analisis persediaan bahan baku pada home … · pemesanan bahan baku dengan menggunakan metode ini...
TRANSCRIPT
53 | Jurnal DINAMIKA Vol. 3 No. 2 – Desember 2017 ISSN:2460-3643
ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA HOME INDUSTRY
TAHU DI DESA RAMAN AJI KECAMATAN RAMAN UTARA
Suryadi
Email: suryadi [email protected]
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Metro
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the optimum level of inventory planning
of home industry know ingredients in Raman Aji Village, North Raman District,
while the method used in this research is EOQ (Economic Order Quantity)
approach.
The results of this study that Home industry know in the raw material inventory
planning based on the results of analysis by using EOQ method of ordering raw
materials is much more economical than the policy made by home industry actors
before the research. And the results of ordering analysis of raw materials using
this method is more economical. The result of total inventory cost analysis is
found to be more economical than the policy that has been taken so far by the
home business actors know. Overall, the EOQ method can be applied in home
industry know because all activities of tau industry can be optimized and more
economical.
Keywords: Home Industry, EOQ, Raw Material Inventory
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat optimalisasi perencanaan
persediaan bahan home industry tahu di Desa Raman Aji Kecamatan Raman
Utara, adapun metode yang digunakan dalam peneitian ini dengan pendekatan
EOQ (Economic Order Quantity).
Hasil penelitian ini bahwa Home industry tahu dalam perencanaan persediaan
bahan baku berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode EOQ
pemesanan bahan baku jauh lebih ekonomis dibandingkan dengan kebijakan yang
dilakukan pelaku home industrysebelum dilakukan penelitian. Serta hasil analisis
pemesanan bahan baku dengan menggunakan metode ini lebih ekonomis. Hasil
analisis total biaya persediaan diketemukan lebih ekonomis dari pada kebijakan
yang dimbil selama ini oleh pelaku binis home insdustry tahu. Secara keseluruh
bahwa metode EOQ dapat diterapkan dalam usaha home industr tahu karena
semua kegiatan industri tau dapat dioptimalkan dan lebih ekonomis.
Kata Kunci : Home Industry, EOQ, Persediaan Bahan Baku
54 | Jurnal DINAMIKA Vol. 3 No. 2 – Desember 2017 ISSN:2460-3643
1. Pendahuluan
Semakin berkembangnya
zaman beriringan dengan semakin
banyak pula tingkat pemenuhan
kebutuhan manusia, sehingga
manusia berlomba-lomba membuka
usaha guna mendapatkan
penghasilan yang akan membantu
memenuhi kebutuhan hidupnya. Unit
usaha merupakan sebuah proses yang
dilakukan dalam rangka untuk
mencapai suatu keinginan dan tujuan
yang sesuai dengan kebutuhan.
Home industry merupakan
rumah usaha yang memproduksi
suatu barang atau juga perusahaan
yang berskala kecil. Dikatakan
sebagai perusahaan kecil karena jenis
kegiatan ekonomi ini dipusatkan di
rumah dan home industry juga dapat
berarti industri rumah tangga, karena
termasuk dalam kategori usaha kecil
yang dikelola keluarga dan atau
tetangga sekitar rumah.
Pada umumnya pelaku
kegiatan ekonomi yang berbasis
home industry ini adalah keluarga itu
sendiri ataupun salah satu dari
anggota keluarga yang berdomisili di
tempat tinggalnya itu dengan
mengajak beberapa orang
disekitarnya sebagai karyawannya.
Industri tahu pada umumnya
merupakan industri skala rumahan
dengan jumlah tenaga kerja berkisar
antara 2 - 6 orang dan investasi yang
diperlukan tidak besar. Teknologi
proses pada industri tahu sederhana
dan mudah dipelajari sehingga
industri tahu dapat dijalankan oleh
siapapun dan tidak memerlukan skil
khusus. Industri tahu juga tidak
memerlukan tempat produksi yang
luas dan dapat dikerjakan dan atau
dijalankan di area perkampungan
maupun perkotaan dengan syarat
limbahnya dapat tertangani dengan
baik dan tidak mengganggu
lingkungan.
Tahu merupakan makanan
yang terbuat dari bahan baku kedelai
dan prosesnya masih sederhana dan
terbatas pada skala rumah tangga.
Lebih dari separuh konsumsi kedelai
di Indonesia dipergunakan untuk
diolah menjadi tahu dan tempe.
Bahan utama dalam proses produksi
tahu adalah kedelai. Kedelai adalah
jenis kacang – kacangan yang
banyak terdapat di Asia Timur.
Bahan baku yang digunakan
untuk melakukan proses produksi
tahu diperoleh sangat mudah
ditersedia dipasar, tetapi dalam setiap
55 | Jurnal DINAMIKA Vol. 3 No. 2 – Desember 2017 ISSN:2460-3643
usaha yang bergerak dalam bidang
produksi akan dipengaruhi oleh
persediaan bahan baku, tentunya
akan memperhatikan persediaan
bahan baku supaya proses produksi
tetap berjalan dengan baik dan
lancar. Dengan demikian penentuan
jumlah penggunaan bahan baku yang
tepat dapat meminimalisasi
hambatan-hambatan proses
produksi, untuk mengetahui seberapa
besar kebutuahan bahan baku yang
diperlukan untuk suatu usaha dalam
periode tertentu, besarnya jumlah
produksi akan menentukan jumlah
jumlah persediaan bahan baku.
Untuk membantu merumuskan
kebutuhan bahan baku yang
ekonomis, efektif dan efisien dapat
menggunakan pendekatan prespektif
kajian teoritis manajemen produksi
dengan menggunakan alat bantu
Economic Order Quantity (EOQ).
Selain memperhatikan
kualitas bahan baku juga harus
memperhatikan ipersediaan bahan
baku yang cukup akan kelancaran
proses produksi usaha tahu. Adapun
data empirik dari obyek penelitian
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Data Persediaan Bahan Baku Tahun Periode 2016
Bulan
Persediaan
Awal
Bahan
Baku (Kg)
Pemesanan
Bahan
Baku (Kg)
Pemakaian
Bahan Baku
(Kg)
Persediaan
Akhir Bahan
Baku (Kg)
Januari 4 4.650 4.647 3
Februari 3 4.700 4.693 7
Maret 7 2.750 2.748 2
April 2 1.850 1.850 0
Mei 0 4.850 4.843 7
Juni 7 4.680 4.669 11
Juli 11 5.550 5.542 8
Agustus 8 5.750 5.735 15
September 15 5.850 5.830 20
Oktober 20 5.760 5.747 13
November 13 5.580 5.563 17
Desember 17 5.850 5.845 5
Total 107 57.820 57.712 108
Sumber : Home Industry Tahu, Tahun 2017
56 | Jurnal DINAMIKA Vol. 3 No. 2 – Desember 2017 ISSN:2460-3643
2. Landasan Teori
Menurut pendapat Suyadi
Prawirosentono (2007), manajemen
operasional merupakan suatu disiplin
ilmu dan profesi yang mempelajari
secara praktis tentang proses
perencanaan (process of planning),
mendesain produk (product
designing), sistem produksi
(production system) untuk mencapai
tujuan organisasi. Menurut Murdifin
Haming (2007), manajemen
operasional adalah sebuah proses
manajemen, sehingga kegiatannya
berawal dari aktivitas perencanaan
dan berakhir pada aktivitas
pengendalian.
Sedangkan
menurutSuyadiPrawirosentono
(2007),
manajemenoperasionaladalahperenca
naan, pelaksanaan,
danpengawasandariurutanberbagaike
giatan (set of activities)
untukmembuatbarang (produk) yang
berasaldaribahanbakudanbahanpenol
ong lain. Menurut pendapat Ernie
Tisnawati Sule (2009), manajemen
operasional adalah proses
pengolahan keseluruhan sumber daya
perusahaan yang dibutuhkan dalam
menghasilkan barang atau jasa yang
akan ditawarkan kepada konsumen.
Daribeberapareferensi yang
dikemukakan
dapatdisimpulkanbahwamanajemeno
perasionaladalahsebuah proses
manajemen yang
meliputiperencanaan,
pelaksanaandanpengawasandariuruta
nberbagaikegiatan (set of activities)
untukmembuatbarang (produk) yang
berasaldari
bahanbakudanbahanpenolong lain.
Pendapat yang dikemukakan
oleh Panji Anoraga (2009),
persediaan (inventory) merupakan
istilah umum yang menunjukkan
segala sesuatu atau sumber-sumber
daya organisasi yang disimpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan
permintaan. Menurut Irham Fahmi
(2013) model economic order
quantity (EOQ) merupakan model
matematik yang menentukan jumlah
barang yang harus dipesan untuk
memenuhi permintaan yang
diproyeksikan, dengan biaya
persediaaan yang diminimalkan.
Sedangkan menurut Syamsudin
Lukman (2009), Reorder Point
(ROP) merupakan titik dimana
pemesanan kembali harus diadakan
57 | Jurnal DINAMIKA Vol. 3 No. 2 – Desember 2017 ISSN:2460-3643
sehingga kedatangan atau
penerimaan bahan tepat pada
waktunya.
2.1 Persediaan
Menurut Richard L. Daft
(2003), persediaan (inventory) adalah
barang yang disimpan organisasi
untuk digunakan dalam proses
produksi. Menurut Rosnani Ginting
(2012), persediaan (inventory) adalah
sebagai sumber daya menganggur
(idle resource). Menurut Eddy
Herjanto (2001), persediaan adalah
bahan atau barang yang disimpan
yang akan digunakan untuk
memenuhi tujuan tertentu. Menurut
Lukman Syamsuddin (2009),
persediaan adalah investasi yang
paling besar dalam aktiva lancar
untuk sebagian besar perusahaan
industri. Menurut Panji Anoraga
(2009), persediaan (inventory) adalah
suatu istilah umum yang
menunjukkan segala sesuatu atau
sumber-sumber daya organisasi yang
disimpan dalam antisipasinya
terhadap pemenuhan permintaan.
Berdasarkan beberapa
referensi yang dikemukakan dapat
disimpulkan bahwa persediaan
adalah bahan atau barang yang
disimpan dan yang tersedia untuk
mengantisipasi terhadap pemenuhan
permintaan supaya kelangsungan
kegiatan operasional usaha lebih
optimal.
2.2 Manajemen Persediaan
Menurut Irham Fahmi (2013),
manajemen persediaan adalah
kemampuan suatu perusahaan dalam
mengatur dan mengelola setiap
kebutuhan barang baik barang
mentah, barang setengah jadi, dan
barang jadi agar selalu tersedia baik
dalam kondisi pasar yang stabil dan
berfluktuasi. Sedangkan menurut
Ernie Tisnawati Sule (2009),
manajemen persediaan adalah proses
pengelolaan persediaan dengan jalan
mengefesiensikan penggunaan
persediaan.
Tujuan manajemen
persediaan adalah untuk
mempertahankan tetap rendahnya
biaya pemesanan dan penyimpanan
persediaan sementara tetap menjaga
ketercukupan pasokan untuk
produksi dan penjualan.
2.3 Faktor Biaya Persediaan
Menurut Agus Ristono (2013),
dikarenakan persediaan merupakan
58 | Jurnal DINAMIKA Vol. 3 No. 2 – Desember 2017 ISSN:2460-3643
salah satu faktor yang menentukan
kelancaran produksi dan penjualan,
maka persediaan harus dikelola
secara tepat. Dalam hal ini
perusahaan harus dapat menentukan
jumlah persediaan yang optimal,
sehingga disatu sisi kontinuitas
produksi dapat terjaga dan pada sisi
lain perusahaan dapat memperoleh
keuntungan, karena perusahaan dapat
memenuhi setiap permintaan yang
datang. Karena persediaan yang
kurang akan sama tidak baiknya
dengan persediaan yang berlebihan,
sebab kondisi keduanya memiliki
beban dan akibat masing-masing.
Kemuadian dikemukakanjuga
oleh Yolanda M. Siagian (2005),
tujuan dari kebanyakan model
persediaan adalah untuk
meminimalkan biaya total secara
keseluruhan. Dalam menetapkan
kebijakan persediaan, biaya-biaya
yang ditimbulkannya dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa
biaya. Biaya-biaya tersebut akan
menjadi pertimbangan dalam
menentukan jumlah persediaan, yang
sifatnya saling berlawanan, antara
lain biaya simpan, biaya pesan, biaya
penyiapan, dan biaya kehabisan
bahan.
2.4 Produksi
Menurut Minto Purwo S
(2000), produksi adalah usaha atau
kegiatan manusia untuk menciptakan
atau menimbulkan kegunaan suatu
benda agar menjadi lebih berguna
bagi pemenuhan kebutuhan manusia.
Kemudikan juga dikemukakan oleh
Bastian Bustami (2009), produksi
merupakan kegiatan yang dilakukan
dalam menstransformasi atau
merubah input (masukan) menjadi
output (keluaran).
Jadi dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa produksi
adalah kegiatan untuk menciptakan
suatu benda menjadi lebih berguna
sehingga dapat memenuhi kebutuhan
manusia.
3 Metode Penelitian
Jenis penelitian merupakan
penelitian kuantitatif, karena
variabel-variabel ini diukur (dengan
menggunakan instrument penelitian)
untuk merperoleh data dari sejumlah
responden, dan data yang berbentuk
angka dapat dianalisis berdasarkan
prosedur statistik. Menurut
Juliansyah Noor (2011).Jenis
penelitian kualitatif merupakan suatu
gambaran kompleks, meneliti kata-
59 | Jurnal DINAMIKA Vol. 3 No. 2 – Desember 2017 ISSN:2460-3643
kata, laporan terinci dari pandangan
responden. Penelitian kualitatif
merupakan riset yang bersifat
deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan
pendekatan induktif. Menurut
Juliansyah Noor (2011).
4 Hasil Penelitian
1. Analisis persediaan Bahan
Baku yang optimal
(Ekonomis)
Diketahui :
Jumlah kuantitas persediaan yang
dibutuhkan per periode (D) =
5.845 kg
Biaya pemesanan yang diakui
setiap kali pesan (CA) = Rp.3000
Biaya simpan per unit (CH) =
Rp.150
Jawaban :
EOQ =
EOQ =
EOQ =
EOQ = 483,528 Kg
Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan metode EOQ dapat
dilihat bahwa home industry tahu
seharusnya melakukan pemesanan
sebanyak 483,528 kg setiap kali
pesan. Rata-rata pemesanan bahan
baku oleh home industry tahu
selama bulan Desember sebanyak
194,833 kg, sedangkan jumlah
pemesanan yang ekonomis
menurut perhitungan EOQ
sebanyak 483,528 kg setiap kali
pesan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pemesanan rata-rata yang
dilakukan perusahaan lebih besar
dari jumlah pemesanan yang
ekonomis menurut perhitungan
EOQ
2. Analisis Pemesanan Bahan
Baku Yang Optimal
=
= = 12,08 kali
pemesanan atau 12 kali
pemesanan
Pemesanan bahan baku
dapat dilakukan sebanyak
12 kali pemesanan dalam
bulan Desember.
60 | Jurnal DINAMIKA Vol. 3 No. 2 – Desember 2017 ISSN:2460-3643
3. Analisis Biaya Pemesanan
Baku Optimal (per bulan)
Diketahui :
Jumlah kebutuhan barang
(unit/bulan) (D) = 5.845 kg
Jumlah ekonomis bahan
baku per pesanan ( EOQ) =
483,528 kg
Biaya pemesanan atau biaya
setup (rupiah/pesanan) (S) =
Rp.3000
Jawaban :
=
=
=Rp. 36.264,7
4. Analaisis Biaya Penyimpanan
yang Optimal (per bulan):
Diketahui :
Jumlah ekonomis bahan baku per
pesanan (EOQ) = 483,528 kg
Biaya penyimpanan
(rupiah/unit/bulan) (H) = Rp.150
Jawaban :
=
=
= Rp. 36.264,6
Dari hasil analisis dapat
menunjukkan bahwa biaya
pemesanan dan biaya
penyimpanan relatif seimbang
atau konstan yaitu sebesar
Rp.36.264,7 untuk biaya
pemesanan sedangkan biaya
penyimpanan dan Rp.36.264,6.
5. Analisis Total Biaya
Persediaan Bahan Baku
TC = biaya pemesanan + biaya
penyimpanan
TC = Rp.36.264,7+ Rp.36.264,6
TC = Rp.72.529,3 per bulan
Dari perhitungan tersebut total
biaya persediaan bahan baku
dalam bulan Desember adalah
sebesar : Rp.72.529,3 per bulan
6 Analisis untuk Menentukan
Pemesanan kembali yang
Optimal (ROP)
Dalam bulan Desember, home
industry tahu membutuhkan
bahan baku 5.845 kg yang akan
diproses menjadi tahu setiap
harinya. Maka untuk
menghitung kebutuhan bahan
61 | Jurnal DINAMIKA Vol. 3 No. 2 – Desember 2017 ISSN:2460-3643
baku digunakan rumus sebagai berikut:
Diketahui :
Permintaan per hari (d) =
=
= 194,83 kg /hari
Dengan waktu tunggu pesanan
baru (Leadtime) = 2hari
Jawaban
ROP = d x L (Lead time)
ROP = 194,83 x 2 = 389,66 kg /hari
Jadi home industry membutuhkan
194,83 kg per harinya untuk
diproduksi menjadi tahu. Home
industry melakukan pemesanan
ulang 2 hari sebelum home industry
membutuhkan bahan baku. Selama
waktu tunggu, home industry
membutuhkan 389,66 kg.
5. Pembahasan
Unit usaha home industry
tahu dalam rangka mempertahankan
kelancaran proses produksi. Untuk
dapat melakukan proses produksi
diperlukan bahan baku sebagai salah
satu penunjang pelaksanaan kegiatan
proses produksi tersebut.
Perencanaan persediaan bahan baku
oleh home industry tahu harus
dilakukan seefesien mungkin. Hal ini
disebabkan karena masalah
persediaan bahan baku dapat
mempengaruhi kegiatan produksi
lainya.
Dari perhitungan mengenai
perencanaan persediaan bahan baku
oleh home industry tahu di Desa
Raman Aji, dengan menggunakan
metode EOQ pada bulan Desember
menunjukkan bahwa home industry
tahu belum melakukan persediaan
bahan baku secara ekonomis. Hal ini
dapat dilihat dari hasil perhitungan
terdapat jumlah pemesanan rata-rata
bahan baku yang dilakukan
perusahaan pada bulan Desember
adalah sebesar 194,83 kg, sedangkan
menurut perhitungan dengan
menggunakan metode EOQ
diperoleh hasil untuk bulan
Desember pemesanan yang
ekonomis sebesar 483,528 Kg.
Home industry tahu juga
dapat mengetahui pemesanan dalam
62 | Jurnal DINAMIKA Vol. 3 No. 2 – Desember 2017 ISSN:2460-3643
bulan Desember yaitu sebanyak 12
kali pemesan, dan biaya pemesanan
sebesar Rp.36.264,7 biaya
penyimpanan sebesar Rp.36.264,6
kemudian menghitung total biaya
persediaan menggunakan metode
EOQ yaitu sebesar Rp.72.529,3 per
bulan. Home industry dapat
mengetahui selama waktu tunggu (2
hari) membutuhkan persediaan bahan
baku sebesar 389,66 kg.
Berdasarkan alat analisis
kuantitatif terhadap persediaan bahan
baku pada home industry tahu di
Desa Raman Aji Kecamatan Raman
Utara, bahwa perencanaan
persediaan bahan baku yang
dilakukan setiap kali pesan belum
ekonomis menurut perhitungan EOQ.
6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan yang telah
dilakukan pada persediaan bahan
baku pada home industry tahu di
Desa Raman Aji tahun 2016 maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Home industry tahu dalam
perencanaan persediaan bahan
baku belum dilakukan secara
ekonomis, karena berdasarkan
perhitungan dengan metode
EOQ pemesanan bahan baku
jauh lebih ekonomis
dibandingkan dengan kebijakan
home industry tahu yaitu pada
perhitungan dengan metode
EOQ sebesar 483,528 Kg setiap
kali pesan, sedangkan menurut
kebijakan home industry tahu
yaitu sebanyak 194,833 kg
setiap kali pesan.
2. Berdasarkan perhitungan dengan
menggunaan metode EOQ home
industry tahu dapat menghitung
pemesanan bahan baku yang
ekonomis yaitu sebesar 483,528
Kg dalam sekali pesan. Home
industry tahu juga dapat
mengetahui pemesanan dalam
bulan Desember yaitu sebanyak
12 kali pemesanan, dan biaya
pemesanan sebesar Rp.36.264,7
biaya penyimpanan sebesar
Rp.36.264,6 kemudian
menghitung total biaya
persediaan menggunakan
metode EOQ yaitu sebesar
Rp.72.529,3 per bulan. Home
industry dapat mengetahui
selama waktu tunggu (2 hari)
membutuhkan persediaan bahan
baku sebesar 389,66 kg.
Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa dengan
menggunakan metode EOQ
44
63 | Jurnal DINAMIKA Vol. 3 No. 2 – Desember 2017 ISSN:2460-3643
biaya persediaan bahan baku
lebih ekonomis.
7. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang
telah dilakukan pada persediaan
bahan baku pada Home Industry
Tahu di Desa Raman Aji tahun 2016
maka peneliti memberikan saran
sebagai berikut:
1. Home industry hendaknya
menyusun perkiraan pemakaian
bahan baku agar pemesanan
yang dilakukan sesuai dengan
kebutuhan sehingga tingkat
persediaan bahan baku menjadi
ekonomis.
2. Home industry tahu sebaiknya
mencoba menerapkan metode
EOQ dalam melakukan
perencanaan persediaan bahan
baku agar lebih ekonomis,
dibandingkan sebelum Home
Industry menggunakan metode
EOQ.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Panji. 2009. Manajemen
Bisnis. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Bustami, Bastian. 2009. Akuntansi
Biaya. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Daft, Richard L. 2003. Manajemen.
Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama.
Fahmi, Irham. 2013. Pengantar
Manajemen Keuangan.
Bandung: Alfabeta.
Ginting, Rosnani. 2012. Sistem
Produksi. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Haming, Murdifin. 2007. Manajemen
Produksi Modern. Jakarta:
Bumi Aksara.
Herjanto, Eddy. 2001. Manajemen
Operasi. Jakarta: PT
gramedia.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi
Penelitian. Jakarta: Kencana.
Purwo, Minto. 2000. Pelajaran
Ekonomi. Jakarta: Yudhistira.
Prawirosentono, Suyadi. 2007.
Manajemen Operasi
(Oprations Managenet).
Jakarta: Bumi Aksara.
Ristono, Agus. 2013. Manajemen
Persediaan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Siagian, Yolanda M. 2005. Aplikasi
Supply Chain Management
Dalam Dunia Bisnis. Jakarta:
PT. Grasindo.
Syamsuddin, Lukman. 2009.
Manajemen Keuangan
Perusahaan. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Tisnawati, Ernie. 2009. Pengantar
Manajemen. Jakarta: Prenada
Media Group.
64 | Jurnal DINAMIKA Vol. 3 No. 2 – Desember 2017 ISSN:2460-3643
65 | Jurnal DINAMIKA Vol. 3 No. 2 – Desember 2017 ISSN:2460-3643