analysis of organizational culture dimensions impacting performance

Upload: arlita-nurmaya-asri

Post on 09-Mar-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Analysis of Organizational Culture Dimensions Impacting Performance

TRANSCRIPT

Review JurnalAnalysis of organizational culture dimensions impacting performanceRomualdas Gineviius and Vida VaitknaiteJournal of Business Economics and Management, 2006, vol 7, issue 4, pages 201-211

1. Sistematika: 1. Abstrak2. Pendahuluan3. Penilaian budaya organisasi4. Analisis dimensi pada budaya organisasi5. Hubungan antar dimensi pada budaya organisasi6. Kesimpulan

2. Metode penelitian: metode kuantitatif: analisis sistematik dari literatur ilmiah, content analysis, metode hierarchical structuring, analisis faktor dan korelasi.

3. Teori yang digunakan:Menurut Marcoulides, G. A., dan Heck, R. H. (1993), budaya organisasi adalah fenomena yang kompleks, yang ditandai dengan banyak aspek (dimensi). Penelitian budaya organisasi dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama mencakup karya ilmiah, dimana budaya hanya digambarkan. Kelompok kedua mencakup pekerjaan, dimana dimensi dipilih. Pengaruh dimensi tersebut pada kesuksesan divalidasi secara teoritis atau empiris di dalam kelompok ketiga. Menurut Schein, E. H., (1992) budaya organisasi adalah pola dari asumsi dasar, yang terbentuk ketika anggota organisasi menyelesaikan masalah dari adaptasi eksternal dan integrasi internal. Asumsi ini dibenarkan, walaupun hal tersebut sangat sulit untuk diobservasi.Fenomena yang diamati di organisasi, disebut sebagai budaya organisasi, terutama dianalisis hanya dengan metode penelitian kualitatif. Hal tersebut dianggap tidak dapat diukur, sehingga ketika dibandingkan dengan iklim organisasi, perbedaan metode pengukuran dianggap sebagai perbedaan terbesar dari keduanya, yaitu iklim organisasi dapat diukur kuantitatif sedangkan budaya organisasi hanya dapat dinilai kualitatif (Denison, D. R., 1996).Perusahaan tertarik untuk menginvestigasi budaya mereka, karena mereka ingin mengetahui budaya organisasi dan mencari area permasalahan yang dapat menyebabkan masalah ke depannya jika tidak diperbaiki. Kemudian untuk membentuk posisi benchmarking, dan untuk mengatur perubahan budaya organisasi ((Denison, D. R., dan Neale, W. S., 1996).Dari analisis di jurnal ini diperoleh dimensi antara lain: 1) keterlibatan, 2) kerjasama (kolaborasi), 3) perpindahan informasi, 4) pembelajaran, 5) kepedulian terhadap klien, 6) kemampuan beradaptasi, 7) arah strategis, 8) sistem reward dan insentif, 9) sistem control, 10) komunikasi, 11) perjanjian, 12) koordinasi dan integrasi.4. Ringkasan:Budaya organisasi adalah fenomena yang kompleks, yang ditandai dengan banyak aspek (dimensi)[1]. Penelitian budaya organisasi dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama mencakup karya ilmiah, dimana budaya hanya digambarkan. Kelompok kedua mencakup pekerjaan, dimana dimensi dipilih. Pengaruh dimensi tersebut pada kesuksesan divalidasi secara teoritis atau empiris di dalam kelompok ketiga. Semakin banyak dimensi yang dianalisis, semakin jelas yang dirasakan. Namun menganalisis semua dimensi tidak mungkin dilakukan, hanya performa dari dimensi tertentu yang paling berpengaruh secara signifikan. Jika mengetahui pengaruh dari setiap dimensi, maka kita dapat memperbaikinya sehingga dapat mengelola performa dengan lebih baik.Peneliti yang menganalisis budaya organisasi, memberikan jumlah dimensi yang berbeda-beda, namun beberapa di antaranya sangat mirip artinya. Dan tidak semua peneliti mengkaji hubungan antara dimensi dan hasil organisasi. Oleh karena itu diperlukan analisis terhadap dimensi-dimensi yang mempengaruhi performa secara singnifikan, mencari hubungan di antara dimensi-dimensi tersebut dan pengaruhnya terhadap performa organisasi.Fenomena yang diamati di organisasi, disebut sebagai budaya organisasi, terutama dianalisis hanya dengan metode penelitian kualitatif. Hal tersebut dianggap tidak dapat diukur, sehingga ketika dibandingkan dengan iklim organisasi, perbedaan metode pengukuran dianggap sebagai perbedaan terbesar dari keduanya, yaitu iklim organisasi dapat diukur kuantitatif sedangkan budaya organisasi hanya dapat dinilai kualitatif. [15, 16] Ketika pengaruh budaya organisasi pada performa sudah diketahui, hal tersebut dicari untuk metode evaluasi kuantitatif dari budaya organisasi juga.Langkah pertama dari penilaian kuantitatif adalah persepsi, dimana beberapa aspek (dimensi) dapat dipisahkan dalam budaya organisasi. Langkah kedua adalah membuat kuisioner, dimana pernyataan untuk mengkarakterisasi dimensi ditampilkan. Responden akan mengevaluasi apakah dimensi tersebut sesuai dengan karakteristik perusahaan mereka atau tidak. Setelah menganalisis jawaban responden, berbagai aspek dari budaya organisasi dapat dinilai.Pada kasus pertama, perusahaan tertarik untuk menginvestigasi budaya mereka, karena mereka ingin mengetahui budaya organisasi dan mencari area permasalahan yang dapat menyebabkan masalah ke depannya jika tidak diperbaiki. Kemudian untuk membentuk posisi benchmarking, dan untuk mengatur perubahan budaya organisasi [20].Peneliti mencoba membandingkan efek budaya organisasi pada kesuksesan di berbagai perusahaan. Perusahaan tersebut digolongkan berdasarkan ukuran, usia, industri, negara, fase siklus hidup, dan tipe aktivitas (manufaktur, jasa). Menurut Schein [2] budaya organisasi adalah pola dari asumsi dasar, yang terbentuk ketika anggota organisasi menyelesaikan masalah dari adaptasi eksternal dan integrasi internal. Asumsi ini dibenarkan, walaupun hal tersebut sangat sulit untuk diobservasi. [2]. Hal tersebut berhubungan dengan perilaku pekerja, yang lebih mudah untuk diobservasi. Sehingga perilaku harus dianalisis ketika menginvestigasi budaya organisasi.Pemilihan dimensi dari budaya organisasi dilakukan dengan tiga tahap, yaitu: tahap pertama semua dimensi dikumpulkan dari sumber-sumber literatur. Tahap kedua yaitu beri nama yang berbeda pada dimensi yang dianggap berasal dari satu dimensi, jika setelah dianalisis kontennya menjadi jelas, maka dimensi tersebut sama. Tahap ketiga yaitu memilih dimensi berdasarkan dampaknya pada performa berdasarkan data empiris atau teoritis.Setelah menganalisis 53 riset, diperoleh dimensi-dimensi dari budaya organisasi berdasarkan berbagai peneliti. Dari nama-nama dimensi yang berbeda tersebut peneliti mengelompokkannya menjadi 25 dimensi, yaitu: 1) komunikasi, 2) gaya manajemen, 3) sistem reward dan insentif, 4) pengambilan keputusan, 5) tujuan dan strategi, 6) kerjasama, 7) koordinasi dan integrase, 8) inovasi, 9) adaptasi, 10) pembelajaran, 11) norma, aturan, dan nilai, 12) struktur organisasi, 13) perilaku dengan lingkungan eksternal, 14) iklim, 15) mekanisme control, 16) keterlibatan, 17) perpindahan informasi, 18) kepedulian terhadap karyawan, 19) perjanjian, 20) derajat tanggung jawab dan kebebasan karyawan, 21) pemberdayaan, 22) sistem seleksi karyawan, 23) visi, 24) misi, 25) politik perusahaan.Selain itu juga terdapat informasi mengenai frekuensi dari setiap dimensi yang disebutkan dalam literatur, hal ini menunjukkan seberapa signifikan dimensi tersebut bagi peneliti untuk menganalisis budaya organisasi. Dengan menggunakan metode distribusi faktor fenomena, dapat dikelompokkan menjadi 3 area faktor signifikansi, area pertama yaitu pada dimensi nomor 1-8 menunjukkan faktor yang paling signifikan, area kedua yaitu pada dimensi 9-18 menunjukkan faktor yang signifikan, dan area ketiga yaitu pada dimensi 19-25 menunjukkan faktor yang tidak signifikan, yaitu yang mempunyai efek kecil terhadap fenomena.Beberapa dimensi mempunyai makna ganda atau mempunyai arti yang sama dengan dimensi lain, sehingga hanya 11 dimensi yang akan dianalisis lebih lanjut. Analisis dilakukan dengan analisis konten dan metode struktur hirarki untuk mengeliminasi hubungan ganda dan untuk mengurangi jumlah dimensi. Analisis konten dari dimensi dilakukan dengan memperhatikan deskripsi dimensi yang disediakan oleh penulis. Sedangkan metode struktur hirarki digunakan untuk menampilkan gambar dan matriks dari fenomena yang dianalisis. Hubungan antar konsep dibuat berdasarkan deskripsi yang telah disebutkan. Jumlah hubungan dapat dikurangi dengan perbandingan suksesif. Dari analisis tersebut diperoleh dimensi antara lain: 1) keterlibatan, 2) kerjasama (kolaborasi), 3) perpindahan informasi, 4) pembelajaran, 5) kepedulian terhadap klien, 6) kemampuan beradaptasi, 7) arah strategis, 8) sistem reward dan insentif, 9) sistem control, 10) komunikasi, 11) perjanjian, 12) koordinasi dan integrasi. Kemudian dibuat kuisioner berdasarkan daftar dimensi terebut. Kuisioner ini dapat disebut sebagai instrumen dari penilaian budaya organisasi yang telah dimodifikasi, karena instrument yang ada saat ini masih dalam pertimbangan. Instrument ini dapat digunakan untuk investigasi lebih lanjut dari budaya organisasi dan pengaruhnya pada kesuksesan.Kuisioner disebarkan ke perusahaan di Lithuania, diperoleh hasil survei dari 23 perusahaan bahwa komunikasi, reward dan insentif mempengaruhi sebagian besar dimensi lainnya. Analisis faktor menunjukkan bahwa dimensi digolongkan menjadi 4 kelompok. Kelompok pertama diarahkan menuju proses internal dari organisasi, kelompok kedua meliputi sistem internal, kelompok tiga diarahkan menuju ke luar, dan kelompok empat dibuat dari dimensi yang berbeda. Sampel yang lebih besar dibutuhkan untuk menguji ketergantungan antar dimensi pada kelompok tertentu.Hubungan antar kelompok dan performa dan juga kepuasan pekerja juga diteliti. Hasil menunjukkan bahwa semuanya memiliki hubungan yang erat dengan arah strategi, pembelajaran, reward yang adil dan dukungan.