laporan praktikum kimia analitik
Post on 24-Oct-2015
328 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK November 10, 2010
PENENTUAN RUMUS SENYAWA KOMPLEKS BESI-PHENANTROLIN DENGAN METODE PERBANDINGAN SLOPE
By Faaza
LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI SPEKTROSKOPI Continue reading
Leave a comment | posted in LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
November 7, 2010
KALIUM NITRAT
By Faaza
Continue reading
2 comments | posted in LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
November 7, 2010
UJI KATION
By Faaza
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR – DASAR KIMIA ANALITIK
UJI KATION
NAMANO. STAMBUK
KELOMPOK
ASISTEN
: MIFTA NUR RAHMAT: F1C1 08 001
: III
:
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2009
UJI KATION
1. TUJUAN
Tujuan dari percobaan uji kation ini adalah untuk menentukan adanya kation secara kumulatif dengan melakukan uji spesifik.
1. LANDASAN TEORI
Analisa kimia adalah penyelidikan kimia yang bertujuan untuk mencari susunan persenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel. Analisa kimia terdiri dari :
1. Analisa Kualitatif
Adalah penyelidikan kimia mengenai jenis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran.
1. Analisa Kuantitatif
Adalah penyelidikan kimia mengenai kadar unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran.Suatu senyawa dapat diuraikan menjadi anion dan kation ( Sukardjo, 1985)
Analisis kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode analisis kualitatif, kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion/kation suatu larutan (Sumadji, http://wiropharmachy.blogspot.com).
Metode dalam melakukan analisis kualitatif ini dilakukan secara konvensional, yaitu memakai cara visual yang berdasarkan kelarutan.
Pengujian kelarutan dilakukan pertama-tama dengan mengelompokkan ion-ion yang mempunyai kemiripan sifat. Pengelompokkan dilakukan dalam bentuk pengendapan dimana penambahan pereaksi tertentu mampu mengendapkan sekelompok ion-ion. Cara ini menghasilkan 6 kelompok yang namanya disesuaikan dengan pereaksi pengendap yang digunakan untuk mengendapkan kelompok ion tersebut.
Kelompok ion-ion tersebut adalah: golongan klorida (I), golongan sulfide (II), golongan hidroksida (III), golongan sulfide (IV), golongan karbonat (V), dan golongan sisa (VI).
Yang berarti pada golongan I yang dihasilkan adalah endapan klorida, golongan II menghasilkankan sejumlah endapan garam sulfida, golongan III menghasilkan endapan hidroksida, golongan IV menghasilkan endapan sulfida yang larut dalam asam klorida, dan golongan V menghasilkan endapan karbonat.
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel atau contoh (Underwood, 1986).
Analisa kualitatif dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Analisa pendahuluan bertujuan untuk memperkirakan dan memberi arah sehingga memperoleh gambaran terhadap contoh yang akan ditiliti. Analisa pendahuluan meliputi :
1. Organoleptis (menggunakan panca indera), yang dianalisis biasanya berupa bentuk, warna, bau.
2. Pemanasan dengan tabung pijar.3. Reaksi nyala (flame test), dilakukan dengan menggunakan kawat Pt atau Nicr.
Warna-warna yang terjadi pada reaksi nyala adalah sebagai berikut.Kation Warna Nyala
Kation Warna NyalaLi+
Na+
K+
Ba2+
Sr2+
Cu2+
Ca2+
Merah
Kuning
Ungu
Kuning hijau
Merah bata
Hijau biru
Merah kuning
1. Analisa kation dan anion. Setelah mempunyai gambaran/perkiraan awal maka langsung diidentifikasi dengan cara tube test, dengan menghasilkan reaksi yang khas (Pasirhanja, http://pasirhanja.blogspot.com).
Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat kation tersebut. Kation diklasifikasikan dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation tersebut terhadap beberapa reagensia. (Vogel, 1990)
Golongan-golongan kation memiliki ciri-ciri khas, yaitu:
- Golongan I: membentuk endapan dengan asam klorida encer, ion-ion yang termasuk dalam golongan ini adalah timbal, raksa, dan perak.
- Golongan II: membentuk endapan dengan hydrogen sulfide dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion yang termasuk dalam golongan ini adalah merkurium (II), tembaga, cadmium, bismuth, stibium, timah.
- Golongan III: membentuk endapan dengan ammonium sulfide dalam suasana netral. Kation golongan ini antara lain nikel, besi, kromium, aluminium, seng, mangan, dan kobalt.
- Golongan IV: membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida dalam suasana netral atau sedikit asam.
- Golongan V: disebut juga golongan sisa karena tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan sebelumnya. Ion kation yang termasuk dalam golongan ini antara lain magnesium, natrium, kalium. Ammonium, litium, dan hydrogen. (Jimmo, http://blogkita.info).
Secara umum ion adalah atom atau sekumpulan atom yang bermuatan listrik. Ion bermuatan negatif yang menangkap satu atau lebih elektron, disebut anion, karena dia tertarik menuju anoda. Ion bermuatan positif yang kehilangan satu atau lebih elektron, disebut kation, karena dia tertarik menuju anoda (Anonim, http://id.wikipedia.org).
Suatu pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sebagian larut, maka setelah dilakukan penyaringan terhadap endapan tebentuk dua kelompok campuran yang massa masing-masingnya kurang dari campuran sebelumnya. Reaksi yang terjadi saat pengidentfikasian menyebabkan terbentuknya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula dan berbeda sifat fisiknya (Harjadi, 1993).
1. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Gelas kimia
- Pipet tetes
- Kertas saring
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
- Larutan sampel
- HCl
- K2CrO4
- H2SO4
- Alkohol
- KI
- NaOH
- KSCN
- K4Fe(CN)6
- HgCl2
- Aluminium foil
- Aquades
1. PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut
1. Uji Kation Ag+
- Masing – masing dimasukkan dalam tabung reaksi
- Masing – masing ditambahkan HCl
- Diamati perubahannya jika terdapat endapan
- Dicatat
Ketiga larutan tidak menghasilkan endapan
1. Uji Kation Pb2+
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan K2CrO4
- Diamati perubahan warnanya
- Diamati proses pembentukan endapannya
Ketiga larutan tidak menghasilkan endapan
b.
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan H2SO4
- Ditambahkan alkohol
- Diamati perubahan warnanya
- Diamati proses pembentukan endapannya
Ketiga larutan tidak menghasilkan endapan
1. Uji Kation Bi3+
- Diteteskan pada kertas saring
- Diteteskan larutan KI pada kertas saring
- Diamati perubahan warnanya
Tidak ada perubahan warna
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan NaOH
- Diamati perubahan warnanya
- Diamati proses pembentukan endapannya
Larutan keruh dan terdapat endapan putih
1. Uji Kation Fe3+
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan KSCN
- Diamati perubahan warnanya
- Diamati proses pembentukan endapannya
Tidak ada perubahan warna dan tidak terbentuk endapan
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan K4Fe(CN)6
- Diamati perubahan warnanya
- Diamati proses pembentukan endapannya
Tidak ada perubahan warna dan tidak terdapat endapan
1. Uji kation Sn2+
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan HgCl2
- Diamati perubahan warnanya
- Diamati proses pembentukan endapannya
Tidak ada perubahan warna dan tidak terbentuk endapan
1. DATA PENGAMATAN 1. Pengujian Kation Ag+
No. Perlakuan Hasil Pengamatan1.
2.
3.
Air bor + HCl
Air sungai + HCl
Air sumur + HCl
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
1. Pengujian Kation Pb2+
No. Perlakuan Hasil Pengamatan1.
2.
3.
Air bor + K2CrO4
Air sungai + K2CrO4
Air sumur + K2CrO4
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
No. Perlakuan Hasil Pengamatan1. Air bor + H2SO4 Tidak terbentuk endapan
2.
3.
Air sungai + H2SO4
Air sumur + H2SO4
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
1. Pengujian Kation Bi3+
No. Perlakuan Hasil Pengamatan1.
2.
3.
Air bor + KI pada kertas saring
Air sungai + KI pada kertas saring
Air sumur + KI pada kertas saring
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
No. Perlakuan Hasil Pengamatan1.
2.
3.
Air bor + NaOH
Air sungai + NaOH
Air sumur + NaOH
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
1. Pengujian Kation Fe3+
No. Perlakuan Hasil Pengamatan1.
2.
3.
Air bor + KSCN
Air sungai + KSCN
Air sumur + KSCN
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
No. Perlakuan Hasil Pengamatan1.
2.
3.
Air bor + K4Fe(CN)6
Air sungai + K4Fe(CN)6
Air sumur + K4Fe(CN)6
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
1. Pengujian Kation Fe3+
No. Perlakuan Hasil Pengamatan1.
2.
3.
Air bor + HgCl2
Air sungai + HgCl2
Air sumur + HgCl2
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
Reaksi yang terjadi :
1. Uji kation Ag+
Air + HCl larutan HCl, tidak ada endapan
Air sungai + HCl larutan HCl, tidak ada endapan
Air laut + HCl larutan HCl, bening. Tidak ada endapan.
2. Uji kation Pb2+
Air + K2CrO4 larutan K2CrO4 tidak ada endapan
Air sungai + K2CrO4 larutan K2CrO4, tidak ada endapan
Air laut + K2CrO4 larutan K2CrO4,. Tidak ada endapan
Larutan berwarna kuning.
Air + H2SO4 + alkohol larutan bening tidak ada endapan
Air sungai + H2SO4 + alkohol larutan bening, tidak ada endapan
Air laut + H2SO4 + alkohol larutan bening tidak ada endapan
3. Uji kation Bi3+
Air + KI pada kertas saring tidak ada perubahan warna
Air sungai + KI pada kertas saring tidak ada perubahan warna
Air laut + KI pada kertas saring tidak ada perubahan warna
Air + NaOH terdapat endapan Bi, larutan keruh
Air sungai + NaOH terdapat endapan Bi, larutan keruh
Air laut + NaOH terdapat endapan Bi, larutan keruh
4. Uji kation Fe3+
Air + KSCN tidak ada endapan
Air sungai + KSCN tidak ada endapan
Air laut + KSCN Tidak ada endapan.
Air + K4Fe(CN)6 tidak ada endapan
Air sungai + K4Fe(CN)6 tidak ada endapan
Air laut + K4Fe(CN)6 Tidak ada endapan.
5. Uji kation Sn2+
Air + HgCl2 tidak ada endapan
Air sungai + HgCl2 tidak ada endapan
Air laut + HgCl2 tidak ada endapan
1. PEMBAHASAN
Kation merupakan ion bermuatan positif. Dalam analisa kation dikenal adanya analisa pendahuluan yang meliputi analisa kering dan analisa basah. Analisa kering meliputi pemeriksaan organoleptis (warna, bau, rasa) dan pemanasan. Analisa basah adalah analisa dengan melarutkan zat-zat dalam larutan. Analisa basah meliputi pemeriksaan kelarutan dalam air, reaksi pengendapan, filtrasi atau penyaringan, dan pencucian endapan.
Pada dasarnya metode analisis kimia dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu analisis kualitatif yaitu analisis yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau campuran zat yang belum diketahui zatnya serta analisis kuantitatif yaitu analisis kimia yang menyangkut penentuan jumlah zat tertentu yang ada di dalam suatu sampel. Analisis kualitatif ada dua aspek penting yaitu pemisahan dan identifikasi dimana kedua aspek ini didasari oleh kelarutan, sifat penguapan, dan ekstraksi. Analisis campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara sistematik dalam golongan dan selanjutnya diikuti masing-masing golongan ke dalam sub golongan dan komponen-komponennya.
Percobaan yang dilakukan dalam praktikum kimia analitik kali adalah uji kation. Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kation yang terdapat dalam suatu sampel melalui uji spesifik. Larutan sampel yang digunakan dalam percobaan adalah berupa air ledeng, air sungai dan air laut. Ketiga larutan sampel tersebut selanjutnya diidentifikasi jenis kation apa yang terkandung didalamnya melalui penambahan Reagen yang spesifik dari masing – masing kation tersebut. Reagen yang digunakan dalam mengidentifikasi keberadaan kation dalam larutan sampel yang telah disediakan adalah HCl, H2SO4, KSCN, KI, NaOH, K4Fe(CN)6 dan HgCl2. semua reagen tersebut merupakan pereaksi yang dibuat dalam konsentrasi dan komposisi tertentu agar dapat berreaksi meninggalkan endapan ataupun perubahan warna yang menunjukkan adanya kandungan kation-kation tersebut di dalam larutan sampel yang digunakan.
Kation yang diidentifikasi keberadaannya dalam setiap sampel adalah kation Ag+, Fe3+, Bi3+, Pb2+, dan Sn2+. Reaksi berlangsung setelah penambahan reagen (pereaksi) tertentu yang akan memberikan larutan atau endapan berwarna yang merupakan karakteristik untuk ion-ion yang diidentifikasi dalam setiap sampel. Adapun percobaan yang telah dilakukan dalam uji kation ini adalah dengan penambahan larutan HCl 2 M untuk menguji kation Ag+, penambahan larutan K2CrO4 dan H2SO4 untuk menguji kation Pb2+, reagen KI dan NaOH pada uji kation Bi3+, uji kation Fe3+ menggunakan reagen KSCN dan K4Fe(CN)6 serta penambahan larutan HgCl2 untuk menguji kation Sn2+. Dari kelima jenis kation yang diidentifikasi tersebut, tidak semuanya berreaksi dengan reagennya masing – masing membentuk endapan. Pada proses uji kation Ag+, Pb2+, Fe3+
dan Sn2+ tidak menunjukkan perubahan baik secara fisik maupun kimia setelah penambahan reagennya masing – masing. Sebab larutan tidak mengalami perubahan warna dan juga tidak membentuk endapan. Ini menunjukkan bahwa dalam sampel tersebut memang tidak terdapat jenis kation – kation yang dapat berreaksi dengan reagen. Dengan kata lain, sampel yang dianalisis tersebut tidak mengandung ion Ag+, Pb2+, Fe3+ maupun Sn2+.
Satu – satunya reaksi yang timbul dalam pengidenitifikasian kation – kation ini adalah ketika larutan sampel direaksikan dengan NaOH dalam identifikasi kation Bi3+. Pada pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan perubahan yang sangat mencolok dari larutan yang berreaksi dimana larutan sampel yang semula bening, setelah penambahan NaOH larutan berubah menjadi keruh dan terdapat endapan pada dasar tabung. Hal ini menunjukkan bahwa larutan sampel tersebut dapat berreaksi sempurna dengan reagen yang ditambahkan sebab dalam larutan sampel tersebut ada kandungan Bi3+ yang spesifik terhadap reagen NaOH.
Secara teoretis sebenarnya cukup besar kemungkinan terdapatnya kation – kation dalam setiap sampel yang diuji sebab sampel tersebut diambil dari daerah terbuka yang berinteraksi langsung dengan berbagai aktivitas lain dialam secara natural. Jadi tidak mungkin larutan sampel benar – benar netral ataui tidak mengandung zat – zat kontaminan lain didalamya mengingat sifat air sebagai pelrut murni yang dapat menerima berbagai zat masuk kedalamnya meskipun dengan toksitas yang tinggi. Tidak terbacanya kandungan kation – kation lain didalamnya kemungkinan disebabkan kurangnya kadar kation Ag+, Pb2+, Fe3+ dan Sn2+ dalam larutan sampel sehingga tidak dapat dianalisis dengan metode sederhana yang digunakan dalam percobaan analisis kuantitatif dan uji spesifik seperti ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Ion, http://id.wikipedia.org
Harjadi, W. 1993. Ilmu kimia analitik Dasar. Erlangga. Jakarta.
Jimmo, Analisis Kation, http://blogkita.info
Pasirhanja, Identifikasi Kation, http://pasirhanja.blogspot.com
Sukardjo, 1985. Kimia Anorganik .Bina Aksara. Yogyakarta
Sumadji, Analisis Kualitatif, http://wiropharmachy.blogspot.com
Underwood & R.A Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta
Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta.
Leave a comment | posted in LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
December 17, 2009
asidimetri dan alkalimetri
By Faaza
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR – DASAR KIMIA ANALITIK
ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI
NAMA
NO. STAMBUK
KELOMPOK
ASISTEN
: MIFTA NUR RAHMAT
: F1C1 08 001
: III
:
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2009
ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI
(Titrasi Asam Asetat Dengan Natrium Hidroksida)
1. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dilaksanakannya percobaan ini adalah untuk menentukan kadar asam asetat dalam contoh (sampel).
1. LANDASAN TEORI
Berdasarkan atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar maka analisis volumetrik dibagi menjadi titrasi netralisasi (asam basa) yang terdiri dari alkalimetri dan asidimetri. Asidimetri merupakan titrasi terhadap larutan basa bebas dan larutan garam terhidrolisis dari asam lemah. Sedangkan alkalimetri merupakan titrasi terhadap larutan asam bebas dan larutan garam terhidrolisis dari basa lemah. (Keenan, 1986).
Semua metoda titrimetri tergantung pada larutan standar yag mengandung sejumlah reagen persatuan volume larutan dengan ketepatan yang tinggi. Metode volumetri diklasifikasikan menjadi titrasi asam-basa, titrasi redoks, titrasi pengandapan dan titrasi kompleksometri (Khopkar, 1990)
Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang disebut sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir dan titik ekivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titk akhir adalah kesalahan acak yang berbeda ntuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dan nilainya dapat dihitung. Dengan menggunakan metode potensiometri dan konduktometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai nol (Rivai, 1995).
Teknik Volumetri dan Gravimetri menjadi alternatif metoda analisis yang mempunyai ketertelusuran tertinggi, karena metoda tersebut mempunyai ketertelusuran yang terdekat ke standar nasional maupun standar internasional. Untuk dapat melakukan analisis secara volumetri dan gravimetri yang baikdan benar diperlukan pengetahuan yang cukup, karena metoda ini dapat menjadi metoda acuan untk metoda pengukuran lainnya (http://www.kimia-lipi.net/index).
Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi (titrasi asam-basa) yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yang diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan asam-basanya. Jadi apabila larutan tersebut merupakan larutan asam maka harus diberikan basa sebagai larutan ujinya, begitu pula sebaliknya. Pemilihan metode ini dipakai karena merupakan metode yang sederhana dan sudah banyak digunakan dalam laboratorium maupun industri (riset dan pengembangan). Pada pengukuran konsentrasi larutan dengan menggunakan metode titrasi asam-basa, biasanya cara umum yang sering dilakukan adalah dengan menetesi larutan yang diuji, yang sebelumnya telah diberi larutan indikator, dengan larutan uji. Ditetesi hingga terjadi perubahan warna dari larutan indikator, apabila terjadi perubahan warna yang disebut titik akhir maka penetesan larutan uji dihentikan (http://chem-is-try.org).
Kemudian nilai konsentrasi larutan yang diuji dihitung berdasarkan cara yang telah ditetapkan dalam metode titrasi. Pada metode ini mata manusia memegang peranan penting dalam pengamatan terjadinya perubahan warna, juga dalam pengendalian proses yang berlangsung,dan penentuan nilai konsentrasi larutan, perhitungannya dilakukan secara manual. Dengan menggunakan cara ini terdapat beberapa kelemahan antara lain kesalahan paralaksi dan memerlukan waktu yang relatif lama untuk perhitungan atau penentuan nilai konsentrasi larutan. Karena setiap individu dengan individu yang lainnya relatif berbeda, dalam pengamatan dan penghitungannya tergantung pada ketelitian masing-masing individu (http://www.elektroindonesia.com)
1. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain yakni :
1. Gelas Piala2. Pipet volume3. Labu takar4. Buret5. Erlenmeyer
Adapun bahan – bahan yang digunakan pada percobaan ini anatara lain :
1. Larutan NaOH2. Larutan CH3COOH
3. Indikator fenolfalein (PP)
1. PROSEDUR KERJA
1. HASIL
PENGAMATAN
1. Data Pengamatan
No
Perlakuan
Volume NaOH
125 mL CH3
COOH + 3 tetes
4,2
Volume rata-rata NaOH = 4 mL
Kadar asam asetat = 0,96%
indikator fenolftalein
225 mL CH3
COOH + 3 tetes indikator fenolftalein
4
325 mL CH3
COOH + 3 tetes indikator fenolftalein
3,8
2. Reaksi
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
3 Perhitungan
Dik :
V1 = 4,2 mL
V2 = 4 mL
V3 = 3,8 mL
BE CH3COOH = 60 g/mol
- V rata-rata NaOH
Vrata-rata =
=
= 4 mL
- Standarisasi NNaOH dengan KIO3
NNaOH =
=
=
- Dalam 10 mL contoh asam asetat terdapat :
=
=
=
- Kadar asam asetat =
= 58,8 g dalam 100mL larutan
= 58,8 % (b/v)
1. PEMBAHASAN
Salah satu bagian analisis volumetri adalah titrasi netralisasi yang terdiri atas asidimetri yaitu titrasi terhadap larutan basa dan alkalimetri yaitu titrasi terhadap larutan asam. Dalam titrasi jenis ini indikator yang digunakan adalah indikator yang mempunyai warna yang berbeda (berubah) tergantung dari besarnya [H+] dalam larutan. Indikator dalam titrasi netralisasi berupa asam dan basa organik yang berbeda warnanya dalam bentuk molekul atau ionnya. Dalam titrasi netralisasi, jika antara asam dan basa memiliki Normalitas yang sama, maka besarnya konsentrasi garam yang dihasilkan pada suatu saat diambil sama banyaknya dengan banyaknya sisa volume asam atau basanya. Dan apabila Normalitas asam dan basanya tidak sama, maka besarnya konsentrasi garam yang terjadi pada suatu saat diambil sama dengan banyaknya mgek larutan asam atau basa dalam larutan diambil sama dengan banyaknya mgek sisa dari asam atau basanya.
Pada percobaan yang telah dilakukan di laboratorium dengan melibatkan basa kuat dan asam lemah, dimana basa kuat yakni NaOH merupakan larutan standar (titran) yaitu suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya, asam lemah CH3COOH merupakan analit, dan fenolftalein merupakan indikator yang digunakan, diketahui bahwa titik akhir titrasi terjadi pada saat timbulnya perubahan warna pada indikator PP dalam analit yang berwarna merah muda dengan volume titran yang digunakan pada setiap perlakuan sampai tercapainya titik akhir titrasi adalah 4,2mL, 4 mL, dan 3,8mL.
Pada percobaan ini, NaOH digunakan sebagai larutan bakunya, hal ini disebabkan konsentrasi larutan NaOh tidak cepat berubah, mantap pada suhu kamar, tidak menyerap air dan karbondioksida dari udara, dapat bereaksi dengan zat yang ditentukan dalam hal ini CH3COOH, mempunyai bobot tara tinggi yang akan berguna untuk memperkecil kesalahan penimbangan.
Dalam titrasi antara asam asetat (CH3COOH) dan NaOH ini, dimana akan ditentukan kadar asam asetat dalam larutan, mula-mula dalam Erlenmeyer dimasukkan 25mL larutan CH3COOH dan ditambahkan dengan fenolftalein yang merupakan indikator dari golongan flatelin yang berbentuk senyawa hablur putih, kemudian secara perlahan-lahan dititrasi dengan larutan baku NaOH yang berada dalam buret. Dalam larutan CH3COOH, indikator fenolftalein berdisosiasi menjadi suatu bentuk yang tidak berwarna, namun ketika dilakukan titrasi dengan larutan NaOH, larutan berubah warna menjadi merah muda, hal ini menunjukkan bahwa dalam larutan telah mengalami kelebihan basa dimana pada saat terjadi perubahan warna tersebut titrasi langsung dihentikan untuk mengurangi kelebihan basa dan memperkecil kesalahan titrasi. Ketika terjadinya perubahan warna pada larutan, pada saat itulah titik akhir titrasi tercapai. Dengan demikian, banyaknya volume NaOH yang digunaklan dalam proses titrasi dapat diketahui, begitu pula volume rata-rata setelah tiga kali perlakuan (triplo), sebagaimana telah disebutkan di atas.
Dari hasil percobaan, dengan perolehan volume rata-rata NaOH yang digunakan dalam titrasi adalah 4 mL, diperoleh kadar asam asetat dalam larutan melalui perhitungan adalah sebesar 58,8 % dengan pH akhir titrasi berada di atas 7 yakni bersifat basa. Dari proses titrasi ini pula, dapat diketahui bahwa titrasi ini merupakan jenis titrasi netralisasi alkalimetri, dimana pada proses titrasi ini melibatkan basa kuat sebagai larutan standarnya dan asam lemah sebagai analit yang akan dititrasi.
Adapun kemungkinan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada proses titrasi ini, berasal dari kesalahan acak, dimana kesalahan ini dapat terjadi akibat kurang telitinya praktikan dalam melakukan pengukuran volume dan pembacaan skala pada buret.
1. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada percobaan ” Titrasi Asam Asetat dengan Natrium Hidroksida” diperoleh kadar asam asetat sebesar 58,8 %.
DAFTAR PUSTAKA
Khoopkar, s, M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI-Press. Jakarta
http://www.kimia-lipi.net/index . Diakses : 23 Oktober 2009
http://www.elektroindonesia.com. Diakses : 23 Oktober 2009
http://www.chem-is-try.org. Diakses : 23 Oktober 2009
5 comments | posted in LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
December 17, 2009
ANALISIS GRAVIMETRI
By Faaza
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR – DASAR KIMIA ANALITIK
ANALISIS GRAVIMETRI
NAMA
NO. STAMBUK
KELOMPOK
ASISTEN
: MIFTA NUR RAHMAT
: F1C1 08 001
: III
:
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2009
ANALISIS GRAVIMETRI
1. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan jumlah mol air kristal yang terikat dalam suatu senyawa.
1. LANDASAN TEORI
Analisis gravimetri ini merupakan salah satu teknik analisis kuantitatif yang menggunakan gravi / berat. Pada dasarnya, gravimetri dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu penguapan, elektrolisis dan pengendapan. Salah satu contoh penguapan metode gravimetri adalah dalam penentuan air / hidrat dalam Barium klorida dengan cara menghilangkan semua hidrat kristal
di atas suhu 100oC (Anonim, http://duniainikecil.wordpress.com). Teknik ini diawali dengan penimbangan sampel lalu dilakukan pelarutan dan pengendapan pada larutan tersebut dengan pereaksi pengendap kemudian dilakukan penyaringan endapan yang terbentuk. Kemudian endapan yang telah disaring diabukan dengan pembakar suhu tinggi seperti meker dean tanur dan diakhiri dengan penimbangan sampai diapatkan bobot tetap (Nur, http://r3xr4ptor.wordpress.com).
Langkah pengukuran pada gravimetri adalah pengukuran berat. Analit secara fisik dipisahkan dari semua komponen lainnya maupun dengan solvennya. Persyaratan yang harus dipenuhi agar garvimetri dapat berhasil ialah terdiri dari proses pemisahan yang harus cukup sempurna sehingga kualitas analit yang tidak mengendap secara analit tidak ditentukan dan zat yang ditimbang harus mempunyai susunan tertentu dan harus murni atau mendekati murni. Jika tidak demikian hasil yang akan diperoleh akan salah. Pada umumnya dua hal yang perlu diingat pada penentuan faktor garvimetri; yaitu berat molekul analit yang merupakan pembilang dan berat zat yang ditimbang yang merupakan penyebut (Underwood, 1993).
Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis penentuan kadar zat berdasarkan pengukuran berat analit atau senyawa yang mengandung analit dapat dilakukan dengan :
Metode pengendapan
Isolasi endapan sukar larut dari suatu komposisi yang tak diketahui
Metode penguapan
Larutan yang mengandung analit diuapkan, ditimbang dan kehilangan berat dihitung.
(Gusdinar, 1998)
Setelah didapat endapan, endapan dipisahkan dan dikeringkan melalui proses pemijaran. Pemijaran adalah proses pemanasan endapan yang dilakukan bersama dengan kertas saring. Pemijaran dilakukan pada suhu yang cukup panas sehingga diperoleh endapan kering yang dapat di timbang. Suhu dan lamanya pemijaran tergantung sifat-sifat endapan (Anonim, http://en.wikipedia.org)
Gambar ASLEP – Lunar – Gravimeter (Anonim, http://soschem.com)
1. ALAT DAN BAHAN 1. Alat
Alat yang dugunakan pada percobaan ini adalah:
Oven pemijar Cawan porselin Gegep Eksikator Neraca Analitik
1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Barium klorida X hidrat (BaCl2.XH2O).
1. PROSEDUR KERJA
Cawan porselinBaCl2 . XH2O- Dipanaskan selama beberapa menit
- Didinginkan dalam eksikator
- DitimbangBerat Cawan porselin kosong
(21 gr)- Ditimbang sebanyak 1.5 gr
- Dimasukkan dalam cawan porselin yang telah ditimbang
- Dipanaskan dalam oven
- Didingiinkan dalam eksikator
- Ditimbang kembali
- Ditentukan berat sampel setelah pemanasan
- Ditentukan jumlah kristal H2O dalam senyawaJumlah Kristal H2O
(2.3 mol)
1. HASIL PENGAMATAN 1. Data Pengamatan
- Berat cawan kosong = 21.0 gr
- Berat cawan + sampel = 22.5 gr
- Berat sampel BaCl2 XH2O = 1.5 gr
- Berat sampel + cawan setelah pemijaran = 22.25 gr
- Berat sampel setelah pemijaran = 1.25 gr
- BM BaCl2 = 208 gr/mol
1. Perhitungan
- Mol BaCl2 XH2O
- Mol BaCl2
- Mol BaCl2 Mol BaCl2 XH2O
1. Reaksi
1. PEMBAHASAN
Analisis gravimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif yang dilakukan dengan menimbang endapan sampel yang telah dianalisis, sehingga didapat rumus molekul zat dengan benar. Langkah-langkah yang umum dilakukan dalam analisis gravimetri adalah melarutkan cuplikan zat dengan larutan pelarut yang sesuai dan ditambahkan zat pengendap. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan, dipijarkan lalu ditimbang setelah dingin.
Pengamatan ini bertujuan untuk menentukan jumlah mol air kristal yang terikat dalam suatu senyawa. Dalam percobaan ini digunakan senyawa BaCl2.XH2O sebagai sampel yang akan dibuktikan berat X-nya melalui analisis garvimetri. Senyawa ini masih mengandung air, sehingga untuk menentukan X atau kadar air yang sesungguhnya, perlu dilakukan pemijaran atau pengeringan. Pemijaran pada suhu tinggi diperlukan untuk menghilangkan air secara sempurna. Senyawa BaCl2 dan kristal air berikatan secara kovalen sehingga diperlukan energi yang besar untuk memisahkan ikatannya. Oleh karena itu, diperlukan suhu yang tinggi untuk membebaskan molekul air agar dapat menguap dan bereaksi dengan oksigen membentuk karbon dioksida (karbon dihasilkan dari pembakaran), sehingga pada akhirnya kandungan air akan habis menguap dan yang tersisa adalah endapan murni BaCl2. Senyawa ini sangat reaktif terhadap air, sehingga harus ditempatkan dalam wadah tertutup agar tidak bereaksi dengan udara.
Percobaan yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur. Berdasarkan hasil timbang BaCl2
setelah pemijaran didapatkan hasil 1.25 g. Setelah dibandingkan dengan berat awal sampel maka didapatkan X sebesar 2.3 molekul. Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan jumlah mol air kristal secara teori, berat teori adalah 2 mol. Diduga kesalahan terjadi karena pada saat pemanasan suhu yang diberikan kurang maksimal sehingga tidak mampu melepas semua molekul H2O atau pada saat pendinginan di eksikator, ada udara yang bereaksi dengan senyawa BaCl2.
1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa jumlah mol air kristal dalam BaCl2 adalah sebesar 2.3 mol atau mendekati 2 mol.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, ASLEP Lunar Gravimeter, http://soschem.com
Anonim, Gravimetri, http://duniainikecil.wordpress.com.
Anonim, Gravimetri, http://en.wikipedia.org
Gusdinar, 1998, Tutus, Dr., Analisis Gravimetri, Erlangga, Jakarta.
Nur, Andhika, Teknik Analisis Gravimetri, http://r3xr4ptor.wordpress.com.
Underwood, A.L. 1993, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
Leave a comment | posted in LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
December 17, 2009
UJI KATION
By Faaza
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR – DASAR KIMIA ANALITIK
UJI KATION
NAMA
NO. STAMBUK
KELOMPOK
ASISTEN
: MIFTA NUR RAHMAT
: F1C1 08 001
: III
:
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2009
UJI KATION
1. TUJUAN
Tujuan dari percobaan uji kation ini adalah untuk menentukan adanya kation secara kumulatif dengan melakukan uji spesifik.
1. LANDASAN TEORI
Analisa kimia adalah penyelidikan kimia yang bertujuan untuk mencari susunan persenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel. Analisa kimia terdiri dari :
1. Analisa Kualitatif
Adalah penyelidikan kimia mengenai jenis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran.
1. Analisa Kuantitatif
Adalah penyelidikan kimia mengenai kadar unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran.Suatu senyawa dapat diuraikan menjadi anion dan kation ( Sukardjo, 1985)
Analisis kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode analisis kualitatif, kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion/kation suatu larutan (Sumadji, http://wiropharmachy.blogspot.com).
Metode dalam melakukan analisis kualitatif ini dilakukan secara konvensional, yaitu memakai cara visual yang berdasarkan kelarutan.
Pengujian kelarutan dilakukan pertama-tama dengan mengelompokkan ion-ion yang mempunyai kemiripan sifat. Pengelompokkan dilakukan dalam bentuk pengendapan dimana penambahan pereaksi tertentu mampu mengendapkan sekelompok ion-ion. Cara ini menghasilkan 6 kelompok yang namanya disesuaikan dengan pereaksi pengendap yang digunakan untuk mengendapkan kelompok ion tersebut.
Kelompok ion-ion tersebut adalah: golongan klorida (I), golongan sulfide (II), golongan hidroksida (III), golongan sulfide (IV), golongan karbonat (V), dan golongan sisa (VI).
Yang berarti pada golongan I yang dihasilkan adalah endapan klorida, golongan II menghasilkankan sejumlah endapan garam sulfida, golongan III menghasilkan endapan hidroksida, golongan IV menghasilkan endapan sulfida yang larut dalam asam klorida, dan golongan V menghasilkan endapan karbonat.
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel atau contoh (Underwood, 1986).
Analisa kualitatif dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Analisa pendahuluan bertujuan untuk memperkirakan dan memberi arah sehingga memperoleh gambaran terhadap contoh yang akan ditiliti. Analisa pendahuluan meliputi :
1. Organoleptis (menggunakan panca indera), yang dianalisis biasanya berupa bentuk, warna, bau.
2. Pemanasan dengan tabung pijar.3. Reaksi nyala (flame test), dilakukan dengan menggunakan kawat Pt atau Nicr.
Warna-warna yang terjadi pada reaksi nyala adalah sebagai berikut.Kation Warna Nyala
Kation Warna NyalaLi+
Na+
K+
Ba2+
Sr2+
Cu2+
Ca2+
Merah
Kuning
Ungu
Kuning hijau
Merah bata
Hijau biru
Merah kuning
1. Analisa kation dan anion. Setelah mempunyai gambaran/perkiraan awal maka langsung diidentifikasi dengan cara tube test, dengan menghasilkan reaksi yang khas (Pasirhanja, http://pasirhanja.blogspot.com).
Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat kation tersebut. Kation diklasifikasikan dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation tersebut terhadap beberapa reagensia. (Vogel, 1990)
Golongan-golongan kation memiliki ciri-ciri khas, yaitu:
- Golongan I: membentuk endapan dengan asam klorida encer, ion-ion yang termasuk dalam golongan ini adalah timbal, raksa, dan perak.
- Golongan II: membentuk endapan dengan hydrogen sulfide dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion yang termasuk dalam golongan ini adalah merkurium (II), tembaga, cadmium, bismuth, stibium, timah.
- Golongan III: membentuk endapan dengan ammonium sulfide dalam suasana netral. Kation golongan ini antara lain nikel, besi, kromium, aluminium, seng, mangan, dan kobalt.
- Golongan IV: membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida dalam suasana netral atau sedikit asam.
- Golongan V: disebut juga golongan sisa karena tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan sebelumnya. Ion kation yang termasuk dalam golongan ini antara lain magnesium, natrium, kalium. Ammonium, litium, dan hydrogen. (Jimmo, http://blogkita.info).
Secara umum ion adalah atom atau sekumpulan atom yang bermuatan listrik. Ion bermuatan negatif yang menangkap satu atau lebih elektron, disebut anion, karena dia tertarik menuju anoda. Ion bermuatan positif yang kehilangan satu atau lebih elektron, disebut kation, karena dia tertarik menuju anoda (Anonim, http://id.wikipedia.org).
Suatu pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sebagian larut, maka setelah dilakukan penyaringan terhadap endapan tebentuk dua kelompok campuran yang massa masing-masingnya kurang dari campuran sebelumnya. Reaksi yang terjadi saat pengidentfikasian menyebabkan terbentuknya zat-zat baru yang berbeda dari zat semula dan berbeda sifat fisiknya (Harjadi, 1993).
1. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Gelas kimia
- Pipet tetes
- Kertas saring
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
- Larutan sampel
- HCl
- K2CrO4
- H2SO4
- Alkohol
- KI
- NaOH
- KSCN
- K4Fe(CN)6
- HgCl2
- Aluminium foil
- Aquades
1. PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut
1. Uji Kation Ag+
- Masing – masing dimasukkan dalam tabung reaksi
- Masing – masing ditambahkan HCl
- Diamati perubahannya jika terdapat endapan
- Dicatat
Ketiga larutan tidak menghasilkan endapan
1. Uji Kation Pb2+
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan K2CrO4
- Diamati perubahan warnanya
- Diamati proses pembentukan endapannya
Ketiga larutan tidak menghasilkan endapan
b.
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan H2SO4
- Ditambahkan alkohol
- Diamati perubahan warnanya
- Diamati proses pembentukan endapannya
Ketiga larutan tidak menghasilkan endapan
1. Uji Kation Bi3+
- Diteteskan pada kertas saring
- Diteteskan larutan KI pada kertas saring
- Diamati perubahan warnanya
Tidak ada perubahan warna
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan NaOH
- Diamati perubahan warnanya
- Diamati proses pembentukan endapannya
Larutan keruh dan terdapat endapan putih
1. Uji Kation Fe3+
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan KSCN
- Diamati perubahan warnanya
- Diamati proses pembentukan endapannya
Tidak ada perubahan warna dan tidak terbentuk endapan
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan K4Fe(CN)6
- Diamati perubahan warnanya
- Diamati proses pembentukan endapannya
Tidak ada perubahan warna dan tidak terdapat endapan
1. Uji kation Sn2+
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Ditambahkan HgCl2
- Diamati perubahan warnanya
- Diamati proses pembentukan endapannya
Tidak ada perubahan warna dan tidak terbentuk endapan
1. DATA PENGAMATAN 1. Pengujian Kation Ag+
No. Perlakuan Hasil Pengamatan1.
2.
3.
Air bor + HCl
Air sungai + HCl
Air sumur + HCl
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
1. Pengujian Kation Pb2+
No. Perlakuan Hasil Pengamatan1.
2.
3.
Air bor + K2CrO4
Air sungai + K2CrO4
Air sumur + K2CrO4
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
No. Perlakuan Hasil Pengamatan1.
2.
3.
Air bor + H2SO4
Air sungai + H2SO4
Air sumur + H2SO4
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
1. Pengujian Kation Bi3+
No. Perlakuan Hasil Pengamatan1.
2.
3.
Air bor + KI pada kertas saring
Air sungai + KI pada kertas saring
Air sumur + KI pada kertas saring
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
No. Perlakuan Hasil Pengamatan1.
2.
3.
Air bor + NaOH
Air sungai + NaOH
Air sumur + NaOH
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
1. Pengujian Kation Fe3+
No. Perlakuan Hasil Pengamatan1.
2.
3.
Air bor + KSCN
Air sungai + KSCN
Air sumur + KSCN
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
No. Perlakuan Hasil Pengamatan1.
2.
3.
Air bor + K4Fe(CN)6
Air sungai + K4Fe(CN)6
Air sumur + K4Fe(CN)6
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
1. Pengujian Kation Fe3+
No. Perlakuan Hasil Pengamatan1.
2.
3.
Air bor + HgCl2
Air sungai + HgCl2
Air sumur + HgCl2
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
Tidak terbentuk endapan
Reaksi yang terjadi :
1. Uji kation Ag+
Air + HCl larutan HCl, tidak ada endapan
Air sungai + HCl larutan HCl, tidak ada endapan
Air laut + HCl larutan HCl, bening. Tidak ada endapan.
2. Uji kation Pb2+
Air + K2CrO4 larutan K2CrO4 tidak ada endapan
Air sungai + K2CrO4 larutan K2CrO4, tidak ada endapan
Air laut + K2CrO4 larutan K2CrO4,. Tidak ada endapan
Larutan berwarna kuning.
Air + H2SO4 + alkohol larutan bening tidak ada endapan
Air sungai + H2SO4 + alkohol larutan bening, tidak ada endapan
Air laut + H2SO4 + alkohol larutan bening tidak ada endapan
3. Uji kation Bi3+
Air + KI pada kertas saring tidak ada perubahan warna
Air sungai + KI pada kertas saring tidak ada perubahan warna
Air laut + KI pada kertas saring tidak ada perubahan warna
Air + NaOH terdapat endapan Bi, larutan keruh
Air sungai + NaOH terdapat endapan Bi, larutan keruh
Air laut + NaOH terdapat endapan Bi, larutan keruh
4. Uji kation Fe3+
Air + KSCN tidak ada endapan
Air sungai + KSCN tidak ada endapan
Air laut + KSCN Tidak ada endapan.
Air + K4Fe(CN)6 tidak ada endapan
Air sungai + K4Fe(CN)6 tidak ada endapan
Air laut + K4Fe(CN)6 Tidak ada endapan.
5. Uji kation Sn2+
Air + HgCl2 tidak ada endapan
Air sungai + HgCl2 tidak ada endapan
Air laut + HgCl2 tidak ada endapan
1. PEMBAHASAN
Kation merupakan ion bermuatan positif. Dalam analisa kation dikenal adanya analisa pendahuluan yang meliputi analisa kering dan analisa basah. Analisa kering meliputi pemeriksaan organoleptis (warna, bau, rasa) dan pemanasan. Analisa basah adalah analisa dengan melarutkan zat-zat dalam larutan. Analisa basah meliputi pemeriksaan kelarutan dalam air, reaksi pengendapan, filtrasi atau penyaringan, dan pencucian endapan.
Pada dasarnya metode analisis kimia dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu analisis kualitatif yaitu analisis yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau campuran zat yang belum diketahui zatnya serta analisis kuantitatif yaitu analisis kimia yang menyangkut penentuan jumlah zat tertentu yang ada di dalam suatu sampel. Analisis kualitatif ada dua aspek penting yaitu pemisahan dan identifikasi dimana kedua aspek ini didasari oleh kelarutan, sifat penguapan, dan ekstraksi. Analisis campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara sistematik dalam golongan dan
selanjutnya diikuti masing-masing golongan ke dalam sub golongan dan komponen-komponennya.
Percobaan yang dilakukan dalam praktikum kimia analitik kali adalah uji kation. Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kation yang terdapat dalam suatu sampel melalui uji spesifik. Larutan sampel yang digunakan dalam percobaan adalah berupa air ledeng, air sungai dan air laut. Ketiga larutan sampel tersebut selanjutnya diidentifikasi jenis kation apa yang terkandung didalamnya melalui penambahan Reagen yang spesifik dari masing – masing kation tersebut. Reagen yang digunakan dalam mengidentifikasi keberadaan kation dalam larutan sampel yang telah disediakan adalah HCl, H2SO4, KSCN, KI, NaOH, K4Fe(CN)6 dan HgCl2. semua reagen tersebut merupakan pereaksi yang dibuat dalam konsentrasi dan komposisi tertentu agar dapat berreaksi meninggalkan endapan ataupun perubahan warna yang menunjukkan adanya kandungan kation-kation tersebut di dalam larutan sampel yang digunakan.
Kation yang diidentifikasi keberadaannya dalam setiap sampel adalah kation Ag+, Fe3+, Bi3+, Pb2+, dan Sn2+. Reaksi berlangsung setelah penambahan reagen (pereaksi) tertentu yang akan memberikan larutan atau endapan berwarna yang merupakan karakteristik untuk ion-ion yang diidentifikasi dalam setiap sampel. Adapun percobaan yang telah dilakukan dalam uji kation ini adalah dengan penambahan larutan HCl 2 M untuk menguji kation Ag+, penambahan larutan K2CrO4 dan H2SO4 untuk menguji kation Pb2+, reagen KI dan NaOH pada uji kation Bi3+, uji kation Fe3+ menggunakan reagen KSCN dan K4Fe(CN)6 serta penambahan larutan HgCl2 untuk menguji kation Sn2+. Dari kelima jenis kation yang diidentifikasi tersebut, tidak semuanya berreaksi dengan reagennya masing – masing membentuk endapan. Pada proses uji kation Ag+, Pb2+, Fe3+
dan Sn2+ tidak menunjukkan perubahan baik secara fisik maupun kimia setelah penambahan reagennya masing – masing. Sebab larutan tidak mengalami perubahan warna dan juga tidak membentuk endapan. Ini menunjukkan bahwa dalam sampel tersebut memang tidak terdapat jenis kation – kation yang dapat berreaksi dengan reagen. Dengan kata lain, sampel yang dianalisis tersebut tidak mengandung ion Ag+, Pb2+, Fe3+ maupun Sn2+.
Satu – satunya reaksi yang timbul dalam pengidenitifikasian kation – kation ini adalah ketika larutan sampel direaksikan dengan NaOH dalam identifikasi kation Bi3+. Pada pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan perubahan yang sangat mencolok dari larutan yang berreaksi dimana larutan sampel yang semula bening, setelah penambahan NaOH larutan berubah menjadi keruh dan terdapat endapan pada dasar tabung. Hal ini menunjukkan bahwa larutan sampel tersebut dapat berreaksi sempurna dengan reagen yang ditambahkan sebab dalam larutan sampel tersebut ada kandungan Bi3+ yang spesifik terhadap reagen NaOH.
Secara teoretis sebenarnya cukup besar kemungkinan terdapatnya kation – kation dalam setiap sampel yang diuji sebab sampel tersebut diambil dari daerah terbuka yang berinteraksi langsung dengan berbagai aktivitas lain dialam secara natural. Jadi tidak mungkin larutan sampel benar – benar netral ataui tidak mengandung zat – zat kontaminan lain didalamya mengingat sifat air sebagai pelrut murni yang dapat menerima berbagai zat masuk kedalamnya meskipun dengan toksitas yang tinggi. Tidak terbacanya kandungan kation – kation lain didalamnya kemungkinan disebabkan kurangnya kadar kation Ag+, Pb2+, Fe3+ dan Sn2+ dalam larutan sampel
sehingga tidak dapat dianalisis dengan metode sederhana yang digunakan dalam percobaan analisis kuantitatif dan uji spesifik seperti ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Ion, http://id.wikipedia.org
Harjadi, W. 1993. Ilmu kimia analitik Dasar. Erlangga. Jakarta.
Jimmo, Analisis Kation, http://blogkita.info
Pasirhanja, Identifikasi Kation, http://pasirhanja.blogspot.com
Sukardjo, 1985. Kimia Anorganik .Bina Aksara. Yogyakarta
Sumadji, Analisis Kualitatif, http://wiropharmachy.blogspot.com
Underwood & R.A Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta
Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta.
Leave a comment | posted in LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
December 17, 2009
top related