211-109-1-pb

5
Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 26, No. 1, Maret 2010 7 Evaluasi Program Pencegahan Gizi Buruk, Dudut Eko Juliawan, dkk. EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN GIZI BURUK MELALUI PROMOSI DAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN ANAK BALITA EVALUATION OF MALNUTRITION PREVENTION PROGRAMME THROUGH GROWTH MONITORING AND PROMOTION OF CHILDREN UNDER FIVE YEARS OLD Dudut Eko Juliawan 1 , Yayi Suryo Prabandari 2 , T. Ninuk S. Hartini 3 1 Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat 2 Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK UGM, Yogyakarta 3 Bagian Gizi, Poltekes Yogyakarta ABSTRACT Background: Recently, the infant mortality rate in West Nusa Tenggara is remaining high which is 77 per 1,000 birth lives. This number is above national rates (35 per 1,000 birth lives). The maternal mortality rate is also high, which is 370 per 100,000 births, and is above national rates 307 per 100,000 births. While the literate rate is still under national rate. Degree of community health that has been worse was worsening through outbreak malnutrition in 2005. Malnutrition can be prevented through posyandu activity. Growth monitoring and promotion of children under five years old in posyandu can detect case of malnutrition early. Objective: The study was aimed to know how execution of programmed of growth monitoring and promotion of children under five years old in posyandu in Mataram municipality was undertaken. Method: This was a qualitative study. Forty eight informants participated in this study. Informants consisted of 14 mother of children under five years, 10 cadres, 5 leaders of community, 11 staff of community health centre (puskesmas), 7 members of Mataram posyandu operational working group (pokjanal posyandu) and 1 staff provincial health office. Location of the study was in Mataram municipality. Subjects were chosen purposively at three sub district that were Ampenan, Cakranegara and Mataram. Data were collected by in depth interview, focus group discussion and observation. Triangulation on methods and informants/source were used in assessing the trustworthiness of data. Data analysis was carried out through data transcript, open coding, axial coding, data presentation and making conclusion. Result: Mothers of children under five years old with low education and low income did not comprehend meaning growth of child, so they were unable to prevent malnutrition. Growth monitoring and promotion of children under five years old has not been carried out well, particulary at desk 3 th (weighing measurement) and desk 4 th (counseling). Cadres have not had capacity to detect malnutrition, that may caused by lack of training. Staff of puskesmas had so much work so that they did not work properly in delivering posyandu. Conclusion: Growth monitoring and promotion programmed of child under five years old has not been carried out well, low work performance of cadre and puskesmas staff and lack of supervision. Keywords: malnutrition, posyandu, growth monitoring, mother of children under five years old. masyarakat belum menjangkau pelayanan kesehatan. Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan yang strategis, yang menyediakan layanan kesehatan masyarakat. Salah satu fungsi posyandu adalah sebagai media promosi dan pemantau pertumbuhan anak balita. Kegiatan posyandu yang baik dapat mendeteksi secara dini gizi buruk di masyarakat, sehingga tidak berkembang menjadi kejadian luar biasa. Upaya promosi kesehatan dapat dilakukan di posyandu. Upaya promosi kesehatan dapat meningkatkan pemahaman ibu balita terhadap gizi buruk dan meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan, sehingga dapat menekan angka kejadian penyakit pada balita. 1 PENDAHULUAN Angka kematian bayi di Provinsi Nusa Tenggara Barat saat ini 77 per 1.000 kelahiran hidup, di atas angka nasional 35 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu 370 per 100.000 kelahiran di atas rata- rata angka nasional 307 per 100.000 kelahiran. Sementara itu, angka melek huruf masih di bawah angka nasional. Kondisi derajat kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang masih memprihatinkan diperparah dengan kejadian luar biasa kasus gizi buruk tahun 2005 yang lalu. Tercatat 3.950 kasus gizi buruk dan 40 di antaranya meninggal dunia. Kejadian luar biasa tersebut menjadi perhatian masyarakat Indonesia, karena kasus gizi buruk tidak sebesar tahun 2005. Kejadian luar biasa gizi buruk tersebut membuktikan bahwa selama ini sebagian

Upload: boh-cucu-karaeng

Post on 21-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 211-109-1-PB

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 26, No. 1, Maret 2010 7

Evaluasi Program Pencegahan Gizi Buruk, Dudut Eko Juliawan, dkk.

EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN GIZI BURUK MELALUIPROMOSI DAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN ANAK BALITAEVALUATION OF MALNUTRITION PREVENTION PROGRAMME THROUGH GROWTHMONITORING AND PROMOTION OF CHILDREN UNDER FIVE YEARS OLD

Dudut Eko Juliawan1, Yayi Suryo Prabandari2, T. Ninuk S. Hartini31 Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat2 Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK UGM, Yogyakarta3 Bagian Gizi, Poltekes Yogyakarta

ABSTRACTBackground: Recently, the infant mortality rate in West Nusa Tenggara is remaining high which is 77 per 1,000birth lives. This number is above national rates (35 per 1,000 birth lives). The maternal mortality rate is also high,which is 370 per 100,000 births, and is above national rates 307 per 100,000 births. While the literate rate is stillunder national rate. Degree of community health that has been worse was worsening through outbreakmalnutrition in 2005. Malnutrition can be prevented through posyandu activity. Growth monitoring and promotionof children under five years old in posyandu can detect case of malnutrition early.Objective: The study was aimed to know how execution of programmed of growth monitoring and promotionof children under five years old in posyandu in Mataram municipality was undertaken.Method: This was a qualitative study. Forty eight informants participated in this study. Informants consisted of14 mother of children under five years, 10 cadres, 5 leaders of community, 11 staff of community health centre(puskesmas), 7 members of Mataram posyandu operational working group (pokjanal posyandu) and 1 staffprovincial health office. Location of the study was in Mataram municipality. Subjects were chosen purposivelyat three sub district that were Ampenan, Cakranegara and Mataram. Data were collected by in depth interview,focus group discussion and observation. Triangulation on methods and informants/source were used in assessingthe trustworthiness of data. Data analysis was carried out through data transcript, open coding, axial coding,data presentation and making conclusion.Result: Mothers of children under five years old with low education and low income did not comprehendmeaning growth of child, so they were unable to prevent malnutrition. Growth monitoring and promotion ofchildren under five years old has not been carried out well, particulary at desk 3th (weighing measurement) anddesk 4th (counseling). Cadres have not had capacity to detect malnutrition, that may caused by lack of training.Staff of puskesmas had so much work so that they did not work properly in delivering posyandu.Conclusion: Growth monitoring and promotion programmed of child under five years old has not been carriedout well, low work performance of cadre and puskesmas staff and lack of supervision.

Keywords: malnutrition, posyandu, growth monitoring, mother of children under five years old.

masyarakat belum menjangkau pelayanankesehatan.

Posyandu merupakan salah satu bentuk upayakesehatan yang strategis, yang menyediakanlayanan kesehatan masyarakat. Salah satu fungsiposyandu adalah sebagai media promosi danpemantau pertumbuhan anak balita. Kegiatanposyandu yang baik dapat mendeteksi secara dinigizi buruk di masyarakat, sehingga tidak berkembangmenjadi kejadian luar biasa. Upaya promosikesehatan dapat dilakukan di posyandu. Upayapromosi kesehatan dapat meningkatkanpemahaman ibu balita terhadap gizi buruk danmeningkatkan cakupan pelayanan kesehatan,sehingga dapat menekan angka kejadian penyakitpada balita.1

PENDAHULUANAngka kematian bayi di Provinsi Nusa Tenggara

Barat saat ini 77 per 1.000 kelahiran hidup, di atasangka nasional 35 per 1.000 kelahiran hidup. Angkakematian ibu 370 per 100.000 kelahiran di atas rata-rata angka nasional 307 per 100.000 kelahiran.Sementara itu, angka melek huruf masih di bawahangka nasional. Kondisi derajat kesehatan ProvinsiNusa Tenggara Barat yang masih memprihatinkandiperparah dengan kejadian luar biasa kasus giziburuk tahun 2005 yang lalu. Tercatat 3.950 kasusgizi buruk dan 40 di antaranya meninggal dunia.Kejadian luar biasa tersebut menjadi perhatianmasyarakat Indonesia, karena kasus gizi buruk tidaksebesar tahun 2005. Kejadian luar biasa gizi buruktersebut membuktikan bahwa selama ini sebagian

Page 2: 211-109-1-PB

Berita Kedokteran MasyarakatVol. 26, No. 1, Maret 2010 halaman 7 - 11

8 Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 26, No. 1, Maret 2010

Fungsi dan peran posyandu menurun saat ini.Jumlah posyandu aktif di Kota Mataram sebanyak18 (5,59%) pada tahun 2006, jumlah posyandumeningkat menjadi 57 (17,16%) pada tahun 2007.Minimnya jumlah posyandu aktif menggambarkanrendahnya kinerja posyandu, sehingga tidak dapatmemberi pelayanan secara maksimal kepadasasaran. Salah satu penyebab posyandu tidak aktifadalah kader drop out. Alasan kader drop out adalahkurang penghargaan dalam bekerja. Sebab lainposyandu tidak akti f adalah keterbatasanpengetahuan dan keterampilan yang dimiliki olehkader. Petugas puskesmas yang membinaposyandu mempunyai beban kerja yang berat karenaharus berbagi dengan tugas di puskesmas.Penyebab posyandu kurang aktif juga disebabkankarena kurangnya pembinaan dari petugas. Parapembina posyandu tidak melakukan pembinaansecara teratur.

Untuk meningkatkan fungsi posyandu sebagaimedia pendeteksi gizi buruk, diperlukan sumber dayayang cukup jumlah dan kualitasnya. Untukmengetahui pelaksanaan program promosi danpemantauan pertumbuhan anak balita dalammendeteksi gizi buruk di posyandu, perlu diobservasiinput, proses dan output program posyandu. Olehkarena itu, tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui bagaimana pelaksanaan programpromosi dan pemantauan pertumbuhan anak balitadi posyandu.

BAHAN DAN CARA PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian studi kasus

dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitianini melibatkan 48 informan yang terdiri dari ibu balita14 orang, kader 10 orang, tokoh masyarakat 5 orang,petugas puskesmas 11 orang, tim pokjanalposyandu Kota Mataram 7 orang dan petugas dariprovinsi 1 orang. Lokasi penelitian di Kota MataramProvinsi Nusa Tenggara Barat. Data diambil secarapurposive pada tiga kecamatan, yaitu Ampenan,Cakranegara, dan Mataram.

Pengumpulan data di lakukan denganwawancara mendalam, diskusi kelompok terarah danobservasi terhadap kegiatan posyandu dan perilakuibu mengasuh anak. Instrumen penelitian adalahpedoman wawancara dan pedoman observasi.Triangulasi metode dan triangulasi sumber digunakanuntuk menguji keabsahan data. Analisis data

dilakukan dengan transkrip data, koding, penyajiandata dan membuat kesimpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANKasus gizi buruk yang selalu terjadi

menunjukkan bahwa faktor risiko gizi buruk dimasyarakat masih besar. Faktor risiko terjadinya giziburuk antara lain tingkat pendidikan rendah,kemiskinan dan kurang memanfaatkan saranakesehatan. Pemahaman ibu balita dan keluarganyaterhadap gizi buruk memegang peranan pentingdalam upaya pencegahan dan penanggulangan sertapola asuh yang salah. Hasil cakupan programpencegahan gizi buruk masih rendah menunjukkanbahwa pelaksanaan program banyak menemuihambatan.

Penilaian inputJumlah kader di posyandu sebagian besar

kurang dari 5. Beberapa kader yang mempunyai jiwasosial dapat bertahan lama, tetapi kader yangbekerja karena paksaan seringkali drop out. Caraperekrutan kader yang diterapkan belum berdasarkanpada aspek sukarela. Peningkatan keterampilan dankemampuan kader dilakukan dengan cara pelatihandan pembinaan yang baik oleh petugas kesehatan.

Petugas puskesmas menjadi pembina kaderdalam pelayanan kesehatan di posyandu. Petugaspuskesmas membina dan mendampingi kader diposyandu, kader diberi kepercayaan dan tanggungjawab sesuai dengan kemampuannya. Pelayanankesehatan tertentu didelegasikan untuk memberimotivasi kader yaitu mengukur tekanan darah,membuat larutan oralit, membagikan kapsul vitaminA dan tablet Fe. Keterampilan kader dan petugaskesehatan sangat penting dalam menentukankeberhasilan program. Sebagian besar kader belummampu mengartikan makna pertumbuhan beratbadan anak. Kader tidak melakukan penyuluhan jikapertumbuhan anak normal, kondisi tersebutmengurangi motivasi ibu balita dalam menjagakesehatan anak.

Tempat kegiatan posyandu sebagian besarbelum mempunyai tempat yang khusus. Tempatposyandu khusus dapat memudahkan dalammanajemen kegiatan, yaitu menyimpan peralatan,media penyuluhan, buku pedoman dan dataprogram.

Page 3: 211-109-1-PB

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 26, No. 1, Maret 2010 9

Evaluasi Program Pencegahan Gizi Buruk, Dudut Eko Juliawan, dkk.

Penilaian ProsesProses pelaksanaan kegiatan di posyandu

belum berjalan dengan baik, misalnya di meja/langkah kegiatan ketiga pencatatan KMS dan meja/langkah kegiatan keempat penyuluhan. Pencatatanberat badan anak di buku KMS menghasilkan grafikpertumbuhan anak. Sebagian besar kader belummemanfaatkan grafik pertumbuhan sebagai dasaruntuk promosi kesehatan kepada ibu balita agar terusmengontrol kesehatan anak.

Penyuluhan atau konseling jarang diberikankarena terbatasnya kemampuan kader dan petugasserta situasi yang tidak memungkinkan. Pada saatpelayanan, suasana tidak memungkinkan karenakesibukan dalam pelayanan posyandu. Ibu balitatidak sabar menunggu dan terburu-buru pulang.Penyuluhan oleh petugas dilakukan sambilmemberikan pelayanan kesehatan dan imunisasi,sehingga hasilnya tidak maksimal.

Penyuluhan di posyandu dapat dilaksanakandengan cara mengumpulkan beberapa ibu balita yangsudah mendapatkan layanan imunisasi ataupenimbangan. Penyuluhan diberikan kepada ibubalita untuk meningkatkan pengetahuan, sikap danperilaku terhadap asupan gizi yang baik terutamadalam peningkatan status gizi anaknya.2 Promosikesehatan dilakukan melalui penyuluhan denganmempertimbangkan kompleksnya masalah perilakukesehatan dan peran aktif ibu balita.

Penilaian OutputJumlah cakupan D/S di posyandu berkisar

antara 30%-40%. Alasan tidak memanfaatkanposyandu adalah sibuk bekerja. Alasan kader kurangaktif melakukan deteksi kasus di luar posyandukarena jumlah sasaran terlalu banyak dan area yangluas. Kunjungan rumah untuk mendeteksi kasus giziburuk secara aktif dapat menimbulkan masalah,karena kunjungan rumah dapat mengakibatkan sikapsasaran menjadi manja. Sasaran selalumengharapkan untuk dikunjungi, akibatnyapelaksanaan posyandu bulan berikutnya sepi.Kunjungan rumah yang dilakukan kader dapatberakibat kontraproduktif bagi program. Kunjunganrumah harus disertai persuasi yang baik agarsasaran aktif ke posyandu.

Ibu balita yang berpendidikan tinggi mempunyaipemahaman gizi buruk lebih baik dibandingkandengan ibu balita yang berpendidikan rendah. Ibubalita gizi baik mempunyai pendidikan setingkat

SMA/Perguruan tinggi dan rutin menimbang anaknyake posyandu. Sementara ibu balita gizi kurang dangizi buruk mempunyai pendidikan setingkat SD/SMPdan tidak rutin menimbang anaknya ke posyandu.

Upaya ibu balita mencegah gizi buruk sepertiperilaku ibu dalam memberikan ASI dipengaruhi olehtingkat pendidikan.3 Ibu balita yang berpendidikanrendah cenderung tidak memberikan ASI eksklusif.Pada keluarga yang berpendidikan rendah,berpendapatan rendah, dan tidak memberikan ASIpada balitanya dapat menyebabkan terjadinyapeningkatan status gizi buruk.3 Ibu balita yangberpendidikan rendah mempersepsikan badan kurusdiakibatkan karena faktor keturunan. Ibu balitapendidikan rendah menganggap badan kurus bukangangguan kesehatan, sehingga tidak berupayamencari pengobatan. Sementara, ibu balita yangberpendidikan tinggi menganggap bahwa anak yangberbadan kurus diakibatkan karena kurangterpenuhinya asupan makanan yang bergizisehingga menimbulkan masalah kesehatan.

Salah satu upaya ibu balita mencegah gizi burukadalah pergi ke posyandu. Di posyandu, ibu balitamendapatkan layanan penimbangan, pencatatanKMS untuk mengetahui pertumbuhan anak, jikatimbangan anak di bawah garis merah diberi PMT.Pemberian PMT perlu disertai dengan penyuluhangizi kepada ibu balita untuk meningkatkanpengetahuan, sikap dan perilaku akan asupan giziyang sesuai dengan kebutuhan anak.

Perbedaan persepsi dipengaruhi oleh:pengalaman, motivasi, perbedaan kapasitas alatindera, sikap, nilai dan kepercayaan.4 Faktorkeinginan seseorang menyebabkan dua orang yangmelihat atau mengalami hal yang sama memberikaninterpretasi yang berbeda terhadap sesuatu. Ibubalita yang berpersepsi tubuh anak kurus karenafaktor keturunan cenderung mengabaikan risikokesehatan anak, sehingga kurang memanfaatkanpelayanan kesehatan. Adanya ibu balita yang tidakmemanfaatkan posyandu untuk mencegahterjadinya gizi buruk sesuai dengan penelitian yangdilakukan oleh Departemen Kesehatan R.I.5

Keterbatasan ekonomi menyebabkan ibu balitatidak melakukan upaya pencegahan gizi buruk,karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sudahmerasa kesulitan. Dalam melakukan upayapencarian pelayanan kesehatan, seseorang akanmengukur kemampuannya, termasuk dari segibiaya.6

Page 4: 211-109-1-PB

Berita Kedokteran MasyarakatVol. 26, No. 1, Maret 2010 halaman 7 - 11

10 Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 26, No. 1, Maret 2010

Ada kepercayaan yang keliru tentang sakit diaredi masyarakat. Diare dianggap sebagai pertandaanak akan tinggi badan sehingga ibu balita tidakkhawatir terhadap kondisi kesehatan anak.Akibatnya anak dibiarkan tidak mendapatkanpengobatan, sehingga kondisi berat badan anakmenurun dan akhirnya mempengaruhi status gizianak. Infeksi penyakit diare mempunyai hubungansinergis dengan status gizi. Di antara penyakit infeksitersebut, diare merupakan penyebab utamagangguan pertumbuhan balita.7

Berdasarkan penelitian ini, penyebab gizi buruksangat kompleks. Pola asuh merupakan penyebabyang dominan dibandingkan dengan penyebab lainyaitu ekonomi, sosial budaya, dan infeksi penyakit.Kurangnya pola asuh disebabkan karena kawinmuda, pengetahuan yang kurang, dan budayabercerai pada usia muda. Pasangan muda yang belummampu untuk berumah tangga memaksakan dirimelangsungkan pernikahan. Saat mempunyai anak,pasangan tersebut tidak siap mengasuh sehinggaanak diasuh oleh anggota keluarga yang lain.Berbagai penyebab gizi buruk menurut informandapat dilihat pada Gambar 1.

budun atau bisul. Anak dilarang makan ikan lautkarena menyebabkan sakit cacingan. Kondisi inibertentangan dengan ilmu kesehatan karena telurbanyak mengandung protein yang dibutuhkan olehtubuh terutama anak-anak untuk pertumbuhan danperkembangan.

Kebiasaan penyapihan anak di masyarakatberisiko menimbulkan gizi kurang dan gizi burukpada anak balita karena selama masa penyapihananak tidak diberi makanan yang sesuai dengankebutuhan anak. Penyapihan adalah tindakan ibubalita tidak memberikan ASI pada anak karenaalasan tertentu. Pemberian ASI kepada anakdihentikan oleh ibu yang bekerja dan ibu yang hamilanak ke-2. Ibu balita menyapih anak pertama agarnantinya terbiasa tidak minum ASI saat adiknya lahir.Pada masa penyapihan, pemberian makanantambahan harus lebih intensif karena berfungsimenggantikan ASI yang tidak lagi diberikan.Ketersediaan PMT harus dapat dijangkau baik jumlahdan kualitasnya, karena fungsinya menggantikan ASIyang diketahui mengandung nutrisi lengkap yangsudah tersedia secara alamiah.8 Pemberianmakanan tambahan yang tidak berkuali tasmenyebabkan BB/U anak tidak sesuai dengan stan-

Gambar 1. Penyebab gizi buruk menurut informan

Penyebab gizi buruk menurut informandigambarkan oleh besar lingkaran. Makin besarukuran lingkaran makin besar kontribusinya terhadapkejadian gizi buruk. Secara berurutan penyebab giziburuk mulai dari yang terbesar adalah pola asuh,pengetahuan dan pemahaman, sosial budaya,ekonomi dan infeksi penyakit.

Di masyarakat juga berkembang adanyapantangan tidak mengkonsumsi jenis makanantertentu. Makan telur dianggap dapat menyebabkan

dard WHO/NCHS, selanjutnya status gizi anak turunmenjadi gizi buruk. Dewasa ini, di negaraberkembang banyak ditemukan kemunduran masapemberian ASI oleh ibu yang berpenghasilan rendahkarena sibuk bekerja mencari nafkah.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Pada input program jumlah dan keterampilankader masih kurang, petugas kesehatan mempunyai

Page 5: 211-109-1-PB

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 26, No. 1, Maret 2010 11

Evaluasi Program Pencegahan Gizi Buruk, Dudut Eko Juliawan, dkk.

beban kerja yang berat sehingga tidak maksimaldalam pembinaan di posyandu, dana operasionalposyandu yang berasal dari pemerintah masihkurang. Pada proses pelaksanaan pogram,penyuluhan belum dilaksanakan secara maksimal,pelayanan kesehatan di posyandu masih didominasioleh petugas dan kader sebagian besar kurang aktifmelakukan deteksi kasus gizi buruk di luarposyandu. Pada output, hasil cakupan programpenimbangan di posyandu di bawah target, cakupanmeningkat pada penimbangan posyandu yangdisertai dengan penemuan kasus secara aktif di luarposyandu dan cakupan tertinggi dicapai pada saatpekan penimbangan. Ibu balita gizi kurang dan giziburuk belum mampu memahami maknapertumbuhan berat badan anak karena pengetahuanterbatas, adanya persepsi yang salah tentang giziburuk serta masalah ekonomi keluarga.

SaranSegera merekrut kader-kader baru bagi

posyandu yang masih kekurangan kader dengankriteria bersedia bekerja sukarela dan mempunyaisifat sosial. Melatih kader yang belum mendapatpelatihan tentang pertumbuhan berat badan anak,pola asuh dan teknik penyuluhan. Upaya lain yangharus dilakukan adalah memperbaiki prasaranaposyandu yang kurang seperti: meja, kursi danmelengkapi media penyuluhan. Posyandu sebaiknyadibuka pada pagi dan sore hari agar ibu balita yangbekerja mempunyai kesempatan datang keposyandu.

KEPUSTAKAAN1. Gunanti IR. Pemberdayaan kader posyandu

melalui penerapan metode konseling gizi dalam

upaya meningkatkan kualitas pembinaanProgram Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), BuletinPenelitian Sistem Kesehatan, 2005;8(1):47-58.

2. Handayani L, Mulasari SA, Nurdianis N.Evaluasi program pemberian Makananpambahan anak balita, Jurnal ManajemenPelayanan Kesehatan, 2008;11(1)Maret:21-5.

3. Widodo Y, Harahap H, Muljati S, Triwinarto A.Strategi peningkatan praktek pemberian ASIeklusif, The Journal of food and nutritionresearch, 2003;26(1):31-8.

4. Zega T, Doeljachman, Prabandari YS. Persepsiibu rumah tangga terhadap pendidikankesehatan reproduksi bagi remaja, (Studi kasuspada kelompok BKR Kecamatan PrambananKabupaten Sleman, Berita KedokteranMasyarakat, 2002;17(3):113-60.

5. Departemen Kesehatan Republik IndonesiaPusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat,Studi kualitatif pengetahuan. Sikap dan praktekibu-ibu sasaran posyandu mengenai posyandudan kegiatan-kegiatannya, Jakarta, 1990.

6. Walcott, EB. Seni pengobatan alternatifpengetahuan dan persepsi.2004. available fromwww.acicis.murdock.edu.au/hi/field_topics/ewalcott.microsoft word Diakses pada 1 Januari2009.

7. Moritz RR, Almeida V, Marins VMR, Valle J,Breastfeeding, Social-economic conditions andnutritional status of children younger than 12months in Brazil, Annals of Tropical Paediatrics,1999;19:257-62.

8. Tarigan IU, Faktor-faktor yang berhubungandengan status gizi anak umur 6-36 bulansebelum dan saat krisis ekonomi, BuletinPenelitian Kesehatan 2003;31(1):1-12.