analisis variabel yang mempengaruhi jumlah pengangguran …

27
JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015 ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851 50 ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN TERDIDIK DI INDONESIA Muhammad Mada 1 Khusnul Ashar 2 1. Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: [email protected], [email protected] Abstract The growth of a large population is not matched by the spread evenly and lack of labor market led to a reduction in the chance of getting a job. This leads to insecurity and did not rule out the emergence of crime. Besides the prolonged economic crisis also worsened the problems facing the government in developing the field of employment. Unemployment in Indonesia experienced by almost the whole of society with different strata of each level of education. The problem in this research is how economic factors affect the level of unemployment in Indonesia. In addition, factors that influence the success of one's education in obtaining a job or not getting work is a phenomenon in society in Indonesia later by the authors defined as a formulation problem in this study. This study uses several variables that allow in this study include level of education, age of the workforce, as well as economic factors were then analyzed quantitatively. Data analysis tool in this study with correlation used by the author as a step to address the problem in this study. The purpose of this study was to determine the factors that affect the educated unemployment in Indonesia. The benefits of this research that this study are expected to provide a good education in general and specifically in economics about the factors affecting unemployment in Indonesia, especially in Kalanga educated. In addition this study is expected to be a reference for further research and as a reference to the central government and regency / municipal government in determining policies for many people to Indonesia more dignified, advanced, and prosperous. Keywords: Population, Employment, Unemployment JEL Classification: J62, J64 1. PENDAHULUAN Pembangunan dibidang ketenagaker- jaan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pada dasarnya ber- tujuan untuk melaksanakan amanat Undang- undang Dasar 1945 khususnya pada pasal 27 ayat 2 tentang hak setiap warga negara untuk mendapatkan pekerjaan dan peng- hidupan yang layak. Pembangunan dibidang ketenagakerjaan berkaitan dengan kegiatan- kegiatan setiap sektor seperti sektor per- tanian, industri, bisnis, energi, transportasi yang semuanya memerlukan tenaga kerja tangguh. Pertumbuhan jumlah penduduk yang besar yang tidak diimbangi dengan pe- nyebaran secara merata dan kurangnya pasar kerja menyebabkan berkurangnya ke- sempatan dalam memperoleh pekerjaan. Hal ini menyebabkan timbulnya kerawanan dan

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

50

ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAHPENGANGGURAN TERDIDIK DI INDONESIA

Muhammad Mada1

Khusnul Ashar2

1. Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Email: [email protected], [email protected]

Abstract

The growth of a large population is not matched by the spread evenly and lack of labor marketled to a reduction in the chance of getting a job. This leads to insecurity and did not rule out theemergence of crime. Besides the prolonged economic crisis also worsened the problems facingthe government in developing the field of employment. Unemployment in Indonesia experiencedby almost the whole of society with different strata of each level of education. The problem inthis research is how economic factors affect the level of unemployment in Indonesia. In addition,factors that influence the success of one's education in obtaining a job or not getting work is aphenomenon in society in Indonesia later by the authors defined as a formulation problem in thisstudy. This study uses several variables that allow in this study include level of education, age ofthe workforce, as well as economic factors were then analyzed quantitatively. Data analysis toolin this study with correlation used by the author as a step to address the problem in this study.The purpose of this study was to determine the factors that affect the educated unemployment inIndonesia. The benefits of this research that this study are expected to provide a good educationin general and specifically in economics about the factors affecting unemployment in Indonesia,especially in Kalanga educated. In addition this study is expected to be a reference for furtherresearch and as a reference to the central government and regency / municipal government indetermining policies for many people to Indonesia more dignified, advanced, and prosperous.

Keywords: Population, Employment, UnemploymentJEL Classification: J62, J64

1. PENDAHULUAN

Pembangunan dibidang ketenagaker-jaan yang merupakan bagian integral daripembangunan nasional. Pada dasarnya ber-tujuan untuk melaksanakan amanat Undang-undang Dasar 1945 khususnya pada pasal 27ayat 2 tentang hak setiap warga negarauntuk mendapatkan pekerjaan dan peng-hidupan yang layak. Pembangunan dibidangketenagakerjaan berkaitan dengan kegiatan-

kegiatan setiap sektor seperti sektor per-tanian, industri, bisnis, energi, transportasiyang semuanya memerlukan tenaga kerjatangguh.

Pertumbuhan jumlah penduduk yangbesar yang tidak diimbangi dengan pe-nyebaran secara merata dan kurangnya pasarkerja menyebabkan berkurangnya ke-sempatan dalam memperoleh pekerjaan. Halini menyebabkan timbulnya kerawanan dan

Page 2: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

51

tidak menutup kemungkinan timbulnyatindak kejahatan. Untuk melihat gambaranmengenai jumlah penduduk Indonesia yangsemakin besar, dapat dilihat pada Tabel 1sebagai berikut :

Tabel 1 Jumlah Penduduk Indonesia

Tahun Jumlah Penduduk (000)

2000 206.262

2001 208.407

2002 212.000

2003 215.276

2004 216.372

2005 217.898

2006 221.200

2007 220.950

Sumber : Badan Pusat Statistik

Berdasarkan tabel di atas menunjuk-kan jumlah penduduk di Indonesia selalumengalami peningkatan yang cukup besardalam kurun waktu tujuh tahun terakhir.Jumlah penduduk Indonesia yang padasensus penduduk terakhir sebesar 206 jutajiwa dengan waktu tujuh tahun dapat me-nambah jumlahnya menjadi 220 juta jiwa.

Oleh karena itu maka masalah ke-pendudukan terutama jumlah tenaga kerjayang memasuki pasaran kerja harus di-usahakan untuk disalurkan kelapangan kerjayang ada agar tidak menyebabkan semakintingginya angka pengangguran. Disisi lain,krisis ekonomi yang berkepanjangan jugasemakin memperburuk masalah yang di-hadapi pemerintah dalam pembangunan dibidang ketenagakerjaan.

Ada kesepakatan umum yang me-ngatakan bahwa pengangguran adalah “st-ruktural”, dalam pengertian bahwa ada ke-tidaksesuaian antara jenis pekerja yang dita-warkan dengan jenis pekerja yang dibutuh-kan oleh perekonomian.

Kebanyakan individu-individu yangmenganggur adalah orang-orang dengantingkat pendidikan yang rendah serta ter-ba-tasnya keterampilan yang dimiliki, semen-tara itu permintaan terhadap tenaga kerjadengan keterampilan tinggi meningkat pesat.Ketidaksesuaian ini telah terjadi bertahun-tahun tetapi kebijakan yang di-lakukanuntuk menutup defisit keterampilan dalamperekonomian melalui penyediaan pendi-dikan bermutu tinggi sangat kurang atau bisadibilang tidak ada. Pada saat yang ber-samaan perubahan struktur mengambil alihperekonomian. Di negara-negara berkem-bang, perubahan struktur ekonomi yang di-dominasi oleh pertanian menjadi ekonomiyang didominasi oleh sektor industri men-jadi salah satu langkah paling populer menu-ju percepatan pertumbuhan termasuk di In-donesia.

Perubahan struktur yang menitikbe-ratkan pada proses produksi yang padat mo-dal. Proses produksi yang lebih menitikbe-ratkan pada kemajuan teknologi lebih lanjutakan meningkatkan permintaan terhadap pa-ra pekerja yang berketerampilan tinggi de-ngan mengorbankan para pekerja yang ku-rang terampil (Pauw, 2006).

Proses industrialisasi yang dilakukansecara masal yang mengakibatkan permin-taan tenaga kerja yang memiliki kemampuanserta spesialisasi juga semakin meningkattersebut menuntut peran sekolah serta lem-baga-lembaga pendidikan yang lebih. De-ngan adanya peningkatan pendidikan diha-rapkan tingkat keterampilan tenaga kerjasemakain baik sehingga bisa diserap olehsektor industri sekaligus memperbaiki ting-kat pendapatan (Yustika, 2002).

Pada masyarakat yang tengah ber-kembang, pendidikan diposisikan sebagaisarana untuk peningkatan kesejahteraan me-lalui pemanfatan kesempatan kerja yang ada.

Page 3: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

52

Dalam arti lain, tujuan akhir program pen-didikan bagi masyarakat pengguna jasa pen-didikan, adalah teraihnya lapangan kerjayang diharapkan. Perubahan-perubahanyang terjadi juga berdampak pada perubahankarakteristik angkatan kerja di Indonesiaseperti pada tabel 1.2.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihatbahwa angkatan kerja di Indonesia meng-alami pertambahan sebesar 13 persen. Per-tambahan tersebut pada kelompok umurtidak ada perubahan yang sangat berartiyaitu rata-rata 20 persen pada setiap ke-lompok umur pada pertambahan angkatankerja antara tahun 2000 dan 2007. Angkatankerja juga semakin terdidik selama periodetersebut. Dengan mengacu pada kebijakanpendidikan dasar 9 tahun, jumlah angkatankerja yang berpendidikan SD menurun 4,5persen dari total pertambahan jumlah ang-katan kerja. Sisanya 56,7 persen ber-pendidikan SMP serta 47,8 persen ber-pendidikan tinggi (SMA, Diploma/Akademi,dan Perguruan Tinggi).

Tabel 2 Karakteristik Angkatan Kerja BerdasarkanKelompok Umur dan Tingkat Pendidikan, 2000 dan

2007

Sumber : Disnakertrans (diolah)

Dengan adanya perubahan komposisidalam angkatan kerja berakibat pada per-ubahan komposisi jumlah penduduk yangbekerja pada tahun 2000 dan 2007 sepertitercantum pada tabel 1.3 di bawah ini.

Tabel 3 Karakteristik Penduduk yang BekerjaBerdasarkan Tingkat Pendidikan, 2000 dan 2007

Sumber : Disnakertrans (diolah)

Dengan pola perubahan padakomposisi angkatan kerja serta padakomposisi penduduk yang bekerja, yaitusemakin terdidiknya angkatan kerja danpenduduk yang bekerja bukan berartipermasalahan ketenagakerjaan padaumumnya serta pengangguran padakhususnya dengan sendirinya akanterselesaikan. Melainkan terjadi pulaperubahan komposisi pengangguran terbukapada kurun waktu yang sama. Sepertiterlihat dalam tabel dibawah:

Page 4: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

53

Tabel 4 Karakteristik Pengangguran TerbukaBerdasarkan Kelompok Umur dan Tingkat

Pendidikan, 2000 dan 2007

Sumber : Disnakertrans (diolah)

Dari Tabel 4 di atas dapat diambilinformasi bahwa jumlah pengangguranterbuka meningkat sebesar 81 persen.Dengan partisipasi tertinggi pada kelompokumur 15-24 yaitu sebesar 39 persen daritotal pertambahan. Diikuti sebesar 30 persendari total pertambahan yaitu pada tingkatumur 25-34. Dengan kata lain bahwa pe-ngangguran terbuka didominasi oleh ang-katan kerja usia muda, yaitu sebesar 69persen pada kelompok umur 15-34 tahun.Sedangakan berdasarkan tingkat pendidikan,jumlah penganggur terbuka lulusan pen-didikan dasar (SD dan SMP) perupakan pe-nyumbang terbesar yaitu 69 persen dari totalpertambahan.

Pada angakatan kerja terdidik par-tisipasinya sebesar 31 persen dari total pe-rubahan. Meskipun partisipasi pengangguranterdidik cenderung menurun dari tahun 2000ke tahun 2007 yaitu SMA dari 43,8 persenmenjadi 25,3 persen, Akademi/Diploma dari

3,2 persen menjadi 3,1 persen sertaUniversitas dari 4,7 persen menjadi 2.8persen namun pada tingkat pengangguransebenarnya meningkat hampir 18 persen dari13,06 persen pada tahun 2000 menjadi 15,47persen pada tahun 2007 seperti ditunjukkanpada tabel dan gambar dibawah ini.

Tabel 5 Tingkat Pengangguran Terbuka BerdasarkanTingkat Pendidikan, 2000 dan 2007

Sumber : Disnakertrans (diolah)Meski jumlah angkatan dengan

tingkat pendidikan tinggi sedikit, bukanberarti semua dapat terserap oleh pasarkerja. Ada dua hal yang menyebabkanmereka tidak terserap formasi kerja. Per-tama, formasi kerja memang memilikibentuk geometri piramida. Artinya, semakintinggi skill (keahlian) yang dimiliki, makinsedikit lowongan yang tersedia. Kedua,banyak lowongan kerja yang tersaji tidak da-pat dipenuhi angkatan kerja terdidik karenatidak dapat memenuhi kualifikasi yangdibutuhkan lowongan kerja. Banyak lowo-ngan kerja yang tersedia tetapi sebagian be-sar lowongan tersebut tidak dapat terisi,terutama lowongan dengan kualifikasi pen-didikan atau keahlian setara perguruan ting-gi (Wirakartakusumah 1998).

Gambar 1. Tingkat Pengangguran TerbukaBerdasarkan Tingkat Pendidikan, 2000 dan 2007

Sumber: BPS (2008), diolah

Page 5: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

54

Di samping itu tantangan yang tidakkalah pentingnya adalah persaingan duniakerja. Dengan banyaknya perguruan tinggiyang menghasilkan lulusan siap kerja secarabesar-besaran yang diikuti meledaknyatenaga kerja produktif, maka persaingan se-makin tajam. Padahal daya tampung la-pangan kerja di Indonesia sangat terbatas.Akibatnya, banyak pengangguran terdidiksampai pada tingkat titik jenuh, kemudiandiperparah kondisi ekonomi yang tidak me-nentu seperti sekarang ini, maka lapangankerja semakin sempit (Fathoni).

Rumusan masalah

Jumlah penduduk di Indonesia me-ngalami peningkatan yang cukup besar dariwaktu ke waktu, mengakibatkan ber-tambahpula jumlah angkatan kerjanya. Dengan de-mikian apabila masalah ini tidak diimbangidengan adanya perluasan lapangan peker-jaan maka akan menimbulkan penganggu-ran.

Selain itu pula, dengan tingginyapertumbuhan ekonomi sebelum krisis ber-akibat pada peningkatan taraf hidup serta ke-butuhan akan pendididkan yang semakinmeninggi. Sehingga membuat semakin ba-nyaknya jumlah angkatan kerja dengan ting-kat pendidikan tinggi, sedangkan lapangankerja yang ada terbatas dan semakin ber-kurang akibat krisis serta standar pene-rimaan tenaga kerja di penyedia kerja yangberbeda-beda, serta kebijakan tentangpengupahan yang cenderung kaku menim-bulkan fenomena baru yaitu tenaga kerjaterdidik.

Berdasarkan hal tersebut di atasmaka yang menjadi permasalahan adalah:

Bagaimana pengaruh jumlah penduduk,pertumbuhan ekonomi dan upahterhadap jumlah pengangguran terdidikdi Indonesia?

Variabel mana yang paling dominanterhadap jumlah pengangguran terdidikdi Indonesia?

2 TINJAUAN PUSTAKA DANHIPOTESIS

Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah suatuproses kenaikan pendapatan total dan pen-dapatan perkapita dengan memperhitungkanadanya pertambahan penduduk dan disertaidengan perubahan fundamental dalamstruktur ekonomi suatu negara.

Pembangunan ekonomi tak dapatlepas dari pertumbuhan ekonomi (economicgrowth); pembangunan ekonomi mendorongpertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, per-tumbuhan ekonomi memperlancar prosespembangunan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi adalah proseskenaikan kapasitas produksi suatu pere-konomian yang diwujudkan dalam bentukkenaikan pendapatan nasional. Suatu negaradikatakan mengalami pertumbuhan ekonomiapabila terjadi peningkatan PNB riil di ne-gara tersebut. Adanya pertumbuhan ekono-mi merupakan indikasi keberhasilan pemba-ngunan ekonomi.

Ada beberapa faktor yang mempe-ngaruhi pertumbuhan dan pembangunanekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadidua, yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi.

Faktor ekonomi yang mempengaruhipertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumberdaya manusia, sumber daya modal, dan ke-ahlian atau kewirausahaan.

Sumber daya alam, yang meliputi ta-nah dan kekayaan alam seperti kesuburan ta-

Page 6: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

55

nah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tam-bang, dan hasil laut, sangat mempengaruhipertumbuhan industri suatu negara, terutamadalam hal penyediaan bahan baku produksi.

Keahlian dan kewirausahaan di-butuhkan untuk mengolah bahan mentahdari alam, menjadi sesuatu yang memilikinilai lebih tinggi (disebut juga sebagai pro-ses produksi).

Sumber daya manusia menentukankeberhasilan pembangunan nasional melaluijumlah dan kualitas penduduk. Jumlah pen-duduk yang besar merupakan pasar potensialuntuk memasarkan hasil-hasil produksi, se-mentara kualitas penduduk menentukan se-berapa besar produktivitas yang ada.

Sumber daya modal dibutuhkan ma-nusia untuk mengolah bahan mentah ter-sebut. Pembentukan modal dan investasiditujukan untuk menggali dan mengolah ke-kayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkem-bangan dan kelancaran pem-bangunan eko-nomi karena barang-barang modal juga da-pat meningkatkan produktivitas.

Faktor nonekonomi mencakup kon-disi sosial kultur yang ada di masyarakat,keadaan politik, dan sistem yang berkem-bang dan berlaku.

Dalam bidang ekonomi, produk do-mestik bruto (PDB) adalah nilai semua ba-rang dan jasa yang diproduksi oleh suatu ne-gara pada periode tertentu. PDB merupakansalah satu metode untuk menghitung pen-dapatan nasional.

PDB diartikan sebagai nilai keseluru-han semua barang dan jasa yang di-produksidi dalam wilayah tersebut dalam jangkawaktu tertentu (biasanya per tahun). PDBberbeda dari produk nasional bruto karenamemasukkan pendapatan faktor produksi

dari luar negeri yang bekerja di negaratersebut. Sehingga PDB hanya menghitungtotal produksi dari suatu negara tanpamemperhitungkan apakah produksi itu di-lakukan dengan memakai faktor produksidalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNBmemperhatikan asal usul faktor produksiyang digunakan.

PDB Nominal (atau disebut PDBAtas Dasar Harga Berlaku) yaitu nilai tam-bah barang dan jasa yang yang dihitungmenggunakan harga pada tahun tersebut.PDB Nominal digunakan untuk melihat per-geseran struktur ekonomi.

PDB riil (atau disebut PDB AtasDasar Harga Konstan) yaitu nilai tambahbarang dan jasa yang dihitung menggunakanharga pada tahun tertentu sebagai dasar yaitutahun dimana keadaan ekonomi sedangstabil. PDB riil digunakan untuk mengetahuipertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

Besarnya PDB dapat dihitungmenggunakan pengukuran arus sirkular(circular flow). Cara pengukuran tersebutdibagi menjadi tiga metode yaitu:

a. Metode Total Keluaran (the total-outputmethod) merupakan jumlah nilai tambah(produk) yang dihasilkan oleh unit-unitproduksi yang dimiliki oleh penduduksuatu wilayah dalam jangka waktu ter-tentu.

b. Metode Pengeluaran atas Keluaran (thespending-on-output method) yaitu jum-lah pengeluaran konsumsi komponenpermintann akhir yang dilakukan olehrumah tangga, lembaga swasta nirlaba,pemerintah dengan pembentukan modaltetap domestik bruto, perubahan stokdan ekspor netto suatu daerah dalamjangka waktu tertentu.

Page 7: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

56

c. Metode Pendapatan dari Produksi (theincome-from production method) adalahjumlah nilai tambah (produk) yang di-hasilkan unit-unit produksi yang di-miliki penduduk suatu daerah dalamjangka waktu tertentu.

Upah

Menurut Undang Undang No. 13 Ta-hun 2003 Upah adalah hak pekerja/buruhyang diterima dan dinyatakan dalam bentukuang sebagai imbalan dari pengusaha ataupemberi kerja kepada pekerja/buruh yang di-tetapkan dan dibayarkan menurut suatu per-janjian kerja, kesepakatan, atau peraturanperundang-undangan, termasuk tunjanganbagi pekerja/buruh dan keluarganya atas su-atu pekerja dan/atau jasa yang telah atau a-kan dilakukan.

Upah adalah bayaran bagi para pe-kerja dan bayaran bagi para pekerja dalamsatu periode tertentu dinamakan tingkat u-pah. Sedangkan tingginya tingkat upah bisadikatakan asal mencukupi atau dengan katalain adalah kewajaran, yang mengandungbanyak makna di dalamnya, sehingga terda-pat banyak pendapat apa dan bagaimana u-pah yang wajar tersebut.

Beberapa Teori Tentang Upah yang Wa-jar

Thomas Robert Malthus salah seo-rang tokoh mahdzab klasik berpendapatbahwa upah ditinjau dari kaitannya denganperubahan penduduk. Upah adalah hargapenggunaan tenaga kerja oleh karena itutingkat upah yang terjadi karena hasil be-kerjanya permintaan dan penawaran. Sum-ber utama penawaran tenaga kerja adalahpenduduk usia kerja yang tentunya berasaldari penduduk. Bila penduduk bertambah,penawaran kerja juga bertambah. Dan ber-laku sebaliknya, sehingga berpengaruh padatingkat upah yang diberlakukan.

Dari penganut mahdzab klasiklainnya John Stuart Mills menyimpulkanbahwa tingkat upah tidak akan terlalu ber-anjak dari tingkat semula. Menurutnyadalam masyarakat tersedia dana upah (wagefunds) untuk pembayaran upah. Bila duniamengadakan investasi pasti sebagian daridana itu diperuntukkan bagi pembayaranupah. Pada saat investasi sudah dilaksanakanjumlah dana tersebut sudah tertentu, jaditidak dapat berubah jauh dari alokasi ter-sebut.

Kesimpulan yang dapat ditarik daripandangan madzab klasik tentang upah yangwajar ini adalah pesimisme bahwa tingkatupah hanya akan berkisar pada tingkatanyang rendah (Sudarsono).

Sedangkan menurut Karl Marx me-nekankan pada dua hal, yakni teori nilaiyang berpendapat bahwa hanya buruh yangmerupakan sumber nilai ekonomi. Jadi nilaisesuatu barang adalah nilai dari jasa buruhatau dari jumlah waktu kerja yang di-pergunakan untuk memproduksi barang ter-sebut. Yang kedua adalah teori pertentangankelas yang berpendapat bahwa kapitalisselalu berusaha menciptakan barang-barangmodal untuk mengurangi penggunaan bu-ruh. Sehingga penawaran tenaga kerja men-jadi melimpah yang berakibat pada tingkatupah yang rendah.(Simanjuntak)

Berbeda dengan pesimisme teoriklasik yang berpendapat bahwa tingkat upahakan berada pada tingkatan yang rendah.Neoklasik berpendapat yang intinya adalahbahwa tingkat upah bisa saja tinggi asalsesuai dengan produk marginalnya. Tingkatupah cenderung sama dengan nilai produkmarginalnya. Sehingga tingkat upah tidaksama untuk semua tingkat tenaga kerja tetapiberbeda berdasarkan kualitas tenaga kerjatersebut.

Pengangguran

Page 8: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

57

Menurut Soeroto pengangguran da-lam pengertian makro ekonomi adalah se-bagai angkatan kerja yang sedang tidakmempunyai pekerjaan. Dalam pengertianmikro pengangguran adalah seseorang yangmampu dan mau melakukan pekerjaan akantetapi sedang tidak mempunyai pekerjaan.

Penduduk yang tidak bekerja tetapisedang mencari pekerjaan, atau sedangmempersiapkan suatu usaha baru, ataupenduduk yang tidak mencari pekerjaan ka-rena merasa tidak mungkin mendapatkanpekerjaan (discouraged workers) atau pen-duduk yang tidak mencari pekerjaan karenasudah diterima bekerja atau mempunyai pe-kerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Pengangguran adalah istilah untukorang yang tidak bekerja sama sekali, se-dang mencari kerja, bekerja kurang dari duahari selama seminggu, atau seseorang yangsedang berusaha mendapatkan pekerjaan.(Wikipedia).

Pengangguran umumnya disebabkankarena jumlah angkatan kerja tidak seban-ding dengan jumlah lapangan pekerjaanyang mampu menyerapnya. Pengangguranseringkali menjadi masalah dalam pere-konomian karena dengan adanya pengang-guran, produktivitas dan pendapatan masya-rakat akan berkurang sehingga dapat menye-babkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Dengan demikian apa yang dimak-sud pengangguran adalah suatu keadaan dimana orang-orang atau tenaga kerja yangmau serta mampu melaksanakan pekerjaan,tetapi tidak dapat terlaksana karena ada se-suatu yang menghalangi untuk mendapatkanpekerjaan dengan tingkat upah yang berlaku.

Selanjutnya menurut DepartemenTenaga Kerja jenis pengangguran adalahsebagai berikut

1. Pengangguran penuh (PP), merekayang mencari pekerjaan dan tidakbekerja sama sekali, seperti barumasuk melamar, putus kerja danlain-lain.

2. Pengangguran tidak penuh (PTP)adalah:

a. Mereka yang punya pekerjaan tetapitidak sedang bekerja

b. Mereka yang bekerja kurang darisepertiga jam kerja normal (JKN) danbersedia menerima pekerjaan (Depnaker)

Definisi pengangguran berbeda-bedadari setiap pakar antara satu dengan yanglain. Maka untuk lebih jelasnya akan dike-mukakan jenis-jenis pengangguran dibe-dakan menurut sebab terjadinya dapat digo-longkan menjadi tiga jenis, yaitu pengang-guran friksional, struktural dan musiman.

Pengangguran friksional adalah pe-ngangguran yang terjadi karena kesulitantemporer dalam mempertemukan pencarikerja dan lowongan yang ada. Kesulitantemporer ini dapat berbentuk sekedar waktuyang diperlukan selama prosedur pelamarandan seleksi atau terjadi karena faktor jarakatau kurangnya informasi.

Pengangguran struktur adalah pe-ngangguran yang disebabkan oleh peruba-han di dalam struktur ekonomi yang berasaldari faktor tertentu seperti perubahan tekno-logi terjadi ketika ada ke-tidakseimbanganantara lowongan pekerjaan dan pekerja yangmenganggur karena pe-nganggur tersebuttidak mempunyai kemampuan yang tepatuntuk mengisi lowongan pekerjaan itu.

Pengangguran musiman terjadi kare-na penggantian musim. Di luar musim panenbanyak orang yang tidak mempunyai kegi-atan ekonomis. Mereka hanya sekedar me-

Page 9: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

58

nunggu musim yang baru. (Payaman JS.). Disamping masalah tingginya angka pengang-guran, yang termasuk juga rawan adalah pe-ngangguran tenaga terdidik, yaitu angkatankerja berpendidikan menengah ke atas dantidak bekerja.

Pengangguran terdidik adalah angka-tan kerja berpendidikan menengah ke atasdan tidak bekerja. Jika didasarkan padakebijakan pemerintah tentang wajib belajar9 tahun, maka golongan terdidik adalahgolongan di mana telah menempuh kewa-jiban pendidikan dasar dan kemudian me-mutuskan untuk melanjutkan ke tingkat pen-didikan yang lebih tinggi.

Di sejumlah negara berkembang, ter-jadi hubungan positif antara pe-nganggurandan tingkat pendidikan. Semakin tinggitingkat pendidikan seseorang maka semakinbesar kemungkinan untuk menganggur. Pe-nyebab dari situasi ini adalah bahwa merekayang tidak terdidik tidak akan dapatmemenuhi kebutuhan dasar mereka kalau ti-dak bekerja, sehingga mereka mau mela-kukan apa saja untuk memperoleh peme-nuhan kebutuhan dasar tersebut, meskipunhanya bekerja secara terbatas. Sedangkanbagi yang bisa memperoleh pendidikan lan-jutan, mereka hanya mau bekerja kalau pe-kerjaan itu memberi uang, status, atau ke-puasan yang relatif tinggi (Todaro, 2000).

Secara kualitatif, kualitas tenagakerja nasional meningkat disebabkan duahal. Pertama, pembangunan ekonomi padatingkat tertentu berhasil meningkatkan pen-dapatan masyarakat sehingga masyarakatlebih mampu membiayai pendidikan formaldan mengakomodasi makanan bergizi yangmembantu kualitas tenaga kerja. Kedua,berbagai kebijakan di bidang pendidikan na-sional membawa peningkatan pada kualitaspendidikan formal angkatan kerja. Akantetapi, pada saat angkatan kerja terdidik

meningkat dengan pesat, lapangan kerjamasih didominasi sektor-sektor subsistensiyang tidak membutuhkan tenaga kerjaberpendidikan (Elwin Tobing). Ini me-nimbulkan gejala supply induce di manatenaga kerja terdidik yang jumlahnya cukupbesar memberi tekanan kuat terhadap ke-sempatan kerja di sektor formal yang jum-lahnya relatif kecil, sehingga terjadi pen-dayagunaan tenaga kerja terdidik yang tidakoptimal. Secara makro ini juga disebabkantransformasi struktur ekonomi dari sektorprimer (pertanian) ke sektor sekunder dantersier (industri dan jasa) tidak diikutitransformasi penyerapan tenaga kerja.

Tampaknya gejala tersebut di-aki-batkan pola perkembangan industri saat iniyang kurang berbasis pada permasalahannasional yang sifatnya seolah labor surpluspadahal karena permintaan yang kecil.Dengan demikian, di samping membangunindustri skala besar yang sifatnya padatmodal dan teknologi, perhatian juga sudahseharusnya diberikan pada pengembanganindustri yang lebih berorientasi pada pe-nyerapan tenaga kerja terdidik yang tidakhanya jumlahnya besar tetapi juga tumbuhdengan sangat cepat (Tobing, 2005).

Hubungan Upah dan Pengangguran

Asumsi dasar ekonomi klasik adalahperekonomian selalu ada dalam keadaan a-tau kondisi full employment. Yaitu bahwasiapa yang ingin bekerja akan mendapatkanpekerjaan dan perusahaan yang membu-tuhkan tenaga kerja akan memperoleh se-jumlah yang diinginkan. Jadi penangguranadalah orang-orang yang memang sengajauntuk menganggur (Wirakartakusumah,1998). Jikapun ada pengangguran terpaksaitu karena pasar tenaga kerja tidak bekerjasesuai dengan mekanisme pasar. Situasiyang dimaksud adalah ketika terjadi rigiditasupah, yaitu upah nominal dianggap mudah

Page 10: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

59

naik tapi tidak bisa turun. Kekakuan upahdidorong oleh dua hal yaitu serikat pekerjadan peraturan pemerintah. Seperti terteradalam gambar.

Jika mekanisme pasar tanpa adanyaintervensi pemerintah yang menyebabkankekakuan upah, kondisi keseimbangan ada-lah pada tingkat upah W0 jumlah tenagakerja yang diminta N0 yang sesuai denganasumsi klasik yaitu terjadi full employment.Karena pemerintah menetapkan upahsebesar W1 terjadi kelebihan penawarantenaga kerja di pasar kerja. Jumlah orangyang ingin bekerja bertambah dari N0

menjadi N1, sedangkan permintaan tenagakerja berkurang dari N0 menjadi N1*. Jadijumlah orang yang ingin bekerja lebih tinggidaripada lapangan kerja yang tersedia.Akibatnya terjadi pengangguran yaitusebesar N1*N1

Gambar 2. Pengangguran Akibat Kekakuan Upah

Sumber: Tobing (2005)

3 METODE PENELITIAN

Suatu penelitian ilmiah selalu dimu-lai dengan suatu perencanaan yang seksama.Maka dalam perencanaan dan pelaksanaandiperlukan suatu rancangan penelitian yangsebaik-baiknya. Rancangan penelitian ada-lah semua proses yang diperlukan dalamperencanaan dan pelaksanaan penelitian.Rancangan penelititan merupakan rencanadan struktur penyelidikan untuk merincihubungan-hubungan antara variabel dalampenelitian yang dibuat sedemikian rupa danberguna untuk membantu peneliti dalammemilih sumber-sumber dan jenis informasiyang dipakai untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian.

Rancangan penelitian bertujuan un-tuk memberi suatu pertangungjawaban ter-hadap semua langkah yang akan diambil da-lam rangka menyelesaikan suatu masalah se-cara efektif.

Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini jenis data yangdigunakan adalah data kuantitatif yaitu datayang diperoleh dari serangakain observasiyang dapat dinyatakan dengan angka-angka.Sedangkan berdasarkan sumbernya pene-litian ini menggunakan data sekunder ya-itudata yang diperoleh secara tidak lang-sungdari obyek yang diteliti. Data-data yangdiambil adalah data cross section di manamerupakan data hasil pencatatan dalam satuwaktu.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digu-nakan dalam penelitian ini adalah doku-mentasi yaitu pengumpulan data denganmempelajari, memahami, mengklasifikasidan menggunakan sumber data sekunderyang telah diperoleh dari organisasi atau ba-dan tertentu maupun dari literatur, artikel,jurnal, maupun situs dari internet yang rele-van dan berhubungan dengan pembahasan.

E0

S

Upah Riil

Jml TKN0

D

W0

W1

N1

*N1

pengangguran

Page 11: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

60

Teknik Analisis Data

Model Linier Berganda

Alat pengujian yang digunakandalam penelitian ini adalah analisis regresiberganda. Analisis regresi berganda ber-kenaan dengan studi ketergantungan darisatu variabel yang disebut variabel takbebas, pada lebih dari satu variabel yaituvariabel bebas dengan tujuan untuk mem-perkirakan dan atau meramalkan nilai rata-rata dari variabel tak bebas apabila variabelbebasnya sudah diketahui.

Model regresi berganda memilikiformula sebagai berikut:

Y = 1+ 2X2+ 3X3 +...........+ nXn +

Dimana

Y : variabel dependen

1 : nilai intersep Y

2.....n : koefisien arah regresi

X2.....Xn : variabel

:random error

Dari model regresi berganda yangada pada penelitian ini memiliki formulauntuk model regresi berganda sebagaiberikut:

ptd = β1+ β 2 pop + β3 wage + β4growth + ε

Dimana

ptd : jumlah pengangguran terdidik

growth : pertumbuhan ekonomi

pop : jumlah penduduk

wage : upah

:konstanta

: random error

Uji Asumsi KlasikUji asumsi klasik digunakan untuk

mengetahui apakah parameter bersifatBLUE (Best Linear Unbiased Estimator),artinya keofisien regresi pada persamaan ter-sebut tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang berarti, maka dilakukanuji asumsi klasik:

Multikolinieritas Autokorelasi Heteroskedastisitas Normalitas

Multikolinearitas

Suatu model dikatakan terkenamultikolinearitas bila terjadi hubunganlinear yang sempurna diantara beberapa atausemua variabel bebas dari suatu modelregresi (Gujarati). Akibatnya akan kesulitanuntuk dapat melihat pengaruh variabelpenjelas terhadap variabel yang dijelaskan.

Cara mendeteksi adanya multi-kolinearitas yaitu:

Nilai R2 yang dihasilkan dari hasilestimasi model empiris sangat tinggi, tetapitingkat signifikan variabel bebas ber-dasarkan uji t-statisitk sangat kecil ataubahkan tidak ada variabel bebas yangsignifikan. Metode yang dikemukakan olehFarrar dan Glauber ini dilakukan karena di-duga bahwa multikolinearitas timbul karenasatu atau lebih variabel penjelas merupakankombinasi yang linear yang pasti ataumendekati pasti dari variabel penjelaslainnya. Dengan cara memperhatikan nilaiR2 yang ditemukan setelah dilakukanestimasi, kemudian dengan menghitung nilaiF-hitung dengan menggunakan rumus:

Page 12: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

61

)1

)(

1 2

2

k

knx

R

RF

xt

xthitung

Dimana

R2xt : nilai R2 dari hasil estimasi regresiparsial variabel penjelas

N : jumlah data (observasi)

K : jumlah variabel penjelas

Bila nilai F-hitung < F-tabel berartibahwa salah satu atau lebih variabel penjelastidak berkorelasi dengan variabel penjelasyang lain yang artinya tidak ada multi-kolinearitas dan sebaliknya.

Atau dengan menggunakanTolerance dan Variance Inflation Factor(VIF); Tolerance dan VIF adalah ukuranpendeteksian gejala terjadinya multi-kolinearitas dimana

21

1

jRVIF

Jika VIF > 10 maka terjadi multi-kolinearitas.

Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikansebagai korelasi antara anggota serangkaianobservasi yang diurutkan menurut waktuatau ruang dilakukan untuk menguji asumsibahwa data harus bersifat bebas, yaitu dalampengertian bahwa data periode tertentu tidakdipengaruhi ataupun mempengaruhi dataperiode sebelumnya ataupun pada periodesesudahnya.

Untuk mengetahui ada tidaknyaautokorelasi maka dapat dilihat dari nilaiDurbin Watson. Model terbebas dariautokorelasi apabila nilai Durbin Watsonhitung terletak di daerah tidak ada

autokorelasi yang dilihat dari nilai dL dandU dan 4-dU dan 4-dL.

Pedoman ada tidaknya autokorelasi.Bila nilai DW terletak antara 0 dan dL,berarti ada autokorelasi positif. Bila nilaiDW terletak antara 4-dL dan 4, berarti adaautokorelasi negatif. Bila nilai DW terletakantara dL dan dU atau 4-dU dan 4-dL,hasilnya tidak dapat disimpulkan, baikterjadi autokorelasi positif atau negatif. Ataubiasa disebut daerah ragu-ragu. Bila nilaiDW terletak antara dU dan 4-dU, berartitidak ada autokorelasi.

Heteroskedastis

Dalam ekonometrika situasi dimanavarian dari faktor pengganggu atau errorterm adalah sama untuk semua observasiatau pengamatan atas variabel bebas atausering disebut homoskedastisitas. Sedangkanheteroskedastisitas adalah varian dari faktorpengganggu atau error term tidak samauntuk setiap nilai variabel bebas.

Akibat yang ditimbulkan olehheteroskedastisitas ada beberapa hal yangdimungkinkan berdampak pada perhitungandan penerapan heteroskedaskisitas. Akibattidak konstannya varian, maka salah satudampak yang ditimbulkan adalah lebihbesarnya varian dari taksiran. Lebihbesarnya varian taksiran akan berpengaruhterhadap uji hipotesis yang dilakukansehingga uji hipotesis menjadi kurang benar.Lebih besarnya varian taksiran akan meng-

Page 13: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

62

akibatkan standar error taksiran juga lebihbesar sehingga interval kepercayaan menjadisangat besar. Akibat beberapa dampak ter-sebut maka kesimpulan yang diambil daripersamaan regresi yang dibuat dapatmenyesatkan.

Untuk mengetahui apakah suatumodel terkena heteroskedastisitas atau tidakdapat digunakan dua metode yaitu meng-gunakan grafik dan menggunakan korelasispearman. Pengambilan keputusan denganmenggunakan metode grafik didasarkanpada persebaran data, jika persebaran datamembentuk suatu pola maka dapatdisimpulkan bahwa model terkenaheteroskedastisitas tapi jika persebaran datatidak membentuk pola maka dapat di-simpulkan bahwa model tidak terkenaheteroskedastisitas.

Penggunaan korelasi spearmandalam mendeteksi hetroskedastisitas adalahdengan cara mengkorelasikan nilai residualdengan prediktor. Jika nilai koefisienkorelasi spearman mempunyai nilai yangsignifikan maka dapat disimpulkan bahwamodel tersebut terkena heteroskedasisitasdan sebaliknya.

Normalitas

Untuk penerapan OLS untuk modellinier klasik, diasumsikan bahwa distribusiprobabilitas dari error term. Asumsi yangdibuat bahwa faktor pengganggu mem-punyai nilai rata-rata yang diharapkanadalah sama dengan nol, tidak berkorelasi,dan mempunyai varian yang konstan.

Ada beberapa uji untuk dapat me-ngetahui normal atau tidaknya faktorgangguan antara lain dengan JB test. Uji inimenggunakan hasil estimasi residual chisquare probability distribution.

Untuk mengetahui nornal atautidaknya distribusi residual dengan mem-bandingkan nilai JB hitung (X2hitung)dengan X2tabel. Bila JB hitung > nilaiX2tabel maka hipotesis yang menyatakanbahwa residual berdistribusi normal ditolak.

Bila JB hitung < nilai X2tabel makahipotesis yang menyatakan bahwa residualberdistribusi normal tidak dapat ditolak.Dimana JB hitung dapat dicari dengan

24

3

6

22 KSnJB

Di mana S adalah skewness dan Kadalah kurtosis.

Uji statistik (uji signifikansi)

Uji F

Uji ini digunakan untuk mengetahuiapakah seluruh variabel independen ber-pengaruh secara simultan atau serentakterhadap variabe independen. Rumus yangdignakan yaitu:

1

1 2

2

kNR

kR

Fstatistik

Dimana:

R2 : Koefisien determinasi

k : Jumlah variabel independen

n : Jumlah sampel

Adapun H0 dan H1 yang digunakandalam penelitan ini adalah:

H0: bahwa variabel jumlah pendudukpertumbuhan ekonomi dan upah tidakberpengaruh nyata terhadap jumlahpengangguran terdidik.

Page 14: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

63

H1: bahwa variabel jumlah pendudukpertumbuhan ekonomi dan upah ber-pengaruh nyata terhadap jumlah pe-ngangguran terdidik.

Ketentuan dari penerimaan ataupenolakan hipotesa adalah sebagai berikut:

Bila F statistik > Ftabel maka Hoditolak dan H1 diterima, Artinya variabel-variabel independen mempunyai pengaruhterhadap variabel dependen. Sebaliknya, bilaFstatistik < Ftabel maka Ho diterima dan H1

ditolak .

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji ini digunakan untuk me-nunjukkan besarnya sumbangan (share) darivariabel-variabel independen terhadapvariabel dependen secara bersama-sama,dapat dilihat melalui koefisien determinasiberganda (R2), dengan formula sebagaiberikut:

2

22 1

ey

eiR

Di mana:

∑ei2 merupakan jumlah kuadrat residual

∑ey2 merupakan jumlah total kuadrat

R2 mempunyai nilai antara 0 dan 1 (0≤ R2 ≤ 1) dimana semakin besar R2 atausemaki mendekati 1, maka makin bagus ataumakin tepat garis regresi tersebut.

Koefisien determinasi tersebut mem-punyai dua kegunaan, yaitu :

Sebagai determinan ukuran ketepatanatau kecocokan suatu garis regresi yangditetapkan terhadap suat kelompok datahasil observasi. Dimana makin besar R2makin bagus garis regresi, sebaliknya makinkecil R2 makin tidak tepat garis regresi

terseut untuk mewakili data hasil observasi,dimana nilai R2 antara 0 sampai 1.

Untuk mengukur proporsi atauprosentase dari jumlah variabel dependenyang diterangkan oleh garis regresi atauuntuk mengukur besarnya sumangan darivariabel independen terhadap naik turunnyanilai variabel dependen.

Uji Regresi Parsial (Uji t)

Uji t dimaksudkan untuk melihatsignifikansi dan pengaruh variabel in-dependen secara individual terhadapvariabel dependen, dengan asumsi variabelindependen lainnya konstan. Nilai t hitungdapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

i

iistatistik

Set

^

^

Di mana

i

^

: koefisien dari variable ke i

i : nilai hipotesa

iSe^

: simpangan baku dari variable ke i

Hipotesa dalam pengujian ini adalah

H0: variabel jumlah penduduk tidakberpengaruh nyata terhadap jumlahpengangguran terdidik.

H1: variabel jumlah pendudukberpengaruh nyata terhadap jumlahpengangguran terdidik.

H0: variabel pertumbuhan ekonomitidak berpengaruh nyata terhadapjumlah pengangguran terdidik.

Page 15: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

64

H1: variabel pertumbuhan ekonomiberpengaruh nyata terhadap jumlahpengangguran terdidik.

H0: variabel upah tidak berpengaruhnyata terhadap jumlah pengangguranterdidik.

H1: variabel upah berpengaruh nyataterhadap jumlah pengangguranterdidik.

Ketentuan pnerimaan atau penolakanhipotesa H0 adalah sebagai berikut

Jika t statistik > t tabel maka H0

ditolak dan H1 diterima, artinya jika H0

ditolak berarti dengan tingkat kepercayaantertentu variabel yang diuji secara nyataberpengaruh teradap variabel dependen.

Dan jika t statistik < t tabel maka H0

diterima dan H1 ditolak berarti variabel yangdiuji secara nyata tidak berpengaruhterhadap variabel dependen.

4 ANALISIS DATA DANPEMBAHASAN

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Indonesia berda-sarkan sensus penduduk pada tahun 2000adalah 205,1 juta jiwa, tidak mencakup pen-duduk tidak bertempat tinggal tetap sebesar421.399 jiwa. Pada tahun 2005 jumlahpenduduk bertambah menjadi 218,9 jutajiwa dan pada tahun 2007 menjadi 225,6 jutajiwa.

Laju pertumbuhan penduduk me-ngalami penurunan yang cukup cepat sejaktahun 1980. Laju pertumbuhan pendudukdari 1,97 persen selama periode 1980-1990menjadi 1,45 persen selama periode 1990-2000 menurun lagi pada periode 2000-2006sebesar 1,34 persen.

Jumlah penduduk yang begitu besardan terus bertambah setiap tahun tidak di-

imbangi dengan pemerataan penyebaranpenduduk. Sebagian besar penduduk Indo-nesia berpusat di Pulau Jawa. Pada tahun2006 sebesar 56 persen penduduk Indonesiayang bertempat tinggal di Pulau Jawa, yaitu18 persen di Jawa Barat, 15 persen di JawaTengah, dan 16 persen bertempat di JawaTimur.

Keadaan Angkatan KerjaTenaga kerja adalah modal bagi ge-

raknya roda pembangunan. Jumlah dankomposisinya akan terus mengalami peru-bahan seiring dengan berlangsungnya prosesdemografi.

Keadaan angkatan kerja di Indonesiayang tercatat dalam badan pusat statistik In-donesia tahun 2007 dapat dilihat dalamTabel 6 di bawah:

Tabel 6 Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia, 2007

KeadaanKetenagakerjaan

Jumlah

Angkatan Kerja 107.594.283

Penduduk yangBekerja

97.583.141

Pengangguran 10.011.142

Sumber: Badan Pusat Statistik (2007)

Dari Tabel 6 di atas dapat dilihatbahwa jumlah angkatan kerja di Indonesiapada tahun 2007 adalah sebesar 107.594.283jiwa dengan pembagian sebesar 97.583.141jiwa adalah penduduk angkatan kerja yangsudah bekerja sedangkan sisanya yaitusebesar 10.011.142 jiwa adalah pendudukyang belum terserap oleh pasar kerja dengankata lain menganggur.

Komposisi angkatan kerja di Indo-nesia berdasarkan tingkat pendidikan dantempat tinggal dapat dilihat pada Tabel 7berikut:

Page 16: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

65

Tabel 7 Angkatan Kerja Menurut Pendidikan danDesa-Kota, 2007

Sumber : Badan Pusat Statistik (2007)

Dari Tabel 7 di atas dapat diketahuibahwa mayoritas angkatan kerja di wilayahpedesaan adalah angkatan kerja yang tidakterdidik atau berpendidikan rendah yangditunjukkan dengan hanya menamatkan se-kolah pada tingkat Sekolah Dasar yaitusebesar 64,78% dari total angkatan kerjayang ada di desa. Sedangkan pada daerahperkotaan persebaran angkatan kerja berda-sarkan pendidikan yang ditamatkan cende-rung seimbang dengan komposisi 33,84%hanya lulusan SD, 20% me-namatkan pen-didikan hingga tingkat SMP sedangkansisanya sebesar 45,28% adalah angkatankerja terdidik, yang tingkat pendidikan mi-nimalnya adalah tingkat SMA. Sedangkankomposisi penduduk yang bekerja dapatdilihat dalam Tabel 8 berikut:

Tabel 8 Penduduk Yang Bekerja MenurutLapangan Pekerjaan Utama dan Desa Kota

Tahun 2007

Sumber : Badan Pusat Statistik (2007)

Berdasakan lapangan pekerjaan uta-manya, masyarakat Indonesia khususnyamasyarakat pedesaan bekerja pada sektorpertanian, kehutanan, perburuan dan peri-kanan. Sebanyak 61% dari total pen-dudukyang bekerja pada daerah pedesaan bekerjapada sektor tersebut. Selanjutnya prosentaseterbesar kedua ada pada sektor perdagang-an, baik besar maupun eceran, rumah makandan perhotelan yaitu sebanyak 13%. Sisanyasebanyak 26% masyarakat pedesaan bekerjapada sektor yang bervariasi seperti pertam-bangan, bangunan, angkutan serta jasa.

Pada masyarakat perkotaan, sektorlapangan kerja utama yang dipilih sangat be-ragam, mengingat heterogenitas masyarakatyang tinggi. Sektor-sektor yang paling ba-nyak menyerap tenaga kerja yaitu padasektor perdagangan yaitu sebesar 31% dii-kuti oleh sektor jasa kemasyarakatan sebesar20%, industri pengolahan sebesar 17% sertapertanian sebesar 11%. Sisanya tersebar di

Page 17: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

66

sektor- sektor lainnya seperti pertambangan,listrik, bangunan, angkutan dan keuangan.Komposisi penganggur berdasarkan tingkatpendidikan dan domisili dapat dilihat padaTabel 9 di bawah:

Tabel 9 Penganggur Menurut Tingkat Pendidikan danDesa-Kota, 2007

PendidikanDesa Kota Jumlah

Desa(%)

Kota(%)

< SD 1.640.645 1.071.967 2.712.612 37,40 19,06

SMP 1.171.504 1.092.694 2.264.198 26,71 19,43

SMA 1.322.821 2.747.732 4.070.553 30,16 48,85

Diploma/Akademi

127.965 269.226 397.191 2,92 4,79

Universitas 123.674 442.914 566.588 2,82 7,87

Gol.Terdidik

1.574.460 3.459.872 5.034.332 35,89 61,51

Jumlah4.386.609 5.624.533 10.011.142 100 100

Sumber : Badan Pusat Statistik (2007)

Dari Tabel 9 di atas dapat dilihatbahwa angkatan kerja yang menganggurpada daerah pedesaan lebih banyak ditem-pati oleh angkatan kerja yang hanya tamatanpendidikan sekolah dasar yaitu sebesar37,4%. Sedangkan pada tingkat pendidikanyang lain yaitu 26,71% berpendidikan SMPdan angkatan kerja terdidik sebesar 30,16%yang didominasi oleh angkatan kerja lulusanSMA sedangakan pada tingkat pendidikandiploma dan universitas hanya menyum-bang masing-masing 2,92% dan 2,82%.

Pada daerah perkotaan, lebih dari50% jumlah penganggur didominasi olehangkatan kerja terdidik dengan kontribusiterbesar yaitu angkatan kerja berpendidikanSMA sebesar 48,85% sedangkan pada ting-kat pendidikan Diploma dan Universitasmenyumbang 4,79% dan 7,87%. Selebihnya

19% adalah angkatan kerja yang tingkatpedidikannya hanya SD atau dibawahnyadan 19,43% adalah angkatan kerja berpen-didikan SMP.

2. ANALISIS DATA DAN PEMBA-HASAN

Model EstimasiUntuk mengetahui hasil dari pene-

litian ini maka perlu dilakukan estimasi de-ngan menggunakan model estimasi ujiregresi linier berganda, sehingga dalam es-timasi harus memenuhi syarat-syarat yangsesuai dengan model estimasi, dalam hal inimodel estimasi dirumuskan sebagai berikut:

ptd_total = β1+ β 2 pop + β3 wage +β4 growth + ε

ptd_kota = β1+ β 2 pop + β3 wage +β4 growth + ε

ptd_desa = β1+ β 2 pop + β3 wage +β4 growth + ε

Dimana

ptd_total : pengangguran terdidik

ptd_desa : pengangguran terdidik dikota

ptd_kota : pengangguran terdidik didesa

pop : jumlah penduduk

wage : upah minimum

growth : pertumbuhan ekonomi

β : konstanta

ε : random error

Ini dilakukan untuk mengetahuiapakah variabel-variabel bebas seperti jum-lah penduduk, pertumbuhan ekonomi, danupah minimum berpengaruh nyata ter-hadap

Page 18: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

67

variabel pengangguran terdidik, baik secaratotal, pada daerah perkotaan ataupun padadaerah pedesaan.

Uji Asumsi KlasikSebelum dilakukan uji regresi terse-

but maka perlu dilakukan uji asumsi klasik,untuk mengetahui apakah parameter bersifatBLUE (Best Linear Unbiased Estimator)sebagai berikut:

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untukmengetahui apakah terdapat hubungan linearyang sempurna atau pasti diantara semuavariabel bebas yang terdapat dalam suaturegresi.

Multikolinearitas diuji dengan meng-gunakan nilai VIF (Variance Inflating Fac-tor) bilai nilai VIF kurang dari 10 makatidak terjadi multikolinearitas. Hasil pe-ngujian ditunjukkan oleh tabel di bawah ini :

Tabel 10a Uji Multikolinearitas Untuk ModelPengangguran Terdidik Total

VariabelBebas

NilaiVIF

Keterangan

pop 1,259 Non Multikolinearitas

wage 1,320 Non Multikolinearitas

growth 1,055 Non Multikolinearitas

Tabel 10b Uji Multikolinearitas untuk ModelPengangguran Terdidik Kota

VariabelBebas

NilaiVIF

Keterangan

pop 1,259 Non Multikolinearitas

wage 1,320 Non Multikolinearitas

growth 1,055 Non Multikolinearitas

Tabel 10c Uji Multikolinearitas untuk ModelPengangguran Terdidik Desa

VariabelBebas

NilaiVIF

Keterangan

pop 1,259 Non Multikolinearitas

wage 1,320 Non Multikolinearitas

growth 1,055 Non Multikolinearitas

Berdasarkan tabel di atas terlihatbahwa nilai VIF dari tiga model yang ada,untuk semua variabel bebas kurang dari 10,ini berarti tidak ada hubungan linier yangsempurna antara variabel bebas terhadap va-riabel terikat.

Uji Normalitas

Metode untuk mengetahui normalatau tidaknya faktor gangguan salah satunyadengan menggunakan Jarque-Bera test, ujiini menggunakan hasil estimasi residual danX2 probability distributor. Apabila besarnyaJB test lebih kecil dibandingkan X2 tabel(0,05) maka model yang digunakan mem-punyai residual atau faktor penggangguyang berdistribusi normal.

Selain menggunakan metode JB test,dapat digunakan juga metode Kolmogorov-Smirnov. Apabila nilai probabilitasnya lebihdari 0.05 maka fungsi distribusinya ber-distribusi normal.

Dari hasil pengujian dengan meng-gunakan metode Kolmogorov-Smirnovuntuk model pertama yaitu pengangguranterdidik total, nilai Kolmogorov-Smirnovsebesar 0,717 dan angka probabilitasnyasebesar 0,682 sehingga dapat disimpulkanbahwa model empiris yang digunakanberdistribusi normal.

Page 19: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

68

Untuk model kedua, pengangguranterdidik kota. Nilai Kolmogorov-Smirnovsebesar 1,079 dan nilai probabilitasnya se-besar 0,198, maka dapat disimpulkan bahwamodel empiris yang digunakan berdistribusinormal.

Dan hasil pengujian untuk modelketiga yaitu pengangguran terdidik desa,angka Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,744dan probabilitasnya sebesar 0,638 sehinggadapat disimpulkan bahwa model empirisyang digunakan berdistribusi normal.

Uji Autokorelasi

Metode yang digunakan untukmengetahui ada atau tidaknya autokorelasiyaitu dengan menggunakan metode DW test.Model dikatakan terkena autokorelasiapabila Nilai dw terletak diantara 4-dL – 4(autokorelasi negatif) atau 0 – dL(autokorelasi positif). Bila nilai dw terletakdiantara dL – dU atau 4-dU – 4-dLmerupakan daerah ragu-ragu. Model tidakterkena autokorelasi apabila terletak diantaradU – 4-dU.

Berdasarkan hasil pengujian didapatnilai dw sebesar 1,879. Sedangakanbesarnya dw tabel dengan jumlah datasebanyak 33, jumlah variabel bebas = 3dengan α = 5% adalah dL = 1,256 dan dU =1,651 sehingga didapat nilai 4-dL = 2,742dan 4-dU = 2,349. Dengan demikian nilaidw terletak diantara dU dan 4-dU atau dU <DW < 4-dU (1,651 < 1,879 < 2,349).Dengan demikian dapat disimpulkan bahwamodel yang digunakan tidak mengalamiautokorelasi baik positif maupun positif.

Untuk pengujian yang sama, didapatnilai dw sebesar 1,269, untuk model regresidesa. Yang berarti terletak diantara dL dandU atau (dL < DW < dU) demikian dapatdisimpulkan bahwa model yang digunakan

terletak di daerah ragu-ragu apakah terdapatautokorelasi atau tidak.

Sedangkan untuk model regresi kota,nilai DW sebesar 2,030. Dengan demikiannilai dw terletak diantara dU dan 4-dU ataudU < DW < 4-dU (1,651 < 2,030 < 2,349).Dengan demikian dapat disimpulkan bahwamodel yang digunakan tidak mengalamiautokorelasi baik positif maupun negatif.

Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas diuji denganmenggunakan uji koefisien korelasi rankSperman yaitu mengkorelasikan absolutresidual hasil regresi dengan semua variabelbebas. Bila signifikansi hasil korelasi lebihkecil dari 0,05 maka persamaan regresitersebut mengandung heteroskedastisitasdan sebaliknya berarti model bebas dariheteroskedastisitas.Hasil penghitungan ujikorelasi rank spearman dapat dilihat daritabel dibawah.

Tabel 11a Uji Rank Spearman untuk RegresiPengangguran Terdidik Total

Variabel Signifikansi Keterangan

pop 0,073 Non-hetero

wage 0,975 Non-hetero

growth 0,724 Non-hetero

Tabel 11b Uji Rank Spearman untuk RegresiPengangguran Terdidik Kota

Variabel Signifikansi Keterangan

pop 0,699 Non-hetero

wage 0,411 Non-hetero

growth 0,412 Non-hetero

Page 20: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

69

Tabel 11c Uji Rank Spearman untuk RegresiPengangguran Terdidik Desa

Variabel Signifikansi Keterangan

pop 0,561 Non hetero

wage 0,725 Non hetero

growth 0,647 Non hetero

Dari hasil pengujian diatas, dapatdilihat bahwa model tidak terkena asumsiheteroskedastisitas karena hasil korelasi darisemua model lebih besar dari 0,05.

Hasil Uji Statistik (Uji Signifikansi)Setelah dilakukan estimasi uji linier

berganda dari tiga model regresi, didapatkanhasil seperti terlihat dalam tabel dibawah:

Tabel 12a Hasil Estimasi untuk RegresiPengangguran Terdidik Total

Variabel Koefisien t-stat Probability

(Constant) -171430,22 -2,53 0,017

pop 0,02 23,75 0,000

wage 0,23 2,99 0,006

growth 2441,198 0,529 0,601

R2 = 0,957

Adj R2 = 0,952

F stat = 213,406

Prob (F stat) = 0,0000

Tabel 12b Hasil Estimasi untuk RegresiPengangguran Terdidik Kota

Variabel Koefisien t-stat Probability

(Constant) -198261,94 -2,53 0,0169

pop 0,02 14,94 0,0000

wage 0,25 2,74 0,0104

growth 4332,63 0,81 0,4229

R2 = 0,894

Adj R2 = 0,883

F stat = 81,485

Prob (F stat) = 0,0000

Tabel 12c Hasil Estimasi untuk RegresiPengangguran Terdidik Desa

Variabel Koefisien t-stat Probability

(Constant) 26831,65 0,72 0,4780

pop 0,01 11,78 0,0000

wage -0,01 -0,32 0,7520

growth -1891,385 -0,743 0,463

R2 = 0,860

Adj R2 = 0,846

F stat = 59,504

Prob (F stat) = 0,0000

Dapat disimpulkan bahwa koefisienregresinya: :ptd_total = -171430,22 + 0,02 pop + 0,23wage + 2441,20 growth + ε

ptd_kota = -198261,94 + 0,02 pop + 0,25wage + 4332,63 growth + ε

ptd_desa = 26831,65 + 0,01 pop + -0,01wage + -1891,39 growth + ε

Dari persamaan diatas menunjukkanbahwa:

Bila pop, wage, growth bernilai 0maka ptd_total sebesar -171430,22 danptd_kota sebesar -198261,94 sedangkanptd_desa sebesar 26831,65. Bila popmeningkat sebesar satu satuan dan variabel

Page 21: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

70

bebas lainnya tetap maka ptd_totalmeningkat sebesar 0,02, ptd_kota sebesar0,02 sedangkan ptd_desa sebesar 0,01.

Bila growth meningkat sebesar satusatuan dan variabel bebas lainnya tetapmaka ptd_total meningkat sebesar 2441,20,ptd_kota sebesar 4332,63 sedangkanptd_desa menurun sebesar 1891,39. Bilawage meningkat sebesar satu satuan danvariabel bebas lainnya tetap maka ptd_totalmeningkat sebesar 0,23, ptd_kota sebesar0,25, sedangkan ptd_desa menurun sebesar0,01.

Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahuipengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

Dari pengujian model didapat nilai Fhitung sebesar 213,406 untuk modelpertama, 81,485 untuk model kedua dan59.504. Nilai probabilitas dari ketiga modelyaitu sebesar 0,000. Sedangkan nilai F tabelN = 33, dan k = 3 dan α = 0,05 adalahsebesar 3,32.

Dengan hasil diatas dapat diketahuibahwa dari ketiga model tersebut nilai Fhitung > F tabel dan nilai probabilitasnyakurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkanbahwa secara simultan variable jumlahpenduduk, upah dan pertumbuhan ekonomiberpengaruh signifikan terhadap jumlahpengangguran terdidik baik total, di kotamaupun di desa.

Uji R

Uji R dilakukan untuk menunjukkanbesarnya hubungan dari variabel bebasterhadap variabel terikat. Dari model per-tama, pengangguran terdidik total diperolehnilai adj R2 sebesar 0,952 atau 95,2%.Artinya 3 variabel bebas secara bersama-

sama memiliki pengaruh yang sangat besarterhadap pengangguran terdidik yaitusebesar 95,2% sedangkan 4,8% sisanya di-pengaruhi oleh variabel lain di luar variabelyang diteliti.

Untuk model kedua, pengangguranterdidik perkotaan, diproleh nilai adj R2 se-besar 0,883 atau sebesar 88,3%. Yangberarti 3 variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang sangat besarterhadap pengangguran terdidik perkotaansebesar 88,3% sedangkan 11,7% sisanyadipengaruhi oleh variabel yang lain.

Sedangkan untuk model ketiga, pe-ngangguran terdidik di daerah pedesaan,diperoleh nilai adj R2 sebesar 0,846 atau se-besar 84,6%. Artinya 3 variabel bebas secarabersama-sama memiliki pengaruh yangsangat besar terhadap pengangguran terdidikdi daerah pedesaan yaitu sebesar 84,6%sedangkan 15,4% sisanya dipengaruhi olehvariabel lain di luar variabel yang diteliti.

Uji T

Uji t dilakukan untuk mengetahuipengaruh masing-masing variabel bebasterhadap variabel terikat. Dari estimasiuntuk ketiga model yang telah dilakukanmaka diperoleh nilai sebagai berikut.

Tabel 13a Hasil Uji T untuk Pengangguran Terdidik

variabel t-tabel t-stat prob Keterangan

pop 2,042 23,75 0,000 Signifikan

wage 2,042 2,99 0,006 Signifikan

growth 2,042 0,529 0,601 Tidak signifikan

Tabel 13b Hasil Uji T untuk Pengangguran Terdidikdi Kota

variabel t-tabel t-stat prob Keterangan

Page 22: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

71

pop 2,042 14,94 0,000 Signifikan

wage 2,042 2,74 0,0104 Signifikan

growth 2,042 0,81 0,4229 Tidak signifikan

Tabel 13c Hasil Uji T untuk Pengangguran Terdidikdi Desa

variabel t-tabel t-stat prob Keterangan

pop 2,042 11,78 0,000 Signifikan

wage 2,042 -0,32 0,752 Tidak signifikan

growth 2,042 -0,743 0,463 Tidak signifikan

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihatbahwa secara parsial variabel jumlahpenduduk berpengaruh terhadap jumlahpengangguran terdidik baik total, diperkotaan maupun di pedesaan. Variabelupah juga berpengaruh secara parsial ter-hadap jumlah pengangguran terdidik, tetapihanya pada model pengangguran terdidiktotal dan di perkotaan. Sedangkan di pe-desaan variabel upah tidak berpengaruh.Untuk variabel pertumbuhan ekonomi, dariketiga model didapatkan hasil yang sama,yaitu pertumbuhan ekonomi tidak ber-pengaruh terhadap jumlah pengangguranterdidik.

Pembahasan Hasil Estimasi

Dari analisa data yang menunjukkanbahwa variabel-variabel bebas yang meliputijumlah penduduk, pertumbuhan ekonomidan upah secara serentak atau secara ke-seluruhan mempengaruhi variabel terikatnyayaitu jumlah pengangguran terdidik baiksecara total, pada daerah perkotaan maupundaerah pedesaan. Sedangkan secara individuatau parsial variabel jumlah penduduk danupah pada model pertama dan kedua (pe-ngangguran terdidik total dan pengangguranterdidik di kota) berpengaruh pada variabelterikatnya. Sedangkan pada model ketiga,

pengangguran terdidik di desa hanyavariabel jumlah penduduk yang berpengaruhsignifikan sedangkan dua variabel lainnyatidak berpengaruh. Dan untuk variabelpertumbuhan ekonomi, untuk ketiga modelyang di uji tidak signifikan secara statistik.

Pengaruh Variabel JumlahPenduduk (POP) Terhadap JumlahPengangguran di Indonesia

Dari hasil estimasi, dicatat bahwavariabel jumlah penduduk berpengaruhnyata (signifikan secara statistik) terhadapjumlah pengangguran terdidik di Indonesia.Baik secara total, di daerah perkotaan dandaerah pedesaan. Penelitian ini me-nunjukkan bahwa peningkatan jumlah pen-duduk merupakan salah satu penentu ber-tambahnya jumlah pengagguran terdidik.

Dari hasil penghitungan me-nunjukkan koefisien nilai regresi bertandapositif. Yang bermakna bahwa adahubungan positif antara jumlah pendudukdan jumlah pengangguran terdidik. Jikajumlah penduduk bertambah akan ber-pengaruh pada peningkatan jumlah pe-ngangguran terdidik di Indonesia. Karenapeningkatan jumlah penduduk pada akhirnyaakan berakibat pada peningkatan jumlahangkatan kerja yang ada. Dengan asumsilowongan kerja yang tersedia tetap makaakan semakin menambah jumlahpengangguran pada umumnya tak terkecualijumlah pengangguran terdidik.

Pengaruh Variabel PertumbuhanEkonomi (Growth) Terhadap JumlahPengangguran Terdidik di Indonesia

Dari hasil estimasi, variabel per-tumbuhan ekonomi secara parsial ber-pengaruh tidak signifikan terhadap jumlahpengangguran terdidik. Baik secara total, diperkotaan dan di pedesaan.

Page 23: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

72

Hal ini disebabkan bahwa lapangankerja yang berperan terhadap besarnya PDBada pada sektor-sektor padat modal. Se-dangkan untuk sektor padat karya semakinmengalami penurunan tiap tahunnya. Sepertiterlihat dalam Tabel 14 di bawah, kon-tribusi sektor padat karya seperti pertaniandan sebagian industri terhadap PDB semakinmenurun dari 14,5% pada tahun 2005 untukpertanian menjadi hanya 13,8% pada tahun2007. Begitu juga pada sektor industri yangpada tahun 2005 berkonribusi sebesar 28%menjadi 27,4% pada tahun 2007. Sedangkanpada sektor-sektor perdagangan, keuangan,dan jasa mengalami peningkatan kontribusidalam kurun 2005-2007.

Dengan besarnya konribusi yang di-sumbangkan sektor-sektor padat modal,maka permintaan terhadap tenaga kerja akansemakin berkurang. Sehingga dapat di-simpulkan bahwa tinggi rendahnya per-tumbuhan ekonomi tidak mempengaruhijumlah tenaga kerja yang diserap oleh pasarkerja dan jumlah angkatan kerja yang me-nganggur.

Tabel 14 : Produk Domestik Bruto Atas Dasar HargaKonstan 2000 Menurut Lapangan Usaha 2005-2007

Sumber : Badan Pusat Statistik

Pengaruh Variabel PertumbuhanUpah (Wage) Terhadap Jumlah Pengang-guran Terdidik di Indonesia

Dari hasil estimasi, dicatat bahwaupah berpengaruh nyata terhadap jumlahpengangguran terdidik di Indonesia. Namunhanya pada model pertama dan kedua(pengangguran terdidik total dan pengang-guran terdidik di kota. Sedangkan padamodel ketiga (pengangguran terdidik didesa) variabel upah tidak berpengaruh sig-nifikan.

Koefisien nilai regresi bertanda po-sitif berarti bahwa ada hubungan positif an-tara upah dengan jumlah pengangguran ter-didik. Jika upah tinggi akan berakibat padajumlah pengangguran yang semakin ber-tambah. Dan sebaliknya, jika upah turunjumlah pengangguran terdidik akan ber-ku-rang. Hasil ini sejalan dengan teori per-mintaan tenaga kerja. Dimana jika tingkatupah tinggi atau dinaikkan akan berakibatpada permintaan tenaga kerja akan ber-kurang dengan kata lain penyedia lapangankerja akan meminta lebih sedikit tenagakerja dibandingkan sebelumnya. Akibatnyajumlah pengangguran yang semakin ber-tambah.

Sedangkan untuk hasil estimasi mo-del ketiga yaitu upah tidak berpengaruh sig-nifikan terhadap jumlah pengangguran terdi-dik di daerah pedesaan dapat dikarenakankarena beberapa sebab, antara lain dapatdilihat pada tabel dibawa.

Tabel 15 Jumlah Penduduk Desa yang BekerjaBerdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama

Lapangan Pekerjaan Utama DesaDesa(%)

Pertanian, Kehutanan,Perburuan dan Perikanan

36.832.359 61,23

Page 24: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

73

Pertambangan danPenggalian

661.641 1,10

Industri Pengolahan 5.213.698 8,67

Listrik, Gas dan Air 60.342 0,10

Bangunan 2.700.850 4,49

Perdagangan Besar, Eceran,Rumah Makan dan Hotel

7.983.304 13,27

Angkutan, Pergudangan danKomunikasi

2.406.643 4,00

Keuangan,Asuransi,UsahaPersewaan Bangunan, Tanahdan Jasa Perusahaan

232.475 0,39

Jasa Kemasyarakatan 4.063.761 6,76

Total 60.155.073 100

Sumber : Badan Pusat Statistik (2007)

Tabel 16 Jumlah Penduduk Desa yang BekerjaBerdasarkan Status Pekerjaan Utama dan tempat

Tinggal

Status PekerjaanUtama

Desa Desa (%)

Berusaha Sendiri 10.935.303 18,18

Berusaha dibantuBuruh Tidak Tetap

16.378.116 27,23

Berusaha dibantuBuruh Tetap/Buruh Dibayar

1.334.503 2,22

Buruh/Karyawan/Pegawai

9.868.720 16,41

Pekerja Bebas diPertanian

4.984.352 8,29

Pekerja Bebas diNon Pertanian

2.591.795 4,31

Pekerja TakDibayar

14.062.284 23,38

Jumlah 60.155.073 100

Sumber : Badan Pusat Statistik (2007)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwamenurut status pekerjaannya, masyarakatdesa kebanyakan berusaha dibantu rumahtangga, pekerja tak dibayar atau berusahasendiri.

Sedangkan dari jenis pekerjaannya,kebanyakan dari mereka sebagai tenagausaha pertanian. Jenis-jenis pekerjaan itudalam sistem pengupahannya tidak ber-dasarkan sistem pengupahan yang sudah di-tetapkan oleh pemerintah melalui kebijakanupah minimum. Dari uraian di atas dapat di-simpulkan bahwa variabel upah tidak ber-pengaruh terhadap jumlah pengangguran ter-didik di daerah pedesaan.

5. KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN,DAN BATASAN

Dari pembahasan yang telah dilakukan dapatdisimpulkan bahwa

1. Bahwa secara simultan variabel jumlahpenduduk, upah dan pertumbuhan eko-nomi berpengaruh signifikan ter-hadapjumlah pengangguran terdidik baik to-tal, di kota maupun di desa.

2. Berdasarkan Uji t dapat diketahui bah-wa secara parsial variabel jumlahpenduduk berpengaruh terhadap jumlahpengangguran terdidik baik total, di per-kotaan maupun di pedesaan. Variabelupah juga berpengaruhl terhadap jumlahpengangguran terdidik, tetapi hanyapada model pengangguran terdidik totaldan di perkotaan. Sedangkan di pede-saan variabel upah tidak berpengaruh.Untuk variabel pertumbuhan ekonomitidak berpengaruh terhadap jumlah pe-ngangguran terdidik.

3. Variabel pertumbuhan ekonomi secaraparsial berpengaruh tidak signifikan ter-hadap jumlah pengangguan terdidik.Baik secara total, di perkotaan dan dipedesaan. Hal ini disebabkan bahwa la-pangan kerja yang berperan terhadap

Page 25: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

74

besarnya PDB ada pada sektor-sektorpadat modal. Sedangkan untuk sektorpadat karya semakin mengalami penu-runan tiap tahunnya. Sehingga semakintinggi pertumbuhan semakin banyak te-naga kerja yang tidak terserap oleh pa-sar kerja.

4. Variabel upah tidak berpengaruh signi-fikan terhadap jumlah pe-ngangguranterdidik di daerah pedesaan dapat dika-renakan beberapa hal, yaitu kebanyakanpenduduk desa ber-pendidikan rendahsehingga bekerja pada sektor-sektor in-formal yang tidak menerapkan kebi-jakan upah minimum dan pada sektorpertanian yang peng-upahannya berda-sarkan produktifitas.

SARAN

Dari kesimpulan di atas dapat diketahuibahwa jumlah pengangguran terdidik secaraumum dipegaruhi oleh jumlah penduduk,pertumbuhan ekonomi, dan upah meskipuntidak secara mutlak dapat dibuktikan. Olehkarena itu ada beberapa hal yang perludiperhatikan yaitu

1. Hubungan yang signifikan antara jum-lah penduduk dan pengangguran ter-didik akan menjadi permasalahan ter-sendiri jika tanpa ada penanganan.Diperlukan pengendalian pertumbuhanpenduduk untuk mengurangi tekananpada penawaran tenaga kerja sehinggamengurangi jumlah penduduk yang me-nganggur.

2. Tingginya laju pertumbuhan ekonomiyang ditopang oleh sektor-sektor padatmodal dan sektor yang membutuhkanketerampilan khusus berakibat jumlahangkatan kerja yang terserap terbatas.Selain perlu dibuka lapangan kerja baruyang menyerap banyak tenaga kerja,juga diperlukan peran aktif dari paratenaga kerja terdidik untuk membuka

peluang kerja baru baik bagi individu-individu itu sendiri tetapi juga untukorang lain.

3. Jumlah pengangguran terdidik yang le-bih banyak terdapat di daerah perkotaanmenunjukkan bahwa selain tingkat pen-didikan yang rendah di daerah pedesaanjuga tenaga-tenaga kerja terdidik di dae-rah pedesaan lebih banyak yang bermi-grasi ke perkotaan yang lebih banyakmenawarkan jenis pekerjaan formal.Untuk mengurangi jumlah migrasi di-perlukan pengelolaan potensi yang opti-mal di pedesaan secara modern sehing-ga merangsang untuk para tenaga kerjaterdidik di daerah pedesaan untuk tidakbermigrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. Eviews 3.0 (EconomicSoftware). Malang : Semi Que FEUB.

Aziz, Sri Woelan. 1996. Aspek AspekHukum Ekonomi Pembangunan diIndonesia. Surabaya : Citra MediaKarya Anak Bangsa.

Badan Pusat Statistik. 2000. KeadaanTenaga Kerja di Indonesia 2000.Jakarta:BPS

------------. 2000. Statistik Indonesia 2000.Jakarta : BPS

------------. 2001. Keadaan Tenaga Kerja diIndonesia 2001. Jakarta:BPS

------------. 2002. Keadaan Tenaga Kerja diIndonesia 2002. Jakarta:BPS

------------. 2003. Keadaan Tenaga Kerja diIndonesia 2003. Jakarta:BPS

Page 26: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

75

------------. 2004. Keadaan Tenaga Kerja diIndonesia 2004. Jakarta:BPS

------------. 2005. Keadaan Tenaga Kerja diIndonesia 2005. Jakarta:BPS

------------. 2005. Statistik Indonesia 2005.Jakarta : BPS

------------. 2006. Keadaan Tenaga Kerja diIndonesia 2006. Jakarta:BPS

------------. 2006. Statistik Indonesia 2006.Jakarta : BPS

------------. 2007. Keadaan Tenaga Kerja diIndonesia 2007. Jakarta:BPS

------------. 2007. Statistik Indonesia 2007.Jakarta : BPS

Bakir, Zainab dan Chris Manning (ed).1984. Angkatan Kerja di IndonesiaPartisipasi, Kesempatan, danPengangguran. Jakarta: CVRajawali.

Brooks, Ray. 2002. Why Is UnemploymentHigh in the Philippines? IMFWorking Paper

Dhanani, Shafiq. 2004. Unemployment andUnderemployment in Indonesia1976-2000 : Paradoxes and Issues.Geneva : International Labor Office.

Effendi, Riestaf. 2006. Pengaruh PDRB,Tingkat Pengangguran, dan UpahMinimum Regional TerhadapPenyerapan Tenaga Kerja di JawaTimur. Tidak dipublikasikan. Skripsi(S1) Jurusan Ekonomi PembangunanFakultas Ekonomi UniversitasBrawijaya

Fathoni, Abdul Halim. 2006. MembacaUlang Pendidikan di Indonesia,Telaah Prospek dan Arah PemasaranLulusan Perguruan Tinggi(http://www.penulislepas.com/v2/?p=159)

Gujarati, Damodar. 1995. BasicEconometric. Singapore. Mc GrawHill.

Heathfield, David and Mark Russel. 1992.Modern Economics. Glasgow :Harvester Wheatsheaf

Idris, Nasrullah. 2002. FenomenaPengangguran Terdidik.(http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg12927.html)

Kartasaputra. 1994. Hukum Perburuhan diIndonesia. Jakarta : Sinar Grafika.

Kuncoro, Sudrajad. 1997. EkonomiPembangunan Teori, Masalah, danKebijakan. Yogyakarta : AkademiManajemen Perusahaan YKPN.

Manullang, Sendjun H. 1990. Pokok-pokokHukum Ketenaga Kerjaan Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta.

Nachrowi, Nachrowi D dan Hardius Usman.2006. Pendekatan Populer danPraktis Ekonometrika untuk AnalisisEkonomi dan Keuangan. Jakarta :Lembaga Penerbit Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia.

Oosthuizen, Morne. 2006. The Post-Apartheid Labor Market : 1995-2004. South Africa : DevelopmentPolicy Research Unit.

Page 27: ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGANGGURAN …

JIEP-Vol. 15, No 1 Maret 2015ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851

76

Pauw, Kalie, Morne Oosthuizen andCharlene van der Westhuizen. 2006.Graduate Unemployment in the Faceof Skills Shortage : A Labor MarketParadox. South Africa :Development Policy Research Unit.

Rizki, Aji Rahman. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi TingkatPengangguran di Jawa Timur. Tidakdipublikasikan. Skripsi (S1) JurusanEkonomi Pembangunan FakultasEkonomi Universitas Brawijaya

Simanjuntak, Payaman J. 1985. PengantarEkonomi Sumber Daya Manusia.Jakarta: Lembaga Penerbit FakultasEkonomi Universitas Indonesia.

Soelistiyo. 1985. Pengantar Ilmu EkonomiMakro. Jakarta : Pusat PenerbitanUniversitas Terbuka.

Soeratno. 2001. Metodologi Riset Khusus.Jakarta : Pusat PenerbitanUniversitas Terbuka.

Sudarsono. 1988. Ekonomi Sumber DayaManusia. Jakarta : Karunika

Suwignyo, Agus. 2006. Penganggur LulusanUniversitas.(http://agussuwignyo.blogsome.com/2006/09/24/penganggur-lulusan-universitas/trackback/)

Syahril, Nurrohman. 2005. Peran PerguruanTinggi Mengatasi Pengangguran.(www.pikiran-rakyat.com)

Tobing, Elwin. 2005. Pendidikan, PasarTenaga Kerja dan Kewiraswastaan.(www.theindonesianinstitute.org)

------------.2005. Pengangguran TenagaKerja Terdidik.(www.theindonesianinstitute.org,)

Todaro, Michael P. 2000. PembangunanEkonomi di Dunia Ketiga. Jakarta :Erlangga

Wirakartakusumah, Djuhari. 1998. BayangBayang Ekonomi Klasik. Jakarta :Direktorat Jendral Pendidikan TinggiDepartemen Pendidikan danKebudayaan.

Yustika, Ahmad Erani. 2002. Pembangunandan Krisis. MemetakanPerekonomian Indonesia. Jakarta :Grasindo