an analysis on the effect of audit tenure, …
TRANSCRIPT
AN ANALYSIS ON THE EFFECT OF AUDIT TENURE, CORPORATE
GOVERNANCE STRUCTURE, AND SIZE OF AUDIT FIRM TO THE
FINANCIAL INTEGRITY STATEMENTS
By:
Iqbal Zainul Abidin
Advisor Lecture:
AKIE RUSAKTIVA RUSTAM, SE., MSA., AK.
Accounting, Universitas Brawijaya Malang
ABSTRACT
This research attempts to obtain empirical evidence of the effect of audit
tenure, corporate governance structure (independent commissioner, audit
committee, managerial ownership, institutional ownership) and the size of audit
firm to the financial integrity statement of manufacturing companies in Indonesia.
The dependent variable used in this research is financial integrity while the
independent variables are audit tenure and corporate governance structure which
will be analyzed by using independent commissioner ownership, audit committee,
managerial ownership, institutional ownership, and size of the audit firm. The
measurement of financial integrity will be done through conservatism analysis.
The samples in this research are manufacturing companies listed in BEI during
2011-2014 period. The data collection is conducted using purposive sampling
method. The total sample used in this research are 120 companies. The data
analysis technique method of this research utilizes multiple linear regression. The
results showed that audit tenure and size of audit firm do not influence the
integrity of financial statement significantly.
Keywords : financial integrity, audit tenure, corporate governance, size of audit
firm
ANALISIS PENGARUH AUDIT TENURE, STRUKTUR CORPORATE
GOVERNANCE, DAN UKURAN KAP TERHADAP INTEGRITAS
KEUANAGAN
Oleh:
Iqbal Zainul Abidin
Dosen Pembimbing:
AKIE RUSAKTIVA RUSTAM, SE., MSA., AK.
Akuntansi, Universitas Brawijaya Malang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memeproleh bukti empiris tentang pengaruh
audit tenure, struktur corporate governance (komisaris independen, komite audit,
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional) dan ukuran KAP terhadap
integritas keuangan pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Variabel dependen
pada penelitian ini adalah integritas keuangan dan variabel independennya adalah
audit tenure, struktur corporate governance yang dianalisis dengan kepemilikan
komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional dan ukuran KAP. Pengukuran pada integritas keuangan
menggunakan analisis konservatisme. Sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode
2011-2014. Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling. Total
sampel sebesar 120 perusahaan. metode penelitian menggunkan regresi linier
berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa audit tenure dan ukuran KAP tidak
multiple signifikan terhadap integritas laporan keuangan. sementara itu, corporate
governance (komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional) berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan
keuangan
Kata Kunci: Integritas Laporan Keuangan, Audit Tenure, Struktur Corporate
Governance, dan Ukuran KAP
PENDAHULUAN
Akuntansi merupakan bentuk pertanggung jawaban dan penyampaian
informasi keuangan suatu perusahaan atau organisassi kepada pihak-pihak yang
berkempentingan (eksternal dan internal), oleh karena itu pihak manajemen suatu
perusahaan berkem pentingan untuk menyajikan laporan keuangan suatu
gambaran prestasi kerja meraka. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi (SAK, 2004). Informasi dalam laporan keuangan
harus disajikan secara benar dan jujur dengan mengungkap fakta sebenarnya yang
menjadi kepentingan banyak pihak. Dengan demikian, laporan keuangan dituntut
untuk disajikan dengan integritas yang tinggi.
Financial Accounting Standar Board (FASB) dalam Statement of Financial
Accounting Concept No.2 (SFAC NO.2) mendefinisikan informasi akuntansi
sebagai informasi yang disediakan melalui pelaporan keuangan dan berbagai
penjelasan yang digunakan sebagai laporan. Informasi akuntansi merupakan
informasi keuangan yang digunakan oleh pihak eksternal perusahaan sebagai
pemegang saham, investor, kreditur, lembaga keuangan, pemerintah, masyarakat
umum dan pihak-pihak lainnya untuk menentukan kepentingan mereka terhadap
perusahaan.
Mayangsari (2003) mendefinisikan integritas laporan keuangan sebagai
berikut: “Integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang
disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur”. Sedangkan menurut
Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 2 kualitas informasi
yang menjamin bahwa informasi secara wajar bebas dari kesalahan dan bias dan
secara jujur menyajikan apa yang dimaksudkan untuk dinyatakan.
Penelitian ini menganalisis pengaruh audit tenure, struktur corporate
governance dan ukuran KAP terhadap integritas laporan keuangan. Pengukuran
corporate governance diukur dengan kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, komite audit dan komisaris. Integritas laporan keuangan diukur
dengan konservatisme akuntansi yaitu ditentukan dengan menggunakan asumsi-
asumsi metode perusahaan yang digunakan yaitu antara lain metode penyusutan,
metode depresiasi dan amortisasi, dan pengakuan biaya riset (Widya, 2005).
Konsep penggunaan konservatisme akuntansi dalam laporan keuangan
bertujuan untuk mengakui, mengukur dan melaporkan nilai aktiva dan pendapatan
yang rendah, dan nilai yang tinggi untuk kewajiban dan beban (Jamaan, 2008).
Mayangsari dan Wilopo (2002) dalam Widya (2005) menyatakan bahwa secara
prinsip konservatisme bermanfaat karena dapat digunakan untuk memprediksi
kondisi mendatang yang sesuai dengan tujuan laporan keuangan. Karakteristik
informasi dalam prinsip konservatisme ini dapat menjadi salah satu faktor untuk
mengurangi manipulasi laporan keuangan dan meningkatkan integritas laporan
keuangan.
Salah satu contohnya pada kasus Enron, di mana perusahaan Enron
melakukan manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta
Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan
disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Kasus
seperti ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Keterlibatan
CEO, komisaris, komite audit, auditor internal, sampai pada auditor eksternal
yang melibatkan KAP big-five Andersen, hal ini membuktikan bahwa kecurangan
banyak dilakukan oleh orang-orang dalam (Susiana dan Herawaty, 2007)
Faktor pertama yang mempengaruhi integritas laporan keuangan adalah
struktur corporate governance. Menurunya integritass laporan keuangan
perusahaan, memunculkan terjadinya kasus hukum skandal manipulasi informasi
akutansi yang secara langsung melibatkan komisarin independen, komite audit,
kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial, di mana tersaji bahwa
sruktur good corporate governance yang baik belum diterapkan dalam perusahaan
tersebut sehingga banyak pihak-pihak manajemen dalam perusahaan
menyalahgunakan otoritas dalam kegiatan operasional perusahaan (Sabeni, 2013).
Sruktur Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi
peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja
manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan
mendasarkan pada kerangka peraturan (Nasution dan Setiawan, 2007). Semakin
baik penerapan corporate governance yang dilakukan perusahaan maka akan
diharapkan mengurangi perilaku manajemen perusahaan yang bersifat
oportunistik sehingga laporan keuangan dapat disajikan dengan integritas yang
tinggi, yaitu laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang
benar dan jujur.
Sistem corporate governance sendiri memerlukan pengawasan pemegang
saham dan tanggung jawab manajemen. Mekanisme pengawasan manajemen baik
internal (berdasarkan organisasi) maupun eksternal (berdasarkan pasar)
diwajibkan (Walsh & Seward, 1990). Dewan direksi atau komisaris, kepemilikan
manajerial dan kompensasi eksekutif merupakan mekanisme pengawasan internal
untuk melindungi kepentingan pemegang saham dan pemilik. Disisi lain
kepemilikan pihak luar, monitoring, peraturan pemerintah (perlindungan
kepemilikan investor) merupakan mekanisme pengawasan eksternal yang
membantu internal untuk pengawasan efektif perusahaan.
Selain dari pihak perusahaan, auditor eksternal (akuntan publik) sebagai
pihak independen yang memberikan opini mengenai kewajaran terhadap laporan
keuangan serta profesi auditor yang merupakan profesi kepercayaan masyarakat
juga mulai banyak dipertanyakan mengenai kredibilitas akuntan publik sebagai
pihak independen apalagi setelah didukung oleh bukti semakin meningkatnya
tuntutan hukum terhadap kantor akuntan publik (Susiana dan Arleen, 2007).
Padahal profesi akuntan mempunyai peranan penting dalam penyediaan informasi
keuangan yang handal bagi pemerintah, investor, kreditor, pemegang saham,
karyawan, debitur, juga bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan.
Fenomena skandal keuangan yang terjadi juga dapat menunjukkan suatu
bentuk kegagalan integritas laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan
infomasi pengguna laporan keuangan. Penyajian laba dalam laporan keuangan
tidak menunjukkan kondisi ekonomi perusahaan yang sebenarnya. Menurut
Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1, informasi laba
merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban
manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak
lain dalam menaksir earnings power perusahaan di masa yang akan datang.
Faktor kedua adalah audit tenure. Audit tenure adalah lamanya hubungan
auditor dan klien yang diukur dengan jumlah tahunan (Junaidi dan Jogiyanto,
2010). Sehingga dapat dikatakan yang mempengaruhi integritas laporan keuangan
yaitu audit tenure, Sinason, et al. (2001) menemukan panjang masa perikatan
audit secara positif dipengaruhi oleh jenis perusahaan audit. Dengan demikian,
perusahaan-perusahan audit yang besar seperti big four akan memiliki masa
perikatan audit yang panjang dibandingkan perusahaan audit yang kecil seperti
non big four.
Perbedaan panjang masa perikatan audit antara kedua jenis perusahaan
audit (Big 4 dan non Big 4) bisa mengganggu independensi auditor dalam jangka
panjang. Unike (2007) dalam Indrawan (2010) menyatakan bahwa independensi
dapat diproksikan menjadi 4 indiikator (lama hubungan dengan klien, tekanan dari
klien, telaah dari rekan auditor, pemberian jasa non audit). Salah satu ancaman
yang dapat menghilangkan independensi auditor adalah masa perikatan audit
yang panjang (audit tenure). Karena masa perikatan audit yang panjang dapat
menyebabkan auditor mengembangkan hubungan yang nyaman serta kesetiaan
yang kuat atau emosional hubungan dengan klien, yang bisa mencapai tahap
di mana independensi auditor terancam.
Ukuran KAP merupakan ukuran yang digunakan untuk menentukan besar
kecilnya suatu Kantor Akuntan Publik dengan menggolongkannya ke dalam dua
golongan yaitu big four dan non-big four (Arens, et al, 2003). Ukuran KAP
yang berbeda inilah membuat pemakai laporan keuangan memandang pentingnya
kredibilitas KAP dengan melihat nama KAP tersebut, semakin besar nama KAP
maka tingkat kredibilitas laporan keuangan yang dihasilkan lebih berintegritas
sedangkan KAP kecil dianggap laporan keuangan yang dihasilkan kurang
berintegritas. Sehingga faktor yang ketiga adalah pengaruh ukuran KAP terhadap
integritas laporan keuangan.
Beberapa penelitian sebelumnya, Kantor Akuntan Publik (KAP) big four dan
non-big (DeAngelo 1981; Palmorose 1988; Becker et al. 1998; Inten Meutia
2004) menunjukkan bahwa KAP big four akan berusaha menyajikan kualitas audit
yang lebih besar dibandingkan dengan KAP non-big. Namun demikian, kasus
Enron cukup mengguncang ekonomi Amerika Serikat karena adanya keterlibatan
salah satu KAP big five Arthur Andersen dalam kecurangan laporan keuangan.
Timbulnya kasus kecurangan tersebut juga menyebabkan merosotnya
kepercayaan masyarakat pasar uang dan pasar modal. Dalam melaksanakan
tugasnya, auditor memerlukan kepercayaan terhadap kualitas jasa yang diberikan
pada pengguna. Penting bagi pemakai laporan keuangan untuk memandang
Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai pihak yang independen dan kompeten,
karena akan mempengaruhi berharga atau tidaknya jasa yang telah diberikan oleh
KAP kepada pemakai. Jika pemakai merasa KAP memberikan jasa yang berguna
dan berharga, maka nilai audit juga meningkat, sehingga KAP dituntut untuk
bekerja dengan profesionalisme yang tinggi.
Dari uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul : “Analisis Pengaruh
Audit Tenure, Struktur Corporate Governance, dan Ukran KAP Terhadap
Integritas Laporan Keuangan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan kondisi yang telah dibahas di atas, maka untuk
menghindari terjadinya penyimpangan dari penetapan obyek yang akan
diteliti, maka perumusan masalah akan dikemukakan sebagai berikut :
1. Apakah audit tenure memiliki pengaruh negatif terhadap integritas laporan
keuangan?
2. Apakah struktur corporate governance memiliki pengaruh positif terhadap
integritas laporan keuangan?
3. Apakah ukuran KAP memiliki pengaruh positif terhadap integritas
laporan keuangan.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris apakah
faktor audit tenure, struktur corporate governance (kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen) dan ukuran KAP
berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
a) Kegunaan Teoretis
Melalui penelitian ini, peneliti ingin mencoba memberikan bukti empiris
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi integritas laporan keuangan
terutama pada teori agency mengenai perbedaan kepentingan.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumbangan
konseptual bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika lainnya dalam
rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untu perkembangan dan
kemajuan dunia pendidikan khususnya dibidang pengauditan.
b) Kegunaan Praktik
Penelitian ini menjadi dukungan bagi auditor agar senantiasa
meningkatkan kualitas auditnya, dan menerapkan independesinya. Juga
bagi manajemen perusahaan agar meningkatkan penerapan prinsip
corporate governance di lingkungan perusahaannya.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk mengembangkan
keahlian akuntan publik baik dari perspektif individu maupun profesi
(pelatihan atau seminar) sehingga dapat meningkatkan pemahaman auditor
terhadap karakteristik industri tertentu dan berdampak positif pada kualitas
audit.
Penelitian memberikan perusahaan untuk lebih memperhatikan
pelaksanaan Good Corporate Governance.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)
Teori keagenan (agency theory) yaitu hubungan antara pemilik (principal)
dan manajemen (agent). Teori agensi menyatakan bahwa apabila terdapat
pemisahan antara pemilik sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen yang
menjalankan perusahaan maka akan muncul permasalahan agensi karena masing-
masing pihak tersebut akan selalu berusaha untuk memaksimalisasikan fungsi
utilitasnya. Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa terdapat dua
macam bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang saham
(shareholders) dan antara manajer dan pemberi pinjaman (bondholders).
Dengan adanya perkembangan perusahaan yang semakin besar maka sering
terjadi konflik antara prinsipal dalam hal ini adalah para pemegang saham
(investor) dan pihak agent yang diwakili oleh manajemen (direksi). Agen
dikontrak melalui tugas tertentu bagi prinsipal serta mempunyai tanggung jawab
atas tugas yang diberikan oleh prinsipal. Prinsipal mempunyai kewajiban untuk
memberi imbalan kepada agen atas jasa yang telah diberikan oleh agen. Adanya
perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal inilah yang dapat menyebabkan
terjadinya konflik keagenan. Prinsipal dan agen sama-sama menginginkan
keuntungan yang sebesar-besarnya. Prinsipal dan agen juga sama-sama
menghindari adanya risiko.
Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi
sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self
interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk
averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai
manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan
pribadinya.
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk
memahami corporate governance. Corporate governance yang merupakan
konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai
alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Menurut Shleifer dan
Vishny (1997) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007), corporate governance
berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan
keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan
atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan
berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan
dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan kata lain
corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau
menurunkan biaya keagenan (agency cost) dan meningkatkan kualitas informasi
laporan keuangan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan
dan harga sahamnya.
2.1.2 Auditing dan Akuntan Publik
“Auditing is an examination of a company’s financial statements by a firm
of independent publik accountants. The audit consists of a searching investigation
of the accounting records and other evidence supporting those financial
statements. By obtaining an understanding of the company’s internal control, and
by inspecting documents, observing of assets, making inquiries within and outside
the company, and performing other auditing procedures, the auditors will gather
the evidence necessary to determine whether the financial statements provide a
fair and reasonably complete picture of the company’s financial position and its
activities during the period being audited.” (Whittington, et.al. dalam Agoes,
2001)
Unsur-unsur dari auditing itu sendiri jika ditarik dari beberapa pengertian
di atas adalah, berupa laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen
beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, pemeriksaan
dilakukan secara kritis dan sistematis, pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang
independen, yaitu akuntan publik dan tujuan dari pemeriksaan akuntan adalah
untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang
diperiksa.
2.1.3 Integritas Laporan Keuangan
Integritas laporan keuangan adalah laporan keuangan yang menampilkan
kondisi suatu perusahaan yang sebenarnya tanpa ada sesuatu yang ditutupi atau
disembunyikan jadi apabila seorang auditor mengaudit laporan keuangan yang
tidak berintegritas (tidak mencerminkan keadaan sebenarnya) maka, peluang
seorang untuk di tutuntut semakin besar. Karena apabila laporan keuangan yang
tidak berintegritas itu ternyata laporan keuangan yang overstate akan sangat
merugikan bagi pemakai laporan keuangan tersebut.
Laporan keuangan dikatakan berintegritas apabila laporan keuangan tersebut
memenuhi kualitas reliability (Kieso, 2001) dan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang diterima umum, sedangkan pengertian dari reliability adalah kualitas
informasi dalam laporan keuangan agar dapat diandalkan oleh penggunanya (SAK
2002). Reliability memiliki kualitas sebagai berikut:
a. Verifiability
Laporan keuangan suatu entitas yang mempunyai kondisi yang sama
dengan laporan keuangan entitas lain akan mendapatkan opini yang sama
apabila di audit oleh auditor lain
b. Representational x faithfullness
Angka dan keterangan yang disajikan sesuai dengan apa yang ada dan
benar-benara terjadi
c. Neutrality
Informasi dari laporan keuangan harus diarahkan pada kebutuhan umum
pemakai, dan tidak tergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu.
Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan
beberapa pihak, sementara hal tersebut merugikan beberapa pihak yang
mempunyai kepentingan yang berlawanan.
Ukuran integritas laporan keuangan selama ini belum ada walaupun demikian
secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme
serta keberadaan manipulasi laporan keuangan yang biasanya diukur dengan
manajemen laba. Menurut Mayangsari (2003) laporan keuangan yang reliable
atau berintegritas dapat dinilai dengan cara penggunaan prinsip konservatisme
dan penggunaan earning management karena informasi dalam laporan keuangan
akan lebih reliable, sehingga integritas laporan keuangan dapat mencerminkan
nilai pasar perusahaan
2.1.4 Audit Tenure dan Integritas Laporan Keuangan
Audit tenure adalah masa jabatan dari kantor akuntan publik (KAP) dalam
memberikan jasa audit terhadap klienya. Ketentuan mengenai audit tenrue telah
dijelaskan dalam keputusan menteri dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor
423/KMk.06/2002 yang kemudian diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 359/KMK.06/2003 disebutkan bahwa diwajibkan untuk mengganti Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang telah mendapat penugasan mengaudit selama lima
tahun berturut-turut. Peraturan tersebut kemudian diperbarui dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 dengan kewajiban mengganti KAP
setelah melaksanakan audit selama enam tahun berturut-turut.
Isu yang muncul akibat lamanya audit tenure adalah isu independensi auditor.
Pada bulan juli 2003, Federasi Akuntan Internasional (IFAC) mengeluarkan suatu
dokumen Rebuilding Publik Confidence in Financial Reporting, di mana IFAC
menganggap kekerabatan antara auditor dengan klien sebagai suatu ancaman bagi
independensi auditor. Perhatian IFAC yang utama adalah kekerabatan yang
berlebihan itu dapat mengakibatkan keragu-raguan atau kepuasan auditor untuk
menghadapi tantangan sewajarnya. Dengan demikian, untuk mengurangi keragu-
raguan diperlukan suatu audit yang efektif (IFAC, 2003 dalam Adibowo, 2009).
Louwers (1998) dalam Adibowo (2009) juga menemukan bahwa lamanya
hubungan auditor-klien mempengaruhi kecenderungan auditor untuk
mengeluarkan opini going-concern. Karenanya, regulator menyatakan bahwa
rotasi auditor dapat meningkatkan kualitas audit dan meningkatan kualitas proses
pelaporan keuangan (CHI dan Huang,2004).
2.1.5 Corporate Governance
Good governance merupakan tata kelola yang baik pada suatu usaha yang
dilandasi oleh etika profesional dalam berusaha atau berkarya. Pada prinsipnya
tujuan corporate governance adalah menciptakan nilai bagi pihak yang
berkepentingan. Pihak-pihak tersebut adalah pihak internal yang meliputi dewan
komisaris, direksi, karyawan, dan pihak eksternal yang berkepentingan. Corporate
governance didefinisikan sebagai seperangkat aturan yang mendefinisikan
hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah karyawan, dan
stakeholder internal maupun eksternal lain, mengenai hak dan kewajiban mereka,
atau sistem di mana perusahaan diatur (directed) dan dikendalikan (controlled),
tujuan corporate governance adalah menciptakan nilai tambah bagi stakeholder
(Forum For Corporate Governance, 2001:2).
Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 mendefinisikan
Corporate Governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh
suatu organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya berlandaskan
peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.
Dalam penelitian ini, elemen-elemen yang terkandung dalam pengukuran
struktur corporate governance adalah:
2.1.5.1 Komisaris Independensi dan Integritas Laporan Keuangan
Menurut Zaini (2002) dalam Astria (2011) pembentukan dewan komisaris
merupakan salah satu cara untuk mengawasi manajer. Namun dewan komisaris
belum bisa melaksanakan tugasnya dikarenakan pemegang saham pengendali ikut
campur dalam mengawaji manajer, sehingga dewan komisaris gagal mewakili
kepentingan stakeholder-nya.
Oleh karena itu, untuk menjamin pelaksanaan Good Corporate Governance
(GCG) maka perlu dibentuknya komisaris yang independen. Komisaris
independen adalah komisaris yang beranggotakan dewan komisaris yang berasal
di luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas
dan keseluruhan. Komisaris independen ini bertujuan untuk melindungi pemegang
saham minoritas dan pihak-pihak yang terkait.
2.1.5.2 Komite Audit dan Integritas Laporan Keuangan
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan direksi yang
bertugas melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan keuangan dan
audit ekstern. Dalam hal pelaporan keuangan, peran dan tanggungjawab komite
audit adalah mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan agar standar dan
kebijaksanaan keuangan yang berlaku terpenuhi, memeriksa ulang laporan
keuangan apakah sudah sesuai dengan standar dan kebijksanaan tersebut dan
apakah sudah konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh anggota komite
audit, serta menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor
eksternal.
Berdasarkan Surat Edaran BEJ, SE-008/BEJ/12-2001, keanggotaan komite
audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit.
Anggota komite yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota
komite ini merupakan komisaris independen sekaligus ketua komite. Anggota
lainnya yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak
eksternal yang independen. Selain itu, terdapat berbagai ketentuan dan peraturan
mengenai komite audit telah dibuat diantaranya:
a. Pedoman Good Corporate Governance (maret 2011) yang menanjurkan
semua perusahaan di Indonesia memiliki Komite Audit
b. Surat edaran BAPEPAM No. SE-03/PM/2000 yang merekomendasikan
perusahaan-perusahaan publik memiliki Komite Audit
c. KEP-339/BEJ/07-2001, yang mengharuskan semua perusahaan yang listed
di Bursa Efek Jakarta memiliki Komite Audit
d. KEP-117/M-MBU/2002 yang mengharuskan semua BUMN mempunyai
Komite Audit
e. KEP-103/MBU/2002 yang mengharuskan semua BUMN mempunyai
Komite Audit
Keberadaan komite audit pada saat ini diterima sebagai suatu bagian dari tata
kelola organisasi perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Selain itu
kehadiran komite audit akhir-akhir ini telah mendapat respon yang positif dari
berbagai pihak antara lain Pemerintah Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), Para Investor, Profesi
Hukum (Advokat, Profesi Akuntan serta Independen Apprisal).
Komite audit merupakan badan yang dibentuk oleh dewan direksi untuk
mengaudit operasi dan keandalan. Badan ini bertugas memilih dan meniliai
kinerja perusahaan kantor akuntan publik, komite audit juga bertugas untuk
memlihara independensi akuntan pemeriksa terhadap manajemen. Komite audit
berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-maslah yang
berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian intern.
Tujuan pembentukan komite audit adalah :
1. Memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan
sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum
2. Memastikan bahwa internal kontrolnya memadai
3. Menindaklanjuti terhadap dugaan adanya penyimpangan yang material di
bidang keuangan dan implikasi hukumnya
4. Merekomendasikan seleksi auditor
2.1.5.3 Kepemilikan Manajerial dan Integritas Laporan Keuangan
Persentase saham yang dimiliki oleh manajemen termasuk didalamnya
persentase saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun dimiliki
oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya (Susiana &
Herawaty, 2007). Kepemilikan perusahaan merupakan salah satu mekanisme yang
dipergunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai kepentingan pemilik
perusahaan. Dua aspek penting dari struktur kepemilikan (Gunarsih, 2004) adalah
konsentrasi kepemilikan dan komposisi kepemilikan.
Komposisi kepemilikan berkaitan dengan siapakah pemegang saham, dan
yang lebih penting adalah siapa diantara pemegang saham ke dalam kelompok
pengendali. Kepemilikan saham manajerial merupakan persentase saham yang
dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya.
Kepemilikan manajerial juga dapat berperan dalam membatasi perilaku
menyimpang dari manajemen perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan
salah satu mekanisme yang dapat diterapkan dalam meningkatkan integritas
laporan keuangan. Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajer akan
cenderung bertindak dalam kepentingan pemegang saham karena mereka juga
merupakan bagian dari pemegang saham, antara lain dengan tidak memanipulasi
informasi yang ada dalam laporan keuangan.
2.1.5.4 Kepemilikan Institusional dan Integritas Laporan Keuangan
Menurut Gunarsih (2004) tingkat kepemilikan saham oleh manajerial yang
cukup tinggi juga dapat berdampak buruk terhadap perusahaan. Hal ini
disebabkan karena manajer mempunyai hak voting yang besar atas
kepemilikannya yang tinggi, sehingga mereka memiliki posisi yang kuat untuk
melakukan kontrol terhadap perusahaan. Akibatnya pihak pemegang saham
eksternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan manajer.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, Fama dan Jensen (1983) serta
Agrawal dan Mandeker (1990) dalam Listyani (2003) menganjurkan pentingnya
suatu mekanisme pengawasan dalam perusahaan. Salah satu mekanisme
pengawasan tersebut yaitu dengan mengaktifkan monitoring melalui investor-
investor institusional. Dengan kepemilikan instutisional oleh perusahaan investasi,
bank, perusahaan asuransi, maupun lembaga lain seperti perusahaan-perusahaan
akan mendorong munculnya pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja
manajer. Kepemilikan institusional sangat berperan dalam mengawasi perilaku
manajer sehingga integritas laporan keuangan terjaga dengan baik. Hal ini
dikarenakan, dengan adanya pengawasan tersebut maka manajer akan lebih
berhati-hati dalam pengambilan keputusan.
Tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat
mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja
perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan
diri sendiri. Mitra (2002), Koh (2003), dan Pratana dan Mas’ud (2003) juga
menemukan bahwa kehadiran kepemilikan institusional yang tinggi membatasi
manajer untuk melakukan pengelolaan laba.
2.1.6 Ukuran KAP dan Integritas Laporan Keuangan
Ukuran KAP merupakan ukuran yang digunakan untuk menetukan besar
kecilnya suatu kantor Akuntan Publik, KAP dikatakan besar apabila :
1. Berafiliasi dengan big 4
2. Mempunyai cabang dan klien perusahaan besar
3. Mempunyai tenaga kerja yang profesional min 25 orang
Menurut (Shockley (1981) dalam Astria (2011)) mengungkapkan KAP yang
besar lebih independen dibandingkan dengan KAP kecil. Dengan alasan bahwa
ketika KAP besar kehilangan satu klien tidak begitu berpengaruh terhadap
pendapatanya, akan tetapi apabila KAP kecil kehilangan satu klien sangat
berpengaruh terhadap pendapatan KAP. Sehingga KAP besar seperti big 4
biasanya dianggap lebih independen dari pada KAP kecil. Selain itu, KAP big 4
lebih mempunyai reputasi dan dianggap mempunyai reputasi penyedia jasa yang
mememiliki audit yang tinggi dan KAP yang besar diangap lebih mandiri dari
tekanan manajemen.
Penelitian yang dilakukan Susiana dan Herawaty (2007) dalam Astria (2011)
menyatakan bahwa kualitas audit diukur dengan ukuran KAP tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Dalam penelitian
tersebut KAP dibedakan ke dalam 2 kategori KAP big four dan KAP non-big
four.
2.2 Kerangka Pemikiran
Hubungan auditor dengan klien (audit tenure), struktur corporate governance,
dan ukuran KAP dengan integritas laporan keuangan dapat ditunjukkan dengan
kerangka pemikiran teoritis yang disajikan dalam gambar 2.1 dibawah ini:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Hubungan Audit Tenure, Struktur Corporate Governance, dan ukuran KAP
terhadap Integritas Laporan keuangan
Variabel Independen Variabel Dependen
2.3 Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Audit Tenure Terhadap Integritas Laporan Keuangan
Audit tenure adalah masa jabatan dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam
memberikan jasa audit terhadap klienya. Ketentuan mengenai audit tenure sudah
dijelaskan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
17/PMK.01/2008 dengan kewajiban mengganti KAP setelah melaksanakan audit
selama enam tahun berturut-turut.
Isu yang muncul akibat adanya audit tenure adalah isu independensi auditor.
Mautz dan Sharaf (1961) dalam Astria (2011) menyatakan bahwa semakin
lamanya hubungan KAP dengan klien akan mempengaruhi pengaruh yang
merugikan independensi KAP karena obyektifitas KAP pada klien akan
berkurang. Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka
pemikiran, maka hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
Audit Tenure
Struktur corporate
governance
Kepemilikan
institusional
Kepemilikan
manajerial
Komite Audit
Komisaris
Independen
Ukuran KAP
Integritas laporan
Keuangan
H1 : Audit tenure berpengaruh negatif signifikan terhadap integritas
laporan keuangan.
2.3.2 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Integritas Laporan
Keuangan
Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan yang
beranggotakan dewan komisaris yang independen yang berasal dari luar
manajemen perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara
luar dan keseluruhan. Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan
pengambilan keputusan oleh manajemen guna melindungi pemilik saham
minoritas dan pihak-pihak terkait.
Dapat disimpulkan pula bahwa keberadaan komisaris independen pada suatu
perusahaan dapat mempengaruhi integritas laporan keuangan yang dihasilkan oleh
manajemen. Jika perusahaan memiliki komisaris independen maka laporan
keuangan yang dihasilkan akan lebih berintegritas, karena di dalam perusahaan
terdapat badan yang langsung memonitoring secara langsung dan melindungi hak
pemakai laporan keuangan di luar manajemen. Berdasarkan landasan teori,
penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran, maka hipotesis yang akan diuji
adalah sebagai berikut:
H2 : Komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap
integritas laporan keuangan.
2.3.3 Pengaruh Komite Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan direksi yang
bertugas melaksanakan pengawasan independens atas proses laporan keuangan.
dalam hal pelaporan keuangan, peran dan tanggung jawab komite audit adalah
memonitor dan mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan standar dan
kebijaksanaan keuangan yang berlaku.
Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/ tahun 2000 dan Undang-undang
BUMN Nomor 19/2003 pembentukan komite audit merupak suatu keharusan.
Komite audit merupakan salah satu komite yang memiliki peranan penting dalam
corporate governance sebagai salah satu upaya dalam mengurang kecurangan
dalam penyajian laporan keuangan sehingga komite audit diharapkan dapat
meningkatkan pengawasan terhadap tindakan manajem yang memungkinkan
untuk melakukan manipulasi data laporan keuangan. Berdasarkan landasan teori,
penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran, maka hipotesis yang akan diuji
adalah sebagai berikut:
H3 : Komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap integritas
laporan keuangan.
2.3.4 Pengaruh Kepemilkan Manajerial Terhadap Integritas Laporan
Keuangan
Kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme dalam mengatasi konflik
keagenan dari manajerial dengan menyelaraskan kepentingan manajer dengan
pemilik saham. Kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen akan
berdampak secara langsung dari keputusan ekonomi yang sudah diambil dan
menanggung konsekuensi dari keputusan salah dan tanggung jawab lebih besar
daam menjalankan perusahaan, mengambil keputusan terbaik untuk
kesejahteraaan perusahaan, dan melaporakan laporan keuangan dengan informasi
yang benar dan jujur sehingga memiliki integritas laporan keuagan yang tinggi.
Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran, maka
hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H4 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif signifikan integritas
laporan keuangan.
2.3.5 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Integritas Laporan
Keuangan
Kepemilikan institusional adalah persentase kepemilkan saham yang dimiliki
oleh institusi dibagi dengan banyaknya saham yang beredar, sehingga dapat di
katakan kepemilikan perusahaan sebagian besar dimiliki oleh institusi. Tindakan
pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong
manajer untuk lebih memfokuskan perhatianya terhadap kinerja perusahaan
sehingga perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri dapat ditekan.
Semakin tinggi kepemilikan institusional dalam sebuah perusahaan dapat
meningkatkan tingkat pengawasan terhadap perilaku manajemen sehingga
manajemen tidak dapat memanipulasi data yang berkaitan dengan laporan
keuangan sehingga laporan keuangan akan lebih dapat dipercaya. Berdasarkan
landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran, maka hipotesis yang
akan diuji adalah sebagai berikut:
H5 : Kepemilikan Institusional berpengaruh positif signifikan terhadap
integritas laporan keuangan.
2.3.6 Pengaruh Ukuran KAP Terhadap Integritas Laporan Keuangan
Perusahaan yang membuat laporan keuangan pasti akan memilih KAP yang
mempunyai kredibilitas yang tinggi agar para pengguna laporan keuangan
tersebut yakin data yang di laporan keuangan jujur. Auditor dari akuntan big-eght
lebih akurat dari pada akuntan non big-eight Lennox (1999) dalam Mayangsari
(2003).
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kantor akuntan publik yang
besar mempunyai reputasi yang lebih baik dalam opini, dengan demikian semakin
besar ukuran KAP maka integritas laporan keuangan yang dihasilkan tinggi.
Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran, maka
hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H6 : Ukuran KAP berpengaruh positif signifikan terhadap integritas
laporan keuangan.
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan penelitian
Penenelitian yang digunakan merupakan hypothesis testing dimana dalam
penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh audit tenure, struktur corporate
governance dan ukuran KAP terhadap integritas laporan keuangan perusahaan
manufaktur di Indonesia, sehingga menggunakan pendekatan testing hipotesis.
3.1.1 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah integritas laporan keuangan
pengukuran yang digunakan menggunakan C-skor sebagai proksi konservatisme
memiliki value revenue, sehingga laporan keuangan perusahaan yang menerapkan
prinsip konservatisme akuntansi dapat mencerminkan nilai pasar perusahaan.
Keterangan :
Cit = indeks conservatism perusahaan i pada tahun t
Rpit = jumlah biaya riset dan pengembangan yang ada dalam laporan
keuangan perusahaan i pada tahun t
DEPRit = biaya depresiasi yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan
i pada tahun t
NOAit = net operating assets, yang diukur dengan rumus kewajiban
keuangan bersih ; (total utang + total saham + total deviden) – (kas
+ total investasi) perusahaan i pada tahun t
3.1.2 Variabel Independen
3.1.2.1 Audit Tenure
Audit Tenure adalah masa perikatan audit dari Kantor Akuntan Publik (KAP)
dalam memberikan jasa audit terhadap klienya. Variabel audit Tenure dihitung
dengan menjumlah total panjang masa perikatan audit sebelum auditor berpindah.
Variabel ini diberi simbol TENURE
3.1.2.2 Struktur Corporate Governance
Pengukaran variabel ini tidak diukur secara mandiri tetapi diukur dengan
menggunakan 4 dimensi variabel, yaitu :
1. Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan pihak yang mempunyai peranan
penting dalam menciptakan iklim independen, lebih objektif dan menerapkan
unsur keadilan. Komisaris independen bertugas agar komisaris secara umum
proaktif dalam melakukan pengawasan dan penasihat direksi, sehingga secara
tidak langsung berperan dalam menyediakan laporan keuangan yang reliabel.
Dewan komisaris yang independen secara umum mempunyai pengawasan yang
lebih baik terhadap manajemen, sehingga mempengaruhi kemungkinan
kecurangan yang dilakukan manajemen dalam menyajikan laporan keuangan.
Secara teoritis keberadaan ini akan mempunyai pengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan dan tingkat rekayasa yang dilakukan manajemen. Komisaris
Independensi akan diberi simbol KI dan akan diukur menggunakan persentase
anggota dewan yang berada dari luar perusahaan (independen) dengan total
dewan komisaris
2. Komite Audit
Komite audit mempunyai fungsi untuk membantu dewan komisaris dalam
meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan wewenang yang untuk
mengkontrol perusahaan sehingga dapat mengurangi manajemen laba atau
kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan yang dapat dilakukan oleh
manajer. Komite Audit diberi simbol KA dan diukur dengan menggunakan
jumlah anggota komite audit yang terdapat dalam perusahaan
3. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah persentase saham yang dimiliki oleh
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengembalian keputusan perusahaan
dibandingkan dengan total saham yang beredar. Kepemilikan Manajerial diberi
simbol KM dan diukur dengan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh
manajer, direksi, komisaris, ataupun pihak-pihak yang lain yang secara aktif
ikut dalam pengembalian keputusan perusahaan.
4. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional yang tinggi menyebabkan pengawasan yang lebih
intensif sehingga dapat membatasi perilaku manajer yang oportunistik.
Variabel ini diberi simbol INST yaitu dengan memperhatikan proporsi saham
yang dimiliki oleh institusional atau suatu instutisi pada akhir tahun
dibandingkan dengan total jumlah saham yang beredar, institusi yang dimaksud
adalah perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan
institusi lain. Variabel ini diukur dengan persentase saham yang dimiliki oleh
institusi
3.1.2.3 Ukuran KAP
Ukuran KAP dalam penelitian ini dibagi berdasaran besar kecilnya KAP,
dimana ukuran ini didasarkan pada KAP besar (big four) dan KAP kecil (non big
four). Variabel ukuran KAP ini menggunakan variabel dummy, jika perusahaan
klien diaudit oleh KAP besar maka diberikan nilai 1. Jika diaudit oleh KAP kecil
maka akan diberi nilai 0.
Adapun auditor yang termasuk dalam kelompok KAP big 4 di indonesia
yaitu:
a) Delloitte Touche Tohmatsu (Deloitte)
b) Ernst & Young (EY)
c) klynveldPeat Marwick Goerdeler (KPMG)
d) Pricewaterhouse Cooper (PwC)
3.2 Populasi dan sampel
Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
telah go public yang menjadi emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode 2011-2014. Perusahaan manufaktur dijadikan objek penelitian karena dari
sekian jenis bidang usaha perusahaan, perusahaan manufakturlah yang paling
banyak melakukan pergantian KAP. Metode pengumpulan sampel (sampling
method) yang digunakan adalah purposive sampling. Metode purposive sampling
adalah metode pengumpulan sampel yang berdasarkan tujuan penelitian. Adapun
syarat sampel yang digunakan dalam penelitian untuk menyeleksi sehingga layak
dijadikan penelitian. Kriteria yang digunakan adalah :
a. Perusahaan yang dijadikan objek penelitian harus perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b. Perusahaan tersebut telah mempublikasikan laporan keuangan yang telah
diaudit oleh auditor independen untuk periode waktu 2011 sampai
dengan tahun 2014.
c. Perusahaan telah melakukan pergantian KAP selama kurun waktu
penelitian.
d. Perusahaan tidak mengalami kerugian dalam waktu 2011-2014.
e. Informasi yang disampaikan oleh perusahaan lengkap sesuai apa yang
dibutuhkan peneliti.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara. Data sekunder yang didapat oleh peneliti yaitu
data perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) dari
tahun 2011 sampai 2014.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode
analisis data kuantitatif.
3.4.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif berhubungan dengan metode pengelompokan, peringkasan
dan penyajian data dalam cara yang lebih informatif. Analisis diskriptif ditujukan
untuk memberikan gambaran atau deskripsi data dari variabel dependen yaitu
integritas laporan keuangan dan variabel independen audit tenure, struktur
corporate governance, dan ukuran KAP pada perusahaan manufaktur tahun 2011-
2014
Analisis ini disajikan dengan menggunakan tabel statistic decriptive yang
memaparkan nilai minimum, nilai maksimal, nilai rata-rata (mean) dan standar
deviasi (standard deviation). Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-
rata populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk
menilai disperse rata-rata dari sampel. Maksimum dan nilai minimum digunakan
untuk melihat nilai maksimum dan minimum dari populasi. Hal ini perlu
dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil
dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.
3.4.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada
analisis regresi linear berganda. Uji asumsi klasik digunakan untuk memastikan
bahwa model telah memenuhi kriteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE).
Adapun uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah sebuah data
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini digunakan untuk mengetahui
apakah variabel bebas dengan variabel terikat mempunyai distribusi
normal atau tidak. Uji normalitas dinyatakan normal apabila nilai
signifikan lebih besar dari 0,05. Uji yang dilakukan untuk melihat
normalitas adalah dengan menggunakan uji kolmogorov smirnov (Santoso,
2010:90).
2. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah suatu keadaan yang menyatakan bahwa
variabel-variabel independen pada persamaan regresi mempunyai
hubungan yang kuat satu sama lain. Uji Multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel bebas. Apabila variabel bebas saling berkorelasi maka variabel-
variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang
nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya Multikolinieritas didalam model regresi
adalah sebagai berikut (Ghozali, 2005:92).
1. Mempunyai angka tolerence diatas (>) 0,1
2. Mempunyai nilai VIF di bawah (<) 10.
3. Uji Heteroskedatistas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan pada
pengamatan yang lain. Apabila varians dari residual satu pengamatan pada
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2005:105). Dasar pengambilan keputusan:
1. Apabila terdapat pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang
ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi
heteroskedastisitas.
2. Apabila tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1. Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui
apakah model mengandung autokorelasi atau tidak, yaitu adanya
hubungan diantara variabel untuk mempengaruhi variabel dependen. Pada
penelitian ini untuk menguji ada tidaknya autokorelasi baik positif atau
negatif, peneliti menggunakan uji durbin-watson (DW) dengan alat bantu
SPSS 17 for windows.
3.5 Uji Hipotesis
3.5.1 Uji Regresi Linier Berganda
Ghozali (2006) logistic regresion merupakan uji yang membuat variabel
dependent menjadi dua pilihan anatara 0 (ditolak) dan 1 (diterima) adanya 2
pilihan tersebut membuat variabel dependent hanya memiliki dua pilihan. Metode
penelitian seperti ini digunakan saat variabel dependen yang tidak dapat
dijabarkan dan memiliki dua pilihan antara diterima atau ditolak.
Pada penelitian terdahulu menggunakan uji hipotesis logistic regresion yang
membuat variabel dependen dengan penggukuran indeks konservatism menjadi
dummy, sedangkan pada penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda,
peneliti memilih pengukuran ini dikarenakan variabel lebih mencerminkan nilai
yang sesungguhnya.
Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menguji
apakah terdapat pengaruh atau hubungan secara linier antara variabel bebas yaitu
audit tenure (TENURE), Komisaris Independen (KI), Komite Audit (KA),
Kepemilikan Manajerial (KM), Kepemilikan Institusional (INST), dan besarnya
KAP (KAP) terhadap variabel terikat yaitu integrtas keuangan (Y). Adapun
persamaan regresi linier berganda yang digunakan untuk mengukur pengaruh
tersebut adalah sebagai berikut:
Y = a0 + a1TENURE1 + a2KI2 + a3KA3 + a4MANJ4 + a5INST5 + a6KAP6 + E
Keterangan :
CON = Ukuran integritas laporan keuangan yang diukur menggunakan
variabel dummy dari asumsi konservatisme.
TENURE = Masa kerja, lamanya hubungan auditor-auditee sebelum
auditor berpindah.
INST = Persentase kepemilikan saham oleh institusi.
MANJ = Persentase kepemilikan saham oleh manajemen.
KA = Jumlah anggota komite audit perusahaan.
KI = Proporsi komisaris independen terhadap keseluruhan
jumlah dewan komisaris perusahaan.
KAP = Ukuran KAP, variabel ini menggunakan variabel dummy
dan diberi nilai 1 jika KAP merupakan KAP big four dan nilai
0 untuk KAP non big four.
E = Error
3.5. 2 Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) (Goodness of Fit)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kepastian yang
paling baik dalam analisis regresi yang dinyatakan dengan koefisien determinasi
majemuk (R2). R2 = 1 berarti variabel independent berpengaruh sempurna
terhadap variabel dependen, sebaliknya jika R2 = 0 berarti variabel independen
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
3.5.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian ini untuk mengetahui apakah variabel independen secara
serentak berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila tingkat probabilitasnya
lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa semua variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat.
Adapun prosedur pengujiannya adalah setelah melakukan perhitungan
terhadap F hitung kemudian membandingkan nilai F hitung dengan F tabel.
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
3.5.4 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji statistik t)
Uji t adalah pengujian secara statistik untuk mengetahui apakah
variabel independen secara individual mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen. Jika tingkat probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan
variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif
Tabel 4.1
Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Seleksi Sampel
No Kriteria Jumlah
1
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
2011-2014 568
2
Perusahaan yang tidak mengalami kerugian pada
periode 2011-2014 312
3
Perusahaan yang tidak mencamtumkan data yang
lengkap pada periode 2011-2014 98
4 Perusahan telah melakukan pergantian KAP 38
Total Sampel 2011-2014 120
(Sumber : Hasil pengolahan Data)
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
Keterangan notasi :
X1 = Audit Tenure
X2 = Komisaris Independen
X3 = Komite Audit
X4 = Kepemilikan Manajerial
X5 = Kepemilikan Institusional
X6 = Ukuran KAP
4.2 Asumsi-Asumsi Klasik Regresi
4.2.1 Uji Normalitas
Descriptive Statistics
120 .00000183 .00784991 .0011536121 .00198464204
120 3.00 4.00 3.5917 .49359
120 31.00 99.97 71.2103 17.98531
120 .00 39.48 5.2676 9.29586
120 20.00 80.00 40.9553 13.42607
120 3.00 4.00 3.1250 .33211
120 .00 1.00 .5417 .50035
120
Y
X1
X2
X3
X4
X5
X6
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Dev iation
Tabel 4.2 : Hasil Uji Normalitas
Gambar 4.1
Uji Normalitas Dengan PP Plot Residual
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
120
.0000000
.00136169
.123
.123
-.081
1.348
.053
N
Mean
Std. Dev iat ion
Normal Parametersa,b
Absolute
Positive
Negativ e
Most Extreme
Dif f erences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated f rom data.b.
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
Dependent Variable: Y
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
4.2.2 Uji Autokorelasi
Gambar 4.2
Uji Durbin-Watson
d
0 dL dU 2 4 – dU 4 – dL 4
Keterangan:
dU = Durbin-Watson Upper (batas atas dari tabel Durbin-Watson)
dL = Durbin-Watson Lower (batas bawah dari tabel Durbin-Watson)
Tabel 4.4 : Hasil Uji Autokorelasi
Sumber: Data primer diolah
4.2.3 Uji Multikolinieritas
Tabel 4.5 : Hasil Uji Multikolinieritas
Sumber: Data primer diolah
1.935
Model
1
Durbin-
Watson
.921 1.085
.823 1.215
.930 1.075
.774 1.291
.967 1.034
.884 1.132
X1
X2
X3
X4
X5
X6
Model
1
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Tolak
H0
Tolak
H0
Terima H0 Daerah
Keragu-
raguan
Daerah
Keragu-
raguan
4.2.4 Uji Heterokedastisitas
Gambar 4.3
Uji Heteroskedastisistas
Sumber: Data primer diolah
4.3 Analisis Regresi Linier Berganda
4.3.1 Persamaan Regresi
Tabel 4.6 : Persamaan Regresi
Berdasarkan pada Tabel 4.6 didapatkan persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 0,194 X1 + 0,259 X2 + 0,478 X3 + 0,190 X4 + 0,193 X5 – 0,064 X6
4.3.2 Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.7
Koefisien Korelasi dan Determinasi
-.0088355 .0016711 -5.287 .000
.0007790 .0002704 .194 2.881 .005
.0000286 .0000079 .259 3.643 .000
.0001021 .0000143 .478 7.146 .000
.0000281 .0000108 .190 2.592 .011
.0011527 .0003921 .193 2.940 .004
-.0002520 .0002723 -.064 -.925 .357
(Constant)
X1
X2
X3
X4
X5
X6
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig.
.727 .529 .504
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
4.4 Pengujian Hipotesis
4.4.1 Hipotesis I (F test / Serempak)
Tabel 4.8
Uji F/Serempak
Sumber: Data primer diolah
Tabel 4.9
Hasil Uji t / Parsial
Sumber: Data primer diolah
4.5 Pembahasan Analisi Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian ini untuk menemukan bukti empiris apakah
faktor audit tenure, struktur corporate governance dan ukuran KAP berpengaruh
terhadap intergritas laporan keuangan dapat di uraikan sebagai berikut.
a. Audit Tenure
Hasil perhitungan statistik audit tenure menunjukan adanya pengaruh
positif terhadap integritas laporan keuangan dan keofesien regresi
menunjukan arah positif. dengan demikian audit tenure tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. hal ini
menjelaskan bahwa semakin lama masa perikatan KAP dengan klien tidak
mengubah integritas laporan keuangan oleh perusahaan.
ANOVAb
.000248069 6 .000041345 21.174 .000a
.000220649 113 .000001953
.000468718 119
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), X6, X3, X5, X1, X2, X4a.
Dependent Variable: Yb.
-.0088355 .0016711 -5.287 .000
.0007790 .0002704 .194 2.881 .005
.0000286 .0000079 .259 3.643 .000
.0001021 .0000143 .478 7.146 .000
.0000281 .0000108 .190 2.592 .011
.0011527 .0003921 .193 2.940 .004
-.0002520 .0002723 -.064 -.925 .357
(Constant)
X1
X2
X3
X4
X5
X6
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig.
Pada Astria (2011) menduga adanya pengaruh negatif yang signifikan
antara audit tenure terhadap integritas laporan keuangan. Hasil yang
diperoleh menunjukan bahwa penelitian terdahulu masih berpengaruh
sampai sampel pada tahun 2011-2014. Perubahan peraturan Menteri
Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 yang menyatakan perubahan KAP
selama enam tahun membuat perusahaan harus beradaptasi kepada KAP
baru. KAP yang baru harus mendapatkan informasi mulai dari awal
sehingga manajemen dapat memanipulasi informasi perusahaan sehingga
laporan keuangan yang dikeluarkan oleh KAP kurang berintegritas.
Tidak adanya pengaruh yang signifikan dari audit tenure yang
mencerminkan independensi KAP terhadap integritas laporan keuangan
menunjukan bahwa perusahaan tidak memandang masa perikatan KAP
yang lebih lama sebagai dasar penyajian laporan keuangan untuk menjadi
tidak konservaif. Hal ini dengan pertimbangan bahwa perubahan dari
akuntansi yang konservatif menjadi optimis akan dihindari oleh
perusahaan untuk mengurangi kecurigaan investor atau pengguna laporan
keuangan lainya.
b. Komisaris Independen
Hasil perhitungan statistik komisaris independen menunjukan
pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan dengan
arah positif. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi keberadaan
komisaris independen maka semakin tinggi pula integritas laporan
keuanagan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu yaitu
Mayangsari (2003) yang menemukan bukti terdapat pengaruh yang
signifikan keberadaan komisaris independen terhadap integritas laporan
keuangan dengan arah positif. Kondisi demikian mencerminkan bahwa
pada perusahaan yang memiliki komisaris independen yang lebih besar
akan memainkan peran mereka secara optimal untuk mengawasi manajer
dalam pengambilan keputusan dan melindungi hak pihak-pihak diluar
manajemen perusahaan (Susiana dan Herawaty, 2007).
Sebagai penegah antara manajer internal dengan pihak-pihak yang
berada di luar manajemen perusahaan komisaris independen menjadi
pengawas manajemen internal perusahaan membuat laporan keuangan
yang dibuat oleh manajemen perusahaan melalui KAP dapat di kontrol dan
menjadiakan laporan keuangan berintegritas.
c. Komite Audit
Hasil perhitungan statistik komite audit menunjukan pengaruh yang
signifikan terhadap integritas laporan keuangan dengan arah positif. Hal
ini menunjukan semakin tinggi jumlah komite audit maka perusahaan
cenderung menyajikan laporan keuangan yang memiliki integritas yang
tinggi
Sejalan dengan fungsi komite audit yaitu untuk mengawasi kebijakan
manajemen serta menilai informasi yang di sajikan dalam laporan
keuangan telah berjalan dengan baik. Jumlah komite audit yang berada
dalam struktur organisasi perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah
ditetepkan oleh Bapepam minimal tiga orang. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Jama’an (2008), Astria (2011) dan Sabeni (2013)
hasil ini menunjukan bahwa hasil penelitian konsisten dengan penelitian
terdahulu.
Keberadaan komite audit ini dimaksudkan untuk memantau perilaku
manajemen yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan, sehingga
dalam hal ini keberadaan komite audit dapat memeperkecil upaya
manajemen untuk memanipulasi data-data yang berkaitan dengan
keuangan dan prosedur akuntansi, sehingga manajemen laba dapat di
kontrol atau diminimalkan.
d. Kepemilikan Manajerial
Hasil perhitungan statistik kepemilikan manajerial menunjukan
pengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini
menjelaskan bahwa semakin tinggi kepemilikan manajerial maka
perusahaan akan menyajikan laporan keuangan yang berintegritas
Hasil penelitan yang diperoleh berbeda dengan penelitian terdahulu,
pada penelelitian terdahulu kepemilikan manajerial memiliki hasil
berpengaruh negatif signifikan terhadap integritas laporan keuangan
sehingga semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin rendah
integritas laporan keuangan yang disampaikan. Hasil yang berbeda ini
dikarenakan sampel yang digunakan dalam penelitian berbeda. Hasil pada
sampel 2011-2014 menunjukan kepemilikan manajerial berpengaruh
positif signifikan terhadap integritas laporan keuangan dikarenakan
kepemilikan saham perusahaan manufaktur banyak dimiliki oleh pihak
eksternal, sehingga pemilik saham dapat membatasi kebijakan yang di
ambil oleh manajemen.
Kepemilikan manajerial yang semakin besar mendorong manajemen
untuk berusaha membuat laporan keuangan yang berintegritas. Laporan
keuangan yang berintegritas dapat menarik minat investor untuk
menanamkan modal di perusahaan. Karena investor lebih memilih
perusahaan yang melaporkan laporan keuangan yang memiliki integritas
sehingga laporan dapat di pertanggung jawabkan. Kepemilikan manajerial
juga dapat berperan dalam membatasi perilaku menyimpang yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan sehingga meminta agar manajemen
mengeluarkan laporan keuangan yang memiliki integritas.
e. Kepemilikan Institusional
Hasil perhitungan statistik kepemilikan institusional menunjukan
pengaruh positif signifikan terhadap integritas laporan keuangan yang
berarti bahwa keberadaan pemegang saham institusional yang lebih besar
dapat meningkatkan integritas laporan keuangan.
Sulitnya monitoring pihak manajemen perusahaan oleh investor
minoritas menyebabkan manajemen melaporkan laporan keuangan yang
kurang berintegritas, sehingga melalui investor institusional perusahaan
investasi seperti bank, perusahaan asuransi dan lembaga lain dapat
mendorong pengawasan yang lebih terhadap pihak manajemen perusahaan
sehingga manajemen tidak dapat membuat kebijakan yang dapat
mengurangi atau melebihkan data pada laporan keuangan sehingga laporan
keuangan memiliki integritas yang tinggi. Hal ini menyebabkan investor
minoritas dapat memperoleh laporan keuangan yang berintegritas.
Penelitian ini mendukung Astria (2011) namun pada penelitian Astria
menunjukan perbedaan pada koefisien regresi bertanda negatif sehingga
kesimpulan yang di dapat berbeda dengan hasil penelitian. Perbedaan ini
dikarenakan adanya perbedaan sampel dan tahun pengambilan sampel,
pada penelitian ini sampel yang digunakan pada tahun 2011-2014
sedangakan penelitian Astria pada tahun 2007-2009. Perubahan waktu
pada saat penelitian membuat hasil yang berbeda karena kebijakan
manajemen terus mengalami perubahan dan kepemilikan saham yang
mengalami perubahan setiap waktu sehingga perubahan kepemilikan
saham oleh pihak institusional sangat berpengaruh signifikan terhadap
integritas laporan keuangan. Atik (2015) mendukung hasil penelitian yang
menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif
signifikan terhadap integritas laporan keuangan namun sampel yang
digunakan oleh Atik adalah perusahaan pertambangan 2008-2013.
f. Ukuran KAP
Hasil perhitungan statistik pada variabel ukuran KAP menunjukkan
pengaruh negatif signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Dapat
disimpulkan bahwa Integritas Keuangan dapat dipengaruhi tidak
signifikan oleh ukuran KAP yang berarti meningkatkan ukuran KAP maka
Integritas laporan keuangan rendah. Hasil dari penelitian Astria (2011)
memberikan hasil yang sama.
Hasil ini tidak sesuai dengan persepsi KAP big four yang seharusnya
dapat menghasilkan laporan keuangan yang berintegritas tinggi namun
terlalu banyak klien dan wilayah klien yang diaudit oleh KAP big four
terlalu luas dengan waktu yang terlalu singkat menyebabkan laporan
keuangan cenderung berintegritas rendah.
Alasan mengapa perusahaan tetap memakai KAP big four dengan
pandangan bahwa perusahaan akan mendapatkan kepercayaan oleh
investor atau dukungan dari pasarmodal terkait dengan laporan keuangan
yang disampaikan. KAP non-big four akan memberikan hasil yang lebih
berintegritas dikarenakan ruang lingkup klien yang tidak terlalu luas
sehingga auditor dapat lebih fokus pada perusahaan klien yang diaudit.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel mana sajakah yang
mempunyai pengaruh pada integritas keuangan. Dalam penelitian ini variabel
bebas yang digunakan adalah variabel audit tenure, corporate governance
(komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional), dan ukuran KAP terhadap variabel terikat (integritas keuangan).
Berdasarkan analisis keseluruhan:
1. Audit tenure mepengaruhi integritas keuangan. lamanya hubungan klien
dengan KAP membuat akuntan dengan manajemen sehingga
independensi akuntan dapat mempengaruhi laporan keuangan yang akan
dibuat sehingga laporan keuangan berintegritas rendah.
2. Secara keseluruhan corporate governance memilki pengaruh terhadap
integritas keuangan baik komite audit, kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional dan komisaris independen
3. Ukuran KAP tidak mempengaruhi integritas keuangan hasil dari
penelitian menunjukan KAP big four dan KAP non-big four namun
dengan nama big-four pengguna laporan keuangan akan mempercayai
integritas keuangan
Berdasarkan pada penghitungan analisis regresi linier berganda, dapat
diketahui :
1. Pengaruh secara simultan (bersama-sama) tiap variabel bebas terhadap
Integritas Keuangan dilakukan dengan pengujian F-test. Dari hasil analisis
regresi linier berganda diperoleh variabel bebas mempunyai pengaruh
yang signifikan secara simultan terhadap Integritas Keuangan. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengujian terhadap hipotesis yang menyatakan
bahwa adanya pengaruh secara bersama-sama (simultan) variabel bebas
terhadap variabel integritas keuangan dapat diterima.
2. Untuk mengetahui pengaruh secara individu (parsial) variabel bebas audit
tenure, corporate governance (komisaris independen, komite audit,
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional), dan ukuran KAP
terhadap Integritas Keuangan dilakukan dengan pengujian t-test.
Berdasarkan pada hasil uji didapatkan bahwa kedua variabel mempunyai
pengaruh signifikan terhadap integritas keuangan yaitu audit tenure,
corporate governance (komisaris independen, komite audit, kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional).
3. Berdasarkan pada hasil uji t didapatkan bahwa variabel komite audit
mempunyai nilai t hitung dan koefisien beta yang paling besar. Sehingga
variabel komite audit mempunyai pengaruh yang paling kuat dibandingkan
dengan variabel yang lainnya maka variabel komite audit mempunyai
pengaruh yang dominan terhadap Integritas Keuangan.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi pihak-pihak lain.
Adapun saran yang diberikan, antara lain:
1. Diharapkan pihak perusahaan dapat menambah jumlah komite audit,
karena variabel komite audit mempunyai pengaruh yang dominan dalam
mempengaruhi Integritas Keuangan sehingga laporan keuangan akan
berintegritas tinggi. Sehingga pengguna laporan keuangan dapat
menggambil keputusan dengan tepat dengan adanya laporan keuangan
yang berintegritas tinggi.
2. Mengingat variabel bebas dalam penelitian ini merupakan hal yang sangat
penting dalam mempengaruhi integritas keuangan diharapkan hasil
penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya untuk
mengembangkan penelitian ini dengan mempertimbangkan variabel-
variabel lain yang merupakan variabel lain diluar variabel yang sudah
masuk dalam penelitian ini.