adaptasi sistem penghidupan suku duano concong inhil

14

Click here to load reader

Upload: mohammadyunus1992

Post on 26-Dec-2015

59 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Adaptasi Sistem Penghidupan Suku Duano Concong Inhil

Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2012, hlm1 – 12 Vol. 40. No.2ISSN 0126 - 4265

1

ADAPTASISISTEMPENGHIDUPANMASYARAKATADAT

(StudiKasusSukuDuanoDiDesaConcongLuarKabupatenIndragiriHilirProvinsiRiau)

Viktor Amrifo1)

Diterima : 14 Juni 2012 Disetujui: 29 Juni 2012

ABSTRACT

This paper explores how the Tribe Community adapted their livelihoodsystem related to socio-ecological changed. Instrumental case study wasconducted to Duano Tribe in Concong Luar Village, Riau Province, Indonesia.“Menongkah” is one of Duano Tribe’s subsistence activity in their livelihoodsystem. The sustainability of this subsistence activity depend on how Duano tribemanage and adapt their livelihood vulnerability. Two tipe of livelihoodvulnerability are ecological vulnerability and social vulnerability.

Keywords: Livelihood system, Duano Tribe, Menongkah, Ecologicalvulnerability, social vulnerability

PENDAHULUAN1

Salah satu dampak dariperubahan sosial dan budayamasyarakat adat yang menjadi fokusperhatian saat ini adalah perubahansistem penghidupan (the changed oflivelihood system). Pentingnya studiperubahan sistem penghidupansesungguhnya telah disadari lamaoleh sosiolog yang menekunimasyarakat pedesaan, namundominannya pertimbanganmodernisasi-pertumbuhan yangdiambil pemerintah, menyebabkanhasil-hasil studi tersebut kurangmendapat tempat di matapemerintah. Akhir-akhir ini semakindisadari bahwa terdapat banyakkelemahan dari transformasisosiokultural masyarakat adat yangtidak berbasiskan nilai-nilai dankelembagaan lokal, tidak berorientasisistem penghidupan lokal yang

1) Staf Pengajar di Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Universitas Riau Pekanbaru

berkelanjutan, dan mengurangi aksesdan hak-hak penghidupanmasyarakat terhadap sumber-sumberalam (Suparlan, 1995; Dharmawan,2007). Realitas ini menunjukkanpentingnya suatu studi mendalamtentang praktek sistem penghidupanlokal yang memiliki kelenturan yangtinggi dalam menghadapi perubahankualitas lingkungan dan perubahansosiokultural.

Kerisauan sosiolog di IPB(Mazhab Bogor) tentang kerentanan-kerentanan sistem penghidupan(livelihood vulnerability) masyarakatdi pedesaan karena menurunnya dayadukung lingkungan (carryngcapacity) maupun terbatasnyapeluang pekerjaan di luar sektorpertanian, mengarahkan mereka padakeberpihakan atau pembelaanterhadap keberlanjutan sistempenghidupan kelompok masyarakatlapisan bawah (miskin) di pedesaan(Dharmawan, 2007). Kerisauan yangsama sesungguhnya juga dirasakan

Page 2: Adaptasi Sistem Penghidupan Suku Duano Concong Inhil

Adaptasi Sistem PenghidupanMasyarakat Adat Berkala PerikananTerubukVol40 No.2 Juli 2012

2

oleh ilmuwan-ilmuwan transdisiplinseperti ekologi politik, sebagaimanaterlihat dari berbagai studi yangmengkaitkan environmentalvulnerability dengan livelihoodmasyarakat lokal (Forsyth, 2003).

Keyakinan akan pentingnyastudi tentang sistem penghidupanmasyarakat lokal akhir-akhir inidiperkuat oleh keyakinan bersamaberbagai disiplin ilmu, tentangpandangan bahwa lingkungan tidaklagi dapat dimaknai secara terpisahantara lingkungan bio-fisik danlingkungan sosial, serta terdapatnyainterrelasi antara permasalahanlingkungan pada lingkup global,regional, dan lokal. Kajian-kajiantentang penguatan jejaring sosialdalam penghidupan pedesaan(Eilenberg & Wadley, 2009), sumbernafkah di luar pertanian (Ozturk I,2009; Shimelis & Bogale, 2007),biodiversitas dan penghidupanpedesaan (Sallu et al, 2009),perubahan dan keberlanjutan sistempenghidupan (Calkins, 2009), sertastudi jangka panjang non farm ruralemployment (NFRE) mazhab Bogor(Dharmawan, 2007), mengarah padasuatu keyakinan akan pentingnyauntuk mencari atau menemukanpraktek-praktek baik (good practice)sistem penghidupan pedesaan yangramah lingkungan (eco friendly)sekaligus memiliki daya lentur yangtinggi dalam menghadapi terpaansistem ekonomi kapitalisme global.

Salah satu praktek sistempenghidupan masyarakat pedesaanyang dapat bertahan dengan tetapmemegang prinsip ramah lingkungandan memiliki daya lentur yang baikdalam menghadapi sistem ekonomikapitalisme adalah sistempenghidupan yang dijalankan olehmasyarakat Suku Duano di ProvinsiRiau. Sistem penghidupan yang telah

dijalankan secara turun-temurun olehmasyarakat Suku Duano dikenaldengan istilah “menongkah”.Menongkah adalah aktivitasmengumpulkan kerang denganmenggunakan tangan dalam suatukelompok orang dengan alat bantu“tongkah” untuk meluncur di ataslumpur. Tongkah merupakan sebilahpapan datar dari kayu alam yangberukuran kurang lebih 40x100 cm.Selain itu aktivitas ini memilikikerentanan pula terhadap perubahanlingkungan biofisik yang terjadi.

Aktivitas menongkah yangdilakukan oleh Suku Duano diKabupaten Indragiri Hilir ProvinsiRiau merupakan suatu realitas sosial,yang dapat digunakan untukmempelajari praktek penghidupanlokal di dalam konteks perubahansosial. Pertautan antara human-system atau culture system dengannature system atau ecological systempada aktivitas menongkah, sangatterkait erat dengan upaya pemenuhankebutuhan pokok masyarakat lokaldan pengelolaan sumberdaya nafkahyang tersedia, serta perubahan yangterjadi pada human system danecological system tersebut.

Pendekatan yang palingmemadai untuk menjelaskanterjadinya kelenturan dan kerentanansistem penghidupan masyarakat adatseperti Suku Duano, menurut Forsyth(2003) adalah pendekatanantroposentris dan pendekatangeosentris. Pendekatanantroposentris memandang bahwakerentanan penghidupan merupakanbentuk dari kerentanan sosial, yangmerupakan dampak dari faktorsosial, ekonomi, dan politik yangmembatasi akses suatu sistem sosialpada sumber-sumber penghidupan.Alasan pembatasan akses masyarakatlokal yang sering digunakan adalah

Page 3: Adaptasi Sistem Penghidupan Suku Duano Concong Inhil

Adaptasi Sistem PenghidupanMasyarakat Adat Berkala PerikananTerubukVol40 No.2 Juli 2012

3

aktivitas mereka dapat menggangguatau merusak lingkungan bio-fisik.Selanjutnya, pendekatan geosentrislebih memandang bahwa kerentananpenghidupan dari sisi degradasilingkungan biofisik yang disebabkanoleh bertambahnya populasi danaktivitas manusia.

Penjelasan geosentrisdilakukan dengan melakukan studibagaimana masyarakat lokalberadaptasi dengan lingkunganbiofisiknya. Menurut Steward (1955)bahwa mekanisme adaptif yangdijalankan oleh suatu masyarakatterhadap lingkungannnya akansangat terkait erat dengan budayayang mereka kembangkan.Masyarakat yang belum jauhberkembang, seperti masyarakatberburu meramu, selalu membangunbudaya yang terpusat pada aktivitassubsisten. Mempelajari menongkahtentunya merupakan bagian yangmenyatu dengan studi budaya seputaraktivitas subsisten yang dijalankanSuku Duano, sebagaimana yangdiutarakan Steward (1955) tersebut.

Mempelajari perubahanekologi budaya, menurut Steward(1955) berarti mempelajariperubahan yang terjadi pada interaksiantara kultur-kultur spesifik darisuatu masyarakat denganlingkungannya. Interaksi iniberkaitan dengan proses adaptasi dansosialisasi. Adaptasi yang menjadiperhatian utama adalah yangberkaitan dengan aktivitas subsistendan pengaturan ekonomi. Artikel inibertujuan untuk 1) mendeskripsikankarakteristik Suku Duano yangberkaitan erat dengan adaptasi sistempenghidupan, dan 2) menganalisisbagaimana adaptasi sistempenghidupan menongkah terhadapperubahan lingkungan yang terjadi.

METODOLOGI

Paradigma dan Strategi Penelitian

Secara umum riset kualitatifdapat diberi pengertian sebagaipenelitian dengan beragam metoda,yang mencakup pendekataninterpretif dan naturalistik terhadapsubjek kajiannya (Denzin danLincoln, 2000; Moleong, 2002;Sugiyono, 2009). Penelitian yang initergolong dalam penelitian kualitatif,karena penelitian ini mempelajaribenda-benda di dalam konteksalaminya, serta berupaya untukmemahami dan menafsirkanfenomena yang melekat pada bendatersebut, melalui metoda yang tepat.Penelitian ini menekankan padaproses, pemaknaan subjektif atasrealitas yang terbangun secara sosial,dan tidak bebas nilai.

Keyakinan mendasar atas suaturealitas, hubungan antara peneliti dantineliti, serta metodologi yang dapatmemandu di dalam penelitian iniadalah paradigma konstruktivisme.Adaptasi sistem penghidupanmenongkah merupakan suatu realitasyang harus dipahami dalam konteksalaminya dan ditafsirkan lebih jauh,tidak sekedar merupakan aktivitasnafkah Suku Duano. Menongkah adadan mengalami perubahan dalamkonteks perubahan sosial, budaya,dan ekologi komunitas Suku Duano.Keterikatan aktivitas menongkahpada institusi dan budaya lokalmenjadi penciri penting yang harusditelusuri lebih dalam.

Penelitian ini menggunakanbeberapa strategi penelitian, yaitustudi kasus, dan historical sociology(metoda biografis, metoda historis).Studi kasus dalam penelitian inidimaksudkan untuk meneliti suatukasus tertentu aktivitas nafkahmenongkah, sehingga diperoleh

Page 4: Adaptasi Sistem Penghidupan Suku Duano Concong Inhil

Adaptasi Sistem PenghidupanMasyarakat Adat Berkala PerikananTerubukVol40 No.2 Juli 2012

4

pemahaman secara utuh tentangsistem penghidupan Suku Duanodalam konteks perubahan secaramenyeluruh. Studi kasus seperti inidiistilahkan oleh Stake (2010)sebagai studi kasus instrumental(instrumental case study). Studikasus dilakukan secara bersamaandengan metoda biografis dan historisdigunakan sebagai strategi untukmenjawab tujuan penelitian

Uji kredibilitas data(kepercayaan) dilakukan denganpengamatan yang seksama (waktu,intensitas), peningkatan ketekunandalam penelitian, triangulasi(sumber, teknik, waktu), diskusi(pakar, sejawat), analisa kasusnegatif, dan member check.Transferabilitas hasil penelitiandiupayakan dengan uraian yang rinci,jelas, sistematis, dan logis.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan diDesa Concong Luar KecamatanConcong Kabupaten Indragiri HilirProvinsi Riau, yaitu salah satu desatempat bermukimnya komunitasSuku Duano

Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang diperlukandalam penelitian ini terdiri dua jenis,yaitu: data primer dan data sekunder.Pengumpulan data primer dilakukandengan menggunakan dua teknik,yaitu: teknik observasi berperan-serta(participant-observation), danwawancara (interview). Sementaradata sekunder dikumpulkan denganteknik studi dokumen.

Analisis dan Interpretasi Data

Interpretasi adalah halterpenting di dalam penelitian yangbekerja mengikuti paradigmakonstruktivisme. Interpretasi

merupakan konstruksi terhadappembacaan peristiwa-peristiwa dilapangan penelitian menuju ke teks(narasi), melalui dialektika antarapeneliti dan tineliti dan antaraparadigma/teori dengan fakta yangditemukan dilapangan. Data yangtelah dapat diakui keabsahannyadiinterpretasi sesuai dengan tujuanpenelitian.

Data yang diperoleh daripengamatan berperan serta danwawancara mendalam terkait denganadaptasi sistem penghidupan SukuDuano dianalisis dengan pendekatanantroposentris dan pendekatangeosentris. Interpretasi terhadap datayang dikumpulkan didialogkan puladengan teori perubahan sosial danteori ekologi budaya dari Steward(2008). Melalui historical sociology,peristiwa-peristiwa sosiologis(sociological phenomenon) pentingyang terjadi dalam perjalan sejarahSuku Duano dikelompokkanberdasarkan tonggak-tonggak sejarahmereka, selanjutnya dikonstruksi dandiinterpretasikan sehingga memilikimakna sosiologis. Data sekunderyang diperoleh digunakan untukmenjelaskan karakteristik SukuDuano, data sekunder yang diperolehdidukung pula dengan data yangdiperoleh dari pengamatan(observasi).

Karakterisitik Suku Duano DiDesa Concong Luar

Sejarah Suku Duano

Suku Duano tergolong dalamRas Proto Melayu atau melayu tuayang telah lama mendiami daerahIndragiri Hilir, khususnya di daerahmuara-muara sungai dan laut.Adapun kata Duano dapat diartikansebagai pebean, yang berasal dariBahasa Belanda Duane. Sejak lama

Page 5: Adaptasi Sistem Penghidupan Suku Duano Concong Inhil

Adaptasi Sistem PenghidupanMasyarakat Adat Berkala PerikananTerubukVol40 No.2 Juli 2012

5

istilah Duane telah melekat tanpasadar pada penduduk Ras ProtoMelayu yang dulunya tinggal danhidup diatas perahu ini, istilah duaneselalu digunakan pada saat orangBelanda memungut pajak kepadamereka. Awalnya Suku Duano lebihdikenal dengan sebutan Suku Lautatau Suku Nelayan, namun karenamereka merasa panggilan Suku Lautseolah-olah menunjukkanketertinggalan atau keterpisahanmereka dengan penduduk yangtinggal di darat. Istilah Duanodikukuhkan sebagai sebutan yangdigunakan untuk menunjukkanidentitas mereka, nama Suku Duanodikukuhkan pada tahun 2002 dalampertemuan akbar Suku Duano diTembilahan.

Lingkungan bio-fisik dan polapemukiman

Tinggal di dalam rumahperahu dan rumah panggung disekitar muara sungai adalahkekhasan adaptasi ekologi SukuDuano di Concong Luar. KeluargaDuano di Concong Luar saat inisebagian besar tinggal di rumahpanggung yang menghadap kesungai. Rumah-rumah merekadihubungkan oleh pelantar yangterbuat dari papan. Sebagian besarrumah keluarga Duao terdiri dariruang utama dan dapur, masing-masing ruangan berukuran 6 x 6meter. Perabotan yang ada di rumahmereka sangat terbatas, hanyabeberapa keluarga saja yangmemiliki meja atau kursi tamu,terkadang terdapat sebuah lemarikecil atau balai-balai dari papan.Ruang utama digunakan untukduduk-duduk bersantai, menerimatamu, memperbaiki jaring, tidur, danmakan. Ruangan dapur digunakanuntuk meletakkan tungku dan

gentong air. Tempat mandi danbuang hajat berada di ruangan dapuryang sama dengan diberi pembataskayu seadanya.

Pemukiman Suku Duanodibuat mengelompok, tetapi merekatidak memisahkan diri dari etnis-etnis lain yang berada di ConcongLuar. Mereka hidup berdampingandengan etnis Melayu, Bugis, Banjar,China, dan etnis lainnya, serta salingberinteraksi secara sosial, budaya,dan ekonomi. Aktivitas sosial,budaya, dan ekonomi Suku Duanotidak dapat dipisahkan denganlingkungan laut, sungai, dan hutanmangrove yang berada disekitarmereka.

Sistem ekonomi

Orang Duano di ConcongLuar mengandalkan sungai dan lautsebagai sumber penghidupan utama.Aset ekonomi yang paling pentingdan harus dimiliki oleh keluargaDuano adalah armada dan alatpenangkapan ikan. PerekonomianDuano dicirikan denganketidakpastian, ketidakpastianjumlah hasil tangkapan, sertaketidakpastian untuk membelikebutuhan pokok dari uang yangdihasilkan, sudah menjadi hal yangbiasa bagi orang Duano.

Orang Duano menggunakanperahu dan alat tangkap untukmengumpulkan ikan dan Kerang.Wilayah penangkapan ikan berjarakkira-kira 1 sampai 2 kilometer darilokasi pemukiman ke arah laut,sedangkan wilayah untukmengumpulkan kerang (menongkah)berada di muara sungai tak jauh daripemukiman penduduk ConcongLuar. Menangkap ikan dapatdilakukan pada siang atau malamhari, tergantung pada jenis alattangkap yang digunakan.

Page 6: Adaptasi Sistem Penghidupan Suku Duano Concong Inhil

Adaptasi Sistem PenghidupanMasyarakat Adat Berkala PerikananTerubukVol40 No.2 Juli 2012

6

Penangkapan ikan denganmenggunakan jaring dan pancingsedangkan kerang dan siputdikumpulkan dengan tanganmenggunakan alat bantu luncur yangmereka sebut tongkah.

Hasil tangkapan yang bernilaiekonomis penting, selaluya merekajual kepada tauke, daripada untukdikonsumsi sendiri. Hasil tangkapanyang tidak termasuk dalam kualitasatau grade untuk dijual kepada taukesaja yang mereka gunakan untukkonsumsi keluarga. Kebutuhanrumah tangga sehari-hari dapatmereka peroleh dengan berbelanja diwarung-warung atau toko yang adadi Concong Luar. Pasar hariantersedia di Concong Luar, karenamemang daerah ini sudah cukupberkembang dan merupakan ibu kotaKecamatan Concong.

Sistem Religius

Saat ini orang Duano diConcong Luar sebagian besarmemeluk agama islam, namunpraktek-praktek atau ritualkepercayaan yang berhubungandengan makhluk ghaib belum hilangseenuhnya. Tokoh yang berperandalam ritual-ritual kepercayaan orangDuano ini adalah kepala adat dandukun.

Kepala adat berkaitan denganritual perayaan dan syukuran,sedangkan dukun berkaitan denganritual tolak bala dan bencana. Kepalaadat di Concong menjalankan aturandalam ajaran islam yang merekapeluk, tetapi kebiasaan dan adat-istiadat tidak dapat mereka hilangkanbegitu saja.

Adaptasi Sistem PenghidupanSuku Duano

Sistem penghidupan(livelihood system) masyarakat adat

menyangkut cara-cara ataumekanisme yang dibangun untukmempertahankan eksistensikehidupan sesuai dengan settingsosial, ekonomi, ekologi, budaya,dan politik, dengan mengakseslivelihood assets. Sanderson (2003)menyatakan bahwa proses yangberlangsung dalam setting sistemsosial sangat ditentukan olehkomponen infrastruktur materialis,struktur sosial, dan superstrukturidealis. Infrastruktur material terdiridari teknologi, ekonomi, ekologi, dandemografi. Struktur sosial terdiri daristratifikasi sosial, stratifikasi etnisdan rasial, kepolitikan pembagiankerja secara seksual,keluarga/kekerabatan, danpendidikan. Superstruktur mencakupideologi umum, agama, ilmupengetahuan, kesenian, dankesusasteraan.

Interaksi antara sistem sosialdan sistem ekologi akan sangatmenentukan bangun dari sumberdayanafkah yang tersedia bagi masyarakatadat. Kedua sistem tersebut selaluberada dalam kondisi yang tidakstatis, selalu mengalami perubahantergantung pada kestabilan di dalamtubuh sistem (resiliensi) danbesarnya tekanan dari luar sistem(vulnerabilty). Setiap perubahansosial dan perubahan ekologi yangterjadi pada kedua sistem akanmenentukan kombinasi pilihan-pilihan pemanfaatan jenis kapitalyang tersedia (Chambers & Conway,1991; Dharmawan, 2007; Twig,2007).

Keterkaitan antara diskursusperubahan iklim global dengansistem penghidupan masyarakat adatadalah pada adaptasi. Keberlanjutansistem penghidupan masyarakat adattergantung pada kemampuanadaptasi pada perubahan lingkungan

Page 7: Adaptasi Sistem Penghidupan Suku Duano Concong Inhil

Adaptasi Sistem PenghidupanMasyarakat Adat Berkala PerikananTerubukVol40 No.2 Juli 2012

7

bio-fisik dan akses terhadapsumberdaya (social vulnerabilty).Masyarakat adat Suku Duano harusberadaptasi dengan kondisi alamyang berubah akibat perubahan iklimglobal, dan pada sisi lain masyarakatadat Suku Duano harus beradaptasidengan kekuatan struktur sosial danpolitik (agen negara dan bisnis) yangdapat menghambat akses merekapada sumberdaya. Pemakanaanstruktur sosial dan politik terhadapkerentanan sangat dipengaruhi olehdiskursus perubahan iklim global.

Terdapat dua bentuk adaptasiyang harus dilakukan masyarakatadat terkait perubahan iklim global,yaitu adaptasi terhadap perubahanlingkungan bio-fisik dan adaptasiterhadap perubahan aksessumberdaya.

a. Adaptasi terhadap perubahanlingkungan bio-fisik

Adaptasi sistem penghidupanmasyarakat adat terkait denganperubahan lingkungan bio-fisikkarena proses perubahan iklim globaladalah naiknya permukaan air laut.Jika proses ini terjadi maka daerah-daerah yang menjadi lokasimasyarakat Suku Duano mencarikerang, mungkin akan tenggelammeskipun dalam posisi surutterendah. Masyarakat adat harusmenyesuaikan sistempenghidupannya dengan mencarilokasi baru, atau beralih padasumber-sumber alam lainnya.

b. Adaptasi terhadap perubahanakses sumberdaya alam

Adaptasi sistem penghidupanmasyarakat adat dapat pula terjadikarena mereka tidak lagi dapatmengakses sumber-sumberpenghidupan mereka, karena adanyakekuatan struktur sosial dan politikyang menghambat. Kekuatan strukturdan politik yang menghambattersebut lebih mengutamakankeberlanjutan lingkungan bio-fisik(misal: dijadikan kawasankonservasi) atau dapat pula karenaberpihak pada sektor swasta (aktorbisnis). Masyarakat adat pun harusmenyesuaikan sistempenghidupannya dengan mencarilokasi baru, atau beralih padasumber-sumber alam lainnya.

Sistem penghidupanmasyarakat adat Suku Laut (Duano)yang berada di Kabupaten IndragiriHilir Provinsi Riau merupakandinamika sosio-ekologi antara sistemekologi mangrove dan estuaria,sistem sosial masyarakat Suku Laut,dan livelihood resources“menongkah”. Menongkah adalahsalah satu kearifan lokal yangmerupakan manifestasi sustainablelivelihood dari grassroots actorsyang rentan dari terpaan arus global.Terdapat beberapa arus global yangdapat mengancam sistempenghidupan masyarakat adat SukuLaut (Duano), yaitu arusmodernisasi, globalisasi ekonomi,dan diskursus perubahan iklimglobal. Semua arus global tersebutsesungguhnya saling berkaitan satusama lain di dalam sistemkapitalisme global.

Page 8: Adaptasi Sistem Penghidupan Suku Duano Concong Inhil

Adaptasi Sistem PenghidupanMasyarakat Adat Berkala PerikananTerubukVol40 No.2 Juli 2012

8

Menongkah berasal dari katadasar tongkah yang berarti sebilahpapan datar dari kayu alam yangberukuran kurang lebih 40x100 cm.Tongkah digunakan oleh masyarakatsuku Duano sebagai alat bantu untukmeluncur diatas lumpur dalamkegiatan mengumpulkan kerang.Kegiatan menongkah dilakukandalam suatu kelompok, kerang yangberhasil dikumpulkan selanjutnyadigunakan untuk konsumsi dan jugauntuk dijual kepada pedagangpengumpul. Daerah yang menjaditempat kegiatan mengumpulkankerang adalah hamparan lumpuryang cukup luas. Kegiatan ini cukupdilakukan dengan tangan, sambilmeluncur diatas tongkah.

Saat ini, menongkah tidaksaja menjadi sumber penghidupanmasyarakat Suku Duano, bahkantelah menjadi simbol-simbol yangmenunjukkan kekhasan sistempenghidupan mereka. Merekamelakukan adaptasi sistem matapencaharian terhadap kondisi alamyang menyediakan sumber-sumberkehidupan. Menongkah dipandangsebagai sistem penghidupan yangkhas, bahkan pemerintah daerahKabupaten Indragiri Hilir

mengadakan even pariwisata yangmeniru aktivitas penghidupan ini.Tongkah saat ini menjadi simbolmasyarakat adat Suku Duano, simbolsistem mata pencaharian yang ramahlingkungan, simbol dari masyarakatyang bersahaja, simbol darikebersamaan, simbol dari masyarakatyang memiliki budaya, simbol hargadiri, simbol pariwisata, dan mungkinbanyak lagi yang belum terungkap.

Awalnya menongkahdilakukan oleh Suku Duano untukkonsumsi rumah tangga, namun saatini kegiatan menongkah sudah mulaidiarahkan pada kegiatan ekonomipasar. Modernisasi kehidupanmasyarakat adat yang dilakukanmelalui program resettlement, telahmenggeser sistem penghidupanmasyarakat adat dari kegiatanberburu dan meramu pada sistempenghidupan hortikultura sederhana.

Masuknya sistem ekonomipasar dalam kehidupan masyarakatadat Suku Duano, mulaimengarahkan mereka pada kegiatanbudidaya kerang. Kegiatanmenongkah dalam pandanganekonomi pasar terlalu tergantungpada tenaga manusia dan kondisialam, sehingga produksi sulit

Gambar 1. Kegiatan “Menongkah” Suku Duano di Desa Concong Luar

Page 9: Adaptasi Sistem Penghidupan Suku Duano Concong Inhil

Adaptasi Sistem PenghidupanMasyarakat Adat Berkala PerikananTerubukVol40 No.2 Juli 2012

9

diprediksi. Ekonomi pasar sangatmensyaratkan produksi yang tidakfluktuatif guna menjaminketersediaan barang di pasar. Sistemekonomi pasar sangat membutuhkanfinancial capital yang cukup besar,pada kondisi inilah arus global dapatmenjadi ancaman bagi sistempenghidupan masyarakat adat SukuDuano. Komponen infrastrukturmaterial dari sistem sosialmasyarakat adat, khususnya ekonomidan teknologi harus menyesuaikandengan sistem ekonomi danteknologi yang baru.

Jika suatu waktu masyarakatadat Suku Duano benar-benar masuksepenuhnya dalam sistem ekonomipasar, maka pemaknaan-pemaknaanyang terjadi di aras global akansangat mempengaruh sistemkehidupan mereka. Saat ini sajaterdapat beberapa isu lingkunganglobal yang diterjemahkan ditingkatlokal, yang dapat mengancam sistempenghidupan masyarakat adat SukuDuano. Misalnya, programkonservasi mangrove atau daerahperlindungan laut di kawasanekosistem mangrove. Programditingkat lokal ini berkaitan eratdengan isu perubahan iklim globalyaitu program Reducing Emissionfrom Deforestation and Degradationin Developing Country (REDD).

Indragiri Hilir adalah salahsatu kabupaten di Indonesia dengantingkat kerusakan ekosistemmangrove cukup memprihatinkan,sedangkan ekosistem mangrovedipandang sebagai salah satuekosistem yang mampu menyerapCO2 cukup tinggi. Gunamengembalikan kondisi ekosistemmangrove, salah satu program yangtelah dijalankan di daerah ini adalahMarine and Coastal ResourcesManagement Project MCRMP

(2001-2006) dengan prinsipintegrated coastal zone management(ICZM). Proyek ini dibiayai daripinjaman Bank Pembangunan Asia(ADB). Dana pinjaman inidigunakan untuk meningkatkankemampuan Pemerintah Daerah ditingkat Provinsi dan Kabupaten/Kotadalam melaksanakan fungsi dantanggungjawab mengelolasumberdaya alam, berdasarkanUndang-undang No. 22 jo.Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan No.25 tahun 1999 (Ditjen KP3K, 2011).

Ekosistem mangrove yangmengalami degradasi di IndragiriHilir tersebut menyatu dengan lokasiestuaria tempat masyarakat adatSuku Duano mengumpulkan kerang.Posisi inilah yang membahayakansistem penghidupan masyarakat adatSuku Duano jika suatu waktuterdapat kebijakan yang lebihmementingkan pencapaianpenurunan emisi tanpamempertimbangkan livelihoodsystem masyarakat lokal. Jika konsepkerentanan yang diutamakan adalahecological vulnerability tentunyawilayah estuaria dengan hamparanlumpur yang cukup luas sertamenyatu dengan ekosistemmangrove dapat dijadikan sebagaikawasan konservasi (marineprotected area) mangrove. Haltersebut sangat memungkinkanterjadi, karena salah satu ekosistemyang menjadi andalan di dalamREDD adalah ekosistem mangrove.

Satria (2009) menyatakanbahwa sering terjadi dualismepengelolaan kawasan konservasi diIndonesia, yang menggunakanpendekatan yang berbeda. Haltersebut menurut Forsyth (2003)tidak saja menunjukkan adanyakontestasi pemaknaan, tetapisekaligus membatasi akses

Page 10: Adaptasi Sistem Penghidupan Suku Duano Concong Inhil

Adaptasi Sistem PenghidupanMasyarakat Adat Berkala PerikananTerubukVol40 No.2 Juli 2012

10

masyarakat lokal atas sumber-sumber penghidupan. Aktor-aktoryag terlibat dalam pengelolaan suatukawasan konservasi memberikanpemaknaan yang berbeda-bedasesuai dengan sistem pengetahuandan keyakinan yang mereka yakinisabagai kebenaran. Sistempengetahuan lokal selalu dipandangsebagai sesuatu yang tidak ilmiah,meskipun telah dipraktekkan olehmasyarakat lokal secara turun-temurun. Banyak fakta menunjukkanbahwa sering terjadi marjinalisasimasyarakat lokal dalam kawasankonservasi, masyarakat lokaldipandang sebagai resiko bagikeberlanjutan sistem ekologi.

Pendekatan yang paling tepatuntuk menjelaskan terbatasnya aksesmasyarakat lokal tehadapsumberdaya yang berada di kawasankonservasi adalah pendekatanantroposentris. Social vulnerabilitymasyarakat adat atau lokal terjadiakibat adanya struktur sosial,ekonomi, dan politik yang tidakberpihak, bukan karena perubahanlingkungan bio-fisik. Jika pemerintahsebagai pengambil dan pembuatkebijakan tetap mengutamakanecological vulnerability dalammenentukan kawasan konservasi,maka sistem penghidupanmasyarakat adat yang akan terancam.MCRMP pada prinsipnya inginmenyeimbangkan ecologicalvulnerability dan social vulnerabilty,hal ini terlihat dari pendekatanintegrated coastal zone management(ICZM) yang digunakan. Namunproyek-proyek yang dibiayai denganhutang luar negeri (loan) saratdengan kepentingan dan relasi kuasaagen-agen yang terlibat di dalamnya,sehingga pemerintah harus bekerjakeras dalam mempertahankan

keberpihakan terhadap lingkunganbo-fisik dan sosial.

Program-program yangdatang ke dalam kehidupanmasyarakat adat Suku Duanotersebut, tidak pernah lepas darikepentingan ekonomi dan politiknegara dunia I yang diterjemahkanditingkat lokal. Bryant dan Bailey(1997) dan diperkuat oleh Forsyth(2003) menyatakan bahwa sebagianbesar program atau proyek yangberkaitan dengan degradasilingkungan di dunia III adalahkepentingan ekonomi aktor-aktoryang bermain di dalamnya. NewClimate Change Discourse (NewCCD) yang mulai memandangpentingnya memperhatikan socialvulnerability dalam setiap kegiatanpenanganan degradasi lingkungan,harus dapat diterjemahkan denganbaik di tingkat lokal, Praktek-praktekpengelolaan lingkungan ditingkatlokal harus menjadi pertimbangan didalam pemilihan kebijakanlingkungan. Menongkah yangmerupakan praktek penghidupanlokal yang ramah lingkungan jangandiarahkan pada praktek penghidupanmodern yang boros energi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Suku Duano di Concong Luarmemiliki karakteristik sosial-ekonomi-budaya yang khas yaitusuku asli dari Ras Proto Melayu yangtelah mendiami muara sungai danlaut daerah Indragiri dengan matapencaharian sangat tergantung padahasil laut dan sungai. Salah satubentuk adaptasi terhadap lingkunganbiofisik muara sungai dan laut yangtumbuh dan berkembang dariadaptasi sistem mata pencaharian

Page 11: Adaptasi Sistem Penghidupan Suku Duano Concong Inhil

Adaptasi Sistem PenghidupanMasyarakat Adat Berkala PerikananTerubukVol40 No.2 Juli 2012

11

kepada sistem sosial dan budayaadalah aktivitas menongkah.

Adaptasi sistem penghidupanSuku Duano khususnya aktivitassubsisten menongkah terdiri dariadaptasi terhadap perubahanlingkungan bio-fisik dan adaptasiterhadap perubahan aksessumberdaya. Perubahan lingkunganbiofisik dapat terjadi karena rusaknyaekosistem di lingkup lokal dan pulakarena adanya pemanasan global dilingkup yag lebih luas. Perubahan inimengharuskan masyarakat adat harusmenyesuaikan sistempenghidupannya dengan mencarilokasi baru, atau beralih padasumber-sumber alam lainnya.

Perubahan akses Suku Duanoterhadap sumberdaya dapat terjadi,jika akses yang selama ini cukupbesar dalam kegiatan menongkahdibatasi atas dalih penyelamatanlingkungan biofisik. Pembatasanakses dapat terjadi jika kebijakanpengelolaan lingkungan lebihmengedepankan ecologicalvulnerability daripada socialvulnerability.

Saran

Keberlanjutan sistempenghidupan masyarakat adat,khususnya aktivitas subsistenmenongkah yang dilakukan olehSuku Duano di Desa Concong Luarperlu mendapat dukunganpemerintah berupa kebijakanpengelolaan lingkungan hidup yangmenyeimbangkan antara ecologicalvulnerability dan social vulnerability.

DAFTAR PUSTAKA

Bryant RL, Bailey S. 1997. ThirdWorld Political Ecology.London and New York,Routledge.

Calkins S. 2009. TransformedLivelihoods in the LowerAtbara Area: PastoralRashayda Responses toCrises. Nomadic People13(1): 45-68.

Chambers R, Conway GR. 1991.Sustainable Rural Livelihood:Practical Concepts for 21stCentury. IDS DiscussionPaper No. 296. IDS, Sussex.

Denzin, NK, Lincoln YS. 2000.Handbook of QualitativeResearch: Second Edition.California: Sage Publications,Inc.

Dharmawan, AH. 2007. SistemPenghidupan dan NafkahPedesaan: PandanganSosiologi Nafkah (LivelihoodSociology) Mazhab Barat danMazhab Bogor. Sodality I(2):169-192.

Ditjen KP3K. 2011. Marine andCoastal ResourcesManagement Project.http://www.kp3k.kkp.go.id

Eilenberg M, Wadley RL. 2009.Borderland LivelihoodStrategies: The Socio-economic Significance ofEthnicity in Cross-borderLabour Migration, WestKalimantan, Indonesia. AsiaPasific Viewpoint 50(1): 58-73.

Forsyth T. 2003. Critical PoliticalEcology: The Politics ofEnvirontmental Science.Routledge, London and NewYork.

Moleong LJ. 2002. MetodologiPenelitian Kualitatif.

Page 12: Adaptasi Sistem Penghidupan Suku Duano Concong Inhil

Adaptasi Sistem PenghidupanMasyarakat Adat Berkala PerikananTerubukVol40 No.2 Juli 2012

12

Bandung: RemajaRosdakarya.

Ozturk I. 2009. A Case Study onChanging LivelihoodStrategies of the Communityof Ban Non Sao-e Village,Nakhon RatchasimaProvince, Thailand. TheJournal of DevelopmentResearch 21(2): 250-263.

Sallu SM, Twyman C, ThomasDSG. 2009. TheMultidimensional Nature ofBiodiversity and SocialDynamics and Implicationsfor Contemporary RuralLivelihoods in RemoteKalahari Settlements,Botswana. Afr. J. Ecol 47(1):110-118.

Satria A. 2009. Ekologi PolitikNelayan. Yogyakarta, LkiS.

Sanderson SK. 2003. SosiologiMakro. Wajidi F, Menno S,Penerjemah. Jakarta:Rajawali Pers. Terjemahandari: Macrosociology.

Shimelis A, Bogale A. 2007.Dimensions of FoodInsecurity and LivelihoodStrategies among Rural

Households in Dire Dawa,Eastern Ethiopia. TropicalScience 47 (2): 73-80.

Steward J. 1955. The Concept andMethod of Cultural Ecology.Haenn N, Wilk R (editors). inEnvironment inAnthropology: a Reader inEcology, Culture, andSustainable Living. 2006.New York and London: NewYork University Press.

Stake RE. 2000. Case Studies. Didalam Denzin NK, LincolnYS, Editor. The Handbook ofQualitative Research.California: Sage Publication.

Sugiyono. 2009. MemahamiPenelitian Kualitatif.Bandung: CV. Alfabeta.

Suparlan P. 1995. Orang Sakai diRiau: Masyarakat Terasingdalam Masyarakat Indonesia.Jakarta: Yayasan OborIndonesia.

Twig J. 2007. Tools forMainstreaming Disaster RiskReduction. Switzerland,Provention Consertium.www.proventionconsortium.org

Page 13: Adaptasi Sistem Penghidupan Suku Duano Concong Inhil

Adaptasi Sistem PenghidupanMasyarakat Adat Berkala PerikananTerubukVol40 No.2 Juli 2012

13

ANJURAN BAGI PENYUMBANG KARANGAN

Tulisan boleh dalam Bahasa Indonesiaatau Inggris dengan ketentuan: diketikrangkap dua pada kertas A4 (21 cm x29,7 cm), huruf Times New Romandengan font 12, dan 15 spasi dalam.program Word for Windows. Panjangtulisan maksimal 12 halaman denganformat penulisan :

judul, harus singkat dan menunjukkanidentitas subyek, indikasi tujuan studidan memuat kata-kata kunci. Ditulisdalam bahasa Indonesia. Jumlah Kataseyogyanya berkisar antara 6-18 buah.

Nama Penulis, dengan disebutkannama-nama penulis disertai dengancatatan kaki tentang profesi daninstansi tempat bekerja.

Abstrack, merupakan abstrakinformatif (bukan abstrak indikatif),merupakan uraian singkat tulisan asli,yang menyajikan data pokok daninformasi penting serta kesimpulanatau keputusan-keputusan yang dimuatdalam tulisan asli. Abstrak ditulisdalam Bahasa Inggris maksimal 200kata dengan disertai 3 - 5 kata kunci(keywords).

Pendahuluan, berupa latar belakang,alasan pentingnya dilakukan penelitianatau hipotesis yang mendasaripendekatan umum dan tujuandiadakannya penelitian,,serta telusuranliteratur terkait.

Bahasa dan Metode, berisipenjelasan mengenai bahan-bahan danalat-alat yang digunakan, waktu,tempat, teknik dan rancanganpencobaan.

Hasil dan Pembahasan, disajikansecara singkat (dapat dibantu dengan

Tabel, Grafik dan Foto-foto).Pembahasan merupakan tinjauanterhadap hasil penelitian secarasingkat tetapi jelas, dan merujuk padaliteratur terkait.

Keterangan dan Tabel atau Gambar,ditulis dalam bahasa Indonesia.Sedangkan Grafik disajikan dalamprogram Excel dibuat dengan kualitassiap cetak.

Kesimpulan dan Saran, merupakanhasil konkrit ataupun keputusan daripenelitian yang dilakukan dan sarantindak lanjut untuk bahanpengembangan penelitian berikutnya.

Ucapan Terima Kasih(Akcnowledgement), kepada sponsorpenelitian secara singkat (jika ada).

Daftar Pustaka, mencantumkan semuapustaka berikut semua keteranganyang lazim dengan tujuan jika adapembaca yang membutuhkan dapatdengan mudah menelusurinya.

sesuai dengan kelancaran kalimat. Jadidapat ditulis misalnya Badu (1981)atau (Badu, 1981). Kepustakaan ditulismenurut abjad dalam bentuk sebagaiberikut:

Saanin, H., 1968. Taksonomi danKunci Determinasi Ikan.Binacipta. Bandung, 548halaman.

Soeseno, S., 1971. Penelitianpreliminary pertumbuhanikan-ikan Karper konsumsidalam ruang terbatas diIndonesia. Majalah PerguruanTinggi IV-4.Halaman 40-42

Page 14: Adaptasi Sistem Penghidupan Suku Duano Concong Inhil

Adaptasi Sistem PenghidupanMasyarakat Adat Berkala PerikananTerubukVol40 No.2 Juli 2012

14