annual report - reliefweb.int · irregular migration / migrasi gelap 64 ... the province of aceh on...

120
MANAGING MIGRATION FOR THE BENEFIT OF ALL ʻ09 annual report laporan tahunan INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION IOM INDONESIA

Upload: doantram

Post on 11-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

M ANAG ING MIG R ATION FOR THE BENEFIT OF ALL

ʻ09 annual report laporan tahunan

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION IOM INDONESIA

Page 2: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

Contents Daftar isiIOM in Brief / Sekilas IOM

IOM in Indonesia / IOM di Indonesia

Forward from Chief of Mission / Kata Pengantar dari Ketua Misi

Movement, Emergency &Post-Crisis Migration Management / Mengelola Pergerakan, Migrasi Darurat & Pasca-Krisis 01

Emergency & Post Emergency Operations Assistance / Bantuan Kegiatan Darurat dan Pasca Darurat 02

Post-Conflict Reintegration Programme / Program Reintegrasi Pasca-Konflik 04

Tsunami Post Emergency Assistance / Bantuan Darurat Pasca-Tsunami 16

Earthquake Post Emergency Assistance / Bantuan Darurat Pasca Gempa Bumi 26

Migration Health / Kesehatan Migrasi 41

Migration & Develoment / Migrasi & Pembangunan 55

Remittance / Remitensi 56

Regulating Migration / Pengaturan Migrasi 61

Return Assistance for Migrants & Governments / Bantuan Pemulangan bagi Migran & Pemerintah 62

Irregular Migration / Migrasi Gelap 64

Counter Trafficking / Unit Penanggulangan Perdagangan Manusia 68

Combating Human Trafficking in Indonesia / Memerangi Perdagangan Manusia di Indonesia 70

Technical Cooperation on Migration Management & Capacity-Building / Kerjasama Teknis pada Pengelolaan Migrasi & Pembangunan Kapasitas 86

Police Reform Programme / Program Reformasi Polisi 88

Facilitating Migration / Memfasilitasi Migrasi 94

Labour Migration / Migrasi Tenaga Kerja 96

Project Development & Donor List / Unit Pengembangan Proyak & Daftar Donor 100

IOM Indonesia Offices / Kantor-kantor IOM di Indonesia 104

Editor (English) : Chris Lom; Ruby Murray

Editor (Bahasa) : Jihan Labetubun

Translator : Adi Nugroho

Design/Layout : Sanda Fatharani

Photographed by : Paul Dillon; Simon Gladman; IOM Indonesia staff; Jihan Labetubun; Chris Lom; Ruby Murray; Jonathan Perugia; Edy Purnomo; Swan Ti; John Vink; Karl Zirbs

Printed by : Mitrametrotama

IOM INDONESIA

Sampoerna Strategic Square, North Tower Floor 12A, Jalan Jendral Sudirman Kav.45-46, Jakarta Selatan 12930, INDONESIA

Phone. +62 (21) 5795 1275 • Fax. +62 (21) 5795 1274 • Email. [email protected] • Website. http://www.iom.or.id

© 2010 International Organization for Migration (IOM) Indonesia

“All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system, or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying, recording or

otherwise, without the prior written permission of the publisher.”

Page 3: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang
Page 4: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang
Page 5: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009

IOM in Brief Sekilas IOMEstablished om 1951, the International Organization

for Migration (IOM) is the principal integovernmental

organization in the field of migration. IOM is dedicated

to promoting humane and orderly migration for the

benefit of all. It does so by providing services and

advice to governments and migrants.

Headquartered in Geneva, Switzerland, IOM is growing

rapidly and currently counts 125 states as members.

A further 16 states and 74 international and non-

governmental organizations hold observer status.

IOM’s expenditures in 2007 reached USD 783.8 million

while the year 2005 saw a peak programme budget in

excess of USD 952 million. Approximately 5,600 staff

are working on more than 1,770 projects from over 420

field offices in 129 countries (November 2008).

IOM works in the four broad areas of migration

management:

• Migration and development

• Facilitating migration

• Regulating migration

• Forced migration

IOM activities that cut across these areas include the

promotion of international migration law, policy debate

and guidance, protection of migrants’ rights, migration

health and the gender dimension of migration.

Berdiri pada 1951, Organisasi Internasional untuk Migrasi

(OIM) adalah organisasi internasional utama di bidang

migrasi. IOM berdedikasi menjunjung tinggi migrasi yang

manusiawi dan teratur untuk kepentingan bersama.

IOM melakukannya dengan memberikan pelayanan dan

nasehat ke pemerintah maupun migran.

Berkantor pusat di Jenewa, Swiss, IOM berkembang pesat dan

kini 125 negara tercatat sebagai anggota. Selain itu, 16 negara

dan 74 organisasi internasional dan organisasi swadaya

berstatus pengamat.

Anggaran IOM pada 2007 mencapai ASD 783,8 juta

sementara pada 2005 anggaran program mencapai puncak

hingga ASD 952 juta. Sekitar 5.600 staf bekerja di lebih

dari 1.770 proyek atas 420 kantor di 129 negara (Nopember

2008).

IOM bergerak menangani migrasi di empat bidang umum:

• Migrasi dan pembangunan

• Menfasilitasi migrasi

• Mengatur migrasi

• Migrasi yang dipaksakan

Sejumlah kegiatan OIM yang mencakup bidang-bidang

tersebut meliputi pengendalan wacana hukum migrasi

internasional, perdebatan dan acuan kebijakan, perlindungan

hak-hak para migran, kesehatan migrasi dan dimensi gender

dari migrasi.

Page 6: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009

IOM in Indonesia OIM di IndonesiaIOM operations in Indonesia began with the processing

of Vietnamese migrants in Tanjung Pinang, Riau, in 1979.

These efforts were immediately followed by another

major operation providing for the care, maintenance

and assisted voluntary return of internally displaced East

Timorese.

IOM’s relationship with the Government of Indonesia

extends back to 1991 when Indonesia became a formal

Observer in the IOM Council. A Cooperative Agreement

signed in 2000 recognized the valuable association

established between the Government and IOM towards

improving migration management.

IOM Indonesia’s programmes have expanded

dramatically both in terms of geographic reach and

target populations, particularly since the tsunami struck

the province of Aceh on the northenmost tip of the

island of Sumatra in December 2004. Sub-offices are

now located across the country with over 600 staff

members working on a wide range of activities.

IOM memulai operasinya di Indonesia dengan

memproses migran Vietnam di Tanjung Pinang, Riau,

pada 1979. Serangkaian usaha berlanjut dengan

penyediaan perawatan, pemeliharaan dan bantuan

pemulangan sukarela bagi para pengungsi Timor

Timur.

Hubungan IOM dengan pemerintah Indonesia

dimulai pada 1999 ketika Indonesia resmi menjadi

pengamat dalam dewan IOM. Sebuah Perjanjian

Kerjasama yang ditandatangani pada 2000 mengakui

hubungan yang sangat bermanfaat antara Pemerintah

dan IOM dalam meningkatkan penanganan migrasi.

Program-program IOM Indonesia telah berkembang

dari sisi geografis maupun target penduduk, khususnya

sejak tsunami menghantam propinsi Aceh di ujung

utara pulau Sumatera pada Desember 2004. Kantor-

kantor cabang kini berdiri di penjuru nusantara

dengan lebih dari 600 staf bekerja dalam beragam

kegiatan.

Page 7: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang
Page 8: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009

Foreword from the Chief of Mission Kata Pengantar dari Ketua Misi

It is with great pleasure that I present you with IOM

Indonesia’s 2009 Annual Report. The Report summarizes

our mission’s strategic and operational services across

Indonesia over the last 12 months. It also describes

IOM’s programming activities, which engage with

Indonesia’s diverse societies and cultures to manage

the cross-cutting effects of both internal and external

migration.

IOM Indonesia is currently one of the Organization’s

largest global missions. With a population of almost

240 million across an archipelago spanning 5,000

kilometres and comprising 17,600 islands, Indonesia

is a prime source, destination, and transit country for

migrants. Internally, complex migration patterns are

influenced by natural disasters, conflict, and demands

for labour in what is a rapidly developing country.

In 2009, IOM Indonesia has built on its close working

relationship with the Government of Indonesia, local

Indonesian government institutions, partners in the

non-government sector, and local communities to

support national and regional capacity-building efforts

and to provide direct assistance to migrants in need. We

have built on the strengths of our history in Indonesia

to grow our operations in accordance with the principle

that humane and orderly migration benefits migrants

and society.

IOM’s rapid, flexible approach has established it as

a major partner in the Government of Indonesia’s

responses to disasters and the displacement of internal

populations. In Aceh in 2004, Yogyakarta in 2006,

Padang in 2007 and again in 2009 following another

devastating earthquake in West Sumatra, IOM has been

at the forefront of emergency response and development

assistance efforts in Indonesia.

The coming decades will see migration increasingly

represent the complex issues facing human society at the

local, national, and international levels. From migration

health assessment services to the provision of shelter for

victims of human trafficking, from IOM’s Indonesian

Dengan bangga kami sampaikan Laporan Tahunan IOM

Indonesia 2009. Laporan ini merangkum layanan strategis dan

operasional IOM di seluruh Indonesia dalam kurun waktu 12

bulan terakhir. Laporan ini juga menjelaskan kegiatan program

IOM, yang bekerjasama dengan masyarakat dan kebudayaan

Indonesia yang beraneka ragam dalam menangani dampak di

seluruh bidang yang dibawa oleh migrasi internal maupun

eksternal.

IOM Indonesia saat ini merupakan misi global IOM terbesar.

Dengan penduduk sebayak 240 juta jiwa yang menghuni 17.600

kepulauan sepanjang 5.000 kilometer, Indonesia merupakan

negara sumber, tujuan dan transit utama bagi para migran.

Secara internal, pola migrasi yang kompleks ini dipengaruhi oleh

bencana alam, konflik, dan permintaan akan tenaga kerja di

dalam negara yang sedang berkembang secara cepat ini.

Selama 2009, IOM Indonesia telah membangun kerjasama yang

baik dengan Pemerintah Indonesia, lembaga pemerintah

daerah, para mitra dari sektor Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM), serta masyarakat setempat guna mendukung upaya

pengembangan kapasitas di tingkat nasional maupun regional

dan sekaligus memberikan bantuan langsung kepada para

migran yang membutuhkan. Kami telah membangun dasar

kekuatan dengan pengalaman kami di Indonesia dalam

mengembangkan kegiatan-kegiatan sesuai dengan prinsip bahwa

migrasi yang manusiawi dan tertib memberi manfaat bagi para

migran maupun masyarakat.

Pendekatan IOM yang cepat dan fleksibel telah mengkukuhkannya

sebagai mitra utama Pemerintah Indonesia dalam menanggapi

bencana dan pengungsian penduduk secara internal. IOM

telah memainkan peran terdepan dalam memberi bantuan

darurat dan bantuan pembangunan di Indonesia seperti di

Aceh pada 2004, Yogyakarta pada 2006, Padang pada 2007

dan sekali lagi pada 2009 setelah terjadinya bencana gempa

bumi di Sumatera Barat.

Pada tahun-tahun mendatang akan semakin terlihat bagaimana

migrasi mencerminkan beragamnya masalah yang dihadapi oleh

masyarakat di tingkat lokal, nasional dan internasional. Dari

sejumlah penelitian kesehatan migrasi hingga penyediaan

penampungan sementara bagi korban perdagangan manusia,

Page 9: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009

National Police human rights training to our support

of livelihoods development in remote, conflict affected

communities, the diversity of IOM’s programme

architecture reflects IOM’s adaptability of approach and

our long experience in the area of migration.

This report is divided into five key sections that

represent the operational areas of IOM Indonesia:

Movement, Emergency and Post-Crisis Management

looks at IOM’s disaster responses to the West Sumatra

earthquakes in 2009, tracking IOM’s emergency and

post-emergency operations activities. IOM’s logistical

expertise placed IOM at the centre of the emergency

response to the West Sumatran earthquakes, with

IOM overseeing the movement of thousands of tonnes

of aid throughout the affected region in the days and

weeks following the disaster. This section also looks

at the ongoing post-conflict reintegration and post-

tsunami emergency assistance programmes in Aceh,

and the Central Java earthquake post-emergency

assistance activities in Yogyakarta and surrounds.

IOM’s Migration Health programme spans a broad

array of health activities, from the orderly and voluntary

return of medical evacuees in post-disaster situations

to the provision of direct medical and psychosocial

assistance to migrants in distress, including victims of

conflict, natural disasters, and of human trafficking.

In the area of Migration and Development IOM has built

on our ongoing research on the effects of remittance

corridors on Indonesian development efforts, and has

been instrumental in expanding understanding of the

corridors throughout the Indonesian region.

Regulating Migration looks at IOM’s programmes

in counter human trafficking and our work with

the Indonesian law enforcement sector to enhance

technical cooperation on migration management

and capacity building in the areas of migration and

human rights throughout Indonesia. With irregular

migration on the rise across the region, IOM continues

pelatihan HAM oleh IOM bagi Kepolisian Republik Indonesia

hingga bantuan kami untuk pengembangan mata pencaharian

di komunitas yang terpencil dan terkena imbas konflik,

mencerminkan keanekaragaman rancangan program IOM yang

mampu mengadaptasi pendekatan yang digunakan berdasarkan

yang cukup panjang di bidang migrasi.

Laporan ini dibagi dalam lima bagian utama yang menyajikan

bidang-bidang operasional IOM Indonesia:

Penanganan Perpindahan Penduduk, Masa Darurat dan Pasca-

Krisis membahas bantuan bencana yang diberikan oleh IOM

kepada korban gempa di Sumatera Barat pada 2009, menelusuri

kegiatan-kegiatan operasional IOM di masa darurat dan pasca-

darurat. Keahlian IOM di bidang logistik menempatkan dirinya

sebagai poros tengah upaya pemberian bantuan pada waktu

gempa di Sumatera Barat, dimana IOM mengawasi pengangkutan

ribuan ton bahan bantuan di kawasan yang terkena bencana

sesaat setelah bencana terjadi. Bagian ini juga memaparkan

program bantuan reintegrasi pasca-konflik serta bantuan pasca

tsunami yang masih berlangsung di Aceh, serta kegiatan bantuan

pasca-darurat untuk korban gempa di Jawa Tengah, Yogyakarta

dan daerah sekitarnya.

Program Kesehatan Migrasi IOM mencakup serangkaian

kegiatan layanan kesehatan, mulai dari pengaturan pemulangan

dan pemulangan sukarela pasien medis selama masa pasca-b

encana hingga penyediaan bantuan medis dan psikososial

langsung bagi para migran yang bermasalah, termasuk korban

konflik, bencana alam, dan tindak pidana perdagangan manusia.

Di bidang Migrasi dan Pembangunan, IOM telah memanfaatkan

penelitian tentang dampak koridor remitensi pada upaya

pembangunan di Indonesia, dan telah memainkan peran yang

sangat penting dalam memperluas pemahaman mengenai

koridor-koridor tersebut di seluruh Indonesia.

Pengaturan Migrasi membahas program-program IOM dalam

memerangi perdagangan manusia dan kerjasama kami dengan

sektor penegakan hukum di Indonesia guna meningkatkan

kerjasama teknis tentang pengaturan migrasi dan pengembangan

kapasitas di bidang migrasi dan HAM di seluruh Indonesia.

Dengan meningkatnya migrasi gelap di seluruh kawasan ini,

Page 10: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang
Page 11: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009

to assist irregular migrants in Indonesia through the

provision of vital services including health assistance

and voluntary returns.

In 2009, IOM’s strong working relationship with the

Indonesian law enforcement sector culminated in the

release of five major resources: an updated Guidelines

for Law Enforcement and the Protection of Victims of

Trafficking in Handling Traficking in Persons Cases, a

new Manual for Officers Handling People Smuggling

and Other People Smuggling Related Crimes, and three

comprehensive training curricula tailored to the INP,

public prosecutors, and judges dealing with cases of

human trafficking.

Finally, Facilitating Migration describes IOM’s labour

migration programme and our work protecting and

supporting Indonesian migrant workers at home and

abroad.

IOM Indonesia looks forward to building upon our

strong working relationship with our government

partners, donors, non-government partners and

beneficiaries in the coming year, and to ensuring that

migration benefits both migrants and society.

IOM terus membantu para migran gelap di Indonesia melalui

penyediaan bantuan-bantuan penting termasuk bantuan

kesehatan dan pemulangan secara sukarela.

Selama 2009, puncak kerjasama IOM yang kuat dengan

lembaga-lembaga penegak hukum ditandai dengan penerbitan

lima dokumen penting: sebuah versi terkini dari Pedoman Bagi

Penegak Hukum dan Perlindungan Korban Perdagangan Manusia

dalam Penanganan Kasus-kasus Perdagangan Manusia, sebuah

panduan baru bagi Pejabat yang Menangani Penyelundupan

Manusia dan Tindak Pidana Lainnya yang Terkait Dengan

Penyelundupan Manusia, dan tiga kurikulum pelatihan

menyeluruh yang khusus dirancang bagi anggota Polri, jaksa

penuntut umum, dan hakim yang menangani kasus-kasus

perdagangan manusia.

Terakhir, Mengfasilitasi Migrasi menjelaskan program migrasi

tenaga kerja IOM dan kerja kami dalam melindungi dan

membantu para TKI baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

IOM Indonesia sangat berharap untuk memanfaatkan

kerjasama yang erat dengan para mitra kami di pemerintahan,

donor, mitra LSM serta penerima bantuan di tahun yang akan

datang ini, dan sekaligus memastikan agar migrasi membawa

manfaat bagi para migran maupun masyarakat.

Denis Nihill

Chief of Mission / Ketua Misi

Page 12: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

Movement, Emergency, and Post-crisis Migration Management Perpindahan, Kedaruratan, dan Manajemen Migrasi Pasca Krisis

Page 13: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

Movement, Emergency, and Post-crisis Migration Management Perpindahan, Kedaruratan, dan Manajemen Migrasi Pasca Krisis

Page 14: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 20092

Emergency and Post Emergency Operations AssistanceBantuan Operasional Darurat dan Pasca Darurat

Page 15: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 3

Page 16: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 20094

Post-conflict Reintegration ProgrammeProgram Reintegrasi Pasca-konflik

Post-conflict Reintegration in Aceh

IOM’s approach to reintegration in Aceh focuses

on enhancing stability. It seeks to create perceptions

of fairness by directly addressing post-conflict issues

at the community level.

The Post-Conflict and Reintegration Programme

(PCRP) targets a core caseload of 10,000 ex-combatants,

amnestied political prisoners and vulnerable young

people, together with their communities.

Reintegration programming focuses on this group

in selected high-risk areas using individual case

management based on IOM’s internationally-recognized

Information, Counselling and Referral Services (ICRS)

model.

Concurrent community-driven stabilization programmes

in the same areas provide ‘peace dividends’ to communities

as a whole.

Community stabilization activities in over 1,200

villages support individual reintegration by helping

communities to take a leading role in social and

economic recovery. Activities include the rebuilding

of infrastructure, livelihood support, community self-

help and socio-cultural celebrations.

Programme coverage is extensive and targets “hotspot”

areas in Aceh where the risk of a relapse into conflict

is highest. These activities centre on quick-impact

projects targeting conflict-affected communities in

which ex-combatants, amnestied political prisoners,

refugees and internally displaced people live.

Community stabilization – whether it manifests itself

as a new road, a gabion basket retaining wall, a hand-

tractor, organic farming, a football field, a brick-kiln

or a local concert – is peace-building through the

restoration of trust within and between communities

scarred by the conflict. All assistance is presented as a

tangible result of the peace process.

Reintegrasi Pasca-konflik Di Aceh

Pendekatan IOM atas permasalahan reintegrasi di Aceh berfokus

pada peningkatan stabilitas. Pendekatan tersebut berupaya

menciptakan persepsi keadilan dengan secara langsung menangani

masalah-masalah pasca konflik di tingkat masyarakat.

Sejumlah 10.000 mantan kombatan, mantan tahanan politik dan

kelompok pemuda rentan, beserta komunitas mereka merupakan

sasaran inti Program Pasca-Konflik dan Reintegrasi (PCRP).

Penyusunan program reintegrasi berfokus pada kelompok di

lokasi-lokasi berisiko tinggi denggan menggunakan penanganan

kasus secara individual berdasarkan model Layanan Informasi,

Konseling dan Rujukan IOM (ICRS/PIKR) yang telah diakui

secara internasional.

Program-program stabilisasi yang digerakkan oleh para

masyarakat sendiri yang berlangsung berbarengan di daerah-

daerah yang sama memberikan ‘manfaat perdamaian’ kepada

masyarakat secara keseluruhan.

Kegiatan stabilisasi masyarakat di lebih dari 1.200 desa mendukung

reintegrasi individu dengan cara membantu komunitas untuk

memainkan peran terdepan dalam pemulihan sosial dan ekonomi.

Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup pembangunan kembali

prasarana, bantuan mata pencaharian, bantuan swadaya

masyarakat dan berbagai acara perayaan sosial-budaya.

Cakupan program ini bersifat ekstensif terutama di daerah-

daerah yang tergolong bersiko tinggi atas terjadinya konflik.

Kegiatan-kegiatan ini dititikberatkan pada proyek-proyek dampak

cepat yang memperhatikan komunitas yang terkena dampak

konflik dimana para mantan kombatan, mantan tahanan politik

serta pengungsi tersebut berdiam.

Stabilisasi masyarakat – baik dalam bentuk pembangunan jalanan

baru, tembok penahan gabion, traktor tangan, perkebunan organik,

lapangan sepak bola, tungku batu bata atau konser masyarakat

– adalah pembangunan perdamaian melalui pemulihan rasa

percaya di dalam dan diantara masyarakat yang terluka karena

konflik. Semua bantuan diberikan sebagai hasil nyata dari proses

perdamaian.

Page 17: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 5

Information, Counselling and Referral Services: Targeted Assistance to Vulnerable Youth and Economic Revitalization in their Communities

ICRS, which has been funded by the Government of

Japan since October of 2005, works in partnership

with some 82 civil society and small/medium-sized

business partners in over 2,000 villages across Aceh.

By September 2009 the 2007-2009 programme

had delivered vocational training, jobs and other

opportunities to over 6,000 vulnerable young people

identified by their communities. It had also provided

grants and in-kind business expansion support to 51

small businesses employing and training them. Of the

6,071 youths initially accepted and participating in

the programme, 5,220 remain active clients.

In urban settings, ICRS clients are offered fixed term

employment and training in participating businesses.

Others have been trained to create and run their own

businesses, including a computer training centre and a

motorcycle repair shop.

In rural areas where there are fewer economic

opportunities, ICRS works through 25 local civil

society organizations to create jobs for clients in small-

scale local cooperatives and other small businesses.

The project also produces a free, monthly tabloid

newspaper – Tingkap –which has a print run of 50,000

copies and is distributed throughout Aceh. It includes

stories about economic opportunities, the Aceh

Peace Process and the role of young people, and is

distributed through local print media, civil society

and ICRS field staff.

ICRS also builds socio-cultural bridges through its

ongoing partnership with well-known Acehnese

singer Rafly, who serves as an IOM ‘peace emissary’

with local security actors, government and ex-GAM

rebels.

Layanan Informasi, Konseling dan Rujukan: Bantuan Terarah bagi Para Kaum Muda Rentan dan Revitalisasi Ekonomi di Komunitas-komunitas Mereka

PIKR, didanai oleh Pemerintah Jepang sejak Oktober 2005,

menjalin kerjasama dengan setidaknya 82 masyarakat sipil dan

mitra usaha berskala kecil/menengah di lebih dari 2.000 desa di

seluruh Aceh.

Hingga September 2009, program ini telah memberikan pelatihan

kerja, lapangan kerja dan peluang-peluang lainnya kepada

lebih dari 6.000 pemuda rentan yang telah diidentifikasi oleh

komunitas mereka. Program tersebut juga telah memberikan

hibah dan dukungan perluasan usaha dalam bentuk barang

dan jasa kepada 51 unit usaha kecil melalui pekerjaan dan

pelatihan. Dari 6.071 pemuda yang pada awalnya diterima

dan berpartisipasi pada program ini, 5.220 masih menjadi klien

yang aktif.

Di daerah perkotaan, klien PIKR ditawarkan lapangan kerja

dengan waktu tertentu serta pelatihan usaha. Beberapa diantara

mereka telah dilatih untuk mendirikan dan menjalankan usaha

mereka sendiri, termasuk pusat pelatihan komputer dan bengkel

sepeda motor.

Di daerah pedesaan, dimana terdapat lebih sedikit peluang

ekonomi, PIKR bekerja melalui 25 organisasi masyarakat setempat

untuk menciptakan lapangan kerja bagi klien dan koperasi lokal

berskala kecil.

Proyek ini juga mengeluarkan surat kabar tabloid bulanan gratis

– Tingkap – dengan oplah sebesar 50.000 eksemplar dan

beredar di seluruh Aceh. Tabloid tersebut memuat artikel-artikel

mengenai peluang-peluang ekonomi, Proses Perdamaian di Aceh

serta peran penduduk berusia muda, dan diedarkan melalui

media cetak setempat, masyarakat sipil dan staff lapangan PIKR.

PIKR juga membangun jembatan sosial budaya melalui

kemitraan yang dijalinnya dengan penyanyi Aceh terkenal, Rafly,

yang berperan sebagai ‘duta besar perdamaian’ IOM bersama-

sama dengan para pejabat di bidang keamanan, pemerintahan

dan mantan pejuang GAM.

Page 18: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 20096

Page 19: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 7

The Jamboe Damee (Peace Tent) tour also saw Rafly

and his band travel to 21 locations in seven districts of

Aceh to introduce some 960 ICRS clients to classical

Acehnese instruments. 679 ICRS clients completed the

training.

Each of the classes ended with a community concert

attended by some 5,000 people. The Peace Tent tour

ended with a concert outside Banda Aceh, where 56

of the most committed young musicians featured in

a new Rafly music video.

Support for Conflict-Affected Communities: Serving Communities and Individuals

Since 2006, the USAID-funded Support for Conflict-

Affected Communities Project (SCACP) has conducted

community stabilization and peace-building activities

through direct grassroots assistance to 197,920

beneficiaries in 451 vulnerable communities in the

four central highlands districts of Bener Meriah,

Aceh Tengah, Gayo Lues and Aceh Tenggara.

Operating in the same Highlands areas as ICRS,

SCACP aims to transform the capacity for conflict of

both individuals and communities into a capacity for

peaceful co-existence. It supports the peace process

by providing tangible benefits to those who need

them most.

SCACP has constructed 76 infrastructure projects,

each selected by groups of villages of differing

ethnicities and political allegiances, through a process

that allowed them to come together and agree upon

common goals.

SCACP has also provided essential livelihood

support through grants in kind to over 16,180

vulnerable people identified by their communities. The

beneficiaries are organized into self-help groups based

upon common livelihoods.

The rotational nature of these grants, delivered through

and monitored by local civil society organizations,

enables groups to expand their membership and

create new groups, at no additional cost to IOM or

USAID.

The United Nations Development Programme (UNDP)

donated agricultural machinery to SCACP, which

the project has used to set up a collective asset

management scheme. Local civil society organizations

maintain the equipment on behalf of beneficiary

groups in exchange for a small cost recovery fee. The

system has been in place for two years and continues

to operate for the benefit of both beneficiaries and

the local organizations that support them.

Tur Jamboe Damee juga mendatangkan Rafly dan band-nya

ke 21 lokasi di tujuh kabupaten di Aceh memperkenalkan sekitar

960 klien PIKR terhadap instrumen musik klasik Aceh. Sekitar

679 dari mereka telah menyelesaikan pelatihan.

Masing-masing kelas diselesaikan dengan sebuah konser

masyarakat yang dihadiri sekitar 5.000 warga. Tur Jamboe

Damee ini diakhiri dengan sebuah konser di pinggiran kota

Banda Aceh, dimana 56 dari musisi yang paling berkomitmen

ditampilkan di video musik Rafly yang baru.

Dukungan bagi Komunitas yang Terkena Imbas Konflik: Melayani Masyarakat dan Individu

Sejak 2006, Proyek Dukungan bagi Komunitas yang Terimbas

Konflik (SCACP), yang didanai USAID, telah melaksanakan

kegiatan stabilisasi masyarakat dan pembangunan perdamaian

melalui bantuan di tingkat akar kepada 197.920 penerima

bantuan di 451 komunitas rentan di empat kabupaten bagian

tengah, yakni Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues dan Aceh

Tenggara.

Sama halnya dengan PIKR , SCACP yang beroperasi di dataran

tinggi Aceh Tengah bertujuan mengubah kapasitas berkonflik

para individu maupun komunitas menjadi kapasitas untuk

hidup berdampingan secara damai. Proyek ini mendukung proses

perdamaian dengan memberikan manfaat nyata bagi mereka

yang paling membutuhkan.

SCACP telah mendirikan 76 proyek infrastruktur, yang masing-

masing dipilih oleh beberapa kelompok warga desa dengan

latar belakang adat serta politik yang berbeda, melalui sebuah

proses yang memungkinkan mereka untuk berkumpul dan

menyepakati tujuan bersama.

SCACP juga telah memberikan bantuan mata pencaharian

penting melalui hibah dalam bentuk non tunai ke lebih dari

16.180 warga rentan yang diidentifikasi oleh komunitas-

komunitas mereka. Para penerima bantuan tersebut dibagi-

bagi menjadi kelompok-kelompok swadaya yang didasarkan pada

jenis mata pencaharian yang sama.

Hibah yang diberikan secara rotasi ini, disampaikan dan

dipantau oleh lembaga-lembaga masyarakat sipil setempat.

Pendekatan ini memungkinkan kelompok-kelompok untuk

memperluas keanggotaan mereka dan menciptakan kelompok-

kelompok baru, tanpa membutuhkan biaya tambahan dari

IOM atau USAID.

Program Pembangunan PBB (UNDP) menyumbangkan mesin-

mesin pertanian kepada SCACP, yang telah dipergunakan

oleh proyek untuk mendirikan sebuah sistem pengelolaan

kepemilikan bersama. Lembaga-lembaga masyarakat sipil

setempat memelihara peralatan-peralatan tersebut atas nama

kelompok-kelompok penerima bantuan dengan imbal jasa

yang kecil. Sistem ini telah berdiri selama dua tahun dan terus

berjalan untuk kepentingan baik para penerima bantuan

maupun organisasi-organisasi daerah yang mendukung mereka.

Page 20: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 20098

In 2009 service delivery to beneficiaries continued

through IOM’s local partners, with expansion into

new and remote areas of the Highlands, as well as

trainings for local partners and local government

and extension services for livelihood beneficiaries.

Of the 454 beneficiary groups formed, 99 have

applied for and received grants directly from the

project for small-scale economic activities. This

serves as testimony to the progress made by these

groups, formed from the poorest people in their

communities. Many are now entrepreneurs capable

of handling and reporting funds and managing their

own business ventures.

Makmu Gampong Kereuna Dame: Peace Dividends Paid at the Grassroots Level

Funded by the European Commission, UNDP and

the Canadian International Development Agency

(CIDA), IOM’s Village Prosperity Due to Peace

(Makmu Gampong Kereuna Dame or MGKD) project

has now delivered 1,715 community projects to

an estimated 730,358 people in 721 conflict-affected

villages.

Communities have benefited from a wide variety of

community-based activities, ranging from income

generation to infrastructure projects such as road

compaction, repair of community buildings, and

the building of irrigation and flood drainage canals.

As a result, reintegration has been facilitated, social

cohesion and stabilization enhanced, and village

ownership of the process increased.

Communities and local government are fully involved

in the SCACP processes, and district and sub-

district heads select the villages to receive grants.

Kecamatan Development Programme (PNPM)

facilitators also work closely with IOM staff to

oversee and monitor projects and provide technical

support.

Communities choose their projects and implement

them themselves, fostering social cohesion and

community pride. All groups, including ex-

combatants, amnestied prisoners, women, IDPs and

young people, have a voice in the decision-making

processes – often for the first time.

Inclusion, transparency, the use of democratic

community meetings, and the implementation of

projects by community members to ensure ownership

are hallmarks of the SCACP project.

MGKD also has a strong emphasis on women’s

involvement through its ‘Women’s Leadership and

Pada 2009 pelayanan kepada para penerima bantuan terus

berlanjut melalui para mitra IOM setempat, dengan perluasan

ke derah-daerah baru dan terpencil di bagian pegunungan.

Termasuk didalamnya pelatihan bagi mitra-mitra setempat dan

pemerintah daerah dan perluasan layanan bagi para penerima

bantuan mata pencaharian.

Dari 454 kelompok penerima bantuan yang dibentuk, 99 telah

mengajukan permintaan dan memperoleh hibah secara langsung

dari proyek untuk kegiatan-kegiatan ekonomi berskala kecil. Ini

merupakan bukti kemajuan yang telah dicapai oleh kelompok-

kelompok ini – yang terdiri dari warga-warga yang paling miskin

di komunitas mereka. Banyak dari mereka kini merupakan

pengusaha yang mampu mengatur dan melaporkan dana serta

mengelola kegiatan usaha mereka sendiri.

Makmu Gampong Kereuna Dame: Manfaat Perdamaian Diberikan di Tingkat Akar

Dengan didanai Komisi Eropa, UNDP dan Lembaga Pembangunan

Internasional Kanada (CIDA), proyek IOM yang dikenal

Kemakmuran Desa Karena Damai (Makmu Gampong Kereuna

Dame atau MGKD) hingga kini telah mengadakan 1.715 proyek

masyarakat atas sekitar 730.358 warga di 721 desa yang terkena

imbas konflik.

Komunitas - komunitas tersebut telah mendapat manfaat dari

serangkaian kegiatan berbasis masyarakat, yang berkisar dari

penciptaan pendapatan hingga proyek-proyek infrastruktur

seperti pemadatan jalanan, perbaikan bangunan masyarakat,

dan pembangunan saluran irigasi dan kanal saluran banjir.

Hasilnya, reintegrasi telah terfasilitasi, kohesi sosial dan stabilisasi

disempurnakan, dan meningkatnya rasa kepemilikan desa melalui

proses tersebut .

Masyarakat dan pemerintah daerah dalam hal ini bupati dan

camat terlibat penuh dalam berbagai proses SCAP, termasuk

proses pemilihan desa yang akan menerima hibah. Para fasilitator

Program Pembangunan Kecamatan juga bekerjasama dengan staf

IOM dalam rangka mengawasi dan memantau proyek-proyek dan

memberikan dukungan teknis.

Para komunitas memilih proyek mereka dan melaksanakannya

sendiri, memperkuat kohesi sosial dan sekaligus meningkatkan

harga diri komunitas. Semua kelompok termasuk mantan

kombatan, para mantan tahanan politik, perempuan, pengungsi

dan kelompok muda memiliki suara dalam proses pembuatan

keputusan – yang tidak jarang merupakan pengalaman pertama

bagi mereka.

Keterlibatan masyarakat, transparansi, pemanfaatan pertemuan

masyarakat yang demokratis dan pelaksanaan proyek oleh

anggota masyarakat dengan menjamin rasa kepemilikan adalah

ciri khas dari proyek SCACP.

MGKD juga menempatkan penekanan kuat pada keterlibatan

perempuan melalui program pelatihan ‘Pengembangan

Page 21: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 9

Capacity Building’ training programme, which is

provided for village women with the potential of

becoming organisers in their communities. This aims

to not only encourage women to be present at village

meetings, but also to engage fully in decision-making

processes.

Human interest story #1

Global.Com Computer Training Centre: an Icrs Self-help Group Global.Com operates out of a two-storey shop-house

located on the Banda Aceh – Medan road, in front of

the Keudee Jeunib gas station in the village of Jeunib in

Bireuen district.

A collective effort of 21 vulnerable young people identified

by their communities in the conflict-impacted villages

of Jeunib, Simpang Mamplam, Pandrah and

Samalanga, it operates a computer services and training

business.

The business, which opened its doors in June 2009,

was born out of a market survey of the area set up

with the help of the Aceh Ka Bangkit foundation

(ABANK), and is enjoying brisk business.

Global.Com offers typing orders, computer rental,

computer training and tutorials, photo printing, LAN

network installation, computer repair, computer sales

and equipment sales.

Several of the members of the self help group behind

Global.Com had some experience with computers.

ABANK and IOM also trained them in small business

management, computer repair and other hardware/

software aspects of the computer business before

opening the shop.

Global.Com is now generating a profit and is

collectively managed without the oversight of

ABANK, which ended in November of 2009. The most

profitable services so far are typing and dictation,

which often keep the young people working deep into

the night.

To date 18 people have enrolled in the group’s

computer tutorials - each paying IDR 500,000 for

three months of after-work training. Global.Com also

offers tutorials in Adobe Photoshop. Its photo printing

services are in high demand in the community,

and the group plans to buy better printers to expand

their printing capacity.

Kepemimpinan dan Kapasitas Wanita’, yang diberikan bagi

perempuan-perempuan di desa yang berpotensi menjadi penggerak di

komunitas mereka. Hal ini bertujuan tidak hanya untuk mendorong

wanita untuk hadir dalam rapat-rapat desa, namun juga untuk

melibatkan mereka secara penuh dalam proses pembuatan

keputusan.

Cerita kemanusiaan #1

Pusat Pelatihan Komputer Global.Com: Sebuah Kelompok Swadaya ICRS Global.Com melakukan kegiatannya di sebuah ruko berlantai

dua yang berlokasi di seputar jalan Banda Aceh – Medan, di

seberang SPBU Keudee Jeunib di desa Jeunib di Kabupaten

Bireuen.

Buah dari sebuah usaha bersama 21 pemuda rentan yang

telah diidentifikasi oleh para komunitas mereka di desa Jeunib,

Simpang Mamplam, Pandrah dan Samalanga, pusat pelatihan

tersebut beroperasi sebagai sebuah penyedia jasa komputer dan

pelatihan.

Usaha ini, yang dibuka pada Juni 2009, lahir dari sebuah survei

pasar di daerah tersebut. Didirikan dengan bantuan yayasan Aceh

Ka Bangkit (ABANK) usaha ini tergolong ramai.

Global.Com menerima pesanan pengetikan, menyewakan

komputer, pelatihan dan panduan komputer, pencetakan foto,

pemasangan jaringan LAN, perbaikan komputer, penjualan

komputer dan perangkatnya.

Sebelum dibukanya toko ini, ABANK dan IOM melihat

rendahnya keterampilan komputer dari beberapa anggota dari

kelompok swadaya di belakang Global.Com. Pelatihan tentang

pengelolaan usaha kecil, reparasi komputer dan aspek perangkat

keras/lunak lainnya dari usaha komputer pun diberikan ABANK

dan IOM.

Meskipun pengawasan ABANK berakhir pada November 2009.,

Global.Com saat ini telah menghasilkan laba dan dikelola secara

bersama-sama. Aspek usaha yang paling menguntungkan hingga

kini adalah jasa pengetikan dan pendiktean, yang seringkali

mengharuskan para pemuda tersebut untuk bekerja hingga larut

malam.

Setidaknya 18 orang telah mendaftar pada pelatihan komputer

yang disediakan kelompok ini dimana masing-masing dari

mereka membayar Rp 500.000 untuk pelatihan selama tiga

bulan setelah pulang kerja. Global.Com juga menawarkan

pelatihan untuk menggunakan Adobe Photoshop. Melihat

tingginya minat masyarakat atas jasa pencetakan foto, kelompok

tersebut berencana membeli mesin pencetak yang lebih bagus

untuk meningkatkan kapasitas pencetakan mereka.

Page 22: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200910

Human interest story #2

Agam’s Story‘There was shooting between GAM, TNI and Police in

my village… my father was shot… I didn’t know what to

do… I was suspected by GAM, TNI and Police.’

Agam, an ICRS client in Darul Amin Village, Lawe Alas

sub-district, Aceh Tenggara, spoke to an IOM Outreach

Assistant about his experience of conflict in his village.

He did not take sides in the conflict, which resulted

in both the TNI and the GAM questioning his loyalty

and suspecting him of belonging to the opposite side.

When it became difficult for Agam to remain in his

village, he fled south to Pekanbaru in Riau province,

where he made a living as a professional thief, stealing

motorcycles and cars.

‘I always hoped that one day I could return to Aceh and

live with my family,’ Agam says.

The signing of the Helsinki Memorandum of

Understanding and subsequent peace in Aceh gave Agam

the confidence to finally return to his village. In 2008,

he was selected as an ICRS client and told IOM that he

wanted to improve his skills as a motorcycle mechanic.

He is currently completing an apprenticeship at Fina

SKD Service, one of a network of small businesses

supporting ICRS clients, and is now a step closer

to earning an honest living running his own small

motorcycle repair business.

‘I am ashamed of some of the things I did in the past

and want to do good things in the future… The ICRS

programme is helping me to create a new future in

Aceh with my family,’ he says.

Human interest story #3

Pt Global Water: an ICRS BusinessPT Global Water Pratama Indonesia (Global Water) was

established on 6 March 2008 in Banda Aceh, opened

its first branch office in Lhokseumawe on 26 March,

and sterilizes, bottles and sells water under the brand

name ‘Riz Water.’

The company’s owner and manager, Dr. Azhari Ali,

worked in water infrastructure and provision for many

years before striking out on his own.

In August 2008, Dr. Azhari responded to a tender

launched in local newspapers by ICRS and submitted

a business plan to provide 28 apprenticeship vacancies

Cerita kemanusiaan #2

Kisah Agam ‘Terjadi baku tembak antara GAM, TNI dan Polri di desa saya …

ayah saya tertembak … saya tidak tahu harus berbuat apa … saya

dicurigai oleh GAM, TNI dan Polisi.’

Agam, seorang Klien PIKR di Desa Darul Amin Village, kecamatan

Lawe Alas, Aceh Tenggara, berbicara kepada seorang IOM

‘Outreach Assistant’ tentang pengalaman konfliknya di desanya.

Ia tidak memilih pihak selama konflik, sehingga mengakibatkan

baik TNI maupun GAM mempertanyakan loyalitasnya dan

masing-masing mencurigai dirinya berada di pihak lawan.

Ketika menjadi sulit bagi Agam untuk tetap tinggal di desanya,

ia lari ke arah selatan ke Pekanbaru di propinsi Riau, dimana ia

menyambung hidup dengan menjadi pencuri kendaraan bermotor.

‘Saya dulu selalu berharap bahwa suatu hari saya bisa pulang

ke Aceh dan hidup dengan keluarga saya,’ kata Agam.

Penandatanganan Nota Kesepahaman Helsinki dan perdamaian

yang terjadi setelahnya di Aceh memberikan Agam keyakinan

untuk pulang ke desanya. Pada 2008 ia dipilih sebagai salah

satu klien PIKR dan menyampaikan kepada IOM bahwa ia

berkeinginan untuk meningkatkan keterampilannya sebagai

montir sepeda motor.

Saat ini ia sedang menyelesaikan masa magang di Fina SKD

Service, salah satu dari serangkaian usaha kecil yang membantu

klien-klien PIKR, dan saat ini satu langkah lebih dekat untuk

memiliki sumber penghidupan yang halal berupa bengkel sepseda

motor kecil.

‘Saya malu dengan beberapa hal yang telah saya lakukan di

masa lalu dan saya ingin berbuat baik di masa depan… Program

PIKR membantu saya menciptakan sebuah masa depan baru di

Aceh bersama keluarga saya,’ katanya.

Cerita kemanusiaan #3

Pt Global Water: Sebuah Usaha PIKR PT Global Water Pratama Indonesia (Global Water) didirikan pada

6 Maret 2008 di Banda Aceh, membuka kantor cabang pertamanya

di Lhokseumawe pada 26 Maret dan mensterilkan, membotolkan

dan menjual air dengan menggunakan merk ‘Riz Water.’

Pemilik dan manager perusahaan tersebut, Dr. Azhari Ali

telah bekerja di bidang prasarana dan penyediaan air selama

bertahun-tahun sebelum membuka usahanya sendiri.

Pada Agustus 2008, Dr. Azhari menjawab sebuah penawaran tender

PIKR di sebuah surat kabar setempat dan mengirimkan sebuah

rencana kerja untuk menyediakan 28 posisi magang bagi pemuda

rentan di kantor dan pusat pembotolan Global Water di Lhokseumawe.

Page 23: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 11

Page 24: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200912

for vulnerable young people at Global Water’s

Lhokseumawe office and bottling centre.

ICRS studied the company’s expansion plan and

awarded it a IDR 472,250,000 (USD 47,000) contract on

1 September 2008. The funds were designed to support

the ICRS apprentices and to help Global Water to buy

additional equipment in line with the expansion plan.

The apprenticeships started immediately for the 28

ICRS clients aged from 18-35, all of them identified by

their own communities as being particularly vulnerable.

Some had been involved in militias and criminal gangs,

while others were simply extremely poor.

The group was initially trained in quality control

standards for bottled water production, water quality

analysis, operational and equipment handling, standards

and maintenance. They were also introduced to Global

Water’s management system, employee standards and

employer expectations. Global Water then assigned

one staff member to every five apprentices for ‘hands-

on’ guidance and training at the factory.

Of the 28 apprentices, 26 successfully finished their

six-month apprenticeships and were recruited by

Global Water as permanent staff. Global Water has

now expanded its business interests into neighbouring

North Sumatra and seven ex-ICRS clients have been

transferred to Medan.

Global Water then offered another 30 6-month

apprenticeships to ICRS clients. By the time ICRS’

contract with Global Water completed on 30 September

2009, 56 ICRS vulnerable youths had received

permanent jobs with this dynamic company.

Global Water is a prime example of the success

possible when reintegration programmes like ICRS

are linked up with energetic entrepreneurs.

With ICRS’ help, Dr. Azhari’s business has expanded

along with his workforce from IDR 98,000,000 in

Mar-Dec 2008 to IDR 283,000,000 in Jan-Sept 2009.

Global Water expects sales of IDR 450,000,000 in 2010.

Azhari sees his participation in the programme as a

way to profit while investing in the community and

giving young people opportunities they previously

lacked.

An ICRS Client Success Story: Rahmawati

“I had quite low self esteem before I joined ICRS,

because I dropped out of school, but through the

apprenticeship programme at Global Water I began to

believe in my own abilities, and to build my skills and

my self-confidence.”

- Rahmawati, 34, ICRS client and now a permanent

employee of PT Global Water

PIKR meneliti rencana perluasan perusahaan tersebut dan

memberikan KONTRAK senilai RP 472.250.000 (ASD 47.000)

pada 1 September 2008. Dana tersebut dirancang untuk

membantu para pekerja magang PIKR dan untuk membantu

Global Water untuk membeli peralatan tambahan sejalan

dengan rencana perkembangannya.

Program magang tersebut segera dimulai bagi kedua puluh

delapan klien PIKR yang berusia antara 18-35, yang kesemuanya

diidentifikasi oleh komunitas mereka sendiri sebagai warga

yang rentan. Beberapa pernah terlibat dengan milisi setempat

dan kelompok kriminal, sedangkan lainnya merupakan warga

miskin.

Pada awalnya kelompok tersebut diberi pelatihan mengenai

standar pengendalian kualitas untuk produksi air botol, analisa

kualitas air, aspek operasional, serta pengoperasian, standar dan

pemeliharaan peralatan. Mereka juga diperkenalkan dengan

sistem manajemen Global Water, standar karyawan dan harapan

pemilik usaha. Global Water kemudian menugaskan satu

karyawan untuk setiap lima peserta magang untuk mendapat

pengarahan dan pelatihan secara langsung di pabrik.

Dari keduapuluh delapan peserta magang, 26 telah berhasil

menyelesaikan program magang selama enam bulan dan

direkrut oleh Global Water sebagai staf permanen. Global

Water saat ini telah memperluas kepentingan usahanya hingga

mencakup Sumatera Utara dimana tujuh mantan klien PIKR

telah ditransfer ke Medan.

Global Water kemudian menawarkan 30 program magang

selama enam bulan kepada klien-klien PIKR. Pada saat kontrak

PIKR dengan Global Water selesai pada 30 September 2009, 56

pemuda rentan di bawah PIKR telah mendapatkan pekerjaan

permanen dari perusahaan yang dinamis ini.

Global Water merupakan contoh utama tentang keberhasilan

yang bisa dicapai ketika program reintegrasi seperti PIKR

digabungkan dengan para pengusaha yang bersemangat.

Dengan bantuan PIKR, usaha Dr. Azhari bersama para

karyawannya telah berkembang dari Rp 98.000.000 di bulan

Mar-Des 2008 menjadi Rp 283.000.000 di bulan Jan-Sept 2009.

Global Water memperkirakan penjualan sebesar Rp 450.000.000

di tahun 2010. Azhari melihat partisipasi dirinya dalam

program ini tidak hanya sebagai cara untuk mendapatkan

keuntungan, namun juga pada saat yang bersamaan berinvestasi

pada masyarakat dan memberikan kepada pemuda peluang

yang kurang mereka dapati.

Sebuah Kisah Keberhasilan Klien PIKR: Rahmawati

“Rasa percaya diri saya cukup rendah sebelum saya bergabung

dengan PIKR, karena saya putus sekolah. Namun melalui

program magang di Global Water saya mulai mempercayai

kemampuan saya sendiri, dan untuk mengembangkan

keterampilan dan rasa percaya diri.”

- Rahmawati, 34, klien PIKR, karyawan tetap PT Global Water

Page 25: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 13

Rahmawati is a widow and mother of five-year-old

twin boys from Matangkuli village, Aceh Utara. Her

husband died in 2005 and, to support her family, she

made a subsistence living packaging snacks in her

small kitchen for sale in the village. She was then

referred to ICRS by Matangkuli villagers, who identified

her as one of their most vulnerable neighbours.

Rahmawati started her apprenticeship on 4 November

2008. In the beginning she worked with bottling

equipment, but she soon learnt how to use a computer.

She proved so adept that she rapidly became a

supervisor. Now she is a member of the permanent

administrative staff and prepares payrolls for all Global

Water staff. She was one of the first ICRS clients to

receive a permanent position at the company.

“I am so grateful to ICRS and Global Water because

I’ve learned so many skills and been given chances I

couldn’t have imagined before,” says Rahmawati.

Rahmawati adalah seorang janda dan ibu dari dua anak kembar

beumur lima tahun dari Desa Matangkuli, Aceh Utara. Suaminya

meninggal dunia di tahun 2005. Sebelumnya untuk menghidupi

keluarganya, ia mencari penghasilan dengan mengemas

makanan-makanan ringan di dapurnya yang kecil untuk dijual

di desa. Ia dirujuk ke PIKR oleh warga Desa Matangkuli, yang

mengidentifikasinya sebagai salah satu warga yang paling rentan.

Rahmawati memulai program magang pada 4 November 2008.

Pada awalnya ia kerja menjalankan alat pengisian botol, namun

tidak lama kemudian ia belajar menggunakan komputer. Ternyata

ia sangat terampil sehingga dengan cepat menjadi seorang penyelia.

Saat ini ia salah satu staf administrasi dan menyiapkan gaji bagi

semua staf Global Water. Ia adalah salah satu klien PIKR pertama

yang menerima posisi permanen di perusahaan tersebut.

“Saya sangat berterima kasih kepada PIKR dan Global Water

karena saya telah belajar banyak ketrampilan dan telah diberikan

kesempatan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya,” ujar

Rahmawati.

By the numbers Berdasarkan angka as of November 2009 / hingga Nopember 2009

Makmue Gampong Karena Dame Village Peace Due To Prosperity Project (2006-2009)Proyek Makmue Gampong Karena Dame (Kemakmuran Desa Berkat Perdamaian) (2006-2009)

721 Number of Villages participating in the Makmue Gampong Karena Damee project / Jumlah desa yang turut serta dalam proyek Makmue Gampong Karena Damee

1,715 Total number of projects / Keseluruhan jumlah proyek

564 Number of women-only projects / Jumlah proyek yang khusus diperuntukan bagi perempuan

730,358 Total number of beneficiaries / Keseluruhan jumlah penerima bantuan

8,158 Ex-combatant beneficiaries / Penerima bantuan yang mantan kombatan

630 Amnestied political prisoner beneficiaries / Penerima bantuan yang merupakan mantan tahanan politik

Post-Conflict Reintegration ProgrammeInformation, Counselling and Referrals (2005-2009)Program Reintegrasi Pasca-Konflik Informasi, Konseling dan Rujukan (2005-2009)

4,941 Number of GAM/TNA ex-combatants and amnestied political prisoners registered and provided with livelihood opportunities that

focused predominantly on business/vocational training and small business start-up (first phase of reintegration programme supported

by Government of Japan) / Jumlah mantan kombatan GAM/TNA dan mantan tahanan politik yang terdaftar dan disediakan peluang mata pencaharian yang terutama difokuskan pada pelatihan usaha/kerja dan pendirian usaha baru (fase pertama program reintegrasi yang didukung oleh Pemerintah Jepang)

Page 26: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200914

Page 27: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 15

91% Of all registered GAM/TNA ex-combatants and amnestied political prisoners who received skills trainings ranging from animal

husbandry and best-practice agricultural skills, to automotive repairs and small business management / Dari keseluruhan mantan kombatan dan mantan tahanan politik GAM/TNA yang menerima berbagai pelatihan keterampilan dari peternakan hewan dan keterampilan bertani yang baik, hingga keterampilan memperbaiki mobil dan pengelolaan usaha kecil.

6,074 Vulnerable unemployed youths in high-risk areas of Aceh registered by the current reintegration programme from a target of 5,500 / Pemuda pengangguran rentan di daerah-daerah berisiko tinggi di Aceh yang terdaftar pada program reintegrasi dari target sebesar 5.500.

5,220 Clients referred to jobs, apprenticeships, training, or small-business networks to date / Klien yang diberi rujukan ke pekerjaan, magang, pelatihan, atau jaringan usaha kecil hingga kini

27,846 Youths selected by their communities and screened by 15 local civil society organizations performing community facilitation in 76

sub-districts across eight high-risk districts throughout Aceh / Pemuda yang dipilih oleh komunitas mereka dan dinilai oleh 15 organisasi masyarakat setempat yang melaksanakan fasilitasi masyarakat di 76 kecamatan di empat kabupaten berisiko tinggi di Aceh

Support for Conflict-affected Communities Project (2006-2009)Proyek Bantuan Bagi Komunitas yang Terkena Imbas Konflik (2006-2009)

681 Villages assesed by the project, of which 630 received comprehensive facilitation and 451 of the poorest and most conflict-affected

were selected / Desa yang diteliti oleh proyek, dimana 630 menerima fasilitasi komprehensif dan 451 dari yang paling miskin dan terkena imbas konflik telah dipilih

76 Infrastructure projects selected by communities and constructed by IOM, according to a village cluster model where multiple villages

of differing ethnicities and political allegiances were brought together around common goals / Proyek infrastruktur yang dipilih oleh masyarakat dan dibangun oleh IOM, berdasarkan model pengelompokan desa dimana beberapa desa dengan latar belakang adat dan aliran politik, yang berbeda disatukan melalui satu tujuan bersama

181,738 People benefiting from infrastructure projects / Warga yang telah dibantu oleh proyek-proyek infrastruktur

64,000 People benefiting from socio-cultural activities / Warga yang telah dibantu oleh kegiatan-kegiatan sosial budaya

16,182 Community-identified vulnerable persons receiving livelihoods grants-in-kind and training from the project. These beneficiaries

are assembled into 454 small community groups based on common livelihood activities, of which 99 are now receiving grants directly

from IOM / Warga rentan yang telah diidentifikasi oleh komunitas mereka yang menerima bantuan mata pencaharian dan pelatihan dari proyek. Para penerima bantuan tersebut dikelompokkan ke dalam 454 kelompok masyarakat kecil berdasarkan kegiatan mata pencaharian, dimana 99 saat ini menerima bantuan secara langsung dari IOM

3,282 Community journalism stories aired by 130 project-trained aspiring journalists, broadcast on 3 stations across the highlands / Artikel jurnalistik tentang masyarakat yang diudarakan oleh 130 jurnalis muda yang dilatih oleh proyek, disiarkan di 3 stasiun di daerah pedalaman Aceh

Page 28: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200916

Tsunami Post Emergency AssistanceBantuan Darurat Pasca Tsunami

WATER AND SANITATION :Water, Sanitation and Hygiene in Post-Tsunami Aceh

Access to clean water is a key factor in helping people

displaced by the 2004 tsunami to restart their lives and

return to normality. IOM is currently working with

14,240 such people living in IOM-constructed houses

throughout the province.

Using a community-based approach, IOM has worked

with households since the tsunami to form Village

Water and Sanitation Committees (VWSC) to maintain

water and sanitation systems.

The VWSCs not only maintain the water and sanitation

systems after construction projects end. They also host

a variety of community events to promote hygiene, and

share skills and knowledge with the wider community.

The project has operated in 83 communities in 11

districts. Target groups include people displaced by

the tsunami now living in IOM-constructed homes,

people relocated from tsunami-affected affected areas,

and people in pre-existing local communities.

To coordinate the project, IOM developed an innovative

monitoring and evaluation system – from community

hygiene promotion to increased access to water and

improved sanitation.

IOM community teams surveyed participating villages

in order to create specific solutions for water, drainage

and sanitation, hygiene promotion and training.

A survey and community mapping of over 1,000

households found that in most areas there was

already considerable knowledge surrounding water

and sanitation issues, but low practice rates. IOM

project teams used the information to develop tailored

solutions for the communities in which they worked.

The project improved village sanitation through the

AIR DAN SANITASIAir, Sanitasi dan Kebersihan di Aceh Pasca-Tsunami

Akses atas air bersih merupakan faktor kunci dalam membantu

penduduk yang mengungsi untuk memulai kembali hidup mereka

dan kembali ke keadaan normal setelah tsunami 2004. IOM saat

ini bekerja membantu 14.240 warga yang tinggal di rumah-rumah

yang dibangun IOM di seluruh propinsi.

Dengan menggunakan pendekatan yang berbasis komunitas, IOM

telah bekerja dengan sejumlah rumah tangga sejak bencana tsunami

dengan membentuk Panitia Air dan Sanitasi Desa (Village Water

and Sanitation Committees - VWSC) guna memelihara sistem air

dan sanitasi.

VWSC tidak hanya memelihara sistem air dan sanitasi setelah

selesainya proyek-proyek konstruksi. Panitia tersebut juga mengadakan

berbagai kegiatan masyarakat untuk memajukan kebersihan, dan

berbagai keterampilan dan pengetahuan bagi masyarakat secara luas.

Proyek ini telah mencakup 83 komunitas di 11 kabupaten. Kelompok-

kelompok yang dituju adalah warga yang harus mengungsi akibat

tsunami, bekerja di rumah-rumah yang dibangun IOM, warga

yang berelokasi dari daerah-daerah yang terkena imbas tsunami,

dan warga asli dari komunitas yang bersangkutan.

Untuk mengkoordinir proyek, IOM mengembangkan sebuah sistem

pengawasan dan evaluasi yang inovatif – dari kebersihan masyarakat

hingga peningkatan akses terhadap air dan sanitasi yang lebih baik.

Tim komunitas IOM telah mensurvei desa - desa yang berpartisipasi

untuk mencari pemecahan masalah untuk pemajuan dan pelatihan

tentang air, saluran pembuangan dan sanitasi, serta kebersihan.

Sebuah survei dan pemetaan komunitas atas lebih dari 1.000

rumah tangga menemukan bahwa di sebagian besar daerah

sudah terdapat pengetahuan yang cukup besar mengenai air dan

sanitasi, namun tingkat praktek masih rendah. Tim-proyek IOM

menggunakan informasi tersebut untuk mengembangkan metode

khusus yang sesuai dengan komunitas yang mereka tangani.

Proyek ini telah memperbaiki sanitasi desa melalui pembangunan

Page 29: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 17

construction of drainage systems in 40 communities

and improved septic systems for some 1,317 households.

These measures will help to ensure that new villages

meet Indonesian national standards and reduce

potential negative environmental impacts.

Human interest story #1

An IOM Staffer’s Story Safrizal has worked as an IOM Community Facilitator

on water and sanitation projects in Aceh Besar, Banda

Aceh and Aceh Jaya since September 2007.

He says that his role is to act as a “bridge” connecting

IOM to communities in order to ensure an adequate

supply of clean water, better sanitation and knowledge

transfer about personal and environmental hygiene.

He explains that the key to getting community members

to open up and provide facilitators with the information

they need to run projects lies in speaking to people

in their own language and using an informal style of

teaching.

“Each person has a different capacity to receive

information from the facilitator,” he notes. “In meetings,

sometimes communities are overly careful and polite

when expressing their ideas and that can lead to

misunderstandings. The solution is to invite them to

discuss issues in an informal way and with humour,

so they will not be shy to talk about their problems or

ideas.”

Facilitators also have to accept that the community

often knows more than they do, says Safrizal. “We need

to use every opportunity to learn what we can from the

community’s experiences,” he notes.

Facilitators need to be able to analyse the dynamics of

the community in which they’re working. According

to Safrizal, each community has a certain character.

sistem saluran pembuangan di 40 komunitas dan menyempurnakan

sistem septic untuk setidaknya 1.317 rumah tangga. Kegiatan-

kegiatan tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa desa-desa

baru memenuhi standar nasional di Indonesia dan mengurangi

potensi dampak yang merugikan lingkungan.

Cerita kemanusiaan #1

Kisah Seorang Staf IOM Safrizal telah bekerja sebagai Fasilitator Masyarakat IOM untuk

proyek air dan sanitasi di Aceh Besar, Banda Aceh dan Aceh Jaya

sejak September 2007.

Ia menjelaskan bahwa perannya adalah untuk bertindak sebagai

“jembatan” yang menghubungkan IOM dengan komunitas guna

memastikan adanya persediaan air bersih yang memadai, sanitasi

yang lebih baik dan alih pengetahuan tentang kebersihan pribadi

dan lingkungan.

Ia menjelaskan bahwa kunci agar anggota masyarakat mau membuka

diri dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh fasilitator

untuk menjalankan proyek terletak pada proses komunikasi dalam

bahasa mereka dan menggunakan gaya pengajaran yang informal.

“Setiap orang memiliki kapasitas yang berbeda untuk menyerap

informasi dari fasilitator,” ia perhatikan. “Dalam pertemuan, terkadang

komunitas terlalu berhati-hati dan sopan ketika mengungkapkan

ide mereka dan ini dapat mengakibatkan kesalahpahaman. Jalan

keluarnya adalah untuk mengundang mereka untuk membahas

masalah-masalah dengan cara yang informal dan dengan humor,

sehingga mereka tidak malu untuk membicarakan mengenai

masalah atau ide mereka.”

Para fasilitator juga harus menerima bahwa komunitas seringkali

tahu lebih banyak daripada mereka, jelas Safrizal. “Kita perlu

memanfaatkan segala kesempatan untuk belajar apa yang dapat

kita pelajari dari pengalaman masyarakat,” ujarnya.

Lebih jauh lagi, fasilitator perlu untuk dapat menganalisa

dinamika komunitas dimana mereka bekerja. Menurut Safrizal,

setiap komunitas memiliki karakter yang berbeda-beda. Dengan

Page 30: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200918

Talking to community members individually or in

small groups before moving on to dealing with the

community in large group situations gives facilitators

a better idea of how resources are really divided up in

the villages and who is in charge of making decisions,

he observes.

An example of this in Safrizal’s work has been dealing

with water issues and the gender divide in villages, where

the decision-making structure is dominated by men,

despite the fact that water is mostly used by women in

food preparation and household tasks.

Safrizal tries to persuade communities to address gender

issues surrounding water and sanitation and to form

village organizations where men and women share roles

and responsibilities equally.

The communities in Safrizal’s work area actively

participate in all IOM activities implemented in the

village. He believes that successful projects grow from

relationships built between facilitators and community

members, and between the community members

themselves.

“Proper water sources, their location, the method

of project implementation and the way in which

facilities are maintained all have to be discussed by the

community,” he observes.

“Involving the community as decision makers instils a

sense of ownership in them,” says Safrizal. “I never ask

them to form a VWSC, but I inspire and motivate them,

so they feel the need of such committee - whatever they

choose to call it. This way the community understands its

responsibilities and the facilities are more sustainable.”

Safrizal’s work for the American Red Cross-funded IOM

Community Water and Sanitation Project has taken him

to very different communities, from Aceh Singkil in the

southwest to Aceh Timur in the east, covering 11 of the

earthquake and tsunami -affected districts of Aceh.

In six communities, the water systems constructed by

the project are now maintained by the communities

themselves. Safrizal worked in four of the six, ensuring

the sustainability of the water systems and building

understanding in the communities about how to manage

their water resources effectively.

Human interest story #2

Teureubeh Builds a Future for its ChildrenRosniati, or Ibu Ros, a 38-year-old kindergarten teacher,

lives in a relocation community of 150 IOM-constructed

houses in Teurebeh, Jantho, Aceh Besar.

cara berbicara ke para anggota masyarakat secara individu

atau dalam kelompok-kelompok kecil sebelum berlanjut untuk

berbicara dengan masyarakat dalam kelompok yang besar

memberikan fasilitator sebuah gambaran yang lebih jelas mengenai

bagaimana sumber daya dibagi-bagi di masyarakat dan siapa yang

bertanggung jawab dalam membuat keputusan, pandang Safrizal.

Salah satu contoh situasi ini dalam pekerjaan Safrizal adalah

ketika menghadapi masalah air dan jarak antar gender di desa-

desa, dimana struktur pengambilan keputusan didominasi oleh

pria, walau dengan kenyataan bahwa air paling sering digunakan

oleh perempuan dalam hal masak-memasak dan tugas-tugas

rumah tangga.

Safrizal berusaha untuk membujuk komunitas untuk membahas

masalah gender menyangkut air dan sanitasi sekaligus membentuk

badan desa dimana pria dan perempuan berbagi peran dan

tanggung jawab secara sama rata.

Para komunitas di daerah kerja Safrizal secara aktif berpartisipasi

di semua kegiatan IOM yang dilaksanakan di desa. Ia yakin bahwa

keberhasilan proyek berkembang dari hubungan yang dijalin

antara fasilitator dan anggota masyarakat, dan diantara para

anggota masyarakat itu sendiri.

“Sumber air yang layak, lokasi, metode pelaksanaan proyek serta

cara pemeliharaan fasilitas, kesemuanya harus dibahas oleh

masyarakat,” jelasnya.

“Melibatkan masyarakat sebagai pengambil keputusan

menanamkan rasa kepemilikan di mereka,” kata Safrizal. “Saya

tidak pernah meminta mereka untuk membentuk sebuah panitia,

namun saya memberikan mereka inspirasi dan dorongan,

sehingga mereka merasa membutuhkan panitia tersebut –

apapun sebutannya oleh mereka. Dengan cara ini masyarakat

memahami tanggung jawabnya dan fasilitas menjadi lebih bersifat

berkesinambungan,” tambahnya.

Pekerjaan Safrizal untuk Proyek Air dan Sanitasi Masyarakat

IOM yang didanai oleh Palang Merah Amerika Serikat telah

membawanya ke berbagai macam komunitas dari Aceh Singkil

di barat daya hingga Aceh Timur, mencakup 11 dari kabupaten

yang terkena gempa dan tsunami di Aceh.

Di enam komunitas, sistem air yang dibangun oleh proyek saat ini

dirawat oleh masyarakat sendiri. Safrizal bekerja di empat dari

keenam lokasi tersebut, memastikan kesinambungan sistem air dan

membangun pemahaman di masyarakat mengenai bagaimana

cara untuk mengelola sumber daya air mereka secara efektif.

Cerita kemanusiaan #2

Teureubeh Membangun Sebuah Masa Depan untuk Anak Rosniati atau Ibu Ros, seorang guru taman kanak-kanak berusia 38

tahun, tinggal di sebuah komunitas relokasi yang terdiri dari 150

rumah yang dibangun IOM di Teurebeh, Jantho, Aceh Besar.

Page 31: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 19

Page 32: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200920

Page 33: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 21

Before the tsunami, she sold flowers in Kampung

Baru to support herself and her three children. On

December 26, 2004, she was at home in her kitchen

when the huge earthquake struck.

She and the children escaped from their home and

when they realized that the tsunami was coming, sought

safety on the second floor of a neighbouring building

that had survived the quake.

“I was so grateful because my children and I were

safe. My family thought that we were dead,” she says,

remembering that day.

After the disaster, the family stayed in camps and

barracks. Throughout that time, Ibu Ros and her friends

often gathered the children together to play and sing,

and to teach them to count and read.

In June 2007 the family moved into an IOM house in

Teurebeh. After receiving UNICEF teacher training,

Ibu Ros and four other women formed a kindergarten

in the IOM development, which now has 30 pupils.

Besides teaching, Ibu Ros is actively involved in

the VWSC. IOM provided community training and

“Healthy House Consultations” on sanitation, septic

systems and water-borne diseases.

The VWSC also supported IOM health promotion

activities, organizing hand washing demonstrations

and competitions for children, cooking competitions

for mothers, and playing the water and sanitation-

themed movies “The Naughty Mosquitoes” and

“Eumpang Breuh.”

“All the trainings given by IOM are really useful for

the community in Teurebeh. Now I understand the

importance of healthy behaviours and keeping the

environment clean and I convey these messages to the

children at my school,” says Ibu Ros.

NATIONAL CONSTRUCTION SERVICES Post-Tsunami Housing Construction Ends

After four years of post-tsunami reconstruction work

in Aceh and Nias, IOM’s construction and housing

services ended in 2009, with the culmination of a range

of projects designed to stabilize and revitalize

communities displaced by the two natural disasters of

2004 and 2005.

Construction was carried out in coordination with

government and NGO partners, in close consultation

with community committees, at the request of the

Government of Indonesia.

Sebelum terjadinya tsunami, ia menjual bunga di Kampung

Baru untuk menghidup dirinya dan ketiga anaknya. Pada 26

Desember 2004, ia sedang di dapur rumahnya ketiga gempa

dahsyat terjadi.

Ia dan anak-anaknya lari dari rumah dan ketika mereka sadar

bahwa tsunami akan datang, mereka mencari perlindungan di

lantai dua di sebuah gedung di dekat rumah mereka yang selamat

dari gempa.

“Saya sangat bersyukur karena saya dan anak-anak saya selamat.

Keluarga kami mengira kami telah tewas,” katanya, mengikat hari

tersebut.

Setelah bencana tersebut, keluarganya tinggal di kamp dan barak.

Selama masa tersebut, ibu Ros dan teman-temannya sering

mengumpulkan anak-anak untuk bermain dan bernyanyi, dan

mengajarkan mereka untuk berhitung dan membaca.

Pada Juni 2007, keluarganya pindah ke sebuah rumah IOM di

Teurebeh. Setelah menerima pelatihan guru dari UNICEF, ibu

Ros dan empat wanita lainnya mendirikan sebuah taman kanak-

kanak dengan bantuan IOM, yang sekarang memiliki 30 orang

murid.

Selain mengajar, ibu Ros saat ini aktif terlibat dalam Panitia

Air dan Sanitasi Desa - VWSC. IOM menyediakan pelatihan

masyarakat dan “Konsultasi Rumah yang Sehat” tentang sanitasi,

sistem septik dan penyakit yang disebarkan melalui air.

Panitia tersebut juga mendukung kegiatan pemajuan kesehatan

IOM, menyelenggarakan peragaan pencucian tangan dan beragam

lomba untuk anak-anak dan ibu-ibu, termasukmemutar film

yang bertema air dan sanitasi berjudul “Nyamuk yang Nakal” dan

“Eumpang Breuh.”

“Semua pelatihan yang diberikan oleh IOM benar-benar berguna

bagi masyarakat di Teurebeh. Sekarang saya mengerti pentingnya

perilaku yang sehat dan menjaga kebersihan lingkungan dan saya

menyampaikan pesan-pesan ini ke anak-anak di sekolah saya,”

ujar ibu Ros.

LAYANAN KONSTRUKSI NASIONALKonstruksi Perumahan Pasca-Tsunami Berakhir

Setelah empat tahun melakukan rekonstruksi pasca-tsunami

di Aceh dan Nias, layanan konstruksi dan perumahan IOM

berakhir pada 2009, dengan hasil serangkaian macam proyek

yang dirancang untuk menstabilkan dan merevitalisasi

komunitas-komunitas yang harus mengungsi akibat kedua

bencana alam di tahun 2004 dan 2005.

Konstruksi dilaksanakan di bawah koordinasi dengan

pemerintah dan mitra LSM, dan berkonsultasi dengan

panitia-panitia di masyarakat, atas permintaan Pemerintah

Indonesia.

Page 34: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200922

By early 2009, the final units of permanent housing

for tsunami-affected families were completed. A total

of 4,580 transitional shelters and permanent houses

were built, along with 388 public buildings including

schools, clinics and community centres. IOM’s construction

programme was active in 125 communities across Aceh’s

15 coastal districts.

With its original shelter projects completed in 2008, in

2009 IOM provided shelter construction assistance to

several NGOs that had constructed semi-permanent

shelters for tsunami-affected families in Aceh as an

interim measure after the tsunami.

One of these was Oxfam, which used a community-

driven approach to construct many houses throughout

Aceh in 2005. The design used a masonry substructure

and a wooden superstructure, which allowed beneficiary

families to be involved in the construction and resulted

in fast completion.

But the timber superstructures proved vulnerable

to weather and insect infestation, resulting in

deterioration and structural damage. IOM stepped in

in 2009 to replace them with more durable strctures. It

removed the wooden superstructure of 48 houses

and replaced it with new, permanent superstructures

using lightweight steel frames.

In Banda Aceh and Aceh Besar, IOM – in partnership

with CARE – also implemented a project to demolish

existing structures and replace them with earthquake-

resistant RISHA-designed houses.

IOM has used the RISHA pre-fabricated design

developed and certified in Indonesia since early 2005.

It incorporates a 38 to 44m2 modular reinforced pre-

cast concrete moulded structure and a septic system

that can deal with the high water table found in most

coastal communities.

The project constructed 79 new 44m2 housing units,

complete with three partitioned rooms, a kitchen

alcove, and additional separate toilet and washing

facilities connected to a sanitation system.

LIVELIHOODS Aceh Livelihoods

IOM’s livelihoods programme in Aceh also came to

a close in August 2009, after helping 3,500 people to

start new livelihoods over a period of three years

following the December 2004 tsunami.

In Aceh, IOM was one of the few agencies present

in the province prior to the tsunami, working with

local authorities to identify and later address the

humanitarian needs of those displaced by conflict.

Hingga awal 2009, unit-unit terakhir perumahan permanen bagi

keluarga yang terkena imbas tsunami telah diselesaikan. Sejumlah

4.580 perumahan sementara dan rumah permanen dibangun,

beserta 388 bangunan umum termasuk sekolah, klinik dan pusat-

pusat kegiatan masyarakat. Program konstruksi IOM aktif bergerak

di 125 komunitas di 15 kabupaten di Aceh yang terletak di pesisiran.

Dengan diselesaikannya proyek penampungan pada awal 2008, di

tahun 2009 IOM menyediakan bantuan konstruksi penampungan

(‘shelter’) kepada beberapa LSM yang telah membangun

penampungan semi-permanen bagi keluarga yang terkena imbas

tsunami di Aceh sebagai langkah sementara setelah tsunami.

Salah satu dari LSM ini adalah Oxfam, yang menggunakan

pendekatan yang digerakkan oleh masyarakat untuk membangun

banyak rumah di Aceh selama tahun 2005. Rancangan digunakan

menggunakan substruktur batu dan ‘superstructure’ yang dibuat

dengan kayu, yang memungkinkan para keluarga penerima

bantuan untuk ikut terlibat dalam konstruksi dan menghasilkan

proses konstruksi yang cepat.

Namun superstructures yang terbuat dari kayu ternyata rentan

terhadap cuaca dan infestasi serangga, mengakibatkan kerusakan

struktural. Pada 2009 IOM memberi bantuan melalui penggantian

dengan struktur yang lebih tahan lama. ‘Superstructure’ kayu

dibongkar dari 48 rumah dan digantikan dengan ‘superstructure’

yang baru dan permanen dengan menggunakan kerangka baja

ringan.

Di Banda Aceh dan Aceh Besar, IOM -- bekerjasama dengan

CARE -- juga melaksanakan sebuah proyek untuk menghancurkan

struktur yang sudah ada dan menggantikannya dengan rumah-

rumah dengan rancangan RISHA yang tahan gempa.

IOM telah menggunakan rancangan RISHA yang dikembangkan

dan tersertifikasi di Indonesia sejak awal 2005. Rancangan

tersebut terdiri dari struktur modular pre-cast (cor) beton seluas 38

hingga 44m2 dan sebuah sistem septik yang dapat menanggulangi

tabel air yang tinggi yang umum terdapat di komunitas-komunitas

pesisir.

Proyek ini mendirikan 79 unit-unit rumah baru seluas 44m2,

lengkap dengan tiga ruangan yang berpartisi, area dapur, dan

fasilitas jamban dan tempat pencucian yang terpisah yang

dihubungkan ke sebuah sistem sanitasi.

MATA PENCAHARIANMata Pencaharian Aceh

Program mata pencaharian IOM di Aceh berakhir di sekitar

Agustus 2009, setelah membantu 3.350 keluarga memulai mata

pencaharian baru selama jangka waktu tiga tahun pasca tsunami

di Desember 2004.

Di Aceh, IOM adalah salah satu dari sedikit lembaga yang hadir

di propinsi tersebut sebelum terjadinya tsunami, bekerjasama

dengan pemerintahan setempat mengidentifikasi dan menjawab

kebutuhan kemanusiaan dari warga yang mengungsi akibat konflik.

Page 35: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 23

Page 36: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200924

After the tsunami, IOM developed and implemented

a range of livelihood support projects to provide

immediate and long-term support to those affected by

both the conflict and the natural disaster.

IOM’s livelihoods programme in Aceh included a long-

running micro-finance initiative for women, which

supported 19 communities in the establishment of

female-managed savings and loans cooperatives located

in 14 districts of the province, with a membership of

4,000.

Using a successful East Javanese women’s secondary

cooperative which focused on the empowerment of

women as a model, IOM and its partners provided

the cooperatives with start up capital and support

including training activities, monitoring and mentoring

over their first few years of operation.

With funding from Americares, the IOM Aceh

livelihoods programme also ran a successful two-

year tsunami response project in tsunami-affected

communities along the east coast of Aceh.

The project provided business and skills training,

livelihood material inputs and the construction of

complementary small-scale infrastructure to 3,350

direct and an estimated 10,000 indirect beneficiaries.

The livelihoods programme also supported the IOM

– Harvard Medical School collaborative psycho-social

and mental health programme in Aceh.

This innovative project was established to provide aid

and test the hypothesis that complementary livelihoods

and mental health programming can work to improve

people’s lives, particularly in post-conflict settings.

With support from the World Bank, the Livelihoods Unit

worked with 200 patients across Aceh, most of whom

lived in impoverished communities and earned less than

US$100 per day, helping them to identify livelihoods

opportunities.

The project provided relevant skills and training, as

well as material inputs to help patients develop and

expand businesses.

Setelah peristiwa tsunami, IOM mengembangkan dan

melaksanakan serangkaian proyek bantuan mata pencaharian

dalam bentuk penyediaan bantuan jangka pendek dan jangka

panjang bagi mereka yang terkena imbas konflik maupun bencana

alam.

Program mata pencaharian IOM di Aceh meliputi inisiatif

keuangan mikro jangka panjang bagi wanita, yang mendukung

19 komunitas melalui pendirian koperasi simpan pinjam yang

dikelola oleh perempuan yang berlokasi di 14 kabupaten di

propinsi tersebut, dengan jumlah anggota sebesar 4.000.

Dengan mengambil kesuksesan Puskowanjati yang fokus pada

pemberdayaan wanita sebagai model panutan, IOM dan para

mitranya menyediakan koperasi tersebut modal awal dan

dukungan yang meliputi kegiatan pelatihan, pengawasan dan

pengarahan selama beberapa tahun pertama beroperasi.

Dengan pendanaan dari Americares, program mata pencaharian

IOM Aceh juga menjalankan sebuah proyek bantuan tsunami

selama dua tahun di komunitas-komunitas yang terkena tsunami

di sepanjang pesisir timur Aceh.

Proyek tersebut menyediakan pelatihan usaha dan keterampilan,

masukan materi mata pencaharian dan konstruksi infrastruktur

berskala kecil pelengkap kepada 3.350 penerima bantuan

langsung dan 10.000 penerima bantuan tidak langsung.

Program mata pencaharian juga mendukung program kesehatan

psikososial dan kesehatan mental di Aceh yang merupakan

prakarsa gabungan antara IOM dan Harvard Medical

School.

Proyek inovatif tersebut didirikan untuk memberikan bantuan

dan pengujian hipotesa bahwasanya program pelengkap mata

pencaharian dan kesehatan mental dapat meningkatkan taraf

hidup masyarakat, khususnya dalam situasi pasca-konflik.

Dengan dukungan dari Bank Dunia, Unit Mata Pencaharian

menangani 200 pasien di Aceh, yang sebagian besar hidup di

komunitas miskin dan menghasilkan kurang dari ASD100 per

hari, dan membantu mereka untuk mengidentifikasi peluang-

peluang mata pencaharian.

Proyek ini menyediakan keterampilan dan pelatihan yang

relevan, disamping sumbangan materi untuk membantu pasien

membangun dan memperluas usaha.

Page 37: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 25

By the numbers Berdasarkan angka as of September 2009 / hingga September 2009

Community Water and Sanitation Air dan Penyehatan Masyarakat

14,000 Individuals benefit from improved water supply systems / Individu yang menerima manfaat perbaikan system persediaan air

1,317 Septic systems constructed or improved to national environmental health standards /Sistem septik yang dibangun atau ditingkatkan ke standar kesehatan lingkungan nasional

11,300 Individuals reached by hygiene information promoting healthier communities /Individu yang dicakup oleh informasi penyehatan yang memperkenalkan komunitas yang lebih sehat

34,603 Metres of drainage constructed /

Meter saluran pembuangan yang dibangun

as of October 2009 / hingga Oktober 2009

National Construction Services Programme Aceh and Nias Program Layanan Konstruksi Nasional, Aceh dan Nias

1,233 Transitional shelters constructed post-tsunami / Hunian sementara yang dibangun pasca-tsunami

3,342 Permanent houses constructed post-tsunami /Rumah permanen yang dibangun pasca-tsunami

4,580 Total shelters and houses constructed /Total hunian sementara dan rumah yang dibangun

247 Three-room school buildings constructed /Bangunan sekolah dengan tiga ruangan yang telah dibangun

141 Other public buildings (clinics, community centres) constructed /Bangunan umum lainnya (klinik, pusat kegiatan masyarakat) yang dibangun

4,963 Total units constructed (including houses, clinics, schools, community centres, etc.) in Aceh and Nias /

Total unit yang dibangun (termasuk rumah, klinik, sekolah, pusat kegiatan masyarakat, dsb.) di Aceh dan Nias

2009 / 2009

Aceh Livelihoods Mata Pencaharian di Aceh

3,687 Female members of IOM-assisted women’s cooperatives /Perempuan yang menjadi anggota Kopwan yang dibantu IOM

8,068 Loans issued by Kopwan /Pinjaman yang diberikan oleh Kopwan

3,962 Kopwan members who are repeat borrowers /Anggota Kopwan yang beberapa kali melakukan pinjaman

3,350 Households who have received material assistance to develop their businesses /Rumah tangga yang menerima bantuan material untuk mengembangkan usaha

2,670 Beneficiaries who have participated in business education training /Penerima bantuan yang turut serta dalam pelatihan pendidikan usaha

3,341 Beneficiaries who have participated in a variety of skills training /Penerima bantuan yang turut serta dalam berbagai pelatihan keterampilan

323 Government extension agents who have received training in cooperative management /

Pejabat pemerintah daerah yang ikut pelatihan kepengurusan koperasi

Page 38: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200926

Earthquake Post Emergency AssistanceBantuan Darurat Pasca Gempa Bumi

LIVELIHOODSLivelihoods Yogyakarta

During 2009, IOM continued to help to restore 3,000

micro- and small enterprises (MSEs) in earthquake-

affected Yogyakarta and Central Java under its

Livelihoods Programme funded by the multi-donor

Java Reconstruction Fund (JRF).

The programme’s main objective is to restore 3000

MSE to their pre-May 2006 capacity, sales and profits

through the integrated application of the following

activities: (i) Assessment & Beneficiary Identification

(ii) Asset Replacement (iii) Market Access (iv) Technical

Assistance/Capacity Building (v) Monitoring and

Evaluation.

Now in its second year, the programme has contributed

to the recovery and expansion of MSEs by providing

productive assets at the level of individuals, producer

groups, cooperatives, villages and communities, as

well as providing training in accounting, business

development, marketing and technical skills.

The beneficiary enterprises include handicraft

production (Javanese batik, silver, agel), organic farming,

tofu production, fish farming, cattle and goat rearing,

and traditional weaving.

The May 2006 earthquake affected 837 villages in

the two provinces, impacting the livelihoods of over

100,000 people. Many of them were poor and vulnerable

even before the disaster.

With 2,661 MSEs accessing IOM support in 18 villages

by the end of 2009, IOM Yogyakarta is now close to

meeting its target of 3,000 beneficiaries. To date, 59

per cent of the beneficiaries have been women,

significantly contributing to their empowerment.

The project has forged important partnerships with,

among others, the Indonesian Chamber of Commerce

and Industry (KADIN), Bina Swadaya Foundation

MATA PENCAHARIANMata Pencaharian di Yogyakarta

Selama 2009, IOM terus membantu memulihkan 3.000 usaha

kecil dan menengah (UKM) di daerah Yogyakarta dan Jawa

Tengah yang terkena musibah gempa di bawah Program Mata

Pencaharian yang didanai oleh lembaga multi-donor ‘Java

Reconstruction Fund’ (JRF).

Tujuan utama program ini adalah untuk memulihkan 3.000

UKM ke kapasitas, penjualan dan laba yang mereka miliki

sebelum terjadinya gempa pada Mei 2006 melalui pelaksanaan

terpadu dari kegiatan-kegiatan berikut ini: (i) Penelitian &

Identifikasi Penerima Bantuan (ii) Penggantian Modal (iii) Akses

Pasar (iv) Bantuan Teknis/Pembangunan Kapasitas (v) Monitoring

dan Evaluasi.

Memasuki tahun keduanya, program ini telah membantu

pemulihan dan perluasan UKM melalui penyediaan modal

produktif di tingkat individu, kelompok produsen, koperasi,

desa dan komunitas, disamping menyediakan pelatihan

akuntansi, pengembangan usaha, pemasaran dan keterampilan

teknis.

Usaha para penerima bantuan meliputi produksi kerajinan

tangan (batik Jawa, perak, agel), pertanian organik, pembuatan

tahu, pembudidayaan ikan, ternak sapi dan kambing, dan

sulaman tradisional.

Gempa yang terjadi pada Mei 2006 merusak 837 desa di kedua

propinsi, dan membawa dampak terhadap mata pencaharian

lebih dari 100.000 warga. Sebagian besar dari mereka adalah

warga miskin dan rentan bahkan sebelum bencana terjadi.

Dengan 2.661 UKM mengakses bantuan IOM di 18 desa hingga

akhir 2009, IOM Yogyakarta kini hampir mencapai target

sebanyak 3.000 penerima bantuan. Hingga kini, 59 persen dari

penerima bantuan adalah perempuan, yang dengan sendirinya

merupakan upaya permberdayaan mereka.

Proyek ini telah mengukuhkan kemitraan yang penting dengan,

antara lain, Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Yayasan

Bina Swadaya Foundation (sebuah LSM nasional), Muslim Aid

Page 39: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 27

(a national NGO), Muslim Aid (an international NGO)

and CV Triguna (a local environmental group.)

IOM has also entered into a set of cooperation

frameworks with national, provincial and local

government counterparts, which will ensure that the

project is well coordinated, targeted and aligned with the

government’s own development priorities throughout

implementation.

The Livelihoods Programme follows the successful

completion of the Mobile Community Assistance

Programme (MCAP) and the Roof Tile and Brick

Manufacturing Project, initiatives funded under the

AUSAID/Yogyakarta and Central Java Assistance

Programme (YCAP.)

Human interest story #1

Senen’s Story“Agel Crafter Learns New Business Skills”Senen’s experience in the IOM Livelihood programme

and the fact that he can now sell his products at fairs

and exhibitions across Indonesia “opened his eyes,” he

says.

The 39-year-old agel crafter from earthquake-hit

Tuksono village, Kulon Progo district near Yogyakarta,

acquired new business skills and grew his business

under the IOM-Java Reconstruction Fund post-

earthquake rehabilitation programme.

Trade was slow when Senen originally tried to relaunch

his small business after the May 2006 disaster. But

it has been improving ever since he started taking

part in IOM business activities and, most importantly,

fairs and exhibitions.

“I joined a series of activities under the programme

and really enjoyed them. We had very limited business

(sebuah LSM internasional) dan CV Triguna (sebuah kelompok

lingkungan hidup lokal).

IOM juga telah menjalin suatu kerangka kerjasama dengan para

mitra di badan pemerintahan nasional, propinsi dan setempat,

yang menjamin proyek terkoordinasi dengan baik, sesuai dan

sejalan dengan target prioritas pembangunan pemerintah selama

waktu pelaksanaan.

Program Mata Pencaharian tersebut mengikuti keberhasilan

Program Bantuan Masyarakat Keliling (MCAP) dan Proyek

Pembuatan Genteng dan Batu Bata, yang didanai Program

Bantuan Yogyakarta dan Jawa Tengah (YCAP) dari USAID.

Cerita kemanusiaan #1

Kisah Senen “Pengrajin Agel Belajar Keterampilan Usaha Baru”Pengalaman Senen pada program Mata Pencaharian IOM

dan bahwa ia sekarang mampu menjual produk-produknya di

pameran dan bazar di seluruh Indonesia telah “membuka

matanya”, menurut Senen.

Pengrajin agel berusia 39 tahun dari desa Tuksono, kabupaten

Kulon Progo, dekat Yogyakarta yang terkena gempa ini

mendapatkan keterampilan usaha baru dan mengembangkannya

di bawah program rehabilitasi pasca-gempa dari IOM-Java

Reconstruction Fund.

Usahanya sedikit lesu ketika Senen pertama kali berupaya

meluncurkan kembali usaha kecilnya pasca bencana Mei 2006.

Namun sejak ia mengambil bagian di beberapa kegiatan usaha

IOM, usahanya semakin membaik terutama keterlibatannya

dalam sejumlah pameran dan pekan raya.

“Saya bergabung dengan serangkaian kegiatan pada program

tersebut dan sangat menyukainya. Kami sebelumnya memiliki

keterampilan pengelolaan usaha yang sangat terbatas, namun

Page 40: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200928

Page 41: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 29

management skills before, but IOM has helped to open

our eyes,” said Senen, speaking for fellow agel crafters,

whose businesses were damaged by the quake.

“I joined the Business Development, Marketing and

Promotion, and Technical Assistance trainings. Recently,

I joined the English and computer classes provided by

IOM under the programme. They are all helping me to

acquire new knowledge,” he says.

Senen has used his new skills to display many of his

agel products at IOM fairs and exhibitions throughout

Indonesia, including Jakarta and Makassar/Sulawesi.

The Jakarta Small Medium Enterprises Cooperatives

(SMESCO) Expo last October, in particular, introduced

Senen’s products to wider and more profitable domestic

and international markets.

IOM programme beneficiaries, also including silver

crafters, batik producers and organic farmers, have

sold a total of USD 4,000 worth of goods at the 13

expos and fairs that they participated in through

November 2009. These expos have given beneficiaries

a chance to test their marketing and promotional

strategies and implement their business plans.

Senen welcomed the chance to meet industry and

ministry representatives at the SMESCO fair, which

attracted more than 100 display booths from across

Indonesia and South-East Asia. He met representatives

of the Indonesian Ministry of Cooperatives, which is

trying to expand market opportunities for MSEs.

“This type of meeting is useful because I can directly

get feedback and input about my business and how to

improve it”, says Senen, who is one of almost 200 IOM

beneficiaries to have participated in expos and fairs to

date.

Beneficiaries from Tuksono, Salamrejo and Pampang

Villages also established their own Village Promotion

Teams, winning themselves and IOM an award at the

Yogyakarta Texcraft Expo in August 2009.

Human interest story #2

“Organic Farming – A Growth Opportunity?”Organic farmer Isti Umayah is now not just ‘eating

healthy’ – she is also living a healthier life.

The 63-year-old from earthquake-affected Sumberharjo

village in Sleman District near Yogyakarta is turning

her vegetable garden into a viable business with the

help of the livelihood programme backed by the Java

Reconstruction Fund (JRF) and implemented by IOM.

IOM telah membantu membuka mata kami,” kata Senen, berbicara

atas nama rekan-rekan pengrajin agel lainnya, yang usahanya

juga hancur akibat gempa.

“Saya mengikuti pelatihan Pengembangan Usaha, Pemasaran

dan Promosi, serta Bantuan Teknis. Baru-baru ini saya mengikuti

kursus bahasa Inggris dan komputer yang diberikan oleh IOM di

bawah program ini. Mereka semua membantu saya mendapatkan

pengetahuan baru,” jelasnya.

Senen telah menggunakan keterampilan barunya untuk

memamerkan banyak dari produk agel buatannya di pameran-

pameran di berbagai tempat di Indonesia, termasuk di Jakarta dan

Makassar/Sulawesi. Expo Usaha Kecil Menengah Koperasi Jakarta

(SMESCO) pada Oktober lalu, khususnya, memperkenalkan

produk buatan Senen ke pasar domestik dan internasional yang

lebih menguntungkan.

Para penerima bantuan dari program IOM, juga termasuk

pengrajin perak, pembuat batik dan petani organik, telah menjual

barang-barangnya senilai ASD 4.000 di 13 ekspo dan pameran

yang telah mereka ikuti selama November 2009. Acara-acara

ekspo tersebut telah memberikan kepada para penerima bantuan

tersebut kesempatan untuk menguji strategi pemasaran dan

promosi mereka dan menerapkan rencana usaha mereka.

Senen menyambut gembira kesempatan untuk bertemu dengan

perwakilan industri dan departemen di pameran SMESCO, yang

menarik lebih dari 100 bilik pameran dari seluruh Indonesia dan

Asia Tenggara. Ia bertemu dengan perwakilan dari Departemen

Koperasi, yang sedang berupaya untuk memperluas peluang

pasar bagi UKM.

“Pertemuan-pertemuan seperti ini sangat bermanfaat karena

saya dapat memperoleh masukan langsung tentang usaha saya

dan bagaimana untuk meningkatkannya,” kata Senen, yang

merupakan salah satu dari hampir 200 penerima bantuan IOM

yang telah berpartisipasi dalam ekspo dan pameran hingga kini.

Para penerima bantuan dari desa Tuksono, Salamrejo dan

Pampang juga membentuk Tim Promosi Desa mereka sendiri, dan

telah menang dan menerima penghargaan IOM pada Yogyakarta

Texcraft Expo Agustus 2009.

Cerita #2

“Pertanian Organik – Peluang Pertumbuhan?”Petani organik Isti Umayah saat ini tidak hanya makan secara

sehat – ia juga hidup lebih sehat.

Ibu yang berusia 63 tahun ini berasal dari desa Sumberharjo yang

terkena dampak gempa tengah mengubah kebun sayurannya

menjadi sebuah lahan usaha dengan bantuan sebuah program

mata-pencaharian yang didukung oleh Java Reconstruction Fund

(JRF) dan dilaksanakan oleh IOM.

Page 42: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200930

This programme is not just boosting Isti’s income.

“I feel healthier because I get exercise when I’m taking

care of my vegetables. And I’m happier when I’m able

to see my plants grow,” she says.

Life has completely changed for Isti, a mother of four,

since the devastating earthquake of May 2006. She

used to sell fried snacks and flowers, but the

quake damaged her garden and some of her cooking

equipment, making it much harder for her to earn a

living.

As one of 207 IOM beneficiaries in Sumberharjo, Isti’s

life is now getting back on track. IOM provided her

and other participants with seven days of business

development training, covering areas including

marketing, bookkeeping, human resource management

and how to access finance.

As part of IOM’s commitment to capacity building

for all, the training targeted women and illiterate

people. It also provided technical training in organic

farming, when IOM research found that demand

for organic produce in the Yogyakarta region was

growing.

Isti is also setting her goals high and is planning to

apply for a bank loan to grow her organic farming

business. She plans to expand her garden to include

tomatoes, beans and spinach to make more money.

“I hope that IOM will still help us after the training.

I want to know more about product packaging and

market access, especially to supermarkets. I also hope

to open an organic vegetarian restaurant in the future”,

she says.

IOM has also provided opportunities for another

woman farmer, Titi Darmini. In October, IOM

Yogyakarta staff and Titi were among more than

100 sector stakeholders who took part in the 5th

Community-Based Disaster Risk Management

(CBDRM) conference in Makasar, Sulawesi. The event

addressed issues of community resilience toward

disaster risk and climate change mitigation.

Titi and the IOM team joined focus group discussions

and exhibitions related to disaster risk reduction and

climate change issues. Participating organizations

displayed their products and publications at an expo

during the conference. Titi displayed her vegetables

at the IOM stand and offered information about organic

farming.

“Some of the participants were very interested in

knowing more about organic farming in Sumberharjo.

The sessions taught me more about linking soil

cultivation in organic farming to the village plan, which

will increase the community’s capacity to cope with

potential disasters,” she says.

Program tersebut tidak hanya meningkatkan pendapatan

Isti. “Saya merasa lebih sehat karena saya berolah raga ketika

merawat sayur-sayuran milik saya. Dan saya lebih bahagia

ketika melihat tanaman saya tumbuh,” ujarnya.

Sejak gempa dahsyat pada Mei 2006, hidup telah sepenuhnya

berubah bagi Isti, ibu empat anak. Ia dulunya menjual gorengan

dan bunga, namun gempa telah merusak kebunnya dan

beberapa perabotan masaknya, membuatnya sulit untuk mencari

nafkah.

Sebagai salah satu dari 207 penerima bantuan di Sumberharjo,

kehidupan Isti sekarang kembali membaik. Kepadanya dan

peserta lainnya, IOM memberikan pelatihan pengembangan

usaha selama tujuh hari, yang mencakup bidang pelatihan

seperti pemasaran, pembukuan, pengelolaan sumber daya

manusia dan bagaimana mengakses fasilitas pendanaan.

Sebagai bagian dari komitmen IOM untuk membangun

kemampuan seluruh warga, pelatihan tersebut ditujukan bagi

perempuan dan kelompok tuna aksara. Kegiatan tersebut juga

memberikan pelatihan teknis berkebun secara organik, setelah

riset yang dilakukan oleh IOM menemukan adanya peningkatan

permintaan hasil perkebunan organik di daerah Yogyakarta.

Isti juga memiliki harapan yang tinggi dan berencana untuk

mendapatkan pinjaman bank untuk mengembangkan usaha

perkebunan organiknya. Ia berencana untuk memperluas

kebunnya untuk juga meliputi tomat, kacang-kacangan dan

bayam guna mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi.

“Saya berharap IOM akan masih membantu kami setelah

pelatihan. Saya ingin lebih mengetahui tentang pengemasan

produk dan akses pasar, khususnya untuk supermarket. Saya

juga berharap untuk membuka restoran sayur organik suatu hari

nanti,” katanya.

IOM telah memberikan peluang lain juga bagi petani perempuan

bernama Titi Darmini. Pada Oktober, staf IOM Yogyakarta dan

Titi merupakan diantara 100 peserta yang ambil bagian di

konferensi Penanganan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat

(Community-Based Disaster Risk Management - CBDRM) ke-5 di

Makassar, Sulawesi. Acara tersebut membahas berbagai masalah

pertanahan komunitas terhadap risiko bencana dan mitigasi

perubahan iklim.

Titi dan tim dari IOM bergabung dalam beberapa diskusi

kelompok terfokus dan pameran yang terkait pengurangan risiko

bencana dan permasalahan perubahan iklim. Para organisasi

peserta menampilkan produk-produk serta makalah terbitan

mereka di sebuah ekspo yang diselenggarakan selama konferensi

berlangsung. Titi memamerkan sayur mayur nya di stand IOM

dan menawarkan informasi mengenai bertani secara organik.

“Beberapa peserta sangat berminat untuk mengetahui lebih banyak

tentang bertani secara organik di Sumberharjo. Sesi-sesi tersebut

mengajarkan kepada saya lebih banyak tentang keterkaitan

pembudidayaan tanah dalam bertani secara organik dengan

rencana desa, yang akan meningkatkan kapasitas komunitas

untuk menghadapi potensi bencana,” jelasnya.

Page 43: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 31

Page 44: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200932

The 33-year-old, who lives with her husband and son,

said her involvement with the IOM programme had

been life-changing. Using natural fertilizers instead of

chemicals has helped to reduce her family’s production

costs.

Sumberharjo village was selected as one of 18 earthquake-

affected villages to receive support from the IOM

Livelihoods programme, which aims to restore 3,000

micro- and small enterprises to pre-earthquake capacity,

sales and profits.

The programme is currently supporting 97 beneficiaries

in the organic farming sector in Sumberharjo, where

3,138 or 83% of houses sustained earthquake damage

and nearly 15 per cent of the population live below the

poverty line.

IOM is conducting a series of activities in Sumberharjo,

including business development training, technical

assistance to improve production, and visits to producer

groups in other villages and districts. These visits are

educational and allow them to see new techniques for

producing organic fertilizers and organic vegetables.

In June IOM hosted a workshop in Sumberharjo to bring

together key actors from the organic farming industry,

academia and government to explore market access for

organic products. It was designed to ensure government

involvement and coordination in IOM’s activities in

Sumberharjo and to complement the Government of

Indonesia’s “Go Organic 2010” agenda.

During the workshop, the head of the Agriculture and

Forestry Department of Sleman District, Bapak Slamet

Riyadi, said: “These IOM efforts are part of a strategic

response to global and local market opportunities

associated with healthy and environmentally sustainable

food production.”

EMERGENCY RESPONSEWest Sumatra Emergency Response

Within two days of the 30 September and 1 October 2009

earthquakes hitting West Sumatra, IOM established

an office in the provincial capital Padang to coordinate

emergency relief operations across the devastated

region.

Supported by a EUR 924,000 from the European

Commission’s Humanitarian Aid Department (ECHO)

and with additional funding from the UN Central

Emergency Response Fund (CERF) and Brazil, IOM

moved quickly to deliver and coordinate a range of

emergency services in the affected communities,

including transport and logistical support, assisted

medical returns, shelter assistance, and water, sanitation

and hygiene.

Ibu berusia 33 tahun yang tinggal bersama suami dan anaknya

mengatakan bahwa keterlibatannya dengan program IOM

telah mengubah hidupnya. Menggunakan pupuk alami sebagai

pengganti pupuk kimia telah menurunkan biaya produksi yang

harus dikeluarkan oleh keluarganya.

Desa Sumberharjo telah dipilih sebagai salah satu dari 18 desa

yang terkena imbas gempa untuk menerima bantuan dari program

Mata Pencaharian IOM, yang bertujuan untuk memulihkan 3.000

usaha mikro dan kecil kembali ke kapasitas, penjualan dan laba

yang mereka miliki sebelum terjadinya gempa.

Program tersebut saat ini membantu 97 penerima bantuan di

sektor pertanian organik di Sumberharjo, dimana 3.138 atau 83%

rumah tinggal mengalami kerusakan akibat gempa dan hampir

15% persen dari warga hidup di bawah garis kemiskinan.

IOM saat ini melaksanakan serangkaian kegiatan di Sumberharjo,

termasuk pelatihan pengembangan usaha, bantuan teknis untuk

meningkatkan produksi, dan kunjungan ke kelompok-kelompok

produsen di desa serta kabupaten lainnya. Kunjungan-kunjungan

tersebut bersifat edukatif dan memungkinkan mereka untuk

menyaksikan teknik-teknik baru untuk memproduksi pupuk

organik dan sayuran organik.

Di bulan Juni IOM menyelenggarakan sebuah lokakarya di

Sumberharjo untuk mempertemukan tokoh-tokoh kunci dari

industri pertanian industri, akademisi dan pemerintah guna

menjajaki akses pasar untuk produk-produk organik. Lokakarya

ini dirancang untuk memastikan keterlibatan dan koordinasi

pemerintah pada kegiatan-kegiatan IOM di Sumberharjo dan untuk

melengkapi agenda “Go Organic 2010” milik Pemerintah Indonesia.

Selama lokakarya, kepala kantor dinas Pertanian dan Perhutanan

Kabupaten Sleman, Bapak Slamet Riyadi, berkata bahwa,

“Upaya-upaya IOM ini merupakan bagian dari jawaban strategis

terhadap peluang pasar global dan lokal yang terkait dengan

produksi makanan yang sehat dan berkesinambungan dari segi

lingkungan hidup.”

TANGGAP DARURATTanggap Darurat di Sumatera Barat

Dalam waktu dua hari setelah gempa 30 September dan 1 Oktober

2009 di Sumatera Barat, IOM mendirikan sebuah kantor di

Padang ibu kota propinsi guna mengkoordinir kegiatan bantuan

darurat di daerah yang terkena bencana tersebut.

Dengan bantuan dana sebesar EUR 924.000 dari Bagian Bantuan

Kemanusiaan Komisi Eropa (ECHO) dan pendanaan tambahan

dari ‘UN Central Emergency Response Fund’ (CERF) dan

pemerintah Brazil, IOM bekerja cepat untuk menyampaikan dan

mengkoordinir serangkaian layanan darurat, seperti dukungan

transportasi dan logistik, pemulangan medis dengan bantuan,

bantuan penampungan, serta air, sanitasi dan kebersihan

kelompok-kelompok masyarakat yang terkena bencana.

Kemampuan tanggap darurat IOM di Sumatera telah ada sejak

Page 45: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 33

IOM’s emergency response capacity in Sumatra dates

back to the 2004 tsunami and the 2005 Nias earthquake.

In March 2007, it established an office in Padang following

the Solok earthquake. Today, as the emergency response

moves to the reconstruction phase, IOM is continuing

to provide on-going support to the government, national

and international partner agencies.

Transport and Logistical Support

IOM’s logistics hub in Padang moved over 14,310 tons

of relief items throughout West Sumatra between

October 2009 and January 2010, in partnership with 168

government institutions and local and international aid

organizations.

The hub provides free trucking services for government

and agencies donating aid and coordinates the complex

logistical operations required to manage incoming aid,

warehouse it, and ensure its efficient distribution to

those most in need.

As of January 2010, a total of 4,011 IOM trucks had

been deployed to transport food and non-food items

to survivors throughout West Sumatra. In mid-October,

food and nutrition assessments in the region reported

that some 38,000 households were experiencing

temporary food shortages of staples such as rice.

Responding to these shortages, roughly two thirds of

the aid transported by IOM was food, with temporary

shelter and medical supplies making up the bulk of the

remaining shipments.

Assisted Medical Returns

Only 50 per cent of the West Sumatra’s health facilities

were operational three weeks after the earthquakes,

with more than half of the 3,900 injured people in the

area requiring specialized care and follow-up.

With support from ECHO, IOM ran a medical returns

programme which reached 2,829 beneficiaries in the

months following the earthquake, in coordination with

hospitals in Padang, Pariaman, and Agam districts, and

an Indonesian military floating hospital.

The programme provided transport for patients and

their families wanting to leave hospital and return

home after treatment. This freed up scarce hospital beds

for other patients. IOM also also provided transport

for follow-up medical visits needed by many patients.

“The programme helped patients to recover faster:

they didn’t need to be concerned about getting home

or receiving follow-up treatment, as IOM was there to

help as needed,” said Colonel Dr. Arie Zakaria of the

Dr. Soeharso Hospital Ship.

tsunami 2004 dan gempa tahun 2005 di Nias. Pada Maret 2007,

IOM mendirikan sebuah kantor di Padang setelah terjadinya

gempa Solok. Saat ini, dengan bergesernya tanggap darurat ke

fase rekonstruksi, IOM terus memberikan bantuan berkelanjutan

kepada pemerintah, serta lembaga-lembaga mitra di tingkat

nasional maupun internasional.

Dukungan Transportasi dan Logistik

Pusat logistik di Padang telah mengangkut lebih dari 14.310 ton

bahan bantuan ke berbagai tempat di Sumatera Barat antara

Oktober 2009 dan Januari 2010, bekerjasama dengan pemerintah

dan 168 lembaga bantuan lokal dan internasional.

Titik logistik tersebut menyediakan layanan angkutan truk

secara cuma-cuma bagi pemerintah dan lembaga-lembaga yang

menyumbangkan bantuan serta mengkoordinir operasional

logistik yang rumit guna mengatur bantuan yang masuk,

menyimpannya di gudang, dan memastikan pembagian secara

efisien ke para pihak yang paling membutuhkannya.

Pada Januari 2010, sejumlah 4.011 truk IOM telah dikerahkan

untuk mengangkut bahan makanan dan non-makanan kepada

para korban yang selamat di berbagai area di Sumatera Barat.

Pada pertengahan Oktober, penelitian terhadap makanan dan gizi

melaporkan sekitar 38.000 rumah tangga mengalami kekurangan

bahan makanan pokok seperti beras.

Menanggapi kekurangan tersebut, sekitar dua pertiga bantuan

yang diangkut oleh IOM adalah makanan, sedangkan sebagian

besar kiriman lainnya adalah bahan-bahan hunian sementara

dan perlengkapan medis.

Bantuan Pemulangan Medis

Tiga minggu setelah gempa hanya 50 persen dari fasilitas kesehatan

di Sumatera Barat beroperasi, dengan lebih dari setengah dari

3.900 korban yang terluka membutuhkan perawatan khusus dan

perawatan lanjutan.

Dengan dukungan dari ECHO, IOM berkoordinasi dengan rumah

sakit di kabupaten Padang, Pariaman, dan Agam, serta rumah

sakit terapung miliki TNI Angkatan Laut, menjalankan sebuah

program pemulangan medis bagi 2.829 penerima bantuan selama

beberapa bulan setelah terjadinya gempa.

Program tersebut menyediakan transportasi bagi pasien dan

keluarga mereka yang ingin meninggalkan rumah sakit dan

pulang setelah mendapatkan perawatan. Langkah ini memberikan

tempat tidur di rumah sakit untuk pasien-pasien lainnya. IOM

juga menyediakan transportasi untuk kunjungan medis lanjutan

yang dibutuhkan oleh banyak pasien.

“Program ini membantu pasien untuk pulih secara lebih cepat:

mereka tidak perlu khawatir tentang cara untuk pulang atau

mendapatkan perawatan lanjuta, karena IOM ada di sana untuk

membantu jika diperlukan,” ujar Colonel Dr. Arie Zakaria dari

Rumah Sakit Kapal Dr Soeharso.

Page 46: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200934

Page 47: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 35

IOM arranged for the return of 204 patients and 371

accompanying family members. Some 853 patients

and 1,401 accompanying family members also had

follow-up visits facilitated through IOM.

Shelter Assistance

Over 200,000 houses were damaged by the West

Sumatran quakes, leaving thousands of families

vulnerable and homeless ahead of the monsoon rains.

Padang Pariaman district was the worst hit area, with

96 per cent of houses across the district reported to

have sustained damage.

Past experiences in the region have shown that it can

take six months to two years for families to rebuild safe

homes. Bridging the gap between emergency shelter

and reconstruction allows people the time to plan for

safer construction and maintain their livelihoods as

communities rebuild.

IOM is leading a project funded by ECHO and UN CERF

in West Sumatra to provide up to 3,500 shelter kits.

The kits comprise corrugated iron (CGI) roof sheets

and toolkits that, in combination with salvageable

material, will help people to build temporary housing.

The use of durable CGI sheets – rather than plastic

sheets – was requested by the government as the sheets

can be reused in post-emergency reconstruction.

IOM has also put together individual and community

toolkits that will be used to demolish unsafe structures

and build new homes in their place. Each individual

kit includes a shovel, saw, hammer, chisel, machete,

bucket, wire, nails and work gloves in a kitbag.

5,200 beneficiaries have received individual toolkits.

The 993 community kits distributed to date, which will

be shared between five families, contain a wheelbarrow,

sledgehammer, pickaxe, crowbar, hacksaw, tin cutter

and rope.

Water, Sanitation and Hygiene

In October 2009, IOM set up a Water, Sanitation and

Hygiene pilot project in West Sumatra from which

valuable lessons were learnt about community processes,

engineering challenges and costing.

Building on these lessons, IOM is rolling out a

programme that will construct up to 250 public hygiene

facilities consisting of five toilets and showers, a

laundry area and water storage. One of the toilets in

each facility will be designed for disabled access. The

project will also include hygiene awareness outreach

activities.

As each facility can serve around 100 people, a total

of approximately 25,000 beneficiaries throughout the

Sejak … hingga … IOM telah mengatur pemulangan 204 pasien

dan 371 anggota keluarga yang mendampingi mereka. Sekitar 853

pasien dan 1.401 anggota keluarga pendamping juga mendapat

fasilitasi kunjungan lanjutan melalui IOM.

Bantuan Penampungan (Shelter)

Lebih dari 200.000 rumah rusak akibat gempa yang melanda

Sumatera Barat, mengakibatkan ribuan keluarga menjadi rentan

dan tidak memiliki tempat tinggal menjelang musim hujan.

Kabupaten Padang Pariaman merupakan daerah yang terkena

dampak paling parah, dimana 96 persen rumah di kabupaten

tersebut dilaporkan mengalami kerusakan.

Pengalaman-pengalaman sebelumnya di daerah tersebut

menunjukkan bahwa bisa memakan waktu antara enam bulan

hingga dua tahun bagi keluarga untuk membangun kembali

rumah yang aman. Jeda waktu antara penampungan darurat dan

rekonstruksi memberikan waktu bagi warga untuk merencanakan

konstruksi yang aman dan mempertahankan mata pencaharian

mereka sewaktu komunitas tersebut membangun diri kembali.

IOM mengelola sebuah proyek yang didanai oleh ECHO dan UN

CERF di Sumatera Barat guna memberikan 3.500 perlengkapan

penampungan sementara. Perlengkapan tersebut terdiri dari

lempengan seng untuk atap dan peralatan yang jika digabungkan

dengan material yang dapat diselamatkan akan membantu

warga membangun perumahan sementara. Pemerintah meminta

penggunaan lempengan seng – dan bukan lempengan plastik

–karena lempengan-lempengan tersebut dapat digunakan dalam

rekonstruksi pasca-darurat.

IOM juga telah menyusun paket peralatan bagi individu dan

masyarakat yang akan digunakan untuk menghancurkan struktur

yang tidak aman dan membangun rumah baru di atas tanahnya.

Masing-masing peralatan bagi individu terdiri dari sekop, gergaji,

palu, pahat, golok, ember, kawat, paku dan sarung tangan kerja

yang dikemas dalam sebuah kantong peralatan. Peralatan bagi

masyarakat, yang akan digunakan secara bersama oleh lima

keluarga, terdiri dari gerobak dorong, palu godam, linggis, gergaji

besar, pemotong seng dan tali.

Air, Sanitasi dan Kebersihan

Pada Oktober 2009, IOM mendirikan proyek percontohan Air,

Sanitasi dan Kebersihan di Sumatera Barat dimana pelajaran-

pelajaran penting diperoleh tentang proses masyarakat, tantangan

teknis dan biaya.

Dengan belajar dari pengalaman tersebut, IOM meluncurkan

sebuah program yang akan membangun hingga 250 fasilitas

kebersihan umum yang terdiri dari lima jamban dan tempat

mandi, sebuah tempat cuci pakaian dan penyimpanan air. Salah

satu jamban dalam fasilitas tersebut akan dirancang bagi orang

cacat fisik. Proyek ini juga akan mencakup kegiatan penyadaran

kebersihan.

Karena setiap fasilitas dapat melayani 100 warga, sekitar 25.000

Page 48: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200936

Pariaman and Agam districts will get improved access

to the public hygiene, which can reduce the risk of

outbreaks of water-borne and sanitation-related

diseases.

Human interest story

Post Treatment Support Brings Peace of Mind Ibu Rosniar’s days used to be much the same as those of

other housewives in Indonesia. They included household

tasks, cleaning, washing, preparing meals and looking

after her three children and two grandchildren.

An active fifty-nine year old, Ibu Rosniar was rearranging

the furniture in her living room while her husband,

a retired soldier, was fixing their roof when the 7.9

magnitude earthquake hit Padang on 30 September

2009.

It was as Ibu Rosniar was running through the front

yard, calling for her husband to get down on the roof,

that a wall collapsed on her leg.

She visited a local paramedic to fix what she thought was

a sprained ankle. But in the week following the quake

there was no improvement in her condition, and the

pain in her leg became excruciating.

Her husband heard about the Indonesian navy’s floating

Dr. Soeharso hospital operating in Teluk Bayur harbor

which provided free medical service to earthquake

victims. He took his wife to the ship, where doctors

found that her ‘sprain’ was in fact a bad break. They

operated and inserted eight surgical pins to reconnect

the bones .

To recover fully, Rosniar needed rest, but the floating

hospital was due to leave, having already stayed in the

port for ten days. The hospital staff referred her to IOM,

which organized her return home and subsequently

helped her to get follow up treatment at a referral

hospital free of charge.

Rosniar was just one of over 2,800 beneficiaries of

IOM’s medical returns programme in West Sumatra

following the 2009 earthquakes, which was provided

with the support of the European Commission’s

Humanitarian Aid Department (ECHO).

Dr. Arie Zakaria of the Dr. Soeharso hospital says that

this type of assisted medical return programme helps

victims of natural disasters to move forward with

their lives. “Services like this are really needed during

emergencies. They not only support physical healing,

but also the recovery of the victim’s state of mind,”

he observes.

penerima bantuan di Kabupaten Pariaman dan Agam districts

akan memperoleh akses yang lebih baik terhadap kebersihan

umum, yang dapat mengurangi risiko penyebaran penyakit yang

ditularkan melalui air dan yang dipengaruhi oleh kebersihan.

Cerita kemanusiaan

Bantuan Pasca-Perawatan Membawa Ketenangan Bathin Hari-hari yang dijalani oleh ibu Rosniar dahulunya sama dengan

yang dijalani oleh ibu-ibu rumah tangga lain di Indonesia.

Kegiatannya termasuk melaksanakan tugas-tugas rumah tangga,

mencuci, menyiapkan makanan dan merawat ketiga anaknya serta

dua cucu.

Sebagai ibu berusia lima puluh sembilan tahun yang masih aktif,

ibu Rosniar sedang menata ulang perabotan di ruang tamunya

sementara suaminya, seorang purnawirawan TNI, sedang

memperbaiki atap saat gempa yang berkekuatan 7,9 skala Richter

tersebut menghantam Padang pada 30 September 2009.

Saat ibu Rosniar berlari melewati taman depan sambil meneriaki

suaminya untuk turun dari atap, sebuah tembok runtuh di atas

kakinya.

Ia mengunjungi seorang dukun untuk merawat apa yang ia kira

hanya kaki yang terkilir. Namun dalam minggu setelah gempa,

ia tidak melihat adanya perbaikan, dan rasa sakit di kakinya

menjadi lebih parah.

Suaminya mendengar tentang rumah sakit apung Dr. Soeharso

miliki TNI AL di pelabuhan Teluk Bayur yang menyediakan

layanan medis cuma-cuma bagi para korban gempa bumi.

Ia membawa isterinya ke kapal tersebut, dimana para dokter

menemukan bahwa kakinya yang ‘terkilir’ sesungguhnya

mengalami patah tulang yang cukup parah. Mereka melakukan

pembedahan dan memasukkan delapan pin untuk menyambung

kembali tulangnya.

Untuk dapat pulih secara total, Rosniar membutuhkan istirahat,

namun rumah sakit apung tersebut akan segera bertolak dari

pelabuhan setelah beroperasi selama sepuluh hari. Para staf

rumah sakit tersebut merujukknya ke IOM, yang mengatur

kepulangannya dan membantunya untuk mendapatkan

perawatan lanjutan di rumah sakit rujukan secara bebas biaya.

Rosniar hanya salah satu dari lebih 2.800 penerima bantuan

medis IOM di Sumatera Barat setelah terjadinya gempa di tahun

2009, yang diberikan dengan dukungan European Commission’s

Humanitarian Aid Department (ECHO).

Dr. Arie Zakaria dari rumah sakit Dr. Soeharso mengatakan

bahwa bentuk bantuan pemulangan medis ini membantu para

korban bencana alam untuk melanjutkan hidupnya. “Layanan

seperti ini sangat dibutuhkan selama masa darurat. Bantuan

tersebut tidak hanya membantu pemulihan fisik, namun juga

pemulihan keadaan bathin para korbanm,” jelasnya.

Page 49: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 37

Page 50: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200938

By the numbers Berdasarkan angka 2008 / 2008

National Construction Services Programme Yogyakarta Program Layanan Konstruksi Nasional, Yogyakarta

250,000 Emergency shelter items distributed (NFIs); equivalent to 40,000 packages of NFIs distributed / Barang hunian darurat dibagi-bagikan (non-makanan); sebanyak 40.000 paket NFI yang dibagi-bagikan

> 15,000 Transitional shelters constructed /Lebih dari 15.000 hunian sementara dibangun

100 Pilot steel frame (semi-permanent) houses and WATSA N facilities constructed /Rumah rangka baja (semi-permanen) dan fasilitas air dan kebersihan dibangun

66 Adjusted houses constructed /Rumah yang dibangun dengan penyesuaian

40 WATSA N facilities constructed /Fasilitas air dan kebersihan dibangun

16,600 Beneficiaries participated in Earthquake Safe Construction Awareness Raising Campaign (2006-2007) /Penerima bantuan ikut serta dalam Kampanye Peningkatan Kesadaran Konstruksi Aman Gempa (2006-2007)

1,894 Beneficiaries received capacity building in Safe and Earthquake Resistant Construction Practices /Penerima bantuan menerima peningkatan kapasitas mengenai Langkah-langkah Konstruksi Tahan Gempa

1,962 Beneficiaries trained in Disaster Preparedness /Penerima bantuan yang dilatih tentang Persiapan Menghadapi Bencana

as of 15 November 2009 / hingga 15 Nopember 2009

Yogyakarta and Central Java Livelihoods Programme Program Mata Pencaharian Yogyakarta dan Jawa Tengah

2,661 Micro and small enterprises benefiting from the project (selected as IOM beneficiaries) equivalent to 89% of the planned total number of

3,000 /Usaha mikro dan kecil yang menerima manfaat dari proyek (dipilih sebagia penerima bantuan IOM) yang merupakan 89% dari keseluruhan jumlah yang direncanakan sebesar 3.000

18 Villages selected and targeted in Yogyakarta and Central Java provinces /Desa yang dipilih dan ditargetkan di Yogyakarta dan Jawa Tengah

13,300 Inhabitants of Selopamioro village and sub-villages (Bantul district/Yogyakarta Province) who benefited though the reconstruction of a

community centre, which had been destroyed by the earthquake /Warga desa Selopamioro (kabupaten Bantul, Yogyakarta) yang menerima manfaat dari pembangunan pusat kegiatan masyarakat, yang hancur akibat gempa

25 Per cent more agricultural output (rice and vegetables) achieved annually by the rehabilitation of their earthquake-damaged community

irrigation system in Kebon village (Klaten disctrict/Central Java Province), directly benefiting 133 farming families /Persen peningkatan hasil pertanian (beras dan sayuran) yang dicapai setiap tahunnya melalui rehabilitasi sistem irigasi rakyat yang rusak akibat gempa di desa Kebon (Kabupaten Klaten, Jawa Tengah), yang secara langsung membantu 133 rumah tangga petani

779 Micro and small enterprises supported through productive asset placement /Usaha mikro dan kecil yang dibantu melalui pemberian modal produktif

1,596 Micro and small enterprises that have received technical assistance /Usaha mikro dan kecil yang telah menerima bantuan teknis

191 Micro and small enterprises that have participated in expos and fairs /Usaha mikro dan kecil yang telah mengikuti ekspo dan pameran

759 Micro and small enterprises that have joined in cross-visits to established production centres or model companies /

Usaha mikro dan kecil yang telah ikut dalam kunjungan ke pusat-pusat produksi atau perusahaan percontohan

Page 51: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 39

as of end of December 2009 / hingga Desember 2009

West Sumatra Emergency Response Tanggap Darurat di Sumatera Barat

14,310 Metric tons of food and non-food items have been transported through IOM trucking services throughout the West Sumatra region / Metrik ton bahan makanan dan non-makanan yang telah diangkut melalui layanan angkutan truk IOM di daerah Sumatera Barat

4,011 Trucks and heavy vehicles were deployed to assists the distribution of relief goods /Truk dan kendaraan berat yang dimobilisasi guna membantu pendistribusian bahan bantuan

5,329 Individual trips have been conducted /Perjalanan telah dilakukan

168 Organizations and governmental institution have been assited in transporting various aid and relief items throughout the affected region /Organisasi dan lembaga pemerintahan telah dibantu dalam mengangkut berbagai bahan bantuan di daerah-daerah yang terkena bencana

2,829 Beneficiaries were assisted through IOM Assisted Medical Return Project /Penerima bantuan telah dibantu melalui proyek Pemulangan Medis IOM

9,940 Individual hygiene kits have been distributed to students elementary schools in geographic area of Padang and Padang Pariaman district /Paket kebersihan individual telah dibagi-bagikan kepada siswa-siswa sekolah dasar di Kotamadya Padang dan kabupaten Padang Pariaman

181 Sites have been verified and activities started for construction of public hygiene facilities serving up to 25,000 people including disabled

from affected areas /Lokasi telah diverifikasi dan kegiatan telah dimulai untuk pembangunan fasilitas kebersihan publik yang melayani hingga 25.000 orang termasuk penyandang cacat dari daerah-daerah yang terkena imbas bencana

5,200 Beneficiaries have received individual toolkits to aid reconstruction and clearing efforts /Penerima bantuan telah menerima paket perkakas individual untuk membantu rekonstruksi dan usaha pembersihan reruntuhan

993 Communal toolkits were distributed /Paket perkakas bersama telah didistribusikan

100,000 DRR and safe contruction posters are being distributed throughout the affected region co-developed and printed by IOM and distributed

by various members of Shelter Cluster and government offices /Poster DRR dan konstruksi yang aman dibagi-bagikan di daerah-daerah yang terkena imbas bencana, yang turut dikembangkan dan dicetak oleh IOM dan didistribusikan oleh berbagai Kelompok Hunian dan kantor-kantor pemerintahan

Page 52: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

Migration HealthKesehatan Migrasi

Page 53: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang
Page 54: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200942

Migration HealthKesehatan Migrasi

As people travel faster to more destinations, individuals

link the health environments of their home, transit,

and host countries, creating global communities that

contain both health risks and potential benefits.

Population mobility is a fact of life in modern Indonesia.

But to millions of Indonesian migrant workers and

aspirant migrants, the economic gains of migration may

be offset against its social and health costs. Indonesia,

with 17,600 islands spread across 2 million square

kilometres, has the world’s fourth largest population,

and is by international standards a highly mobile

population.

Millions of Indonesian workers leave their families and

villages to work in cities, factories, construction sites,

mines and plantations all over the country.

Hundreds of thousands of others leave Indonesia each

year to work abroad. The majority are employed in

unskilled work categories, and of the total outbound

migrant workers, 80% are women who migrate to work

in the domestic and caregiver sectors.

Irregular migration through the country’s porous

borders with Papua New Guinea, Timor-Leste, Malaysia

and Singapore is also increasing, making migrants

more vulnerable to exploitation, abuse, harassment and

marginalization from health and social services.

Mobility within Indonesia is also associated with internal

displacement as a result of conflict or natural disasters.

This increases the burden on the country’s generally

under-resourced public health and social services.

Indonesia leads the list of countries at risk of a pandemic

from the highly pathogenic Avian Influenza caused by

the H5N1 virus. The health and livelihood implications

of such a pandemic would be dire, particularly in terms

of migrant populations, due to underlying factors

such as access to services, displacement, and a lack of

coherent community preparedness and awareness of

the affects of the pandemic and mitigation measures.

Dengan semakin cepatnya orang bergerak ke tempat tujuan yang

beragam, para individu tersebut menciptakan keterkaitan antara

kesehatan rumah mereka, tempat transit, dan negara tujuan, dan

dengan demikian menciptakan masyarakat global yang tidak

hanya memiliki manfaat-manfaat potensial namun juga risiko

kesehatan .

Mobilitas penduduk merupakan fakta hidup dalam Indonesia

yang modern. Namun bagi jutaan tenaga kerja migran Indonesia

serta para calon migran, manfaat ekonomi dari migrasi dapat

dikalahkan oleh kerugian sosial dan kesehatan. Indonesia, dengan

17.600 pulaunya di daerah yang terbentang seluas 2 juta kilometer

persegi, memiliki jumlah penduduk keempat terbanyak, dan

berdasarkan standar internasional merupakan penduduk yang

cenderung berpindah-pindah (mobile).

Jutaan pekerja Indonesia meninggalkan keluarga dan desa mereka

untuk bekerja di perkotaan, pabrik, area konstruksi, pertambangan

dan perkebunan di berbagai tempat di Indonesia.

Ratusan ribu lainnya meninggalkan Indonesia setiap tahunnya

untuk bekerja di luar negeri. Sebagian besar dari mereka bekerja

sebagai pekerja tak terlatih, dan dari seluruh jumlah pekerja yang

bekerja di luar, 80% adalah perempuan yang bermigrasi untuk

bekerja di sektor domestik dan perawat.

Migrasi gelap melalui celah-celah dalam perbatasan Indonesia

dengan Papua New Guinea, Timor-Leste, Malaysia dan Singapura

juga semakin meningkat, menyebabkan para migran menjadi

lebih rentan terhadap eksploitasi, kekerasan, pelecehan dan

marjinalisasi di bidang layanan kesehatan dan sosial.

Mobilitas di dalam Indonesia juga dikaitkan dengan pengungsian

internal sebagai akibat konflik atau bencana alam. Hal ini

meningkatkan beban pada layanan kesehatan publik dan sosial

yang secara umum kekurangan sumber daya.

Indonesia berada di posisi teratas dalam daftar negara yang

memiliki risiko pandemi flu burung yang disebabkan oleh virus

H5N1. Implikasi kesehatan dan mata pencaharian dari pandemi

tersebut akan sangat serius, khususnya dari segi penduduk migran,

dikarenakan beberapa faktor mendasar seperti akses terhadap

layanan, pengungsian, dan kurangnya persiapan masyarakat

Page 55: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 43

In 2009, IOM with its partners continued to respond

to migration and public health challenges in Indonesia

through its various health programmes:

• Maternal and child health for internally displaced

populations and host communities.

• Psychosocial and mental health programmes for

post-conflict affected communities.

• Emergency medical response for victims of natural

disasters.

• Integrated HIV and population mobility awareness

raising for targeted beneficiaries of IOM programmes

and services.

• Avian influenza and pandemic preparedness for

migrants and host communities.

• Migration health assessments for migrants and

refugees.

• Health and psychosocial services for irregular

migrants and victims of trafficking.

Maternal and Child Health (MCH)

In its third year of implementation, IOM’s partnership

with the Harvard Medical School (HMS) to advance

safe delivery and neonatal health in communities in

Aceh where former internally displaced people (IDPs)

have resettled became increasingly integrated into the

public health system.

The programme continued to train midwives in

managing obstetrical emergencies and neonatal asphyxia

and moved towards a more structured approach in

addressing neonatal health by supporting and utilizing

the training system of the Ministry of Health and the

World Health Organization (WHO) for Integrated

Management of Childhood Illness.

A total of 1,000 midwives underwent training and

then went on to conduct home visits in villages. Building

the capacity of midwives through training contributes

to the strengthening of Indonesia’s national health

system.

yang koheren dan kesadaran mengenai pengaruh pandemi dan

tindakan penanggulangan.

Selama 2009, IOM dengan para mitranya terus memberi

tanggapan atas tantangan-tantangan migrasi dan kesehatan publik

di Indonesia melalui berbagai program kesehatannya seperti:

• Kesehatan ibu dan anak bagi kelompok pengungsi internal dan

masyarakat penerima.

• Program-program kesehatan psikososial dan mental bagi

masyarakat yang terkena dampak konflik.

• Bantuan medis darurat bagi korban dan bencana alam.

• Peningkatan kesadaran tentang HIV dan mobilitas penduduk

yang terintegrasi bagi penerima bantuan dari program dan

layanan IOM.

• Persiapan menghadapi flu burung dan pandemi bagi migran

dan masyarakat penerima.

• Pemeriksaan kesehatan migrasi bagi para migran dan pengungsi.

• Layanan kesehatan dan psikososial bagi migran gelap dan

korban perdagangan manusia.

Kesehatan Ibu dan Anak

Di tahun ketiga pelaksanaannya, kemitraan IOM dengan Harvard

Medical School (HMS) yang bertujuan memajukan persalinan

yang aman dan kesehatan pasca-kelahiran di berbagai komunitas

di Aceh dimana mantan pengungsi internal telah menetap,

menjadi lebih terintegrasi ke dalam sistem kesehatan publik.

Program ini terus melatih para bidan dalam menangani keadaan

darurat persalinan dan neonatal asphyxia dan bergerak ke arah

pendekatan yang lebih terstruktur dalam menanggapi kesehatan

neonatal dengan cara mendukung dan memanfaatkan sistem

pelatihan Departemen Kesehatan dan Badan Kesehatan Dunia

(WHO) untuk Penanganan Penyakit Anak yang Terintegrasi.

Sejumlah 1.000 bidan mengikuti pelatihan dan kemudian

melakukan kunjungan rumah di desa-desa. Pengembangan

kapasitas bidan melalui pelatihan semakin memperkuat sistem

kesehatan nasional Indonesia.

Dengan keberhasilan pelaksanaan programnya menyangkut

Page 56: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200944

Page 57: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 45

With the successful implementation of its maternal and

child health programme in Aceh, IOM is now developing a

model programme for other parts of Indonesia. As a member

of UN Country team, IOM continued to participate in the

development of the UN Joint Programme of Support for

Papua and hopes to extend its maternal and child health

interventions to the province.

Psychosocial and Mental Health

In 2009, IOM in partnership with the Harvard Medical

School (HMS) and with the support of the World Bank

continued to provide psychosocial and mental health services

and outreach to communities affected by the past conflict

in Aceh. A total of 6,007 beneficiaries were provided with

general health assessment services. Of these 2,000 patients

in two districts were identified with mental and psychosocial

health problems.

Doctors and Community Mental Health Nurses were also

provided with formal intensive trainings and separate,

specialized on-the-job field training in identifying and

addressing mental health and psychosocial needs based on

the Interagency Standing Committee (IASC) Guidelines on

Mental Health and Psychosocial Support in Emergencies,

in collaboration with the University of Indonesia.

The programme was conceived as a result of the findings of

the mental health assessments during demobilization health

assessment of ex-combatants, and designed from structured

baseline studies on the psychosocial and mental health needs

of communities affected by the past conflict in Aceh.

The programme has not only provided and established

medical, psychosocial and mental health services and training

in conflict-affected communities, but has also embarked on

testing the hypothesis that improving the economic situation

of victims of conflicts suffering from mental health problems

will help to improve their mental health condition. As part

of its psychosocial and mental health activities, IOM

provided livelihood assistance to 200 individuals over a

control group of 600 individuals with similar histories of

conflict exposure and suffering from mental health problems.1

Psychosocial and mental health counselling is also integrated

as a subject in the training curriculum of the IOM’s Indonesian

National Police (INP) Training Programme in Aceh.

The focus of IOM’s police project is on human rights and

community policing. Integrating psychosocial and mental

health counselling into the curriculum equips members of

the INP in Aceh with skills that will enable them to reach out

to their colleagues in the police force and help them to

maintain their psychosocial and mental well-being, in turn

improving the services they can provide in their communities.

1 Concept Paper: “An Empirical Study of the Leveraging Effects of Livelihood Interventions in a Post-Conflict Mental Health Programme,

Aceh, Indonesia, 2008 / Naskah konsep: “Sebuah Studi Empiris Tentang Efek Peningkat Intervensi Mata Pencaharian dalam Program

Kesehatan Mental Pasca-Konflik, Aceh, Indonesia, 2008

kesehatan ibu dan anak di Aceh, IOM saat ini sedang mengembangkan

sebuah program percontohan untuk daerah-daerah lain di

Indonesia. Sebagai anggota tim PBB, IOM terus berpartisipasi dalam

pengembangan sebuah Program Gabungan PBB untuk Bantuan

Bagi Papua dan berharap akan memperluas intervensi kesehatan

ibu dan anak untuk mencakup propinsi tersebut.

Kesehatan Psikososial dan Mental

Selama 2009, IOM bersama-sama dengan Harvard Medical

School (HMS) dan dengan dukungan dari Bank Dunia terus

memberikan layanan psikososial dan kesehatan mental dan

kunjungan ke masyarakat yang terkena dampak konflik di masa

lalu di Aceh. Sejumlah 6.007 penerima bantuan diberikan layanan

pemeriksaan kesehatan umum. Dari jumlah tersebut, 2.000

pasien di dua kabupaten telah diidentifikasi mengidap masalah

kesehatan mental dan psikososial.

Melalui kerjasama dengan Universitas Indonesia, para dokter dan

perawat kesehatan mental masyarakat juga diberikan pelatihan

intensif formal dan pelatihan lapangan khusus yang terpisah di

bidang penanganan dan penanggulangan masalah kesehatan

mental dan kebutuhan psikososial yang didasarkan pada Pedoman

Bantuan Kesehatan Mental dan Psikososial Dalam Situasi Darurat

yang diterbitkan oleh Interagency Standing Committee (IASC).

Program ini diciptakan berdasarkan hasil dari temuan-temuan

dari penelitian kesehatan mental selama pemeriksaan kesehatan

demobilisasi bagi mantan kombatan, dan dirancang berdasarkan

studi ‘baseline’ terstruktur terhadap kebutuhan kesehatan

psikososial dan mental dari komunitas-komunitas yang terimbas

konflik masa lalu di Aceh.

Program ini tidak hanya memberikan dan mendirikan layanan

dan pelatihan medis, psikososial dan mental di komunitas-

komunitas yang terkena imbas konflik, namun juga telah mulai

pengujian hipotesa bahwa memperbaiki situasi ekonomi korban

konflik yang menderita masalah kesehatan mental juga akan

membantu meningkatkan kondisi kesehatan mental mereka.

Sebagai bagian dari kegiatan psikososial dan kesehatan mental

program tersebut, IOM menyediakan bantuan mata pencaharian

kepada 200 individu dari sebuah kelompok kontrol dimana

sebanyak 600 orang memiliki sejarah konflik yang sama dan

mengidap masalah-masalah kesehatan mental.1

Konseling kesehatan psikososial dan mental juga diintegrasikan

sebagai sebuah mata pelajaran dalam kurikulum Program

Pelatihan Kepolisian Republik Indonesia yang diselenggarakan oleh

IOM di Aceh.

Fokus dari proyek polisi IOM ini adalah pada HAM dan perpolisian

masyarakat. Pengintegrasian konseling kesehatan psikososial dan

mental ke dalam kurikulum memberikan keterampilan kepada

para anggota Polri di Aceh yang memungkinkan mereka untuk

membantu rekan mereka di kepolisian dalam rangka menjaga

Page 58: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200946

Two trainings on counselling were conducted for 64

trainers of the Aceh National Police (POLDA NAD) in

2009.

HIV and Population Mobility

In Indonesia, IOM ensures that the link between

population mobility and HIV is appropriately addressed

and integrated in the activities of its programmes.

Interventions are based on a multi-disciplinary rights-

based approach that addresses the specific HIV-related

vulnerabilities of mobile and migrant populations,

including displaced persons and victims of trafficking.

HIV prevention and care components are integrated

in IOM’s community health education and promotion

projects targeting populations displaced by the tsunami

in the Community Health Revitalization Programme,

and conflict-affected communities in the Direct Health

and Psychosocial Assistance Programme in Aceh.

HIV-related health education promotion and treatment

aspects are also integrated in the psychosocial

counselling, medical and referral services for irregular

migrants under the Management and Care of Intercepted

Irregular Migrants Programme, as well as victims of

trafficking assisted through the Return, Recovery and

Reintegration Programme.

For other programmes, HIV awareness is integrated

with gender-based violence in the curriculum for human

rights and community policing taught to the police

through IOM’s INP Training Programme.

IOM ensures that the IOM-provided Immigration

Health Assessment undertaken by migrants and refugees

resettling in countries requiring HIV tests includes

high quality voluntary pre- and post counselling and

confidential HIV testing.

Since 2007 IOM, as a member of the UN Joint Team on

HIV, has worked closely with its UN partners to develop

the UN Joint Programme of Support for HIV in Papua.

In July 2009 IOM launched a 1-year project to establish

a “Court of Women in Trafficking and HIV: From

Vulnerability to Free, Just and Safe Movement” in

Jakarta with partners the United Nations Population

Fund (UNFPA) and the United Nations Development

Programme (UNDP.)

As a result of the campaign, a common advocacy

position has been established to include HIV and

Population Mobility interventions in the National AIDS

Commission Round 9 proposal to the Global Fund to

Fight Aids, Tuberculosis and Malaria (GFATM).

On advocacy and support to policy development, IOM

works with a wide range of international organizations,

kesehatan psikososial dan mental mereka, sehingga meningkatkan

layanan yang dapat mereka berikan kepada komunitas mereka.

Dua pelatihan tentang konseling diselenggarakan bagi 64 pelatih

di Polda NAD selama periode 2009.

HIV dan Mobilitas Penduduk

Di Indonesia, IOM memastikan bahwa keterkaitan antara

mobilitas penduduk dan HIV ditangani dengan baik dan

diintegrasikan ke dalam kegiatan program-programnya. Intervensi

didasarkan pada pendekatan multi-disipliner yang berbasis hak

yang menanggapi kerentanan spesifik yang terkait dengan HIV

yang dialami oleh para penduduk yang berpindah-pindah dan

migran, termasuk pengungsi internal dan korban perdagangan

manusia.

Komponen pencegahan dan perawatan HIV diintegrasikan ke dalam

proyek-proyek pendidikan dan pemajuan kesehatan masyarakat

IOM yang menargetkan penduduk yang harus mengungsi akibat

tsunami di bawah program Revitalisasi Kesehatan Masyarakat,

dan komunitas-komunitas dalam Program Bantuan Langsung

Kesehatan dan Psikososial di Aceh.

Aspek pemajuan pendidikan kesehatan dan penanganan yang terkait

HIV juga diintegrasikan ke dalam layanan konseling psikososial, medis

dan rujukan bagi migran gelap di bawah Program Penanganan dan

Perawatan Migran Gelap Yang Tertangkap, disamping juga korban

perdagangan manusia yang dibantu melalui Program Pemulangan,

Pemulihan dan Reintegrasi.

Untuk program-program lainnya, kesadaran tentang HIV

diintegrasikan dengan kekerasan berbasis gender dalam kurikulum

untuk HAM dan perpolisian masyarakat yang diajarkan kepada

polisi melalui Program Pelatihan Polri yang diselenggarakan IOM.

IOM memastikan bahwa Pemeriksaan Kesehatan Imigrasi yang

disediakan oleh IOM yang dijalani oleh para migran dan pengungsi

yang akan menetap di negara yang mensyaratkan pengujian

HIV mencakup pra- dan pasca-konseling bersifat sukarela yang

berkualitas tinggi dan pengujian HIV secara rahasia.

Sejak 2007 IOM sebagai anggota Tim Gabungan HIV PBB, telah

bekerjasama secara dekat dengan para mitra dari PBB dalam

mengembangkan Program Gabungan Dukungan HIV PBB di Papua.

Pada Juli 2009, IOM meluncurkan sebuah proyek satu tahun untuk

membentuk sebuah “Badan Wanita Korban Perdagangan Manusia

dan HIV: dari Kerentanan Hingga Perpindahan Yang Bebas,

Adil dan Aman” di Jakarta, bersama mitra dari United Nations

Population Fund (UNFPA) dan United Nations Development

Program (UNDP.)

Sebagai hasil dari kampanye tersebut, sebuah posisi advokasi

bersama telah dicanangkan agar mencakup intervensi HIV

dan Mobilitas Penduduk dalam proposal Putaran 9 Komisi

AIDS Nasional ke dalam Dana Global Untuk Memerangi Aids,

Tuberculosis dan Malaria (Global Fund to Fight Aids, Tuberculosis

and Malaria - GFATM).

Page 59: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 47

governmental and non-governmental organizations for

the protection of migrants’ rights and to reduce the HIV

vulnerability of mobile populations.

Emerging and Re-emerging Diseases

For the past few years, the threat of avian and pandemic

influenza has triggered the development of national

strategies and pandemic preparedness plans, as well

as prompting regional dialogue on how to address

emerging and re-emerging diseases, particularly in the

Asia-Pacific region.

As of October 2008, 97% (141/145) of countries

surveyed reported that they had pandemic preparedness

plans, although the quality and comprehensiveness

of the plans varied significantly between countries2.

Some countries have put into practice key points of

the World Health Organization’s (WHO) pandemic

preparedness guidelines, and also adhere to the newly

revised International Health Regulations (IHR, May

2005) that came into force in June 2007, and the Asia

Pacific Strategy for Emerging Diseases (WHO, 2005).

To date, it has been confirmed that Avian influenza

(H5N1) and Influenza A (H1N1) has spread to

24 province of Indonesia, with a total of over 900

confirmed human cases.

Based on the organization’s understanding of migrant

populations, IOM has successfully argued for the

inclusion of migrants and their host communities

within the national and regional planning processes.

In recognizing the specific vulnerability of such

populations, IOM, in partnership with the UN System,

supports migrant access to public health interventions

to protect them against disease.

In Indonesia, IOM has completed a baseline assessment

that determines the level of knowledge, attitudes,

practices and behaviour regarding AHI and pandemic

preparedness in targeted migrants and host communities

of its programmes in Bogor and Mataram, where

irregular migrants are hosted within local communities.

The result of this baseline assessment is expected to

be published in November 2009.

To improve knowledge in communities where migrants

live, IOM has reproduced and distributed posters and

leaflets which have been translated into 4 languages:

Farsi (for Afghan migrants), Tamil (for Sri Lankan

migrants), Arabic (for Iraqi migrants) and Bahasa

Indonesia (for host communities.) These materials were

developed by IOM in collaboration with the National

2 Responses to Avian Influenza and State of Pandemic Readiness- Fourth Global Progress Report 2008 / Tanggapan Terhadap Avian

Influenza dan Keadaan Siap Pandemi - Laporan Perkembangan Global Keempat 2008

Di bidang advokasi dan dukungan terhadap pengembangan

kebijakan, IOM bekerjasama dengan serangkaian organisasi

internasional, organisasi pemerintah dan LSM untuk menciptakan

perlindungan bagi hak-hak migran dan mengurangi kerentanan

terhadap HIV bagi penduduk dengan mobilitas tinggi.

Penyakit yang Muncul dan Muncul Kembali

Selama beberapa tahun belakangan ini, ancaman flu burung

dan pandemi telah memicu pengembangan strategi nasional dan

rencana persiapan terhadap pandemi, disamping juga mendorong

dialog regional mengenai bagaimana cara menanggapi penyakit

yang muncul dan muncul kembali, khusus di kawasan Asia-

Pasifik.

Hingga Oktober 2008, 97% (141/145) negara-negara yang disurvei

melaporkan bahwa mereka memiliki rencana persiapan pandemi,

walau kualitas dan seberapa menyeluruhnya dari rencana-

rencana tersebut berbeda-beda antar negara2.

Beberapa negara telah mempraktekkan hal-hal utama yang

terdapat di dalam panduan persiapan pandemi yang dikeluarkan

Badan Kesehatan Dunia (WHO), dan juga memenuhi Peraturan

Kesehatan Internasional yang baru saja direvisi (International

Health Regulations - IHR, Mei 2005) dan mulai berlaku pada

bulan Juni 2007, serta Strategi Asia Pasifik Untuk Penyakit yang

Baru Timbul (Asia Pacific Strategy for Emerging Diseases - WHO,

2005).

Hingga kini, telah dikonfirmasikan bahwa flu burung (H5N1) dan

Influenza A (H1N1) telah menyebar ke 24 propinsi di Indonesia,

dengan jumlah 900 kasus manusia yang dikonfirmasi.

Berdasarkan pemahamannya tentang populasi migran, IOM

telah berhasil memasukkan migran dan masyarakat yang

menerima mereka ke dalam proses perencanaan nasional

dan regional. Dengan mengakui kerentanan khusus kelompok

penduduk tersebut, IOM, secara kerjasama dengan Sistem PBB,

mendukung akses migran terhadap intervensi kesehatan publik

guna melindungi mereka dari penyakit.

Di Indonesia, IOM telah menyelesaikan sebuah penelitian baseline

yang menentukan tingkat pengetahuan, sikap, praktek dan perilaku

mengenai AHI dan kesiapan pandemi di komunitas migran dan

komunitas penerima tertentu di bawah programnya di Bogor dan

Mataram, dimana para migran gelap ditampung oleh masyarakat

setempat. Hasil dari penelitian tersebut diperkirakan terbit pada

November 2009.

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan di komunitas-

komunitas dimana migran tinggal, IOM telah mencetak ulang dan

mendistribusikan poster dan selebaran yang telah diterjemahkan ke

dalam empat bahasa: Farsi (bagi migran dari Afghanistan), Tamil

(bagi migran dari Sri Lankan), Arab (bagi migran dari Irak) dan

Page 60: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200948

Committee for Avian Influenza and Pandemic Influenza

(KOMNAS FBPI), the Ministry of Health of the

Republic of Indonesia, and the Local District Health

Offices in Bogor and Mataram.

IOM Indonesia continues to expand its awareness

raising and pandemic preparedness activities to the

national level to address the needs of migrant and

host communities with regards of Pandemic Influenza

awareness.

Over the coming year, awareness raising will be

integrated in IOM’s Public Service Announcement

programmes, and pandemic preparedness will focus

on ensuring that migrants and host communities are

ready to cope not only with an Influenza Pandemic

Situation, but with any large scale crisis where systems

may be unable to cope. The programme will include a

Radio Health Talk Show in Bogor and Mataram, and

a local television programme in Bogor.

Counter-trafficking and Health

Indonesia is a country of origin, transit and destination

for trafficked persons. The socio-economic discrepancies

between regions and income differentials with

neighbouring countries such as Malaysia and Singapore

have led many Indonesians to leave their home villages

to seek a better life in big cities and abroad.

Although thousands of Indonesians are believed to be

trafficked abroad, many women, men and children are

trafficked internally for various kinds of exploitation,

including the commercial sex industry and domestic

servitude.

The Government of Indonesia’s 2007 Anti Trafficking

Law (UUPTPPO/No.21/) and subsequent 2008

regulations guarantee the right of all trafficked persons

to medical and psychosocial care. IOM played an

important advocacy role and provided technical support

in drafting the legislation, based on its delivery of services

as of October 2009 to over 3,598 Indonesian victims of

trafficking since 2005.

With IOM support, the Government of Indonesia has

finalized the minimum standards for service provision

to trafficked persons, and is currently developing the

Standard Operating Procedures.

In 2009 IOM continued to operate its one-stop recovery

centre at the Indonesian National Police Hospital in

Jakarta, where comprehensive medical and psychosocial

assistance is provided to trafficked persons. It also

continued to build the capacity of other government

facilities, especially shelters managed by the Department

of Social Affairs, to provide accommodation, food and

psychosocial care.

Bahasa Indonesia (untuk masyarakat penerima). Bahan-bahan

tersebut dikembangkan oleh IOM bersama-sama dengan Komisi

Nasional Flu Burung dan Pandemi Influenza (KOMNAS FBPI),

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, dan Dinas Kesehatan

Kabupaten di Bogor dan Mataram.

IOM Indonesia terus memperluas kegiatan peningkatan

kesadaran dan persiapan pandemi kepada tingkat nasional guna

menjawab kebutuhan para migran dan komunitas penerima

terkait dengan kesadaran akan Pandemi Influenza.

Pada tahun-tahun mendatang, peningkatan kesadaran akan

diintegrasikan ke dalam program Layanan Masyarakat IOM, dan

kesiapan pandemi akan berfokus pada pemastian bahwa migran

dan komunitas penerima siap untuk menghadapi tidak hanya

Situasi Pandemi Influenza, namun juga segala krisis berskala

besar dimana sistem tidak mampu untuk menanggulanginya.

Program ini akan meliputi acara perbincangan kesehatan di

radio di Bogor dan Mataram serta acara televisi lokal di Bogor.

Anti-Perdagangan Manusia dan Kesehatan

Indonesia merupakan negara pengirim, transit dan tujuan bagi

orang-orang korban perdagangan manusia. Kesenjangan sosio-

ekonomi antar daerah dan perbedaan tingkat pendapatan

dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura

telah membuat banyak warga Indonesia meninggalkan kampung

halamannya untuk mencari kehidupan yang lebih baik di kota-

kota besar dan di luar negeri.

Meski ribuan warga Indonesia diperkirakan diperdagangkan di

luar negeri, banyak perempuan, pria dan anak diperdagangkan

secara internal dalam berbagai macam bentuk eksploitasi,

termasuk industri seks komersil dan pekerja rumah tangga.

Undang-undang Tindak Pidana Perdagangan Orang No. 21 tahun

2007 (UUPTPPO) dan peraturan-peraturan yang diterbitkan

pada 2008 menjamin hak dari semua korban perdagangan

manusia untuk mendapatkan perawatan medis dan psikososial.

IOM memainkan sebuah peran advokasi yang penting dan

memberikan dukungan teknis dalam penyusunan perundang-

undangan tersebut, berdasarkan penyampaian layanan yang,

sejak 2005 hingga Oktober 2009, telah membantu lebih dari

3.598 korban perdagangan manusia Indonesian.

Dengan dukungan IOM, pemerintah Indonesia telah

menyelesaikan standar minimum penyediaan layanan bagi

korban perdagangan manusia, dan saat ini mengembangkan

Standar Prosedur Operasional yang terkait

Selama 2009, IOM terus mengelola pusat pemulihan terpadu

di Rumah Sakit Polri di Jakarta, dimana bantuan medis dan

psikososial yang bersifat menyeluruh diberikan bagi orang-orang

yang telah diperdagangkan. IOM juga terus membangun kapasitas

fasilitas-fasilitas lainnya milik pemerintah, khususnya rumah

penampungan (shelter) yang dikelola oleh Departemen Sosial,

guna memberikan akomodasi, makan dan perawatan

psikososial.

Page 61: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 49

Page 62: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200950

Health and Irregular Migrants

In 2009 Indonesia remained a major transit country for

asylum seekers and economic migrants trying to reach

Australia. Migrants often risk perilous sea journeys

aboard ill-equipped and unsuitable vessels crewed by

ruthless smugglers. Those stranded or intercepted in

Indonesia are usually penniless and cannot access health

or social services. The numbers of intercepted irregular

migrants in Indonesia has increased significantly during

the last six months of 2009.

IOM, through a technical cooperation agreement

on migration management with the Government of

Indonesia, has provided mental health and Assisted

Voluntary Return counselling, medical care, food,

shelter and voluntary repatriation assistance to stranded

irregular migrants. Since its inception in December 1999,

IOM’s Management and Care of Intercepted Irregular

Immigrants Project has helped over 5,847 migrants

and continues to provide medical services, including

psychosocial and mental health services.

Migration Health Assessment

Quality assured immigration health assessment, pre-

departure health checks, and travel health assistance

are part of IOM’s traditional services for visa applicants,

refugees and immigrants to Australia, Canada, New

Zealand and the USA.

An immigration health assessment consists of a complete

physical examination, a chest x-ray, and laboratory

tests following the requirements of the migrant’s

country of destination. For migrants or visa applicants

requiring serology testing for HIV and syphilis, IOM

ensures that pre- and post HIV test counselling are

provided.

From October 2008 to September 2009 a total of 377

migrants, refugees and visa applicants underwent their

immigration health assessments with IOM. Of those

examined, 222 were self-paying immigrants and visa

applicants from Indonesia applying for resettlement to

Australia, Canada and New Zealand. Some 155 were

refugees bound for Australia, Canada, New Zealand and

the USA.

Human interest story #1

Midwives Train to Manage Post Partum Survival in AcehCut Yuslinda has been working as a midwife for 18 years

on the West Coast of Aceh, where she was first posted

to Puskesmas Kuala Bhee in 1993 to work on Polindes

Activity policlinic in the sub-district villages.

Kesehatan dan Migran Gelap

Hingga 2009 Indonesia masih merupakan negara transit utama

bagi pencari suaka dan migran ekonomi yang berusaha mencapai

Australia. Migran seringkali menghadapi risiko perjalanan

laut yang berbahaya dengan menggunakan kapal yang tidak

layak pakai yang diawaki oleh penyelundup yang tidak memiliki

rasa kemanusiaan. Mereka yang terdampar atau ditangkap di

Indonesia biasanya tidak memiliki uang dan tidak dapat

mengakses layanan kesehatan atau sosial. Jumlah migran gelap

yang tertangkap di Indonesia telah meningkat tajam selama

enam bulan terakhir pada 2009.

IOM, melalui sebuah kesepakatan kerjasama teknis di bidang

penanganan migrasi dengan Pemerintah Indonesia, telah

memberikan konseling kesehatan mental pemulangan sukarela

yang dibantu, perawatan medis, makanan, penampungan dan

bantuan repatriasi sukarela kepada migran gelap yang terdampar.

Sejak didirikan pada Desember 1999, Proyek Penanganan dan

Perawatan Imigran Gelap yang Ditangkap telah membantu lebih

dari 5.847 migran dan terus memberikan layanan medis, termasuk

layanan kesehatan psikososial dan mental.

Pemeriksaan Kesehatan Migrasi

Pemeriksaan kesehatan berdasarkan standar imigrasi,

pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan dan bantuan

perjalanan kesehatan adalah bagian dari pelayanan-pelayanan

IOM yang sudah ada sejak lama bagi para pemohon visa,

pengungsi dan imigran yang menuju Australia, Canada,

Selandia Baru dan Amerika Serikat.

Sebuah pemeriksaan kesehatan imigrasi terdiri dari

pemeriksaan fisik lengkap, Ronsen dada, dan pengujian

laboratorium sesuai dengan persyaratan negara yang dituju

oleh migran yang bersangkutan. Bagi migran atau pemohon visa

yang membutuhkan pengujian serologi untuk HIV dan syphilis,

IOM memastikan bahwa konseling pra- dan pasca-uji HIV

diberikan.

Sejak Oktober 2008 hingga September 2009, sejumlah 377 migran,

pengungsi dan pemohon visa menjalani pemeriksaan kesehatan

imigrasi pada IOM. Dari yang diperiksa, 222 adalah imigran atas

biaya sendiri dan pemohon visa dari Indonesia yang meminta

ditempatkan di Australia, Kanada dan Selandia Baru. Sekitar

155 orang adalah pengungsi yang menuju Australia, Kanada,

Selandia Baru dan Amerika Serikat.

Cerita kemanusiaan #1

Pelatihan Bidan untuk Menangani Keselamatan Post Partum di AcehCut Yuslinda telah bekerja sebagai bidan selama 18 tahun di pesisir

barat Aceh, dimana dia pertama kali ditugaskan di Puskesmas

Kuala Bhee di tahun 1993 untuk mendirikan Polindes (poliklinik

desa) di desa-desa kecamatan.

Page 63: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 51

She remembers that in her first years as a midwife it

was common to stop conducting neonatal visits the

first week after a birth. Sometimes, if there were

complications with the mother or the newborn, if the

baby had a cough, fever or diarrhea, families would

request that the midwife return. But if families did not

make specific requests, visits were rare after the first

week.

Back then, the midwives in Cut Yuslinda’s Puskesmas

had limited knowledge about the post partum period.

There were no specific forms or reporting procedures

regarding home visits, and the midwives did not posses

the knowledge or skills needed to identify danger signs

and perform procedures.

Counselling mothers on correct breast-feeding practices

and on how to care for their babies were not high

priorities for Cut Yuslinda and her colleagues.

The training most midwives received required them

to perform a basic visual check-up to see that the baby

and mother ‘looked’ well. Midwives never received any

specific guidance on how to conduct examinations

to check the eyes, mouth, umbilical cord and skin for

infection, or on how to take the baby’s weight. As a

result, home visits were based on the assumption that

if the baby and mother looked well, then everything was

OK.

Then Cut Yuslinda attended the IOM training of

trainers on Post Partum Survival, where for the first time

the midwives were shown how to examine newborn

babies and how to follow clinical procedures, from

weighing newborns to administrating immunizations.

The midwives learnt about immunizations, umbilical

cord care, the classification of certain infections and

diseases common to newborns, breastfeeding, and

counselling for mothers.

Cut Yuslinda sees a new confidence in the midwives

conducting home visits and counselling mothers on

correct breast feeding after the training, saying mothers

have benefited from the counselling and practical

demonstrations her colleagues are now able to provide.

“With the skills we’ve acquired through the IOM

training, trained midwives are now able to counsel family

members regarding neonatal care and immunization,

and clarify certain fears and misunderstandings about

children receiving immunizations,” she smiles.

Cut Yuslinda is now a Midwife Coordinator in

Puskesmas Meureubo, and a clinical trainer in post

partum survival. She regularly supervises the Home

Visits Programme, coaches the midwives receiving Post

Partum Survival Training, and is active in conducting

supervision, monitoring and evaluation of the home

visits in her district.

Ia ingat bahwa pada tahun pertamanya sebagai bidan, adalah

lazim untuk berhenti melakukan kunjungan neonatal seminggu

setelah persalinan. Terkadang, jika terdapat komplikasi pada

ibu atau bayi, jika bayi batuk, demam atau diare, keluarganya

akan meminta bidan untuk kembali. Namun jika keluarga tidak

membuat permintaan khusus, kunjungan jarang dilakukan setelah

minggu pertama.

Pada waktu itu, bidan di puskesmas dimana Cut Yuslinda bekerja

memiliki pengetahuan terbatas mengenai masa post partum

(pasca persalinan). Tidak ada formulir khusus ataupun prosedur

pelaporan untuk kunjungan rumah. Pada saat yang bersamaan

para bidan tidak memiliki pengetahuan maupun keterampilan

yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi tanda-tanda bahaya dan

melaksanakan prosedur.

Dahulu, memberikan bimbingan kepada para ibu tentang

pemberian ASI secara benar dan bagaimana merawat bayi mereka

bukan merupakan prioritas utama bagi Cut Yuslinda dan rekan-

rekannya.

Pelatihan yang diperoleh oleh sebagian besar bidan mengharuskan

mereka untuk melakukan pemeriksaan visual mendasar untuk

melihat apakah bayi dan ibu ‘terlihat’ sehat. Selama ini bidan

tidak pernah menerima panduan spesifik mengenai cara

melakukan pemeriksaan untuk memeriksa mata, mulut, tali

pusar dan kulit untuk tanda-tanda infeksi, atau bagaimana cara

menimbang bayi. Akibatnya, kunjungan ke rumah didasarkan

pada asumsi bahwa jika bayi dan ibu terlihat sehat, maka

semuanya baik-baik saja.

Kemudian Cut Yuslinda mengikuti pelatihan untuk pelatih

yang diselenggarakan IOM tentang Keselamatan Post Partum,

dimana untuk pertama kalinya para bidan diberitahu cara

untuk memeriksa bayi yang baru lahir dan bagaimana mengikuti

prosedur klinis, dari menimbang bayi hingga memberi imunisasi.

Para bidan tersebut belajar mengenai imunisasi, perawatan tali

pusar, klasifikasi infeksi tertentu dan penyakit-penyakit yang

umum diderita bayi yang baru lahir, pemberian ASI, dan bimbingan

bagi para ibu.

Cut Yuslinda melihat adanya rasa percaya diri baru diantara

para bidan yang melakukan kunjungan rumah dan memberikan

bimbingan kepada ibu mengenai pemberian ASI secara benar

setelah mendapat pelatihan tersebut, dan mengatakan bahwa

para ibu telah memperoleh manfaat dari bimbingan yang

diberikan dan peragaan praktis yang sekarang dapat diberikan

oleh rekan-rekannya, ketika ada ibu yang mengalami kesulitan

memberi ASI kepada bayinya.

“Dengan keterampilan yang telah kami peroleh melalui pelatihan

IOM, para bidan yang telah dilatih sekarang dapat memberi

bimbingan kepada anggota keluarga mengenai perawatan

neonatal dan imunisasi, dan menjelaskan berbagai kekhawatiran

dan kesalahpahaman tentang anak yang mendapatkan imunisasi,”

katanya.

Cut Yuslinda sekarang adalah Bidan Koordinator di Puskesmas

Meureubo, dan adalah pelatih klinis mengenai keselamatan

Page 64: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200952

Cut Yuslinda hopes that midwives continue to work to

improve health care through Puskesmas-based refresher

trainings, and that immunizations and breastfeeding

will increase among mothers as a result of their

interactions with well-trained midwives.

Human interest story #2

Nazliana’s StoryNazliana is a mother of four living in Langkak village

in Nagan Raya District, where she gave birth to all her

children at home with the help of a local community

midwife.

Unfortunately, not all of Nazliana’s babies survived

home birth: her first baby experienced birth

complications, and even though the midwife attempted

to resuscitate her child, the baby died of causes

attributed to asphyxia.

The three other babies’ births were free of complications.

“The services provided by the community midwives

are good,” says Nazliana. “Once in a while, midwives

from the Puskesmas come to assist the midwives in the

delivery of ante-natal care through the Posyandu

monthly village outreach activities as well.”

Nazliana says that when she attended the Posyandu

with other pregnant woman they received counselling

and talks about ante natal care, immunization, iron

tablets, and additional nutrition.

When asked where women can go when there is a

problem or complication with their newborn baby,

Nazliana says that mothers generally go to Posyandu

or the community midwife’s house, and if there are

complications, the community midwife may then

refer them to an Obstetric Gynaecologist for further

examination.

Nazliana’s second baby, Syarifah Anggianur, was born

on April 8, 2009 and weighed 3 kilos. It was a normal

delivery attended by a community midwife, without

any complications.

Ten days after birth, red spots began to show across

Syarifah’s body, which Nazliana tried to cure using

a traditional method involving the application of

baking powder. The symptoms persisted. On the third

neonatal visit, the community midwife gave the

Nazliana an ointment for the spots, which healed the

condition in a week.

Since the birth, Nazliana has been regularly

breastfeeding, as advised by the community midwife.

Baby Syarifah reached the healthy weight of 4 kilos

after two and a half weeks.

post-partum. Ia secara berkala mengawasi Program Kunjungan

Rumah, melatih bidan yang memperoleh Pelatihan Keselamatan

Post Partum, dan aktif dalam melaksanakan pengawasan,

pemantauan dan evaluasi kunjungan rumah di kabupatennya.

Cut Yuslinda berharap para bidan akan terus meningkatkan

pelayanan kesehatan melalui pelatihan penyegaran di Puskesmas,

dan bahwa imunisasi dan pemberian ASI akan meningkat

diantara para ibu sebagai hasil dari interaksi mereka dengan

bidan-bidan yang telah terlatih dengan baik.

Cerita kemanusiaan #2

Kisah Nazliana Nazliana adalah ibu dari empat anak yang tinggal di desa

Langkak di Kabupaten Nagan Raya, dimana ia telah melahirkan

semua anaknya di rumah dengan bantuan seorang bidan desa.

Sayangnya, tidak semua bayi Nazliana selamat: bayi pertamanya

menderita komplikasi persalinan, dan walau bidan berusaha

untuk meresusitasi anak tersebut, bayinya meninggal disebabkan

oleh asphyxia.

Tiga kelahiran bayi lainnya bebas dari komplikasi. “Layanan yang

diberikan oleh bidan desa baik,” kata Nazliana. “Sekali waktu,

bidan dari Puskesmas datang untuk membantu bidan dalam

pemberian perawatan ante-natal melalui kegiatan kunjungan

desa bulanan di Posyandu.”

Nazliana menjelaskan bahwa ia datang ke Posyandu dengan

ibu-ibu lainnya dimana mereka mendapatkan bimbingan dan

informasi mengenai perawatan ante-natal, imunisasi, pil zat besi,

dan gizi tambahan.

Ketika ditanya ke mana ibu-ibu dapat berkunjung ketika terjadi

masalah atau komplikasi pada bayi mereka yang baru lahir,

Nazliana berkata bahwa para ibu umumnya ke Posyandu atau

rumah bidan desa, dan jika terdapat komplikasi, bidan desa dapat

merujuknya ke seorang spesialis Obstetric Gynaecologist untuk

pemeriksaan lebih lanjut..

Bayi kedua Nazliana, Syarifah Anggianur, lahir pada 18 April,

2009 dengan berat tiga kilo. Persalinannya normal dengan dibantu

oleh seorang bidan desa, tanpa adanya komplikasi.

Sepuluh hari setelah lahir, bintik-bintik merah mulai tampak

di seluruh badan Syarifah, yang berusaha diobati oleh Nazliana

dengan menggunakan cara tradisional yaitu pemakaian tepung

masak. Gejala tidak kunjung hilang. Pada kunjungan neo-natal

ketiga, bidan desa memberikan obat salep, dan kondisi tersebut

sembuh dalam waktu seminggu.

Sejak kelahiran tersebut, Nazliana secara teratur memberi

ASI, sebagaimana yang dinasehatkan oleh bidan desa. Syarifah

mencapai berat badan sehat yakni empat kilo setelah dua

setengah minggu.

Page 65: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 53

By the numbers Berdasarkan angka as of September 2009 / hingga September 2008

IOM Harvard Medical School Programme, Aceh Program IOM Harvard Medical School, Aceh

5 Districts in Aceh covered by IOM and HMS health programmes / Kabupaten di Aceh dicakup oleh program kesehatan IOM dan HMS

47 Sub-Districts in Aceh covered by IOM and HMS health programmes /Kecamatan di Aceh dicakup oleh program kesehatan IOM dan HMS

107 Midwife clinical educators trained in childbirth emergencies /Pelatih klinis bidan yang dilatih di bidang pertolongan persalinan darurat

653 Village midwives trained in childbirth emergencies in Aceh Barat, Nagan Raya and Aceh Jaya /Bidan desa dilatih tentang persalinan darurat di Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Jaya

5,992 Conflict-affected people received direct health assistance /Korban konflik menerima bantuan kesehatan

1,530 Mentally ill patients received treatment and follow-up /Pasien penyakit jiwa menerima perawatan dan perawatan lanjutan

48 Midwives trained as clinical educators for 661 village midwives in 17 sub-districts of Bireuen /Bidan dilatih sebagai pelatih klinis bagi 661 bidan desa di 17 kecamatan di Bireuen

270 Community mental health nurses and village volunteers trained in counselling and early detection of mental illness /Perawat kesehatan mental masyarakat dan relawan yang dilatih tentang konseling dan deteksi dini penyakit kejiwaan

598 Midwives evaluated on their skills and knowledge by using the “Observed Structured Clinical Exam” /Bidan dievaluasi keterampilan dan pengetahuannya dengan menggunakan “Observed Structured Clinical Exam”

357 Village midwives given additional training on post partum survival training focusing on mothers and neonates under 2 months old /Bidan desa diberikan pelatihan tambahan tentang keselamatan pasca-persalinan yang berfokus pada ibu dan bayi di bawah 2 bulan

1 October 2008 - 30 September 2009 / 1 Oktober 2008 - 30 September 2009

Migration Health Assessments and Irregular Migrants Programme, IndonesiaProgram Pemeriksaan Kesehatan Migrasi dan Migran Gelap, Indonesia

377

Immigrants and refugees underwent immigration health assessment through the IOM clinic /Imigran dan pengungsi yang menjalani pemeriksaan kesehatan migrasi melalui klinik IOM

5,657 Irregular migrants received direct health and psychosocial assistance from IOM /Irregular migrants received direct health and psychosocial assistance from IOM

8,789 Total number of health consultations provided to irregular migrants under the care of IOM (7,088 males and 1,701 females) /Jumlah total konsultasi medis yang diberikan kepada para migran gelap yang diurus IOM (7.088 pria dan 1.701 perempuan)

1,764 Irregular migrants with health problems referred for hospital management and care /Migran gelap dengan masalah kesehatan yang dirujuk ke rumah sakit

656 Pre-departure health checks conducted for Assisted Voluntary Return, resettlement to the third countries and irregular migrants

transferred within Indonesia /Pemeriksaan kesehatan pra-keberangkatan yang dilaksanakan dalam rangka Pemulangan Sukarela yang Dibantu (Assisted Voluntary Return), penempatan di negara ketiga dan para migran gelap yang dipindahkan di dalam Indonesia

Page 66: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

Migration and DevelopmentMigrasi dan Pembangunan

Page 67: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang
Page 68: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200956

RemittancesRemitensi

Remittances are a key source of income for countries

around the world – especially for those like Indonesia,

which sends hundreds of thousands of workers abroad

each year.

Overseas employment has become a key livelihood

option for many Indonesian workers. Poverty and

limited employment opportunities at home continue

to trigger outward migration, with many Indonesians

viewing migration as an opportunity to access higher

wages and a better standard of living.

Remittances represent tangible contributions that

migrants make to their families, communities and the

development of their home countries. According to

Bank Indonesia, Indonesia received USD 6.6 billion

in remittances in 2008. Remittances represent a

significant proportion of all foreign direct investment in

the country, supplying an important source of foreign

exchange.

Improving Knowledge of Remittance Corridors and Enhancing Development through Inter-Regional Dialogue and Pilot Projects in Southeast Asia and Europe – Special Focus on the Philippines and Indonesia

In order to better understand key remittance corridors

to Indonesia, IOM Indonesia, in coordination with IOM

Philippines, launched a project in 2008 that focused on

data collection on the Italy-Philippines, Netherlands-

Indonesia, Malaysia-Indonesia and Malaysia-Philippines

remittance corridors, policy dialogues and pilot project

implementation.

The IOM project, which is funded by the European

Commission under its AENEAS programme, brings

together regional key actors in development and

migration, including representatives from the Indonesian

government, civil society organisations and the banking

sector, in order to deepen regional understanding of the

Remitensi merupakan sumber pendapatan utama bagi berbagai

negara di dunia – khususnya bagi negara seperti Indonesia,

yang mengirimkan ratusan ribu pekerja ke luar negeri setiap

tahunnya.

Bekerja di luar negeri telah menjadi sebuah pilihan mata

pencaharian utama bagi banyak tenaga kerja Indonesia.

kemiskinan dan terbatasnya lapangan kerja di dalam negeri

terus memicu migrasi ke luar negeri, dimana banyak warga

Indonesia memandang migrasi sebagai peluang untuk

mendapatkan gaji yang lebih tinggi dan standar kehidupan yang

lebih baik.

Remitensi merupakan kontribusi nyata yang diberikan para

migran ke keluarga, masyarakat dan pembangunan di negara

asal mereka. Menurut Bank Indonesia, Indonesia menerima

ASD 6,6 milyar dalam bentuk remitensi pada 2008. Remitensi

mewakili porsi yang besar dari semua investasi luar negeri

langsung di Indonesia, dan memberikan sumber devisa yang

penting.

Meningkatkan Pengetahuan tentang Koridor Remitensi dan Meningkatkan Pembangunan melalui Dialog Inter-Regional dan Proyek Percontohan di Asia Tenggara dan Eropa – Fokus Khusus pada Filipina dan Indonesia

Untuk lebih memahami koridor-koridor remitensi utama ke

Indonesia, IOM Indonesia, berkoordinasi dengan IOM Filipina,

meluncurkan sebuah proyek pada 2008 yang berfokus pada

pengumpulan data tentang koridor remitensi Itali - Filipina,

Belanda-Indonesia, Malaysia-Indonesia dan Malaysia - Filipina,

dialog kebijakan dan pelaksanaan proyek percontohan.

Proyek IOM, yang didanai oleh Komisi Eropa di bawah program

AENEAS tersebut, mempertemukan para pelaku utama

pembangunan dan migrasi di kawasan ini, termasuk para

perwakilan dari pemerintah Indonesia, organisasi masyarakat

sipil dan sektor perbankan, dalam rangka mendalami

pemahaman regional tentang peran-peran kompleks yang

Page 69: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 57

complex roles played by remittance corridors in development.

The project is being implemented in three phases.

• Phase One Indonesia: Research on remittance

corridors between the Netherlands and Indonesia, and

Malaysia and Indonesia (November 2008-April 2009).

• Phase Two Indonesia: IOM hosts Inter-regional

Policy Dialogue: Harnessing the Development Potential

of Indonesian Migrant Workers’ Remittances (Malaysia-

Indonesia Corridor and Netherlands-Indonesia

Corridor as case points), 6-7 May 2009, Jakarta.

In May 2009 IOM hosted a two-day regional policy

dialogue on remittances and development in Jakarta,

which acted as a forum for government, civil society,

financial institutions, academic researchers and

diaspora organisations to foster linkages between

migrants’ remittances and development. The full

text of the report and accompanying annexes is

available for download on the IOM Indonesia website

(www.iom.or.id)

• Phase Three Indonesia: Pilot Projects (July 2009

- January 2010). In the final phase of the project,

pilot projects are being implemented based on the

findings of the first two phases of the project, the

research, and the Policy Dialogue.

One of the key issues that emerged from the earlier

phases of the project was the low level of financial

literacy among migrants and their family members,

and their consequent lack of knowledge of the

importance of financial planning.

To combat this lack of financial literacy, IOM has

developed a training module in close collaboration

with MICRA and the TIFA Foundation on Financial

Literacy for migrants. IOM has also piloted training

of trainers in financial literacy and safe migration in

Nusa Tenggara Barat, and selected trained trainers to

conduct trainings for former migrant workers and

digerakkan oleh koridor-koridor remitensi pada pembangunan.

Proyek ini diimplementasikan dalam tiga fase.

• Fase Satu Indonesia: Riset tentang koridor-koridor remitensi

antara Belanda dan Indonesia dan Malaysia dan Indonesia

(Nopember 2008-April 2009).

• Fase Dua Indonesia: IOM menyelenggarakan Dialog Kebijakan

Inter-Regional: Memanfaatkan Potensi Pembangunan dari

Remitensi Tenaga Kerja Migran Indonesia (Koridor Malaysia-

Indonesia dan Belanda-Indonesia sebagai studi kasus), 6-7 Mei

2009, Jakarta.

Pada Mei 2009 IOM menyelenggarakan sebuah dialog

kebijakan regional mengenai remitensi dan perkembangan

selama dua hari di Jakarta, yang berfungsi sebagai suatu

forum bagi pemerintah, masyarakat sipil, lembaga-lembaga

keuangan, para periset akademis dan organisasi diaspora

untuk meningkatkan hubungan antara remitensi migran

dan pembangunan. Naskah lengkap laporan dan lampiran-

lampiran yang menyertainya dapat diunduh di situs web IOM

Indonesia (www.iom.or.id).

• Fase Tiga Indonesia: Proyek-proyek Percontohan (Juli 2009

- Januari 2010.) Pada fase terakhir proyek ini, proyek-proyek

percontohan dilaksanakan dengan didasarkan pada temuan-

temuan dari kedua fase pertama proyek, riset, serta Dialog

Kebijakan.

Salah satu permasalahan pertama yang timbul pada fase awal

proyek adalah rendahnya tingkatan pengetahuan keuangan

diantara para migran dan keluarga mereka, serta kurangnya

pengetahuan mereka mengenai pentingnya perencanaan

keuangan.

Untuk menanggulangi keterbatasan pengetahuan keuangan

ini, IOM telah mengembangkan sebuah modul pelatihan

melalui kerjasama dengan MICRA dan Yayasan TIFA

tentang Pengetahuan Keuangan bagi migran. IOM juga telah

memprakarsai pelatihan pelatih di bidang pengetahuan

keuangan dan migrasi yang aman di Nusa Tenggara Barat,

serta pelatih terlatih yang telah dipilih untuk menyampaikan

Page 70: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200958

Page 71: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 59

their family members. These activities were

accompanied by the dissemination of brochures and

posters in Nusa Tenggara Barat on financial literacy

and safe migration.

In order to deepen the involvement of the Indonesian

diaspora in the Netherlands, IOM facilitated a

workshop for Indonesian organizations in the

Netherlands from 7-8 November 2009 to establish

an Indonesian diaspora platform and to foster

cooperation between the Indonesian diaspora and

development organizations in Indonesia.

Human interest story

Partnership With Migrant Overseas Placement AgencyIOM has been working in close cooperation with

the government agency responsible for facilitating

migrant placements overseas and protecting migrants

throughout the migration process – the National Board

for Placement and Protection of Migrant Workers

(BNP2TKI). The collaboration is through IOM’s

regional project “Improving Knowledge of Remittance

Corridors and Enhancing Development through Inter-

regional Dialogue and Pilot Projects in Southeast Asia

and Europe (with special focus on the Philippines and

Indonesia)”.

Ms. Lisna Yuliani Poeloengan, Director of Empowerment

at BNP2TKI, says that IOM’s project has contributed

to increased cooperation between IOM and BNP2TKI.

“IOM’s support for BNP2TKI’s programmes in financial

education and safe migration has been important,” says

Ms Poeloengan. “This project has strengthened the

agency’s capacity to protect migrants.”

BNP2TKI is an important focal point for all agencies

and organizations working on migration and

development initiatives in Indonesia. For IOM’s pilot

projects in Nusa Tenggara Barat, the close relationship

between BNP2TKI and IOM ensured that the pilot

projects on financial literacy also benefited from the

participation of NGOs carrying out similar programmes

in the area, including the TIFA Foundation.

Ms. Poeloengan emphasizes the numerous challenges

that lie ahead. “These projects bring tangible change

to people’s lives. Capacity building for both BNP2TKI

and local government offices is essential, as is improved

policymaking: it is important that more funds are

made available for migration initiatives,” she says.

pelatihan bagi para mantan pekerja migran dan para anggota

keluarganya. Kegiatan-kegiatan ini disertai dengan penyebaran

brosur dan poster tentang pengetahuan keuangan dan migrasi

yang aman.

Guna memperdalam keterlibatan diaspora Indonesia di

Belanda, IOM memfasilitasi sebuah lokakarya bagi organisasi-

organisasi Indonesia di Belanda dari 7 hingga 8 November

2009 untuk membentuk sebuah landasan diaspora Indonesia

dan untuk membina kerjasama antara diaspora Indonesia

dan organisasi-organisasi pembangunan di Indonesia.

Cerita kemanusiaan

Kemitraan dengan Agen Penempatan Tenaga Kerja Migran di Luar Negeri IOM telah bekerjasama secara dekat dengan badan pemerintahan

yakni Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga

Kerja Indonesia (BNP2TKI), yang bertanggung jawab memfasilitasi

penempatan migran di luar negeri dan melindungi migran

selama proses migrasi. Kerjasama ini direalisasikan melalui

proyek-proyek regional IOM: “Meningkatkan Pengetahuan Tentang

Koridor-koridor Remitensi dan Meningkatkan Pembangunan

melalui Dialog Inter-Regional dan Proyek-proyek Percontohan

di Asia Tenggara dan Eropa (dengan fokus khusus pada Filipina

dan Indonesia)”.

Ibu Lisna Yuliani Poeloengan, Direktur Pemberdayaan pada

BNP2TKI, mengatakan bahwa proyek IOM telah memberi

kontribusi pada peningkatan kerjasama antara IOM dan

BNP2TKI. “Dukungan IOM terhadap program-program BNP2TKI

di bidang pendidikan keuangan dan migrasi yang aman telah

memainkan peranan penting,” kata Ibu Poeloengan. “Proyek ini

telah memperkuat kapasitas agen untuk melindungi para migran.”

BNP2TKI merupakan titik penghubung yang penting bagi semua

instansi dan organisasi yang terlibat di bidang inisiatif migrasi

dan pembangunan di Indonesia. Bagi proyek-proyek percontohan

IOM di Nusa Tenggara Barat, hubungan yang erat antara

BNP2TKI dan IOM memastikan bahwa proyek-proyek percontohan

di bidang pengetahuan keuangan tersebut juga mendapat

manfaat dari partisipasi para LSM yang melaksanakan program-

program yang serupa di bidang tersebut, termasuk Yayasan TIFA.

Ibu Poeloengan menekankan berbagai tantangan yang ada di

masa mendatang. “Proyek-proyek ini membawa perubahan

yang nyata pada kehidupan orang. Penguatan kapasitas bagi

BNP2TKI serta dinas-dinas di daerah adalah penting, demikian

juga penyempurnaan pembuatan kebijakan: adalah penting agar

pendanaan yang lebih besar disediakan untuk inisiatif-inisiatif

migrasi,” ujar beliau.

Page 72: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

Regulating MigrationPengaturan Migrasi

Page 73: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang
Page 74: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200962

Return Assistance for Migrants and GovernmentsBantuan Pemulangan bagi Migran dan Pemerintah

Page 75: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 63

Page 76: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200964

Irregular MigrationMigrasi Gelap

Background

The Management and Care of Irregular Immigrants

Project (MCIIP) commenced in 2007 and will be

completed by the end of 2009. MCIIP seeks to enhance

the Indonesian Directorate General of Immigration

(Immigration)’s capacity to care and manage irregular

immigrants in Indonesia through the development of

standard operating procedures incorporating: human

rights instruments; the enhancement of Immigration’s

returns function; and the renovation and refurbishment

of two detention facilities. Combined, these three project

components will ensure that irregular immigrants

detained in Indonesia will be provided with a standard

of care that complies with international standards.

The MCIIP team operates in two locations: embedded

within Immigration, providing advice directly to the

Director of Law Enforcement and Investigation; and in

Tanjung Pinang, Bintan Island.

Refurbishment and Renovation

To ensure that irregular immigrants are provided with

appropriate care, it is essential that detention facilities

are maintained well. Indonesian detention centres have

been in a state of disrepair for many years, because

Immigration has had insufficient funds to provide

regular maintenance and do repairs. Immigration and

IOM have cooperated closely on the refurbishment and

renovation works.

Standard Operating Procedures

Immigration has worked closely with IOM to identify

the procedural needs of staff in detention facilities

and to collaborate on the development of a standard

operating procedural (SOP) manual for use in all

detention houses, detention rooms and border

checkpoints.

Latar Belakang

Proyek Penanganan dan Perawatan Imigran Gelap (Management

and Care of Irregular Immigrants Project - MCIIP) diluncurkan

pada 2007 dan akan selesai pada akhir tahun 2009. MCIIP

bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Direktorat Jenderal

Imigrasi Republik Indonesia (Imigrasi) untuk merawat dan

mengatur imigran gelap di Indonesia melalui pengembangan

prosedur operasional standar yang mencakup: instrumen hak

azazi manusia (HAM); peningkatan fungsi pemulangan Imigrasi;

dan renovasi dan perbaikan dua fasilitas detensi. Jika

digabungkan, ketiga komponen proyek ini akan menjamin

bahwa para imigran gelap yang berada dalam detensi di

Indonesia akan diberikan perawatan standar yang sesuai

dengan standar internasional.

Tim MCIIP bekerja di dua lokasi: dari dalam Imigrasi,

memberikan nasehat langsung kepada Direktur Penegakan

Hukum dan Penyelidikan; dan di Tanjung Pinang, Pulau

Bintan.

Melengkapi dan Renovasi

Adalah penting menjaga fasilitas-fasilitas detensi dirawat dengan

baik demi kepastian diberikannya perawatan yang memadai

bagi para imigran gelap. Pusat-pusat detensi di Indonesia

berada dalam kondisi yang buruk selama bertahun-tahun,

karena Imigrasi mengalami kekurangan dana untuk melakukan

perawatan secara berkala dan melakukan perbaikan. Imigrasi

dan IOM telah bekerjasama secara erat dalam melengkapi

dan merenovasi fasilitas-fasilitas tersebut.

Prosedur Operasional Standar

Imigrasi telah bekerjasama secara erat dengan IOM guna

mengidentifikasi kebutuhan prosedural para staf di fasilitas

detensi dan untuk bekerjasama dalam pengembangan sebuah

panduan prosedur standar operasional (standard operating

procedure - SOP) untuk digunakan di berbagai rumah detensi,

ruang detensi dan tempat pemeriksaan imigrasi.

Page 77: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 65

The SOPs provide guidance on the care of all detainees

in relation to food, healthcare, communication,

grievances and other aspects of daily life in a detention

facility. The SOPs also provide for the needs of special

groups including individuals with a disability and

unaccompanied minors.

IOM developed a training package for the SOPs and

conducted a Training of Trainers followed by a national

training programme in Jakarta, Makassar, Batam and

Bali. The national training programme was conducted

by Immigration trainers, with the support of the IOM

MCIIP team.

The SOPs training introduced participants to

international human rights instruments and their

application in a detention environment. Over a three-

day training course, Immigration Officers learnt how

the SOPs related to international standards and how

they would assist in the care of detainees.

The SOPs will be formally adopted by Immigration in

the form of directives and manuals made available to

all detention facilities. The directives on the SOPs will

form part of the series of directives and regulations

issued by the Directorate General, and as such will be

included in the Immigration Academy’s programme

of study.

Regional Cooperation Agreement (RCA)

IOM works closely with the Indonesian and Australian

authorities to support their efforts to regulate the

movement of irregular migrants through Indonesia.

Refugees, asylum seekers and failed asylum seekers

are referred to IOM by Immigration or by UNHCR.

They receive basic accommodation, medical care,

allowances for food, and counselling from IOM field

staff.

SOP tersebut memberikan panduan mengenai perawatan

detainee terkait dengan masalah makanan, perawatan

kesehatan, komunikasi, keluhan dan aspek lainnya dalam

kesehari-harian sebuah fasilitas detensi. SOP tersebut juga

memenuhi kebutuhan kelompok-kelompok khusus, termasuk

individu dengan cacat fisik serta anak di bawah umur yang

tidak memiliki pendamping.

IOM mengembangkan sebuah paket pelatihan untuk SOP

dan menyelenggarakan sebuah Pelatihan untuk Para Pelatih

(ToT) yang diikuti oleh program pelatihan nasional di Jakarta,

Makassar, Batam dan Bali. Program pelatihan nasional tersebut

dilaksanakan oleh para pelatih Imigrasi, dengan dukungan dari

tim MCIIP IOM.

Pelatihan SOP memperkenalkan peserta pada instrumen-

instrumen internasional HAM dan penerapannya dalam

lingkungan detensi. Selama masa pelatihan berjangka waktu tiga

hari tersebut, para petugas Imigrasi belajar mengenai bagaimana

SOP terkait dengan standar internasional dan bagaimana

mereka dapat membantu dalam perawatan para detainees.

SOP tersebut akan secara resmi diberlakukan oleh Imigrasi

dalam bentuk instruksi dan pedoman yang diterbitkan untuk

semua fasilitas detensi. Instruksi tentang SOP tersebut akan

menjadi bagian dari serangkaian instruksi dan peraturan

yang dikeluarkan oleh Ditjen, dan dengan demikian akan

dimasukkan ke dalam kurikulum program Akademi Imigrasi.

Perjanjian Kerjasama Regional (Regional Cooperation Agreement - RCA)

IOM bekerjasama secara erat dengan pihak berwenang dari

Indonesia dan Australia guna mendukung upaya mereka untuk

mengatur lalu lintas migran gelap melalui Indonesia.

Para pengungsi, pencari suaka dan pencari suaka yang ditolak

dirujuk ke IOM oleh Imigrasi ataupun UNHCR. Mereka

menerima akomodasi dasar, perawatan medis, uang saku

untuk makanan, dan konseling dari staf lapangan IOM.

Page 78: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200966

Page 79: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 67

Reinforcing Management of Irregular Migration (RMIM)

The “Reinforcing Management of Irregular Migration

in Indonesia through the Setting Up of a Network

of Monitoring and Coordination Offices” project is

implemented by IOM, in collaboration with Immigration

(DITJENIM) at the Ministry of Legal and Human Rights

Affairs, and the Indonesian National Police (MABES

POLRI), with the support of the Australia’s Department

of Immigration and Citizenship (DIAC).

Under the RMIM, IOM maintains a network of offices

throughout Indonesia to enhance assistance currently

provided under the RCA.

IOM informs migrants of their rights in claiming

asylum and refers those who wish to submit such

requests to UNHCR. IOM continues to provide care

and maintenance services while migrants are being

considered by UNHCR for refugee status. IOM also

facilitates assisted voluntary returns should the migrants

opt to return home.

IOM is working to address existing gaps and strengthen

coordination between immigration, police and local

government officials by providing training and through

awareness-raising activities.

The overall objective of the project has been to contribute

to the regional efforts of Indonesia and Australia to focus

on irregular migration, while at the same time ensuring

the decent treatment of stranded migrants.

One of its specific aims is to monitor migration flows

and provide timely and efficient management of

intercepted irregular migrants. This is being achieved

by establishing effective coordination mechanisms

between responsible law enforcement agencies at the

local level through regular targeted training sessions.

Penguatan Penanganan Migrasi Gelap (Reinforcing Management of Irregular Migration - RMIM)

Proyek “Penguatan Penanganan Migrasi Gelap di Indonesia

melalui Penciptaan Jaringan Kantor Pemantauan dan Koordinasi”

dilaksanakan oleh IOM, bekerjasama dengan Imigrasi (DITJENIM)

dari Departemen Hukum dan HAM, serta Kepolisian Republik

Indonesia (MABES POLRI), dengan dukungan Departemen

Imigrasi dan Kewarganegaraan Australia (DIAC.)

Di bawah RMIM, IOM memelihara sebuah jaringan kantor di

seluruh Indonesia guna meningkatkan bantuan yang saat ini

diberikan dibawah RCA.

IOM memberitahukan kepada migran mengenai hak-hak mereka

untuk meminta suaka dan merujuk mereka yang ingin mengajukan

permintaan tersebut ke UNCHR. IOM terus memberikan layanan

perawatan dan pemeliharaan selama para migran dipertimbangkan

oleh UNHCR apakah akan mendapatkan status pengungsi. IOM

juga memfasilitasi pemulangan sukarela yang dibantu jika para

migran tersebut memilih untuk pulang ke negara asal mereka.

IOM bekerjasama menangani kekurangan-kekurangan yang ada

dan memperkuat koordinasi antara pejabat imigrasi, kepolisian

dan pemerintah daerah dengan memberikan pelatihan melalui

kegiatan peningkatan kesadaran.

Tujuan umum dari proyek ini adalah memberi kontribusi pada

upaya regional yang dilakukan oleh Indonesia dan Australia

untuk memfokuskan migrasi gelap, dan pada saat yang bersamaan

memastikan perlakuan yang layak bagi para migran yang

terdampar.

Salah satu tujuan khususnya adalah untuk memantau arus

migrasi dan memberikan penanganan yang tepat waktu dan efisien

terhadap para migran gelap yang tertangkap. Hal ini dicapai

dengan menciptakan mekanisme koordinasi yang efektif antara

para instansi penegak hukum yang bertanggung jawab di tingkat

daerah melalui pelatihan-pelatihan terfokus secara berkala.

By the numbers Berdasarkan angka as per 31 December 2009 / hingga 31 Desember 2009

Irregular Migrants Under IOM Indonesia AssistanceIrregular Migrants Under IOM Indonesia Assistance

487 Afghanistan 40 Vietnam

347 Sri Lanka 19 Iran

188 Iraq 17 Pakistan

147 Myanmar 19 Other

59 Bangladesh 1,323 Total

Page 80: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200968

Counter TraffickingUnit Penanggulangan Perdagangan Manusia

Page 81: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 69

Page 82: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200970

Combating Human Trafficking in IndonesiaMemerangi Perdagangan Manusia di Indonesia

Counter-Trafficking Unit

Indonesia is a country of source, transit and destination

for human trafficking. The majority of victims, both

internally and externally, are women and children who

are trafficked for domestic labour or sexual exploitation.

Trafficking of persons in Indonesia – the fourth

most populous country in the world – is increasingly

recognized by the government and the international

community as a major problem and a serious abuse of

human rights.

Since 2003, IOM has actively contributed to Indonesia’s

efforts to fight human trafficking by supporting the

establishment of a comprehensive and sustainable law

enforcement programme and a corresponding victim

assistance and protection programme, as well as providing

direct return, recovery and reintegration assistance to

both internally and externally trafficked persons.

IOM has supported Indonesia’s efforts to implement

anti-trafficking legislation introduced in 2007, which

focuses on prosecuting traffickers and protecting

victims. In 2009, IOM was an active partner with other

agencies in providing technical assistance to define the

framework for applying the anti-trafficking legislation

at both local and national levels.

Technical Support for Government and NGO Partners

IOM’s capacity-building efforts have focused on

providing direct assistance to victims of trafficking, while

simultaneously strengthening the institutional capacity

of key government agencies to implement effective and

relevant victim assistance and protection policies.

Through IOM’s targeted trainings, stakeholders across

the country have gained a greater understanding of

trafficking by providing services to victims under the

supervision of IOM, which acted to ensure standards of

confidentiality and care.

Unit Penanggulangan Perdagangan Manusia

Indonesia merupakan negara pengirim, transit dan tujuan

industri perdagangan manusia. Sebagian besar korban, baik yang

internal maupun eksternal, adalah perempuan dan anak yang

diperdagangkan untuk bekerja di rumah tinggal atau eksploitasi

seksual. Perdagangan manusia di Indonesia – yang merupakan

negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia –

semakin dipandang oleh pemerintah dan komunitas internasional

sebagai masalah besar dan pelanggaran serius terhadap hak

azasi manusia (HAM).

Sejak 2003, IOM telah secara aktif memberi kontribusi pada

upaya Indonesia untuk memerangi perdagangan manusia dengan

mendukung penciptaan sebuah program penegakan hukum yang

menyeluruh dan berkesinambungan. Selain itu suatu program

pendampingan dan perlindungan korban, juga dihadirkan untuk

memberikan bantuan pemulangan, pemulihan dan reintegrasi

kepada orang-orang yang telah diperdagangkan baik secara

internal maupun eksternal.

IOM telah mendukung upaya Indonesia untuk menerapkan

perundang-undangan anti perdagangan manusia yang diberlakukan

pada 2007, dengan berfokus menuntut para pelaku dan

melindungi para korban. Pada 2009, IOM bertindak sebagai mitra

aktif bersama para lembaga lainnya, memberikan bantuan teknis

membangun kerangka dalam menerapkan perundang-undangan

anti perdagangan manusia baik di tingkat daerah maupun nasional.

Bantuan Teknis bagi Pemerintah dan Mitra Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Upaya pengembangan kapasitas IOM berfokus pada penyediaan

bantuan langsung kepada korban perdagangan manusia. Pada saat

yang bersamaan memperkuat kapasitas kelembagaan lembaga-

lembaga utama di pemerintahan guna mengimplementasikan

bantuan korban yang efektif dan relevan serta kebijakan-kebijakan

di bidang perlindungan.

Melalui pelatihan terfokus yang diselenggarakan oleh IOM, para

pemegang kepentingan di seluruh Indonesia telah mendapatkan

pemahaman yang lebih besar tentang perdagangan manusia

Page 83: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 71

IOM provided training – both administrative and

issue-based – to government officials, and supported 81

partners from the non-government and faith-based

organizational sectors through targeted training on

appropriate return, recovery, and reintegration principles.

In an effort to embed counter-trafficking thinking in

national legislation and local planning, a key focus of

IOM’s capacity building training has been to promote

the content and purpose of the 2007 anti-trafficking

legislation across all levels of government and civil

society.

Assistance for Trafficked Persons

Fearing social stigmatization and lacking viable

alternatives, many victims of trafficking (VoTs) are re-

trafficked after returning to their countries of origin.

IOM – through the government and local NGOs –

provides recovery, return and reintegration assistance

to VoTs on a voluntary basis. The VoT recovery and

reintegration process is managed on an individual, case-

by-case basis. IOM coordinates with VoTs, government

and/or local NGOs to develop recovery and reintegration

assistance plans suited to the specific needs of the

victim in question. Assistance often includes a follow-

up medical examination, follow-up counselling services,

and small business and education assistance.

Direct assistance to trafficked persons continues to be

a central focus for IOM Indonesia, particularly in regard

to medical and psychosocial support for victims.

In addition to supporting individuals at the IOM

Recovery Centre at the Jakarta National Police Hospital,

throughout 2009 IOM has continued to build the

capacity of government medical staff to harmonize

services for victims as mandated under Indonesian law.

Working in close cooperation with government and

civil society partners since March 2005, IOM Indonesia

has supported over 3,600 Indonesian VoTs through

return, recovery and reintegration assistance.

melalui pemberian bantuan kepada korban di bawah pengawasan

IOM, yang menitik beratkan pada kerahasiaan dan perawatan.

IOM menyediakan pelatihan – baik adminstratif maupun yang

menyangkut pokok permasalahan – bagi pejabat pemerintah, dan

membantu 81 mitra dari lembaga swadaya maupun keagamaan

melalui pelatihan terfokus tentang prinsip-prinsip pemulangan,

pemulihan dan reintegrasi yang baik.

Dalam rangka upaya menanamkan pemahaman tentang anti-

perdagangan manusia di dalam perundang-undangan nasional dan

perencanaan di tingkat daerah, salah satu fokus utama dari pelatihan

pengembangan kapasitas IOM adalah untuk memajukan isi dan

tujuan dari undang-undang tindak pidana perdagangan manusia

tahun 2007 di seluruh jajaran pemerintahan dan masyarakat sipil.

Bantuan bagi Orang-Orang yang Diperdagangkan

Kekhawatiran atas stigma sosial dan tidak memiliki alternatif

yang memadai, banyak korban perdagangan manusia kembali

diperdagangkan setelah kembali ke negara asal mereka. IOM

– melalui pemerintah dan LSM setempat – memberikan bantuan

pemulihan, pemulangan dan reintegrasi kepada korban secara

sukarela. Proses pemulihan dan reintegrasi korban dikelola

secara individual, dan kasus per kasus. IOM berkoordinasi dengan

korban, pemerintah dan/atau LSM lokal guna mengembangkan

rencana bantuan pemulihan dan reintegrasi yang sesuai dengan

kebutuhan spesifik korban yang bersangkutan. Bantuan seringkali

mencakup pemeriksaan medis lanjutan, layanan konseling

lanjutan, dan bantuan usaha kecil dan pendidikan.

Khusus terkait dengan bantuan medis dan psikologis bagi korban,

bantuan langsung yang diberikan kepada orang yang telah menjadi

korban perdagangan terus merupakan fokus utama IOM Indonesia.

Disamping membantu para individu di Pusat Pemulihan Terpadu

IOM di RS Polri di Jakarta, selama 2009 IOM terus membangun

kapasitas staf medis pemerintah guna mensinergikan layanan bagi

korban sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang.

Bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat sipil sejak Maret

2005, IOM Indonesia telah membantu lebih dari 3.600 korban

Page 84: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200972

Page 85: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 73

Criminal Justice

In 2007, the government passed Anti-Trafficking Law

21, providing – for the first time – a comprehensive

legal framework containing sweeping provisions

that criminalized trafficking and guaranteed victims

comprehensive assistance and protection. Despite

these efforts, a gap remains between the number

of trafficking cases investigated and those actually

prosecuted.

From May 2008 to August 2009, IOM implemented

a law enforcement programme to strengthen the

capacity of criminal justice agencies to combat human

trafficking, as well as to protect victims of trafficking

in Indonesia.

Within the framework of this project, IOM provided

technical assistance and targeted trainings for police,

prosecutors, immigration officials, labour inspectors

and judges throughout Indonesia on human trafficking

and the Anti-Trafficking Law 21, in an effort to increase

convictions while at the same time providing greater

protection for victims.

In 2009, IOM worked with criminal justice agencies

to develop three separate, specialized curricula and

training modules to be used in the various training

institutions of the Indonesian police, prosecutors and

judges.

IOM has also distributed over 10,000 copies of the

IOM Guidelines for Prosecution of Trafficking

Cases and Victim Protection, and has trained police,

prosecutors, judges, diplomats, legal aid offices, NGOs,

academics, social workers and other government

partners throughout Indonesia in how to deal with

cases of human trafficking and how to offer protection

to the victims.

In 2009, IOM also conducted three Training of

Trainers (ToT) workshops: one for police officers, one

for judges and one for prosecutors. It also conducted

joint coordination seminars bringing together

law enforcement and victim assistance actors to

strengthen their collaboration in assisting VoTs.

Additionally, a legal assistance fund was established

to provide assistance to NGOs helping VoTs to take

their cases to court.

The Way Forward:

By directly cooperating with government and civil

society organizations through project implementation,

IOM will promote the transfer of knowledge and

expertise to partner organizations in Indonesia,

strengthening the capacity of these organizations to

deliver support in a self-reliant manner and ensuring

the sustainability of services. IOM will promote

perdagangan manusia di Indonesia melalui proses pemulangan,

pemulihan dan reintegrasi.

Peradilan Pidana

Pada 2007, pemerintah mensahkan Undang-undang Tindak Pidana

Perdagangan Orang, yang untuk pertama kalinya memberikan

kerangka hukum komprehensif yang memuat ketentuan-ketentuan

menyeluruh yang memperlakukan perdagangan manusia sebagai

tindak pidana dan menjamin bantuan dan perlindungan yang

menyeluruh bagi korban. Namun walau dengan adanya upaya

ini, masih terdapat kesenjangan antara jumlah kasus perdagangan

manusia yang diselidiki dan yang akhirnya disidangkan.

Sejak Mei 2008 hingga Agustus 2009, IOM menerapkan sebuah

program penegakan hukum guna memperkuat kapasitas badan-

badan peradilan pidana dalam memerangi perdagangan manusia

disamping melindungi korban perdagangan di Indonesia.

Di dalam kerangka kerja proyek ini, IOM memberikan bantuan

teknis dan pelatihan terfokus bagi polisi, penuntut umum,

pejabat imigrasi, inspektur tenaga kerja dan hakim di seluruh

Indonesia tentang perdagangan manusia dan Undang-undang

Anti-Perdagangan Manusia No.21. Hal ini merupakan upaya

meningkatkan jumlah vonis bersalah sementara sekaligus

memberikan perlindungan yang lebih baik bagi korban.

Pada 2009, IOM bekerjasama dengan badan-badan peradilan pidana

guna mengembangkan tiga kurikulum khusus yang terpisah serta

modul-modul pelatihan untuk digunakan di dalam berbagai lembaga

pelatihan di lingkungan Polri, Kejaksaan dan Kehakiman.

IOM juga telah mendistribusikan lebih dari 10.000 salinan Panduan

IOM Untuk Penuntutan Kasus Perdagangan Manusia dan

Perlindungan Korban, dan telah melatih polisi, penuntut umum,

hakim, diplomat, lembaga bantuan hukum, LSM, akademisi, pekerja

sosial dan mitra pemerintahan lainnya di seluruh Indonesia mengenai

bagaimana cara menangani kasus-kasus perdagangan manusia

dan menawarkan perlindungan kepada para korban.

Masih di tahun yang sama, IOM juga mengadakan tiga

lokakarya Pelatihan Untuk Pelatih: satu untuk polisi, satu untuk

para hakim, dan satu untuk para jaksa penuntut umum. IOM

juga menyelenggarakan seminar koordinasi gabungan yang

mempertemukan para penegakan hukum dan pemberi bantuan

korban guna memperkuat kerjasama mereka dalam membantu

korban perdagangan manusia. Disamping itu, sebuah dana

bantuan hukum didirikan guna memberikan bantuan kepada LSM

yang membantu korban membawa perkara mereka ke pengadilan.

Jalan Menuju Masa Depan:

Dengan cara menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga

pemerintahan maupun masyarakat melalui penerapan proyek,

IOM akan memajukan transfer pengetahuan dan keterampilan bagi

para lembaga mitra di Indonesia, memperkuat kapasitas lembaga-

lembaga tersebut untuk memberi dukungan secara swadaya, dan

memastikan kesinambungan layanan. IOM memajukan kerjasama

Page 86: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200974

enhanced cooperation and create synergies between

government agencies, NGOs and FBOs with other

initiatives that promote victim assistance and

protection. The production of training materials and

guidelines that can be used regularly by government

officials and other partners throughout the region

ensures that information continues to flow even

after projects have been implemented. IOM designs

each activity to fully engage government officials and

civil society organizations, better equipping them to

respond to the human trafficking phenomenon.

Human interest story #1

IOM and RPTC(Protection Home and Trauma Centre) – Collaborating to Help Victim RecoveryThe Jakarta Protection Home and Trauma Centre

(RPTC) has been involved in protecting, rehabilitating,

reintegrating and empowering VoTs since its establishment

in 2005. Since 2006, IOM has collaborated with the

RPTC in its efforts to assist VoTs and ensure that all

victims receive a high quality standard of care.

RPTC provides victims of trafficking and victims of

other types of abuse with counselling services,

educational training, psychosocial support and medical

assistance. The centre also arranges for victims’ return

home and for their societal reintegration, including

the provision of counselling services for victims’

families to ensure their safety and to avoid possible

re-trafficking.

Mrs. Suparti, the social worker coordinator at RPTC,

describes the collaboration between RPTC and IOM

as a “great success” as it has greatly expanded the

Centre’s capacity to handle victims. As a result of the

collaboration, victims now receive free medical and

psychosocial services. IOM has enhanced the capacity

of RPTC to assist victims through providing targeted

training for the Centre’s social workers on reproductive

health and safe migration. IOM and RPTC also work

together in victim referral, recovery and in ensuring

their safe return to their communities.

‘Protection homes’ like the RPTC play a vital role in

combating human trafficking. The essential services that

RPTC provide can help victims of trafficking recover

and move towards reintegrating with society. With

the number of victims of trafficking coming to the Centre

for help increasing, Mrs. Suparti notes that funding

remains a key challenge in providing victim assistance

and has requested further support from IOM. IOM

will continue its important collaboration with RPTC

to ensure funds are available to meet the needs of the

victims.

yang telah ditingkatkan dan menciptakan sinergi diantara para

instansi pemerintah, LSM dan organisasi keagamaan melalui

inisiatif-inisiatif lain yang memperjuangkan bantuan dan

perlindungan bagi korban. Penyusunan bahan-bahan pelatihan

dan pedoman yang dapat digunakan secara berkala oleh aparat

pemerintah dan mitra lainnya di seluruh kawasan ini menjamin

bahwa informasi akan terus mengalir bahkan setelah proyek selesai

dilaksanakan. IOM merancang setiap kegiatan sedemikian rupa

sehingga melibatkan para pejabat pemerintahan dan organisasi-

organisasi kemasyarakatan secara penuh, menjadikan mereka

lebih siap untuk menjawab fenomena perdagangan manusia ini.

Cerita kemanusiaan #1

IOM dan RPTC (Rumah Perlindungan dan Trauma Center) – Bekerjasama dalam Membantu Pemulihan Korban Rumah Perlindungan dan Trauma Center Jakarta (RPTC) telah

terlibat dalam melindungi, merehabilitasi, mereintegrasi dan

memberdayakan korban perdagangan manusia sejak didirikan

pada 2005. Sejak 2006, IOM telah bekerjasama dengan RPTC

dalam upayanya membantu korban perdagangan manusia dan

menjamin bahwa semua korban menerima standar perawatan

yang tinggi.

RPTC memberikan kepada korban perdagangan manusia dan

korban bentuk kekerasan lainnya dengan layanan konseling,

pelatihan, dukungan psiko-sosial dan bantuan medis. Fasilitas

tersebut juga mengatur kepulangan para korban dan reintegrasi

sosial mereka, termasuk penyediaan layanan konseling bagi

keluarga korban guna menjamin keselamatan mereka dan

menghindari mereka diperdagangkan kembali.

Ibu Suparti, koordinator pekerja sosial di RPTC, menyebutkan

kerjasama antara RPTC dan IOM sebagai “keberhasilan yang sangat

besar” karena telah memperluas kapasitas fasilitas tersebut dalam

menangani korban. Sebagai hasil dari kerjasama tersebut, para korban

saat ini dapat menerima layanan medis dan psikososial secara cuma-

cuma. IOM telah meningkatkan kapasitas RPTC untuk membantu

korban melalui penyediaan pelatihan yang terfokus bagi para pekerja

sosial lembaga tersebut di bidang kesehatan reproduksi dan migrasi

yang aman. IOM dan PRTC juga bekerjasama dalam melakukan

perujukan dan pemulihan korban serta memastikan kepulangan

mereka secara aman ke komunitas mereka.

‘Rumah-rumah perlindungan’ seperti RPTC memainkan peran penting

dalam memerangi perdagangan manusia. Layanan-layanan utama

yang disediakan oleh RPTC dapat membantu korban untuk pulih dan

melangkah menuju reintegrasi di masyarakat. Dengan meningkatnya

jumlah korban perdagangan manusia yang meminta bantuan ke

fasilitas tersebut, ibu Suparti mengutarakan bahwa dana masih

merupakan tantangan terbesar dalam memberikan bantuan kepada

korban dan telah meminta bantuan lebih lanjut dari IOM. IOM akan

meneruskan kerjasamanya dengan RPTC guna memastikan dana

tersedianya dana untuk memenuhi kebutuhan para korban.

Page 87: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 75

Human interest story #2

Mia’s Story(names have been changed for this story)

Mia, a 48-year-old woman from a village near Yogyakarta,

survived human trafficking. She was recruited by a man

called Edwin, who frequently came into her shop in

Yogyakarta, told her about great opportunities abroad,

and eventually sent her to Suriname.

Mia originally told Edwin she didn’t want to move to

Suriname, explaining that she would rather open up

a business near her home. Edwin was very persistent

about the great work opportunities in Suriname,

promising Mia that she would be well paid and that

the work would be easy. When Mia still refused, Edwin

loaned her IDR 15 million to help her set up a business

in Yogyakarta.

When Mia’s business failed and she was unable to repay

her loan, Edwin gave her two options: either he would

go to the police, or she had to go and work in Suriname.

In 2008, Mia went to Suriname, where she was forced

into involuntary domestic servitude with other

Indonesian workers. Mia explains that Edwin was

often angry with them. One day he became so furious

that he threw them out of the house. Mia and the other

Indonesian victims went to the Indonesian Embassy

in Suriname for protection and were later referred to

IOM.

At the request of the Indonesian Embassy in Suriname,

IOM provided return and reintegration assistance for

Mia and the other Indonesian victims. Once in Jakarta,

Mia received immediate medical and psychosocial

support from IOM at the IOM Recovery Centre in

Jakarta. In 2009, nearly a year after her ordeal, Mia

has returned to Yogyakarta, where she has received

further rehabilitation and reintegration assistance

from IOM. Today, Mia runs a successful shop near

her home and is able to support her family.

Cerita kemanusiaan #2

Kisah Mia (bukan nama sebenarnya)

Mia, perempuan berusia 48 tahun dari sebuah desa dekat

Yogyakarta, telah selamat dari situasi perdagangan manusia. Ia

direkrut oleh seorang pria bernama Edwin, yang seringkali datang

ke tokonya di Yogyakarta, menceritakan kepadanya tentang

kesempatan-kesempatan menggiurkan di luar negeri, dan akhirnya

mengirimkan Mia ke Suriname.

Pada awalnya Mia memberitahu Edwin bahwa dirinya tidak ingin

pindah ke Suriname, karena ia lebih memilih untuk membuka

usaha dekat rumahnya. Edwin sangat gigih menawarkan

kesempatan di Suriname ini, dan menjanjikan Mia bahwa

ia akan dibayar dengan gaji tinggi dan pekerjaannya akan

mudah. Ketika Mia masih menolak, Edwin meminjamkan uang

kepadanya sebesar Rp 15 juta untuk membantu mendirikan

sebuah usaha di Yogyakarta.

Ketika usaha Mia gagal dan ia tidak mampu untuk melunasi

hutangnya, Edwin memberinya dua pilihan: ia akan laporkan Mia

ke polisi, atau Mia harus pergi bekerja di Suriname. Pada 2008

Mia pergi ke Suriname, dimana ia dipaksa untuk bekerja domestik

dengan para pekerja Indonesia lainnya. Mia bercerita bahwa

Edwin seringkali marah pada mereka. Suatu hari ia sangat marah

sehingga mengusir mereka keluar rumah. Mia dan para korban

lainnya kemudian pergi ke kedutaan besar Indonesia di Suriname

untuk mendapatkan perlindungan dan kemudian dirujuk ke

IOM.

Atas permintaan Kedutaan Besar Indonesia di Suriname, IOM

memberikan bantuan pemulangan dan reintegrasi kepada Mia

dan para korban dari Indonesia lainnya. Setelah tiba di Jakarta,

Mia mendapatkan bantuan medis dan psikososial langsung

dari IOM di Pusat Pemulihan Terpadu di Jakarta. Pada 2009,

hampir setahun setelah pengalamannya yang buruk tersebut, Mia

telah kembali ke Yogyakarta, dimana ia mendapatkan bantuan

rehabilitasi dan reintegrasi lebih lanjut dari IOM. Sekarang Mia

memiliki sebuah toko yang laris dekat rumahnya dan mampu

menghidupi keluarganya.

Page 88: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200976

By the numbers Berdasarkan angka 1 March 2005 - 30 December 2009 / 1 Maret 2005 - 30 Desember 2009

Counter Trafficking Health Activities Kegiatan Bidang Kesehatan Anti-Perdagangan Manusia

3,453 Victims of Trafficking (VoT) provided with medical and psychosocial recovery at IOM recovery centre /Korban Perdagangan Manusia (VoT) diberi bantuan pemulihan medis dan psikososial di PPT IOM

2,478 VoTs received counselling from a psychologist /VoT menerima konseling dari psikolog

284 VoTs with psychiatric disorders treated at the Recovery Centre /VoT dengan gangguan jiwa dirawat di PPT

1.31% Percentage of VoTs who screened positive for HIV and were provided with referrals for treatment out of the 2,593 who volunteered

for testing /persentase VoT yang positif mengidap HIV dan diberikan rujukan untuk perawatan dari 2.593 yang diuji secara sukarela

1 Established Recovery Center at the National Police Hospital, Jakarta /Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) didirikan di RS Polri, Jakarta

Number of Trafficked Persons Based on Sex/Age Breakdown Jumlah Korban Berdasarkan Jenis Kelamin/ Usia

3,338 Total female: 737 children and 2,601 adults / Total perempuan: jumlah anak-anak 737 dan dewasa 2.601

358 Total male: 148 children and 210 adults / Total laki-laki: jumlah anak-anak 148 dan dewasa 201

Number of Trafficked Persons Based on Provinces of Origin Jumlah Korban Berdasarkan Daerah Asal

831 West Java / Jawa Barat 12 West Sulawesi / Sulawesi Barat

722 West Kalimantan / Kalimantan Barat 12 South East Sulawesi / Sulawesi Tenggara

457 East Java / Jawa Timur 11 Riau Islands / Kepulauan Riau

422 Central Java / Jawa Tengah 8 West Sumatra / Sumatera Barat

254 North Sumatra / Sumatera Utara 8 Riau / Riau

236 West Nusa Tenggara / Nusa Tenggara Barat 7 North Sulawesi / Sulawesi Utara

189 Lampung / Lampung 5 South Kalimantan / Kalimantan Selatan

163 East Nusa Tenggara / Nusa Tenggara Timur 5 Maluku / Maluku

77 Banten / Banten 5 Bengkulu / Bengkulu

72 South Sumatra / Sumatera Selatan 2 East Kalimantan / Kalimantan Timur

60 South Sulawesi / Sulawesi Selatan 2 Gorontalo / Gorontalo

57 DKI Jakarta / DKI Jakarta 1 Bali / Bali

27 Aceh / Aceh 1 Central Kalimantan / Kalimantan Tengah

18 DI Yogyakarta / DI Yogyakarta 1 Papua (Irian Jaya) / Papua (Irian Jaya)

15 Central Sulawesi / Sulawesi Tengah 1 Bangka-Belitung Islands / Kepulauan Bangka-Belitung

14 Jambi / Jambi 1 (No data) / (Tidak ada data)

* Majority of women are from West Java / Mayoritas perempuan dari Jawa Barat

* Majority of men and children are from West Kalimantan / Mayoritas laki-laki dan anak-anak dari Kalimantan Barat

Number of Trafficked Persons Based on Category of Trafficking Jumlah Korban Berdasarkan Kategori

Internal Trafficking Perdagangan Internal Cross-border Trafficking Perdagangan Lintas Negara

365 Total children: 310 female and 55 male /Total anak-anak: 310 perempuan dan 55 laki-laki

520 Total children, with 427 female and 93 male /Total anak-anak: 427 perempuan dan 93 laki-laki

320 Total adults, with 310 female and 10 male /Total dewasa: 310 perempuan dan 55 laki-laki

2,491 Total adults, with 2,291 female and 200 male /Total dewasa: 2.291 perempuan dan 200 laki-laki

Page 89: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 77

Page 90: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200978

Number of Trafficked Persons Based on Destination Where They were TraffickedJumlah Korban Berdasarkan Tujuan Dimana Mereka di Perdagangkan

2,800 Malaysia 8 Suriname 3 East Timor

64 Saudi Arabia 7 Mauritania 2 Arab Emirates

28 Singapore 6 Jordan 2 Brunei Darussalam

27 Japan 6 Taiwan* 2 Oman

20 Kuwait 4 Macau 2 Qatar

12 Syria 4 Thailand 1 Turkey

9 Iraq 3 Hongkong** 1 United States

* Province of China /

Provinsi Cina

** Special Administrative Region of China /

Daerah Khusus Administrasi Cina

Number of Trafficked Persons Based on Education Level Jumlah Korban Berdasarkan Tingkat Edukasi

1,097 Elementary / Sekolah dasar

739 Drop-out elementary / Keluar sekolah dasar

729 Junior high / Sekolah Menengah Pertama

349 Drop-out junior high / Keluar Sekolah Menengah Pertama

349 Senior high / Sekolah Menengah Atas

202 No school / Tidak sekolah

143 Drop-out senior high / Keluar Sekolah Menengah Atas

61 No data / Tidak ada data

16 University/diploma / Universitas/diploma

11 Drop-out university/diploma / Keluar universitas/diploma

* Majority of women and children completed elementary school /

Mayoritas perempuan dan anak-anak menyelesaikan sekolah dasar

* Majority of men did not finished elementary school /

Mayoritas laki-laki tidak menyelesaikan sekolah dasar

Number of Trafficked Persons Based on Reason Victim Left Home Jumlah Korban Berdasarkan Alasan Korban Meninggalkan Rumah

3,260 Economic problem/seeking job / Masalah ekonomi/mencari pekerjaan

154 Family problem / Masalah keluarga

106 Personal problem / Masalah pribadi

86 Other /Lainnya

41 No data /Tidak ada data

41 Education problem /Masalah pendidikan

7 Social political problems: conflict, race /Masalah sosial politik: konflik, ras

1 Medical/health problem /Masalah medis/kesehatan

* Majority of men, women, and children left home because of economic problems and to seek jobs. /

Mayoritas laki-laki, perempuan, dan anak-anak meninggalkan rumah karena masalah ekonomi dan untuk mencari pekerjaan.

Page 91: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 79

Number of Trafficked Persons Based on Who Recruited the VictimJumlah Korban Berdasarkan Siapa yang Merekrut Mereka

2,472 Agent / Agen

58 Other / Lainnya

286 Family member / Anggota keluarga

55 No data / Tidak ada data

277 Neighbour / Tetangga

12 Kidnapped / Diculik

265 Friend / Teman

9 Boyfriend / Pasangan

151 Self contact / Kontak langsung

2 Husband / Suami

109 Legal recruiting agent / Agen perekrutan secara legal

* Majority of men, women, and children were recruited by an agent /

Mayoritas laki-laki, perempuan, dan anak-anak direkrut oleh agen

Number of Trafficked Persons Based on if Victim Paid Money for RecruitmentJumlah Korban Berdasarkan Apabila Korban Membayar Sejumlah Uang ke Perekrut

3,046 No / Tidak

582 Yes / Ya

68 No data / Tidak ada data

Number of Trafficked Persons Based on Who Paid Travel/TransportJumlah Korban Berdasarkan Siapa yang Membayar Perjalanan/Transportasi

3,187 Agent/recruiter / Agen/perekrut

333 Selfpaid / Membayar sendiri

71 No data / Agen/perekrut

30 Other / Lainnya

29 Friends / Teman

21 Neighbour / Tetangga

12 Parent / Orangtua

8 Relative / Kerabat

5 Boyfriend/girlfriend / Pasangan

Number of Trafficked Persons Based on Who Handled Victim’s DocumentJumlah Korban Berdasarkan Siapa yang Menangani Dokumen Korban

1,391 Labour agent / Agen pekerja

992 Employer / Perusahaan

527 No data / Tidak ada data

298 Individual/victim / Sendiri/korban

261 Other / Lainnya

141 Trafficker / Penyelundup

83 Police / Polisi

3 Embassy / Kedutaan

* Documents such as passport, ID, visa, etc. /

Dokumen seperti paspor, kartu identitas, visa, dll.

* Majority of women’s and children’s documents were handled by labour agents. For men there is no data. /

Mayoritas dokumen perempuan dan anak-anak ditangani oleh agen pekerja

Page 92: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200980

Page 93: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 81

Number of Trafficked Persons Based on Mode of TransportationJumlah Korban Berdasarkan Sarana Transportasi

2,704 Mixed / Campur 64 Air / Udara

793 Land / Darat 64 Sea / Laut

71 No data / Tidak ada data

Number of Trafficked Persons Based on Forms of WorkProgram Mata Pencaharian Yogyakarta dan Jawa Tengah

Promised Work / Pekerjaan yg Dijanjikan

2,085 Domestic worker / Pekerja pumah tangga

498 Waitress / Pramusaji

257 No data / Tidak ada data

216 Shoopkeeper / Pramuniaga

206 Factory worker / Buruh pabrik

173 Plantation worker / Pekerja perkebunan

112 Nanny/babysitter / Pengasuh/penjaga anak

72 Construction/labourer / Konstruksi/buruh

43 Sex worker / Pekerja seks

10 Cultural dancer / Penari tradisional

8 Fisherman / Nelayan

6 Did not work / Tidak bekerja

6 Masseuse / Pemijat

2 Scavenger / Pemulung

1 Baby selling / Menjual bayi

1 Beggar / Pengemis

Actual Work/ Pekerjaan Sebenarnya

2,077 Domestic worker / Pekerja rumah tangga

421 Exploitation at transit / Eksploitasi saat transit

591 Forced prostitution / Prostitusi yang dipaksakan

170 Plantation worker / Pekerja perkebunan

90 Waitress / Pramusaji

89 Factory worker / Buruh pabrik

76 Construction/Labourer / Konstruksi/buruh

75 Shopkeeper / Pramuniaga

64 Nanny/babysitter / Pengasuh/penjaga anak

18 Fisherman / Nelayan

6 Beggar / Pengemis

6 Masseuse / Pemijat

6 Scavenger / Pemulung

5 Baby selling / Menjual bayi

2 Cultural dancer / Penari tradisional

* Majority of women and children were promised domestic work /

Mayoritas perempuan dan anak-anak dijanjikan pekerjaan rumah tangga.

* Majority of men were promised plantation work /

Mayoritas laki-laki dijanjikan pekerjaan perkebunan.

* Majority of women and children worked as domestic workers and majority of men as plantation workers /

Mayoritas perempuan dan anak-anak berkerja sebagai pembantu rumah tangga dan mayoritas laki-laki sebagai pekerja perkebunan.

Page 94: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200982

Number of Trafficked Persons Based on Type of ExploitationJumlah Korban Berdasarkan Jenis Eksploitasi

2,955 Excessive working hours / Waktu bekerja yang berlebihan

2,646 Total deprivation of wages / Perampasan gaji seutuhnya

587 Partial deprivation of wages / Perampasan sebagian gaji

2,861 Freedom of movement totally denied / Kebebasan bergerak sangat dibatasi

291 Freedom of movement partially denied / Kebebasan bergerak sedikit dibatasi

2,758 Verbal/psychological abuse / Penyiksaan secara verbal/psikis

1,758 Physical abuse / Penyiksaan secara fisik

752 Sexual harrasment / Pelecehan seksual

355 Rape / Pemerkosaan

1,963 Deprivation of adequate supply of food and water / Perampasan persediaan makanan dan air

2,133 Lack of health care services in the case of illness / Kurangnya pelayanan kesehatan saat sakit

1,381 Poor sanitary state of living place / Keadaan kebersihan tempat tinggal yang rendah

1,084 Imprisonment / Dipenjara

2,433 Seizure of documents / Penahanan dokumen

1,292 Ideological pressure / Penekanan ideologi

962 Traded to various employers / Dijual kepada beberapa majikan

261 Forced consumption of alcohol / Dipaksa untuk menkonsumsi alkohol

196 Forced use of drugs / Dipaksa untuk menggunakan obat-obatan

318 Not allowed to keep earned money / Tidak diijinkan untuk menyimpan uang pendapatan

* Multiple answer / beberapa jawaban

Number of Trafficked Persons Based on How Victim EscapedJumlah Korban Berdasarkan Cara Korban Melarikan Diri

1,867 By themselves / Sendiri

1,083 Police / Polisi

268 No data / Tidak ada data

154 Employer / Majikan

137 Other / Lainnya

111 NGO / LSM

56 Friend / Teman

20 Customer / Pelanggan

Number of Trafficked Persons Based on Type of Direct Assistance Provided to VictimsJumlah Korban Berdasarkan Jenis Bantuan Langsung yang Diberikan kepada Korban

3,616 Health services / Layanan kesehatan

3,696 General psychosocial counselling / Konseling psikososial umum

2,570 Psychological assessment / Penilaian psikologis

3,376 Assisted return / Bantuan pemulangan

see below Reintegration assistance / Bantuan reintegrasi

* See details of reintegration below / Lihat detil reintegrasi di bawah

Page 95: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 83

Number of Trafficked Persons Based on Reintegration Assistance Provided to VictimsJumlah Korban Berdasarkan Bantuan Reintegrasi yang Diberikan kepada Korban

1,270 Follow up counselling services / Menindaklanjuti layanan konseling

794 Small business assistance* / Bantuan usaha kecil*

805 Follow up transportation assistance / Menindaklanjuti bantuan transportasi

355 Follow up medical care / Menindaklanjuti layanan medis

158 Education assistance / Bantuan pendidikan

254 Non-formal education assistance / Bantuan pendidikan tidak formal

144 Legal assistance / Bantuan hukum

39 Credit union enrollment / Pendaftaran kredit koperasi

215 Refuse any type of reintegration support / Menolak segala macam dukungan reintegrasi

* Small business assistance consisting of the following alternatives: farming, livestock (chicken, ducks, goats, cows, pigs), small shops, motocycle rental, etc

depending on the skills possessed by the VoT. /

Bantuan usaha kecil terdiri dari beberapa alternatif: pertanian, peternakan (ayam, bebek, kambing, sapi, babi), toko kecil, penyewaan motor, dll.

tergantung kepada keterampilan yang dimiliki oleh korban perdagangan manusia.

Number of Trafficked Persons Based on Sexually Transmitted InfectionsJumlah Korban Berdasarkan Infeksi Penularan Penyakit Secara Seksual

Syphilis Gonorrhea Viral warts

4.05 % Female / Perempuan 3.83 % Female / Perempuan 1.32 % Female / Perempuan

2.87 % Male / Laki-laki 23.18 % Male / Laki-laki 0 % Male / Laki-laki

Hepatitis B Trichomoniasis HIV positive*

4.29 % Female / Perempuan 6.10 % Female / Perempuan 1.28 % Female / Perempuan

6.76 % Male / Laki-laki 0 % Male / Laki-laki 1. 48 % Male / Laki-laki

Chlamydia

69.50 % Female / Perempuan * Out of 2,709 tested /

Dari 2.709 yang dites57.14 % Male / Laki-laki

Number of Trafficked Persons Based on Most Common DiseaseJumlah Korban Berdasarkan Penyakit yang Paling Umum

925 Urinary tract infection / Infeksi saluran kencing 331 Refraction disorders / Kelainan

829 Reproductive tract infection / Infeksi saluran reproduksi 263 Headache / Sakit kepala

802 Anemia / Anemia 207 Skin parasite & dermatitis / Penyakit kulit

721 Dental caries / Sakit gigi 151 Menstrual cycle disorders / Kelainan siklus menstruasi

603 Candidiasis / Kandidiasis 109 Viral hepatitis / Virus hepatitis

381 Other respiratory disorders / Kelainan saluran pernapasan 102 Physical trauma / Trauma fisik

380 Hypotension / Hipotensi 39 Tuberculosis / Tuberculosis

366 Dyspepsia / Dispepsia

Number of Trafficked Persons Based on Total Victims Who Received Medical RecoveryJumlah Korban Berdasarkan Angka Keseluruhan yang Menerima Layanan Pemulihan Medis

3,272 Female / Perempuan

344 Male / Laki-laki

Page 96: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200984

Number of Trafficked Persons Based on Psychological Assessment (June 2005 - September 2009)Jumlah Korban Berdasarkan Penilaian Psikologis (Juni 2005 - September 2009)

29 % Post-traumatic stress symptoms:

Symptoms related to traumatic experiences during trafficking experience (flashbacks, recurring thoughts of abuse, nightmares, avoidance

of any reminders of their traumatic experiences, sudden emotional or physical reactions when reminded of traumatic event, cannot recall

some details of trafficking experience). /

Gejala stres pasca trauma:

Gejala-gejala yang terkait dengan pengalaman traumatik selama pengalaman trafiking (kilatan ingatan masa lalu (flashback), ingatan penganiayaan, mimpi buruk, penghindaran hal-hal yang mengingatkan pengalaman traumatik, reaksi emosi atau fisik secara tiba-tiba ketika

teringat akan peristiwa traumatik, tidak mampu mengingat berbagai hal mengenai trafiking yang dialami).

82 % Depression symptoms:

Mild-moderate Hamilton scale results (depressed mood, feelings of guilt, sleeping problems, loss of weight, loss of interest in nearly all

activities). /Gejala depresi:

Hasil skala Hamilton ringan-sedang (perasaan depresi, perasaan bersalah, masalah tidur, berat badan berkurang, hilangnya minat pada hampir semua kegiatan).

11 % Psychiatric problems:

Severe anxiety/depression Hamilton scale results (difficulty controlling symptoms, which clearly interfere with her daily life, work and

adjustment in social life). /Masalah psikiatri:

Hasil skala Hamilton berupa kecemasan/ depresi berat (kesulitan mengendalikan gejala, yang jelas mengganggu kegiatan sehari-hari, pekerjaan, dan

penyesuaian terhadap kehidupan sosial).

63 % Anxiety symptoms:

Mild-moderate Hamilton scale results (anxious mood, tense/nervous, fearful, difficulty in concentrating and making decision about

everyday matters, chest pain, irritability or muscle tension). /Gejala kecemasan:

Hasil skala Hamilton tingkat ringan-sedang (rasa cemas, tegang, takut, sulit berkonsentrasi dan membuat keputusan menyangkut kegiatan sehari-

hari, rasa sakit di dada; mudah kesal, otot tegang).

5 % Excessive use of alcohol:

Symptoms are associated with depressed or anxious feelings. /Pengkonsumsian alkohol secara berlebihan:

Gejala-gejala terkait dengan perasaan depresi atau cemas.

3 % Excessive use of drugs (usually metamphetamines):

Symptoms are associated with depressed or anxious feelings. /Penggunaan obat-obatan secara berlebihan (umumnya metamphetamines):

Gejala-gejala terkait dengan perasaan depresi atau cemas.

5 % Excessive use of smoking:

Symptoms are associated with depressed or anxious feelings. /Merokok secara berlebihan:

Gejala-gejala terkait dengan perasaan depresi atau cemas

10 % Low self-esteem:

Feeling of helplessness, unable to cope, losing control or feeling of worthlessness. Symptoms are associated with depressed feelings. /Kepercayaan diri rendah:

Perasaan tidak berdaya, tidak mampu menghadapi masalah; hilang kendali, merasa tidak bernilai. Gejala-gejala terkait dengan perasaan depresi atau cemas.

9 % Suicidal ideations/plans/attempts:

Symptoms associated with severe depressed feelings such as taking sedatives, cutting their veins, etc. /Kecenderungan/ rencana/ upaya bunuh diri:

Mengkonsumsi obat penenang, memotong urat nadi, gejala-gejala terkait dengan perasaan depresi berat.

7 % No psychological problem / Tidak ada masalah psikologis

2,570 Total number of victims / Jumlah total korban

Page 97: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 85

Number of Trafficked Persons Based on Psychiatric Assessment (June 2005 - September 2009)Jumlah Korban Berdasarkan Penilaian Psikiatris (Juni 2005 - September 2009)

8 Organic, including symptomatic, mental disorder /Gangguan mental bersifat organik, termasuk simptomatik

2 Mental and behavioural disorders due to psychoactive substance use /Gangguan mental dan perilaku disebabkan penggunaan zat psikoaktif

95 Schizophrenia, schizotypal and delusional disorders /Schizophrenia, Schizotypal and gangguan delusional (mengkhayal)

99 Affective disorders, depressive disorder, bipolar affective disorders, manic disorder /Gangguan afektif, gangguan depresif, gangguan afektif bipolar, manic disorder

82 Neurotic, stress-related and somatoform disorders /Gangguan neurotic, berkaitan dengan stress dan somatoform

3 Mental retardation /Penurunan mental

5 Behavioural and emotional disorders with onset usually occuring in childhood and adolescence /Gangguan perilaku dan emosional yang umumnya bermula di masa kanak-kanak dan remaja

Page 98: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200986

Technical Cooperation on Migration Management and Capacity-BuildingKerjasama Teknis pada Manajemen Migrasi dan Pembangunan Kapasitas

Page 99: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 87

Page 100: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200988

Police Reform ProgrammeProgram Reformasi Polisi

The success of Phase I of IOM’s “Strengthening the

Indonesian National Police through Institution Building”

police reform programme encouraged IOM, the Royal

Netherlands Embassy and the Indonesian National

Police (INP) to launch a second phase of the programme

in October 2007.

Phase II of the programme has focused on ensuring

sustainable reform and preparing for the programme’s

management to be transferred to the INP. The programme

aims to reform the INP and create a professional,

accountable, effective, and humane law enforcement

institution through the implementation of the INP’s

national strategy on Community Policing (POLMAS)

and the promotion of human rights principles.

In 2009, IOM has continued to support police reform

by facilitating the formulation and passage of INP

policies and operational practices, in particular the

new INP Chief Regulation (PERKAP) 8, 2009, on “The

Implementation of Human Rights Principles and

Standards in the Discharge of Duties of the Indonesian

National Police.”

The Regulation’s 64 articles set out clear guidelines

for the conduct of all INP members, comprehensively

covering how police must conduct investigations,

searches, arrests, summons and confiscation of items

from suspects.

The rules officially recognize internationally ratified

inalienable rights such as: the right to life, freedom

from torture, freedom from oppression and freedom of

expression. They also recognize and protect vulnerable

groups such as women, children, ethnic, religious and

sexual minorities.

In 2009 IOM continued to strengthen the INP’s

education and training institutions by conducting

capacity enhancement training for 206 mid-level INP

managers and trainers in INP functions including

Community Guidance, Criminal Investigation,

Intelligence, and Traffic. Participants came from across

Keberhasilan Fase I dari program reformasi polisi IOM

berjudul “Memperkuat Kepolisian Republik Indonesia Melalui

Pembangunan Kelembagaan” telah mendorong IOM, Kedutaan

Besar Kerajaan Belanda serta Kepolisian Republik Indonesia

(Polri) untuk melancarkan fase kedua program pada Oktober

2007.

Fase II dari program tersebut berfokus pada penjaminan

reformasi yang berkesinambungan dan menyiapkan

penyelenggaraan program untuk dialihkan kepada Polri.

Program tersebut bertujuan untuk mereformasi Polri dan

menciptakan sebuah lembaga penegak hukum yang profesional,

bertanggung jawab, efektif, dan manusiawi melalui penerapan

strategi nasional Polri tentang Perpolisian Masyarakat

(POLMAS) dan pemajuan prinsip-prinsip Hak Azazi Manusia

(HAM).

Selama 2009, IOM terus mendukung reformasi polisi dengan

memfasilitasi penyusunan dan pengesahan kebijakan dan

praktek operasional Polri, khususnya Peraturan Kapolri No. 8

tahun 2009 tentang “Pelaksanaan Standar dan Prinsip HAM

dalam Pelaksanaan Tugas Polri.”

Pasal-pasal dalam Perkap No. 64 tersebut menetapkan panduan-

panduan yang jelas tentang perilaku anggota Polri, yang secara

menyeluruh mengatur bagaimana polisi harus menangani

penyidikan, penggeledahan, penangkapan, pemanggilan dan

penyitaan barang dari tersangka.

Peraturan tersebut secara resmi mengakui hak-hak yang tidak

dapat dilanggar yang telah disahkan secara internasional,

seperti: hak untuk hidup, bebas dari siksaan, kebebasan dari

penekanan dan kebebasan untuk mengungkapkan pendapat.

Peraturan tersebut juga mengakui dan melindungi kelompok-

kelompok rentan seperti wanita, anak, kelompok minoritas adat,

agama dan seksual.

Selama periode 2009, IOM terus memperkuat lembaga-lembaga

pendidikan dan pelatihan Polri dengan melaksanakan pelatihan

peningkatan kapasitas bagi 206 manager dan pelatih Polri

tingkat menengah tentang fungsi Polri, termasuk Panduan

Masyarakat, Penyelidikan Pidana, Intelijen, dan Lalu Lintas.

Peserta datang dari seluruh penjuru Indonesia dan masing-

Page 101: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 89

Indonesia and each function was addressed from a

perspective of human rights and community policing.

IOM also conducted a capacity enhancement Training

of Trainers (ToT) on Guidance and Counselling for a

total of 34 counsellors from across the INP’s first level

police schools, who were then able to pass on their

knowledge to a further 115 counsellors.

A group of 21 mid-level INP officers received ToT

on gender perspectives, gender mainstreaming and

gender in policing. At the higher levels of the INP,

all 215 of the INP’s generals attended IOM’s 2009

information dissemination seminar on “Human Rights

and Community Policing.”

Human interest story

INP Reaches out to Civil Society, Seeks Professionalism On 15 September 2008, Indonesian National Police

(INP) Law Division Head Inspector General Aryanto

Sutadi held a consultative meeting with representatives

of 15 NGOs to discuss security sector reform and to

obtain their input on the INP policy and guidelines on

Community Policing.

It was the first time that the INP and civil society had

come together to discuss a law that was going to impact

on the lives of all Indonesians. Facilitated by IOM and

the Partnership for Governance Reform, the discussion

represented a watershed moment in the INP’s ongoing

reform.

Inspector General Aryanto Sutadi, who is responsible

for the process of institutionalizing Community

Policing in Indonesia and who represents the INP in

the Community Policing Working Group, told the

NGO representatives that he hoped that the law would

lead to a more integrated, holistic and applicable kind

masing fungsi dibahas dari suatu perspektif HAM dan perpolisian

masyarakat.

IOM juga menyelenggarakan sebuah Pelatihan Para Pelatih

untuk meningkatkan kapasitas menyangkut Bimbingan dan

Konseling bagi sejumlah 34 pembimbing dari sekolah kepolisian,

yang kemudian dapat meneruskan pengetahuan mereka ke 115

pembimbing lainnya.

Sejumlah 21 petugas Polri tingkat menengah menerima Pelatihan

Untuk Pelatih tentang perspektif gender, pengarusutamaan

gender dan gender dalam pemolisian. Pada tingkatan yang lebih

tinggi di tubuh Polri, kesemua 215 jenderal polisi mengikuti

seminar perluasan informasi IOM di tahun 2009 tentang “Hak

Azazi Manusia dan Perpolisian Masyarakat”.

Cerita Kemanusiaan

Polri Menyentuh Masyarakat Sipil, Menuju Profesionalisme Pada 15 September 2008, Kepala Divisi Hukum Kepolisian

Republik Indonesia (Polri), Inspektur Jenderal Aryanto Sutadi

menyelenggarakan sebuah pertemuan konsultatif dengan

perwakilan dari 15 LSM guna membahas reformasi sektor

keamanan dan untuk mendapat masukan dari mereka

mengenai kebijakan dan panduan Polri tentang Perpolisian

Masyarakat.

Ini merupakan pertama kalinya Polri dan masyarakat sipil

bertemu untuk membahas sebuah undang-undang yang akan

membawa dampak pada kehidupan semua warga Indonesia.

Dengan difasilitasi oleh IOM dan ‘Partnership for Governance

Reform’, diskusi ini merupakan momen penting dalam

reformasi Polri yang sedang dilaksanakan ini.

Inspektur Jenderal Aryanto Sutadi, yang bertanggung jawab

atas proses pelembagaan Perpolisian Masyarakat di Indonesia

dan yang mewakili Polri dalam Kelompok Kerja Perpolisian

Masyarakat, mengatakan kepada para perwakilan LSM

bahwa ia berharap undang-undang akan menghasilkan jenis

Page 102: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200990

of community policing that upholds human rights

principles.

“CP should not be limited to problem-solving – it should

also eventually extend to the analysis of social justice

issues and crime prevention,” he said.

In July 2009, IOM partnered with KontraS, Amnesty

International, Praxis, Federation KontraS and POLRI

to facilitate another seminar entitled: ‘Understanding

Policing: Towards A Professional Indonesian Republic

Police.’ Attended by 120 police officer students and a

range of civil society representatives and human rights

advocates from across Indonesia, the seminar dealt with

issues of Community Policing, human rights, and the

barriers to ongoing reform, and created a space where

stakeholders could share learning and experiences.

The Chief of the INP Regulation No. 7 2008 on

Community Policing was enacted in October 2009 as a

nationwide policy and programme.

To date, over 100,000 police field officers have been

trained in Community Policing and Human Rights

through a programme facilitated by IOM and funded

by the Royal Netherlands Embassy and the European

Commission.

perpolisian masyarakat yang lebih terintegrasi, holistik dan

dapat dilaksanakan yang menjunjung tinggi prinsip HAM.

“Polmas seharusnya tidak terbatas pada penyelesaian masalah

– namun perlu untuk mencakup analisa masalah keadilan

sosial dan pencegahan kejahatan,” katanya.

Pada Juli 2009, IOM bermitra dengan KontraS, Amnesty

International, Praxis, Federation KontraS dan POLRI untuk

memfasilitasi seminar lain berjudul ‘Memahami Pemolisian:

Menuju Polri yang Profesional.’ Dengan diikuti oleh 120 siswa

perwira polisi dan sejumlah perwakilan masyarakat sipil

serta aktifis HAM dari seluruh penjuru Indonesia, seminar

tersebut membahas masalah-masalah menyangkut Perpolisian

Masyarakat, HAM, dan rintangan-rintangan terhadap

reformasi, dan menciptakan sebuah wadah dimana para

pemegang kepentingan dapat berbagi pembelajaran dan

pengalaman.

Peraturan Kapolri No. 7 tahun 2008 tentang Perpolisian

Masyarakat disahkan pada Oktober 2009 sebagai suatu kebijakan

dan program nasional.

Hingga kini, lebih dari 100.000 petugas polisi lapangan telah

dilatih di bidang Perpolisian Masyarakat dan HAM melalui

sebuah program yang difasilitasi oleh IOM dan didanai oleh

Kedutaan Besar Kerajaan Belanda serta Komisi Eropa.

By the numbers Berdasarkan angka as of July 2009 / hingga Juli 2009

Technical Cooperation and Capacity Building (Police Project) Proyek Polisi TCCB

499 Indonesian National Police (INP) Midlevel & High Rank Managers trained in Community Policing (CP) & Human Rights (HR) /Pejabat menengah dan atas Polri mendapat pelatihan tentang Polisi Kemasyarakatan (Polmas) dan Hak Azazi Manusia (HAM)

58 INP Police Functioning Trainers of Trainers (ToTs) attended Refresher Course /Polri memfungsikan pelatihan bagi pelatih untuk menghadiri kursus ..???

206 INP Midlevel Managers and Instructors trained on CP & HR in relation to Police functions /Pejabat menengah Polri dan para instruktur mendapat pelatihan tentang Polmas dan HAM yang berhubungan dengan fungsi-fungsi kepolisian

175 Non-Commissioned Officers (Bintara) trained in basic CP Training /Bintara mendapat pelatihan dasar tentang Polmas

1,208 Non-Commissioned Officers (Bintara) trained in basic HR Training /Bintara mendapat pelatihan dasar tentang HAM

200 SESPIM students trained in Public Perception Mapping of the 2009 General Election Security Threat & the use of CP approaches to

safeguard 2009 General Election / Siswa/i SESPIM mendapat pelatihan tentang Public Perception Mapping..??

21 Midlevel Police Officers trained to be ToTs in Gender Perspectives & Mainstreaming /Pejabat menengah Polri mendapat pelatihan untuk menjadi pelatih tentang Gender Perspective & Mainstreaming ????

Page 103: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 91

34 INP Counsellors trained to be ToTs in Guidance & Counselling /Penasihat Polri mendapat pelatihan untuk menjadi pelatih tentang Panduan & Konseling

435 INP Midlevel & High Rank Managers attended Seminar & Workshop on information dissemination on Chief of INP Guidelines for CP

Implementation /Pejabat menengah dan atas Polri menghadiri Seminar dan Lokakarya tentang penyebaran informasi dalam hal Panduan dari Kapolri dalam Mengimplementasikan Polmas

350 INP School and Training Centre Counsellors trained in Basic Guidance & Counselling /Penasihat Sekolah dan Pusat Pelatihan Polri mendapat pelatihan tentang Panduan Dasar & Konseling

44 INP Trainers trained to be ToTs in Basic Communication Skills (BCS) & Training Techniques in relation to CP, HR & Gender /Pelatih Polri mendapat pelatihan untuk menjadi pelatih bagi pelatih tentang Kemampuan Dasar Komunikasi & Teknik Pelatihan dalam hubungannya dengan Polmas, HAM dan Jender

1,039 INP School & Training Centres instructors trained in BCS & Training Techniques for CP, HR & Gender /Para instruktur Sekolah dan Pusat Pelatihan Polri mendapat pelatihan tentang Kemampuan Dasar Komunikasi & Teknik Pelatihan untuk Polmas, HAM & Jender

1,680 Community Police Forum (CPF), Community Members & INP members in the targeted area attended sessions on Information Dissemination

on CP & HR /Forum Komunitas Polisi, Anggota Komunitas & anggota Polri di area-are yang telah ditargetkan menghadiri sesi tentang Penyebaran Informasi mengenai Polmas & HAM

175 CSO, midlevel & INP high rank managers, legislative, academician participated in the Seminar on Chief of INP Guidelines for Implementation

of HR Principles for Law Enforcement Officers /CSO, pejabat menengah & atas Polri, legislatif, kaum akademis berpartisipasi pada Seminar mengenai Panduan dari Kapolri untuk Mengimplementasikan Prinsip-prinsip HAM bagi para petugas penegak hukum

25 SESPIM lecturers/Widya Iswara attended enhancement training in BCS & Training Techniques /Dosen SESPIM/Widya Iswara menghadiri pelatihan tambahan tentang Kemampuan Dasar Komunikasi & Teknik Pelatihan

1,000 Guide Book/Manual on Human Rights for The Indonesian National Police (May 2006) printed and distributed in Bahasa Indonesia and

English /Buku Panduan/Manual tentang HAM bagi Polri (Mei 2006) telah dicetak dan didistribusikan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris

500 Training Manual on Community Policing for the Indonesian National Police (June 2006) printed and distributed in Bahasa Indonesia

and English /Manual Pelatihan tentang Polmas bagi Polri (Juni 2006) telah dicetak dan didistribusikan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris

25 Training Manual on Gender in Policing for the Indonesian National Police (November 2008) printed and distributed in Bahasa /

Indonesia & English /Manual Pelatihan tentang Jender dalam bagi Polri (Nopember 2008) telah dicetak dan didistribusikan dalam Bahasa Indonesia & Inggris

1,500 Training Manual on Basic Communication & Training techniques for National Police School Trainers Enhancement of Capacity

Training (October 2008) printed and distributed in Bahasa Indonesia and English /Manual Pelatihan tentang Dasar Komunikasi & Teknik Pelatihan Tambahan bagi Pelatih Sekolah Polri dalam hal Pelatihan Kapasitas (Oktober 2008) telah dicetak dan didistribusikan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris

450 Training Manual on Guidance and Counselling for Counsellors in the Indonesian National Police Training and Education Institution

(March 2009) printed and distributed in Bahasa Indonesia and English / Manual Pelatihan tentang Panduan dan Konseling bagi Penasihat di Institusi Pendidikan dan Pelatihan Polri (Maret 2009) telah dicetak dan didistribukan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris

70,000 Chief of INP’s Guidance on the Implementation of Community Policing by the Indonesian National Police (September 2008) printed

and distributed in Bahasa Indonesia and English / Panduan dari Kapolri tentang Pengimplementasian Polmas oleh Polri (September 2008) telah dicetak dan didistribusikan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris

51,000 Chief of INP’s Guidance on the Implementation of Human Rights Principles for Law Enforcement Officers by the Indonesian National

Police (July 2009) printed and distributed in Bahasa Indonesia and English / Panduan dari Kapolri tentang Implementasi Prinsip-prinsip HAM untuk Petugas Penegak Hukum oleh Polri (Juli 2009) telah dicetak dan didistribusikan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris

11,100 Bilingual Newsletters printed and circulated /Newsletter dalam dua bahasa telah dicetak dan disirkulasikan

5,000 Community Policing posters printed and distributed /Poster-poster Polmas telah dicetak dan didistribusikan

5,000 Human Rights posters printed and distributed /Poster-poster HAM telah dicetak dan didistribusikan

1 CP & HR interactive learning website in SESPIM developed & operational /Situs belajar secara interaktif Polmas dan HAM di SESPIM telah dijalankan & dikembangkan

4 Computer sets donated to SESPIM to support the operation of interactive learning website /Paket-paket komputer didonasikan untuk mendukung kegiatan situs belajar secara interaktif kepada SESPIM

215 Senior High Level INP Officers undergo information dissemination on Human Rights and Community Policing /Senior tingkat atas Polri melakukan penyebaran informasi tentang HAM dan Polmas

Page 104: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200992

The finalists of the Poster Competition on Community Policing and Human Rights/ Finalis Kompetisi Poster tentangPolisi Kemasyarakatan dan Hak Asasi Manusia

Page 105: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 93

Page 106: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

Facilitating MigrationMemfasilitasi Migrasi

Page 107: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang
Page 108: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200996

Labour MigrationMigrasi Tenaga Kerja

In 2008 almost 700,000 labour migrants officially left

Indonesia to seek employment abroad, the majority

in Malaysia or the Middle East. It is believed that

several hundred thousand more also left without

following proper procedures and are now working as

undocumented migrants in other countries.

Undocumented migration is full of risks. IOM works to

facilitate the development of policies and programmes

to improve documented migration practices in

Indonesia that benefit all stakeholders in labour

migration – government, migrants and wider Indonesian

society.

As Indonesia seeks to better support its migrant workers,

IOM is supporting enhanced labour migration practices

to popular destination countries for Indonesian labour

migrants. IOM’s project: “Promoting Dialogue and

Information Sharing on Labour Migration between

Indonesia and Malaysia, Singapore and the Middle

East” aims to enhance labour migration management

capacity in Indonesia. Funded by the US State

Department’s Bureau for Population, Refugees and

Migration (PRM), the project promotes dialogue

between Indonesia and selected key labour destination

countries in Asia and the Middle East, namely Malaysia,

Singapore, Bahrain, Kuwait and Egypt.

As part of the project a research report has been

produced, which outlines the main weaknesses in the

labour migration system in Indonesia, as well as some

of the problems migrants encounter in key destination

countries. It also provides recommendations as to

how the system could be improved. In addition, a

Government Working Group was formed, led by

the Coordinating Ministry for Economic Affairs, to

identify challenges facing Indonesia’s labour migration

management and find solutions through facilitated

study trips to Malaysia, Singapore, Kuwait and Bahrain.

The study visits were aimed at promoting dialogue to

address present and future migration challenges and

at reaching solutions that will benefit both origin and

destination countries.

Selama 2008 hampir 700.000 tenaga kerja migran resmi

meninggalkan Indonesia untuk mencari kerja di luar negeri, yang

sebagian besar ke Malaysia atau Timur Tengah. Diperkirakan

beberapa ratus ribu juga telah pergi, tanpa mengikuti prosedur

yang benar dan saat ini bekerja sebagai TKI tanpa dokumen di

negara lain.

Migrasi tanpa berdokumen penuh dengan risiko. IOM bekerja

untuk memfasilitasi pengembangan kebijakan dan program

guna meningkatkan migrasi berdokumen di Indonesia yang

membawa manfaat kepada semua pihak yang berkepentingan di

migrasi tenaga kerja – yakni pemerintah, migran dan masyarakat

Indonesia secara luas.

Melihat Indonesia berupaya untuk lebih mendukung para

tenaga kerja migrannya, IOM mendukung praktek-praktek

migrasi tenaga kerja yang lebih baik ke negara-negara tujuan yang

populer bagi para tenaga kerja Indonesia (TKI). Proyek IOM yang

berjudul “Memajukan Dialog dan Pertukaran Informasi Tentang

Migrasi Tenaga Kerja Antara Indonesia dan Malaysia, Singapura

dan Timur Tengah” bertujuan untuk meningkatkan kapasitas

penanganan migrasi tenaga kerja di Indonesia. Dengan didanai

oleh Biro Kependudukan, Pengungsi dan Migrasi (PRM) pada

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, proyek ini memajukan

dialog antara Indonesia dan beberapa negara tujuan tertentu di

Asia dan Timur Tengah, yakni Malaysia, Singapura, Bahrain,

Kuwait dan Mesir.

Sebagai bagian dari proyek ini, sebuah laporan riset telah disusun,

yang menggariskan kelemahan-kelemahan utama pada sistem

migrasi tenaga kerja di Indonesia, disamping juga masalah-

masalah yang dihadapi para migran di beberapa negara tujuan

utama. Laporan tersebut juga memberikan beberapa rekomendasi

mengenai bagaimana hal tersebut dapat ditingkatkan. Disamping

itu, sebuah Kelompok Kerja Pemerintah juga telah dibentuk, yang

diketuai oleh Kementrian Koordinator Urusan Ekonomi, untuk

mengidentifikasi tantangan-tantangan yang dihadapi dalam

pengelolaan migrasi tenaga kerja Indonesia dan mencari solusi

melalui kunjungan belajar ke Malaysia, Singapura, Kuwait dan

Bahrain. Kunjungan studi ini bertujuan memajukan dialog guna

menjawab tantangan-tantangan migrasi yang ada saat ini maupun

di masa depan, sekaligus mencari solusi yang akan membawa

manfaat bagi negara pengirim maupun negara tujuan.

Page 109: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 97

The Working Group consisted of representatives from

eight government ministries working directly and

indirectly in the field of labour migration in Indonesia.

After completing the series of study visits, the Working

Group contributed their findings to the research report

and provided recommendations. The research was

conducted by IOM in collaboration with the Institute

for ECOSOC.

The final report will be launched during a conference

in January 2010, attended by stakeholders including the

government, civil society organizations from Indonesia

and the four destination countries, and returned

migrants. IOM hopes that the research report will be

used by the government to improve labour migration

management and to shape labour migration policy.

In addition to its other labour migration projects, IOM is

currently starting a new project to enhance Indonesian

labour attachés’ capacity to protect Indonesian migrant

workers overseas.

Human interest story

Government Advisor Dr. Arifien Habibie Wants a Better Deal for MigrantsDr Arifien Habibie, Senior Advisor to the Coordinating

Minister of Economic Affairs, says that labour migration

in Indonesia is not yet properly managed, focusing too

much on the commercial aspects of migration and not

paying enough attention to the welfare of migrants.

But he is hopeful that things are changing. Indonesian

President Susilo Bambang Yudhoyono has expressed

his concerns about how labour migration is currently

being managed, reforming the mechanisms for the

placement and protection of migrant workers through

Presidential Instruction No. 6/2006, he notes.

Kelompok Kerja tersebut terdiri dari para perwakilan dari

delapan departemen pemerintah yang bekerja secara langsung

dan tidak langsung di bidang migrasi tenaga kerja di Indonesia.

Setelah menyelesaikan rangkaian kunjungan studi, kelompok

kerja ini menyumbangkan temuan-temuan mereka dalam

bentuk laporan riset dan memberikan beberapa rekomendasi.

Riset tersebut dilakukan oleh IOM bekerjasama dengan ‘Institute

for ECOSOC’.

Laporan akhir diluncurkan dalam sebuah konferensi pada Januari

2010, dengan dihadiri para pemegang kepentingan termasuk

pemerintah, organisasi masyarakat sipil dari Indonesia dan

keempat negara tujuan, serta para migran yang telah pulang.

IOM berharap laporan riset tersebut akan digunakan oleh

pemerintah untuk meningkatkan penanganan migrasi tenaga

kerja dan untuk membentuk kebijakan migrasi tenaga kerja kita.

Disamping proyek-proyeknya di bidang migrasi, IOM saat ini

memulai sebuah proyek baru untuk meningkatkan kapasitas

perwakilan pejabat tenaga kerja Indonesia di kedutaan-kedutaan

besar Indonesia guna melindungi para TKI di luar negeri.

Cerita kemanusiaan

Penasehat Pemerintah Dr. Arifien Habibie ingin Situasi yang Lebih Baik bagi Migran Dr Arifien Habibie, Penasehat Senior Menteri Urusan Ekonomi,

mengatakan bahwa migrasi tenaga kerja di Indonesia masih

belum dikelola dengan baik, yang berfokus terlalu banyak pada

aspek komersil dari migrasi dan tidak memberi perhatian yang

cukup pada kesejahteraan para migran.

Namun ia yakin bahwa situasi tersebut sedang berubah. Ia melihat

bahwa Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono telah

menyatakan keprihatinannya mengenai bagaimana migrasi

tenaga kerja ditangani saat ini, memperbaharui mekanisme

untuk penempatan dan perlindungan para tenaga kerja migran

melalui Instruksi Presiden No. 6/2006.

Page 110: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 200998

Page 111: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 99

In 2009 Dr. Habibie led an Indonesian delegation

on study visits to Singapore, Malaysia, Kuwait and

Bahrain. Accompanied by IOM staff members, the

delegation included representatives from the Ministry

of Manpower and Transmigration, National Board

for Placement and Protection of Overseas Migrant

Workers, Ministry of Social Affairs, Indonesian National

Police, Ministry of Women’s Empowerment, Ministry

of Foreign Affairs, Coordinating Ministry of People’s

Welfare and Ministry of Home Affairs.

The study visits were facilitated by IOM as a part of

the: “Promoting Dialogue and Information Sharing on

Labour Migration between Indonesia and Malaysia,

Singapore, and the Middle East” project. The visits

aimed to promote dialogue between the government

and labour migration destination countries and to

assist Indonesia in meeting its present and future

labour migration challenges.

According to Dr Habibie, IOM’s facilitation has lead to

the most comprehensive study visits so far conducted

in the field. During the visits, the delegation met

with various stakeholders including the governments

of the destination countries, NGOs and researchers, as

well as visiting shelters for labour migrants, overseas

Indonesian communities and Indonesian Embassies.

This breadth of consultation allowed the delegation to

get a comprehensive picture of the labour migration

situation in each destination country, with IOM

providing a forum where the government representatives

could discuss the problems associated with labour

migration and potential solutions with a wide range of

stakeholders.

“These trips have provided us with valuable information

on Indonesian labour migrants’ situations, on labour

markets and on host countries’ policies that will help us

to shape better policies on labour migration management in

Indonesia,” says Dr. Habibie.

Currently, 70 per cent of Indonesian labour migrants

are unskilled. Dr. Habibie is optimistic that within five

years, Indonesia will be able to deploy a more equal

mix of both skilled and unskilled migrant workers.

Reflecting on his experiences, Dr. Habibie hopes that

IOM will continue to assist the government to improve

its capacity to better address migration challenges

in the future, particularly by bridging gaps between

governments and promoting information sharing in

bilateral and international fora.

Pada 2009 Dr. Habibie memimpin sebuah delegasi Indonesia

dalam kunjungan belajar ke Singapura, Malaysia, Kuwait dan

Bahrain. Dengan didampingi oleh staf IOM, delegasi tersebut

terdiri dari perwakilan dari Departemen Tenaga Kerja

dan Transmigrasi, Departemen Sosial, Polri, Kementrian

Pemberdayaan Perempuan, Departemen Luar Negeri, Kementrian

Koordinator Kesejahteraan Rakat dan Departemen Dalam

Negeri.

Kunjungan studi tersebut difasilitasi oleh IOM sebagai bagian

dari proyek “Memajukan Dialog dan Pertukaran Informasi

Tentang Migrasi Tenaga Kerja antara Indonesia dan Malaysia,

Singapura, dan Timur Tengah. Kunjungan tersebut ditujukan

untuk memajukan dialog antara pemerintah dan negara tujuan

migrasi tenaga kerja sekaligus membantu Indonesia dalam

menanggulangi tantangan migrasi tenaga kerja yang ada saat

ini dan di masa depan.

Menurut Dr Habibie, fasilitasi IOM telah berujung pada

kunjungan belajar yang paling komprehensif yang pernah

dilakukan hingga kini di lapangan. Selama kunjungan tersebut,

delegasi bertemu dengan beberapa pemegang kepentingan

termasuk pemerintah negara tujuan, LSM dan peneliti, disamping

mengunjungi tempat shelter bagi tenaga kerja migran, masyarakat

Indonesia di luar negeri dan Kedutaaan Besar Indonesia.

Luasnya jangkauan konsultasi tersebut memungkinkan delegasi

untuk mendapatkan gambar komprehensif mengenai situasi

migrasi tenaga kerja di masing-masing negara tujuan. IOM telah

menyediakan sebuah forum dimana para perwakilan pemerintah

dapat mendiskusikan masalah-masalah yang terkait dengan

migrasi tenaga kerja serta penyelesaian-penyelesaian potensial

dengan berbagai pemegang kepentingan.

“Kunjungan-kunjungan tersebut telah memberikan informasi

berharga tentang situasi para tenaga kerja migran Indonesia,

tentang lapangan kerja dan kebijakan-kebijakan negara tujuan

yang akan membantu kita menyusun kebijakan yang lebih

baik tentang penanganan migrasi tenaga kerja di Indonesia,”

kata Dr. Habibie.

Saat ini, 70 persen tenaga kerja Indonesia tidak memiliki

keterampilan. Dr Habibie optimis dalam waktu lima tahun,

Indonesia akan mampu mengirim pekerja terlatih dan tidak

terlatih dalam jumlah yang lebih seimbang.

Melihat dari pengalamannya, Dr. Habibie berharap IOM

akan terus membantu pemerintah memperbaiki kapasitasnya agar

secara lebih baik dapat menangani tantangan-tantangan

migrasi di masa depan, khususnya dengan menjembatani

kekosongan-kekosongan antara pemerintah dan memajukan

pertukaran informasi dalam forum bilateral maupun

internasional.

Page 112: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

Project Development and Donor ListUnit Pengembangan Proyek dan Daftar Donor

Page 113: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

Project Development and Donor ListUnit Pengembangan Proyek dan Daftar Donor

Page 114: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009102

Project Development and Donor ListPengembangan Proyek dan Daftar Donor

IOM Indonesia, with its broad range of operations

throughout the Indonesian archipelago, is one of the

largest IOM missions in the world. IOM Indonesia

successfully raised USD 22.9 million for 17 new projects

in 2009.

With support from the the Governments of

Australia, European Commission, The Netherlands,

Japan, United Kingdom, United States of America,

the United Nations (UN) and the multi-donor Java

Reconstruction Fund, the Mission secured its long-

term presence in Indonesia to support the Government

of Indonesia’s initiatives in the areas of Migration

Management, Security Sector Reform, Return

Assistance to Migrants, Post-Disaster and Post-Conflict

Rehabilitation, Migration Health, Counter-Trafficking,

Labour Migration and Migration and Development.

Thanks to the funding raised in 2009 in close coordination

with its UN and non-UN humanitarian relief partners,

IOM continued to be one of the main humanitarian

actors in Indonesia.

While traditional bi- and multilateral donors were the

main contributors to IOM’s activities in Indonesia

throughout 2008, IOM continued to receive funding

from international non-governmental organizations,

demonstrating its attractiveness as a flexible, hands-on

organization, and its capacity to deliver high-quality

services and effective assistance.

IOM Indonesia’s strategy remains to closely

work governmental, intergovernmental and non-

governmental partners to provide services and advice

to the Government of Indonesia, migrants and migrant

communities.

In 2009, IOM has received funding from 22 different

donors, confirming a solid and diversified funding base

for annual and multi-annual projects and programmes

in Indonesia.

IOM Indonesia, dengan sejumlah kegiatannya yang

beraneka ragam di kepulauan Indonesia, merupakan salah

satu misi IOM terbesar di dunia. IOM Indonesia telah

berhasil menggalang ASD 22,9 juta untuk 17 proyek baru

selama 2009.

Dengan dukungan dari Pemerintah Australia, Komisi Eropa,

Belanda, Jepang, Inggris, Amerika Serikat, PBB dan berbagai

donor yang terhimpun di dalam ‘Java Reconstruction Fund’,

IOM Indonesia telah menjamin keberadaannya untuk

jangka panjang di Indonesia guna membantu berbagai

inisiatif Pemerintah Indonesia di bidang Pengaturan Migrasi,

Reformasi Sektor Keamanan, Bantuan Pemulangan Bagi

Migran, Rehabilitasi Pasca-Bencana dan Pasca-Konflik,

Kesehatan Migrasi, Penanggulangan Tindak Pidana

Perdagangan Manusia, Migrasi Tenaga Kerja dan Migrasi

dan Pembangunan. Berkat pendanaan yang telah digalang

selama 2009 di bawah kerjasama yang erat dengan para

mitranya di PBB maupun non-PBB, IOM terus menjadi

salah satu pelaku utama bantuan kemanusiaan di Indonesia.

Meskipun donor bilateral dan multilateral tetap menjadi

kontributor utama bagi kegiatan IOM di Indonesia selama

tahun 2008, IOM terus menerima pendanaan dari organisasi

non-pemerintah internasional, yang menunjukkan daya

tariknya sebagai organisasi yang fleksibel, serta kapasitasnya

untuk memberikan layanan berkualitas tinggi dan bantuan

yang efektif.

Strategi IOM Indonesia masih tetap dengan bekerjasama

secara erat dengan para mitra pemerintahan, antar

pemerintah dan non-pemerintah guna menyediakan layanan

dan nasehat kepada Pemerintah RI, para migran dan

komunitas migran.

Selama 2009, IOM telah menerima pendanaan dari 22

donor yang berbeda-beda, yang mengukuhkan landasan

pendanaan yang solid dan beraneka ragam bagi proyek-

proyek dan program-program tahunan dan multi-tahunan

di Indonesia.

Page 115: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 103

By the numbers Berdasarkan angka as of end of December 2009 / hingga Desember 2009

IOM Harvard Medical School Programme, Aceh Program IOM Harvard Medical School, Aceh

USD 96,722,135 Total value of project and programme portfolio in 2009 / Total nilai proyek dan program pada tahun 2009

USD 23,492,882 Total value of funding raised for new projects in 2009 (including extensions) / Total nilai dana yang dikumpulkan untuk proyek-proyek baru pada tahun 2009 (termasuk proyek lanjutan)

USD 35,401,310 Total value of projects under development /Total nilai proyek-proyek yang sedang dikembangkan

43 Number of projects implemented by IOM Indonesia in 2009 /Jumlah proyek-proyek yang diimplementasikan oleh IOM Indonesia pada tahun 2009

13 Number of projects implemented by IOM in Aceh in 2009 / Jumlah proyek-proyek yang diimplementasikan oleh IOM di Aceh pada tahun 2009

23 Number of new projects in 2009 /Jumlah proyek-proyek baru pada tahun 2009

18 Number of projects under development / Jumlah proyek-proyek yang sedang dikembangkan

22 Number of donors in 2009 / Jumlah donor pada tahun 2009

Donor List and Contribution Daftar Donor dan Kontribusinya

USD 21,407,194 Australia - Department of Immigration and Citizenship (DIAC)

USD 17,631,483 European Comission (EC), including ECHO

USD 10,602,042 United States Agency for International Development (USAID)

USD 9,266,007 Japan

USD 8,082,962 American Red Cross

USD 7,373,834 Royal Netherlands Embassy (RNE)

USD 5,565,948 Canadian International Development Agency (CIDA)

USD 4,484,000 Java Reconstruction Fund (JRF)

USD 3,184,000 United States - Bureau of Population, Refugees, and Migration (PRM)

USD 1,826,805 AmeriCares

USD 1,620,882 Asian Development Bank (ADB)

USD 1,614,184 Department For International Development (DFID)

USD 1,221,148 Cooperative for Assistance and Relief Everywhere (CARE)

USD 668,869 Australian Customs and Border Protection Service

USD 660,000 United States - The Office to Monitor and Combat Trafficking in Persons (G/TIP)

USD 654,046 Save The Children

USD 407,618 Central Emergency Response Fund

USD 183,887 Australian Federal Police

USD 141,849 Central Fund for Influenza Action (CFIA)

USD 100,000 Brazil

USD 15,540 Norwegian Embassy

USD 9,837 UNAIDS – Programme Acceleration Funds (PAF)

USD 96,722,135 TOTAL

Page 116: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia OfficesKantor-kantor IOM Indonesia

Page 117: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Offices

Page 118: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009106

IOM INDONESIA

Sampoerna Strategic Square, North Tower, Floor 12A,

Jl. Jend. Sudirman Kav.45-46, Jakarta Selatan 12930, Indonesia

P. +62 (21) 579 51 275 F. +62 (21) 579 51 274 E. [email protected]

IOM Banda aceh

Jl. Sudirman No. 32, Banda Aceh 23230,

Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia

P. +62 (651) 435 56 F. +62 (651) 435 54

IOM Medan (ops)

Jl. Mojopahit No. 65, Medan 20153,

Sumatera Utara, Indonesia

P. +62 (61) 415 2 567 F. +62 (61) 452 5 122

IOM Padang

Jl. Batang Naras No. 6, Padang Baru, Padang,

Sumatera Barat, Indonesia

P. +62 (751) 705 5 354

IOM Batam (ops)

Jl. Tiban II Blok B IV/5, RT 002 RW 11,

Kel. Tiban Lama, Kec. Sekupang,

Batam 29425, Indonesia

P. +62 (778) 322 526 F. +62 (778) 322 526

IOM Tanjung Pinang

Jl. Gatot Subroto Villa Taman Pinang Blok D2,

Kel. Kampung Bulang, Kec. Tanjung Pinang Timur,

Kepulauan Riau 29123, Indonesia

P. +62 (771) 311 961 F. +62 (771) 311 961

IOM Lampung (ops)

Jl. KH. Mansyur No. 115, Rawa Laut,

Kec. Tj. Karang Timur, Bandar Lampung, Indonesia

P. +62 (721) 261 325

IOM Bogor (ops)

Komp. Dosen IPB, Jl. Intan No.25/27, Tanah Baru, RT 03 RW 11,

Kel. Baranangsiang, Bogor, Jawa Barat, Indonesia

P. +62 (251) 832 4 781 F. +62 (251) 832 4 781

IOM Bandung

Jl. Setia No. 9, Sukajadi, Bandung,

Jawa Barat, Indonesia

P. +62 (22) 203 2 855

IOM Yogyakarta

Jl. HOS Cokroaminoto No. 109,

Yogyakarta 55253, Indonesia

P. +62 (274) 619 055/56 F. +62 (274) 619 012

IOM Surabaya (ops)

Jl. Raya Pabean-Sedati (Juanda Baru), Garden Dian Regency, Alamanda II-25,

Sidoarjo, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

P. +62 (31) 868 5 359 F. +62 (31) 869 0 127

Page 119: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

IOM Indonesia Annual Report / Laporan Tahunan 2009 107

IOM Situbondo (Police Project)

Polres Situbondo, Jl. PB Sudirman No. 30, Situbondo 68312,

Jawa Timur, Indonesia

IOM Denpasar (police Project)

Polri-RNE Coordination Office, POLDA Bali lt. 2,

Jl. WR Supratman No. 7, Denpasar, Bali, Indonesia

IOM Pontianak (ops)

Jl. Lombok No. 70, Pontianak 78121,

Kalimantan Barat, Indonesia

F. +62 (561) 763 953

IOM Makasar (ops)

Perumahan Tulip Blok C1/31, Panakkukang,

Jl. Boulevard, Makasar, Sulawesi Selatan, Indonesia

P. +62 (411) 432 750

IOM Mataram (ops)

Jl. Pelikan No. 9, Pajang Timur, Mataram 83121,

Nusa Tenggara Barat, Indonesia

P. +62 (370) 644 283 F. +62 (370) 647 813

IOM Kupang (ops)

Jl. Srikandi No. 22, Kelapa Lima, Kupang,

Nusa Tenggara Timur, Indonesia

P. +62 (380) 828 382 F. +62 (380) 828 382

IOM Rote (ops)

Nusaklai (Ba’a) Rote, RT 09 RW 04,

Kel. Mokdale, Kec. Lobalain, Kab. Rote Ndao,

Rote, Indonesia

P. +62 (380) 871 226

IOM Maumere (ops)

Jl. Brai No. 18,

Kel. Nangameting, Kec. Alok Timur, Kab. Sikka,

Maumere, Flores, Indonesia

P. +62 (382) 221 86 F. +62 (382) 210 00

IOM Ambon (ops)

Perumahan Puspa Sari Blok B No. 6, Halong Atas, Ambon,

Maluku, Indonesia

IOM Jayapura (ops)

Gedung BPID lt. 2, Jl. Dr. Sam Ratulangi No. 32,

Jayapura 99112, Indonesia

IOM Merauke (ops)

Jl. Raya Mandal, Bampel,

Kel. Mandala, Kec. Merauke, Indonesia

Page 120: annual report - reliefweb.int · Irregular Migration / Migrasi Gelap 64 ... the province of Aceh on the northenmost tip of ... dan permintaan akan tenaga kerja di dalam negara yang

International Organization for Migration (IOM) Indonesia

Sampoerna Strategic Square, Tower North, Floor 12AJalan Jendral Sudirman Kav.45-46, Jakarta Selatan 12930, IndonesiaP. +62 21 5795 1275 F. +62 21 5795 1274 E. [email protected]://www.iom.or.id

de

sign

ed

by

: san

da

fath

ara

ni (s.fa

tha

ran

i@g

ma

il.co

m)