development factors of shipping industry special zone to

11
Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 141-151 Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 141 Development Factors of Shipping Industry Special Zone to Support Regional Innovation System Eko Budi Santoso, Ummi Fadlilah Kurniawati, Ajeng Nugrahaning Dewanti Urban and Regional Planning, Faculty of Civil Engineering and Planning, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia. Telephone +62-31 5922425, E-mail: [email protected], [email protected] Abstract The central government has established the industry road map through MP3EI to support the shipbuilding industry. The region of Surabaya, Gresik, Lamongan and Tuban areas will be developed as the national shipping industry. The purpose of this study is to formulate the shipbuilding industry development cooperation to support the development of regional innovation systems. The goal and objectives are to identify the type of support the shipbuilding industry in Lamongan, to obtain a general picture of the existing condition of shipbuilding industries and the subsequent descriptive analysis to identify factors that influence the development of the shipbuilding industry. The method is using a theoretical review of the literature and the descriptive analysis of the results of depth interviews with stakeholders in Lamongan. The results of this study are the factors that influence the development of the shipbuilding industry. Keywords: industrial zone, shipping industry, regional innovation systems, regional development JEL Classification: L62, P52 Faktor-faktor Pengembangan Kawasan Khusus Industri Perkapalan untuk Mendukung Sistem Inovasi Daerah Abstrak Setiap pemerintah pusat telah menetapkan peta jalan industri dalam MP3EI untuk mendukung industri perkapalan. Wilayah Surabaya, Gresik, Lamongan dan Tuban akan dijadikan kawasan industri perkapalan nasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan kerjasama pengembangan industri perkapalan dalam mendukung pengembangan sistem inovasi daerah. Sasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan adalah mengidentifikasi jenis industri pendukung perkapalan di Kabupaten Lamongan untuk memperoleh gambaran umum mengenai kondisi industri eksisting dan selanjutnya analisis deskriptif untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan industri perkapalan. Metode yang digunakan adalah review literature dan analisis deskriptif dari hasil wawancara mendalam terhadap pemangku kepentingan di Kabupaten Lamongan. Hasil dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan industri perkapalan. Kata Kunci: kawasan industri, industri perkapalan, sistem inovasi daerah, pembangunan wilayah JEL Classification: L62, P52 1. Pendahuluan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pemba- ngunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupa- kan terobosan pembangunan ekonomi yang berbasis kewilayahan. MP3EI diarahkan dapat mewujudkan target pertumbuhan ekonomi dalam jangka waktu 25 tahun mencapai 8 - 9 % melalui peningkatan PDRB yang singifikan. Untuk mencapai hal tersebut MP3EI memiliki 3 strategi unggulan yaitu: (1) Pembangunan Potensi Ekonomi Melalui Koridor Ekonomi, (2)

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Development Factors of Shipping Industry Special Zone to

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 141-151

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 141

Development Factors of Shipping Industry Special Zone toSupport Regional Innovation System

Eko Budi Santoso, Ummi Fadlilah Kurniawati, Ajeng Nugrahaning DewantiUrban and Regional Planning, Faculty of Civil Engineering and Planning, InstitutTeknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia.

Telephone +62-31 5922425, E-mail: [email protected], [email protected]

AbstractThe central government has established the industry road map through MP3EI to support theshipbuilding industry. The region of Surabaya, Gresik, Lamongan and Tuban areas will bedeveloped as the national shipping industry. The purpose of this study is to formulate theshipbuilding industry development cooperation to support the development of regional innovationsystems. The goal and objectives are to identify the type of support the shipbuilding industry inLamongan, to obtain a general picture of the existing condition of shipbuilding industries and thesubsequent descriptive analysis to identify factors that influence the development of theshipbuilding industry. The method is using a theoretical review of the literature and the descriptiveanalysis of the results of depth interviews with stakeholders in Lamongan. The results of this studyare the factors that influence the development of the shipbuilding industry.Keywords: industrial zone, shipping industry, regional innovation systems, regional developmentJEL Classification: L62, P52

Faktor-faktor Pengembangan Kawasan Khusus IndustriPerkapalan untuk Mendukung Sistem Inovasi Daerah

AbstrakSetiap pemerintah pusat telah menetapkan peta jalan industri dalam MP3EI untuk mendukungindustri perkapalan. Wilayah Surabaya, Gresik, Lamongan dan Tuban akan dijadikan kawasanindustri perkapalan nasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan kerjasamapengembangan industri perkapalan dalam mendukung pengembangan sistem inovasi daerah.Sasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan adalah mengidentifikasi jenis industri pendukungperkapalan di Kabupaten Lamongan untuk memperoleh gambaran umum mengenai kondisiindustri eksisting dan selanjutnya analisis deskriptif untuk mengidentifikasi faktor-faktor yangmempengaruhi pengembangan industri perkapalan. Metode yang digunakan adalah reviewliterature dan analisis deskriptif dari hasil wawancara mendalam terhadap pemangku kepentingandi Kabupaten Lamongan. Hasil dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhipengembangan industri perkapalan.Kata Kunci: kawasan industri, industri perkapalan, sistem inovasi daerah, pembangunan wilayahJEL Classification: L62, P52

1. PendahuluanMasterplan Percepatan dan Perluasan Pemba-ngunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupa-kan terobosan pembangunan ekonomi yangberbasis kewilayahan. MP3EI diarahkan dapat

mewujudkan target pertumbuhan ekonomidalam jangka waktu 25 tahun mencapai 8 - 9 %melalui peningkatan PDRB yang singifikan.Untuk mencapai hal tersebut MP3EI memiliki3 strategi unggulan yaitu: (1) PembangunanPotensi Ekonomi Melalui Koridor Ekonomi, (2)

Page 2: Development Factors of Shipping Industry Special Zone to

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 141-151

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081142

Penguatan Konektivitas Nasional, (3) Penguat-an Kemampuan SDM (Kemenko BidangPerekonomian, 2011). Menurut MP3EI (2011)koridor ekonomi Jawa salah satunya difokus-kan untuk industri perkapalan melalui strategi(1) Peningkatan kapasitas dan kemampuanindustri perkapalan; (2) Pengembangan indus-tri pendukung perkapalan (komponen perka-palan). Pemerintah telah menetapkan kawasanklaster industri perkapalan di Jawa Timuryang mencakup wilayah Surabaya, Gresik,Lamongan dan Tuban sebagai kawasan khususindustri perkapalan.

Pengembangan industri perkapalan me-merlukan inovasi teknologi agar mampubersaing dengan kawasan lain seperti Batam,Jakarta, Balikpapan dan kawasan di luarnegeri seperti China. Telaah konsep maupunbeberapa bukti empiris pengalaman praktikmereka yang berhasil menunjukkan bahwadaya saing dan kohesi sosial suatu negara,daerah atau masyarakat sangat dipengaruhioleh perkembangan “sistem inovasi” negara,daerah atau masyarakat yang bersangkutan.Dinamika sistem inovasi menunjukkan bagai-mana suatu bangsa mampu menguasai,memanfaatkan dan mengembangkan pengeta-huan, berinovasi dan mendifusikan inovasitersebut, serta berproses dalam pembelajarandan beradaptasi terhadap beragam perubahan.Pentingnya jaringan pengetahuan dan kolabo-rasi serta perannya dalam menciptakankemakmuran ekonomi dan inovasi untukmendeteksi mekanisme tanggung jawab dalampembentukan, pengembangan dan perubahanjaringan, klaster dan sistem inovasi daerah(Brenner et al., 2011).

Pemilihan wilayah Surabaya, Gresik,Lamongan dan Tuban sebagai klaster industriperkapalan tidak lepas dari pertimbanganadanya konsentrasi secara geografis dari bisnisperkapalan, pelabuhan, sistem logistik, danuniversitas yang terdapat di wilayah ini.Kebijakan inovasi di banyak negara mengakuipentingnya sistem inovasi berbasis tempat(lokasi), di mana masing-masing pihak (univer-sitas dan bisnis) mampu mengelola jaringan,memfasilitasi kolaborasi, mengembangkanarah bersama dan bertindak sebagai 'pintu'regional untuk sistem yang lebih luas

(Kilpatrick, and Wilson, 2013). Sehinggakemampuan organisasi perantara untuk mele-wati batas antara menghasilkan pengetahuandan menginovasi entitas adalah kunci untukkohesi dan operasi yang efektif dari sisteminovasi daerah. Menurut Jenssen (2003), bisnisperkapalan harus meningkatkan keterampilandan kompetensi mereka dalam interaksi yangkuat antara organisasi di dalam maupun diluar klaster maritim, agar dapat meningkat-kan kemampuan totalnya dan inovasi, sertamenciptakan keunggulan kompetitif yang khasyang sulit ditiru.

Pembangunan klaster industri perkapalansetidaknya mencakup keterkaitan industrihulu, industri antara, dan industri hilirnya.Industri hulu merupakan industri yangmenghasilkan produk yang dibutuhkan olehindustri perkapalan. Produk tersebut adalahferro/baja, non ferrous yaitu aluminium dankuningan, fiber glass, kayu, karet, plastik,kaca, tekstil, marine paint, welding electrode,dan cathodic protection. Industri antaramerupakan industri komponen kapal yangterdiri dari mesin penggerak, mesin geladak,electrical machineries, peralatan navigasi dantelekomunikasi dan peralatan lainnya. Kelom-pok industri ini merupakan pembinaan darisektor industri lainnya sehingga dibutuhkankerjasama untuk pengembangan industrikomponen, diharapkan pengembangan industrikomponen kapal dapat dilaksanakan secaraterintegrasi dengan sektor industri lainnyaseperti industri elektronik, industri telematikadan industri alat transportasi darat dankedirgantaraan dalam rangka pemanfaatanutilitas dan diversifikasi produk (DisperinJatim, 2010). Industri hilir terdiri dari industriperkapalan yang di dalamnya termasuk indus-tri bangunan lepas pantai

Industri perkapalan nasional mampumenghasilkan kapal dengan ukuran 50.000DWT. Jenis kapal yang mampu diproduksigalangan kapal nasional adalah: kapal tanker,kapal kargo, kontainer, kapal curah, kapalikan, kapal penumpang, kapal ferry, kapalperang, kapal khusus dan kapal tunda.Kapasitas produksi galangan Indonesia masihjauh di bawah Korea Selatan, Cina, danJepang yang merupakan 3 besar dunia dalam

Page 3: Development Factors of Shipping Industry Special Zone to

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 141-151

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 143

kurun waktu 5 tahun terakhir ini. Industrigalangan kapal nasional perlu lebih reaktif didalam memenuhi kebutuhan penyediaanpangsa bangunan kapal baru hingga periode2020 sesuai dengan target pencapaian asassabotage dalam negeri. Salah satu faktorkrusial yang segera harus ditangani adalahkebutuhan pengembangan fasilitas bangunanbaru yang saat ini masih relatif terbatas.Waktu tunggu pembangunan kapal (time tobuild) di galangan kapal utama Indonesia rata-rata sudah mencapai angka 5 bulan. Hal inidibuktikan dengan fakta empiris masihrendahnya pemanfaatan galangan kapalnasional oleh pemilik kapal nasional yaituhanya 14%. Mereka justru lebih memilihmelaksanakan pembangunan kapal-kapalbarunya di sejumlah galangan kapal luarnegeri (Deperin, 2009).

Faktor kelemahan utama galangan kapalnasional bukanlah pada variabel time todeliver, biaya (harga) ataupun kinerja yangsebenarnya secara regional galangan kitarelatif kompetitif. Yang paling kritis adalahkebutuhan pengembangan dan investasi fasi-litas produksi yang perlu diperhatikan denganserius. Utilitas galangan kapal utama Indone-sia telah mencapai angka rata-rata 70%,konsekuensi adalah memperkecil optimasiperformansi produksi bangunan baru di tahun-tahun mendatang di lokasi galangan utamatersebut. Potensi pengembangan industri per-kapalan sangat besar antara lain ketersediaanindustri penunjang yang menopang pengem-bangan industri perkapalan antara lain indus-tri besi, baja, logam, fiber glass, cat, kawat las,permesinan, dan jasa rancang bangun; infra-struktur dan fasilitas pelabuhan yang terusberkembang; riset dan pengembangan.

Industri galangan kapal merupakanindustri induk dari industri pendukung,dimana industri ini akan menarik industri lainuntuk berkembang. Industri galangan kapalmempunyai peluang investasi yang besarmengingat tingginya tingkat defisit kapasitasuntuk kegiatan reparasi armada niaga nasio-nal serta pembangunan kapal baru. Dalampembangunan sebuah kapal, biaya yangdikeluarkan sebesar 50-70 persen untukmembeli bahan baku peralatan. Kondisi ini

akan memberikan efek pengganda yang besarkepada proses industrialisasi dalam suatunegara. Industri galangan merupakan industripadat karya yang mampu menciptakanlapangan kerja cukup besar dan dengan nilaitambah yang cukup tinggi. Menurut Shinohara(2010), pentingnya kebijakan pemerintahuntuk mendukung pembentukan klaster mari-tim, yang dilakukan melalui (1) pada tahapawal pembentukan klaster, dukungan peme-rintah yang kuat untuk pembentukan inku-bator industri; (2) jaringan usaha, terutamahubungan jangka panjang antara perusahaandan dukungan dari lembaga keuangan, dan (3)manajemen sumber daya manusia dalamjangka panjang.

Dalam rangka meningkatkan daya saingindustri pembuatan atau perbaikan kapal didalam negeri,pemerintah memberikan insentiffiskal berupa Bea Masuk ditanggung Pemerin-tah atas impor barang dan bahan oleh industripembuatan dan/atau perbaikan kapal sesuaidengan ketentuan Menteri Keuangan No 109/PMK.011/2011. Di sisi lain pemerintah sebe-narnya telah memberikan fasilitasi untukmendorong pengembangan industri perka-palan. Beberapa bentuk dukungan pemerintahyang sudah diberikan, antara lain pendirianPusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional(National Ship Design and Engineering Center-NaSDEC), pembangunan kawasan industriperkapalan terpadu, dan dukungan penggu-naan hasil produksi dalam negeri.

Industri galangan kapal berpotensi untukdikembangkan terkait tingginya kapasitasbangunan baru yang menggambarkan tinggi-nya kebutuhan industri galangan kapal terha-dap bahan baku pembuatan kapal. MenurutWindyandari (2008), pada saat ini terdapatempat galangan kapal dalam negeri yangmempunyai kapabilitas yang tidak kalahdengan galangan kapal asing yaitu PT(Persero) Dok dan Perkapalan Kodja Bahari,PT (Persero) PAL, PT (Persero) Dok &Perkapalan Surabaya dan PT Jasa MarinaIndah, apabila dibina secara terfokus dapatmenjadi industri inti bagi pengembanganindustri galangan kapal dalam negeri.

Untuk mengembangkan industri galangankapal memerlukan dukungan instansi terkait

Page 4: Development Factors of Shipping Industry Special Zone to

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 141-151

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081144

baik swasta maupun pemerintah yang terkoor-dinasi, khususnya dalam meningkatkan dayasaing industri. Menurut Pekkarinen danHarmaakorpi (2006), meningkatkan kemam-puan inovatif merupakan faktor penting dalammembangun keunggulan kompetitif daerahdengan paradigma tekno-ekonomi saat ini, dimana kemampuan inovasi daerah dibentukoleh kemampuan inovasi aktor-aktor daerahdan kerjasamanya dalam proses inovasi.Inovasi bukan proses yang terisolasi dariperusahaan, melainkan sebuah proses kola-boratif yang kompleks, interaktif, dan sistemikyang terdiri dari penangkapan, penciptaan,dan difusi pengetahuan melalui array bergan-da dan aktor-aktor tertentu (da Silva Monteiroet al, 2014). Dengan demikian proses inovasiini diharapkan mampu meningkatkan dayasaing industri galangan kapal melalui inter-aksi dan kolaborasi antaraktor yang terkait.

Tujuan dari penelitian ini adalah untukmerumuskan strategi pengembangan industriperkapalan dalam mendukung pengembangansistem inovasi daerah berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh. Sasaran yangdigunakan untuk mencapai tujuan adalah (1)mengidentifikasi jenis industri pendukungperkapalan di Kabupaten Lamongan, (2) untukmemperoleh gambaran umum mengenaikondisi industri eksisting, dan (3) mengiden-tifikasi faktor-faktor yang mempengaruhipengembangan industri perkapalan.

2. Metode PenelitianMetode yang digunakan adalah review literaturuntuk menentukan variabel penelitian danselanjutnya dilakukan analisis deskriptif darihasil wawancara mendalam terhadap pemang-ku kepentingan di Kabupaten Lamongan.Untuk mengetahui tingkat kepentingan darifaktor-faktor yang mempengaruhi pengem-bangan industri perkapalan di Lamongandigunakan skala Linkert (1-5). Adapun faktor-faktor yang akan dianalisis meliputi: (1)sarana dan prasarana transportasi, (2) utilitas,(3) kebijakan pemerintah, (4) kerjasamapengembangan, dan (5) pelabuhan. Respondendipilih menggunakan teknik purposive samplingterhadap pemangku kepentingan yang terkaitdengan pengembangan industri perkapalan diKabupaten Lamongan.

3. Hasil dan PembahasanINSA (Indonesia National Shipowners Asso-ciation) mencatat berdasarkan data Kemen-terian Perhubungan, hingga September 2011,jumlah kapal niaga nasional mencapai 10.884unit dengan kebutuhan kapasitas reparasimencapai 17 juta dead weight tonnage (DWT),sedangkan kapasitas yang tersedia untukreparasi hanya 9,5 juta DWT. Untuk reparasi,terjadi defisit hingga 7,5 juta DWT, sedangkanpembangunan kapal baru setiap tahun rata-rata terjadi penambahan kapal hingga 700-1.000 unit. Tingginya defisit kapasitas galang-an untuk reparasi kapal menunjukkan potensiinvestasi yang besar pada sektor ini. Di JawaTimur sudah ada 27 perusahaan perkapalan.Dua industri perkapalan terbesar di Indonesiaada di Surabaya yakni PT PAL Indonesia sertaPT Dok dan Perkapalan Surabaya. Tentunyakalau ditambah galangan industri kapal diLamongan bisa menambah kontribusinya, baikuntuk Jawa Timur maupun nasional. Takhanya itu, di Jawa Timur juga terdapat bebera-pa industri yang terkait dengan industriperkapalan yaitu jumlah industri penggunakapal di Jawa Timur berjumlah 21 perusa-haan, yang sebagian besar adalah perusahaanpelayaran. Di Jawa Timur juga ada 39perusahaan yang bergerak dalam industriperkapalan rakyat.

Jenis industri perkapalan yang ada diKabupaten Lamongan terdiri dari industriperkapalan skala besar dan industri perka-palan skala kecil seperti IKM. Berdasarkan SKBupati Lamongan No. 188/46.1/ Kep/413.013/2009 tentang “Penetapan Kawasan IndustriMaritim di Pantai Utara Kabupaten Lamong-an” menyatakan bahwa kawasan sebelah utaraKabupaten Lamongan seluas ± 450 ha sebagaiKawasan Industri Maritim dan diperuntukkanbagi investasi pembangunan pelabuhan danindustri perkapalan. Kebutuhan kapal barudan reparasi kapal lama di daerah ini sangatbesar, menyusul telah ditetapkannya Kabupa-ten Lamongan dan sekitarnya oleh pemerintahsebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)industri maritim. Adapun untuk industri skalabesar terdapat 3 industri, antara lain:(1) PT. Dok Pantai Lamongan. Merupakanindustri perkapalan yang kegiatannya saat ini

Page 5: Development Factors of Shipping Industry Special Zone to

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 141-151

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 145

melakukan layanan perawatan dan perbaikankapal dalam skala regional. Untuk ke depan-nya apabila ketersediaan sarana prasaranasudah ada dan memadai bisa melakukankegiatan pembuatan kapal. Kegiatan yangdilakukan saat ini yaitu melakukan perbaikan/reparasi kapal-kapal dari perusahaan sendirimaupun perusahaan lain. PT Dok PantaiLamongan ini memiliki luas 30 Ha danberlokasi di Kecamatan Paciran.(2) PT. Lamongan Marine Industry (LMI).PT. Lamongan Marine Industri (LMI) merupa-kan industri perkapalan yang kegiatan utama-nya melakukan penanganan kapal-kapal besaruntuk kegiatan perawatan dan perbaikan(repair). Namun ke depan, PT. LMI diproyeksi-kan untuk menangani pembangunan kapalbaru dan penanganan kegiatan perawatan danperbaikan (repair) kapal-kapal tanker dankapal kargo ukuran besar. PT. Marine inimemiliki luas 40 Ha dan berlokasi di DesaSidokelar Kecamatan Paciran dengan garispantai lebih dari 800 meter dan kedalaman 10meter. Kondisi itu sangat memungkinkanuntuk mengembangkan fasilitas galangandengan target pasar kapal-kapal ukuranmenengah hingga kapal ukuran besar.(3) PT. Dok dan Perkapalan Surabaya(DPS). PT. Dok dan Perkapalan Surabayayang berpusat di Surabaya membangun indus-tri perkapalan yang berlokasi di KecamatanBrondong dengan luas 35 Ha. Kegiatan yangdilakukan adalah pembangunan kapal barudan perbaikan kapal. Galangan di KabupatenLamongan ini difokuskan untuk membangunkapal jenis tanker minyak dan gas. Namununtuk saat ini, industri perkapalan ini masihdalam tahap proses penyelesaian pembangun-an.

Ketiga industri perkapalan skala besartersebut yang sudah beroperasi hanya PT. DokPantai Lamongan dengan jenis kegiatanperbaikan dan reparasi armada kapal. Sedang-kan untuk 2 industri lainnya yaitu PT. LMIdan PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (DPS)masih dalam proses pembangunan. Sedangkanuntuk IKM Perkapalan sendiri, menurut datadari Dinas Koperasi, Industri dan Perdagang-an Kabupaten Lamongan sampai saat inimencapai 7 IKM.

Jumlah produksi kapal yang dihasilkanoleh 7 IKM perkapalan dalam setahun menca-pai 33 kapal dengan jumlah tenaga kerja yangterlibat sebanyak 140 orang.

Tabel 1. IKM Perkapalan di Kabupaten Lamongan

Sumber: Dinas Koperasi, Industri dan PerdaganganKabupaten Lamongan 2014.

Konsentrasi geografis kegiatan IKM per-kapalan difokuskan di Kecamatan Paciran,khususnya di Desa Kandangsemangkon, DesaKranji, dan Kelurahan Blimbing. Sedangkanuntuk daerah pemasaran industri perkapalanmasih terbatas untuk Kabupaten Lamongan.Menurut data di atas, rata-rata kapasitasnormal pembuatan kapal oleh IKM perkapalanyang ada di Kabupaten Lamongan adalah 33buah/tahun. Biasanya jenis kapal yang dipesanmerupakan jenis kapal jakung dengankapasitas 30-40 GT. Untuk wilayah pemesanankapal sebagian besar dari dalam KabupatenLamongan sendiri, namun juga ada beberapadaerah yang memesan seperti KabupatenTuban dan Provinsi Jawa Tengah.

Salah satu kekuatan pasar IKM perka-palan di Kabupaten Lamongan adalah terkaitdengan keberadaan sektor perikanan tangkapdi Kabupaten Lamongan yang memberikankontribusi sebagai penghasil perikanan tang-kap terbesar di Jawa Timur. KecamatanPaciran pada sektor perikanan tangkapmemiliki luas areal panjang pantai ±14,6 kmdengan lebar 4 mil laut dengan jumlah nelayanyang ada sebanyak 20.058 orang. Sedangkanjumlah armada/kapal penangkapan yangdigunakan sebanyak 3.390 unit dengan ber-

No. NamaPerusahaan

Pemilik Alamat JumlahTenagaKerja

KapasitasProduksi/Tahun

DaerahPemasaran

Kel. BlimbingKec. PaciranDs. Kandang-semangkonKec. PaciranDs. Kandang-semangkonKec. PaciranDs. Kandang-semangkonKec. PaciranDs. Kandang-semangkonKec. PaciranDs. Kandang-semangkonKec. PaciranDs. Kandang-semangkonKec. PaciranDs. KranjiKec. Paciran

7 UD. LimaJaya

Sudiro 20 5 buah/tahun

Lamongan

6 UD.BintangSamudra

Ainur Rofiq 25 5 buah/tahun

Lamongan

5 UD. SinarSamudra

H.Imron 20 5 buah/tahun

Lamongan

4 UD. BintangLaut

AbdulManab

25 5 buah/tahun

Lamongan

3 UD. Sendang-Kamulyan

H.Marjan 22 6 buah/tahun

Lamongan

2 UD. Barokah H.Sugiharto 12 3 buah/tahun

Lamongan

1 UD. Jembar H.Wachid 16 4 buah/tahun

Lamongan

Page 6: Development Factors of Shipping Industry Special Zone to

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 141-151

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081146

bagai jenis alat tangkap. Kondisi ini merupa-kan kekuatan dan peluang bagi IKM perka-palan sebagai pasar yang potensial untukpembuatan dan perbaikan kapal.

Kegiatan lain yang terdapat di KecamatanPaciran Kabupaten Lamongan adalah jasapendukung logistik untuk mendukung kegiat-an eksplorasi dan eksploitasi migas (minyakdan gas) di lepas pantai (off-shore). PT. LIS(Lamongan Integrated Shorebase) merupakansalah satu BUMD milik Provinsi Jawa Timurdan Kabupaten Lamongan dan kantornyaberada di Surabaya. Sedangkan yang ada diKabupaten Lamongan adalah PT. LS (Lamong-an Shorebase) yang merupakan operator dariPT. LIS. Kawasan Lamongan Shorebase diran-cang, dibangun dan dioperasikan oleh PTTimur Logistiks, menyediakan desain, memba-

ngun dan jasa operasi minyak dan gas lepaspantai. PT. LS bergerak di bidang jasapendukung logistik di bidang offshore bukan dibidang perkapalan. Selama ini perusahaanyang ditangani di PT. LS adalah perusahaanminyak yang daerah jangkauannya di utarapulau Jawa Timur dan utara Madura. Sebagaioperator fasilitas offshore, PT. LS ini melayanipelanggan terkait bidang offshore saja,sehingga tidak membutuhkan kapal karenaseluruh kegiatannya terkait servis alat beratdan servis pelayanan di bidang offshore.

Faktor kerjasama pengembangan industriperkapalan mempunyai tingkat kepentinganyang tinggi dalam rangka mendukung pengem-bangan industri perkapalan di KabupatenLamongan. Hal penting yang harus diperhati-kan dalam faktor kerjasama pengembangan

Tabel 2. Faktor-Faktor Pendukung Industri Perkapalan di Kabupaten Lamongan

Sumber: Hasil Analisis, 2014.

Page 7: Development Factors of Shipping Industry Special Zone to

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 141-151

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 147

adalah terkait dengan pengembangan industrikomponen pendukung industri perkapalan,serta keterkaitan dengan industri antara danindustri hilirnya. Kerjasama pengembanganindustri antara dan hilir sangat berpengaruhkarena dapat mendorong terjadinya efisiensidalam proses produksi kapal. Apabila tidakada koneksitas atau kerjasama antara industripenunjang dengan industri perkapalan makaharga kapal produksi dalam negeri akansemakin mahal akibat masih terbatasnyajumlah industri komponen kapal dan ketergan-tungan impor terhadap bahan dan komponenkapal. Selain itu, hal ini dapat mengintegra-sikan dengan kegiatan di sektor industrilainnya dalam pemanfaatan utilitas bersamadan diversifikasi produk. Adanya kerjasamatersebut dapat membentuk keunggulan kompe-titif yang berkelanjutan sehingga dapatmeningkatkan daya saing hasil produksi indus-tri perkapalan.

Faktor kebijakan pemerintah mempunyaitingkat kepentingan yang tinggi dalam mempe-ngaruhi pengembangan kawasan khususindustri perkapalan. Kebijakan terkait denganpenataan ruang melalui penetapan rencanatata ruang kawasan untuk mendukungpengembangan kawasan khusus industri per-kapalan. Adanya kepastian dalam penetapantata ruang kawasan memberikan kemudahanbagi pelaku usaha untuk melaksanaan pemba-ngunan, termasuk juga dalam pengurusanperijinan yang terkait. Adanya peran kebijak-an pemerintah dalam memberikan arahan tataruang, insentif dan disinsentif seperti keri-nganan/pengurangan pajak dan kemudahandalam perijinan pembangunan industri dapatmeningkatkan daya saing industri perkapalan.Adanya kepastian dan kesesuaian rencana tataruang akan berdampak kepada peningkataninvestasi di bidang industri perkapalan. Peranfaktor kebijakan pemerintah menjadi bagianpenting dalam menunjang iklim investasi didaerah, yang dapat menjadi daya tarikinvestasi.

Faktor ketersediaan utilitas menjadi fak-tor penting dalam mendukung pengembangankawasan industri perkapalan, khususnyadukungan penyediaan energi listrik dan airbersih. Ketersediaan energi listrik sangat

mendukung pengembangan industri perkapal-an. Keterbatasan pasokan energi listrik akanmempengaruhi kinerja proses produksi kapal.Jaringan listrik berfungsi sebagai infrastruk-tur utama dalam mendukung aktivitas didalam industri perkapalan. Saat ini kebutuhanlistrik yang ada di industri perkapalan sudahterpenuhi dari gardu Lamongan yang disedia-kan oleh PLN. Selain itu di industri perka-palan sendiri juga sudah menyediakan gensetsebagai cadangan untuk mengantisipasi kebu-tuhan energi listrik jika energi listrik yangdisediakan PLN mengalami gangguan ataupemadaman. Sementara itu terkait denganketersediaan air bersih, menjadi faktor utamadalam menunjang kegiatan industri perkapal-an, khususnya untuk lebih diperlukan dalammenunjang kegiatan di industri penunjangperkapalan seperti kegiatan pengelasan,pendingin, dan kebutuhan domestik pekerjaindustri. Selama ini untuk memenuhi kebutuh-an air bersih untuk kegiatan industri perka-palan di Pantura didapatkan dari PT. LISmelalui penyulingan air laut menjadi airtawar, mengingat keterbatasan air tawar dansebagian merupakan air payau. Untuk semuaindustri perkapalan yang ada di Panturamemang sudah diwajibkan memiliki IPAL danharus memenuhi standar yang ditetapkan olehBLH. IPAL di sini berfungsi untuk mengolahlimbah yang dihasilkan dari kegiatan industriperkapalan seperti limbah hasil perbaikankapal, khususnya limbah yang tergolong B3.

Dukungan sarana dan prasarana trans-portasi merupakan faktor penting yangmendukung pengembangan industri perkapal-an. Sebagian besar komponen yang dibutuhkanindustri perkapalan diproduksi dan dipasokoleh industri pendukung, sehingga jaringantransportasi dibutuhkan untuk keperluanlogistik pengiriman komponen. Ketersediaanjaringan transportasi diperlukan untuk memu-dahkan aksesibilitas dalam menghubungkankegiatan yang ada di industri pendukungmenuju industri inti perkapalan, sehinggadapat mengefisienkan waktu dan biaya.Meskipun demikian, kondisi di lapanganketersediaan jalan raya tidak terlalu diperlu-kan dalam kegiatan utama di industri perka-palan, dikarenakan semua kegiatan baik itu

Page 8: Development Factors of Shipping Industry Special Zone to

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 141-151

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081148

reparasi maupun pembuatan kapal dilakukandi laut.

Faktor pelabuhan juga menjadi pertim-bangan penting dalam pengaruhnya terhadappengembangan industri perkapalan. Unsurpenting yang harus diperhatikan adalah keter-sediaan infrastruktur pelabuhan dan pendu-kungnya. Infrastruktur ini mencakup dermaga,pergudangan, galangan kapal dan merupakansalah satu tempat aktivitas bongkar muat yangpenting dalam kegiatan industri perkapalan.Adanya pelabuhan dan pendukungnya dapatlebih efisien dalam menghemat biaya trans-portasi maupun logistik. Dengan adanya pela-buhan dan pendukungnya yang memadai akanmenyebabkan terjadinya peningkatan permin-taan pembangunan dan perawatan/pemeliha-raan kapal. Kinerja galangan kapal jugasangat berpengaruh dalam pengembanganindustri perkapalan di Kabupaten Lamongan.Hal ini dikarenakan semakin tingginyakemampuan produksi galangan kapal, makajuga akan berdampak pada kemampuan meme-nuhi permintaan kebutuhan kapal dan jasareparasi kapal yang semakin meningkat pula.Jenis kapal yang diproduksi maupun diper-baiki akan menentukan berapa lama waktutunggu yang diperlukan dalam pembuatanmaupun perbaikan kapal, waktu tunggupemesanan kapal terlalu lama akan menyebab-kan para pemilik kapal lebih cenderungmemanfaatkan galangan kapal luar negeri.Dengan semakin baik kinerja dan produkti-vitas galangan kapal dalam negeri, makadapat meningkatkan pemanfaatan galangankapal baik itu pemanfaatan dari dalam negerimaupun dari luar negeri. Kapasitas kegiatanriset dan pengembangan berpengaruh dalampengembangan industri perkapalan di Kabu-paten Lamongan, karena kemajuan teknologitergantung pada hasil riset yang dilakukan.Untuk mendukung kegiatan riset dan pengem-bangan diperlukan kerjasama dengan pihakperguruan tinggi dalam mengembangkanteknologi. Dukungan riset dan pengembangandapat meningkatkan daya saing produkindustri perkapalan dari aspek mutu, biayadan waktu penyerahan di pasar internasionaldengan mengembangkan teknologi melaluidesain produk kapal yang inovatif dan efisien.

Hasil temuan lain yang mendukungterhadap pengembangan industri perkapalandi Kabupaten Lamongan adalah terkait dengankemampuan sumber daya manusia. Walaupunrata-rata tingkat pendidikan masyarakat disana rendah, namun kemampuan dari tenagakerja IKM industri perkapalan sendiri sudahterampil. Mereka belajar secara otodidakmengenai tata cara pembuatan kapal secaraturun temurun. Keterampilan pembuatankapal oleh tenaga kerja IKM perkapalan inidinilai cukup tinggi, sehingga upah harianyang diterimanya juga tinggi, yaitu sekitarRp150.000,- Sementara itu, tenaga kerja yangterlibat dalam industri perkapalan skala besarterdiri dari tenaga kerja tetap dan tenaga kerjakontrak (outsourcing). Perusahaan mengguna-kan tenaga kerja tetap untuk posisi/jabatanpengawas (supervisor) ke atas, sedangkantenaga operator dalam pembuatan danperawatan kapal menggunakan tenaga kerjakontrak. Penyediaan tenaga kerja kontrakdapat dilakukan melalui kerjasama alih dayadengan IKM perkapalan atau vendor yangmenyediakan tenaga kerja alih daya yangdiperlukan oleh industri perkapalan skalabesar. Untuk ke depannya prospek pengem-bangan IKM perkapalan menunjang industriperkapalan bisa melalui kerjasama antaraIKM dengan industri perkapalan skala besaryang ada di Kabupaten Lamongan. Peran IKMperkapalan dalam menunjang kerjasamadengan industri perkapalan dengan mencarikemitraan dengan industri perkapalan skalabesar dan memenuhi kebutuhan permintaandari industri perkapalan. Salah satunya bisamelakukan penawaran keahlian/keterampilanyang dimiliki oleh IKM kepada industriperkapalan yang beroperasi di kawasankhusus industri perkapalan. Biasanya pelakuIKM perkapalan ini membuat kapal hanya jikaada pemesanan saja, sehingga di saat terjadikekosongan pesanan kapal kepada IKMperkapalan maka dapat melakukan kerjasamaalih daya (outsourcing) SDM kepada industriperkapalan. Selama ini hanya vendor dari luaryang sudah menjalin kerjasama alih daya(outsourcing) dengan industri perkapalanuntuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja ter-latih.

Page 9: Development Factors of Shipping Industry Special Zone to

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 141-151

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 149

Untuk mendorong percepatan pengem-bangan kawasan khusus industri perkapalanmemerlukan dukungan semua pemangkukepentingan yang ada di pusat dan daerahmelalui sinergi dan kolaborasi antarkegiatan.Sesungguhnya perbedaan peran dan posisimasing-masing pemangku kepentingan dapatdisinergikan sehingga menguatkan hubunganantara pemerintah, industri, dan perguruantinggi. Struktur kelembagaan yang berasaldari interaksi antara tiga heliks; perusahaankecil dan besar, universitas dan organisasipenelitian lainnya, pemerintah lokal, regionaldan nasional berkumpul untuk melakukancurah-pendapat (brainstorming) tentang ide-ide baru dan berusaha untuk mengisi kesen-jangan dalam sistem inovasi (Rodrigues, andMelo, 2013).

Dalam membangun klaster industri perka-palan hubungan kerjasama antara industrihulu, industri antara, dan industri hilir sangatdibutuhkan. Industri galangan kapal merupa-kan industri hilir yang sangat tergantung padapasokan dari industri hulu dan industriantara. Dalam konteks ekonomi aglomerasi,kemampuan suatu klaster menarik perusaha-an-perusahaan terkait dengan sekumpulantenaga kerja yang bisa dimanfaatkan secarabersama, basis pelanggan dan pemasok yangluas, limpahan pengetahuan (knowledge spill-over), dan biaya transaksi yang rendah(Langen, 2002). IKM perkapalan di KabupatenLamongan mempunyai keterampilan yang baikdalam pembuatan kapal, namun belum sepe-nuhnya dimanfaatkan oleh industri perkapal-an. Industri perkapalan menggunakan tenagakerja yang dipasok oleh vendor yang berasaldari luar. Saat ini masih belum ada kerjasamaantara IKM perkapalan dengan industriperkapalan skala besar, andaipun ada industriperkapalan sifatnya sebagai CSR (corporatesocial responsibility) yaitu kerjasama alihteknologi. Sehingga prospek pengembanganyang mungkin dilakukan oleh IKM untukmenunjang industri perkapalan bisa melaluikerjasama alih teknologi antara IKM perkapal-an dengan industri perkapalan skala besar.Dengan demikian limpahan pengetahuan(knowledge spillover) dapat dikembangkanmelalui kerjasama alih teknologi di bidang

perkapalan dalam rangka untuk memperkuatpengembangan klaster industri perkapalan.Alih teknologi tersebut dalam jangka panjangakan meningkatkan kompetensi SDM IKMperkapalan, sehingga mampu menempatkanIKM perkapalan setara dengan vendor dariluar dan hubungannya dengan industri perka-palan skala besar tidak lagi sebatas obyekCSR, namun menjadi mitra industri perka-palan skala besar dalam pengembangan klas-ter industri perkapalan.

Hubungan antara industri hulu, industriantara, dan industri hilir di kawasan khususindustri perkapalan belum terbentuk. Industrigalangan kapal sebagai inti industri hilirmasih menggantungkan pasokannya dariindustri hilir dan industri hulu, termasukindustri komponen yang berada di luarkawasan khusus industri perkapalan, khusus-nya dari Surabaya, dan Gresik. Sehingga peransarana dan prasarana transportasi dan pela-buhan menjadi penting untuk mendukungmobilitas dan kebutuhan logistik dengankawasan lainnya. Demikian pula denganinfrastruktur pelabuhan dan fasilitas pendu-kungnya mempunyai pengaruh penting terha-dap kawasan khusus industri perkapalan.Keberadaan pelabuhan mampu merangsangseluruh rantai nilai tambah kegiatan terhadapekonomi wilayah dengan mengembangkanhubungan pemasok, kawasan bisnis yangterkait, menarik investasi masuk, merangsangkegiatan ekonomi lainnya (Chang, 2011).

Kebijakan pemerintah menjadi pengung-kit bergeraknya industri perkapalan di Kabu-paten Lamongan. Sebetulnya antara kebijakanpemerintah pusat dan kebijakan pemerintahdaerah terdapat titik temu yang sama untukmendorong perkembangan industri perkapal-an. Pemerintah pusat menetapkan kebijakanmakro sebagai panduan bagi daerah untukmengarahkan agenda pembangunan secarasektoral maupun spasial seperti MP3EI.Sedangkan pemerintah daerah menyiapkaninstrumen kebijakan mikro berkaitan denganrencana tata ruang dan regulasi daerah yangramah terhadap investasi. Intervensi pemerin-tah daerah dalam konteks dukungan peme-rintah daerah dengan memfasilitasi, mengako-modasi, dan membina kegiatan inovasi meru-

Page 10: Development Factors of Shipping Industry Special Zone to

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 141-151

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081150

pakan upaya mengembangkan ekonomi lokal(Arifin et al., 2013). Bentuk intervensi berupaarahan tata ruang kawasan, memberikaninsentif-disinsentif dalam penyelenggaraanindustri dimaksudkan agar kegiatan industriperkapalan yang dikembangkan mempunyaidaya saing yang tinggi.

Menurut Chang (2011), klaster maritimharus mampu mengidentifikasi kegagalan pa-sar, menyediakan tata kelola klaster, mengem-bangkan hubungan antara industri, lembagapenelitian dan universitas untuk menawarkanpendidikan dan pelatihan/kursus yang sesuai,membuat hubungan untuk jaringan dan pertu-karan informasi, dan akhirnya memberikaninfrastruktur yang sesuai dan dukungankeuangan. Jawa Timur dan khususnya Kabu-paten Lamongan berpeluang untuk menjadikawasan khusus bagi industri maritim. Hal ituterutama karena keberadaan beberapa indus-tri perkapalan besar maupun IKM perkapalandi Jawa Timur dan didukung pusatnya SDMkemaritiman, yaitu tersedianya lembagapendidikan tinggi di bidang perkapalan antaralain ITS dan PPNS, serta adanya laboratoriumHidrodinamika terbesar BPPT di Surabaya,demikian pula pusat desain perkapalan(NaSDeC) juga ada di Surabaya. InisiatifCluster inovasi daerah tampaknya berusahauntuk seperti strategi yang komprehensifdengan memberikan pandangan yang seim-bang tentang kekuatan industri, potensiinovasi dan aset daerah, serta adanya sinergidi antara mereka (Yu and Jackson, 2011).

4. SimpulanDorongan untuk membangun kawasan khususindustri perkapalan di Kabupaten Lamongantidak hanya dilakukan melalui pendekatantop-down oleh pemerintah pusat, melainkanjuga mendapatkan dukungan dari pemerintahdaerah melalui pendekatan bottom-up. Meski-pun demikian segenap upaya yang telahdilakukan ini belum sepenuhnya mampu men-dorong terbentuknya klaster industri perkapal-an yang handal dan berdaya saing.

Beberapa faktor-faktor penting yang perludipertimbangkan dalam rangka pengembangankawasan khusus industri perkapalan adalah:(1) Kerjasama industri yang terkait dengan

industri perkapalan mulai industri hulu,industri antara, hingga industri hilir. Kerja-sama ini juga menyangkut hubungan antaraIKM perkapalan dan industri perkapalan skalabesar;(2) Kebijakan pemerintah yang menyangkutpengaturan tata ruang kawasan, regulasi danperijinan di daerah, termasuk pengembanganinstrument insentif dan disinsentif;(3) Layanan infrastruktur terkait dengansistem utilitas dan transportasi yang mendu-kung pengembangan kawasan baik untukkebutuhan proses industri, kemudahan mobili-tas, maupun dukungan logistik;(4) Pelabuhan dan infrastruktur pendukung-nya mencakup dermaga, pergudangan, galang-an kapal dan merupakan salah satu tempataktivitas bongkar muat yang penting dalamkegiatan industri perkapalan.

Keberhasilan pengembangan kawasankhusus industri perkapalan tidak lepas dariperan berbagai pemangku kepentingan, antaralain pemerintah, perguruan tinggi, pelakubisnis, dan masyarakat setempat. Jejaringyang dibangun oleh pemangku kepentingantersebut diharapkan mampu meningkatkansinergi dan kolaborasi yang efektif sesuaidengan perannya masing-masing.

5. Daftar PustakaArifin, Mohamad et al. 2013. Sistem inovasi

daerah: inovasi teknologi dalam pe-ngembangan ekonomi lokal. Bogor: IPBPress.

Asheim, B.T. and Coenen, L. 2005. Knowledgebases and regional innovation systems:Comparing Nordic clusters. ResearchPolicy. 34: 1173–1190.

Brenner, T. et al. 2011. Regional InnovationSistems, Clusters, and Knowledge Net-working. Papers in Regional Science. Vol.90, No. 2, June: 243-249.

Chang, Yen-Chiang. 2011. Maritime clusters:What can be learnt from the South Westof England. Ocean & Coastal Manage-ment. Vol. 54, No. 6, June: 488-494.

Da Silva Monteiro, J.P.V. et al. 2014. Under-standing the way and the dynamics ofcollaborative innovation processes: the

Page 11: Development Factors of Shipping Industry Special Zone to

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 141-151

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 151

case of the maritime cluster of the Al-garve region (Portugal). Urban, Planningand Transport Research: An Open AccessJournal. Vol. 2, No. 1: 247–264.

Departemen Perindustrian Republik Indonesia.2009. Pemetaan industri maritim danperkapalan di Indonesia. Jakarta: Depar-temen Perindustrian.

Diez, M.A. 2001. The Evaluation of RegionalInnovation and Cluster Policies: Towardsa participatory approach. EuropeanPlanning Studies, Vol. 9, No. 7: 907–923.

Dinas Perindustrian Provinsi Jawa Timur.2010. Laporan pengembangan industriperkapalan di Jawa Timur. Surabaya:Dinas Perindustrian Jawa Timur.

Fromhold-Eisebith, M. and Eisebith, G. 2005.How to institutionalize innovative clus-ters? Comparing explicit top-down andimplicit bottom-up approaches. ResearchPolicy, 34: 1250–1268.

Haq, A.A. 2013. Pendayagunaan Teknologi diKlaster Komponen Kapal Desa Kebasen,Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal.Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota.Volume 9 (4), Desember: 393-403.

Iammarino, S. and McCann, P. 2006. Thestructure and evolution of industrialclusters: transactions, technology andknowledge spillovers. Research Policy.35: 1018–1036.

Jenssen, J.I. 2003. Innovation, capabilities andcompetitive advantage in Norwegianshipping. Maritime Policy & Management. Vol. 30, Issue 2: 93-106.

Kementerian Koordinator Bidang Perekono-mian. 2011. Masterplan percepatan danperluasan pembangunan ekonomi indo-nesia. Jakarta: Kemenko Bidang Pereko-nomian.

Kilpatrick, S., and Wilson, B. 2013. Boundarycrossing organizations in regional inno-vation systems. Regional Science Policy

& Practice, Vol. 5, No. 1, March: 67-82.Langen, P. W. de. 2002. Clustering and

performance: the case of maritimeclustering in The Netherlands. MaritimePolicy & Management. Vol. 29, Issue 3:209-221.

Pekkarinen, and Harmaakorpi. 2006. Buildingregional innovation networks: thedefinition of an age business core processin a regional innovation sistem. RegionalStudies, Vol. 40, No. 4, June: 401 –413.

Rodrigues, C. and Melo, A.I. 2013. The TripleHelix Model as Inspiration for LocalDevelopment Policies: An Experience-Based Perspective. International Journalof Urban and Regional Research. Vol. 37,Issue 5, September: 1675-1687.

Shinohara, M. 2010. Maritime cluster of Japan:implications for the cluster formationpolicies. Maritime Policy & Management.Vol. 37, Issue 4: 377-399.

Sohn, D.W. and Kenney, M. 2007. Universities,Clusters, and Innovation Systems: TheCase of Seoul, Korea. World Develop-ment. Vol. 35, No. 6: 991–1004.

Tödtling, F. and Trippl, M. 2005. One size fitsall? Towards a differentiated regionalinnovation policy approach. ResearchPolicy. 34: 1203–1219.

Windyandari, Aulia. 2008. Prospek IndustriGalangan Kapal dalam Negeri GunaMenghadapi Persaingan Global. TEKNIK.Vol. 29, No. 1: 73-76.

Yu, Junbo and Jackson, Randall. 2011.Regional Innovation Clusters: A CriticalReview. Growth and Change. Vol. 42, No.2, June: 111–124.