daftar pustaka hipertensi pada usia muda
DESCRIPTION
Daftar Pustaka Hipertensi Pada Usia MudaTRANSCRIPT
Daftar Pustaka
1. Sarwanto S, Prevalensi Penyakit Hipertensi Penduduk di Indonesia dan Factor yang
Berisiko. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan vol. 12, 2009; 154-162.
2. Saing J H, Hipertensi pada remaja. Sari Pediatri vol. 6, No.4, Mar 2005: 159-165
3. World Health Organization. The World Health Report 2002: Risk to Health 2002.
Geneva: World Health Organization.
4. Thomas M. Habermann, Amit K. Ghosh. Mayo Clinic Internal Medicine Concise
Textbook. 1st edition. Canada: Mayo Foundation for Medical Education and
Research:2008.
5. James P A et al. 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure
in Adults Report From the Panel Members Appointed to the Eighth Joint National Committee
(JNC 8). JAMA. 2014;311(5):507-520.
6. Soenarta Ann Arieska, Konsensus Pengobatan Hipertensi. Jakarta: Perhimpunan
Hipertensi Indonesia (Perhi), 2005; 5-7.
7. Cowley AW Jr. The genetic dissection of essential hypertension. Nat Rev Genet. 2006
Nov;7(11):829–40. [PMID: 17033627]
8. Chobanian AV et al. The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the JNC 7
report. JAMA. 2003 May 21;289(19):2560–72.
9. Kotchen Theodore A. Hypertensive Vascular Disease. Harrison’s principles of
internal medicine 18th edition. New York: McGrawHill:2012:2042-2059.
10. McPhee, Stephen J, et al. Current Medical Diagnosis and Treatment 2014. New York:
McGrawHill: 2014
11. Norman M. Kaplan. Kaplan's Clinical Hypertension 9th edition. Philadelphia, USA:
Lippincott Williams & Wilkins:2006
12. Horacio J, Nicolaos E. Sodium and Potassium in the Pathogenesis of Hypertension. N
Engl J Med 2007;356:1966-78
13. Institute for Clinical Systems Improvement (ICSI). Hypertension Diagnosis and Treatment. Bloomington (MN): Institue for Clinical Systems Improvement (ICSI); 2008 October
14. 2003 World Health Organization (WHO)/International Society of Hypertension (ISH) statement on management of hypertension. J Hypertens 2003;21:1983-1992
1
2.11.4 Penanggulangan Hipertensi JNC 8
JNC 8 membentuk 9 rekomendasi yang dibahas secara rinci bersama dengan bukti
pendukung. Bukti diambil dari penelitian terkontrol secara acak (RCT) dan diklasifikasikan
menjadi 6 kekuatan rekomendasi:
A = Rekomendasi kuat, dari evidence base terdapat banyak bukti penting yang
menguntungkan
B = Rekomendasi sedang, dari evidence base terdapat bukti yang menguntungkan
C = Rekomendasi lemah, dari evidence base terdapat sedikit bukti yang
menguntungkan
D = Rekomendasi berlawanan, terbukti tidak menguntungkan dan merusak (harmful).
E = Opini ahli
N = Tidak direkomendasikan
Rekomendasi 1
Rekomendasi pertama yang dipublikasikan melalui JNC 8 ini terkait dengan target tekanan
darah pada populasi umum usia 60 tahun atau lebih. Berbeda dengan sebelumnya, target
tekanan darah pada populasi tersebut lebih tinggi yaitu tekanan darah sistolik kurang dari 150
mmHg serta tekanan darah diastolik kurang dari 90 mmHg. Rekomendasi A menjadi label
dari rekomendasi nomor 1 ini.
Apabila ternyata pasien sudah mencapai tekanan darah yang lebih rendah, seperti misalnya
tekanan darah sistolik <140 mmHg (mengikuti JNC 7), selama tidak ada efek samping pada
kesehatan pasien atau kualitas hidup, terapi tidak perlu diubah.
Ini didasarkan bahwa pada beberapa RCT didapatkan bahwa dengan melakukan terapi
dengan tekanan darah sistolik <150/90 mmHg sudah terjadi penurunan kejadian stroke, gagal
jantung, dan penyakit jantung koroner. Ditambah dengan penemuan bahwa dengan
menerapkan target tekanan darah <140 mmHg pada usia tersebut tidak didapatkan manfaat
tambahan dibandingkan dengan kelompok dengan target tekanan darah sistolik yang lebih
tinggi. Namun, terdapat beberapa anggota komite JNC yang tepat menyarankan untuk
menggunakan target JNC 7 (<140 mmHg) berdasarkan opini ahli terutama pada pasien
dengan faktor risiko multipel, pasien dengan penyakit kardiovaskular termasuk stroke serta
orang kulit hitam. 4
2
Rekomendasi 2
Rekomendasi kedua dari JNC 8 adalah pada populasi umum yang lebih muda dari 60 tahun,
terapi farmakologi dimulai untuk menurunkan t<strong><span style="color:
#0000ff;">ekanan darah diastolik <90 mmHg.
Secara umum, target tekanan darah diastolic pada populasi ini tidak berbeda dengan populasi
yang lebih tua. Untuk golongan usia 30-59 tahun, terdapat rekomendasi A, sementara untuk
usia 18-29 tahun, terdapat expert opinion.
Terdapat bukti-bukti yang dianggap berkualitas dan kuat dari 5 percobaan tentang tekanan
darah diastolic yang dilakukan oleh HDFP, Hypertension-Stroke Cooperative, MRC, ANBP,
dan VA Cooperative. Dengan tekanan darah <90 mmHg, didapatkan penurunan kejadian
serebrovaskular, gagal jantung, serta angka kematian secara umum. Juga, didapatkan bukti
bahwa penatalaksanaan dengan target 80 mmHg atau lebih rendah tidak memberikan manfaat
yang lebih dibandingkan target 90 mmHg.
Pada populasi lebih muda dari 30 tahun, belum ada RCT yang memadai. Namun,
disimpulkan bahwa target untuk populasi tersebut mestinya sama dengan usia 30-59 tahun. 4
Rekomendasi 3
Rekomendasi ketiga dari JNC adalah pada populasi umum yang lebih muda dari 60 tahun,
terapi farmakologi dimulai untuk menurunkan tekanan darah sistolik <140 mmHg.
Rekomendasi ini berdasarkan pada expert opinion. RCT terbaru mengenai populasi ini serta
target tekanan darahnya dianggap masih kurang memadai. Oleh karena itu, panelist tetap
merekomendasikan standar yang sudah dipakai sebelumnya pada JNC 7. Selain itu, tidak ada
alasan yang dirasakan membuat standar tersebut perlu diganti.
Alasan berikutnya terkait dengan penelitian tentang tekanan darah diastolic yang digunakan
pada rekomendasi 2 yang mana didapatkan bahwa pasien yang mendapatkan tekanan darah
kurang dari 90 mmHg juga mengalami penurunan tekanan darah sistolik kurang dari 140
mmHg. Sulit untuk menentukan bahwa benefit yang terjadi pada penelitian tersebut
disebabkan oleh penurunan tekanan darah sistolik, diastolic atau keduanya. Tentunya dengan
mengkombinasikan rekomendasi 2 dan 3, manfaat yang didapatkan seperti pada penelitian
tersebut juga diharapkan mampu digapai. 4
3
Rekomendasi 4
Rekomendasi 4 dikhususkan untuk populasi penderita tekanan darah tinggi dengan
<strong>chronic kidney disease (CKD). Populasi usia 18 tahun atau lebih dengan CKD perlu
diinisiasi terapi hipertensi untuk mendapatkan target tekanan darah sistolik kurang dari 140
mmHg serta diastolik kurang dari 90 mmHg. Rekomendasi ini merupakan expert opinion.
RCT yang digunakan untuk mendukung rekomendasi ini melibatkan populasi usia kurang
dari 70 tahun dengan eGFR atau measured GFR kurang dari 60 mL/min/1.73 m2 dan pada
orang dengan albuminuria (lebih dari 30 mg albumin/g kreatinin) pada berbagai level GFR
maupun usia.
Perlu diperhatikan bahwa setelah kita mengetahui data usia pasien, pada pasien lebih dari 60
tahun kita perlu menentukan status fungsi ginjal. Jika tidak ada CKD, target tekanan darah
sistolik yang digunakan adalah 150/90 mmHg sementara jika ada CKD, targetnya lebih
rendah, yaitu 140/90 mmHg. 4
Rekomendasi 5
Pada pasien usia 18 tahun atau lebih dengan diabetes, inisiasi terapi dimulai untuk
menurunkan tekanan darah sistolik kurang dari 140 mmHg dan diastolic kurang dari 90
mmHg. Rekomendasi ini merupakan expert opinion. Target tekanan darah ini lebih tinggi
dari guideline sebelumnya, yaitu tekanan darah sistolik <130 mmHg serta diastolic <85
mmHg. 4
Rekomendasi 6
Pada populasi umum non kulit hitam (negro), termasuk pasien dengan diabetes, terapi
antihipertensi inisial sebaiknya menyertakan diuretic thiazid, Calcium channel blocker
(CCB), Angiotensin-converting Enzyme Inhibitor (ACEI) atau Angiotensin Receptor Blocker
(ARB). Rekomendasi ini merupakan rekomendasi B.
Masing-masing kelas obat tersebut direkomendasikan karena memberikan efek yang dapat
dibandingkan terkait angka kematian secara umum, fungsi kardiovaskular, serebrovaskular
dan outcome ginjal, kecuali gagal jantung. Terapi inisiasi dengan diuretic thiazid lebih efektif
dibandingkan CCB atau ACEI, dan ACEI lebih efektif dibandingkan CCB dalam
meningkatkan outcome pada gagal jantung. Jadi pada kasus selain gagal jantung kita dapat
memilih salah satu dari golongan obat tersebut, tetapi pada gagal jantung sebaiknya thiazid
yang dipilih.
4
Beta blocker tidak direkomendasikan untuk terapi inisial hipertensi karena penggunaan beta
blocker memberikan kejadian yang lebih tinggi pada kematian akibat penyakit
kardiovaskular, infark miokard, atau stroke dibandingkan dengan ARB.
Sementara itu, alpha blocker tidak direkomendasikan karena justru golongan obat tersebut
memberikan kejadian cerebrovaskular, gagal jantung dan outcome kardiovaskular yang lebih
jelek dibandingkan dengan penggunaan diuretic sebagai terapi inisiasi. 4
Rekomendasi 7
Pada populasi kulit hitam, termasuk mereka dengan diabetes, terapi inisial hipertensi
sebaiknya menggunakan diuretic tipe thiazide atau CCB. Pada populasi ini, ARB dan ACEI
tidak direkomendasikan. Rekomendasi untuk populasi kulit hitam adalah rekomendasi B
sedangkan populasi kulit hitam dengan diabetes adalah rekomendasi C.
Pada studi yang digunakan, didapatkan bahwa penggunaan diuretic thiazide memberikan
perbaikan yang lebih tinggi pada kejadian cerebrovaskular, gagal jantung dan outcome
kardiovaskular yang dikombinasi dibandingkan ACEI. Sementara itu, meski CCB lebih
kurang dibandingkan diuretic dalam mencegah gagal jantung, tetapi outcome lain tidak
terlalu berbeda dibandingkan dengan diuretik thiazide.
CCB juga lebih direkomendasikan dibandingkan ACEI karena ternyata didapatkan hasil
bahwa pada pasien kulit hitam memiliki 51% kejadian lebih tinggi mengalami stroke pada
penggunaan ACEI sebagai terapi inisial dibandingkan dengan penggunaan CCB. Selain itu,
pada populasi kulit hitam, ACEI juga memberikan efek penurunan tekanan darah yang
kurang efektif dibandingkan CCB. 4
Rekomendasi 8
Pada populasi berusia 18 tahun atau lebih dengan CKD dan hipertensi, ACEI atau ARB
sebaiknya digunakan dalam terapi inisial atau terapi tambahan untuk meningkatkan outcome
pada ginjal. Hal ini berlaku pada semua pasien CKD dalam semua ras maupun status
diabetes.
Pasien CKD, dengan atau tanpa proteinuria mendapatkan outcome ginjal yang lebih baik
dengan penggunaan ACEI atau ARB. Sementara itu, pada pasien kulit hitam dengan CKD,
terutama yang mengalami proteinuria, ACEI atau ARB tetap direkomendasikan karena
adanya kemungkinan untuk progresif menjadi ESRD (end stage renal disease). Sementara
jika tidak ada proteinuria, pilihan terapi inisial masih belum jelas antara thiazide, ARB, ACEI
5
atau CCB. Jadi, bisa dipilih salah satunya. Jika ACEI atau ARB tidak digunakan dalam terapi
inisial, obat tersebut juga bisa digunakan sebagai terapi tambahan atau terapi kombinasi.
Penggunaan ACEI dan ARB secara umum dapat meningkatkan kadar kreatinin serum dan
mungkin menghasilkan efek metabolic seperti hiperkalemia, terutama pada mereka dengan
fungsi ginjal yang sudah menurun. Peningkatan kadar kreatinin dan potassium tidak selalu
membutuhkan penyesuaian terapi. Namun, kita perlu memantau kadar elektrolit dan kreatinin
yang mana pada beberapa kasus perlu mendapatkan penurunan dosis atau penghentian obat. 4
Rekomendasi 9
Rekomendasi 9 ini termasuk dalam rekomendasi E atau expert opinion. Rekomendasi 9 dari
JNC 8 mengarahkan kita untuk melakukan penyesuaian apabila terapi inisial yang diberikan
belum memberikan target tekanan darah yang diharapkan. Jangka waktu yang menjadi
patokan awal adalah satu bulan, Jika dalam satu bulan target tekanan darah belum tercapai,
kita dapat memilih antara meningkatkan dosis obat pertama atau menambahkan obat lain
sebagai terapi kombinasi. Obat yang digunakan sesuai dengan rekomendasi yaitu thiazide,
ACEI, ARB atau CCB. Namun, ARB dan ACEI sebaiknya tidak dikombinasikan. Jika
dengan dua obat belum berhasil, kita dapat memberikan obat ketiga secara titrasi. Pada
masing-masing tahap kita perlu terus memantai perkembangan tekanan darahnya serta
bagaimana terapi dijalankan, termasuk kepatuhan pasien. Jika perlu lebih dari tiga obat atau
obat yang direkomendasikan tersebut tidak dapat diberikan, kita bisa menggunakan
antihipertensi golongan lain. 4
6
2.11.4 Obat-obat Antihipertensi
Penanggulangan hipertensi dengan obat dilakukan bila dengan perubahan gaya hidup tekanan
darah belum mencapai target (>140/90 mmHg) atau > 130/80 mmHg pada diabetes atau
penyakit ginjal kronik. Pemilihan berdasarkan ada/tidaknya indikasi khusus. Bila tidak ada
indikasi khusus pilihan obat juga tergantung pada derajat hipertensi.7
Sesudah pemakaian obat antihipertensi, pasien harus melakukan follow-up dan pengaturan
dosis obat setiap bulannya atau sesudah target tekanan darah tercapai. Serum kalium dan
kreatinin harus di monitor setidaknya satu sampai dua kali per tahun. Sesudah target tekanan
darah tercapai, follow-up dapat 3-6 bulan sekali.7
Gambar 4 Algoritma Penanggulangan Hipertensi7
7
Modifikasi Gaya Hidup
Obat hipertensi inisial
Dengan indikasi khusus
Obat-obatan untuk indikasi khusus
tersebut ditambah obat antihipertensi
(diuretic, ACEI, BB, CCB)
Tanpa indikasi
Hipertensi tingkat I(sistolik 140-159
mmHg atau diastolick90-99 mHg)
Diuretik golongan tiazid. Dapat
dipertimbangkan pemebrian ACEI, BB, CCB atau kombinasi
Hipertensi tingkat II(sistolik > 160 mmHg
atau diastolik > 100 mHg)
Kombinasi dua obat. Biasanya diuretic
dengan ACEI atau BB atau CCB
Target tekanan darah
Optimalkan dosis obat atau berikan tambahan obat
Tabel 6 Pilihan obat pada Indikasi Khusus7
Indikasi Khusus Diuretik B Blocker ACEI ARB CCB AntialdosteronGagal Jantung + + + + +
Pasca MCI + +Risiko tinggi
PJK+ + +
Diabetes Mellitus + + + + +Penyakit ginjal
kronik+ + +
Cegah stoke berulang
+ +
2.12 Pengobatan pada Indikasi Khusus
2.12.1 Penyakit jantung IskemikPenyakit jantung iskemik merupakan kerusakan organ target yang paling sering ditemukan
pada pasien dengan hipertensi. Pada hipertensi dengan angina pectoris stabil obat pilihan
pertama b-blocker dan sebagai alternative calcium channel blocker (CCB). Pada pasien
dengan sindroma koroner akut (angina pectoris tidak stabil atau infark miokard), pengobatan
hipertensi dimulai dengan BB dan ACEI dan kemudian dapat ditambahkan anti hipertensi
lain bila diperlukan. Pada pasien pasca infark miokard, ACEI, BB, dan antagonis aldosteron
terbukti sangat mengutungkan tanpa melupakan penatalaksaan profil lipid yang intensif dan
penggunaan aspirin.7
2.12.2 Gagal JantungGagal Jantung dalam bentuk disfungsi ventrikel sistolik dan diastolic terutama disebabkan
oleh hipertensi dan penyakit jantung iskemik. Sehingga penatalaksaan hipertensi dan profil
lipid yang agresif merupakan upaya terjadinya gagal jantung. Pada pasien asimptomatik
dengan terbukti disfungsi ventrikel rekomendasinya adalah ACEI dan BB. Pada pasien
8
Optimalkan dosis obat atau berikan tambahan obat
simptomatik dengan disfungsi ventrikel atau penyakit jantung “end stage” direkomendasikan
untuk menggunakan ACEI, BB dan ARB bersama dengan pemberian diuretik “loop”.7
2.12.3 Penyakit Arteri Perifer
Kelas IPemberian antihipertensi pada PAP ekstrimitas inferior dengan tujuan untuk mencapai target
tekanan darah <140/90 mmHg atau target tekanan darah < 130/80 mmHg (untuk diabetes).
BB merupakan agen hipertensi yang efektif dan tidak merupakan kontraindikasi untuk pasien
hipertensi dengan PAP.7
Kelas IIaPenggunaan ACEI pada pasien simptomatik PAP ekstrimitas bawah beralasan untuk
menurunkan kejadian kardiovaskular.7
Kelas IIbPenggunaan ACEI pada pasien asimptomatik PAP ekstrimitas bawah dapat dipertimbangkan
untuk menurunkan kejadian kardiovaskular. Antihipertensi dapat menurunkan perfusi tungkai
dan berpotensi mengeksaserbasi klaudikasio ataupun iskemia tungkai kronis. Kemungkinan
tersebut harus diperhatikan saat memberikan antihipertensi. Namun sebagian besar pasien
dapat mentoleransi terapi hipertensi tanpa memperburuk symptom PAP dan penanggulangan
sesuai pedoman diperlukan untuk tujuan menurnkan risiko kejadian kardiovaskular.7
2.12.4 Gangguan Fungsi Ginjal
Hipertensi dengan gangguan fungsi ginjalPada keadaan ini penting diketahui derajat gangguan fungsi ginjal ( CCT, kreatinin) dan
derajat proteinuri. PAda CCT < 25 ml/menit diuretic golongan thiazid (kecuali metolazon)
tidak efektif. Pemakaian golongan ACEI/ ARB perlu memperhatikan penurunan fungsi ginjal
dan kadar kalium. Pemakaian golongan BB dan CCB relative aman.7
Hipertensi akibat gangguan ginjal/ adrenalPada gagal ginjal terjadi penumpukan garam yang membutuhkan penurunan asupan
garam/diuretic golongan furosemid/diaslisis. Penyakit ginjal renovaskuler baik stenosis arteri
renalis maupun aterosklerosis renal dapat ditanggulangi secara intervensi (stening/opererasi)
ataupun medical (pemakaian ACEI dan ARB tidak dianjurkan bila diperlukan terapi obat).
Aldosteronisme primer (baik adenoma maupun hyperplasia kelenjar adrenal) dapat
ditanggulangi secara medical (dengan obat antialdosteron) ataupun intervensi. DIsamping
9
hipertensi, derajat proteinuri ikut menentukan progresi gangguan fungsi ginjal, sehingga
proteinuri perlu ditanggulangi secara maksimal dengan pemberian ACEI/ARB dan CCB
golongan non hdihidropiridin. Pedoman pengobatan hipertensi dengan gangguan fungsi
ginjal: (1) tekanan darah diturunkan sampai <130/80 mmHg (untuk mencegah progresi
gangguan fungsi ginjal). (2) bila ada proteinuria dipakai ACEI/ARB (sepanjang tak ada
kontraindikasi).(3)bila proteinuria > 1g/24 jam tekanan darah diusahakan lebih rendah ( ≤
125/75 mmHg).(4)perlu diperhatikan untuk perubahan fungsi ginjal pada pemakaian
ACEI/ARB (kreatinin tidak boleh naik > 20%) dan kadar kalium (hiperkalemia).7
2.12.5 Usia LanjutPengobatan dimulai jika: (1) tekanan sistolik ≥ 160 mmHg bila kondisi harapan hidup baik.
(2) Tekanan sistolik ≥ 140 bila disertai DM atau merokok atau disertai factor risiko lainya.
Obat-obat yang biasanya dipakai meliputi diuretic (HCT) 12,5 mg, terbukti mencegah
komplikasi terjadinya penyakit jantung kongestif. Keuntunganya murah dan dapat mencegah
kehilangan kalsium tulang. Target tekanan sistolik < 140 mmHg dan target tekanan diastolic
sekitar 85-90 mmHg.7
2.12.6 Stroke Iskemik AkutTidak direkomendasikan terapi hipertensi pada stroke iskemik akut, kecuali terdapat
hipertensi berat dan menetap yaitu > 220 mmHg atau diastolik > 120 mmHg dengan tanda-
tanda ensefalopati atau disertai kerusakan target organ lain.7
2.12.7 Stroke Hemoragik Akut Bila tekanan darah sistolik > 230 mmHg atau tekanan darah sistolik > 140 mmHg: berikan
nicardipin/ diltiazem/nimodipin drip dan dititrasi dosisnya sampai dengan tekanan darah
sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolic 90 mmHg.7
2.12.8 DiabetesIndikasi pengobatan jika tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg dan atau tekanan diastolik ≥ 80
mmHg. Sasaran target penurunan tekanan darah: (1) tekanan darah < 130/80 mmHg. (2) bila
disertai proteinuria ≥ 1 g/24 jam, target ≤ 125/75 mmHg.7
10