37-2058-1-sm (1)

Upload: deborah-hutasoit

Post on 06-Jul-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 37-2058-1-SM (1)

    1/10

    Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) 

    PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASEDLEARNING  UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

    MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS V

    Gd. Gunantara1, Md Suarjana2, Pt. Nanci Riastini3

    1Jurusan PGSD, 2Jurusan PGSD, 3Jurusan PGSD, FIPUniversitas Pendidikan Ganesha

    Singaraja, Indonesia

    e-mail: [email protected][email protected][email protected] 

    Abstrak

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahanmasalah pada mata pelajaran Matematika melalui penerapan model  pembelajaranProblem Based learnig  (PBL). Subjek pada penelitian ini berjumlah 28 orang. Data yangdikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang kemampuan pemecahan masalahmatematika dengan metode observasi dan tes. Hasil penelitian ini menunjukan bahwapenerapan model pembelajaran Problem Based learning   (PBL) dapat meningkatkan

    kemampuan pemecahan masalah yakni dari siklus I ke siklus II sebesar 16,42% darikriteria sedang menjadi tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaranProblem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

    pada mata pelajaran Matematika.

    Kata-kata kunci:   problem based learning , kemampuan pemecahan masalah.

    AbstractThe purpose of this study was to determine the increase in problem solving skills in thesubjects of Mathematics through the application of problem based learning model learnig(PBL). Subjects in this study amounted to 28 people. The data collected in this study isthe data on the ability of solving mathematical problems with the method of observationand tests. These results indicate that the application of problem based learning modellearning (PBL) can enhance the problem solving capabilities of the first cycle to thesecond cycle of 16.42% of the criteria were to be high. The results showed that thelearning model of Problem Based Learning (PBL) can enhance problem-solving abilitiesin the subjects of Mathematics. 

    Key words: problem based learning, problem solving ability.

    PENDAHULUAN Amir (2009:2) menyatakan “Dunia

    pendidikan, khususnya di sekolah dasar(SD), merupakan pangkal dari suatu prosespendidikan formal yang berkelanjutan. Untukitu, pendidikan di SD memerlukan adanyapeningkatan kualitas untuk meresponperkembangan ilmu pengetahuan danteknologi’. Peningkatan kualitas salahsatunya dilakukan dengan meningkatkan

    mutu pembelajaran. Peningkatan mutupembelajaran dapat dicapai jika guru telah

    melakukan pembelajaran yang inovatifdengan menempatkan siswa sebagai pusatpembelajaran dan mereka dapat belajarbermakna.

    Semakin berkembangnya teknologiinformasi saat ini menyebabkan berbagaiperubahan terjadi diberbagai lini kehidupan.Perkembangan juga merambah dalam duniapendidikan. Berdasarkan hal tersebut, makaproses pendidikan haruslah dapat dijalankan

    sesuai dengan ketentuan yang bersifat

    mailto:gunantara_gede@mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:gunantara_gede@

  • 8/17/2019 37-2058-1-SM (1)

    2/10

    Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) 

    mendasar bagi perkembangan ilmupengetahuan.

    Salah satu model pembelajaran yangdapat dikembangkan dan diadopsi untuk

    menempatkan siswa sebagai pusatpembelajaran adalah penerapan modelProblem Based Learning (PBL). “PBLadalah suatu pendekatan pembelajarandengan membuat konfrontasi  kepadapebelajar dengan masalah-masalah praktisatau pembelajaran yang dimulai denganpemberian masalah dan memiliki konteksdengan dunia nyata” (Tan, 2003; Wee &Kek, 2002:12). Model ini melatih siswa untukmemecahkan masalah dengan pengetahuanyang dimilikinya. Proses tersebut akan

    membuat terbangunnya pengetahuan baruyang lebih bermakna bagi siswa.

    Pengertian PBL menurut Hudojo(1988:5) adalah “proses yang ditempuh olehseseorang untuk menyelesaikan masalahyang dihadapinya sampai masalah itu tidaklagi menjadi masalah baginya”. 

    Pengertian PBL menurut Dutch(dalam Amir, 2009:27) adalah “metodeintruksional yang menantang peserta didikagar belajar untuk belajar bekerjasamadalam kelompok untuk mencari solusi bagi

    masalah yang nyata”. Masalah digunakanuntuk mengaitkan rasa keingintahuan,kemampuan analisis, dan inisiatif siswaterhadap materi pelajaran. PBLmempersiapkan peserta didik untuk berpikirkritis dan analitis, dan menggunakan sumberbelajar yang sesuai.

    Berdasarkan uraian di atas, dapatdisimpulkan bahwa model Problem BasedLearning   merupakan model pembelajaranyang melibatkan siswa dalam memecahkanmasalah nyata. Model ini menyebabkanmotivasi dan rasa ingin tahu menjadimeningkat. Model PBL juga menjadi wadahbagi siswa untuk dapat mengembangkancara berpikir kritis dan keterampilan berpikiryang lebih tinggi.

     Amir (2009:24) menyatakan, terdapat7 langkah pelaksanaan PBL, yaitu sebagaiberikut. Pertama  Mengklarifikasi istilah dankonsep yang belum jelas. Memastikan setiapanggota memahami berbagai istilah dankonsep yang ada dalam masalah. Kedua 

    Merumuskan masalah. Fenomena yang adadalam masalah menuntut penjelasanhubungan-hubungan apa yang terjadi antara

    fenomena itu. Ketiga Menganalisis Masalah.Siswa mengeluarkan pengetahuan terkaitapa yang sudah dimiliki tentang masalah.Keempat   Menata gagasan siswa dan

    secara sistematis menganalisisnya dengandalam. Bagian yang sudah dianalisis dilihatketerkaitannya satu sama lain,dikelompokkan mana yang salingmenunjang, mana yang bertentangan dansebagainnya. Kelima Memformulasikantujuan pembelajaran. Kelompok dapatmerumuskan tujuan pembelajaran karenakelompok sudah tahu pengetahuan manayang masih kurang dan mana yang masihbelum jelas. Keenam  Mencari Informasitambahan dari sumber yang lain (di luar

    diskusi kelompok). Ketujuh Mensintesa(Menggabungkan) dan menguji informasibaru, dan membuat laporan untuk kelas.Dari laporan individu/sub kelompok, yangdipresentasikan dihadapan anggotakelompok lain, kelompok mendapatkaninformasi-informasi yang baru. Anggota yangmendengarkan laporan harus kritis tentanglaporan yang disajikan (laporan diketik, dandibagikan kepada setiap anggota).

    Kegiatan pembelajaran denganmenggunakan metode PBL memiliki

    beberapa manfaat (Amir, 2009:27), yangdipaparkan sebagai berikut. 1).Meningkatkan kecakapan siswa dalampemecahan masalah. 2). Lebih mudahmengingat materi pembelajaran yang telahdipelajari. 3). Meningkatkan pemahamansiswa terhadap materi ajar. 4).Meningkatkan kemampuannya yang relevandengan dunia praktek. 5). Membangunkemampuan kepemimpinan dan kerja sama.6). Kecakapan belajar dan memotivasi siswauntuk mengembangkan kemampuan berpikirtingkat tinggi.

    Model pembelajaran PBL sangatcocok diterapkan untuk semua matapelajaran, termasuk mata pelajaranMatematika. Jika dikaitkan karakteristikMatematika dan PBL, keduanya memilikibenang merah satu dengan lainnya. Ditinjaudari aspek Matematika, Matematikamerupakan ilmu pengetahuan yangberkembang secara dinamik. Artinya,perkembangan yang sangat pesat serta

    kontribusinya yang luas dalam berbagaiaspek kehidupan manusia, telahmenyebabkan bergesernya pandangan dari

  • 8/17/2019 37-2058-1-SM (1)

    3/10

    Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) 

    Matematika sebagai ilmu yang statik keMatematika sebagai ilmu yang bersifatdinamik generatif. Jika dikaitkan denganPBL, perubahan pandangan ini telah

    berimplikasi pada berubahnya aspekpedagogis dalam pembelajaran yang lebihmenekankan pada Matematika sebagaipemecahan masalah dan pengembangankemampuan berpikir Matematika padasiswa. Siswa dapat lebih aktif, kreatif, daninovatif pada proses pembelajaran.Berdasarkan hal tersebut, penerapan PBLdalam pembelajaran sangat membantupeningkatan kualitas pembelajaran dan mutusiswa.

    Namun sayangnya, penerapan PBL

    dalam pembelajaran Matematika masih jarang dilakukan guru. Berdasarkan hasilobservasi pada tanggal 3 Oktober 2012 dikelas V SD No 2 Sepang secara umumproses pembelajaran Matematika di kelastersebut dominan berpusat pada guru. Guruselalu mengajar Matematika dengan metodeceramah. Hal tersebut menyebabkan banyaksiswa yang pasif dalam mengikuti prosespembelajaran. Mereka lebih banyak diam,mendengarkan penjelasan dan tidak maubertanya apabila belum mengerti. Selain itu,

    siswa jarang diberikan soal-soal pemecahanmasalah yang berkaitan dengan kehidupansehari-hari. Jika ada beberapa soalpemecahan masalah, mereka masih kurangpaham menyelesaikan soal-soal tersebut. Akibatnya, kemampuan pemecahanmasalahnya pun rendah.

    Berdasarkan hasil wawancaradengan guru Matematika kelas V, beberapaupaya yang pernah dilakukan untukmengatasi permasalahan yang terjadi,diantaranya adalah membimbing siswadalam mengerjakan soal. Kelemahannya,tidak semua siswa dapat dibimbing karenakarakteristik siswa yang berbeda serta jumlah yang cukup banyak.Berpijak dari hal tersebut, perlu adanyaperbaikan model ataupun metode yangditerapkan dalam pembelajaran. Salahsatunya adalah dengan menerapkan modelPBL. dengan model PBL ini dapatmembantu siswa menjadi lebih pahamterhadap materi ajar, mendorong untuk

    mampu memecahkan masalah, dan dapatmemotivasi siswa dalam belajar. Maka dariiitu dalam penelitian ini akan diterapkan

    model PBL untuk meningkatkan kemampuanpemecahan masalah Matematika dalamproses pembelajaran.

    Dalam Kamus Umum Bahasa

    Indonesia, Matematika adalah “ilmu tentangbilangan-bilangan, hubungan antarabilangan, dan prosedur oprasional dalampenyelesaian masalah mengenai bilangan”(Poerwadarminta. W. J. S, 1984:637).

    Matematika menurut pandanganRiedesel, et all (1996:170) adalah sebagaiberikut. 1). Matematika bukan sekedararitmetika. Maksudnya, kurikulumMatematika terutama untuk sekolah dasarhanya dipandang sebagai kumpulanketerampilan berhitung seperti penjumlahan,

    pengurangan, perkalian, dan pembagianbilangan. 2). Matematika merupakan problem posing  dan problem solving . Dalamkegiatan Matematika, pada dasarnya anakakan berhadapan dengan dua hal yaknimasalah-masalah apa yang mungkin munculatau diajikan dari sejumlah fakta yangdihadapi ( problem posing) serta bagaimanamenyelesaikan masalah tersebut ( problemsolving).  3). Matematika merupakan studitentang pola dan hubungan. Dalam aktifitasini tercakup kegiatan memahami,

    membicarakan, membedakan,mengelompokkan, serta menjelaskan polabaik berupa bilangan atau fakta-fakta lain.4). Matematika merupakan bahasa. Sebagaibahasa, Matematika menggunakan istilahserta simbol-simbol yang didefinisikansecara tepat dan berhati-hati. 5). Matematikamerupakan cara dan alat berpikir. Karenacara berpikir yang dikembangkan dalamMatematika menggunakan kaidah-kaidahpenalaran yang konsisten dan akurat, makaMatematika dapat digunakan sebagai alatberpikir yang sangat efektif untukmemandang berbagai permasalahantermasuk di luar Matematika sendiri. 6).Matematika merupakan pengetahuan yangberkembang secara dinamik. Perubahanpandangan ini telah berimplikasi padaberubahnya aspek pedagogis dalampembelajaran yang lebih menekankan padaMatematika sebagai pemecahan masalahdan pengembangan kemampuan berfikirmatematika.7). Matematika adalah aktifitas

    (doing matematics). Selain melalui aktifitasyang dikembangkan dalam Matematikasendiri, proses pengembangan Matematika

  • 8/17/2019 37-2058-1-SM (1)

    4/10

    Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) 

    baru tersebut dapat juga diawali denganaktivitas di luar dunia Matematika yang akanbisa meningkatkan kemampuan penalaranadaptasi siswa khususnya.

    Berdasarkan pendapat di atas,Matematika memiliki implikasi yangsignifikan terhadap pembelajaran. Dalampembelajaran Matematika, hendaknya suatuproses yang memerlukan waktu sertamerefleksikan adanya sejumlah tahapandalam memahami konsep-konsepMatematika di SD. Interaksi seperti itumemungkinkan guru dan siswa dapatberbagi dan memodifikasi cara berfikirmasing-masing. Selain itu juga terdapatkemungkinan bagi sebagian siswa untuk

    menampilkan argumen serta bagi siswalainnya memperoleh kesempatan untukmenangkap pola pikir siswa lainnya. Haltersebut dapat menjembatani siswa padaproses belajar yang lebih tinggi.

    Vygotsky (dalam Ali, 2009:164)menyatakan “pembelajaran Matematikamerupakan proses pemberian pengalamanbelajar kepada siswa melalui serangkaiankegiatan yang terencana sehingga siswamemperoleh kompetensi tentang bahanMatematika yang dipelajari”. Salah satu

    komponen yang menentukan ketercapaiankompetensi adalah penggunaan strategiMatematika yang sesuai. Hal tersebutsejalan dengan pendapat Ali (2009:163) “1)topik yang sedang dibicarakan, 2) tingkatperkembangan intlektual siswa, 3) prinsipdan teori belajar, 4) keterlibatan siswasecara aktif, 5) keterkaitan dengankehidupan sehari-hari, dan 6)pengembangan dan pemahaman penalaranmatematis. Maksud pendapat ini adalah: (1)topik yang sedang dibicarakan, artinyamengacu pada prinsip dan metodepembelajaran, (2) tingkat perkembanganintelektual siswa, artinya penerapan modelpembelajaran disesuaikan dengankarakteristik siswa yang beragam, (3) prinsipdan teori belajar, dengan memadukan keduahal tersebut akan lebih menambahpemahaman siswa terhadap materipelajaran matematika, (4) keterlibatan siswasecara aktif, artinya menuntut siswaberperan secara aktif dalam kegiatan

    pembelajaran, (5) keterkaitan dengankehidupan sehari-hari, artinya dalampenerapan proses pembelajaran harus ada

    keterkaitan dengan apa yang dilakukan olehsiswa dalam kehidupannya, dan (6)pengembangan dan pemahaman penalaranmatematis, bagaimana siswa dilatih untuk

    mengembangkan cara berpikir yang terbukaserta mampu mengeksplor pemikirannya.Tujuan pembelajaran Matematika di

    SD menurut Ali (2009:166) adalah sebagaiberikut. Anak dapat secara aktif terlibatdalam proses belajar dan kesempatan untukmengemukakan ide-ide mereka merupakanhal yang sangat esensial dalam prosestersebut, 2) Melatih karakteristik dantahapan berpikir yang teridentifikasi dandapat dipastikan bahwa anak melaluitahapan-tahapan tersebut, 3) Belajar

    bergerak dari tahapan yang bersifat konkritke tahapan yang lebih abstrak, 4) Mampuuntuk menggunakan simbol sertarepresentasi formal serta alamiahberkembang dari tahapan yang lebih konkrit,5) Membentuk sikap logis, kritis, kreatif,cermat dan disiplin

    Berdasarkan pendapat di atas,Matematika memiliki implikasi yangsignifikan terhadap pembelajaran. Dalampembelajaran Matematika, hendaknya suatuproses yang memerlukan waktu serta

    merefleksikan adanya sejumlah tahapandalam memahami konsep-konsepMatematika di SD. Interaksi seperti itumemungkinkan guru dan siswa dapatberbagi dan memodifikasi cara berfikirmasing-masing. Selain itu juga terdapatkemungkinan bagi sebagian siswa untukmenampilkan argumen serta bagi siswalainnya memperoleh kesempatan untukmenangkap pola pikir siswa lainnya. Haltersebut dapat menjembatani siswa padaproses belajar yang lebih tinggi.

    Secara umum proses pembelajaranMatematika di kelas tersebut dominanberpusat pada guru. Guru selalu mengajarMatematika dengan metode ceramah. Haltersebut menyebabkan banyak siswa yangpasif dalam mengikuti proses pembelajaran.Mereka lebih banyak diam, mendengarkanpenjelasan dan tidak mau bertanya apabilabelum mengerti. tersebut. Akibatnya,kemampuan pemecahan masalahnya punrendah.

    Menurut Polya (dalam Amir, 2009:45)kemampuan pemecahan masalah adalah“proses yang ditempuh oleh seseorang

  • 8/17/2019 37-2058-1-SM (1)

    5/10

    Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) 

    untuk menyelesaikan masalah yangdihadapinya sampai masalah itu tidak lagimenjadi masalah baginya”. Sedangkanmenurut Gagne (dalam Amir, 2009:45)

    kemampuan pemecahan masalahmerupakan “seperangkat prosedur ataustrategi yang memungkinkan seseorangdapat meningkatkkan kemandirian dalamberpikir”. 

    Dari kedua pendapat tersebut dapatdisimpulkan bahwa kemampuan pemecahanmasalah merupakan kecakapan atau potensiyang dimiliki siswa dalam menyelesaikanpermasalahan dan mengaplikasikan dalamkehidupan sehari-hari. PBL memilikikelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan

    kelemahan tersebut disajikan sebagaiberikut. Menurut Amir (2009:27), penerapanmodel Problem Based Learning memilikibeberapa kelebihan, sebagai berikut. 1)Fokus kebermakna, bukan fakta (deepversus surface learning ), 2) Meningkatkankemampuan siswa untuk berinisiatif, 3)Pengembangan keterampilan danpengetahuan, 4) Pengembanganketerampilan interpersonal dan dinamikakelompok, 5) Pengembangan sikap self-motivated,6) Tumbuhnya hubungan siswa-

    fasilitator, 7) Jenjang penyampaianpembelajaran dapat ditingkatkan.Di sampingmemiliki kekuatan, menurut Nurhadi(2004:110) model Problem Based Learning   juga memiliki beberapa kelemahan,diantaranya sebagai berikut. “1) Pencapaianakademik dari individu siswa, 2) Waktu yangdiperlukan untuk implementasi, 3)Perubahan peran siswa dalam proses, 4)Perubahan peran guru dalam proses, dan 5)Perumusan masalah yang baik”. 

    Sebagai suatu kemampuan yangdimiliki oleh siswa dalam memecahkansuatu masalah, perlu ada beberapaindikator-indikator dari kemampuanpemecahan masalah. Indikator-indikatorkemampuan pemecahan masalah menurut Amir (2009:24) adalah 1) “mampumengklarifikasi istilah konsep yang belum jelas, 2) mampu merumuskan masalah danmenganalisis masalah, 3) mampu menatagagasan secara sistematis danmenganalisisnnya dengan dalam, dan 4)

    mampu mencari informasi tambahan darisumber lain” 

    Model pembelajaran PBL sangatcocok diterapkan untuk semua matapelajaran, termasuk mata pelajaranMatematika. Jika dikaitkan karakteristik

    Matematika dan PBL, keduanya memilikibenang merah satu dengan lainnyaSesuai dengan rumusan masalah, makatujuan penelitian ini adalah untukmeningkatkan kemampuan pemecahanmasalah Matematika dengan penerapanmodel pembelajaran Problem BasedLearning   (PBL) pada Siswa Kelas Vsemester II SD No 2 Sepang tahunpelajaran 2012/2013. 

    METODE

    Kemampuan pemecahan masalahmerupakan kecakapan atau potensi yangdimiliki seseorang atau siswa dalammenyelesaikan permasalahan danmengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Indikator

    McNiff (1992:4) menyatakan bahwa“Penelitian Tindakan Kelas merupakanbentuk penelitian reflektif yang dilakukanoleh guru sendiri yang hasilnya dapatdimanfaatkan sebagai alat untukpengembangan dan perbaikan

    pembelajaran”. Penelitian tindakan kelasdilakukan bersiklus. Tiap siklus terdiri dariempat kegiatan, yakni perencanaan,tindakan, observasi, dan refleksi. Siklus satu meliputi empat tahapan, yakniperencanaan, tindakan, observasi, danrefleksi. 1). Tahap Perencanaan. Padakegiatan ini dilakukan penyusunan RencanaPersiapan Pembelajaran (RPP), menyiapkanalat dan bahan/media pembelajaran,menyiapkan soal/permasalahan yang sesuaidengan karakteristik siswa, materi yangdiajarkan, dan membuat instrumenpenelitian. 2). Tahap Tindakan. Pada tahapini dilaksanakan pembelajaran sesuaidengan RPP yang telah disusun. 3). TahapObservasi dan Evaluasi. Kegiatan observasidan evaluasi ini dilaksanakan selamakegiatan pembelajaran berlangsung. Segalakejadian dalam pembelajaran diamati dandidokumentasikan sebagai bahan kegiatanrefleksi. Pada akhir siklus diadakan kegiatanevaluasi. 4). Tahap Refleksi. Kegiatan yang

    dilakukan adalah menganalisis prosessebelumnya, baik kelemahan dankelebihannya sehingga diperoleh

  • 8/17/2019 37-2058-1-SM (1)

    6/10

    Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) 

    kesimpulan tentang keberhasilan maupunkekurangan dari penerapan pembelajaranPBL. Hasil kesimpulan tersebut digunakanuntuk memperbaiki pada tindakan berikutnya

    yang kemudian ditindaklanjuti denganperbaikan rencana pelaksanaanpembelajaran.

    Siklus II Kegiatan yang dilakukanpada siklus II pada prinsipnya sama dengansiklus I. hanya saja, pada siklus ini tindakanyang dilaksanakan adalah berupa tindakanyang merupakan penyempurnaan dari siklusI. sehingga tindakan pada siklus II padadasarnya telah mengalami penyempurnaan,dengan kata lain telah mampu mencapaitujuan yang direncanakan dan dilaksanakan

    pada penelitian ini. pada akhir siklus IIdilakukan suatu refleksi yang merupakankegiatan akhir merumuskan hasil dari semuakegiatan.

     Adapun metode dan instrumen yangdigunakan dalam pengumpulan data, yaitusebagai berikut. 1) Metode observasi.Observasi dilakukan untuk mengamati

    segala hal yang terjadi di kelas selamakegiatan pembelajaran berlangsung.Observasi dilakukan guru denganmenggunakan instrumen lembar observasi.2) Metode tes. Tes yang dibuat dalampenelitian ini adalah tes kemampuanpemecahan masalah Matematika. Tesberupa soal essay. Setiap soal diberi skorsesuai dengan indikator pemecahanmasalah, seperti: 1. memahami masalah, 2.merencanakan penyelesaian, 3.melaksanakan rencana, 4. melihat kembali.

    Masing-masing indikator tersebut diberibobot sebagai berikut.

    Tabel 1. Aspek/Indikator penilain Proses PBL

    No Aspek/Indikator Jenis Soal Bobot Maksimal1 Memahami masalah Essay 20%2 Merencanakan penyelesaian Essay 30%3 Melaksanakan rencana Essay 30% 4 Melihat kembali Essay 20% 

    Kemampuan pemecahan masalah

    Matematika siswa yang diperoleh masihmerupakan data mentah sehingga perludianalisis. Rumus yang digunakan untukanalisis ini adalah sebagai berikut.Rumus yang digunakan untuk mencari rata-rata skor

    (1)

    Rumus yang digunakan untuk mencari rata-

    rata kels

    (2)

    Tingkat keberhasilan kemampuanpemecahan masalah Matematika siswadapat ditentukan dengan membandingkan M(%) terhadap PAP skala lima dengan kriteriasebagai berikut

    Tabel 2. Pedoman Konversi PAP Skala Lima

    Persentase Kriteria90-100 Sangat tinggi

    80-89 Tinggi70-79 Sedang60-69 Rendah50-59 Sangat Rendah

    (dimodifikasi dari Agung, 2005)

    HASIL DAN PEMBAHASANPelaksanaan pembelajaran di dalam

    kelas secara umum telah berlangsungsesuai dengan rencana pembelajaran yangtelah ditetapkan. Penelitian tindakan kelasini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiapsiklus terdiri dari tiga kali pertemuan, yaitu

    dua kali pertemuan untuk prosespembelajaran dan satu kali untuk pemberiantes.

    Data yang telah dikumpulkandianalisis sesuai dengan teknik analisis datayang telah ditetapkan sebelumnya. Datahasil penelitian nilai alwal yang diperoleh,maka ada patokan untuk melanjutkan ke

  • 8/17/2019 37-2058-1-SM (1)

    7/10

    Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) 

    tahap siklus. Tahap siklus yang dilakukanselama penelitian adalah dua siklus yaitusiklus I dan siklus II

    Data hasil belajar siklus yang

    terkumpul, selanjutnya dianalisis denganmenggunakan analisis data deskriptif. Datayang terlebih dahulu dianalisis adalahmenentukan rata-rata (M) skor hasil belajarsiswa pada siklus Setelah rata-rata (M) skorhasil belajar siswa pada siklus diketahui,selanjutnya analisis data yang dilakukanadalah menentukan tingkat persentase hasilbelajar siswa dengan cara membandingkanpersentase rata-rata (M%) dengan kriteriaPAP skala 5.

    Proses penelitian ini dilakukan dalam

    dua siklus yang masing-masing siklus terdiridari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaantindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)observasi dan evaluasi, dan (4) refleksitindakan. Kegiatan perencanaan tindakansiklus I dilaksanakan pada hari Senintanggal 3 Juni 2013 di ruang guru SD No 2Sepang. Guru bersama penelitimendiskusikan rancangan tindakan yangakan dilakukan dalam penelitian ini.

    Pelaksanaan tindakan I dilaksanakandalam 3 kali pertemuan, seperti yang telah

    direncanakan, yaitu tanggal 4, 5, dan 7 Juni2013 di ruang kelas V SD No 2 Sepang.Pertemuan dilaksanakan dengan alokasiwaktu 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) sesuaidengan skenario pembelajaran dan RPP.Materi pada pelaksanaan tindakan I iniadalah penjumlahan pecahan denganberpenyebut sama dan tidak sama

    Pada pertemuan ini, gurumendemonstrasikan materi secara jelas danmembentuk kelompok belajar. Siswa dimintauntuk kerja kelompok mengerjakan soallatihan yang telah dirancang, kemudianpresentasi hasil kerja kelompok setelah soallatihan selesai dikerjakan dengan waktuyang telah ditentukan. Pelaksanaan tindakanpetemuan ini dilaksanakan pada tanggal 4dan 5 juni 2013.

    Siswa bergabung dengan anggotakelompoknya untuk mengerjakan tugasmengidentifikasi permasalahan untukDiskusi berlangsung lancar meskipunawalnya masih banyak yang ramai dan

    hanya beberapa siswa yang mengerjakan.Guru dan peneliti berkeliling untukmengawasi jalannya kerja kelompok. Begitu

    seterusnya sampai keadaan mulai tertib.Hampir semua siswa sudah tampak begituantusias berdiskusi dan tekun mengerjakan.Sebagian besar siswa sudah mengerjakan

    dengan benar meskipun ada beberapasiswa yang mengerjakan tetapi masihkurang lengkap dan kurang teliti dalampengerjaan soal.

    Guru akhirnya menunjuk 2 kelompokdan memberikan sedikit motivasi agarmereka berani tampil ke depan, yaitukelompok Aditya Laksana Putra (Kel.4) dankelompok Agung Arianto (Kel 2). Selamapresentasi, keenam anggota kelompok Aditya Laksana Putra (Kel.4) aktifmempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

    Guru dan peneliti mengawasi jalannyapresentasi sambil berkeliling dan membukakegiatan diskusi/tanya jawab bagi siswa ataukelompok lain yang ingin memberikanmasukan terhadap kelompok penyaji

    Sebelum menutup pembelajaran,siswa diminta mengumpulkan lembar jawaban yang sudah selesai dikerjakan.Guru membuat kesimpulan dari materi yangsudah diajarkan kemudian menutuppembelajaran dengan salam.

    Hasil dari pelaksanaan siklus I

    menunjukan adanya peningkatankemampuan pemecahan masalah denganmodel PBL, hal ini terbukti dengan keaktifansiswa dalam mengerjakan permasalahanyang ditemukan dengan anggota kelompok.Meskipun demikian masih ada beberapasiswa yang masih ragu dan belum mampuuntuk menyelesaikan pemecahan masalahyang mereka temukan.

    Pelaksanaan tindakan siklus IIhampir sama dengan pelaksanaan tindakansiklus I, hanya pada pelaksanaan tindakan IIini terdapat perbaikan yang masih diperlukandari tindakan I. Materi yang disampaikanpada pelaksanaan tindakan II hampir samadengan pelaksanaan tindakan I, yaitumelakukan penjumlahan dan penguranganpecahan namun pada siklus II dikhususkanmelakukan penjumlahan dan penguranganberbagai bentuk pecahan.

    Pelaksanaan tindakan I dilaksanakandalam 3 kali pertemuan, seperti yang telahdirencanakan, yaitu pada hari selasa 11 juni,

    kamis 13 juni, dan jumat 14 juni 2013.Pelaksanaan tindakan petemuan inidilaksanakan pada tanggal 11 dan 13 juni

  • 8/17/2019 37-2058-1-SM (1)

    8/10

    Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) 

    2013. Pada pertemuan siklus II gurumenjelaskan dan mendemonstrasikan caramelakukan penjumlahan dan penguranganberbagai bentuk pecahan. dengan jelas dan

    dibuka kesempatan tanya jawab, kemudiansiswa mengerjakan soal secaraberkelompok. Diskusi berlangsung lancar,tidak terjadi keributan, keadaan lebih tertibdan terkendali. Guru dan peneliti berkelilinguntuk mengawasi jalannya kerja kelompokdan memberikan bantuan secara langsungkepada kelompok yang mengalamikesulitan. Guru dan peneliti juga memberimotivasi kepada kelompok yang belum bisabekerja sama atau masih berbicara sendirisatu sama lain.

    Semua siswa sudah tampak begituantusias berdiskusi dan tekun mengerjakan.Terdapat beberapa kelompok yang sangatantusias ingin mempresentasikan hasilpekerjaannya karena dalam pembelajaranpada siklus I mereka sudah memahami carapresentasi dan lebih berani memaparkan jawaban di depan kelas.

    Kesempatan presentasi diberikanpada dua kelompok saja agar lebih efektifdan tiap kelompok diminta mengerjakan soalpenjumlahan dan pengurangan berbagai

    bentuk pecahan. dan diberi waktu 15 menit.Guru dan peneliti mengawasi jalannyapresentasi sambil berkeliling dan membukakegiatan diskusi/tanya jawab bagi siswa ataukelompok lain yang ingin memberi masukanatau menyanggah kelompok presenter.

    Guru dan peneliti membagikan soaluntuk evaluasi akhir berupa soal essay danmeminta agar siswa dalam mengerjakantidak saling bekerja sama. Guru dan peneliti

    mengawasi dengan baik agar hasil darievaluasi dapat mencerminkan kemampuanmereka dan memberikan kesempatankepada siswa untuk mengerjakan soaldengan tertib dan tenang.

    Sebelum menutup pembelajaran,siswa diminta mengumpulkan lembar jawaban yang sudah selesai dikerjakan.Guru membuat kesimpulan dari materi yangsudah diajarkan kemudian menutuppembelajaran dengan salam.

    Pertemuan ketiga siklus II dilanjutkan

    dengan pemberian tes akhir siklus II untukmengetahui hasil belajar siswa.Pelaksanaan tes akhir siklus I diadakanpada hari Jumat tanggal 14 Juni 2013, yangterdiri dari 5 butir soal essay dengan alokasiwaktu 35 menit. Kegiatan tes berlangsunglancar tidak ada lagi siswa yang ribut dalammengerjakan soal.

    Hasil dari evaluasi siklus IImenunjukan adanya peningkatankemampuan pemecahan masalah denganpenerapan model pembelajaran PBL. hal ini

    ditunjukan dengan meningkatnyakemampuan siswa dalam mengikutipembelajaran dengan aktif dan antusias darisemua siswa.

    Secara ringkas, hasil penelitian diatas disajikan pada table 3 siklus I dan siklusII berikut.

    Tabel 3. Ringkasan hasil penelitian pada siklus I dan siklus II

    SiklusHasil Belajar Siswa

    Rata-rata Kriteria

    I 70,00% RendahII 86,42% Tinggi

    Perbandingan peningkatankemampuaan pemecahan masalah diatas, disajikan ke dalam grafik sepertipada gambar 1 berikut.

  • 8/17/2019 37-2058-1-SM (1)

    9/10

    Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) 

    Gambar 1. Perbandingan rata-ratakemampuan pemecahan masalah

    Berdasarkan deskripsi hasilpenelitian yang telah diurikan sebelumnya,penerapan model pembelajaran ProblemBased Learning  (PBL) dapat meningkatkankemampuan pemecahan masalah siswa.Hal ini dapat dilihat dari kenaikan rata-ratanilai kemampuan pemecahan masalahsiswa pada siklus I (70,00) menjadi (86,42)pada siklus II. Rata-rata kemampuanpemecahan masalah mengalamipeningkatan sebesar 16,42% dari siklus Ike siklus II.

    Terjadinya peningkatan kemampuanpemecahan masalah  pada siswa

    disebabkan karena  model PBLmemungkinkan siswa dapat meningkatkankemandirian dalam berpikir menganalisapermasalahan. Kemampuan menganlisapermasalahan menyebabkan siswa mampumemecahkan masalah. Pendapat ini sejalandengan pendapat Gagne (dalam Amir,2009:45) menyatakan “kemampuanpemecahan masalah merupakanseperangkat prosedur atau strategi yangmemungkinkan seseorang dapatmeningkatkkan kemandirian dalam

    berpikir”. Selain itu, ditahap selanjutnyaguru mengkoreksi dengan seksama jawaban yang benar, untuk disempurnakansesuai dengan konsep pemecahanmasalah matematika. Dengan demikian,bimbingan belajar mampu meningkatkankemampuan pemecahan masalah padapembelajaran matematika. Pendapat inisejalan dengan pendapat Abu Ahmadi,(1991:111) menyatakan ”bimbingan belajaradalah suatu proses pemberian bantuanterus-menerus dan sistematis kepada

    individu dalam memecahkan masalah yang

    dihadapinya untuk meningkatkan hasilbelajar siswa”. 

    Berdasarkan pembahasan danimplementasi di atas, serta didukung oleh

    penelitian yang relevan dengan penelitianini dapat disimpulkan bahwa penerapanmodel pembelajaran  Problem BasedLearning   (PBL) dapat meningkatkankemampuan pemecahan masalahmatematika siswa kelas V semester II SDN2 Sepang tahun pelajaran 2012/2013.

    PENUTUPBerdasarkan hasil analisis data dan

    pembahasan yang telah disajikan dalamBab IV, maka dapat ditarik simpulan bahwa

    penerapan pembelajaran Problem BasedLearning   (PBL) dapat meningkatkankemampuan pemecahan masalah siswakelas V di SD Negeri 2 Sepang denganperolehan angka rata-rata kemampuanpemecahan masalah secara klasikal padasiklus I sebesar 70% (berada pada kriteriasedang). sedangkan pada siklus II rata-ratakemampuan pemecahan masalah sebesar86,42% (berada pada kriteria tinggi).Dengan demikian, dari siklus I ke siklus IIuntuk kemampuan pemecahan masalah

    mengalami peningkatan sebanyak 16,42%.Maka dapat dinyatakan bahwa penerapanpembelajaran Problem Based Learning  (PBL) dapat meningkatkan kemampuanpemecahan masalah matematika siswakelas V di SD Negeri 2 Sepang tahunpelajaran 2012/2013

    Berdasarkan hasil penelitian ini,dapat dikemukakan saran-saran antara lain

    - Guru mata pelajaran Matematikadisarankan untuk menerapkan modelpembelajaran model PBL (Problem BasedLearning ) karena dapat meningkatkankemampuan pemecahan masalah siswadan menghasilkan minat belajar siswauntuk belajar matematika yang baik.

    - Disarankan dengan adanya modelpembelajaran PBL (Problem BasedLearning ) siswa dapat belajar dengan lebihdisiplin dan bekerjasama dengan siswa laindalam kelompok.

    -

  • 8/17/2019 37-2058-1-SM (1)

    10/10

    Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) 

    DAFTAR RUJUKAN

     Agung, A.A. Gede. 2005. MetodologiPenelitian Pendidikan.  Singaraja:

    Fakultas Ilmu Pendidikan.

     Ahmadi, Abu 1991. Psikologi Belajar .Jakarta : Rineka Cipta.

     Ali, Mohhamad. 2009. Ilmu  dan   AplikasiPendidikan. Bandung : PT ImperialBhakti Utama.

     Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi PendidikanMelalui Problem Based learning.Jakarta: Kencana Prenada Media

    Group.

    Budhayanti, Clara Ika Sari. 2008.Pemecahan Masalah Matematika.Direktorat Jendral Pendidikantinggi.

    Hudojo, Herman. 1988. StrategiPembelajaran Matematika.Malang: Balai Pustaka.

    McNiff, J. 1992.  Action Reaseach

    Principles. London: Routledge.

    Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kontekstual(Contextual teaching andLearning/CTL). Malang:UniversitasMalang.

    Poerwadarminta, W.J.S. 1984. KamusUmum Bahasa Indonesia. PNBalai Pustaka.

    Riedesel, C. A..Scchwart, J.E., danClement, D.H. 1996. TeachingElementry School mathematic. Boston: Allyn and Bacon.

    Tan, Oon-seng. 2003. Problem BasedLearning Innovation: UsingProblem to Power Learning in 21stCentury, thompson Learning. 

    Wee Keng, Megan A. Kek. 2002. AuthenticProblem Based learning: RewritingBusiness Education. Prentice Hall.