan E-Toll berpengaruh secara
signifikan terhadap Kepuasan Pelanggan.
Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kualitas layanan E-
Toll terhadap kepuasan pelanggan.
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara kualitas layanan E-Toll
terhadap kepuasan pelanggan.
3. Hipotesis 3 : Variabel Kualitas Produk dan Kualitas Layanan E-Toll
berpengaruh secara signifikan terhadap Kepuasan Pelanggan.
28
Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kualitas produk dan
kualitas layanan E-Toll terhadap kepuasan pelanggan.
Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara kualitas produk dan
kualitas layanan E-Toll terhadap kepuasan pelanggan.