antioksidan dm
DESCRIPTION
diabetes mellitus and antioksidanTRANSCRIPT
-
5/28/2018 Antioksidan DM
1/40
1
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditemukan di seluruh
dunia yang diderita kurang lebih 150 juta orang pada tahun 2000, yang
diperkirakan meningkat menjadi 220 juta pada tahun 2010.1 Diabetes dan
komplikasi yang terkait telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup
besar. Komplikasi kardiovaskular menyebabkan sebagian besar morbiditas dan
kematian akibat diabetes mellitus. Penderita diabetes beresiko hingga 2-4 kali
lipat dalam peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan
orang tanpa diabetes.2 Penyakit kardiovaskular menjadi penyebab 80% dari
kematian dini akibat diabetes.3
WHO memperkirakan bahwa antara tahun 1997 dan 2025, jumlah
penderita diabetes akan berlipat ganda dari 143 juta sekitar 300 juta.4Insiden DM
tipe 2 adalah tertinggi di ekonomi negara-negara maju, terutama Amerika Serikat,
di mana sekitar 6,5% dari populasi (17 juta orang) telah menderita diabetes.5
WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien DM di Indonesia dari 8,4 juta
pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan dari hasil
penilitian di berbagai daerah di Indonesia yang dilakukan pada dekade 1980
menunjukkan sebaran prevalensi DM tipe-2 antara 0,8% di Tanah Toraja, sampai
6,1% yang didapatkan di Manado. Hasil penelitian pada era 2000 menunjukkan
peningkatan prevalensi yang sangat tajam. Sebagai contoh penelitian di Jakarta
(daerah urban) dari prevalensi DIM 1,7% pada tahun 1982 menjadi 5,7% pada tahun
1993 dan kemudian menjadi 12,8% pada tahun 2001 di daerah sub-urban Jakarta.6
Komplikasi vaskular pada diabetes mellitus dapat disebabkan oleh mikro
dan makro angiopati. Kerusakan retina, ginjal dan saraf diakibatkan
mikroangiopati, sedangkan kerusakan yang diakibatkan makroangiopati adalah
penyakit arteri koroner, arteri karotis, arteri perifer, infark miokard, stroke dan
penyakit kaki diabetes.7
Diabetes Mellitus dapat ditegakkan dengan menggunakan standar ADA
2010. Pelaksanaan diabetes sendiri terbagi dalam empat pilar utama, yaitu
edukasi, terapi gizi medik, olahraga dan farmakologis. Dalam penatalaksanaan
-
5/28/2018 Antioksidan DM
2/40
2
komplikasi diabetes terkini, antioksidan memiliki tempat yang cukup penting.
Pada pasien DM, peningkatan Reactive Oxygen Spesies (ROS) plasma dan
berkurangnya pertahanan antioksidan mengakibatkan stres oksidatif, yang pada
akhirnya dapat mengakibatkan banyak komplikasi dari DM. Suplemen makanan
kaya anti oksidan dapat mengkompensasi tingkat anti oksidan plasma yang lebih
rendah yang ditemukan pada pasien DM hingga menurunkan risiko komplikasi
DM dan bermanfaat dalam mengurangi resistensi insulin dan melindungi endotel
vaskular. Anti oksidan yang memiliki manfaat yang berkaitan dengan pencegahan
dan pengobatan komplikasi diabetes, diantaranya adalah vitamin E (-tokoferol)
dan asam lipoat.5
-
5/28/2018 Antioksidan DM
3/40
3
BAB II
PENATALAKSANAAN DIABETES MELLITUS
A. DefinisiMenurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia kronis yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes
melitus sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang
merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut
atau relatif dan gangguan fungsi insulin.6
B. KlasifikasiDiabetes mellitus dibagi menjadi empat kelompok seperti tercantum dalam tabel I
di bawah ini :
Tabel I Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA8
I. Type 1 diabetes2 (B cell destruction, usually leading to absolute insulin deficiency)
A. Immune-mediated
B. IdiopathicII. Type 2 diabetes2 (may range from predominantly insulin resistance with relative insulin
deficiency to a predominantly secretory defect with insulin resistance)
III. Other specific types
A. Genetic defects of B cell function
B. Genetic defects in insulin action
C. Diseases of the exocrine pancreas
D. Endocrinopathies
E. Drug- or chemical-induced
F. Infections
G. Uncommon forms of immune-mediated diabetes
H. Other genetic syndromes sometimes associated with diabetes
IV. Gestational diabetes mellitus (GDM)
C. DiagnosisDiagnosis DM ditegakkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma
vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler tetap dapat
dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda
-
5/28/2018 Antioksidan DM
4/40
4
sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan
dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler.6
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan
adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti tercantum di bawah
ini : 6
Keluhan klasik DM : berupa poliuria, polidipsia, polifagia,dan penurunanberat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Keluhan non klasik dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kaburdan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui empat cara : 8
1. Kadar HbA1c 6,5% menggunakan metode NGSP certified danstandarisasi DCCT assay disertai keluhan klasik.
2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126mg/dl (7,0 mmol/l) disertaikeluhan klasik. Pasien berpuasa selama 8 jam tanpa intake kalori sebelum
pemeriksaan. Pemeriksaan ini mudah dilakukan, mudah diterima oleh
pasien serta murah, sehingga pemeriksaan ini dianjurkan untuk diagnosis
DM.
3. Gula darah 2 jam post prandial dengan TTGO (Test toleransi glukosa oral) 200mg/dl (11,1 mmol/l) disertai keluhan klasik. Meskipun TTGO dengan
beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan
pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun memiliki keterbatasan tersendiri.
TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat
jarang dilakukan. TTGO dilakukan dengan standar WHO menggunakan
glucose anhidrose 75g yang dilarutkan dalam air.
4. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 200mg/dl (11,1 mmol/l) sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.
Pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke
dalam kelompok Toleransi Glukosa terganggu (TGT) atau Gula Darah Puasa
Terganggu (GDPT) tergantung dari hasil yang diperoleh:
TGT, bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa plasma 2 jam
-
5/28/2018 Antioksidan DM
5/40
5
setelah pembebanan antara 140199 mg/dL (7.8-11.0 mmol/L).
GDPT, bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara100-125 mg/dL (5.66.9 mmol/L).
D. Penatalaksanaan :Menurut ADA(2010) penatalaksanaan diabetes adalah : 8
1. EdukasiMemerlukan partisipasi aktif dari pasien, keluarga dan masyarakat.
2. Terapi gizi medisPrinsipnya adalah pengaturan makan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
3. OlahragaKarena obesitas dan kurangnya aktivitas fisik adalah faktor risiko utama
untuk pengembangan DM tipe 2, metode yang efektif untuk pencegahan
dan pengobatan adalah kombinasi dari pengurangan berat badan dan
olahraga. Olahraga yang dianjurkan adalah latihan aerobik intensitas
sedang dengan frekuensi 3-4x/minggu, selama 30-40 menit. Otot rangka
memberikan respon terhadap latihan dengan meningkatkan konsentrasi
glukosa transporter (GLUT4), sehingga meningkatkan kerja insulin.5
4. FarmakologisSebagian besar kasus DM tipe 2 dapat dicegah atau ditatalaksana secara
efektif jika penderita diabetes atau individu yang berisiko untuk diabetes
menjalani diet ketat dan olahraga. Tetapi, seringkali DM tipe 2 tidak dapat
terkontrol baik hanya dengan diet dan latihan. Secara garis besar terapi
farmakologis dibagi menjadi :6
Insulin Merangsang pelepasan insulin dari sel dalam pulau pancreas:
Sulfonilurea (glyburide, gliclazide) dan meglitinides (repaglinide).
Meningkatkan sensitivitas insulin di jaringan perifer:Thiazolidinediones (troglitazone, rosiglitazone). Mekanisme kerjanya
adalah penurunan resistansi insulin pada otot rangka.
Penghambat glukoneogenesis:
-
5/28/2018 Antioksidan DM
6/40
6
Biguanides (metformin). Mekanisme kerjanya adalah untuk
mengurangi output glukosa hepatik, stimulasi uptake glukosa perifer,
penghambatan lipolisis dan asam lemak bebas, meningkatkan binding
insulin, stimulasi aktivitas tirosin kinase reseptor insulin, peningkatan
GLUT 4 dan peningkatan sintesis glikogen.
Menghambat glukosidase alfa:Acarbose, Mekanisme kerjanya adalah menghambat absorpsi glukosa
di usus halus.
-
5/28/2018 Antioksidan DM
7/40
7
BAB III
PATOFISIOLOGI KOMPLIKASI DIABETES
A. Komplikasi diabetesKarena diabetes mellitus memiliki angka morbiditas dan kematian dini
yang tinggi, pencegahan komplikasi merupakan masalah utama. Komplikasi
vaskular pada diabetes mellitus dapat disebabkan oleh mikro dan makro angiopati.
Kerusakan retina, ginjal dan saraf diakibatkan mikroangiopati, sedangkan
kerusakan yang diakibatkan makroangiopati adalah penyakit arteri koroner, arteri
karotis, arteri perifer, infark miokard, stroke dan penyakit kaki diabetes. 7
Uji klinis skala besar pada DM tipe 1 dan Tipe 2 telah menunjukkan
bahwa hiperglikemia berperan penting dalam patogenesis komplikasi
mikrovaskuler. Terdapat peningkatan 10 kali lipat risiko mikrovaskuler dan
peningkatan 2 kali lipat risiko makrovaskuler sebagai akibat HbA1c meningkat
5,5-9,5%.9 Meskipun pasien diabetes dengan hiperglikemia memiliki risiko
tertinggi untuk mikroangiopati dan makroangiopati, namun hiperglikemia bukan
satu-satunya penyebab dari mikroangiopati dan makroangiopati. Hipertensi,
merokok, hiperkolesterolemia, dislipidemia, obesitas dan hiperhomosisteinemia
turut berperan serta dalam proses mikroangiopati dan makroangiopati. Semua
faktor yang disebutkan di atas menciptakan keadaan konstan dan progresif yang
menimbulkan kerusakan pada dinding pembuluh darah. 10
Gambar 1 Hiperglikemia dan diabetes tissue damage9
-
5/28/2018 Antioksidan DM
8/40
8
B. Resistensi InsulinPenelitian San Antonio Heart Study pada laki-laki tanpa diabetes atau
gangguan toleransi glukosa menunjukkan resistensi insulin yang tinggi
meningkatkan risiko kardiovaskular 2,5 kali lipat. Meskipun telah dilakukan
perbaikan pada faktor risiko kardiovaskular, termasuk LDL, HDL, trigliserida,
tekanan darah sistolik dan merokok, subjek yang resisten insulin masih memiliki 2
kali lipat peningkatan risiko penyakit jantung. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar risiko penyakit kardiovaskular disebabkan oleh resistansi insulin.
Resistensi insulin meningkatkan fluks asam lemak bebas (FFA) dari adiposit ke
sel endotel arteri, yang ditunjukkan secara skematik pada Gambar 2. Dalam sel
endotel makrovaskuler terjadi peningkatan fluks FFA oksidasi oleh mitokondria,
tetapi tidak dalam sel endotel mikrovaskuler. Karena asam lemak -oksidasi dan
oksidasi FFA dari asetil KoA oleh siklus TCA akan menghasilkan donor elektron
yang sama (NADH dan FADH2) yang dihasilkan oleh oksidasi glukosa,
peningkatan oksidasi FFA mengakibatkan mitokondria memproduksi Reactive
Oxygen Species (ROS) berlebih dengan mekanisme yang sama seperti
hiperglikemia. Dan, seperti hiperglikemia, peningkatan ROS akibat FFA
mengaktifkan jalur yang sama : AGEs, PKC, hexosamin, dan NFB.9
Gambar 2. Resistensi insulin dan produksi ROS mitokondria9
C. Stress oksidatifStres oksidatif menggambarkan suatu ketidak seimbangan yang persisten
antara produksi radikal bebas yang berlebihan dengan kapasitas pertahanan
antioksidan tubuh yang menurun, yang mengakibatkan terjadinya kerusakan
-
5/28/2018 Antioksidan DM
9/40
9
jaringan tubuh. Komplikasi diabetes akan menurunkan total radical-trapping
antioxidant parameter (TRAP)plasma, sehingga merusak pertahanan antioksidan
natural di plasma. Beberapa peneliti melaporkan bahwa pada pasien diabetes
kadar reduced gluthathione, Vit C dan Vit E rendah, dan penanda stres oksidatif
(ox-LDL, isoprostane urin) naik. Glikolisis dan siklus Kreb menghasilkan energi
yang ekuivalen untuk mendorong sintesis ATP mitokondria, sebaliknya hasil
samping fosforilasi oksidatif mitokondria (termasuk radikal bebas, dan anion
superoksid) juga ditingkatkan oleh kadar glukosa tinggi. Otooksidasi glukosa pun
menaikkan radikal bebas. Stres oksidatif mengakibatkan: (1) menurunkan kadar
NO, (2) merusak protein sel, (3) adhesi lekosit pada endotel meningkat sedang
fungsinya sebagai barrier terhambat. ROS mempunyai kemampuan untuk secara
langsung menimbulkan kerusakan makromolekul seluler, dan berperan penting
dalam meregulasi ekspresi gen. ROS mampu mengaktifkan berbagai stress
sensitive intracellular signaling pathways seperti NFB, p38 MAP Kinase, NH2-
terminal jun kinase (JNK/SAPK), PKC, AGE / RAGE, Sorbitol dan lainnya. 11
Gambar 3 ROS mengaktivasi stress signaling pathway11
Pada hiperglikemia, diproduksi ROS dalam jumlah besar. Untuk mengerti
bagaimana hal ini bisa terjadi, kita harus mengingat terlebih dahulu tentang
metabolisme glukosa. Oksidasi glukosa intrasel dimulai dengan glikolisis di
sitoplasma, yang menghasilkan NADH dan piruvat. Jumlah NADH sitoplasma
dapat mengimbangi rantai elektron transpor mitokondrial dan dapat mereduksi
piruvat menjadi laktat, yang keluar dari sel untuk menyediakan substrat
glukoneogenesis hepatik. Piruvat ditransport ke mitokondria, dioksidasi melalui
-
5/28/2018 Antioksidan DM
10/40
10
siklus asam trikarboksilik (TCA) untuk menghasilkan CO2, H2O, empat molekul
NADH, dan satu molekul FADH2. NADH dan FADH2 (Flavin adenine
dinucleotide) mitokondria menghasilkan energi untuk produksi adenosine
triphosphate (ATP) lewat fosforilasi oksidatif rantai elektron. Aliran elektron
melalui rantai transport elektron mitokondrial melewati empat inner membrane
associated enzyme complexes, ditambah cytochrome-c dan karier mobile yaitu
ubiquinone. NADH yang dihasilkan oksidasi glukosa sitosol dan siklus TCA
mitokondria memberikan elektron ke NADH : ubiquinone oxidoreductase
(Complex I). Complex I mentransfer elektron ke ubiquinone. Ubiquinone dapat
juga tereduksi oleh elektron yang diberikan donated dehidrogenase yang
mengandung FADH2, termasuksuccinate : ubiquinone oxidoreductase(Complex
II) dan glycerol-3-phosphate dehydrogenase. Elektron dari ubiquinone tereduksi
ditransfer ke ubiquinol : cytochrome-c oxidoreductase (Complex III) oleh
ubisemiquinone radicalgenerating Q Cycle. Transpor elektron kemudian
melewati cytochrome-c, cytochrome-c oxidase (Complex IV), hingga molekul
oksigen. Transfer elektron melalui Complexes I, III, dan IV menghasilkan gradien
proton yang memicu ATP synthase (Complex V). Ketika perbedaan potensial
electrochemical yang dihasilkan gradien proton tinggi, umur superoxide-
generating electron transport intermediatesseperti ubisemiquinone diperpanjang.
Pada sel hewan yang menderita diabetes dengan kadar glukosa tinggi, glukosa
yang dioksidasi di siklus TCA lebih banyak, sehingga mendorong lebih banyak
donor elektron (NADH and FADH2) ke rantai transpor elektron transpor.
Akibatnya, gradien voltase melalui membran mitokondrial meningkat hingga
ambang batas kritikal tercapai until. Saat itu transfer elektron di dalam complex
III dihambat, mengakibatkan elektrons kembali ke coenzyme Q, yangmendonasikan elektron ke molecul oksigen dan menghasilkan superoksida
(gambar 4). Isoform mitokondrial dari superoxide dismutase (SOD) mendegradasi
radikal bebas oksigen ini menjadi hidrogen peroksida, yang akan dikonversi
menjadi H2O dan O2oleh enzim lain.9
-
5/28/2018 Antioksidan DM
11/40
11
Gambar 4 Produksi ROS terinduksi hiperglikemia pada rantai transpor elektron
mitokondria9
D. Empat jalur utama kerusakan akibat hiperglikemiaTerdapat 4 jalur utama kerusakan akibat hiperglikemia yaitu: (1). Polyol,
(2).Ages, (3).Hexokinase, (4).Protein Kinase C.9
Gambar 5 jalur utama kerusakan akibat hiperglikemia9
D.1. Jalur Polyol
Jalur polyol, yang ditunjukkan secara skematik pada Gambar 5, berfokus pada
enzim Aldose reduktase (AR). Aldose reduktase aktif bila konsentrasi glukosa
dalam sel melebihi nilai hiperglikemia tertentu. Aldosa reduktase
menggunakan kofaktor NADPH untuk mereduksi glukosa menjadi sorbitol,
-
5/28/2018 Antioksidan DM
12/40
12
yang kemudian dioksidasi menjadi fruktosa melalui sorbitol dehidrogenase
(SDG) dimana reaksi ini menggunakan NAD+ sebagai kofaktor. NADPH juga
merupakan kofaktor yang esensial untuk regenerasi antioksidan intraseluler
yang penting, reduced glutathione. Menurunnya NADPH sel akibat fluxAR
sangat mengganggu terbentuknya NO di sel endotel dan mengubah imbangan
redoks. Peningkatan flux lewat SDG menaikkan rasio NADH/NAD+ yang
berpotensi aktivitas enzim yang selanjutnya mengakibatkan komplikasi. Rasio
yang meningkat ini penting untuk diperhatikan sebab keadaan ini menghambat
glyceraldehyde-3-phosphate dehydrogenase (untuk membentuk piruvat/
laktat) dan mempercepat produksi a-glycerol-3-phosphate, satu prekursor
DAG yang merangsang PKC. Meningkatnya jalur poliol menurunkan
mioinositol. Ada 3 keterangan mengapa mioinositol pada diabetes ini rendah:
(a) glukosa berkompetisi dengan mioinositol dalam hal uptake, (b) sorbitol
menghambat transpor mioinositol dan (c) uptake mioinositol (yang Na-
dependent) dihambat oleh naiknya konsentrasi Na+ intrasel. Dengan
mengurangi jumlah glutathione, jalur polyol meningkatkan kerentanan
terhadap stres oksidatif intraselular9
Gambar 6 jalur polyol9
D.2. Jalur AGE
AGE adalah kelompok produk yang dihasilkan glikasi non enzimatik protein
yang beragam dalam struktur kimiawinya. Terbentuknya AGE dapat merusak
sel karena mengganggu struktur protein intrasel dan esktrasel seperti kolagen.
AGE dapat juga mengubah faal sel dengan mengikat reseptor RAGE (AGE-
receptor), satu reseptor transmembran, kelompok "immunoglobulin
-
5/28/2018 Antioksidan DM
13/40
13
superfamily of proteins". Ikatan ini merangsang sinyal MAPK, PKC, ROS,
produksi sitokin inflamasi dan faktor pertumbuhan. Reseptor lain seperti
macrophage scavenger receptor, P60, P90 dan galectin-3 dilaporkan juga
mengikat AGE. Pada endotel mikrovaskuler manusia, AGEs menghambat
produksi prostasiklin dan menginduksi PAI-1 dan akibatnya agregasi
trombosit dan stabilisasi fibrin yang memudahkan terjadinya trombosis.
Urutannya sebagai berikut AGE RAGE stres oksidatif dan penurunan
PGI2 , meningkatnya PAI-1, dimana keduanya dipengaruhi oleh turunnya
cAMP. Mikrotrombus yang dirangsang oleh AGE berakibat hipoksia lokal,
meningkatkan angiogenesis dan akhirnya progresi mikroangiopati.12 Secara
garis besar ada 3 mekanisme kerusakan yang diakibatkan AGE, yaitu : (1)
modifikasi protein intrasel yang penting, misalnya protein yang terlibat dalam
regulasi transkirpsi gen, (2) Prekursor AGE dapat berdifusi keluar dari sel dan
memodifikasi molekul matriks ekstrasel di sekitarnya, mengakibatkan
perubahan signal antara matriks dan sel dan mengakibatkan disfungsi selular,
(3) Prekursor AGE berdifusi keluar dari sel dan memodifikasi protein sirkulasi
pada darah seperti albumin. Protein sirkulasi yang termodifikasi dapat melekat
pada reseptor AGE dan mengaktivasinya mengakibatkan produksi sitokin
inflamasi dan faktor pertumbuhan yang mengakibatkan kerusakan vaskular.9
Gambar 7 AGEs9
-
5/28/2018 Antioksidan DM
14/40
14
D.3. Jalur Hexosamine
Ketika kadar glukosa tinggi di dalam sel, sebagian besar glukosa yang
dimetabolisme melalui glikolisis, pertama akan menjadi glukosa-6 fosfat,
kemudian fruktosa-6 fosfat, dan kemudian sisanya melalui jalur glikolitik.
Namun, beberapa dari fruktosa-6-fosfat akan dialihkan ke jalur sinyal di mana
enzim yang disebut GFAT (glutamin: fruktosa-6 fosfat amidotransferase)
mengubah fruktosa-6 fosfat menjadi glucosamine-6 fosfat dan akhirnya
menjadi UDP (uridin difosfat) N-asetil glukosamin. Setelah itu N-asetil
glukosamin akan diletakkan ke residu serin dan treonin dari faktor transkripsi,
seperti proses fosforilasi, dan overmodifikasi oleh glukosamin ini sering
menyebabkan perubahan patologis dalam ekspresi gen. Meningkatnya
modifikasi dari faktor transkripsi SP 1 (Spesific Protein 1) mengakibatkan
peningkatan ekspresi transforming growth faktor-1 dan plasminogen
activator inhibitor-1, yang keduanya merusak pembuluh darah pada diabetes.
Hexosamine adalah faktor yang berperan dalam patogenesis komplikasi
diabetes, telah ditunjukkan dalam kelainan ekspresi gen sel glomerulus akibat
hiperglikemia dan disfungsi cardiomyocyte yang diinduksi hiperglikemia
dalam percobaan kultur sel. Dalam plak arteri karotid dari subyek dengan
diabetes tipe 2, modifikasi protein sel endotel oleh jalur hexosamine juga
meningkat secara signifikan.9
Gambar 8 Jalur hexosamine9
-
5/28/2018 Antioksidan DM
15/40
15
D.4. Jalur Protein Kinase C
DAG (diasilgliserol - kofaktor penting untuk mengaktifkan isoform klasik
protein kinase-C,-,-,-) dan PKC adalah molekul sinyal yang banyak
berperan dalam faal vaskuler seperti : (a) permiabilitas, (b) vasodilatasi, (c)
aktivasi endotel, (d) sinyal pertumbuhan. Pospholipase-C mengaktifkan
pembentukan PKC dengan cara merangsang Ca2+ dan kadar DAG. Keadaan
patologis bisa ditemukan pada diabetes karena glycolitic pathway flux
meningkatkan glyceraldehide-3-phospatase intrasel, sintesis DAG dan aktivasi
PKC. Disamping itu PKC dan DAG secara indirek dapat diaktivasi ROS dan
AGE.13,14 Aktivasi PKC pada diabetes dan hiperglikemi berkorelasi dengan
naiknya DAG di jaringan vaskular (retina, aorta, jantung dan glomerulus) dan
di jaringan bukan vaskuler (hati dan otot) tetapi tidak di susunan saraf, sentral
maupun perifer. Dengan menaikkan glukosa dari 100 menjadi 400 mg/dl,
maka dalam 3-5 hari, terlihat DAG naik secara maksimal di sel retina, aorta
dan otot polos. PKC terdapat di SSP, spinal cord,otot skelet, sistem
hemopoietik, sel pankreas, monosit, otak, retina, ginjal dan jantung.
Meningkatnya aksi PKC pada pembuluh retina, ginjal dan saraf menyebabkan
kerusakan vaskuler dengan cara : (a) permeabilitas meningkat (b) disregulasi
NO sintase yang menghasilkan Enos (c) terjadi adhesi lekosit (d) gangguan
aliran darah (e) induksi growth factors (VEGF, TGF-), angiogenesis,
permeabilitas dan sinyal (VEGF, ET-1). (f) menaikkan aktivitas Na+-K+-
ATPase (g) kontraktilitas, kontraksi dan koagulasi meningkat sehingga
kemungkinan restenosis pun naik. (h) penebalan membran basal yang
berperan pada alur sinyal, khususnya yang menggunakan MAP kinase dari
nuclear transcription factor
9
-
5/28/2018 Antioksidan DM
16/40
16
Gambar 9 jalur Protein Kinase C9
-
5/28/2018 Antioksidan DM
17/40
17
BAB IV
RADIKAL BEBAS
A. PendahuluanRadikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun
molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya atau
memiliki satu atau lebih elektron bebas.15 Atom atau molekul dengan elektron
bebas ini dapat digunakan untuk menghasilkan tenaga dan beberapa fungsi
fisiologis seperti kemampuan untuk membunuh virus dan bakteri. Namun oleh
karena mempunyai tenaga yang sangat tinggi, zat ini juga dapat merusak jaringan
normal apabila jumlahnya terlalu banyak. Oleh karena radikal bebas sangat
reaktif, maka mempunyai spesifitas kimia yang rendah sehingga dapat bereaksi
dengan berbagai molekul lain, seperti protein, lemak, karbohidrat, dan DNA.
Dalam rangka mendapatkan stabilitas kimia, radikal bebas tidak dapat
mempertahankan bentuk asli dalam waktu lama dan segera berikatan dengan
bahan sekitarnya. Radikal bebas akan menyerang molekul stabil yang terdekat dan
mengambil elektron, zat yang terambil elektronnya akan menjadi radikal bebas
juga sehingga akan memulai suatu reaksi berantai, yang akhirnya terjadi
kerusakan sel tersebut.15
B. Sumber radikal bebasRadikal bebas yang ada ditubuh manusia berasal dari 2 sumber : 15
Endogen : Autoksidasi, Oksidasi enzimatik, Respiratory burst Eksogen : Obat-obatan (antibiotika kelompok quinoid atau berikatan
logam untuk aktifitasnya (nitrofurantoin), obat kanker seperti bleomycin,
anthracyclines (adriamycin), dan methotrexate) yang memiliki aktifitas
pro-oksidan16 ; Radiasi ; Asap rokok yang mempunyai bahan oksidan
dalam jumlah yang sangat besar, meliputi aldehida, epoxida, peroxida, dan
radikal bebas lain yang mungkin cukup berumur panjang dan bertahan
hingga menyebabkan kerusakan alveoli. Bahan lain seperti nitrit oksida,
radikal peroksil, dan radikal yang mengandung karbon berada dalam fase
gas. Rokok juga mengandung radikal lain yang relatif stabil dalam fase tar.
-
5/28/2018 Antioksidan DM
18/40
18
C. Reaktive Oxygen Species (ROS)Radikal bebas diproduksi dalam sel yang melalui reaksi pemindahan
elektron, menggunakan mediator enzimatik atau non-enzimatik. Radikal bebas
terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut kelompok
oksigen reaktif (reactive oxygen species/ROS). Senyawa oksigen reaktif yang
berperan sebagai oksidan adalah : (a) hidrogen peroksida (H2O2), (b) ion
superoksida (O2), (c) radikal peroksil ( OOH), (d) radikal hidroksil (OH) dan
(e) singlet oksigen.
Tabel 2 Radikal bebas biologis17
Kelompok oksigen reaktif
O2 Radikal Superoksida (Superoxide radical)
OH Radikal hidroksil (Hydroxyl radical)
ROO Radikal peroksil (Peroxyl radical)
H2O2 Hydrogen peroksida (Hydrogen peroxide)
O2 Oksigen tunggal (Singlet oxygen)
NO Nitrit oksida (Nitric oxide)
ONOO Nitrit peroksida (Peroxynitrite)
HOCl Asam hipoklor (Hypochlorous acid)
Hidrogen peroksida (H2O2) terutama terbentuk karena aktifitas enzim-enzim
oksidase yang terdapat dalam retikulum endoplasmik (mikrosom) dan
peroksisom. Enzim-enzim tersebut mengkatalisis reaksi : RH2 + O2 R +
H2O2 .H2O2 merupakan merupakan oksidan yang kuat dan dapat mengoksidasi
berbagai senyawa yang terdapat di dalam sel, misalnya glutation. Daya rusak
H2O2bukan hanya karena senyawa tersebut merupakan oksidan yang kuat, tetapi
juga karena H2O2dapat menghasilkan radikal hidroksil bila H2O2bereaksi dengan
logam transisi yaitu Fe++dan Cu+.17
Fe++
(Cu+) + H2O2 Fe
+++(Cu
++) + OH
+ OH (Reaksi Fenton)
Ion superoksida sendiri sebenarnya tak terlalu reaktif. Bentuk reaktifnya ialah
radikal peroksida yang terbentuk melalui reaksi sebagai berikut : O2
+ H
-
5/28/2018 Antioksidan DM
19/40
19
OOH. Seperti halnya radikal lain, radikal ini pun sangat reaktif dan akan
membentuk radikal baru serta H2O2 : XH + OOH X + H2O2. Dari
reaksi di atas kiranya jelas bahwa radikal peroksil jauh lebih berbahaya
dibandingkan dengan H2O2. Ion superoksida akan berbahaya apabila terdapat
bersamaan dengan H2O2karena akan membentuk radikal hidroksil (OH) :17
O2 + H2O2 O2 + OH + OH (Reaksi Haber-Weiss)
Diantara senyawa-senyawa oksigen reaktif, radikal hidroksil adalah yang paling
reaktif, oleh karena itu paling berbahaya. Namun radikal hidroksil bukan
merupakan produk primer proses biologik, tetapi berasal dari H2O2dan O2 17
Gambar 10 Sistem oksigen reaktif 17
D. Efek negatif radikal bebasStress oksidatif mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan
bereaksi dengan lemak, protein, asam nukleat seluler, sehingga terjadi kerusakan
lokal dan disfungsi organ tertentu. Lemak merupakan biomolekul yang rentan
terhadap serangan radikal bebas. Diantara senyawa-senyawa oksigen reaktif,
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
sangat tinggi. Radikal hidroksil dapat merusak tiga jenis senyawa yang penting
untuk mempertahankan integritas sel, yaitu : 16
1. Asamlemak, khususnya asam lemak tak jenuh yang merupakan komponenpenting fosfolipid penyusun membran sel. Komponen terpenting membran
sel adalah fosfolipid, glikolipid dan kolesterol. Dua komponen pertama
mengandung asam lemak tak jenuh. Justru asam lemak tak jenuh ini
(asam-asam linoleat, linolenat dan arakidonat) sangat rawan terhadap
-
5/28/2018 Antioksidan DM
20/40
20
serangan-serangan radikal, terutama radikal hidroksil. Radikal hidroksil
dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal dengan nama peroksidasi
lipid :
LH + OH L + H2O
Asam lemak Radikal li pid
L + O2 LOORadikal peroksil ipid
LOO + RH L + LOOH
Akibat akhir dari rantai reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak
menjadi berbagai senyawa yang bersifat toksis terhadap sel, antara lain
berbagai macam aldehida, seperti malondialdehida, 9-hidroksi-nonenal
serta bermacam-macam hidrokarbon seperti etana (C2H6) dan pentana
(C5H12). Semuanya itu menyebabkan kerusakan kerusakan parah pada
membran sel sehingga membahayakan kehidupan sel.18Membran sel kaya
akan sumber poly unsaturated fatty acid (PUFA), yang mudah dirusak
oleh bahan-bahan pengoksidasi. Hal ini sangat merusak karena merupakan
suatu proses berkelanjutan. Pemecahan hidroperoksida lemak sering
melibatkan katalisis ion logam transisi.17
2. DNA, yang merupakan perangkat genetik sel. Radikal oksigen dapatmenyerang DNA jika terbentuk disekitar DNA seperti pada radiasi
biologis (Inoue, 2004). Radikal bebas dapat menimbulkan berbagai
perubahan pada DNA yang antara lain berupa : hidroksilasi basa timin dan
sitosin, pembukaan inti purin dan pirimidin serta terputusnya rantai
fosfodiester DNA. Bila kerusakan tak terlalu parah, maka masih bisa
diperbaiki oleh sistem perbaikan DNA (DNA repair system ). Namun
apabila kerusakan terlalu parah, misalnya rantai DNA terputus-putus di
berbagai tempat, maka kerusakan tersebut tak dapat diperbaiki dan
replikasi sel akan terganggu. Perbaikan DNA ini sering justru
menimbulkan mutasi, karena dalam memperbaiki DNA tersebut sistem
perbaikan DNA cenderung membuat kesalahan (error prone), dan apabila
-
5/28/2018 Antioksidan DM
21/40
21
mutasi ini mengenai gen-gen tertentu yang disebut onkogen, maka mutasi
tersebut dapat menimbulkan kanker.
3. Protein, yang memegang berbagai peran penting seperti enzim, reseptor,antibodi dan pembentuk matriks serta sitoskeleton. Protein, lemak dan
asam nukleat lebih tahan terhadap radikal bebas daripada PUFA, sehingga
kecil kemungkinan dalam terjadinya reaksi berantai yang cepat. Serangan
radikal bebas terhadap protein sangat jarang kecuali bila sangat ekstensif.
Hal ini terjadi hanya jika radikal tersebut mampu berakumulasi (jarang
pada sel normal), atau bila kerusakannya terfokus pada daerah tertentu
dalam protein. Salah satu penyebab kerusakan terfokus adalah jika protein
berikatan dengan ion logam transisi. Oksidan dapat merusak protein
karena dapat mengadakan reaksi dengan asam-asam amino yang
menyusun protein tersebut. Diantara asam-asam amino penyusun protein
yang paling rawan adalah sistein. Sistein mengandung gugusan sulfidril
(SH) dan justru gugusan inilah yang paling peka terhadap serangan radikal
bebas seperti radikal hidroksil. Pembentukan ikatan disulfida (-S-S-)
menimbulkan ikatan intra atau antar molekul protein tersebut kehilangan
fungsi biologisnya, sebagai contoh adalah enzim yang kehilangan
aktivitasnya.17
-
5/28/2018 Antioksidan DM
22/40
22
BAB V
ANTIOKSIDAN
A. PendahuluanAnti oksidan merupakan senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak
negatif oksidan, termasuk enzim-enzim dan protein-protein pengikat logam dalam
meredam dampak negatif oksidan. Antioksidan memiliki peran yang penting
dalam penatalaksanaan komplikasi diabetes. Fungsi antioksidan adalah mencegah
terbentuknya radikal hidroksil, memutus rantai reaksi oksidan, mereduksi oksidan
menjadi zat lain yang kurang reaktif misalnya H2O dan O2, menghambat
peroksidase lipid dan scavenger langsung dari ROS. Pada diabetes mellitus,
terjadi low grade inflammation. Inflamasi ditandai oleh pelepasan pro
inflammatory sitokin seperti TNF-, 1L-1 , dan IL-6 dan mediator inflamasi
termasuk NO, PGE2, iNOS dan COX. Mediator inflamasi dan sitokinesis ini
merupakan penyebab dari banyak penyakit manusia termasuk arteriosclerosis.
NF-kB memiliki peran dalam kekebalan seminal, karena hal itu akan
mengaktifkan gen pro inflamasi encoding. Hal ini diaktifkan oleh fosforilasi,
ubiquitination, dan degradasi proteolitik berikutnya dari IkB kinase (IKK). NF-kB
yang dibebaskan bertranslokasi ke inti dan mengikat sebagai faktor transkripsi
motif kB dalam target promotor gen, yang mengarah ke transkripsi. Antioksidan
dapat menghambat aktivasi NFB.19 Dengan dihambatnya aktivasi NF-kB
mengakibatkan supresi aktifitas IKK dan IkB. Selain itu antioksidan menghambat
faktor transkripsi lainnya yaitu Protein Kinase C dan biomarker inflamasi yaitu
lipooksigenase, cyclooxygenase 2, IL-1, IL-6.20
-
5/28/2018 Antioksidan DM
23/40
23
Gambar 11 Antioksidan menghambat NfKB21
Gambar 12 Antioksidan menghambat IKK21
Oksidasi kolesterol LDL dikenal sebagai faktor penyebab arteriosklerosis
dan bentuk plaque. Antioksidan dapat membuat LDL kurang rentan terhadap
oksidasi dan akibatnya kurang aterogenik. Antioksidan dapat meningkatkan
transportasi glukosa dalam sel-sel otot dengan menstimulasi translokasi GLUT 4
dari internal pool ke membran plasma. Antioksidan juga dapat melindungi
reseptor insulin dari kerusakan oksidatif dan mempertahankan integritas
fungsionalnya. 5
-
5/28/2018 Antioksidan DM
24/40
24
Gambar 13 Antioksidan menghambat oksidasi LDL21
B.
Klasifikasi antioksidanAntioksidan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok seperti
tercantum di bawah ini :
1. Berdasarkan mekanisme kerjanya, anti oksidan dapat dibagi menjadi duagolongan, yaitu : 17
Antioksidan pencegahPada dasarnya tujuan anti oksidan jenis ini adalah adalah mencegah
terjadinya radikal hidroksil, yaitu radikal yang paling berbahaya. Untuk
membentuk radikal hidroksil diperlukan tiga komponen, yaitu : logam
transisi Fe atau Cu, H2O2dan O2. Agar reaksi Fenton tidak terjadi, maka
harus dicegah keberadaan ion Fe++ atau Cu + bebas. Untuk itu berperan
beberapa protein penting, yaitu : (1). Untuk Fe : Transferinatau Feritin,
(2). Untuk Cu : Seruloplasmin atau Albumin. Penimbunan O2dicegah
oleh enzimsuperoksida dismutase (SOD) yang mengkatalisis reaksi
dismutasi O2 . Penimbunan H2O2 dicegah melalui aktifitas dua jenis
enzim, yaitu : Katalase, yang mengkatalisis reaksi dismutasi H2O2, dan
Peroksidase. Diantara berbagai peroksidase, yang paling penting adalah
glutation peroksidase (GSPx). Apabila radikal hidroksil masih saja
terbentuk, masih ada sarana lain untuk meredamnya, tanpa memberi
kesempatan untuk memulai reaksi rantai dengan melibatkan senyawa-
senyawa yang mengandung gugusan sulfidril sepertiglutationdansistein.
-
5/28/2018 Antioksidan DM
25/40
25
Antioksidan pemutus rantaiDalam kelompok anti oksidan ini termasuk tocopherol, asam askorbat, -
karoten, glutation dan sistein. Tocopherol dan -karoten bersifat lipofilik,
sehingga dapat berperan pada membran sel untuk mencegah peroksidasi
lipid. Sebaliknya, asam askorbat, glutation dan sistein bersifat hidrofilik,
dan berperan dalam sitosol.
2. Berdasarkan kelarutan, antioksidan diklasifikasikan menjadi : Larut dalam air (hidrofilik)Antioksidan larut air bereaksi dengan oksidan dalam sitosol sel dan plasma
darah, contohnya adalah Asam askorbat, glutation dan sistein.
Larut dalam lipid (lipofilik)Antioksidan yang larut lipid melindungi sel membran dari peroksidasi
lipid, contohnya adalah Tocopherol dan -karoten.
Antioksidan yang berbeda-beda berada dalam cairan tubuh dan jaringan,
dengan beberapa antioksidan seperti glutation atau ubiquinone sebagian
besar berada di dalam sel, sementara antioksidan yang lain terdistribusi
secara lebih merata.
Tabel 3 Pembagian antioksidan berdasarkan solubilitas18
Metabolit anti oksidan Kelarutan Kadar dalam serum
(M)
Kadar dalam liver
(mol/kg)
Asam Ascorbat
Glutation
Asam Lipoat
Asam urat
-Karotene
-Tocopherol
Ubiquinol
Air
Air
Air
Air
Lipid
Lipid
Lipid
5060
4
0,1-0,7
200-400
-karotene 0,5-1
Retinol (vit A) 1-3
10-40
5
260
6.400
4-5 (pada tikus)
1.600
5 (total)
50
200
-
5/28/2018 Antioksidan DM
26/40
26
3. Berdasarkan sifat enzimatik, antioksidan dapat dibagi menjadi : 22 Enzimatik
Yang termasuk antioksidan enzimatik diantaranya adalah Glutation,
Superoksida Dismutase dan Katalase
Non enzimatik-Karoten, Asam askorbat, Tocopherol
Liver adalah organ utama untuk membersihkan zat-zat toksin berasal dari bakteri
maupun zat kimia seperti toksin, oksidan, dan pro-oksidan. Untuk melakukan
detoksikasi dari bahan berbahaya tersebut, liver mengandung antioksidan dengan
berat molekul rendah dan enzim yang merusak kelompok oksigen reaktif (ROS)
yaitu glutation tereduksi (GSH), vitamin C, vitamin E, superoksida dismutase
(SOD), glutation peroksidase, dan katalase. 22
C. Antioksidan dalam penatalaksanaan komplikasi diabetesTerjadinya peningkatan ROS dan adanya penurunan kapasitas antioksidan
tubuh yang meliputi sistem redoks glutation, vitamin C, vitamin E dan
dihydrolipoic acid (DHLA) terjadi pada pasien DM. Pengelolaan untuk
menurunkan efek merugikan stress oksidatif pada DM, perlu diberikan
antioksidan. Antioksidan diduga dapat : 23
1. Mencegah komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler2. Menurunkan progresivitas kerusakan mikrovaskuler dan makrovaskuler3. Memperbaiki komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler
Dibawah ini antioksidan yang dapat diberikan pada pasien diabetes mellitus :
C.1. Glutation, Superoksida dismutase dan Katalase
Struktur dan biokimiawi:Glutation (GSH)adalah tripeptida yang terdiri dari asam glutamat, sistein
dan glisin. Glutation bukanlah nutrisi esensial karena dapat disintesis dari asam
amino L-sistein, L-asam glutamat dan glisin. Glutation terdapat dalam jumlah
yang tinggi di liver dan merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang penting.
-
5/28/2018 Antioksidan DM
27/40
27
Glutathione membantu melindungi sel dari radikal bebas dan peroksida. 24
Kelompok Sulfhydryl (thiol) / SH dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggung jawab untuk aktivitas biologis glutation. Glutation terdapat dalam
bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG). Dalam bentuk tereduksi,
kelompok thiol dari sistein mampu menyumbang bentuk tereduksi ekuivalen (H +
+ e) untuk molekul-molekul tidak stabil yang lain, seperti ROS. Dalam
menyumbangkan elektron, glutation sendiri dapat menjadi reaktif, tetapi mudah
bereaksi dengan glutation reaktif lain untuk membentuk glutation disulfida
(GSSG). Reaksi seperti itu dimungkinkan karena konsentrasi yang relatif tinggi
dari glutation dalam sel (sampai 5 mM dalam hati). GSH dapat dibentuk kembali
dari GSSG oleh enzim glutation reduktase. Sejumlah senyawa toksik lainnya
seperti karsinogen dapat diikat ke GSH nukleofilik dengan katalis enzim glutation
S-transferase. 24
Dalam sel-sel sehat dan jaringan, lebih dari 90% dari total glutation adalah
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10% ada dalam bentuk disulfida
(GSSG). Peningkatan rasio GSSG terhadap GSH dianggap menunjukkan stres
oksidatif. Glutation memiliki beberapa fungsi yaitu : (1) Antioksidan endogen
utama yang dihasilkan oleh sel-sel, terlibat langsung dalam netralisasi radikal
bebas dan senyawa oksigen reaktif, serta mempertahankan antioksidan eksogen
seperti vitamin C dan E dalam bentuk tereduksi (aktif), (2) Melalui konjugasi
langsung, mendetoksifikasi banyak xenobiotics (senyawa asing) dan karsinogen,
baik organik dan anorganik, (3) Memainkan peran fundamental dalam berbagai
reaksi metabolik dan biokimia seperti sintesis DNA dan perbaikan, sintesis
protein, sintesis prostaglandin, asam amino dan enzim aktivasi transportasi.
Dengan demikian, setiap sistem dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh keadaan darisistem glutation, terutama sistem kekebalan tubuh, sistem saraf, sistem
pencernaan dan paru-paru.24
-
5/28/2018 Antioksidan DM
28/40
28
Gambar 14 Struktur Glutation18
Superoksida dismutase (SOD) adalah sebuah kelas enzim yang
mengkatalisis dismutase dari superoksida menjadi oksigen dan hidrogen
peroksida. SOD sebelumnya dianggap metalloproteins dengan beberapa fungsi
yang tidak diketahui (misalnya, CuZnSOD dikenal sebagai erythrocuprein).
Beberapa bentuk SOD berperan sebagai protein kofaktor bagi tembaga, seng,
mangan, besi, atau nikel. Ada tiga keluarga besar superoksida dismutase,
tergantung pada kofaktor logam: Cu / Zn (yang mengikat tembaga dan seng), Fe
dan Mn (yang mengikat baik besi atau mangan), dan akhirnya jenis Ni yang
mengikat nikel. Superoksida merupakan salah satu reaktif oksigen spesies utama
dalam sel dan dengan demikian, SOD memiliki peran penting sebagai
antioksidan.25
Gambar 15 Reaksi superoksida dismutase18
Katalase adalah enzim yang ditemukan pada hampir semua makhluk
hidup yang terpapar oksigen. Katalase adalah tetramer yang terdiri dari empat
-
5/28/2018 Antioksidan DM
29/40
29
rantai polipeptida, masing-masing terdiri dari >500 asam amino. Zat ini terdiri
dari empat porfirin heme. pH optimum untuk katalase manusia adalah sekitar 7,
dan memiliki kerja maksimum yang cukup luas (laju reaksi tidak berubah banyak
pada PH antara 6.8 dan 7.5). Pada manusia, katalase bekerja pada suhu optimum
37C, yang kira-kira sama dengan suhu tubuh manusia. Katalase biasanya terletak
di organel sel yang disebut peroksisom. Katalase berfungsi untuk mengkatalisis
dekomposisi hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Satu molekul katalase
dapat mengkonversi jutaan molekul hidrogen peroksida air dan oksigen per
detik.26
Gambar 16 Struktur Katalase18
Aktivitas antioksidan glutation, superoksida dismutase, katalase:Antioksidan enzimatik memiliki peranan yang sangat penting dalam
pertahanan tubuh terhadap radikal bebas. Gambar 17 di bawah ini menunjukkan
mekanisme kerja antioksidan enzimatik:
Gambar 17 Antioksidan enzimatik15
Diantara berbagai peroksidase, yang paling penting adalah glutation peroksidase
(GSPx),yang mengkatalisis reaksi : 2 GSH + H2O2 GSSG + 2 H2O
Penimbunan O2 dicegah oleh enzim superoksida dismutase (SOD) yang
mengkatalisis reaksi dismutasi O2 : 2 O2 + 2 H+ H2O2 + O2
-
5/28/2018 Antioksidan DM
30/40
30
Penimbunan H2O2 dicegah melalui aktifitas dua jenis enzim, yaitu : 17
a. Katalase, yang mengkatalisis reaksi dismutasi H2O2 :2 H2O2 2 H2O + O2
b. Peroksidase, yang mengkatalisis reaksi sebagai berikut :R + H2O2 RO + H2O
C.2. Asam Askorbat
Struktur dan BiokimiawiAsam askorbat atau vitamin C adalah suatu monosakarida, termasuk
antioksidan larut air yang ditemukan pada binatang dan tumbuhan. Salah satu
enzim yang diperlukan untuk membuat asam askorbat yaitu gulanolactone oxidase
telah hilang oleh mutasi selama evolusi manusia, karena itu asam askorbat harus
diperoleh dari makanan dan vitamin. Dalam sel, asam askorbat dipertahankan
dalam reduced form oleh reaksi dengan glutathione, yang dapat dikatalisis oleh
protein disulfida isomerase dan glutaredoxins. Asam askorbat terdapat pada
jumlah yang tinggi dalam kloroplas tumbuhan. Asam askorbat berperan sebagai
koenzim dalam hidroksilasi prolin dan lisin dalam proses sintesa kolagen dan
meningkatkan absorpsi besi.18
Gambar 18 Asam askorbat tereduksi18
Gambar 19 Asam akorbat teroksidasi18
Aktivitas Antioksidan:Asam askorbat adalah reducing agent dan dapat mengurangi dan
menetralkan, reaktif oksigen spesies seperti hidrogen peroksida. Oksidan seperti
hidroksil radikal mengandung elektron tidak berpasangan dan sangat reaktif dan
merusak pada tingkat molekuler. Hal ini disebabkan oleh interaksi ROS dengan
asam nukleat, protein, dan lipid. Reaktif oksigen spesies mengoksidasi askorbat
menjadi monodehydroascorbate dan kemudian menjadi dehydroascorbate. Reaktif
-
5/28/2018 Antioksidan DM
31/40
31
oksigen spesies direduksi menjadi air sementara bentuk askorbat teroksidasi
relatif stabil, tidak reaktif dan tidak menyebabkan kerusakan sel.27 Dosis yang
direkomendasikan adalah 90 mg/hari untuk laki-laki dan 75 mg/hari untuk
wanita.28
C.3. -Caroten
Struktur dan biokimiawi-Karoten terdiri dari dua kelompok retinyl, dan dipecah dalam mukosa
usus halus oleh beta-karoten 15,15 '-monooxygenase menjadi retinal, suatu bentuk
vitamin A. -Karoten dapat disimpan dalam hati dan lemak tubuh dan dikonversi
ke retina yang diperlukan, sehingga menjadi bentuk vitamin A bagi manusia. -
karoten dan -karoten memiliki beberapa aktivitas vitamin A, walaupun tidak
sekuat -karoten. Karotenoid lain, termasuk lycopene, tidak memiliki cincin beta
dan dengan demikian tidak memiliki aktivitas vitamin A, meskipun mungkin
memiliki aktivitas biologis lain.18
Gambar 20 -Karoten18
Aktivitas antioksidanKaroten bersifat lipofilik, sehingga dapat berperan pada membran sel
untuk mencegah peroksidasi lipid. Tingkat serum karotenoid, berbanding terbalik
dengan tingkat insulin serum puasa. Meskipun tidak konklusif, pengamatan ini
adalah sugestif dari peran karotenoid dalam patogenesis resistensi insulin dan
diabetes.5 -Karoten sejumlah 15-50 mg dapat menurunkan resiko kematian
akibat penyakit kardiovaskuler. 29
C.4. Tocopherol
Struktur dan biokimiawiTocopherol dan tocotrienol adalah antioksidan yang larut dalam lemak,
tetapi fungsi lainnya dalam tubuh belum diketahui dengan pasti. Vitamin E ada
-
5/28/2018 Antioksidan DM
32/40
32
dalam delapan bentuk yang berbeda, empat tocopherol dan empat tocotrienol.
Semua memiliki cincin chromanol, dengan kelompok hidroksil yang dapat
menyumbangkan atom hidrogen untuk mengurangi radikal bebas dan suatu rantai
samping hidrofobik yang memungkinkan untuk penetrasi ke membran biologis.
Baik tocopherol dan tocotrienol memiliki bentuk alfa, beta, gamma dan delta,
ditentukan oleh jumlah kelompok metil pada cincin chromanol. Bentuk Alfa
termetilasi paling tinggi (3 metil di chromanol cincin) sedangkan beta dua bentuk,
gamma satu bentuk, dan delta tidak memiliki kelompok metil pada cincin
chromanol.18
Gambar 21 Struktur Tocopherol18
Aktivitas antioksidan:Vitamin E bisa mencegah atau paling tidak menunda banyak komplikasi
vaskular terkait dengan DM. Studi prospektif pada individu non-diabetes
memberikan bukti bahwa suplemen vitamin E berhubungan dengan efek
perlindungan terhadap penyakit jantung koroner. Pada manusia dan model
binatang DM, vitamin E mengurangi stres oksidatif vaskuler dan mempertahankan
fungsi endotel, sehingga menghambat perkembangan aterosklerosis. Secara
khusus, suplemen vitamin E minimal 400 IU dapat membuat LDL kurang rentan
terhadap oksidasi dan akibatnya kurang aterogenik. 5Penelitian CHAOS, GISSI
dan HOPE melaporkan dosis 1.800 IU memperbaiki kerusakan awal retina. Di
jaringan vaskular, protein kinase C mengatur basal membran turnover, proliferasi
selular, dan permeabilitas sel endotel. Aktivasi jalur ini oleh hiperglikemia telah
dikaitkan dengan disfungsi makro dan mikrovaskuler. Suplemen vitamin E dapat
mencegah induksi aktivitas protein kinase C dalam aorta hiperglikemik, sehingga
menghambat migrasi dan proliferasi sel-sel otot polos vaskular. Vitamin E dapat
menghambat aktivasi NFB. 19
-
5/28/2018 Antioksidan DM
33/40
33
Vitamin E adalah vitamin yang larut lemak yang secara efektif
mengikat peroksil radikal dalam membran sel, sehingga menghambat peroksidasi
lipid. Konsentrasi plasma lipid hidroperoksida, sebuah indikator peroksidasi lipid,
adalah lebih tinggi pada sukarelawan sehat dengan resistensi insulin dibandingkan
dengan yang sensitif terhadap insulin, dimana konsentrasi plasma vitamin E
secara signifikan rendah. Karena keberadaannya dalam membran sel, vitamin E
dapat bereaksi dengan radikal lipid (L) dan radikal peroksilipid (LOO) melalui
reaksi:17
TocH + L Toc + LH
Toc H + LOO Toc + LOOH
Radikal vitamin E (Toc) tak terlalu reaktif karena terjadinya resonansi. Meskipun
demikian, radikal vitamin E perlu juga dihilangkan. Untuk ini ada tiga cara, yaitu
Radikal vitamin E mengalami reaksi-reaksi intramolekul menghasilkansenyawa- senyawa non-radikal
Setelah bergeser kearah permukaan molekul, radikal vitamin E bereaksidengan vitamin C (Asc-H) dan menghasilkan radikal vitamin C (Asc) :
Toc + Asc-H2 Toc-H + Asc + H+
Radikal vitamin C kemudian dihilangkan melalui reaksi dismutasi yang
menghasilkan vitamin C dan dihidro-asam ascorbat (DHAA) :
2 Asc + 2 H+ AscH2 + DHAA
Radikal vitamin E dapat pula bereaksi dengan glutation atau sistein yangjuga terdapat dalam sitosol :
Toc + GSH (CysSH) Toc-H + GS (CysS)
2 GS(CysS) GSSG (CysS-Scys)
Vitamin E hanya dapat berperan bila tekanan oksigen (pO2) tinggi. Pada tekanan
oksigen rendah, peranan vitamin E digantikan oleh -karoten.17
C.5. Asam lipoat
Struktur dan biokimiawiAsam lipoatadalah senyawa organosulfur, salah satu dari enantiomer yang
merupakan kofaktor penting bagi banyak enzim kompleks. Senyawa berwarna
kuning ini adalah golongan asam karboksilat dan terdiri dari disulfide siklik atau
cincin ditholane sebagai kelompok fungsional. R-enantiomer dibiosintesis dan
-
5/28/2018 Antioksidan DM
34/40
34
digunakan sebagai kofaktor. Senyawa ini sangat penting bagi kehidupan aerobik
dan digunakan sebagai suplemen makanan. Asam dihydrolipoic adalah bentuk
tereduksi yang sebagian besar terdapat di intrasel. Lipoate adalah basa konjugat
dari asam lipoat dan ini adalah bentuk asam karboksilat pada kondisi fisiologis.
Jadi asam lipoat bebas di dalam sel bisa disebut sebagai dihydrolipoate.
Kebanyakan asam lipoat intrasel tidak bebas, karena dibuat dan melekat pada
kompleks enzim yang menggunakannya. Sebagai kofaktor, terikat secara kovalen
melalui ikatan amida terhadap residu lisin tertentu. Salah satu peran asam lipoat
adalah sebagai kofaktor pada metabolisme aerobik, khususnya kompleks
dehidrogenase piruvat dan kofaktor kompleks alfa-oxoacid dehidrogenase. Asam
lipoat juga berperan dalam transfer methylamine asil atau 2-oxoacid
dehydrogenases (2-OADH) dan glisin cleavage complex.30
Gambar 22 Struktur Asam lipoat (Murray, 2003)
Aktivitas antioksidanAsam lipoat merupakan lipofilik ampuh pengikat radikal bebas. Beberapa
studi menunjukkan bahwa penurunan ambilan glukosa yang berhubungan dengan
insulin yang diamati pada DM adalah akibat stress oksidatif, yang pada akhirnya
terkait dengan pengurangan pemaparan glukosa transporter (GLUT4) dan / atau
gangguan signal insulin.31,32,33 Asam lipoat dapat meningkatkan transportasi
glukosa dalam sel-sel otot dengan menstimulasi translokasi GLUT 4 dari internal
pool ke membran plasma. Di jaringan adiposa, pengobatan dengan asam lipoatmelindungi reseptor insulin dari kerusakan oksidatif dan mempertahankan
integritas fungsionalnya. Studi placebo-controlled eksploratif pada pasien dengan
DM menunjukkan bahwa pemberian asam lipoat per oral meningkatkan secara
signifikan uptake glukosa yang insulin-mediated, mungkin oleh modulasi
sensitivitas insulin. Stres oksidatif mungkin memainkan peran penting dalam
patogenesis neuropati diabetes, suatu kondisi yang ditandai oleh nyeri dan mati
rasa dari ekstremitas.34,35 Pemberian antioksidan telah dibuktikan untuk mencegah
-
5/28/2018 Antioksidan DM
35/40
35
disfungsi saraf dalam penelitian diabetes. Asam lipoat sangat menarik bagi para
peneliti karena merupakan pengikat radikal bebas yang kuat dari saraf perifer baik
secara in vitro dan in vivo. Asam lipoat juga merangsang regenerasi serat saraf,
faktor pertumbuhan dan menghambat aktivasi NFB.19 Beberapa studi klinis
menunjukkan bahwa asam lipoat umumnya aman dan efektif dalam mengurangi
gejala neuropati perifer diabetes. Pengobatan jangka pendek selama tiga minggu
dengan menggunakan 600 mg / hari intravena atau 1800 mg / hari peroral untuk
mengurangi gejala dan memperbaiki defisit neuropatik. Asam lipoat dikonsumsi
secara oral (600 mg / hari) selama 4-24 bulan mengurangi defisit neuropatik dan
perbaikan motor dan konduksi saraf sensoris di anggota tubuh bagian bawah.5
C.6. Coenzim Q10
Struktur dan biokimiawiKoenzim Q10adalah antioksidan endogen yang juga dapat diperoleh dari
makanan. Koenzim Q10 juga dikenal sebagai ubiquinone, ubidecarenone,
koenzim Q, dan disingkat menjadi CoQ10 memiliki bentuk 1,4-benzoquinone, di
mana Q merujuk ke kelompok kimia quinone, dan 10 mengacu pada jumlah
subunit isoprenyl kimia. Substansi larut lemak ini terdapat di sebagian besar sel
eukariotik, terutama dalam mitokondria. Senyawa ini adalah komponen rantai
transpor elektron dan terlibat dalam respirasi sel aerobik, menghasilkan energi
dalam bentuk ATP. Sembilan puluh lima persen dari energi tubuh manusia yang
dihasilkan dengan cara ini. Oleh karena itu, organ dengan kebutuhan energi
tertinggi seperti jantung dan hati memiliki konsentrasi CoQ10 tertinggi.36
Gambar 23 Struktur Q1018
Aktivitas antioksidanEfek pengobatan peroral dengan koenzim Q10 (60 mg dua kali sehari)
diteliti dengan randomized, double blind trial dari 30 pasien dengan penyakit
-
5/28/2018 Antioksidan DM
36/40
36
jantung koroner. Setelah 8 minggu perawatan, pasien yang menerima koenzim
Q10 telah berkurang kadar plasma insulin (puasa dan 2 jam), glukosa, dan
peroksidasi lipid dibandingkan dengan grup kontrol. Temuan ini menunjukkan
bahwa pengobatan dengan koenzim Q10 di grup ini menurunkan stres oksidatif
dan meningkatkan sensitivitas insulin. 5
C.7. Flavonoid
Struktur dan biokimiawiFlavonoid adalah sebuah kelompok polifenol yang ditemukan pada buah-
buahan, bawang merah dan minuman, seperti anggur merah dan teh. Flavonoid
terdiri dari flavonol, flavanol, flavanone,flavone, anthocyanidin, dan isoflavone.
Quercetin (3,3,4,5,7-Penta-hydroxyflavone) adalah bioflavonoid yang paling
banyak ditemukan.11
Gambar 24 Quercetin11
Efek antioksidanFlavonoide dapat melindungi sel tubuh terhadap stress oksidatif pada
penderita diabetes tipe 1 dan tipe 2. Sebuah kelompok flavanoid yaitu quercetin
glycosides sejumlah 13.2 mg/100 g buah apel memiliki aktivitas antioksidan yang
tinggi. Secara khusus, flavonoid menghambat oksidasi lipid dengan menjadiscavenger radikal bebas dan khelasi ion metal transisi serta menunda degradasi
antioksidan larut lemak.5 Flavonoid dapat juga menghambat induksi apoptosis,
protein kinase C (PKC), lipoxygenase, histamine-release, angiogenesis,
angiotensin converting enzyme; bersifat antimutagenesis, superoxide dismutase
(SOD)-like activity, dan modulasi siklus sel. Quercetin menghambat Aktivasi
JNK yang dirangsang Ang II melalui fosforilasi tirosin adaptor protein SHC dan
-
5/28/2018 Antioksidan DM
37/40
37
aktivasi phosphatidylinositol 3-kinase (PI3-K) pada penelitian dengan sel otot
polos aorta tikus. 11
C.8. Curcumin
Struktur dan biokimiawiCurcumin adalah curcuminoid utama dari rempah-rempah India yang
populer yaitu kunyit, yang merupakan anggota keluarga jahe (Zingiberaceae).
Curcuminoid lainnya adalah desmethoxycurcumin dan bis-desmethoxycurcumin.
Curcumin terdapat dalam setidaknya dua bentuk tautomerik, keto dan enol.
Bentuk enol lebih stabil dalam fase padat dan dalam larutan.37
Gambar 25 Curcumin (Kolev, 2005)
Efek antioksidanCurcumin dapat bertindak sebagaiscavengerdari ROS, termasuk NO dan
peroksinitrit yang dihasilkan oleh glia dan radikal hidroksil reaktif yang
dihasilkan oleh neuron. Curcumin juga dapat membatasi kerusakan jaringan
dengan menghambat: (1) faktor transkripsi yaitu NFB dan Protein Kinase C, (2)
biomarker inflamasi yaitu lipooksigenase, cyclooxygenase 2, IL-1, IL-6.
Curcumin dapat diberikan dalam dosis 440-2200mg/hari 38
-
5/28/2018 Antioksidan DM
38/40
38
BAB VI
KESIMPULAN
Diabetes dan komplikasi yang terkait telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang cukup besar. Komplikasi vaskular pada diabetes mellitus dapat
disebabkan oleh mikro dan makro angiopati. Kerusakan retina, ginjal dan saraf
diakibatkan mikroangiopati, sedangkan kerusakan yang diakibatkan
makroangiopati adalah penyakit arteri koroner, arteri karotis, arteri perifer, infark
miokard, stroke dan penyakit kaki diabetes.7 Komplikasi kardiovaskular
menyebabkan sebagian besar morbiditas dan kematian akibat diabetes mellitus.
Penderita diabetes beresiko hingga 2-4 kali lipat dalam peningkatan risiko
penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan orang tanpa diabetes.2
Antioksidan memiliki peran yang penting dalam penatalaksanaan
komplikasi diabetes. Fungsi antioksidan adalah mencegah terbentuknya radikal
hidroksil, memutus rantai reaksi oksidan, mereduksi oksidan menjadi zat lain
yang kurang reaktif misalnya H2O dan O2, menghambat peroksidase lipid dan
scavenger langsung dari ROS. Antioksidan dapat menghambat aktivasi NFB.21
Dengan dihambatnya aktivasi NF-kB mengakibatkan supresi aktifitas IKK dan
IkB. Selain itu antioksidan menghambat faktor transkripsi lainnya yaitu Protein
Kinase C dan biomarker inflamasi yaitu lipooksigenase, cyclooxygenase 2, IL-1,
IL-6. 20
Oksidasi kolesterol LDL dikenal sebagai faktor penyebab arteriosklerosis
dan bentuk plaque. Antioksidan dapat membuat LDL kurang rentan terhadap
oksidasi dan akibatnya kurang aterogenik. Antioksidan meningkatkan transportasiglukosa dalam sel-sel otot dengan menstimulasi translokasi GLUT 4 dari internal
pool ke membran plasma. Antioksidan juga dapat melindungi reseptor insulin dari
kerusakan oksidatif dan mempertahankan integritas fungsionalnya. Antioksidan
eksogen yang dapat diberikan dalam penatalaksanaan komplikasi diabetes
mellitus diantaranya asam askorbat, tocopherol, -carotene, ubiquinone, flavanoid
dan curcumin.5
-
5/28/2018 Antioksidan DM
39/40
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Zimmet P, Alberti KG and Shaw J Global and societal implications of the diabetesepidemic,Nature(London), (2001). 414, pp.782787
2. Fox CS, Coady S, Sorlie, PD. et al. Trends in cardiovascular complications of diabetes.JAMA, J. Am.Med. Assoc. (2004) 292, pp.24952499
3. Winer N and Sowers JR. Epidemiology of diabetes, J. Clin. Pharmacol, (2004). 44,pp.397405
4. World Health Organization The World Health Report. Life in the 21st Centurya Visionfor All., Geneva: World Health Organization. (1998)
5. Ruhe RC, McDonald RB J Use of Antioxidant Nutrients in the Prevention andTreatment of Type 2 Diabetes, J of the American College of Nutrition, (2001) Vol. 20,
No. 5, pp.363S369S6. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. 2006, PB PERKENI. Jakarta
7. Rodney8.
American Diabetes Association. ADA Position statement : Standars of Medical Care InDiabetes ,Diabetes Care, 2010 .33 (Suppl.3)
9. Brownlee The Pathobiology of Diabetic Complications - A Unifying Mechanism,Michael Brownlee Diabetes, (2005). 54(6), pp.1615-1625
10. Schalkwijk CG, Stehouwer CDA Vascular complications in diabetes mellitus: the role ofendothelial dysfunction, Clinical Science (2005). 109, pp.143159
11. Kyaw M et al Atheroprotective Effect of Anti Oxidant Through Inhibition of mitogenactivated protein kinases,Acta Pharmacol Sin,(2004).Aug; 25 (8), pp.977-985
12. Yamagishi S, Fujimori H, Yonekura H et al Advanced Glycation End products inhibitprostacyclin production and induce plasminogen activator inhibition-1 in human
microvascular endothelial cells,Diabetologia, (1998). 41, pp.1435-41
13. Di Mario U, Puglise G Pathogenic mechanism of diabetic microangiopathy,International congress series no 125,(2003). pp.171-182
14.
Sheetz MJ, King GL (2002). Mollecular understanding of hyperglicemias edverse effectfor diabetic complications, JAMA, 288 ,pp. 2579
15. Droge W Free radicals in the physiological control of cell function,Physiol Rev. (2002).82 pp. 47-95
16. Inoue M Protective mechanisms against reactive oxygen species, inArias IM,The liverbiology and pathobiology,Lippincott Williams and Wilkins 4th-ed. Philadelphia, (2001).
pp.281-90.17. Purnomo Suryohudoyo Oksidan, anti oksidan dan radikal bebas dalam makalah
symposium oksidan dan antioksidan. Surabaya, (1993). pp.37
18. Bender DA, Mayes PA Vitamins and minerals inMurray RK, Granner DK, Mayes PA,Rodwell VW (eds). Harper Illustrated Biochemistry 26 ed, McGraw Hill USA, (2003)
pp.474-497
19. Ho E Antioxidant, NFKB Activation, and diabetogenesis,PSEBM, Vol 222 (1998).20. Aggarwal BB, Sung BY Pharmacological basis for the role of curcumin in chronicdiseases: an age-old spice with modern targets. (2008).21. Guntur. The role of new Antioxidant in Quality of Life dipresentasikan dalam
Patobiologi, Surabaya, 2000
22. Pasupathy). Effect of chronic smoking on lipid peroxidation and antioxidant status ingastric carcinoma patients,Indian J Gastroenterol.2009. 28 (2), pp 6567
23. Hardiman D. Antioxidant in Diabetic Complication and Insulin Resistance dalammakalah symposium PIT VII Endokrinologi Joglosemar 8-9 April. 2006, pp.43
24. Pompella A, Visvikis A, Paolicchi A, De Tata V, Casini AF The changing faces ofglutathione, a cellular protagonist, Biochem Pharmacol, (2003). 66 (8), pp 1499503
25. Bannister J, Bannister W, Rotilio G. Aspects of the structure, function, and applicationsof superoxide dismutase. CRC Crit Rev Biochem(1987) 22 (2), pp.11180.
26. Chelikani P, Fita I, Loewen PC). Diversity of structures and properties among catalases,Cell. Mol. Life Sci, 2004. 61 (2), pp.192208
-
5/28/2018 Antioksidan DM
40/40
40
27. Shigeoka S, Ishikawa T, Tamoi M, Miyagawa Y, Takeda T, Yabuta Y, Yoshimura K .Regulation and function of ascorbate peroxidase isoenzymes, J Exp Bot2002. 53 (372):
pp.130519
28. Padayatty S . Vitamin C as Anti Oxidant : Evaluation of its Roles in Disease Prevention,Journal of the American College of Nutrition, 2003 Vol. 22, No. 1, pp.1835
29. Vivekananthan DP et al (2003). Use of antioxidant vitamins for the prevention ofcardiovascular disease: meta-analysis of randomized trials, Lancet,361, pp.2017-2023
30. Perham RN. Swinging arms and swinging domains in multifunctional enzymes: catalyticmachines for multistep reactions, Annu Rev Biochem,2000. 69: pp.9611004
31. German MS Pancreatic hormone and diabetes mellitus, in Gardner DG, Shoback D(eds). Greenspan Basic Clinical Endocrinology,8
thed, 2007 .McGrawhill, London.
32. Powers AC . Diabetes Mellitus in Kasper DL, Braunwald et al (eds). HarrisonPrincipal of Internal Medicine, 16 th edition, McGraw-Hill, 2005 pp.2152-79
33. Hawkins M, Rosetti L. Insulin resistance and its role in the pathogenesis of diabetesmellitus in : Khan CR, Weir GC, King GL, Moses AC, et al (eds). Joslin Diabetes
Mellitus, 14th
ed Lippincott William Wilkins, Boston, 2006 pp.611-631
34. Sudoyo AW, et al . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi ke IV, FKUI, Jakarta, 2006pp.1884-8
35. Buse JB, Polonsky KS, Burant C. Type 2 Diabetes mellitus in Kronenberg HM,Melmed S, Polonsky KS, Larsen PR (eds). Williams Textbook of Endocrinology,
Saunders, 2008. Pp1417-31
36. Okamoto T, .et al. Interna, .J.Vit.Nutr.Res, 1989. 59, pp.288-29237. Kolev, Tsonko M., et al.. DFT and Experimental Studies of the Structure and Vibrational
Spectra of Curcumin, International Journal of Quantum Chemistry (Wiley Periodicals)
2005 102 (6), pp.1069738. Shukla PK, Khanna VK, Khan MY, Srimal RC. Protective effect of curcumin against
lead neurotoxicity in rat,Hum Exp Toxicol, 2003 Dec 22(12), pp.653-8
http://www.thelancet.com/journal/vol361/iss9374/full/llan.361.9374.original_research.26020.1http://www.thelancet.com/journal/vol361/iss9374/full/llan.361.9374.original_research.26020.1http://www.thelancet.com/journal/vol361/iss9374/full/llan.361.9374.original_research.26020.1http://www.thelancet.com/journal/vol361/iss9374/full/llan.361.9374.original_research.26020.1http://www.thelancet.com/journal/vol361/iss9374/full/llan.361.9374.original_research.26020.1http://www.thelancet.com/journal/vol361/iss9374/full/llan.361.9374.original_research.26020.1