abstrak - sinta.unud.ac.id · ‖revolusi hijau‖ (green revolution) ... program industrialisasi...

28
x ABSTRAK Petani Subak Susuan Karangasem dalam awal sejarahnya dikenal sebagai petani subsisten. Mereka menanam berbagai jenis tanaman pangan sebatas untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Untuk tujuan itu ditanam berbagai jenis biji-bijian, padi, jagung serta macam tanaman sayur-sayuran. Masyarakat petani semacam ini belum membentuk struktur masyarakat yang ketat. Keadaan menjadi berubah ketika jumlah penduduk semakin bertambah, kebutuhan keluarga petani sedikit demi sedikit mengalami pergeseran. Selama dua dekade terakhir ini telah terjadi perubahan-perubahan besar di lingkungan petani, baik perubahan struktur maupun kultural. Perubahan-perubahan besar itu terjadi sebagai akibat dari proses pembangunan atau modernisasi yang dilancarkan oleh pemerintah di pedesaan Indonesia termasuk di Suba k Susuan Karangasem. ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) yang mengawali proses pembangunan pedesaan tahun 1960-an, merupakan salah satu faktor penting yang telah membawa percepatan proses transformasi struktural di pedesaan Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimana dinamika bentuk perlawanan petani terhadap revolusi hijau di Subak Susuan Karangasem Bali?; (2) ideologi apa yang ada di balik dinamika perlawanan petani terhadap revolusi hijau? (3) apa implikasi dinamika perlawanan petani itu bagi kehidupan petani di Subak Susuan Karangasem khususnya, dan pemerintah Karangasem umumnya.? Sebagai peneliti dengan sumber data berupa data lapangan, maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data melalui wawancara dilengkapi dengan dokumen. Tehnik analisis data bersifat deskriptif analisis. Teori yang digunakan adalah teori hegemoni, teori diskursus kuasa/ pengetahuan, dan teori tindakan komunikatif Teori hegemoni digunakan untuk membedah seluruh analisis yang dibantu oleh teori diskursus kuasa/pengetahuan. Teori tindakan komunikatif dipergunakan untuk membedah permasalahan implikasi dinamika perlawanan yang ada di tengah masyarakat berdasarkan tanggapan/ respons pembaca. Hasil pembahasan mengenai dinamika bentuk perlawanan petani Subak Susuan jika dikaji dari aspek cultural studies memperlihatkan bentuk (1) kepura-puraan, (2) terbuka (unjuk rasa/menentang) sebagai wujud counter hegemony petani kepada kebijakan pemerintah. Terbuka merupakan sikap perlawanan yang frontal terhadap ketidakadilan, kekerasan dan kesewenang-wenangan. Makna perlawanan petani Subak Susuan sebagai kontrol sosial terhadap kebijakan pemerintah yang cenderung merugikan petani, sehingga bisa tercipta masyarakat sipil (civil society), sebagai pengontrol dan pembela masyarakat yang terpinggirkan Kata Kunci: dinamika, masyarakat sipil, petani subsisten, perlawanan, revolusi hijau, degradasi.

Upload: others

Post on 05-Dec-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

x

ABSTRAK

Petani Subak Susuan Karangasem dalam awal sejarahnya dikenal sebagai petani

subsisten. Mereka menanam berbagai jenis tanaman pangan sebatas untuk memenuhi

kebutuhan keluarga sehari-hari. Untuk tujuan itu ditanam berbagai jenis biji-bijian, padi,

jagung serta macam tanaman sayur-sayuran. Masyarakat petani semacam ini belum

membentuk struktur masyarakat yang ketat. Keadaan menjadi berubah ketika jumlah

penduduk semakin bertambah, kebutuhan keluarga petani sedikit demi sedikit mengalami

pergeseran. Selama dua dekade terakhir ini telah terjadi perubahan-perubahan besar di

lingkungan petani, baik perubahan struktur maupun kultural. Perubahan-perubahan besar itu

terjadi sebagai akibat dari proses pembangunan atau modernisasi yang dilancarkan oleh

pemerintah di pedesaan Indonesia termasuk di Subak Susuan Karangasem. ‖Revolusi hijau‖

(Green Revolution) yang mengawali proses pembangunan pedesaan tahun 1960-an,

merupakan salah satu faktor penting yang telah membawa percepatan proses transformasi

struktural di pedesaan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian

ini adalah: (1) bagaimana dinamika bentuk perlawanan petani terhadap revolusi hijau di

Subak Susuan Karangasem Bali?; (2) ideologi apa yang ada di balik dinamika perlawanan

petani terhadap revolusi hijau? (3) apa implikasi dinamika perlawanan petani itu bagi

kehidupan petani di Subak Susuan Karangasem khususnya, dan pemerintah Karangasem

umumnya.?

Sebagai peneliti dengan sumber data berupa data lapangan, maka penelitian ini

menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data melalui wawancara dilengkapi dengan

dokumen. Tehnik analisis data bersifat deskriptif analisis. Teori yang digunakan adalah teori

hegemoni, teori diskursus kuasa/ pengetahuan, dan teori tindakan komunikatif

Teori hegemoni digunakan untuk membedah seluruh analisis yang dibantu oleh teori

diskursus kuasa/pengetahuan. Teori tindakan komunikatif dipergunakan untuk membedah

permasalahan implikasi dinamika perlawanan yang ada di tengah masyarakat berdasarkan

tanggapan/ respons pembaca.

Hasil pembahasan mengenai dinamika bentuk perlawanan petani Subak Susuan jika

dikaji dari aspek cultural studies memperlihatkan bentuk (1) kepura-puraan, (2) terbuka

(unjuk rasa/menentang) sebagai wujud counter hegemony petani kepada kebijakan

pemerintah. Terbuka merupakan sikap perlawanan yang frontal terhadap ketidakadilan,

kekerasan dan kesewenang-wenangan. Makna perlawanan petani Subak Susuan sebagai

kontrol sosial terhadap kebijakan pemerintah yang cenderung merugikan petani, sehingga

bisa tercipta masyarakat sipil (civil society), sebagai pengontrol dan pembela masyarakat

yang terpinggirkan

Kata Kunci: dinamika, masyarakat sipil, petani subsisten, perlawanan, revolusi hijau,

degradasi.

Page 2: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

xi

ABSTRACT

Farmers of Subak Susuan Karangasem in their early history are known as subsistence

farmers. They cultivated various types of food crops in order to meet their everyday needs,

such as grains, rice, corn as well as kinds of vegetable crops. They have not yet established a

strict community structure. Things change as the population grows and the needs of the

families gradually shift. Over the last two decades there have been major changes in farming

environment, both structural and cultural changes. Major changes occurred as a result of the

development process or modernization launched by the government in rural Indonesia

including in Subak Susuan Karangasem. The "Green Revolution" that started the rural

development process of the 1960s, is one of the important factors that has led to the

acceleration of the process of structural transformation in the countryside

Based on the above background, the problems discussed in this research are: (1) how

is the dynamics of famer resistance to the green revolution in Subak Susuan, Karangasem,

Bali?; (2) what ideology is behind the dynamics of farmerresistance to the green revolution,

(3) what are the implications of the dynamics of the farmer resistance to the life of the

farmers in Subak Susuan Karangasem in particular, and Karangasem government in general?

It is a field research conducted in qualitative method of which the data were collected

through the techniques of documentation and interviews. Data were descriptively analyzed.

Theories employed are the theory of hegemony, theories of discourse of power / knowledge,

and the theory of communicative action

The theory of hegemony is used to investigate all aspects supported with the theory of

power discourse / Knowledge. The theory of communicative action is used to analyze the

problem of the dynamics of resistance implications that exist in the community based on the

responses / responses of the reader.

The results of the analysis showed that the dynamics of farmer Resistance of Subak

Susuan farmers when examined from the aspects of cultural studies might be in the forms of

(1) pretense (2) open (demonstration / opposition) as a form of counter hegemony of farmers

to government policy. Open is a frontal attitude of resistance to the unfairness violence, and

arbitrariness. The meaning of the resistance of subak Susuan farmers is a social control of

government policies that tend to harm the farmers, so that it can create civil society (civil

society), as a controller and advocate of marginalized society

Keywords: dynamics, civil society, subsistence farmers, resistance, green

revolution, degradation

Page 3: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

xii

RINGKASAN

DINAMIKA PERLAWANAN PETANI

TERHADAP REVOLUSI HIJAU DI SUBAK SUSUAN

KARANGASEM, BALI

Petani Subak Susuan Karangasem dalam awal sejarahnya dikenal sebagai petani

subsisten. Mereka menanam berbagai tanaman pangan sebatas untuk memenuhi kebutuhan

keluarga sehari-hari. Untuk tujuan itu ditanamlah berbagai biji-bijian, padi, jagung serta

sayur-sayuran. Masyarakat petani semacam ini belum membentuk struktur masyarakat yang

ketat.

Keadaan menjadi berubah ketika jumlah penduduk semakin bertambah, kebutuhan

keluarga petani sedikit demi sedikit mengalami pergeseran. Selama dua dekade terakhir ini

telah terjadi perubahan besar di lingkungan petani, baik perubahan struktur maupun kultural.

Perubahan besar itu terjadi sebagai akibat dari proses pembangunan atau modernisasi yang

dilancarkan oleh pemerintah di daerah pedesaan Indonesia termasuk di Subak Susuan

Karangasem. ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) yang mengawali proses pembangunan

pedesaan tahun 1960-an, merupakan salah satu faktor penting yang telah membawa

percepatan proses transformasi struktural di pedesaan. Proses transformasi struktural yang

ditimbulkan dapat dipandang sebagai perwujudan respons dinamis dari masyarakat pedesaan

terhadap inovasi dan perubahan yang dibawa oleh proses modernisasi atau pembangunan

yang berlangsung selama beberapa dekade terakhir ini.

Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green

revolution) akhirnya diberlakukan secara paksa di seluruh dunia. Rezim-rezim pemerintah

nasional, badan-badan dunia , dan rezim-rezim internasional, seperti industri pangan,

perdagangan, menjadi proponen atas kesuksesan program tersebut. Revolusi hijau jilid I—

intensifikasi pertanian dengan bibit hibrida dan asupan kimia—yang berlanjut dengan

revolusi hijau jilid II—intensifikasi pertanian dengan bibit transgenik dan asupan kimia—

berjalan sukses hingga kini. Program penyeragaman yang secara struktural dan sistematis

terasa sangat meminggirkan peran para petani subsisten itu, ternyata berhasil juga

menyeragamkan pola pikir banyak orang. Praktik-praktik pertanian tradisional yang

dijalankan oleh petani subsisten yang masih berlaku di Subak Susuan Karangasem, tidak

lebih dari sekadar kisah periferal. Praktik pertanian intensif kimiawi yang dilakukan oleh para

pemujanya diyakini sebagai obat mujarab yang dapat mewujudkan ketahanan pangan dunia.

Revolusi hijau (pertanian konvensional) semakin tidak terbendung bahkan kultur bertani di

kalangan petani pun mulai memudar.

Jika orang ingin hidup sehat, ketahanan pangan harus terjaga, dan hegemoni di balik

wujud bahan-bahan kimia inilah yang penting untuk dikritisi. Hegemoni ini telah mengebiri

dan memperbudak kaum tani sehingga ideologi yang mereka anut adalah ideologi perlawanan

demi tercapainya pembebasan kaum tani dari ketergantungan dan ketakberdayaan akibat

hegemoni struktural global yang tersistematisasi. Prinsip pertanian alami bukanlah perkara

anti bahan kimia semata, melainkan mencita-citakan terwujudnya otonomi, kemandirian, dan

kedaulatan kaum tani yang ramah lingkungan.

Pertanian alami memungkinkan kaum tani lebih merdeka dalam memilih berbagai

pilihan atau peluang menuju kemandirian sehingga kedaulatan kaum tani pun berpeluang

lebih besar untuk bisa dicapai. Melalui pertanian alami, benih harapan disemai dalam spirit

Page 4: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

xiii

dan kerja keras, bukanlah sebuah romantisme belaka. Totalitas dan kerjakeras merupakan

bukti bahwa mereka telah berandil besar dalam gerakan perlawanan terhadap rezim revolusi

hijau dan gerakan pemulihan kembali kultur bertani serta nilai-nilai kearifan kaun tani yang

telah terabaikan dan terpinggirkan, bahkan revolusi hijau telah mendegradasi varietas-

varietas lokal yang semestinya tetap dipelihara.

Selama masyarakat menjadi ―objek penjualan‖, maka ketahanan dan kedaulatan

pangan akan lenyap. Kerja keras, ketekunan, kesabaran, kesederhanaan akan luntur. Kearifan

lokal dan budaya bertani pun akan hilang. Petani sebagai pahlawan pangan tidak lagi

bermartabat. Sejatinya petani adalah raja di tanahnya sendiri, nemun kehidupan kaum tani

terpuruk di lapis terbawah stratifikasi sosial masyarakat, Sejak revolusi hijau mulai

diperkenalkan tahun 1970-an di Indonesia termasuk di Subak Susuan Karangasem, sejak saat

itu pangan pokok penduduk hanya berupa beras, mengalahkan berbagai jenis pangan lainnya

yang tumbuh di bumi Nusantara ini. Pangan yang semula diproduksi dengan mengandalkan

kemampuan berbagai sumber daya pangan hayati untuk saling menghidupi sebagai ekosistem

yang kompleks dipaksa untuk menghasilkan satu jenis pangan (beras) saja. Budaya petani

yang menyatu dengan alam bergeser menjadi hubungan yang eksploitatif antara manusia

dengan alam dan peminggiran jenis kelamin manusia yang satu (laki-laki) atas jenis kelamiin

manusia lainnya (perempuan).

Pertumbuhan benih dan pengembangan keanekaragaman hayati diciptakan oleh

laboratorium melalui rekayasa genetika, bukan sebagai proses regenerasi alamiah. Revolusi

hijau menjadikan alam hanya sebagai objek yang tidak berdaya untuk mengejar keuntungan.

Pengetahuan bertani dan nilai-nilai spiritual dalam bertani yang menghargai sesuatu yang ada

di alam semesta, memeliharanya agar generasi yang akan datang masih bisa menikmatinya

dari alam, tergeser oleh ekonomi pasar yang memanfaatkan seluruh sumber daya alam

sebagai komoditas dagang.

Atas dasar pemikiran di atas, masyarakat petani Subak Susuan Karangasem secara

sadar melakukan perlawanan (konter hegemoni) terhadap program yang dilancarkan oleh

pemerintah pusat melalui perpanjangan tangannya di daerah. Para pelaksana tugas lapangan

kurang melakukan sosialisasi kepada masyarakat Subak susuan secara partisipatif, dan

kurang memahami kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

Tindakan pencabutan terhadap bibit yang ditanam oleh masyarakat petani di Subak

Susuan oleh aparat pemerintah, merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya konflik sosial

antara pemerintah dengan massa petani subak Susuan Karangasem. Adanya perlakuan kurang

adil dari pemerintah, telah memperkeruh situasi yang dapat mengakibatkan munculnya

perlawanan petani Subak Susuan Karangasem terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap

kurang adil dan dapat menyengsarakan petani, sebagaimana yang dilansir oleh pemerintah

melalui program revolusi hijaunya.

Perlawanan petani Subak Susuan Karangasem merupakan reaksi defensif akibat tidak

terjaminnya kehidupan petani. Dengan tidak terjaminnya kehidupan petani, maka perlawanan

tersebut dipakai sebagai survival stategy dalam menghadapi ketidakpastian. Perilaku ini

bukan saja menggambarkan tindakan pengingkaran petani terhadap pemegang kebijakan

yaitu negara, melainkan juga menjadi pertanda aksi yang berperinsip dahulukan selamat di

tengah tidak terjaminnya kehidupan terus mengalami kebijakan negara yang hegemonik dan

tidak pernah menguntungkan petani kecil sebagaimana yang dialami oleh petani Subak

Susuan Karangasem sebagai bentuk counter hegemoni.

Manifestasi ketidakpuasan terhadap kebijakan negara inilah yang melatari

perlawanan ratusan petani subak Susuan Karangasem. Mereka menganggap penolakan

terhadap pelaksanaan program revolusi hijau sebagai satu-satunya aksi politik yang tepat,

efektif, konkrit, dan memiliki bargaining position bagi perbaikan ekonomi dan penghidupan

Page 5: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

xiv

mereka di kemudian hari. Secara politik, perlawanan tersebut sebenarnya muncul karena

ingin menolak kebijakan negara dalam masalah pertanian yang cenderung ekploitatif yang

menganakemaskan kaum kapitalis. Kesan semacam inilah mewarnai setiap aksi perlawanan

petani dari masa ke masa. Nasib petani di pedesaan semakin terpuruk ketika ideologi

developmentalis menjadi pilihan paradigma pembangunan rezim Orde Baru. Ironisnya,

konsep ini bukan sepenuhnya sebagai produk elite negara, melainkan hasil konstruksi

kekuatan kapitalis global yang problematik bagi petani. Untuk menopang investasi modal

asing secara besar-besaran melalui industrialisasi dan untuk kepentingan operasionalnya

diperlukan ketersediaan tanah. Akibatnya, tanah menjadi komoditas dan memunculkan pasar

tanah sehingga investor lebih tertarik mennamkan modalnya dalam bentuk tanah karena

menguntungkan. Proses ini secara tidak disadari telah mengintegrasikan petani dengan

tanahnya ke dalam sistem kapitalisme melalui ekspansi pasar dengan fasilitas intervensi

kebijakan negara.

Perlawanan petani Subak Susuan Karangasem, menarik untuk diteliti karena

gerakan ini merupakan satu-satunya gerakan petani yang berani menghadapi hegemoni

pemerintah melaui praktek imperialisme kultural yang direproduksi melalui program

‖Revolusi Hijau‖ secara sentralistik dan koersif. Dengan adanya kondisi seperti di atas,

petani Subak Susuan Karangasem mengkonstruksi perlawanan kolektif melalui lembaga

tradisional subak di tengah-tengah komunitas yang didominasi oleh hegemoni pemerintah

melalui perpanjangan birokrasi di daerah yaitu Pemerintah Karangasem dengan

mengeluarkan instruksi yang mengacu kepada Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 10

Tahun 1976 Tentang Usaha-Usaha Khusus Dalam Meningkatkan Produksi Pangan Tahun

1976.

Melalui Instruksi Bupati Karangasem 9 Februari 1976 No. EK/I.a/195/ 1976 dan 21

Juni 1976 No. EK/I.a/812/1976, tanpa mengindahkan kearifan lokal dan budaya lokal petani

melakukan penyeragaman, mewajibkan menanam padi varietas baru yaitu PB-26, PB-28, dan

PB-30. Berangkat dari pengalaman yang telah dilakukan oleh petani subak Susuan

Karangasem dengan menanam varietas padi unggul yang diinstruksikan pemerintah

sebelumnya ternyata rentan terhadap serangan hama (wereng) bahkan menggagalkan panen.

Di samping rentan terhadap hama penyakit, harga bibit padi varietas baru jauh lebih mahal

dari bibit padi lokal. Petani Subak Susuan Karangasem merasa enggan mengganti atau

mencabutnya, karena bibit padi yang telah ditanam cukup baik serta tahan terhadap serangan

hama. Berdasarkan pengalam tersebut, petani subak Susuan Karangasem tidak melaksanakan

instruksi pemerintah, mereka lebih senang menanam padi jenis lokal yang telah membudaya

dalam komunitasnya. Penggunaan bibit varietas unggul itu telah membuat para petani di

Subak Susuan menjadi tergantung kepada pengusaha bibit unggul tersebut, dan ini

merupakan praktik ideologi kapitalis yang halus di subak Susuan Karangasem.

Kebijakan pemerintah Kabupaten Karangasem yang bersifat sentralistik, mengintervensi dan mengsubordinasi petani dengan keluarnya instruksi Bupati Karangasem untuk mengganti varietas padi lokal dengan varietas padi baru telah menimbulkan disilusi dan ketidakpuasan petani. Kebijakan itu diikuti oleh sikap arogan petugas pemerintah dengan menginjak dan mencabut bibit padi lokal yang ditanam petani. Peristiwa tersebut direspon oleh petani dengan melakukan unjuk rasa menuntut pertanggungjawaban dan keadilan pemerintah. Kondisi tersebut akan diangkat menjadi topik penelitian dengan fokus pada; (1) bagaimanakah dinamika bentuk perlawanan petani terhadap revolusi hijau di Subak Susuan Karangasem?; (2) ideologi apa yang ada di balik dinamika perlawanan petani terhadap revolusi hijau?; (3) Bagaimanakah implikasi dinamika perlawanan petani terhadap revolusi hijau di Subak Susuan Karangasem?

Page 6: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

xv

Ketiga permasalahan tersebut masing-masing dibahas dengan: (1) teori hegemoni,

(2) teori diskursus kuasa/ pengetahuan, dan (3) teori tindakan komunikatif. Penentuan

informan dilakukan secara selektif dan purposif dengan mempertimbangkan informan

memiliki pengetahuan memadai terkait dengan peristiwa. Informan yang dipilih mengalami

sekaligus pelaku kejadian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi,

wawancara mendalam, dan penggunaan dokumen, kemudian dianalisis secara kualitatif

dengan pendekatan verstehen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah Kabupaten Karangsem

yang mengeluarkan instruksi untuk mewajibkan petani melakukan pola tanam padi baru tidak

memperoleh respon positif dari petani Subak Susuan Karangasem. Mereka tetap menanam

padi jenis lokal. Akibatnya, pemerintah melalui petugas di lapangan melakukan tindakan

represif dengan menginjak dan mencabut sejumlah bibit padi milik petani. Tindakan petugas

pemerintah menjadi faktor pemicu terjadinya perlawanan petani. Para petani Subak Susuan

Karangasem menggunakan wahana subak sebagai sarana untuk memobilisasi massa petani

dalam upaya melakukan counter hegemoni dalam bentuk pembangkangan terselubung yaitu

dengan cara berpura-pura mengikuti anjuran pemerintah untuk menanam varietas padi unggul

tapi dalam pelaksanaannya petani tetap menanam padi lokal. Perlawanan petani subak Susuan

Karangasem jika dikaji dari aspek cultural studies memperlihatkan bentuk : kepura-puraan

dan terbuka (unjuk rasa / menentang). Terbuka merupakan sikap perlawanan yang frontal

terhadap ketidakadilan, kekerasan dan kesewenang-wenangan. Implikasi dinamika

perlawanan petani Subak Susuan Karangasem dapat dianggap sebagai kontrol sosial terhadap

kebijakan pemerintah yang cenderung merugikan petani, sehingga bisa tercipta masyarakat

sipil (civil society) sebagai pengontrol dan pembela masyarakat yang terpinggirkan.

Page 7: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

xvi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PRASYARAT GELAR....................................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. iv

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI.................................................. v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT................................................... vi

UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................... vii

ABSTRAK.......................................................................................................... xi

ABSTRACT........................................................................................................ xii

RINGKASAN..................................................................................................... xiii

DAFTAR ISI....................................................................................................... xviii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xxi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xxii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xxiii

GLOSARIUM ……………………………………………………………….. xxiv

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 11

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 11

1.3.1 Tujuan Umum..................................................................... 11

1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................... 11

1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 12

1.4.1 Manfaat Teoretis................................................................. 12

1.4.2 Manfaat Praktis................................................................... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN

MODEL PENELITIAN.....................................................................

13

2.1 Kajian Pustaka................................................................................ 13

2.2 Konsep............................................................................................ 26

2.2.1 Dinamika………................................................................ 26

2.2.2 Perlawanan Petani............................................................. 26

2.2.3 Revolusi Hijau................................................................... 30

2.2.4 Subak Susuan Karangasem............................................... 31

2.3 Landasan Teori................................................................................ 33

2.3.1 Teori Hegemoni ................................................................. 33

2.3.2 Teori Diskursus Kuasa/Pengetahuan .................................. 49

2.3.3 Teori Tindakan Komunikatif............................................... 48

2.4 Model Penelitian............................................................................. 54

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 57

3.1 Rancangan Penelitian...................................................................... 57

3.2 Lokasi Penelitian............................................................................. 57

3.3 Jenis dan Sumber Data.................................................................... 58 3.4 Penentuan Informan....................................................................... 58

3.5 Instrumen Penelitian....................................................................... 60

Page 8: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

xvii

3.6 Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 60

3.6.1 Observasi............................................................................. 61

3.6.2 Wawancara Mendalam ...................................................... 62

3.6.3 Studi Dokumen.................................................................... 62

3.7 Teknik Analisis Data....................................................................... 63

3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data............................................ 64

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN........................... 66

4.1 Kelurahan Karangasem................................................................... 66

4.1.1 Lokasi Dan Lingkungan Alam ........................................... 66

4.1.2 Tata Guna Tanah................................................................. 70

4.1.3 Kondisi Demografi............................................................ 75

4.1.4 Mata Pencaharian................................................................ 78

4.1.5 Stratifikasi Sosial Masyarakat............................................. 88

4.2 Profil Subak Susuan ....................................................................... 97

4.2.1 Wilayah Subak Susuan Karangasem ................................. 99

4.2.2 Anggota Subak Susuan Karangasem.................................. 101

4.2.3 Ritual Subak Susuan Karangasem...................................... 105

BAB V DINAMIKA BENTUK PERLAWANAN PETANI SUBAK

SUSUAN TERHADAP GERAKAN REVOLUSI HIJAU

111

5.1 Pelaksanaan Program Revolusi Hijau di Subak Susuan

Karangasem……………………………………………………….

111

5.2 Latar Belakang Perlawanan Petani Subak Susuan

Karangasem………………………………………………………

121

5.3 Bentuk Gerakan Berorientasi Subsistensi Petani Subak Susuan

Karangasem………………………………………………………

135

5.4 Bentuk Relasi Kuasa Hegomonik di Balik Perlawanan Petani

Subak Susuan Karangasem……………………………………….

145

5.5 Bentuk Mobilitas Massa dalam Perlawanan Petani Subak Susuan

Karangasem……………………………………………………..

166

5.6 Bentuk Keterlibatan Media Massa dalam Melakukan Kekerasan

Simbolik pada Gerakan Petani Subak Susuan Karangasem……..

173

5.7 Dinamika Pergerakan Petani Subak Susuan Karangasem……….

192

BAB VI IDEOLOGI DI BALIK PERLAWANAN PETANI TERHADAP

REVOLUSI HIJAU DI SUBAK SUSUAN....................................

211

6.1 Idiologi Tradisionalitas dalam Merespons Revolusi Hijau………. 211

6.2 Ideologi Pasar Menghegomoni Petani di Subak Susuan

Karangasem……………………………………………………..

217

6.3 Hegemoni Ideologi Kuasa Terhadap Gerakan Subak Susuan

Karangasem……………………………………………………..

231

6.4 Hegemoni Ideologi Pembangunan Pemerintah pada Petani Subak

Susuan Karangasem………………………………………………

235

6.5 Ideologi Kuasa Pengetahuan dalam Gerakan Petani Subak

Susuan Karangasem………………………………………………

238

6.6 Resistensi Ideologi Feodalisme Versus Ideologi Kuasa dan Pasar

Page 9: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

xviii

pada Gerakan Petani Subak Susuan Karangasem……………….. 245

BAB VII IMPLIKASI PERLAWANAN PETANI SUBAK SUSUAN

TERHADAP REVOLUSI HIJAU DI KARANGASEM

250

7.1 Implikasi Dinamika Perlawanan Petani Terhadap Pemerintah 250

7.2 Implikasi Dinamika Perlawanan Petani Terhadap Revolusi

Hijau………………………………………………………………

264

7.3 Implikasi Dinamika Perlawanan Petani Terhadap Pola Tanam di

Subak Susuan Karangasem .........................................................

268

7.4 Implikasi Dinamika Perlawanan Petani Terhadap Perubahan

Kultural Petani di Subak Susuan Karangasem

274

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN......................................................... 278

8.1 Simpulan..................................................................................... 278

8.2 Temuan Penelitian …………………………………………… 285

8.3 Saran............................................................................................... 288

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 292

LAMPIRAN ………………………………………………………………… 302

1. Daftar Informan …………………………………………………… 302

2. Pedoman Wawancara …………………………………………….. 305

Page 10: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rincian Tata Guna Tanah di Kelurahan Karangasem Tahun 2015 70

Tabel 4.2 Luas Areal Subak dan Anggotanya di Kelurahan Karangasem ….. 71

Tabel 4.3 Penggolongan Penduduk Berdasarkan Umur, Tahun 2015 ……… 76

Tabel 4.4 Penggolongan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Tahun

2015 ………………………………………………………………

77

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Kelurahan Karangasem Berdasarkan

Mata Pencaharian Tahun 2015……………………………………

78

Tabel 6.1

Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Varietas Padi Lokal

dengan Padi Baru………………………………………………….

241

Page 11: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Penelitian …………………………………………… 55

Gambar 4.1 Sketsa Wilayah Kabupaten Karangasem …………………. 68

Gambar 4.2 Upacara Ngusaba Nini di Pura Bedugul Subak Susuan

Karangasem………………………………………………….

83

Gambar 4.3 Degradasi Sawah Akibat Pembangunanisme ………………. 100

Gambar 6.1 Petani Memanen Padi Memakai Ani-Ani ………………….. 220

Gambar 6.2 Sistem Pengolahan Tanah Tradisional ……………………... 222

Gambar 6.3 Pemupukan Padi Menggunakan Pupuk Anorganik ……….. 223

Gambar 6.4 Upacara Ngusaba Nini di Subak Susuan …………………… 228

Gambar 6.5 Upacara Biukukung ………………………………………… 231

Gambar 7.1 Petani Memanen Padi Dengan Sabit ………………………... 270

Page 12: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Informan..................................................................................... 302

2. Pedoman Wawancara ……………………………………………….. 305

Page 13: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

xxii

GLOSARIUM

aci : upacara persembahan (ritual).

adat : aturan-aturan atau kebiasaan yang dianggap telah

patut disepakati bersama sebagai tata tertib

kehidupan masyarakat.

aungan : trowongan untuk saluran air irigasi.

awig-awig : aturan tertulis.

ayahan : unit tenaga kerja yang harus disumbangkan dalam

kegiatan subak sebagai bentuk kewajiban karena

mendapat ha katas air.

bale timbang : bangunan kecil di tingkat subak sebagai tempat

bertemu dan istirahat para petani saat melepas lelah

ketika bekerja di sawah.

banten : sesajen atau sarana untuk persembahan berupa bunga,

buah-buahan, kue dan lain-lain yang umumnya

dipakai dalam ritual keagamaan oleh pemeluk agama

Hindu di Bali.

bedugul : pura yang ada pada setiap kawasan subak untuk

memuja Dewi Sri sebagai manifestasi Tuhan selaku

Dewi Kesuburan.

biyukukung : ritual yang dilakukan oleh petani pada saat padi

bunting (berumur sekitar 70 hari). Di beberapa subak

ada juga yang menyebut dengan istilah miseh,

ngeduabulanin, melupusan.

dewasa ayu : hari yang dianggap baik untuk memulai suatu

pekerjaan tertentu.

dewi Sri : manifestasi Tuhan sebagai Dewi Kesuburan

empelan : bendungan yang tidak permanen yang dibuat oleh

karma subak.

juru arah : orang yang diberi tugas oleh pimpinan organisasi

tradisional semisal subak untuk menyampaikan

undangan atau pengumuman/informasi kepada para

anggota. Istilah lain ada juga yang menyebut dengan

sebutan kesinoman/saya

juru raksa/petengen : bendahara

Page 14: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

xxiii

kelian/kelihan/keliang : orang yang lebih tua atau dituakan atau kepala (ketua

dari suatu organisasi tradisional) seperti kelian

munduk, kelian subak, kelian tempek.

kertamasa : sistem tanam padi secara serempak, atau hampir

bersamaan.

krama subak : anggota subak

kulkul : kentongan

leluputan : anggota subak yang dibebaskan dari kegiatan-

kegiatan gotong royong dan bentuk kontribusi

lainnya.

magpag/mendak toya : ritual untuk menjemput air irigasi di bendungan

(empelan) yang dilakukan oleh subak saat menjelang

musim tanam.

mantenin : ritual subak yang dilakukan oleh keluarga petani

masing-masing pada saat padi sudah disimpan di

lumbung atau pada tempat penyimpanan lainnya.

mebanten manyi : upacara yang dilaksanakan pada saat panen

berlangsung atau disebut juga dengan istilah nuduk

dewa.

munduk/tempek : sub-subak, yang memiliki otonomi ke dalam, tetapi

tidak memiliki otonomi ke luar.

nangluk merana : upacara yang dilakukan oleh subak dengan tujuan

untuk memberantas hama/penyakit tanaman.

natak tiyis : sistem irigasi yang mengandalkan air dari tirisan

sawah-sawah di hulu.

neduh : upacara diadakan pada saat padi berumur satu bulan

(ngebulanin).

ngendagin : upacara yang diadakan saat umur padi mencapai 35

hari dan 70 hari.

ngusaba nini : upacara yang dilakukan saat menjelang panen atau

ada juga yang menyelenggarakan setelah panen

sebagai ungkapan rasa syukur di Pura Bedugul

dengan membuat simbul Dewi Sri.

nuasen/nandur/mabuli : ritual yang dilakukan oleh petani perorangan pada

Page 15: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

xxiv

han/nuasen nandur saat menjelang selesai mengolah tanah atau pada saat

akan menanam padi.

pekaseh/kelian subak : ketua subak.

pengampel/pengoot : anggota subak pasif atau tidak aktif dalam kegiatan

subak, tetapisebagai gantinya diwajibkan membayar

sejumlah uang berdasarkan bagian air yang diperoleh.

perarem : aturan yang tidak tertulis yang disepakati dalam

rapat-rapat subak.

petelik : seorang anggota subak yang ditugaskan untuk

mengontrol saluran irigasi atau matelik/metelik

magebagan.

sarin

tahun/suwinih/sawinih

: satu bentuk kewajiban yang harus dipenuhi oleh

anggota untuk memberikan kontribusi berupa sejmlah

hasil panenkepada subak yang akan digunakan dalam

pelaksanaan ritual di pura subak.

sedahan : seorang petugas yang merupakan aparat pemerintah

daerah kabupaten/kota yang bertugas untuk

mengkoordinasikan pimpinan subak di wilayah

tertentu (membantu tugas sedahan-agung dalam

lingkungan suatu pasedahan), umumnya di tingkat

kecamatan.

sekehe manyi : kumpulan pemanen padi yang merupakan suatu

arganisasi profesi.

sekehe yeh : anggota subak yang berstatus aktif.

sekehe mejukut : kelompok mencabut gulma/rumput pengganggu

tanaman padi di sawah.

sekehe numbeg : kelompok mencangkul di sawah.

tektekan : ukuran pembagian air irigasi.

tri Hita Karana : tri (tiga), hita (kesejahtraan), karana (penyebab).

Mencakup parhyangan (hubungan manusia dengan

Tuhan, palemahan (hubungan manusia dengan alam),

dan pawongan hubungan antar manusia). Merupakan

filosofi orang Hindu di Bali yang meyakini bahwa

kedamaian dan kesejahtraan akan tercapai bila

terdapat hubungan harmoni, seimbang, dan serasi

antar ketiganya (parhyangan, palemahan, dan

pawongan).

Page 16: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

xxv

tulak sumur : tertib tanam yang tidak dilakukan secara serempak di

areal subak.

tebasan : memanen padi dengan menggunakan sabit, tidak

menggunakan ani-ani lagi.

ulun carik : suatu ―altar‖ yang diletakkan dekat sawah

pengalapan yakni yang paling di hulu milik petani

individual untuk persembahan-persembahan setiap

ada upacara yang terkait dengan umur tanaman padi,

yang disebut sanggah catu.

Page 17: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Revolusi hijau di Indonesia dirintis oleh Institut Pertanian Bogor (IPB)

dengan pelayanan penyuluhan pertanian tahun 1963/1964. Bibit unggul dari

International Rice Research Institute (IRRI) Filipina dikirim ke Bogor tahun

1966. Bibit ini merupakan kesatuan antara revolusi biologi berupa bibit padi

varietas unggul dan revolusi kimiawi berupa bermacam-macam pupuk buatan

serta obat-obatan antihama. Kemudian pemerintah Orde Baru mencanangkan

program bimbingan massa (Bimas) tahun 1968. Program ini mempromosikan

penanaman bibit unggul, penggunaan pupuk buatan, pestisida, insektisida, diikuti

oleh penyediaan kredit, tenaga kerja petani yang murah, serta lahan sawah

beririgasi. Pemerintah melakukan homogenisasi atas hetrogenitas pengetahuan

pertanian, dengan direduksi menjadi satu pola pertanian. Paket kebijakan

pemerintah Orde Baru ini dikenal dengan revolusi hijau, yaitu perubahan secara

cepat pada berbagai sistem terkait dengan pertanian. Kondisi ini sulit diikuti

perkembangannya oleh pemikiran petani yang serba lamban dan penuh

perhitungan, karena posisi ekonomi petani bagaikan tubuh yang sudah sampai

dilehernya terendam lumpur (Scott, 1994: 24).

Revolusi hijau juga menyebabkan terjadinya perubahan berupa

tergesernya sistem derep ke melembaganya sistem tebasan. Penggunaan sabit

(munculnya ”budaya sabit”) dalam panen padi menggeser fungsi ani-ani,

penggunaan alat perontok padi yang langsung dapat dipakai di sawah; varietas

Page 18: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

2

padi unggul mempunyai umur pendek sehingga menuntut penyiapan lahan yang

segera untuk tanam padi berikutnya, masuknya traktor sebagai mekanisasi tenaga

kerja. Semuanya ini menjadi menarik dikaitkan dengan dinamika perlawanan

petani dalam merespons perubahan yang cepat (revolusi hijau). Dalam revolusi

hijau tampak terjadi dominasi ideologi kapitalis yang dilakukan oleh pemerintah

dengan agen-agennya. Revolusi hijau bukan hanya berdimensi ekonomi, tetapi

juga erat kaitannya dengan revolusi kultural petani, terutama subak dalam

pertanian lahan basah di Subak Susuan Karangasem.

Latar belakang impor beras yang mengalami peningkatan berkelanjutan

secara signifikan dan adanya kelangkaan pangan pada masa Orde Lama juga

merupakan andil besar dalam pelaksanaan revolusi hijau yang memicu

pergolakan politik di pedesaan. Pemerintahan Orde Baru menyadari pentingnya

ketersediaan bahan pangan, khususnya beras. Untuk itu, jalan yang ditempuh

adalah melalui revolusi hijau. Revolusi hijau merupakan suatu istilah yang mulai

dikenal di Indonesia sejak tahun 1960-an. Langkah utama yang diambil adalah

melaksanakan program intensifikasi pertanian tanaman pangan, khususnya beras.

Program ini memperkenalkan penggunaan teknologi baru dalam teknik bertani,

sehingga dapat melipatgandakan hasil pertanian dalam kurun waktu yang

singkat. Sejak awal, tujuan program ini adalah meningkatkan produksi beras,

tanpa mengubah kultur pedesaan, yang berbeda dengan land reform yang

berusaha mengubah bangunan sosial pedesaan, melalui pemerataan penguasaan

tanah. Namun, dalam perjalanannya banyak memperkosa kearifan lokal yang

sudah berkembang sebelumnya, sehingga terjadi perlawanan petani di pedesaan

(Wiradi, 2000: 84-86).

Page 19: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

3

Revolusi hijau memperoleh dukungan besar dari anggaran pembangunan.

Sumber pembiayaan negara ada dua unsur pokok, yaitu: (1) pinjaman dan hibah

internasional; dan (2) pendapatan dari minyak bumi. Pinjaman dan hibah

internasional untuk Indonesia disalurkan melalui Inter-Govermental Group on

Indonesia (IGGI) yang sejak 1968 IGGI setiap tahun memberikan pinjaman dana

yang jauh lebih besar dibandingkan dengan penerimaan pemerintahan Soekarno.

Pendapatan dari minyak bumi yang disebut ”bonansa minyak” memberikan

dukungan devisa yang besar karena lonjakan harga minyak dari US$ 3 per barrel

menjadi US$ 12 per barrel tahun 1974 dan terus melonjak sampai US$ 36 per

barrel tahun 1982 (Fauzi,1999:164). Devisa luar negeri yang besar itu merupakan

berkah bagi Orde Baru untuk melakukan revolusi hijau di bidang pertanian

setelah tahun 1974. Anggaran pembangunan pertanian dijatah 20% dari

penerimaan-penerimaan tersebut, sehingga dimungkinkan untuk merealisasikan

program intensifikasi pertanian di pedesaan.

Program intensifikasi pertanian pada awalnya dikenal dengan nama

”Bimas Gotong Royong”. Pelaksanaan program intensifikasi pertanian dilakukan

oleh pemerintahan Orde Baru dengan mengontrak sejumlah perusahaan

multinasional untuk menyediakan bahan-bahan yang diperlukan petani, seperti:

pupuk, obat-obatan, penyuluhan pertanian, manajemen, serta pasokan bibit

unggul. Para petani dituntut untuk membayar kembali bahan-bahan itu dengan

menyerahkan seperenam dari hasil panen mereka pada Badan Urusan Logistik

(BULOG).

Revolusi hijau berhasil meningkatkan produksi beras karena petani

menghasilkan padi dua kali lipat dibandingkan pada masa akhir tahun 1960-an.

Page 20: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

4

Perubahan terjadi secara statistik, Indonesia yang mulanya menjadi pengimpor

beras (zaman Orde Lama), tahun 1985 menjadi negara yang mampu swasembada

beras. Keberhasilan ini mengakibatkan munculnya arogansi pemerintah dan

pendukung rezim Orde Baru, sehingga menjadi pemerintahan yang sentralistik

dan berbuat semaunya dengan mengatasnamakan pembangunan dan swasembada

pangan.

Di balik keberhasilan Orde Baru dengan prestasi swasembada berasnya,

terdapat proses diferensiasi agraria di pedesaan. Diferensiasi agraria adalah

pergeseran kelompok-kelompok sosial sebagai akibat dari masuknya unsur baru

di sektor agraria. Sekitar 20 hingga 30% rumah tangga di pedesaan diuntungkan

dengan revolusi hijau, yaitu tumbuh petani yang berhasil menjadi petani yang

berkecukupan, tetapi tidak independen atau bergantung pada subsidi dan

perlindungan negara.

Munculnya mekanisasi pertanian dan pelipatgandaan hasil panen

menjadikan petani mengkonsentrasikan sejumlah tanah dan menggunakan

sejumlah teknologi baru dalam proses produksinya. Konsekuensinya, lambat

laun petani menjadi kemasukan ideologi-ideologi pasar (kapitalistik),

mempekerjakan buruh tani pada tanah-tanahnya yang luas. Di bawah ideologi

kapitalis buruh tani semakin tertekan, kondisi pedesaan didominasi oleh

kelompok elite pemerintahan lokal yang memonopoli dengan investasi dan

mengambil keuntungan dari program pemerintah dan sumberdaya di lingkungan

lokal. Petani kaya bekerja sama dengan elit-elit lokal ”menguasai tanah” petani

dengan sistem kapitalis. Mayoritas petani gurem dan buruh tani semakin miskin

atau subsisten, bahkan semakin terpinggirkan. Kondisi ini menjadi pemicu

Page 21: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

5

munculnya dinamika perlawanan petani terhadap revolusi hijau di Subak Susuan

Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem-Bali.

Kondisi struktur kepemilikan tanah yang tidak seimbang di pedesaan,

dapat dipahami karena program revolusi hijau yang menghasilkan swasembada

pangan, belum mampu mengangkat nasib seluruh petani di pedesaan. Secara

politis pemerintah Orde Baru melalui program revolusi hijau dapat

mengendalikan aparat pemerintahan lokal, dari camat dan unsur-unsur sektoral

kecamatan sampai kepada struktur pemerintahan desa.

Program-program pemerintah pusat semakin memperoleh legitimasi

untuk menjalankan sentralisasi kekuasaan, termasuk terhadap penduduk desa di

Subak Susuan Karangasem. Dalam kondisi pemerintahan pusat sedang naik

daun, yang desentralisasi, petani di Subak Susuan Karangasem melakukan

gerakan menentang kebijakan pemerintah (revolusi hijau) yang dominatif dan

hegemonik. Latar belakang dinamika perlawanan petani ini menarik untuk

diteliti.

Revolusi hijau kecuali telah mensubordinasi ratusan jenis padi

tradisional, juga mendegradasi pengetahuan lokal petani, pemasungan kebebasan

yang berimplikasi pada proses pemiskinan budaya petani. Revolusi hijau

mempunyai kekuasaan kultural dan politik dengan menciptakan sistem dan

struktur ideologi baru melalui propaganda dengan menggusur kearifan lokal,

ideologi tradisional, kultur, dan politik kaum tani (Fakih, 2000:7-9; Winarno dan

Darmowiyoto, 1999: 69). Proses marginalisasi, kooptasi, hegemoni dan arogansi

pemerintah pusat melalui perpanjangan tangan birokrasi di daerah pedesaan

dirasakan oleh para petani di seluruh Indonesia, termasuk di Subak Susuan

Page 22: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

6

Karangasem yang terkenal dengan sistem subak, keuletan, dan kearifan lokal

dalam pola tanam padi secara kerta masa (serempak dan teratur) dengan

menggunakan sistem giliran menjadi terganggu keseimbangannya (Norken,

1997:61).

Subak terganggu dalam pembagian air membuat pola tanam dengan

sistem kerta masa dan ngagadon juga terganggu, karena terjadi perubahan

mendadak dalam pembagian air, ritual, pola tanam, bibit, pemupukan dan

pengolahan lahan dalam sistem subak di Bali. Pola tanam dengan sistem bergilir

berdasarkan kerta masa dan ngagadon, membuat sistem penggunaan air dari

hulu sampai ke hilir juga bergulir. Ketika air giliran subak bawah untuk padi,

maka subak atas menanam palawija, sehingga keseimbangan hara tanah dan alam

terjaga. Kearifan lokal ini distrukturkan yang diikuti oleh ritual-ritual besar pada

puncak ngusaba nini, yaitu pada bulan purnama kapat dan bulan purnama

kadasa. Sistem ini menjadi kacau karena umur bibit unggul Padi Baru (PB)

dengan berbagai varietasnya membutuhkan waktu rata-rata 3-4 bulan.

Walaupun secara ideologis, struktural, kultural, bertentangan dengan

kearifan lokal dan petani pedesaan ada pada posisi terjepit, pemerintah tidak mau

mengerti dengan kesulitan petani Subak Susuan Karangasem. Keterjepitan ini

menjadi dasar munculnya dinamika perlawanan petani menentang program

revolusi hijau dari pemerintah. Gerakan petani tidaklah selamanya melalui

gerakan frontal, tetapi sering bersifat pasif dan melakukan perlawanan secara

diam-diam dengan meminjam konsep James Scott.

Kebijakan pemerintah melalui program Bimas telah menghegemoni

petani untuk menanam jenis padi serta mengatur sistem pola tanam mulai dari

Page 23: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

7

pemilihan bibit, penanaman, penuaian hasil hingga pemasaran telah memasung

kebebasan petani. Sebelumnya, setiap petani pemilik adalah manager di lahannya

sendiri dan mempunyai kebebasan untuk memilih, menentukan serta menilai apa

yang terbaik dan bermanfaat untuk mereka. Para petani sudah terbiasa bekerja

mengolah lahan, memilih bibit, dan mengatur pemberian air pada lahan

garapannya. Petani mengetahui apa yang harus dilakukan pada lahan

pertaniannya. Hal ini berkat pengalaman, pengamatan serta membandingkan

jenis bibit padi, pola tanam, perlakuan terhadap lahan dan pengelolaan hasilnya,

terutama budaya dan ritual terkait dengan kearifan lokal dalam pertanian sawah

dengan sistem subaknya.

Dinamika perlawanan petani Subak Susuan Karangasem, menarik untuk

diteliti karena gerakan petani di subak ini merupakan satu-satunya gerakan

petani yang berani berhadapan dengan pemerintahan yang sentralistik dan

hegemonik melalui praktik imperialisme kultural yang direproduksi melalui

program revolusi hijau secara sentralistik dan koersif. Kondisi ini menyebabkan

petani Subak Susuan Karangasem mengkonstruksi perlawanan kolektif melalui

lembaga tradisional subak di tengah-tengah komunitas yang didominasi oleh

hegemoni pemerintah melalui perpanjangan birokrasi di daerah yaitu Pemerintah

Kabupaten Karangasem pada waktu itu. Sampai pemerintah mengeluarkan

instruksi dengan mengacu pada Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 10

Tahun 1976 Tentang Usaha-Usaha Khusus Dalam Meningkatkan Produksi

Pangan Tahun 1976.

Gerakan petani ini mendapat tanggapan pemerintah pusat melalui

pemerintah daerah di Karangasem. Hal ini terbukti dari Instruksi Bupati

Page 24: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

8

Karangasem, tanggal 9 Februari 1976 No. EK/I.a/195/ 1976 dan 21 Juni 1976

No. EK/I.a/812/1976. Instruksi ini tanpa mengindahkan kearifan lokal dan

budaya lokal petani, Pemerintah Daerah Karangasem melakukan penyeragaman,

mewajibkan petani menanam padi varietas baru yaitu PB-26, PB-28, dan PB-30.

Berangkat dari pengalaman yang telah dilakukan oleh petani Subak

Susuan Karangasem dengan menanam varietas padi unggul yang diinstruksikan

oleh pemerintah sebelumnya, ternyata rentan terhadap serangan hama wereng,

bahkan menggagalkan panen. Kecuali rentan terhadap hama penyakit, harga bibit

padi varietas baru jauh lebih mahal dari bibit padi lokal. Petani Subak Susuan

Karangasem merasa enggan mengganti atau mencabutnya, karena bibit padi yang

telah ditanam cukup baik serta tahan terhadap serangan hama. Berdasarkan

pengalaman tersebut, petani Subak Susuan Karangasem tidak melaksanakan

instruksi pemerintah, mereka lebih senang menanam padi jenis lokal yang telah

membudaya dalam komunitasnya. Penggunaan bibit varietas unggul itu telah

membuat para petani di Subak Susuan Karangasem menjadi tergantung kepada

pengusaha bibit unggul, dan ini merupakan praktik ideologi kapitalis yang halus

yang dilaksanakan di Subak Susuan Karangasem oleh pemerintah daerah.

Penolakan petani Subak Susuan Karangasem terhadap politik kebijakan

pemerintah dalam bidang pertanian direspons oleh pemerintah dengan sikap

arogan dan tindakan represif yang disertai dengan ancaman oleh pemerintah.

Tindakan represif pemerintah telah mengabaikan kearifan lokal masyarakat

petani Subak Susuan Karangasem. Petani di subak tersebut percaya bahwa pola

tanam sejak pembibitan dimulai hingga panen selalu disertai dengan ritual.

Distorsi terhadap relasi interaksi antarpetani Subak Susuan Karangasem dengan

Page 25: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

9

pemerintah pascapencabutan bibit padi berakhir pada 21 Juli 1976. Perlawanan

petani berawal dari berkumpulnya sekitar 100 orang petani anggota subak di Pos

Hansip Banjar Susuan, yang dimobilisir oleh Ida Bagus Anom dan I Gde Pula

untuk melawan tindakan aparat melalui gerakan perlawanan dengan membawa

senjata tajam berupa sabit (arit), tombak, keris dan senjata lainnya, petani

menuntut keadilan kepada pemerintah. Perlawanan petani Subak Susuan

Karangasem dilakukan dengan cara unjuk rasa dengan berbaris rapi bergerak

mulai dari banjar Belong, Tegal, Pekandelan dan Jalan Pucak Sari menuju

Kantor Perbekel Desa Karangasem, selanjutnya menuju Kantor Camat

Karangasem. Masa petani dapat dibubarkan oleh aparat pemerintah, terjadi

negosiasi dan bubar secara damai.

Kendatipun dinamika perlawanan petani Subak Susuan Karangasem itu

dapat dikendalikan dengan cara membubarkan massa petani dan menangkap

pemimpinnya sekaligus mengadili melalui proses peradilan yang panjang,

ternyata perlawanan tersebut menyebabkan sikap pemerintah terhadap kebijakan

yang diambilnya melunak. Pemerintah tampak mulai sadar dan tidak lagi

bersikap represif terhadap konsistensi sikap petani Subak Susuan Karangasem

yang tetap bertahan untuk menanam padi jenis lokal. Representasi dinamika

perlawanan petani Subak Susuan Karangasem terhadap imperialisme kultural itu

dapat dianggap sebagai benih bagi penguatan fenomena civil society dan counter

hegemony terhadap kontrol sosial kekuasaan negara yang besar serta kuat

mengkooptasi warganya. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

perlawanan ternyata bukanlah perbedaan ideologi, agama atau suku, melainkan

karena kesulitan, kekurangan, dan frustrasi di bidang ekonomi. Disamping itu,

Page 26: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

10

juga karena ketidakpercayaan masyarakat petani terhadap praktik keadilan yang

diatur oleh sistem hukum pemerintah. Konflik kepentingan antara petani dengan

pemerintah ini, tidak dapat diselelsaikan secara musyawarah dan mufakat, tetapi

berhenti karena waktu.

Mengapa petani subak menyelesaikan sendiri persoalan hidup mereka

dengan caranya sendiri. Menurut Lewis Coser, perlawanan bisa menjadi isyarat

atau tanda, betapa masih banyaknya problem dalam sistem sosial yang harus

dikoreksi. Hal-hal yang harus dikoreksi harus dikembalikan pada sistem, struktur

sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang melahirkan situasi negatif yang

kurang manusiawi. Tanda-tanda ini tampak dalam kehidupan masyarakat yang

tidak adil dan hidup terkekang oleh represi pihak yang berkuasa. Tidak

mengherankan jika petani ternyata sangat peka terhadap berbagai masalah seperti

kesenjangan dan ketidakadilan sosial.

Ketidaksiapan sikap mental masyarakat dalam menghadapi dominasi

nilai-nilai budaya progresif, seperti; ideologi kapitalisme, politik, dan ilmu

pengetahuan modern yang dintrodusir pada petani pedesaan, dapat menimbulkan

berbagai tekanan. Misalnya, tekanan psikologis, sosial ekonomi, sosial budaya

yang memungkinkan masyarakat menjadi teralienasi, anomali, bahkan bertindak

beringas, dalam bentuk budaya kekerasan. Dapat dipahami implikasi yang

muncul akibat dari dominasi, hegemoni, dan kekerasan kolektif pemerintah

terhadap kehidupan masyarakat petani di Subak Susuan Karangasem.

Page 27: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

11

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat diformulasikan rumusan masalah

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah dinamika bentuk perlawanan petani terhadap gerakan

revolusi hijau di Subak Susuan Karangasem?

2. Ideologi apa yang ada di balik dinamika perlawanan petani di Subak

Susuan Karangasem terhadap revolusi hijau?

3. Bagaimanakah implikasi dinamika perlawanan petani terhadap revolusi

hijau di Subak Susuan Karangasem?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkap latar belakang

dinamika perlawanan petani, memahami dinamika bentuk perlawanan petani,

ideologi yang bermain di balik dinamika perlawanan tersebut, dan implikasinya

bagi petani di Subak Susuan Karangasem dalam menghadapi hegemoni

pemerintah yang berkolaborasi dengan pengusaha.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah

secara tuntas.

1. Memahami dinamika bentuk-bentuk perlawanan petani terhadap revolusi

hijau di Subak Susuan Karangasem.

2. Memahami ideologi yang ada di balik dinamika perlawanan petani di

Subak Susuan Karangasem terhadap revolusi hijau.

Page 28: ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · ‖Revolusi hijau‖ (Green Revolution) ... Program industrialisasi pertanian yang dikenal sebagai revolusi hijau (green ... yang menyatu dengan alam

12

3. Mengetahui implikasi dinamika perlawanan petani terhadap revolusi

hijau di Subak Susuan Karangasem.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara akademis atau teoretis hasil temuan penelitian ini diharapkan

dapat memberikan kontribusi pada khazanah pengetahuan tentang kompleksitas

kehidupan petani dan dapat menyumbang pengembangan ilmu kajian budaya

umumnya dan dalam pengendalian sosial khusunya. Hasil kajian ini juga

diharapkan bermanfaat bagi peneliti lainnya yang tertarik untuk melakukan

penelitian sejenis dengan topik dan permasalahan yang berbeda.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat

memberikan masukan, sumbangan, dan saran kepada pemerintah sebagai

pengampu kebijakan, baik di tingkat lokal maupun nasional. Disamping itu,

diharapkan sebagai sumber rujukan alternatif dalam membuat kebijakan publik

dengan mempertimbangkan kearifan lokal pada masyarakat petani pedesaan.