preskas anestesi laparotomy emergency
Post on 03-Jun-2018
237 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
1/45
Presentasi Kasus
PENATALAKSANAAN GENERAL ANESTESI PADA LAPAROTOMY
BIOPSI TERHADAP TUMOR PADAT OVARIUM SUSPECT
MALIGNANCY DENGAN ASCITES
Oleh:
Sayekti Asih Nugraheni
G99131076
PEMBIMBING:
Muh. Husni Thamrin, dr., Sp.An., M.Kes.
KEPANITERAAN KLINIK SMF ANESTESIOLOGI & REANIMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2014
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
2/45
BAB I
PENDAHULUAN
Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai
tindakan meliputi pemberian anestesi, penjagaan keselamatan penderita yang
mengalami pembedahan, pemberian bantuan hidup dasar, pengobatan intensif
pasien gawat, terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun.
Menurut asal katanya anestesi berasal dari kata an yang berarti tidak, dan
estesia yang berarti rasa. Dengan demikian anestesi artinya adalah tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anesthesia ini pertama
kali dipergunakan oleh Oliver Wendell Holmes tahun 1846. Anestesi dibagi
menjadi dua kelompok yaitu anestesi umum dan anestesi umum lokal.
Anestesi umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral
disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible). Komponen trias
anastesi ideal terdiri dari hipnotik, analgesia dan relaksasi otot, sedangkan anestesi
local adalah tindakan menghilangkan nyeri/sakit secara lokal tanpa disertai
hilangmya kesadaran. Pemberian anestetik lokal dapat dengan teknik anestesi
permukaan, anestesi infiltrasi, dan anestesi blok.
Pada prinsipnya dalam penatalaksanaan anestesi pada suatu operasi
terdapat beberapa tahap yang herus dilaksanakan yaitu pra anestesi, tahap
penatalaksanaan anestesi dan pemeliharaan serta tahap pemulihan dan perawatan
pasca anestesi.
Tahap pra anestesi merupakan tahap persiapan yang sangat menentukan
keberhasilan suatu anestesi. Hal yang penting dalam tahap ini adalah : (1)
menyiapkan pasien yang meliputi riwayat penyakit pasien, keadaan umum pasien,
dan mental pasien, (2) menyiapkan tehnik, obat obatan dan macam anestesi
yang digunakan, (3) Memperkirakan kemungkinan kemungkinan yang akan
timbul pada waktu pelaksanaan anestesi dan komplikasi yang mungkin timbul
pasca anestesi.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
3/45
Tahap pelaksanaan anestesi meliputi premedikasi, induksi dan
pemeliharaan yang dapat dilakukan secara intravena maupun inhalasi. Pada tahap
ini perlu monitoring dan pengawasan ketat serta pemeliharaan jalan nafas karena
pada saat ini pasien dalam keadaan sadar dan kemungkinan komplikasi anestesi
maupun pembedahan dapat terjadi.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
4/45
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANESTESI UMUM
Anestesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible). Komponen anestesi
yang ideal terdiri dari hipnotik, analgesia dan relaksasi otot. Pada kasus ini
anestesi yang digunakan adalah anestesi umum.
Tanda-tanda klinis anestesi umum (menggunakan zat anestesi yang mudah
menguap, terutama diethyleter) menurut Guedel, dengan teknik open drop ada
beberapa stadium :5
1. Stadium I: analgesia dari mulanya induksi anestesi hingga hilangnya
kesadaran. Rasa nyeri belum hilang sama sekali sehingga hanya
pembedahan kecil yang dapat dilakukan pada stadium ini. Stadium ini
berakhir ditandai dengan hilangnya reflek bulu mata.
2. Stadium II : excitement, dari hilangnya kesadaran hingga mulainya
respirasi teratur, mungkin terdapat batuk, kegelisahan atau muntah.
3. Stadium III : stadium pembedahan, dari mulai respirasi teratur hingga
berhentinya respirasi. Dibagi 4 plana yaitu :
Plane 1: dari timbulnya pernafasan teratur thoracoabdominal, anak
mata terfiksasi kadang kadang eksentrik, pupil miosis, reflek cahaya
positif, lakrimasi meningkat, reflek faring dan muntah negative, tonus
otot mulai menurun.
Plane 2: ventilasi teratur, abdominothoracal, volume tidal menurun,
frekuensi nafas meningkat, anakmata terfiksasi di tengah, pupil mulai
midriasis, reflek cahaya mulai menurun dan reflek kornea negative.
Plane 3: ventilasi teratur dan sifatnya abdominal karena terjadi
kelumpuhan saraf interkostal, lakrimasi tidak ada, pupil melebar dan
sentral, reflek laring dan peritoneum negative, tonus otot makin
menurun.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
5/45
Plane 4: ventilasi tidak teratur dan tidak adekuat karena otot diafragma
lumpuh yang makin nyata pada akhir plana, tonus otot sangat
menurun, pupil midriasis dan reflek sfingter ani dan kelenjsar air mata
negative.
4. Stadium IV: overdosis, dari timbulnya paralisis diafragma hingga cardiac
arrest.
B. PERSIAPAN PRA ANESTESI
Kunjungan pra anestesi pada pasien yang akan menjalani operasi dan
pembedahan baik elektif dan darurat mutlak harus dilakukan untuk keberhasilan
tindakan tersebut. Kunjungan pra anestesi pada bedah elektif dilakukan satu
sampai dua hari sebelumnya, sedangkan pada kasus bedah darurat waktu yang
tersedia lebih singkat.
Tujuan pra anestesi adalah:
a. Mempersiapkan mental dan fisik secara optimal dengan melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan lain. Terdiri
dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Anamnesis dapat diperoleh dari pasien sendiri atau dari keluarga pasien.
Dengan cara ini kita dapat mengadakan pendekatan psikologis terhadap
pasien dan keluarganya.
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan fisik dan penunjang dilakukan dengan teliti, bila ada indikasi
dapat dilakukan konsultasi dengan bidang lain seperti ahli penyakit
jantung, paru, penyakit dalam dan lain-lain.
b. Merencanakan dan memilih teknik serta obat-obat anestesi yang sesuai
dengan fisik dan kehendak pasien.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
6/45
Macam-macam teknik anestesi :
No Teknik Resevoir Bag Valve Rebreathing Sodalime
1 Open - - - -
2 Semi Open + + - -
3 Semi Closed + + + +
4 Closed + + + +
Keterangan :
o Rebreathing (-) = CO2langsung ke udara kamar
o Rebreathing (+) = CO2 langsung ke udara kamar dan sebagian
udara ekspirasi kembali dalam respirasi/inspirasi
sesudah C02 diikat oleh soda lime.
o Rebreathing (+) = sebagian udara ekspirasi kembali dalam
respirasi / inspirasi sesudah CO2 diikat oleh soda
lime.
Open drop method: Cara ini dapat digunakan untuk anestesik yang
menguap, peralatan sangat sederhana dan tidak mahal. Zat anestetik
diteteskan pada kapas yang diletakkan di depan hidung penderita sehingga
kadar yang dihisap tidak diketahui, dan pemakaiannya boros karena zat
anestetik menguap ke udara terbuka.
Semi open drop method: Hampir sama dengan open drop, hanya untuk
mengurangi terbuangnya zat anestetik digunakan masker. Karbondioksida
yang dikeluarkan sering terhisap kembali sehingga dapat terjadi hipoksia.
Untuk menghindarinya dialirkan volume fresh gas flow yang tinggi minimal
3x dari minimal volume udara semenit.
Semi closed method : Udara yang dihisap diberikan bersama oksigen
murni yang dapat ditentukan kadarnya kemudian dilewatkan pada vaporizer
sehingga kadar zat anestetik dapat ditentukan. Udara napas yang dikeluarkan
akan dibuang ke udara luar. Keuntungannya dalamnya anestesi dapat diatur
dengan memberikan kadar tertentu dari zat anestetik, dan hipoksia dapat
dihindari dengan memberikan volume fresh gas flow kurang dari 100%
kebutuhan.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
7/45
Closed method: Cara ini hampir sama seperti semi closed hanya udara
ekspirasi dialirkan melalui soda lime yang dapat mengikat CO2, sehingga
udara yang mengandung anestetik dapat digunakan lagi.
Pada kasus ini dipakai semi closed anestesi karena memiliki beberapa
keuntungan yaitu :
konsentrasi inspirasi relatif konstan
konservasi panas dan uap
menurunkan polusi kamar
menurunkan resiko ledakan dengan obat yang mudah terbakar7
c. Menentukan status fisik dengan klasifikasi ASA (American Society
Anesthesiology).
ASA I
Pasien normal sehat, kelainan bedah terlokalisir, tanpa kelainan faali,
biokimiawi, dan psikiatris. Angka mortalitas 2%
ASA II
Pasien dengan gangguan sistemik ringan sampai dengan sedang
sebagai akibat kelainan bedah atau proses patofisiologis. Angka
mortalitas 16%
ASA III
Pasien dengan gangguan sistemik berat sehingga aktivitas harian /
live styleterbatas. Angka mortalitas 38%
ASA IV
Pasien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam jiwa, tidak
selalu sembuh dengan operasi. Misal : insufisiensi fungsi organ,
angina menetap. Angka mortalitas 68%
ASA V
Pasien dengan kemungkinan hidup kecil. Tindakan operasi hampir
tak ada harapan. Tidak diharapkan hidup dalam 24 jam tanpa operasi
/ dengan operasi. Angka mortalitas 98%.
Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda huruf E (emergensi ), misal ASA I E, ASA II E.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
8/45
C. PREMEDIKASI ANESTESI
Persiapan prabedah yang kurang memadai merupakan faktor terjadinya
kecelakaan dalam anestesia. Sebelum pasien dibedah sebaiknya dilakukan
kunjungan pasien terlebih dahulu sehingga pada waktu pasien dibedah pasien
dalam keadaan bugar. Tujuan kunjungan praanestesi adalah untuk mengurangi
angka kesakitan operasi, mengurangi biaya operasi dan meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Sebelum pasien diberi obat anestesi, langkah selanjutnya
adalah dilakukan premedikasi yaitu pemberian obat sebelum induksi anestesi.
Premedikasi ringan banyak digunakan terutama untuk menenangkan pasien
sebagai persiapan anestesia dan masa pulih setelah pembedahan singkat.
Adapun tujuan dari premedikasi antara lain :
1. Meredakan kecemasan dan ketakutan.
2. Memperlancar induksi anestesi.
3. Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus.
4. Meminimalkan jumlah obat anestetik.
5. Mengurangi mual muntah pasca bedah.
6. Menciptakan amnesia.
7. Mengurangi isi cairan lambung.
8. Mengurangi refleks yang membahayakan.
Obat premedikasi yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing pasien karena kebutuhan masing-masing pasien berbeda.
Pemberian premedikasi secara intramuskular dianjurkan 1 jam sebelum
operasi, sedangkan untuk kasus darurat yang perlu tindakan cepat bisa
diberikan secara intravena. Adapun obatobat yang sering digunakan sebagai
premedikasi adalah :
Narkotik analgetik, misal morfin, fentanil, pethidin.
Transquillizer yaitu dari golongan benzodiazepin, misal diazepam dan
midazolam
Barbiturat, misal pentobarbital, penobarbital, sekobarbital.
Antikolinergik, misal atropin dan hiosin.
Antihistamin, misal prometazine.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
9/45
Antasida, misal gelusil
H2reseptor antagonis, misal cimetidine
ObatObat Premedikasi
a. Narkotik Analgetik (Opioid)
Fentanil
Fentanil adalah zat sintetik seperti petidin dengan kekuatan 100 x
morfin. Fentanil merupakan opioid sintetik dari kelompok fenilpiperedin.
Lebih larut dalam lemak dan lebih mudah menembus sawar jaringan. Turunan
fenilpiperidin ini merupakan agonis opioid poten. Sebagai suatu analgesik,
fentanil 75-125 kali lebih potendibandingkan dengan morfin. Awitan yang
cepat dan lama aksi yang singkat mencerminkan kelarutan lipid yang lebih
besar dari fentanil dibandingkan dengan morfin. Fentanil (dan opioid lain)
meningkatkan aksi anestetik lokal pada blok saraf tepi. Keadaan itu sebagian
disebabkan oleh sifat anestetsi lokal yamg lemah (dosis yang tinggi menekan
hantara saraf) dan efeknya terhadap reseptor opioid pada terminal saraf tepi.
Fentanil dikombinasikan dengan droperidol untuk menimbulkan
neureptanalgesia. Efek depresinya lebih lama dibandingkan efek analgesinya.
Dosis 1-3 /kg BB analgesianya hanya berlangsung 30 menit, karena itu hanya
dipergunakan untuk anastesia pembedahan dan tidak untuk pasca bedah. Dosis
besar 50-150 mg/kg BB digunakan untuk induksi anastesia dan pemeliharaan
anastesia dengan kombinasi bensodioazepam dan inhalasi dosis rendah, pada
bedah jantung. Sediaan yang tersedia adalah suntikan 50 mg/ml. Efek yang
tidak disukai ialah kekakuan otot punggung yang sebenarnya dapat dicegahdengan pelumpuh otot. Dosis besar dapat mencegah peningkatan kadar gula,
katekolamin plasma, ADH, rennin, aldosteron dan kortisol.
Petidin
Petidin merupakan derivat fenil piperidin yang efek utamanya adalah
depresi susunan saraf pusat. Gejala yang timbul antara lain adalah analgesia,
sedasi, euforia dan efek sentral lainnya. Sebagai analgesia diperkirakan
potensinya 80 kali morfin. Lamanya efek depresi napas lebih pendek
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
10/45
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
11/45
Dosis : 0,01 mg/ kgBB dan 0,10,4 mg untuk anakanak.
Pemberian : SC, IM, IV.
c. Benzodiazepin
Midazolam
Midazolam adalah obat induksi tidur jangka pendek untuk premedikasi,
induksi dan pemeliharaan anestesi. Dibandingkan dengan diazepam,
midazolam bekerja cepat karena transformasi metabolitnya cepat dan lama
kerjanya singkat. Pada pasien orang tua dengan perubahan organik otak atau
gangguan fungsi jantung dan pernafasan, dosis harus ditentukan secara hati-
hati. Efek obat timbul dalam 2 menit setelah penyuntikan. Dosis premedikasi
dewasa 0,07-0,10 mg/kgBB, disesuaikan dengan umur dan keadaan pasien.
Dosis lazim adalah 5 mg. pada orang tua dan pasien lemah dosisnya 0,025-
0,05 mg/kgBB. Efek sampingnya terjadi perubahan tekanan darah arteri,
denyut nadi dan pernafasan, umumnya hanya sedikit.
D. INDUKSI ANESTESI
Induksi anestesia adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar
menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesia dan
pembedahan. Induksi anestesia dapat dikerjakan dengan secara intravena,
inhalasi, intramuskular, atau rectal. Induksi merupakan saat dimasukkannya
zat anestesi sampai tercapainya stadium pembedahan yang selanjutnya
diteruskan dengan tahap pemeliharaan anestesi untuk mempertahankan atau
memperdalam stadium anestesi setelah induksi. Setelah pasien tidur akibat
induksi anestesia langsung dilanjutkan dengan pemeliharaan anestesia sampaitindakan pembedahan selesai.
Induksi intravena merupakan cara imduksi yang paling sering digunakan
karena cepat dan mudah. Obat induksi bolus disuntikkan dalam kecepatan 30-
6- detik. Selama induksi anestesia, pernafasan pasien, nadi, dan tekanan darah
harus diawasi dan selalu diberikan oksigen.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
12/45
Obat Induksi Anestesi
a. Propofol
Propofol adalah campuran 1% obat dalam air dan emulsi yang berisi
10% soya bean oil, 1,2% phosphatide telur dan 2,25% glycerol. Pemberian
intravena propofol (2 mg/kg BB) menginduksi anestesi secara cepat seperti
tiopental. Setelah injeksi intravena secara cepat disalurkan ke otak, jantung,
hati, dan ginjal. Rasa nyeri kadang-kadang terjadi di tempat suntikan, tetapi
jarang disertai dengan plebitis atau trombosis. Anestesi dapat dipertahankan
dengan infus propofol yang berkesinambungan dengan opiat, N2 dan atau
anestesi inhalasi lain.
Propofol menurunkan tekanan arteri sistemik kira-kira 80% teapi efek ini
lebih disebabkan karena vasodilatsai perifer daripada penurunan curah
jantung. Tekanan sismatik kembali normal dengan intubasi trakea. Propofol
tidak menimbulkan aritmia atau iskemik otot jantung. Sesudah pemberian
propofol IV terjadi depresi pernafasan sampai apnea selama 30 detik. Hal ini
diperkuat dengan premediaksi dengan opiat.
Propofol tidak merusak fungsi hati dan ginjal. Aliran darah ke otak,
metabolisme otak dan tekanan intrakranial akan menurun. Tak jelas adanya
interaksi dengan obat pelemas otot. Keuntungan propofol karena bekerja lebih
cepat dari tiopental dan konfusi pasca operasi yang minimal. Terjadi mual,
muntah dan sakit kepala mirip dengan tiopental.
Obat Muscle Relaxant
a. Succynil choline
Suksinil kolin merupakan pelumpuh otot depolarisasi dengan mula kerja
cepat, sekitar 12 menit dan lama kerja singkat sekitar 3 5 menit sehingga
obat ini sering digunakan dalam tindakan intubai trakea. Lama kerja dapat
memanjang jika kadar enzim kolinesterase berkurang, misalnya pada penyakit
hati parenkimal, kakeksia, anemia dan hipoproteinemia.
Komplikasi dan efek samping dari obat ini adalah bradikardi,
bradiaritma dan asistole, takikardi dan takiaritmia, peningkatan tekanan intra
okuler, hiperkalemi dan nyeri otot fasikulasi.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
13/45
Obat ini tersedia dalam flacon berisi bubuk 100mg dan 500 mg.
Pengenceran dengan garam fisiologis / aquabidest steril 5 atau 25 ml sehingga
membentuk larutan 2% sebagai pelumpuh otot jangka pendek. Dosis untuk
intubasi 12 mg / kgBB/IV.
b. Atrakurium Besilat (tracrium)
Atrakurium besilat merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang
mempunyai struktur benzilisoquinolin yang berasal dari tanaman leontice
leontopetaltum. Beberapa keunggulan atrakurium dibandingkan dengan obat
terdahulu antara lain adalah : Metabolisme terjadi dalam darah (plasma) terutama melalui suatu reaksi
kimia unik yang disebut reaksi kimia hoffman. Reaksi ini tidak
bergantung pada fungsi hati dan ginjal.
Tidak mempunyai efek kumulasi pada pemberian berulang.
Tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskuler yang bermakna
Mula dan lama kerja atrakurium bergantung pada dosis yang dipakai.
Pada umumnya mulai kerja atrakium pada dosis intubasi adalah 2-3 menit,
sedang lama kerja antrakium dengan dosis relaksasi 15-35 menit. Pemulihan
fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan (sesudah lama kerja obat
berakhir) atau dibantu dengan pemberian antikolinesterase. Antrakurium dapat
menjadi obat terpilih untuk pasien geriatrik atau pasien dengan penyakit
jantung dan ginjal yang berat. Kemasan 1 ampul berisi 5 ml yang mengandung
50 mg atrakurium besilat. Stabilitas larutan sangat bergantung pada
penyimpanan pada suhu dingin dan perlindungan terhadap penyinaran.
Dosis intubasi : 0,50,6 mg/kgBB/iv
Dosis relaksasi otot : 0,50,6 mg/kgBB/iv
Dosis pemeliharaan : 0,10,2 mg/kgBB/ iv
Obat Analgesik
a. Ketamin
Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil sikloheksilamin, merupakan
rapid acting non barbiturate general anesthesia. Ketalar sebagai nama
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
14/45
dagang yang pertama kali diperkenalkan oleh Domino dan Carson tahun 1965
yang digunakan sebagai anestesi umum. Ketamin untuk induksi anastesia
dapat menimbulkan takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca
anastesi dapat menimbulkan muntah-muntah, pandangan kabur dan mimpi
buruk. Ketamin juga sering menyebabkan terjadinya disorientasi, ilusi sensoris
dan persepsi dan mimpi gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering
disebut dengan emergence phenomena. Obat ini bekerja dengan blok terhadap
reseptor opiat dalam otak dan medulla spinalis yang memberikan efek
analgesik, sedangkan interaksi terhadap reseptor metilaspartat dapat
menyebabkan anastesi umum dan juga efek analgesik.
Pemberian ketamin dapat dilakukan secara intravena atau intramuskular.
Ketamin bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara IV atau IM dosis
induksi adalah 1 2 mg/KgBB secara IV atau 5 10 mg/KgBB IM , untuk
dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB dan harus dititrasi untuk
mendapatkan efek yang diinginkan. Untuk pemeliharaan dapat diberikan
secara intermitten atau kontinyu. Pemberian secara intermitten diulang setiap
10 15 menit dengan dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai.
Ketamin lebih larut dalam lemak sehingga dengan cepat akan didistribusikan
ke seluruh organ. Efek muncul dalam 30 60 detik setelah pemberian secara
IV dengan dosis induksi, dan akan kembali sadar setelah 15 20 menit. Jika
diberikan secara IM maka efek baru akan muncul setelah 15 menit. Obat ini
dapat menyebabkan efek samping berupa takikardi, agitasi dan perasaan lelah,
halusinasi dan mimpi buruk juga terjadi pasca operasi, pada otot dapat
menimbulkan efek mioklonus serta dapat meningkatkan tekanan intrakranial.
Kontraindikasi pada pasien yang alergi dengan ketorolac trometamin,
aspirin, atau obat AINS lainnya, tukak lambung aktif, pasien dengan penyakit
cerebrovaskuler, pasien dengan riwayat penyakit asma, gangguan ginjal berat,
proses persalinan , ibu menyusui, gangguan hemostasis. Ketorolac dapat
memperpanjang waktu perdarahan.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
15/45
E. Intubasi Endotrakeal
Intubasi endotrakeal adalah suatu tindakan untuk memasukkan pipa
khusus ke dalam trakea, sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas
mudah dikendalikan. Intubasi trakea bertujuan untuk :
1. Mempermudah pemberian anestesi.
2. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas dan kelancaran pernafasan.
3. Mencegah kemungkinan aspirasi lambung.
4. Mempermudah penghisapan sekret trakheobronkial.
5.
Pemakaian ventilasi yang lama.6.
Mengatasi obstruksi laring akut.
F. Rumatan Anestesi
Rumatan anestesi (maintenance) dapat dikerjakan dengan cara intravena
(anestesia intravena total), inhalasi atau dengan campuran intravena inhalasi.
Rumatan anestesia biasanya mengacu pada trias anestesia yaitu tidur ringan
(hypnosis), analgesia cukup, dan diusahakan agar pasien selama dibedah tidak
mengalami nyeri dan relaksasi otot lurik yang cukup.
Obat Rumatan Anestesi
a. Enfluran
Enfluran berbentuk cairan, mudah menguap, tidak mudah terbakar dan
berbau tidak enak. Merupakan anestesi yang poten, mendepresi SSP
menimbulkan efek hipnotik. Resorpsinya setelah inhalasi cepat dengan waktu
induksi 2-3 menit. Sebagian besar (80-90%) diekskresikan melalui paru-paru
dalam keadaan utuh dan hanya 2,5-10% diubah menjadi ion fluorida bebas.
Pada anestesi yang dalam dapat menimbulkan penurunan tekanan darah
disebabkan depresi pada miokardium. Penggunaan pada seksio caesarea cukup
aman pada konsentrasi rendah (0,5-0,8%) tanpa menimbulkan depresi pada
foetus. Berhati-hati penggunaan konsentrasi tinggi karena dapat menimbulkan
relaksasi pada otot uterus yang dapat meningkatkan pendarahan pada
persalinan. Efek samping berupa hipotensi, menekan pernapasan, aritmia,
merangsang SSP, pasca anestesi dapat timbul hipoermi serta mual muntah.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
16/45
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
17/45
dehidrasi ringan 2% BB, sedang 5% BB, berat 7% BB. Setiap kenaikan
suhu 10
Celcius kebutuhan cairan bertambah 1015 %.
2. Selama operasi
Dapat terjadi kehilangan cairan karena proses operasi. Kebutuhan cairan
pada dewasa untuk operasi :
a. Ringan = 4 ml / kgBB / jam
b. Sedang = 6 ml / kgBB / jam
c. Berat = 8 ml / kg BB / jam
Bila terjadi perdarahan selama operasi, dimana perdarahan kurang dari10% EBV maka cukup digantikan dengan cairan kristaloid sebanyak 3
kali volume darah yang hilang. Apabila perdarahan lebih dari 10 % maka
dapat dipertimbangkan pemberian plasma / koloid / dekstran dengan dosis
12 kali darah yang hilang.
3.
Setelah operasi
Pemberian cairan pasca operasi ditentukan berdasarkan defisit cairan
selama operasi ditambah kebutuhan seharihari pasien.
H. Pemulihan
Pasca anestesi dilakukan pemulihan dan perawatan pasca operasi dan
anestesi yang biasanya dilakukan di ruang pulih sadar atau recovery room
yaitu ruangan untuk observasi pasien pasca operasi atau anestesi. Ruang pulih
sadar adalah batu loncatan sebelum pasien dipindahkan ke bangsal atau masih
memerlukan perawatan intensif di ICU. Dengan demikian pasien pasca
operasi atau anestesi dapat terhindar dari komplikasi yang disebabkan karena
operasi atau pengaruh anestesinya.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
18/45
B. TUMOR OVARIUM
Tumor ovarium adalah suatu massa yang tumbuh pada ovarium. Tumor jinak
ovarium, yang juga dikenal sebagai atypical proliferating tumors adalah massa
yang terdiri dari kelompok tumor yang menunjukan proliferasi epitel yang
biasanya jinak dan non invasive. Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat
neoplastik dan ada yang bersifat non neoplastik.
Etiologi
Ada beberapa teori yang menerangkan terjadinya tumor ovarium,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. teori ovulasi
terjadinya invaginasi kapsul epitel pasca ovulasi ke dalam stroma ovarium.
Dengan rangsangan hormone pada stroma, sel-sel epitel berpotensi untuk
menjadi kista-kista baru yang nantinya akan menjadi tumor epitel ovarium.
2. teori endokrin
epitel pada kapsul ovarium berasal dari mullerian, dan jaringan ini
responsive terhadap hormone dengan cara yang sama seperti epitel
mullerian berespon saat muncul dalam endometrium atau tuba fallopii.
Menurut teori endokrin, di lingkungan hormonal yang tidak seimbang ini
dapat menyebabkan neoplasia.
3. teori substansial eksogen
teori ini menduga bahwa iritan seperti bedak merupakan factor pemicu
tumor neoplastik jinak dan ataupun ganas.
4.
teori transformasi
tidak semua tumor jinak dapat menjadi ganas, namun ada kemungkinan
terjadi degenerasi maligna pada tumor tersebut.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
19/45
Gejala dan Tanda pada Tumor Ovarium
Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama
tumor ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari :
1. Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan
oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Misalnya gangguan
miksi, obstipasi, edema pada tungkai, tidak nafsu makan, rasa sesak, dan
lain-lainnya.
2. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali tumor
itu sendiri yang mengeluarkan hormon. Dapat menyebabkan amenore, dan
hipermenore.
3. Akibat komplikasi
Perdarahan ke dalam kista biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga
berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan gejala
yang minimal. Akan tetapi bila perdarahan banyak akan terjadi distensi
dari kista dan menimbulkan nyeri perut mendadak.
Putaran tangkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm
atau lebih, akan tetapi belum amat besar sehingga terbatas gerakannya.
Kondisi yang mempermudah terjadinya torsi adalah kehamilan, karena
pada kehamilan, uterus yang membesar dapat mengubah letak tumor
sehingga terjadi perubahan mendadak dalam rongga perut
Infeksi pada tumor terjadi jika dekat tumor terdapat sumber kuman
patogen seperti appendiksitis, divertikulitis atau salpingitis akuta.
Robekan dinding kista dapat terjadi pada torsi tangkai dan trauma seperti
jatuh, pukulan pada perut, dan waktu persetubuhan. Bila kista
mengandung cairan serous, maka rasa nyeri akan segera mengurang.
Tetapi bila robekan kista disertai perdarahan yang timbul secara akut,
maka dapat terjadi perdarahan bebas yang menimbulkan rasa nyeri terus
menerus disertai tanda-tanda akut abdomen.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
20/45
Klasifikasi Tumor Jinak Ovarium
Tumor Ovarium Non Neoplastik
a. Tumor akibat peradangan
b.
Tumor lain :
Kista folikel
Kista korpus luteum
Kista lutein
Kista inklusi germinal
Kista endometrium
Kista stein-leventhal
Tumor Ovarium Neoplastik Jinak
a. Kistik
Kistoma ovarii simpleks
Kistadenoma ovarii serosum
Kistadenoma ovarii musinosum
Kista endometroid
Kista dermoid
b. Solid
Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfangioma
Tumor Brenner
Tumor sisa adrenal (maskulinovo-blastoma)
1. Tumor Ovarium Non Neoplastik
a. Kista Folikel
Kista ini merupakan tumor jinak ovarii paling umum dan yang
paling sering ditemukan secara kebetulan. Sebuah kista folikuler bisa
bertahan sampai beberapa siklus menstruasi dan diameternya bisa
mencapai 10cm.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
21/45
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak berovulasi,
namun tumbuh terus menjadi kista folikel atau dari beberapa folikel
primer yang tumbuh di bawah pengaruh hormone estrogen dan tidak
mengalami atresia. Kista ini bisa soliter maupun multiple. Dinding
dalam kista terdiri atas beberapa lapisan sel granulose, karena adanya
tekanan dalam kista terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan kista
jernih dan mengandung estrogen. Oleh karena itu terkadang dapat
menyebabkan gangguan haid. Kista ini lambat laun dapat mengecil dan
hilang spontan. kista ini membutuhkan penanganan jika menimbulkan
gejala atau jika belum hilang dalam waktu 8-16 minggu.
b. Kista Korpus Luteum
Pada keadaan tertentu korpus luteum mempertahankan diri
(korpus luteum persisten). Cairan dalam kista berwarna merah coklat
karena perdarahan sering terjadi dalam kista. Dinding kista terdiri atas
lapisan sel-sel theca. Kista jenis dapat menimbulkan gangguan haid
berupa amenore maupun metroragia. Perdarahan yang terus menerus
dapat menimbulkan rupture kista dan menimbukan nyeri perut yang
mendadak. Penanganan kista ini menunggu sampai kista hilang sendiri.
c. Kista Theca Lutein
Kista ini biasanya bilateral dan biasanya akibat pengaruh
hormone hCG yang berlebihan. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat
luteinisasi sel-sel theca. Kista ini biasanya dijumpai pada mola
hidatidosa, koriokarsinoma, sehingga kista ini akan mengecil pula
dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma.
d. Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian
kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium. Kista terletak
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
22/45
di bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas 1 lapisan epitel
kubik atau torak rendah dan isinya cairan jernih dan serous.
e. Kista Stein-Leventhal
Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom Stein-Leventhal
yang terdiri dari infertilitas, amenore dan hirsutisme tanpa
maskulinisasi serta kedua ovarium membesar. Hal ini mungkin
disebabkan gangguan keseimbangan hormonal, umumnya terdapat
gangguan ovulasi. Hyperplasia endometrium sering ditemukan pada
keadaan ini. Terapinya adalah klomifen yang bertujuan menyebabkan
ovulasi. Namun wedge resectionperlu dipertimbangkan apabila terapi
dengan klomifen tidak berhasil memberikan ovulasi.
2. Tumor Ovarium Neoplasma Jinak
a. Tumor kistik
1) Kistoma ovarii simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding
kista tipis dan cairan didalam kista jernih, serous dan berwarna
kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung
dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan
gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis
kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya
berhubung dengan tekanan cairan dalam kista.
2) Kistadenoma ovarii musinosum
Menurut Meyer, tumor ini berasal dari suatu Teratoma, di
mana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen-
elemen lainnya. Tumor ini paling sering terdapat pada wanita
berusia antara 20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa
prapubertas. Tumor ini lazimnya berbentuk multilokuler. Tumor ini
menerima darahnya melalui suatu tangkai, kadang-kadang dapat
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
23/45
terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini
dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan
degenerative yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan
omentum, usus-usu dan peritoneum perietale. Dinding kista agak
tebal dan berwarna putih keabu-abuan, yang terakhir ini khususnya
bila terjadi perdarahan atau perubahan degenerative dalam kista.
Pada pembukaan terdapat cairan lender yang khas, kental seperti
gelantin, melekat dan berwarna kuning sampai coklat tergantung
dari pencampurannya dengan darah. Keganasan dapat terjadi dalam
kira-kira 5-10% dari kistadenoma ovarii musinosum.
3) Kistadenoma ovarii serosum
Tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal
epithelium), bentuk epitel pada papil beraneka ragam tetapi
sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel bulu getar, seperti epitel
tuba. Ditemukan pada wanita berusia antara 20-50 tahun, dan
jarang sekali pada masa prapubertas.
Pada umumnya tumor jenis ini tak mencapai ukuran yang
amat besar dibandingkan dengan kistadenoma ovarii musinosum.
Permukaan kista biasanya licin, berbentuk multilokuler, warnanya
putih keabu-abuan, potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga
kista. Isi kista cair, kuning dan kadang-kadang coklat karena
campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi
permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler.
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan
kalsium dalam stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya
psamoma biasanya menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma
ovarii serosum papiliferum, tetapi bahwa tumor ini ganas. 30-35%
kistadenoma ovarii serosum ini mengalami perubahan menjadi
ganas
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
24/45
4) Kista endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada
dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel yang menyerupai
lapisan epitel endometrium. Kista ini tidak ada hubungannya
dengan endometriosis uteri.
5) Kista dermoid
Kista dermoid adalah satu teratoma kistik yang jinak di
mana struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna
seperti epitel kulit, rambut, gigi, dan produk glandula sebasea
berwarna putih kuning menyerupai lemak, Nampak lebih menonjol
daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Tumor ini
berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis.
Tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma ovarium
yang kistik dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih
muda. Tumor ini dapat mencapai ukuran yang sangat besar,
sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram.
Dinding kista kelihatan putih, keabu-abuan dan agak tipis.
Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat. Bila
dibelah Nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam
dindingnya. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding
bagian dalam yang menonjol dan padat. Bahan yang terdapat
dalam rongga kista ialah produk dari kelenjar sebasea berupa
massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut.
Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala
nyeri mendadak di perut bagian bawah. Perubahan menjadi ganas
kira-kira 1,5% dari semua kista dermoid dan biasanya pada wanita
lewat menopause.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
25/45
b. Tumor Solid
1) Fibroma ovarii
Tumor ini berasal dari elemen-elemen fibroblastik stroma
ovarium atau dari beberapa sel mesenkhim yang multipoten.
Potensi untuk menjadi ganas sangat rendah yaitu kurang dari 1%.
Sering ditemukan pada penderita dalam masa menopause dan
sesudahnya.
Tumor ini dapat mencapai diameter 2-30cm, beratnya dapat
mencapai 20 kg dengan 90% unilateral. Permukaannya tidak rata,
konsistensi keras, warnanya merah jambu keabu-abuan.
Konsistensinya ada yang benar-benar keras yang disebut fibroma
durum, dan ada yang cukup lunak yang disebut fibroma molle. Bila
tumor dibelah, permukaannya biasanya homogeny, akan tetapi
pada tumor yang agak besar, mungkin terdapat bagian-bagian yang
menjadi cair karena nekrosis. Fibroma ovarii yang besar biasanya
mempunyai tangkai, dan dapat terjadi torsi dengan gejala-gejala
mendadak. Yang penting ialah bahwa pada tumor ini sering
ditemukan sindroma meigs.
2) Tumor Brenner
Tumor ini sangat jarang ditemukan, yaitu 0,5% dari semua
tumor ovarium. Biasanya pada wanita yang dekat atau sesudah
menopause. Menurut Meyer, tumor ini berasal dari sisa-sisa sel-sel
Walthard yang belum mengadakan diferensisasi, tetapi penelitian
terakhir member petunjuk bahwa sarang-sarang tumor Brenner
berasal dari epitel selomik duktus Mulleri.
Besarnya tumor beraneka ragam. Lazimnya tumor
unilateral, yang pada pembelahan berwarna kuning muda
menyerupai fibroma, denga kista-kista kecil (multikistik).
Mikroskopiknya terdiri dari dua elemen, yaitu sarang-sarang yang
terdiri atas sel-sel epitel yang dikelilingi jaringan ikat yang luas
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
26/45
dan padat. Sarang-sarang tersebut dapat mengalami degenerasi
sehingga terbentuk ruangan yang terisi sitoplasma. Tumor Brenner
ini menghasilkan estrogen, sehingga terapinya terdiri dari
pengangkatan ovarium.
3) Muskulinovoblastoma
Tumor ini sangat jarang, biasanya unilateral dan besarnya
bervariasi antara 0,5-16 cm diameternya. Tentang asalnya, ada 2
teori, yang satu menyatakan bahwa tumor berasal dari sel-sel
mesenkhim folikel primordial, dan yang lain mengatakan dari sel
adrenal ektopik dalam ovarium.
Pada pembelahan warna permukaan tumor kuning, dan
pada pemeriksaan histologik sel-sel disusun dalam stroma seperti
zona glomerulosa dan zona fasikulata pada glandula suprarenalis.
Tumor ini menyebabkan gejala maskulinisasi seperti
hirsutisme, pembesaran klitoris, atrofi mammae, dan perubahan
suara.
Pemeriksaan
Selama usia reproduktif, kebanyakan massa di ovarium adalah jinak.
Pasien dengan gejala yang akut biasanya memerlukan operasi. Sebaliknya
pasien dengan gejala yang kronik sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut.
1.
Riwayat Ginekologik
Meliputi tanggal haid terakir, siklus haid, kehamilan, kontrasepsi, riwayat
obat-obatan dan riwayat keluarga.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus ditujukan pada regio abdomen dan pelvis.
Pemeriksaan fisik ini juga diikuti dengan pemeriksaan PAP smear.
Pemeriksaan rektovaginal sangat diperlukan untuk menentukan
karakteristik fisik dari masaa tersebut. Penentuan akan ukuran tumor
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
27/45
ovarium ini sangat penting dalam memutuskan apakah massa ini
memerlukan tindakan eksplorasi pembedahan atau tindakan observasi dan
tindakan yang bersifat non invasive.
Bila pasien dalam keadaan gawat, perhatikan apakah ada hipovolemik.
Dapat juga menyebabkan perbesaran KGB, dan efusi pleura, tetapi jarang
dijumpai pada tumor jinak ovarium.
Pemeriksaan Abdomen
Pada abdomen dapat ditemukan adanya cairan, caput medusa pada
dinding abdomen, pada palpasi dapat ditemukan adanya massa pada
abdomen bawah. Untuk mengetahui adanya akut abdomen, dapat
dengan cara mendengarkan bising usus, bila negative kemungkinan
terjadi peritonitis. Pasien juga merasa perutnya tegang, tidak nyaman,
adanya tekanan pada perut bawah, gejala urinary dan gastrointestinal.
Pemeriksaan Bimanual
Ini merupakan pemeriksaan yang penting. Dengan cara palpasi massa
antara vagina dan abdomen, dinilai apakah massa mobile dan
konsistensinya.
USG
USG dapat memperlihatkan adanya massa ovarium, walaupun tidak
dapat membedakan antara yang jinak dan ganas. Massa yang padat
cenderung ganas, dibanding dengan massa yang kistik. Selain itu dapat
juga digunakan Transvaginal USG, MRI ataupun CT Scan juga dapat
membantu.
Aspirasi Kista Ovarium dengan Bantuan USG
Tidak direkomendasikan sebagai alat bantu diagnostic karena untuk
tumor yang ganas, dapat menyebar di sepanjang jalur jarum yang
digunakan untuk aspirasi.
3. Pemeriksaan darah dan serum marker
Adanya massa di daerah pelvis disertai dengan peningkatan sel darah putih
dapat disebabkan oleh infeksi. Serum marker merupakan pemeriksaan
yang rutin dikerjakan untuk tumor ovarium. Peningkatan CA 125 dapat
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
28/45
mengarahkan pada karsinoma ovarium. Wanita dengan endometriosis juga
menyebabkan peningkatan level CA 125, tetapi tidak setinggi adanya
keganasan. Konsentrasi -hCG yang meningkat dapat disebabkan adanya
kehamilan ektopik, selain itu juga dapat disebabkan oleh tumor
trophoblastik dan germ cell tumor. Level estradiol juga dapat meningkat
pada pasien dengan kista folikular dan sex cord stromal tumor.
Peningkatan androgen dapat terjadi pada Sertoli- Leydig tumor.
Perbedaan massa jinak dan ganas5:
Jinak Ganas
Unilateral Bilateral
Kistik Solid
Mobile Terfiksasi
Halus Irregular
Ascites (-) Ascites (+)
Pertumbuhan lambat Pertumbuhan cepat
Sering pada usia muda Sering pada usia tua
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tergantung pada berat ringannya penyakit, usia
pasien, dan keinginan pasien untuk memiliki anak.
1. Asimptomatik pasien
Bila pada pemeriksaan didapatkan tumor diameter 6 cm, CA 125 < 35
mU/ml, vaskularisasi normal pada sekitarnya, dapat dilakukan tindakan
konservatif. Pada kasus ini, bila tumor tidak membesar dalam 3 bulan, dan
tetap tidak membesar setelah 6 bulan, disertai dengan kadar CA 125 < 35
mU/ml biasanya akan mengalami resolusi dalam 37 tahun.
Tumor jinak dengan diameter < 10 cm dapat dilakukan laparoskopik.
Kriteria observasi tumor ovarium yang asimptomatik :
unilateral tumor atau kista tanpa adanya massa padat
wanita premenopause dengan tumor berdiameter 3-10 cm
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
29/45
wanita postmenopause dengan tumor berdiameter 2-6 cm
CA 125 dalam batas normal Tidak ada asites atau perlengketan pada omentum
2. Simptomatik pasien
a. Wanita hamil
Bila pasien menunjukan penyakit yang berat, perdarahan atau akut
abdomen diperlukan operasi segera. Pada pasien dengan kista ovarium
dan hamil, sering terjadi torsio atau perdarahan. Kista dermoid dapat
rupture dan mengakibatkan peritonitis. Kista ovarium dapat
didiagnosis sebelum kehamilan, sehingga dapat direncakan persalinan
secara sectio Caesar.
b. Wanita pubertas
Jarang ditemukan kista ovarium, dan biasanya jinak. Yang paling
sering adalah teratoma dan kista folikular. Gejalanya meliputi nyeri
abdomen, distensi abdomen, pubertas prekoks. Penatalaksanaan
tergantung pada beratnya penyakit
Terapi
1. Aspirasi kista dengan bantuan USG
Keuntunagn dari tekni ini adalah tidak perlu dilakukan operasi, dengan
syarat kista yang diaspirasi tidak membentuk cairan kembali. Setelah
cairan diaspirasi perlu pemeriksaan sitologi. Tidak dianjurkan untuk tumor
ganas. Calon terbaik untuk aspirasi adalah wanita muda dengan kista yang
unilateral, unilokular, diameter
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
30/45
USG menunjukan tidak ada massa padat
Simple ovarian cystKeuntungan laparoskopi yaitu nyeri post operatif sedikit, mempersingkat
lamanya perawatan, dapat cepat kembali beraktifitas, memperkecil
kemungkinan terjadinya perlengketan dibanding dengan laparotomi.
Kerugiannya antara lain, eksisi yang tidak lengkap dari dinding kista,dan
kemungkinan adanya keganasan yang tidak diprediksi dapat terjadi.
3. Laparotomi
Kista dermoid sebaikya dilakukan laparotomi, karena kemungkinancairannya bocor dan mengakibatkan komplikasi yang serius. Pada wanita
< 35 tahun, tumor ovarium jarang yang menyerupai keganasan.
Laparotomi penting mengeksplorasi seluruh abdomen dan melihat keadaan
kedua ovarium. Pada wanita
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
31/45
Ovarian malignancy
Colorectal carcinoma
Efek Tekanan :
Urinary tract infection
Constipation
Efek Hormonal
Semua hal yang menyebabkan gangguan menstruasi, pubertas prekoks dan
perdarahan postmepousal.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. M
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No RM : 00994372
Diagnosis pre operatif : Tumor Padat Ovarii Suspect Malignancy dengan
Ascites
Macam Operasi : laparotomy biopsi
Macam Anestesi : Anestesi umum
Tanggal masuk : 24 Juni 2013 jam 10.00Tanggal Operasi : 19 Agustus 2014 jam 11.30
B. PEMERIKSAAN PRA ANESTESI
1. Anamnesis
a. Keluhan utama : perut membesar
b.
Riwayat Penyakit Sekarang :
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
32/45
Seorang wanita, 60 tahun, P6A0, datang sendiri ke RSDM
dengan keluhan perut membesar. Pasien mengeluh perut membesar
sejak 2 bulan yang lalu. Pasien sudah menopause sejak 14 taun yang
lalu. Penurunan berat badan (+) 6 kg dalam 2 bulan disertai BAB
tidak lancar, dan tidak terdapat keluhan pada BAK. Riwayat
keputihan (-), perdarahan (-). Riwayat operasi sectio caesaria pada
kehamilan terakhir, 18 tahun yang lalu.
c.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Operasi : (+) sectio caesaria tahun 1996.
Riwayat makan minum terakhir : pukul 03.00
Riwayat pemasangan gigi palsu : disangkal
Riwayat gigi goyah : disangkal
2. Pemeriksaan Fisik
KU : Sedang, CM, berat badan 43 kg
Vital Sign : T: 120/90 mmHg RR: 20x/menit
HR: 88x/menit Suhu: 36,50C
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), pupil isokor
3mm/3mm
Hidung : Sekret (-), deviasi septum (-)
Mulut : Buka mulut >3cm, Mallampati I
Leher : JVP tidak meningkat, KGB servikal tidak membesar,
gerak leher bebas
Thoraks : Retraksi (-)
Mammae : Payudara kanan dan kiri tidak ada kelainan
Cor : Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi: Ictus cordis tidak kuat angkat
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
33/45
Perkusi: Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi: BJ I-II, intensitas normal, reguler bising (-)
Pulmo : Inspeksi: Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi: Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi: sonor/sonor
Auskultasi: Suara dasar vesikuler (+/+), Suara tambahan
(-/-)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), massa tidak teraba
Genitalia :
inspeksi: v/u tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio utuh,
OUE tertutup, darah (-), discharge (-).
VT : v/u tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio utuh, OUE
tertutup, adneksa para metrium kanan dan kiri dbn, darah (-
), discharge (-).
Ekstremitas : CRT
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
34/45
c. Pemeriksaan USG Abdomen
Tampak vesico urinaria terisi, tampak uterus dalam batas normal,
tampak gambaran hipoechoic uk : 9x7x6 cm kesan dari adneksa,
tampak gambaran floating gut (+). Kesan menunjukkan gambaran
tumor padat ovarium dan ascites.
4. Kesimpulan
Seorang wanita, 60 tahun, P6A0, datang dengan keluhan perut
membesar sejak 2 bulan yang lalu, mengalami penurunan berat badan 6
kg dalam 2 bulan, BAB besar tidak lancar. Pada pemeriksan USG
terdapat gambaran hipoechoic uk 9x6x7 dan floating gut, kesan
menunjukkan gambaran tumor pada ovarium dan ascites. Pasien
didiagnosis denga tumor padat ovarii suspect malignancy dengan ascites.
Dari hasil pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 120/90 mmHg,
kegawatan (-), status fisik ASA II.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
35/45
LAPORAN ANESTESI
A. Rencana Anestesi
1. Persiapan Operasi
a.
Persetujuan operasi tertulis ( + )
b. Puasa > 6 jam pre op
c. Pasang IV line
d.
Premedikasi di OK
2. Jenis Anestesi : General Anestesi
3. Teknik Anestesi : General anestesi dengan endotracheal tube
4. Premedikasi : Ondansentron 2 mg intravena
Ketorolac 60 mg intravena
Midazolam 3 mg intravena
Fentanil 100 mg intravena
5. Induksi : Propofol 100 mg intravena
Atracurium 30 mg intravena
6.
Maintenance : N2O/02= 2 L/menit/ 2 L/menit
Isofluran 1-2 vol%
7. Monitoring : tanda vital selama operasi tiap 5 menit, cairan, perdarahan,
ketenangan pasien dan tanda-tanda komplikasi anestesi.
8. Perawatan pasca anestesi di ruang pemulihan
B. Tata Laksana Anestesi
1.
Di ruang Persiapan
a. Cek persetujuan operasi
b. Periksa tanda vital dan keadaan umum
c. Lama puasa > 6 jam
d. Cek obat-obat dan alat anestesi
e. Infus RL 20 tetes/menit
f. Posisi terlentang
g.
Pakaian pasien diganti pakaian operasi
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
36/45
2. Di ruang Operasi
a.
Jam 11.30 pasien masuk kamar operasi, manset dan monitor dipasang
b. Jam 11.30 mulai dilakukan anestesi umum dengan prosedur sebagai
berikut :
Pasien diminta berbaring posisi supine, monitor dipasang.
Oksigen 2 lpm mulai dialirkan ke hidung pasien.
Dilakukan premedikasi anestesi dengan pemberian midazolam 3
mg dan fentanil 100 mgsecara intravena.
Dilakukan induksi anestesi dengan propofol 100 mg dan
atracurium secara intravena.
Periksa refleks bulu mata pasien untuk mengecek kesadaran
pasien, pasang guedel setelah pasien dipastikan tidak sadar.
Cuff dipasang dan dilakukan bantuan nafas dengan bagging.
Oksigen 2 lpm : N2O 2 lpm, dan isofluran 1-2 vol% dialirkan
melalui cuff untuk rumatan anestesi.
c. Jam 11.40 dilakukan intubasi endotrakeal dengan ET nomor 7,0.
d. Pukul 11.40 operasi dimulai, selama operasi dilakukan bagging.
e. Monitoring terhadap tanda vital dan saturasi O2tiap 5 menit.
f. Jam 14.00 operasi selesai, pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.
g.
Monitoring Selama Anestesi
Jam Tensi Nadi Sa02
11.30 128/80 88 99
11.35 120/75 84 100
11.40 122/77 84 100
11.45 120/75 80 100
11.50 122/75 80 100
11.55 120/80 80 99
12.00 123/77 85 100
12.05 123/75 80 99
12.10 118/77 80 100
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
37/45
12.15 117/80 78 100
12.20 118/80 80 10012.25 118/77 80 100
12.30 117/75 84 99
12.35 117/75 81 100
12.40 118/75 85 100
12.45 120/78 85 99
12.50 120/77 85 100
12.55 120/80 80 9913.00 122/85 84 100
13.05 128/80 80 100
13.10 120/75 85 100
13.15 122/77 80 100
13.20 120/75 80 99
13.25 122/75 78 99
13.30 120/80 80 9913.35 123/77 80 100
13.40 123/75 84 100
13.45 128/80 81 100
13.50 120/75 80 100
13.55 122/77 85 100
3.
Di ruang pemulihana. Jam 14.00 : pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dalam
keadaan sadar penuh, dalam keadaan posisi terlentang, diberikan
O22 liter/menit.
b.
Jam 14.30 : Pasien dipindah ke bangsal.
Monitoring Pasca Anestesi:
Jam Tensi Nadi RR
14.00 120/80 84 18
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
38/45
20.00 120/80 82 20
4. Intruksi pasca anestesi
a. Oksigen 2 liter/menit.
b. Rawat pasien posisi terlentang, kontrol vital sign. Bila tensi turun
di bawah 100/60 mmHg, infus dipercepat, berikan Ephedrin 10
mg. Bila muntah, berikan Metoclopramid 10 mg. Bila kesakitan,
berikan Ketorolac 30 mg.
c. BU (+)dref biasa
d. Infus Asering 20 tpm
e.
Lain-lain
Puasa sampai dengan flatus
Kontrol balance cairan
Monitor vital sign
Antar material ke laboratorium PA
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
39/45
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
40/45
C. PERMASALAHAN DARI SEGI ANESTESI
1. Pemeriksaan pra anestesi
Pada penderita ini telah dilakukan persiapan pra-anestesi yang cukup,
antara lain :
a. Puasa lebih dari 6 jam
b. Pemeriksaan laboratorium darah
Berdasarkan hal tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam melakukan tindakan anestesi, yaitu :
a. Bagaimana memperbaiki keadaan umum penderita sebelum
dilakukan anestesi dan operasi.
b. Macam dan dosis obat anestesi yang bagaimana yang sesuai dengan
keadaan umum penderita.
Dalam memperbaiki keadaan umum dan mempersiapkan operasi pada
penderita perlu dilakukan :
a. Pemasangan infus untuk terapi cairan sejak pasien masuk RS.
b. Puasa paling tidak 6 jam untuk mengosongkan lambung, sehingga
bahaya muntah dan aspirasi dapat dihindarkan.
c. Jenis anestesi yang dipilih adalah general anestesi karena pada operasi
ini diperlukan hilangnya kesadaran, rasa sakit dan amnesia dengan
menggunakan obat-obatan premedikasi seperti, benzodiazepin, opioid,
dan anti muntah. Teknik anestesi yang digunakan adalah general
anestesi dengan pemasangan endotrakheal tube(ET).
2. Premedikasi
a. Obat premedikasi yang digunakan adalah ondansentron 2 mg iv,
ketorolac 60 mg iv, midazolam 3 mg IV, fentanil 100 mg IV
b. Pemberian ondansentron bertujuan untuk mengurangi mual dan
muntah pada pasien, sedangkan ketorolac sebagai analgetik.
c. Pemberian midazolam 3 mg, bertujuan agar pasien dapat mencapai
keadaan sedatif sehingga tindakan operasi dapat dilakukan.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
41/45
d. Untuk mengurangi rasa sakit pra bedah dan pasca bedah, mengurangi
kebutuhan obat anestesi dan memudahkan induksi digunakan fentanil
100 mg IV.
3. Induksi
a. Induksi anestesi menggunakan propofol 100 mg I.V karena memiliki
efek induksi yang cepat, dengan distribusi dan eliminasi yang cepat.
b. Untuk relaksasi otot selama operasi dilakukan dengan pemberian
atracurium 30 mg IV.
4. Rumatan
a. Pada rumatan anestesi, digunakan N2O dan O2dengan perbandingan 2
liter : 2 liter untuk menghasilkan efek sedasi dan analgesi.
b.
Penggunaan isofluran 1-2 vol % untuk mempertahankan anestesi dan
efek hipnotik.
5. Terapi Cairan
a.
Defisit cairan karena puasa 6 jam
2 cc x 50 kg x 6 jam = 600 cc
b. Kebutuhan cairan selama operasi besar dan karena trauma operasi
selama 1 jam
= (2 cc x 50 kg x 1 jam) + (8 cc x 50 kg x 1 jam)
= 100 cc + 400 cc = 500 cc
c. Perdarahan yang terjadi = 100 cc
EBV = 70 cc x 50 kg = 3500 cc
Jadi kehilangan darah = 100/3500 x 100% = 3 %
Diganti dengan cairan kristaloid 3 x 90 cc = 270 cc
d. Kebutuhan cairan total = 600 + 500 + 270 = 1370 cc
e. Cairan yang sudah diberikan :
1). Pra anestesi = 500 cc
2). Saat operasi = 1000 cc
Total cairan yang masuk = 1500 cc
Jadi kebutuhan cairan pada pasien ini sudah terpenuhi namun
sedikit berlebih (+ 130 cc) sehingga pengawasan terhadap pemberian
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
42/45
cairan masih diperlukan saat pasien berada di bangsal, diperhatikan
kemungkinan terjadinya overload dan produksi urin.
D. EFEK PENGGUNAAN ANESTESI UMUM
Berdasarkan kasus di atas, ada beberapa efek yang dapat timbul sebagai
akibat dari penggunaan general anestesi, antara lain :
isofluran yang digunakan pada rumatan anestesi memiliki efek depresi
kontraktilitas jantung dan iritasi saluran pernapasan.
Selain nitrit oksida (N2O), obat anestesi inhalasi memiliki efek
menurunkan volume tidal dan meningkatkan frekuensi pernafasan.
Obat anestesi umum juga memiliki efek menurunkan laju metabolik otot
dan meningkatkan aliran darah ke otak sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan tekanan intrakranial.
Pada ginjal dan hati, obat anestesi memiliki efek penurunan aliran darah
sehingga menurunkan filtrasi glomerulus pada ginjal.
Penggunaan benzodiazepine dapat berakibat amnesia anterograd dan
memperpanjang penyembuhan pasca bedah.
Opioid memiliki efek depresi pernafasan pasca bedah.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
43/45
BAB V
KESIMPULAN
Pada makalah ini disajikan kasus penatalaksanaan anestesi umum pada
operasi laparotomy biopsi pasien wanita, usia 60 tahun, status fisik ASA II dengan
diagnosis Tumor padat ovarium suspect malignancy, teknik anestesi yang
digunakan adalah teknik anestesi umum pemasangan intubasi endotrakealnomor
7,0 respirasi terkontrol.
Pemeriksaan pre anestesi memegang peranan penting pada setiap operasi.
Pemeriksaan yang teliti memungkinkan kita mengetahui kondisi pasien dan
memperkirakan masalah yang mungkin timbul sehingga komplikasi anestesi dapat
diantisipasi ataupun ditekan seminimal mungkin.
Prosedur anestesi umum pada laparotomy dalam kasus ini tidak
mengalami hambatan yang berarti baik dari segi anestesi maupun dari tindakan
operasinya. Selama di ruang pemulihan pasien sadar penuh, hemodinamik stabil,
dan tidak terjadi hal yang memerlukan penanganan seriusSecara umum
penatalaksanaan operasi dan penatalaksanaan anestesi pada kasus ini berjalan
lancar tetapiterdapat kelebihan cairan pasca operasi sehingga masih perlu
pengawasan terhadap overload cairan dan produksi urin di bangsal.
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
44/45
DAFTAR PUSTAKA
Azis MF, Andrijono, Saifudin AB. 2007.
Editors. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.
Berek JS. 2000.Epithelial Ovarian Cancer. In: Berek JS, Hacker NF, eds.
Practical gynecologic oncology. 2d ed. Baltimore: Williams & Wilkins
Boulton T.H., Blogg C.E., (1994). Anesthesiology, cetakan I. EGC, Jakarta.
Ery L., (1998), BelajarIlmu Anestesi. FK Univ. Diponegoro. Semarang.
Ganiswarna,Farmakologi dan terapi, edisi ke- 3 FKUI, Jakarta, 1986.
Ginekologi. Tumor Ovarium. Prof. R. Sulaeman Sastrawinata . Ginekologi.
Edisi Pertama. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran. Bandung; 1984, pp.178-182
Ilmu Kandungan. Tumor Jinak Pada Alat Genital. Bantuk Hadijanto. Ilmu
Kandungan. Edisi Kedua. BT Bina Pustakan Sarwono Prawirohardjo.Jakarta; 2008, pp. 350-351
M. Roesli T. dan O.E. Tampubolon.1989. Pendidikan Anestesiologi
Mahasiswa. Dalam buku : Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intensif. FKUI. CV Infomedika. Jakarta. Hal:9.
Michael B D., (1994),Penuntun Praktis Anestesi. cetakan I. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Morgan G.E., Mikhail M.S., (1992). Clinical Anesthesiology. 1st ed. A large
medical Book.
Muhardi, M, dkk. (1989). Anestesiologi, bagian Anastesiologi dan Terapi
Intensif, FKUI, CV Infomedia, Jakarta.
Obstetrics&Gynecology. Benign Disorder of the Ovaries and Oviducts. In:
Current. Diagnosis & Treatment. 10th Edition. McGraw Hill. United
States of America; 2007, pp.654-656
-
8/11/2019 PRESKAS ANESTESI laparotomy emergency
45/45
Ruswan Dachlan. 1989. Persiapan Pra Anestesi. Dalam buku : Anestesiologi.
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. FKUI. CV Infomedika.
Jakarta. Hal:1, 33-34, 129, 137-138.
Said A. Latief, dkk. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. Hal:34-37, 72-80.
Snow, J.C. Manual of Anasthaesiology, 2 nd edition, Little Brown and
Company, Boston, 1982.
Susman Iskandar.1989. Premedikasi. Dalam buku : Anestesiologi. Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif. FKUI. CV Infomedika. Jakarta.
Hal:59-62.
Wim de Jong, 2004.Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 2. Penerbit Buku kedokteran
EGC, Jakarta.
Wirjoatmojo, K.Anestesiologi dan Reanimasi Modul Dasar Untuk Pendidikan
S1 Kedokteran, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional, 2000
top related