repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · abstract. in making...
TRANSCRIPT
PENGARUH RETURN ON EQUITY (ROE), RETURN ON ASSET (ROA)
DAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP RETURN SAHAM
PADA PERUSAHAAN YANG TERCATAT DI JAKARTA ISLAMIC INDEX
(JII)
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI)
Oleh:
Meutia Gama Pertiwi
205082000270
AKUNTANSI AUDIT
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
ABSTRACT
In making decision, an investor requires accurate information about the company’s performance. There are two tools in assessing company’s performance, traditional approach (Return on Equity-ROE, Return on Asset-ROA) and modern approach (Economic Value Added-EVA). This study analyzes the effect of ROE, ROA and EVA partially and simultaneously on stock returns which are listed on the Indonesia Stock Exchange. Moreover, this study analyzes the most dominant independent variables that influence the stock returns. This study uses multiple regression analysis. This study uses secondary data obtained from the Indonesian Stock Exchange. The sample was selected from registered companies at the Indonesian Stock Exchange which is categorized in Jakarta Islamic Index (JII) started from year 2007 until 2009. Partially, econometric result shows that stock return was significantly influenced by ROA and EVA, but insignificantly influenced by ROE. In the other hand, ROE, ROA and EVA simultaneously affected the stock return significantly. In addition, the regression result found that the most dominant independent variable which affected the stock return is EVA. The ability of independent variables explained the dependent variable by 19%, while the rest 81% influenced by other variables and not included in this regression analysis.
Keywords: Return On Equity, Return On Asset Economic Value Added, Stock Return
ABSTRAK
Dalam membuat keputusan, seorang investor membutuhkan informasi yang akurat tentang kinerja perusahaan. Ada dua alat yang digunakan dalam mengukur kinerja perusahaan, pendekatan tradisional (Return On Equity-ROE, Return On Asset-ROA) dan pendekatan modern (Economic Value Added-EVA). Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh ROE, ROA dan EVA secara parsial dan secara simultan terhadap return saham yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis variabel independen yang paling dominan mempengaruhi return saham. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Sampel dipilih dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang masuk kategori JII (Jakarta Islamic Indeks) mulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Secara parsial, hasil ekonometri menunjukkan bahwa return saham secara signifikan dipengaruhi oleh ROA dan EVA tapi tidak dipengaruhi secara signifikan oleh ROE. Di sisi lain, ROE, ROA dan EVA secara simultan mempengaruhi return saham secara signifikan. Selain itu, hasil regresi menemukan bahwa variabel independen yang paling dominan mempengaruhi return saham adalah EVA. Kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen sebesar 19 %, sedangkan sisanya 81% dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk dalam analisis regresi ini.
Kata kunci: Return On Equity, Return On Asset, Economic Value Added, Return Saham
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
segala rahmat dan hidayahnya, shalawat serta salam kepada sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini sesuai dengan apa yang saya harapkan. skripsi ini disusun sebagai suatu syarat untuk
mencapai tahap kelulusan dalam proses perkuliahan, mudah-mudahan menjadi karya yang
spektakuler.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan dalam rangka
mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, saya tidak lupa menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam penyusunan skripsi
saya ini, antara lain kepada :
1. Orang tua saya (Drs. Lukman Muslimin & Wiwiek Wahyudianti) yang paling berjasa
kepada saya, yang telah membesarkan saya dengan kasih sayang dan kesabarannya serta
mendoakan yang tiada terputus dan memberikan dukungan yang sangat besar terhadap
saya, sehingga tersusunnya skripsi yang menjadi persyaratan mencapai suatu kelulusan.
Semoga Allah senantiasa membentangkan ampunan dan rahmat-Nya kepada keduanya. “I
Love You Mom n Pop”.
2. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Jakarta.
3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
masukan, semangat, dan bimbingan dengan kesabaran dan ketabahannya.
5. Rahmawati, SE., MM, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan
dalam proses penyusunan skripsi saya dengan sabar dan penuh keikhlasan.
6. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku dosen penguji ahli I yang telah memberikan masukan
dalam proses ujian skripsi saya dengan penuh kesabaran.
7. Yulianti, SE., M.Si, selaku dosen penguji ahli II yang telah memberikan masukan dalam
proses ujian skripsi saya dengna penuh kesabaran.
8. Untuk ketiga saudara saya yang paling baik dan sangat saya sayangi: kakak saya Maulida
Lestari, SE., ME, abang saya Muhammad Ratho Priyasa, SH, dan kembaran saya Dian
Aji Pertiwi, terima kasih karena kalian sudah menjadi motivator agar saya tetap semangat
dalam menyelesaikan skripsi ini walaupun rada bawel sih.
9. Untuk saudara-saudara yang saya sayangi, putri, ayu, lala, deka, dea terima kasih karena
sudah menjadi penyemangat selama ini sehingga selesainya skripsi ini,ke abisan kata-
kata nih pokoknya makasih ya saudaraku.
10. Untuk sahabatku M3, Marlia Ulfah, Jannatul Makwa, Ersya Yudikawati, yang telah
memberikan semangat dan dukungan kepada saya dari mulai ujian kompre sampe dengan
selesainya skripsi saya, “Semoga kita semua bisa menjadi penyemangat satu sama
lainnya”, jangan pada sombong ya kalo udah pada kerja.
11. Untuk sahabat tersayang yang sudah seperti saudara saya sendiri Ria Rahmania , kayu,
ndut, oji, baybay, andi, rifki, botak, reni terima kasih sudah mengingatkan saya untuk
selalu mengerjakan skripsi dan kalian semua adalah penyemangat saya.
12. Untuk Ale Sulaeman (ale”) yang selalu dengan ikhlas menemani saya dalam suka
maupun duka dengan ketulusan dan kesabaran serta dorongan motivasinya sehingga
selesainya skripsi ini.
13. Seluruh staf akademik Fakultas Ekonomi Dan Bisnis yang telah bekerja dengan baik
melayani para mahasiswa, semoga amalnya diterima Allah SWT.
14. Pihak-pihak lain, yang saya tidak dapat sebutkan namanya satu persatu.
Saya menyadari sekali bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Dengan segala kerendahan hati saya mohon maaf dan berharap skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi semua. Dan saya berharap skripsi yang saya susun ini menjadi suatu karya yang
baik serta menjadi suatu persembahan terbaik bagi para dosen-dosen dan teman-teman yang
berada di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis.
Demikianlah kata pengantar dari saya dan sebagai suatu introspeksi diri, saya mohon
maaf atas kekurangan dan kesalahannya. Dan kekurangan hanya terdapat pada diri saya, karena
kebenaran sejati hanya milik Allah SWT saya ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................................. i
Abstract .................................................................................................................... ii
Abstrak .................................................................................................................... iii
Kata Pengantar ....................................................................................................... iv
Daftar Isi ............................................................................................................... viii
Daftar Tabel ............................................................................................................ x
Daftar Gambar ...................................................................................................... xi
Daftar Lampiran .................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian .............................................................. 1 B. Perumusan Masalah ....................................................................... 9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Return On Equity (ROE) ......................................................... 11
2. Return On Asset (ROA) .......................................................... 13
3. Economic Value Added (EVA) .............................................. 16
4. Saham ...................................................................................... 22
5. Return Saham .......................................................................... 24
B. Keterkaitan Antara ROE, ROA & EVA dan Pengaruhnya
Terhadap Return Saham .............................................................. 25
C. Hasil Penelitian Terdahulu ........................................................... 30
D. Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................................... 31
E. Hipotesis ...................................................................................... 32
i
ii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………… 33
B. Metode Penentuan Sampel …………………………………… 33
C. Metode Pengumpulan Data …………………………………... 33
D. Metode Analisis Data ………………………………………… 34
E. Operasional Variabel Penelitian ……………………………… 39
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ………………………….. 41
B. Analisis Deskripitif Pengaruh ROE, ROA dan EVA Terhadap
Return Saham ......................................................................….. 66
C. Hasil dan Pembahasan ………………………………….…….. 71
1. Uji Asumsi Klasik …………………………………………. 71
2. Analisis Regresi Linear Berganda ……………………….… 75
D. Interpretasi Hasil Analisis ……………………………….……. 82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………….……... 85
B. Implikasi ……………………………………………….……... 86
C. Saran .......................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 88
LAMPIRAN …………………………………………………………..….....… 92
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu .......................................................29
3.1 Operasional Variabel Penelitian ......................................39
4.1 Return On Equity Tahun 2007-2009 ...............................65
4.2 Return On Asset Tahun 2007-2009 .................................66
4.3 Economic Value Added Tahun 2007-2009 .....................67
4.4 Return Saham Tahun 2007-2009 .....................................69
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ..............................................70
4.6 Hasil Uji Regresi Linear Berganda .................................74
4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi .....................................76
4.8 Hasil Uji F Statistik .........................................................78
4.9 Hasil Uji T Statistik ........................................................79
i
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ………………………….......……….…….. 31
4.1 Uji Normalitas ……….............…………………….......…….….. 72
4.2 Uji Heteroskedastisitas ……….………………………..........…... 73
ii
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Data Return On Equity Tahun 2007-2009 ....................................92
2 Data Return On Asset Tahun 2007-2009 ......................................93
3 Data Economic Value Added Tahun 2007-2009 ..........................94
4 Data Return Saham Tahun 2007-2009 ..........................................96
5 Hasil Regresi Linear Berganda …………………………………..97
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Persaingan dunia usaha dalam perekonomian pasar bebas sekarang ini
semakin ketat. Hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan yang
berdiri dan berkembang sesuai dengan bertambahnya jumlah unit usaha
ataupun meningkatnya kegiatan ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya
kebutuhan pasar. Pemerintah telah memberikan berbagai kemudahan untuk
dapat lebih meningkatkan kegiatan ekonomi, seperti halnya memberikan
bantuan permodalan dan memberikan ijin untuk usaha. Modal sangat
dibutuhkan bagi kelangsungan suatu usaha, hal ini juga yang merupakan
kendala yang sering dihadapi oleh perusahaan.
Perusahaan yang telah go public dapat memperoleh dana yang lebih
murah daripada harus meminjam. Investor akan tertarik untuk menanamkan
dananya pada perusahaan yang dapat memberikan gambaran keadaan serta
prospek masa depan perusahaan yang baik dan juga memberikan tingkat
pengembalian (return) bagi para investor pada tingkat yang menguntungkan.
Seorang investor sebelum melakukan investasi dalam saham, ia harus
memastikan terlebih dahulu bahwa investasi tersebut adalah tepat. Ia harus
menilai dari berbagai alternatif yang akan memberikan pengembalian positif
pada masa yang akan datang (Yurico & Lubis, 2008:1).
1
Dalam pengambilan keputusan investasi, seorang investor
membutuhkan informasi yang relevan tentang perusahaan karena kurangnya
informasi akan menambah keragu-raguan dan menciptakan ketidakpastian.
Umumnya, informasi akuntansi berupa laporan keuangan dianggap dapat
mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan
bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi sebagian besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan
operasionalnya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan,
karena dari laba perusahaan akan dapat diketahui kemampuan perusahaan
dalam pemenuhan kewajiban bagi para investornya dan juga merupakan
elemen penting dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan
prospeknya pada masa yang akan datang. Tingkat profitabilitas perusahaan
dapat dilihat dari laporan keuangan yang secara periodik di up date sebagai
salah satu kewajiban perusahaan public. Laporan keuangan menyediakan data
mentah berupa angka-angka yang dapat dianalisis lebih lanjut.
Bukit (2003: 2) menyatakan bahwa dalam menilai suatu kinerja suatu
perusahaan, seorang investor biasanya berpandu pada prospektus dan laporan
keuangan perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan
kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi
perusahaan (analisis fundamental perusahaan), karena laba perusahaan selain
2
merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
bagi para penyandang dananya, juga merupakan elemen dalam menciptakan
nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan dimasa yang akan
datang.
Ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja sangatlah beragam dan
kadang-kadang berbeda antara satu industri dengan industri lainnya. Tetapi
yang biasa digunakan oleh para manajer maupun investor selama ini adalah
menggunakan rasio keuangan perusahaan seperti rasio likuiditas (current
ratio, quick ratio), rasio profitabilitas (return on equity, return on asset, return
on invesment) serta rasio solvabilitas.
Sebagai contoh alat ukur tradisional yang sering digunakan untuk
menilai kinerja adalah Return on Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA).
ROE mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan yang
merupakan perbandingan laba bersih terhadap ekuitas saham. Rasio ini juga
dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, jika proporsi utang
semakin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Sedangkan ROA tidak
lain adalah perbandingan net profit after tax terhadap average total asset.
Rasio ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan menggunakan
seluruh asetnya didalamnya menghasilkan keuntungan. Nilai dari kedua rasio
keuangan diatas sudah tercantum dalam setiap laporan keuangan perusahaan
sehingga lebih mudah bagi investor dalam mengalisisnya untuk kemudian
dijadikan dasar menentukan kebijakan portofolio (Handoko, 2008:3).
3
Namun pada pelaksanaannya disadari juga bahwa ada kelemahan pada
alat ukur akuntansi tradisional yang disebut sebelumnya. Kelemahan alat ukur
tradisional sebagai pengukur penciptaan nilai bahwa alat ukur tersebut
mengabaikan adanya biaya modal, sehingga sulit mengetahui apakah suatu
perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak. Alat ukur tradisional dapat
memberikan kesimpulan yang misleading.
Didorong oleh adanya ketidakpuasan atas lemahnya metode penilaian
yang ada sekarang ini dan juga kelemahan-kelemahan lain yang disebabkan
oleh mitos pasar serta ukuran-ukuran akuntansi yang seringkali menyesatkan,
maka Stewart dan Stern, analis keuangan dari Stern Stewart & Co. of New
York City mencetuskan pendekatan baru yang disebut Economic Value Added
(EVA). Pradhono & Christiawan (2004: 141) menerangkan bahwa EVA
menghitung economic profit dan bukan accounting profit.
Pada dasarnya, EVA mengukur nilai tambah dalam suatu periode
tertentu. Nilai tambah ini tercipta apabila perusahaan memperoleh keuntungan
(profit) di atas cost of capital perusahaan. Secara matematis, EVA dihitung
dari laba setelah pajak dikurangi dengan cost of capital tahunan. Jika EVA
positif, menunjukkan perusahaan telah menciptakan kekayaan. Taufik
(2007:5) menyatakan bahwa banyak manajer perusahaan menganggap bahwa
pendekatan EVA lebih menekankan pada penciptaan nilai perusahaan (create
value). Kekuatan EVA yang paling berguna di dalam pengukuran kinerja
keuangan adalah sangat fokus terhadap penciptaan nilai perusahaan yang
bermanfaat bagi pemegang saham. Sementara itu kelemahan EVA adalah
4
memerlukan estimasi biaya modal dan estimasi tersebut agak sulit untuk
dilakukan dengan tepat.
Menurut Utama (2003: 30) kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan–
perusahaan di Indonesia dalam menerapkan penilaian kinerja keuangan
dengan metode EVA, disebabkan oleh dua faktor. Pertama, kondisi ekonomi
makro yang masih sulit. Kondisi ini menyebabkan penjualan menurun,
sehingga rentetan dampak dari menurunnya penjualan ini adalah menurunnya
tingkat perolehan laba perusahaan. Yang kedua, faktor mikro dalam
perusahaan itu sendiri. Tingkat profitabilitas yang dihasilkan perusahaan
masih rendah, selain itu perekonomian di Indonesia ini masih tergolong
ekonomi biaya tinggi, sehingga manajemen perusahaan harus bekerja keras
agar dapat menekan biaya semaksimal mungkin untuk mencetak nilai tambah.
Namun demikian masih ada juga perusahaan–perusahaan di Indonesia
yang mampu mencetak EVA positif, dan kondisi ini berarti masih ada
kemungkinan di masa mendatang perusahaan–perusahaan di Indonesia bisa
menerapkan EVA secara menyeluruh dalam menilai kinerjanya.
Pasar modal mempunyai indikator indeks harga saham yang menjadi
pintu gerbang sekaligus barometer utama untuk para investor dalam
mengambil keputusan stratejiknya. Perhitungan terhadap indeks harga saham
dapat dilakukan dengan berbagai cara dan metode. Cara yang umum
dilakukan melalui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merupakan
indeks komposit seluruh saham yang listing di BEI. Indeks lainnya yang
5
sangat berpengaruh adalah LQ-45, Kompas-100, Bisnis-27 dan Jakarta
Islamic Index (JII).
Salah satu bidang investasi yang banyak diminati oleh para investor
asing maupun dalam negeri adalah perusahaan yang masuk dalam Jakarta
Islamic Index (JII) dimana saham-saham yang masuk ke JII harus melalui
filter syariah terlebih dahulu (berdasar ajaran Islam). JII mensyaratkan saham
dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan
sudah tercatat lebih dari tiga bulan kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi
besar. Seluruh saham anggota JII tersebut dinilai memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI.
Pemilihan saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahun berakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal
sebesar 90%. Selanjutnya 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan
urutan rata rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir. JII juga
memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata rata nilai
perdagangan regular selama satu tahun terakhir (Kurniawan, 2008:41).
Bagi calon investor yang rasional, keputusan investasi dalam suatu
saham harus didahului oleh suatu proses analisis terhadap variable yang
diperkirakan akan mempengaruhi return saham. Hal ini disebabkan oleh sifat
saham yang sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik
perubahan kondisi pasar uang, kinerja ekonomi maupun situasi politik dalam
negeri.
6
Dalam konteks manajemen investasi, return atau tingkat keuntungan
merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Tingkat keuntungan
(return) merupakan rasio antara pendapatan investasi selama beberapa periode
dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Pada umumnya investor
mengharapkan keuntungan yang tinggi dengan resiko kerugian yang sekecil
mungkin, sehingga para investor berusaha menentukan tingkat keuntungan
investasi yang optimal dengan menentukan konsep investasi yang memadai.
Konsep ini penting karena tingkat keuntungan yang diharapkan dapat diukur.
Dalam hal ini tingkat keuntungan dihitung berdasarkan selisih antara capital
gain dan capital loss. Rata-rata return saham biasanya dihitung dengan
mengurangkan harga saham periode tertentu dengan harga saham periode
sebelumnya dibagi dengan harga saham sebelumnya.
Taufik (2007: 5) menjelaskan bahwa return saham sangat ditentukan
sekali oleh faktor-faktor non fundamental dan fundamental perusahaan. Faktor
fundamental tersebut antara lain adalah Return on Equity (ROE), Return on
Asset (ROA) dan Economic Value Added (EVA).
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian yang dilakukan oleh Taufik
(2007) yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Tradisional Accounting dan
Economic Value Added Terhadap Stock return Perusahaan Sektor Perbankan
di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian tersebut dilakukan terhadap perusahaan-
perusahaan yang bergerak pada sektor perbankan sebanyak 23 perusahaan.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang diukur
dengan rasio Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA) dan Economic
7
Value Added (EVA) mempengaruhi stock return sektor perbankan di PT.
Bursa Efek Jakarta, namun dominasinya tidak besar. EVA ternyata lebih
superior mempengaruhi stock return sektor perbankan dibandingkan dengan
ROE dan ROA.
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah (1) Objek penelitian
sebelumnya adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak pada sektor
perbankan yang tergabung dalam BEJ, sedangkan pada penelitian ini adalah
perusahaan yang tercatat Jakarta Islamic Index. (2) Tahun pengamatan
penelitian sebelumnya adalah 2002-2005 sedangkan penelitian ini 2007–2009.
Dengan adanya kelebihan dan kekuarangan dari ROE, ROA dan EVA,
maka penulis ingin melihat apakah ketiga pendekatan tersebut memberikan
pengaruh yang sangat signifikan terhadap return saham perusahaan yang
tercatat di JII.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Return on Equity (ROE),
Return on Asset (ROA) dan Economic Value Added (EVA) terhadap
Return Saham pada Perusahaan yang tercatat di Jakarta Islamic Index
(JII)”
8
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis akan
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh ROE, ROA dan EVA terhadap return saham pada
perusahaan JII?
2. Berapa besar pengaruh ROE, ROA dan EVA terhadap return saham pada
perusahaan JII?
3. Variabel apa yang paling dominan mempengaruhi return saham pada
perusahaan JII?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain untuk :
a. Menganalisis pengaruh ROE, ROA dan EVA terhadap return saham
pada perusahaan JII.
b. Menganalisis besarnya pengaruh ROE, ROA dan EVA terhadap
return saham pada perusahaan JII.
c. Menganalisis variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi
return saham pada perusahaan JII.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang terkait dalam permasalahan ini. Dari penelitian yang dilakukan
penulis diharapkan akan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :
9
a. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan ROE, ROA
dan EVA sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan serta
pengaruhnya terhadap return saham di perusahaan JII.
b. Bagi perusahaan yang telah tercatat di perusahaan JII, hasil penelitian
ini dapat menunjukkan apakah ROE, ROA dan EVA sebagai
pengukuran kinerja perusahaan benar-benar mencerminkan nilai yang
berhasil diciptakan oleh perusahaan tersebut dari total modal yang
diinvestasikan sehingga berpengaruh terhadap return saham di
perusahaan JII.
c. Bagi dunia akademik, diharapkan dapat memperkaya perbendaharaan
penelitian yang berkaitan dengan ilmu yang dikembangkan
dilingkungan akademik.
d. Bagi dunia praktisi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
referensi dan informasi bagi penelitian sejenis di masa mendatang.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Dalam mengukur kinerja perusahaan investor biasanya melihat kinerja
keuangan yang tercermin dari berbagai macam rasio. Menurut Panggabean
(2005:1), Return on Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA) adalah
merupakan salah satu indikator penting yang sering digunakan oleh investor
untuk menilai tingkat profitabilitas perusahaan sebelum melakukan investasi.
Namun pada penerapannya kedua alat ukur tersebut memiliki beberapa
kelemahan, sehingga muncul pendekatan baru yang dinamakan Economic
Value Added (EVA). EVA memasukkan komponen biaya modal untuk
mengukur kinerja perusahaan, dimana dalam alat ukur tradisional (ROE &
ROA) tidak pernah diperhitungkan.
1. Return On Equity (ROE)
a. Pengertian Return On Equity (ROE)
ROE merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap
penyertaan modal saham sendiri yang berarti juga merupakan untuk
menilai seberapa besar tingkat pengembalian (prosentase) dari saham
sendiri yang ditanamkan dalam bisnis (Widiyanto, 1993:53) yang
dikutip oleh Uni (2006:31).
Menurut Riyanto (1995:36) Return On Equity (ROE) adalah
perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal
11
sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan
laba tersebut di pihak lain atau dengan kata lain rentabilitas modal
sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri
yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan laba yang
diperlukan untuk menghitung return on equity adalah laba usaha
setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau
income tax (earning after tax / EAT).
b. Keunggulan Return On Equity (ROE)
Return saham sangat ditentukan sekali oleh faktor-faktor non
fundamental dan fundamental perusahaan. Faktor fundamental tersebut
salah satunya adalah Return On Equity (ROE). ROE mengukur
pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan yang merupakan
perbandingan laba bersih terhadap ekuitas saham (Weston et.
Al,:1995) kutipan dari Taufik (2007:5). Rasio ini memberikan
gambaran seberapa efektif perusahaan menggunakan seluruh assetnya
didalam menghasilkan keuntungan.
c. Kelemahan Return On Equity (ROE)
Menurut Bodie, Kane and Marcus (2002) yang dikutip oleh
Panggabean (2005:3) Return On Equity (ROE) yang merupakan
perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas ini merupakan salah
satu dari dua faktor dasar dalam menetukan pertumbuhan tingkat
pendapatan perusahaan. Ada dua sisi dalam menggunakan ROE,
kadang-kadang diasumsikan bahwa ROE yang akan datang merupakan
12
perkiraan dari ROE yang lalu. Tetapi ROE yang tinggi pada masa yang
lalu tidak menjamin ROE yang akan datang masih tetap tinggi. Dan
salah satu kelemahannya antara lain ROE tidak mempertimbangkan
biaya ekuitas saham.
d. Perhitungan Return On Equty (ROE)
ROE (Return on Equity); yaitu suatu rasio yang mengukur seberapa
efektif perusahaan memanfaatkan kontribusi pemilik dan/atau seberapa
efektif perusahaan menggunakan sumber-sumber lain untuk
kepentingan pemilik (Handoko, 2008:32).
Laba Bersih
ROE =
Modal pemilik
2. Return on Asset (ROA)
a. Pengertian Return on Asset (ROA)
Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan
antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok
perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk
menghasilkan keuntungan perusahaan (operatimg asset). Operating
Asset adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva-
aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha
memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan.
13
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan
kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva
yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA (Return On Asset) adalah
rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar
tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA
yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula
atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan
laba (Hakim, 2006:19)
b. Keunggulan Return on Asset (ROA)
Keunggulan ROA diantaranya adalah sebagai berikut (Hakim,
2006:20):
• ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana
seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari
rasio ini.
• ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai
absolut.
• ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap
unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan
unit usaha.
c. Kelemahan Return on Asset (ROA)
Disamping beberapa keunggulan diatas ROA juga memiliki kelemahan
yaitu (Lisa,1999):
14
• Pengukuran kinerja dengan menggunakan ROA membuat manajer
divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan project-project
yang menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya proyek-
proyek tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan
perusahaan ecara keseluruhan.
• Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka
pendek dan bukan tujuan jangka panjang.
• Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka
pendek, tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif
dalam jangka panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga
penjualan, pengurangan budget pemasaran, dan penggunaan bahan
baku yang relatif murah sehingga menurunkan kualitas produk
dalam jangka panjang.
d. Perhitungan Return on Asset (ROA)
ROA (Return on Asset); Rasio ini sering juga disebut sebagai Return
on Investment. Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba.
Untuk menghitung ROA digunakan rumus (Handoko, 2008:32):
Laba bersih
ROA =
Total aktiva
15
3. Economic Value Added (EVA)
a. Pengertian Economic Value Added (EVA)
Menurut Blocher, Kung H, Thomas W (2001:965), definisi EVA
adalah “laba suatu unit bisnis setelah pajak dan setelah mengurangi
biaya modal”. Economic Value Added menurut Hansen, Mowen (2005
: 126) adalah ukuran kinerja yang dihitung dengan cara mengambil
laba bersih operasional dikurangi total biaya modal tahunan.
Young & O’Byrne dalam bukunya “EVA dan Manajemen Berdasarkan
Nilai” (2001 : 5), menjelaskan bahwa :
“EVA didasarkan pada gagasan laba ekonomis, yaitu mensyaratkan
sebuah perusahaan dapat menutupi tidak hanya biaya operasi tetapi
juga seluruh biaya modal. EVA mengukur perbedaan, dalam
pengertian keuangan antara pengembalian atas modal perusahaan dan
biaya modal. Hal tersebut serupa dengan pengukuran keuntungan
dalam akuntansi konvensional, tetapi dengan satu perbedaan penting,
EVA mengukur biaya seluruh modal”.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Economic Value
Added (EVA) merupakan sistem manajemen keuangan untuk
mengukur laba ekonomi perusahaan yang dapat dijadikan sebagai alat
pengukuran kinerja perusahaan karena EVA diperoleh dari laba yang
tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal.
16
b. Keunggulan Economic Value Added (EVA)
EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari
kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA
memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja
dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA
berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Pihak
manajemen perusahaan dapat melakukan banyak hal untuk
menciptakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat
jika manajemen melakukan satu dari tiga hal berikut ini (Lisa 1999,
dikutip dalam Steward, 1993) :
1) Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal.
2) Menginvestasikan modal baru ke dalam project yang mendapat
return lebih besar dari biaya modal yang ada.
3) Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak
menguntungkan.
Meningkatnya laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti
manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk
mendapatkan keuntungan yang optimal.
Keunggulan EVA sebagai alat pengukuran kinerja keuangan
perusahaan menurut Govindarajan meliputi :
1) Dengan EVA seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang sama
untuk perbandingan investasi.
17
2) Dengan meningkatnya EVA maka investasi-investasi akan
menghasilkan laba diatas biaya modal sehingga akan lebih menarik
para manajer untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut.
3) Adanya tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk
jenis asset yang berbeda pula.
4) EVA memiliki korelasi positif yang lebih kuat tehadap perubahan-
perubahan nilai pasar perusahaan.
Keunggulan EVA menurut Mirza, 1997 yaitu EVA memfokuskan
penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhatikan beban biaya
modal sebagai konsekuensi investasi. Dengan diperhitungkannya biaya
modal maka dapat diketahui apakah perusahaan dapat menciptakan
nilai tambah atau tidak. Kelebihan EVA yang lain adalah dapat
digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding.
c. Kelemahan Economic Value Added (EVA)
Disamping beberapa keunggulan diatas, EVA juga memiliki
kelemahan yaitu EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada
suatu periode tahun tertentu. Padahal nilai perusahaan merupakan
akumulasi EVA selama umur perusahaan. Sehingga suatu perusahaan
mempunyai nilai EVA pada periode tertentu postif tetapi nilai
perusahaan tersebut rendah karena nilai EVA dimasa lalunya negatif.
(Dewi dikutip dalam Utama,2002).
Kelemahan EVA menurut Mirza (1997), yaitu dalam perhitungan
biaya modalnya EVA relatif sulit karena memerlukan data yang lebih
18
banyak dan dianalisa secara lebih mendalam. Dengan demikian secara
tidak langsung mendorong para eksekutif untuk berfikir dan bertindak
seperti para pemegang saham, yaitu memilih tingkat investasi yang
meningkatkan tingkat return dan meminimumkan tingkat biaya modal
(cost of capital) sehingga nilai perusahaan dapat maksimum.
d. Perhitungan Economic Value Added (EVA)
Menghitung EVA adalah laba bersih operasional dikurangi dengan
seluruh biaya modal yang terpakai. (Young & O’byrne, 2001: 49).
Persamaan EVA ditunjukkan sebagai berikut :
Sebelum mendapatkan nilai EVA ada beberapa hal pokok yang harus
dilakukan yaitu, dengan menghitung :
EVA = NOPAT (Net Operating Profit After Tax) – Capital Charges
1) Net Operating Profit After Tax (NOPAT/Laba Operasional Setelah
Pajak)
Adalah laba yang diproleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi
pajak perusahaan tetapi tidak mengikutsertakan faktor-faktor non-
operasional dan laba/rugi luar biasa, seperti laba/rugi dari
penghentian usaha. NOPAT dirumuskan sebagai berikut : (Young &
O’byrne, 2001 : 39)
NOPAT = laba usaha + penghasilan bunga + bagian laba / rugi
bersih anak perusahaan + pendapatan investasi lainnya - kerugian
lainnya - pajak penghasilan.
19
2) Capital Charge
Merupakan hasil perkalian antara modal yang diinvestasikan dengan
rata-rata tertimbang dari biaya modal. Biaya modal merupakan
biaya riil yang harus ditanggung karena menggunakan dana dari
sumber pembiayaan perusahaan, yaitu hutang dan ekuitas.
Dikatakan biaya riil karena besarnya biaya modal didasarkan pada
tingkat hasil pengembalian yang diharapkan oleh
investor/pemegang saham. (Young & O’byrne 2001 : 148). Capital
Charge merupakan aspek yang penting dari EVA di dalamnya tidak
hanya memperhitungkan charge (bentuk bunga) yang harus
dibayarkan kepada kreditor, tapi juga biaya – biaya yang seharusnya
dibayarkan kepemegang saham. (Young & O’byrne, 2001:39).
Capital Charge diformulasikan sebagai berikut :
Capital Charge = WACC (Weighted Average Cost of Capital) x
Invested Capital.
3) Invested Capital / IC (Modal yang diinvestasikan)
Modal yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh keuangan
perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva yang
tidak mengandung bunga, seperti hutang, upah yang akan jatuh
tempo, dan pajak yang akan jatuh tempo. Modal yang akan
diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham,
seluruh hutang jangka pendek dan jangka panjang yang
menanggung bunga, hutang dan kewajiban jangka panjang lainnya.
20
Modal yang diinvestasikan dirumuskan sebagai berikut :
IC = hutang jangka pendek + hutang jangka panjang +
kewajiban jangka panjang lain + ekuitas pemegang saham
Dalam perhitungan EVA yang digunakan adalah rata-rata IC.
Untuk mencari rata –rata IC adalah sebagai berikut :
Rata-rata IC = (IC awal + IC akhir) / 2
(Young & O’byrne, 2001: 46 & 50).
4) Weighted Average Cost of Capital (WACC / Biaya Tertimbang Rata
- Rata Atas Modal).
Biaya modal suatu perusahaan bergantung tidak hanya pada biaya
utang dan pembiayaan ekuitas tetapi juga seberapa banyak dari
masing-masing itu dimiliki dalam struktur modal. Hubungan tersebut
digabungkan dalam biaya modal rata-rata tertimbang (WACC).
WACC merupakan tingkat return minimum yang harus diberikan
perusahaan untuk memenuhi harapan kreditur maupun pemegang
saham. WACC dapat diperoleh dengan mengalikan secara langsung
masing-masing komponen biaya modal dengan besarnya proporsi
dalam struktur modal yang bersangkutan. (Young & O’byrne, 2001 :
149).
WACC dirumuskan sebagai berikut :
utang ekuitas
WACC = (b. utang) (1 – T) + (b.ekuitas)
Pembiayaan total Pembiayaan total
21
Dimana pembiayaan total adalah jumlah dari nilai pasar dari utang
dan pembiayaan ekuitas, dan T adalah tingkat pajak perusahaan.
4. Saham
Salah satu investasi yang cukup menarik masyarakat adalah investasi
dalam bentuk saham. Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan
oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang
biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tesebut adalah
sebagai pemilik perusahaan tersebut. Dengan demikian kalau investor
membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau pemegang saham
perusahaan (Bukit, 2003: 32).
Jenis-jenis Saham
Bukit (2003: 33) Saham terdiri dari beberapa jenis dan dapat dibedakan
melalui cara pengalihan dan manfaat yang diperoleh para pemegang saham,
yaitu :
a. Cara peralihan hak
Saham atas tunjuk (bearer stock). Di atas sertifikat saham ini tidak
ditulis nama pemiliknya sehingga kepemilikan atas tunjuk ini dapat
dengan mudah dialihkan atau dipindahtangankan kepada orang lain karena
sifatnya mirip dengan uang.
Saham atas nama (registered stocks). Di atas sertifikat ditulis nama
pemiliknya. Cara pengalihannya harus memenuhi suatu prosedur tertentu
yaitu dengan dokumen pengalihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat
22
dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang
saham. Kalau sertifikat saham ini hilang, pemilik dapat memintakan
penggantian karena namanya sudah ada dalam buku perusahaan.
b. Hak atas tagihan (klaim)
Dilihat dari segi manfaatnya, pada dasarnya saham dapat
digolongkan menjadi saham biasa dan saham preferen.
1) Saham biasa (common stock). Saham biasa menempatkan pemiliknya
paling akhir terhadap pembagian deviden dan hak atas keuangan
perusahaan setelah dilikuidasi dibandingkan dengan saham preferen.
2) Saham preferen (preferred stock). Didalam prakteknya, terdapat
berbagai jenis saham preferen, yaitu :
Cummulative Preferred Stocks. Saham preferen jenis ini
memberikan hak kepada pemiliknya atas pembagian deviden yang
sifatnya kumulatif dalam suatu prosentase atau jumlah tertentu dalam
arti bahwa kalau dalam tahun tertentu dividen yang dibayar tidak
mencukupi atau tidak dibayar sama sekali, maka hal ini
dipertimbangkan pada tahun-tahun berikutnya. Pembayaran diveden
kepada pemegang saham preferen selalu didahulukan dari pemegang
saham biasa.
Non Cummulative Preferred Stock. Pemilik saham jenis ini
mendapat prioritas dalam pembagian dividen sampai pada suatu
prosentasi atau jumlah tertentu, tetapi tidak bersifat kumulatif. Dengan
demikian apabila pada suatu tahun tertentu dividen yang dibayarkan
23
lebih besar daripada jumlah yang ditentukan atau tidak dibayar sama
sekali, maka hal itu tidak diperhitungkan pada tahun berikutnya.
Participacing Preferred Stocks. Pemilik saham jenis ini selain
memperoleh dividen ekstra, sete;lah dividen dibayarkan penuh kepada
seluruh pemegang saham preferen, mereka juga memperoleh dividen
ekstra bersama-sama dengan pemegang saham biasa.
Convertible Preferred Stocks. Keistimewaan saham jenis ini
adalah karena memberikan kesemnpatan kepada pemiliknya untuk
menukarnya mejadi saham biasa setiap waktu menurut jumlah yang
telah ditentukan sebelumnya.
5. Return Saham
Tingkat keuntungan (return) merupakan rasio antara pendapatan
investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan.
Pada umumnya investor mengharapkan keuntungan yang tinggi dengan resiko
kerugian yang sekecil mungkin, sehingga para investor berusaha menentukan
tingkat keuntungan investasi yang optimal dengan menentukan konsep
investasi yang memadai. Konsep ini penting karena tingkat keuntungan yang
diharapkan dapat diukur. Dalam hal ini tingkat keuntungan dihitung
berdasarkan selisih antara capital gain dan capital loss. Rata-rata return
saham biasanya dihitung dengan mengurangkan harga saham periode tertentu
dengan harga saham periode sebelumnya dibagi dengan harga saham
sebelumnya.
24
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat
berupa return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum
terjadi namun di harapkan dapat terjadi dimasa mendatang. Return realisasi
(Realized Return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi
penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan dan
dihitung berdasarkan data hitoris. return ekspektasi (Expected Return) adalah
return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang.
Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi
sifatnya belum terjadi. (Jogiyanto, 2000) yang dikutip oleh (Hakim, 2006:21).
Komponen return meliputi:
a. Capital Gain (loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang
diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) diatas harga beli (harga
jual) yang keduanya terjadi dipasar sekunder.
b. Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara
periodik, misalnya berupa deviden atau bunga. Yield dinyatakan dalam
presentase dari modal yang ditanamkan (Halim,2003).
B. Keterkaitan Antara ROE, ROA & EVA dan Pengaruhnya Terhadap
Return Saham
Secara umum EVA dan ROA dianggap sebagai pengukur terbaik dari
kinerja suatu perusahaan. EVA digunakan untuk menilai kinerja operasional,
karena secara fair juga mempertimbangkan required rate of return yang
dituntut oleh para investor dan kreditor. Berkaitan dengan EVA sebagai alat
25
ukur kinerja yang mempertimbangkan harapan para investor terhadap
investasi yang dilakukan, maka EVA mengidentifikasikan seberapa jauh
perusahaan telah menciptakan nilai bagi pemilik perusahaan.
Menurut Bodie, Kane and Marcus (2002) yang dikutip oleh
Panggabean (2005:3) Return on Equity (ROE) yang merupakan perbandingan
antara laba bersih dengan ekuitas ini merupakan salah satu dari dua faktor
dasar dalam menetukan pertumbuhan tingkat pendapatan perusahaan. Ada dua
sisi dalam menggunakan ROE, kadang-kadang diasumsikan bahwa ROE yang
akan datang merupakan perkiraan dari ROE yang lalu. Tetapi ROE yang
tinggi pada masa yang lalu tidak menjamin ROE yang akan datang masih tetap
tinggi. Dan salah satu kelemahannya antara lain ROE tidak
mempertimbangkan biaya ekuitas saham. Teori tersebut membuktikan bahwa
penelitian ini sejalan dengan teori yang menghasilkan data dengan Return On
Equity yang tidak signifikan terhadap return saham.
ROA adalah perbandingan net profit after tax terhadap average total
asset. Rasio ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan
menggunakan seluruh asetnya didalamnya menghasilkan keuntungan. Nilai
dari kedua rasio keuangan diatas sudah tercantum dalam setiap laporan
keuangan perusahaan sehingga lebih mudah bagi investor dalam
menganalisisnya untuk kemudian dijadikan dasar menentukan kebijakan
portofolio (Handoko, 2008:3). Dengan menggunakan rasio keuangan akan
memudahkan investor melakukan investasi untuk mendapatkan keuntungan
26
atau return sehingga ROA menjadi variabel yang mempengaruhi return
saham.
Menurut analis keuangan dari Stewart & Co. of New York City, EVA
mengukur nilai tambah dalam suatu periode tertentu. Nilai tambah ini tercipta
apabila perusahaan memperoleh keuntungan (profit) di atas cost of capital
perusahaan. Secara matematis, EVA dihitung dari laba setelah pajak dikurangi
dengan cost of capital tahunan. Jika EVA positif, menunjukkan perusahaan
telah menciptakan kekayaan, maka EVA dijadikan suatu patokan dalam
menentukan jumlah dana yang akan dinvestasikan.
Analisis penilaian kinerja dengan menggunakan ROE, ROA & EVA jika
dihubungkan dengan Return Saham adalah jika kinerja suatu perusahaan
semakin baik maka return yang dihasilkan oleh suatu perusahaan semakin
tinggi sehingga harga saham perusahaan semakin tinggi sehingga resiko yang
ditimbulkan semakin kecil. Hal ini karena tingkat pengembalian yang
dihasilkan suatu perusahaan lebih tinggi sehingga dapat meminimalkan resiko
menjadi sekecil mungkin.
Sehingga pada tahap akhir penelitian akan dilihat kecenderungan
terhadap perubahan yang akan terjadi. Dari hasil perhitungan antara metode
ROE, ROA & EVA dapat dilihat dari segi mana perusahaan mampu
memperoleh penilaian yang baik dan juga penilaian yang masih kurang baik
dan juga dapat diketahui bagaimana pengaruhnya terhadap Return Saham.
27
C. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkenaan dengan analisis ROE, ROA dan EVA telah
banyak dilakukan, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Berikut
beberapa penelitian sebelumnya:
Panggabean (2005) mengatakan bahwa berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan tentang analisis perbandingan korelasi EVA dan ROE terhadap
Harga Saham pada 20 perusahaan di Bursa Efek Jakarta dapat disimpulkan
beberapa hal pokok sebagai berikut: Economic Value Added (EVA)
perusahaan dalam LQ-45 mempunyai korelasi yang signifikan dengan harga
sahamnya, Namun Return on Equity (ROE) perusahaan dalam LQ-45 tidak
mempunyai yang signifikan dengan harga saham.
Taufik (2007) melakukan pengujian asumsi klasik yang pada dasarnya
untuk melihat apakah data-data dalam penelitian ini dapat digunakan untuk
meregresikan antara variabel bebas (ROE, ROA dan EVA) dan variabel
terikat (Stock Return). Berdasarkan hasil uji ANOVA terlihat bahwa antara
variabel independent (ROE, ROA dan EVA) dengan variabel dependent (stock
return) mempunyai pengaruh yang signifikan. Namun demikian dominasi
variabel independent terhadap variabel dependent tersebut tidak terlalu besar
yaitu hanya 27,9% sedangkan sebagian besar (72,1%) didominasi oleh faktor
lain.
Hakim (2006) menemukan bahwa secara simultan EVA dan ROA
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Namun secara parsial
hanya ROA saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap return saham,
28
29
sedangkan EVA tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil ini menunjukkan
pengukuran kinerja keuangan dengan metode ROA lebih baik dibandingkan
dengan metode EVA dalam pengaruhnya terhadap return saham. Hal ini
disebabkan karena para investor masih menganggap bahwa metode
perhitungan ROA masih efektif dalam memperkirakan tingkat keuntungan
saham di masa yang akan datang.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu dan Kini
Peneliti (Tahun)
Panggabean (2005)
Taufik (2007)
Hakim (2006)
Meutia (2010)
Judul Penelitian
Analisis Perbandiangan Korelasi EVA dan ROE Terhadap Harga Saham LQ-45 Di Bursa Efek Jakarta
Pengaruh Pendekatan Traditional Accounting dan EVA Terhadap Stock Return Perusahaan Sektor Perbankan Di Bursa Efek Jakarta
Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Metode EVA, ROA dan Pengaruhnya Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Yang Tergabung Dalam Indeks LQ-45 Di BEJ
Pengaruh ROE, ROA dan EVA Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Jakarta Islamic Index (JII)
Pengukuran Variabel- Variabel Dalam
Penelitian
-Dependen (Harga Saham) -Independen (EVA dan ROE)
-Dependen (Stock Return) -Independen (ROE, ROA dan EVA)
-Dependen (Return Saham) -Independen (EVA dan ROA)
-Dependen (Stock Return) -Independen (ROE, ROA dan EVA)
Metode Penentuan
Sampel
Pooleed (Kombinasi dari time series dan cross section)
Purposive Sampling
Analisis Regresi dan Korelasi
Analisis Regresi Linear Berganda
Subjek Penelitian
Indeks LQ-45 Bursa Efek Jakarta
Sektor Perbankan Bursa Efek Jakarta
Indeks LQ-45 Bursa Efek Jakarta
Jakarta Islamic Index (JII)
Hasil Penelitian
EVA perusahaan dalam LQ-45 mempunyai korelasi yang signifikan dengan harga sahamnya dan untuk ROE perusahaan dalam LQ-45 tidak mempunyai korelasi yang signifikan dengan harga saham.
EVA, ROE dan ROA mempengaruhi stock return sektor Perbankan di BEJ Tahun 2002-2005, namun tidak terlalu besar. EVA ternyata lebih superior mempengaruhi stock return sektor perbankan.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kinerja perusahaan yang diukur dengan metode ROA terhadap return saham, sedangkan metode EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Hasil uji f menunjukkan bahwa variabel ROE, ROA dan EVA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham sedangkan hasil uji t variabel ROE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
30
D. Kerangka Pemikiran Teoritis
Dengan mengadakan penilaian terhadap laporan keuangan dengan
menggunakan metode EVA, akan dapat diketahui tentang perkembangan atau
kemunduran keadaan keuangan perusahaan. Selain itu konsep EVA juga dapat
dijadikan sebagai alat pengukuran kinerja bagi perusahaan. Karena EVA
dinilai lebih mencerminkan nilai bisnis secara nyata dengan mengukur nilai
tambah (value added) yang dihasilkan perusahaan kepada investor.
EVA berangkat dari konsep biaya modal, yakni resiko yang dihadapi
perusahaan dalam melakukan investasinya. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa jika nilai EVA lebih besar dari 0 (Nol), maka telah terjadi proses nilai
tambah pada perusahaan. Dan apabila EVA sama dengan 0 (Nol)
menunjukkan posisi impas pada perusahaan, sedangkan jika EVA lebih kecil
dari 0 (Nol) menunjukkan tidak adanya nilai tambah bagi perusahaan, karena
laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan investor.
Selain EVA, pendekatan tradisional seperti ROE dan ROA juga
digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja perusahan dan berpengaruh
terhadap return saham meskipun masih banyak kelemahannya bila
menggunakan kedua pendekatan tradisional ini.
Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan dapat
disederhanakan dalam bentuk kerangka pemikiran sebagai berikut:
31
32
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Jakarta Islamic Index
ROE ROA EVA
Return Saham
E. Hipotesis
Berdsarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan suatu
hipotesis yang merupakan dugaan sementara dalam menguji suatu penilaian,
yaitu:
H0 :“Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ROE, ROA & EVA
terhadap return saham”.
H1 :“Terdapat pengaruh yang signifikan antara ROE, ROA & EVA terhadap
return saham”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Perlu kiranya bagi penulis untuk membatasi ruang lingkup penelitian
agar dalam pembahasan tidak menyimpang dari permasalahan yang akan
diteliti. Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian hanya untuk melihat
pengaruh ROE, ROA dan EVA terhadap return saham pada 30 (tiga puluh)
perusahaan yang terdaftar di JII berdasarkan laporan keuangan selama 3 (tiga)
tahun yaitu pada tahun 2007-2009.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini, metode penentuan sampel yang digunakan adalah
metode judgement sampling atau purposive sampling. Metode ini pada
dasarnya memberikan hak pada penulis untuk menentukan langsung calon
objek penelitian sebagai sampel. Dengan kata lain selama objek yang akan
diteliti sesuai dengan karakteristik/sifat yang diperlukan, maka dapat dijadikan
elemen sampel dalam penelitian. Sampel yang digunakan oleh penulis adalah
laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar pada JII.
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Jakarta
Islamic Index (JII). Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
33
1. Daftar dan informasi perusahaan yang terdaftar dalam JII pada tahun
2007-2009.
2. Laporan keuangan (Annual Report) 30 (tiga puluh) perusahaan yang
dijadikan sampel tahun 2007-2009 yang diterbitkan meliputi Neraca,
Laporan Laba Rugi, dan Laporan Arus Kas.
3. Harga penutupan saham perusahaan pada tahun 2006-2009
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan metode survei terhadap data-data sekunder yang diperoleh dari JII
serta studi literatur yaitu dengan meneliti serta mengkaji dan menelaah
literatur-literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti, kemudian
dijadikan pedoman dalam melakukan studi dan penelitian di lapangan.
D. Metode Analisis
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Metode analisis yang digunakan adalah metode statistik dengan
menggunakan analisis regresi Berganda. Untuk menganalisis pengaruh
ROE, ROA, dan EVA terhadap Return Saham, model linear berganda
yang digunakan dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε
Dimana:
a = konstanta
b = koefisien regresi
Y = Return Saham
34
X1 = Return On Equity
X2 = Return On Asset
X3 = Economic Value Added
ε = standar error
Keandalan analisis regresi linear berganda dengan persamaan
kuadrat terkecil (OLS) sebagai alat estimasi sangat ditentukan oleh
signifikansi parameter-parameter yang ada dalam hal ini adalah koefisien
regresi yang dapat dilakukan dengan uji t dan uji f test. Pengujian-
pengujian tersebut adalah sbb:
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar prosentase variasi
dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan dalam variabel
independen. Nilai R2 terletak antara 0 dan 1. Jika R2 semakin besar,
maka semakin besar variasi dalam variabel independen. Hal ini berarti
semakin tepat garis regresi tersebut mewakili hasil penelitian yang
sebenarnya. Koefisien determinasi dinyatakan dalam prosentase
tertentu.
b. Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
35
Langkah – langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
a). Perumusan Hipotesis
Ho : ρ = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
H1 : ρ = 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
b). Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5%
c). Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni dengan
melihat nilai signifikan :
Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima
Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak
d). Pengambilan keputusan
c. Pengujian Koefisien Regresi Serentak (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen
secara simultan yang dapat berpengaruh terhadap variabel dependen.
Langkah- langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
a). Pengujian Hipotesis
Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen secara simultan terhadap variabel dependen.
H1 :β=0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen secara simultan terhadap variabel dependen.
36
b). Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5%
c). Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni dengan
melihat nilai signifikan :
Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima
Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak
d). Pengambilan keputusan
d. Uji Asumsi Klasik
a). Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji f mengasumsikan
bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
statisistik (Ghozali, 2005:110).
b). Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas merupakan pengujian apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas. Kebalikannya jika residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain berbeda, maka disebut heteroskedastisitas
37
(Handoko, 2008:41). Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Kebanyakan data crossection mengandung situasi
heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang
mewakili berbagai ukuran yaitu kecil, sedang dan besar (Ghozali,
2005:105).
c). Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena
residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya (Ghozali, 2005:95).
d). Uji Multikoloniearitas
Uji multikoloniearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen
saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
38
antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali,
2005:91).
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan pendefinisian dari
serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan untuk menyamakan
makna dari suatu variabel. Dalam hal ini ada beberapa variabel yang
digunakan yaitu sebagai berikut, variable independent (variabel bebas)
terhadap variable dependent (variabel terikat) akan digunakan analisis
statistik, yakni model analisis linier berganda.
39
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian
Variabel
Indikator
skala
ROE
(Handoko,
2008:32)
ROA
(Handoko,
2008:32)
1. Laba Bersih
2. Modal Pemilik
1. Laba Bersih
2. Total Aktiva
Nominal
EVA
(S.David
Young &
Stephen F.
O’byrne,
2001:49)
1. Net Operating Profit After Tax (NOPAT / Laba
Operasional Setelah Pajak)
2. Capital Charge
3. Invested Capital / IC (Modal yang diinvestasikan)
4. Weighted Average Cost of Capital (WACC / Biaya
Tertimbang Rata-rata Atas Modal)
Nominal
Return Saham
(Hakim,
2006:21)
Perubahan return saham
Nominal
40
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Jakarta Islamic Indeks (JII)
Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu
indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-
rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah.
Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal Indonesia
(dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa Invesment
Management (PT DIM).
Penentuan kriteria dalam pemilihan saham dalam JII melibatkan
Dewan Pengawas Syariah PT DIM. Saham-saham yang akan masuk ke JII
harus melalui filter syariah terlebih dahulu. Berdasarkan arahan Dewan
Pengawas Syariah PT DIM, ada 4 syarat yang harus dipenuhi agar saham-
saham tersebut dapat masuk ke JII:
a. emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang
tergolong judi atau perdagangan yang dilarang
b. bukan lembaga keuangan konvensional yang menerapkan sistem riba,
termasuk perbankan dan asuransi konvensional
c. usaha yang dilakukan bukan memproduksi, mendistribusikan, dan
memperdagangkan makanan/minuman yang haram
41
d. tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan, dan
menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat
Selain filter syariah, saham yang yang masuk ke dalam JII harus
melalui beberapa proses penyaringan (filter) terhadap saham yang listing,
yaitu:
• Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3
bulan, kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar.
• Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahun berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva
maksimal sebesar 90%.
• Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-
rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama 1 (satu)
tahun terakhir.
• Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-
rata nilai perdagangan reguler selama 1 (satu) tahun terakhir.
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan
penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap
tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha utama emiten akan
dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia.
Perusahaan yang mengubah kini bisnisnya menjadi tidak konsisten
dengan prinsip syariah akan dikeluarkan dari indeks. Sedangkan saham
emiten yang dikeluarkan akan diganti oleh saham emiten lain. Semua
42
prosedur tersebut bertujuan untuk mengeliminasi saham spekulatif yang
cukup likuid.Sebagian saham-saham spekulatif memiliki tingkat likuiditas
rata-rata nilai perdagangan reguler yang tinggi dan tingkat kapitalisasi
pasar yang rendah.
2. PT. Aneka Tambang Tbk
Dengan empat dekade pengalaman sejak tahun 1968, Antam
adalah kewajiban Indonesia perusahaan negara terbatas yang terintegrasi
secara vertikal untuk melakukan semua tahapan proses penambangan dari
eksplorasi, pertambangan, peleburan, dan pemurnian hingga pemasaran.
produk utama Antam adalah feronikel, bijih nikel, emas, perak dan
bauksit.
Antam sebesar 35% dimiliki oleh publik, yang sebagian besar
adalah dengan lembaga asing, yang diselenggarakan Antam untuk
beberapa tahun. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Australia, Antam
merupakan salah satu perusahaan di Indonesia sangat sedikit untuk
sepenuhnya terdaftar di bursa saham di luar Indonesia dan oleh karena itu,
harus memenuhi standar internasional dan transparansi pemerintahan.
Sementara Antam adalah 65% dimiliki oleh pemerintah, Antam tidak
dijalankan oleh birokrat.
Tujuan utama Antam adalah menciptakan nilai pemegang saham,
tidak mengikuti arahan dari negara.Secara umum, pendekatan Antam
untuk meningkatkan nilai pemegang saham adalah dengan menurunkan
biaya sementara menguntungkan memperluas operasi secara
43
berkelanjutan. Antam menawarkan kesempatan yang sangat layak untuk
calon investor dan mitra usaha patungan. Memiliki kuat, fokus,
manajemen yang berorientasi masa depan dan orang-orang terampil,
produk berkualitas tinggi dan pelanggan setia jangka panjang, sebuah
catatan terbukti kinerja menguntungkan sementara menjunjung tinggi
standar internasional pembangunan masyarakat dan pengelolaan
lingkungan hidup; dan prospek masa depan yang baik dengan kualitas
cadangan mineral yang luas masih harus dikembangkan.
3. PT. Bumi Resources Tbk
Pada tahun 1997, PT Bakrie Capital Indonesia mengakuisisi
seluruh saham Perusahaan yang dimiliki oleh Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera 1912 ("AJB Bumiputera") sejumlah 26.328.600 saham, atau
sebesar 58,51% dari total saham yang dikeluarkan oleh Perseroan. Pada
tanggal 13 Agustus 1998, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
mencapai keputusan untuk mengalihkan bisnis inti Perseroan dari hotel
dan pariwisata menjadi minyak, gas alam dan investasi pertambangan.
Perusahaan mengakuisisi 97,5% saham dari Gallo Oil (Jersey) Ltd
pada tahun 2000. Gallo Oil didirikan di Jersey, Chanel Island pada tanggal
17 Desember 1997.
Nama Perusahaan diubah berdasarkan Keputusan Menteri Hukum
dan Perundang-undangan Republik Indonesia No C-21041 HT.01.04-
TH.2000 tanggal 20 September 2000, dimana nama PT Bumi Modern
Tbk. menjadi PT BUMI Resources Tbk. Pada bulan November 2001.
44
4. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
PT. Indah Kiat Pulp & Paper merupakan perusahaan pulp &
kertas,Yang berdiri pada tanggal 07 Desember 1976. Kantor pusat
perusahaan tersebut beralamat di Wisma Indah Kiat Gedung B KM. 8
Jalan Raya Serpong, Tangerang. PT. Indah Kiat Pulp & Paper mempunyai
pabrik di daerah Riau dan Jawa Barat. Presiden komisaris perusahaan
tersebut bernama Teguh Ganda Wijaya dengan tanggal menjabat 25 Juni
2008.
5. PT. Indosat Tbk
PT Indosat Tbk., sebelumnya bernama PT Indonesian Satellite
Corporation Tbk., adalah sebuah perusahaan penyelenggara jalur
telekomunikasi di Indonesia. Indosat merupakan perusahaan
telekomunikasi dan multimedia terbesar kedua di Indonesia untuk jasa
seluler (Mentari, Matrix, IM3, StarOne). Indosat juga mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Saham Singapura, serta Bursa
Saham New York.
Produk indosat berupa Mentari, kartu prabayar GSM untuk
pengguna umum, Matrix, kartu pascabayar GSM untuk pengguna
eksekutif dan umum Matrix Auto, kartu prabayar-pascabayar GSM untuk
pengguna eksekutif dan umum, dan IM3, kartu prabayar dan pascabayar
GSM untuk pengguna muda-mudi dan umum.
45
6. PT. International Nickel Indonesia Tbk
Pada bulan Januari tahun 1968, INCO terpilih dari enam perusahaan
untuk merundingkan sebuah Kontrak Karya. Kemudian tanggal 25 Juli
1968, berdirilah sebuah perusahaan baru yang secara resmi akta
pendiriannya disahkan dan didaftarkan yaitu: PT. International Nickel
Indonesia (PT. INCO).
PT. INCO bergerak dalam bidang pertambangan dan pengolahan
nikel, selain itu juga perusahaan ini melakukan eksplorasi dan
pengembangan endapan mineral. Dan pada tanggal 1 April 1978, PT.
INCO mulai berproduksi secara komersial.
7. PT. Kalbe Farma Tbk
PT Kalbe Farma diakui sebagai perusahaan farmasi regional terbesar
di Asia Tenggara. Namun, beberapa orang mungkin menyadari semuanya
dimulai di sebuah garasi kecil di daerah Tanjung Priok Jakarta Utara,
Indonesia.
Ketika mereka mendirikan Kalbe pada tanggal 10 September 1966,
enam pendiri mungkin tidak membayangkan bahwa Kalbe pernah bisa
menjadi kesuksesan yang sekarang ini. Visi tajam, rasa tinggi semangat
kewirausahaan dan kerja keras yang ditampilkan oleh para pendiri dan
semua pekerja telah diaktifkan Kalbe untuk terus tumbuh dan menjadi
perusahaan besar dan sukses hari ini.
Saat ini Kalbe bergerak baik dalam bisnis kesehatan konsumen dan
bisnis produk farmasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan pelanggan
46
mereka melalui penciptaan merek yang kuat banyak.Dalam
mengembangkan jaringan bisnis dan pasar, Kalbe terus memproduksi
produk-produk inovatif banyak. Kalbe pasti selalu berusaha yang terbaik
untuk memenuhi persyaratan kesehatan dari semua pelanggan mereka
dihargai, baik di Indonesia dan luar negeri.
Dengan skala usaha yang luas dan berbagai produk inovatif yang
terus menjadi trendsetter di pasar, Kalbe adalah kelompok usaha yang
selalu di garis terdepan. Meskipun demikian, Kalbe tidak akan pernah
berhenti. Di masa mendatang, Kalbe bertekad untuk tidak hanya dikenal
sebagai perusahaan regional, tetapi juga sebagai perusahaan global yang
aktif di bidang kesehatan dan melayani semua kebutuhan kesehatan
masyarakat secara umum.
8. PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dapat ditelusuri
kembali ke tahun 1919.Kemudian tambang batubara terbuka pertama
dibuka dan dioperasikan di Air Laya pada zaman penjajahan Belanda.
Penambangan bawah tanah dilakukan antara 1923 dan 1940-an. Pada
tahun 1938, produksi untuk tujuan komersial dilakukan di dua lokasi: Air
Laya tambang batu bara aspal, dan tambang Suban untuk batubara semi-
antrasit. Ketika tuntutan nasionalisasi perusahaan Belanda semakin kuat,
buruh tambang Bukit Asam berjuang bersama menuntut status yang sama.
Pada tahun 1950 pemerintah menyetujui pembentukan Aktiva pajak
tangguhan Negara (BUMN) Tambang Arang Bukit Asam (PN Taba).
47
Pada tahun 1981, PN Taba berubah status menjadi perusahaan
terbatas dan nama menjadi PT Tambang Batubara Bukit Asam. Pada tahun
1990, PTBA digabung dengan Perum Tambang Batubara dan sejak tahun
1994 telah ditetapkan untuk mengelola proyek briket batubara.
Pada PTBA ini adalah perusahaan milik negara hanya di sektor
pertambangan batubara dan lokasi pertambangan memiliki dua (Tanjung
Enim dan Ombilin).Pada akhir tahun 2002, PTBA menjadi perusahaan
publik dan mencatatkan saham di Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dengan
kode "PTBA".
9. PT. Unilever Indonesia Tbk
PT. Unilever Indonesia TBK (perusahaan) didirikan pada 5
Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No.33
yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini
disetujui oleh Gubernur Jenderal van Raad van Justitie di Batavia dengan
No.302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche
Courant pada tanggal 9 Januari 1934.
Dengan akta no.171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi
tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan di ubah menjadi PT. Unilever
Indonesia. Dengan akta no.92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi,
S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah lagi menjadi PT.
Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Mentri Kehakiman dengan
keputusan No. C2-I.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan
di umumkan di Berita Negara No.2620 tanggal 15 Mei 1998.
48
Perusahaan Unilever bergerak dalam bidang produksi sabun,
detergen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es
krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-produk kosmetik. Selain
itu perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan juga memberi
jasa-jasa penelitian pasar.
10. PT. United Tractors Tbk
United Tractors (UT / Perusahaan) didirikan pada 13 Oktober 1972
sebagai distributor eksklusif alat berat Komatsu di Indonesia. Dalam 19
September 1989, Perusahaan go public dan mencatatkan sahamnya di
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya PT United Tractors Tbk (UNTR),
dengan PT Astra International Tbk sebagai pemegang saham mayoritas.
Selain sebagai distributor alat berat terbesar di negara itu, Perseroan juga
berperan aktif di bidang kontraktor penambangan dan baru-baru ini
berkelana ke bisnis pertambangan batubara. Tiga unit bisnis utama dikenal
sebagai Mesin Konstruksi, Kontraktor Penambangan dan Pertambangan.
Unit usaha Mesin Konstruksi menumbuhkan peran Perusahaan
sebagai distributor tunggal Komatsu, Nissan Diesel, Scania, Bomag,
Valmet dan Tadano.Berbagai produk yang luas memungkinkan
Perusahaan untuk memenuhi sektor utama negara itu: pertambangan,
agribisnis, konstruksi, kehutanan, material handling dan transportasi.
Setelah-penjualan-layanan yang tersedia untuk semua pelanggan di
seluruh jaringan nasional yang meliputi 18 kantor cabang, 15 kantor site-
support dan 12 kantor perwakilan.Unit usaha ini juga didukung oleh anak
49
perusahaan bahwa menyediakan produk dan jasa terkait, seperti PT United
Tractors Pandu Engineering (UTPE), PT Komatsu Remanufacturing di
Asia (KRA) dan PT Bina Pertiwi (BP).
Unit usaha Kontraktor Penambangan dikelola melalui salah satu
anak perusahaan Perseroan, PT Pamapersada Nusantara (Pama).Didirikan
pada tahun 1988, Pama menyediakan jasa penambangan kelas dunia yang
membentang dari desain tambang, eksplorasi, penggalian, pengangkutan,
pengangkutan dan pengapalan.Operasi dalam proyek-proyek
pertambangan batubara besar di berbagai negara, Pama secara luas dikenal
sebagai kontraktor penambangan batubara terbesar dan terpercaya di
Indonesia.
Unit bisnis Pertambangan mengacu pada usaha Perusahaan terbaru
sebagai operator tambang batu bara melalui akuisisi PT Dasa Eka
Jasatama (DEJ), sebuah anak perusahaan Pama. Akuisisi ini telah selesai
pada bulan April 2007. Terletak di Rantau, Kalimantan Selatan, tambang
DEJ berisi batubara kualitas tinggi dari 6700 kkal, dengan kapasitas
produksi sekitar 3,5 juta ton per tahun.
11. Sejarah PT.PP London Sumatra
Sejarah PT PP London Sumatra Indonesia Tbk berawal dari hampir
satu abad yang lalu di tahun 1906 dengan kiprah Harrisons & Crossfield
Plc (H&C), perusahaan perkebunan dan perdagangan yang berbasis di
London.
50
Lonsum mengelola perkebunan karet, kopi, kakao dan teh di era
sebelum perang dunia. Dari tahun 50-an sampai 70-an, Lonsum
memfokuskan pada tanaman karet sebagai komoditas utama, yang
selanjutnya memasuki pertengahan tahun 80-an diversifikasi ke tanaman
kelapa sawit mulai dilakukan yang menggantikan tanaman karet sebagai
komoditas utama pada pergantian abad terakhir ini.
Pada tahun 1994, Harrisons & Crossfield menjual seluruh saham
Lonsum kepada PT Pan London Sumatra Plantation (PPLS), yang
membawa Lonsum go public melalui pencatatan saham di Bursa Efek
Jakarta dan Surabaya pada tahun 1996. Saat ini, Lonsum mengoperasikan
38 perkebunan di empat pulau di Indonesia: Sumatera, Jawa, Kalimantan
dan Sulawesi.
12. PT. Astra Agro Lestari Tbk
PT. Astra Agro Lestari Tbk merupakan perusahaan multinasional
yang memproduksi perkebunan yang bermarkas di Jakarta, Indonesia.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1989. Perusahaan ini menghasilkan
berbagai macam-macam bahan perkebunan.
13. PT. Astra internasional Tbk
PT Astra International Tbk atau lebih dikenal dengan Astra Group
adalah salah satu kelompok bisnis terbesar di Indonesia, yang didirikan
sejak tanggal 20 Februari 1957. Perusahaan ini telah tercatat di Bursa Efek
Jakarta sejak tanggal 4 April 1990.
51
PT. Astra International juga memiliki lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan tersebut diberi nama Politeknik Manufaktur Astra.
Politeknik Manufaktur Astra memiliki Program Studi sbb: Teknik Mesin
Manufaktur (TMM), Teknik Proses & Produksi Manufaktur (TPM),
Sistem Informasi, Teknik Otomotif, Teknik Mekatronika.
14. PT. Bakrie and Brother Tbk
PT. Bakrie & Brothers Tbk. adalah perusahaan perdagangan
Indonesia yang didirikan pada 1942 dan menjadi sebuah grup perusahaan
yang bergerak di banyak bidang. Sekarang ini, perusahaan ini bergerak di
bidang telekomunikasi, produksi pipa, bahan bangunan, komponen
otomotif, dan investasi dalam pertambangan batu bara.
15. PT. Barito Pasific Timber Tbk
PT. Barito Pasific Timber Tbk merupakan perusahaan kayu dan
pengolahannya, kantor pusat beralamat di Wisma Barito Pacific Twr. B,
LT.9, Jl. Letjen S. Parman Kav.62-63, Jakarta. nomor NPWP
01.124.461.3-054.000. PT. Barito Pasific Timber Tbk berdiri pada tanggal
04 April 1979. Perusahaan ini mempunyai anak cabang di Banjarmasin
dan Pontianak.
16. PT. Berlian Laju Tanker Tbk
PT. Berlian Laju Tanker Tbk merupakan perusahaan publik yang
bergerak dalam bidang transportasi dan bermarkas di Jakarta, Indonesia.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1979. Salah satu tokoh penting pada
PT. Berlian Laju Tanker Tbk adalah Bapak Widihardja Tanudjaja. Jumlah
52
karyawan PT. Berlian Laju Tanker periode tahun 2008 sekitar 245
karyawan.
17. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. ("Indocement" atau
"Perseroan") adalah salah satu produsen besar di Indonesia kualitas semen
dan produk semen khusus. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1985 dan
telah terintegrasi operasional pabrik semen dengan kapasitas produksi
tahunan yang dirancang sebesar 17,1 juta ton semen.
Saat ini mengoperasikan 12 pabrik, sembilan diantaranya berlokasi
di Citeureup, Bogor, Jawa Barat, dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat,
dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. “Sejak tahun 2005,
Perusahaan telah melakukan diversifikasi rangkaian produknya dengan
memperkenalkan Semen Portland Komposit (PCC) di pasar. Perusahaan
juga memproduksi semen jenis lain yaitu Biasa Semen Portland Tipe I,
Tipe II dan Tipe V serta Oil Well Cement dan Semen Putih.
Untuk saat ini, Indocement merupakan produsen Semen Putih hanya
di Indonesia.produk Perseroan dipasarkan dengan nama merek "Tiga
Roda”.
18. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan di Republik Indonesia
pada tanggal 14 Agustus 1990, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terdiri
dari, antara lain, produksi mie, penggilingan tepung, kemasan, jasa
manajemen serta penelitian dan pengembangan. Saat ini, Perusahaan
53
terutama bergerak di bidang pembuatan mie dan penggilingan tepung
terigu. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1990.
19. PT. Medco Energi International Tbk
PT Medco Energi Internasional Tbk, kadang dikenal sebagai
MedcoEnergi, adalah salah satu perusahaan publik di Indonesia yang
bergerak di dalam bidang energi terintegrasi. Perusahaan ini bermula dari
sebuah perusahaan kontraktor pertikelir di bidang jasa pengeboran minyak
dan gas bumi di daratan (onshore drilling), Meta Epsi Pribumi Drilling
Co, yang didirikan Arifin Panigoro pada tanggal 9 Juni1980. Usaha
MedcoEnergi termasuk dalam bidang eksplorasi dan produksi minyak dan
gas bumi, penyediaan jasa pengeboran minyak dan gas, produksi metanol,
produksi LPG dan pembangkit tenaga listrik.
20. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
Tahun 1975 merupakan awal perjalanan usaha PT Infomedia
Nusantara menjadi perusahaan pertama penyedia layanan informasi
telepon di Indonesia. Di bawah subdivisi Elnusa GTDI dari anak
perusahaan Pertamina, Infomedia telah menerbitkan Buku Petunjuk
Telepon Telkom Yellow Pages.
Perkembangan yang tercatat selanjutnya adalah berdirinya PT Elnusa
Yellow Pages di tahun 1984 yang berubah nama di tahun 1995 menjadi PT
Infomedia Nusantara pada saat PT Telkom Tbk menanamkan investasi.
Saat ini Infomedia telah berkembang menjadi 3 (tiga) pilar bisnis
untuk memenuhi besarnya tuntutan masyarakat akan jasa informasi.
54
Layanan Direktori merupakan pilar pertama yang akan menjadi bukti
kematangan usaha Infomedia dalam bisnis jasa penyedia informasi melalui
penerbitan Buku Petunjuk Telepon (BPT), baik dalam bentuk cetak
maupun elektronik. Layanan Contact Center menyediakan jasa
outsourcing untuk aktivitas pemasaran maupun peningkatan kualitas
layanan hubungan antara mitra Infomedia dengan pelanggannya. Layanan
Konten yang terfokus pada penyediaan data sesuai kebutuhan mitra dan
pelanggan.
Pada tanggal 30 Juni 2009 PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom)
melalui PT Multimedia Nusantara ( Metra ), anak perusahaan yang
99,99% milik Telkom (selanjutnya disebut Telkom Group ) telah
menandatangani Shares Sales & Purchase Agreement ( SPA ) untuk
membeli 49% saham PT Infomedia Nusantara ( Infomedia ) milik PT
Elnusa Tbk ( Elnusa ). Dengan telah dimilikinya 100% saham PT
Infomedia Nusantara oleh Telkom Group akan semakin memantapkan
portofolio bisnis Infomedia di bidang penyediaan informasi direktori dan
layanan komunikasi yang utama di kawasan regional.
21. SMCB
PT. Holcim Indonesia Tbk adalah sebuah perusahaan semen di
Indonesia.Perusahaan ini awalnya bernama PT Semen Cibinong Tbk yang
didirikan pada tahun 1971.Holcim kemudian membeli sebagian sahamnya
pada 13 Desember 2001. Holcim Indonesia memiliki dua pabrik yaitu
pabrik Narogong dan pabrik Cilacap dengan kapasitas maksimum 7,9 juta
55
ton per tahun. Per Juli 2008, kepemilikan saham Holcim Indonesia adalah
Holcim Ltd (Swiss) sebesar 77,33% dan publik sebesar 22,7%.
22. PT.Timah Tbk
PT Timah (Persero) Tbk mewarisi sejarah panjang usaha
pertambangan timah di Indonesia yang sudah berlangsung lebih dari 200
tahun.Sumber daya mineral timah di Indonesia ditemukan tersebar di
daratan dan perairan sekitar pulau-pulau Bangka, Belitung, Singkep,
Karimun dan Kundur.
Di masa kolonial, pertambangan timah di Bangka dikelola oleh
badan usaha pemerintah kolonial "Banka Tin Winning Bedrijf" (BTW).Di
Belitung dan Singkep dilakukan oleh perusahaan swasta Belanda, masing-
masing Gemeeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Biliton (GMB) dan
NV Singkep Tin Exploitatie Maatschappij (NV SITEM).
Setelah kemerdekaan R.I., ketiga perusahaan Belanda tersebut
dinasionalisasikan antara tahun 1953-1958 menjadi tiga Perusahaan
Negara yang terpisah. Pada tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum
Perusahaan Tambang-tambang Timah Negara (BPU PN Tambang Timah)
untuk mengkoordinasikan ketiga perusahaan negara tersebut, pada tahun
1968, ketiga perusahaan negara dan BPU tersebut digabung menjadi satu
perusahaan yaitu Perusahaan Negara (PN) Tambang Timah.
Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 9 Tahun 1969 dan
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1969, pada tahun 1976 status PN
Tambang Timah dan Proyek Peleburan Timah Mentok diubah menjadi
56
bentuk Perusahaan Perseroan (Persero) yang seluruh sahamnya dimiliki
oleh Negara Republik Indonesia dan namanya diubah menjadi PT
Tambang Timah (Persero).
Krisis industri timah dunia akibat hancurnya the International Tin
Council (ITC) sejak tahun 1985 memicu perusahaan untuk melakukan
perubahan mendasar untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya.Restrukturisasi perusahaan yang dilakukan dalam kurun 1991-
1995, yang meliputi program-program reorganisasi, relokasi Kantor Pusat
ke Pangkalpinang, rekonstruksi peralatan pokok dan penunjang produksi,
serta penglepasan aset dan fungsi yang tidak berkaitan dengan usaha
pokok perusahaan.
Restrukturisasi perusahaan berhasil memulihkan kesehatan dan
daya saing perusahaan, menjadikan PT Timah (Persero) Tbk layak untuk
diprivatisasikan sebagian. PT Timah (Persero) Tbk melakukan penawaran
umum perdana di pasar modal Indonesia dan internasional, dan
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan
The London Stock Exchange pada tanggal 19 Oktober 1995. Sejak itu,
35% saham perusahaan dimiliki oleh masyarakat dalam dan luar negeri,
dan 65% sahamnya masih dimiliki oleh Negara Republik Indonesia.
Untuk memfasilitasi strategi pertumbuhan melalui diversifikasi
usaha, pada tahun 1998 PT Timah (Persero) Tbk melakukan reorganisasi
kelompok usaha dengan memisahkan operasi perusahaan ke dalam 3 (tiga)
anak perusahaan, yang secara praktis menempatkan PT Timah (Persero)
57
Tbk menjadi induk perusahaan (holding company) dan memperluas
cakupan usahanya ke bidang pertambangan, industri, keteknikan, dan
perdagangan.
Saat ini PT Timah (Persero) Tbk dikenal sebagai perusahaan
penghasil logam timah terbesar di dunia dan sedang dalam proses
mengembangkan usahanya di luar penambangan timah dengan tetap
berpijak pada kompetensi yang dimiliki dan dikembangkan.
23. PT.Gajah Tunggal Tbk
Pada tahun 1951 PT Gajah Tunggal didirikan untuk memproduksi
dan mendistribusikan ban luar dan ban dalam sepeda. Dan di tahun 1973
persetujuan bantuan teknik ditandatangani dengan Inoue Rubber
Company, Jepang untuk memproduksi ban sepeda motor. Perusahaan
mulai memproduksi ban bias untuk kendaraan penumpang dan niaga
dengan bantuan teknik dari Yokohama Rubber Company, Jepang pada
tahun 1981. PT Gajah Tunggal Tbk terdaftar di Bursa Efek Jakarta and
Surabaya pada tahun 1990 dan di tahun 1991 PT Gajah Tunggal Tbk
mengakuisisi GT Petrochem Industries, sebuah produsen kain ban (TC)
dan benang nilon. Perusahaan mulai memproduksi secara komersial ban
radial untuk mobil penumpang dan truk ringan kemudian di tahun 1995,
PT Gajah Tunggal Tbk mengakuisisi Langgeng Baja Pratama (LBP),
produsen kawat baja. 1996 PT Gajah Tunggal Tbk mengakuisisi Meshindo
Alloy Wheel Corporation, produsen velg aluminium terbesar kedua di
Indonesia. PT GT Petrochem Industries, anak perusahaan PT Gajah
58
Tunggal Tbk, memperluas lingkup operasinya dengan memproduksi karet
sintetis, etilena glikol, benang poliester dan serat poliester. 2001
Perusahaan membuat perjanjian produksi dengan Nokian Tyres Group,
sebuah perusahaan manufaktur ban terkemuka yang berbasis di Finlandia,
untuk memproduksi beberapa jenis ban mobil penumpang, termasuk ban
untuk musim dingin (salju), untuk pasar di luar Indonesia. 2002 PT Gajah
Tunggal Tbk menyelesaikan restrukturisasinya karena timbulnya krisis
keuangan Asia, yang memungkinkan Perusahaan untuk menurunkan beban
hutangnya lebih dari US$ 200 juta dan mengkonversi hutang ke FRN.2004
Selesainya restrukturisasi Perusahaan dengan terlaksananya dekonsolidasi
laporan keuangan Perusahaan dengan PT GT Petrochem Industries dan
pada saat bersamaan mengakuisisi aset TC and SBR.Divestasi saham
Langgeng Bajapratama yang merupakan produsen kawat baja. Dimulainya
perjanjian off-take dengan Michelin yang mana Gajah Tunggal akan
memproduksi 5 juta ban per tahun untuk Michelin untuk pasar ekspor
hingga tahun 2010. Peluncuran gerai-gerai TireZone.2005 Perusahaan
menerbitkan Obligasi Global senilai US$ 325 juta. Dana hasil dari obligasi
tersebut digunakan untuk membeli kembali sejumlah wesel bayar dan
untuk membiayai ekspansi perusahaan. Divestasi saham Meshindo Alloy
Wheel yang merupakan produsen velg aluminium. Dimulainya produksi
ban untuk Michelin melalui program off-take. 2006 PT Gajah Tunggal
Tbk menerima penghargaan "Best Managed Company in Indonesia" dari
Euromoney Magazine. 2007 Tambahan dana sebesar US$ 95 juta berasal
59
dari penawaran tambahan obligasi global untuk membiayai ekspansi yang
sedang berjalan dan untuk pengeluaran modal guna membiayai riset dan
pengembangan produk baru. Perusahaan juga kembali memasuki pasar
modal dengan melakukan emisi saham dengan perbandingan 10:1 dengan
nilai emisi sebesar Rp 158,4 milyar (sekitar US$ 17 juta) untuk memenuhi
kebutuhan modal kerja.
24. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk
Semula pengusahaan gas di Indonesia adalah perusahaan gas
swasta Belanda yang bernama I.J.N. Eindhoven & Co berdiri pada tahun
1859 yang memperkenalkan penggunaan gas kota di Indonesia yang
terbuat dari batu bara. Pada tahun 1958 perusahaan tersebut dinasionalisasi
dan dirubah menjadi PN Gas yang selanjutnya pada tanggal 13 Mei 1965
berubah menjadi Perusahaan Gas Negara. Tanggal inilah yang kemudian
diperingati sebagai hari jadi PGN pada tiap tahunnya.
Perusahaan ini mulai menyalurkan gas alam menggantikan gas
buatan dari batu bara dan minyak yang tidak ekonomis pada tahun 1974.
Konsumennya adalah sektor rumah tangga, komersial dan industri.
Penyaluran gas alam untuk pertama kali dilakukan di Cirebon tahun 1974,
kemudian disusul berturut-turut di wilayah Jakarta tahun 1979, Bogor
tahun 1980, Medan tahun 1985, Surabaya tahun 1994, dan Palembang
tahun 1996.
Berdasarkan kinerjanya yang terus mengalami peningkatan, maka
pada tahun 1984 statusnya berubah menjadi Perum dan pada tahun 1994
60
statusnya ditingkatkan lagi menjadi Persero dengan penambahan ruang
lingkup usaha yang lebih luas yaitu selain di bidang distribusi gas bumi
juga di bidang yang lebih ke sektor hulu yaitu di bidang transmisi, dimana
PGN berfungsi sebagai transporter. PGN kemudian memasuki babak baru
menjadi perusahaan terbuka ditandai dengan tercatatnya saham PGN pada
tanggal 15 Desember 2003 di Bursa Efek Indonesia.
25. PT.Kawasan Industri Jababeka
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk adalah perusahaan Indonesia
yang berbasis.Perusahaan menawarkan industri, bangunan perumahan dan
komersial dan tanah untuk dijual, serta menyediakan layanan infrastruktur,
yang meliputi penyediaan air, pengolahan air limbah, manajemen
real.Selain itu, mengembangkan dan membangun pembangkit listrik.Ini
menjual listrik untuk penyedia listrik milik negara, PT Perusahaan Listrik
Negara (PLN). Perusahaan juga bergerak di kantor leasing dan komersial
ruang dan perhotelan, yang meliputi Plaza JB, Wisma Jababeka,
Metropark Condominium, President Executive Club, dan Menara Batavia.
Pada tanggal 31 Desember 2009, anak perusahaan Perseroan adalah PT
Grahabuana Cikarang, PT Jababeka Infrastruktur, PT Indocargomas
Persada, PT Saranapratama Pengembangan Kota, PT gerbang Teknologi
Cikarang, PT Padang Golf Cikarang, PT Bekasi Power, PT Metropark
Condominium Indah, PT Karyamas Griya Utama dan PT Surya Bumi
Raya Kargo Terminal Jababeka.
61
26. PT.Adhi Karya Tbk
Kiprah ADHI dimulai sejak 11 Maret 1960 saat Menteri Pekerjaan
Umum menetapkan Architecten-Ingenicure-en Annnemersbedrijf
“Associatie Selle en de Bruyn, Reyerse en de Vries N.V.” (Associatie
N.V.), salah satu perusahaan milik Belanda yang dinasionalisasi, menjadi
PN Adhi Karya. Nasionalisasi ini ditujukan untuk memacu pembangunan
infrastruktur di Indonesia.
Status ADHI berubah menjadi sebuah Perseroan Terbatas pada
tanggal 1 Juni 1974 dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri
Kehakiman. ADHI 100% dimiliki oleh Negara Republik Indonesia sampai
pada akhir tahun 2003 saat Negara Republik Indonesia melalui Menteri
Negara BUMN, selaku Kuasa Pemegang Saham, melepas 49%
kepemilikannya atas saham ADHI untuk ditawarkan kepada masyarakat
melalui Initial Public Offering (IPO). Keputusan tersebut diikuti oleh
pendaftaran saham ADHI di Bursa Efek Jakarta (sekarang BEI) yang
sekaligus menjadikan ADHI sebagai BUMN konstruksi pertama yang
terdaftar pada bursa.
27. PT.Summarecon Agung Tbk
Berdiri di tahun 1961 dan mulai mengembangkan Kelapa Gading
pada Agustus 1962 dengan Taman Rekreasi TVRI dan Perumahan Kelapa
Gading Permai. Perlahan tapi pasti, perkembangan perumahan diikuti oleh
area ekonomi. Summarecon Agung juga mendirikan Ruko di sepanjang
jalan Bulevar Kelapa Gading.Tahun 1967 mulai menjangkau daerah
62
Gading Serpong dan berdirinya TVRI Gading Serpong. Pada tahun 1970
Klub Kelapa Gading yang merupakan klub olah raga (sport club) yang
terlengkap dan terbesar di Indonesia pada saat itu berdiri.
Tahun 1973-74 membangun kompleks perumahan ekslusif di Bukit
Gading Villa. Pada tanggal 7 Mei 1976, PT Summarecon Agung
mencatatkan sahamnya di BEJ dan BES. Sementara itu tahun 1975, mulai
membangun Plaza Kelapa Gading yang menjadi cikal bakal Mall Kelapa
Gading.
Tahun 1977 membangun Apartemen pertamanya Summerville
Apartments beserta Plaza Summarecon yang menjadi kantor pusatnya
yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan. Pembangunan terus berlanjut,
baik itu apartemen, kompleks perumahan, bursa mobil, Mall, dan lainnya
sampai sekarang ini. Saat ini Summarecon Agung telah menghasilkan
hampir 20.000 unit rumah, apartemen, pusat perbelanjaan dan berbagai
fasilitas lainnya di Mall Kelapa Gading.
28. PT Total Bangun Persada
PT Total Bangun Persada Tbk adalah perusahaan properti berbasis
pembangunan Indonesia.Hal ini terlibat dalam pembangunan gedung-
gedung komersial dan tinggi, kantor, hunian vertikal, pusat perbelanjaan,
hotel, sekolah dan universitas, rumah sakit, bangunan keagamaan dan lain-
lain. Proyek-proyek CompanyÆs termasuk Masjid Raya Padang, Islamic
Center di Samarinda, Vihara Mahavira Graha, Gereja di Graha Reformed
Millenium, Concert Hall di Graha Reformed Millenium, Central Park di
63
Jakarta Barat, Mega Proyek Terpadu Kemang Village dan Trans Studio di
Makassar.
29. PT. Wijaya Karya Tbk
PT Wijaya Karya (Persero) tbk (WIKA) adalah sebuah Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang konstruksi,
engineering, perdagangan, real estate dan manufaktur yang dibentuk pada
11 Maret1960. Pada awalnya WIKA adalah perusahaan Belanda pra
kemerdekaan yang bernama Naamloze Vennootschap Technische Handel
Maatscappij en Bouwberijf Vies en Co disingkat NV Vis en Co, setelah
dinasionalisasi, perusahaan ini banyak mengerjakan order dari Perusahaan
Listrik Negara (PLN). Akhirnya setelah kuat, perusahaan ini masuk
kebidang konstruksi dan sampai sekarang masih eksis.Pada 29 November
2007 Wika secara resmi dijual di BEJ dengan harga pembukaan Rp 420
perlembar saham.
Karena peraturan pemerintah yang mengharuskan BUMN kembali
kebisnis intinya. Maka usaha usaha diluar konstruksi dipecah menjadi
anak perusahaan, yaitu :
1. WIKA Beton (memproduksi barang beton pra-cetak, seperti tiang
listrik beton, jembatan beton pra-cetak, bantalan kereta beton dll).
2. WIKA Realty (pengembang perumahan dengan merk dagang
Tamansari dibeberapa kota besar di Indonesia).
64
3. WIKA In-Trade (selain perdagangan perusahaan ini juga
memproduksi :AC merek Wika , pemanas air tenaga surya merk
Wika, spare part otomotif dengan merk WIN).
30. PT.Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk merupakan perusahaan
Pertambangan Batubara dan Gambut, dengan nomor NPWP 01.000.011.5-
051.000. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 15 Desember 1980 dengan
alamat kantor pusat di Jl. Parigi No. 1 Tanjung Enim 31716 Sumatera
Selatan.
31. PT. Energi Mega Persada
PT Energi Mega Persada Tbk adalah perusahaan pertambangan
Indonesia yang berbasis.Selain itu, Perusahaan bergerak dalam bidang
perdagangan, jasa dan memberikan jasa manajemen dalam industri minyak
dan gas. proyek ini meliputi Malacca Strait PSC, Blok Kangean PSC,
Bentu & Korinci PSC, Gebang JOB PSC, Gelam TAC dan Semberah
TAC. Perusahaan memiliki jumlah 23 anak perusahaan langsung dan tidak
langsung berada di Amerika Serikat, Panama, Belanda, British Virgin
Island, Singapura, Seychelles, Inggris.
65
B. Analisis Deskriptif Pengaruh Return On Equity, Return On Asset dan
Economic Value Added Terhadap Return Saham
1. Return On Equity
Pada tabel 4.1 menunjukkan adanya peningkatan dan penurunan
Return On Equity pada Bursa Efek Indonesia di Jakarta Islamic Index
tahun 2007-2009.
Tabel 4.1 Return On Equity Tahun 2007-2009
EMITEN 2007 2008 2009 EMITEN 2007 2008 2009 ANTM 83.32 23.93 4.56 INTP 5.73 9.19 (7.68)BUMI 76.20 65.49 36.49 INDF 28.98 30.59 32.06INKP 20.47 27.44 26.37 MEDCO 21.30 68.16 4.96ISAT 17.71 13.36 11.81 TLKM 75.84 59.20 47.42INCO 120.91 30.46 9.43 SMCB 8.26 11.96 39.13KLBF 34.21 32.52 24.80 TINS 79.01 55.20 9.45PTBA 37.80 63.82 58.67 GJTL 5.88 (46.94) 35.42UNVR 104.80 111.23 85.98 PGAS 38.90 18.11 62.07UNTR 35.73 34.60 31.25 KIJA 34.21 32.52 24.80LSIP 36.06 41.50 19.90 ADHI 28.96 20.97 16.24AALI 71.71 76.60 30.35 SMRA 15.54 10.89 6.60ASII 39.44 46.44 31.31 TOTL 12.37 11.80 16.54BNBR 12.33 (208.45) 6.67 WIKA 14.56 18.52 16.73BRPT 0.52 (66.23) 16.86 PTBA 37.80 63.82 58.67BLTA 3.72 6.28 0.27 ENRG (1.55) 0.50 (14.41)
Sumber : data diolah, 2010
Dari tabel 4.1, perusahaan yang memiliki ROE yang relatif stabil
selama tahun 2007-2009 adalah INKP, ISAT, UNVR, UNTR, TOTL dan
WIKA, sementara perusahaan lainnya memiliki fluktuasi nilai ROE yang
cukup tajam. Perusahaan yang memiliki ROE terbesar selama tahun 2009
adalah UNVR yang diikuti oleh PGAS di urutan kedua dengan nilai 85,95
dan 62,07, sementara yang memiliki nilai terendah adalah ENRG sebesar
(14,41).
66
2. Return On Asset
Pada tabel 4.2 menunjukkan adanya peningkatan dan penurunan
Return On Asset pada Bursa Efek Indonesia di Jakarta Islamic Index tahun
2007-2009.
Tabel 4.2 Return On Asset Tahun 2007-2009
EMITEN 2007 2008 2009 EMITEN 2007 2008 2009 ANTM 60.66 18.84 3.57 INTP 2.03 3.31 (2.64)BUMI 30.32 19.41 10.16 INDF 6.99 6.57 7.61 INKP 14.15 20.67 21.93 MEDCO 5.20 25.24 1.85 ISAT 6.47 4.50 3.86 TLKM 31.19 22.26 18.68 INCO 88.83 25.14 7.94 SMCB 2.59 3.95 17.85 KLBF 22.55 20.65 15.82 TINS 52.73 36.46 6.29 PTBA 26.94 41.78 41.93 GJTL 1.66 (8.88) 9.70 UNVR 52.90 53.01 44.64 PGAS 12.06 5.02 22.53 UNTR 15.75 16.86 17.91 KIJA 22.55 20.65 15.82 LSIP 21.20 26.96 14.14 ADHI 3.55 2.39 1.85 AALI 54.44 60.58 23.85 SMRA 7.72 4.71 2.88 ASII 16.74 19.03 13.93 TOTL 4.08 3.93 5.73 BNBR 4.28 (61.37) 1.66 WIKA 4.55 4.44 4.23 BRPT 0.28 (26.21) 6.64 PTBA 26.94 41.78 41.93 BLTA 23.17 26.58 1.04 ENRG (55.00) 0.15 (3.86)Sumber : data diolah, 2010
Berdasarkan tabel 4.2, sebagian besar perusahaan yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini mengalami fluktuasi yang cukup besar atas
nilai ROA yang diperoleh. Dari ketiga puluh perusahaan tersebut,
perusahaan yang memiliki nilai ROA yang cukup stabil selama 2007-2009
antara lain ISAT, KLBF, UNVR, UNTR, INDF, ADHI, TOTL dan
WIKA. Sementara perusahaan yang memiliki nilai ROA terbesar di tahun
2009 adalah UNVR dengan nilai 44,64 dan yang terendah adalah ENRG
sebesar (3,86)
67
3. Economic Value Added
Pada tabel 4.3 menunjukkan adanya peningkatan dan penurunan
Economic Value Added pada Bursa Efek Indonesia di Jakarta Islamic
Index tahun 2007-2009.
Tabel 4.3 Economic Value Added Tahun 2007-2009
EMITEN 2007 2008 2009 ANTM 5,571,619,748,188 2,116,035,758,702 683,619,214,573)BUMI (78,693,767,343,245) 24,541,422,510,636 (34,560,093,226,400)INKP 1,183,154,080,544 1,969,499,306,072 (1,097,532,068,176)ISAT 1,902,996,609,210 2,396,520,497,344 1,673,890,638,240 INCO 11,094,240,729,240 3,838,277,012,184 860,231,223,880 KLBF 783,744,711,334 1,188,705,442,129 (426,653,099,502)PTBA (2,070,763,471,040) 2,253,381,106,750 492,943,436,270 UNVR 1,972,561,001,140 2,411,651,656,000 2,248,219,460,606 UNTR 888,463,105,700 5,520,912,603,520 (8,702,143,986,860)LSIP 401,726,260,800 696,307,287,520 (2,105,361,846,400)AALI 1,074,720,028,260 3,224,265,956,376 255,286,524,200 ASII 7,086,239,428,868 12,536,861,858,362 4,211,350,979,760 BNBR (4,252,543,324,400) 2,111,901,374,720 (14,804,702,876,695)BRPT (23,457,118,619,310) 283,405,227,539 (7,706,743,314,465)BLTA 635,560,335,343 1,767,030,780,264 8,770,258,356 INTP 1,550,746,595,674 2,939,549,358,310 (9,155,140,456,618)INDF 739,315,019,232 2,713,836,905,050 (190,286,124,972)MEDCO 638,171,807,626 3,597,621,155,532 61,458,172,696 TLKM 18,092,086,534,580 16,727,637,220,896 10,934,665,425,960 SMCB (6,023,477,562,000) 2,736,155,052,800 (4,693,142,805,744)TINS 378,691,005,532 1,579,233,938,925 (39,511,276,944)GJTL 362,495,189,632 411,561,140,684 (1,347,121,987,500)PGAS 1,185,429,406,432 3,191,375,861,258 1,844,145,863,296 KIJA 973,900,236,160 (801,930,248,512) 711,551,808,768 ADHI (9,934,276,720) 230,269,465,040 (52,351,629,883)SMRA (17,843,783,508) 647,090,110,848 (1,219,884,329,544)TOTL 66,856,353,289 251,710,038,220 (269,262,207,040)WIKA 126,366,725,580 561,213,414,872 (139,190,838,380)PTBA (1,998,168,566,440) 2,230,045,373,747 496,196,531,990 ENRG (2,562,093,302,752) 1,391,163,141,472 (2,255,313,039,368)
Sumber : data diolah, 2010
68
Berdasarkan hasil perhitungan Economic Value Added masing-
masing perusahaan pada tabel 4.3, Pada Tahun 2007, Economic Value
Added tertinggi dimiliki oleh PT. TLKM Tbk sebesar 18.092.086.534.580
dan terendah dipegang oleh PT. BUMI Tbk sebesar (78.693.767.343.245).
Pada Tahun 2008, Economic Value Added tertinggi dimiliki oleh PT.
BUMI Tbk sebesar 24.541.422.510.636 dan terendah dipegang oleh PT.
KIJA Tbk sebesar (801.930.248.512). Pada Tahun 2009, Economic Value
Added tertinggi dimiliki oleh PT. BNBR Tbk sebesar 4.211.350.979.760
dan terendah dipegang oleh PT. BUMI Tbk sebesar (34.560.093.226.400).
Dari tiga puluh perusahaan tersebut didapat Economic Value Added
terendah pada tahun 2007 dan 2009 dengan perusahaan yang sama
dipegang oleh PT BUMI Tbk. Sedangkan pada tahun 2008 perusahaan PT
BUMI Tbk memiliki nilai Economic Value Added tertinggi sebesar
24.541.422.510.636.
4. Return Saham
Return saham merupakan suatu pendapatan saham atau tingkat
keuntungan yang diperoleh dari selisih antara harga saham periode tertentu
dan harga saham periode sebelumnya dibagi dengan harga saham pada
periode sebelumnya. Pada tabel 4.4 menunjukkan adanya peningkatan dan
penurunan Return Saham pada Bursa Efek Indonesia di Jakarta Islamic
Index tahun 2007-2009.
69
Tabel 4.4 Return Saham Tahun 2007-2009
EMITEN 2007 2008 2009 EMITEN 2007 2008 2009 ANTM (0.4406) (0.7564) 1.0183 INTP (0.1064) (0.1190) 1.3514 BUMI 5.6667 (0.8483) 1.4250 INDF 0.9074 (0.6388) 2.8172 INKP (0.1064) (0.1190) 1.9783 MEDCO 0.4507 (0.6369) 0.3102 ISAT 0.2815 (0.3353) (0.1783) TLKM 0.0050 (0.3202) 0.3696 INCO 2.1048 (0.9799) 0.8912 SMCB 1.6119 (0.6400) 1.4603 KLBF 0.0588 (0.6825) 2.2500 TINS 5.4859 (0.9624) 0.8519 PTBA 2.4043 (0.4250) 1.5000 GJTL (0.1552) (0.5918) 1.1250 UNVR 0.0227 0.1556 0.4167 PGAS 0.3233 (0.8788) 1.0968 UNTR 0.6641 (0.5963) 2.5227 KIJA 0.0504 3.6256 0.0064 LSIP 0.6136 0.7254 1.8547 ADHI 0.7000 (0.8015) 0.5185 AALI 1.2222 (0.6500) 1.3214 SMRA 0.5600 (0.8581) 2.0120 ASII 0.5096 (0.5549) 2.2891 TOTL (0.0923) (0.8508) 1.1136
BNBR 0.8710 (0.8276) 0.7000 WIKA 0.0556 (0.6140) 0.4773 BRPT 3.3750 (0.7857) 1.2167 PTBA 2.4043 (0.4250) 1.5000 BLTA 0.5230 (0.7811) 0.1207 ENRG 1.8654 (0.9436) 1.2976
Sumber : data diolah, 2010
Berdasarkan hasil perhitungan Return Saham masing-masing
perusahaan pada tabel 4.4, Pada Tahun 2007, Return Saham tertinggi
dimiliki oleh PT. BUMI Tbk sebesar 5.6667 dan terendah dipegang oleh
PT. ANTM Tbk sebesar (0.4406). Pada Tahun 2008, Return Saham
tertinggi dimiliki oleh PT. KIJA Tbk sebesar 3.6256 dan terendah
dipegang oleh PT. INCO Tbk sebesar (0.9799). Pada Tahun 2009, Return
Saham tertinggi dimiliki oleh PT. BUMI Tbk sebesar 2.8172 dan terendah
dipegang oleh PT. ISAT Tbk sebesar (0.1783). Dari tiga puluh perusahaan
tersebut didapat Return Saham tertinggi pada tahun 2007 dan 2009 dengan
perusahaan yang sama dipegang oleh PT BUMI Tbk.
70
C. Hasil dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen).Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
di antara variabel independen. Untuk mengetahui ada tidaknya
multikolinearitas model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance
dan Variance Inflation Factor (VIF). Model regresi yang bebas
multikolinearitas nilai VIF berkisar pada angka 1 hingga 10 dan
mempunyai angka tolerance mendekati 1 (Ghozali, 2005: 91-92).
Sumber : data diolah, 2010
Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
(Constant) 5.441 2.445 2.225 .030
ROE (X1) .002 .006 .085 .328 .744 .195 5.117
ROA (X2) .026 .012 .454 2.136 .037 .198 5.061
1
EVA (X3) .207 .089 .585 2.340 .023 .896 1.116
a. Dependent Variable: RETURN (Y)
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa setiap variabel
memiliki nilai Tolerance tidak kurang dari 0.10 dan nilai Variance
Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10. Hasil analisis ini
71
menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas terhadap
variabel penelitian.Sehingga layak untuk digunakan dalam pengujian
selanjutnya.
b. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2005:
110-112).
1). Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah
dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara
data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi
normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini
dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil.
Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal.
2). Analisis Statistik
Uji Normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-
hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa
sebaliknya.
72
Gambar 4.1
Uji Normalitas
Sumber : data diolah
Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa titik-titik
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
(mengikuti pada wilayah garis linear). Hal ini menunjukkan bahwa
data pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi
tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen yaitu
Return Saham berdasarkan masukan variabel independen yaitu Return
On Equity, Return On Asset dan Economic Value Added.
73
c. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari
residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians
dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas.
Gambar 4.2
Uji Heteroskedastisitas
Sumber : data diolah, 2010
Gambar 4.2 menunjukkan titik-titik menyebar secara acak dan
tidak membentuk pola tertentu serta tersebar diatas dan dibawah angka
0 (nol) pada sumbu Y. ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas
sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi Return
74
Saham berdasarkan masukan atas variabel Return On Equity, Return
On Asset dan Economic Value Added.
2. Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk mengetahui hubungan dua atau lebih independen variabel
dengan satu dependen variabel, misalnya dalam penelitian ini penulis
menggunakan Return On Equity, Return On Asset dan Economic Value
Added terhadap Return Saham. Berdasarkan pada pengolahan data,
menggunakan Software SPSS 16.0 maka didapatkan suatu model regresi
linear berganda dalam tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6 Uji Regresi Linier Berganda
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta
(Constant) 5.441 2.445
ROE (X1) .002 .006 .085
ROA (X2) .026 .012 .454
1
EVA (X3) .207 .089 .585
a. Dependent Variable: RETURN (Y) Sumber: data diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai koefisien dari
persamaan regresi. Dalam kasus ini, persamaan regresi berganda yang
digunakan adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε
75
Keterangan:
a = konstanta
b = koefisien regresi
Y = Return Saham
X1 = Return On Equity
X2 = Return On Asset
X3 = Economic Value Added
ε = standar error
Dari output didapatkan model persamaan regresi:
Persamaan model Y =5,441 + 0,002 X1+ 0,026 X2 + 0,207 X3
Pada persamaan regresi diatas menunjukkan nilai konstanta sebesar
5,441.hal ini menyatakan bahwa jika variabel Return On Equity, Return
On Asset dan Economic Value Added dianggap konstan, maka Return
Saham akan konstan sebesar 5,441.
Koefisien regresi pada variabel Return On Equity sebesar 0,002, hal
ini berarti jika variabel Return On Equity naik sebesar satu satuan maka
variabel return saham akan naik sebesar 0,002. Koefisien regresi pada
variabel Return On Asset sebesar 0,026, yang berarti jika variabel Return
On Asset naik sebesar satu satuan maka variabel Return saham naik
sebesar 0,026.
Koefisien regresi pada variabel Economic Value Added sebesar
0,207, hal ini berarti jika variabel Economic Value Added naik sebesar
satu satuan maka variabel return saham akan naik sebesar 0,207.
76
a. Uji Koefisien Determinasi
Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel-variabel
independen, yaitu Return On Equity, Return On Asset dan Economic
Value Added dalam menjelaskan variasi variabel dependen, yaitu
Return Saham. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada
kolom R square, yang ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Durbin-Watson
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .480a .230 .190 .9349569 1.579
a. Predictors: (Constant), EVA (X3), ROA (X2), ROE (X1) b. Dependent Variable: RETURN (Y) Sumber: data diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien
Adjusted R Square yang dihasilkan oleh variabel-variabel independen
sebesar 0.19 yang artinya adalah 19% variabel dependen Return
Saham dijelaskan oleh variabel independen Return On Equity, Return
On Asset dan Economic Value added dan sisanya sebesar 81%
dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel independen yang
digunakan. Pada penelitian ini nilai R Square sebesar 19 %, nilai
tersebut merupakan tingkat pengaruh dengan kategori yang rendah ini
disebabkan karena jumlah tahun yang terlalu singkat dengan nilai
koefisien yang rendah.
77
Masih banyak variabel lain yang dapat mempengaruhi variabel
return saham, seperti (1) Price Earning Ratio, Semakin besar PER
memungkinkan harga pasar dari setiap lembar saham akan semakin
baik, demikian pula sebaliknya (Purnomo, 1998). Oleh karena itu,
nilai PER yang besar akan menghasilkan return yang besar pula bagi
para pemegang saham. (2) Debt Equity Ratio yang merupakan
perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan
dari modal pemegang saham. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
(Ross et al,.2003:66) yang menyatakan bahwa “debt to equity ratio is
dividing total debt with total equity”. (3) Firm Size, perusahaan besar
cenderung melakukan diversifikasi usaha lebih banyak daripada
perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam
menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran
perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya
kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dengan
ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam
menjalankan usahanya. Hal ini akan mempermudah perusahaan
dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana
eksternal dan lain-lain.
Angka koefisien korelasi (R) pada tabel 4.7 sebesar 0.480
menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen adalah sedang karena memiliki nilai koefisien
korelasi diatas 0.05 Standart Error of Estimate (SEE) sebesar 0.93
78
makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat
dalam memprediksi variabel dependen.
b. Uji F (Simultan)
Untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang
digunakan dalam model regresi mempunyai pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama terhadap variabel dependen maka digunakan uji
F, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Sumber : data diolah, 2010
Tabel 4.8 Hasil Uji F Statistik
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 15.138 3 5.046 5.773 .002a
Residual 50.700 58 .874
1
Total 65.839 61
a. Predictors: (Constant), EVA (X3), ROA (X2), ROE (X1) b. Dependent Variable: RETURN (Y)
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikan
sebesar 0.002 atau lebih kecil dari nilai probabilitas (p-value) 0.05
(0.002< 0.05), ini berarti bahwa variabel independen yaitu Return On
Equity, Return On Asset dan Economic Value Added mempunyai
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap Return
Saham.
79
Hal ini menunjukkan bahwa:
H1 :Return On Equity, Return On Asset dan Economic Value Added
berpengaruh signifikan terhadap Return Saham.
c. Uji t (Parsial)
Pengujian regresi secara parsial (uji t) berguna untuk menguji
pengaruh dari masing-masing variabel independen secara parsial
terhadap variabel dependen.Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen
dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas (p-value) dari
masing-masing variabel dengan tingkat signifikansi yang digunakan
sebesar 0.05 jika p-value lebih kecil dari 0.05 maka dapat dikatakan
bahwa variabel-variabel independen secara parsial mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil uji regresi
secara parsial (uji t) dapat dilihat pada tabel berikut:
Sumber : data diolah, 2010
Tabel 4.9 Hasil Uji T Statistik
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
(Constant) 5.441 2.445 2.225 .030
ROE (X1) .002 .006 .085 .328 .744 .195 5.117
ROA (X2) .026 .012 .454 2.136 .037 .198 5.061
1
EVA (X3) .207 .089 .585 2.340 .023 .896 1.116
a. Dependent Variable: RETURN (Y)
80
1. Pengaruh Return on Equity terhadap Return Saham
Dari tabel diatas terlihat bahwa thitung koefisien Return on
Equity adalah 0,328, sedangkan ttabel bisa dihitung pada tabel t-test,
dengan α = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika
mencari ttabel, nilai α dibagi 2 menjadi 0.025 dan df = 90 (didapat
dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 90-2 = 88). Didapat
ttabel adalah 2.00.
Variabel Return on Equity memiliki nilai p-value 0.744
(0.744 > 0.05). sedangkan thitung > ttabel (0.328 < 2.00) maka
hipotesis alternatif (Ha) ditolak dan hipotesis nol (H0) diterima,
berarti secara parsial tidak ada pengaruh variabel independen
Return on Equity (X1) terhadap variabel dependen Return Saham
(Y).
2. Pengaruh Return On Asset terhadap Return Saham
Dari tabel diatas terlihat bahwa thitung koefisien Return On
Asset adalah 2.136, sedangkan ttabel bisa dihitung pada tabel t-test,
dengan α = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika
mencari ttabel, nilai α dibagi 2 menjadi 0.025 dan df = 90 (didapat
dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 90-2 = 88). Didapat
ttabel adalah 2.00.
Variabel Return On Asset memiliki nilai p-value 0.037
(0.037 < 0.05). sedangkan thitung > ttabel (2.136 > 2.00) maka
hipotesis alternatif (Ha) diterima, dan hipotesis nol (H0) ditolak,
81
berarti secara parsial ada pengaruh variabel independen Return On
Asset (X2) terhadap variabel dependen Return Saham (Y).
3. Pengaruh Economic Value added terhadap Return Saham
Dari tabel diatas terlihat bahwa thitung koefisien Return On
Asset adalah 2,340, sedangkan ttabel bisa dihitung pada tabel t-test,
dengan α = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika
mencari ttabel, nilai α dibagi 2 menjadi 0.025 dan df = 88 (didapat
dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 90-2 = 88). Didapat
ttabel adalah 2.00
Variabel Economic Value Added memiliki nilai p-value 0.023
(0.023< 0.05). sedangkan thitung > ttabel (2.340> 2.00) maka
hipotesis alternatif (Ha) diterima, dan hipotesis nol (H0) ditolak,
berarti secara parsial ada pengaruh variabel independen Economic
Value Added (X3) terhadap variabel dependen Return Saham (Y).
D. Interpretasi
Hasil uji regresi berganda diperoleh bahwa Return on Asset dan
Economic Value Added secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap
return saham. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Hakim
(2006), menemukan bahwa secara simultan EVA dan ROA berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham. Namun secara parsial hanya ROA
saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap return saham, sedangkan
EVA tidak berpengaruh secara signifikan. Hasil ini menunjukkan pengukuran
82
kinerja keuangan dengan metode ROA lebih baik dibandingkan dengan
metode EVA dalam pengaruhnya terhadap return saham. Hal ini disebabkan
karena para investor masih menganggap bahwa metode perhitungan ROA
masih efektif dalam memperkirakan tingkat keuntungan saham di masa yang
akan datang.
Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Panggabean (2005)
mengatakan bahwa berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang analisis
perbandingan korelasi EVA dan ROE terhadap Harga Saham pada 20
perusahaan di Bursa Efek Jakarta dapat disimpulkan beberapa hal pokok
sebagai berikut: Economic Value Added (EVA) perusahaan dalam LQ-45
mempunyai korelasi yang signifikan dengan harga sahamnya, Namun Return
on Equity (ROE) perusahaan dalam LQ-45 tidak mempunyai korelasi yang
signifikan dengan harga saham. Dalam penelitian Taufik (2007), melakukan
pengujian asumsi klasik yang pada dasarnya untuk melihat apakah data-data
dalam penelitian ini dapat digunakan untuk meregresikan antara variabel
bebas (ROE, ROA dan EVA) dan variabel terikat (Stock Return). Berdasarkan
hasil uji ANOVA terlihat bahwa antara variabel independent (ROE, ROA dan
EVA) dengan variabel dependent (stock return) mempunyai pengaruh yang
signifikan. Namun demikian dominasi variabel independent terhadap variabel
dependent tersebut tidak terlalu besar yaitu hanya 27,9 sedangkan sebagian
besar (72,1) didominasi oleh faktor lain.
Dalam hal ini perbedaan antara hasil pengujian sebelumnya dengan
pengujian ini dikarenakan adanya perbedaan waktu penelitian, sektor yang
83
diteliti, merubah variabel terikat menjadi return saham, dan merubah variabel
bebas menjadi Return On Equity, Return On Asset dan Economic Value
Added. Karena pada penelitian sebelumnya menggunakan variabel terikat
dengan return, sehingga adanya perbedaan hasil analisis.
Sedangkan untuk return saham, bila dikaitkan dengan variabel yang
berpengaruh dan signifikan yaitu Return On Equity, Return On Asset dan
Economic Value Added merupakan variabel yang mempengaruhi return saham
dan return saham adalah salah satu patokan dari para pemegang saham untuk
menanamkan modalnya dalam berinvestasi. Untuk memprediksi return dapat
dilihat berdasarkan hasil Return On Equity, Return On Asset dan Economic
Value Added. Maka para pemegang saham harus memperhitungkan Return On
Equity, Return On Asset dan Economic Value Added sehingga akan mendapat
keuntungan yang lebih baik lagi. Return On Equity, Return On Asset dan
Economic Value Added menjadi suatu alat analisis dalam mencapai return
yang baik pada saat ini.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Return On Equity,
Return On Asset dan Economic Value Added terhadap return saham. Data
yang diambil berdasarkan hasil laporan keuangan perusahaan selama periode
2007-2009. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang
telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi
berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji F dengan menggunakan analisis regresi berganda menunjukkan
bahwa variabel Return On Equity, Return On Asset dan Economic Value
Added mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap
Return Saham.
2. Berdasarkan uji t, diperoleh kesimpulan bahwa variabel Return On Asset
dan Economic Value Added berpengaruh secara signifikan terhadap Return
Saham. Sedangkan variabel Return On Equity tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Return Saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Panggabean (2005) yang membuktikan
bahwa Economic Value Added (EVA) perusahaan dalam LQ-45 memiliki
korelasi yang signifikan dengan harga sahamnya, Namun Return on Equity
(ROE) perusahaan dalam LQ-45 tidak memiliki korelasi yang signifikan
dengan harga saham.
85
3. Berdasarkan koefisien regresi pada setiap variabel, dapat dijelaskan bahwa
variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Return saham adalah
Economic Value Added, atau yang memiliki nilai koefisien regresi lebih
besar dibandingkan dengan variabel bebas lainnya.
B. Implikasi
Laporan keuangan merupakan acuan patokan bagi para investor untuk
menanamkan modalnya dalam suatu perusahaan, karena laporan keuangan
menggambarkan kondisi ekonomi suatu perusahaan. Beberapa cara yang
dilakukan untuk melakukan pengukuran kinerja perusahaan adalah dengan
menggunakan pendekatan tradisional dan modern.
Dalam penelitian ini telah dilakukan perbandingan pengukuran kinerja
perusahaan antara pendekatan tradisional dan pendekatan modern serta
melihat bagaimana pengaruhnya terhadap return saham. Pendekatan
tradisional yang digunakan adalah Return On Equity dan Return On Asset,
sementara pendekatan modern yang digunakan adalah Economic Value
Added.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROE tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham, sementara ROA dan EVA memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap return saham, terutama EVA yang lebih dominan
mempengaruhi return saham. Dengan demikian perusahaan dapat memilih
EVA sebagai alternatif utama dalam melakukan pengukuran kinerja keuangan
perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa EVA dapat menutupi
86
87
kelemahan yang dimiliki oleh ROE dan ROA. Taufik (2007:5) menyatakan
bahwa banyak manajer perusahaan menganggap bahwa pendekatan EVA
lebih menekankan pada penciptaan nilai perusahaan (create value). Kekuatan
EVA yang paling berguna di dalam pengukuran kinerja keuangan adalah
sangat fokus terhadap penciptaan nilai perusahaan yang bermanfaat bagi
pemegang saham.
C. Saran
Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai
beberapa hal diantaranya:
1. Perusahaan sebaiknya menggunakan pendekatan EVA dalam melakukan
pengukuran kinerja, karena EVA memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap return saham.
2. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut untuk mendukung penelitian ini
dengan memperluas sampel dan waktu penelitian, serta menambah
variabel independen penelitian, sehingga diperoleh hasil penelitian yang
lebih tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N & Vijay Govindarajan, “Sistem Pengendalian Manajemen”, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2005.
Bukit, Gita Evadini, ”Pengaruh EVA Terhadap Harga Saham Di Pasar Modal”,
Perpustakaan Universitas Widyatama, Bandung, 2003. Dita, Kirana Renantyasari, “Analisa EVA dan MVA Sebagai Alat Ukur Kinerja
Perusahaan”, Skripsi FEIS UIN, Jakarta, 2004. Fatah, “Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA), Earnings, Residual Income,
Operating Cash Flow, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Market Value Added (MVA)”, Skripsi FEIS UIN, Jakarta, 2009.
Ghazali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Universitas
Diponegoro, Semarang, 2005. Garrison, Ray H & Eric W Noreen, “Managerial Accounting”, Edisi 9, Irwin Mc Graw
Hill, Boston, 2000. Hadi Walujo, Purwatmo, “Pengaruh Return On Assets (ROA) dan Economic Value
Added (EVA) Terhadap Tingkat Pengembalian Saham (Rate Of Stock Return)”, 2005.
Hakim, Rahman, “Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Metode
Economic Value Added (EVA), Return On Assets (ROA), dan Pengaruhnya Terhadap Return Saham Pada Perusahaan yang Tergabung Dalam Indeks LQ-45 Di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi FEUII, Yogyakarta, 2006.
Halim, Abdul, “Analisis Investasi”, Cetakan Pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2003.
88
Hamid, Abdul, “Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007. Handoko, Wahyu, “Pengaruh Economic Value Added (EVA), ROE, ROA, dan EPS
Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Kategori LQ-45 Pada Bursa Efek Jakarta”, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008.
Hansen, Don R & Marryanne M. Mowen, “Akuntansi Manajemen”, Edisi 7, Buku 2,
Salemba Empat. Jakarta, 2005. Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Akuntansi Keuangan”, Salemba Empat, Jakarta,
2004. Juniah. “Analisis Penagruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Market Value
Added (MVA) pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi FEIS UIN, Jakarta, 2007.
Kurniawan, Todi, ”Volatilitas Saham Syariah (Analisis Atas Jakarta Islamic Index)”,
KARIM Review, Special Edition, January 2008. Mirza, Teuku, “EVA Sebagai Alat Penilai”, Manajemen dan Usahawan Indonesia,
1997. Mulyadi, “Akuntansi Manajemen, Konsep, manfaat & Rekayasa” Edisi 3, Salemba
Empat, Jakarta, 2001. Panggabean, Raja Lambas J, “Analisis Perbandingan Korelasi EVA dan ROE Terhadap
Harga Saham LQ 45 di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Manajemen & Bisnis Sreiwijaya, Vol. 3, No. 5, Juni 2005.
Pradhono, Jogi Christiawan Yulius, ”Pengaruh EVA, Residual Income, Earnings, dan
Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham yang Diterima oleh Pemegang Saham”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 6, No.2, November 2004.
89
Prasetya, Uni Ayuk, ”Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Alat Ukur ROA dan ROE Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta”, UNNES, 2006.
Purnomo, Y, ”Keterkaitan Kinerja Keuangan Dengan Harga Saham (Studi Kasus 5
Rasio Keuangan 30 Emiten Di BEJ Pengamatan 1992-1996)”, Edisi XXII (12), Manajemen Usahawan Indonesia, 1998.
Riyanto, Bambang, ”Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, 1995. Ross, A Stephen. Westefield, Randolph W. Jordan, Bradford D, “Fundamentals Of
Corporate Finance”, Sixth Edition, New York Mc Graw-Hill, 2003. Swasembada.(2003). SWA 100. No.21, Edisi XIX. Swasembada.(2006). SWA 100. No.23, Edisi XX. Taufik, “Pengaruh Pendekatan Traditional Accounting dan Economic Value Added
Terhadap Stock Return Perusahaan Sektor Perbankan di PT. Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Manajemen & Bisnis Sreiwijaya Vol 5, No.10, Desember 2007.
Utama, Sidharta, “Mencermati Permainan EVA, SWA”, Okt-Nop 2002. Utama, Sidharta, ”EVA: Pengukuran dan Penciptaan Nilai Perusahaan”, Manajemen
dan Usahawan Indonesia, 2003. Utomo, Lisa Linawati, “EVA Sebagai Ukuran Keberhasilan Kinerja Manajemen
Perusahaan”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 1999. Veithzal, Rivai & Ahmad Fawzi M Basri, “Perfomance Appraisal”, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2005.
90
91
Warren, Carl S. et.al. Diterjemahkan oleh Aria Farahmita et.al, “Pengantar Akuntansi”, Buku 2, Edisi 21. Salemba Empat, Jakarta, 2005.
Wild, John J,et.al, Diterjemahkan oleh Yanivi Bachtiar et.al, “Analisis Laporan
Keuangan”, Buku 1, Edisi 8, Salemba Empat, Jakarta, 2005. Young, S David & Stephen F O’Byrne. Diterjemahkan oleh Lusy Widjaja, “EVA &
Manajemen Berdasarkan Nilai”. Salemba Empat, Jakarta, 2001. Yurico & Tapi Anda Sari Lubis, “Pengaruh Cash Dividend Coverage, Operating
Cashflow Per Share, Return On Equity, Return On Assets, Total Assets Turnover, Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI”, Jurnal Akuntansi 21, 2009.
Zumawarni. “Analisa Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA)
sebagai Alat Ukur Kinerja Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Publik LQ-45 Tahun 1999-2003)”. Skripsi FEIS UIN, Jakarta, 2005.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
1. Nama : Meutia Gama Pertiwi
2. Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 13 Februari 1987
3. Alamat : Jl. Ir. H. Juanda No.12 A RT. 03/03 Kampung Semanggi, Depan
Komplek UIN – Tangerang 15412
4. No Telepon : Rumah (021) 7497561
Handphone (021) 91649456, 08561726620
5. Status : Belum menikah
6. Agama : Islam
7. Kewarganegaraan : Indonesia
8. Alamat Email : [email protected]
B. DATA PENDIDIKAN
1. Tahun 1991-1993 TK Salman Tangerang
2. Tahun 1993-1999 SDN Kp. Utan 01 Tangerang
3. Tahun 1999-2002 SMPN 02 Tangerang
4. Tahun 2002-2005 SMU Muhammadiyah 08 Tangerang
5. Tahun 2005-2010 FEIS Akuntansi UIN Jakarta Selatan
C. DATA PENGALAMAN ORGANISASI
1. Tahun 2003 :Anggota IRM (Ikatan Remaja Muhammadiyah) di SMU Muhammadiyah Ciputat
2. Tahun 2006 :Anggota IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) di UIN Ciputat
D. DATA PENGALAMAN KERJA
Tahun 2009 : Staff Ticketing di Altur Travel, Ciputat. Tangerang
Lampiran 1:
Return On Equity (X1)
EMITEN 2007 2008 2009 EMITEN 2007 2008 2009
ANTM 83.32 23.93 4.56 INTP 5.73 9.19 (7.68)
BUMI 76.20 65.49 36.49 INDF 28.98 30.59 32.06
INKP 20.47 27.44 26.37 MEDCO 21.30 68.16 4.96
ISAT 17.71 13.36 11.81 TLKM 75.84 59.20 47.42
INCO 120.91 30.46 9.43 SMCB 8.26 11.96 39.13
KLBF 34.21 32.52 24.80 TINS 79.01 55.20 9.45
PTBA 37.80 63.82 58.67 GJTL 5.88 (46.94) 35.42
UNVR 104.80 111.23 85.98 PGAS 38.90 18.11 62.07
UNTR 35.73 34.60 31.25 KIJA 34.21 32.52 24.80
LSIP 36.06 41.50 19.90 ADHI 28.96 20.97 16.24
AALI 71.71 76.60 30.35 SMRA 15.54 10.89 6.60
ASII 39.44 46.44 31.31 TOTL 12.37 11.80 16.54
BNBR 12.33 (208.45) 6.67 WIKA 14.56 18.52 16.73
BRPT 0.52 (66.23) 16.86 PTBA 37.80 63.82 58.67
BLTA 3.72 6.28 0.27 ENRG (1.55) 0.50 (14.41)
92
Lampiran 2:
Return On Asset (X2)
EMITEN 2007 2008 2009 EMITEN 2007 2008 2009
ANTM 60.66 18.84 3.57 INTP 2.03 3.31 (2.64)
BUMI 30.32 19.41 10.16 INDF 6.99 6.57 7.61
INKP 14.15 20.67 21.93 MEDCO 5.20 25.24 1.85
ISAT 6.47 4.50 3.86 TLKM 31.19 22.26 18.68
INCO 88.83 25.14 7.94 SMCB 2.59 3.95 17.85
KLBF 22.55 20.65 15.82 TINS 52.73 36.46 6.29
PTBA 26.94 41.78 41.93 GJTL 1.66 (8.88) 9.70
UNVR 52.90 53.01 44.64 PGAS 12.06 5.02 22.53
UNTR 15.75 16.86 17.91 KIJA 22.55 20.65 15.82
LSIP 21.20 26.96 14.14 ADHI 3.55 2.39 1.85
AALI 54.44 60.58 23.85 SMRA 7.72 4.71 2.88
ASII 16.74 19.03 13.93 TOTL 4.08 3.93 5.73
BNBR 4.28 (61.37) 1.66 WIKA 4.55 4.44 4.23
BRPT 0.28 (26.21) 6.64 PTBA 26.94 41.78 41.93
BLTA 23.17 26.58 1.04 ENRG (55.00) 0.15 (3.86)
93
Lampiran 3:
Economic Value Added (X3)
EMITEN 2007 2008 2009
ANTM 5,571,619,748,188 2,116,035,758,702 683,619,214,573)
BUMI (78,693,767,343,245) 24,541,422,510,636 (34,560,093,226,400)
INKP 1,183,154,080,544 1,969,499,306,072 (1,097,532,068,176)
ISAT 1,902,996,609,210 2,396,520,497,344 1,673,890,638,240
INCO 11,094,240,729,240 3,838,277,012,184 860,231,223,880
KLBF 783,744,711,334 1,188,705,442,129 (426,653,099,502)
PTBA (2,070,763,471,040) 2,253,381,106,750 492,943,436,270
UNVR 1,972,561,001,140 2,411,651,656,000 2,248,219,460,606
UNTR 888,463,105,700 5,520,912,603,520 (8,702,143,986,860)
LSIP 401,726,260,800 696,307,287,520 (2,105,361,846,400)
AALI 1,074,720,028,260 3,224,265,956,376 255,286,524,200
ASII 7,086,239,428,868 12,536,861,858,362 4,211,350,979,760
BNBR (4,252,543,324,400) 2,111,901,374,720 (14,804,702,876,695)
BRPT (23,457,118,619,310) 283,405,227,539 (7,706,743,314,465)
BLTA 635,560,335,343 1,767,030,780,264 8,770,258,356
INTP 1,550,746,595,674 2,939,549,358,310 (9,155,140,456,618)
INDF 739,315,019,232 2,713,836,905,050 (190,286,124,972)
MEDCO 638,171,807,626 3,597,621,155,532 61,458,172,696
TLKM 18,092,086,534,580 16,727,637,220,896 10,934,665,425,960
SMCB (6,023,477,562,000) 2,736,155,052,800 (4,693,142,805,744)
TINS 378,691,005,532 1,579,233,938,925 (39,511,276,944)
GJTL 362,495,189,632 411,561,140,684 (1,347,121,987,500)
PGAS 1,185,429,406,432 3,191,375,861,258 1,844,145,863,296
KIJA 973,900,236,160 (801,930,248,512) 711,551,808,768
94
EMITEN 2007 2008 2009
ADHI (9,934,276,720) 230,269,465,040 (52,351,629,883)
SMRA (17,843,783,508) 647,090,110,848 (1,219,884,329,544)
TOTL 66,856,353,289 251,710,038,220 (269,262,207,040)
WIKA 126,366,725,580 561,213,414,872 (139,190,838,380)
PTBA (1,998,168,566,440) 2,230,045,373,747 496,196,531,990
ENRG (2,562,093,302,752) 1,391,163,141,472 (2,255,313,039,368)
95
Lampiran 4:
Return Saham (Y)
EMITEN 2007 2008 2009 EMITEN 2007 2008 2009
ANTM (0.4406) (0.7564) 1.0183 INTP (0.1064) (0.1190) 1.3514
BUMI 5.6667 (0.8483) 1.4250 INDF 0.9074 (0.6388) 2.8172
INKP (0.1064) (0.1190) 1.9783 MEDCO 0.4507 (0.6369) 0.3102
ISAT 0.2815 (0.3353) (0.1783) TLKM 0.0050 (0.3202) 0.3696
INCO 2.1048 (0.9799) 0.8912 SMCB 1.6119 (0.6400) 1.4603
KLBF 0.0588 (0.6825) 2.2500 TINS 5.4859 (0.9624) 0.8519
PTBA 2.4043 (0.4250) 1.5000 GJTL (0.1552) (0.5918) 1.1250
UNVR 0.0227 0.1556 0.4167 PGAS 0.3233 (0.8788) 1.0968
UNTR 0.6641 (0.5963) 2.5227 KIJA 0.0504 3.6256 0.0064
LSIP 0.6136 0.7254 1.8547 ADHI 0.7000 (0.8015) 0.5185
AALI 1.2222 (0.6500) 1.3214 SMRA 0.5600 (0.8581) 2.0120
ASII 0.5096 (0.5549) 2.2891 TOTL (0.0923) (0.8508) 1.1136
BNBR 0.8710 (0.8276) 0.7000 WIKA 0.0556 (0.6140) 0.4773
BRPT 3.3750 (0.7857) 1.2167 PTBA 2.4043 (0.4250) 1.5000
BLTA 0.5230 (0.7811) 0.1207 ENRG 1.8654 (0.9436) 1.2976
96
Lampiran 5:
Regresi Linear Berganda
F Change df1 df2Sig. F
Change1 .480a 0.23 0.19 0.9349569 5.773 3 58 0.002 1.5790.23
a. Predictors: (Constant), EVA (X3), ROA (X2), ROE (X1)b. Dependent Variable: RETURN (Y)
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate
Change StatisticsDurbin-Watson
R Square Change
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Regression 15.138 3 5.046 5.773 .002a
Residual 50.7 58 0.874Total 65.839 61
ANOVAb
Model1
a. Predictors: (Constant), EVA (X3), ROA (X2), ROE (X1)b. Dependent Variable: RETURN (Y)
Standardized
Coefficients
B Std. Error BetaLower Bound
Upper Bound
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
(Constant)5.441 2.445 2.225 0.03 0.547 10.336
ROE (X1) 0.002 0.006 0.085 0.328 0.744 0.014 0.01 0.319 0.043 0.038 0.195 5.117ROA (X2) 0.026 0.012 0.554 2.136 0.037 0.002 0.05 0.391 0.27 0.246 0.198 5.061EVA (X3) 0.207 0.089 0.285 2.34 0.023 0.385 0.03 0.144 0.294 0.27 0.896 1.116
1
. Dependent Variable: RETURN (Y)
Unstandardized Coefficients
T Sig.
95% Confidence Interval for B Correlations
Collinearity Statistics
Coefficientsa
Model
97