uji daya hambat ekstrak daun pandan wangi pandanus ... · aroma khas dari pandan diduga karena...
Post on 31-Jan-2020
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 Mei 2018, 2(3):242-254
242
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI
(Pandanus amaryllifolius roxb) TERHADAP BAKTERI
Escherichia coli dan Salmonella sp.
Inhibitory Tests of Leaf Extract Pandan Fragrant (Pandanus amaryllifolius Roxb) to Bacteria
Escherichia coli and Salmonella sp.
Indri Wahyuni
1, Erina
2, Fakhrurrazi
3
1Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
2Laboratorium Patologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
3Laboratorium Riset Terpadu Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
E-mail: Indriwahyuni835@gmail.com
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun pandan wangi (Pandanus
amaryllifolis roxb) terhadap Escherichia coli dan Salmonella sp. Esktrak daun pandan dibagi menjadi 3
konsentrasi yang berbeda yaitu 25%, 50%, 75%. Uji aktivitas antibakteri dilakukansesuaidengan metode Kirby-
Bauer. Hasil rata-rata zona hambat ekstrak daun pandan wangi terhadap bakteri Escherichia coli pada
konsentrasi 25% yaitu 6,6 mm, pada konsentrasi 50% yaitu 6,7 mm, dan pada konsentrasi 75% diperoleh rata-
rata 6,9 mm. Zona hambat ekstrak daun pandan wangi terhadap Salmonella sp. pada konsentrasi 25% rata-rata
6,3 mm, pada konsentrasi 50%, 6,5 mm dan pada konsentrasi 75% diperoleh rata-rata 7,3 mm. Kontrol positif
antibiotik ampicilin terhadap bakteri Escherichia coli didapatkan rata-rata 6,1 mm, sedangkan pada kontrol
positif antibiotik kloramphenikol terhadap bakteri Salmonella sp dengan rata-rata 23,3 mm. Berdasarkan
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun pandan wangi mamiliki aktivitas yang lemah dalam
menghambat pertumbuhan Escherichia coli dan Salmonella sp.
Kata kunci: aktivitas antibakteri, ekstrak daun pandan wangi, Escherichia coli dan Salmonella sp.
ABSTRACT
The aims of this research is to know the antibacterial activity of pandanfragnant leaf extract
(Pandanusamary llifolis roxb) against Escherichia coli and Salmonella sp. Pandan leaf extract was divided into
3 different concentrations 25%, 50%, 75%. The antibacterial activity test was performed in accordance to
Kirby-Bauer method. The average of inhibition zone of pandanus fragrant leaves extract on Escherichia coli at
25% concentration was 6,6 mm, at concentration of 50% was 6,7 mm, and at concentration 75% obtained
average 6,9 mm. The average inhibition zone of pandanus fragrant leaf extract againts Salmonella sp. at 25%
concentration was 6.3 mm, at concentrations of 50% was 6.5 mm and at concentration of 75% obtained an
average of 7.3 mm. The averaged positive control of ampicillin antibiotics against Escherichia coli was 6.1 mm,
the positive control of cloramphenikol antibiotics against Salmonella sp was 23.3 mm. Base on this research it
can be concluded that the pandanus fragrant leaf extract had weak activity to inhibit the growth of Escherichia
coli and Salmonella sp.
Keyword : Bakterial activity, leaf extract pandan fragrant, Escherichia coli and Salmonella sp.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah suatu negara yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah.
Seperti yang telah diketahui, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan
terbesar didunia. Di Indonesia juga banyak terdapat berbagai jenis tumbuhan yang dapat
dijadikan obat-obatan, rempah-rempah, dan lain sebagainya. Di Indonesia diperkirakan
terdapat 100 sampai dengan 150 famili tumbuh-tumbuhan, dan dari jumlah tersebut sebagian
besar mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman industri, tanaman buah-
buahan, tanaman rempah-rempah, dan tanaman obat-obatan (Lestari, 2016). Penggunaan
tumbuhan sebagai obat tradisional juga semakin banyak diminati oleh masyarakat karena
telah terbukti bahwa obat yang berasal dari tumbuhan lebih menyehatkan dan tanpa
menimbulkan adanya efek samping jika dibandingkan dengan obat-obatan yang berasal dari
bahan kimia (Lestari, 2016). Penelitian mengenai tanaman –tanaman herbal yang memiliki
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 Mei 2018, 2(3):242-254
243
aktivitas antibakteri telah dilakukan untuk mengurangi efek samping penggunaan bahan kimia
dalam produk hasil pertanian dan peternakan (Stevani dkk., 2016).
Saat ini para ahli mikrobiologi telah banyak meneliti dan menemukan aktivitas
antimikroba khususnya anti bakteri pada tanaman, dan rempah-rempah yang banyak
mengandung senyawa antimikroba (Murhadi dkk., 2007). Seperti halnya pandan wangi
memiliki kandungan kimia berupa minyak atsiri, alkaloid dan flavonoid sebagai anti bakteri
(Fitri dkk., 2016). Pandan wangi merupakan tanaman yang sering dimanfaatkan daunnya
sebagai bahan tambahan makanan, umumnya sebagai bahan pewarna hijau dan pemberi
aroma. Aroma khas dari pandan diduga karena adanya senyawa turunan asam amino fenil
alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline, selain kegunaan tersebut pandan wangi juga dilaporkan
memiliki aktivitas antidiabetik pada ekstrak air, antioksidan pada ekstrak air dan metanol,
antikanker pada ekstrak etanol dan metanol, dan antibakteri pada ekstrak etanol dan etil asetat
(Mardyaningsih dan Aini, 2014).
Salah satu khasiat pandan wangi sebagai antimikroba dan jamur yang diduga berasal
dari kandungan kimia yang ada didalamnya seperti saponin. Dimana saponin berfungsi
sebagai antibakteri, karena hal ini didasarkan pada sifat sitotoksisk dari saponin dan
kemampuannya dalam mempengaruhi permeabilitas membran sitoplasma sehingga sel bakteri
menjadi lisis (Stevani dkk,. 2016).
Escherichia coli merupakan salah satu flora normal yang ada ditubuh, akan tetapi
bakteri ini akan menjadi patogen dengan mekanisme virulensi yang berbeda apabila
jumlahnya melebihi ambang batas tubuh (Dwidjoseputro, 1978). Penyakit yang sering
ditimbulkan oleh bakteri Escherichia coli adalah colibacillosis. Salmonella sp. merupakan
bakteri patogen saluran cerna. Bakteri ini memiliki sifat parasit yang menyebabkan reaksi
peradangan tractus intestinal, dan Salmonella sp. digolongkan dalam bakteri patogenik yang
menjadi penyebab foodborne disease, dan penyakit yang disebabkan oleh Salmonella sp.
disebut dengan salmonellosis (Karsinah, 2004). Kedua bakteri ini dapat menimbulkan
masalah saluran cerna, salah satunya adalah diare (Putri, 2016).
Tujuan dikembangkan tanaman obat ini dikarenakan memiliki sejumlah bahan aktif
yang berfungsi sebagai antimikroba (jawetz dkk., 2005). Menurut hasil penelitian yang telah
dilakukan Kayadoe dkk. (2015), hasil uji fitokimia ektrak daun pandan wangi mengandung
senyawa-senyawa metabolit sekunder, seperti flavonoid, steroid, alkaloid, antrakuinon,
polifenol dan tanin. Dimana dapat bersifat sebagai antibakteri. Dari latar belakang yang telah
diuraikan diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk melihat kemampuan ekstrak daun
pandan wangi untuk menghambat pertumbuhan Escherichia coli dan Salmonella sp.
MATERIAL DAN METODE
Pembuatan bahan ekstrak daun pandan dilakukan di Laboratorium Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan. pengujian fitokimia ekstrak daun pandan wangi dilakukan di
Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Syiah Kuala. Uji daya hambat bakteri dilakukan
di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala pada
bulan Januari-Februari tahun 2018.
Penelitian ini menggunakan daun pandan wangi yang diambil di Desa Lhong Cut
Kecamatan Bandaraya Kota Banda Aceh .bakteri Escherichia coli
dan Salmonela sp. Diambil isolat asal unggas yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala.
Alat yang digunakan adalaha timbangan digital, blender,batang pengaduk, vacum
rotary evaporator, tabung steril, autoklaf, inkubator, lemari pendingin, tabung reaksi, gelas
erlenmeyer, kawat ose, pipet tetes, cawan petri, pinset, sarung tangan, lampu spiritus, gelas
ukur, gelas kimia, kertas lebel, dan jangka sorong.
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 Mei 2018, 2(3):242-254
244
Bahan yang digunakan adalah bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp, Muller
Hinton Agar (MHA), antibiotik cloramphenikol, antibiotik ampicilin, Carboxymethyl
Cellulose (CMC ) 1%, dan ekstrak daun pandan wangi, etanol 96%, aquadest, Kloroform,
H2SO42N, Reagen mayer, reagen wagner, reagen dragendroffserbuk mg, HCl pekat, dan
larutan FeCl3.
Metode yang dilakukan yaitu metode difusition (Kirby-Bauer) dengan menggunakan
kertas cakram. Penelitian ini menggunakan 3 kali ulangan pada masing-masing bakteri,
Escherichia coli dan Salmonella sp. dengan 5 perlakuan yaitu 2 kontrol masing – masing,
kontrol negatif (K0) menggunakan cakram kosong (blank disk) yang direndam dalam
aquadest kontrol positif (k1) menggunakan kertas cakram antibiotik kloramfenikol sebagai
kontrol positif Salmonella sp dan Ampicilin sebagai kontrol positif Escherichia coli dan 3
kelompok ekstrak daun pandan terbagi atas k3, k4, k5 dengan masing - masing konsentrasi
75%, 50%, 25%. Parameter yang diukur adalah diameter zona hambat ekstrak daun pandan
terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp.
Sterilisasi Metode sterilisasi yang digunakan yaitu metode sterilasi panas basah dengan
menggunakan autoklaf. Sterilisasi dilakukan pada medium pembenihan yang akan digunakan,
medium disterilisasi didalam autoklaf pada suhu 121 ˚C selama 20 menit.
Pembuatan Ekstrak Daun pandan
Pembuatan ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. Daun pandan wangi dikeringkan
dengan diangin – anginkan, daun pandan yang telah kering airnya dipotong kecil – kecil , dan
diblender sampai menjadi potongan yang lebih kecil hinga menjadi serbuk. Kemudian serbuk
pandan wangi ditimbang sebnyak 180 gram, dimasukkan kedalam toples kaca. Selanjutnya
serbuk pandan wangi direndam dalam etanol 96% selama tiga hari, selanjutnya disaring
menggunakan kertas saring dan corong saringan. Hasil penyaringan diuapkan dalam rotary
evaporator (rotavapor) hingga kental kemudian ditaruh dalam wadah kaca steril dan
dimasukkan kedalam lemari pendingin sampai akan digunakan.
Pengenceran
Pengenceran dilakukan untuk menghasilkan beberapa konsentrasi ekstrak daun pandan
wangi yang akan digunakan untuk melihat daya hambat ektrak daun pandan wangi terhadap
pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. Pengenceran dilakukan dengan cara
menambahkan CMC 1% kedalam ekstrak daun pandan 100% sebanyak jumlah perbandingan
yang sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Dalam penelitian ini dibuat pengenceran
untuk mendapatkan konsentrasi ekstarak daun pandan 25%, 50%, dan 75%.
Re- Identifikasi Bakteri dan Persiapan Suspensi Bakteri
Bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp yang disimpan pada NA miring diambil
dengan ose steril dan dipindahkan ke dalam media Nutrient Broth (NB) dan inkubasi selama
24 jam pada suhu 37˚C. setelah diinkubasi Masing-masing bakteri di gores pada media
Salmonella Shigella Agar (SSA) untuk bakteri Salmonella Sp. dan Eosin Methylen Blue Agar
(EMBA) untuk bakteri Escherichia coli. diinkubasi kembali selama 24 jam pada suhu 37˚C.
selanjutnya masing-masing dilakukan pewarnaan gram. Setelah dilakukan pewarnaan gram
masing-masing bakteri digores pada media NA miring untuk dilakukan uji aktivitas
antibakteri.
Persiapan Suspensi Bakteri
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 Mei 2018, 2(3):242-254
245
Biakan murni Escherichia coli dan Salmonella sp. diperoleh dari laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiahkuala. Isolat masing-masing
bakteri tersebut 1 ose masukkan ke media NB dan di inkubasikan pada suhu 37˚C selama 24
jam.
Uji Fitokimia Ekstrak Daun Pandan Wangi
Alkaloid diuji dengan cara menambahkan 1 ml amoniak dan 1 ml klorofom pada 3
gram ekstrak daun pandan wangi kemudian divorteks sampai homogen. Filtrat yang terbentuk
ditambahkan ditambahkan 10 ml H2SO42N lalu dikocok dan diamkan sampai larutan asam
sulfat dan kloroform terpisah. Lapisan asam sulfat yang terbentuk dipisahkan menjadi tiga
bagian, untuk mengetahui adanya alkaloid maka bagian pertama ditambahkan dengan reagen
Mayer, bila terjadi endapan putih maka positif alkaloid, bagian kedua ditambahkan dengan
reagen Wagner, bila terjadi endapan berwarna coklat maka positif alkaloid, bagian ketiga
ditambahkan dengan reagen Dragendroff, bila terjadi endapan berwarna kemerahan maka
positif alkaloid (Harborne, 1987).
Uji Triterpenoid dan Steroid dilakukan dengan cara ekstrak daun pandan wangi
dimasukkan dalam tabung reaksi, dilarutkan dalam 0,5 mL kloroform lalu dipanaskan dan
didinginkan. Diambil 1 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu diteteskan pereaksi
Liberman-burchard. Jika hasil yang diperoleh berupa endapan ungu menunnjukkan adanya
triterpenoid, dan jika terbentuk warna hijau menunjukkan adanya steroid (Jazilah dkk., 2014).
Uji Saponin, dilakukan menggunakan metode forth, dengan cara memasukkan 1 mL
ekstrak daun pandan kedalam tabung reaksi, lalu tambahkan 1 mL akuades dan dikocok
selama 30 detik. Apabila terbentuk busa, tidak hilang selama 30 detik maka menunjukkan
adanya saponin (Darwis, 2000). Uji Flavonoid dilakukan dengan metode Wilstater, dilakukan
dengan cara, larutan ekstrak daun pandan wangi ditambahkan sedikit serbuk Mg dan 1 ml
HCl pekat, kemudian diocok-kocok. Terbentuknya endapan orange, mengindikasikan adanya
senyawa falvonoid (Achmad, 1986). Uji fenolik dilakukan dengan cara 1 ml ekstrak daun
pandan wangi dicampurkan 2 tetes larutan FeCl3. Hasil dinyatakan positif apabila terdapat
warna hijau kehitaman (Harborne, 1987).
Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Pandan Terhadap Pertumbuhan Escherichia Coli dan
Salmonella Sp.
Untuk uji daya hambat digunakan metode kirby-bauer dengam cara: siapkan 6 cawan
petri yang berisi Muller Hinton Agar (MHA), lalu diamkan sampai mengeras, setelah
mengeras usapkan secara merata bakteri dengan swab steril pada media MHA, 3 cawan petri
diswab dengan isolat Escherichia coli dan 3 cawan petri diswab isolat Salmonella sp. sebelum
dioleskan kepermukaan media MHA, bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp.
distandarkan dengan standar Mc Farland 0,5. Selanjutnya beri label penamaan pada setiap
cawan petri. P0 (kontrol negatif) paper disck direndam kedalam aquadest, P1 (kontrol positif)
ditempelkan paper disck antibiotik ampicilin sebagai kontrol positif Escherichia coli dan
cloramfenikol sebagai kontrol positif bakteri Salmonella sp. P2 diberi ekstrak daun pandan
dengan konsentrasi 25%. P3 diberi ekstrak daun pandan dengan konsentrasi 50%, dan untuk
P4 diberi ekstrak daun pandan dengan konsentrasi 75% danselanjutnya semua perlakuan
tersebut diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam Selanjutnya dihitung zona hambat
terbentuk yang terbentuk.Selanjutnya dihitung zona hambat yang terbentuk. selanjutnya
semua perlakuan tersebut diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Selanjutnya dihitung
zona hambat yang terbentuk.
Analisis Data
Dari hasil penelitian data dianalisis secara deskriptif.
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 Mei 2018, 2(3):242-254
246
HASIL DAN PEMBAHASAN
Re-Identifikasi Bakteri
Berdasarkan hasil Re-Identifikasi yang dilakukan penanaman pada media Eosin
Metheylen Blue Agar (EMBA) untuk Eschericha coli dan penanaman pada media Salmonella
Shigella Agar (SSA) untuk bakteri Salmonella sp. maka didapatkan hasil yang disajikan pada
gambar 1. dan gambar 2.
Gambar 1. Bakteri Escherichia coli Gambar 2. Bakteri Salmonella sp. pada media
EMBA. media SSA.
Berdasarkan hasil penanaman pada media EMBA, bakteri Escherichia coli tumbuh
pada media tersebut dengan ciri-ciri bentuknya yang bulat, cembung berdiameter 2 mm dan
bewarna hijau metalik. Hal ini sependapat dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh
Arrizqiyani dan Nurlina. (2016). EMBA mengandung Enzimatik dari gelatin yang merupakan
sumber nitrogen. Laktosa pada EMBA membuat gram negatif tumbuh terdiferensiasi
berdasarkan sifatnya sehingga memproses laktosa. Eosin Y dan Methylene biru dari media
EMBA merupakan pewarna yang bergabung untuk membentuk kompleks pada pH asam dan
menghambat bakteri gram positif (eosin pada tingkat lebih rendah), sementara eosin berubah
menjadi ungu gelap ketika kondisi media sekitar koloni berubah menjadi asam (Juwita dkk.,
2014). Berdasarkan uji yang telah dilakukan pada media SSA maka didapatkan hasil bahwa
bakteri tersebut termasuk bakteri Salmonella sp. Bakateri Salmonella sp. pada media SSA
dapat dilihat dengan ciri koloni tak berwarna sampai merah muda, bening sampai buram
dengan bintik hitam ditengah, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Hart dan Paul. (1997).
Maryantuti. (2007), menyatakan bahwa SSA merupakan media selektif yang hanya
menumbuhkan bakteri Salmonella-Shigella. Berdasarkan komposisinya media ini terdiri dari
peptone, lab lemcobeef extract, laktosa, ox bile dried, sodium citrate, sodium thisulfat,
ammonium iron (III) citrate, brilliant green, dan neutralred agar, media SSA disebut media
selektif karena hanya dapat menumbuhkan bakteri Salmonella dan Shigella dan menghambat
pertumbuhan bakteri lain.
Setelah dilakukan penanaman pada media EMBA dan SSA selanjutnya dilakukan uji
pewarnaan Gram. Pada pewarnaan Gram menunjukkan bahwa bakteri Escherichia coli
berbentuk batang pendek (kokobasil), dan bewarna pink yang menandakan kelompok dari
bakteri Gram negatif. Yang disajikan pada gambar 3. Hal ini sesuai dengan pendapat
Elfidasari dkk. (2011), bahwa bakteri Escherichia coli tergolong bakteri Gram negatif yang
ditandai dengan berwana pink dan berbetuk batang pendek (kokobasil, dan berdiameter ±1,1
– 1,5 x 2,0 – 6,0 µm (Pelczar dan Chan, 1988). Salmonella sp. merupakan bakteri Gram
negatif berbentuk batang panjang (basil) dengan warna pink yang dapat dilihat pada gambar
4. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amiruddin dkk.(2017).
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 Mei 2018, 2(3):242-254
247
Escherichia coli Salmonella sp.
Gambar 3 dan 4 hasil pewarnaan gram
Escherichia coli dan Salmonella sp. merupakan bakteri Gram negatif, yang terlihat
bewarna pink ketika dilakukan pewarnaan Gram dan diamati dibawah mikroskop, bakteri
Gram negatif mengandung lipopolisakarida yang tebal pada dinding selnya, sehingga saat
dilakukan pewarnaan pada tahap decolorizing menggunakan alkohol 96% lapisan
lipopolisakarida menjadi tidak berwarna dikarenakan pewarnaan pertama dengan larutan
kristal violet melekat pada lapisan lipopolisakarida dan pada saat dilakukan pewarnaan kedua
dengan safranin menghasilkan warna merah sehingga secara mikroskopis menandakan bakteri
tersebut adalah bakteri Gram negatif (Yuswananda, 2015).
Hasil Uji Fitokimia
Setelah dilakukan identifikasi fitokimia terhadap ektrak daun pandan wangi
(Pandanus amaryllifolius roxb) di bagian Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Syiah
Kuala maka didapatkan hasil yang disajikan padatabel 1 dan gambar 5.
Gambar 5. Hasil Uji Fitokimia
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 Mei 2018, 2(3):242-254
248
Tabel 1. Hasil pengamatan uji fitokimia daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius roxb).
Kandungan
kimia
Reagen Ekstrak
Daun
Pandan
Wangi
Hasil pengamatan
Alkloid Mayer - Tidak terdapat endapan putih
Wagner - Tidak terdapat endapan coklat
Dragendroff - Tidak terdapat endapan merah
Steroid Liberman-Burchard + Terdapat warna hijau
Terpenoid Liberman-Burchard + Terdapat endapan ungu
Saponin Asam Klorida - Tidak terdapat busa
Flavonoid 0,5 Mg Dan HCl - Tidak terdapat endapan orange
Fenolik FeCl3 + Terdapat endapan hijau
Keterangan: (+) Terdapatnya kandungan kimia, (-) Tidak terdapatnya kandungan kimia.
Berdasarkan uji fitokimia, ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius roxb)
didapatkan hasil bahwa pada uji alkaloid yang ditambahkan dengan reagen mayer
menghasilkan hasil yang negatif ditandai dengan tidak terbentuknya endapan putih, begitu
juga dengan penambahan reagen wagner pada uji alkaloid juga menandakan hasil yang
negatif karena tidak terbentuknya endapan coklat, serta pada pengujian alkaloid dengan
penambahan reagen dragendroff juga menampakkan hasil yang negatif yang ditandai dengan
tidak terbentuknya endaapan merah. menurut Setyowati dkk. (2014), bahwasanya pada
pengujian alkaloid akan menunjukkan hasil positif apabila terdapat endapan putih, coklat dan
merah.
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang tersebar luas hampir pada semua jenis
tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya
bersifat basa dan membentuk cincin heterosiklik (Harborne, 1984). Alkaloid dapat ditemukan
pada biji, daun, ranting dan kulit kayu daritumbuh-tumbuhan. Kadar alkaloid dari tumbuhan
dapat mencapai 10-15%. Alkaloid kebanyakan bersifat racun, tetapi ada pula yang sangat
berguna dalam pengobatan. Alkaloid merupakan senyawa tanpa warna, sering kali bersifat
optik aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya
nikotin) pada suhu kamar (Sabirindkk., 1994). Alkaloid berfungsi sebagai obat dan aktivator
kuat bagi sel imun yang dapat menghancurkan bakteri, virus, jamur, dan sel kanker (Depkes,
1987).
Uji steroid dan terpenoid ekstrak daun pandan wangi menunjukkan hasil positif.
Ketika ditambahkan reagen Liberman-Burchard maka menunjukkan adanya warna hijau yang
menandakan bahwa positif adanya steroid, dan terbentuk endapan warna ungu, yang
menandakan positif terpenoid. Sesuai dengan penelitian Setyowati dkk. (2014), bahwa
steroid akan menunjukkan hasil yang positif jika terbentuk warna hijau pada uji steroid dan
warna ungu pada pengujian terpenoid.
Steroid dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara: steroid dapat
berinteraksi dengan membran fosfolipid sel yang bersifat permeabel terhadap senyawa-
senyawa lipofilik sehingga menyebabkan integritas membran menurun serta morfologi
membran sel berubah yang menyebabkan sel rapuh dan lisis (Madduluri dkk., 2013).
Terpenoid dapat menghambat bakteri melalui mekanisme kerja senyawa terpenoid yang
melibatkan kerusakan membran oleh senyawa lipofilik dimna pertumbuhan bakteri terhambat
atau mati (Cowan, 1999).
Ekstrak daun pandan yang di uji negatif mengandung saponin karena tidak
terbentuknya busa yang menunjukkan uji saponin dinyatakan negatif, sesuai dengan pendapat
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 Mei 2018, 2(3):242-254
249
Darwis. (2000), bahwa hasil positif dari dari uji saponin menghasilkan busa yang tidak hilang
selama 30 detik. Pada umumnya saponin memiliki sifat antimikroba, saponin bersifat
sitotoksik karena dapat mengubah permeabilitas sitoplasma mikroba, sehingga menyebabkan
lisisnya sel mikroba (Aini dan Mardyaningsih, 2016).
Uji falavonoid pada ekstrak daun pandan wangi memberikan hasil yang negatif
dikarenakan pada hasil uji tidak terbentukya endapan orange pada sampel ekstrak daun
pandan ketika dicampurkan dengan 0,5 Mg dan HCl. Hal ini sesuai dengan pendapat
Achmad.(1986), bahwasanya prinsip dari uji falvonoid mengindikasikan hasil yang positif
terbentukya endapan orange. Flavonoid adalah derivat senyawa fenol. Flavonoid memiliki
aktivitas antibakteri karena Flavonoid memiliki kemampuannya untuk bergabung dengan
membran sel bakteri dan protein ekstraselular (Aini dan mardyaningsih, 2016).
Uji fenolik pada ekstrak daun pandan wangi menunjukan hasil positif dikarenakan
terbentuknya endapan hijau. Hal serupa juga dinyatakan oleh (Harborne, 1987). Senyawa
fenol dalam membunuh mikroorganisme yaitu dengan mendenaturasi protein sel. Ada atau
tidaknya senyawa kimia pada tanaman sangat dipengaruhi beberapa faktor, seperti :umur
tumbuhan atau bagian tumbuhan, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh (ekofisiologi)
(Depkes RI, 1985). Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan pada waktu panen merupakan
salah satu tahapan dalam proses budidaya tanaman obat. Waktu panen yang berkaitan dengan
umur tumbuhan (tingkat maturasi) merupakan periode kritis sehingga sangat menentukan
kualitas dan kuantitas hasil panen. Setiap jenis tanaman memiliki waktu dan cara panen yang
berbeda (Depkes RI, 1985).
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukansenyawa aktif di dalam
bagian tanaman yang akan dipanen.Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman
tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Waktu panendan waktu
pengangkutan harus diperhatikan. Beberapa simplisia hasil panen terfermentasi dan
metabolitnya rusak jika terkena panas yang berlebihan sehingga mutu simplisia kurang baik
(Wijesekera, 1991).
Lingkungan tempat tumbuh pengaruh ekosistem dominan pada berbagai tanaman
Kualitas dan kuantitas komponen aktif berbagai herbal dipengaruhi oleh faktor ekosistem
(Harbone, 1987). Faktor-faktor yang terdapat pada lingkungan tumbuh, diantaranya: Unsur
hara, ketinggian, suhu, kelembapan udara, intensitas cahaya, dan pH tanah (Wijesekera,
1991).
Hasil Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Pandan Wangi
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius
roxb) dengan metode disc diffusion (Kirby-bauer) berdasarkan pengukuran diameter zona
hambat pada pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. zona hambat yang
terbentuk dapat dilihat di gambar 6. untuk bakteri Escherichia coli sedangkan untuk bakteri
salmonella sp. disajikan pada gambar 7. Untuk hasil pengukuran zona hambat disajikan pada
tabel 2. Untuk bakteri Escherichia coli dan tabel 3. untuk bakteri Salmonella sp.
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 Mei 2018, 2(3):242-254
250
Gambar 6. Zona hambat ekstrak daun pandan wangi terhadap bakteri E.coli. a) 25%, b) 50%,
c) 75%, d) (-) aquadest, e) (+) Ampicilin.
Gambar 7. Zona hambat ekstrak daun pandan wangi terhadap bakteri Salmonella sp. a) 25%,
b) 50%, c) 75%, d) (-) aquadest, e) (+) Cloramphenikol.
Tabel 2. Hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak daun pandan wangi (Pandanus
amaryllifolius roxb) terhadap bakteri Escherichia coli.
Diameter Zona Hambat (mm)
Konsentrasi Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-Rata
25%
(EDPW) 6,5 6,8 6,6 6,6 ± 0,15
50%
(EDPW) 6,5 6,9 6,7 6,7 ± 0,20
75%
(EDPW) 6,8 7 6,9 6,9 ± 0,10
K(+)
(Ampicilin) 6,1 6,1 6,1 6,1 ± 0,00
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 Mei 2018, 2(3):242-254
251
K(-)
Aquadest 0 0 0 0 ± 0,00
Tabel 3. Hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak daun pandan wangi (Pandanus
amaryllifolius roxb) terhadap bakteri Salmonella sp.
Diameter Zona Hambat (mm)
Konsentrasi Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-Rata
25%
(EDPW) 6,1 6,4 6,4 6,3 ± 0,17
50%
(EDPW) 6,3 6,6 6,6 6,5 ± 0,17
75%
(EDPW) 7,7 7,1 7,3 7,3 ± 0,31
K(+)
(Cloramphenicol) 22,4 23,3 23,3 23,3 ± 0,52
K(-) Aquadest 0 0 0 0 ± 0,00
Hasil uji aktifitas antibakteri ektrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius
roxb) menggunakan metode Kirby-Bauer dilakukan dengan tiga konsentrasi yang
berbedayaitu: 25%, 50%, 75% terhadap pertumbuhan Escherichia coli dan Salmonella sp.
untuk konsentarsi 25% zona hambat yang dihasilkan terhadap bakteri Escherichia coli rata-
rata sebesar 6,6 mm, konsentrasi 50% rata-rata 6,7 mm, dan pada konsentrasi 75% zona
hambat yang dihasilkan rata-rata sebesar 6,5 mm. Begitu juga dengan zona hambat terhadap
bakteri Salmonella sp. yang diuji pada konsentrasi 25% memiliki zona hambat rata-rata 6,3
mm, konsentrasi 50% rata-rata 6,5 mm, dan pada konsentrasi 75% dengan rata- rata sebesar
7,3 mm.
Dari hasil yang didapat maka ekstrak daun pandan wangi memiliki daya hambat yang
lemah terhadap pertumbuhan Bakteri Echerichia coli dan Salmonella sp. hal ini didasarkan
oleh standar krtiteria CLSI (Clinical Laboratory Standars Institue) yang mana kriteria yang
dinyatakan adanya zona hambat dapat dilihat dari terbentuknya zona bening. Maka kriteria
yang dapat dilihat yaitu: 0 tidak ada aktivitas, 6-10 mm dinyatakan lemah, 11-20 mm
dinyatakan sedang, dan zona hambat 21-30 mm dikatagorikan kuat (Morales dkk., 2003).
Senyawa aktif yang berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri yang dhasilkan
oleh ekstrak daun pandan wangi yaitu terpenoid. Terpenoid memiliki mekanisme penghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada
membran bagian luar dari dinding sel bakteri dan membentuk ikatan polimer yang kuat yang
dapat mengakibatkan rusaknya porin, dan sel bakteri akan kekurangan nutrisi sehingga
menghambat pertumbuhan bakteri terhambat (Cowan, 1999). Senyawa aktif lainnya yang
terkandung dalam ekstrak daun pandan wangi yang bersifat antibakteri ialah senyawa fenolik,
yang merupakan ikatan hidrogen yang terbentuk antara fenol dan protein mengakibatkan
struktur protein menjadi rusak dan akan mempengaruhi permeabilitas dinding sel dan
membrane sitoplasama sehingga meyebabkan ketidak seimbangan makromolekul dan ion
didalam sel yang mengakibatkan sel menjadi lisis (Palczar dan Chan, 1988). Mekanisme
steroid sebagai antibakteri berhubungan dengan membranlipid dan sensitivitas terhadap
komponen steroid yang menyebabkakebocoran pada liposom. Steroid dapat berinteraksi
dengan membran fosfolipid sel yang bersifat permeabel terhadap senyawa-senyawa lipofilik
sehingga menyebabkan integritas membran menurun serta morfologi
membran sel berubah yang menyebabkan sel rapuh dan lisis (Madduluri dkk., 2013).
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 Mei 2018, 2(3):242-254
252
Faktor yang sangat berpangaruh terhadap aktifitas antibakteri ialah pemilihan pelarut
yang digunakan dalam ekstraksi komponen-komponen bioaktif dari tanaman untuk mencapai
tujuan dari sasaran ektraksi komponen (Moyler, 1995). Escherichia coli dan Salmonella sp.
mempunyai dinding sel dengan komponen utama lapisan lipopolisakarida, lipid, dan
lipoprotein. Lapisan lipid lebih mudah dilewati oleh senyawa yang relatif nonpolar
(Mardyaningsih dkk., 2014). Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi aktifitas daya
hambat antibakteri antara lain kepekatan inokulum, waktu pemasangan cakram, suhu
inkubasi, waktu inkubasi, dan potensi cakram antibiotik (Depkes, 1985).
Penelitian ini menggunakan aquadest sebagai kontrol negatif, sehingga tidak ada zona
hambat yang terbentuk, sedangkan kontrol positif untuk bakteri Escherichia coli digunakan
antibiotik ampicilin. Berdasarkan data hasil penelitian antibiotik ampicilin tidak dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichiacoli, yang mana antibiotik ampicilin hanya
mampu menghambat bakteri Escherichiacoli dengan rata-rata 6,1 mm, hal ini disebabkan
adanya resistensi bakteri Escherichia coli terhadap antibiotik ampicilin. sesuai dengan
pendapat Wewelangko dkk. (2015), bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan, ampicilin
memiliki diameter zona hambatnya 7,3 mm. Hal ini menunjukkan bahwa Escherichia coli
resisten terhadap antibiotik ampicilin. Resistensi ini dapat terjadi akibat dari penggunaannya
yang meluas dan irasional (Utami, 2012).
Kontrol positif yang digunakan untuk bakteri Salmonella sp. yaitu antibiotik
cloramphenikol. Cloramphenikol menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella sp. dengan
luas zona hambat rata-rata 23,3 mm, dan termasuk katagori sensitive, sesuai dengan hasil
penelitian Estoepangesti dkk. (2014), yang mendapatkan hasil bahwa Salmonella sp. sensitiv
terhadap amtibiotik cloramphenikol dengan luas zona hambat 14,3 mm.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil, bahwa ekstrak daun pandan
wangi (Pandnus amaryllifolius roxb) berdasarkan standar CLSI memiliki daya hambat yang
lemah terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. karena zona hambat
yang terbentuk tidak melebihi 10 mm.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Karnunik, Jakarta.
Aini, R. and A. Mardyaningsih. 2016. Pandan leaves extract (Pandanus amaryllifolius roxb)
as a foodpreservative. JKKI. 7(4):171.
Amiruddin, R.R., Darniati, Ismail. 2017. Isolasi dan identifikasi Salmonella sp. pada ayam
bakar di rumah makan Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Jimvet. 1(3):269-
270.
Arrizqiyani, T., dan L. Nurlina. 2016. Identifikasi bakteri Escherichia coli pada cincau hitam
yang dijual di pasar Cikurubuk Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada.
16(1):189-194.
Cowan, M.M. (1999). plant products as antimicrobial agents. Clinical Microbiology
reviews.12(4):564–582.
Darwis, D. 2000. Teknik Dasar laboratorium daalam penelitian senyawa bahan alam
Hayati.Universitas Andalas, Padang.
[Depkes] Departemen Kesehatan. 1987. Analisis Obat Tradisional. Jilid 1.Depkes.Jakarta.
Depkes, RI. 1985. Farmakope Indonesia. Ditjen POM, Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
Elfidasari, D., A.M. Saraswati, G. Nufadianti, R. Samiah, V. dan Setiawati. 2011.
Perbandingan kualitas es dilingkungan Universitas Al Azhar Indonesia dengan
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 Mei 2018, 2(3):242-254
253
restoran fast food di daerah senayan dengan indikator jumlah Escherichia coli
terlarut.jurnal Al Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi. 1(1):19-21.
Estoepangestie, A.T.S., F.A. Anggita, B. Setiawan, 2014. Gambaran resistensi antibiotika
kuman salmonella sp. yang diisolasi dari daging sapi.Veteriner Medika. 7(1):68-70.
Fitri, C.R., S.P. Fitrianingsih, dan Suwender. 2016. Evaluasi potensi aktivitas antifungi
ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius roxb) terhadap candida
albicans secara invitro. Prosiding Farmasi. 2(2):732.
Harbone, J.B. 1984. Phitochemical Method. Chapman and Hall 1 Td. London.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara ModernMenganalisis tumbuhan.
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Hart, Tony dan Paul Shears, 1997, Atlas Berwarna Mikrobiologi Kedokteran. Hipokrates,
Jakarta.
Jawetz, E., L.J. Melnick, dan E.A. Adelbergs. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba
Medika, Jakarta.
Jazilah, N., A.G. Fasya, R. Ningsih dan A. Abtokhi. 2014. Uji toksisitas ekstrak daun
binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Stenis) terhadap larva udang Artemia salina
Leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Alchemy. 3(2):118-124.
Juwita U., Yuli H, Christine J. 2014. Jumlah bakteri coliform dan deteksi Escherichia
colipada daging ayam di Pekanbaru. JOM FMIPA. 1(2):48-55.
Karsinah.2004. Deteksi Salmonella.Universitas Airlangga, Surabaya.
Kayadoe, V., M. Fadli, R. Hasim, dan M. Tamasoa. 2015. Ekstrak daun pandan wangi
(Pandanus amaryllifolius roxb) sebagai inhibitor korosi baja ss-304 dalam larutan
H2SO4.Molekul. 10(2):89-93.
Lestari.P. 2016.Studi tanaman khas sumatera utara yang berkhasiat Obat.Jurnal
farmanesia. 9(11):11–12.
Madduluri, S.R.A.O., K. Babu, Sitaram, B. 2013. In vitro evaluation of antibacterial activity
of five indegenous plants extract against five bacterial pathogens of human.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 5(4): 679-684.
Mardiyaningsih, A., dan R. Aini. 2014. Penegembangan Potensi Ekstrak Daun Pandan
(Pandanus amaryllifolius roxb) Sebagai Agen Antibakteri. Pharamaciana.
4(2):186-189.
Maryantuti. 2007. Bakteri patogen yang disebabkan oleh lalat rumah (Musca domestica, L) di
rumah sakit kota pekan baru. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Riau,
Pekan baru.
Morales. G.P., Siera, A. Manalla, A. Paredes, L.A. Layola, O. Gallardo, dan J. Borquez. 2003.
secondary metabolites from four medicinal plants from northern chile antimicrobial
activity and biotoxicity against aritemiasalina. J. Chil.Chem. 49(1):44-45.
Moyler, D.A. 1995. Oleoresins Tinctures and Exstracts. Blackie Academic dan
Profesional:New York.
Murhadi., S.A.S., dan Susiawati. 2007. Aktifitas antibakteri ekstrak daun salam (Syzigium
polyanta) daun pandan (Pandanun amaaryllifolius roxb). Jurnal Teknol dan Industri
Pangan. 18(1):17-21.
Pelczar, M.J., dan E.C.S. Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press, Jakarta.
Putri, R. W. A..2016. Identifikasi Bakteri Escherichia Coli Dan Salmonella Sp. pada jajanan
batagor disekolah dasar negeri dikelurahan pisangan, cirendu, dan cempaka putih
kecamatan cipitural timur. Skripsi. Programstudi kedokteran dan profesi dokter
fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan UIN syarif hidayatullah, Jakarta.
Sabirin,M., Hardjono, dan Respati. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik II. UGM,
Yogyakarta.
Utami, E.R. 2012. Antibiotika, resistensi, dan rasionalitas terapi. Sainstis. 1(1):125-133.
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 Mei 2018, 2(3):242-254
254
Setyowati, W.A.E., S.R.D. Ariani, Ashadi, B. Mulyani, dan C.P. Rahmawati. 2014. Skrining
fitokimia dan identifikasi komponen utama ekstrak metanol kulit durian (Durio
zibethinus murr.) varietes petruk. Seminar Nasional Kimia dan pendidikan kimia.
Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS, Surakarta.
Stevani. H., Irmawati., dan A. Kadir. 2016. Uji daya hambat perasan daun
panda wangi (Pandanus amaryllifolius roxb) terhadap bakteri Staphylococcus
Aureus.Media farmasi. 12(2):145.
Wewelangko, G. U. C., W. Bodhi, B. J. Kepel. 2015. Uji resistensi bakteri escherichia coli
yang di isolasi dari plak gigi menggunakan merkuri dan ampisilin.Jurnal e-Biomedik.
3(1):120-122.
Wijesekera, R.O.B. 1991. The Medicinal Plant Industry.CRC Press, Washington.
Yuswananda, N.P. 2015. Identifikasi bakteri Salmonella sp pada makanan jajanan di
masjidFathullah Ciputat tahun 2015.Laporan Penelitian. Fakultas Kedokteran Dan
IlmuKesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
top related