bank islam dan manajemen resiko (pertemuan 1) · 2018-04-11 · expected loss vs unexpected loss:...
TRANSCRIPT
Bank Islam dan Manajemen Resiko (Pertemuan 1)
Resiko adalah consequence of a choice that contains uncertainty, with the potential to
generate an unwanted result or other negative consequence experienced by the decision maker.
Dimensi dari risiko ada Opportunity cost, Potential loss, Uncertainty, Unexpected result
Expected loss vs Unexpected loss:
Expected loss or cost cost that has to be borne by an individual or institution
Unexepected loss or cost expense that occur suddenly through unexpected ways, directly
eroding the wealth that was previously accumulated
Risk Expected loss + Unexpected loss
Denifisi lain dari Risiko
Risk is the volatility of net cash flow of business (or department in the bank, loan portfolio,
single debtor, or even the bank as a whole)
Risk often measured by standard deviation the higher standard deviation, the wider the
spread of the cash flow values from the bank’s average cash flow, the higher the degree of
uncertainty of the bank’s possible cash flow
Risiko: Ketidakpastian Informasi, Ketidakpastian, dan Gharar
Risk begins from imperfect information in various decision-making aspects as well as their
results “Risk comes from not knowing what you are doing”
Uncertainty for some degree is sunatullah “Risk is Allah ta’ala fate, and only Allah ta’ala
knows what will happen tomorrow”
In Islam, the closest term to imperfect information and uncertainty is Gharar:
Gharar is if the condition of imperfect information can emerge naturally without any actual
intention from the parties in the transactions
If there is an international element causing the uncertainty from one or more of the parties
manipulating information or hiding it, the this is called fraud (tadlis)
Natural risk : gharar that is minor, easily ignorable, and attached to the contract
Synthetic risk : gharar that is major, yet left in a contract on purpose, but can be alleviated
Sikap Terhadap Risiko
Bisnis merupakan aktivitas yang berisiko karena (1) terdapat ketidakpastian, (2)Beberapa sector
usaha memiliki siklus bisnis tertentu
Terdapat beberapa kaidah fiqh terkait dengan risiko:
Rasulullah bersabda:”…keuntungan adalah imbalan atas kerugian” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi,
Abu Dawud, An-Nasai) contoh Pinjaman Vs Mudharabah
Kaidah di atas bermakna tidak boleh mengambil keuntungan tanpa ada risiko kerugian yang
dihadapi atau risiko harus “dihargai” dengan nilai sepadan
Kaidah “la darara wa la dirara” Islam melarang setiap aktivitas yang melibatkan diri kita
dalam suatu kemudharatan yang akan merugikan diri kita sendiri tanpa adanya usaha untuk
menimalkan kemudharatan tersebut
Manfaat Mengelola Risiko
1. Bank dapat terhindar dari berbagai kerugian yang tidak diperlukan, menghemat biaya,
terjaminnya kestabilan laba yang diharapkan, dan terhindarnya bank dari kegagalan
bisnis dan kebangkrutan usaha.
2. Keberlangsungan bisnis bank lebih terjamin, terciptanya pertumbuhan yang
berkelanjutan, penggunaan terbaik (best use) atas sumber daya bank, dan
memungkinkan bank fokus pada pemberian layanan terbaik dan inovasi.
3. Proses bisnis bank berjalan sesuai rencana, jika terjadi penyimpangan dan gangguan
operasi, bank dapat segera mengantisipasi dan memberikan solusi tepat waktu dan
tepat guna.
4. Terbangunnya reputasi (positif) bank di mata masyarakat.
Jenis Risiko yang dihadapi Bank Islam
1. Credit (financing) risk risk that emerges because of the failure of the customer or other
parties to fulfill their liabilities to the Islamic bank according to what is already contracted.
2. Market risk risk that occurs from adverse market movement, for example, in the stock
price and sukuk price, commodity price, and foreign exchange value of the various asset held
in Islamic bank portfolio
3. Liquidity risk risk that emerges from the Islamic bank’s potential inability to fulfill
obligations that have reached their maturity date
4. Operational risk risk of loss that is generated by inadequate internal control systems, the
failure of internal processes, human error, system failure, and/or the possibility of some
external events that can disturb the bank’s operation
5. Legal risk possibility of a lawsuit and/or a weakness in the judicial aspects of some of the
bank’s operations.
6. Reputational risk occurs when the trust of the stakeholders in Islamic banks is reduced,
which is caused by a negative perception toward Islamic banking
7. Strategic risk happens due to an Islamic bank’s inaccuracy in making and/or executing a
strategic decision, as well as the Islamic bank’s failure to anticipate changes in the business
environment, both internal and external
8. Compliance risk occurs when the Islamic bank does not obey and/or does not comply
with the rules and regulations that are in effect and with the principle of syariah that is
manifested in the form of the syariah board fatwa
9. Rate of return risk occurs due to changes in the rate of return paid by the Islamic bank
towards its customers, which affect customer behavior
10. Investment risk occurs a result of the Islamic bank bearing the risk of the debtor’s
business experiencing losses when the business is financed with a profit-loss sharing
contracts
11. Fiduciary risk occurs when Islamic banks failure in fulfilling both an implicit and explicit
standard that can be applied towards their fiduciaryu responsibility
Tahap dalam Manajemen Risiko
• Building philosophy and organizational culture
• Begin by building organizational culture, instilling philosophy, integrating an
institution’s vision and mission
• Build an awareness and culture of risk management
• Building Organizational Culture
• Risk management is a continuous management process should be supported by a
strong and effective organizational structure
• Not only form a risk management division or department
• Combines both top down and bottom up approaches
• Formulated at every managerial level
• Three stages of risk management:
• The guideline-determination process
• The decision making process
• The monitoring process
• The guideline-determination process:
• Determination of risk limit
• Delegation of tasks related to risk management
• operational standards
• Return benchmark
• Preparing an adequate database system
Organization based risk mapping:
Organization Based Risk Mapping
1. Dividing risks according to their types
2. Map all risks to their sources and to the roles of various units in risk management
3. Sources of risk can be mapped based on the line of business owned by the Islamic bank
4. The risk management manager can easily see which line of business has contributed the
most to the total risk faced by the Islamic bank
Risk Return Trade Off
• Profit can only have its lawfulness admitted if it is accompanied by risk, effort, and
responsibility done
• In line with the hadith “al ghunmu bil ghurmi” and “al-kharaju bidh-dhaman”
• Every risk received by parties in a transaction should also have the possibility of
being compensated with adequate level of return
• Tabarru contract no risk no return
• Tijari contract high risk high return
• Example murabahah contract
• Margin = compensation for risk faced by Islamic bank
Response of Islamic banks toward risk:
• Risk averse or avoidance risk from transaction cannot be compensated by an
appropriate return
• Risk transfer transfer the risk of a transaction to a third party (pure risk)
• Risk sharing
Sejarah Manajemen Risiko pada Bank Islam (Pertemuan 2)
Bank Islam Bank Konvensional
Equity based contract Debt based contract
Risk Sharing Risk transfer
secara teoritis, risiko bank islam lebih rendah daripada bank konvensional. Karena
dari sistem bank membagi sebagian risiko kepada pemilik dana (deposan) (risk sharing) dan
membagi keuntungan dan kerugian (profi-loss sharing). jenis risiko bank islam lebih banyak dan
apabila diabaikan lebih besar dibanding bank konvensional
Bank adalah lembaga keuangan yang highly regulated:
Memiliki pengaruh terhadap hajat hidup orang banyak Merupakan komponen penyokong kegiatan perekonomian Beberapa kasus krisis perbankan membawa dampak negatif bagi suatu negara
Aturan penerapan manajemen risiko pada bank islam
1. Basel Basel Committee on Banking Supervision adalah otoritas di bidang supervisi
perbankan yang didirikan oleh gubernur bank sentral dari 10 negara pada tahun 1974
(Belgia, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Swedia, Swiss, UK, US)
Tujuannya adalah untuk Menciptakan konvergensi dari berbagai standar aturan
perbankan yang ada di dunia. Aturan yang dikeluarkan juga bersifat tidak mengikat.
Basel 1 dan sejarahnya
• Munculnya dipicu oleh serangkaian kegagalan beberapa bank internasional antara tahun 1970 – 1984
• Fenomena kegagalan beberapa bank multinasional berskala besar memberikan warning kepada regulator perbankan di berbagai negara
• Tahun 1980, gubernur bank sentral negara G-10 mengadakan pertemuan di Basel untuk mendiskusikan pentingnya kecukupan modal (capital adequacy)
Regulasi Basel 1
• Basel I fokus pada penguatan modal perbankan agar dapat menyerap potensi kerugian bank dan mencegah terjadinya risiko sistemik
• Bank harus memiliki modal yang mampu menyerap potensi kerugian yang muncul dari risiko kredit:
o Menggunakan konsep risk based weighting dimana setiap debitur dikelompokkan dalam lima kategori yang masing-masing memiliki bobot risiko berbeda
• Rasio CAR yang ditetapkan dalam Basel I adalah 8%
Modifikasi atas Basel 1
• Basel I memberikan batas periode transisi untuk menerapkan standar kepada seluruh supervisor bank pada tahun 1992, sebelum tahun tersebut terjadi krisis hutan di Amerika Latin sehingga memaksa basel untuk direvisi oerubahan dari general provision dan tier 1&2
• Tahun 1994 dan 1995, Basel I kembali direvisi dengan menambahkan perhitungan exposure untuk mengakomodasi beberapa aktivitas bank yang off balance sheet, terutama transaksi derivatif
• Tahun 1996, amandemen atas Basel I dilakukan kembali dengan memasukkan penilaian untuk risiko pasar
Basel 2 dan Sejarahnya
• Dua dekade setelah Basel I, dunia perbankan mengalami perubahan signifikan: Banyak produk perbankan baru, Internasionalisasi sektor perbankan, Pertumbuhan
yang sangat pesat pada transaksi derivatif • Terjadi beberapa kejadian krisis besar:
Kegagalan Bank of Credit and Commerce International pada 1990 Krisis moneter di Asia Tenggara pada tahun 1997 Kebangkrutan Long Term Capital Management (LTCM) pada tahun 1998 Krisis yang melanda beberapa negara Eropa (Rusia yang tidak mampu membayar
sovereign bond) • Kritik dari industri perbankan terhadap metode pengukuran pada Basel I yang dianggap tidak
sensitif terhadap risiko diusulkan menggunakan Value af Risk
REGULASI BASEL 2
Basel 3 dan Sejarahnya
• Basel II dikritik karena mendorong bank untuk bersikap “procyclicality” • Terjadi krisis keuangan global tahun 2007 – 2008:
Penggunaan hutang secara berlebihan Tingkat interkoneksi antar bank dan antar lembaga keuangan lain semakin
meningkat, bahkan sampai pada taraf yang sulit untuk dikendalikan
Terjadinya risiko sistemik yang menghancurkan sistem keuangan
Regulasi Basel 3
Aturan baru terkait kuantitas dan kualitas modal Coverage risiko yang diperluas leverage ratio, capital conservation buffer countercyclical capital buffer Jenis risiko diperluas (Risiko likuiditas masuk dalam perhitungan CAR)
2. AOFIFI dan Manajemen Risiko
Pilar III pada Basel II menekankan adanya market discipline yang harus dilakukan oleh bank dalam bentuk disclosure atas seluruh informasti terkait bank:
o Dibutuhkan standar laporan keuangan, pencatatan atas produk, dsb agar publik mudah memahami informasi yang bank berikan
Laporan yang sudah terstandarisasi akan memudahkan regulator dalam melakukan proses supervisi perbankan
AAOIFI menyusun berbagai standar yang sangat berkaitan dengan disclosure informasi perbankan:
o Standar syariah untuk produk-produk perbankan dan LK Islam o Standar akuntansi neraca, laba rugi, dan laporan keuangan lainnya o Standar tata kelola perusahaan struktur bank, komposisi dewan komisaris,
internal audit, komite risiko, dsb
3. IFSB dan Manajemen Risiko Bank Islam
IFSB merupakan lembaga internasional seperti BCBS yang berfungsi untuk membuat berbagai standar terkait penerapan manajemen risiko pada bank Islam:
o IFSB mengadopsi standar yang diterbitkan oleh BCBS dengan beberapa penyesuaian Pada tahun 2005, IFSB mempublikasi standar untuk perhitungan minimum capital adequacy
ratio (IFSB-2) Tahun 2013, IFSB menerbitkan revisi atas IFSB-2 sebagai respon atas diterbitkannya Basel II
oleh BCBS Sama seperti Basel, standard IFSB tidak mengikat namun direkomendasikan untuk
diterapkan di industri perbankan dari negara-negara anggota: o Penetapan standar disesuaikan dengan kondisi industri perbankan di masing-masing
negara
Peraturan Penerapan Manajemen Risiko di Indonesia
PBI No. 5/8/PBI/2003 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum Direvisi oleh PBI No. 11/25/PBI/2009 PBI No 13/23/PBI/2011 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum
syariah dan unit usaha syariah
Proses Manajemen Risiko pada Bank Islam (Pertemuan 3)
Model Manajemen Risiko Bank Islam
Munculnya manajemen risiko:
Menggunakan pendekatan standar yang digunakan oleh suatu institusi dianggap baik
dan bisa dijadikan benchmark oleh perusahaan lain (best practices)
Menggunakan standar model manajemen risiko yang dikeluarkan beberapa lembaga
independen
Tidak satu pun model manajemen risiko tunggal yang bersifat generic atau bagus
untuk setiap industri atau perusahaan
Dalam menerapkan manajemen risiko, bank islam menggunakan pendekatan best
practices ataupun stndar internasional lainnya. Dan dilakukan penyesuaian
Perubahan model Manajemen Risiko
Dua Pendekatan Best Practices ERM
• COSO Standard yang disusun pada tahun 2004
• ISO 31000: 2009, standar manajemen risiko yang diterbitkan oleh ISO
Meskipun keduanya memiliki perbedaan, namun cakupan perbedaan tidak
terlalu signifikan
• ISO 31000: 2009 digunakan lebih luas karena dianggap lebih mudah untuk
diterapkan
Bank Islam dapat menggunakan framework ISO 31000: 2009 dalam
menyusun standar manajemen risiko
Dalam penerapannya dibutuhkan penyesuaian, sesuai dengan karakteristik
yang ada pada bank Islam
Risk Management Framework (ISO 31000;2009)
Establish the context:
o Hubungkan manajemen risiko dengan organisasi dimana manajemen risiko
diterapkan
o Review visi, misi, objective, tujuan jangka pendek dan jangka panjang,
lingkungan bisnis, parameter risiko yang digunakan
Establish the context biasanya terdiri dari 7 ukuran:
o The identification of risks within the domain of interest
o The planning of further risk management process
o The mapping of the social scope and the identity and goals of every
stakeholder in the risk management process
o The criteria and basic assumptions for risk evaluation
o The redefinition of the framework for various activities and identified agenda
o The development of analysis criteria for the risks involved in process
o The mitigation or resolution of risks with available technology, personnel, and
resources
Alur Proses Manajemen Risiko
Menentukan Risk Appetite
Risk appetite adalah tingkat toleransi dari bank terhadap suatu tingkat risiko dalam
rangka meningkatkan nilai perusahaan
o Karena risiko adalah bagian tidak terpisahkan dari bisnis bank, maka bank
tidak dapat menghindar dari risiko
o Bank Islam harus menentukan berapa besar tingkat risiko yang dapat
diterima atau ditanggung (risk tolerance)
o Risk appetite harus direview secara periodik karena lingkungan bisnis
berubah secara cepat
Tiga komponen utama dari risk appetite:
o Risk tolerance risiko maksimal yang dapat diterima oleh bank Islam
o Risk targets Tingkat risiko optimal yang ingin dicapai oleh bank Islam
o Risk limits batasan (treshold) yang bank Islam tentukan untuk setiap
transaksi atau unit bisnis
Pengukuran Risiko
Setelah risiko berhasil diidentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
pengukuran risiko agar tingkat potensi kerugian dan kemungkinan terjadinya dapat
diketahui
Hasil pengukuran risiko menjadi dasar dalam menentukan prioritas mitigasi risiko
Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan Composite Risk Index (CRI):
CRI = potential impact of risk x probability of occurence
Potential impact diberikan skala 1 – 5 (1 adalah minimum dan 5 adalah maksimum)
Probability of occurrence diberikan skala 1 – 5 (1 berarti probabilitas rendah dan 5
berarti probabilitas tinggi)
Hasil CRI memiliki interval 1 – 25 dan dapat dikelompokkan:
o Rendah (1 - 8)
o Moderate (9 – 16)
o Tinggi (17 – 25)
Risk Matrix
Setelah menyusun CRI melalui risk register, langkah selanjutnya adalah menyusun
Risk Matrix:
o Berguna untuk mengkuantifisir risiko dari sisi frekuensi maupun severity
o Menjadi panduan yang mudah digunakan oleh bank Islam dalam mereview
apakah praktek manajemen risiko sudah tetap atau belum
Risk matrix adalah grafik 2 dimensi yang terdiri dari frekuensi dan severity. Dapat
diterapkan pada berbagai level:
o Produk bank, Product lines, SBU, department, Bank
(Ilustrasi Risk Matrix)
(RisikoInherentdanComposite)
Mitigasi Risiko dan Risk Review Process
Setelah risiko dapat diidentifikasi dan diukur, langkah selanjutnya adalah melakukan
mitigasi risiko harus:
o disesuaikan dengan karakteristik masing-masing risiko
o disesuaikan dengan peran dan fungsi bank
o tunduk pada prinsip syariah
Proses manajemen risiko harus direview secara berkala:
o Risiko aktual terus dimonitor dan dibandingkan dengan standar risiko yang
telah ditetapkan pada kerangka manajemen risiko
o Abai terhadap proses review akan berdampak pada tingginya risiko yang
tidak dapat dikontrol
Infrastruktur dan Fasilitas Pendukung
Dokumentasi manajemen risiko kebijakan dan kerangka manajemen risiko harus
tertuang dalam dokumen resmi sehingga menjadi pedoman bagi organisasi:
o Delegasi wewenang kepada orang atau pihak yang berwenang untuk
melakukan pengukuran risiko
o Kriteria yang digunakan dalam manejemen risiko, dan lain lain.
Struktur organisasi harus mendukung praktek manajemen risiko, baik di level
internal perusahaan maupun di level dewan komisaris
Sistem IT dan Database
Model pengukuran risiko yang sesuai
Perhitungan Capital Requirement
Modal merupakan hal yang sangat penting dalam industri perbankan, termasuk bank
Syariah
Seluruh aturan manajemen risiko yang ada berujung pada menjaga agar modal yang
bank miliki mampu menyerap potensi kerugian yang mungkin terjadi
Di tingkat internasional, aturan permodalan perbankan diatur oleh Basel (Basel I, II,
dan III) dan diatur juga oleh Islamic Financial Service Board (IFSB)
Formula perhitungan CAR pada bank Syariah mirip dengan rasio perhitungan modal
pada umumnya Modal/Total Asset. Namun:
o Karakteristik bank berbeda dengan perusahaan sehingga dibutuhkan suatu
perhitungan rasio permodalan yang didalamnya telah disesuaikan dengan
risiko yang bank hadapi
o Total asset tidak hanya berdasarkan nilai buku (harga perolehan) namun total
asset yang telah dibobot menurut risiko (Risk Weighted Asset atau Aset
Tertimbang Menurut Risiko)
o Sehingga, CAR = Modal/ATMR
o Definisi modal dalam perbankan juga dimodifikasi, menyesuaikan dengan
proses bisnis yang bank lakukan
o Modal tidak hanya terdiri dari total ekuitas saja namun juga dapat berasal
dari sumber lain
Definisi Modal
IFSB membagi modal bank Syariah menjadi dua, yaitu modal Tier 1 dan modal Tier 2
Tier 1 Tier 2 Common stok yang diterbitkan oleh bank Syariah
Memilik kemampuan untuk menyerap risiko
Stock surplus Prosedur penerbitannya mengikuti ketentuan regulator
Laba ditahan Memiliki tenor lebih dari 5 tahun Dan beberapa instrument lainnya yang memenuhi beberapa kriteria
Unsecured
Contoh Sukuk Mudharabah sub-ordinasi
Risk Weighted Asset
• Dalam RWA, seluruh aset yang dimiliki oleh bank Syariah direvaluasi berdasarkan
tingkat risiko masing-masing aset tersebut. Bobot tertentu berdasarkan risikonya
diberikan untuk setiap aset bank Syariah.
• Risiko bisa dilihat berdasarkan:
Profil debitur pemerintah, swasta, individu, UMKM
Jenis instrumennya sukuk korporat, sukuk pemerintah, reksadana,
deposito
Akad yang digunakan mudharabah (PLS atau RS), murabahah, dsb
Dan beberapa pertimbangan lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
• Sehingga standar formula untuk CAR menjadi
Karakteristik Bank Syariah
IFSB menyatakan perbedaan yang ada antara bank Syariah dengan bank
konvensional berimplikasi pada perhitungan RWA
Pada bank Syariah terdapat Profit Sharing Investment Account (PSIA) yang
merupakan nasabah bank Syariah yang menginvestasikan uangnya dengan akad
mudharabah:
o Sebagai shahibul maal, nasabah menanggung risiko penuh dari penyaluran
dana yang dilakukan
o Oleh karena itu, akad mudharabah dalam sisi funding dapat berfungsi sebagai
penyerap risiko (ikut menanggung risiko)
Sehingga dengan adanya PSIA, formula CAR berubah menjadi:
Aturan Tambahan Permodalan
Mengacu pada Basel III, IFSB mengeluarkan beberapa aturan tambahan terkait
permodalan, yaitu:
o Countercyclical buffer modal tambahan sebagai antisipasi atas
procyclicality
o Leverage ratio batasan bank dalam menggunakan instrument keuangan
tertentu yang dapat meningkatkan leverage bank syariah
Proses Manajemen Risiko pada Bank Islam (Pertemuan 4)
Model Manajemen Risiko Bank Islam
Munculnya manajemen risiko:
Menggunakan pendekatan standar yang digunakan oleh suatu institusi dianggap baik
dan bisa dijadikan benchmark oleh perusahaan lain (best practices)
Menggunakan standar model manajemen risiko yang dikeluarkan beberapa lembaga
independen
Tidak satu pun model manajemen risiko tunggal yang bersifat generic atau bagus
untuk setiap industri atau perusahaan
Dalam menerapkan manajemen risiko, bank islam menggunakan pendekatan best
practices ataupun stndar internasional lainnya. Dan dilakukan penyesuaian
Perubahan model Manajemen Risiko
Dua Pendekatan Best Practices ERM
• COSO Standard yang disusun pada tahun 2004
• ISO 31000: 2009, standar manajemen risiko yang diterbitkan oleh ISO
Meskipun keduanya memiliki perbedaan, namun cakupan perbedaan tidak
terlalu signifikan
• ISO 31000: 2009 digunakan lebih luas karena dianggap lebih mudah untuk
diterapkan
Bank Islam dapat menggunakan framework ISO 31000: 2009 dalam
menyusun standar manajemen risiko
Dalam penerapannya dibutuhkan penyesuaian, sesuai dengan karakteristik
yang ada pada bank Islam
Risk Management Framework (ISO 31000;2009)
Establish the context:
o Hubungkan manajemen risiko dengan organisasi dimana manajemen risiko
diterapkan
o Review visi, misi, objective, tujuan jangka pendek dan jangka panjang,
lingkungan bisnis, parameter risiko yang digunakan
Establish the context biasanya terdiri dari 7 ukuran:
o The identification of risks within the domain of interest
o The planning of further risk management process
o The mapping of the social scope and the identity and goals of every
stakeholder in the risk management process
o The criteria and basic assumptions for risk evaluation
o The redefinition of the framework for various activities and identified agenda
o The development of analysis criteria for the risks involved in process
o The mitigation or resolution of risks with available technology, personnel, and
resources
Alur Proses Manajemen Risiko
Menentukan Risk Appetite
Risk appetite adalah tingkat toleransi dari bank terhadap suatu tingkat risiko dalam
rangka meningkatkan nilai perusahaan
o Karena risiko adalah bagian tidak terpisahkan dari bisnis bank, maka bank
tidak dapat menghindar dari risiko
o Bank Islam harus menentukan berapa besar tingkat risiko yang dapat
diterima atau ditanggung (risk tolerance)
o Risk appetite harus direview secara periodik karena lingkungan bisnis
berubah secara cepat
Tiga komponen utama dari risk appetite:
o Risk tolerance risiko maksimal yang dapat diterima oleh bank Islam
o Risk targets Tingkat risiko optimal yang ingin dicapai oleh bank Islam
o Risk limits batasan (treshold) yang bank Islam tentukan untuk setiap
transaksi atau unit bisnis
Pengukuran Risiko
Setelah risiko berhasil diidentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
pengukuran risiko agar tingkat potensi kerugian dan kemungkinan terjadinya dapat
diketahui
Hasil pengukuran risiko menjadi dasar dalam menentukan prioritas mitigasi risiko
Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan Composite Risk Index (CRI):
CRI = potential impact of risk x probability of occurence
Potential impact diberikan skala 1 – 5 (1 adalah minimum dan 5 adalah maksimum)
Probability of occurrence diberikan skala 1 – 5 (1 berarti probabilitas rendah dan 5
berarti probabilitas tinggi)
Hasil CRI memiliki interval 1 – 25 dan dapat dikelompokkan:
o Rendah (1 - 8)
o Moderate (9 – 16)
o Tinggi (17 – 25)
Risk Matrix
Setelah menyusun CRI melalui risk register, langkah selanjutnya adalah menyusun
Risk Matrix:
o Berguna untuk mengkuantifisir risiko dari sisi frekuensi maupun severity
o Menjadi panduan yang mudah digunakan oleh bank Islam dalam mereview
apakah praktek manajemen risiko sudah tetap atau belum
Risk matrix adalah grafik 2 dimensi yang terdiri dari frekuensi dan severity. Dapat
diterapkan pada berbagai level:
o Produk bank, Product lines, SBU, department, Bank
(Ilustrasi Risk Matrix)
(RisikoInherentdanComposite)
Mitigasi Risiko dan Risk Review Process
Setelah risiko dapat diidentifikasi dan diukur, langkah selanjutnya adalah melakukan
mitigasi risiko harus:
o disesuaikan dengan karakteristik masing-masing risiko
o disesuaikan dengan peran dan fungsi bank
o tunduk pada prinsip syariah
Proses manajemen risiko harus direview secara berkala:
o Risiko aktual terus dimonitor dan dibandingkan dengan standar risiko yang
telah ditetapkan pada kerangka manajemen risiko
o Abai terhadap proses review akan berdampak pada tingginya risiko yang
tidak dapat dikontrol
Infrastruktur dan Fasilitas Pendukung
Dokumentasi manajemen risiko kebijakan dan kerangka manajemen risiko harus
tertuang dalam dokumen resmi sehingga menjadi pedoman bagi organisasi:
o Delegasi wewenang kepada orang atau pihak yang berwenang untuk
melakukan pengukuran risiko
o Kriteria yang digunakan dalam manejemen risiko, dan lain lain.
Struktur organisasi harus mendukung praktek manajemen risiko, baik di level
internal perusahaan maupun di level dewan komisaris
Sistem IT dan Database
Model pengukuran risiko yang sesuai
Perhitungan Capital Requirement
Modal merupakan hal yang sangat penting dalam industri perbankan, termasuk bank
Syariah
Seluruh aturan manajemen risiko yang ada berujung pada menjaga agar modal yang
bank miliki mampu menyerap potensi kerugian yang mungkin terjadi
Di tingkat internasional, aturan permodalan perbankan diatur oleh Basel (Basel I, II,
dan III) dan diatur juga oleh Islamic Financial Service Board (IFSB)
Formula perhitungan CAR pada bank Syariah mirip dengan rasio perhitungan modal
pada umumnya Modal/Total Asset. Namun:
o Karakteristik bank berbeda dengan perusahaan sehingga dibutuhkan suatu
perhitungan rasio permodalan yang didalamnya telah disesuaikan dengan
risiko yang bank hadapi
o Total asset tidak hanya berdasarkan nilai buku (harga perolehan) namun total
asset yang telah dibobot menurut risiko (Risk Weighted Asset atau Aset
Tertimbang Menurut Risiko)
o Sehingga, CAR = Modal/ATMR
o Definisi modal dalam perbankan juga dimodifikasi, menyesuaikan dengan
proses bisnis yang bank lakukan
o Modal tidak hanya terdiri dari total ekuitas saja namun juga dapat berasal
dari sumber lain
Definisi Modal
IFSB membagi modal bank Syariah menjadi dua, yaitu modal Tier 1 dan modal Tier 2
Tier 1 Tier 2 Common stok yang diterbitkan oleh bank Syariah
Memilik kemampuan untuk menyerap risiko
Stock surplus Prosedur penerbitannya mengikuti ketentuan regulator
Laba ditahan Memiliki tenor lebih dari 5 tahun Dan beberapa instrument lainnya yang memenuhi beberapa kriteria
Unsecured
Contoh Sukuk Mudharabah sub-ordinasi
Risk Weighted Asset
• Dalam RWA, seluruh aset yang dimiliki oleh bank Syariah direvaluasi berdasarkan
tingkat risiko masing-masing aset tersebut. Bobot tertentu berdasarkan risikonya
diberikan untuk setiap aset bank Syariah.
• Risiko bisa dilihat berdasarkan:
Profil debitur pemerintah, swasta, individu, UMKM
Jenis instrumennya sukuk korporat, sukuk pemerintah, reksadana,
deposito
Akad yang digunakan mudharabah (PLS atau RS), murabahah, dsb
Dan beberapa pertimbangan lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
• Sehingga standar formula untuk CAR menjadi
Karakteristik Bank Syariah
IFSB menyatakan perbedaan yang ada antara bank Syariah dengan bank
konvensional berimplikasi pada perhitungan RWA
Pada bank Syariah terdapat Profit Sharing Investment Account (PSIA) yang
merupakan nasabah bank Syariah yang menginvestasikan uangnya dengan akad
mudharabah:
o Sebagai shahibul maal, nasabah menanggung risiko penuh dari penyaluran
dana yang dilakukan
o Oleh karena itu, akad mudharabah dalam sisi funding dapat berfungsi sebagai
penyerap risiko (ikut menanggung risiko)
Sehingga dengan adanya PSIA, formula CAR berubah menjadi:
Aturan Tambahan Permodalan
Mengacu pada Basel III, IFSB mengeluarkan beberapa aturan tambahan terkait
permodalan, yaitu:
o Countercyclical buffer modal tambahan sebagai antisipasi atas
procyclicality
o Leverage ratio batasan bank dalam menggunakan instrument keuangan
tertentu yang dapat meningkatkan leverage bank syariah
Metode Pengukuran Risiko Kredit (Pertemuan 5)
Pengukuran Risiko Kredit dan Kecukupan Modal
Expected loss = PD x EAD x LGD
o PD adalah probability default seberapa besar kecenderungan debitur
untuk gagal bayar
o EAD adalah exposure at default nilai total eksposur yang dimiliki bank pada
saat default
o LGD adalah loss given default Persentase kerugian yang bank derita,
setelah dikurangi agunan
Dalam pengukuran risiko kredit, salah satu komponen yang penting adalah
pengukuran probability of default:
o Probability of default dapat digunakan untuk menentukan bobot risiko
masing-masing debitur menghitung ATMR secara lebih akurat
o Sistem standardized approach menggunakan bobot risiko yang mengikuti
standar ketentuan regulator atau lembaga rating eksternal
Model Tradisional vs Basel
Model pengukuran risiko kredit tradisional menggunakan 5C:
o Character
o Collateral
o Capacity
o Condition of economic
o Capital
Model 5C sangat subjektif sehingga memiliki kelemahan yang sangat mendasar dan
tidak sensitif terhadap risiko kredit dari setiap debitur
Model pengukuran risiko kredit yang dikembangkan dalam Basel cenderung lebih
objektif karena telah menggunakan pendekatan kuantitatif dan data yang dapat
dipertangunggjawabkan
Model Probability of Default
Salah satu komponen penting dalam penentuan bobot risiko adalah probability of
default
Model probability of default yang ada saat ini:
o Model scoring Multiple Discrimant Analysis (MDA), Logistic Regression
o Model struktural Merton Model
o Model tereduksi Cohort dan Hazard
Model scoring sekaligus dapat digunakan untuk menilai kelayakan dari proposal
pengajuan pembiayaan yang diajukan oleh debitur
Model strukturan dan model tereduksi biasanya digunakan untuk mengukur
probability of default secara periodik
Model Scoring: MDA
Tujuan pertama dari analisis diskriminan adalah:
o Pemilihan kriteria (karakteristik)
o Klasifikasi unit analisis
Yang menjadi variabel Y (dependen) adalah kelompok berdasarkan kualitas kredit:
o Bisa berbentuk rating
o Bisa juga berbentuk kelompok sukses dan gagal atau gagal dan tidak gagal
o Variabel Y merupakan variabel kualitatif yang dinominalkan (dummy variable)
Variabel X adalah variabel independen yang digunakan untuk menjelaskan berbagai
kelompok tersebut:
o Menggunakan variabel-variabel kuantitatif maupun kualitatif
o Hanya variabel yang signifikan yang dimasukkan dalam model
Pelopor penggunaan MDA adalah Altman (1968) yang menciptakan model Altman Z-
Score:
o Menggunakan rasio-rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan
perusahaan
Model umum yang digunakan oleh Altman adalah:
o Dimana Z adalah skor diskriminan
o adalah koefisien fungsi diskriminan untuk masing-masing variabel
independen
o X adalah variabel eksplanatoris (independen)
Model Altman Z-Score (1968)
X1 adalah WC/TA, X2 adalah RE/TA, X3 adalah EBIT/TA, X4 adalah market
value equity/book value liabilities dan X5 adalah Sales/TA
Model Altman Z-Score (lanjutan):
Altman menentukan batas bawah nilai Z dimana nilai Z dibawah 1.81
menandakan debitur masuk dalam kelompok debitur “bad” sehingga
permohonan pengajuan pinjaman dapat ditolak
Kelemahan model Altman Z-Score:
Sampel yang digunakan dalam menyusun model adalah korporasi
sehingga tidak cocok jika digunakan untuk debitur UMKM
Model diasumsikan linier sementara peristiwa kebangkrutan cenderung
tidak linier
Semua variabel yang digunakan adalah rasio-rasio akuntansi sehingga
dapat terpengaruh oleh bias akuntansi
Ketika proses bisnis makin kompleks maka daya prediksi dari model
Altman Z-Score menjadi lebih buruk
Model Scoring: Logistic Regression (Logit)
Model logit atau regresi logistik adalah model yang dibentuk melalui teknik
regresi non linier yang merupakan salah satu teknik regresi non linier yang
merupakan salah satu teknik limited dependent variables (LDV):
Variabel dependen merupakan variabel kategorikal dan variabel independen
dapat berupa variabel kategorikal atau non kategorikal dan asumsi distribusi yang
digunakan adalah distribusi logistik
• Bentuk umum dari model logit:
L adalah fungsi dari variabel predicted probability yang berdistribusi logistik.
X adalah variabel independen
• Fungsi distribusi logistik secara sederhana adalah:
Y adalah variabel dependen binary (0 atau 1)
• Jika , maka Pi dapat ditulis sebagai berikut:
Nilai Z bisa berapa pun (tak hingga), sementara nilai Pi berkisar antara 0 dan 1
(probability)
• Setelah regresi logit diestimasi:
• Misal seorang debitur memiliki X1=0.50, X2=0.31, X3=0.04, X5=0.96, X7=0.33
Nilai L atau Z adalah sebesar -4.4455
Sehingga, P = 1/(1+exp(-4.4455)) = 1.16% probability of default dari
debitur ini adalah 1.16%
• Dibandingkan dengan MDA, model logit lebih unggul dari sisi metodolgi dan properti
model
Model Struktural Merton
• Karena menggunakan call option, maka E = max(0, A – L). Formula Black Scholes
option pricing dapat digunakan
• Nilai A dan volatilitas dari A tidak diketahui sehingga harus diiterasi dengan
menggunakan nilai pasar dari ekuitas. Oleh karena itu model Merton cocok
digunakan untuk menilai kebangkrutan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
pasar saham
Model Bentuk Terenduksi
• Model Merton mensyaratkan informasi terkait nilai pasar ekuitas agar nilai aset dan
volatilitas dari aset dapat diketahui
Tidak semua perusahaan merupakan perusahaan publik
Mayoritas debitur di emerging market bukan merupakan perusahaan publik
• Model bentuk tereduksi menggunakan konsep perpindahan rating sebagai cara
untuk mengestimasi probability of default:
Rating merupakan informasi yang mudah didapat karena ada lembaga
rating eksternal mengeluarkan rating secara periodik
Dapat disesuaikan dengan rating yang digunakan oleh bank
• Salah satu pendekatan untuk mengestimasi perpindahan rating adalah dengan
menggunakan pendekatan Cohort
• Misalkan jumlah debitur yang pada awal waktu t berada pada rating i dinyatakan
dengan Ni,t dan jumlah debitur yang pada awal waktu berada pada rating i dan pada
akhir waktu berpindah ke rating j dinyatakan dengan Nij,t. Frekuensi transisi dalam
periode waktu t dihitung dengan:
• Karena pada umumnya suatu matriks transisi diestimasi dari data selama beberapa
periode, maka harus dihitung rata-rata tertimbangnya:
Risiko Pasar dan Risiko Operasional (Pertemuan 6 dan 7)
1. Definisi risiko pasar
• Risiko pasar adalah setiap jenis risiko yang menyebabkan kerugian sebagai
akibat dari perubahan harga pasar, biasanya harga pasar dari instrumen
ekuitas dan perdagangan (price risk), mata uang (exchange rate risk), quasi
fixed income securities (rate of return risk), dan komoditas (price risk).
• Menurut IFSB à risiko kerugian pada aktivitas bank yang tercatat di on atau
off balance sheet yang disebabkan perubahan atau fluktuasi harga pasar.
Sebagai contoh fluktuasi harga pada aset yang tradable, marketable, atau
leasable.
• Menurut PBI No. 5/12/PBI/2003 à risiko kerugian pada posisi neraca dan
rekening administratif serta transaksi derivatif akibat perubahan secara
keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option
• Jenis aset yang dimiliki oleh bank (dilihat dari jangka waktu kepemilikan
bank):
o Hold to maturity (dimiliki hingga jatuh tempo)
o Tidak dimiliki hingga jatuh tempo (trading atau available for sale) à
bank akan melepas aset tersebut sebelum masuk masa jatuh tempo
o Risiko pasar akan melekat pada seluruh aset yang tidak dimiliki hingga
jatuh tempo
• Risiko pasar mempengaruhi trading book maupun banking book bank:
o Trading book à seluruh posisi perdagangan bank pada instrumen
keuangan dalam neraca dan rekening adminsitratif serta transaksi
derivatif yang dimiliki dan dijual kembali dalam jangka pendek,
dimiliki untuk tujuan memperoleh keuntungan jangka pendek dari
perbedaan harga, timbul dari kegiatan perantara (brokering) dan
kegiatan pembentukan pasar (market making), diambil untuk kegiatan
lindung nilai (hedging)
o Banking book à semua elemen/posisi lainnya yang tidak termasuk
dalam trading book
2. Urgensi risiko pasar
• Sistem perbankan dan keuangan modern membuat pasar semakin
terinteggrasi:
o Setiap sub sistem keuangan (perbankan, IKNB, pasar modal, dsb)
saling berkaitan
o Antar pasar keuangan antar negara saling berkaitan
o Informasi dan volatilitas tersebar dengan cepat sehingga
mempengaruhi nilai aset yang bank miliki
• Evolusi pada aktivitas yang dijalankan oleh bank à berubah dari traditional
banking (intermediasi) menjadi proprietary trading dan market making.
Bagian treasury dari bank biasanya menjalankan tiga aktivitas:
o Menjaga asset liability management bank
o Liquidity mismatch
o Arbitrary profit opportunity for asset allocation
• Integrasi pasar juga menyebabkan batasan antar produk keuangan menjadi
semakin samar à potensi risiko yang besar juga diiringi dengan kesempatan
mendapatan tingkat imbal hasil yang tinggi
• Namun pada bank Islam, risiko yang dihadapi lebih besar namun kesempatan
untuk memperoleh profit menjadi lebih sedikit dibandingkan bank
konvensional:
o Lack of interbank money market
o Legal framework yang multiinterpretasi
o Kurangnya instrumen hedging syariah yang sesuai dengan prinsip
syariah
• Sensitivitas risiko pasar pada bank Islam diukur dari volatilitas pada:
o Tingkat reference rate
o Exchange rate
o Harga komoditas
o Dan nilai ekuitas
3. Cakupan risiko pasar pada bank islam
• Risiko rate of return à yield mismatch antara yield yang dihasilkan dari aset
dibandingkan dengan yield yang diharapkan (expected).
• Dua sumber utama risiko rate of return:
o Perbedaan ekspektasi imbal hasil antara depositor PSIA (profit sharing
investment account) dan imbal hasil actual à displaced commercial
risk
o Perbedaan ekspektasi imbal hasil antara debitur dengan imbal hasil
actual yang ia terima dari bisnis yang dibiayai. Imbal hasil actual dari
bisnis seringkali dipengaruhi oleh kondisi pasar
• Risiko rate of return juga mungkin terjadi karena tingkat imbal yang diprediksi
tidak sesuai dengan pergerakan atau perubahan pasar:
• Misal: penentuan margin murabahah ditetapkan pada awal kontrak. Ketika
pada periode pembayaran terjadi perubahan kondisi makro seperti inflasi,
tingkat suku bunga, dsb, margin tidak bisa lagi dirubah.
• PRICE (Mark Up)
o Risiko harga merupakan bentuk risiko pasar yang paling dasar dan
paling sering terjadi
o Profit terjadi ketika harga jual lebih tinggi dibandingkan dengan harga
beli:
o Jika harga jual lebih rendah dibandingkan dengan yang diharapkan,
maka saat itulah risiko harga terjadi
• Pemicu utama dari risiko ini adalah berasal dari aset tetap (fisik) yang dimiliki
oleh bank Islam:
o Aset untuk pembiayaan berbasis murabahah, salam, istishna
o Aset untuk pembiayaan berbasis ijarah
o Risiko harga dapat muncul dari komoditas à seringkali terjadi pada
pembiayaan berbasis akad salam, istishna
• Risiko rate of return dan risiko harga dapat memiliki korelasi negative:
o Ketika inflasi membuat risiko rate of return meningkat sekaligus
membuat harga komoditas meningkat. Peningkatan harga komoditas
membuat risiko harga turun
• Exchange risk terjadi karena adanya fluktuasi pada nilai tukar:
o Terjadi pada sisi aset maupun kewajiban yang berdenominasi mata
uang asing
o Pada sisi aset, nilai riil dari aset bank tergantung nilai tukar on the
spot
o Pada sisi kewajiban, besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh
bank tergantung nilai tukar on the spot
• Equity risk terjadi pada kontrak berbasis profit loss sharing:
o Pendapatan yang diharapkan dari investasi berkurang nilainya sebagai
akibat dari fluktuasi kondisi pasar (business cycle)
o Misal: bank Islam menginvestasikan dananya pada sebuah
perusahaan dimana perusahaan tersebut sedang dalam kondisi yang
kurang menguntungkan karena siklusi bisnis yang tidak mendukung
• Equity risk juga dapat terjadi meskipun bank tidak terlibat dalam kontrak bagi
hasil:
o Bank ambil long position pada instrument ekuitas pada trading book
bank
4. Identifikasi risiko pasar
• Klasifikasi aset bank berdasarkan tujuannya:
o Untuk diperdagangkan/transaksikan
o Dimiliki hingga jatuh tempo à hold to maturity
• Aset bank yang dimiliki untuk diperdagangkan masuk dalam kategori trading
book:
o Seluruh aset bank yang masuk dalam trading book sangat sensitif
terhadap risiko pasar
• Aset bank selain trading book masuk dalam banking book:
o Tetap memiliki risiko pasar namun tidak sesensitif aset bank pada
trading book
• Aset pada trading book dinilai setiap hari (daily) secara mark to market,
sementara aset bank pada banking book dihitung berdasarkan nilai buku
(historical cost)
o Pada Basel II risiko pasar pada trading book diukur dengan metode
Value at Risk (VaR) dengan confidence level 99% dengan time horizon
10 hari
5. Market risk pada ifsb, basel ii, dan basel iii
• Pengukuran risiko pasar dimulai dari mengidentifikasi risk driver (risk factor):
o Posisi bank pada foreign currency, sekuritas, aset, maupun inventori
yang dimiliki oleh bank
• Setelah risk driver bisa teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah melihat net
position yang bank miliki pada setiap risk driveri:
o Kelompokkan setiap jenis aset berdasarkan jangka waktunya
o Offset aset tersebut dengan kewajiban yang memiliki jangka waktu
yang sesuai
o Jika ada posisi bank yang tidak bisa ter-offset maka tambahan modal
diperlukan
• Selanjutnya adalah menghitung VaR untuk setiap net position
• Bobot risiko untuk aset (risk weight asset) ditentukan berdasarkan langkah
sebelumnya
6. Market risk pada ifsb, basel ii, dan basel iii
7. Market risk pada ifsb, basel ii, dan basel iii
• Salah satu kritik terhadap Basel II adalah kritik terhadap penggunaan VaR
sebagai alat pengukuran risiko pasar
• Pengukuran risiko pasar dilakukan dengan menggunakan VaR 99% untuk time
horizon 10 hari pada seluruh aset bank yang termasuk dalam trading book:
o VaR berguna untuk menghitung risiko jangka pendek
o Namun VaR gagal menjawab pertanyaan penting dalam risiko pasar:
“Apakah VaR dapat menjamin adanya modal yang cukup untuk
menghadapi kondisi kerugian yang high impact namun kemungkinan
terjadinya rendah (low probability)?”
• Sebelum adanya Basel III, Basel II telah merevisi perhitungan VaR menjadi
“stressed VaR”
• Pada Basel III, perubahan dilakukan pada pengukuran risiko pasar untuk aset
trading books sehingga menjadi lebih sensitif terhadap risiko pasar
8. Sumber risiko pasar
• Risiko dapat dibagi menjadi dua jenis à risiko murni (pure risk) dan risiko
spekulatif (speculative risk)
• Risiko pasar termasuk dalam risiko spekulatif:
o Efek yang ditimbulkan dari risiko pasar bisa positif atau negatif (gain
or loss)
o Keuntungan atau kerugian dari risiko pasar tergantung posisi bank
pada satu waktu tertentu (long atau short)
• Pada risiko spekulatif, probabilitas keterjadian dan dampak yang ditimbulkan
dari risiko pasar dapat diminimalisir dengan melakukan manajemen risiko
yang baik
9. Raroc
• Risk a djusted return merupakan konsep yang mengakomodir adanya risk
return trade off dimana return (harga) harus bisa mengkompensasi besarnya
risiko
• Konsep yang sama juga digunakan di lembaga perbankan, namun return dari
suatu transaksi seharusnya tidak hanya mampu mengkompensasi tingkat
risiko (expected loss) namun juga menutupi economic capital yang harus
bank sediakan
• Dikenal dengan istilah Risk Adjusted Return on Capital (RAROC):
o RAROC berbasis perhitungan VaR
• RAROC = adjusted income/capital at risk
• Adjusted income = spread + fee – expected loss – operating cost
o Jika RAROC > cost of capital atau hurdle rate maka transaksi tersebut
menguntungkan bagi bank
• Economic capital adalah jumlah modal yang diperlukan oleh bank untuk
menghadapi kemungkinan terjadi return yang negatif (negative market price
event) yang diestimasi melalui VaR
• Pada bank Islam, RAROC dapat digunakan untuk:
o Menentukan risk capital untuk kontrak syirkah
o Jika dua aset investasi sama-sama menghasilkan keuntungan Rp 100
juta namun keduanya memiliki profil risiko berbeda maka RAROC
menjadi indikator yang pas untuk evaluasi kedua investasi tersebut
10. Value at risk
11. Mitigasi risiko pasar
• Netting method
(Hedging dengan mencocokkan arus kas pada aset dengan arus kas pada kewajiban)
• Provision limit policy
• Loss limit policy
• Securitization