annual report | laporan tahunan 2019

72
2019 ANNUAL REPORT | LAPORAN TAHUNAN

Upload: others

Post on 13-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

1

2019AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn

Page 2: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

2

ContentsDAftAR IsI

Page 3: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

3

Foreword From the Ceo | Sekapur Sirih 4

oUr Core StrAteGIeS | Strategi inti kami

orANGUtAN reINtrodUCtIoN | reintrodukSi orangutan 8 reSCue | penyelamatan 8 rehaBiLitation | rehabilitasi 8 reintroduCtion | pelepasliaran 11 ChaLLengeS | tantangan 20

SANCtUArY CAre | peraWatan Suaka 22 unreLeaSeaBLe orangutanS | orangutan unreleaseable 22 Sun BearS | Beruang madu 23 animaL WeLFare | kesejahteraan Satwa 25 ChaLLengeS | tantangan 29

orANGUtAN eCoSYStem CoNSerVAtIoN | peLeStarian ekoSiStem orangutan 30 Land rehaBiLitation at SamBoJa LeStari | rehabilitasi Lahan di Samboja Lestari 30 maWaS ConSerVation program | program konservasi mawas 31 Working area monitoring and protection | pemantauan dan perlindungan Wilayah kerja 32 Land rehabilitation and restoration | rehabilitasi dan restorasi Lahan 35 Fire outBreakS | kebakaran 36 orangutan haBitat reStoration program | program restorasi habitat orangutan 39 reSearCh and deVeLopment | penelitian dan pengembangan 40 reintroduction Biology | Biologi reintroduksi 40 Wild orangutan research | penelitian orangutan Liar 40 human ecology and alternative Livelihoods | ekologi manusia dan mata pencaharian alternatif 40 research on peatlands and Fires | penelitian tentang Lahan gambut dan kebakaran 40 BeSt management praCtiCeS | praktik-praktik tata kelola terbaik 44 ChaLLengeS | tantangan 46 SUStAINABLe CommUNItY deVeLoPmeNt | pemBerdaYaan maSYarakat BerkeLanJutan 48 Sustainable Community development around our rehabilitation Centre 48 pemberdayaan masyarakat Berkelanjutan di Sekitar pusat-pusat rehabilitasi Sustainable Community development around our orangutan release Sites 49 pemberdayaan masyarakat Berkelanjutan di Sekitar Situs-Situs pelepasliaran orangutan Sustainable Community development for Wild orangutan Conservation in 53 the mawas Conservation area, Central kalimantan pemberdayaan masyarakat Berkelanjutan untuk pelestarian orangutan Liar di Wilayah konservasi mawas, kalimantan tengah environmental education 56 pendidikan Lingkungan hidup

FUNdrAISING | penggaLangan dana 58CommUNICAtIoNS | komunikaSi 62PArtNerS meetING & CoordINAtIoN | pertemuan & koordinaSi dengan organiSaSi mitra internaSionaL 66FINANCIAL rePort 2019 (AUdIted) | Laporan keuangan 2019 (Yang diaudit) 68doNorS 2019 | donor 2019 70

Page 4: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

4

To conserve just one species may sound like a small, easy task. However, this is not the case. It involves much more than simply taking action on the ground in their native habitat. Saving a species from the brink of extinction goes further than merely protecting its populations. Our 29 years of experience have taught us that in order to protect one species, you also need to protect its habitat. Therefore, our orangutan

WoRKInG hAnD In hAnD to lIVe In hARMonY

foReWoRD fRoM the Ceo 2019 | seKApuR sIRIh 2019

Upaya pelestarian satu spesies mungkin terdengar sederhana. Namun begitu, ini butuh lebih banyak dari sekadar bekerja di di habitat alami mereka. Mencegah kepunahan satu spesies, bukan sekadar melindungi populasinya. Pengalaman selama 29 tahun mengajarkan kami bahwa untuk bisa melestarikan satu spesies, kita juga perlu melindungi habitatnya. Oleh karena itu, kerja

“Nothing, no one, is too small to matter. What you do is going to make a difference.” Madeleine L’Engle.

BeKeRjA BAhu-MeMBAhu DAn hIDup hARMonIs DenGAn AlAM

Our Earth is an one, incredibly large ecosystem, whose future depends on the actions of just one creature: mankind. As many people are working to reduce the rate of environmental damage, on the other side there are those who continue to exploit the planet’s natural resources for personal gain. With this knowledge, the BOS Foundation refuses to sit in silence - we have to continue working to save orangutans and their habitats, for the future of all mankind.

Bumi adalah sebuah ekosistem besar yang masa depannya sangat bergantung pada tindakan manusia. Di saat sejumlah orang berusaha mengurangi laju kerusakan terhadap lingkungan, di sisi lain ada sekelompok lain yang terus mengeksplorasi kekayaan alam demi kepentingannya. Memahami hal ini, BOS Foundation tidak bisa tinggal diam, kami harus terus bergerak maju menyelamatkan orangutan dan habitatnya demi masa depan kita.

Page 5: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

5

Dr. Ir. Jamartin Sihite

conservation work is deeply tied to the preservation of forests in Kalimantan, and the orangutan’s role in maintaining these forest ecosystems. Our approach to orangutan conservation focuses on four main areas – orangutan reintroduction, sanctuary care, conservation of wild populations and habitats, and sustainable community empowerment.

Over the years, we have also learned that conservation is a huge undertaking that requires partnership and dedication from all stakeholders, no matter their role in today’s world and their relationship to orangutan habitat. We are willing to work together with those who wish to be part of the solution, not part of the problem. We welcome all parties who understand that preserving orangutans and their habitats is a shared responsibility.

In the past 29 years, we have taken in more than 2,500 orangutans at our two rehabilitation centres in Central and East Kalimantan, to be cared for and guided through the long rehabilitation process in preparation for their return to the wild. While we have been able to release most of the rescued orangutans through translocation or reintroduction, the grim fact remains that there are still hundreds of orangutans in our rehabilitation centres who, due to their compromised health, advanced age, or lack of skills and natural behaviours, have slim to no chance of being released. For this group - referred to as the ‘unreleasables’ - we have built forested island sanctuaries in Central and East Kalimantan. Life on the islands gives these individuals a sense of freedom in an environment similar to that of a natural forest, but with all the human support necessary they need to survive.

pelestarian orangutan kami terkait erat dengan pelestarian hutan di Kalimantan, dan peran orangutan menjaga ekosistem hutan. Pendekatan kami melestarikan orangutan berdasarkan pada empat strategi inti – reintroduksi orangutan, perawatan suaka, konservasi populasi liar dan habitat, serta pemberdayaan masyarakat berkelanjutan.

Selama bertahun-tahun, kami menemukan bahwa pelestarian alam adalah pekerjaan besar yang membutuhkan kemitraan dan dedikasi dari semua pemangku kepentingan, terlepas dari peran mereka saat ini di dunia dan hubungan mereka dengan habitat orangutan. Kami bersedia bekerja bersama semua pihak yang mau menjadi bagian dari solusi, alih-alih bagian dari masalah. Kami menerima dengan tangan terbuka semua pihak yang sadar bahwa pelestarian orangutan dan habitatnya adalah tanggung jawab bersama.

Selama 29 tahun, kami telah menerima lebih dari 2.500 individu orangutan di kedua pusat rehabilitasi kami di Kalimantan Tengah dan Timur 2.500 individu orangutan di kedua pusat rehabilitasi kami di Kalimantan Tengah dan Timur untuk dirawat dan dibimbing melalui proses rehabilitasi yang panjang guna persiapan mereka kembali ke alam liar. Kendati kami bisa melepasliarkan sebagian besar di antaranya melalui translokasi atau rehabilitasi yang diikuti reintroduksi, faktanya masih ada ratusan orangutan di kedua pusat rehabilitasi kami yang akibat kondisi kesehatan yang kurang baik, usia, atau kurangnya keterampilan dan perilaku alami, memiliki kesempatan nyaris nihil untuk dilepasliarkan. Bagi kelompok yang kami namakan unreleasable ini, kami telah membangun pulau-pulau suaka berhutan di Kalimantan Tengah dan Timur. Hidup di pulau-pulau ini bisa memberikan mereka kebebasan dan di lingkungan yang mirip dengan hutan alam, namun kami tetap memberikan dukungan yang diperlukan mereka untuk bertahan hidup.

Page 6: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

6

In 2019, the BOS Foundation rescued 17 orangutans, 13 of whom are still undergoing the rehabilitation process at our centres, while the remaining four were translocated to safer, conflict-free locations. At the same time, through our #OrangutanFreedom campaign, we released 76 orangutans back to the forest in 12 release events, and transferred 59 orangutans that had completed their rehabilitation to pre-release islands. We also worked tirelessly to protect the estimated 2,550 wild orangutans living in the Mawas Conservation Area, which was ravaged by fires on several occasions.

In Central Kalimantan, we expanded our release area in the Bukit Baka Bukit Raya National Park (TNBBBR) to include a new area known as the Hiran watershed, as we were previously releasing rehabilitated orangutans only in the Bemban watershed. Meanwhile, in East Kalimantan, we started to prepare a new release area within the Kehje Sewen Forest. This expansion effort included us planning to enlarge and train new Post-Release Monitoring team members, alongside building new supporting infrastructure.

We are delighted to report that our intensive reintroduction efforts have continued to show positive results, with several natural births recorded among our released orangutans. Throughout 2019, we discovered that four baby orangutans had been born in the release forests. In total, since 2012, there have been 19 natural births recorded in the wild, with a new generation of wild orangutans emerging from the generation of rehabilitated and released orangutans.

Di tahun 2019 sendiri, kami menyelamatkan 17 orangutan, dengan 13 di antaranya masih menjalani proses rehabilitasi di pusat-pusat rehabilitasi kami sementara 4 lainnya telah ditranslokasi ke lokasi yang lebih aman dan bebas konflik. Di saat yang sama, melalui kampanye #OrangutanFreedom, BOS Foundation melepasliarkan 76 orangutan kembali ke hutan dalam 12 kegiatan pelepasliaran, dan memindahkan 59 orangutan yang telah menyelesaikan tahapan rehabilitasi ke pulau-pulau pra-pelepasliaran. Kami juga bekerja tanpa lelah untuk melindungi sekitar 2,550 orangutan liar yang hidup di Kawasan Konservasi Mawas, yang sempat beberapa kali mengalami kerusakan akibat kebakaran.

Di Kalimantan Tengah kami memperluas wilayah pelepasliaran di dalam Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) ke daerah yang disebut DAS Hiran, setelah sebelumnya kami melepasliarkan orangutan hasil rehabilitasi di DAS Bemban. Sementara di Kalimantan Timur, kami menyiapkan wilayah pelepasliaran baru di dalam kawasan Hutan Kehje Sewen. Upaya ekspansi ini termasuk rencana penambahan dan melatih tim Pemantauan Pasca Pelepasliaran baru, beserta pembangunan infrastruktur pendukungnya.

Dengan bangga kami umumkan bahwa upaya pelepasliaran yang intensif telah menunjukkan hasil yang positif, dengan beberapa kelahiran alami yang tercatat di antara orangutan yang kami lepasliarkan. Di tahun 2019 kami menemukan empat bayi orangutan lahir di hutan-hutan pelepasliaran kami. Secara total, sejak 2012, tercatat ada 19 kelahiran alami di alam liar, dengan generasi baru orangutan liar yang terbentuk dari generasi orangutan yang direhabilitasi dan dilepasliarkan.

Page 7: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

7

To help protect orangutan habitats, we continue to work closely with those communities living nearby or on the fringes of the forests. Our collaborations with community groups in a number of villages in Kapuas, South Barito, Katingan, Pulang Pisau, and Murung Raya districts in Central Kalimantan, and East Kutai district in East Kalimantan, help to create a safe and supportive environment for the conservation of both wild and released orangutans. These cooperative efforts includes the development of sustainable, alternative livelihoods; the prevention and management of forest and land fires; land rehabilitation and restoration; and environmental conservation education.

Thus, it is our pleasure to present a more detailed account of our achievements for the year 2019. But first, I want to remind everyone that the achievements listed in this report would not have been possible without the support of you all: our stakeholders, donors, and extraordinary supporters from around the world. A huge THANK YOU from all of us. Despite the challenges that 2019 brought, we hope to keep moving forward and achieve even more for orangutans, forests, and the wider community. All for the future of our planet.

Untuk melindungi habitat orangutan, kami terus bekerja bersama masyarakat setempat yang tinggal di sekitar hutan atau di pinggiran hutan. Kerja sama kami dengan kelompok masyarakat di sejumlah desa dampingan di Kabupaten Kapuas, Barito Selatan, Katingan, Pulang Pisau, dan Murung Raya di Kalimantan Tengah serta Kabupaten Kutai Timur di Kalimantan Timur, dilaksanakan untuk membantu terciptanya sebuah lingkungan yang aman bagi upaya pelestarian orangutan, baik liar maupun hasil pelepasliaran. Upaya kerja sama ini mencakup pengembangan mata pencaharian alternatif yang berkelanjutan; pencegahan dan pengelolaan kebakaran hutan dan lahan; rehabilitasi dan restorasi lahan; serta pendidikan pelestarian lingkungan.

Berikut ini, dengan senang hati kami menyajikan uraian yang lebih rinci tentang pencapaian kami di tahun 2019. Namun sebelumnya, saya ingin menegaskan bahwa semua capaian yang tercantum dalam laporan ini tidak mungkin terwujud tanpa dukungan dari Anda semua: para pemangku kepentingan, para donor, serta pendukung kami yang luar biasa dari seluruh dunia. Terima kasih yang sebesar-besarnya dari kami semua di sini. Terlepas dari tantangan besar yang kami hadapi di tahun 2019, kami berharap untuk terus melangkah maju dan meraih lebih banyak capaian yang bermanfaat bagi orangutan, hutan, dan masyarakat luas. Semua demi masa depan bumi ini.

Page 8: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

8

oRAnGutAnReIntRoDuCtIon

• At the Samboja Lestari Orangutan Rehabilitation Centre in East Kalimantan (Samboja Lestari), four more orangutans joined us in 2019, following rescue missions undertaken in collaboration with the East Kalimantan Natural Resources Conservation Agency (BKSDA).

• Thirteen newly rescued orangutans arrived at the Nyaru Menteng Orangutan Rehabilitation Centre in Central Kalimantan (Nyaru Menteng). We also translocated four healthy, wild, adult orangutans from dangerous areas to safer forests: one into Gunung Lumut Protection Forest and three into Bukit Baka Bukit Raya National Park (TNBBBR).

ResCue

• Di Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari di Kalimantan Timur (Samboja Lestari), kami menerima empat orangutan baru di tahun 2019, hasil dari penyelamatan bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur.

• Tiga belas orangutan tiba di Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng di Kalimantan Tengah (Nyaru Menteng). Kami juga melakukan translokasi 4 orangutan dewasa, sehat, dan liar dari daerah berbahaya ke hutan yang aman, 1 ke Hutan Lindung Gunung Lumut dan 3 ke Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR).

RehABIlItAtIon

• By the end of 2019, we were caring for 439 orangutans; 123 orangutans at Samboja Lestari (121 at Samboja Lestari and 2 on Juq Kehje Swen Pre-Release Island) and 316 orangutans at Nyaru Menteng (274 at Nyaru Menteng and 42 in the Salat Island Cluster).

• Despite our ongoing birth control efforts for the orangutans at our centres, we recorded two new births in Nyaru Menteng this year.

• This year we moved 59 orangutans who ‘graduated’ from Forest School to pre-release islands: 5 orangutans at Samboja Lestari and 54 orangutans at Nyaru Menteng. We moved 2 orangutans from Samboja Lestari to the Juq Kehje Swen Pre-Release Island, whilst in Central Kalimantan we moved 36 orangutans to the Kaja and Bangamat Pre-Release Islands and 18 orangutans to the Salat Island Cluster.

• Di akhir 2019, kami merawat 439 orangutan; 123 di Samboja Lestari (121 di Samboja Lestari dan 2 di pulau pra-pelepasliaran Juq Kehje Swen) dan 316 di Nyaru Menteng (274 di Nyaru Menteng dan 42 di Gugus Pulau Salat).

• Terlepas dari upaya pencegahan kelahiran orangutan di pusat-pusat rehabilitasi kami, kami mencatat ada 2 kelahiran di Nyaru Menteng tahun ini.

• Tahun ini kami memindahkan 59 orangutan yang menyelesaikan tahap Sekolah Hutan ke pulau-pulau pra-pelepasliaran, 5 dari Samboja Lestari dan 54 dari Nyaru Menteng. Kami memindahkan 2 orangutan dari Samboja Lestari ke pulau pra-pelepasliaran Juq Kehje Swen; sementara di Kalimantan Tengah kami memindahkan 36 orangutan ke pulau Kaja dan Bangamat, serta 18 orangutan ke Gugus Pulau Salat.

ReIntRoDuKsI oRAnGutAn

penYelAMAtAn

RehABIlItAsI

ouR CoRe stRAteGIesstRAteGI IntI KAMI

Page 9: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

9

nYARuMentenG

sAMBojAlestARI

nuMBeR of oRAnGutAns MoVeD to ouR pRe-ReleAse AnD sAnCtuARY IslAnDs

18BADAK BesARpRe-ReleAse IslAnD

17KAjA pRe-ReleAse IslAnD

19BAnGAMAtpRe-ReleAse IslAnD

2BADAK KeCIlsAnCtuARY IslAnD

3sAMBojA lestARI

pRe-ReleAse IslAnD

2juQ Kehje sWen

pRe-ReleAse IslAnD

• Our medical team, consisting of 13 veterinarians (6 in Samboja Lestari and 7 in Nyaru Menteng), 1 paramedic (in Nyaru Menteng), 5 veterinary medical administration staff (3 in Samboja Lestari and 2 in Nyaru Menteng), worked around the clock preparing our orangutan reintroduction candidates, conducting routine health surveillance checks, administering treatments, and undertaking disease prevention measures for all the orangutans and sun bears under our care.

• The health and wellbeing of our orangutans remains our top priority and providing high-quality healthcare to such a large population is a significant task. This year our team treated 299 medical cases in 234 orangutans – 52 cases in 52 orangutans at Samboja Lestari and 247 cases in 182 orangutans at Nyaru Menteng. The most common cases were traumatic injuries and upper respiratory tract infections.

• Tim medis kami, terdiri dari 13 dokter hewan (6 di Samboja Lestari dan 7 di Nyaru Menteng), 1 paramedis (di Nyaru Menteng), dan 5 staf administrasi medis (3 di Samboja Lestari dan 2 di Nyaru Menteng), bekerja sepanjang waktu mempersiapkan orangutan kandidat pelepasliaran, melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, memberikan perawatan, dan melakukan pencegahan penyakit pada orangutan dan beruang madu yang kami rawat.

• Kesehatan dan kesejahteraan para orangutan selalu

menjadi prioritas utama kami dan menyediakan perawatan terbaik bagi populasi sebesar ini merupakan tugas yang luar biasa. Tahun ini saja tim kami menangani 299 kasus kesehatan pada 234 orangutan – 52 kasus pada 52 orangutan di Samboja Lestari dan 247 kasus pada 182 orangutan di Nyaru Menteng. Kasus yang paling banyak ditemui adalah luka traumatis dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

juMlAh oRAnGutAn YAnG DIpInDAhKAn Ke pulAu-pulAu pRA-pelepAslIARAn DAn pulAu suAKA

Page 10: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

10

• We lost ten orangutans at our rehabilitation centre due to illness, i.e. two orangutans at Samboja Lestari and eight orangutans at Nyaru Menteng.

• We moved nine orangutans from the Salat Island Cluster back to Nyaru Menteng to complete their final quarantine and veterinary medical health test requirements in anticipation of release back to the wild in 2019 and 2020.

• We completed the construction of three man-made islands (Islands A, B, C) and the maintenance of Islands 0, 1, 2 (with an excavator) and Islands 7 and 8 (manually), all in Samboja Lestari.

• We completed the construction of Socialization Cages C and D and constructed a storage tank for wastewater catchment at the orangutan Special Care Unit (SCU) in Samboja Lestari.

• We continued to manage the 82-ha Juq Kehje Swen Pre-Release Island, including the ongoing care and monitoring of two adult orangutans (Dodo and Desi).

• We conducted a water gate and canal survey for the containment and enhanced security of the Juq Kehje Swen Pre-Release Island.

• In Central Kalimantan, we cleared 200 m of new phenology transects on the Kaja Pre-Release Island. In the Salat Island Cluster, we built feeding platforms and enrichment, and on the Badak Kecil Sanctuary Island, 600 m of phenology transects, a transit cage, and a weather station.

• Kami kehilangan 10 orangutan di pusat rehabilitasi kami akibat sakit, 2 orangutan di Samboja Lestari dan 8 orangutan di Nyaru Menteng.

• Kami memindahkan 9 orangutan dari Gugus Pulau Salat kembali ke Nyaru Menteng untuk menjalani karantina dan tes kesehatan sebelum dilepasliarkan ke hutan di tahun 2019 dan 2020.

• Kami menuntaskan pembangunan 3 pulau buatan (pulau A, B, C) dan perawatan di pulau-pulau 0, 1, 2 (menggunakan ekskavator) serta pulau 7 dan 8 (secara manual), kesemuanya di Samboja Lestari.

• Kami menuntaskan pembangunan Kandang Sosialisasi C dan D, dan membangun tangki pengumpul limbah cair di kompleks Special Care Unit (SCU) di Samboja Lestari.

• Kami terus mengelola pulau pra-pelepasliaran Juq Kehje Swen seluas 82 hektar dan melakukan pengamatan terhadap dua orangutan dewasa di sana (Dodo dan Desi).

• Kami melakukan survei untuk pembangunan pintu air dan kanal guna pertahanan dan keamanan Pulau Pra-Pelepasliaran Juq Kehje Swen.

• Di Kalimantan Tengah, kami membuka transek fenologi sepanjang 200 m di pulau pra-pelepasliaran Kaja. Di Gugus Pulau Salat, kami membangun feeding platform dan enrichment di pulau suaka Badak Kecil, membuka transek fenologi sejauh 600 m, kandang transit, dan stasiun pemantau cuaca.

Page 11: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

11

ReIntRoDuCtIon

• An overarching focus of our work, our reintroduction program operates in three large natural forests. With government permission, we release orangutans from Samboja Lestari into Kehje Sewen Forest in East Kalimantan and from Nyaru Menteng into Bukit Batikap Protection Forest (Batikap) and Bukit Baka Bukit Raya National Park (TNBBBR) in Central Kalimantan. The combined remaining carrying capacity of these three areas at the end of 2019, was 200 orangutans. We are still working to identify additional, suitable forests in both East and Central Kalimantan to accommodate the hundreds of orangutans still in our care at our rehabilitation centres.

• Sebagai tujuan akhir dari pekerjaan kami, program pelepasliaran orangutan dilaksanakan di tiga lokasi hutan alam yang besar. Setelah mengantungi izin pemerintah, kami melepasliarkan orangutan dari Samboja Lestari ke Hutan Kehje Sewen di Kalimantan Timur dan Nyaru Menteng ke Hutan Lindung Bukit Batikap (dikenal dengan nama Batikap) dan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) di Kalimantan Tengah. Daya tampung yang tersisa di ketiga lokasi tersebut di akhir tahun 2019 adalah untuk 200 orangutan. Kami masih terus berupaya mengidentifikasi hutan lain di Kalimantan Timur dan Tengah untuk menampung ratusan orangutan yang masih berada di pusat rehabilitasi kami.

Table 1. Location and carrying capacity of orangutan release areas in Central and East KalimantanTabel 1. Lokasi dan daya dukung kawasan pelepasliaran orangutan di Kalimantan Tengah dan Timur

Release Site HectaresEstaimated

capacity (orangutans)

Released up to Dec 2019

Remaining capacity

(orangutans)

Bukit Batikap Protection Forest, Central Kalimantan

35,267 312 183 129

Bukit Baka Bukit Raya National Park (TNBBBR), Central Kalimantan

22,543 200 161 39

Kehje Sewen Forest, Restoration Ecosystem of PT. RHOI, East Kalimantan

22,176 150 118 32

Total 79,986 662 326 200

• In TNBBBR, we located new, suitable release areas for future releases in the Hiran watershed. The decision to use this new release site was made based on surveys indicating that the area was rich in orangutan food sources. Utilising the area allows us to better distribute the released orangutan population to minimize territory overlap and foraging competition. The terrain in the Hiran watershed is more treacherous than that of the Bemban watershed (where we also operate) due to the fast-flowing rivers bordered by large boulders and steep contours. As a result, transporting the cages in the Hiran watershed is very taxing on our team and requires extra caution.

• We completed the construction of a new semi-permanent camp in the Bemban watershed in TNBBBR. In the Hiran watershed, we completed the construction of a temporary camp, purchased

• Di TNBBBR, kami menemukan hutan yang sesuai untuk dimanfaatkan dalam pelepasliaran berikut di Daerah Aliran Sungai (DAS) Hiran. Keputusan untuk memanfaatkan daerah ini diambil karena survei menunjukkan berlimpahnya sumber pakan orangutan di sana. Pemanfaatan daerah ini memberikan kesempatan bagi kami mendistribusikan populasi orangutan yang dilepasliarkan dengan lebih baik untuk meminimalkan tumpang tindih wilayah jelajah dan persaingan mencari pakan. Bentang alam di DAS Hiran lebih menantang dibanding DAS Bemban (tempat pelepasliaran orangutan kami yang lain di TNBBBR)) karena arus sungai yang lebih deras, berbatu besar, serta kontur yang curam. Akibatnya, pengangkutan kandang orangutan di DAS Hiran lebih menyulitkan tim kami, dan membutuhkan kehati-hatian ekstra.

• Kami menyelesaikan pembangunan satu kamp semi-permanen baru di DAS Bemban, TNBBBR. Di DAS

pelepAslIARAn

Page 12: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

12

new equipment for the camp, recruited new PRM staff, and cleared 14 km of transects for orangutan monitoring within the release area.

• Within our Ecosystem Restoration Concession (ERC) in East Kalimantan, our Orangutan Habitat Restoration (RHO) program team conducted a survey of new potential release sites at Kelinjau, South Kehje Sewen, and North Kehje Sewen, assessing access points for releasing orangutans via the river from South Camp to Pelangsiran and ‘Sungai 88’ and overland from Muara Wahau to Pelangsiran.

• We remain committed to reintroducing orangutans into their natural habitat to establish new, viable wild populations and bolstering the conservation prospects of the species. Once orangutans have acquired all the skills they need to survive in the wild, our teams engage in the detailed planning required for each release to ensure that it can be carried out safely and successfully.

• This year, we reintroduced a total of 76 orangutans. Twenty-one orangutans were released into Kehje Sewen Forest, 7 orangutans into Batikap, and 48 orangutans into TNBBBR. Of the 55 orangutans released in TNBBBR and Batikap, 17 of them had

Hiran, kami menuntaskan pembangunan sebuah kamp sementara, pengadaan peralatan kamp, perekrutan staf PRM baru, dan pembukaan transek untuk pengamatan orangutan sepanjang 14 km di wilayah pelepasliaran orangutan.

• Di dalam kawasan Konsesi Restorasi Ekosistem (IUPHHK-RE) kami di Kalimantan Timur, program Restorasi Habitat Orangutan (RHO) kami melaksanakan survei beberapa lokasi pelepasliaran baru di Kelinjau, Selatan, serta Utara Kehje Sewen, juga menilai titik akses pelepasliaran melalui sungai dari Kamp Selatan (Nles Mamse) ke Pelangsiran dan ‘Sungai 88’, juga jalan darat untuk mobil dari Muara Wahau ke Pelangsiran.

• Kami terus berkomitmen penuh untuk melepasliarkan orangutan ke habitatnya demi terbentuknya populasi orangutan liar baru yang layak dan menunjang prospek pelestarian spesies ini. Setelah orangutan memperoleh semua keterampilan yang mereka butuhkan untuk menyintas di alam liar, tim kami akan segera melakukan persiapan terinci untuk melaksanakan dan memastikan pelepasliaran di alam liar berjalan dengan aman dan sukses.

• Tahun ini, kami berhasil melepasliarkan total 76 orangutan ke hutan. Ada 21 orangutan dari Samboja Lestari dilepasliarkan ke Hutan Kehje Sewen, 7 dari

Page 13: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

13

completed part of their rehabilitation process in the Salat Island Cluster. This brings the total number of orangutans released since 2012 to 462 individuals: 118 orangutans into Kehje Sewen Forest, 183 orangutans into Batikap, and 161 orangutans into TNBBBR.

• Of the 76 orangutans released in 2019, 69 were transported overland using vehicles and boats to carry them to their final release destination. The BOS Foundation and the Central Kalimantan Natural Resources Conservation Agency (BKSDA) received enormous support from the National Board for Disaster Management (BNPB), who generously lent us a helicopter to help transport seven orangutans from Nyaru Menteng to the Bukit Batikap Protection Forest in Murung Raya Regency, Central Kalimantan.

• Due to human-orangutan conflict with local communities, one male orangutan who was previously released into TNBBBR was re-released into Batikap, Central Kalimantan.

• We continued our orangutan post-release monitoring activities, our forest patrols, and phenology surveys in our three release sites, Kehje Sewen Forest, Batikap, and TNBBBR.

Nyaru Menteng dilepasliarkan ke Batikap dan 48 ke TNBBBR. Dari 55 orangutan yang dilepasliarkan ke TNBBBR dan Batikap, 17 di antaranya menuntaskan tahap pra-pelepasliaran mereka di Gugus Pulau Salat. Jumlah total orangutan yang dilepasliarkan sejak tahun 2012 menjadi 462 individu; 118 orangutan ke Hutan Kehje Sewen, 183 ke Batikap, dan 161 ke TNBBBR.

• Dari 76 orangutan yang dilepasliarkan di tahun 2019, 69 dibawa via darat dan sungai menggunakan mobil dan perahu sampai ke titik pelepasliaran. BOS Foundation dan BKSDA Kalimantan Tengah mendapat dukungan besar dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang meminjamkan helikopter mereka untuk mengangkut 7 orangutan dari Nyaru Menteng ke Hutan Lindung Bukit Batikap di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah.

• Akibat konflik manusia–orangutan dengan masyarakat setempat, 1 orangutan jantan yang sebelumnya dilepasliarkan ke TNBBBR harus dilepasliarkan kembali ke Batikap, Kalimantan Tengah.

• Kami terus melanjutkan kegiatan pemantauan orangutan pasca pelepasliaran, patroli hutan, dan survei fenologi di ketiga hutan pelepasliaran kami, Kehje Sewen, Batikap, dan TNBBBR.

Page 14: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

14

Figure 1. Map of Orangutan Release Points surrounding Camp Lesik in the Kehje Sewen Forest in 2019

Page 15: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

15

Figure 2. Map of Orangutan Release Points surrounding Camp Nles Mamse in the Kehje Sewen Forest in 2019

Page 16: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

16

Figure 3. Map of Orangutan Release Points in the Bukit Batikap Protection Forest in 2019

Page 17: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

17

Figure 4. Map of Orangutan Release Points within the Bemban watershed in Bukit Baka Bukit Raya National Park in 2019

Page 18: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

18

Figure 5. Map of Orangutan Release Points within the Hiran watershed in Bukit Baka Bukit Raya National Park in 2019

Page 19: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

19

• Post-release monitoring is essential to assess the health, behavioural adaptation, and survivorship of released orangutans. The challenge is to maintain these new populations and ensure that they are healthy and well protected long into the future. This combination of post-release monitoring and medical intervention, which we provide as needed, aims to ensure that our orangutan reintroductions are successful, and that each individual orangutan is afforded the best chance of survival.

• Our ultimate goal is to ensure that orangutans are thriving in their new forest homes and our base measure of success is that an orangutan has reached the one-year survivorship milestone unaided. Between 2012 and 2018, based on only known outcomes, our success rate is 74% (n=146), with 26% unsuccessful (n=50) (confirmed dead, translocated, or received medical intervention).

• Four new babies were born, three in Batikap and one in TNBBBR, bringing the total number of babies born in the wild since 2012 to nineteen.

• Four staff members participated as presenters in the 29th International Congress for Conservation Biology (ICCB) in Kuala Lumpur, Malaysia, on 21-25 July 2019, sharing the results of our work on post-release monitoring.

• Pemantauan pasca pelepasliaran berperan penting untuk menilai kesehatan, adaptasi perilaku, dan kemampuan menyintas orangutan yang dilepasliarkan. Tantangannya adalah mempertahankan populasi baru ini dan memastikan mereka sehat dan terlindungi untuk jangka panjang. Kombinasi antara pemantauan pasca pelepasliaran dan intervensi medis, jika dibutuhkan, bertujuan untuk memastikan kesuksesan pelepasliaran orangutan, dan setiap individu orangutan mendapatkan kesempatan terbaik untuk menyintas.

• Pada akhirnya, tujuan kami adalah memastikan orangutan berhasil menyintas di lingkungan baru mereka dan ukuran keberhasilan kami adalah orangutan hidup tanpa bantuan selama setahun di hutan. Antara tahun 2012 dan 2018, berdasarkan hasil yang diketahui, tingkat kesuksesan kami adalah 74% (n-146), dengan 26% tidak berhasil (n=50) (ditemukan mati, harus ditranslokasi, atau menerima perawatan medis).

• Empat bayi orangutan lahir di alam. Tiga di Batikap dan satu di TNBBBR, menjadikan jumlah total bayi yang lahir secara alami di hutan sejak 2012 mencapai 19 individu.

• Empat staf berpartisipasi sebagai narasumber dalam The 29th International Congress for Conservation Biology (ICCB) di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 21-25 Juli 2019, berbagi hasil kerja kami dalam pemantauan orangutan pasca pelepasliaran.

Page 20: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

20

ChAllenGes

“Despite the successes that we have achieved, we have also faced numerous challenges: “

• In East Kalimantan, the dry season caused the canals containing Juq Kehje Swen Pre-Release Island and Islands 7 and 8 in Samboja Lestari to recede, increasing the risk of orangutans leaving the islands. We desperately need to build floodgates, deepen the canals, and construct retaining walls to prevent landslides.

• In Central Kalimantan, starting in July 2019, the Rungan River receded to the point where orangutans were capable of exiting the island. The canal containing Badak Besar Pre-Release Island is not deep enough for adequate containment and needs to be either deepened or an electric fence must be installed.

RehABIlItAtIon

• Di Kalimantan Timur, musim kemarau menyebabkan pendangkalan di kanal sekitar pulau Juq Kehje Swen dan pulau pra-pelepasliaran 7 dan 8 di Samboja Lestari, meningkatkan resiko orangutan menyeberang ke luar pulau. Kami harus segera membangun pintu air, memperdalam kanal, serta memperkuat konstruksi untuk mencegah longsor.

• Di Kalimantan Tengah, sejak Juli 2019, Sungai Rungan mendangkal sampai titik kritis dan memungkinkan orangutan meninggalkan pulau. Sementara kanal di sekitar pulau pra-pelepasliaran Badak Besar kurang dalam sehingga perlu penggalian atau penambahan pagar listrik.

• In East Kalimantan, the proportion of male to female orangutans heavily favours males, and limited helicopter availability prevents us from releasing flanged male orangutans into the forest with an appropriate distribution. During the dry season, the river is inaccessible by boat, forcing us to use longer, overland routes.

• In Central Kalimantan, access to Batikap was damaged at several points along the road between Batu Ampar and Camp B. Both the Barito and Joloi rivers had receded to the point where some villages were unreachable by boat.

• Due to limited manufacturer supply and difficulties associated with international import we have faced a significant lack of receivers and transmitters for the newly released orangutans.

ReIntRoDuCtIon• Di Kalimantan Timur, perbandingan jenis kelamin

orangutan didominasi jantan, dan tidak tersedianya helikopter untuk melepasliarkan orangutan ke hutan membuat kami tidak dapat melepasliarkan orangutan jantan dewasa dengan layak. Sementara di musim kemarau, sungai menjadi dangkal dan tidak bisa diakses dengan perahu, sehingga kami harus menempuh jalur darat yang jaraknya jauh.

• Di Kalimantan Tengah, akses menuju Batikap rusak di beberapa titik antara Batu Ampar dan Kamp B. Sungai Barito dan Joloi menyurut sampai ke titik kritis yang membuat sejumlah desa nyaris mustahil dicapai menggunakan perahu.

• Terbatasnya dukungan dari pabrik pembuat dan kesulitan proses impor membuat kami menghadapi kekurangan pesawat pemancar dan penerima untuk orangutan yang baru dilepasliarkan.

“Di luar keberhasilan yang telah kami capai, kami juga menghadapi tantangan sebagai berikut:”

tAntAnGAn

RehABIlItAsI

pelepAslIARAn

Page 21: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

21

oRAnGutAns unDeR ouR CARe

316 251 65

123 30 93

nYARuMentenG

sAMBojAlestARI

unDeRouR CARe ReleAseABle unReleAseABle

WIlD-BoRn InfAnts oBseRVeD

BuKIt BAtIKAppRoteCtIonfoRest

BuKIt BAKABuKIt RAYAnAtIonAl pARK

Kehje seWenfoRest

13 2 4

MArc Jun Jul AuG

oRAnGutAns ReleAseD In 2019

Sept nOV Dec

64

6

8

4 4

1517

3

9

400+-sunGAI WAIn AnDGununG BeRAtus pRoteCtIon foRest

BuKIt BAtIKAp pRoteCtIon foRest

183

(1991 - 2002)

BuKIt BAKABuKIt RAYAnAtIonAl pARK

161Kehje seWenfoRest

118

(2012 - 2020)

oRAnGutAn ReIntRoDuCtIon

sAMBojA lestARI nYARu MentenG

Page 22: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

22

sAnCtuARYCARe

table 2. Unreleaseable Orangutanstabel 2. Orangutan Unreleaseable

CAteGorIeS2019 reALIZAtIoN

NYArU meNteNG SAmBoJA LeStArI

Ex–Tuberculosis 9 28

- Ex – Tuberculosis + ORDS 9

Orangutan Respiratory Disease Syndrome (ORDS) 14

- ORDS + too old 5 8

Significant Physical Disability 10 2

Abnormal behaviour 9 0

Age too old for rehabilitation process 32 32

Total 65 93

• One hundred twenty-three orangutans reside at the Samboja Lestari Orangutan Rehabilitation Centre, of which 93 are currently considered unreleaseable due to disease (primarily tuberculosis and orangutan respiratory disease syndrome (ORDS)), physical disability, and age or duration of captivity. Eighty-one individuals live in cages and twelve on sanctuary islands (including one orangutan in Forest School).

• At the Nyaru Menteng Orangutan Rehabilitation Centre, of the 316 orangutans who are in our care, 65 are currently considered unreleaseable due to disease, significant physical disability, abnormal behaviour, and age or duration of captivity. Fifty-two individuals live in the cages and 13 on the Badak Kecil Sanctuary Island in the Salat Island Cluster.

• We hope that of the individuals impaired by the duration of their captivity (currently 77 individuals, 40 in Samboja Lestari and 37 in Nyaru Menteng) will be able to improve upon their natural behaviours once they are placed on semi-natural islands so that we may reconsider them for release to the wild.

• Dari 123 orangutan di Pusat Rehabilitasi Orangutan di Samboja Lestari, 93 di antaranya dinilai unreleaseable akibat penyakit (utamanya tuberkulosis, dan Orangutan Respiratory Disease Syndrome/ORDS), cacat fisik, dan usia tua atau terlalu lama dipelihara. 81 individu masih berada di kandang dan 12 di pulau (termasuk 1 orangutan di Sekolah Hutan)

• Sementara dari 316 orangutan di Pusat Rehabilitasi Orangutan di Nyaru Menteng, 65 di antaranya dinilai unreleaseable akibat penyakit, cacat fisik signifikan, perilaku abnormal, dan usia tua atau terlalu lama dipelihara. 52 individu berada di kandang dan 13 di pulau suaka Badak Kecil di Gugus Pulau Salat.

• Kami harap para orangutan yang terdampak akibat terlalu lama dipelihara oleh manusia (saat ini ada 77 individu, 40 di Samboja Lestari dan 37 di Nyaru Menteng) bisa menunjukkan perkembangan perilaku alami mereka setelah ditempatkan di pulau-pulau semi alami sehingga kami dapat mempertimbangkan mereka untuk dilepasliarkan ke alam liar.

unReleAseABle oRAnGutAns

peRAWAtAn suAKA

oRAnGutAn unReleAsABle

ouR CoRe stRAteGIesstRAteGI IntI KAMI

Page 23: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

23

In addition to caring for and rehabilitating orangutans, our Orangutan Rehabilitation Centres at Nyaru Menteng and Samboja Lestari also care for other protected species, most notably sun bears (Helarctos malayanus), which have been rescued by local BKSDA officers.

By the end of 2019, we were providing care for 71 sun bears, 63 of which are located in Samboja Lestari, and 8 of which are located in Nyaru Menteng. Rehabilitation and reintroduction options for sun bears are limited.

Selain merawat dan merehabilitasi orangutan, pusat-pusat rehabilitasi kami di Nyaru Menteng dan Samboja Lestari juga merawat spesies lain yang dilindungi, yaitu beruang madu (Helarctos malayanus), yang diselamatkan oleh para petugas BKSDA setempat.

Di akhir tahun 2019, kami merawat 71 beruang madu, 63 di antaranya berada di Samboja Lestari, dan 8 di Nyaru Menteng. Namun, pilihan untuk rehabilitasi dan pelepasliaran beruang madu bisa dibilang sangat terbatas.

sun BeARsberuang madu

Page 24: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

24

Sun bears are a forest dependent species who are listed as Vulnerable on the IUCN Red List of Threatened Species, due to the extensive habitat loss and degradation and reduction in overall range, in addition to commercial hunting. Once habituated to humans, like with other bear species, teaching them to survive in the wild is near impossible, with only few successful reintroductions reported. To improve the welfare of the sun bears at our centres who require permanent sanctuary care, we collaborate with Sun Bear Outreach, an NGO which has been providing us with technical assistance to build large, forested enclosures in Samboja Lestari. These facilities will eventually house all sun bears under our care.

Due to limitations in space and infrastructure at Nyaru Menteng, we are moving forward with plans to stop rescued sun bear intake there and transfer the remaining sun bears to Samboja Lestari where we are able to provide them with a better quality of life. On 11 September 2019, we have transferred 7 sun bears (3 males and 4 females) from Nyaru Menteng to Samboja Lestari. In 2019, we also received six new sun bears from BKSDA East Kalimantan.

At Samboja Lestari our team, together with Sun Bear Outreach, made significant progress on improving our sun bear facilities and welfare, including:

• Completing the construction of ten forested sun bear enclosures (enclosures F, G, H, I, J, K, L, M, N, and O) (see Figure 4).

• Conducting training in husbandry practices for sun bears in the training cages.

• Adding a new pool in Enclosure J, shelter for compost in the back yard area, and a platform for an enclosure divider in Cages K and L.

• Installing sleeping platforms and hammocks.

• Erecting a new electric fence and installing electrical wire for the enclosures and cages.

• Regularly providing enrichment items, including wooden logs, leaves, balls, peanut-butter pipes, and sacks for the sun bears still housed in cages.

• Conducting renovations on reintroduction cage roofs and fences in the buffer zone, the enrichment room, technician doors, fences, the floor of enclosure A, and catwalk bridges.

During 2019, there were 38 medical issues addressed, most of which were traumatic injuries.

Beruang madu adalah spesies yang sangat tergantung pada habitatnya, hutan, dan berstatus Vulnerable atau “Rawan Punah” di Daftar Merah Spesies Terancam IUCN, akibat hilangnya habitat dan degradasi hutan secara luas dan berkurangnya wilayah jelajah, selain akibat perburuan komersial. Begitu dipelihara atau ditangkap manusia, seperti layaknya spesies beruang lain, mengajar mereka untuk bertahan hidup di alam liar hampir mustahil, hanya sedikit laporan pelepasliaran yang berhasil. Untuk meningkatkan kesejahteraan para beruang madu yang butuh perawatan suaka permanen di pusat rehabilitasi kami, kami bekerja sama dengan Sun Bear Outreach, sebuah LSM yang memberikan dukungan teknis dalam membangun kompleks besar berhutan di Samboja Lestari yang dibangun untuk menampung semua beruang madu yang kami rawat.

Akibat terbatasnya ruang dan prasarana di Nyaru Menteng, kami memutuskan untuk tidak lagi menerima beruang madu yang diselamatkan, dan memindahkan beruang madu yang ada ke Samboja Lestari, di mana kami dapat memberikan kualitas hidup yang lebih baik kepada mereka. Di tanggal 11 September 2019, kami memindahkan 7 beruang madu (3 jantan dan 4 betina) dari Nyaru Menteng ke Samboja Lestari. Di tahun 2019, kami menerima juga tambahan 6 beruang madu baru dari BKSDA Kalimantan Timur.

Di Samboja Lestari, tim kami bersama Sun Bear Outreach, berhasil membuat kemajuan signifikan dalam meningkatkan fasilitas dan kesejahteraan beruang madu, termasuk:

• Menuntaskan pembangunan 10 enclosure berhutan untuk beruang madu (enclosure F, G, H, I, J, K, L, M, N, dan O) (Lihat Gambar 4)

• Memberikan pelatihan praktik perawatan beruang madu yang berada di dalam kandang pelatihan.

• Membangun kolam baru di Enclosure J, gudang kompos di sisi belakang, platform pemisah enclosure di kandang K dan L.

• Memasang platform tidur dan hammock

• Mendirikan pagar listrik baru dan instalasi kelistrikan di semua kompleks dan kandang

• Secara teratur menyediakan enrichment, termasuk batang kayu, daun, bola, pipa selai kacang, dan karung bagi beruang madu yang masih berada di kandang

• Melakukan perbaikan atap kandang pelepasliaran dan pagar di zona pemisah, ruang enrichment, pintu bagi teknisi, pagar, lantai kompleks A, dan jembatan panggung.

Selama tahun 2019, ada 38 kasus kesehatan ditemukan, umumnya akibat cedera traumatik.

Page 25: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

25

AnIMAl WelfARe

• As an orangutan-focused conservation organisation with the responsibility of caring for animals both ex-situ and in-situ, we aim to ensure that our activities are underpinned by the highest of standards in animal welfare.

• We ensure that our orangutans and sun bears have access to a varied diet and enrichment that provides them with stimulation to help keep them mentally and physically healthy. Achieving this requires an ongoing program dedicated to their welfare. Throughout the year, different enrichment tools were developed to keep them active and for orangutans, foster wild behaviours such as climbing, arboreal travel, nest building, food foraging, and so on.

• In Samboja Lestari, we installed semi-permanent enrichment structures, such as rope swings, vertical and horizontal ropes, hammocks, and blue barrels made from rubber drums, in the individual cages and Socialisation Cage C.

• Sebagai sebuah organisasi yang berfokus pada pelestarian orangutan dengan tanggung jawab merawat satwa tersebut baik secara ex-situ dan in-situ, kami wajib memastikan seluruh kegiatan kami memenuhi standar-standar terbaik terkait kesejahteraan satwa.

• Kami memastikan bahwa orangutan dan beruang madu kami diberikan pakan yang bervariasi dan enrichment yang merangsang mereka untuk tetap sehat secara mental dan fisik. Untuk mencapai ini perlu program berkelanjutan yang didedikasikan untuk kesejahteraan mereka. Sepanjang tahun, berbagai alat enrichment dikembangkan untuk membuat mereka tetap aktif, dan khusus untuk orangutan juga menumbuhkan perilaku liar seperti memanjat, bergerak di pepohonan, membangun sarang, mencari pakan alami, dan sebagainya.

• Di Samboja Lestari, kami memasang struktur enrichment semi permanen, seperti tali ayun, tali vertikal dan horizontal, hammock, dan tong biru yang terbuat dari plastik di kandang individu dan kandang sosialisasi (SOS) C.

Figure 6. Sun Bear Enclosures at Samboja Lestari. The construction of Enclosures F, G, H, I, J, K, L, M, N, and O was completed in 2019

KesejAhteRAAn sAtWA

Page 26: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

26

• We also built feeding platforms for orangutans and installed semi-permanent enrichment structures on Islands 1 and 2.

• Our animal husbandry team began to regularly assess the condition of the orangutans at Samboja Lestari and Nyaru Menteng using Body Condition Scores (BCS), while also beginning to closely monitor the behaviour of orangutans exhibiting stereotypic and other abnormal behaviours.

• Experienced zookeepers from the Oregon Zoo and an animal behaviour expert, trained our surrogate mothers, animal husbandry technicians, and veterinarians to implement a positive reinforcement training regimen to facilitate and ease the veterinary care of our orangutans in Nyaru Menteng and to improve overall animal welfare.

• In July, Ida Lewis, a primate specialist from the Fort Worth Zoo, provided training to clinic technicians who are responsible for orangutan care.

• Two of our veterinarians, Maryos Tandang (Nyaru Menteng) and Agnes Pratamiutami Sriningsih (Samboja Lestari) attended the workshop “Collection and Transportation Management (packing and cold chain) of Samples Based on Biosafety Principles” held by IPB University’s Primate Research Centre at the Ragunan Zoological Park on 9–10 September 2019.

• Kami juga membangun platform pemberian pakan untuk orangutan dan memasang struktur enrichment semi permanen di pulau 1 dan 2.

• Tim perawat satwa kami mulai secara teratur menilai kondisi orangutan di Samboja Lestari dan Nyaru Menteng memanfaatkan Skor Kondisi Tubuh (BCS), sekaligus mulai memantau lebih cermat orangutan yang menunjukkan perilaku stereotip atau abnormal.

• Petugas berpengalaman dari Kebun Binatang Oregon dan ahli perilaku hewan, melatih para pengasuh kami, teknisi perawat satwa, dan dokter hewan mengaplikasikan tata kelola yang baik untuk memudahkan pemberian perawatan medis kepada orangutan kami di Nyaru Menteng dan untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan hewan.

• Di bulan Juli, Ida Lewis, spesialis primata dari Kebun Binatang Forth Worth, Texas, AS, memberi pelatihan kepada teknisi klinik yang bertanggung jawab atas perawatan orangutan.

• Dua dokter hewan kami, drh. Maryos Tandang (Nyaru Menteng) dan drh. Agnes Pratamiutami Sriningsih (Samboja Lestari) menghadiri lokakarya “Pengumpulan dan Manajemen Transportasi Sampel Berdasarkan Prinsip-Prinsip Keamanan Hayati” yang diadakan di PSSP dan Kebun Binatang Ragunan pada 9–10 September 2019.

Page 27: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

27

• Dr. Nancy Lung from the Orangutan Species Survival Plan (Orangutan SSP) trained junior veterinarians at Samboja Lestari in procedures for anaesthesia, infusion, and suturing and provided materials on ORDS.

• Through support and collaboration with the Melbourne Zoo and the Sydney Zoo (facilitated by BOS Australia), we conducted an animal welfare and husbandry workshop, as well as welfare surveys twice this year, with aim of strengthening the implementation, monitoring, and evaluation of our Animal Welfare Code.

• Arga Sawung Kusuma, a veterinarian at Nyaru Menteng, was awarded the Bronwyn Watson Orangutan Veterinary Aid scholarship by Orangutan Veterinary AID (OVAID) for study in the United Kingdom. The training was held at the Chester Zoo, Paignton Zoo, University of Liverpool, and specialist veterinary practices in the UK.

• Dr. Nancy Lung dari Orangutan Species Survival Plan (Orangutan SSP) melatih dokter hewan junior di Samboja Lestari mengenai prosedur anestesi, infus, menjahit, dan menyediakan materi tentang Orangutan Respiratory Disease Syndrome (ORDS).

• Melalui dukungan dan kolaborasi dengan Kebun Binatang Melbourne dan Kebun Binatang Sydney (yang difasilitasi oleh BOS Australia), kami mengadakan lokakarya kesejahteraan dan perawatan satwa, serta survei kesejahteraan satwa sebanyak dua kali tahun ini, bertujuan memperkuat implementasi, pemantauan, dan evaluasi Kode Kesejahteraan Satwa kami.

• Dokter hewan kami dari Nyaru Menteng, drh. Arga Sawung Kusuma, mendapat beasiswa Bronwyn Watson Orangutan Veterinary Aid dari Orangutan Veterinary Aid (OVAID) untuk studi di Inggris. Pelatihan diadakan di Kebun Binatang Chester, Kebun Binatang Paignton, Universitas Liverpool dan praktik spesialis dokter hewan di Inggris.

Page 28: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

28

Page 29: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

29

• More orangutans were diagnosed with ORDS and now require long-term, possibly lifelong, treatment

• A lack of individual cages for orangutans with ORDS and appropriate enclosures for disabled orangutans (i.e. blind, physically handicapped, or paralyzed).

• Lebih banyak orangutan terdiagnosa ORDS dan kini membutuhkan perawatan jangka panjang, bahkan mungkin seumur hidup

• Kurangnya fasilitas kandang individu untuk orangutan pengidap ORDS dan kompleks yang layak bagi orangutan cacat (misalnya: buta, cacat, atau lumpuh).

unReleAseABle oRAnGutAns

ChAllenGes

“Despite the successes that we have achieved,we have also faced numerous challenges:“

“Terlepas dari keberhasilan yang kami raih, kami juga menghadapi tantangan:“

tAntAnGAn

oRAnGutAn unReleAseABle

Page 30: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

30

oRAnGutAn eCosYsteM ConseRVAtIon

lAnD RehABIlItAtIon At sAMBojA lestARI

• Once a barren wasteland, our ongoing reforestation program has already transformed Samboja Lestari into an oasis of young forest covering 1,853 hectares, to aid in the rehabilitation and welfare of orangutans and sun bears.

• We controlled and extinguished fire outbreaks across 9.69 ha of Samboja Lestari land in 2019.

• Across the 1,853 hectares of land, we carried out regular maintenance of 89.41 hectares of recently rehabilitated land (e.g. weeding, fertilising, replacement planting, etc) and reforested a further 475 trees by visitors (see Figure 7).

• Berawal dari tanah tandus dan terbengkalai, program penanaman kembali kami yang berkelanjutan mengubah Samboja Lestari menjadi sebuah oasis hutan muda seluas 1.853 hektar, untuk mendukung rehabilitasi dan kesejahteraan orangutan dan beruang madu.

• Kami berhasil memadamkan kebakaran di 9,69 ha lahan Samboja Lestari di tahun 2019.

• Di lahan Samboja Lestari seluas 1.853 hektar, kami melakukan pemeliharaan rutin 89,41 hektar lahan yang baru direhabilitasi (penyiangan, pemupukan, penanaman pengganti, dll.) dan penanaman kembali 475 batang pohon oleh tamu (lihat Gambar 7).

pelestARIAn eKosIsteM oRAnGutAn

RehABIlItAsI lAhAn DI sAMBojA lestARI

ouR CoRe stRAteGIesstRAteGI IntI KAMI

Page 31: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

31

Figure 7. Map of Tree Planting and Maintenance at Samboja Lestari

MAWAs ConseRVAtIon pRoGRAM

In the 1990’s, large areas of peat forest within the Mawas Conservation Area (MCA) were significantly degraded or cleared entirely due to a failed large-scale rice growing program. Our work in Mawas continues to focus on habitat conservation and restoration, illegal logging monitoring, fire prevention and control, and community development. Man-made canals developed in the 1990’s cut across the land and, in the framework of our restoration activities, we have been blocking numerous canals in order to re-wet the peat, aid reforestation efforts, prevent fires, and protect this valuable carbon sink.

WoRKInG AReA MonItoRInG AnD pRoteCtIon

• One hundred ninety-two routine patrols were conducted by the Mawas team in Kapuas and South Barito to monitor and prevent illegal activities, during which they encountered 62 instances of illegal activities including 23

Di sekitar tahun 1990-an, kawasan hutan gambut yang luas di Kawasan Konservasi Mawas terdegradasi secara signifikan akibat adanya program pengadaan beras berskala besar namun gagal. Pekerjaan kami di Mawas berfokus pada konservasi dan restorasi habitat, pemantauan pembalakan liar, pencegahan kebakaran, dan pemberdayaan masyarakat. Kanal-kanal besar digali tahun 1990-an di seluruh area tersebut, dan untuk merestorasi lahan, kami memblokir banyak kanal kecil (tatas) untuk membasahi kembali lahan gambut, mendukung reforestasi, mencegah kebakaran, dan melindungi proses penyerapan karbon.

peMAntAuAn DAn peRlInDunGAn WIlAYAh KeRjA

• Ada 192 patroli rutin dilaksanakan oleh tim Mawas di Kapuas dan Barito Selatan untuk memantau dan mencegah kegiatan ilegal yang berhasil menemukan 62 kegiatan ilegal termasuk 23 kebakaran yang dipadamkan

pRoGRAM KonseRVAsI MAWAs

Page 32: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

32

fires, which were extinguished by the patrol team, and 39 acts of illegal logging, with a total of 6,660 mixed–species logs recorded.

• Seventy-five routine patrols were undertaken by the community patrol teams who recorded nine cases of illegal logging and nine fire outbreaks. Community firefighters successfully extinguished all fires with assistance from members of their respective communities.

• All of our patrol findings were reported to the pertinent local authorities in the Kapuas and South Barito Regencies.

• We constructed 41 deep wells in Block A and 27 deep wells in Block E to support our reforestation and firefighting efforts around the MCA.

oleh tim patroli dan 39 pembalakan liar, dengan total 6.660 batang kayu berbagai jenis.

• Sebanyak 75 patroli rutin dilakukan oleh tim patroli masyarakat yang mencatat 9 kasus pembalakan liar dan 9 kebakaran. Pemadam kebakaran setempat berhasil memadamkan semua kebakaran dengan bantuan dari anggota komunitas mereka.

• Semua temuan patroli kami telah dilaporkan ke otoritas lokal terkait di Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Barito Selatan.

• Kami menggali 41 sumur bor di Blok A dan 27 sumur bor di Blok E untuk mendukung upaya reforestasi dan pemadaman kebakaran di sekitar Kawasan Konservasi Mawas.

• We completed the construction, with two community groups in the Mantangai Hulu village, of five dams along tertiary canals in our reforestation site in Mantangai, and blocked three local canals (tatas) with 25 dams owned by three canal owners in the Tuanan area.

• We conducted regular monitoring of our land rehabilitation and restoration projects in both Block A (Sei Mantangai) and Block E (Tuanan and Rantau Upak).

• We regularly monitored community-led reforestation efforts covering 22 ha in Block A and 30 ha in Block E, including the production of 93,687 seedlings in Block A and 105,415 seedlings in Block E.

• A total of 77 hectares were reforested during 2019 in Block A of the MCA.

lAnD RehABIlItAtIon AnD RestoRAtIon

• Kami bersama 2 kelompok masyarakat Desa Mantangai Hulu, menuntaskan pembangunan 5 bendungan di sepanjang kanal penanaman tersier di situs reforestasi kami di Mantangai, dan membuat 3 tatas (blok kanal) dengan 25 bendungan milik 3 pemilik kanal di daerah Tuanan.

• Kami melakukan pemantauan rutin atas rehabilitasi dan pemulihan lahan kami di Blok A (Sei Mantangai) dan Blok E (Tuanan dan Rantau Upak).

• Kami memantau secara teratur upaya penanaman kembali oleh masyarakat seluas 22 hektar di Blok A dan 30 ha di Blok E, termasuk produksi 93.687 bibit di Blok A dan 105.415 bibit di Blok E.

• Total 77 hektar telah ditanami kembali di tahun 2019 di Blok A Kawasan Konservasi Mawas.

RehABIlItAsI DAn RestoRAsI lAhAn

Page 33: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

33

Page 34: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

34

fIRe outBReAKsK e B A K A R A n

Page 35: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

35

In Samboja Lestari, East Kalimantan, we controlled and extinguished fire outbreaks across 9.69 hectares of land (see Figure 8).

The dry season was marked by two fire outbreaks in the Tuanan area of Block E, covering an area of 523 ha, while additional fire outbreaks in 8 locations of the Mantangai Sub–District area of Block A affected another 873 ha of land (see Figure 9). To extinguish these large-scale fire outbreaks, our team received extensive, dedicated support from village fire teams, the Tuanan research station fire team, the Forest Fire Control Brigade team (Manggala Agni), as well as water–bombing helicopter support from the National Board for Disaster Management (BNPB).

Forty-one orangutans in Nyaru Menteng, Central Kalimantan, suffered respiratory problems presumed to be due to haze inhalation.

Di Samboja Lestari, Kalimantan Timur, kami berhasil mengendalikan dan memadamkan kebakaran di lahan seluas 9,69 hektar (lihat Gambar 8).

Musim kemarau menyebabkan terjadinya kebakaran di 2 lokasi di daerah Tuanan, Blok E, seluas 523 ha dan 8 lokasi kebakaran lain di wilayah Kecamatan Mantangai, Blok A, seluas 873 ha (lihat Gambar 9). Untuk memadamkan kebakaran berskala besar ini, tim kami menerima dukungan ekstensif dan berdedikasi dari tim pemadam kebakaran desa, tim pemadam stasiun penelitian Tuanan, tim Manggala Agni, serta dukungan helikopter pengebom air dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

41 orangutan di Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah, menderita masalah pernapasan yang diperkirakan akibat kabut asap.

Figure 8. Map of Fire Outbreaks across Samboja Lestari Land

Page 36: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

36

Figure 9. Map of Forest Fires in the Mawas Area

Page 37: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

37

Page 38: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

38

oRAnGutAn hABItAt RestoRAtIon pRoGRAM

In 2010, the BOS Foundation, through our sister company PT Restorasi Habitat Orangutan Indonesia (RHOI), bought the rights to manage the Kehje Sewen Forest in East Kalimantan as an Ecosystem Restoration Concession (ERC). The area was formerly a production forest and is currently our primary orangutan reintroduction site in East Kalimantan, which accommodates orangutans from Samboja Lestari. While a large portion serves as a reintroduction forest, land has also been set aside as a translocation area for rescued, wild orangutans. RHOI works to rehabilitate and restore to healthy forest in the remaining land within the ERC.

• In 2019, our RHO program, fulfilled several legal obligations such as the revision of our 10-year management plan (RKU), which included conducting a routine ERC forest inventory (IHBRE/ER) of our ERC and regular patrols to ensure the protection of the area.

• As part of our mandatory ERC Annual Inventory, we made 60 Permanent Sample Plots around Gunung Belah and Sungai Lembu to facilitated in the collection of data on phenology and vegetation growth.

• On 9 September 2019, RHOI paid the replacement cost for boundary demarcation to the Indonesian Ministry of Finance:

1. Kong Kemul Protection Forest (HL Kong Kemul) function limit: 22.4 km

2. Gunung Menyapa Protection Forest (HL Menyapa Mountaion) function limit: 52.6 km

3. Gunung Batu Mesangat Protection Forest (HL Gunung Batu Mesangat) function limit: 0.8 km

• To fulfil the obligations of an Ecosystem Restoration Concession holder, two RHOI staff members have participated in the technical personnel training held by the Directorate General of Sustainable Production Forest Management (PHPL).

Pada tahun 2010, BOS Foundation – melalui perusahaan kami, PT. Restorasi Habitat Orangutan Indonesia (RHOI), membeli hak kelola Hutan Kehje Sewen di Kalimantan Timur, sebagai Konsesi Restorasi Ekosistem (IUPHHK–RE). Daerah ini dulunya adalah hutan produksi dan saat ini merupakan situs pelepasliaran orangutan utama kami di Kalimantan Timur, menampung orangutan dari Samboja Lestari. Bagian terbesar difungsikan sebagai hutan pelepasliaran dan sebagian lagi disisihkan sebagai area translokasi untuk orangutan liar yang diselamatkan. RHOI juga memulihkan tanah dan hutan di dalam kawasan restorasi ekosistem.

• Pada tahun 2019, program Restorasi Habitat Orangutan (RHO) kami berhasil memenuhi beberapa kewajiban hukum seperti revisi Rencana Kelola 10 tahun (RKU) yang mencakup Inventarisasi Hutan Berkala Restorasi Ekosistem (IHBRE) dan patroli rutin untuk memastikan perlindungan daerah.

• Untuk mendukung Inventarisasi Tahunan IUPHHK–RE wajib, kami membuat 60 Plot Sampel Permanen (PSP) di sekitar Gunung Belah dan Sungai Lembu untuk memfasilitasi pengumpulan data fenologi dan pertumbuhan vegetasi.

• Pada tanggal 9 September 2019, RHOI membayar biaya penggantian tata batas kepada Kementerian Keuangan Republik Indonesia:

1. Tata batas Hutan Lindung Kong Kemul: 22,4 km

2. Tata batas Hutan Lindung Gunung Menyapa: 52,6 km

3. Tata batas Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat: 0,8 km

• Untuk memenuhi kewajiban sebagai pemegang Konsesi Restorasi Ekosistem, dua staf dari PT. RHOI telah berpartisipasi dalam pelatihan tenaga teknis dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL)

pRoGRAM RestoRAsI hABItAt oRAnGutAn

Page 39: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

39

Page 40: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

40

ReseARCh AnD DeVelopMent

• Our long-term, continuous post-release monitoring has produced the largest dataset ever collected on orangutan reintroduction biology and is growing every day. We are currently in the process of cleaning this data for analysis and submission to a peer-reviewed scientific journal.

• Our standard operating procedures (SOPs) on rescue, rehabilitation, and release are used by the Government of Indonesia as a reference on orangutan reintroduction.

ReIntRoDuCtIon BIoloGY

• Pemantauan pasca pelepasliaran jangka panjang dan berkelanjutan kami menghasilkan kumpulan data terbesar tentang biologi reintroduksi orangutan dan terus bertambah setiap harinya. Kami tengah menata data ini untuk kebutuhan analisis dan dijadikan sebagai jurnal ilmiah untuk ditinjau sejawat.

• Prosedur operasi standar (SOP) kami terkait penyelamatan, rehabilitasi, dan pelepasliaran digunakan oleh Pemerintah Indonesia sebagai referensi dalam proses reintroduksi orangutan.

At our Tuanan Orangutan Research Station in the Mawas Conservation Area, our collaboration with the National University (Indonesia) and Rutgers University (USA) is facilitating long-term research on:

1. Orangutan nutrition, energetics, inflammation.2. Orangutan gut microbiome. 3. Orangutan nutriscape utilising drone technology.4. Orangutan ranging patterns.5. Biodiversity assessments utilising camera traps.6. Monitoring orangutan health in relationship to

environmental variables.7. Plant secondary metabolites and diet selection.8. Ethnobotany.9. Long-term patterns of tree and liana phenology and

the effects of weather and fires.10. The effects of fires on orangutan diet, ranging, and

health.

Di Stasiun Penelitian Orangutan Liar Tuanan, di Kawasan Konservasi Mawas, kami bekerja sama dengan Universitas Nasional (UNAS) Jakarta dan Universitas Rutgers (USA) dalam melakukan penelitian jangka panjang tentang:

1. Nutrisi pakan alami orangutan, pergerakan, dan pengaruh peradangan terhadap keduanya

2. Mikroorganisme sistem pencernaan orangutan 3. Pemetaan ketersediaan nutrisi bagi orangutan

menggunakan drone4. Jelajah orangutan 5. Dokumentasi keanekaragaman menggunakan kamera

jebak6. Memantau kesehatan orangutan terkait variabel

kondisi lingkungan7. Menanam tumbuhan metabolit sekunder dan

pemilihan pakan orangutan 8. Etnobotani (kajian mengenai hubungan antara

manusia dan tumbuhan hutan)9. Pola fenologi jangka panjang liana dan pohon dan

dampak cuaca dan kebakaran 10. Efek kebakaran pada diet, jarak jelajah, dan kesehatan

orangutan

WIlD oRAnGutAn ReseARCh

The main goal of our research is to explore coastal community adaptation along the Kapuas river to increasing fire risks:

• Explore dependence on natural resources and characterize livelihoods.

• Conduct value chain analysis of swallow nest harvesting and other forest commodities.

huMAn eColoGY AnD AlteRnAtIVe lIVelIhooDs

Tujuan utama penelitian ini adalah mengeksplorasi adaptasi masyarakat pesisir di sepanjang sungai Kapuas atas meningkatnya risiko kebakaran:

• Menjajaki besarnya ketergantungan pada sumber daya alam dan karakterisasi mata pencaharian.

• Melakukan analisis rantai nilai industri sarang walet dan komoditas hutan lainnya.

BIoloGI ReIntRoDuKsI

eKoloGI MAnusIA DAn MAtA penCAhARIAn AlteRnAtIf

penelItIAn oRAnGutAn lIAR

penelItIAn DAn penGeMBAnGAn

Page 41: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

41

• Identify alternative livelihood options and willingness to participate in incentive-based interventions for fire management and prevention.

• Determine correlates of fires to coastal livelihoods and health.

• Mengidentifikasi berbagai opsi mata pencaharian alternatif dan keinginan berpartisipasi dalam kegiatan tata kelola dan pencegahan kebakaran berbasis insentif.

• Menentukan korelasi antara kebakaran dengan mata pencaharian dan kesehatan masyarakat pesisir.

Page 42: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

42

We are working on three major projects concerning peatlands and fire in the Mawas Conservation Area.

• We continued our work with Bogor Agriculture Institute (IPB) University, NASA, and University of Maryland (Centre for Environmental Science) on a project entitled, “Incorporating, Quantifying, and Locating Fire Emissions from within Tropical Peat Swamp Forests”. This research has helped BOSF to improve our understanding of the orangutan habitat and vegetation condition, the impacts of land rehabilitation efforts such as canal blocking, reforestation, and fire management, and the carbon storage and emissions within MCA specifically. Main outputs to date:

1. Collected long-term landscape-scale vegetation, hydrology, peat, and fire monitoring data across the Mawas peat dome.

2. Developed and published standardised methods for Fire Scene Evaluation and Peat Fire Behaviour and Emissions.

3. Published several international peer-reviewed articles related to the project objectives.

4. Collaborated with researchers, conservationists, and governments in collecting nation-wide data regarding project objectives.

ReseARCh on peAtlAnDs AnD fIRes

Kami tengah mengerjakan 3 proyek besar terkait lahan gambut dan kebakaran di Kawasan Konservasi Mawas.

• Kami melanjutkan kerja sama dengan IPB, NASA, dan Universitas Maryland (Pusat Penelitian Lingkungan) dalam sebuah proyek kolaborasi yang berjudul “Incorporating, Quantifying, and Locating Fire Emissions from within Tropical Peat Swamp Forests”. Penelitian ini membantu BOS Foundation meningkatkan pemahaman tentang kondisi habitat dan vegetasi orangutan, dampak upaya rehabilitasi lahan seperti blokir kanal, penanaman kembali, dan manajemen kebakaran, dan data penyimpanan dan emisi karbon di Kawasan Konservasi Mawas. Kegiatan utama hingga saat ini:

1. Mengumpulkan data vegetasi, hidrologi, gambut, dan pemantauan kebakaran skala lanskap jangka panjang di seluruh kubah gambut Mawas.

2. Mengembangkan dan menerbitkan metode standar untuk Evaluasi Kebakaran dan Perilaku dan Emisi Kebakaran Gambut.

3. Menerbitkan beberapa artikel peer-review internasional terkait tujuan proyek.

4. Bekerja sama dengan peneliti, pekerja konservasi, dan pemerintah dalam dalam mengumpulkan data nasional terkait tujuan proyek.

penelItIAn lAhAn GAMBut DAn KeBAKARAn

Page 43: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

43

• We also began a large, multi-institutional, collaborative research project for improving community fire management and peatland restoration, led by the Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR). The benefits for BOSF are increased knowledge, and an expanded network relating to tropical peatland rehabilitation efforts and the causes of peat fires. Main outputs to date include:

1. Continued training and data collection on the causes of peat fire and recovery of peat structure after rewetting.

2. Stakeholder engagement, from village through national levels, on capacity building and knowledge transfer.

• We started a collaborative project focused on the detailed long-term monitoring of carbon and water fluxes through the degraded, target reforestation area in Mawas, providing climatic, atmospheric, and fire risk data, with the Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) University (Australia) and Palangka Raya University, as a part of an ACIAR SRA Project. Main outputs to date are:

1. Successful government socialisation and support for launch of this project.

2. Construction of flux tower, solar panels, and flux equipment.

3. Hourly monitoring of carbon dioxide and methane fluxes in system.

4. Installation of Chameleon peat moisture sensors.

• Kami juga memulai proyek penelitian kolaboratif multi-institusional yang besar untuk meningkatkan tata kelola kebakaran dan restorasi lahan gambut oleh masyarakat yang dipimpin oleh Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR). Manfaat bagi BOS Foundation adalah meningkatnya pengetahuan dan jejaring kerja terkait rehabilitasi lahan gambut tropis dan penyebab kebakaran gambut. Kegiatan utama hingga saat ini:

1. Pelatihan dan pengumpulan data berkelanjutan terkait penyebab kebakaran gambut dan pemulihan struktur gambut setelah pembasahan ulang.

2. Keterlibatan pemangku kepentingan, dari tingkat desa sampai nasional, dalam pembangunan kapasitas dan alih pengetahuan.

• Kami memulai proyek kolaboratif yang terfokus pada pemantauan terinci jangka panjang terkait fluks karbon dan air di area kawasan hutan target yang terdegradasi di Mawas, menyediakan data iklim, atmosfer, dan risiko kebakaran bersama Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) (Australia) dan Universitas Palangka Raya sebagai bagian dari Proyek ACIAR SRA. Kegiatan utama hingga saat ini adalah:

1. Sosialisasi dan dukungan pemerintah yang berhasil untuk pendirian proyek ini.

2. Pembangunan menara fluks, panel surya, dan perlengkapan pengukur fluks.

3. Pemantauan fluks karbondioksida dan metan di dalam sistem setiap jam.

4. Pemasangan sensor kelembaban gambut Chameleon.

Page 44: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

44

Best MAnAGeMent pRACtICes

Nearly all the orangutans that we rescue and care for in our two Orangutan Rehabilitation Centres were direct victims of habitat loss or human-wildlife conflict within plantations. Urgent solutions are needed to reduce the pressure that development places on wild orangutan populations, especially populations outside of protected forests. To do this we have continued to develop our Best Management Practices (BMP) program on the management of orangutan habitat in oil palm concessions.

• We conducted training for multiple private sector and government stakeholders in the Mawas Conservation Area on:1. Mitigation of Human-Orangutan Conflict2. Introduction of BMPs for Orangutan Conservation3. Spatial Monitoring and Reporting Tools (SMART)

training including the use of GIS and drones for natural resource monitoring and patrolling

• We conducted an orangutan survey methodology training, developed phenology transects, and identified tree species within oil palm concessions owned by PT United Agro Indonesia (PT UAI), Central Kalimantan. We identified 96 tree species with 90% of the species being potential orangutan food tree species.

• We updated data on the orangutan population, assessed habitat carrying capacity, and conducted vegetation surveys within High Conservation Value (HCV) areas of a subsidiary company of the Korindo Group. Our surveys found an estimated orangutan population of 45 – 54 individuals within the concession area and identified 23 mammal species, 133 bird species, and 225 trees species, with 86% of tree species being potential orangutan food sources.

• We drafted SOPs for orangutan handling and monitoring in the concession area.

• We drafted a workplan and terms of reference for BMP activity on orangutan conservation in Central Kalimantan within two oil palm concessions, namely PT United Agro Indonesia, Kapuas Regency and PT

Hampir semua orangutan yang diselamatkan dan dirawat di dua pusat rehabilitasi orangutan kami adalah korban langsung dari hilangnya habitat atau konflik manusia-satwa di dalam perkebunan kelapa sawit. Solusi mendesak sangat dibutuhkan untuk mengurangi tekanan terhadap populasi orangutan liar akibat pembangunan, terutama populasi orangutan di luar hutan lindung. Untuk melakukan ini, kami terus mengembangkan program Praktik Tata Kelola Terbaik (BMP) untuk menangani habitat orangutan di perkebunan kelapa sawit.

• Kami memberikan pelatihan bagi para pemangku kepentingan yang terdiri dari pelaku bisnis dan pemerintah di Kawasan Konservasi Mawas terkait:1. Mitigasi konflik manusia-orangutan2. Pengantar BMP bagi konservasi orangutan 3. Pelatihan Spatial Monitoring and Reporting Tools

(SMART) termasuk penggunaan GIS dan drone untuk pemantauan sumber daya alam dan patroli

• Kami memberikan pelatihan metode survei orangutan, membuka transek fenologi, dan mengidentifikasi jenis pohon di dalam wilayah konsesi kelapa sawit milik PT. United Agro Indonesia (PT. UAI), Kalimantan Tengah. Kami mengidentifikasi 96 spesies pohon dengan 90% di antaranya merupakan spesies potensial pohon pakan orangutan.

• Kami memperbarui data populasi orangutan, menilai daya dukung habitat, dan melakukan survei vegetasi di Kawasan Konservasi Bernilai Tinggi (HCV) milik anak perusahaan Korindo Group. Survei kami menemukan perkiraan populasi orangutan sebanyak 45-54 individu di dalam kawasan konsesi, mengidentifikasi 23 spesies mamalia, 133 spesies burung, dan 225 spesies pohon dengan 86% di antaranya berpotensi menjadi sumber pakan orangutan.

• Kami menyusun prosedur operasi standar (SOP) penanganan dan pemantauan orangutan di area konsesi

• Kami menyusun rencana kerja dan kerangka acuan untuk kegiatan BMP pelestarian orangutan di Kalimantan Tengah di dua konsesi kelapa sawit, PT

(foR oRAnGutAn ConseRVAtIon In ConCessIon AReAs)

pRAKtIK-pRAKtIK tAtA KelolA teRBAIK

(untuK pelestARIAn oRAnGutAn DI WIlAYAh KonsesI)

Page 45: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

45

Kalimantan Sawit Abadi, West Kotawaringin Regency, as well as one timber company, PT Korintiga Hutani, West Kotawaringin Regency.

• We monitored and evaluated ongoing BMP projects in East Kalimantan with PT Nusaraya Agro Sawit, East Kutai Regency and PT Global Primatama Mandiri, Berau Regency.

• We started to design the Conservation Management Plan (CMP) for public access.

• We joined the working group on National Interpretation of Principle and Criteria 2018 from the Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO).

• We participated in focus group discussions, held by

the Ministry of Environment and Forestry, related to the rescue, rehabilitation, and release of orangutans.

• We participated in the Indonesian Primates Congress and Symposium, held by the Indonesia Primates Association.

• We conducted a site visit and held initial negotiations relating to our BMP project support with PT Sakti Mait Jaya Langit, owned by Mentari Group in Kapuas Regency, Central Kalimantan.

United Agro Indonesia di Kabupaten Kapuas dan PT Kalimantan Sawit Abadi di Kabupaten Kotawaringin Barat, serta satu perusahaan kayu, PT Korintiga Hutani di Kabupaten Kotawaringin Barat.

• Kami memantau dan mengevaluasi proyek BMP yang masih berjalan di Kalimantan Timur dengan PT. Nusaraya Agro Sawit di Kabupaten Kutai Timur dan PT. Global Primatama Mandiri di Kabupaten Berau).

• Kami mulai merancang Rencana Pengelolaan Konservasi untuk bisa diakses publik

• Kami bergabung dalam kelompok kerja untuk Interpretasi Nasional tentang Prinsip dan Kriteria (P&C) dari Roundtable of Sustainable Palm Oil (RSPO) 2018.

• Kami terlibat dalam FGD yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terkait penyelamatan, rehabilitasi, dan pelepasliaran orangutan.

• Kami berpartisipasi dalam Kongres dan Simposium Primata Indonesia yang diselenggarakan PERHAPPI

• Kami melakukan kunjungan lapangan dan diskusi awal Proyek BMP dengan PT. Sakti Mait Jaya Langit (SMJL), milik Grup Mentari di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah

Page 46: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

46

lAnD RehABIlItAtIon In sAMBojA lestARI

• Ongoing land encroachment within Samboja Lestari bounds has been difficult to curb due to lack of patrolling, lack of access to remote areas, and lack of border demarcation and maintenance.

• Due to this, there have been negative impacts on the planting and maintenance program.

MAWAs ConseRVAtIon pRoGRAM

• A long dry season increased the occurrence of wildfires, and limited access to remote areas reduced fire patrolling effectiveness.

• Illegal logging remains an ongoing problem.

Rho pRoGRAM

• Ongoing staff capacity building on ERC management and outputs.

• Limited engagement by local communities due to larger profits offered by mining companies and plantations surrounding the Kehje Sewen Forest.

foRest fIRes

• Limited inter-institutional cooperation, especially regarding fire prevention.

• No reserve emergency funds available to fight fire, forcing us to call for emergency appeals in the case of fire outbreaks.

• Forty-one orangutans suffered respiratory problems presumed to be due to haze inhalation.

BMp

• Difficulties in to implementing BMP projects with non–RSPO member companies.

• Working schedule too dependent on the availability of corporate partners, rather than the needs of the orangutans.

• Need to accelerate the drafting and implementation of more specific BMP standards, including SOPs and CMPs.

RehABIlItAsI lAhAn DI sAMBojA lestARI:

• Perambahan lahan yang terjadi di dalam batas wilayah Samboja Lestari sulit untuk dikendalikan akibat kurangnya patroli, kurangnya akses ke titik-titik terpencil, dan kurangnya demarkasi dan perawatan tata batas.

• Oleh karenanya, hal ini berdampak pada program penanaman dan perawatan.

pRoGRAM KonseRVAsI MAWAs

• Musim kemarau yang panjang meningkatkan risiko terjadinya kebakaran, sementara akses terbatas ke titik-titik terpencil mengurangi efektivitas patroli kebakaran.

• Penebangan liar tetap menjadi masalah yang berkelanjutan.

pRoGRAM Rho

• Peningkatan kapasitas staf yang berkelanjutan dalam hal tata kelola dan kinerja IUPHHK–RE.

• Terbatasnya keterlibatan masyarakat setempat karena keuntungan yang lebih besar ditawarkan perusahaan tambang atau perkebunan di sekitar Hutan Kehje Sewen

KeBAKARAn hutAn

• Kurangnya kerja sama antar lembaga terutama dalam hal pencegahan kebakaran

• Tidak adanya dana darurat untuk pemadaman kebakaran, memaksa kami untuk meluncurkan kampanye penggalangan dana setiap kali ada kebakaran besar

• 41 orangutan menderita masalah pernafasan yang diduga akibat asap

BMp

• Kesulitan dalam penerapan program BMP dengan perusahaan-perusahaan bukan anggota RSPO.

• Jadwal kerja yang terlalu bergantung pada kesediaan perusahaan mitra, alih-alih pada kebutuhan orangutan

• Kebutuhan untuk mempercepat penyusunan dan penerapan standar-standar BMP yang lebih spesifik, termasuk SOP dan rencana tata kelola konservasi

ChAllenGGes

“Despite the successes that we have achieved,we have also faced numerous challenges:”

“Terlepas dari keberhasilan yang kami capai, kami masih menghadapi tantangan sebagai berikut:”

tAntAnGAn

Page 47: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

47

Page 48: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

48

sustAInABle CoMMunItY DeVelopMent

We value and promote the involvement of local communities in the BOS Foundation’s orangutan and ecosystem conservation activities. Our community development strategy in both East and Central Kalimantan is focused on the development of sustainable livelihood alternatives for the communities who live in and around orangutan habitat. We promote and support sustainable development that includes social, environmental, and economic factors and fosters the increased engagement of local communities in the protection and conservation of orangutans, their habitat, and other natural resources.

Kami sangat menghargai dukungan dan keterlibatan masyarakat lokal dalam berbagai kegiatan pelestarian orangutan dan ekosistem BOS Foundation. Strategi pemberdayaan masyarakat kami di Kalimantan Timur dan Tengah difokuskan pada pengembangan mata pencaharian alternatif berkelanjutan bagi mereka yang tinggal di dalam dan sekitar habitat orangutan. Kami mendukung sepenuhnya pembangunan berkelanjutan yang mencakup faktor-faktor sosial, lingkungan, dan ekonomi, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat sekitar dalam perlindungan orangutan, habitatnya, dan sumber daya alam lainnya.

sustAInABle CoMMunItY DeVelopMent ARounD ouR RehABIlItAtIon CentRes

We remain fully dedicated to engaging and supporting the communities around our areas of work. Our orangutan rehabilitation centres at Nyaru Menteng and Samboja Lestari also rely on local groups to supply them with sustainable food for our orangutans.

Kami tetap berdedikasi penuh untuk melibatkan dan mendukung masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah kerja kami. Pusat-pusat rehabilitasi orangutan kami di Nyaru Menteng dan Samboja Lestari bergantung pada petani setempat untuk penyediaan pakan bagi para orangutan kami.

peMBeRDAYAAn MAsYARAKAt BeRKelAnjutAn

ouR CoRe stRAteGYstRAteGI IntI KAMI

peMBeRDAYAAn MAsYARAKAt BeRKelAnjutAn DI WIlAYAh seKItAR pusAt-pusAt RehABIlItAsI

Page 49: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

49

sustAInABle CoMMunItY DeVelopMent ARounD ouR oRAnGutAn ReleAse sItes

In Central Kalimantan, we conducted community education and development activities in 9 villages around Bukit Baka Bukit Raya National Park (TNBBBR), consisting of:

• Socialisation and planning with local community members of three villages (Sebaung, Tumbang Taei, and Tumbang Melawan) for the new orangutan release site in the Hiran watershed.

• ‘Increased Capacity for Conflict Resolution and Improved Livelihoods of the Indigenous Dayak Katingan Communities Surrounding TNBBBR’ project:1. Project socialisation and collection of initial village

data within six villages (Dehes Asem, Rangan Kawit, Kiham Batang, Tumbang Tundu, Tumbang Tabulus, Batu Panahan) in the Sei Sanamang and Sei Bemban areas of TNBBBR, including discussing the participatory rural appraisal (PRA) process.

2. Facilitation of livelihood activities (the village mid-term development plan and group strengthening) in six villages in Sei Sanamang and Sei Bemban.

3. Preparation of participatory mapping plans in 3 villages (Tumbang Tundu, Tumbang Tabulus, and Batu Panahan) in Sei Bemban area of TNBBBR.

4. Planning for the mapping and usage of the traditional zone of TNBBBR, which encompasses three villages (Dehes Asem, Kiham Batang, and Rangan Kawit) in the Sei Sanamang area of TNBBBR.

• Reintroduction of orangutans from the rehabilitation centre to TNBBBR in Central Kalimantan and ecosystem protection through community and government support:1. Establishment of a community development team

in the Sei Hiran area of TNBBBR.2. Socialisation of community development project

with local community and village authorities in three villages in the Sei Hiran area.

Di Kalimantan Tengah, kami melakukan kegiatan pemberdayaan dan pendidikan masyarakat di 9 desa di sekitar Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) yang mencakup:

• Melakukan sosialisasi dan penyusunan rencana kegiatan bersama anggota masyarakat 3 desa (Sebaung, Tumbang Taei, dan Tumbang Melawan) untuk titik pelepasliaran baru di DAS Hiran

• Peningkatan Kapasitas untuk Resolusi Konflik dan Peningkatan Mata Pencaharian Masyarakat Adat Dayak Katingan di Sekitar proyek TNBBBR:1. Sosialisasi dan pengumpulan data awal dari 6

desa (Dehes Asem, Rangan Kawit, Kiham Batang, Tumbang Tundu, Tumbang Tabulus, Batu Panahan) di daerah Sei Sanamang dan Sei Bemban di TNBBBR, termasuk membahas proses Pemahaman Partisipatif Kondisi Kedesaan (PRA)

2. Fasilitasi kegiatan mata pencaharian (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa/RPJMDes dan penguatan kelompok) di 6 desa di Sei Sanamang dan Sei Bemban.

3. Penyusunan rencana pemetaan partisipatif di 3 desa (Tumbang Tundu, Tumbang Tabulus, dan Batu Panahan) di Sei Bemban, TNBBBR

4. Perencanaan pemetaan dan pemanfaatan kawasan adat TNBBBR, yang meliputi 3 desa (Dehes Asem, Kiham Batang, dan Rangan Kawit) di kawasan Sei Sanamang, TNBBBR.

• Pelepasliaran orangutan dari pusat rehabilitasi ke TNBBBR di Kalimantan Tengah, dan perlindungan ekosistem melalui dukungan masyarakat dan pemerintah:1. Pembentukan tim pemberdayaan masyarakat di

daerah Sei Hiran, TNBBBR2. Sosialisasi proyek pemberdayaan masyarakat

dengan masyarakat setempat dan pemerintah desa di 3 desa di daerah Sei Hiran

CentRAl KAlIMAntAn

peMBeRDAYAAn MAsYARAKAt BeRKelAnjutAn DI seKItAR sItus-sItus pelepAslIARAn oRAnGutAn

KAlIMAntAn tenGAh

Page 50: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

50

3. Development of training material on communication protocols and human–orangutan conflict mitigation for the nine target villages.

4. Socialisation of the training plan for human–orangutan conflict mitigation in three villages (Tumbang Sebaung, Tumbang Taei, and Tumbang Melawan) in the Hiran area.

5. Training on human–orangutan conflict mitigation in six villages (Dehes Asem, Rangan Kawit, Kiham Batang, Tumbang Tundu, Tumbang Tabulus, Batu Panahan) in the Sei Sanamang and Sei Bemban areas.

6. Training on and facilitation of PRA for three villages in the Hiran area.

7. Joint patrols with TNBBBR authority using Spatial Monitoring and Reporting Tools (SMART) in the Hiran and Bemban areas.

3. Pengembangan materi pelatihan tentang protokol komunikasi dan mitigasi konflik manusia–orangutan untuk masyarakat di 9 desa sasaran.

4. Sosialisasi rencana pelatihan mitigasi konflik manusia–orangutan di 3 desa (Tumbang Sebaung, Tumbang Taei, dan Tumbang Melawan) di daerah Sei Hiran.

5. Memberikan pelatihan mitigasi konflik manusia-orangutan di 6 desa (Dehes Asem, Rangan Kawit, Kiham Batang, Tumbang Tundu, Tumbang Tabulus, Batu Panahan) di daerah Sei Sanamang dan Sei Bemban.

6. Memberikan pelatihan dan fasilitasi PRA di 3 desa di daerah Sei Hiran

7. Melaksanakan patroli gabungan bersama TNBBBR memanfaatkan Spatial Monitoring and Reporting Tools (SMART) di daerah Hiran dan Bemban.

In East Kalimantan, community development activities continue to be implemented through our RHO program which supports three villages around Kehje Sewen Forest: Bea Nehas, Diaq Lay, and Dea Beq. Most people living in these villages are of the indigenous Dayak Wehea tribe. Community development activities within these villages consisted of:

eAst KAlIMAntAn

Di Kalimantan Timur, kegiatan pemberdayaan masyarakat terus dilaksanakan melalui program Restorasi Habitat Orangutan (RHO) kami yang bekerja di 3 desa di sekitar Hutan Kehje Sewen: Bea Nehas, Diaq Lay, dan Dea Beq. Sebagian besar penghuni desa ini adalah suku asli Dayak Wehea. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di sana mencakup:

KAlIMAntAn tIMuR

Page 51: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

51

• Increasing environmental awareness in the three target villages through local involvement in the protection of orangutans and their habitat including:1. Supporting local health through assistance on

the initiation and running of village community health clinics and demonstration plots for animal husbandry:a. Supported knowledge dissemination of

nutrition, water, hygiene, and sanitation.b. Ran a food provision program for local babies,

toddlers, expectant mothers, breastfeeding mothers, and the elderly.

c. Monitored the villages’ sustainable food houses and family medicinal plants (TOGA).

d. Disseminated information on drugs, psychotropics, and addictive substances at Bea Nehas and Diaq Lay infant–toddler activities.

e. Disseminated information on cervical cancer at Dea Beq infant–toddler activities.

f. Held health information sessions on dengue fever, including details on its symptoms and prevention, as well as on nutrition for infants and toddlers at Dea Beq village.

• Meningkatkan kepedulian lingkungan di 3 desa sasaran melalui keterlibatan masyarakat dalam perlindungan orangutan dan habitatnya, antara lain:1. Mendukung kesehatan masyarakat setempat

melalui kegiatan dan inisiasi Posyandu dan Pusban serta pemanfaatan lahan untuk peternakan:a. Diseminasi pengetahuan yang didukung

tentang gizi, air, kebersihan lingkungan, dan sanitasi.

b. Menjalankan program penyediaan makanan tambahan bagi balita, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, dan lansia.

c. Memantau Rumah Pangan Lestari (RPL) dan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di 3 desa.

d. Sosialisasi informasi tentang narkoba, psikotropika, dan zat adiktif di kegiatan Posyandu di Bea Nehas dan Diaq Lay.

e. Diseminasi informasi tentang kanker serviks pada kegiatan Posyandu di Dea Beq.

f. Mengadakan sesi penyuluhan kesehatan tentang gejala dan pencegahan penyakit demam berdarah (DBD), serta gizi untuk bayi di Posyandu desa Dea Beq.

Page 52: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

52

2. Alternative economic income generating activities, capacity building for improved livelihood strategies (namely fish farming, duck farming, chicken farming, and crop farming).

3. Provided environmental education to enhance orangutan conservation awareness in local communities:a. Provided books and building materials for

improved learning facilities at local schools.b. Socialised orangutan conservation through the

learning house (Rumah Belajar) and drawing competitions for pupils.

• Capacity building for improved livelihoods and recognition of rights for the indigenous culture of the Wehea tribe:

1. Assisted in preparing a written dictionary of the Dayak Wehea language by confirming the previously recorded linguistic data and adding several new words. RHO invited several community members to assist in the development of this dictionary.

2. Melaksanakan kegiatan yang menghasilkan pendapatan alternatif sekaligus peningkatan kapasitas untuk strategi mata pencaharian yang lebih baik, misalnya melalui beternak ikan, bebek, ayam, atau berkebun sayur

3. Memberikan pendidikan lingkungan untuk meningkatkan kesadaran tentang pelestarian orangutan di masyarakat setempat:a. Menyediakan buku dan alat peraga untuk

meningkatkan fasilitas belajar di sekolah setempat

b. Menyosialisasikan upaya pelestarian orangutan melalui Rumah Belajar dan penyelenggaraan lomba menggambar bagi siswa.

• Pengembangan kapasitas untuk peningkatan sumber mata pencaharian dan pengakuan hak bagi masyarakat adat Dayak Wehea:

1. Membantu penyusunan kamus tertulis bahasa Dayak Wehea dengan melengkapi dan menambah sejumlah kosa kata baru. RHO mengundang sejumlah anggota masyarakat untuk membantu penyusunan kamus ini.

Page 53: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

53

sustAInABle CoMMunItY DeVelopMent foR WIlD oRAnGutAn ConseRVAtIon In the MAWAs

ConseRVAtIon AReA, CentRAl KAlIMAntAn

In 2019, community development activities in Mawas continued in four villages. Three of those villages, Timpah, Tumbang Mangkutup (Tuanan Neighbourhood), and Mantangai Hulu are in the Kapuas Regency, and the final, Mangkatip, is located in the South Barito Regency. In all villages, we implemented activities including capacity building and the improvement of economic conditions through sustainable alternative livelihoods.

• Our work in community empowerment for sustainable livelihoods consisted of:

1. Best Practice Case for Empowering Rubber Smallholders in Timpah:

a. Providing field school training for grafting of high–yielding rubber seedlings.

b. Improved harvesting and post–harvesting techniques for integration into rubber agroforestry systems that can produce high quality latex. On March 2019, we procured the rubber rootstock seed from the Technical Implementation Unit for the Rubber Plantation (Rubber Seed Breeding Centre) in Dangka Village, South Barito Regency.

c. Produced 21,918 rubber rootstock seedlings by 38 community members from 5 groups.

d. Developed and maintenance 1,000 rubber entris seedlings for grafting materials of superior rubber clones.

2. Community–Based Restoration of a Wild Orangutan Research Area in Tuanan Village:

a. Socialised this project to village authorities and local community members in Tumbang Mangkutup village (including Tuanan neighbourhood).

b. Established three community groups (with 79 members) and developed three village nurseries. Produced and maintained 65,753 seedlings (26 species) for planting in 50 hectares of a wild orangutan research area in Tuanan village.

c. Facilitated socio–economic data collection, Participatory Rural Appraisal (PRA), and

Di tahun 2019, kegiatan pemberdayaan masyarakat di Mawas berlangsung di 4 desa. Tiga di antaranya: Timpah, Tumbang Mangkutup (RT di Tuanan), dan Mantangai Hulu terletak di Kabupaten Kapuas; sementara Mangkatip, ada di Kabupaten Barito Selatan. Di semua desa tersebut, kami melaksanakan kegiatan seperti peningkatan kapasitas dan peningkatan kondisi ekonomi masyarakat melalui mata pencaharian alternatif yang berkelanjutan.

• Pemberdayaan masyarakat melalui mata pencaharian berkelanjutan di atas mencakup:

1. Kasus praktik-praktik terbaik untuk pemberdayaan petani karet di Timpah:a. Memberikan pelatihan lapangan untuk okulasi

bibit karet unggul.b. Perbaikan teknik panen dan pasca panen untuk

diintegrasikan ke dalam sistem wanatani karet demi produksi lateks berkualitas tinggi. Di bulan Maret 2019, kami melakukan pengadaan benih batang bawah karet dari Unit Pelaksana Teknis untuk Perkebunan Karet (Pusat Pembibitan Benih Karet) di Desa Dangka, Kabupaten Barito Selatan.

c. Memanen 21.918 bibit batang bawah karet yang dilakukan bersama 38 orang dari 5 kelompok petani setempat.

d. Mengembangkan dan memelihara 1.000 bibit entris karet untuk bahan okulasi klon karet unggul.

2. Upaya Restorasi Kawasan Penelitian Orangutan Liar di Tuanan berbasis masyarakat mencakup:

a. Menyosialisasikan proyek ini kepada pejabat desa dan anggota masyarakat di Desa Tumbang Mangkutup (RT di Tuanan)

b. Mendirikan 3 kelompok masyarakat (beranggota 79 orang) dan mengembangkan 3 kebun bibit desa. Memproduksi dan memelihara 65.753 bibit dari 26 spesies tanaman untuk ditanam di 50 hektar kawasan penelitian orangutan liar di Tuanan.

c. Memfasilitasi pengumpulan data sosial ekonomi, pemahaman partisipatif kondisi

peMBeRDAYAAn MAsYARAKAt BeRKelAnjutAn untuK pelestARIAn oRAnGutAn lIAR DI KAWAsAn KonseRVAsI MAWAs, KAlIMAntAn tenGAh

Page 54: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

54

participatory mapping in Tumbang Mangkutup Village.

d. Negotiated and signed agreements with 14 canals owners for 14 local canals. Of these, we completed the blocking of 3 by building 25 dams.

3. Facilitating Sustainable Community Development, Reforestation, Forest Fire Management, and Biodiversity Monitoring for Orangutan Conservation in Mantangai Hulu Village, Kapuas Regency:

a. Socialised this project to village authorities and local community members in Mantangai Hulu Village.

b. Collected, discussed, and established socio-economic baseline data, facilitated the PRA, and facilitated the village participatory mapping.

c. Conducted the participatory mapping process (surveys and interviews) to collect the data for development livelihood strategy of Mantangai Hulu village.

d. Established five community groups and developed five village nurseries. Produced and maintained 61,686 seedlings and completed planting in 55 hectares area in Block A.

kedesaan (PRA), dan pemetaan partisipasi di desa Tumbang Mangkutup

d. Negosiasi dan penandatanganan persetujuan dengan 14 pemilik kanal untuk 14 kanal. Dari jumlah itu, kami menuntaskan penutupan 3 kanal dengan membangun 25 tatas.

3. Memfasilitasi pemberdayaan masyarakat berkelanjutan, penanaman kembali, tata kelola kebakaran hutan, dan pemantauan keanekaragaman hayati untuk pelestarian orangutan di Desa Mantangai Hulu, Kabupaten Kapuas:

a. Menyosialisasikan proyek ini kepada pejabat desa dan masyarakat desa Mantangai Hulu.

b. Mengumpulkan, membahas, dan menetapkan data baseline sosial ekonomi, memfasilitasi pemahaman partisipatif kondisi kedesaan (PRA), dan pemetaan partisipasi masyarakat.

c. Melakukan proses pemetaan partisipatif (survei dan wawancara) untuk mengumpulkan data terkait strategi pengembangan mata pencaharian Desa Mantangai Hulu.

d. Membentuk 5 kelompok masyarakat dan mengembangkan 5 kebun bibit desa. Menghasilkan dan memelihara 61.686 bibit dan menyelesaikan penanaman di 55 hektar area di Blok A

Page 55: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

55

4. Mendukung pembentukan tim pemadam kebakaran di 2 desa: Tumbang Mangkutup (RPK Handep Kapakat) dan Mantangai Hulu (RPK Palampang Tarung), yang bertugas melindungi masyarakat dan sumber daya alam desa mereka dari kebakaran, termasuk memberi pelatihan, pengadaan alat pemadam kebakaran, transportasi untuk patroli reguler, dan penggalian 47 sumur bor untuk sumber air bersih dan pencegahan kebakaran.

• Pengembangan mata pencarian berkelanjutan di Desa Mangkatip, Kabupaten Barito Selatan:

a. Memfasilitasi pertemuan untuk merencanakan upaya perlindungan sumber daya alam yang digunakan oleh masyarakat setempat melalui penggunaan berkelanjutan dan tata kelola perencanaan sumber daya alam di masa depan.

b. Menyelenggarakan proses pemetaan partisipatif (survei dan wawancara) untuk mengumpulkan data terkait pengembangan strategi mata pencaharian di desa Mangkatip.

4. Supported the establishment of two village fire teams in Tumbang Mangkutup (RPK Handep Kapakat) and in Mantangai Hulu village (RPK Palampang Tarung), to support the community in protecting themselves and their natural resources against fire, including training, procurement of firefighting equipment, transportation for regular patrols, and construction of 47 deep wells for clean water resources and fire prevention.

• Sustainable Income Generation in Mangakatip village, South Barito Regency:

a. Facilitated planning meetings on the protection of natural resources by the local community for future generations through sustainable use and natural resource planning management.

b. Conducted the participatory mapping process (surveys and interviews) to collect the data required for livelihood strategy development for the Mangkatip village.

Page 56: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

56

enVIRonMentAl eDuCAtIon

• In 2019, we increased our efforts to expand our Orangutan Goes to School (OGTS) program. The OGTS program aims to educate and inspire the youth of Indonesia about the plight of the orangutan and actions they may take to help change the outlook for this Critically Endangered species. Additionally, it often involves a fundraising component. By the end of 2019, OGTS had visited 38 schools and reached over 3,500 students in Jakarta, Bogor, Bandung, East Kalimantan, and Central Kalimantan.

• In East Kalimantan, Samboja Lestari frequently welcomed students from various schools who visited the centre to learn about orangutan conservation, habitat protection, and land rehabilitation. Our Orangutan Habitat Restoration program also conducted training and assisted youth groups establishing waste banks and gave environmental education sessions to local school children, farmers, and village leaders.

• In Central Kalimantan, we continued to provide environmental education at our Visitor Information Centre at Nyaru Menteng and our Tuanan Orangutan Research Station, which accommodated several research students conducting field work and research. We also regularly facilitated environmental education activities in six villages (Tumbang Tundu, Batu Panahan, Tumbang Tabulus, Rangan Kawit, Kiham Batang, and Dehes Asem) around the TNBBBR release site.

• All of our activities in the Mawas Conservation Area were complemented by some form of environmental education.

• Di sepanjang tahun 2019, kami memperluas program Orangutan Goes to School (OGTS). Program ini bertujuan untuk mendidik dan menginspirasi generasi muda Indonesia tentang pelestarian orangutan dan bertindak untuk mengubah masa depan spesies yang sangat terancam punah ini. Biasanya, program ini melibatkan komponen penggalangan dana. Di akhir tahun 2019, OGTS telah mengunjungi 38 sekolah dan berinteraksi dengan lebih dari 3.500 siswa di Jakarta, Bogor, Bandung, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah.

• Di Kalimantan Timur, tim di Samboja Lestari sering menyambut siswa dari berbagai sekolah yang berkunjung untuk belajar tentang pelestarian orangutan, perlindungan habitat, dan rehabilitasi lahan. Program Restorasi Habitat Orangutan kami juga mengadakan pelatihan dan membantu kelompok remaja mengenai bank sampah, dan memberikan sesi pendidikan lingkungan kepada anak-anak sekolah setempat, petani, dan pemimpin desa.

• Di Kalimantan Tengah, kami terus memberikan pendidikan lingkungan melalui Pusat Informasi Pengunjung Nyaru Menteng dan Stasiun Penelitian Orangutan Tuanan yang menampung beberapa mahasiswa untuk melakukan kerja lapangan dan penelitian. Kami juga secara rutin memfasilitasi pendidikan lingkungan di 6 desa (Tumbang Tundu, Batu Panahan, Tumbang Tabulus, Rangan Kawit, Kiham Batang, dan Dehes Asem) di sekitar lokasi pelepasliaran di TNBBBR.

• Semua kegiatan kami di Kawasan Konservasi Mawas juga dilengkapi dengan beberapa bentuk pendidikan lingkungan.

penDIDIKAn lInGKunGAn hIDup

Page 57: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

57

Page 58: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

58

funDRAIsInG

As a non–profit organisation, our success in raising funds underpins what we can achieve each year in reaching our conservation goals. This year saw our income sources further diversified by the sustained support of our official Partner Organisations (BOS Australia, BOS Germany, BOS Switzerland, BOS UK, and Save the Orangutan), as well as generous individuals, institutions, and corporations around the world. Our revenue this year totalled IDR 63,438,196,142, which represents a 13% decrease compared to last year. Of our total revenue, 76% came from our official Partner Organisations and the remaining 24% was raised by BOS Foundation from a variety of sources, with 14% coming from institutional donors (e.g. foundations, aid agencies, etc.), 4% from corporate giving, and 6% from individual donations.

In 2019, we are grateful to have had 3,325 individuals donate, in the form of a one-time donation or through our orangutan ‘adoption’ program. It is thanks to donations and support of our fundraising efforts that we have made great progress on all aspects of our conservation work. Gifts in-kind of everyday items increased in quantity this year with many gifts received from in–country donors. Our online fundraising efforts were vital in supporting our work and we utilised numerous online fundraising platforms, including Kitabisa.com and Giving Day for Apes.

Sebagai organisasi nirlaba, keberhasilan kami menggalang dana sangat memengaruhi capaian tahunan dalam memenuhi tujuan konservasi kami. Tahun ini, sumber pendapatan kami semakin beragam berkat dukungan dari para organisasi mitra resmi (BOS Australia, BOS Jerman, BOS Swiss, BOS Inggris, dan Save the Orangutan), juga individu, lembaga, dan perusahaan yang murah hati dari seluruh dunia. Penerimaan kami tahun ini total mencapai Rp 63.438.196.142,00, turun 13% dari tahun lalu. Dari seluruh penerimaan itu, 76% berasal dari organisasi mitra resmi dan sisa sebesar 24% digalang sepenuhnya oleh tim BOS Foundation di Indonesia, dengan 14% berasal dari lembaga-lembaga amal (misal: yayasan, lembaga donor, dll.), 4% dari pemberian perusahaan dan 6% donasi individu.

Di tahun 2019, kami bersyukur bisa menerima donasi dari 3.325 orang, dalam bentuk donasi sekali beri dan program adopsi orangutan kami. Berkat sumbangan dan dukungan terhadap upaya penggalangan dana, kami membuat kemajuan besar dalam semua aspek pekerjaan konservasi kami. Sumbangan dalam bentuk barang meningkat tahun ini dengan banyak sumbangan dari donor dalam negeri. Penggalangan dana daring sangat penting untuk mendukung pekerjaan kami, dan kami memanfaatkan berbagai platform penggalangan dana daring, termasuk Kitabisa.com dan Giving Day for Apes (GDFA).

NEW DONORS 1,057

EXISTINGDONORS

2,264DONOR SAAT INI

DONOR BARU

penGGAlAnGAn DAnA

Page 59: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

59

2019 funDRAIsInGReVenue souRCes

INDONESIaONly

76%

24%

BOSF PaRTNERS

14%INSTITUTIONal

4%CORPORaTE

6%INDIvIDUal

INDONESIaONly

suMBeR penDApAtAn penGGAlAnGAn DAnA DI 2019

Page 60: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

60

ACtIVItIes & pRoGRess

• We made several successful appeals and crowdfunding activities this year, most notably our Giving Day for Apes appeal in October, which raised over USD 20,000 to send adult female orangutan, Jubaedah, and her son Jubaedi, back to the forests of Kehje Sewen.

• We created some tactical appeals throughout the year such as our Fire” Appeal for Nyaru Menteng and the Mawas area, which raised more than USD 10,000. Our special appeal for Beni raised USD 1,000 and our “4 Babies” appeal raised USD 2,000.

• For crowdfunding platforms:

1. we raised more than USD 20,000 using Kitabisa.com

2. we raised more than USD 10,000 within 3 months through the GRAB rewards program thanks to the support of GRAB Holding Inc.

• This year we created many new partnerships from established corporations and start-up companies in Indonesia that help tap local funding opportunities and secure more unrestricted funding. We strengthened these bonds by having some of our corporate donors visit our field sites and rescue centres to witness the work that they support.

eVeNtS1. This year we were involved in more than ten

events to boost our social engagement, spread awareness, and increase our fundraising efforts. Some of the most noteworthy events included: Indofest 2019, Indonesia Fashion Week 2019, Outdoor International Festival 2019, ENHAII FunRun 2019, and Sharp Generator events in Jakarta, Bogor, Bandung, East Kalimantan, and Central Kalimantan.

2. We held the “A Life Worth Living” Charity and Auction event to create awareness and raise funds in Jakarta.

3. Through a collaboration with our partner “Mofomofa Estafet”, we celebrated the International Orangutan Day by hosting a Sunday Fun Run event, which raised awareness and funds.

• Kami berhasil membuat sejumlah permohonan donasi (appeal) dan crowdfunding tahun ini, terutama melalui Giving Day for Apes di bulan Oktober, yang berhasil mengumpulkan lebih dari US$20.000 untuk mengirim orangutan betina dewasa, Jubaedah, dan putranya Jubaedi, kembali ke Hutan Kehje Sewen.

• Kami juga membuat sejumlah permohonan donasi bersifat taktis sepanjang tahun seperti “Kebakaran” untuk Nyaru Menteng dan Mawas, yang berhasil mengumpulkan lebih dari US$10.000. Permohonan donasi khusus untuk Beni mengumpulkan US$1.000 dan untuk “4 Bayi” mengumpulkan US$2.000.

• Melalui cara crowdfunding:

1. Kami menggalang dana lebih dari US$20.000 di Kitabisa.com

2. Kami menggalang dana lebih dari US$10.000 dalam 3 bulan melalui program reward GRAB berkat dukungan GRAB Holding Inc.

• Tahun ini kami menjalin sejumlah kemitraan baru dengan perusahan-perusahaan baik yang sudah mapan maupun rintisan (startup) di Indonesia yang sangat membantu penggalangan dana untuk pendanaan tidak terbatas (unrestricted). Kami memperkuat kerja sama ini dengan mengundang para perusahaan donor berkunjung ke wilayah kerja dan pusat rehabilitasi untuk menyaksikan langsung kegiatan yang mereka dukung.

eVeNt1. Tahun ini, kami terlibat dalam lebih dari 10 ajang

untuk mendorong keterlibatan sosial, meluaskan penyadartahuan, dan meningkatkan upaya penggalangan dana. Ajang tersebut meliputi: Indofest 2019, Indonesia Fashion Week 2019, Outdoor International Festival 2019, ENHAII FunRun 2019, Sharp Generator di Jakarta, Bogor, Bandung, dan juga di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.

2. Kami mengadakan acara amal dan lelang “A Life Worth Living” untuk penyadartahuan dan mengumpulkan dana di Jakarta.

3. Berkolaborasi dengan mitra kami yaitu “Mofomofa Estafet”, kami merayakan Hari Orangutan Sedunia dengan menyelenggarakan acara Sunday Fun Run di bulan Agustus 2019 untuk meningkatkan kesadaran dan menggalang dana.

AKtIVItAs DAn KeMAjuAn

Page 61: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

61

merChANdISe1. We created many new merchandise items this year

and bolstered sales through both offline and online promotional activities. As a result, our merchandise revenue (combined across online sales, sales at events, and site visitor sales) in 2019 was up from IDR 852,719,413 in 2018 to IDR 1,110,728,567, a 30% increase.

2. Through our continued collaborations with Mofomofa and Habitatku, we introduced new merchandise, received a percentage of merchandise profits from companies who promoted us, and had companies sell our merchandise though their own sales platforms.

3. This year, we also launched a page for our online store on one of the biggest online shopping platforms in Indonesia, TOKOPEDIA.

4. The follower count for our merchandise Instagram page (@orangutanshop) increased more than 100% this year and we also benefited from the support of our Awareness Campaigners to promote our merchandise and boost sales.

merChANdISe1. Kami membuat sejumlah produk baru tahun ini

dan meningkatkan penjualan melalui kegiatan promosi secara daring dan luring. Sebagai hasilnya, penerimaan kami (dari penjualan daring, di acara, dan pembelian pengunjung program kami) di 2019 naik dari Rp852.719.413,00 di tahun 2018 menjadi Rp1.110.728.567 tahun ini, naik sebesar 30%.

2. Melalui kolaborasi berkelanjutan dengan Mofomofa dan Habitatku, kami membuat banyak produk baru, menerima persentasi penjualan dari perusahaan yang membantu promosi kami, dan menerima bantuan beberapa perusahaan menjualkan produk kami melalui jaringan penjualan mereka.

3. Tahun ini, kami meluncurkan laman toko daring di salah satu media toko daring terbesar Indonesia, “TOKOPEDIA”.

4. Pengikut (followers) akun Instagram khusus merchandise kami (@orangutanshop) meningkat lebih dari 100% tahun ini dan kami juga mendapat dukungan dari sejumlah awareness campaigner untuk mempromosikan produk kami dan meningkatkan penjualannya.

Page 62: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

62

WeBsIte

Dari total 305 artikel dan berita yang kami catat di tahun 2019, topik yang paling kerap diberitakan adalah tentang kebakaran hutan, mencapai 88 (28.8%) berita. Topik lain yang juga banyak diberitakan di tahun 2019 adalah rencana pemerintah untuk memindahkan ibukota dari Jakarta ke Kalimantan Timur.

Tantangan terbesar kami dalam melakukan pemantauan media adalah kami hanya bisa mengandalkan pencarian melalui peramban Google yang lebih memudahkan kami mencari dan menemukan berita nasional, alih-alih internasional. Berita dari media dalam negeri sebanyak 256 artikel di tahun 2019 (setara dengan 84%), sementara media internasional hanya ditemukan sebanyak 49 artikel dan berita (setara dengan 16%).

Kegiatan pelepasliaran yang relatif kerap (12 kali di sepanjang tahun 2019, sama dengan 1 pelepasliaran setiap bulan) tampaknya justru mengurangi ketertarikan media untuk memberitakannya.

Of the total 305 articles and news stories we recorded in 2019, the topic most covered by the media was on forest fires, accounting for 88 (28.8%) of all BOS media stories. Another heavily reported topic in 2019 was the Indonesian government’s plan to move the capital city from Jakarta to East Kalimantan.

Our biggest challenge in conducting media monitoring activities was that we had to rely solely on Google, which prioritises national news media over foreign media outlets. National news accounted for 256 articles and news coverage collected in the year 2019 (equivalent to 84% of the total), whilst international media accounted for 49 articles and news coverage (equivalent to 16%).

Intensive release activities (12 times in 2019, an average of one release per month) appeared to generate dimishing media interest in reporting them.

MeDIA eXposuRe 2019

Di tahun 2019, laman BOSF (www.orangutan.or.id) menerima total 122.361 pengunjung, dengan 91.935 di antaranya pengunjung baru dan 12.598 pengunjung lama. Artikel yang paling banyak dibaca adalah “Pony’s New Life” yang dibaca oleh 8.047 orang. Sementara laman RHOI (theforestforever.com) memiliki total 4.088 pengunjung, dengan 2.345 pengunjung baru dan 419 pengunjung lama. Artikel teratasnya berjudul “Komo and Petak Enjoy Romance in the Wild” yang dibaca oleh 184 orang.

In 2019, the BOSF website page (www.orangutan.or.id) received a total of 122,361 page visits, with 91,935 of them from new visitors and 12,598 from recurring visitors. Our most viewed article was “Pony’s New Life”, which garnered 8,047 readers. Our RHOI website page (www.theforestforever.com) received a total of 4,088 visits, with 2,345 of them from new visitors and 419 from recurring visitors. Its most viewed article was “Komo and Petak Enjoy Romance in the Wild” which reached 184 readers.

CoMMunICAtIonKoMunIKAsI

ToTalSeSSionS

122,361 newViSiTorS

91,935reTurningViSiTorS

12,598

WWW.thefoRestfoReVeR.CoM

ToTalSeSSionS

4,088newViSiTorS

2,345reTurningViSiTorS

419

WWW.oRAnGutAn.oR.ID

Page 63: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

63

In addition to traditional media, we also use social media channels to enter into a direct dialogue with a large and varied audience base.

FACeBookIn 2019, our Facebook page had a total of 33,089 fans, a 29% increase compared to the previous year. A large portion of our audience, 41%, is based in Indonesia, the United States and the United Kingdom. The majority of followers who engage with our posts are women over 45 years old. We recorded an average of 53,056 impressions per post, a 48.5% increase over the previous reporting period.

Facebook gives higher priority to the video uploaded directly to the platform over links to videos hosted elsewhere. Our team has therefore increased the production of videos to help us stand out in feeds and as a result, we saw a total of 664,000 minutes of video viewed, an increase of 168% compared to the previous year. The total video engagement – including likes, comments, and shares – was 251,000, a 275% increase on the previous year.

INStAGrAmOur Instagram following continues to grow steadily, as by the end of 2019 our account had been followed by 58,534 people. We added 22,953 new followers, averaging 63 new followers per day. We averaged 1,558 likes and 34 comments per post. Sharing powerful images from our work and our achievements is driving this growth, and our posts continue to generate strong engagement.

twItterDriven by organic growth, our Twitter account has also seen an increase in followers. In 2019, our account following surpassed 12,000. Our personalised interactions helped us to grow, on average, 20% year over year. In 2019, we published 281 tweets, achieving a total engagement – including likes, retweets, clicks on our content, and viewing embedded videos – of approximately 31,240.

YoUtUBeBy the end of 2019, our YouTube channel had 12,100 Subscribers, an increase of 188% compared to the previous year. During the year, our YouTube content had a total of 1,678,488 views. The “Crash Course in Snake Awareness!” video set a new record in 2019, by securing the title of the most-watched video of all time on our channel with 254,000 views.

soCIAl MeDIA

Selain media tradisional, kami juga menggunakan saluran media sosial untuk melakukan dialog langsung dengan pemirsa yang dalam jumlah besar dan beragam.

FACeBookDi tahun 2019 halaman Facebook kami memiliki total 33.089 penggemar, meningkat 29% dibandingkan tahun sebelumnya. Sebagian besar, sebesar 41% dari audiens kami, berbasis di Indonesia, AS, dan Inggris. Demografi mayoritas pengikut yang merespon unggahan kami adalah perempuan di atas 45 tahun. Kami mencapai rata-rata 53.056 tayangan per unggahan, naik 48,5% dari periode pelaporan sebelumnya.

Facebook juga memberikan prioritas lebih tinggi bagi video yang diunggah langsung ke media tersebut, ketimbang tautan video yang tersimpan di tempat atau media lain. Karenanya, tim kami telah meningkatkan jumlah produksi video untuk tampak menonjol dan kerap muncul di linimasa, dan sebagai hasilnya, total 664.000 menit video kami ditonton, meningkat 168% dibandingkan tahun sebelumnya. Total interaksi pada video, termasuk suka, komentar, dan berbagi – adalah 251.000, meningkat 275% dari tahun sebelumnya.

INStAGrAmAkun Instagram kami terus mendapat pengikut secara stabil, dan di akhir 2019 telah memiliki 58.534 pengikut. Kami menambahkan 22.953 pengikut baru, rata-rata 63 per harinya. Kami rata-rata mendapat 1.558 tanda suka dan 34 komentar per unggahan. Gambar yang berkesan tentang pekerjaan dan pencapaian kami mendorong pertumbuhan ini, dan unggahan kami menghasilkan keterlibatan yang kuat dari para pengikut.

twItterDidorong pertumbuhan terus-menerus, akun Twitter kami juga menerima peningkatan jumlah pengikut. Di tahun 2019, jumlah pengikut akun kami melebihi 12.000 akun. Interaksi personal kami mendorong pertumbuhan rata-rata 20% setiap tahunnya. Di tahun 2019, kami berbagi 281 cuitan, menerima respon (suka, retweet, klik, dan tonton video) total sebesar 31.240.

YoUtUBeDi akhir 2019, saluran YouTube kami memiliki 12.100 pelanggan, melonjak 188% dibandingkan periode 12 bulan sebelumnya. Selama setahun, konten YouTube kami disaksikan sebanyak 1.678.488. Video “Crash course in snake awareness!” mencatat rekor di tahun 2019, menjadi video yang paling banyak ditonton sepanjang masa di saluran kami dengan 254.000 kali.

MeDIA sosIAl

Page 64: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

64

MeDIA MonItoRInG 2019

305totAlCoVeRAGe

84%NATIONALcOvERAgE

16%INTERNATIONALcOvERAgE

InteRnAtIonAlCoVeRAGe

49nAtIonAlCoVeRAGe

256

onlIne pRInt

tV / VIDeo otheRs

281 5

18 1

2017 2018 2019

9,9 K

2,7 K

12K

4,2 K3,7 K

12,1 K

35,6 K

19,7K

58,5 K

25,7 K

2,2 K

33,1 K

tWItteR YoutuBe InstAGRAMfACeBooK

soCIAl MeDIA GRoWth

434 K 220.2 K 130.6 K 33 K 25 K

shARe of VoICe on fACeBooK

Page 65: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

65

In April 2019, together with our official partners, we launched the #OrangutanFreedom campaign which highlighted the importance of giving every orangutan in our care a new, natural home. The campaign was accompanied by a competition to win an adventure trip in Borneo to visit our rehabilitation centres and learn about orangutan conservation first-hand. Launched internationally in six languages, the campaign also encouraged everyone who cares about orangutans to join #OrangutanFreedom by making a split-image portrait of their faces merged with an orangutan face and sharing it on their social media profiles.

By 10 June 2019, more than 12,000 people had joined the campaign, with 5,450 entrants from Indonesia. Thousands more had also helped to spread the word by sharing their own #OrangutanFreedom photo. Eight winners from all over the world embarked on the adventure of a lifetime, visiting our programs in October 2019. They all became passionate ambassadors for our work during this unforgettable trip.

Pada bulan April 2019, bersama dengan organisasi mitra resmi, kami meluncurkan kampanye #OrangutanFreedom yang menyoroti pentingnya memberi kesempatan setiap orangutan yang kami rawat untuk kembali ke hutan. Kampanye ini disertai sayembara untuk memenangkan perjalanan ke Kalimantan dan berkunjung ke pusat-

GloBAl CAMpAIGn

PEOPlE jOINEDCamPaIGN

+12,000

PEOPlE FROmINDONESIa

5,450

pusat rehabilitasi kami dan memahami langsung upaya pelestarian orangutan. Diluncurkan secara internasional dalam enam bahasa, kampanye ini mengajak semua orang yang peduli dengan orangutan untuk bergabung dengan #OrangutanFreedom dengan cara menggabungkan potret wajah kita dengan wajah orangutan lalu membagikannya di profil media sosial masing-masing.

Pada 10 Juni 2019, lebih dari 12.000 orang berpartisipasi dalam kampanye ini, dengan 5.450 di antaranya dari Indonesia. Ribuan orang lainnya turut mendukung kampanye ini dengan cara membagikan foto #OrangutanFreedom mereka. Delapan pemenang dari seluruh dunia terpilih untuk mengunjungi program kami di bulan Oktober 2019. Mereka semua menjadi duta bagi pekerjaan kami dan dengan bersemangat mengikuti perjalanan yang tak terlupakan.

KAMpAnYe GloBAl

Page 66: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

66

pARtneRsMeetInG AnD CooRDInAtIon

AnnuAl pARtneRs MeetInG

Between 17 – 20 October, 2019, our official Partner Organisations (BOS Australia, BOS Germany, BOS Switzerland, BOS UK, and Save the Orangutan), joined us at the BOSF Headquarters in Bogor, West Java to learn about our progress, successes, and challenges during the previous year and plan for the coming year, while sharing their own achievements and planning for 2020.

• Together, with the support of a professional facilitator, we made strategic network planning to build a stronger BOS network that can be an even more influential pillar of orangutan conservation in the future.

• We developed planning for closer coordination in communications and in collaborative endeavours, such as investments into the newest, cutting-edge technology including remote monitoring systems.

• All of our official BOS Partner Organisations made ambitious funding pledges for 2020 and have renewed their commitment to supporting the BOS Foundation’s activities during the upcoming year and beyond.

peRteMuAn DAn KooRDInAsI pARA oRGAnIsAsI MItRA

peRteMuAn tAhunAn oRGAnIsAsI MItRA

Antara 17 – 20 Oktober 2019, organisasi mitra resmi kami (BOS Australia, BOS Jerman, BOS Swiss, BOS Inggris, dan Save the Orangutan/STO), bergabung dengan kami di Kantor Pusat Bogor, Jawa Barat untuk mempelajari kemajuan, sukses, dan tantangan kami di tahun sebelumnya, dan rencana untuk tahun berikutnya, sembari berbagi pencapaian dan rencana mereka untuk tahun 2020.

• Bersama, dengan dukungan fasilitator profesional, kami menyusun perencanaan jejaring strategis untuk membangun jejaring BOS yang lebih kuat yang bisa menjadi pilar yang lebih berpengaruh bagi pelestarian orangutan di masa depan

• Kami menyusun perencanaan untuk koordinasi yang lebih baik dalam bidang komunikasi dan kerja sama, seperti misalnya investasi pemanfaatan teknologi terbaru termasuk sistem pemantauan jarak jauh

• Semua organisasi mitra resmi BOS menjanjikan rencana pendanaan yang lebih besar di tahun 2020 dan memperbarui komitmen mereka untuk mendukung kegiatan-kegiatan BOS Foundation di masa depan dan seterusnya.

Page 67: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

67

Page 68: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

68

December 31, 2019 (auDiteD)

December 31, 2018 (auDiteD)

aSSetS aSet

curreNt aSSetS aSet LaNcar

Cash and Cash Equivalents 26.551.375.552 31.573.833.509 Kas dan Setara Kas

Account Receivable 108.117.479 85.217.515 Piutang Usaha

Inventory 456.057.900 260.554.270 Persediaan

Advances 2.570.835.103 1.819.368.328 Uang Muka

Prepaid Expenses 173.579.950 45.152.333 Biaya Dibayar Dimuka

total current assets 29.859.965.984 33.784.125.955 Jumlah aset Lancar

NON curreNt aSSetS aSet tiDaK LaNcar

Investment in shares 176.300.000 176.300.000 Investasi

Fixed Assets 28.826.363.522 29.821.211.736 Aset Tetap

Other Asset 22.731.168.903 20.077.545.224 Aset Lain-lain

total Non current assets 51.733.832.425 50.075.056.960 Jumlah aset tidak Lancar

tOtaL aSSetS 81.593.798.409 83.859.182.915 JumLaH aSet

LiabiLitieS LiabiLitaS DaN aSet berSiH

curreNt LiabiLitieS LiabiLitaS LaNcar

Tax Payables 30.409.001 18.859.295 Utang Pajak

Accounts Payable Third Parties 642.559.166 362.512.746 Utang Pihak Ketiga

• Accrued Expenses 851.718.046 425.093.553 • Biaya Yang Masih Harus Dibayar

total current Liabilities 1.524.686.213 806.465.594 Jumlah Liabilitas Lancar

Net aSSetS aSet berSiH

Restricted 74.632.043.972 75.536.087.886 Terikat

Unrestricted 5.437.068.224 7.516.629.435 Tidak Terikat

total Net assets 80.069.112.196 83.052.717.321 Jumlah aset bersih

tOtaL LiabiLitieS & Net aSSetS 81.593.798.409 83.859.182.915 JumLaH LiabiLitaS & aSet berSiH

Financial RepoRt 2019STATEMENT OF FINANCIAL POSITION 31 DECEMbEr 2019 (auDiteD) AND 2018 (AuDITED)ALL FIgurES IN IDr

lApoRAn KeuAnGAn 2019

Page 69: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

69

December 31, 2019 (auDiteD)

December 31, 2018 (auDiteD)

reVeNueS PeNerimaaN DaNa

Donation 62.955.402.593 71.730.631.442 Donasi

Interest Income 318.470.576 388.488.401 Pendapatan Bunga

Gain on Sales of Fixed Asset - - Gain on Sales of Fixed Asset

Others - - Others

Other Income 1.540.295.008 1.356.530.381 Pendapatan Lain-Lain

total revenues 64.814.168.177 73.475.650.224 Jumlah Penerimaan

OPeratiNG eXPeNSeS - by project classification

bebaN OPeraSi - berdasarkan Proyek

Nyaru Menteng Orangutan Reintroduction

24.841.249.808 22.246.803.002 Proyek Reintroduksi

Orangutan Nyaru Menteng

Samboja Lestari Orangutan Reintroduction Program

16.676.926.952 15.432.767.212 Proyek Reintroduksi

Orangutan Samboja Lestari

Mawas Conservation Program 10.694.258.581 6.517.562.516 Program Konservasi Mawas

RHO Project 8.329.588.011 7.785.077.106 Proyek RHO

Management and General Expenses 7.255.749.950 5.670.436.073 Beban Manajemen dan Umum

total Operating expenses 67.797.773.302 57.652.645.909 Jumlah beban Operasi

INCREASE (DECREASE) NET ASSETS (2.983.605.125) 15.823.004.315 KENAIKAN (PENURUNAN)

ASET BERSIH

ADJUSTMENT OF NETT ASSETS LAST YEAR - -

PENYESUAIAN ASET BERSIH TAHUN LALU

NET ASSETS AT BEGINNING OF THE YEAR

83.052.717.321 67.229.713.006 ASET BERSIH PADA

AWAL TAHUN

Net aSSetS at eNDiNG OF tHe Year

80.069.112.196 83.052.717.321 aSet berSiH PaDa

aKHir taHuN

ACTIVITY rEPOrT 31 DECEMbEr 2019 (auDiteD) AND 2018 (AuDITED)ALL FIgurES IN IDr

Page 70: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

70

• ABAXIS• ACIAR• American Association of Zoo Veterinarians (AAZV)• Batik Amarilis• Blue Bird Group• BOS Australia• BOS UK• BOS Germany• BOS Switzerland• Cameron Park Zoological• Cheyenne Mountain ZS• Citilink• E–Crane International, Pte ltd• Global Federation of Animal Sanctuaries (GFAS)• Gojek Indonesia• Golder Associates (PT. Geotechnical & Environmental

Service Indonesia)• Habitatku• Honda BigBos• Income via Midtrans• Income via Paypal• Lowry Park Zoological Society• Mediscrubs • Mofomofa Estafet• More Trees• NHNZ• Oak Foundation• Orang Utan Help Lëtzebuerg a.s.b.l. (OHL)• Openbox Foundation• Orangutan Outreach• OVAID• Pairi Daiza Foundation• PCP Express• POD Chocolate• PT. Adventure Indonesia• PT. Aerofood ACS

2019The BOS Foundation would like to extend our sincere gratitude to our partners and donors for their ongoing support to orangutan conservation. Your generosity makes our work possible and we look forward to your continued support in the future.

Yayasan BOS mengucapkan terima kasih kepada para organisasi mitra dan para donor atas dukungannya untuk konservasi orangutan. Dukungan dan kontribusinya memungkinkan Yayasan BOS dapat melaksanakan kegiatan di masa depan.

• PT. Anugerah Kebun Mandiri• PT. Bank Central Asia Tbk. (BCA)• PT. Bank Negara Indonesia Persero• PT. Bridgestone Mining Solution• PT. Campina Ice Cream Industry• PT. Global Primatama Mandiri• PT. Kalimantan Sawit Abadi• PT. Korintiga Hutani• WOW Borneo• PT. Nissan Motor Indonesia• PT. Nusa Indah Kalimantan Plan• PT. Nusaraya Agro Sawit• PT. Pupuk Indonesia• PT. Pupuk Kaltim• PT. Rekayasa Industri• PT. Solusi Transportasi Indonesia (GRAB)• PT. Wartsila Indonesia• RAE Seafood• Ralf Bohle GmbH• Reconyx (Camera Trap)• RMIT (FLUX TOWER)• Roland Project• Samboja Lodge• Save The Orangutan (STO)• Supreme Master Television• The Great Project (TGP)• The Orangutan Project (TOP)• University of Maryland• USAID, Lestari• USFWS• Wild Women Expeditions

... and thousands of dedicated individuals donor around the world

DonoRs

Page 71: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

AnnuAl report 2019 | lAporAn tAHunAn 2019

71

Page 72: AnnuAl RepoRt | lApoRAn tAhunAn 2019

72

bOrNEO OrANguTAN SurVIVAL FOuNDATION

Jl. Kumbang 31 Bogor 16128, West Java, IndonesiaPh: +62 251 8314468 | Fax: +62 251 832 1847

Facebook: BOS Foundation | Twitter: @bornean_ou | Instagram: bosfoundationwww.orangutan.or.id